pemikiran ekonomi islam ibnu taimiyyah...
TRANSCRIPT
PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM IBNU TAIMIYYAH
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Strata (S1)
Oleh :
Qowwam Sabilalhaq Muthohari
1112033100015
JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT
FAKULTAS USHULUDDIN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019 M / 1440 H
PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM IBNU TAIMIYYAH
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negri (UIN)
Syarif Hidayatullah untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S. Ag.)
Oleh:
Qowwam Sabilalhaq Muthohhari
NIM: 1112033100015
Pembimbing
Kusen, Ph.D
JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019 M / 1440 H
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM IBNU TAIMIYYAH
telah diujikan dalam siding munaqosah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada 18 Juni 2019. Skripsi ini telah di terima sebagai salah
satu syarat mendapatkan gelar sarjana Program Strata Satu (S1) pada program Studi
Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sidang Minaqasah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap anggota
Dra. Tien Rohmatien, MA Dr. Abdul Hakim Wahid, MA
NIP. 19680803 199403 2 002 NIP. 197804 242015 03 1 001
Anggota
Penguji 1 Penguji II
Akhtobi Ghozali, MA Drs. Agus Darmaji, M.Fils
NIP. 197330520 200501 1003 NIP. 19610827 199303 1 002
Pembimbing
Kusen Ph.D
19291612 199603 1 002
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang saya ajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil plagiat dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 22 Mei 2019
Qowwam Sabilalhaq M
Abstrak
Qowwam Sabilalhaq Muthohhari (1112033100015)
Pemikiran Ekonomi Islam Ibnu Taimiyyah
Ibnu Taimiyyah adalah tokoh cendikiawan yang terkenal cerdas dan jenius
dalam pemikiran ekonomi Islam pada abad ke-13 M. Sumbangsihnya terhadap
pemikiran-pemikiran Islam masih sangat melekat dalam benak para cendikiawan
Muslim dan non-Muslim yang mengagumi pemikirannya. Penilitan ini terfokus
kepada pemikiran Ibnu Taimiyyah tentang Pemikiran Ekonomi Islam. Penelitian
ini menggunakan metode kepustakaan (library research). Adapun metodologi
skripsi ini menggunakan pendekatan historis-normatif-filosofis
Prinsip prinsip akan permasalahan ekonomi dalam dua buku, di antaranya
Al-Hisbah fi’l-Islam yakni Lembaga Hisbah dalam Islam dan al-Syiasah al-Syariah
fi Islah al-Rai wa’l-Ra’iyah yakni Hukum publik dan privat dalam Islam. Dalam
buku pertama, ia banyak membahas tentang pasar dan intervensi pemerintah dalam
kehidupan ekonomi. Dan dalam buku kedua, ia membahas akan masalah
pendapatan dan pembiayaan public.
Pemerintah merupakan institusi yang sangat dibutuhkan. . Ia memberikan
dua alasan dalam menetapkan negara dan kepemimpinan negara seperti apa adanya.
Penekanan dari pembahasannya lebih pada karakter religius dan tujuan dari sebuah
pemerintahan;“Tujuan terbesar dari negara adalah mengajak penduduknya
melaksanakan kebaikan dan mencegah mereka berbuat munkar”.
Kata Kunci : Ibnu Taimiyyah, Prinsip Ekonomi, Peranan Pemerintah
KATA PEGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala nikmat dan karunia-Nya yang
diberikan kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini bisa rampung. Shalawat
dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda nabi besar Muhammad Saw.
beserta keluarganya, sahabat-sahabtnya serta para pengikutnya yang telah
mensyiarkan Islam di berbagai penjuru dunia.
Alhamdulillah, penulisan skripsi yang berjudul “Pemikiran Ekonomi Ibnu
Taimiyyah bin Abdul Halim” telah dapat penulis selesaikan. Penulisan skripsi ini
merupakan salah satu syarat tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Agama
(S.Ag) Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tentunya, proses penulisan skripsi ini melibatkan banyak kalangan. Oleh
sebab itu, penulis merasa perlu untuk menghaturkan terima kasih kepada pihak
yang telah ikut serta membantu proses penyelesaian skripsi ini. Terutama terima
kasih penulis kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Sunarto dan Trismiyati yang tiada henti
memanjatkan do’a dan memberikan support demi kelancaran untuk
menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa juga kepada adik-adik penulis, dan
keluarga Tercinta Hj. Nimin serta Hj. Amud yang selalu mengingatkan
penulis, tentunya untuk segera menyelesaikan pendidikanya dari bangku
perkuliahan.
2. Bapak Kusen, Ph.D Selaku pembimbing penulisan skripsi ini. Yang tiada
lelah meluangkan waktu dan kesabarannya membimbing penulis. Sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Ibu Dra. Tien rohmatin, MA Ketua Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam
Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang tidak lelah
untuk terus memberi nasihat, mengingatkan dan mendorong anak didiknya
agar cepat menyelesaikan tugas akhir.
4. Dr Abdul Hakim Wahid, MA Sebagai Sekretaris Jurusan Aqidah dan
Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah yang juga terus
mengarahkan mahasiswa untuk menyelesaikan tugas akhir.
5. Dekan Fakultas Ushuluddin, Dr. Yusuf Rahman, MA. dan segenap civitas
akademika Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu kelancaran administrasi dan birokrasi.
6. Rektor UIN Syarif Hidayatulah Jakarta, Prof. Dr. Amani Lubis, MA.
Beserta jajarannya.
7. Segenap dosen Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya dosen Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam terima kasih banyak
atas pencerahan, ilmu, dan didikannya kepada penulis.
8. Para teman-teman angkatan. Teman angkatan Aqidah dan Filsafat Islam
2012, khusunya teman yang sama-sama mengerjakan skripsi. Semoga
silaturahimnya terus terjaga dan selalu menjadi teman yang baik.
9. Teman Aliyah, khusunya teman seperjuangan yang kuliah di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dan pihak yang telah ikut membantu proses penulisan skripsi ini. Semoga
Allah Swt. senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya untuk kita semua.
Amin.
Ciputat, 22 Mei 2019
Qowwam Sabilalhaq M
PEDOMAN TRANSLITERASI1
Arab Indonesia Arab Indonesia
ṭ ط A ا
ẓ ظ B ب
‘ ع T ت
gh غ Ts ث
f ف J ج
q ق ḥ ح
k ك Kh خ
l ل D د
m م Dz ذ
n ن R ر
w و Z ز
h ه S س
’ ء Sy ش
y ي ṣ ص
h ة ḍ ض
Vokal Panjang
Ā آ
Ī إي
Ū أو
1Hipius, Ilmu Ushuluddin’ Jurnal: Himpunan Peminat Ilmu Ushuluudin (HIPIUS).
Vol.1, no.1 Januari 2013
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN TIDAK PLAGIASI .................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................... vii
DAFTAR ISI ............................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah ............................................. 1
B. Rumusan masalah ....................................................... 6
C. Batasan Masalah ......................................................... 6
D. Tujuan penelitian ........................................................ 6
E. Manfaat penelitian ...................................................... 7
F. Studi Kepustakaan ...................................................... 7
G. Metodologi Penelitian ................................................ 8
BAB II Biografi Ibnu Taimiyyah
A. Riwayat Hidup Ibnu Taimiyyah .................................... 10
B. Latar Belakang Politik dan Sosial Ibnu Taimiyyah .. 12
C. Aktifitas dan Kegiatan Taqyuddin Ahmad ................... 19
D. Karya Karya Ibnu Taimiyyah .................................. 24
BAB III Gambaran Umum tentang Ekonomi Islam
A. Definisi Ekonomi Islam ............................................... 26
B. Sejarah Ekonomi Islam pada Masa Nabi dan Sahabat .. 27
C. Prinsip-Prinsip dalam Ekonomi Islam ......................... 34
BAB IV Hasil Kajian Tentang Pemikiran Ibnu Taimiyyah
A. Pandangan Ekonomi Ibnu Taimiyyah ……………. 41
B. Pokok Pemikiran Ekonomi Ibnu Taimiyyah ............ 43
C. Tantangan Ibnu Taimiyyah dalam memerankan
ekonomi di pemerintahan ............................................. 56
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................. 63
B. Saran-saran ................................................................... 66
Daftar Pustaka
Lampiran-Lampiran
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan manusia tentunya tidak akan dapat dipisahkan dengan
permasalahan ekonomi, yang mana melibatkan hubungan manusia dengan manusia
lainnya, tentunya hubungan tersebut harus didasarkan pada norma-norma agama
yakni Islam, yang mengatur segala aspek kehidupan termasuk yang berkaitan
dengan masalah ini. Dalam usaha mengembangkan sistem ekonomi Islam, kita
mencoba melihat sebuah konsep pemikiran yang sangat brilliant pada masa itu,
sebagai inspirasi dan petunjuk, oleh karena itu penulis mencoba menyampaikan
pokok-pokok pemikiran dari salah satu tokoh yakni Ibnu Taimiyyah yang berkaitan
dengan masalah ekonomi, meskipun lahirnya beliau sangat jauh. Ibnu Taimiyyah
hidup pada akhir abad ke 13 M, dia memiliki ilmu pengetahuan yang sangat dalam
tentang ajaran Islam. Islam masa kini tentunya membutuhkan pandangan ekonomi
yang jernih tentang apa yang di harapkan dan bagaimana sesuatu itu bisa dilakukan.
Untuk mewujudkan hlm tersebut diperlukan kebebasan dalam berusaha dan hak
milik, yang dibatasi oleh hukum moral serta diawasi pula oleh negara yang adil dan
mampu menegakkan hukum syariat.1
Konsep ekonomi Islam tentunya sangat berbeda dari agama-agama lainnya
karena Islam ini memiliki aturan-aturan yang ketat, namun di dalam ketatnya aturan
Islam ini tentunya juga memiliki alasan yang indah dan berharga, baik ketika dikaji
1 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari'ah, Jakarta: Alvabet, 2003, hlm. 10.
2
agamis maupun rasionalis dan hlm ini tentunya harus dilandasi oleh Al-Qur’an
maupun Hadist. Dalam kehidupan sehari-hari, Islam secara bersama-sama, dapat
diterjemahkan ke dalam teori dan juga dapat diinterpretasikan ke dalam praktek
tentang bagaimana seseorang berhubungan/bersosialisasi dengan orang lain. Dalam
ajaran Islam, perilaku individu dan masyarakat ditujukan ke arah bagaimana cara
pemenuhan kebutuhan mereka dilaksanakan dan bagaimana menggunakan sumber
daya yang ada. Hlm ini menjadi subyek yang dipelajari dalam ekonomi Islam
sehingga implikasi ekonomi yang dapat ditarik dari ajaran Islam berbeda dari
ekonomi tradisional (Adam Smith). Oleh sebab itu, dalam ekonomi Islam, hanya
pemeluk Islam yang berimanlah yang dapat mewakili satuan ekonomi.2 Kasus
krisis moneter ini melanda di mana-mana, tidak terkecuali di negeri tercinta ini.
Para pemikir ekonom dunia ini sangat sibuk mencari sebab-sebabnya dan berusaha
sekuat tenaga untuk memulihkan perekonomian di negaranya masing-masing.
Krisis ekonomi telah menimbulkan banyak kerugian, meningkatnya pengangguran,
meningkatnya tindak kejahatan dan sebagainya.
Sistem ekonomi kapitalis yang sangat kejam muncul dengan sistem
bunganya yang sangat tinggi diduga sebagai penyebab terjadinya krisis. Membahas
sedikit akan sistem kapitalis ini, Kapitalisme merupakan sebuah sistem organisasi
ekonomi yang dicirikan oleh hak milik privat atas alat-alat produksi dan distribusi
yang pemanfaatannya untuk mencapai laba dalam kondisi yang sangat kompetitif.
Selajutnya pengertian sistem ekonomi kapitalis adalah suatu sistem yang
memberikan kebebasan yang cukup besar bagi pelaku-pelaku ekonomi untuk
2 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari'ah, Jakarta: Alvabet, 2003, hlm. 12.
3
melakukan kegiatan yang terbaik bagi kepentingan individual atas sumberdaya-
sumberdaya ekonomi atau faktor-faktor produksi. Pada sistem ekonomi ini terdapat
keleluasaan bagi perorangan untuk memiliki sumberdaya, seperti kompetisi antar
individu dalam memenuhi kebutuhan hidup, persaingan antar badan usaha dalam
mencari keuntungan. Prinsip keadilan yang dianut oleh ekonomi kapitalis adalah
setiap orang menerima imbalan berdasarkan prestasi kerjanya. Dalam hlm ini
campur tangan pemerintah sangat minim, sebab pemerintah berkedudukan sebagai
“pengamat” dan sebagai pelindung dalam perekonomian. Dari beberapa pengertian
tersebut, di atas tidak ada yang luput dari apa yang diajarkan oleh “Nabi”
pertamanya yaitu Adam Smith melalui bukunya yang terbit pada tahun 1776
dengan judul An Inquiry the Nature and Cause of the Wealth of Nation yang
menghendaki setiap orang diberi kebebasan untuk bekerja dan berusaha dalam
persaingan sempurna dengan meniadakan sama sekali intervensi pemerintah.
Cici ciri sistem kapitalis ini adalah :
- Setiap orang bebas memiliki barang, termasuk barang modal
- Setiap orang bebas menggunakan barang dan jasa yang dimilikinya
- Aktivitas ekonomi ditujukan untuk memperoleh laba
- Semua aktivitas ekonomi dilaksanakan oleh masyarakat (Swasta)
- Pemerintah tidak melakukan intervensi dalam pasar
- Persaingan dilakukan secara bebas
- Peranan modal sangat vital
4
Sistem ekonomi kapitalis ini juga suatu sistem ekonomi di mana seluruh
kegiatan ekonomi mulai dari produksi, distribusi dan konsumsi diserahkan
sepenuhnya kepada mekanisme pasar. Penjelasan ini pun juga terdapat di dalam
bukunya yang sangat popular dan sudah penulis jelaskan di atas.
Kami hanya menjelaskan tentang kelemahan Karl Marx dalam sistem
ekonomi kapitalis di bukunya yakni :
- Sulitnya melakukan pemerataan pendapatan
- Cenderung terjadi eksploitasi kaum buruh oleh para pemilik modal
- Munculnya monopoli yang dapat merugikan masyarakat
- Sering terjadi gejolak dalam perekonomian
Sistem ekonomi liberal kapitalis klasik ini berlangsung sekitar abad ke-
XVII sampai menjelang abad ke-XX, di mana individu/swasta mempunyai
kebebasan penguasaan sumber daya maupun pengusaan ekonomi dengan tanpa
adanya campur tangan pemerintah untuk mencapai kepentingan individu tersebut,
sehingga mengakibatkan munculnya berbagai dampak yang negatif di antaranya
eksploitasi buruh dan penguasaan kekuatan ekonomi. Untuk masa sekarang, sitem
liberal kapitalis awal/klasik telah ditinggalkan.
Sistem ekonomi Islam mulai dilirik sebagai suatu pilihan alternatif, dan
diharapkan mampu menjawab tantangan dunia di masa yang akan datang. Al-
Qur'an telah memberikan beberapa contoh tegas mengenai masalah-masalah
ekonomi yang menekankan bahwa ekonomi adalah salah satu bidang perhatian
Islam.
5
مين : م رسول أ
كى ل
قون : إن ت
ت
لعيب أ
هم ش
ال ل
ق
إذ
ف
طيعون : وما
وأ
ٱلل
قوا ٱت
م ل ع
ٱل
ى رب عل
جرى إل
جر إن أ
يه من أ
م عل
كلسـ
من أ
وا
ون
ك ت
يل ول
ك ٱل
وا
وف
ين : أ
ٱل
قسط
بٱل
وا
ستقيم : وزن
اس ٱل
قسط
بٱل
وا
سرين : وزن
ستقيم : خ
اس ٱل
سوا
بخ
ت
ول
ءهم يا
ش
اس أ رض مفسدين ٱلن
فى ٱل
وا
عث
ت
ول
"(Ingatlah) ketika Syu'aib berkata kepada mereka (penduduk Aikah):
'Mengapa kamu tidak bertaqwa?' Sesungguhnya aku adalah seorang rasul yang
telah mendapatkan kepercayaan untukmu. Karena itu bertaqwalah kepada Allah
dan ta'atilah aku. Aku sama sekali tidak menuntut upah darimu untuk ajakan ini,
upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan Penguasa seluruh alam. Tepatilah ketika
kamu menakar dan jangan sampai kamu menjadi orang-orang yang merugi.
Timbanglah dengan timbangan yang tepat. Jangan kamu rugikan hak-hak orang
(lain) dan janganlah berbuat jahat dan menimbulkan kerusakan di muka bumi."
(Qs.26:177-183)
Allah SWT menjadikan manusia sebagai makhluk sosial, supaya mereka
saling tolong menolong dalam segala usaha dan berkodrat dalam masyarakat sosial,
di dalam hidupnya manusia membutuhkan manusia-manusia yang lain yang
bersama-sama hidup bermasyarakat. Dalam hidup bermasyarakat, manusia selalu
berhubungan satu dengan yang lain disadari atau tidak untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya.3
Kesejahteraan adalah suatu kondisi yang sangat didambakan oleh seluruh
umat manusia. Tidak ada manusia di dunia ini yang tidak menginginkannya karena
didalamnya terkandung makna segala kenikmatan hidup, seperti kebahagian,
ketentraman, kemakmuran dan keadilan. Karena itu tidak heran jika manusia
menguras semua energi pemikirannya dalam mencari ‘petunjuk’ yang paling tepat
untuk mencapai kondisi tersebut.
3 Deliar Noer, Pemikiran Politik di Negara Barat (Bandung: Mizan, 1999) hlm. 188.
6
B. Batasan Masalah
Untuk Menghindari pembahasan masalah yang terlalu meluas dalan
penelitian ini maka penulis membuat batasan yakni hanya seputar pemikiran Ibnu
Taimiyyah.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis dapat mengemukakan
permasalahannya sebagai berikut :
1. Apa pengertian ekonomi menurut Islam?
2. Bagaimana Pemikiran Ibnu Taimiyyah tentang ekonomi?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkritisi akan pemikiran
Ibnu Taimiyyah tentang Ekonomi Islam.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat penulis ambil dalam penelitian ini antara lain :
1. Untuk menambah wawasan penulis mengenai pemikiran ekonomi Islam
Ibnu Taimiyyah.
2. Memberikan sumbangan referensi bagi pengembangan ilmu ekonomi
khususnya dalam ranah sistem pemikiran ekonomi Islam.
7
F. Studi Kepustakaan
Pemikiran Ekonomi Islam Ibnu Taimiyyah ini dihimpun dari informasi
yang relevan yakni dari buku-buku, dan karya ilmiah. Yakni dari buku karangan
Euis Amalia Tahun 2005 tentang Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, kemudian dari
buku karangan Adiwarman Azwar Karim tahun 2006 yakni tentang Sejarah
Pemikiran Ekonomi Islam juga, dan dalam buku karangan Nur Chamid tahun 2010
tentang Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, serta dari buku karangan
A. A Islahi yang merupakan suatu penjelasan inti dari pemikiran Ibnu Taimiyyah
dan penulisan dari skripsi ini tentang Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah.
G. Metodelogi Penelitian
Ada beberapa hlm yang perlu dijelaskan berkaitan dengan metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, agar tidak menimbulkan kerancuan,
sebagai berikut :
1. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian biografis, karena
penelitian ini dilakukan untuk mencari, menganalisis, membuat
interprestasi, serta generalisasi dari fakta-fakta, hasil pemikiran, dan ide-ide
yang tertulis oleh para pemikir dan ahli.
2. Sumber Data Penelitian
Sumber Data Penelitian yang digunakan dalam penelitaian ini historis dan
filosofis. Pendekatan historis adalah digunakan untuk memperoleh data biografi
8
pemikiran Ibnu Taimiyyah. Sedangkan pendekatan filosofis adalah menganalisis
sejauh mana pemikiran yang diungkapkan sampai kepada landasan yang mendasari
pemikiran tersebut.
3. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam studi ini adalah metode
dokumentasi, yakni mencari bahan-bahan penyususnan yang diperoleh dari buku-
buku yakni buku Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam karangan Euis Amalia Tahun
2005, kemudian dari buku Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam karangan Adiwarman
Azwar Karim tahun 2006, dan juga buku Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah
karangan A. A Islahi yang merupakan suatu penjelasan inti dari pemikiran Ibnu
Taimiyyah dan penulisan dari skripsi ini.
4. Teknik Analisis Data
a) Induktif, yaitu berangkat dari fisi dan gaya khusus yang berlaku bagi
tokoh itu dipahami dengan lebih baik pemikirannya kemudian
diambil kesimpulan umum.
b) Deduktif, yaitu mengumpulkan, menelaah dan meneliti data yang
bersifat umum untuk diambil kesimpulan yang bersifat khusus.
c) Deskriptif, yaitu penguraian secara teratur seluruh konsepsi tokoh
mengenai topik atau bahasan penelitian mengenai pemikiran
Ekonomi Islam Ibnu Taimiyyah.
9
d) Analisis, yaitu penguraian pembahasan mengenai ekonomi islam,
serta hubungan antar pemikiran ekonomi Ibnu Taimiyyah dan Islam
untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti
keseluruhan.
10
BAB II
BIOGRAFI IBNU TAIMIYYAH
A. Biografi
Nama lengkapnya adalah Abul Abbas Taqiuddin Ahmad bin Abdul Al
Hlmim bin Abdus Salam bin Abdullah bin Taimiyah. Beliau lahir pada tanggal 22
Januari 1263 M (10 Rabiul Awwal 661 H). Di Harran, Turki. Beliau berasal dari
keluarga religius. Ayahnya Syihabuddin bin Taimiyah adalah seorang Syaikh,
hakim, dan khatib. Kakeknya Majduddin Abul Birkan Abdussalam bin Abdullah
bin Taimiyah al Harrani adalah seorang ulama yang menguasai fiqih, Hadits, tafsir,
ilmu ushul dan penghafal Al Qur'an (hafidz). 1
Ibnu Taimiyyah lahir di zaman ketika Baghdad merupakan pusat
kekuasaan dan budaya Islam pada masa Dinasti Abbasiyah. Ketika berusia tujuh
tahun (tahun 1262), Ibnu Taimiyyah dibawa ayahnya ke Damaskus disebabkan
serbuan tentara Mongol atas Irak.2
Pada usia yang sangat muda Ibnu Taimiyyah telah menyelasaikan
pendidikannya dalam berbagai bidang di antaranya bidang yurisprudensi (fiqh),
hadist nabi, tafsir Al-Quran, matematika, dan filsafat. Guru Ibnu Taimiyyah
berjumlah 200 orang, di antarannya adalah Syamsuddin Al-Maqdisi, Ahmad bin
1 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 61 2 Amalia Euis, Sejarah Pemikiran ekonomi Islam, Jakarta: Gramata Publishing, 2010,
Hlm 206
11
Abu Al-khair, Ibnu Abi Al-Yusr, dan Al- Kamal bin Abdul Maijd bin Asakir,
Yahya bin al-Syairafi, dan yang lainya.
Sejak kecil sudah terlihat tanda-tanda kecerdasannya. Begitu tiba
di Damaskus,3 ia segera menghafalkan Al-Qur’an dan mencari berbagai cabang
ilmu pada para ulama, hafizh dan ahli Hadits negeri itu. Kecerdasan serta kekuatan
otaknya membuat para tokoh ulama tersebut tercengang. Ketika umurnya belum
mencapai belasan tahun, ia sudah menguasai ilmu ushuluddin dan mendalami
bidang-bidang tafsir, Hadits, dan bahasa Arab. Ia telah mengkaji Musnad Imam
Ahmad sampai beberapa kali, kemudian Kutubu Sittah dan Mu’jam At-Thabarani
Al-Kabir.
Kehidupan Ibnu Taimiyyah tidak hanya terbatas pada dunia buku dan kata-
kata. Ketika kondisi menginginkannya, tanpa ragu-ragu ia turut serta dalam dunia
politik dan urusan publik. Dengan kata lain, keistimewaan dari Ibnu Taimiyyah
tidak hanya terbatas pada kepiawaiannya dalam menulis dan berpidato, tetapi juga
mencakup keberaniannya dalam berlaga dimedan perang
Penghormatan yang begitu besar yang diberikan masyarakat dan
pemerintah kepada Ibnu Taimiyyah membuat sebagian orang merasa iri dan
berusaha untuk menjatuhkan dirinya. Sejarah mencatat bahwa sepanjang hidupnya,
Ibnu Taimiyyah telah menjalani masa tahanan sebanyak empat kali akibat fitnah
yang dilontarkan para penentangnya.4
3 Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah (Beirut: Maktabah al-Ma’rif, 1966) vol 14, hlm.
136-137 4 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 42
12
Beliau wafat di dalam penjara Qal`ah Dimasyq yang disaksikan oleh salah
seorang muridnya bernama Ibnul Qayyim. Ia berada di penjara ini selama dua
tahun tiga bulan dan beberapa hari, mengalami sakit dua puluh hari lebih.
Jenazahnya dishlmatkan di masjid Jami` Bani Umayah sesudah shlmat
Zhuhur yang dihadiri para pejabat pemerintah, ulama, tentara dan para
penduduk. Ia wafat pada tanggal 20 DzulHijjah 728 H dan dikuburkan pada waktu
Ashar di samping kuburan saudaranya yang bernama Syaikh Jamal Al-Islam
Syarafuddin. 5
A. Latar Belakang
Di dalam latar belakang sosok Ibnu Taimiyyah, maka Ada 2 latar belakang
yang akan penulis kemukakan dalam tulisan skripsi, yakni latar belakang politik
dan latar belakang sosial.
Kedua latar belakang ini penulis pisahkan agar lebih mudah untuk di
jelaskan ke dalam skripsi ini.
1. Latar Belakang Politik
Di dalam Sejarah hidup Ibnu Taimiyyah (1263-1328) ditandai dengan
terjadinya pergolakan politik dan social. Sekitar lima tahun sejak ia lahir, Dinasti
Abbasyiah yang telah berusia beberapa abad, dihancurkan oleh pasukan mongol.6
5 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 64 6 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 15
13
Dan hanya tiga tahun sebelum lahir, pasukan tartar memasuki Damaskus dan
Aleppo, sebagai penakluk. Pasukan tartar menyerang dan menjarah Harran7, yakni
ketika ia masih berusia tujuh tahun. Banyak penduduk setempat kemudian
meninggalkan wilayah tersebut, mengungsi ke suriah dan Mesir. Keluarga Ibnu
Taimiyyah mengungsi ke Damaskus. Semenjak itulah keluarganya banyak belajar
tentang masyarakat dan berusaha mengejar ilmu pengetahuan akademik.
Sekitar 13 tahun sebelum Ibnu Taimiyyah lahir, Dinasti Mamluk
membangun kekuasaan di Suriah dan Mesir. Dalam Bahasa arab, mamluk artinya
budak.8 Orang mamluk aslinya menjadi dan majikannya, Sultan Ayyubiah yakni
keturunan dari shlmlahuddin Al-Ayyub, sebuah pulai dekat sungai Nil. Oleh karna
itu, nama asli mereka adalah kaum bahrites (dari kata bahr, artinya sungai).
Penguasa pertama dari dinasti Mamluk (1260-1383 M) dikenal dengan nama
bahrite mamluks.9 Masa pemerintahannya awal dinasti itu bersamaan dengan masa
hidup Ibnu Taimiyyah, Ketika ia tinggal di damaskus maupun sebagian di kairo.
Hlm ini bisa dengan menggambarkan kondisi politik, social dan ekonomi di Mesir
dan Suriah pada masa itu.
Pengaruh kekuasaan Mamluk tumbuh terus menerus selama masa
pemerintahan Kesultanan Al-Ayyubiyyah di Mesir. Di tahun 1250, Sultan Turan
dibunuh oleh kaum Bahrite Mamluk yang kemudian merebut kekuasaan Amir
Aibak yakni seorang budak Sultan Turan, ia tampil sebagai pemimpin
7 Schumpeter, Histori of Economic Analysis (London: Allen & Unwin, 1972), hlm.69
8 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 15 9 Muir, S. William, The Mameluke or slave Dynasty Of Egypt (London: Smith, elder &
Co., 1896) hlm. 312
14
pemerintahan dan kemudian memproklamasikan dirinya sebagai sultan. Aibak
sendiri dibunuh tahun 1257 dan anaknya yang masih kecil dinobatkan diri menjadi
sultan dengan nama Qutuz (1259-1260). Meskipun sejumlah pejabat Mamluk
hanya menjadikannya sebagai boneka. Di tengan kemenangannya itu, kurang dari
setahun kemudian ia ditikam hingga mati oleh bekas budak lainnya, baibar yang
kemudian tampil menjadi sultan Mesir yang baru (1260-1277).Baibar melalui
pemerintahannya yang bijaksana, berhasil mempertahankan kekuasaannya dan
popularitasnya. Ia mengurangi pungutan pajak dan membuat penguasa yang di
gantikannya semakin tidak popular di mata rakyat. Ia mengembangkan pekerjaan-
pekerjaan untuk kepentingan umum, membangun kanal dan pelabuhan serta kubu
pertahanan.10
Setelah mempertahankan tahta Mesir, Sultan Baibar menyusun gagasan
untuk membangun kembali kembali kekaisaran Abbasiyah, yang sekitar tiga tahun
sebelum dibersihkan oleh Hulagu (1256-1265) di Baghdad. Ketika mendengar ada
salah satu keluarga dari dinasti Abbasiyah selamat dari pembantaian mongol,
Baibar membawanya dari Suriah ke Kairo dan menobatkannya sebagai Khlmifah.
Baibar dan pengikutnya mengucap sumpah setia kepadanya. Sebagai Imbalannya,
ia menganugrahi Baibar dengan jabatan yang sangat mulia. Dengan legitimasi
relijius yang diberikan khlmifah, peranan baibar semakin kuat.
Namun setelah Baibar meninggal, selama masa 13 tahun, sebanyak 9 sultan
susul menyusul bergantian menaiki tahta. Akan tetapi, tidak ada di antara mereka
10 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 16
15
yang mampu bertahan cukup lama kecuali sultan Qalawun (1279-1290) yang
mampu memerintah dengan bijaksana dan membangun kesultanan yang
kokoh.selama masa 12 tahun pemerintahannya, dia berhasil mengalahkan musuh
dan penantangnya serta membuat Mesir secara politik dan ekonomi menjadi sangat
kuat.
Yakni sekitar tahun 1309, Sultan Qalawun tampil ke tahta untuk ke-
tigakalinya dan berkuasa kurang lebih selama 13 Tahun. Inilah masa emas bagi
dinasti Mamluk. Ia memperkenalkan sejumlah pembaruan politik dan ekonomi
serta memperluas hubungan diplomatic dengan negara negara tetangga. Ia sangat
menghargai ulama dan kaum intelektual.11
Pada masa ini, Ibnu Taimiyyah mampu merai pengalaman akademik, politik
dan ekonomi. Sultan Nasir memberikannya kedudukan yang tinggi di antara para
ulama, setelah ia di jemput dari penjara akibat sejumlah kesalahpahaman,
perbedaan dan perselisihan pendapatnya dengan sejumlah ahli hukum yang
menentang dirinya dan gagasan-gagasannya.
Terdapat sebuah ikatan yang sangat erat antar sultan-sultan mesif dan raja-
raja india.Sultan Mahmud Tughluk dan Firuz shah, memperoleh gelar kehormatan
dari khlmifah Abbasiyah di Mesir. Mereka mengirm duta ke m=Mesir untuk
memperoleh bantuan untuk melawan Mongol.
11 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 17
16
Ketika di analisis, ternyata ancaman yang paling besar bagi dinasti
mamlukterjadi sejak awal dari kekuatan mongol di TransoXanianyang terus
berusaha mengembangkan wilayah kekuasaannyake irak dan beberapa kali
menyerang Suriah. Oleh karna itu sultan mamluk kehilangan kehormatannya. Dan
beberapa kali juga kekuasaan mamluk harus mundur namun,Sultan Nasir berhasil
menaklukkan Gubenur mongol, sehingga setelah itu tidak ada lagi kekuatan mongol
yang berani memasuki Mesir.
Masalah internal pemerintahan kelultanan Mamluk merupakan salah satu
sumber instabilitas. Hlm itu disebabkan oleh invasi pasukan mongol yang
meninggalkan berbagai bentuk anarki dan juga karna pergantian pergantian sultan.
Dan semenjak itulah tidak dapat diterima secara sepakat sebuah tatanan atau sistem
sukses setelah meninggalnya sejumlah sultan. Karna sejumlah tokoh mamluk
maupun amir saling berambisi dan berjuang untuk memperoleh kekuasaan.
Akbibatnya, terjadilah sejumlah gangguan keamanan, Selama pemerintahan
mereka terjadi perkembangan di bidang ilmu pengetahuan akademis dan
ekonomi.12
1. Latar Belakang Sosial
a. Struktur dalan bermasyarakat
Struktur di dalam masyarakat Mamluk terbagi menjadi 3 kelas. Pertama
yakni bangsa Mamluk sendiri. Mereka memandang rendah para petani bahkan
12 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 18
17
menolak berbaur dengan mereka. Kedua, di samping bangsa Mamluk adalah
masyarakat lain yang disebut dengan Ahl al-Imamah atau bisa juga disebut “kaum
serbanan” yang bekerja di sejumlah kanttor pemerinntahan. Bangsa Mamluk sangat
menghormati ulama karena mereka belajar ilmu agama terhadapnya. Akan tetapi
para elite Mamluk ini sangat khawatir karna para ulama itu tidak pernah ragu dalam
menyampaikan kritik ketika melihat sesuatu yang bertentangan dengen perintah
agama yang secara benar. Dan ketiga yakni para pedagang dan pengusaha, karna
memiliki kekayaan yang lebih dan menjadi obyek pungutan pajah bahkan mangsa
penyitaan.13
Di dalam latar belakang sosial pasti terjadi beberapa konflik dan kerusuhan,
hlm ini sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial dan intelektual. Herbert Heaton
menulis dalam bukunya Economic History Of Europe, Kerusuhan yang terjadi
ibarat angin surga yang memberi kesempatan untuk memperkuat jejak kaki yang
mempertemuka timur dan barat. Orang-orang muslim dan nasrani secara bebas
bercampur baur dalam kehidupan sosial, ekonomi dan akademis, dan menghasilkan
kemanfaatan bersama.
b. Intelektual dan Pendidikan
Di dalam pembahasan ini, tentunya sudah penulis jelaskan juga
bahwasannya Mesir dan Suriah ini menjadi pusat pengkajian ilmu pengetahuan
selama periode Mamluk. Sejumlah lembaga pendidikan madrasan yang didirikan
13 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 23
18
sultan di sejumlah kota berbeda dengan di seluruh wilayah kesultanan.14 Ada
sejumlah pengajar spesialis tentang subjek tertentu, memberikan sertifikat kepada
para murid mereka yakni setelah menyelesaikan studinya. Nilai dan sertifikat ini
tergantung pada kapasita personal dari guru-guru itu sendiri. (37) Sultan sultan
Mamluk sangat suka mengkoleksi buku dan membangun sejumlah perpustakaan.
Hamper di setiap madrasan dan masjid ada perpustakaan yang sangat bernilai.
Sultan Qalawun memperkaya koleksi perpustakaannya dengan sejumlah buku dan
tafsir Al-Quran, hadis yurisprudensi, ilmu Bahasa, buku pengobatan, literature dan
puisi.
Di dalam ruang lingkup Geografi, sejumlah buku yang sangat berharga
ditulis pada periode ini. Yang cukup penting misalnya buku Taqwiim al-Buldan
yang dalam argumentasinya ia menyebutkan bahwa bumi itu bulat dan setiap orang
yang berjalan mengelilinginya akan memperoleh pengalaman yang bermanfaat dan
kehilangan masa satu hari.15
Buku buku geografi yang ditulis pada masa itu, masih memiliki nilai penting
hingga saat ini. Di antaranya yang paling terkenal yakni penulis biografi
muslimadalah Ibnu Khlmikan yang hidup di Suriah. Ia pertama kali menerbitkan
kamus biografi tentang tokoh nasional dalam Bahasa arab yang berjudul Wafayat
al-A’yan wa anba’ ahl-Zaman, kemudian Al-Kutubi menulis pelengkap buku
seperti di Aleppo yang berjudul Fawat al-Wafayat.
14 ‘Ashur, S.A.F, al-‘Asr al-Mamaliki (Kairo: Dar al-Nahdahah al-Arabiyah,1965), hlm.
330-331 15 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 26
19
Kemudian karya tulisan sejarah yang demikian populernya diteruskan dan
diikhtisarkan oleh penulis-penulis kemudian. Buku karya Ibnu Katsir yang berjudul
al-Bidayah wa al-Nikayah, juga merupakan karya yang sangat bernilai dalam
sejarah Islam. Ada 14 jilid yang berkaitan dengan periode itu. Ibnu katsir juga
sangat dikenal sebagai Penafsir Al-Quran. Nuwairi juga banyak menjabat dalam
pmerintahan kesultanan Mamluk yang menulis buku Nihayah al-Arab fi Funun al-
Adab sebanyak 13 jilid. Sebagian di antaranya berkaitan dengan kegiatan
pemerintahan, Khususnya pada jilid kedelapan yang bernilai sangat penting dalam
riset sistem keuangan di Mesir, Pada masa itu.
Dalam bidang ilmu Bahasa dan literature teologi, periode ini juga
memberikan kontribusi yang sangat besar. Sejumlah kamus Arab yang sangat
otentik dan terbesar, misalnya Lisan al-‘Arab, sebanyak 20 jilid cukup tebal,
dipersiapkan oleh Ibnu Manzur (1331). Ahli grametika Bahasa Arab Abu Hayyan
al-Tahwidi juga hidup di masa ini. Ahli teologi al-Dhahabi, al-Nawawi, Izzuddin
bin ‘Abdul-Salam, al-Subki, dan Ibnu al-Qoyyim juga hidup pada masa itu.16
B. Aktifitas dan Kegiatan
1. Aktifitas Ibnu Taimiyyah
Aktifitas dan kegiatan Ibnu Taimiyyah ini adalah mengajar dan hubinya
dalam menulis, di dalam metode mengajarnya sangat elegan dan mencolok, bahkan
penuh dengan referensi yang otentik, diperkuat dengan argumentasi rasional dan
16 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 28
20
bukti-bukti dari Hadits nabi. Dalam memberikan khotbah tentang subyek apapun,
ia selalu mengutip ayat Al-Quran sebagai dasarnya, membahas maknanya dengan
referensi silang dengan Hadits nabi. Kemudian ia menguraikan dengan pendapat
para imam yang relevan srtapendapat para ahli fiqih termasyhur lainnya. Caara
membahas masalahnya ini menggunakan berbagai jalan, sehingga masalah dan
jalan keluarnya menjadi jelas dalam pikiran para pendengarnya. Ibnu Taimiyyah
memiliki ingatan yang sangat bagus , yang membantunya membanjiri lawan
lawannya dalam berpolemik.17
Menurut Ibnu Taimiyyah pada garis besarnya metode pengajaran dapat
dibagi kepada dua bagian, yaitu metode ilmiah dan metode iradiah. Hlm ini
didasarkan pada pemikirannya bahwa al-Qalb (hati) merupakan alat untuk belajar.
Hatilah yang mengendalikan anggota badan dan mengarahkan jalannya. Menurut
Ibnu Taimiyyah bahwa al-qalb (hati) tersebut memiliki dua daya, yaitu daya ilmiah
atau daya berpikir, dan daya iradiah yaitu kecenderungan untuk mengamalkan apa
yang dipikirkan. Pemikiran tersebut dimulai dalam hati dan berakhir dalam hati dan
ketika iradah (kemauan) bermula di dalam hati dan berakhir pada anggota badan,
pada puncaknya penggunaan kedua daya tersebut di dalam akal. Dengan demikian,
akal merupakan sifat yang terdapat pada hati, yaitu pemikiran dan kemauan.
Melalui daya ilmiah, hati seorang akan menghasilkan ma’rifah (pengetahuan yang
mendalam) dan ilmu (pengetahuan biasa). Tujuan utama metode ini adalah
mendidik kemauan seorang pelajar sehingga hatinya tergerak untuk tidak
17 Ibnu Katsir, al-bidayah wa al-Nihayah (Beirut: Maktabah al-Ma’arif, 1966), Vol. 14,
hlm. 45.
21
menginginkan sesuatu kecuali yang diperintahkan Allah SWT, dan mendapatkan
cinta-Nya. Untuk terlaksananya metode ini diperlukan tiga syarat: pertama, dengan
mengetahui maksud dari iradah, kedua dengan mengetahui tujuan dari iradah,
ketiga mengetahui tindakan yang sesuai untuk mendidik iradah tersebut.
Adapun yang dimaksud dengan syarat pertama, mengetahui iradah, menurut
Ibnu Taimiyyah mengetahui daya kecintaan dan berusaha memilih sesuatu yang
menggerakkan manusia dan mengarahkannya kepada tujuan tertentu, yaitu
kemampuan untuk menyeimbangkan antara tiga daya, daya aqliyah, daya ghadah
(amarah), dan daya syahwat (kecenderungan pada nafsu biologis). Di atas daya-
daya ini terdapat daya akal yang membedakan antara manusia dengan binatang dan
menjadikannya sejajar dengan para malaikat dalam kedudukannya. Bahkan orang
yang akalnya dapat mengalahkan syahwatnya ia akan lebih utama daripada
malaikat. Sebaliknya orang yang terkalahkan akalnya oleh syahwatnya maka ia
lebih hina dari binatang. Yang dimaksud dengan syarat kedua untuk mendidik
iradah yang mulia adalah adanya tujuan yang mulia yang sesuai dengan kedudukan
manusia sebagaimana makhluk yang paling mulia.18
Menurut Ibnu Taimiyyah pada mulanya tujuan penciptaan manusia adalah
untuk mencapai tujuan hidup, bekerja dan berjuang serta memperdalam sesuatu
yang dapat mengantarkan skripsi ini sampai pada tujuan. Tujuan tersebut adalah
mencapai keridhaan Allah. Sedang alat untuk mencapai tujuan adalah
melaksanakan apa yang diperintahkan rasul, yakni ibadah sebagaimana
18 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 76
22
disyariatkan Allah. Adapun seluruh aspek kehidupan lainnya yang tampak dalam
bidang kebudayaan, kegagahan, makanan dan lainnya tidak akan pernah mencukupi
kebutuhan manusia dalam beribadah dan mencintai Allah seperti dalam firman
Allah:
ر للاوبهم بذك
لن ق مٮ
ط
منوا وت
ذين ا
ل ا
بذك
لوب ا
قل
ن ال مٮ
ط
ت
ر للا
“Ingatlah bahwa hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tenang”.
(QS. Ar-Ra’d: 28).
Adapun syarat yang ketiga adalah lingkungan yang mulia. Hlm ini dapat
mendorong terjadinya kerjasama bantu membantu antara seluruh kekuatan yang
efektif dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu, harus ada upaya untuk
menumbuhkan kehidupan sosial kemasyarakatan yang baik dan menjauhi
perbuatan maksiat dan tercela. Hlm ini penting karena jiwa manusia apabila
terpengaruh akhlak yang buruk akan amat sulit untuk diperbaiki. Metode
pengajaran/ cara memperoleh pengetahuan yang dipaparkan Ibnu Taimiyyah
menurut penulis adalah menggunakan pendekatan rasional/ metode ilmiah karena
dengan menggunakan pemikiran dan argumen akan diperoleh ilmu yang kemudian
menyeimbangkan antara amal dan pengetahuan. Sedangkan metode iradah sama
dengan pendekatan empirisme yakni ilmu pengetahuan diperoleh melalui panca
indera yang kemudian menjadi pengalaman seseorang. Indera merupakan
instrument untuk menghubungkan ke alam.19 Dari paparan di atas, dapat pemakalah
19 Jalaluddin Rahmat, dalam Ali Abdul Adhim, Epistemologi dan Aksiologi, Ilmu
Perspektif Al-Qur’an. (Bandung: PT Rosdakarya, 1989), hlm. 14-16
23
simpulkan bahwa Ibnu Taimiyyah termasuk aliran yang menggabungkan antara
pendekatan empirisme dan rasionalisme. Aliran ini berkeyakinan bahwa cara untuk
memperoleh ilmu pengetahuan itu melalui pengertian dan penginderaan, karena
pengertian tidak dapat melihat dan indera tidak dapat berpikir, sehingga rasio
danindera perlu disatukan.20
2. Kegiatan Ibnu Taimiyyah
Gayanya dalam menulis juga sangat elegan karna tulisannya sangat kaya
dengan referensi yang dalam dari sumber al-Quran, Hadits, pendapat para sahabat
dan tabiit-tabiin dan para ahli fiqih, sehingga pembaca muslim manapun merasa
hidup di zaman yang penuh berkah. Dari pandangan-pandangan yang ada dalam
literature itu, tulisannya mengandung unsur estetika yang tinggi. Dari sudut sastra,
pemikirannya sangat jernih, juga tekhnik menulisnya yang tinggi, tidak bisa
dibandingkan dengan karya sastra manapun.
Akan tetapi, berlawanan dengan kehebatan itu , ada saja tuduhan tuduhan
buruk akan tulisannya. Menurut pendapat mereka yang membenci Ibnu Taimiyyah,
tulisannya memiliki kelemahan yang cukup terlihat misalnya, dia seringkali
“melantur”.21
C. Karya karya Ibnu Taimiyyah
20 Sahri Muhammad, Rasyunah Azes. Pengantar Menuju Ilmu Pengetahuan dalam Islam.
(Malang: YPSA, 1981), hlm. 34. 21 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 76
24
Ibnu Taimiyyah memiliki banyak karya ilmiah yang sangat fantastis. Ia
memiliki banyak karya buku yang menguraikan tentang hukum, ekonomi, filsafat
dan masih banyak lagi yang lainnya. Para peneliti tidak bisa menentukan berapa
banyak jumlah buku yang dikarang oleh Ibnu Taimyah. Namun mereka dapat
memperkirakan sekitar 300-500 buah buku karya ilmiah yang dibuat oleh Ibnu
Taimiyah baik dalam jumlah besar maupun dalam jumlah kecil.
Penulis kitab Fatawat al-Wafayat menyebutkan karangan-karangan Ibnu
Taimiyah mencapai 300 buah buku di antaranya; Majmu’Fatawa Syaikh al-Islam,
Iqtitip al-Siratal Mustaqim wa Mukhlmafah Ashab al Jahir, al Sarim al Maslul ‘Ula
Syatim al Rasul, al Jawab al Salih Liman Baddala Din al Masih, al Jawami fi al
Siyasah al Ilahiyah wa al Ayat al Nabawiyah, al-Rass ‘ala al Mantiqin, al Siyasah
al Syar’iyyah fi Ishlah al Ra’I wa al Ra’Iyah, Fatawa Ibnu Taimiyah, al Hisbah fi
al Islam dan sebagainya.22
Beliau memahami semua Hadits yang termuat dalam Kutubus Sittah dan
Al-Musnad. Dalam mengemukakan ayat-ayat sebagai hujjah atau dalil, beliau juga
memiliki kehebatan yang luar biasa, sehingga mampu mengemukakan kesalahan
dan kelemahan para mufassir atau ahli tafsir. Tiap malam beliau menulis tafsir,
fiqh, ilmu ‘ushul sambil mengomentari para filusuf. Sehari semalam ia mampu
menulis empat buah kurrosah (buku kecil) yang memuat berbagai pendapatnya
dalam bidang syari’ah. Karyanya yang terkenal adalah Majmu’ Fatawa yang berisi
masalah fatwa-fatwa dalam agama Islam.
22 Amalia Euis, Sejarah Pemikiran ekonomi Islam, Jakarta: Gramata Publishing, 2010,
Hlm 206
25
Dalam bidang ekonomi beliau membahas tentang prinsip-prinsip ekonomi
yang dituliskan dalam dua buku yaitu: al Hisbah fi al Islam ( Lembaga Hisbah
dalam Islam) dan al Siyasah al Syari’iyyah fi Ishlah al Ra’I wa al Ra’iyyah (Hukum
publik dan privat dalam Islam) yang akan di jelaskan di bab berikutnya.23
Begitu banyak karya-karya yang dibuat oleh Ibnu Taimiyyah yang
memberikan perubahan terhadap perkembangan dunia Islam, berkat gagasan dan
wawasan keilmuannya beliau dikenal sebagai pembaharu dengan pengertian
memurnikan ajaran agama Islam agar tidak tercampur dengan hlm-hlm yang
berbau bid’ah. Di antaranya melakukan reformasi melawan praktek-praktek yang
tidak Islami, berbuat untuk kebaikan publik melalui intervensi pemerintah dalam
kehidupan ekonomi serta mendorong keadilan dan keamanan publik untuk
menjaga mereka dari sikap mementingkan diri sendiri.
23 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997) hlm. 65
26
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG EKONOMI ISLAM
A. Definisi Ekonomi Islam
Untuk mendapatkan definisi ekonomi Islam, kami melakukan pendekatan
secara terminologi. Pendekatan secara terminologi adalah upaya mendefinsisikan
sesuatu berdasarkan pendapat dari para ahli, seperti berikut ini. Menurut
Muhammad Abdul Manan, ekonomi Islam adalah sebuah cabang Ilmu Pengetahuan
Sosial yang mempelajari mengenai masalah-masalah ekonomi masyarakat yang
diangkat dari nilai-nilai Islam.1 Lebih lanjut beliau berpendapat bahwa Ekonomi
Islam merupakan bagian dari suatu tata kehidupan lengkap yang didasarkan pada
empat bagian nyata dari pengetahuan, yaitu Alquran, sunnah, ijma dan qiyas.
Hasan az-Zaman juga mengungkapkan tentang Pengertian Ekonomi Islam.
Ekonomi Islam merupakan pengetahuan, aplikasi dan aturan syariah yang
mencegah ketidakadilan dalam permintaan dan pembuangan sumber daya material
untuk memberikan kepuasan kepada manusia. Tidak hanya itu, Ekonomi Islam juga
memungkinkan mereka untuk melakukan kewajiban mereka kepada Allah dan
masyarakat. Begitupun Monzer Kahf juga mengungkapkan tentang Pengertian
Ekonomi Islam. Bahwa Ekonomi Islam adalah bagian dari Ilmu Ekonomi yang bisa
1 Amalia Euis, Sejarah Pemikiran ekonomi Islam, Jakarta: Gramata Publishing, 2010, hlm
32
27
mempunyai sifat interdisipliner. Dalam arti kajian ekonomi Islam ini tidak dapat
berdiri sendiri tetapi perlu penguasaan yang baik dan mendalam terhadap ilmu-ilmu
syariah dan ilmu pendukungnya. Bagi yang lintas keilmuan termasuk di dalamnya
terhadap ilmu-ilmu yang berfungsi sebagai tool of analysis; seperti matematika,
statistik, logika, ushul fiqh.
Berdasarkan keterangan di atas maka dapat penulis simpulkan bawasannya
Definisi dari ekonomi Islam yakni Suatu ilmu pengetahuan dalam bidang sosial
yang membahas dan mengatur akan perekonomian pada masyarakat, baik produksi,
konsumsi, harga maupun distribusi yang dilandasi oleh Al-Quran maupun Hadits.
B. Sejarah Ekonomi Islam
1. Perekonomian pada masa Nabi Muhammad SAW
Pemikiran Ekonomi Islam diawali sejak Nabi Muhammad SAW ditunjuk
sebagai seorang Rasul. Rasululllah SAW mengeluarkan sejumlah kebijkan yang
menyangkut berbagai hlm yang berkaitan dengan masalah kemasyarakatan, selain
masalah hukum (fiqih), politik (siyasah), juga masalah perniagaan atau ekonomi
(muamalah).2 Masalah-masalah ekonomi umat menjadi perhatian Rasulullah SAW,
karena masalah ekonomi merupakan pilar penyangga keimanan yang harus
diperhatikan. Selanjutnya, kebijakan-kebijakan Rasulullah SAW menjadikan
pedoman oleh para Khlmifah sebagai penggantinya dalam memutuskan masalah-
2 Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Kediri: Pustaka Pelajar,
2010), Cet.1, hlm. 17
28
masalah ekonomi. Al-Qur’an dan Al-Hadist digunakan sebagai dasar teori ekonomi
oleh para Khlmifah juga digunakan oleh para pengikutnya dalam menata kehidupan
ekonomi negara. Perkembangan pemikiran-pemikiran pada masa-masa tersebut
adalah sebagai berikut.3
Rasulullah diberi amanat untuk mengemban dakwah Islam pada umur 40
tahun. Pada masa Rasulullah SAW, tidak ada tentara formal. Semua muslim yang
mampu boleh jadi tentara. Mereka tidak mendapatkan gaji tetap, tetapi mereka
diperbolehkan mendapatkan bagian dari harta rampasan perang. Rampasan tersebut
meliputi senjata, kuda, unta, domba, dan barang-barang bergerak lainnya yang
didapatkan dari perang. Situasi berubah setelah turunnya Surat Al-Anfal ayat 41 :
س مسه وللر خ
ن لل
أيء ف
نمتم من ش
ما غ ن
موا أ
يتامى ول ول واعل
قربى وال
ذي ال
ساكين وابن وال
ن وما أ
نتم آمنتم بالل
بيل إن ك ان يوم الس
فرق
ا يوم ال
ى عبدن
نا عل
زل
دير يء ق
ش
ل ى ك
عل
جمعان, وللا
ى ال
تق
ال
“Ketahuilah sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai
rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul,
Kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan Ibnu sabil, jika
kamu beriman kepada Allah dan kepada yang Kami turunkan kepada
hamba Kami (Muhammad) di hari furqaan, yaitu di hari bertemunya dua
pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Rasulullah SAW biasanya membagi seperlima (khums) dari rampasan
perang tersebut menjadi tiga bagian, bagian pertama untuk beliau dan keluarganya,
bagian kedua untuk kerbatnya dan bagian ketiga untuk anak yatim piatu, orang yang
sedang membutuhkan dan orang yang sedang dalam perjalanan. Empat perlima
3 Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Kediri: Pustaka Pelajar,
2010), Cet.1, hlm. 17-23
29
bagian yang lain dibagi diantara prajurit yang ikut perang, dalam kasus tertentu
beberapa orang yang tidak ikut serta dalam perang juga mendapat bagian.
Penunggang kuda mendapat dua bagian, untuk dirinya sendiri dan kudanya.
Pada masa Rasulullah SAW, beliau mengadopsi praktik yang lebih
manusiawi terhadap tanah pertanian yang telah ditaklukkan sebagai fay’ atau tanah
dengan kepemilikan umum. Tanah-tanah ini dibiarkan dimiliki oleh pemilikinya
dan penanamnya, sangat berbeda dari praktik kekaisaran Romawi dan Persia yang
memisah-misahkan tanah ini dari pemiliknya dan membagikannya kepada elit
militernya dan para prajurit. Semua tanah yang dihadiahkan kepada Rasulullah
SAW (iqta’) relatif lebih kecil jumlahnya dan terdiri dari tanah-tanah yang tidak
bertuan. Kebijakan ini tidak hanya mambantu mempertahankan kesinambungan
kehidupan administrasi dan ekonomi tanah-tanah yang dikuasai, melainkan juga
mendorong keadilan antar generasi dan mewujudkan sikap egaliter.4
Pada tahun kedua setelah hijrah, sedekah ini kemudian dengan zakat fitrah
yang dibayarkan setiap kali setahun sekali pada bulan ramadhan. Besarya satu sha
kurma, gandum, tepung keju, atau kismis, setengah sha gandum untuk setiap
muslim, budak atau orang bebas, laki-laki atau perempuan, muda atau tua dan
dibayar sebelum shlmat idul fitri.
Zakat diwajibkan pada tahun ke-9 hijrah, sementara shadaqah fitrah pada
tahun ke-2 hijrah. Akan tetapi ahli hadist memandang zakat telah diwajibkan
4 Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Kediri: Pustaka Pelajar,
2010), Cet.1, hlm. 24
30
sebelum tahun ke-9 hijrah ketika Maulana Abdul hasan berkata zakat diwajibkan
setelah hijrah dan kurun waktu lima tahun setelahnya. Sebelum diwajibkan, zakat
bersifat sukarela dan belum ada peraturan khusus atau ketentuan hukum.
2. Perekonomian Di Masa Khulafaurrasyidin
1. Abu Bakar
Abu Bakar merupakan Khlmifah pertama yang di angkat setelah Nabi
Muhammad SAW wafat. Sebelum menjadi Khlmifah Abu Bakar tinggal di
pinggiran kota Madinah.25 Setelah 6 bulan, Abu Bakar pindah ke Madinah dan
bersamaan dengan itu sebuah Baitul Mal dibangun. Sejak menjadi Khlmifah,
kebutuhan keluarganya diurus oleh kekayaan dari Baitul Mal ini. Menurut beberapa
keterangan beliau diperbolehkan mengambil dua setengah atau dua tiga perempat
dirham setiap harinya dari Baitul Mal dengan beberapa waktu. Ternyata tunjangan
tersebut kurang mencukupi sehingga ditetapkan 2000 atau 2500 dirham dan
menurut keterangan 6000 dirham per tahun.
Khlmifah Abu Bakar sangat memperhatikan keakuratan perhitungan zakat.
Beliau juga mengambil langkah-langkah yang tegas untuk mengumpulkan zakat
dari semua umat Islam termasuk Badui yang kembali memperlihatkan tanda-tanda
pembangkangan sepeninggal Rasulullah SAW.
2. Umar bin Khattab (40SH – 23H / 584 – 644 M)
5 M. Rida, Abu Bakar Assh-Shiddiq Awalu Al-Khulafa Ar-Rasyidin, (Beirut: Dar Al-
fikr,1983), hlm, 7.
31
Khlmifah Umar sangat memperhatikan sektor ekonomi untuk menunjang
perekonomian negerinya. Pada masa keKhlmifahan Umar banyak dibangun saluran
irigasi, waduk, tangki kanal, dan pintu air seba guna untuk mendistribusikan air di
ladang pertanian. Hukum perdagangan juga mengalami penyempurnaan untuk
menciptakan perekonomi secara sehat. Umar mengurangi beban pajak untuk
beberapa barang, pajak perdagangan nabati dan kurma Syiria sebesar 50%. Hlm ini
untuk memperlancar arus pemasukan bahan makanan ke kota. Pada saat yang sama
juga dibangun pasar agar tercipta peradangan dengan persaingan yang bebas. Serta
adanya pengawasan terhadap penekanan harga. Beliau juga sangat tegas dalm
menangani masalah zakat. Zakat dijadikan ukuran fiskal utama dalam rangka
memecahkan masalah ekonomi secara umum. Umar menetapkan zakat atas harta
dan bagi yang membangkang didenda sebesar 50% dari kekayaannya.6
Pada masa beliau dibangun Institusi Administrasi dan Baitul Mal yang
reguler dan permanen di Ibu Kota, yang kemudian berkembang dan didirikan pula
Baitul Mal cabang di ibu kota propinsi. Baitul Mal secara tidak langsung berfungsi
sebagai pelaksana kebijakan fiskal negara Islam. Harta Baitul Mal dipergunakan
mulai untuk menyediakan makanan bagi para janda, anak-anak yatim, serta anak-
anak terlantar, membiaya penguburan orang-orang miskin, membayarkan utang
orang-orang yang bangkrut, membayar uang diyat, untuk kasu-kasus tertentu,
sampai untuk pinjaman tanpa bunga untuk tujuan komersial.
6 Nur Chamid, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Kediri: Pustaka Pelajar,
2010), Cet.1, hlm. 27
32
Bersamaan dengan reorganisasi Baitul Mal, Umar mendirikan Diwan Islam
yang disebut Al-divan. Al-divan adalah kantor yang mengurusi pembayaran
tunjangan-tunjangan angkatan perang dan pensiun serta tujangan lainnya secara
reguler dan tepat. Khlmifah Umar juga membentuk komite yang terdiri dari Nassab
ternama untuk membuat laporan sensus penduduk Madinah sesuai dengan tingkat
kepentingan dan kelasnya.7
3. Ustman bin Affan ( 47 SH – 35H / 577 – 656 M )
Khlmifah Ustman mengikuti kebijakan yang ditetapkan oleh Umar. Pada
enam tahun pertama Balkh, Kabul, Ghazni Kerman, dan Sistan ditaklukan.
Kemudian tindakan efektif dilakukan untuk pengembangan sumber daya alam.
Aliran air digali, jalan dibangun, pohon-pohon ditanam untuk diambil buah dan
hasilnya dan kebijakan di bidang keamanan perdagangan dilaksanakan dengan
pembentukan organisasi kepolisian tetap.8
Ustman mengurangi jumlah zakat dari pensiun. Tabri menyebutkan ketika
Khlmifah Ustman menaikkan pensiun sebesar seratus dirham, tetapi tidak ada
rinciannya.Beliau menambahkan santunan dengan pakaian. Selain itu ia
memperkenalkan kebiasaan membagikan makanan di masjid untuk orang-orang
miskin dan musafir.
7 Amir Nuruddin, Studi tentang Perubahan Hukum Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 1991),
hlm. 136
8 Deliarnoer, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1995) hlm. 11-23
33
Pada masa Ustman, sumber pendapatan pemerintah berasal dari zakat, ushr,
kharaj, fay, dan ghanimah. Zakat ditetapkan 2,5 persen dari modal aset. Ushr
ditetapkan 10 persen iuran tanah-tanah pertanian sebagaiman barang-barang
dagangan yang diimpor dari luar negeri. Kharaj merupakan iuran pajak pada
daerah-daerah yagn ditaklukan. Prosentase dari kharaj lebih tinggi dari ushr.
Ghanimah yang didapatkan dibagi 4/5 kepada para prajurit yang ikut andil dalam
perang sedangkan 1/5-nya disimpan sebagai kas negara.
4. Ali bin Abi Thlmib ( 23H – 40H / 600 – 661 M )
Pada masa pemerintahan Ali, beliau mendistribusikan seluruh pendapatan
provinsi yang ada di Baitul Mal Madinah , Busra, dan Kuffah. Ali ingin
mendistribusikan sawad, namun ia menahan diri untuk menghindari terjadi
perselisihan.
Secara umum, banyak kebijakan dari Khlmifah Ustman yang masih
diterapkan, seperti alokasi penegeluaran yang tetap sama. Pengeluaran untuk
angkatan laut yang ditambahkan jumlahnya pada masa Ustman hampir dihilangkan
seluruhnya.
Khlmifah Ali mempunyai konsep yang jelas mengenai pemerintahan,
administrasi umum dan masalah-masalah yang berkaitan dengannnya seperti
mendiskripsikan tugas dan kewajiban dan tanggung jawab penguasa, menyusun
dispensasi terhadap keadilan, kontrol atas pejabat tinggi dan staf, menjelaskan
34
kebaikan dan kekurangan jaksa, hakim dan abdi hukum, menguraikan pendapatan
pegawai administratif dan pengadaan bendahara.9
C. Prinsip Prinsip Ekonomi Islam
Prinsip-prinsip ekonomi Islam yang merupakan bangunan ekonomi Islam
didasarkan atas lima nilai universal yakni : tauhid (keimanan), ‘adl (keadilan),
nubuwwah (kenabian), khilafah (pemerintah) dan ma’ad (hasil). Kelima nilai ini
menjadi dasar inspirasi untuk menyusun teori-teori ekonomi Islam.10
Namun teori yang kuat dan baik tanpa diterapkan menjadi sistem, akan
menjadikan ekonomi Islam hanya sebagai kajian ilmu saja tanpa member dampak
pada kehidupan ekonomi. Karena itu, dari kelima nilai-nilai universal tersebut,
dibangunlah tiga prinsip Derivatif yang menjadi ciri-ciri dan cikal bakal sistem
ekonomi Islami.
Ketiga prinsip Derivatif itu adalah Multitype Ownership, Freedom to Act,
dan Social Justice. Di atas semua nilai dan prinsip yang telah diuraikan di atas,
dibangunlah konsep yang memayungi kesemuanya, yakni konsep akhlak. Akhlak
menempati posisi puncak, karena inilah yang menjadi tujuan Islam dan dakwah
para Nabi, yakni untuk menyempurnakan akhlak manusia. Akhlak inilah yang
menjadi panduan para pelaku ekonomi dan bisnis dalam melakukan aktivitasnya.
Nilai- nilai Tauhid (keEsaan Tuhan), ‘adl (keadilan), nubuwwah (kenabian),
9 Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada ,2006) ed 3, hlm. 85 10 Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami (Jakarta: III T, 2002), hlm. 17
35
khilafah (pemerintah, dan ma’ad (hasil) menjadi inspirasi untuk membangun teori-
teori ekonomi Islam :
1. Tauhid
Prinsip pertama dalam sistem ekonomi Islam adalah tauhid. Karna dari
sinilah lahir prinsip-prinsip yang bukan saja dalam bidang ekonomi, tetapi juga
menyangkut segala aspek kehidupan dunia dan akhirat.11
Tauhid dapat diibaratkan sebagai matahari, yang mana sebagai sumber
kehidupan di bumi dan planet sekelilingnya. Tauhid mengantarkan manusia
mengakui bahwa keesaan Allah mengandung konsekuensi keyakinan bahwa segala
sesuatu bersumber dari Allah dan kesudahannya pun berakhir pada Allah Swt.12
Dalam Islam juga, segala sesuatu yang ada itu tidak diciptakan dengan sia-
sia, tetapi memiliki tujuan. Tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah
kepada-Nya. Karena itu segala aktivitas manusia dalam hubungannya dengan alam
dan sumber daya serta manusia (mu’amalah) dibingkai dengan kerangka hubungan
dengan Allah. Karena kepada-Nya manusia akan mempertanggungjawabkan segala
perbuatan, termasuk aktivitas ekonomi dan bisnis.13
2. Keadilan dan Keseimbangan
11 Shihab, M. Quraish, Menabur Pesan Illahi Al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan
Masyarakat, (Jakarta: Lentera Hati, 2006), hlm. 198 12 Shihab, M. Quraish, Menabur Pesan Illahi Al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan
Masyarakat, Jakarta: Lentera Hati, 2006, h. 402 13 Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam (Jakarta: Raja Wali Pers, 2007),h.14-15
36
Prinsip ekonomi Islam yang kedua ini dimaksudkan bahwa seluruh
kebijakan dan kegiatan ekonomi harus dilandasi paham keadilan, yakni
menimbulkan dampak positif bagi pertumbuhan dan pemerataan pendapatan dan
kesejahteraan seluruh lapisan masyarakat. Adapun yang dimaksud dengan
keseimbangan adalah suatu keadaan yang mencerminkan kesetaraan antara
pendapatan dan pengeluaran, pertumbuhan dan pendistribusian dan antara
pendapatan kaum yang mampu dan kurang mampu.14
Allah adalah pencipta segala sesuatu, dan salah satu sifat-Nya adalah adil.
Dia tidak membeda-bedakan perlakuan terhadap makhluk-Nya secara dzalim.
Manusia sebagai khlmifah di muka bumi harus memelihara hukum Akhmad
Mujahidin, Allah menciptakan bumi dan menjamin bahwa pemakaian segala
sumber daya diarahkan untuk kesejahteraan manusia, supaya semua mendapat
manfaat daripadanya secara adail dan baik. Dalam banyak ayat, Allah
memerintahkan manusia untuk berbuat adil. Islam mendefinisikan adil sebagai
tidak menzalimi dan tidak dizalimi.
Implikasi ekonomi dari nilai ini adalah bahwa pelaku ekonomi tidak
dibolehkan untuk mengejar keuntungan pribadi bila hlm itu merugikan orang lain
atau merusak alam. Tanpa keadilan, manusia akan terkotak-kotak dalam berbagai
golongan. Golongan yang satu akan menzalimi golongan yang lain, sehingga terjadi
eksploitasi manusia atas manusia. Masing-masing beruasaha mendapatkan hasil
yang lebih besar daripada usaha yang dikeluarkannya karena kerakusannya.
14 Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011,
h. 415
37
Keadilan dalam hukum Islam berarti pula keseimbangan antara kewajiban yang
harus dipenuhi oleh manusia (mukallaf) dengan kemampuan manusia untuk
menunaikan kewajiban itu. Di bidang usaha untuk meningkatkan ekonomi,
keadilan merupakan “nafas” dalam menciptakan pemerataan dan kesejahteraan,
karena itu harta jangan hanya saja beredar pada orang kaya, tetapi juga pada mereka
yang membutuhkan.15
3. Kehendak bebas
Kehendak bebas adalah prinsip yang mengantar seorang Muslim menyakini
bahwa Allah Swt. memiliki kebebasan mutlak, namun manusia juga mendapatkan
anugerah kebebasan untuk memilih jalan yang terbentang dihadapannya baik dan
buruk. Manusia yang baik di sisi-Nya adalah manusia yang mampu menggunakan
kebebasan itu dalam rangka penerapan tauhid dan keseimbangan.
Setiap orang tentunya dapat menikmati kebebasan sepenuhnya untuk
berbuat sesuatu atau mengambil pekerjaan apapun atau juga memanfaatkan
kekayaan dengan cara yang ia sukai.16
15 Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam (Jakarta: Raja Wali Pers, 2007),hlm. 16 16 Afzalur Rahman, Al-Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan, terj. H. M. Arifin, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2000), hlm. 194
38
4. Tanggung Jawab
Menurut Islam, bahwa sungguh manusia diberikan kebebasan untuk
menentukan jalan hidup dan memilih dalam bidang usaha ekonomi yang akan
dilakukan, namun kebebasannya ini harus di dasari juga rasa tanggungjawab.17
Konseps tanggung jawab dalam Islam secara komprehensif ditentukan. Ada
dua aspek dari konsep ini yang harus dicatat sejak awal.
1. tanggung jawab menyatu dengan status kekhlmifahan manusia
keberadaannya sebagai wakil Tuhan di muka bumi.
2. konsep tanggung jawab dalam Islam pada dasarnyabersifat sukarela dan
tidak harus dicampuradukkan dengan ‘pemaksaan’ yang ditolak
sepenuhnya oleh Islam.
5. Khalifah
Dalam doktrin Islam manusia diciptakan Allah untuk menjadi khlmifah
(wakil Allah) di muka bumi. Manusia telah diberkahi dengan semua kelengkapan
akal, spiritual, dan material yang memungkinkannya untuk mengemban misinya
dengan efektif.
جعل فيها من يفسد فيها توا أ
ال ق
ليفة
رض خ
ي جاعل في ال
ة إن
ئك
مال
ك لل ال رب
ق
وإذ
س د قح بحمدك ون
سب حن ن
مآء ون
مون }ويسفك الد عل
تم ما ل
عل
ي أ
ال إن
ك ق
{ 30 ل
نسمآء هؤآلء إن ك
نبئوني بأ
ال أ
قة ف
ئك
ال ى ال
م عرضهم عل
ها ث
لسمآء ك
م ءادم ال
تم وعل
مت 31صادقين } ما عل
نآ إل
م ل
عل
ك ل
وا سبحان
الحكيم }{ ق
عليم ال
نت ال
ك أ { 32نا إن
17 Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2011), hlm. 419
39
م غ
عل
ي أ
م إن
كل ل
قم أ
لال أ
سمآئهم ق
هم بأ
نبأ
آ أ م
لسمآئهم ف
نبئهم بأ
ال يآءادم أ
يب ق
تمون }كنتم ت
بدون وما ك
م ما ت
عل
رض وأ
ماوات وال {33الس
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat :
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khlmifah di muka bumi.” Mereka berkata
: “Apakah Engkau hendak menjadikan di bumi itu siapa yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahlm kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Allah berfirman :
“Sesungguhnya Aku me-ngetahui apa yang tidak Engkau ketahui.” Dia mengajar
kepada Adam nama-nama seluruhnya, kemudian memaparkannya kepada para
malaikat, lalu berfirman : “Sebutkanlah kepadaKu nama-nama benda itu, jika
kamu ‘orang-orang’ yang benar.” Mereka berkata : “Maha suci Engkau, tidak ada
yang kami ketahui selain dari apa yang Engkau ajarkan kepada kami.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Allah
berfirman : “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini !”
Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah
berfirman : “Bukankah sudah Aku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku
mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan
kamu sembunyikan?”
Fungsi kekhalifahan manusia adalah untuk mengelola alam dan
memakmurkan bumi ini sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan syariah Allah.
Dalam mengemban tugasnya sebagai khlmifah, ia diberi kebebasan dan juga dapat
berfikir serta menalar untuk memilih antara yang benar dan yang salah, baik dan
buruk dan mengubah kondisi hidupnya ke arah yang lebih baik. Berbeda dengan
paradigma kapitalisme, konsep khilafah mengangkat manusia ke status terhormat
di dalam alam semesta. Serta memberikan arti dan misi bagi kehidupan baik laki-
laki maupun wanita. Arti ini diberikan oleh keyakinan bahwa mereka tidak
diciptakan dengan sia-sia tetapi untuk mengemban sebuah misi. Khlmifah berbuat
sesuai ajaran Tuhan dan berfungsi sebagai wakil wakil Tuhan di muka bumi.18
18 Nurul Huda, “Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis”, (Jakarta; Kencana, 2007),
hlm. 79
40
Manusia bebas memilih berbagai alternatif penggunaan sumber-sumber ini.
Namun karena ia bukan satu-satunya khlmifah tetapi masih banyak milyaran
lagi khlaifah dan saudara-saudranya, maka mereka harus memanfaatkan sumber-
sumber daya itu secara adil dan efisien sehingga terwujud kesejahteraan (falah)
yang menjadi tujuan kegiatan ekonomi Islam. Tujuan ini hanya tercapai jika
sumber-sumber daya itu digunakan dengan rasa tanggung jawab dan dalam batas-
batas yang digariskan syariah dalam simpul maqashid. Konsep khilafah juga
meniscayakan peranan negara dalam perekonomian. Peran penting tersebut antara
lain memberikan jaminan sosial kepada masyarakat, jaminan pelaksanaan ekonomi
Islam, serta kontrol pasar dan memastikan tidak terjadi pelanggaran terhadap hak-
hak orang lain dalam kegiatan bisnis melalui lembaga hisbah. Peran negara dalam
perekonomian tidak berarti bahwa Islam menolak mekanisme pasar sepenuhnya.19
19 Nurul Huda, “Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis”, (Jakarta; Kencana, 2007),
hlm. 80
41
BAB 1V
HASIL KAJIAN TENTANG PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM
MENURUT IBNU TAIMIYYAH
A. Pandangan Ekonomi menurut Ibnu Taimiyyah
Ekonomi Islam ialah suatu ilmu pengetahuan yang berupaya memandang,
meninjau, meneliti yang pada akhirnya menyimpulkan dan menyelesaikan
permasalahan-permasalahan ekonomi dengan cara-cara Islami yakni yg dilandasi
oleh Al-Quran dan Hadits . Titik tekan ilmu ekonomi Islam adalah bagaimana Islam
memberikan pandangan dan solusi atas berbagai persoalan ekonomi yang dihadapi
umat secara umum.
Tidak dapat dipungkiri dan digambarkan bilamana masalah perekonomian
Islam ini akan diabaikan oleh seorang filosof yang sangat jenius dan bahkan sangat
di akui pada masanya, yakni Ibnu Taimiyyah. Ia menyaksikan dengan mata
kepalanya sendiri ketika sejumlah keluarganya bangkrut dan tentunya kehidupan
ekonomi mereka berada karena berada di ombang ambing kebangkrutan tersebut,
kehidupan perekonomian mereka sangat miris bahkan bisa dikatakana berantakan,
yakni dari semenjak awal kehidupannya.1 Keluarganya pun harus mencari tempat
untuk berteduh yakni di sebuah tempat yang tidak cukup untuk di jadikan tempat
1 Ibnu Taimiyyah, Majmu’ Fatawa Shaikh al-Islam (Riyad: Matabi’ al-Riyad,1963), Vol.
24, hlm. 280.
42
peristirahatan untuk tidur lelap, tempat pengungsian dan juga kehilangan harta
benda yang sangat berharga.
Ketika itu, ia melihat dan mengamati serta mengkritisi kehancuran akan
perekonomian secara umum yang melanda negri tercintanya, yang telah di jajah
oleh pasukan Mongol. Tidak hanya diam, tokoh jenius ini ternyata turun untuk
menganalisis mengapa kehancuran ini bisa terjadi, lantas ia berhubungan dengan
seluruh orang dari berbagai tingkatan. Tanpa merasa ragu dan malu, ia memulai
berhubungan dengan kaum Fallahin (buruh tani miskin), tukang batu, sampai para
amir dan sultan.2 Ketika dia terjun langsung dan dengan seketika matanya berkaca-
kaca dikarnakan merasakan penderitaan yang sangat mendalam, yang dihadapi oleh
para faqir dan miskin serta karna eksploitasi oleh para pejabat yang berkuasa.
Semua itu terasa mencekam dalam dinamika pemikirannya, karna itulah ia
membangunkan dan menyadarkan semangat hidupnya, sehingga hlm itu tidak
mungkin membuatnya berpangku tangan begitu saja. Hlm itu smua juga yang
memberikan suatu inspirasi terhadapnya bahwa Islam sebagai sebuah agama,
sangat memberikan perhatian ke ranah masalah-masalah perekonomian saja namun
juga mengembangkan sejumlah prinsip-prinsip dasar tentang masalah tersebut.
Ibnu Taimiyyah menegaskan juga bahwasannya setiap manusia harus
dijamin kecukupan hidupnya pada standar minimum, agar ia mampu mengabdi
kepada Allah SWT dan hidup dengan layak.3
2 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 80 3 Ibnu Taimiyyah, Majmu’ Fatawa Shaikh al-Islam (Riyad: Matabi’ al-Riyad,1963), Vol.
24, hlm. 9.
43
Pada saat yang sama, ia menekankan akan perlunya sebuah keadilan. Ia
menekankan khususnya akan tanggung jawab setiap orang, begitupun negara
karena keduanya harus saling bekerjasama dan tidak boleh saling berkelakuan
aniaya. Menurutnya, keadilan merupakan nilai yang harus dihargai oleh seluruh
bangsa. Ia berkata: “seluruh penduduk setuju bahwa konsekuensi dari ketidakadilan
adalah kesuraman dan buah dari keadilan adalah kemasyhuran bagi seluruh
masyarakat dan bangsa-bangsa.4
Ibnu Taimiyyah juga membahas prinsip prinsip akan permasalahan
ekonomi dalam dua buku, di antaranya Al-Hisbah fi’l-Islam yakniLembaga Hisbah
dalam Islam dan al-Syiasah al-Syariah fi Islah al-Rai wa’l-Ra’iyah yakni Hukum
public dan privat dalam Islam. Dalam buku pertama, ia banyak membahas tentang
pasar dan intervensi pemerintah dalam kehidupan ekonomi. Dan dalam buku kedua,
ia membahas akan masalah pendapatan dan pembiayaan publik.
Terpisah dengan dua buku tersebut, sejumlah karya tulis juga menggali
berbagai masalah yang berkaitan dengan masalah ekonomi. Meskipun terkadang,
kajiannya terlalu meluas, sehingga pandangannya mengenai ekonomi hamper bisa
ditemukan dalam seluruh bukunya.5
B. Pokok Pemikiran Ekonomi Ibnu Taimiyyah.
Menurut Ibnu Taimiyah, suatu harga dipertimbangkan oleh kekuatan
penawaran dan permintaan. naik turunnya harga tak selalu berkait dengan
4 Ibnu Taimiyyah, Majmu’ Fatawa Shaikh al-Islam (Riyad: Matabi’ al-Riyad,1963), Vol.
24, hlm. 11. 5 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 81
44
penguasaan (zulm) yang dilakukan oleh seseorang. Sesekali alasannya adalah
karena adanya kekurangan dalam produksi atau penurunan impor dari barang-
barang yang diminta. Jadi, jika kebutuhan terhadap jumlah barang meningkat,
sementara kemampuan menyediakannya menurun, harga dengan sendirinya akan
naik. Disisi lain, jika kemampuan penyediaan barang meningkat dan permintaan
menurun, harga akan turun. Kelangkaan dan kelimpahan tak mesti diakibatkan oleh
perbuatan seseorang. Bisa saja berkaitan dengan sebab yang tidak melibatkan
ketidakadilan. Atau sesekali bisa juga disebabkan oleh ketidakadilan.6
Ibnu Taimiyah memberikan penjelasan yang rinci tentang beberapa faktor
yang mempengaruhi permintaan dan tingkat harga. Adapun faktor-faktor tersebut
adalah sebagai berikut:7
1. Permintaan masyarakat (al-ragabah) yang sangat bervariasi (people’s
desire) terhadap barang. Faktor ini tergantung pada jumlah barang yang
tersedia (al-matlub). Suatu barang akan semakin disukai jika jumlahnya
relatif kecil (scarce) daripada yang banyak jumlahnya.
2. Tergantung kepada jumlah orang yang membutuhkan barang
(demander/consumer/ tullab). Semakin banyak jumlah peminatnya,
semakin tinggi nilai suatu barang.
3. Harga juga dipengaruhi oleh kuat lemahnya kebutuhan terhadap suatu
barang, selain juga besar dan kecilnya permintaan. Jika kebutuhan terhadap
6 Ibnu Taimiyah, “Alhisbah Fi Al Islam”, (Kairo: Dar al-Sa’ab 1976), h. 41 7 Ibnu Taimiyah, “Majmu’ Fatawa”, (Kairo: Dar al-Sa’ab 1976), h. 304-306
45
suatu barang kuat dan berjumlah besar, maka harga akan naik lebih tinggi
jika dibandingkan dengan jika kebutuhannya lemah dan sedikit.
4. Harga juga akan bervariasi menurut kualitas pembeli barang tersebut (al-
mu’awid). Jika pembeli merupakan orang kaya dan terpercaya (kredibel)
dalam membayar kewajibannya, maka kemungkinan ia akan memperoleh
tingkat harga yang lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tidak
kredibel (suka menunda kewajiban atau mengingkarinya).
5. Tingkat harga juga dipengaruhi oleh jenis uang yang digunakan sebagai alat
pembayaran. Jika menggunakan jenis mata uang yang umum dipakai, maka
kemungkinan harga relatif lebih rendah jika dibandingakan dengan
menggunakan mata uang yang tidak umum atau kurang diterima secara luas.
Hal di atas dapat terjadi karena tujuan dari suatu transaksi haruslah
menguntungkan penjual dan pembeli. Jika pembeli memiliki kemampuan untuk
membayar dan dapat memenuhi semua janjinya, maka transaksi akan lebih mudah
atau lancar dibandingkan dengan jika pembeli tidak memiliki kemampuan
membayar dan mengingkari janjinya. Tingkat kemampuan dan kredibilitas pembeli
berbeda-beda. Hal ini berlaku bagi pembeli maupun penjualnya, penyewa dan yang
menyewakan, dan siapa pun juga. Obyek dari suatu transaksi terkadang (secara
fisik) nyata atau juga tidak nyata. Tingkat harga barang yang lebih nyata (secara
fisik) akan lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak nyata. Hal yang sama
dapat diterapkan untuk pembeli yang kadang-kadang dapat membayar karena
memiliki uang, tetapi kadang-kadang mereka tidak memiliki uang cash dan ingin
46
meminjam. Harga pada kasus yang pertama kemungkinan lebih rendah daripada
yang kedua.
Kasus yang sama dapat diterapkan pada orang yang menyewakan suatu
barang. Kemungkinan ia berada pada posisi sedemikian rupa, sehingga penyewa
dapat memperoleh manfaat dengan tanpa tambahan biaya apapun. Akan tetapi,
kadang-kadang penyewa tidak dapat memperoleh manfaat ini jika tanpa tambahan
biaya, seperti yang terjadi di desa yang dikuasai penindas atau oleh perampok, atau
di suatu tempat diganggu oleh binatang-binatang pemangsa. Sebenarnya, harga
sewa tanah seperti itu tidaklah sama dengan harga tanah yang tidak membutuhkan
biaya-biaya tambahan ini.8
Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Al-Hisbah fi Al-Islam membedakan dua
jenis harga, yakni harga yang tidak adil dan cacat hukum serta harga yang adil dan
sah menurut hukum
ومن هنا یتبين أن السعر منه ما هو ظلم ل یجوز ،ومنه ما هو عدل جائز
Dan dari sini jelaslah bahwa harga itu diantaranya ada yang zholim dan dia
tidak diperbolehkan, dan ada juga yang adil dan dia diperbolehkan
Dalam kitab al Hisbah Ibnu Taimiyah lebih memperjelas apa yang
dimaksud dengan harga yang adil yaitu:
8 Ibnu Taimiyah, “Alhisbah Fi Al Islam”, (Kairo: Dar al-Sa’ab 1976), hlm. 42
47
فإذا كان الناس یبیعون سلعهم على الوجه العروف من غير ظلم منهم وقد
إما لقلة الش يء ، واما لكثرة الخلق ، فهذا إلى هللاا ارتفع السعر
Apabila orang-orang memperjual belikan barang dagangannya dengan cara-
cara yang bisa dilakukan tanpa ada pihak yang dizholimi kemudian harga
mengalami kenaikan karena kurangnya persediaan barang ataupun
bertambahnya jumlah penduduk (permintaan) maka itu semata-mata karena
Allah SWT.9
Di dalam Skripsi ini, penulis hanya menjelaskan 3 pokok pemikiran Ibnu
Taimiyyah, yang mana pemikiran ekonomi ini menjadi pokok atau menjadi suatu
kajian yang menarik untuk di aplikasikan kedalam tulisan ini, pertama Harga Yang
Adil, kedua Pasar Yang Sehat dan ketiga Hak Milik. Berikut ini adalah penjelasan
dalam hlm tersebut.
a. Harga Yang Adil
Ketika membahas harga yang adil maka terdapat pula sebuah mekanisme di
dalam harga, mekanisme harga yakni suatu proses yang berjalan atas dasar gaya
tarik menarik antara konsumen dan produsen, baik dari pasar Output (barang)
ataupun input (faktor-faktor produksi).10 Adapun harga dapat diartikan sebagai
sejumlah uang yang menyatakan nilai tukar suatu unit benda tertentu.
Harga yang adil menurut Ibnu Taimiyyah adalah “Nilai harga di mana
orang-orang menjual barangnya dan diterima secara umum sebagai hlm yang
9 Ibnu Taimiyah, “Alhisbah Fi Al Islam”, (Kairo: Dar al-Sa’ab 1976), hlm. 42 10 Euis Amalia. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. (Jakarta: Grama Publishing, 1996).
48
sepadan dengan barang yang dijual ataupun barang-barang yang sejenis lainnya di
tempat dan waktu berbeda”.11
Konsep Ibnu Taimiyyah yang seringkali ditemukan dalam pembahasan
tentang permasalahan harga, yakni kompensasi yang setara/adil (‘Iwad al-
Mitsl) dan harga yang setara/adil (Tsaman al-Mitsl).12 Dia berkata :” Kompensasi
yang setara akan diukur dan ditaksir oleh hlm-hlm yang setara, dan itulah esensi
dari keadilan (Nafs al-‘Adl)”.
Iwadh al-Mitsl adalah penggantian yang sama yang merupakan nilai harga
sepadan dari sebuah benda menurut adat kebiasaan. Adapun Tsaman al-Mitsl
adalah nilai harga di mana orang-orang menjual barangnya dapat diterima secara
umum sebagai hlm yang sepadan dengan barang yang dijual itu. Keadilan yang
dikehendaki oleh Ibnu Taimiyyah berhubungan dengan prinsip La Dharar yakni
tidak melukai dan tidak merugikan orang lain, dengan berbuat adil maka tidak akan
terjadi kezaliman. Permasalahan tentang kompensasi yang adil muncul ketika
membongkar masalah moral atau kewajiban hukum (berkaitan dengan
kepemilikan). Adapun prinsip-prinsip itu berkaitan dengan kasus-kasus berikut :13
1. Ketika seseorang bertanggung jawab menyebabkan terluka atau rusaknya
orang lain (nufus), hak milik (amwal), keperawanan dan keuntungan
(manafi).
11 Ibnu Taimiyyah, al-hisbah (Kairo: Dar al-Sha’b, 1976), hlm. 25. 12 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm.93 13 Ibnu Taimiyyah, Majmu’ Fatawa Shaikh al-Islam (Riyad: Matabi’ al-Riyad,1963) Vol
29, hlm. 520.
49
2. Ketika seseorang mempunyai kewajiban membayar kembali barang atau
profit yang setara atau membayar ganti rugi atas terluka nya salah satu
bagian dari anggota tubuhnya.
3. Ketika seseorang dipertanyakan telah membuat kontrak tidak sah (al-Uqud
al-Fasidah) ataupun kontrak yang sah (al-Uqud al-Shlmihah) pada peristiwa
yang menyimpang (Arsh) dalam kehidupan maupun hak milik.14
Adapun prinsip umum yang sama berlaku bagi pembayaran iuran,
kompensasi dan kewajiban finansial lain misalnya :15
1. Suatu hadiah yang diberikan oleh gubernur (wali) kepada anak yatim piatu
atau hadiah wakaf
2. Kompensasi oleh agen bisnis yang menjadi wakil untuk melakukan
pembayaran kompensasi.
3. Adanya pengupahan oleh atau kepada rekan bisnis (al-musharik wa’l-
mudarib), dan sebagainya.16
Tentunya di dalam kasus-kasus ini tidak merupakan kasus nilai tukar, tetapi
sebagai kompensasi atas pelaksaan sebuah kewajiban. Tentang kompensasi yang
setara dan harga yang setara, ia menguraikan ada 2 macam jumlah kuantitas yang
tercatat dalam kontrak. Pertama, jumlah kuantitas yang sangat akrab di
masyarakat, yang biasa mereka gunakan.Kedua, jenis yang tak lazim (nadir),
14 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 94 15 Ibnu Taimiyyah, Majmu’ Fatawa Shaikh al-Islam (Riyad: Matabi’ al-Riyad,1963) Vol
29, hlm. 521. 12 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm.95
50
sebagai akibat dari menigkat atau menurunnya kemauan (raghabah) atau factor
lainnya.
Dalam analisa ekonomi dianggap bahwa permintaan suatu barang terutama
dipengaruhi oleh tingkat harganya.Dalam hukum permintaan diuraikan sifat
hubungan antara permintaan barang dengan tingkat harganya. Hukum permintaan
menyatakan : “ Makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan
terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang maka
makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut”.17 Begitu juga sebaliknya,
hukum penawaran yang menjelaskan tentang hubungan antara harga suatu barang
dengan jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual.
Ibnu Taimiyyah menyebutkan dua sumber penyediaan barang (supply) yaitu
produksi lokal dan impor yang diminta. Konsep harga adil18 Ibnu Taimiyyah hanya
terjadi pada pasar kompetitif, tidak ada pengaturan yang menggangu keseimbangan
harga kecuali jika terjadi suatu usaha-usaha yang menggangu terjadinya
keseimbangan, yaitu kondisi di mana semua faktor produksi digunakan secara
optimal dan tidak ada ide, sebab harga pasar kompetitif merupakan kecenderungan
yang wajar.
Untuk menerapkan harga yang adil Ibnu Taimiyyah menentang adanya
praktek monopoli terhadap kebutuhan-kebutuhan manusia. Jika ada sekelompok
manusia yang melakukan monopoli maka wajib bagi pemerintah untuk melakukan
17 Ibnu Taimiyyah, Majmu’ Fatawa Shaikh al-Islam (Riyad: Matabi’ al-Riyad,1963) Vol
29, hlm. 526. 18 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 100
51
regulasi atau pengaturan terhadap harga. Tujuan utama dari harga yang adil adalah
memelihara keadilan dalam mengadakan transaksi timbal balik diantara
masyarakat.
b. Mekanisme Pasar
Ibnu Taimiyyah juga memiliki pandangan yang jernih dalam sebuah pasar
bebas, Harga sangat dipertimbangkan oleh kekuatan penawaran dan permintaan.
Menurutnya, naik dan turunnya angka dari sebuah harga itu tidak selalu berkaitan
dengan Kezaliman (zulm) yang dilakukan oleh seseorang. Meskipum alasannya
adalah adanya kekurangan dalam produksi atau penurunan impor dari barang-
barang yang diminta. Oleh karna itu, jika membutuhkan peningkatan jumlah
barang, sementara produksinya menurun maka dalam kasus-kasus seperti ini bisa
dipastikan adanya kenaikan harga. Dalam kasus lain, jika kemampuan dalam
produksi barang meningkat, namun dalam permintaan konsumen menurun maka
dapat di pastikan harga juga akan turun. Karna kelangkaan dan kelimpahan suatu
barang itu tidak mesti diakibatkan oleh perbuatan satu pihak. Namun hlm ini dapat
terjadi apabila terdapat suatu ketidakadilan.19
Dari pernyataan di atas dapat di analisis bahwasannya ada kebiasaan yang
tidak baik tepatnya pada zaman Ibnu Taimiyyah, kenaikan harga itu terjadi akibat
adanya ketidakadilan atau malpraktik dari para produsen. Kata yang paling actual
yang sering digunakan oleh Ibnu Taimiyyah adalah zulm, yang berarti sebuah
pelanggaran hukum atau lebih tepatnya ketidakadilan. Pada kasus seperti ini, di
19 Amalia Euis, Sejarah Pemikiran ekonomi Islam, Jakarta: Gramata Publishing, 2010,
Hlm 207
52
gunakan dalam pengertian manipulasi oleh penjual, yang mendorong terjadinya
ketidakseimbangan pasar.
Ibnu Taimiyyah Mengatakan bahwasannya ada dua sumber di dalam
penyediaan barang yakni, Produksi barang dan impor barang yang diminta (ma
yukhlak aw-yujlab min dhlmik al-mal al-matlub).20 Makna dari al-matlub adalah
sinonim dari Bahasa inggris”demand”. Untuk menyatakan permintaan atas barang
tertentu, Ibnu Taimiyyah menggunakan ungkapan raghbat fi al-shai’. Misalnya
keinginan atas suatu barang. Keinginan itu terefleksi dalam bentuk keinginan atau
selera, merupakan salah satu pertimbangan penting dari permintaan.
Pasal yang di kutip di atas memberi kesan bahwasannya Ibnu Taimiyyah
menunjukan pada sesuatu yang kini disebut fungsi penawaran dan permintaan.
Ketika terjadi sebuah lonjakan akan permintaan pada harga yang sama dan
kekurangan kekurangan penyediaan pada harga yang sama pula. Sebaliknya,
kekurangan permintaan dan kelebihan suplai pada harga yang sama, alhasil akan
terjadinya dorongan untuk penurunan harga. Tidak dapat dipungkiri lagi, jika
penurunan suplai disertai dengan peningkatan permintaan maka akan terjadilah
kenaikan dalam harga.
Di dalam satu bagian bukunuya Fatawa,21 Ibnu Taimiyyah mencatat
beberapa faktor yang berpengaruh terhadap permintaan dan konsekuensinya
terhadap harga yakni :22
20 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 105 21 Salin Edgar, “Just Price” dalam Encylopadia of the social sciences (New York:
Macmillan) Vol. 8, hlm. 507. 22 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 107
53
a. Perubahan juga tergantung pada jumlah para peminta (tullab). Jika jumlah
dari orang-orang yang meminta dalam satu jenis barang dagangan banyak,
maka harga akan naik dan akan terjadi sebaliknya jikalau jumlah permintaan
sedikit.
b. Keinginan penduduk (al-raaghbah) atas jenis yang berbeda-beda dan
sesekali berubah-ubah. Perubahan itu sesuai dengan kelimpahan atau
kelangkaan barang yang diminta (al-matlub). Sebuah barang sangat di
inginkan jika persediaannya sangatlah sedikit.
c. Harga juga berubah-ubah, sesuai dengan siapa saja dalam pertukaran barang
tersebut dilakukan (al-mu’awid). Jika ia kaya dan dijamin membayar hutang
maka harga bisa turun untuknya. Daripada yang di terima dari orang lain
yang diketahui sedang dalam kebangkrutan, suka menunda pembayaran,
atau diragukan dalam melakukan pembayaran.
d. Jikalau tingkat kebutuhan atas suatu barang ini menguat ataupun melemah
ini bisa berpengaruh dalam kenaikan harga karna meluasnya jumlah dan
ukuran dari kebutuhan baik besar maupun kecil.
Harga juga dapat dipengaruhi oleh bentuk alat pembayaran yang digunakan
dalam jual beli. Jika yang digunakan umum dipakai (naqd ra’ji), harga akan lebih
rendah daripada membayar dengan uang yang jarang ada di peredaran
54
c. Hak Milik
Dalam Islam, Allah lah pemilik yang sesungguhnya dan mutlak. Menurut
Ibnu Taimiyah, penggunaan hak milik dimungkinkan sejauh tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip syariat.23
Hak milik bagi Ibnu Taimiyyah yakni sebuah kekuatan yang didasari atas
suariat untuk menggunakan sebuah objek, Namun kekuatan itu sangatlah bervariasi
dalam bentuk dan tingkatannya.24 Misalkan, kekuatan itu sesekali sangat lengkap,
sehingga pemilk benda tersebut berhak menjual, meminjamkan ataupun
menghadiahkan bahkan menggunakannya untuk tujuan produktif. Akan tetapi,
sekali tempo maka kekuatan tersebut tidak akan lengkap lagi, karna hak dari
pemilik itu terbatas.25 Pembahasan Ibnu Taimiyyah tidak dibatasi oleh hak milik
pribadi, namun juga mencangkup kepemilikan oleh masyarakat maupun negara.
Dalam masalah seperti ini, pandangan akan masalak karakteristik ekonominya.
1. Hak Milik Individu.
Setiap individu tentunya memiliki hak untuk menikmati hak miliknya karna
kerja keras yang telah dilakukannya tersebut, yakni dengan menggunakannya
secara produktif, memindahkannya dan melindunginya dari pemubaziran yang
terbuang sia-sia. Oleh karna itu Ia tidak boleh menggunakannya secara berlebihan
23 Amalia Euis, Sejarah Pemikiran ekonomi Islam, Jakarta: Gramata Publishing, 2010,
Hlm 217 24 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 137 25 Amalia Euis, Sejarah Pemikiran ekonomi Islam, Jakarta: Gramata Publishing, 2010,
hlm 218
55
untuk tujuan bermewah-mewahan. Oleh karna itu hak milik individu ini dibatasi
oleh sebuah kesederhanaan.26
2. Hak Milik Sosial atau Kolektif.
Hak milik sosial memiliki bentuk yang bermacam-macam. Misalnya,
sebuah objek bisa saja dimiliki oleh dua orang atau lebih, organisasi atau asosiasi.
Contoh penting dari kepemilikan bersama adalah anugerah alam, seperti air, rumput
dan api yang juga disebutkan dalam hadis Rasulullah Saw. “manusia itu berserikat
(dalam pemanfaatan) tiga alam, yaitu air, rumput dan api”. (HR Ahmad bin
Hambal). Salah satu alas an dari keharusan pemilikan kolektif terhadap obyek-
obyek alam adalah semua itu diberikan oleh Allah seacara gratis dan semua itu demi
kepentingan umum. 27
3. Hak Milik Negara.
Di dalam suatu negara tentunya membutuhkan hak milik untuk memperoleh
pendapatan, sumber-sumber penghasilan dan kekuasaan untuk melaksanakan
kewajibannya, seperti untuk menyelenggarakan pendidikan, regenerasi moral,
memelihara keadilan, memelihara hukum dan secara umum melindungi seluruh
kepentingan material dan spiritual penduduk. Menurut Ibnu Taimiyah, sumber
26 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 138
27 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 142
56
utama dari pendapatan negara itu adalah zakat dan harta rampasan perang
(ghanimah).28
C. Tantangan Ibnu Taimiyyah dalam memerankan ekonomi di pemerintahan.
Seperti para pemikir Islan lainnya, Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa
pemerintah merupakan institusi yang sangat dibutuhkan.29 Ia memberikan dua
alasan dalam menetapkan negara dan kepemimpinan negara seperti apa adanya.
Penekanan dari pembahasannya lebih pada karakter religius dan tujuan dari sebuah
pemerintahan;“Tujuan terbesar dari negara adalah mengajak penduduknya
melaksanakan kebaikan dan mencegah mereka berbuat munkar”.30
Oleh karna itu jihadnya pemerintah dalam permasalahan ekonomi ini harus
ada, agar pemasalahan-permasalahan ekonomi dapat di pecahkan sebagaimana
Ibnu Taimiyyah mengatakan :
عام لفاعله ولغيره في الدين والدنيا، فإن نفع الجهاد وهو ظاهر عند العتبار؛
ومشتمل على جميع أنواع العبادات الباطنة والظاهرة، فإنه
مشتمل من محبة للا
تعالى، واإلحالص له، والتوكل عليه، وتسليم النفس والال له، والصبر والزهد،
، وسائر أنواع العمال: على ما ل يشتمل عليه عمل آخر. والقائم
بهوذكرللا
من الشخص والمة بين إحدى الحسنيين دائما , واما النصر والظفر, واما
28 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 144
29 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 225
30 Ibnu Taimiyyah, al-Siyasah al-Syar’iyyah (Kairo: Dar al-Shab, 1971), hlm. 184
57
الشهادة والجنة
Jihad adalah suatu amal yang urgen karena manfaatnya menyeluruh bagi
pelakunya dan bagi orang lain di dunia dan agama. Jihad juga mencakup
segala macam bentuk ibadah, baik yang dzahir maupun yang batin. Ibadah
mencakup mahabatullah, ikhlas, tawakkal, penyerahan harta dan jiwa,
sabar, zuhud, dzikrullah dan ibadah-ibadah yang lain, dimana keseluruhan
rangkaian ibadah ini tidak akan menyatu dalam amal yang lain. Dan setiap
orang atau ummat yang melakukan jihad ini pasti akan memetik salah satu
dari dua kebaikan, yakni kalau tidak menang dan berhasil, atau menemui
syahid dan surga.31
Sama halnya dengan pernyataan yang sebelumnya, bahwa kebijakan
pemerintah dalam regulasi harga dilakukan dalam rangka mensejahterakan
masyarakat. Pemerintah berhak menetapkan harga demi keseimbangan harga pasar.
Tujuan yang lebih jelas sebagaimana dikatakan Ibnu Taimiyah agar tidak terjadinya
monopoli dari pihak tertantu dalam penetapan harga, sehingga masyarakat kecil
dapat melakukan kegiatan mikro ekonominya dengan lancar.32
1. Menghilangkan kemiskinan
Menurut pandangan ibnu Taimiyah, seseorang harus hidup sejahtera dan
tidak tergantung pada orang lain, sehingga mereka mampu memenuhi segala
kewajibannya dan keharusan agamanya.33 Sebagai kewajiban suatu negara ialah
membantu masyarakatnya untuk mencapai kondisi finansial yang lebih besar.
Dalam daftar pengeluaran publik dan negara ia menulis “ Merupakan sebuah
31 Ibnu Taimiyyah, Al-Siyasah al-Syar’iyyah fi Ishlah al-Ra’i wa al-Ra’iyyah, Beirut: Dar
al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1988, hlm. 109 32 Ibnu Taimiyyah, al-Siyasah al-Syar’iyyah (Kairo: Dar al-Shab, 1971), hlm. 185 33 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 227
58
konsensus umum bahwa siapapun yang tak mampu memeperoleh penghasilan yang
mencukupi harus dibantu dengan sejumlah uang, agar mampu memenuhi
kebutuhan sendirinya.34
2. Regulasi Harga
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa pemerintah menurut
Ibnu Taimiya mempunyai otoritas penuh terhadap penetapan sebuah harga, apabila
terdapat ketidaksempurnaan pasar yang mengganggu jalannya perekonomian
negara. Seperti adanya penimbunan oleh oknum-oknum yang menguntungkan dari
keadaan demikian.35
Penetapan upah buruh merupakan tanggung jawab negara untuk
memecahkan perselisihan antara majikan dan karyawan yang biasanya secara
umum berkaitan dengan upah.36
3. Kebijakan Moneter
Negara bertanggung jawab untuk mengontrol ekspansi mata uang dan untuk
mengawasi penurunan nilai uang, yang keduanya dapat mengakibatkan
ketidakstabilan ekonomi. Negara harus sejauh mungkin menghindari anggaran
keuangan yang deficit dan ekspansi mata uang yang tak terbatas, sebab akan
34 Ibnu Taimiyyah, Majmu’ Fatawa Shaikh al-Islam (Riyad: Matabi’ al-Riyad,1963) Vol
29, hlm. 279. 35 Ibnu Taimiyyah, al-Siyasah al-Syar’iyyah (Kairo: Dar al-Shab, 1971), hlm. 25 36 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 231
59
mengakibatkan timbulnya inflasi dan menciptakan ketidakpercayaan publik atas
mata uang yang bersangkutan.37
Ibnu Taimiyah sangat jelas memegang pentingnya kebijakan moneter bagi
stabilitasekonomi.Uang harus dinilai sebagai pengukur harga dan alat pertukaran.38
a. Karakteristik dan Fungsi Uang
Secara khusus, Ibnu Taimiyah menyebutkan dua fungsi utama uang, yakni
sebagai pengukur nilai dan media pertukaran bagi sejumlah barang yang berbeda. Ia
menyatakan:
“Atsman (harga atau yang dibayarkan sebagai harga, yaitu
uang) dimaksudkan sebagai pengukur nilai barang-barang (mi’yar al-
amwal) yang dengannya jumlah nilai barang-barang (maqadir al-amwal) dapat
diketahui; dan uang tidak pernah dimaksudkan untuk diri mereka sendiri”
Berdasarkan pandangannya tersebut, Ibnu Taimiyah menentang keras
segala bentuk perdagangan uang, karena hlm ini berarti mengalihkan fungsi uang
dari tujuan yang sebenarnya. Jika uang harus ditukar dengan uang, maka pertukaran
tersebut harus lengkap (taqabud) dan tanpa ada jeda (hulul). Jika dua orang saling
bertukar uang, yang salah satu di antara mereka membayar dengan kontan
sementara yang lain berjanji akan membayarnya nanti, maka orang pertama tidak
dapat menggunakan uang yang dijanjikan dalam transaksi tersebut sampai ia benar-
benar dibayar. Hlm ini menyebabkan orang pertama kehilangan kesempatan
37 Ibnu Taimiyyah, Majmu’ Fatawa Shaikh al-Islam (Riyad: Matabi’ al-Riyad,1963) Vol
29, hlm. 469 38 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997), hlm. 232
60
menggunakan uang tersebut untuk memenuhi kebutuhannya. Itulah alasan Ibnu
Taimiyah ketika menentang jual beli uang.
b. Penurunan Nilai Mata Uang
Ibnu Taimiyah menentang keras terjadinya penerunan nilai mata uang dan
pencetakan mata uang yang sangat banyak. Ia menyatakan,
“Penguasa seharusnya mencetak fulus sesuai dengan nilai yang adil
(proposional) atas transaksi masyarakat, tanpa menimbulkan kezaliman terhadap
mereka.
Dari yang beliau nyatakan tersebut, dapat dipahami bahwa beliau melihat
adanya hubungan antara jumlah uang yang beredar di masyarakat, total volume
transaksi yang dilakukan, dan tingkat harga produk yang berlaku. Pernyataan dalam
kalimat pertama (penguasa seharusnya mencetak Fulus sesuai dengan nilai yang
adil (proporsional) atas transaksi masyarakat) dimaksudkan untuk menjaga harga
agar tetap stabil.39
c. Mata Uang yang Buruk akan Menyingkirkan Mata Uang yang baik
Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa uang yang berkualitas buruk akan
menyingkirkan nilai dari mata uang yang berkualitas baik dari peredaraan. Ia
menggambarkan hlm ini sebagai berikut,
39 Sudarsono, Heri. Konsep Ekonomi Islam. (Yogyakarta. Ekonisia. 2002), hlm. 140
61
”Apabila penguasa membatalkan penggunaan mata uang tertentu dan
mencetak jenis mata uang yang lain bagi masyarakat, hlm ini akan merugikan
orang-orang kaya yang memiliki uang karena jatuhnya nilai uang lama menjadi
hanya sebuah barang. Ia berarti telah melakukan kezaliman karena
menghilangkan nilai tinggi yang semula mereka miliki. Lebih dari pada itu, apabila
nilai intristik mata uang tersebut berbeda, hlm ini akan menjadi sebuah sumber
keuntungan bagi penjahat untuk mengumpulkan mata uang yang buruk dan
menukarkannya dengan mata uang yang baik dan kemudian mereka akan
membawanya kedaerah lain dan menukarkannya dengan mata uang yang buruk
didaerah tersebut untuk dibawa kembali kedaerahnya. Dengan demikian, nilai
barang-barang masyarakat akan menjadi hancur.40
Pada pernyataan tersebut, Ibnu Taimiyah menyebutkan akibat yang akan
terjadi atas masuknya nilai mata uang yang buruk bagi masyarakat yang sudah
terlanjur memilikinya. Jika mata uang tersebut kemudian dinyatakan tidak berlaku
lagi sebagai mata uang, berarti hanya diperlakukan sebagai barang biasa yang tidak
memiliki nilai yang sama disbanding dengan ketika berfungsi sebagai mata
uang. Disisi lain, seiring dengan kehadiran nilai mata uang yang baru, masyarakat
akan memperoleh harga yang lebih rendah untuk barang-barang mereka.
4. Perencanaan Ekonomi
Tidak adan satu pemerintahpun yang menolak kebutuhan perkembangan
ekonomi secara menyeluruh, salah satu caranya ialah melalui rencana ekonomi.
40 A.A Islahi. Konsepsi Ekonomi Ibnu Taimiyah. (PT. Bina Ilmu, 1997). hlm. 232
62
Demi merealisasikan tujuan yang akan dituju dalam perencanaan
ekonomi, suatu negara membutuhkan dibentuknya institusi yang gunanya
mengawasi lajunya pertumbuhan ekonomi negara tersebut, yang dikenal dengan
sebutan Institusi Hisbah. Ibnu Taimiyah mendefinisikan sebagai lembaga yang
befungsi untuk memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah keburukan.41
41 Amalia Euis, Sejarah Pemikiran ekonomi Islam, Jakarta: Gramata Publishing, 2010,
Hlm 221-222
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asas Pemikiran Ibnu Taimiyyah merupakan hasil dialog kritis dengan
dengan fenomena sosial, ekonomi dan politik pada zamannya. Ia telah memberikan
inspirasi tentang bagaimana sebuah Negara berperan dalam pembangunan,
khususnya pembangunan ekonomi. Solusi yang ditawarkan Ibnu Taimiyah adalah
negara hendaknya menjadi supervisor moralitas pembangunan untuk menyadarkan
rakyatnya bahwa betapa pentingnya norma moral dan nilai etika sebagai asas
pembangunan dan dapat mewujudkannya dalam kehidupan perekonomian.
Sikap Ibnu Taimiyyah berada antara dua larangan yang sama-sama ekstrem,
yakni secara abdolut melarang dan hak pemerintah mengatur harga tanpa syarat.
Dalam menetapkan harga, tingkat tertinggi dan terendah bisa ditetapkan, sehingga
kepentingan dua pihak, yakni penjual dan pembeli terlindungi. Ahli fiqih juga
sepakat bahwa seorang bisa dipaksa untuk menjual barang dagangan pada tingkat
harga yang setara, jika ia secara hukum terikat untuk menjualnya.
64
B. Saran
1. Bagi masyarakat yang melakukan transaksi Jual Beli Untuk menjalankan
transaksi Jual Beli yang bersih terbebas dari keragu-raguan kita harus
mengetahui secara pasti tentang Standard Harga yang berlaku dalam Islam,
sehingga kita tidak hanya melakukan sebuah aktivitas dunia tanpa
mendapatkan nilai ibadah.
2. Bagi Ulama dan Pemerintah Agar lebih mendapatkan kepastian hukum
tentang sesuatu hal yang berhubungan dengan muamalah kita hendaknya
mempelajari kembali bagaimana pandapat para ulama yang berkompeten
untuk kita jadikan sebagai bahan rujukan dalam bertindak.
3. Sebagai Akademisi Filosof Muslim yang membahas tentang ekonomi ini
hendaknya kita harus selalu tanggap dan mencari sebuah jawaban terhadap
persoalan ummat yang sangat urgen dan crucial, sehingga dapat
memberikan pencerahan kepada masyarakat Muslim tentang Ekonomi
Islam.
65
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Euis, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005
Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari'ah, Jakarta: Alvabet, 2003.
‘Ashur, S.A.F, al-‘Asr al-Mamaliki, Kairo: Dar al-Nahdahah al-Arabiyah, 1965.
Chamid, Nur, Jejak Langkah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2010
Huda, Nurul, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis, Jakarta; Kencana, 2007.
Islahi, Abdul Azim, Economic Concept Of Ibn Taimiyah, London, Islamic
Foundation, 1998
Katsir, Ibnu, al-Bidayah wa al-hinaya, Beirut: Maktabah al-Ma’rif, 1966.
Karim, Adiwarman Azwar, sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2010
Muir, S. William, The Mameluke or slave Dynasty Of Egypt, London: Smith, elder
& Co., 1896.
Mujahidin, Akhmad, Ekonomi Islam, Jakarta: Raja Wali Pers, 2007.
Noer, Deliar, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1995.
Noer, Deliar, Pemikiran Politik di Negara Barat, Bandung: Mizan, 1999.
Rahmat, Jalaluddin, dan Ali Abdul Adhim, Epistemologi dan Aksiologi, Ilmu
Perspektif Al-Qur’an, Bandung: PT Rosdakarya, 1989.
66
Riva’I, Veithzal dan Antoni Nizar Usman, Islamic Ekonomics and Finance, Jakarta
: Gramedia Pustaka Utama, 2012
Rahman, Afzalur, Al-Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan, terj. H. M. Arifin, Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2000.
Rida, M, Abu Bakar Assh-Shiddiq Awalu Al-Khulafa Ar-Rasyidin, Beirut: Dar Al-
fikr, 1983.
Sahri, Muhammad, dan Rasyunah Azes. Pengantar Menuju Ilmu Pengetahuan
dalam Islam, Malang: YPSA, 1981.
Schumpeter, Histori of Economic Analysis, London: Allen & Unwin, 1972.
Shihab, M. Quraish, Menabur Pesan Illahi Al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan
Masyarakat, Jakarta: Lentera Hati, 2006.
Sudarsono, Heri. Konsep Ekonomi Islam, Yogyakarta: Ekonisia, 2002.
Taimiyyah, Ibnu, Majmu’ Fatawa Shaikh al-Islam Riyad: Matabi’ al-Riyad, 1963.
Taimiyyah, Ibnu, al-hisbah, Kairo: Dar al-Sha’b, 1976.
Taimiyyah, Ibnu, al-Siyasah al-Syar’iyyah, Kairo: Dar al-Shab, 1971.