pemerintah kabupaten sukabumi badan …bappeda.sukabumikab.go.id/download/kagrisnak.pdf · ternak...
TRANSCRIPT
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 0
PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI
BADAN PERENCANAAN DAERAH
KABUPATEN SUKABUMI
2012
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Target Utama Pembangunan Pertanian 2010 – 2014 terdiri dari Empat
hal, yakni : a) Pencapaian Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan, b)
Peningkatan Diversifikasi Pangan, c) Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing
dan Ekspor serta d) Peningkatan Kesejahteraan Petani. Keempat sasaran
program ini sesuai dengan permasalahan yang dihadapi di dalam negeri,
antara lain kejadian rawan pangan yang semakin meluas, perkembangan
agribinis yang belum mampu membangun daya saing yang tinggi dan gagal
memanfaatkan keunggulan komparatif yang dimiliki. Pada sisi lain, konsumsi
pangan sebagian masyarakat yang berpendapatan menengah dan tinggi terus
mengalami pertumbuhan. Indonesia terpaksa mengimpor komoditas pangan
dalam jumlah relatif besar seperti beras, jagung, kedelai, daging dan susu
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Khusus subsektor peternakan yang selama ini kurang mendapat
perhatian karena pemerintah lebih fokus pada usaha peningkatan beras, mulai
menggigit perekonomian nasional. Populasi ternak utama seperti sapi,
kerbau dan kambing mengalami pengurasan yang terus meningkat setiap
tahun. Pengurasan berkelanjutan ini mulai mengancam keberlanjutan produksi
hasil ternak dalam negeri, sehingga jumlah impor terus meningkat.
Statistik Peternakan memperlihatkan bahwa 65 persen produksi daging
dalam negeri berasal dari impor. Hal ini diperlihatkan oleh peningkatan impor
ayam broiler dan jumlah sapi bakalan yang akan digemukan dalam negeri
yang telah mencapai angka fantastis yakni 450 ribu ekor. Dengan
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 2
ketergantungan kepada ternak impor serta impor bahan baku pakan,
sebenarnya Indonesia hanya mendapat nilai tambah dari tenaga kerja.
Ancaman Dibalik Pertumbuhan PDB Subsektor Peternakan
Pertumbuhan PDB subsektor peternakan selama 15 tahun terakhir sangat
dipengaruhi oleh perekonomian dunia. Pada kondisi puncak sebelum tahun
1997, pertumbuhan PDB subbsektor peternakan lebih tinggi dibandingkan
sektor pertanian. Namun ketika terjadi krisis ekonomi tahun 1997 hingga tahun
2000, industri peternakan modern khususnya ayam ras dan penggemukan
(feedlot) sapi potong mengalami kolaps. Salah satu penyebab industri
peternakan modern kolaps adalah akibat ketergantungan yang tinggi terhadap
bahan baku dan teknologi impor. Sampai saat ini, Indonesia secara rutin
mengimpor bibit ayam ras, sapi bakalan, bahan baku pakan, antibiotika dan
suplemen pakan. Pengalaman yang terjadi dalam krisis ekonomi di atas
mengingatkan pada pemerintah pada kenyataan bahwa pertumbuhan tinggi
tidak menjamin stabilitas perekonomian. Pertumbuhan ekonomi belum tentu
menjawab semua permasalahan.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia diramalkan akan terus meningkat
pada tahun-tahun mendatang, dan pertumbuhan ini akan memacu
peningkatan konsumsi. Sektor produksi pertanian khususnya subsektor
peternakan harus melakukan antisipasi peningkatan konsumsi tersebut,
terutama untuk menghindarkan pengurasan cadangan devisa untuk impor
daging dan susu, kendati pemerintah sudah menetapkan bahwa Indonesia
akan mencapai kecukupan (bukan swasembada) daging pada tahun 2014.
Namun demikian, Indonesia masih belum mampu merumuskan arah
pembangunan peternakan sehingga efektivitas program-program
pembangunan peternakan tidak belum jelas ke mana arahnya. Demikian pula
dengan kondisi pembangunan peternakan di Kabupaten Sukabumi, saat ini
jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi 2.383.450.000 jiwa dengan konsumsi
daging masyarakat Sukabumi menurut data tahun 2011 sebesar 2,09
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 3
kg/kapita/tahun maka kebutuhan daging mencapai 3.575.175 kg per tahun,
jika diasumsikan berat daging per ekor sapi dan kerbau 139,9 kg/ekor maka
dibutuhkan 25.537 ekor sapi dan kerbau.
Dalam kaitan itu khusus untuk subsektor peternakan, perlu dilahirkan
suatu gagasan tentang peternakan masa depan dan langkah-langkah yang
dibutuhkan untuk memujudkannya. Rencana tindak ini merupakan suatu
langkah dalam mewujudkan swasembada daging sapi dan kerbau di
Kabupaten Sukabumi yang direalisasikan dalam rencana pengembangan
kawasan agribisnis berbasis peternakan.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari pelaksanaan penyusunan rencana tindak pembangunan
peternakan berbasis peternakan khususnya sapi potong dan kerbau adalah
untuk menyusun strategi pembangunan peternakan untuk mencapai
swasembada daging sapi dan kerbau di Kabupaten Sukabumi.
Adapun tujuan dari penyusunan rencana tindak ini adalah sebagai berikut :
a. Menganalisis kebutuhan daging di kabupaten Sukabumi khususnya,
Propinsi jawa barat pada umumnya, yang didalamnya
mempertimbangkan kebutuhan daging lima tahun mendatang
b. Menyusun tahapan kegiatan dalam rangka swasembada daging sapi
dan kerbau dengan memperhatikan kemampuan anggaran
c. Merumuskan pelaksanaan dan tata kelola swasembada daging sapi
dan kerbau dengan memperhatikan hasil kajian pengembangan
agribisnis berbasis peternakan.
1.3. Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan pada penyusunan rencana tindak
pembangunan peternakan ini, meliputi :
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 4
1. Melakukan persiapan kegiatan mulai dari administrasi kegiatan, penentuan
personil dan penyusunan rencana kerja.
2. Koordinasi data-data pembangunan pertanian dan peternakan
3. Inventarisasi data dengan BPS, Bappeda maupun dengan Dinas
Peternakan.
4. Melaksanakan survey, wawancara dan observasi atas kegiatan-kegiatan
pembangunan peternakan yang sudah dilaksanakan.
5. Melakukan analisis data
6. Menyusun draft laporan rencana tindak pembangunan peternakan
7. Melakukan Focus Group Discussion (FGD) atas draft laporan dengan
harapan memperoleh umpan balik dari peserta FGD.
1.4. Sistematika Penyusunan Rencana Tindak
Rencana tindak Kabupaten Sukabumi, disusun dengan sistematika
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan 1.3 Ruang Lingkup 1.4 Sistematika Penyusunan Rencana Tindak
BAB II DESKRIPSI PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI POTONG
DAN KERBAU DI KABUPATEN SUKABUMI
2.1. Populasi dan Sebaran Sapi dan Kerbau
2.2. Ketersediaan pakan
2.3. SDM dan Kelembagaan Ternak
2.4. Sebaran Penyakit Hewan Menular pada Ternak Sapi
Potong dan Kerbau (Mapping PHMS)
2.5. Pengelolaan Limbah
2.6. Pemasaran Hasil Ternak
2.7. Sarana dan Prasarana Pelayanan Teknis
2.8. Program dan Kegiatan Pembangunan Peternakan
BAB III RENCANA TINDAK
3.1. Pengembangan Kawasan Agribisnis Berbasis Peternakan
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 5
3.2. Strategi Penambahan Populasi Sapi dan Kerbau
3.3. Struktur Organisasi Pembangunan Kawasan Agribisnis
Berbasis Peternakan
3.4. Strategi Penjaminan Ketersediaan pakan
3.5. Peningkatan kapasitas SDM
3.6. Penanganan Penyakit Hewan
3.7. Pengelolaan Limbah
3.8. Pemasaran hasil Ternak
3.9. Sarana dan Prasarana Pelayanan Teknis
3.10. Program dan Kegiatan Akselerasi Pembangunan
Peternakan
BAB IV KEGIATAN DAN PEMBIAYAAN
4.1. Program dan Kegiatan Pembangunan Peternakan
4.2. Strategi pembiayaan
BAB V KESIMPULAN
LAMPIRAN
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 6
BAB II
DESKRIPSI PEMBANGUNAN PETERNAKAN
SAPI POTONG DAN KERBAU DI KABUPATEN SUKABUMI
2.1. Populasi dan Sebaran Sapi dan Kerbau
2.1.1. Populasi Sapi
Perkembangan Populasi sapi potong di kabupaten Sukabumi
menunjukkan kecenderungan yang selalu meningkat walaupun secara agregat
pertumbuhannya hanya sekitar 2–3% tiap tahunnya. pada tahun 2010 tercatat
sekitar 16.599 ekor (Jantan 4642 ekor; betina 11.957 ekor). Perkembangan
ternak sapi potong dari tahun ke tahun mengalami kenaikan walaupun sangat
rendah. Pada Bulan Juni 2011 telah dilaksanakan pendataan ternak sapi dan
kerbau, dan hasilnya adalah jumlah populasi ternak yang ada melebihi jumlah
yang diprediksi. Data perkembangan populasi sapi potong Di Kabupaten
Sukabumi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1. Perkembangan Populasi Sapi Potong
di Kabupaten Sukabumi
Tahun Populasi (Ekor) Prosentase Kenaikan (%)
2006 14.001
2007 14.900 6%
2008 15,708 5%
2009 16,022 2%
2010 16.599 3%
2011 18.772 13%
2012 20.897*)
*) Belum angka final
Pada tabel di atas nampak peningkatan pertumbuhan ternak sapi
potong pada saat dilakukan survey dengan metode sensus pada tahun 2011
diluar angka prediksi sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa minat
masyarakat untuk berusaha ternak minatnya ternyata cukup tinggi diluar
angka prediksi Dinas Peternakan. Namun tingkat kepemilikan ternak per
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 7
orang yang masih belum dianggap layak sehingga apabila di analisa
usahataninya belum menguntungkan, apalagi jika jasa tenaga kerja rumah
tangga peternak dihitung.
Budidaya sapi potong secara empirik terdiri atas usaha pembibitan,
penggemukan serta kombinasi antara pembibitan dan penggemukan. Usaha
pembibitan sapi potong sebagian besar dilakukan oleh peternak yang ada di
wilayah selatan Kabupaten Sukabumi. Di wilayah tengah Kabupaten
Sukabumi peternak sapi potong selain melakukan pembibitan juga melakukan
penggemukan, sedangkan di wilayah Utara Kabupaten Sukabumi ternak sapi
potong cukup tersebar di beberapa kecamatan dan sebagian besar usaha
yang dilakukan adalah penggemukan. Hal ini mengingat keterbatasan lahan di
wilayah utara yang bersaing dengan pemukiman rakyat, industri serta
perdagangan.
Wilayah pengembangan sapi potong di Kabupaten Sukabumi di lihat
berdasarkan potensi populasi, potensi ekosistem sekitar serta bentuk usaha
yang telah dilakukan oleh masyarakat yang ada di dalamnya. Sentra populasi
sapi potong di Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada Tabel dibawah ini
Tabel 2. Sentra Produksi dan Populasi Sapi Potong di Kabupaten
Sukabumi (Per Juli 2011)
Fokus
Pengembangan
Sentra Pengembangan (Kecamatan/Jumlah
Populasi)
WILAYAH SELATAN
(Kawasan Pembibitan)
Ciracap (3.760),Surade (1.973),Cibitung (899),
Tegalbuleud (1.885), Ciemas (1.285), Jp.Kulon
(733), Cidadap (326), Cidolog (591).
WILAYAH TENGAH
(Kawasan Pembibitan
& Penggemukan)
Sagaranten (123), Purabaya (365), Nyalindung
(295), Jp.Tengah (111).
WILAYAH UTARA
(Kawasan
Penggemukan)
Cikembar (118), Gegerbitung (200), Kadudampit
(276), Sukalarang (276), Nagrak (97),Parungkuda
(114),Cicurug (2.387), Kabandungan (98).
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 8
2.1.2. Populasi Kerbau
Populasi ternak kerbau di Kabupaten Sukabumi keberadaannya
tersebar, namun seperti umumnya di daerah lain, populasi ternak kerbau
terbanyak biasanya terkonsentrasi di daerah pertanian, khususnya daerah
pertanian padi. Pada tahun 2010 populasi ternak kerbau di Kabupaten
Sukabumi mencapai 12.742 ekor. Beberapa kecamatan memiliki populasi
ternak kerbau yang cukup banyak, diantaranya adalah Kecamatan Ciracap
(1.658 ekor); Kecamatan Tegalbuleud (966 ekor); Kecamatan Ciemas (474
ekor); Kecamatan Surade (496 ekor); Kecamatan Cibitung (668 ekor);
Kecamatan Jp.Tengah (624 ekor); Kecamatan Cisolok (559 ekor); Kecamatan
Kalibunder (489 ekor); Kecamatan Nyalindung (449 ekor); Kecamatan Cidolog
(407 ekor) dan Kecamatan Pabuaran (323 ekor). Perkembangan ternak
kerbau di Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada tabeldibawah ini.
Tabel 3. Perkembangan Populasi Kerbau di Kabupaten Sukabumi
Tahun Populasi (Ekor) Prosentase Kenaikan (%)
2006 11.826
2007 12.100 2%
2008 11.737 (3%)
2009 12.383 6%
2010 12.742 3%
2011 11.350 (11%)
2.1.3. Penambahan Populasi Normal
Penambahan populasi termak sapi dan kerbau dalam kondisi normal
berkisar antara 2-3% dari jumlah populasi. Intervensi pemerintah hanya untuk
kegiatan inseminasi buatan (IB). Umumnya masyarakat yang tidak terjangkau
oleh IB mereka hanya mengandalkan Inseminasi Kawin Alam (INKA).
Kemampuan pemerintah untuk inseminasi buatan hanya 6000 straw untuk
3000 akseptor.
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 9
2.2. Ketersediaan pakan
2.2.1. Pakan Hijauan
Hijauan merupakan sumber bahan pakan ternak yang utama dan
sangat besar peranannnya bagi ternak sapi potong dan kerbau baik untuk
hidup pokok, pertumbuhan produksi (daging, susu) maupun untuk reproduksi.
Sumber pakan hijauan di seluruh Kecamatan di Kabupaten Sukabumi
pada umumnya hijauan makanan ternak diperoleh dari berbagai sumber
antara lain dari hasil panen sendiri, tepi-tepi jalan, pinggir-pinggir jalan,
pematang sawah, tepi hutan, lapangan-lapangan, perkebunan, sisa hasil
pertanian dan lain sebagainya sehingga kontinuitas produksi, kuantitas dan
kualitasnya tidak terjamin sebagi makanan ternak.
Pada umumnya para peternak terutama di Kabupaten Sukabumi
menggantungkan tersedianya hijauan makanan ternak dari alam dan sisa-sisa
hasil pertanian. Namun begitu, Dinas Peternakan berupaya untuk memperluas
areal hijauan pakan ternak di Kabupaten Sukabumi. Berikut ini data luas
hijauan pakan ternak yang dikembangkan oleh Dinas Peternakan Kabupaten
Sukabumi.
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 10
Tabel 4. Luas Kebun Rumput Intervensi Pemerintah dan Lahan
Pangonan di Kabupaten Sukabumi
Kecamatan Luas Kebun rumput Luas Lahan Pangonan
(Ha) Prod. HMT(ton) (Ha) Prod. HMT (ton)
Ciracap 10 1.000 - -
Surade 5 500 - -
Cimanggu - - 5 50
Cidolog - - 388 3.880
Sagaranten - - 165 1.650
Curugkembar - - 105 1.050
Pabuaran - - 506 5.060
Lengkong - - 143 1.430
Simpenan 20 2.000 - -
Bantargadung - - 70 700
Purabaya 20 2.000 - -
Cikembar - - 5 50
Nyalindung 31 3.100 - -
Gegerbitung 25 2.500 - -
Sukaraja 56 5.600 - -
Sukalarang 14,5 1.450 - -
Sukabumi 30 3.000 - -
Kadudampit 6 600 - -
Gunungguruh - - 12 120
Cibadak - - 6 60
Cicantayan 10 1.000 - -
Bojonggenteng 12 1.200 - -
Cikidang - - 143 1.430
JUMLAH 240 23.950 1.548 15.480
Pada tabel di atas Nampak bahwa jumlah produksi pakan hijauan dengan
intervensi pemerintah jumlah produksinya 23.950 ton dan dari lahan pangonan
sebanyak 15.480 ton atau jumlah keseluruhan 49.430 ton. Jika jumlah ternak
sapi dan kerbau sebanyak 32.600 dengan berat masing rata-rata 400 kg
maka berat keseluruhan ternak 13.040 ton maka kebutuhan rumput 1.304 ton
per hari sehingga kebutuhan pakan per tahun 6.206.518.400 ton/ per tahun
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 11
(enam milyar dua ratus enam juta lima ratus delapan belas ribu empat ratus
ton/tahun) sehingga ada gap yang cukup besar. Selain itu yang menjadi
kelemahan adalah pengadaan kebun rumput yang belum terkoordinasi
dengan baik, pengadaan kebun rumput belum diarahkan pada lokasi-lokasi
yang menjadi sentra penyebaran ternak, serta pengelolaan pakan ternak pada
saat musim kemarau belum termanfaatkan dengan baik.
2.2.2. Pakan Konsentrat
Pada kegiatan peternakan salah satu sarana yang mutlak harus ada
adalah tersedianya konsentrat. Konsentrat ternak sudah banyak di produksi
oleh beberapa perusahaan besar namun harganya cukup tinggi sehingga tidak
terjangkau oleh para peternak pembibitan maupun penggemukan dalam skala
kecil. Memperhatikan kondisi tersebut maka diperlukan intervensi pemerintah
untuk menyediakan beberapa pabrik pakan ternak mini pada lokasi-lokasi
sentra pertumbuhan ternak. Kebutuhan pakan saat ini kebanyakan disupply
oleh beberapa pabrik pakan, diantaranya :
Centras IPB Bogor
Legok Tani Bogor
Indofeeds stuff Bogor
Charoen pokphand
2.3. SDM dan Kelembagaan Ternak
2.3.1. SDM peternak
Produksi ternak sapi potong dan kerbau masih di dominasi oleh
peternak kecil. Saat ini di Kabupaten Sukabumi terdapat 5.404 RTP (rumah
tangga peternak), 2 perusahaan besar dan 99 pedagang sapi potong.
Sebaran SDM dan jumlah ternak pada lokasi sentra peternakan yang
diusulkan menjadi zona inti, penyangga dan pendukung sebagai berikut :
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 12
Tabel 5. Jumlah Rumah Tangga Peternak dan Jumlah Populasi
Kecamatan Pemelihara Sapi Potong Kerbau Jumlah Rumbes
(3202010) Ciemas 615 1278 488 1766
(3202020) Ciracap 1264 3797 677 4474
(3202030) Surade 846 1966 349 2315
(3202031) Cibitung 389 890 144 1034
(3202060) Tegal Buleud 875 1997 878 2875
(3202070) Cidolog 609 584 554 1138
(3202080) Sagaranten 197 123 318 441
(3202082) Curugkembar 93 39 110 149
(3202090) Pabuaran 233 32 569 601
(3202130) Jampang Tengah 294 108 623 731
(3202131) Purabaya 224 350 207 557
(3202140) Cikembar 96 118 145 263
(3202150) Nyalindung 442 294 603 897
(3202160) Geger Bitung 109 196 94 290
(3202190) Kadudampit 189 261 124 385
(3202210) Cibadak 40 37 65 102
(3202230) Cicurug 82 3287 99 3386
(3202260) Parung Kuda 47 114 88 202
Khusus pada Kecamatan Purabaya yang telah ditetapkan menjadi zona inti
dalam pengembangan ternak sapi potong, kondisi SDM peternak yang ada di
kecamatan Purabaya jumlahnya 224 orang, dengan jumlah ternak 557 Ekor.
Kecamatan Purabaya Desa Pagelaran direncanakan menjadi lokasi yang
diintervensi dengan pola pembiayaan swadaya, dengan pola tersebut, jumlah
peternak yang direncanakan akan terlibat pada lokasi Kawasan Agribisnis
Berbasis Peternakan minimal 50 orang. SDM peternak di kecamatan
Purabaya dari sisi pendidikan sebagai berikut :
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 13
Tabel 6. Tingkat Pendidikan Peternak di Kecamatan Purabaya
No Pendidikan Jumlah (Org)
1 Tidak tamat SD 6 Org
2 Tamat SD 148 Org
3 Tamat SMP 48 Org
4 Tamat SLA 16 Org
5 D-3 4 Org
6 S-1 2 Org
Kondisi Ekonomi Peternak
Jumlah penduduk Kecamatan Purabaya 41.742 orang yang terdiri dari
21.154 laki-laki dan 20.588 perempuan, dengan jumlah KK Pra KS sebanyak
2.742 orang. Jumlah kepala keluarga di Kecamatan Purabaya sebanyak
13.398 orang yang didominasi oleh tingkat pendidikan tidak tamat sekolah
dasar sebanyak 2.010 orang.
Mata pencaharian penduduk Kecamatan Purabaya sebagian besar
adalah petani dan buruh kebun sehingga rata-rata pendapatan antara Rp.
300.000,- - Rp. 600.000,- / bulan. Sedangkan para petani yang saat ini
statusnya merangkap pula sebagai peternak, rata-rata penghasilan per
bulannya sudah diatas Rp. 800.000,- per bulan. Namun penghasilan tersebut
tidak diperoleh merata setiap bulannya karena rata-rata peternak menjual hasil
ternaknya pada saat hari raya Iedul Adha.
Kompetensi Peternak
Usaha budidaya ternak yang dilakukan oleh masyarakat Purabaya saat
ini dianggap hanyalah sebagai usaha sampingan yang ditekuni secara serius.
Hal ini diakibatkan oleh jumlah ternak yang dimiliki belum dianggap memadai
dari skala usaha yang ekonomis.
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 14
Kompetensi keterampilan dan pengetahuan teknologi peternak sebanyak
224 orang, pada tahun 2011 sebagai berikut :
Tabel 7. Tingkat Kompetensi Peternak di Kecamatan Purabaya
No Kompetensi SDM
Mengetahui Terampil Ahli
1 Teknologi pembuatan kandang
126 82 16
2 Pemilihan Induk dan Pejantan 148 65 11
3 Pemilihan Bakalan 148 65 11
4 Kesehatan Khewan 203 12 9
5 Teknologi Inseminasi 218 4 2
6 Teknologi Pakan 173 43 8
7 Manajemen usahatani 208 10 6
Populasi Ternak Ruminansia Besar pada Lokasi Kagrisnak
Penetapan Kecamatan Purabaya sebagai zona inti pengembangan
kawasan Agribisnis Peternakan, tidak diambil berdasarkan banyaknya
populasi, namun dilihat dari kemauan masyarakat bekerja keras mewujudkan
kawasan agribisnis berbasis peternakan. Populasi ternak pada zona inti
Kawasan Agribisnis Berbasis Peternakan sebagai berikut :
Tabel 8. Populasi Ternak di Kecamatan Purabaya
Desa Pemelihara Sapi Potong Kerbau
(3202131001) Neglasari 54 119 23
(3202131002) Cicukang 20 13 33
(3202131003) Margaluyu 18 7 22
(3202131004) Purabaya 40 77 29
(3202131005) Pagelaran 37 95 10
(3202131006) Citamiang 24 15 44
(3202131007) Cimerang 31 24 46
Kecamatan Purabaya 224 350 207
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 15
2.3.2. SDM Petugas
SDM Petugas ternak adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan
dan reproduksi ternak sapi potong dan kerbau terhadap masyarakat di
Kabupaten Sukabumi. Kondisi tahun 2011 petugas ternak tersebut terdiri
dari :
- Inseminator sebanyak 16 orang,
- Penyuluh pertanian berkeahlian peternakan 29 orang
- Petugas dinas (dokter hewan) 8 orang
2.4. Mapping PHMS (Penyakit Hewan Menular Strategis).
Kegiatan mapping PHMS sampai tahun 2012 untuk ternak sapi potong
sampai tahun 2012 belum dilaksanakan karena keterbatasan biaya. Namun,
beberapa titik lokasi penyakit yang sering muncul sudah ada dalam data base
dinas peternakan sebagai berikut ;
a) Brucellosis Brucellosis merupakan suatu penyakit infeksi menular
disebabkan oleh bacteria Brucella, menyebabkan abortus, infertilitas,
gangguan reproduksi, serta penurunan produksi susu dan bersifat infeksius
bagi manusia.
b) Anthrax Anthrax dikenal juga sebagai “penyakit radang limpa" disebabkan
oleh Bacillus anthracis. Anthrax mempunyai morbiditas dan mortalitas
tinggi, serta bersifat zoonotik, dapat menular ke manusia.
c) Septicemia epizootica (SE) Septicemia epizootica atau Pasteurellosis
juga dikenal sebagai “penyakit ngorok”. disebabkan oleh Pasteurella spp,
dengan gejala utama gangguan pernafasan akibat peradangan pada
saluran pernafasan bagian atas dan paru-paru.
d) Infectious bovine rhinotracheitis (IBR) Infectious bovine rhinotracheitis
disebabkan oleh virus BHV-1 (bovine herpes virus) dengan gejala
gangguan alat pernafasan atau gangguan reproduksi.
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 16
e) Bovine viral diarrhea (BVD) Bovine viral diarrhea (BVD) merupakan
penyakit infeksi, berupa diarrhea ganas pada sapi, disebabkan oleh
pestivirus (familia Togaviridae).
2.5. Pengelolaan Limbah
Limbah ternak sapi potong dan kerbau terutama adalah feses
sapi/kerbau merupakan limbah terbesar yang dihasilkan ternak tersebut.
Limbah peternakan masih memiliki nilai sebagai sumberdaya yang potensial
bermanfaat. Pengolahan limbah sapi/kerbau di Kabupaten Sukabumi
sebagian besar dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk organik. Pengolahan
limbah sebagai pupuk ini masih dilakukan secara konvensional, yaitu dibiarkan
menumpuk dan mengalami proses degradasi secara alami. Selain itu kotoran
sapi di Kabupaten Sukabumi mulai diupayakan dalam pengembangan energi
alternatif yaitu biogas.
2.6. Pemasaran Hasil Ternak
Pemasaran sapi potong dan kerbau dari peternak di Kabupaten
Sukabumi saat ini secara umum dipusatkan melalui pemasaran di pasar
hewan. Terdapat dua pasar hewan yang dikembangkan oleh Dinas
Peternakan dan Dinas koperasi, perindustrian dan perdagangan Kabupaten
Sukabumi yaitu di Kecamatan Curugkembar dan Kecamatan Parungkuda
(Bojongkokosan).
2.7. Sarana dan Prasarana Pelayanan Teknis
Sarana dan prasarana pelayanan teknis dalam pengembangan ternak
sapi potong dan kerbau di Kabupaten Sukabumi meliputi :
1. UPTD Pembibitan, terdapat di Kecamatan Parungkuda (Bojongkokosan).
UPTD Pembibitan di Kabupaten Sukabumi dibentuk dalam rangka
mendukung ketersediaan benih dan bibit ternak berkualitas dalam jumlah
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 17
yang cukup, mudah diperoleh dan dijangkau serta terjamin kontinuitasnya
dengan mengoptimalkan sumberdaya lokal.
2. Rumah Potong Hewan (RPH), di Kabupaten Sukabumi terdapat satu RPH
yaitu di Kecamatan Parungkuda (Bojongkokosan).
3. Tempat Potong Hewan (TPH), di Kabupaten Sukabumi terdapat 3 TPH
yaitu di Kecamatan Cisaat, Cibadak and Palabuhanratu.
4. PUSKESWAN, merupakan Unit Pelaksana Teknis di bawah Dinas
Peternakanyang memberikan pelayanan di bidang kesehatan hewan. Di
Kabupaten Sukabumi, terdapat empat Puskeswan terdapat di Kecamatan
Sukabumi, Cicurug, Palabuhanratu dan Sagaranten.
5. Pos Inseminasi Buatan yang tersebar merata di Kabupaten Sukabumi.
2.8. Program dan Kegiatan Pembangunan Peternakan
Pelaksanaan kegiatan strategis untuk pembangunan peternakan di
Kabupaten Sukabumi melalui 2 program yaitu Program Peningkatan
Ketahanan Pangan dan program Pengembangan Agribisnis.
Anggaran untuk pelaksanaan Program Peningkatan Ketahanan Pangan
sebesar Rp. 1.430.974.250,00 yang digunakan untuk melaksanakan 9
kegiatan, yakni :
1) Peningkatan Kualitas Ternak dan Produksi Hasil Ternak Ruminansia,
dengan anggaran sebesar Rp. 227.000.000,00.
2) Pengembangan Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak, dengan
anggaran sebesar Rp. 110.000.000,00.
3) Penunjang Kegiatan Percepatan Kawasan/Cluster Peternakan, dengan
anggaran sebesar Rp. 74.199.750,00.
4) Pengendalian Kesehatan Hewan dan Kesmavet, dengan anggaran
sebesar Rp. 183.000.000,00.
5) Peningkatan Kualitas Ternak dan Produksi Hasil Ternak Non Ruminansia,
dengan anggaran sebesar Rp. 207.500.000,00.
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 18
6) Pelayanan Pemeliharaan Sarana, dengan anggaran sebesar Rp.
116.500.000,00.
7) Pemeriksaan Laboratorium dan Pelayanan Kesehatan Hewan, dengan
anggaran sebesar Rp. 41.000.000,00.
8) Pengembangan Peternakan Di Jawa Barat Biaya Operasional dan
Pelatihan Kabupaten (Persiapan, CPCL, Honorarium Panitia Pengadaan,
Perencanaan, Pengawasan, Honorarium Perencana Teknis, Pembinaan,
Evaluasi dan Pelaporan), dengan anggaran sebesar Rp. 90.000.000,00.
9) Pembangunan dan Peralatan RPH Kepada Kabupaten Sukabumi untuk
Rehab Gedung, Fasilitasi Air Bersih, Penanganan Limbah, Peralatan
RPH), dengan anggaran sebesar Rp. 381.774.500,00.
Anggaran untuk pelaksanaan Program Pengembangan Agribisnis
sebesar Rp. 174.605.000,00 melalui kegiatan,Sarana, Promosi, Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Peternakan dengan anggaran sebesar Rp.
174.605.000,00.
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 19
BAB III
RENCANA TINDAK
3.1. Pengembangan Kawasan Agribisnis Berbasis Peternakan
Pengembangan kawasan agribisnis berbasis peternakan di Kabupaten
Sukabumi telah di tetapkan menjadi tiga zona yakni Zona inti, zona penyangga
dan zona pendukung. Zona inti adalah Kecamatan Purabaya, Zona
penyangga ; Kecamatan Nyalindung, Pabuaran, Sagaranten, tegalbuleud,
Cidolog, Cibitung, Surade dan Ciracap. Adapun zona pendukung ditetapkan
Curugkembar, Jampangtengah, Cikembar, Gegerbitung dan Ciemas.
(diusulkan Cibadak, Kadudampit, Parungkuda dan Cicurug ).
Gambar 1. Peta Kawasan Agribisnis Berbasis Peternakan
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 20
3.1.1. Zona Inti
Fokus akselerasi Program Swasembada daging Sapi dan Kerbau
dengan akselerasi penambahan populasi pada lokasi Kagrisnak melalui pola
swadaya difokuskan di Desa Pagelaran Kecamatan Purabaya sebagai
kecamatan inti. Kecamatan Purabaya dipilih selain memiliki potensi hijauan
dengan status lahan HGU yang saat ini statusnya kurang bermanfaat, juga
dikarenakan budaya masyarakat untuk beternak sapi potong cukup baik.
Gambar 2. Zona Inti kampung ternak Desa Pagelaran Kec. Purabaya
Fokus pembangunan peternakan pada zona inti adalah :
a. Zona inti sebagai sentra pembibitan ternak sapi potong dan kerbau
dengan kualitas unggul
b. Sebagai sentra pembesaran dan penggemukan ternak melalui pola
kemitraan antara investor dan peternak dengan bakalan menjaring hasil
IB dari masyarakat
c. Zona inti sebagai pusat pelatihan bagi para peternak di wilayah lain
khususnya untuk ternak sapi potong dan kerbau.
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 21
Untuk menunjang penunjukkan kecamatan Purabaya sebagai zona inti maka
diperlukan intervensi pemerintah untuk melakukan kegiatan pembangunan
minimal sebagai berikut :
a. Pembangunan infrastruktur jalan desa yang menghubungkan ibukota
kecamatan dengan Desa Pagelaran sepanjang 5 km.
b. Pembangunan drainase pada lokasi peternakan
c. Pengolahan limbah ternak bahkan jika memungkinkan disertai instalasi
bio gas
d. Pengembangan pakan ternak
e. Sumur artesis sebagai penunjang kebersihan kandang
f. Sarana Pos kesehatan desa (poskesdes) untuk menunjang kesehatan
para peternak.
g. Sarana posluhdes sebagai sentra informasi dan teknologi bagi para
peternak.
h. Penumbuhan P4S (Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya)
i. Pemindahan UPTD Pembibitan dari Kecamatan Parungkuda ke lokasi
zona inti
3.1.2. Zona Penyangga
Zona penyangga terdiri dari ; Kecamatan Pabuaran, sagaranten,
tegalbuleud, Cidolog, Cibitung, Surade dan Ciracap. Zona penyangga
diarahkan untuk menjadi kecamatan yang mendukung keberadaan zona inti.
Pada pembagian zona harus pula diiringi dengan pembagian tugas,
berdasarkan perencanaan awal pembagian peran tersebut direncanakan
sebagai berikut :
Pabuaran : sentra budidaya kerbau
Sagaranten : Pembibitan
Tegalbuleud : Pembibitan sapi lokal dan kerbau
Cidolog : Pembibitan
Cibitung : Pembibitan
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 22
Surade : Pembibitan dan Penggemukan
Ciracap : Pembibitan
3.1.3. Zona Pendukung
Adapun zona pendukung ditetapkan Curugkembar, Jampangtengah,
Cikembar, Gegerbitung dan Ciemas. (diusulkan Cibadak, Cicurug dan
Parungkuda).
Curugkembar : Pemasaran
Jampangtengah : Penyedia pakan hijauan
Cikembar : penyedia pakan hijauan dan direncanakan sebagai
calon lokasi pabrik pakan ternak/konsentrat
Gegerbitung : Penyedia pakan hijauan
Ciemas : penyedia pakan konsentrat (ubi kayu)
Cibadak : Pemasaran (RPH)
Parungkuda : Pemasaran dan RPH
Cicurug : Feed Plot and Marketing centre
3.2. Strategi Penambahan Populasi Sapi dan Kerbau
3.2.1. Akselerasi Penambahan Populasi Sapi dan Kerbau
Harapan Kabupaten Sukabumi untuk meraih mimpi swasembada
daging sapi dan kerbau sangat mungkin untuk dicapai namun pembatasan
waktu sampai tahun 2019 hanya sebatas mimpi indah, jika tidak diimbangi
dengan nilai pembiayaan. Pertumbuhan populasi regular disajikan pada
Tabel 9.
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 23
Tabel 9. Pertumbuhan Populasi Sapi dan Kerbau Regular
No Tahun
Sapi Kerbau Jumlah Populasi
Reguler Reguler Reguler
1 Juni 2012 18,772.00 11,587.00 30,359.00
2 Des 2012 20,897.00 11,703.00 32,600.00
3 2013 21,523.91 11,820.00 33,344.00
4 2014 22,169.63 11,938.00 34,108.00
5 2015 22,834.72 12,057.00 34,892.00
6 2016 23,519.76 12,178.00 35,698.00
7 2017 24,225.35 12,300.00 36,525.00
8 2018 24,952.11 12,423.00 37,375.00
9 2019 25,700.67 12,547.00 38,248.00
Pada Tabel di atas nampak bahwa nilai pertumbuhan sapi per tahun
rata-rata hanya 3 % sedangkan pada ternak kerbau hanya 0,99 %. Hal ini
disebabkan rendahnya motivasi masyarakat pelaku peternakan untuk
membudidayakan ternak lebih intensif, serta rendahnya minat swasta untuk
menekuni bidang usaha peternakan.
Cita-cita swasembada daging sapi dan kerbau dapat terealisasi apabila
dilakukan akselerasi melalui intervensi berbagai kegiatan, tentu dengan
mempertimbangkan kemampuan anggaran kabupaten, propinsi dan nasional.
Prognosa pertumbuhan sapi dan kerbau melalui akselerasi disajikan pada
Tabel berikut.
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 24
Tabel 10. Pertumbuhan Populasi Sapi dan Kerbau Akselerasi
No Tahun
Sapi Kerbau Jml Populasi Jml Populasi
Reguler Akselerasi Reguler Akselerasi Reguler Akselerasi
1 Juni 2012 18,772.00
18,772.00
11,587.00
11,587.00
30,359.00
30,359.00
2 Des 2012 20,897.00
20,897.00
11,703.00
11,703.00
32,600.00
32,600.00
3 2013 21,523.91
23,615.00
11,820.00
11,920.00
33,344.00
35,535.00
4 2014 22,169.63
24,978.00
11,938.00
12,039.00
34,108.00
37,017.00
5 2015 22,834.72
26,419.00
12,057.00
12,160.00
34,892.00
38,579.00
6 2016 23,519.76
27,943.00
12,178.00
12,282.00
35,698.00
40,225.00
7 2017 24,225.35
29,555.00
12,300.00
12,405.00
36,525.00
41,960.00
8 2018 24,952.11
31,260.00
12,423.00
12,529.00
37,375.00
43,789.00
9 2019 25,700.67
33,064.00
12,547.00
12,654.00
38,248.00
45,718.00
Dari tabel di atas Nampak bahwa nilai pertumbuhan sapi melalui akselerasi
mengalami peningkatan dari 3 % menjadi 5,77 %, sedangkan angka
pertumbuhan akselerasi pada ternak kerbau dari 0,99 % menjadi 1,1 %.
Akselerasi tersebut direalisasikan melalui intervensi kegiatan sebagai berikut :
APBD Kabupaten Sukabumi
a. Hibah / bansos pada kelompok sebanyak 1 kelompok melalui dana
APBD
b. Penambahan populasi ternak berbasis kemitraan melalui dana APBD
c. Pengadaan ternak Ruminansia Berbasis Sekolah Lapang Kagrisnak
d. Inseminasi Buatan melalui dana APBD Kabupaten
e. Pemberdayaan UPTD pembibitan dengan dana APBD Kabupaten
f. Penjaringan hasil Inseminasi Buatan dengan dana APBD
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 25
APBD Propinsi Jawa Barat
g. Inseminasi Buatan melalui dana APBD propinsi
h. Pemberdayaan UPTD pembibitan dengan dana APBD propinsi
i. Pengembangan Kawasan ternak sapi potong melalui Bantuan Propinsi
APBN
j. Penambahan populasi melalui dana APBN
k. Penambahan populasi melalui dana APBN Dekonsentrasi 2 kelompok
l. Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO) 1 kelompok melalui dana
APBN
m. Integrasi ternak ruminansia dalam mendukung pengembangan
kawasan APBN
n. Penjaringan betina produktif melalui dana APBN
o. Insentif betina bunting melalui dana APBN
Swasta
p. APBN tumpangsari perkebunan pada BUMN
q. Investasi penggemukan sapi potong swasta
3.2.2. Pola Penambahan Populasi
Penambahan populasi ternak sapi potong dan kerbau dengan cara
bantuan langsung ke masyarakat, berdasarkan pengalaman tahun 2005-2010,
2010-2012 dampaknya sangat lambat, karena rendahnya tingkat amanah /
rasa memiliki atas bantuan-bantuan pemerintah serta CPCL penerima
bantuan pemerintah yang terkendala oleh kebijakan lainnya.
Pola penambahan populasi harus dimodifikasi dengan beberapa pola yang
harus disepakati antara kelompok penerima, UPTD sebagai Pembina
lapangan dan UPTD Pembibitan, pola yang dapat dikembangkan :
a. Kelompok yang dianggap amanah atau memenuhi kriteria sebagai
penerima bantuan digunakan sebagai inti, sedangkan para peternak
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 26
penerima lainnya sebagai plasma. Tanggungjawab jumlah populasi
dan target penambahan populasi per tahun menjadi tanggungjawab
kelompok inti. Jangka waktu plasma untuk memperoleh manfaat
selama dua tahun, jika satu plasma sudah berkewajiban
mengembalikan maka ternak tersebut akan digulirkan ke plasma
lainnya.
b. Belanja ternak menjadi belanja modal yang selanjutnya dikerjasamakan
dengan kelompok pembibitan. Ketika kelompok berkewajiban
mengembalikan, maka ternak yang statusnya asset UPTD pembibitan
akan dipindahkan ke kelompok lainnya. Pola ini mirip dengan pola
rearing, yang menjadi hambatan adalah sulitnya mencari kelompok
yang akan dijadikan mitra
c. Mengarahkan pola hibah bansos yang bersumber dari dana aspirasi
dewan pada lokasi-lokasi yang telah diarahkan dan dipetakan oleh
dinas. Bansos tersebut akan terus didampingi dan dibina selama lima
tahun berturut-turut. Pengadaan bibit ternak diwajibkan berasal dari
luar Kabupaten Sukabumi.
Pola I
Dinas Peternakan Kelompok
Inti
Plasma
Plasma
Plasma
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 27
Pola II
3.2.3. Pola UPTD pembibitan
UPTD pembibitan sebagai fasilitas peternakan daerah bertugas untuk
menyediakan bibit ternak yang berkualitas. Ternak yang dihasilkan diwajibkan
untuk sebagai bahan bakalan atau sebagai bibit hanya untuk di Kabupaten
Sukabumi, sehingga bisa mengakselerasi penambahan populasi ternak.
Pola penjualan atau lelang hasil pembibitan agar ternak tetap di
Kabupaten Sukabumi bisa dilakukan dengan berbagai cara, yakni :
a. Lelang langsung bagi masyarakat
b. Lelang untuk para feedploter (pengusaha penggemukan) di Kabupaten
Sukabumi
c. Lelang untuk para pengusaha yang terbiasa menjadi mitra pengadaan
ternak
d. Atau, kerjasama dengan para investor pembibitan dan penggemukan
untuk berinvestasi di Kabupaten Sukabumi dengan bibit atau bakalan
bersumber dari UPTD pembibitan.
3.3. Struktur Organisasi Pembangunan Kawasan Agribisnis
Berbasis Peternakan
Swasembada daging sapi dan kerbau yang direalisasikan dalam wujud
pembangunan kawasan agribisnis berbasis peternakan merupakan pekerjaan
besar yang harus didukung oleh berbagai pihak sehingga diperlukan
Dinas Peternakan UPTD Pembibitan
Belanja Modal
Bagi Hasil dengan
kelompok
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 28
pembagian peran. Struktur organisasi PSDSK di Kabupaten Sukabumi
sebagai berikut :
Pelindung : Bupati Sukabumi
Wakil Bupati Sukabumi
Penasihat : Ketua DPRD Kab. Sukabumi
Ketua : Sekretaris Daerah
Wakil Ketua : Kepala Dinas Peternakan
Sekretaris : Kepala BP4K
Bidang perencanaan dan pelaporan
a. Kabid Ekonomi
b. Kasubag Program Disnak
Bidang Produksi dan Kelembagaan
a. Bidang Ruminansia
b. Bidang Kelembagaan BP4K
c. Bidang Penyelenggaraan penyuluhan BP4K
Bidang Kesmavet
a. Bidang Kesmavet Disnak
b. Fungsional dokter hewan
c. Fungsional Inseminator
Bidang Sarana Prasarana dan Pemasaran Hasil
a. Bidang SPPH Dinak
b. Bidang Pemasaran Diskoperindag
c. Bidang Koperasi Diskoperindag
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 29
Bidang Teknis
a. Sekretaris Dinas Peternakan
b. Kasubid Ekonomi Primer
c. Kasie Pengembangan Perkebunan
d. Kasie Padi Palawija Dinas Pertanian
e. Perum Perhutani
f. Fungsional Penyuluh Pertanian
g. LPPM UMMI
h. UPTD pembibitan
i. UPTD RPH
j. UPTD Pasar Hewan
k. PT. Karyana Gita Utama
3.3. Strategi Penjaminan Ketersediaan pakan
3.3.1. Pakan Hijauan
Penggunaan lahan di Kabupaten Sukabumi diantaranya mencakup
lahan pengangonan, namun saat diklarifikasi pada tahun 2012 lahan tersebut
sudah tidak ada di tingkat desa. Sehingga diperlukan strategi untuk
penyediaan pakan hijauan. Kebutuhan pakan hijauan ternak sapi potong dan
kerbau saat dilakukan akselerasi di Kabupaten Sukabumi adalah sebagai
berikut :
Jampangtengah : Penyedia pakan hijauan limbah jagung ke zona inti
kecamatan Purabaya dan Nyalindung
Pabuaran : Penyedia pakan hijauan limbah jagung
Gegerbitung : Supplier Hay untuk lokasi Nyalindung dan Purabaya
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 30
Strategi penyediaan pakan hijauan yang akan dilaksanakan melalai pola
kerjasama sebagai berikut :
penyediaan pakan lainnya melalui pola kerjasama penanaman hijauan
antara masyarakat dengan PERHUTANI
Kerjasama penanaman hijauan dengan Perkebunan.
Strategi lainnya melalui pola barter antara limbah ternak (pupuk kandang)
dengan jerami padi.
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 31
3.3.2. Pakan Konsentrat
Kebutuhan pakan konsentrat saat ini disupply oleh beberapa
perusahaan dari luar, adapun pabrik pakan yang ada saat ini di wilayah
Sukabumi Utara dimanfaatkan oleh ternak sapi perah. Kebutuhan pakan
konsentrat direncanakan akan dipenuhi oleh dua kecamatan dengan
memanfaatkan asset yang sudah ada.
Cikembar : Penyedia pakan konsentrat akan mensupply kebutuhan
pakan konsentrat ke kecamatan Purabaya, Nyalindung,
Sagaranten dan Cidolog. Pabrik direncanakan dengan
memanfaatkan asset Dinas Pertanian yakni Pabrik
jagung.
Ciemas : Penyedia pakan konsentrat untuk kecamatan Ciracap,
Surade, Cibitung, Tegalbuleud
3.4. Sumber Daya Manusia (SDM)
3.4.1. SDM peternak
SDM peternak sapi potong dan kerbau saat ini didominasi oleh
masyarakat yang rata-rata hanya lulusan SD serta kompetensi keterampilan
pada bidang peternakan yang sangat terbatas. Masalah SDM harus menjadi
tugas Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian bekerjasama dengan Dinas
Pendidikan. Kegiatan yang harus dilakukan adalah :
a. Sekolah lapang Kagrisnak dengan materi keterampilan pembibitan sapi
potong sampai dengan melahirkan, yang dikolaborasikan dengan
pendidikan kesetaraan baik paket A, B maupun Paket C.
b. Kursus penggemukan sapi
c. Kursus teknologi pembuatan pakan ternak
d. Pemberdayaan Pos Penyuluhan Desa (Posluhdes)
e. Pembentukan P4S peternakan di Kecamatan Purabaya, Nyalindung,
Pabuaran, Tegalbuleud dan Ciracap
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 32
- Purabaya P4S pembibitan ternak dan pengolahan limbah
- Nyalindung P4S penggemukan sapi potong
- Pabuaran P4S pembibitan kerbau
- Tegalbuleud P4S pembibitan ternak sapi lokal
- Ciracap P4S pembibitan ternak sapi potong
3.4.2. SDM Petugas
SDM Petugas ternak adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan
dan reproduksi ternak sapi potong dan kerbau terhadap masyarakat di
Kabupaten Sukabumi. Kondisi tahun 2011 petugas ternak tersebut terdiri
dari :
- Inseminator sebanyak 16 orang,
- Penyuluh pertanian berkeahlian peternakan 29 orang
- Petugas dinas (dokter hewan) 8 orang
Seorang inseminator idealnya harus melayani 4 kelompok peternak,
jika jumlah kelompoktani yang bergerak dibidang peternakan saat ini
jumlahnya 138 kelompoktani maka petugas IB yang dibutuhkan sebanyak 35
orang sehingga kekurangan petugas sebanyak 29 orang. Tugas ini harus
ditangani oleh Dinas Peternakan, Badan Kepegawaian Daerah, dan Balai
Besar Pelatihan Peternakan dibawah Kementerian Pertanian.
Penyuluh pertanian berkompetensi peternakan 1 orang penyuluh
membina 6-7 kelompoktani 138 kelompoktani yang berusaha di bidang
peternakan dengan jumlah anggota 5.504 RTP, menurut jumlah penyuluh
seharusnya sudah mencukupi namun penyuluh saat ini di sebar tidak hanya
pada lokasi ternak sapi potong dan kerbau, akan tetapi ditempatkan juga pada
lokasi sapi perah dan lokasi peternakan non ruminansia. Jumlah penyuluh
berkompetensi peternakan idealnya harus ditambah minimal 15 orang untuk
melayani semua sentra peternakan.
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 33
Petugas dinas (dokter hewan), jumlah ideal 1 dokter hewan 1
kecamatan, jika jumlah sentra sapi potong dan kerbau ada 18 kecamatan
maka jumlah dokter hewan minimal 18 orang belum termasuk kecamatan
yang menjadi sentra ternak kambing, sapi perah dan unggas. Dalam rangka
mewujudkan swasembada daging minimal jumlah dokter hewan yang
dibutuhkan sebanyak 40 orang sehingga kekurangan yang harus dipenuhi
minimal sebanyak 32 orang.
3.6. Penanganan Penyakit Hewan
Usaha peternakan tidak terlepas dari masalah penyakit ternak,
sehingga usaha peternakan perlu didukung oleh sarana kesehatan hewan.
Penanganan penyakit tersebut akan ditangani melalui peningkatan kapasitas
kantor UPTD merangkap menjadi Poskeswan khususnya pada 18 kecamatan
lokasi sentra produksi. Apabila UPTD belu memiliki bangunan maka kegiatan
poskeswan akan bekerjasama dengan bangunan BP4K. Kegiatan yang akan
dilaksanakan adalah :
a. Fasilitasi pengobatan pada lokasi Kagrisnak
b. Peningkatan kapasitas UPTD sebagai Poskeswan
c. Pengadaan sarana prasarana poskeswan
3.7. Pengelolaan Limbah
Green economy begitulah statement pembangunan saat ini,
penyumbang efek gas rumah kaca terbesar kedua divonis sector pertanian
dan peternakan. Atas dasar fenomena tersebut maka perlu focus
penanganan limbah ternak sapi dan kerbau, diantaranya melalui kegiatan :
a. Pengelolaan limbah ternak menjadi bio gas
b. Pengelolaan limbah ternak menjadi energy listrik
c. Pengelolaan limbah ternak menjadi pupuk organik
d. Percontohan pengelolaan limbah pada UPTD pembibitan
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 34
3.8. Pemasaran Hasil Ternak
Pemasaran hasil ternak yang ada di masyarakat saat ini untuk hasil
penggemukan dan pembibitan di jual kepada tengkulak dan di pasar hewan.
Pasar hewan yang tersedia saat ini yakni : pasar hewan curugkembar dan
pasar hewan parungkuda. Mekanisme penjualan pada tengkulak
mengakibatkan harga yang diterima oleh para peternak tidak optimal sehingga
tidak memperoleh keuntungan yang layak. Ternak yang dijual kepada para
tengkulak saat ini tidak hanya pejantan, namun terkadang betina yang masih
produktif bahkan pedet hasil IB. Oleh karena itu diperlukan intervensi
pemerintah melalui berbagai kegiatan sebagai berikut :
a. Pembangunan pasar khewan
b. Penyelamatan betina produktif
c. Penjaringan hasil IB
d. Mendorong pihak swasta yang bergerak dibidang penggemukan di
Kabupaten Sukabumi untuk membeli ternak hasil IB.
3.9. Sarana Prasana Pelayanan Peternakan
Kegiatan usaha peternakan yang dilakukan oleh masyarakat ataupun
investor swasta harus ditunjang dengan fasilitasi pemerintah sehingga investor
maupun masyarakat merasa nyaman untuk melakukan kegiatan usaha.
Sarana prasarana yang harus ada diantaranya :
a. Laboratorium
b. UPTD pembibitan
c. UPTD / Pos Keswan setiap kecamatan pada 18 kecamatan
d. Rumah Potong Khewan standar internasional
3.10. Pembangunan Infrastruktur
Pembangunan peternakan perlu ditunjang oleh pembangunan
infrastruktur lainnya dengan tujuan untuk menekan biaya operasional baik
dalam pengadaan sarana produksi maupun dalam pemasaran hasil. Lokasi
kegiatan peternakan saat ini berkembang jauh dari pusat pertumbuhan yang
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 35
sebagian besar belum tersentuh oleh jaringan infrastruktur khususnya jalan.
Pembangunan infrastruktur pada pembangunan peternakan sapi potong dan
kerbau yang dibutuhkan adalah :
a. Pembangunan jalan desa khususnya pada kecamatan yang dijadikan
zona inti (Kecamatan Purabaya)
b. Pembangunan jalan produksi pertanian (dari jalan desa menuju lokasi
produksi (DAK pertanian)
c. Pembangunan saluran drainase pada lokasi peternakan
d. Sumur artesis sebagai penunjang kebersihan kandang pada lokasi
sentra produksi peternakan (APBN)
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 36
BAB IV
KEGIATAN DAN PEMBIAYAAN
4.1. Program dan Kegiatan Pembangunan Peternakan
Program dan kegiatan secara lengkap disajikan pada roadmap rencana
tindak kawasan agribisnis berbasis peternakan yang dikerjakan oleh berbagai
organisasi perangkat daerah di Kabupaten Sukabumi dengan berbagai
sumber anggaran disajikan pada Lampiran 1.
Program dan kegiatan pembangunan kawasan agribisnis berbasis
peternakan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
Tabel 11. Daftar Kegiatan Pembangunan Peternakan
No Nama Kegiatan Volume/Tahun Sumber Biaya
OPD
A Penambahan Populasi
1 Hibah / bansos pada kelompok sebanyak 2 kelompok melalui dana APBD
14 ekor APBD Kab Disnak
2 Penambahan populasi ternak berbasis kemitraan melalui dana APBD
60 ekor APBD Kab Disnak
3 Pengadaan ternak Ruminansia Berbasis Sekolah Lapang Kagrisnak
25 ekor APBD Kab Disnak
4 Optimalisasi Inseminasi Buatan melalui dana APBD Kabupaten
3000 straw APBD Kab Disnak
5 Pemberdayaan UPTD pembibitan 2013-2014
1 Unit APBD Kab Disnak
6 Optimalisasi Inseminasi Buatan melalui dana APBD propinsi
4000 straw APBD Prop Disnak
7 Pemberdayaan UPTD pembibitan 2013-2014
1 Unit APBD Prop Disnak
8 Pengembangan Kawasan Ternak Sapi Potong melalui Bantuan Propinsi
60 ekor APBD Prop Disnak
9 Penjaringan hasil Inseminasi Buatan dengan dana APBD
200 ekor APBD Kab Disnak
10 Penambahan Populasi dana APBN pola Bansos
25 ekor APBN Disnak
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 37
No Nama Kegiatan Volume/Tahun Sumber Biaya
OPD
11 Penambahan populasi melalui dana APBN Dekonsentrasi 2 kelompok
66 ekor APBN Disnak
12 Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO) 1 kelompok melalui dana APBN
35 ekor APBN Disnak
13 Integrasi ternak ruminansia dalam mendukung pengemba-ngan kawasan
30 ekor APBN Disnak
14 Penjaringan betina produktif 100 ekor APBN Disnak
15 Insentif betina bunting 1350 ekor APBN Disnak
16 Optimalisasi INKA 5 Kelompok APBN Disnak
17 APBN tumpangsari perkebunan & ternak sapi pada prkebunan BUMN
200 ekor APBN Disnak
18 Peningkatan Reproduksi sapi local
100 ekor APBD Prop Disnak
19 Sarjana Membangun Desa
20 LM3
B Koordinasi Tim Pembangunan Peternakan Kawasan Agribisnis Berbasis Peternakan
21 Koordinasi tim PSDSK melalui Pengembangan Kagrisnak
1 paket APBD Disnak
C Sumberdaya Manusia
22 Sekolah lapang Kagrisnak Setara paket A, B maupun Paket C.
850 orang APBD BP4K
23 Kursus tani 14 paket APBD BP4K 24 Pemberdayaan Pos Penyuluhan
Desa (Posluhdes) 2 unit APBN BP4K
25 Pembentukan P4S Peternakan sapi potong 2014-2019
1 Unit APBN BP4K
26 Penambahan tenaga inseminator 6 Orang APBD BKD
27 Penambahan tenaga penyuluh kompetensi peternakan
3 Orang APBD BKD
28 Penambahan tenaga dokter hewan
7 orang APBD BKD
29 Pelatihan tenaga inseminator swadaya
5 orang APBN Disnak /BBPP
30 Pelatihan tenaga penyuluh swadaya kompetensi peternakan
10 orang/tahun APBN BP4K/PMPSDMP
D Pengelolaan Pakan
31 Intensifikasi lahan pertanian tumpangsari pakan hijauan
10 klp/tahun APBD Disnak
32 Bantuan kebun rumput 2 ha/tahun APBN Disnak 33 Teknologi Pengawetan pakan 2 klp/tahun APBD Disnak
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 38
No Nama Kegiatan Volume/Tahun Sumber Biaya
OPD
34 Kursus tani penggemukan sapi (Peningkatan bobot berat badan melalui teknologi pakan)
1 Paket/ 20 Peternak
APBD Prop BP4K
35 Pengadaan sarana pabrik konsentrat (pabrik jagung cikembar)
1 Paket APBN Disnak
36 Pengadaan sarana pabrik konsentrat (RMU Distan Ciemas)
1 paket APBN Disnak
E Pengelolaan Limbah Peternakan
37 Pengelolaan limbah ternak menjadi bio gas
18 Unit APBD BLH
38 Pengelolaan limbah ternak menjadi energy listrik
18 Unit APBN BLH
39 Pengelolaan limbah ternak menjadi pupuk organic
18 Unit APBD prop Disnak
40 Percontohan pengelolaan limbah pada UPTD pembibitan
1 Unit APBN Disnak
F Penanganan PHMS
41 Fasilitasi pengobatan pada lokasi Kagrisnak
2 jenis APBD Disnak
42 Pengadaan sarana prasarana poskeswan
2 paket APBN Disnak
G Pemasaran
43 Pembangunan pasar khewan 1 Unit DAK Diskoperindag
44 Temu usaha dengan investor penggemukan sapi
1 kali APBD Disnak
H Sarana Prasarana
45 Peningkatan Kapasitas Laboratorium
1 paket APBD Prop Disnak
46 Pembangunan Laboratorium di Kec. Zona inti
1 paket APBN Disnak
47 UPTD Pembibitan 1 Paket APBD Kab/ Prop
Disnak
48 Poskewan pada 15 kecamatan (3 Kec sudah ada)
3 Paket APBD DAK Disnak
49 Peningkatan Kapsitas RPH standar internasional Parungkuda
1 Paket APBN Disnak
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 39
No Nama Kegiatan Volume/Tahun Sumber Biaya
OPD
50 Fasilitasi optimalisasi RPH Cibadak
1 paket APBD Disnak
51 Fasilitasi optimalisasi RPH parungkuda
1 Paket APBN Disnak
52 Relokasi RPH Cisaat 1 Paket APBD/DAK Disnak
H Infrastruktur
53 Pembangunan jalan desa pada kecamatan zona inti
5 km APBD prop DPU
54 Jalan Produksi 2 km APBD DAK Disnak
55 Sumur artesis pada lokasi sentra produksi
2 Unit APBN Disnak
4.2. Strategi pembiayaan
Pembiayaan peternakan tidak bisa hanya mengandalkan anggaran
pemerintah, jumlah anggaran pemerintah sangat terbatas jumlahnya
sehingga diperlukan intervensi pihak lain. Penambahan populasi di
Kabupaten Sukabumi misalnya tidak akan tercapai sesuai target 50.000 ekor
tahun 2011 dari revisi cita-cita 100.000 ekor jika tidak disertai investasi swasta
dan kerjasama dengan BUMN untuk tumpangsari perkebunan dengan ternak.
Tabel 12. Pembagian Peran Pembiayaan (000)
No Tahun APBD Kab APBD Prop
APBN BUMN (juta)
Swasta (juta)
1 2013 8.310 7.340 8.594,5 1.600
2 2014 6.530 6.845 11.244,5 2.000 5.500
3 2015 6.469 5.990 9.744,0 2.150 5.800
4 2016 7.150 6.400 10.465 2.300 6.100
5 2017 7.850 7.100 11.575 2.500 6.500
6 2018 8.560 7.950 12.680 2.680 6.900
7 2019 9.375 8.850 13.875 2.830 7.300
Untuk lebih lengkapnya rincian pembiayaan disajikan dalam roadmap.
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 40
BAB V
KESIMPULAN
Pembangunan peternakan tidak bisa dilakukan sendiri oleh Dinas
peternakan, namun diperlukan kerjasama dengan pihak lain. Sehingga
koordinasi dengan berbagai instansi baik instansi pemerintah maupun swasta
perlu terus dibina. Pada rencana tindak kawasan agribisnis berbasis
peternakan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
- Kerjasama antar bidang perlu ditingkatkan, kegiatan swasembada
daging bukanlah milik dinas peternakan bidang produksi namun juga
milik bidang kesmavet, bidang SPPH, UPTD pembibitan, UPTD pasar
Hewan juga UPTD RPH.
- Anggaran APBD kabupaten sangat terbatas jumlahnya sehingga
diperlukan pembagian peran antara kabupaten, propinsi dan pusat
untuk merealisasikan kawasan agribisnis berbasis peternakan.
- Peningkatan kapasitas peternak diperlukan kerjasama dengan para
penyuluh pertanian berkompetensi peternakan.
- Peningkatan SDM peternak yang rata-rata hanya berpendidikan SD
harus ditangani melalui kerjasama dengan pihak Dinas Pendidikan
melalui SL Kagrisnak berbasis kesetaraan baik dengan Paket A, B
maupun Paket C.
- Perbaikan infrastruktur pada lokasi sentra peternakan diperlukan
kolaborasi antara Dinas Peternakan dengan Dinas Pekerjaan Umum.
- Penambahan petugas baik inseminator, dokter hewan dan penyuluh
pertanian berkompetensi peternakan diperlukan koordinasi dengan
badan kepegawaian daerah.
- Penambahan populasi ternak untuk mencapai swasembada daging
sapi dan kerbau misalnya sangat dibutuhkan investasi pihak swasta
dan peran BUMN yang bergerak dibidang perkebunan untuk
mengkolaborasikan antara lahan perkebunan dengan ternak sapi.
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 41
Pola Kerjasama, Businessplan dan Rencana Pengembangan Kawasan
UPTD Pembibibitan
UPTD pembibitan dan pakan ternak
Tugas pokok :
- Menyediakan bibit ternak berkualitas (sapi potong, sapi perah, kerbau,
domba kambing, kelinci dan ternak lainnya)
- Menyediakan bakalan berkualitas
- Menyediakan pakan ternak berkualitas
- Melakukan riset pembibitan, penggemukan dan pakan ternak
- Menyelenggarakan pelatihan peternakan (pembibitan dan
penggemukan) dengan masyarakat
- Menjalin kerjasama pembibitan dengan masyarakat sekitar.
Businessplan UPTD Pembibitan
Businessplan UPTD pembibitan disajikan pada lampiran dalam format excel.
Pola kerjasama
Masyarakat/Petani
Pola kerjasama yang akan dikembangkan di UPTD pembibitan adalah ; pola
kerjasama dengan kelompok melalui pemilihan anggota yang dipilih oleh team
independent tanpa campur tangan UPTD, KCD, PTCD maupun para
penyuluh. Wilayah kerjasama yang akan dikembangkan dimulai dari wilayah
Purabaya, Nyalindung dan Pabuaran.
Bentuk kerjasama yang akan dikembangkan yakni :
a. Kerjasama pembibitan berbagai jenis ternak
b. Kerjasama penggemukan
c. Kerjasama pakan hijauan
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 42
Kerjasama Swasta
Kerjasama lainnya yakni dengan pihak swasta dalam hal ; pemasaran ternak
hasil penggemukan, pemasaran bibit berkualitas, maupun fasilitasi untuk
investasi peternakan.
Rencana pengembangan kawasan
Rencana pengembangan kawasan di mulai di Kecamatan Purabaya pada
tahun 2014 sampai dengan tahun 2015. Rencana pengembangan kawasan
meliputi :
- Pembangunan UPTD Pembibitan dan pakan ternak
- Kawasan budidaya dan penggemukan
- Kawasan pengembangan pakan
- Kawasan pengembangan pakan ternak
- Kawasan pengembangan investasi peternakan
- Kawasan agrowisata berbasis peternakan
- Pengembangan infrastruktur penunjang
o Pelayanan kesehatan khewan
o Pelayanan inseminasi buatan
o Pendidikan Peternakan
- Pemetaan sarana produksi peternakan.
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 43
Gambar . Peta Kelembagaan tani kecamatan Purabaya
a. UPTD pembibitan pembibitan akan dibangun dengan luas areal 50 ha
yang terdiri dari berbagai fasilitas………………. Terletak di desa
purabaya kecamatan Purabaya
b. Kawasan penggemukan dan pembibitan
c. Lokasi pengembangan pakan
o Pengembangan kebun rumput
o Pengembangan jagung
o Pengembangan tanaman ubi kayu
o Pengembangan padi (jerami bahan hay/silase)
d. Lokasi kawasan pengembangan peternakan bagi investor
e. Lokasi agrowisata
f. Infrastruktur penunjang
- Pembangunan jalan
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 44
- Poskeswan / Balai IB
- Koperasi sapronak
- Pemetaan Kecamatan Nyalindung
- Pemetaan Kecamatan Pabuaran
Lampiran 1.
Matrik Kegiatan dan Pembiayaan
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 45
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 46
Lampiran 2.
Farming Business Plan
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 47
Lampiran 3.
Supporting System
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 48
Lampiran 4.
Identifikasi Potensi Ternak Pada 8 Kecamatan Inti dan Penyangga
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 49
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillahirrabil’alamin, puji syukur Kami panjatkan kekhadirat Illahi Rabbi
yang atas segala kekuatan dan kemudahnnya sehingga Kami dapat menyelesaikan
Rencana tentang Pengembangan Kawasan Agribisnis Berbasis Peternakan di
Kabupaten Sukabumi.
Rencana tindak ini secara umum memuat tentang kondisi eksisting dan
rencana aksi pembangunan peternakan di Kabupaten Sukabumi fokusnya pada 18
kecamatan yang telah ditetapkan. Rencana aksi tersebut tentu berdampak pada
pembiayaan, namun jika hanya mengandalkan anggaran pemerintah kabupaten tidak
akan terjadi akselerasi, sehingga harus ditopang dengan pembiayaan APBD
Propinsi, APBN serta pembiayaan swadaya dan swasta. Atas dasar kondisi tersebut
maka pelaksanaan kegiatan harus dilaksanakan melalui koordinasi aktif antar
lembaga.
Kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan rencana tindak ini
sangat kami harapkan. Akhirnya kami berharap semoga laporan ini bermanfaat.
Atas perhatian, bantuan dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Sukabumi, Desember 2012
Tim Penyusun
i
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 50
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................ 1 1.2 Maksud dan Tujuan .................................................... 3 1.3 Ruang Lingkup ............................................................ 3 1.4 Sistematika Penyusunan Rencana Tindak .................. 4
BAB II DESKRIPSI PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI
POTONG DAN KERBAU DI KABUPATEN SUKABUMI...... 6
2.1. Populasi dan Sebaran Sapi dan Kerbau ..................... 6
2.2. Ketersediaan pakan .................................................... 9
2.3. SDM dan Kelembagaan Ternak .................................. 11
2.4. Sebaran Penyakit Hewan Menular pada Ternak
Sapi Potong dan Kerbau (Mapping PHMS) ................. 15
2.5. Pengelolaan Limbah .................................................. 16
2.6. Pemasaran Hasil Ternak............................................. 16
2.7. Sarana dan Prasarana Pelayanan Teknis ................... 16
2.8. Program dan Kegiatan Pembangunan Peternakan ..... 17
BAB III RENCANA TINDAK ........................................................................... 19
3.1. Pengembangan Kawasan Agribisnis Berbasis
Peternakan ................................................................. 19
3.2. Strategi Penambahan Populasi Sapi dan Kerbau ....... 22
3.3. Struktur Organisasi Pembangunan Kawasan
Agribisnis Berbasis Peternakan .................................. 25
3.4. Strategi Penjaminan Ketersediaan pakan ................... 27
3.5. Peningkatan kapasitas SDM ...................................... 31
3.6. Penanganan Penyakit Hewan ..................................... 33
3.7. Pengelolaan Limbah ................................................... 33
3.8. Pemasaran hasil Ternak ............................................. 34
3.9. Sarana dan Prasarana Pelayanan Peternakan ........... 34
3.10. Pembangunan Infrastruktur ......................................... 34
ii
Rencana Tindak Agribisnis Berbasis Peternakan 51
BAB IV KEGIATAN DAN PEMBIAYAAN ............................................ 36
4.1. Program dan Kegiatan Pembangunan Peternakan ........ 36
4.2. Strategi pembiayaan ..................................................... 39
BAB V KESIMPULAN ....................................................................... 40
LAMPIRAN
iii