pemeriksaan torak dan paru

9
A. PEMERIKSAAN TORAK DAN PARU Secara umum ada beberapa garis bayangan yang digunakan dalam pemeriksaan torak yaitu : 1. Garis midsternalis : garis yang ditarik dari garis tengah sternal ke bawah 2. Garis midclavikula : garis yang ditarik dari pertegahan clavikula ke bawah 3. Garis mid axillaries : Garis yang ditarik dari pertengahan axilla ke bawah 4. Garis mid spinalis : garris yang ditarik dari pertengahan spinal ke bawah 5. Garis mid scapula : Garis yang ditarik dari pertengahan scapula ke bawah a. Inspeksi Bentuk torak, kesimetrisan, keadaan kulit. Normal chest : diameter proximodistal lebih panjang dari anterodistal Pigeon chest : diameter anteroposterior lebih panjang dari proximodistal Funnel chest : diameter anteroposterior lebih pendek dari proximodistal

Upload: ronaldokonstantin

Post on 20-Dec-2015

35 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

hsghs

TRANSCRIPT

Page 1: Pemeriksaan Torak Dan Paru

A. PEMERIKSAAN TORAK DAN PARU

Secara umum ada beberapa garis bayangan yang digunakan dalam pemeriksaan torak yaitu

:

1. Garis midsternalis : garis yang ditarik dari garis tengah sternal ke bawah

2. Garis midclavikula : garis yang ditarik dari pertegahan clavikula ke bawah

3. Garis mid axillaries : Garis yang ditarik dari pertengahan axilla ke bawah

4. Garis mid spinalis : garris yang ditarik dari pertengahan spinal ke bawah

5. Garis mid scapula : Garis yang ditarik dari pertengahan scapula ke bawah

a. Inspeksi

Bentuk torak, kesimetrisan, keadaan kulit.

Normal chest : diameter proximodistal lebih panjang dari anterodistal

Pigeon chest : diameter anteroposterior lebih panjang dari proximodistal

Funnel chest : diameter anteroposterior lebih pendek dari proximodistal

Barrel chest : diameter anteroposteriol sama denga proximodistal

Kyposis : tulang belakang bengkok ke depan

Scoliosis : Tulang belakang bengkok ke sanping

Lordosis : tulang belakang bengkok ke belakang

Amati pernafasan klien : frekuensi ( 16 – 24 X per-menit ), retraksi intercosta, retraksi

suprasternal, pernafasan cuping hidung.

Macam-macam pola pernafasan :

1. Eupnea : Irama dan kecepatan pernafasan normal

2. Takipneu : Peningkatan kecepatan pernafasan

3. Bradipnea : Lambat tapi merupakan pernafasan normal

4. Apnea : Tidak terdapatnya pernafasan

Page 2: Pemeriksaan Torak Dan Paru

5. Chene Stokes : Pernafasan secara bertahap lebih cepat dan dalam, dan

melambat diseligi pereode apnea

6. Biot’s : Pernafasan cepat dan dalam dengan berhenti tiba-tiba .

7. Kusmaul : Pernafasan cepat dan dalam tanpa berhenti

Amati ada / tidak cianosis, batuk produktif atau kering.

b. Palpasi

Pemeriksaan taktil / vocal fremitus ;membandingkan getaran dinding torak antara

kanan dan kiri, dengan cara menepelkan kedua telapak tangan pemeriksa pada

punggung klien dank lien diminta mengucapkan kata tujuh puluh tujuh, telapak

tangan digeser ke bawah dan bandingkan getarannya, normalnya getaran antara

kanan da kiri teraba sama.

c. Perkusi

Menempelkan jari tengah pemeriksa pada intercosta klien dan mengetuk dengan

jari tangan yang satunya, normalnya suara dinding torak saat diperkusi adalah

sonor. Hipersonor menandakan adanya pemadatan jaringan paru atau prnimbunan

cairan dalam dinding torak ( pnemotorak )

d. Auskultasi

1. Suara nafas

Vesikuler : terdengar di seluruh lapang paru dengan intensitas suara

rendah ,lembut dan bersih.

Bronchial : di atas manubrium sterni, suara tinggi, keras dan bersih

Bronkovesikuler : Intercosta 1 dan 2, dan antara scapula, intensitas sedang dan

bersih

Trakeal : di atas trakea pada leher, imtensitas sangat tinggi ,keras dan bersih

Page 3: Pemeriksaan Torak Dan Paru

2. Suara Ucapan

Anjurkan klien mengucapkan tujuh puluh tujuh berulang-ulang, dengan

stetoskop dengarkan pada area torak, normalnya intensitas suara kakan dan kiri

sama

Kelainan yang dapat ditemuka :

Bronkophoni : Suara terdengar lebih keras di banding sisi lain

Egophoni : Suara bergema ( sengau )

Pectoriloqy : Suara terdengar jauh dan tidak jelas

3. Suara tambahan

Rales : Suara yang terdengar akibat exudat lengket saat inspirasi

Rales halus , terdengar merintik halus pada akhir inspirasi

Rales kasar , terdengar merintik sepanjang inspirasi

Rales tidak hilang dengan batuk

Ronchi : Akibat penumpukan exudat pada bronkus-bronkus besar, terdengar

pada fase inspirasi dan ekspirasi, hilang bila klien batuk

Wheezing : Terdengar ngiik-ngiik saat inspirasi akibat penyempitan bronkus

Pleural tricion rab : terdengar kasar seperti gosokan amplas akibat peradangan

pleura terdengar sepanjang pernafasan lebih jelas pada antero lateral

bawah dinding torak

AnamnesisAnamnesis pada penderita asma sangatlah penting. Tujuannya, selain untuk menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding, anamnesis juga berguna untuk menyususn srategi pengobatan pada penderita asma. Pada anamnesis akan kita jumpai adanya keluhan, batuk, sesak, mengi dan atau rasa berat di dada yang timbul secara tiba-tiba dan hilang secara spontan atau dengan pengobatan. Tetapi adakalanya juga penderita hanya mengeluhkan batuk-batuk saja yang umumnya timbul pada malam hari atau sewaktu kegiatan jasmani ataupun hanya pada musim-musim tertentu saja. Disamping itu, mungkin adanya riwayat alrgi baik pada penderita maupun pada keluarganya, seperti rhinitis alergi, dermatitik atopic dapat membantu menegakakan diagnosis.

Page 4: Pemeriksaan Torak Dan Paru

Yang perlu juga diketahui adalah faktor-faktor pencetus serangan, dengan mengetahui factor pencetus kemudian menghindarinya, diharapkan gejala asma dapat dicegah. Faktor-faktor pencetus pada asma, terdiri dari:7,10•Allergen, baik yang berupa inhalasi seperti debu rumah, tungau, serbuk sari, bulu binatang, kapas, debu kopi atau the, maupun yang berupa makanan seperti udang, kepiting, zat pengawet, zat   pewarna dan sebagainya.•Infeksi saluran napas, terutama oleh virus seperti Respiratory syncitial, parainfluensa dan sebagainya.•Kegiatan jasmani/ olahraga, seperti lari.•Ketegangan atau tekanan jiwa.•Obat-obatan, seperti penyekat beta, salisilat, kodein, AINS dan sebagainya.•Polusi udara atau bau yang merangsang, seperti asap rokok, semprot nyamuk, parfum dan sebagainya.

Berdasarkan hal-hal di atas, maka seseorang dicurigai menderita asma apabila:10•Sesak atau batuk yang berkepanjangan setelah menderita influenza•Batuk-batuk setelah olahraga, terutama pada anak-anak atau rasa berat atau tercekik pada dada sehabis olahraga (yang terbukti tidak ada kelainan jantung)•Sesak atau batuk-batuk pada waktu ruang berdebu atau berasap•Batuk-batuk setelah mencium bau tertentu•Batuk-batuk atau sesak yang sering timbul pada malam hari dan tidak berkurang sesudah duduk.

Dengan kata lain, bila seseorang mengeluh sesak, batuk atau mengi yang tidak bisa diterangkan penyebabnya, kita perlu mencurigai itu suatu asma. Atau yeng membedakan asma dengan penyakit paru lain yaitu pada asma serangan dapat hilang dengan atau tanpa obat. Artinya, serangan asma ada yang hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan. Tetapi, membiarkan penderita asma dalam srangan tanpa obat selain tidak etis, juga bisa membahayakan nyawa penderita.

PemeriksaanFisikPemeriksaan fisik, selain berguna untuk menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding, juga berguna untuk mengetahui penyakit-penyakit yang mungkin menyertai asma. Pemeriksaan fisik meliputi seluruh badan, mulai dari kepala sampai ke kaki.

Kelainan fisik pada penderita asma tergantung pada obstruksi saluran napas (beratnya serangan) dan saat pemeriksaan. Pada saat serangan, tekanan darah bisa naik, frekuensi pernapasan dan denyut nadi juga meningkat, mengi (wheezing) sering dapat terdengar tanpa statoskop, ekpirasi memanjang (lebih dari 4 detik atau 3 kali lebih panjang dari inspirasi) disertai ronki kering dan mengi. Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter anteroposterior rongga dada, dimana pada perkusi akan terdengan hipersonor. Pernapasan cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot bantu pernapasan, sehingga tanpak retraksi suprasternal, supraklavicula dan sel iga dan pernapasan cuping hidung.

Dalam praktek, jarang dijumpai kesulitan dalam menegakkan diagnosis asma, tetapi batuk, sesak ataupun mengi (wheezing) tidak hanya dijumpai pada penderita asma, untuk itu, perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut lagi untuk menegakkan diagnosis.

PemeriksaanPenunjang1.Pemeriksaanlaboratorium7,10

Page 5: Pemeriksaan Torak Dan Paru

Pada pemeriksaan darah tepi, terutama jumlah eosinofil total sering meningkat pada pasien asma, dan hal ini dapat membantu untuk membedakan asma dengan bronchitis kronik. Jumlah    eosinofil menurun dengan pemberian kortikosteroid, sehingga dipakai juga untuk patokan cukup tidaknya dosis kortikosteroid yang dibutuhkan pada pasien asma.

Pada pemeriksaan sputum, dimana sputum eosinofil sangat karakteristik untuk asma, sedangkan neutrofil sangat dominan pada bronchitis kronik. Selain untuk melihat adanya eosinofil, Kristal    Charcot-Leyden, dan Spiral Curschmann, pemeriksaan ini penting untuk melihat adanya miselium Aspergillus fumigates.Pemeriksaan analisis gas darah, hanya dilakukan pada asma yang berat. Pada fase awal serangan terjadi hipoksemia dan hipokapnia (PaCO2 < 35 mmHg) kemudian pada fase yang lebih berat    PaCO2 justru mendekati normal sampai normokapnia. Selanjutnya pada asma yang sangat berat terjadinya hiperkapnia (PaCO2 > 45 mmHg), hipoksemia dan asidosis respiratorik.

2.Pemeriksaan RadiologisPemeriksaan radiologis dada ditujukan untuk menyingkirkan penyakit lain yang memberikan gejala serupa, seperti ggal jantung kiri, atau menemukan penyakit lain yang menyertai asma seperti    tuberculosis, atau mendeteksi adanya komplikasi asma seperti pneumothoraks, pneumomediastinum, atelektasis dan lain-lain.7,10

3.Uji KulitTujuan tes ini adalah untuk mengetahui adanya antibody IgE yang spesifik pada kulit, yang secara tidak langsung menggambarkan adanya antibody yang serupa pada saluran napas penderita    asma. Tes ini hanya menyokong anamnesis, karena allergen yang menunjukkan tes kulit positif tidak selalu merupakan pencetus serangan asma, demikian pula sebaliknya.7

4.Pemeriksaan SpirometriSpirometri merupakan alat yang digunakan untuk mengukur faal ventilasi paru. Pemeriksaan ini sangat penting baik dalam diagnostic dan penilaian beratnya asma maupun dalam pengololaan    dan penilaian keberhasilan pengobatan, sama dengan tensimeter dalam diagnostic dan pengelolaan hipertensi atau glukometer pada diabetes mellitus.Cara yang paling cepat dan sederhana untuk menegakkan diagnosis asma adalah dengan melihat respons pengobatan dengan bronkodilator.Reversibilitas penyempitan saluran napas yang merupakan ciri khas asma dapat dinilai dengan meningkatnya FEV1 dan atau FVC sebanyak 20% atau lebih sesudah pemberian bronkodilator.    Tetapi tidak adanya peningkatan sebesar 20% tidak berarti bukan asma. Hal ini dapat dijumpai pada penderita yang sudah normal atau mendekati normal. Respons mungkin juga tidak dijumpai    pada obstruksi saluran napas yang berat oleh karena dosis tunggal aerosol tidak cukup memberikan efek seperti yang diharapkan mungkin perlu pemberian obat kombinasi (agonis beta 2,    teofilin dan kortikosteroid).

Penilaian beratnya obstruksi dapat dilihat pada rendahnya FEV1 dan FEV1/FVC atau perbandingan FEV1 yang diukur dengan FEV1 yang prediktif seperti terlihat dalam table berikut:Tabel1.DerajatObstruksiSaluranNapasDerajat obstruksi FEV1 (liter) FEV1/FVC FEV1/FEV1p

Dikutip dari Buku Penatalaksanaan Asma Bronkhial, Diagnosis Asma; karangan Samsu. Hal 22.

Page 6: Pemeriksaan Torak Dan Paru

Apabila tes spirometri dengan bronkodilator hasilnya diragukan dapat dilakukan tes pemantauan faal paru untuk jangka waktu 1-3 minggu dengan Miniright Peak Flowmeter, dimana APE diukur 3    kali sehari ditambah ekstra pada saat munculnya sesak. Apabila selisih APE yang tertinggi dengan yang terendah 20% atau lebih merupakan petanda asma.

5.TesProvokasiBrokialJika pemeriksaan spirometri normal, untuk menunjukkan adanya hiperaktivitas bronkus dilakukan tes provokasi bronkus. Tes ini tidak dilakukan apabila tes spirometri menunjukkan resersibilitas 20% atau lebih.

Ada beberapa cara yang dilakukan untuk tes provokasi bronchial seperti tes provokasi histamine, metakolin, allergen, kegiatan jasmani, hiperventilasi dengan udara dingin bahkan inhalasi dengan aqua destila. Penurunan FEV1 sebesar 20% atau lebih setelah tes provokasi merupakan pertanda adanya hiperaktivitas bronkus.10

enyakit Paru Bunyi Nafas Bunyi paru tambahan Resonansi