pemeriksaan kadar ph fe dan khlorida air sumur gali …repository.utu.ac.id/467/1/bab i_v.pdf ·...
TRANSCRIPT
PEMERIKSAAN KADAR pH, Fe DAN KHLORIDA AIR
SUMUR GALI SEBAGAI SUMBER AIR BERSIH DI DESA GAMPONG LADANG KECAMATAN SAMATIGA
KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
OLEH :
REDHA RAHMI 08C10104015
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR
2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara.
Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun
dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu air juga
dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi dan membersihkan kotoran yang
ada di sekitar rumah. Air juga diguanakan untuk keperluan industri, pertanian,
pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain- lain. Penyakit-
penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui
air. Kondisi tersebut dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-mana (Chandra,
2007).
Air merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda pemenuhannya. Manusia
membutuhkan air, terutama untuk minum. Ketersediaan air di dunia ini begitu
melimpah ruah, namun yang dapat di konsumsi oleh manusia untuk keperluan air
minum sangatlah sedikit. Dari total jumlah yang ada, hanya lima persen saja yang
tersedia sebagai air minum sedangkan sisanya adalah air laut. Namun di dunia
kecendrungan yang terjadi sekarang ini adalah berkurangnya ketersediaan air
bersih itu dari hari ke hari. Semakin meningkatnya populasi, semakin besar pula
kebutuhan akan air minum. Sehingga ketersediaan air bersih pun semakin
berkurang (Kumalasari dan Satoto, 2011).
Saat ini masalah penyedian air bersih menjadi perhatian khusus baik bagi
negara-negara maju maupun negara yang sedang berkembang. Indonesia sebagai
2
halnya pula negara berkembang lainnya, tidak luput dari permasalahan penyedian
air bersih bagi masyarakatnya. Salah satu masalah pokok yang dihadapi adalah
kurang tersedianya sumber air yang bersih, belum meratanya pelayanan
penyediaan air bersih terutama pada daerah pedesaan dan sumber air bersih yang
ada belum dapat dimanfaatkan secara maksimal. Bahkan pada beberapa tempat di
kota-kota besar sumber air bersih yang telah dimanfaatkan oleh PDAM telah
tercemari oleh limbah industri dan limbah domestik. Sehingga beban dalam segi
pengelolaan air bersihnya semakin meningkat.
Masalah yang muncul adalah semakin berkurangnya sumber daya air di
indonesia karena tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan yang terus meningkat.
Di sisi lain, kualitas air semakin menurun akibat perkembangan industri yang
dapat merusak sumber daya air. Kondisi ini tentu saja dapat berpengaruh pada
kehidupan makhluk hidup yang tergantung pada sumber daya air (Fakhrurroja,
2010).
Air merupakan elemen yang sangat penting bagi kehidupan manusia, hewan
dan tumbuhan. Bandingkan saja jika manusia tidak minum air hanya selama satu
hari saja, tentunya akan sangat berbeda dengan ketika k ita tidak selama beberapa
hari. Ketahanan tubuh kita akan lebih menurun apabila tidak minum. Hal itu
dikarenakan manusia membutukan air sebagai pelarut dan proses biokimia di
dalam tubuhnya. Pada tubuh manusia, air merupakan bagian terbesar, dimana
hampir semua reaksi pada tubuh manusia memerlukan cairan. Agar metabolisme
tubuh berjalan dengan baik, dibutuhkan masukan cairan setiap harianya untuk
menggantikan cairan yang hilang. Untuk itu, kita harus meminum minimal 8 gelas
setiap harinya (Kumalasari dan Satoto, 2011).
3
Air yang dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi syarat
kesehatan yaitu air yang jernih, tidak berwarna, tawar dan tidak berbau.
Konsekuensi dari penggunaan air yang tidak bersih dan hygiene akan menggangu
kesehatan bagi yang mengkonsumsinya. Air yang berkualitas meliputi kualitas
fisik, kimia, dan bebas dari mikroorganisme (Soemirat, 2001).
Berdasarkan laporan Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 di
Indonesia jumlah penduduk yang tidak memiliki akses air bersih sebesar 44,2%,
dan hanya 5,5% penduduk di desa yang mempunyai akses air bersih. Selanjutnya
pada tempat-tempat umum cakupan penduduk yang mempunyai akses air bersih
hanya 32,9% .
Target pemenuhan Air Minum Indonesia pada tahun 2015 adalah 70% dan
sanitasi sebesar 63,5%, sesuai dengan komitmen para Pemimpin Dunia di
Johannesburg. Komitmen yang menghasilkan “Millenium Development
Goals”(MDGs) menyatakan bahwa pada tahun 2015 separuh penduduk dunia
yang saat ini belum mendapatkan akses terhadap air minum (Save Drinking
Water) harus telah mendapatkannya, sedangkan pada tahun 2015 seluruh
penduduk dunia harus telah mendapatkan akses terhadap air minum. Hal tersebut
dapat dicapai dengan adanya perubahan paradigma dari air bersih menjadi air
minum yang lebih memenuhi syarat kualitas air minum, sehingga layak untuk
dijadikan sebagai sumber air minum. Air tersebut tentunya harus melalui proses,
perlakuan, dan pengolahan yang layak, sehingga aman di konsumsi manusia
(Waluyo, 2005).
Penggunaan air bersih yang merata pada seluruh penduduk di Indonesia
merupakan bagian integral dari program penyehatan air. Program penyehatan air
4
tersebut meliputi perencanaan kebutuhan air bersih, cakupan pemenuhan air
bersih bagi masyarakat baik di desa maupun kebutuhan air bersih pada daerah
perkotaan (Depkes RI, 2008).
Sumur gali merupakan salah satu sarana penyediaan air bersih yang perlu
mendapat perhatian, karena mudah sekali mendapatkan pencemaran dan
pengotoran yang berasal dari luar terutama jika Kontruksi sumur gali tersebut
tidak memenuhi syarat. hal ini akan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas
air secara fisik, kimia dan mikrobiologi, sehingga memerlukan perbaikan
kontruksi maupun lokasi.
Sistem penyediaan air minum di Kabupaten Aceh Barat melalui dua sistem
yaitu sistem non perpipaan baik berupa sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak
penampung air hujan dan bangunan perlindungan mata air. Dan sistem perpipaan
yang terdapat di Kota Meulaboh. Persentase sistem penyediaan air di kota
meulaboh yaitu: 63 % sumur, 8% mata air, 8% perpipaan, 4% sungai dan 18%
lain- lain. Sumber air untuk penduduk di Kecamatan Samatiga dibedakan untuk
pemenuhan kebutuhan bagi air minum dan kebutuhan MCK (mandi, cuci dan
kakus). Kondisi eksisting sumber air untuk memenuhi kebutuhan tersebut
diperoleh dari beberapa cara umumnya, untuk air minum : umumnya penduduk
mempunyai sumur dan sebagian melalui PDAM perpipaan. Untuk MCK sebagian
besar penduduk mendapatkan sumber air dari sumur. Persentase sistem
penyediaan air di Kecamatan Samatiga yaitu: 94 % sumur, 6% perpipaaan, 0%
sungai, 0% mata air dan 0% lain- lain (Outline Plan & DED Kab.Aceh Barat,
2006).
5
Kecamatan Samatiga pada tahun 2010-2012 memiliki keseluruhan jumlah
penduduk sebanyak 15.338 jiwa. Merupakan daerah yang sebagian/rata-rata
mengunakan sumur gali untuk memenuhi kebutuhan sehari hari. Dan yang
menggunakan sumur gali berjumlah 2.631sumur.
Desa Gampong Ladang terletak di daerah dataran rendah daerah pesisir
pantai barat Provinsi Aceh dengan luas wilayah adalah 150 ha, yang terdiri dari 15
ha daerah pemukiman, 35 ha ladang campuran, 30 ha lahan pertanian, 15 ha rawa
rumbia, dan 55 ha untuk lahan lahan lain. Dan pada dasarnya keseluruhan
penduduk menggunakan air sumur gali. Dari hasil survei langsung oleh penulis
telah diketahui warna air sumur gali tersebut berwarna kuning dan di sekitar
sumur menempel sisa kotoran kuning baik dinding sumur maupun pada perpipan,
dan terjadi korosif pada benda benda tertentu. Kondisi sumur gali berbau dan
berasa asin, sehingga sangat besar kemungkinan kandungan Fe dan Khlorida
tinggi. Desa Gampong Ladang juga belum memiliki alternatif sumber penyediaan
air bersih yang lain, Sehingga penulis tertarik untuk meneliti Pemeriksaan pH, Fe
dan Khlorida air sumur gali di desa Gampong Ladang Kecamatan Samatiga
Kabupaten Aceh Barat.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini di rumuskan sebagai
berikut: Bagaimanakah kadar pH, Fe dan Khlorida air sumur gali di Desa
Gampong Ladang Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat?
6
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui kandungan pH, Fe dan Khlorida air sumur gali di Desa
Gampong Ladang Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kadar asam dan basa air sumur gali di Desa Gampong
Ladang Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.
2. Untuk mengetahui kadar Fe air sumur gali di Desa Gampong Ladang
Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.
3. Untuk mengetahui kadar khlorida air sumur gali di Desa Gampong Ladang
Kecamatan Samatiga.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Sebagai salah satu literatur ilmiah yang dapat digunakan dalam penelitian-
penelitian yang akan dikembangkan kedepan terkait dengan air sumur gali.
2. Memberikan masukan bagi pengguna air sumur di Desa Gampong Ladang
Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat untuk mengantisipasi dan
mencegah terjadinya dampak negatif dari penggunaan air sumur yang belum
terjamin kualitas kimianya.
3. Sebagai referensi penelitian berikutnya.
7
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Sebagai masukan dan usulan bagi Pemerintah Kota Meulaboh dalam
pengelolaan kualitas air sumur gali, sehingga menjamin masyarakat dapat
hidup dengan sejahtera.
2. Sebagai masukan dan usulan bagi warga Kecamatan Samatiga dalam
pengelolaan kualitas air sumur gali.
3. Sebagai masukan bagi masyarakat desa Gampong Ladang Kecamatan
Samatiga Kabupaten Aceh Barat.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Bersih
Air dirumuskan secara kimia dengan H2O, yang artinya bahwa senyawa air
tersusun dari unsur hidrogen dan oksigen dengan perbandingan komposisinya.
Dimana menurut perumusan proust dalam hukum perbandingan tetapnya, dalam
kandungan air terdapat 1 hidrogen dan 8 untuk oksigen. Air merupakan senyawa
yang sangat istimewa karena dapat bersifat sebagai asam dan dapat pula bersifat
sebagai basa, tentunya jika bertemu dengan senyawa tertentu, yang dikenal
dengan sifat amfripotik. Air juga merupakan senyawa yang banyak dijadikan
sebagai pelarut pada kehidupan sehari-hari maupun industri kimia, meskipun tidak
sedikit juga senyawa-senyawa yang tidak dapat larut dalam air (Kumalasari dan
Satoto, 2011).
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang akan
menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air
bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum,
dimana persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang
meliputi kualitas fisik, kimia, biologi, dan radiologi, sehingga apabila dikonsumsi
tidak menimbulkan efek samping (Permenkes no.416/ Menkes/ Per/1X/1990).
Air memiliki manfaat: (Kumalasari dan Satoto, 2011) Mengatur suhu tubuh,
Melancarkan peredaran darah, Membuang racun dan sisa makanan,
Melembabkan, melembutkan dan elastisitas kulit, Melancarkan pencernaan,
9
Untuk pernapasan, Melindungi dan melumasi gerakan pada sendi dan otot,
Pemulihan penyakit.
2.2 Sumber Air Bersih
a. Air hujan
Air hujan berasal dari air permukaan bumi yang diuapkan oleh sinar
matahari. Air permukaan tersebut berupa air sungai , air danau dan air laut. Sinar
matahari menguapkan air permukaaan tanpa membawa kotoran yang terdapat
dalam air. Setelah proses penguapan, air mengalami proses kondensasi, dimana air
yang menguap tersebut berubah menjadi air. Sehingga terbentuklah awan. Lama
kelamaan, awan tersebut menjadi jenuh dan turunlah titik air hujan.
b. Air permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang turun di permukaan bumi dan
berkumpul di suatu tempat yang relatif rendah seperi sungai, danau, dan laut. Air
permukaan yang biasa dimanfaatkan adalah air sungai dimana lebih dari 40.000
kilometer kubik air segar diperoleh dari sungai-sungai di dunia. Untuk itu,
kebersihan air sungai sangat penting dijaga. Jumlah air permukaan dipengaruhi
oleh kondisi geografis, musim dan aktivitas manusia.
c. Air tanah
Air tanah adalah air yang berada di dalam tanah. Air tanah dibagi menjadi
dua, air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal merupakan air yang
berasal dari air hujan yang di ikat oleh akar pohon. Air ini terletak tidak jauh dari
permukaan tanah serta berada di atas lapisan kedap air. Sedangkan air tanah dalam
adalah air hujan yang meresap kedalam tanah lebih dalam lagi melalui proses
10
adsorpsi serta filtrasi oleh batuan dan mineral di dalam tanah. Sehingga
berdasarkan prosesnya air tanah dalam lebih jernih dari air tanah dangkal. Air
tanah ini bisa di dapatkan dengan cara membuat sumur.
d. Air mata air
Air mata air adalah air hujan yang meresap ke dalam tanah yang melalui
proses filtrasi dan adsorpsi oleh batuan dan mineral di dalam tanah. Air mata air
yang berasal dari pegunungan vulkanik karena miniral-mineral yang tergantung di
dalamnya dapat mengadsorpsi kandungan logam dalam air dan bakteri. Selain itu,
kandungan mineralnya baik untuk kesehatan tubuh, dan mengandung kadar O2
tinggi. Oleh karena itu, air dari mata air terasa lebih segar dikonsumsi dari pada
air yang berasal dari sumber lainnya (Kumalasari dan Satoto, 2011).
2.3 Persyaratan Kualitas Air
Parameter Kualitas Air yang digunakan untuk kebutuhan manusia haruslah
air yang tidak tercemar atau memenuhi persyaratan fisika, kimia, dan biologis.
2.3.1 Persyaratan Fisik Air
Peraturan menteri kesehatan RI Nomor: Permenkes No 416/ Menkes/
Per/1X/1990, menyatakan bahwa air yang layak dikonsumsi dan digunakan dalam
kehidupan sehari hari adalah air yang mempunyai kualitas yang baik sebagai
sumber air minum maupun air baku (Air bersih), antara lain harus memenuhi
persyaratan secara fisik, tidak berbau, tidak berasa, tidak keruh, serta tidak
berwarna. Pada umunya syarat fisik ini diperhatikan untuk estetika air. Air yang
berkualitas harus memenuhi persyaratan fisik sebagai berikut:
11
1. Jernih atau Tidak Keruh
Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari tanah
liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh. Tingkat
kekeruhan air dapat diketahui melalui pemeriksaan laboratorium dengan metode
Turbidimeter. Untuk standar air minum ditetapkan oleh Permenkes no 492/
Menkes/ Per/IV/2010, yaitu kekeruhan yang dianjurkan maksimum 25 NTU
(Depkes RI, 2010).
2. Tidak Berwarna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti
mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.
3. Rasanya Tawar
Secara fisik, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit
atau asin menunjukan air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan adanya garam-
garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam diakibatkan adanya
asam organik maupun asam anorganik.
4. Tidak Berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari
dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang mengalami
dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air.
5. Temperaturnya Normal
Suhu air sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi
pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa, yang dapat membahayakan
kesehatan dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
12
6. Tidak mengandung zat padatan
Air minum mengandung zat padatan yang terapung di dalam air. Zat padat
selalu terdapat dalam air dan kalau jumlahnya terlalu banyak tidak baik sebagai
air minum, banyaknya zat padat yang diisyaratkan untuk air minum adalah kurang
dari 500 mg/l. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari pada
penyimpangan kualias air minum dalam hal total solids ini yaitu bahwa air akan
memberikan rasa tidak enak pada lidah dan rasa mual.
2.3.2 Persyaratan Kimia
Kandungan zat atau mineral yang bermanfaat dan tidak mengandung zat
beracun.
1. pH (derajat Keasaman)
Penting dalam proses penjernihan air karena keasaman a ir pada umumnya
disebabkan gas oksida yang larut dalam air terutama karbondioksida. Pengaruh
yang menyangkut aspek kesehatan dari pada penyimpangan standar kualitas air
minum dalam hal pH yang lebih kecil 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan tetapi
dapat menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang sangat
mengganggu kesehatan. pH menunjukkan derajat keasaman suatu larutan. Air
yang baik adalah air yang bersifat netral (pH=7). Khusus untuk air hujan, pH
minimumnya adalah 5,5.
2. Kesadahan
Kesadahan adalah sifat air yang disebabkan adanya ion- ion (kation) logam
valensi misalna ca2+, mg2+, fe+ dan mn+. Kesadahan total adalah kesadahan yang
disebabkan oleh adanya ion ion ca2+ dan mg2+ secara bersama sama. Air sadah
13
menyebabkan pemborosan pemakaian sabun pencuci dan memiliki titik didih
yang lebih tinggi daripada air biasa. Kesadahan ada dua macam yaitu kesadahan
sementara dan kesadahan nonkarbonat (permanen). Kesadahan sementara akibat
keberadaan Kalsium dan Magnesium bikarbonat yang dihilangkan dengan
memanaskan air hingga mendidih atau menambahkan kapur dalam air. Kesadahan
nonkarbonat (permanen) disebabkan oleh sulfat dan karbonat, khlorida dan Nitrat
dari Magnesium dan Kalsium disamping Besi dan Alumunium. Konsentrasi
kalsium dalam air minum yang lebih rendah dari 75 mg/l dapat menyebabkan
penyakit tulang rapuh, sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi dari 200 mg/l
dapat menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa air. Dalam jumlah yang lebih kecil
magnesium dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan tulang, akan tetapi dalam
jumlah yang lebih besar 150 mg/l dapat menyebabkan rasa mual.
3. Fe (Besi)
Air yang mengandung banyak besi akan berwarna kuning dan menyebabkan
rasa logam besi dalam air, serta menimbulkan korosi pada bahan yang terbuat dari
metal.
4. Aluminium
Batas maksimal yang terkandung didalam air menurut Peraturan Menteri
Kesehatan No 82/2001 yaitu 0,2 mg/l. Air yang mengandung banyak aluminium
menyebabkan rasa yang tidak enak apabila dikonsumsi.
5. Zat organik
Larutan zat organik yang bersifat kompleks ini dapat berupa unsur ha ra
makanan maupun sumber energi lainnya bagi flora dan fauna yang hidup di
perairan .
14
6. Sulfat
Kandungan sulfat yang berlebihan dalam air dapat mengakibatkan kerak air
yang keras pada alat merebus air (panci/ketel) selain mengakibatkan bau dan
korosi pada pipa. Sering dihubungkan dengan penanganan dan pengolahan air
bekas.
7. Nitrat dan Nitrit
Pencemaran air dari nitrat dan nitrit bersumber dari tanah dan tanaman.
Nitrat dapat terjadi baik dari NO2 atmosfer maupun dari pupuk-pupuk yang
digunakan dan dari oksidasi NO2 oleh bakteri dari kelompok Nitrobacter. Jumlah
Nitrat yang lebih besar dalam usus cenderung untuk berubah menjadi Nitrit yang
dapat bereaksi langsung dengan hemoglobine dalam daerah membentuk
methaemoglobine yang dapat menghalang perjalanan oksigen didalam tubuh.
8. Khlorida
Dalam konsentrasi yang layak, tidak berbahaya bagi manusia. Khlorida
dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk desinfektan namun apabila berlebihan dan
berinteraksi dengan ion Na+ dapat menyebabkan rasa asin dan korosi pada pipa
air. Kadar khlor yang melebihi 250 mg/l dapat menyebabkan rasa asin dan korosif
pada logam.
9. Zink atau Zn
Batas maksimal Zink yang terkandung dalam air adalah 15 mg/l.
penyimpangan terhadap standar kualitas ini menimbulkan rasa pahit, sepet, dan
rasa mual. Dalam jumlah kecil, Zink merupakan unsur yang penting untuk
metabolisme, karena kekurangan Zink dapat menyebabkan hambatan pada
pertumbuhan anak.
15
10. COD (Chemical Oxygen Demand)
COD yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
bahan oksidan misalnya kalium dikromat untuk mengoksidasi bahan-bahan
organik yang terdapat dalam air (Nurdijanto, 2000: 15). Kandungan COD dalam
air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai
baku mutu air minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 12 mg/l.
Apabila nilai COD melebihi batas dianjurkan, maka kualitas air tersebut buruk.
11. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
Adalah jumlah zat terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk
memecah bahan-bahan buangan didalam air (Nurdijanto, 2000: 15). Nilai BOD
tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya tetepi hanya mengukur
secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan. Penggunaan oksigen yang rendah
menunjukkan kemungkinan air jernih, mikroorganisme tidak tertarik
menggunakan bahan organik makin rendah BOD maka kualitas air minum
tersebut semakin baik. Kandungan BOD dalam air bersih menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air dan air minum
golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 6 mg/l Adanya penyebab penyakit
didalam air dapat menyebabkan efek langsung dalam kesehatan. Penyakit-
penyakit ini hanya dapat menyebar apabila mikro penyebabnya dapat masuk ke
dalam air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
16
2.3.3 Persyaratan Mikrobiologi
Persyaratan mikrobiologis yang harus dipenuhi oleh air adalah sebagai
berikut:
1. Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya: bakteri golongan coli;
Salmonella typhi, Vibrio cholera dan lain- lain. Kuman-kuman ini mudah
tersebar melalui air.
2. Tidak mengandung bakteri non patogen seperti: Actinomycetes, Phytoplankton
coliform, Cladocera dan lain- lain.
2.3.4. Persyaratan Radiologis
Air minum mungkin mengandung substansi radioaktif (radionuklida) yang
dapat membahayakan kesehatan manusia. Resiko ini lebih kecil jika dibandingkan
dengan resiko yang timbul dari mikroorganisme atau bahan kimia yang mungkin
terdapat dalam air minum kecuali dalam keadaan ekstrim (WHO, 2004).
Radionuklida yang umum ditemukan di air minum adalah Radon-222 dan
Radium, keduanya banyak ditemukan di air tanah. Uranium dan radionuklida
lainnya yang berpotensi menjadi kontaminan di air tanah maupun air permukaan.
Penentuan standar baku air minum aspek radiologi yaitu dengan
menentukan besaran radiasi sinar alfa dan beta. Berdasarkan Permenkes RI tahun
1990 batas maksimum aktivitas sinar alfa yang diperbolehkan yaitu sebesar 0.1
Bq/liter sedangkan batas maksimum aktivitas sinar beta yang diperbolehkan yaitu
sebesar 1 Bq/liter.
17
2.4. Pencemaran Air
Definisi Pencemaran Air mengacu pada definisi lingkungan hidup yang
ditetapkan dalam UU tentang lingkungan hidup yaitu UU No. 23/1997. Dalam PP
RI No.82 tahun 2001 menyebutkan : “Pencemaran air adalah masuknya atau
dimasukkannya makhkluk hidup, zat, energi dan atau kompoen lain kedalam air
oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang
menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya”.
Sumber Pencemaran Air yaitu: (Kumalasari dan Satoto, 2011)
1. Limbah Pertanian
Dalam bidang pertaniaan, banyak digunakan zat kimia untuk memelihara
dan menyuburkan pertaniaan. Misalnya, penggunaan senyawa organoklor yang
yang difungsikan sebagai insesektisida (pembasmi serangga hama), penggunaan
fungisida (pembasmi cendawan), dan penggunaan herbisida (pembasmi rumput-
rumputan). Contoh organoklor untuk insektisida adalah DDT (C14H9CL5) dan
endrin (C13H5OCL6). Penggunaan insektisida yang berlebihan apabila terlarut
dalam air kolam, parit irigasi, dan air sungai akan mengakibatkan ikan, katak, dan
bakteri yang hidup di air akan mati. Hal itu berdampak dengan terputusnya siklus
rantai kehidupan ekosistem di daerah tersebut.
2. Limbah Industri
Limbah industri jika tidak diolah terlebih dahulu dapat merusak lingkungan.
Berikut beberapa limbah industri yang cukup berbahaya bagi manusia.
Pencemaran merkuri dan senyawa nya digunkan di dalam industri, pembuatan gas
CL2 dan soda api dan larutan NaCL. Gas klor banyak digunakan untuk zat
pemutih pada industri kertas, kain pencuci hama, dan sebagainya. Senyawa
18
HgCL2 digunakan sebagai katalis di dalam proses industri polimer poli vinnil
clorida (PVC). Limbah industri tersebut dibuang kelaut dan aliran sungai, tanpa
melalui pengolahan secara aman terlebih dahulu, sehingga Hg serta senyawa Hg
terbawa aliran sungai dan tenggelam didasar laut atau sungai, dimana berat jenis
Hg dan senyawanya lebih besar daripada berat jenis air laut dan air sungai.
Minyak sebagai pencemar air, Sebagian minyak pencemar berasal dari cara
kerja kapal. Kapal atau tanker yang minyaknya sudah dipompa keluar saat
berlabuh menjadikan dalam keadaan tidak stabil dan tidak seimbang. Untuk
mencapai kestabilan kembali mengangkut minyak yang berada di dalam tanker
langsung di pompa ke lepas pantai. Akibat peristiwa tersebut, minyak yang berat
jenisnya kecil daripada berat jenis air laut akan mengapung dan menutupi
permukaan air laut. Keadaan demikian tidak menguntungkan bagi kehidupan di
dalam laut, karena lapisan tipis minyak akan mengurangi daya serap gas oksigen
serta karbon dioksida dari udara, bahkan menghalangi sinar matahari yang akan
masuk kedalam air laut. Hal tersebut sangat mengganggu proses fotosisntesis
tumbuhan laut. Berkurangya oksigen yang terlarut akan mengganggu kehidupan
ikan dan binatang laut lainnya.
3. Limbah Rumah Tangga
Limbah rumah tangga yang banyak mencemari lingkungan adalah sampah
jenis plastik dan detergen. Limbah sampah plastik tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme seperti halnya sampah organik. Apabila berkumpul di selokan
dapat menyumbat saluran air, dimana ketika musim hujan datang, sampah pada
selokan akan menjadi penyumbat aliran air, sehinggga mengakibatkan genangan
19
air dan menjadi banjir. Air yang menggenang akan menjadi tempat
berkembangbiaknya nyamuk dan kuman-kuman penyebab penyakit.
2.5 Sumber Air Bersih dan Aman
Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dar i sumber
yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air bersih dan aman tersebut
antara lain (Chandra, 2007) :
1. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit
2. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun
3. Tidak berasa dan tidak berbau
4. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga
5. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departement
Kesehatan RI.
Air dinyatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahan-
bahan kimia yang berbahaya, dan sampah atau limbah industri.
2.6 Sumur Gali
Sumur merupakan sumber utama penyediaan air bersih bagi penduduk, baik
di perkotaan maupun di pedesaan. Namun, sebelum memilih jenis pengeboran
sumur di rumah ada baiknya di ketahui dahulu jenis sumur air. Hal ini dapat
menjadi pertimbangan dalam memilih proses pembuatan sumur.
Secara teknis, sumur dapat dibagi dua jenis, yaitu sumur dangkal dan sumur
dalam. Sumur dangkal mempunyai pasokan air yang berasal dari resapan air
20
hujan, terutama pada daerah dataran rendah. Sumur dangkal ini dimiliki oleh
sebagian besar masyarakat Indonesia. Kelemahan utamanya adalah mudah
terkontaminasi oleh air limbah yang berasal dari kegiatan mandi, cuci dan kakus.
Tingkat kedalaman sumur dangkal biasanya berkisar 5- 15 meter dari permukaan
tanah.
Sumber air sumur dalam berasal dari proses purifikasi alami air hujan oleh
lapisan kulit bumi menjadi air tanah. Kondisi ini menyebabkan sumber airnya
tidak terkontaminasi serta secara umum telah memenuhi persyaratan sanitasi.
Menurut Notoatmodjo (2003), air dari sumur dalam ini berasal dari lapisan air
kedua di dalam tanah, dengan kedalaman di atas 15 meter dari permukaan tanah
(Fakhrurroja, 2010).
Sumur merupakan sumber utama persediaan air bersih bagi penduduk yang
tinggal di daerah pedesaan maupun di perkotaan indonesia. Secara teknis sumur
dapat dibagi manjadi 2 jenis:
a. Sumur dangkal (shallow well)
Sumur semacam ini memiliki sumber air yang berasal dari resapan air hujan
di atas permukaan bumi terutama di daerah dataran rendah. Jenis sumur ini
banyak terdapat di indonesia dan mudah sekali terkontaminasi air kotor yang
berasal dari kegiatan mandi-cuci-kakus (MCK) sehingga persyaratan sanitasi yang
ada perlu sekali di perhatikan.
b. Sumur dalam (deep well)
Sumur ini memiliki sumber air yang berasal dari proses purifikasi alami air
hujan oleh lapisan kulit bumi manjadi air tanah. Sumber airnya tidak
terkontaminasi dan memenuhi persyaratan sanitasi.
21
Tabel 2.1 Perbedaan Sumur Dangkal dan Sumur Dalam.
NO Pembeda Sumur Dangkal Sumur Dalam
1 Sumber Air Air Permukaan Air Tanah
2 Kualitas Air Kurang Baik Baik
3 Kualitas Bakteriologi
Terkontaminasi Tidak Terkontaminasi
4 Persedian Kering di Musim Kemarau
Tetap ada Sepanjang Tahun
2.7 Sumur Sanitasi
Sumur sanitsi adalah jenis sumur yang telah memenuhi persyaratan sanitasi
dan terlindung dari kontaminasi air kotor (Chandra, 2007).
Untuk membuat sumur sanitasi persyaratan berikut ini harus dipenuhi:
1. Lokasi
Langkah pertama adalah menentukan tempat yang tepat untuk membangun
sumur. Sumur harus berjarak minimal 15 meter dan terletak lebih tinggi dari
sumber pencemar seperti kakus, kandang ternak, tempat sampah dan sebagainya.
2. Dinding sumur.
Dinding sumur harus dilapisi dengan batu yang di semen. Pelapisan dinding
tersebut paling tidak sedalam 6 meter dari permukaan tanah.
3. Dinding parapet
Dinding parapet merupakan dinding yang membatasi mulut sumur dan harus
dibuat setinggi 70-75 cm dari permukaan tanah. Dinding ini merupakan satu
kesatuan dengan dinding sumur.
22
4. Lantai kaki lima
Lantai kaki lima terbuat dari semen dan lebarnya lebih kurang 1 meter ke
seluruh jurusan melingkari sumur dengan kemiringan sekitar 10 derajat ke arah
tempat pembuangan air (drainase).
5. Drainase
Drainase atau saluran pembuangan air harus dibuat menyambung dengan
parit agar tidak terjadi genangan air di sekitar sumur.
6. Tutup sumur
Sumur sebaiknya ditutup terbuat dari batu terutama pada sumur umum.
Tutup semacam itu dapat mencegah kontaminasi langsung pada sumur.
10.Pompa tangan/listrik
Sumur harus dilengkapi dengan pompa tangan/listrik. Pemakaian timba
dapat memperbesar kemungkinan terjadinya kontaminasi.
11.Tanggung jawab pemakai
Sumur umum harus dijaga kebersihannya bersama-sama oleh masyarakat
karena kontaminasi dapat terjadi setiap saat.
12.Kualitas
Kualitas air perlu dijaga terus melalui pelaksanaan pemeriksaan fisik, kimia,
maupun pemeriksaan bakteriologis secara teratur terutama pada saat terjadinya
wabah muntaber atau penyakit saluran pencernaan lainnya.
2.8 pH (Derajat Keasaman)
Derajat keasaman lebih dikenal dengan istilah pH. pH (singkatan dari
puissance negative de H), yaitu logaritma dari kepekaan ion- ion H (hidrogen)
23
yang terlepas dalam suatu cairan. Derajat keasaman atau pH air menujukkan
aktivitas ion hidrogen dalam larutan tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi
ion hidrogen (dalam mol per liter) pada suhu tertentu atau dapat ditulis :
pH = - log [H] +
Air murni (H2O) berasosiasi sempurna sehingga memiliki ion H+ dan ion H-
dalam konsentrasi yang sama, dan dalam keadaan demikian pH air murni = 7.
Semakin tinggi konsentrasi ion H+, akan semakin rendah konsentrasi ion H- dan
pH< 7, air semacam ini bersifat asam. Hal sebaliknya terjadi jika konsentrasi ion
OH- yang tinggi dan pH > 7, maka air bersifat alkalis (basa).
Pengukuran pH umumnya dilakukan dengan kertas pH atau pH water
tester. Alat lain yang dapat digunakan adalah aquamate test atau pH meter
(Ghufran dan Andi, 2007).
pH merupakan suatu parameter penting untuk menentukan kadar
asam/basa dalam air. Penentuan pH merupakan tes yang paling penting dan paling
sering digunakan pada kimia air. pH digunakan pada penentuan alkalinitas, CO2,
serta dalam kesetimbangan asam basa. Pada temperatur yang diberikan, intensitas
asam atau karakter dasar suatu larutan diindikasikan oleh pH dan aktivitas ion
hidrogen. Perubahan pH air dapat menyebabkan berubahnya bau, rasa, dan warna.
Pada proses pengolahan air seperti koagulasi, desinfeksi, dan pelunakan air, nilai
pH harus dijaga sampai rentang dimana organisme partikulat terlibat.
Asam dan basa pada dasarnya dibedakan dari rasanya kemudian dari efek
yang ditimbulkan pada indikator. Reaksi netralisasi dari asam dan basa selalu
menghasilkan air. Ion H+ dan OH- selalu berada pada keseimbangan kimiawi yang
dinamis dengan H2O berdasarkan reaksi:
24
H2O H++ OH-
Ion hidrogen bersifat asam. Keberadaan ion hidrogen menggambarkan
nilai pH derajat keasaman yang dinyatakan dengan persamaan:
pH = - log [H+]
Konsentrasi ion hidrogen dalam air murni yang netral adalah 10-7 g/l. Nilai
disosiasi (Kw) pada suhu 25oC sebesar 10-14 seperti yang ditunjukkan pada
persamaan:
[H+] + [OH-] = Kw
Skala pH berkisar antara 0 – 14. Klasifikasi nilai pH adalah sebagai berikut :
pH = 7 menunjukkan keadaan netral
pH < 7 menunjukkan keadaan asam
pH >7 menunjukkan keadaan basa (Alkalis)
Air minum sebaiknya netral, tidak asam/basa, untuk mencegah terjadinya
pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air minum. pH standar untuk
air minum sebesar 6,5 – 8,5. Air adalah bahan pelarut yang baik sekali, maka
dibantu dengan pH yang tidak netral, dapat melarutkan berbagai elemen kimia
yang dilaluinya.
Pengukuran pH diatas 10 dan pada temperatur tinggi sebaiknya
menggunakan elektroda gelas spesial. Alat-alat yang digunakan pada umumnya
distandarisasi dengan larutan buffer, dimana nilai pH nya diketahui dan lebih baik
digunakan larutan buffer dengan pH 1 – 2 unit yang mendekati nilai pH contoh
air.
Mackereth et al. (1989) dalam Effendi, 2003 berpendapat bahwa pH juga
berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas. Semakin tinggi nilai pH,
25
semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida
bebas. Larutan yang bersifat asam (pH rendah) bersifat korosif. pH juga
mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Toksisitas logam memperlihatkan
peningkatan pada pH rendah (Novotny dan Olem, 1994 dalam Effendi 2003).
2.9 Fe (Besi)
Besi (Fe) adalah unsur dalam susunan berkala yang mempunyai simbol Fe
dan nomor atom 26 dengan berat atom 55,845, terletak pada periode 4 dan
termasuk golongan logam. Memiliki konfigurasi elektron (Ar) 3d6 4s2. Besi
hampir ditemukan hampir di semua tempat di bumi hampir semua lapisan
geologis dan semua badan air. Besi atau Ferrum (Fe) merupakan metal berwarna
putih keperakan, liat, dan dapat dibentuk. Pada umumnya besi yang terdapat di
dalam air bersifat:
a. Terlarut sebagai fe2+ (ferro) atau fe3+ (ferri).
b. Tersuspensi sebagai butir koloidal (diameter < 1 µm) atau lebih besar seperti
fe2O3, feO, (feOH)2, fe(OH)3, dan sebagainya.
c. Tergabung dengan zat organik atau zat padat inorganik seperti tanah liat.
Pada air permukaan jarang ditemui kadar besi lebih besar dari 1 mg/l tetapi
dalam air tanah dapat jauh lebih tinggi. Konsentrasi besi yang tinggi dapat
menodai kain dan perkakas dapur (Alaert dan Santika, 1984: 118).
Besi di alam dapat ditemui dalam bentuk pyrite (FeS2), hematite (Fe2O3),
magnetite (Fe3O4), limonite [FeO(OH)], goethite (HFeO2), dan ochre [Fe(OH)3]
(Cole, 1988 dan Moore, 1991). Senyawa besi pada umumnya sukar larut dan
cukup banyak terdapat di dalam tanah. Kadang-kadang besi juga terdapat sebagai
26
senyawa siderite (FeCO3) yang bersifat mudah larut dalam air (Cole, 1988 dalam
Effendi, 2003).
Pada perairan alami dengan pH sekitar 7 dan kadar oksigen terlarut yang
cukup, ion ferro yang bersifat mudah larut, dioksidasi menjadi ion ferri. Pada
oksidasi ini terjadi pelepasan elektron. Sebaliknya, pada reduksi ferri menjadi
ferro, terjadi penangkapan elektron. Proses oksidasi dan reduksi besi tidak
melibatkan oksigen dan hidrogen (Eckenfelder, 1989; Mackereth et al., 1989
dalam Effendi, 2003). Reaksi oksidasi ion ferro menjadi ion ferri ditunjukkan
dalam persamaan :
Fe2+ Fe3+ + e-
Pada air permukaan jarang ditemui kadar Fe yang lebih besar dari 1 mg/l,
tetapi dalam air tanah, kadar Fe dapat jauh lebih tinggi. Pada air yang tidak
mengandung oksigen, seperti air tanah, besi berada sebagai Fe2+ yang cukup padat
terlarut, sedangkan pada air sungai yang mengalir dan terjadi aerasi, Fe2+
teroksidasi menjadi Fe3+ yang sulit larut pada pH 6 sampai 8 (kelarutan hanya di
bawah beberapa µg/l), bahkan dapat menjadi ferihidroksida Fe(OH)3 atau salah
satu jenis oksida yang merupakan zat padat dan bisa mengendap. Dalam air
sungai, besi berada sebagai Fe2+, Fe3+ terlarut, dan Fe3+ dalam bentuk senyawa
organis berupa koloidal. Besi merupakan sumber makanan utama bagi bakteri besi
(crentothrix, leptothrix, dan gallionella) yang dapat menimbulkan bau, bentuknya
kotor, dan memiliki rasa yang aneh.
Besi termasuk unsur yang penting bagi makhluk hidup. Pada tumbuhan, besi
berperan sebagai penyusun sitokrom dan klorofil. Kadar besi yang berlebihan
dapat menimbulkan warna merah, menimbulkan karat pada peralatan logam, serta
27
dapat memudarkan bahan celupan (dyes) dan tekstil. Pada tumbuhan, besi
berperan dalam sistem enzim dan transfer elektron pada proses fotosintesis. Besi
banyak digunakan dalam kegiatan pertambangan, industri kimia, bahan celupan,
tekstil, penyulingan, minyak, dan sebagainya (Eckenfelder, 1989 dalam Effendi,
2003).
Pada air minum, Fe dapat menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan pada
dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan.
Besi dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan haemoglobin. Banyaknya
Fe di dalam tubuh dikendalikan pada fase absorbsi. Tubuh manusia tidak dapat
mengekskresikan Fe. Oleh karena itu, manusia yang sering mendapat transfusi
darah, warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe. Sekalipun Fe
diperlukan oleh tubuh, dalam dosis besar dapat merusak dinding usus dan dapat
menyebabkan kematian. Debu Fe juga dapat diakumulasi di dalam alveoli dan
menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru.
Metode fenantroline dapat digunakan untuk mengukur kandungan besi di
dalam air, kecuali terdapat fosfat atau logam berat yang mengganggu. Metode ini
dilakukan berdasarkan kemampuan 1,10-phenantroline untuk membentuk ion
kompleks setelah berikatan dengan Fe2+. Warna yang dihasilkan sesuai dengan
hukum Beer dan dapat diukur secara visual menggunakan spektrofotometer.
2.10 Khlorida
Sekitar 3/4 dari klorin (Cl2) yang terdapat di bumi berada dalam bentuk
larutan. Unsur klor dalam air terdapat dalam bentuk ion klorida (Cl-). Ion klorida
adalah salah satu anion anorganik utama yang ditemukan pada perairan alami
28
dalam jumlah yang lebih banyak daripada anion halogen lainnya. Klorida
biasanya terdapat dalam bentuk senyawa natrium klorida (NaCl), kalium klorida
(KCl), dan kalsium klorida (CaCl2). Selain dalam bentuk larutan, klorida dalam
bentuk padatan ditemukan pada batuan mineral sodalite [Na8(AlSiO4)6].
Pelapukan batuan dan tanah melepaskan klorida ke perairan. Sebagian besar
klorida bersifat mudah larut.
Khlorida terdapat di alam dengan konsentrasi yang beragam. Kadar klorida
umumnya meningkat seiring dengan meningkatnya kadar mineral. Kadar klorida
yang tinggi, yang diikuti oleh kadar kalsium dan magnesium yang juga tinggi,
dapat meningkatkan sifat korosivitas air. Hal ini mengakibatkan terjadinya
perkaratan peralatan logam. Kadar klorida > 250 mg/l dapat memberikan rasa asin
pada air karena nilai tersebut merupakan batas klorida untuk suplai air, yaitu
sebesar 250 mg/l (Rump dan Krist, 1992 dalam Effendi, 2003). Perairan yang
diperuntukkan bagi keperulan domestik, termasuk air minum, pertanian, dan
industri, sebaiknya memiliki kadar klorida lebih kecil dari 100 mg/liter (Sawyer
dan McCarty, 1978). Keberadaan klorida di dalam air menunjukkan bahwa air
tersebut telah mengalami pencemaran atau mendapatkan rembesan dari air laut.
Khlorida tidak bersifat toksik bagi makhluk hidup, bahkan berperan dalam
pengaturan tekanan osmotik sel. Klorida tidak memiliki efek fisiologis yang
merugikan, tetapi seperti amonia dan nitrat, kenaikan akan terjadi secara tiba-tiba
di atas baku mutu sehingga dapat menyebabkan polusi. Toleransi klorida untuk
manusia bervariasi berdasarkan iklim, penggunaannya, dan klorida yang hilang
melalui respirasi. Klorida dapat menimbulkan gangguan pada jantung/ginjal.
29
Di Indonesia, khlor digunakan sebagai desinfektan dalam penyediaan air
minum untuk menghilangkan mikroorganisme yang tidak dibutuhkan. Beberapa
alasan yang menyebabkan klorin sering digunakan sebagai desinfektan adalah
sebagai berikut (Tebbut, 1992 dalam Effendi, 2003) : Dapat dikemas dalam
bentuk gas, larutan, dan bubuk (powder), Harga relatif murah, Memiliki daya
larut yang tinggi serta dapat larut pada kadar yang tinggi, Residu klorin dalam
bentuk larutan tidak berbahaya bagi manusia, jika terdapat dalam kadar yang tidak
berlebihan, Bersifat sangat toksik bagi mikroorganisme, dengan cara menghambat
aktivitas metabolisme mikroorganisme tersebut.
Proses penambahan klor dikenal dengan klorinasi. Klorin yang digunakan
sebagai desinfektan adalah gas klor yang berupa molekul klor (Cl2) atau kalsium
hipoklorit [Ca(OCl)2]. Penambahan klor secara kurang tepat akan menimbulkan
bau dan rasa pada air. Pada kadar klor kurang dari 1.000 mg/liter, semua k hlor
berada dalam bentuk ion klorida (Cl-) dan hipoklorit (HOCl), atau terdisosiasi
menjadi H+ dan OCl-.
Selain bereaksi dengan air, klorin juga bereaksi dengan senyawa nitrogen
membentuk mono-amines, di-amines, tri-amines, N-kloramines, N-kloramides,
dan senyawa nitrogen berklor lainnya. Monokloramines (NH2Cl) adalah bentuk
senyawa klor dan nitrogen yang utama di perairan. Senyawa ini bersifat stabil dan
biasanya ditemukan beberapa hari setelah penambahan klorin. Klor yang
berikatan dengan senyawa kimia lain dikenal sebagai klorin terikat, sedangkan
klorin bebas adalah ion klorida dan ion hipoklorit yang tidak berikatan dengan
senyawa lainnya.
30
Penentuan jumlah khlorin di perairan diperlukan dalam proses pengolahan
air baku untuk keperluan domestik dan pengolahan limbah cair yang
menggunakan klorin sebagai desinfektan, untuk mengetahui kadar klorin yang
tersisa di perairan.
Metode Mohr (Argentometric) dapat digunakan untuk pemeriksaan klorida
menggunakan larutan perak nitrat (0,0141 N) untuk mentitrasi sehingga dapat
bereaksi dengan larutan N/71 dimana setiap mm ekivalen dengan 0,5 mg ion
klorida. Pada titrasi, ion klorida dipresipitasi sebagai klorida putih perak
berdasarkan persamaan reaksi :
Ag+ + Cl- AgCl (Ksp = 3 x 10-10)
Titik akhir dengan indikator potassium chromate dapat menunjukkan kehadiran
Ag+. Ketika ion klorida mencapai 0, konsentrasi ion perak akan meningkat dimana
kelarutan produk kromat perak meningkat dan terbentuk warna merah coklat
sesuai dengan persamaan reaksi:
2Ag+ + CrO42- Ag2CrO4 ( Ksp = 5 x 10-12 )
Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang
akurat antara lain :
a. Digunakan contoh air yang seragam, dianjurkan 100 ml, sehingga konsentrasi
ion pada titik akhir titrasi konstan.
b. pH berada dalam rentang 7 atau 8 karena Ag+ dipresipitasi sebagai AgOH pada
pH tinggi dan CrO42- akan berubah menjadi Cr2O72- pada pH rendah.
c. Jumlah indikator harus diperhatikan untuk mengukur konsentrasi Cr2O42- atau
Ag2CrO4 yang terbentuk sangat cepat atau sangat lama.
31
2.11 Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka kerangka teori pada penelitian
ini adalah :
Gambar 2.1 Kerangka Teori (Sumber : Permenkes NO.416/Menkes /Per
/1X/1990).
2.12 Hipotesis penelitian
a. Mengandung pH asam dan basa.
b. Ada kandungan Fe ( besi ) lebih dari 1,0 mg/l
c. Ada kandungan khlorida lebih dari 600 mg/l
Pemeriksaan
Laboratorium
Memenuhi
Syarat
pH
Fe Khlorida
Air Sumur
Gali
Tidak
Memenuhi
Syarat
32
2.13 Skema Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan dengan mengikuti langkah- langkah sebagai
berikut:
Gambar 2.2 Skema Penelitian
Persiapan
Tidak Memenuhi
Syarat
Pemeriksaan air
Pengambilan sampel
Memenuhi
Syarat Hasil
33
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen yaitu untuk menegetahui
kadar pH, Fe dan Khlorida air sumur gali masyarakat Desa Gampong Ladang
Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Gampong Ladang Kecamatan Samatiga
Kabupaten Aceh Barat. Dipilihnya Desa Gampong Ladang sebagai tempat
penelitian disebabkan karena keseluruhan masyarakat menggunakan sumur gali
sebagai sumber air bersih untuk keperluan rumah tangga. Dan penelitian
dilaksanakan pada tanggal 3 Januari 2013.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan dari unit di dalam penelitian atau
pengamatan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua sumur gali yang ada di
Desa Gampong Ladang Kecamatan Samatiga berjumlah 30 buah Sumur gali.
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan sampel yaitu
berjumlah 30 sumur gali.
34
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Pengumpulan data dilakukan secara langsung mengumpulkan sampel air
sumur gali. Untuk pemeriksaan pH dilakukan langsung di tempat lokasi
pengambilan sampel sedangkan untuk pemeriksaan kandungan Fe dan khlorida
diperiksa pada UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Banda Aceh.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder berupa data laporan yang diperoleh dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Aceh Barat, Puskesmas Samatiga, Kantor Kepala Desa dan referensi
buku-buku perpustakaan dan internet yang berhubungan dengan penelitian ini.
35
3.5 Definisi Operasional
Tabel 3.1. Variabel Penelitian
No
1. Variabel pH
Defenisi
Cara ukur Alat ukur Hasil ukur
Skala
Parameter untuk menentukan kadar asam atau basa dalam air
Pemeriksaan Laboratorium pH meter Asam < 6,5
Basa > 9 Ratio
2. Variabel Fe
Defenisi
Cara ukur Alat ukur Hasil ukur
Skala
Unsur bersifat logam yang dapat
menimbulkan korosi pada bahan yang terbuat dari metal
Pemeriksaan laboratorium Tabung reaksi, Gelas ukur, Pipet tetes
Positif > 1,0 mg/l Negatif < 1,0 mg/l Ratio
3. Variabel Khlorida
Defenisi
Cara ukur Alat ukur
Hasil ukur
Skala
Anion pembentuk Natrium Klorida yang menyebabkan rasa asin dalam air bersih (air sumur)
Pemeriksaan laboratorim Labu takar, beaker glass, pipet
ukur, corong gelas, pemanas listrik, gelas ukur, Positif > 600 mg/l
Negatif < 600 mg/l Ratio
36
3.6 Teknik Pengambilan Sampel
3.6.1 Persiapan
a. Siapkan wadah (tempat sampel uji) dengan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan.
b. Membilas alat yang akan diambil sebanyak tiga kali.
c. Bilas wadah yang sudah bersih dengan aquadest.
d. Cegah adanya kontaminasi dari logam/peralatan sampling, dari minyak
pelumas/oli/bensin.
3.6.2 Cara Pengambilan Sampel
Untuk mengambil sampel air dari sumur gali dilakukan dengan
menggunakan timba, Timba terlebih dahulu di cuci dengan larutan aqua bidest.
Sebelum timba dinaikkan terlebih dahulu dilakukan pengadukan air sumur supaya
terjadi percampuran secara merata. Sampel air yang telah terambil masing-masing
dimasukkan dalam botol/ wadah (untuk analisis sifat kimia). Sampel yang telah
dimasukkan ke dalam wadah, kemudian diberi label berupa keterangan mengenai
identitas sampel, seperti lokasi pengambilan, nomor tanggal, jam, tempat, jenis
pengawet yang ditambahkan. Penulisan keterangan tersebut harus tahan air, tidak
mudah pudar.
37
3.7 Pelaksanaan Penelitian
3.7.1 Pemeriksaan pH
Prosedur Kerja:
Cara kerja alat ini adalah dengan cara mencelupkan alat pH meter kedalam
air yang akan diukur (kira-kira kedalaman 5 cm) dan secara otomatis alat bekerja
mengukur.Pada saat pertama dicelupkan angka yang ditunjukkan oleh display
masih berubah-ubah, tunggulah kira-kira 2 sampai 3 menit sampai angka digital
stabil, kemudian lihat hasil dari alat pH meter.
3.7.2 Pemeriksaan Fe
Alat:
1. SSA/ compressor/ gelas piala
2. Pipet ukur/labu takar/ labu semprot
3. Lampu hollow katoda Fe
4. Corong geles pemanas listrik
5. Kertas saring whatman 40 dengan ukuran pori 0,42 µm
Bahan :
Air sumur gali
Reagen :
1. Gas asitilen
2. Aquades bebas besi
3. Larutan Asam Nitrat
4. Larutan larutan standar logam besi
38
Cara pelaksanaan:
a. Persiapan contoh uji
1. Masukkan 100 ml contoh uji yang sudah di kocok sampai homogen kedalam
gelas piala
2. Tambahkan 5 ml asam nitrat.
3. Panaskan di pemanas listrik sampai larutan uji hampir kering.
4. Ditambahkan 50 ml air suling masukkan ke dalam labu ukur 100 ml melalui
kertas saring dan di tetapkan 100 ml dgn air suling
b. Pembuatan larutan baku logam Fe 100 ml/l
1. Pipet 10 ml larutan induk logam besi 1000 ml/l ke dalam labu ukur 100 ml
2. Tepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera.
c. Pembuatan larutan baku logam besi 10 ml/l
1. Pipet 50 ml larutan induk logam besi 100 mg/l kedalm labu ukur 500 ml
2. Tetapkan larutan pengencer sampai tanda tera.
d. Pembuatan larutan kerja logam besi
1. Pipet 0 ml , 5 ml, 20 ml, 40 ml, dan 60 ml larutan baku besi (fe) 10 mg/l
masing masing kedalam labu ukur 100 ml
2. Tambahkan larutan pengencer sampai tepan tanda tera sehingga di peroleh
konsentrasi logam besi.
Prosedur dan pembuatan kurva kalibrasi :
a. Optimalkan alat SSA sesuai petunjuk penggunaan alat
b. Ukur masing masing larutan kerja yang telah di buat pada panjang gelombang
248,3 nm.
39
c. Buatlah kurva kalibrasi untuk mendapatkan persamaan garis regresi
d. Lanjutkan dgn pengukuran contoh uji yang sudah di siapkan
Perhitungan :
Konsentrasi logam besi
Fe (mg/l) = C x FP
Dengan Pengertian :
C : adanya konsentrasi yang di dapat hasil pengukuran mg/l
FP : Factor Pengencer
3.7.3 Pemeriksaan khlorida
Pemeriksaan khlorida ini menggunakan Metoda Argentometri secara titrasi
Persiapan Sampel:
Alat:
3. Pipet Tetes
4. Labu Erlenmeyer
5. Gelas Ukur
6. Penjepit
7. Kertas Saring
8. Corong
Bahan:
1. Aquades
2. Larutan Indikator K2CrO4 5 %
3. AgNO3
40
Prosedur Kerja
1. Masukkan 50 ml contoh uji air dalam labu Erlenmeyer 250 ml buat larutan
blanko.
2. Tambahkan 1 ml larutan Indikator K2CrO4 5 % 1 ml, campur
3. Titrasi dengan larutan baku AgNO3 sampai titik akhir titrasi yang ditandai
dengan terbentuknya endapan bewarna merah kecoklatan dari K2CrO4. Catat
volume AgNO3 yang digunakan.
Perhitungan :
Mg/l Cl- =HT x N AgNO3 x 35,5 x 1000
V Sampel
Keterangan : Cl- : Khlorida
HT = Hasil Titrasi AgNO3
N AgNO3 = 0,01 N
V Sampel = 50 ml
1000 ml = 1 liter
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Geografis
Desa Gampong Ladang terletak di daerah daratan rendah daerah persisir
pantai barat Provinsi Aceh dengan luas wilayah adalah 150 ha, yang terdiri dari 15
ha daerah pemukiman, 35 ha ladang campuran, 30 ha lahan pertanian,15 ha rawa
rumbia, dan 55 ha untuk lahan-lahan yang lain. Desa gampong ladang memiliki
batas wilayah administrasi yang terbagi atas :
1. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cot Lampiseh
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cot Seulamat
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Ujong Nga
4. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pinem
4.2 Keadaan Demografis
Jumlah penduduk Desa Gampong Ladang sampai pada tahun 2010
mencapai 117 jiwa. Sebagian besar masyarakat Desa Gampong Ladang yang mata
pencahariannya sebagai petani atau lebih kurang 70 % dari total penduduk, dan
pada dasarnya petani (Profil Desa Gampong Ladang, 2012).
42
4.3 Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di desa Gampong Ladang
Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat dan di UPTD Laboratorium
Kesehatan Banda Aceh yaitu tentang Pemeriksaan Kadar pH, Fe dan Khlorida Air
Sumur Gali sebagai Sumber Air Bersih di Desa Gampong Ladang Kecamatan
Samatiga Kabupaten Aceh Barat, Maka hasil penelitian yang didapat adalah
sebagai berikut :
43
4.3.1 pH Air
Tabel 4.1. Hasil pemeriksaan kadar pH Air Sumur Gali desa Gampong Ladang
Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.
NO KODE SAMPEL
BAKU MUTU HASIL TMS/ MS
1 A1 6,5-9,0 6,7 MS
2 A2 6,5-9,0 7,3 MS
3 A3 6,5-9,0 7,1 MS
4 A4 6,5-9,0 6,8 MS
5 A5 6,5-9,0 7,2 MS
6 A6 6,5-9,0 6,8 MS
7 A7 6,5-9,0 6,8 MS
8 A8 6,5-9,0 6,6 MS
9 A9 6,5-9,0 6,8 MS
10 A10 6,5-9,0 6,7 MS
11 A11 6,5-9,0 7,1 MS
12 A12 6,5-9,0 6,7 MS
13 A13 6,5-9,0 6,5 MS
14 A14 6,5-9,0 7,0 MS
15 A15 6,5-9,0 7,0 MS
16 A16 6,5-9,0 6,8 MS
17 A17 6,5-9,0 6,9 MS
18 A18 6,5-9,0 6,7 MS
19 A19 6,5-9,0 7,5 MS
20 A20 6,5-9,0 7,0 MS
21 A21 6,5-9,0 6,7 MS
22 A22 6,5-9,0 6,3 TMS
23 A23 6,5-9,0 6,7 MS
24 A24 6,5-9,0 7,2 MS
25 A25 6,5-9,0 7,8 MS
26 A26 6,5-9,0 6,7 MS
27 A27 6,5-9,0 7,4 MS
28 A28 6,5-9,0 7,1 MS
29 A29 6,5-9,0 6,8 MS
30 A30 6,5-9,0 6,8 MS
KET : TMS = Tidak Memenuhi Syarat
MS = Memenuhi Syarat
Berdasarkan Tabel 4.1 dari 30 sampel uji, yang memenuhi syarat sebanyak
29 sampel. Sedangkan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 1 sampel.
44
Tabel 4.2 Distribusi Air Sumur Gali berdasarkan Kadar pH di Desa Gampong
Ladang Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.
No Kadar pH Jumlah (n) Persen %
1 Tidak memenuhi syarat 1 3,4
2 Memenuhi syarat 29 96,6
Total 30 100
Berdasarkan Tabel 4.2 Dari 30 sampel air sumur gali yang dikatagorikan
sebagai air yang tidak memenuhi syarat berjumlah 1 sampel air sumur gali (3,4%)
dan sampel air sumur gali yang di katagorikan sebagai memenuhi syarat
berjumlah 29 sampel air sumur gali (96,6 %).
45
4.3.2 Kadar Besi (Fe)
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Kadar Fe (Besi) Air Sumur Gali Desa Gampong
Ladang Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.
NO KODE SAMPEL
SATUAN BAKU MUTU HASIL TMS/ MS
1 A1 Mg/l 1.0 0,7532 MS
2 A2 Mg/l 1.0 0,0054 MS
3 A3 Mg/l 1.0 0,2226 MS
4 A4 Mg/l 1.0 0,0068 MS
5 A5 Mg/l 1.0 0,0071 MS
6 A6 Mg/l 1.0 0,0043 MS
7 A7 Mg/l 1.0 0,0227 MS
8 A8 Mg/l 1.0 0,0252 MS
9 A9 Mg/l 1.0 0,0761 MS
10 10 Mg/l 1.0 0,0410 MS
11 A11 Mg/l 1.0 0,0077 MS
12 A12 Mg/l 1.0 0,0090 MS
13 A13 Mg/l 1.0 0,0053 MS
14 A14 Mg/l 1.0 0,0079 MS
15 A15 Mg/l 1.0 0,0030 MS
16 A16 Mg/l 1.0 0,0095 MS
17 A17 Mg/l 1.0 0,0226 MS
18 A18 Mg/l 1.0 0,0015 MS
19 A19 Mg/l 1.0 0,0054 MS
20 A20 Mg/l 1.0 0,0084 MS
21 A21 Mg/l 1.0 0,0101 MS
22 A22 Mg/l 1.0 0,0227 MS
23 A23 Mg/l 1.0 0,0091 MS
24 A24 Mg/l 1.0 1,3636 TMS
25 A25 Mg/l 1.0 0,0045 MS
26 A26 Mg/l 1.0 0,0179 MS
27 A27 Mg/l 1.0 0,0073 MS
28 A28 Mg/l 1.0 0,0121 MS
29 A29 Mg/l 1.0 0,1954 MS
30 A30 Mg/l 1.0 0,0126 MS
KET : TMS = Tidak Memenuhi Syarat
MS = Memenuhi Syarat
Berdasarkan Tabel 4.3 dari 30 sampel uji, yang memenuhi syarat sebanyak
29 sampel. Sedangkan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 1 sampel.
46
Tabel 4.4 Distribusi Air Sumur Gali berdasarkan Kadar Fe (besi) di Desa
Gampong Ladang Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.
No Kadar Besi Jumlah (n) Persen %
1 Tidak memenuhi syarat 1 3,4
2 Memenuhi syarat 29 96,6
Total 100 100
Berdasarkan tabel 4.4 Dari 30 sampel air sumur gali yang dikatagorikan
sebagai air yang memenuhi syarat dengan jumlah 29 sampel air sumur gali
(96,6%) dan sampel air sumur gali yang di katagorikan sebagai tidak memenuhi
syarat berjumlah 1 sampel air sumur gali (3,4 %).
47
4.3.3 Khlorida
Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Kadar Khlorida Air Sumur Gali Desa Gampong
Ladang Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.
NO KODE SAMPEL
SATUAN BAKU MUTU HASIL TMS/ MS
1 A1 Mg/l 600 26,27 MS
2 A2 Mg/l 600 47,57 MS
3 A3 Mg/l 600 9,94 MS
4 A4 Mg/l 600 25,56 MS
5 A5 Mg/l 600 11,36 MS
6 A6 Mg/l 600 16,33 MS
7 A7 Mg/l 600 24,14 MS
8 A8 Mg/l 600 17,75 MS
9 A9 Mg/l 600 12,78 MS
10 A10 Mg/l 600 14,20 MS
11 A11 Mg/l 600 7,81 MS
12 A12 Mg/l 600 9,23 MS
13 A13 Mg/l 600 26,98 MS
14 A14 Mg/l 600 26,27 MS
15 A15 Mg/l 600 12,07 MS
16 A16 Mg/l 600 13,49 MS
17 A17 Mg/l 600 12,78 MS
18 A18 Mg/l 600 9,23 MS
19 A19 Mg/l 600 9,23 MS
20 A20 Mg/l 600 16,33 MS
21 A21 Mg/l 600 22,01 MS
22 A22 Mg/l 600 17,04 MS
23 A23 Mg/l 600 16,33 MS
24 A24 Mg/l 600 19,17 MS
25 A25 Mg/l 600 9,94 MS
26 A26 Mg/l 600 16,33 MS
27 A27 Mg/l 600 17,04 MS
28 A28 Mg/l 600 12,78 MS
29 A29 Mg/l 600 14,20 MS
30 A30 Mg/l 600 11,36 MS
KET : TMS = Tidak Memenuhi Syarat
MS = Memenuhi Syarat
Berdasarkan tabel 4.5 dari 30 sampel uji, yang memenuhi syarat sebanyak
30 sampel. Sedangkan yang tidak memenuhi syarat sebanyak 0 sampel.
48
Tabel 4.6 Distribusi Air Sumur Gali berdasarkan Kadar Khlorida di Desa
Gampong Ladang Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.
No Kadar khlorida Jumlah (n) Persen %
1 Tidak memenuhi syarat 0 0
2 Memenuhi syarat 30 100
Total 100 100
Berdasarkan tabel 4.6 Dari 30 sampel air sumur gali yang dikatagorikan
sebagai air yang memenuhi syarat lebih banyak dengan jumlah 30 sampel air
sumur gali (100 %) dari sampel air sumur gali yang di katagorikan sebagai tidak
memenuhi syarat berjumlah 0 sampel air sumur gali (0 %).
4.4 Pembahasan
4.4.1 Pemeriksaan pH
Pemeriksaan kadar pH air sumur gali di Desa Gampong Ladang
Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat dapat di lihat pada tabel 4.1, bahwa
pada sampel dengan kode A22 bersifat asam yaitu dengan kadar pH 6,3.
Jika pH bersifat asam, Ini sangat berbahaya karena tubuh tidak bisa
menolerir ketidakseimbangan asam dalam waktu lama. Jika pH terlalu rendah itu
artinya terjadi penumpukan karbondioksida dalam darah. Karbondioksida yang
tinggi akan membuat pernafasan jadi sulit.Kondisi tubuh yang asam menyebabkan
kelelahan, nyeri, kulit melepuh, sakit kepala, mengantuk, alergi, pilek dan flu,
masalah sinus. Kadar oksigen menurun akibat penumpukan karbondioksida dalam
darah. Jika oksigen turun sel-sel tubuh akan mati.
Tingginya konsentrasi ion hidrogen dalam suatu cairan menunjukkan
bahwa cairan tersebut bersifat asam sedangkan jika rendah mengakibatkan
49
meningkatnya konsentrasi ion hidroksil (OH-) yang menunjukkan pada suasana
basa.
Kadar pH dalam air akan memberi pengaruh terhadap terjadinya berbagai
proses dalam air terutama terhadap pembentukan berbagai senyawa yang
membahayakan kesehatan manusia.
Kadar pH yang dianjurkan pada sumber air bersih yang dimanfaatkan
masyarakat termasuk sumur gali berdasarkan ketentuan dari Permenkes No.
416/Menkes/ Per/IX/1990 adalah 6,5 – 9,0 sehingga air tersebut dikatakan sebagai
air bersih.
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium sampel air dari 30 sampel air
sumur gali Pemeriksaan pH pada air sumur gali masyarakat di Desa Gampong
Ladang Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat diperoleh hasil penelitian
bahwa pada katagori tidak memenuhi syarat sebanyak 1 (3,4 %).dan katagori yang
memenuhi syarat sebanyak 29 (96,6%).
Konsentrasi ion hidrogen (pH) pada air sumur gali yang tidak memenuhi
syarat dapat disebabkan karena air telah mengalami kontaminasi dengan berbagai
bahan terutama senyawa-senyawa toksik yang dapat membahayakan kesehatan
manusia.
4.4.2 Pemeriksaan Fe
Pemeriksaan kadar besi di Desa Gampong Ladang Kecamatan Samatiga
Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat pada tabel 4.3 bahwa pada sampel dengan
kode A24 mengandung kadar besi 1,3636 mg/l, menunjukkan sampel dengan
50
kode A24 melebihi baku mutu air bersih yang di anjurkan oleh permenkes no
416/menkes/per/IX/1990.
Syarat konsentrasi Besi (Fe) yang dianjurkan berdasarkan standar baku air
bersih Permenkes RI No. 416 /Menkes/ Per/IV/1990 adalah 1.0 mg/l. Apabila
kosentrasi besi terlarut dalam air melebihi batas tersebut akan menyebabkan
berbagai masalah ,diantaranya : Gangguan teknis Endapan Fe (OH) bersifat
korosif terhadap pipa dan akan mengendap pada saluran pipa, sehingga
mengakibatkan pembuntuan dan efek-efek yang dapat merugikan seperti
Mengotori bak yang terbuat dari seng. Mengotori wastafel dan kloset.
Gangguan fisik yang ditimbulkan oleh adanya besi terlarut dalam air
adalah timbulnya warna, bau, rasa. Air akan terasa tidak enak bila konsentrasi besi
terlarutnya lebih besar 1,0 mg/l. Zat Fe yang melebihi dosis yang diperlukan oleh
tubuh dapat menimbulkan masalah kesehatan.
Air minum yang mengandung besi cenderung menimbulkan rasa mual
apabila dikonsumsi. Selain itu dalam dosis besar dapat merusak dinding usus.
Kematian sering kali disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini. Kadar Fe yang
lebih dari 1 mg/l akan menyebabkan terjadinya iritasi pada mata dan kulit.
Apabila kelarutan besi dalam air melebihi 10 mg/l akan menyebabkan air berbau
seperti telur busuk.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 sumur gali yang diperiksa di
Desa Gampong Ladang Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat diperoleh
hasil penelitian bahwa pada katagori tidak memenuhi syarat sebanyak 1 (3,4%).
Dan katagori yang memenuhi syarat sebanyak 29 (96,6 %).
51
4.4.3 Pemeriksaan khlorida
Khlorida (Cl-) adalah salah satu senyawa umum yang terdpat pada
perairan alam. Senyawa-senyawa khlorida tersebut mengalami proses diasosiasi
dalam air membentuk ion. Ion khlorida pada dasarnya mempunyai pemgaruh kecil
terhadap sifat-sifat kimia dan biologi perairan. Kation dari garam-garam khlorida
dalam air terdapat dalam keadaan mudah larut. Ion khlorida secara umum tidak
membentuk senyawa kompleks yang kuat dengan ion-ion logam. Ion ini juga
tidak dapat dioksidasi dalam keadaan normal dan tidak bersifat toksik. Namun,
kelebihan garam khlorida dapat menyebabkab penurunan kualitas air. Oleh karena
itu sangat penting dilakukan analisa terhadap khlorida, karena kelebihan garam
khlorida dalam air menyebabkan noda berwarna putih di pinggiran badan air.
Kadar klorida yang tinggi, misalnya air laut, yang diikuti oleh kadar
kalsium dan magnesium yang juga tinggi dapat meningkatkan korosifitas air.
Perairan yang demikian mudah mengakibatkan terjadinya pengkaratan peralatan
yang terbuat dari logam (Effendi, 2003).
Syarat konsentrasi khlrorida (Cl-) yang dianjurkan berdasarkan standar
baku air bersih Permenkes RI No. 416/Menkes/ Per/IX/1990 adalah 600 mg/l.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 sumur gali yang diperiksa di
desa gampong ladang kecamatan samatiga kabupaten aceh barat diperoleh hasil
penelitian bahwa pada katagori tidak memenuhi syarat sebanyak 0 (0%).dan
katagori yang memenuhi syarat sebanyak 30 (100%).
52
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Dari hasil pemeriksaan kadar pH air sumur gali Desa Gampong Ladang
Kecamatan Samatiga ternyata ada 1 (3,4%) sampel air sumur gali yang
tidak memenuhi syarat dan memenuhi syarat sebanyak 29 (96,6%).
2. Dari hasil pemeriksaan kadar Fe air sumur gali Desa Gampong Ladang
Kecamatan Samatiga ternyata ada 1 (3,4%) sampel air sumur gali yang
tidak memenuhi syarat dan memenuhi syarat sebanyak 29 (96,6%)
3. Dari hasil pemeriksaan kadar khlorida air sumur gali Desa Gampong
Ladang Kecamatan Samatiga ternyata bahwa pada katagori tidak
memenuhi syarat sebanyak 0 (0%).dan katagori yang memenuhi syarat
sebanyak 30 (100%).
5.2 Saran
1. Kepada masyarakat setempat agar mengadakan Pemurnian air
dilaksanakan melalui proses filtrasi, sehingga dapat menghasilkan air yang
lebih berkualitas dan tidak memberi dampak kesehatan kepada masyarakat
pengguna air sumur gali.
2. Dalam meningkatkan kualitas air sumur gali agar diadakan penelitian
lanjutan berkaitan dengan pemeriksaan kualitas kimia.
DAFTAR PUSTAKA
Alabert, G. dan SS. Santika. 1984. Metode penelitian air. Usaha nasional. Surabaya.
Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGG. Jakarta.
Depkes RI. 2008. Sistem Kesehatan Nasional.
Depkes RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 492/Menkes/Per/IV/2010. Jakarta.
Depkes RI. 1990. Penmenkes No. 416 tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih.
Jakarta.
Depkes RI. 1997. Pengelolaan Lingkungan Hidup. UU no. 23/1997.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta.
Fakhrurroja, Hanif, 2010. Membuat Sumur Air di Berbagai Lahan. Griya Kreasi.
Jakarta. Kordi k, M gufran H dan Andi Baso Tancung. Pengelolaan kualitas air. Rineka
Cipta. 2007.
Kumalasari, Fety dan Yogi Satoto. 2011. Teknik Praktis Mengolah Air Kotor Menjadi Air Bersih. Laskar Askara. Bekasi.
Notoadmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta. Jakarta.
. 2010. Metode penelitian kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
. 2007. Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta.
2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta.
Nurdijanto. 2000. Kimia lingkungan. Pati. Yayasan peduli lingkingan.
PT. Infratama Yakti dan PT. multiguna rekayasa & CV. Triple-C. 2006. Final
Report Penyusunan Otline Plan & Ded Kabupaten Aceh Barat.
Slamet, Juli Soemirat.2001. Kesehatan Lingkungan. UGM. Yogjakarta.
Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Lingkungan. Universitas Muhammadiyah. UMM Press. Malang.