pemeriksaan fungsi saraf kranial bagian...
TRANSCRIPT
0
MANUAL CSL IVSISTEM NEUROPSIKIATRI
PEMERIKSAAN FUNGSI SARAF KRANIAL BAGIAN I
PENYUSUN:dr. Ashari Bahar, M.Kes, Sp.S, FINS
dr. Devi Wuysang, M.Si, Sp.S
DEPARTEMEN NEUROLOGIFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2014
1
PENDAHULUAN
Keterampilan medik adalah keterampilan motorik yang harus dikuasaioleh seorang tenaga medik agar dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Melalui fasilitas berupa skill lab mahasiswa dapat berlatihketerampilan– keterampilan medik yang mereka perlukan dalam situasi latihandi laboratorium, bukan dalam suasana kontak antara dokter-pasien di rumahsakit. Latihan keterampilan klinik ini mengajar mahasiswa agar dapat berlatihsecara trial and error, dapat mengulang-ulang kegiatan atau tindakan yang sama(dengan kadang-kadang melakukan kekeliruan) sampai betul-betul terampil.Keadaan seperti ini hampir tidak mungkin dilakukan pada penderita yang sedangdirawat di rumah sakit.
Apabila keterampilan motorik sudah dikuasai, dilanjutkan dengan latihanyang mengandung unsur emosi. Latihan ini diteruskan sampai menjadi suaturangkaian keterampilan medik yang kompleks.
Karena mahasiswa telah menguasai keterampilan dalam melakukanpenatalaksanaan, rasa percaya diri menjadi lebih besar, dan mahasiswa dapatbersikap lebih baik terhadap pasien, serta mengurangi kendala-kendalaemosional antara mahasiswa dengan pasien pada waktu koass harus kontakdengan pasien.
2
TATA TERTIB KEGIATAN CSL (CLINICAL SKILL LABORATORY)
SEBELUM PELATIHANMembaca penuntun belajar (manual) keterampilan Klinik Sistem Neuropsikiatridan bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang akan dilakukan.
SETELAH PELATIHAN1. Datang 15 menit sebelum CSL dimulai2. Wajib mengikuti seluruh kegiatan CSL sesuai dengan jadwal rotasi yang telah
ditentukan.3. Mengenakan jas laboratorium yang bersih dan dikancing rapi pada setiap
kegiatan CSL.4. Memakai atribut / nama yang ditempelkan pada jas laboratorium5. Berpartisipasi aktif pada semua kegiatan latihan6. Bagi kegiatan yang menggunakan model memperlakukan model tersebut
seperti manusia atau bagian tubuh manusia.7. Tidak diperkenankan menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin
setiap alat / bahan yang ada pada ruang CSL.8. Setiap selesai kegiatan CSL mahasiswa harus merapikan kembali alat dan
bahan yang telah digunakan.9. Bagi mahasiswa yang kehadirannya kurang dari 100 % maka wajib hadir
pada saat review CSL
PADA SAAT UJIAN CSL1. Ujian dapat diikuti apabila kehadiran pada kegiatan CSL minimal 100%.2. Membawa kartu kontrol yang telah ditandatangani oleh koordinator
instruktur CSL.3. Bagi yang tidak ikut ujian karena sakit diwajibkan membawa keterangan
bukti diagnosis dari dokter paling lambat 3 hari setelah tanggal sakit.
SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB CSL
1. Bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan CSL tidak sesuai dengan jadwalrotasinya dianggap tidak hadir.
2. Bagi mahasiswa yang presentase kehadiran CSLnya <100% dari seluruhjumlah tatap muka CSL, maka mahasiswa tidak dapat mengikuti ujian CSL.
3
DAFTAR ISI
NEUROLOGI
CSL NO. KETERAMPILANPEMERIKSAAN FISIK
TINGKATKETERAMPILAN
II. PEMERIKSAAN FUNGSI SARAF KRANIAL BAGIAN I1 Pemeriksaan indra
penciuman4A
2 Inspeksi lebar celahpalpebra
4A
3 Inspeksi pupil (ukuran danbentuk)
4A
4 Reaksi pupil terhadapcahaya
4A
5 Reaksi pupil terhadapobyek dekat
4A
6 Penilaian gerakan bolamata
4A
7 Penilaian diplopia 4A8 Penilaian nistagmus 4A9 Refleks kornea 4A
10 Pemeriksaan funduskopi 4A
4
DESKRIPSI KEGIATAN
Kegiatan Waktu Deskripsi1. Pengantar 5 menit Pengantar2. Bermain Peran Tanya & Jawab
20menit
1. Mengatur posisi duduk mahasiswa2. Dua orang dosen memberikan contoh
bagaimana cara melakukanpemeriksaan neurologis.Mahasiswa mengamati peragaandengan menggunakan Penuntun Belajar.
3. Memberikan kesempatan kepadamahasiswa untuk bertanya dan dosenmemberikan penjelasan tentang aspek-aspek yang penting
3. Praktek bermainperan denganUmpan Balik
70menit
1. Mahasiswa dibagi menjadi pasangan-pasangan. Diperlukan minimal seorangInstruktur untuk mengamati setiaplangkah yang dilakukan oleh palingbanyak 4 pasangan.
2. Setiap pasangan berpraktek melakukanlangkah-langkah pemeriksaanneurologis secara serentak
3. Instruktur berkeliling diantara ma-hasiswa dan melakukan supervisimenggunakan check list.
4. Instruktur memberikan pertanyaan danumpan balik kepada setiap pasangan
4. Curah Pendapat/ Diskusi
10menit
1. Curah Pendapat/Diskusi : Apa yangdirasakan mudah? Apa yang sulit?Menanyakan bagaimana perasaanmahasiswa yang pada saat melakukanpemeriksaan Apa yang dapat dilakukanoleh dokter agar klien merasa lebihnyaman?
2. Instruktur membuat kesimpulan denganmenjawab pertanyaan terakhir danmemperjelas hal-hal yang masih belumdimengerti
Total waktu 105menit
5
NERVI KRANIALIS
PENGERTIANNervus Kranialis (saraf kranialis / Nervi Craniales) adalah saraf-saraf yang
keluar langsung dari otak dan batang otak. Pada manusia, terdapat 12 pasangNervus Kranialis, yaitu:
DASAR TEORI
Gambar 1. Nervi kranialis
Tabel 1. Nervi kranialis dan fungsinya
No. NameSensory,motor, orboth
Origin/Target Function
I Olfactory Purely sensory Telencephalon Transmits the sense of smell fromthe nasal cavity.[13] Located in theolfactory foramina in thecribriform plate of the ethmoidbone.
II Optic Sensory Retinal ganglioncells
Transmits visual signals from theretina of the eye to the brain.[14]
Located in the optic canal.
6
III Oculomotor Mainly motor Anterior aspect ofMidbrain
Innervates the levator palpebraesuperioris, superior rectus,medial rectus, inferior rectus, andinferior oblique, whichcollectively perform most eyemovements. Also innervates thesphincter pupillae and themuscles of the ciliary body.Located in the superior orbitalfissure.
IV Trochlear motor Dorsal aspect ofMidbrain
Innervates the superior obliquemuscle, which depresses, rotateslaterally, and intorts the eyeball.Located in the superior orbitalfissure.
V Trigeminal Both sensoryand motor
Pons Receives sensation from the faceand innervates the muscles ofmastication. Located in the;superior orbital fissure(ophthalmic nerve - V1), foramenrotundum (maxillary nerve -V2),foramen ovale (mandibularnerve - V3).
VI Abducens Mainly motor Nuclei lying underthe floor of thefourth ventriclePons
Innervates the lateral rectus,which abducts the eye. Located inthe superior orbital fissure.
VII Facial Both sensoryand motor
Pons(cerebellopontineangle) above olive
Provides motor innervation tothe muscles of facial expression,posterior belly of the digastricmuscle, stylohyoid muscle, andstapedius muscle. Also receivesthe special sense of taste fromthe anterior 2/3 of the tongueand providessecretomotorinnervation to thesalivary glands (except parotid)and the lacrimal gland. Located inand runs through the internalacoustic canal to the facial canaland exits at the stylomastoidforamen.
VIII Vestibulocochlear(alsoauditory,acoustic, orauditory-vestibular)
Mostlysensory
Lateral to CN VII(cerebellopontineangle)
Mediates sensation of sound,rotation, and gravity (essentialfor balance and movement).More specifically, the vestibularbranch carries impulses forequilibrium and the cochlearbranch carries impulses forhearing. Located in the internalacoustic canal.
IX Glossophary Both sensory Medulla Receives taste from the posterior
7
ngeal and motor 1/3 of the tongue, providessecretomotor innervation to theparotid gland, and providesmotor innervation to thestylopharyngeus. Some sensationis also relayed to the brain fromthe palatine tonsils. Located inthe jugular foramen. This nerve isinvolved together with the vagusnerve in the gag reflex.
X Vagus Both sensoryand motor
Posterolateralsulcus of Medulla
Suppliesbranchiomotorinnervation tomost laryngeal and pharyngealmuscles (except thestylopharyngeus, which isinnervated by theglossopharyngeal). Also providesparasympathetic fibers to nearlyall thoracic and abdominalviscera down to the splenicflexure. Receives the specialsense of taste from the epiglottis.A major function: controlsmuscles for voice and resonanceand the soft palate. Symptoms ofdamage:dysphagia (swallowingproblems), velopharyngealinsufficiency. Located in thejugular foramen. This nerve isinvolved (together with nerve IX)in the pharyngeal reflex or gagreflex.
XI Accessory Mainly motor Cranial and SpinalRoots
Controls the sternocleidomastoidand trapezius muscles, andoverlaps with functions of thevagus nerve (CN X). Symptoms ofdamage: inability to shrug, weakhead movement. Located in thejugular foramen.
XII Hypoglossal Mainly motor Medulla Provides motor innervation tothe muscles of the tongue(except for the palatoglossalmuscle, which is innervated bythe vagus nerve) and otherglossal muscles. Important forswallowing (bolus formation) andspeech articulation. Passesthrough the hypoglossal canal.
8
SASARAN BELAJARSetelah mengikuti proses belajar ini mahasiswa diharapkan mampumengidentifikasi gangguan saraf kranialis, melakukan pemeriksaan danmemberikan interpretasi terhadap hasil pemeriksaan.
TUJUAN PEMBELAJARAN1. Mahasiwa memiliki keterampilan mengenai cara pemeriksaaan saraf
kranialis (Nervi Craniales).2. Dapat mengindentifikasi adanya gangguan saraf kranialis dan menentukan
lokasi kelainan (diagnosis topis), dan melakukan penanganan ataupunmerujuk ke Spesialis bila diperlukan.
MEDIA DAN ALAT BANTUPenuntun Belajar.
STRATEGI DAN CARA PELATIHANDemonstrasi kompetensi sesuai dengan Penuntun Belajar.
9
PENUNTUN PEMBELAJARANKETERAMPILAN PEMERIKSAAN FUNGSI SARAF KRANIALIS
NO LANGKAH/KEGIATAN KASUSI. PEMERIKSAAN INDRA PENCIUMAN
(NERVUS KRANIALIS I: NERVUS OLFAKTORIUS)1 2 3
1 Menerangkan tujuan pemeriksaan kepada klien.Syarat Pemeriksaan : Tidak ada penyakit intranasal :Meminta penderita duduk atau berbaring, sambilmenutup matanya.
2 Menaruh salah satu bahan/zat di depan salah satulubang hidung klien sementara lubang hidung yang lainditutup.Zat pengetes yang digunakan sebaiknya zat yangdikenal sehari-hari, misalnya kopi, teh, tembakau,jeruk.
3 Meminta klien mencium bahan/zat yang dikenalnya:4 ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH:
Gambar 1. Saraf olfaktorius
10
Gambar 2. Teknik pemeriksaanINTERPRETASI:Normosmia: kemampuan menghidu normal, tidakterganggu.Hiposmia: kemampuan menghidu menurun, berkurang.Hiperosmia: meningkatnya kemampuan menghidu,dapat dijumpai pada penderita hiperemesis gravidarumatau pada migren.Parosmia: tidak dapat mengenali bau-bauan, salahhidu.Kakosmia: persepsi adanya bau busuk, padahal tidakada.Halusinasi penciuman: biasanya berbentuk bau yangtidak sedap, dapat dijumpai pada serangan epilepsiyang berasal dari girus unsinat pada lobus temporal,dan sering disertai gerak mengecap-ngecap (epilepsijenis parsial kompleks).
II. INSPEKSI LEBAR CELAH PALPEBRA(NERVUS KRANIALIS III: NERVUS OKULOMOTORIS)
1 2 3
1 Menerangkan tujuan pemeriksaan kepada klien.2 Pada saat melakukan wawancara dengan klien
perhatikan mata klien.3 Pemeriksa memperhatikan celah mata klien untuk
menilai apakah terdapat ptosis (kelopak mata terjatuh,mata tertutup dan tidak dapat dibuka), eksoftalmusdan enoftalmus.
4 INTERPRETASI:Kelumpuhan nervus III dapat menyebabkan terjadinyaptosis, yaitu kelopak mata terjatuh, mata tertutup, dan
11
tidak dapat dibuka.Hal ini disebabkan oleh kelumpuhan m. Levatorpalpebrae.Kelumpuhan m. Levator palpebra yang total mudahdiketahui, karena kelopak mata sama sekali tidak dapatdiangkat, mata tertutup.Pada kelumpuhan ringan pemeriksa dapatmembandingkan celah mata; pada sisi yang lumpuhcelah mata lebih kecil dan kadang-kadang kita lihat dahidikerutkan (m. Frontalis) untuk mengkompensasimenurunnya kelopak mata.
4 Pemeriksa juga dapat menilai kekuatan m.levatorpalpebrae dengan meminta klien menutup mata,kemudian disuruh untuk membukanya.Waktu klien membuka mata, pemeriksa menahangerakan ini dengan jalan memegang (menekan enteng)pada kelopak mata.Dengan demikian dapat dinilai kekuatan mengangkatkelopak mata (m. Levator palpebrae).Pada pemeriksaan ini, untuk meniadakan tenagakompensasi dari m. Frontalis perlu diberi tekanan padaalis mata dengan tangan satu lagi.
5 INTERPRETASI:Ptosis dapat dikumpai pada miastenia gravis atau padasindrom Horner.
III. INSPEKSI PUPIL (UKURAN DAN BENTUK)(NERVUS KRANIALIS III: NERVUS OKULOMOTORIS)
1 2 3
1 Menerangkan tujuan pemeriksaan kepada klien.2 Perhatikan besarnya pupil pada mata kiri dan kanan,
apakah sama (isokor), atau tidak sama (anisokor).3 Perhatikan bentuk pupil, apakah bundar dan rata
tepinya (normal) atau tidak.4 INTERPRETASI:
Otot polos yang mengecilkan pupil (pupilokostriktor)disarafi oleh serabut parasimpatis dari nervus III,sedangkan otot yang melebarkan pupil (pupilodilator)disarafi oleh serabut simpatis (torakolumbal)Bila pupil mengecil disebut miosis.Bila membesar (melebar) disebut midriasis.Miosis dapat dijumpai pada waktu tidur, pada tingkattertentu dari koma, pada iritasi nervus III dan padakelumpuhan saraf simpatis (sindrom Horner).Midriasis dapat dijumpai pada kelumpuhan nervus III,
12
misalnya oleh desakan tumor atau hematom dan padafraktur dasar tulang tengkorak.Obat-obatan seperti homatropin (yang diteteskan kemata) dan ekstrak beladona dapat menyebabkanmidriasis.Besarnya pupil dipengaruhi oleh banyak faktor,terutama intensitas cahaya. Di dalam gelap pupil lebihlebar dibanding dalam keadaan terang-benderang.Bila pada trauma kapitis didiapatkan midriasis padasatu mata (jadi ada anisokori) dan hemiparesis pada sisikontralateral, maka kemungkinan perdarahan epidural.
IV. REAKSI PUPIL TERHADAP CAHAYA(NERVUS KRANIALIS II DAN III)
1 Menerangkan tujuan pemeriksaan kepada klien.2 Klien disuruh untuk melihat jauh (menfiksasi pada
benda yang jauh letaknya.3 Selanjutnya pemeriksa memberi cahaya senter dan
dilihat apakah ada reaksi pupil.4 INTERPRETASI:
Pada keadaan normal pupil mengecil, disebut reflekscahaya langsung positif.
5 Selanjutnya pemeriksa memperhatikan pula pupil matayang satu lagi. Apakah pupilnya ikut mengecil olehpenyinaran mata lainnya (kontralateral).
6 INTERPRETASI:Jika pupilnya ikut mengecil berarti reaksi cahaya tidaklangsung positif.
CONTOH ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DIBAWAH:
A BRefleks Cahaya Pupil
A. Pada lesi N. II kanan, refleks cahaya pupillangsung pada mata kanan negatif, dan tidaklangsung pada mata kiri negatif.
B. Bila mata yang normal (kiri) disinar, refleks pupillangsung positif, dan refleks cahaya taklangsung di kanan positif.
13
INTERPRETASI:Bila visus mata 0 (buta), maka refleks cahaya pada matatersebut negatif. Bila mata lainnya baik, makapenyinaran mata yang baik akan menyebabkanmengecilnya pupil pada mata yang buta tersebut(reaksi cahaya tak langsun positif).Jadi bila reaksi cahaya langsung negatif, sedangkanreaksi cahaya tak langsung positif, maka kerusakannyapada nervus II. Sebaliknya pada kelumpuhan nervus III,reaksi cahaya langsung dan tidak langsung ialah negatif
INTERPRETASI:Pada lesi N. III, didapatkan refleks pupil negatif. Reflekscahaya langsung pada mata kanan negatif (A). Demikianjuga refleks tidak langsung (B).
REAKSI PUPIL PADA LESI N. II KANAN
14
REAKSI PUPIL PADA LESI N. III KANAN
CATATAN :Selama pemeriksaan ini harus dicegah agar klien tidakmemfiksasi matanya pada lampu senter, sebab dengandemikian akan ada pula refleks akomodasi yang jugamenyebabkan mengecilnya pupil. Oleh karena itu klienharus selalu melihat jauh selama pemeriksaan.
V. REAKSI PUPIL TERHADAP BENDA DEKAT(NERVUS KRANIALIS III)
1 2 3
1 Menerangkan tujuan pemeriksaan kepada klien.2 Klien disuruh untuk melihat jauh.3 Kemudian disuruh untuk melihat dekat misalnya jari
kita (benda) yang ditempatkan dekat matanya4 INTERPRETASI Refleks akomodasi dianggap positif bila terlihat pupil
mengecil.Pada kelumpuhan nervus III refleks ini negatif.
VI. PENILAIAN GERAKAN BOLA MATA(NERVUS KRANIALIS III, IV DAN VI)
1 2 3
1 Menerangkan tujuan pemeriksaan kepada klien.
15
2 Klien diminta untuk tidur terlentang.3 Pemeriksa menempatkan pena atau jari-jari pada
posisi vertikal sejauh 50 cm dari mata penderita dalamarah penglihatan sentral.
4 Tangan yang lain memegang kelopak mata atau daguklien untuk fiksasi kepala.
5 Pemeriksa menggerakkan pena secara perlahan ke arahlateral, medial, atas, bawah, dan ke arah yang miringyaitu atas-lateral, bawah-medial, atas-medial danbawah-lateral.
6 Perhatikan apakah mata klien dapat mengikuti gerakanitu dan tanyakan apakah klien melihat ganda (diplopia).
ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH:
INTERPRETASI: Bila klien tidak dapat menggerakkan mata ke arah
lateral, parese m rectus lateralis yang dipersarafi Ncranialis VI. Bila klien tidak dapat menggerakkan matake arah medial bawah, parese m obliqus superior yangdipersarafi N cranialis IV. Bila klien tidak dapatmenggerakkan mata ke arah selain lateral dan medial-bawah, parese N cranialis III.
16
VII. PENILAIAN DIPLOPIA(NERVUS KRANIALIS III, IV DAN VI)
CATATAN : METODE PEMERIKSAAN = PERGERAKAN BOLAMATA
1 2 3
1 Menerangkan tujuan pemeriksaan kepada klien.2 Klien diminta untuk tidur terlentang.3 Pemeriksa menempatkan pena atau jari-jari pada
posisi vertikal sejauh 50 cm dari mata penderita dalamarah penglihatan sentral.
4 Tangan yang lain memegang kelopak mata atau daguklien untuk fiksasi kepala.
5 Pemeriksa menggerakkan pena secara perlahan ke arahlateral, medial, atas, bawah, dan ke arah yang miringyaitu atas-lateral, bawah-medial, atas-medial danbawah-lateral.
6 Perhatikan apakah mata klien dapat mengikuti gerakanitu dan tanyakan apakah klien melihat ganda (diplopia).CATATAN:Diplopia (melihat kembar) dijumpai pada kelumpuhanotot penggerak bola mata. Tentukan pada posisi mana(dari mata) timbul diplopia. Bila satu mata ditutup,bayangan mana yang hilang. Minta klien menunjukkanposisi dari bayangan. Arah posisi bayangan yang salahmennjukkan arah gerakan otot yang lumpuh; jarakbayangan menjadi bertambah besar.
VIII. PENILAIAN NISTAGMUS 1 2 3
CATATAN:Pemeriksaan nistagmus dilakukan waktu memeriksagerakan bola mata. Waktu memeriksa gerak bola mata,harus diperhatikan apakah ada nistagmus. Nistagmusialah gerakan bolak-balik bola mata yang involunterdan ritmik.
1 Pada saat melakukan pemeriksaan gerakan bola mata,klien diminta melirik terus ke satu arah (misalnya kekanan, ke kiri, ke atas dan bawah) selama jangka waktu5 atau 6 detik.
2 Jika ada nistagmus hal ini akan terlihat dalam jangkawaktu tersebut.Tetapi mata jangan terlalu jauh dilirikkan, sebab haldemikian dapat menimnbilkan nistagmus pada orangyang normal (end position nystagmus, nistagmus posisi
17
ujung).3 Bila pemeriksa mendapatkan adanya nistagmus, maka
harus diperiksa:1. Jenis gerakannya2. Bidang gerakannya3. Frekuensinya4. Amplitudonya5. Arah gerakannya6. Derajatnya7. Lamanya
IX. PEMERIKSAAN REFLEKS KORNEA 1 2 3CATATAN:Komponen aferen refleks kornea adalah serabutsensorik nervus trigeminus cabang oftalmik dankomponen eferennya adalah serabut nervus facialisyang mensarafi muskulus orbikularis okuli.Refleks kornea diartikan sebagai refleks yang bangkitatas perangsangan pada kornea bukan padakonjungtiva bulbi.
1 Menerangkan tujuan pemeriksaan kepada klien.2 Klien diminta untuk melirik ke atas atau ke samping
menjauh dari pemeriksa supaya mata tidak berkedippada saat korneanya hendak disentuhkan dengankapas.
3 Perhatikan kedua bola mata4 Kemudian dilakukan penggoresan pada daerah kornea
ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH:
Kornea Konjungtiva
18
INTERPRETASI:Refleks kornea langsung adalah refleks kornea dimanaperangsangan dan respon yang didapat terjadi pada sisiyang sama, sedangkan pada refleks kornea konsensualdiperoleh kedipan mata pada kedua sisi atasperangsangan sesisi.
X. PEMERIKSAAN FUNDUSKOPIAkan diberikan pengantar khusus
19
PEMERIKSAAN OFTALMOSKOPI/FUNDUSKOPI
PENGERTIAN
Oftalmoskop/funduskop adalah alat dengan sistem cermin optik untukmelihat anatomi interna dari mata. Ada dua cakram pada oftalmoskop: satuuntuk mengatur lubang cahaya (dan filter), dan satu lagi untuk merubah lensauntuk mengoreksi kesalahan refraktif baik dari pemeriksa maupun pasien.Lubang-lubang dan filter-filter yang paling penting adalah lubang kecil, lubangbesar,dan filter bebas merah. Lubang kecil untuk pupil yang tidak berdilatasi,lubang besar untuk pupil yang berdilatasi; dan filter bebas merah menyingkirkansinar merah dan dirancang untuk melihat pembuluh darah serta perdarahan.Dengan filter ini, retina tampak abu-abu, diskus berwarna putih, makula kuning,dan darah tampak berwarna hitam.
Gambar 1. Oftalmoskop dan bagian-bagiannya
DASAR TEORI
Saraf-saraf kecil pada retina merasakan sinar dan mengirimkangelombang saraf kepada saraf optikus, yang akan membawa gelombang saraftersebut ke otak. Kelainan di sepanjang saraf optikus dan percabangannya,maupun kerusakan pada otak bagian belakang (yang mengolah rangsanganvisuil) bisa menyebabkan gangguan penglihatan. Oftalmoskop adalah alat yangmemencarkan seberkas sinar kedalam mata, memungkinkan dokter memeriksaretina atau bagian belakang bola mata melalui pupil. Pemeriksaan oftalmoskopidan penafsiran pemeriksaan hasil pemeriksaan ini merupakan bagian terpenting
20
dari rangkaian pemeriksaan medik yang komprehensif. Dengan prosedur inidapat dilihat gejala-gejala yang dapat menunjukkan adanya retina lepas,glaukoma, tekanan darah tinggi, penyakit diabetes melitus, tumor otak danpenyakit-penyakit lain.
Gambar 2. Ilustrasi penafsiran pemeriksaan oftalmoskopi
Pada pemeriksaan oftalmoskopi/funduskopi terdapat beberapa bagianpenting yang harus diperhatikan antara lain diskus optikus, pembuluh darahretina dan makula.
Inspeksi Diskus OptikusDaerah yang sangat menyolok dari retina adalah diskus saraf optikus.
Diskus tersebut harusnya bulat,dengan batas yang tajam. Batas sisi nasalbiasanya agak buram. Diskus berwarna agak merah muda pada orang berkulitterang dan jingga kekuningan pada orang berkulit gelap. Cup adalah bagiandiskus yang terletak ditengah,warnanya lebih muda, dan dimasuki oleh retina.Rasio normal cup-to-disc bervariasi dari 0,1 sampai 0,5. Pemeriksa harusmengecek kesimetrisan rasio cup-to-disc pada kedua mata.
Inspeksi Pembuluh Darah RetinaPembuluh darah diperiksa karena mereka tampak diatas retina. Ukuran
arteri adalah dua pertiga sampai empat perlima dari ukuran diameter vena danmempunyai refleks cahaya yang mencolok. Refleks cahaya adalah refleksi daricahaya oftalmoskop pada dinding arteri dan normalnya sekitar superempatdiameter kolumna darah. Vena memberikan pulsasi spontan 85 % pasien. Pulsasipaling baik terlihat pada vena retina yang memasuki nervus optikus, dimanapulsasi dapat dilihat pada ujungnya. Karena pembuluh darah berjalan menjauhipapil, mereka tampak menyempit. Persilangan arteri dan vena terjadi pada 2diameter papil dari papil. Dinding pembuluh darah normal tidak terlihat, denganrefleks cahayanya yang tipis. Pada hipertensi, pembuluh darah dapat mempunyai
21
daerah penyempitan atau spasme setempat atau umum, menyebabkan reflekscahaya menjadi menyempit. Berjalan sesuai dengan waktu, dinding pembuluhdarah menebal dan sklerotik, dan terjadi pelebaran refleks cahaya menjadi lebihdari separuh diameter kolumma darah. Refleks cahaya berkembang sebagaigambaran Jingga metalik, yang disebut kawat tembaga. Bila arteri seperti itumenyilang sebuah vena,akan tampak sepertinya kolumna vena terputus akibatpelebaran,tetapi dinding dapat terlihat.keadaan ini disebut sebagai takikarteriovenosa (AV).Ikuti pembuluh darah ke empat arah : superior temporal,superior nasal, inferior nasal, dan inferior temporal. Ingatkan untukmenggerakkan kepala dan oftalmoskop sebagai satu kesatuan.
Inspeksi MakulaJika Oftalmoskop tetap setinggi papil dan digerakkan ke temporal sekitar
2 diameter papil, makula akan terlihat. Makula tampak sebagai daerah avaskulardengan titik pusat refleksi, yaitu foveo. Jika pemeriksa mengalami kesulitandalam melihat makula, pasien dapat diperintahkan untuk melihat langsungkearah cahaya; sehingga foveo dapat terlihat. Filter bebas–merah jugamembantu untuk mengetahui lokasi makula.
Menggambarkan setiap Lesi RetinaDalam skrining fundus, pemeriksa mungkin menemukan kelainan. Jika
terlihat suatu lesi, warna dan bentuknya penting untuk menentukanpenyebabnya. Apakah berwarna merah, hitam, abu-abu atau keputihan/lesimerah biasanya adalah pendarahan. Hal ini paling baik ditentukan lokasinyadengan menggunakan filter hijau dari oftalmoskop. Perdarahan berbentuk linear,atau seperti api, terjadi pada lapisan saraf dari retina, sedangkan perdarahanberbentuk bundar terletak pada lapisan retina yang lebih dalam.
Lesi hitam yang berbentuk seperti spikula tulang, berhubungan denganretinitis pigmentosa. Pada keadaan ini, melanin cenderung untuk melapisipembuluh darah retina. Lesi berbentuk ”donat” sering ditemukan padakorioretinitis yang lama. Lesi berpigmen, meninggi, berbentuk cakrammenandakan melanoma. Bercak yang menyebar pada retina seringkalimerupakan keadaan degeneratif. Lesi abu-abu, rata, biasanya nevi jinak. Lesiputih dapat tampak sebagai daerah lunak, cotton-wool, atau dapat juga padat.Lesi putih sangat lazim dan sering berkaitan dengan hipertensi atau diabetes.Perbedaan dari lesi-lesi putih di retina.
SASARAN BELAJARMahasiswa memilki pengetahuan dan keterampilan mengenai cara pemeriksaanoftalmoskopi/funduskopi
22
SASARAN PEMBELAJARANSetelah melakukan latihan keterampilan ini, mahasiswa :1. Dapat melakukan persiapan alat/bahan dengan benar.2. Dapat memberikan penjelasan pada klien atau keluarganya tentang apa
yang akan dilakukan, alat yang dipakai, bagaimana melakukannya, apamanfaatnya, serta jaminan atas aspek keamananan dan kerahasiaan dataklien.
3. Dapat melakukan pemeriksaan funduskopi/optalmoskopi dengan benar dantepat.
MEDIA DAN ALAT BANTUPenuntun BelajarOptalmoskop
METODE PEMBELAJARANDemonstrasi kompetensi sesuai dengan Penuntun Belajar.
23
PENUNTUN PEMBELAJARANKETERAMPILAN PEMERIKSAAN OPTALMOSKOPI/FUNDUSKOPI
NO LANGKAH / KEGIATAN KASUS1 2 3
1 Jelaskan maksud dan prosedur pemeriksaan2 Persiapkan alat untuk pemeriksaan segmen posterior
bola mata (direct ophthalmoscope). Ruangan dibuatsetengah gelap, penderita diminta melepas kacamatadan pupil dibuat midriasis dengan tetes mata midriatil.
3 Sesuaikanlah lensa oftalmoskop dengan ukuran kacamata penderita.
4 Mata kanan pemeriksa memeriksa mata kananpenderita, mata kiri pemeriksa memeriksa mata kiripenderita.
5 Jika pemeriksaan menggunakan kaca mata, maka kacamata harus dilepas supaya dapat melihat retina denganlebih baik.
6 Lampu oftalmoskop dinyalakan, lubang dipindahkan kelubang kecil. Pemeriksa harus memulai dengan dioptrilensa diatur pada angka “0” jika ia tidak menggunakankaca mata.
7 Mintalah penderita untuk melihat satu titik di belakangpemeriksa.
8 Arahkan ke pupil dari jarak 25-30 cm oftalmoskopuntuk melihat refleks fundus dengan posisi/carapegang yang benar. Cahaya harus menyinari pupil.Pantulan sinar berwarna merah, reflex merah, dapatdilihat pada pupil.
9 Pemeriksaan harus memperhatikan setiap kekeruhanpada kornea atau lensa.
10 Periksa secara seksama dengan perlahan majumendekati penderita kurang lebih 5 cm.
11 Sesuaikan fokus dengan mengatur ukuran lensa padaoftalmoskop.
12 Jika sudah terjadi kontak dengan retina pasien, makaakan terlihat papil saraf optikus atau pembuluh darah,dengan memutar roda diopter dengan jari telunjuk,pemeriksa akan bisa melihat struktur ini dengan focusyang tajam.
13 Amati secara sistematis struktur retina dimulai daripapil N. optik, arteri dan vena retina sentral, area
24
makula, dan retina perifer.14 Pemeriksaan dilakukan pada kedua mata15 Catatlah hasil yang didapat dalam status penderita
ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH: