pemeliharaan dan perbaikan kenaikan suhu pada …

84
LAPORAN TUGAS AKHIR PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA SAMBUNGAN KAWAT PENGHANTAR AAAC DISTRIBUSI 20 KV AKIBAT KENAIKAN BEBAN DI PT PLN (Persero) ULP MEDAN KOTA Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai derajat Ahli Madya (A.Md) Politeknik Negeri Medan Diajukan Oleh: FREDICK MORDEKHAY GINTING NIM: 1605033024 PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI MEDAN 2019

Upload: others

Post on 14-Jan-2022

55 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

LAPORAN TUGAS AKHIR

PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU

PADA SAMBUNGAN KAWAT PENGHANTAR AAAC

DISTRIBUSI 20 KV AKIBAT KENAIKAN BEBAN

DI PT PLN (Persero) ULP MEDAN KOTA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai derajat Ahli Madya (A.Md)

Politeknik Negeri Medan

Diajukan Oleh:

FREDICK MORDEKHAY GINTING

NIM: 1605033024

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI MEDAN

2019

Page 2: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

i

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha yang senantiasa

menyertai dan memampukan Penulis sehingga dapat menyelesaikan Laporan Tugas

Akhir ini dengan judul “Pemeliharaan dan Perbaikan Kenaikan Suhu pada

Sambungan Kawat Penghantar AAAC Distribusi 20 kV Akibat Kenaikan

Beban di PT. PLN (Persero) ULP Medan Kota”.

Laporan tugas akhir ini di tulis bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan

untuk mencapai Gelar Ahli Madya Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan

Teknik Elektro di Politeknik Negeri Medan. Dalam penulisan laporan tugas akhir

ini, penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan, dan dukungan yang berharga

dari berbagai pihak, baik dalam bentuk materi, moral maupun spiritual, sehingga

penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Pada kesempatan ini, penulis

mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Maria Elisabet Br. Sembiring selaku ibu penulis yang tidak pernah lelah

mendoakan dan mendukung penulis dalam bentuk apapun selama masa

perkuliahan penulis

2. Christine Eka Saputri Br. Ginting dan Gabriel Gamaliel Ginting selaku kakak

dan adik dari penulis yang selalu memberikan semangat dan doa kepada

penulis

3. Bapak M. Syahruddin S.T., M.T. selaku Direktur di Politeknik Negeri Medan

4. Bapak Nobert Sitorus S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro

Politeknik Negeri Medan dan selaku Dosen pembimbing yang telah

memberikan pengalaman, arahan dan pengetahuan selama penyusunan laporan

tugas akhir ini

5. Bapak Suparmono S.T., M.T. selaku Kepala Program Studi Teknik Listrik

Politeknik Negeri Medan

6. Bapak Suprianto S.T., M.T. selaku Sekretaris Program Studi Teknik Listrik

Politeknik Negeri Medan

7. Bapak Hasrizal selaku manager di PT. PLN (Persero) ULP Medan Kota

Page 3: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

ii

8. Bapak Andy Yusuf Situmeang selaku supervisor teknik dan pembimbing

lapangan di PT. PLN (Persero) ULP Medan Kota yang telah memberikan

arahan dan pengetahuan selama penyusunan laporan tugas akhir ini

9. Bapak Muhammad Handri selaku pembimbing di PT. PLN (Persero) ULP

Medan Kota yang telah memberikan arahan dan pengetahuan selama

penyusunan laporan tugas akhir ini

10. Seluruh pegawai serta staf PT. PLN (Persero) ULP Medan Kota dan juga

kepada seluruh karyawan PT. RAZZA PRIMA TRAFO di ULP Medan Kota

yang tidak bisa penulis sebut satu persatu, atas kesempatan dan pengalaman

yang diberikan kepada penulis untuk belajar dan memahami tentang distribusi

listrik

11. Ardina Hariska dan Tri Della Sembiring selaku teman seperjuangan selama

Praktik Kerja Lapangan di ULP Medan Kota

12. Teman seperjuangan kelas EL-6E yang memberikan dukungan dan motivasi

terhadap penyelesaian laporan ini

13. Pengurus sektor philadelphia selaku komunitas yang selalu mendukung,

memberikan doa dan motivasi kepada penulis selama penyusunan laporan

tugas akhir ini

14. Fiola Ephata Rezky Sembiring selaku teman terdekat yang selalu mendukung,

mendoakan dan menemani penulis dalam penyusunan laporan tugas akhir ini.

Penulis juga menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih terdapat berbagai

kekurangan, maka dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun supaya laporan tugas akhir ini ini menjadi lebih baik lagi.

Akhir kata semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi penulis

sendiri.

Medan, 10 Agustus 2019

FREDICK MORDEKHAY GINTING

NIM: 1605033024

Page 4: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix

ABSTRAK .............................................................................................................. x

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan masalah ......................................................................................... 3

1.3 Batasan masalah ........................................................................................... 3

1.4 Tujuan tugas akhir ........................................................................................ 4

1.5 Manfaat tugas akhir ...................................................................................... 4

1.6 Metode pengumpulan data ........................................................................... 5

1.7 Sistematika penulisan ................................................................................... 5

BAB 2 LANDASAN TEORI .................................................................................. 7

2.1 Pendahuluan ................................................................................................. 7

2.2 Sistem distribusi tenaga listrik ..................................................................... 8

2.2.1 Pembangkit tenaga listrik ....................................................................... 9

2.2.2 Sistem transmisi (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) ................. 11

2.2.3 Sistem distribusi (Saluran Udara Tegangan Menengah) ...................... 11

2.3 Sistem pendistribusian tenaga listrik .......................................................... 11

2.4 Pengertian jaringan distribusi ..................................................................... 12

2.5 Struktur jaringan distribusi ......................................................................... 13

2.6 Pembagian jaringan distribusi tenaga listrik .............................................. 16

2.7 Kawat penghantar AAAC .......................................................................... 18

2.7.1 Arah pilinan kawat penghantar AAAC ............................................... 19

2.7.2 Konstruksi kawat penghantar AAAC .................................................. 20

2.7.3 Kode pengenal kawat penghantar AAAC ............................................ 21

Page 5: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

iv

2.7.4 Kemampuan daya hantaran kawat penghantar AAAC ........................ 22

2.8 Konektor kawat penghantar AAAC ........................................................... 23

2.8.1 Jenis-jenis konektor kawat penghantar AAAC .................................... 23

2.9 Standar penyambungan kawat penghantar AAAC .................................... 26

2.9.1 Standar kualitas bahan penyambungan kawat penghantar AAAC ...... 26

2.9.2 Sifat-sifat penyambungan pada konektor ............................................. 27

2.10 Pemeliharaan jaringan tegangan menengah ............................................. 28

2.10.1 Jenis-jenis pemeliharaan .................................................................... 29

2.10.2 Jadwal pemeliharaan ......................................................................... 31

2.11.3 Pemeliharaan Penghantar .................................................................. 34

2.12 Tang press hidrolik ................................................................................... 38

2.13 Thermovision ............................................................................................ 39

2.13.1 Pengukuran thermovision .................................................................. 40

2.14 Pemuaian pada logam .............................................................................. 42

2.14.1 Kejut thermal pada material yang rapuh ........................................... 42

2.14.2 Kelelahan logam (Metal Fatigue) ..................................................... 43

2.14.3 Pengaruh suhu pada kelelahan (Fatigue) .......................................... 43

2.14.4 Pemuaian dan patahan pada suhu tinggi ........................................... 44

2.14.5 Sifat logam yang mengalami deformasi plastik ................................ 45

2.14.6 Perubahan struktur selama mulur ...................................................... 45

2.14.7 Pengaruh arus listrik terhadap konduktor ......................................... 45

BAB 3 PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA

SAMBUNGAN KAWAT PENGHANTAR AAAC DISTRIBUSI 20 KV

AKIBAT KENAIKAN BEBAN ............................................................. 49

3.1 Metode pemeliharaan dan perbaikan ......................................................... 49

3.2 Lokasi pemeliharaan dan perbaikan ........................................................... 49

3.3 Peralatan dan bahan pemeliharaan dan perbaikan ..................................... 49

3.4 Teknik pengumpulan data .......................................................................... 50

3.5 Pelaksanaan penelitan ................................................................................ 50

3.6 Flowchart ................................................................................................... 51

3.7 Hasil pengumpulan data ............................................................................. 52

Page 6: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

v

3.7.1 Data beban penyulang LS.01 dan beban trafo daya-3 gardu induk ..... 52

3.7.2 Hasil thermovision pada penghantar HUTM ....................................... 56

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 57

4.1 Perhitungan pembebanan arus tinggi jenis sambungan Parallel Groove dari

penyulang LS.01 ............................................................................................... 57

4.2 Perhitungan pembebanan arus tinggi jenis sambungan H-Type dari

penyulang LS.01 ............................................................................................... 59

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 63

5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 63

5.2 Saran ........................................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 64

LAMPIRAN .......................................................................................................... 65

Page 7: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2. 1 Sifat mekanis dari kawat aluminium campuran untuk hantaran

aluminium campuran (AAAC) ............................................................. 20

Tabel 2. 2 Standar mutu bahan kawat aluminium campuran untuk hantaran

aluminium campuran ............................................................................ 21

Tabel 2. 3 Tabel kode pengenal ............................................................................ 21

Tabel 2. 4 Kemampuan hantaran udara aluminium campuran (AAAC) .............. 22

Tabel 2. 5 Konstruksi penghantar udara campuran aluminium telanjang (AAAC)

.............................................................................................................. 23

Tabel 2. 6 Jenis penghantar pada parallel groove................................................. 24

Tabel 2. 7 Penyambungan penghantar dengan sistem press ................................. 39

Tabel 2. 8 Evaluasi dan rekomendasi thermovision klem dan konduktor............. 42

Tabel 2. 9 Nilai hambatan jenis pada masing-masing logam................................ 46

Tabel 2. 10 Nilai koefisien muai panjang dan titik lebur pada setiap logam ........ 48

Tabel 3. 1 Laporan beban tertinggi penyulang LS.01 bulan april 2019 siang hari

.............................................................................................................. 52

Tabel 3. 2 Laporan beban tertinggi penyulang LS.01 bulan april 2019 malam hari

.............................................................................................................. 53

Tabel 3. 3 Laporan data beban tertinggi trafo daya-3 GIS bulan april 2019 pada

siang hari .............................................................................................. 54

Tabel 3. 4 Laporan data beban tertinggi trafo daya-3 GIS bulan april 2019 pada

malam hari ............................................................................................ 55

Page 8: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2. 1 Sistem distribusi tenaga listrik ........................................................... 8

Gambar 2. 2 Sistem pendistribusian langsung dan tidak langsung ....................... 12

Gambar 2. 3 Gardu induk ...................................................................................... 13

Gambar 2. 4 Jaringan distribusi primer 20 kV ...................................................... 14

Gambar 2. 5 Gardu distribusi jenis tiang .............................................................. 15

Gambar 2. 6 Jaringan distribusi sekunder 220V ................................................... 15

Gambar 2. 7 Lapisan luar lilitan aluminium campuran arah pilinan Z ................. 19

Gambar 2. 8 Lapisan lilitan aluminium campuran arah pilinan S dan Z .............. 19

Gambar 2. 9 Arah pilinan kawat ........................................................................... 19

Gambar 2. 10 Konstruksi Parallel Groove ............................................................ 24

Gambar 2. 11 Kontruksi Konektor H-Type ........................................................... 25

Gambar 2. 12 Konektor jenis alur H ..................................................................... 25

Gambar 2. 13 Konektor Join Sleeve diameter 150mm ......................................... 25

Gambar 2. 14 Konektor Join Sleeve diameter 70mm ........................................... 25

Gambar 2. 15 Paralel dua atau lebih saluran udara ............................................... 35

Gambar 2. 16 Saluran udara yang di pasang sepanjang jalan raya ....................... 35

Gambar 2. 17 Saluran kabel udara melintasi jalan umum yang dilalui kendaraan

bermotor ......................................................................................... 36

Gambar 2. 18 Saluran kabel udara melintasi sungai yang bisa dilayari................ 36

Gambar 2. 19 Saluran kabel udara yang melintasi disebelah jembatan ................ 37

Gambar 2. 20 Saluran kabel udara melintasi sungai yang tidak bisa dilayari....... 37

Gambar 2. 21 Saluran kabel udara melintasi jalur listrik saluran udara ............... 37

Gambar 2. 22 Andongan saluran udara tegangan menengah ................................ 38

Gambar 2. 23 Tang press hidrolik ......................................................................... 38

Gambar 2. 24 Thermovision ................................................................................. 39

Gambar 3. 1 Skema flowchart ............................................................................... 51

Gambar 3. 2 Hasil thermovision pada penghantar HUTM ................................... 56

Gambar 4. 1 Grafik pembebanan arus tinggi pada penyulang LS.01 siang hari

tanggal 28 april 2019 ........................................................................ 58

Page 9: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

viii

Gambar 4. 2 Grafik pembebanan arus tinggi pada penyulang LS.01 malam hari

tanggal 28 april 2019 ........................................................................ 59

Gambar 4. 3 Grafik pembebanan arus tinggi pada penyulang LS.01 siang hari

tanggal 29 april 2019 ........................................................................ 60

Gambar 4. 4 Grafik pembebanan arus tinggi pada penyulang LS.01 malam hari

tanggal 29 april 2019 ........................................................................ 62

Gambar 4. 5 Grafik perbandingan sambungan jenis parallel groove (diagram

batang biru) dan H-type (diagram batang merah) terhadap

pembebanan arus tinggi pada sambungan konektor hantaran dari

penyulang LS.01 .............................................................................. 62

Page 10: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Sambungan yang di lakukan peninjauan konstruksi CC5

Lampiran 2. Kegiatan thermovision pada sambungan HUTM

Lampiran 3. Single line penyulang LS.01

Lampiran 4. Proses perbaikan pada sambungan HUTM

Lampiran 5. Kerusakan yang terjadi pada parallel groove

Lampiran 6. Hasil thermovision pada penghantar HUTM

Page 11: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

x

ABSTRAK

Beban puncak yang terjadi pada penyulang dengan kawat penghantar AAAC

sebagai penghantar pada hantaran udara tegangan menengah sangat berpengaruh

pada penampang dan sambungan pada kawat penghantar yang mengakibatkan

terjadinya kenaikan suhu pada sambungan dan penampang kawat penghantar. Hal

ini dapat diketahui dengan pemeliharaan dan perbaikan melalui kegiatan

pengukuran menggunakan thermovision, sehingga dapat meminimalisir terjadinya

gangguan yang di karenakan sambungan pada kawat penghantar putus ataupun

kawat penghantar itu sendiri. Kenaikan suhu pada sambungan kawat penghantar

diakibatkan oleh hambatan listrik pada sambungan relatif besar, sehingga suhu akan

bertambah besar seiring dengan bertambahnya waktu (𝐼2 × 𝑅 × 𝑡).

Hasil perhitungan yang diperoleh saat beban puncak sebesar 275 ampere diketahui

terjadi kenaikan suhu pada siang hari sebesar 56,6 oC pada fasa R dan mengalami

kenaikan suhu pada malam hari sebesar 72,1 oC, sehingga dilakukan penggantian

sambungan jenis parallel groove menjadi jenis H-type, sehingga terjadi penurunan

suhu menjadi 37,8 oC pada siang hari dan 35,9 oC pada malam hari. Maka kondisi

tersebut dalam keadaan normal.

Kata kunci: thermovision, jenis sambungan hutm

Page 12: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Energi listrik yang merupakan landasan kehidupan modern, juga merupakan

syarat bagi suatu masyarakat / bangsa untuk memperoleh taraf kehidupan yang

tinggi dan juga perkembangan industri yang maju. Dengan meningkatnya

perkembangan ekonomi dan industri, maka tidak dapat disangkal lagi bahwa

kebutuhan akan energi listrik adalah merupakan sesuatu yang penting.

Negara Indonesia yang digolongkan sebagai negara berkembang, dimana

melalui pembangunan yang dilakukan secara bertahap berusaha meningkatkan

tarap kehidupan bangsa. Dengan giatnya pengembangan dan penyerapan

teknologi yang dilaksanakan di Indonesia, maka masyarakat Indonesia

semakin merasakan arti pentingnya energi listrik. Dimana pembangunan

ketenaga listrikan dapat dianggap sebagai kegiatan hulu, yang akan mendorong

bahkan mempercepat proses kegiatan pembangunan sangat memerlukan

tenaga listrik sebagai pendukung kelancaran pelaksanaannya.

Instalasi jaringan distribusi 20 kV dan sistem jaringan yang tepat dan aman

merupakan salah satu aspek dalam penunjang sarana aktivitas manusia agar

tetap berjalan dengan lancar. Perkembangan instalasi penerangan dan tenaga

listrik berkembang sejalan dengan perkembangan sarana dan prasarana seperti

gedung - gedung, industri, komunikasi, serta transportasi. Dengan

perkembangan pembangunan di segala bidang tersebut, menuntut PLN dan

suatu industri agar dapat menyediakan tenaga listrik sesuai dengan kebutuhan

produksi.

Suatu perencanaan instalasi penerangan dan tenaga listrik yang baik harus

memenuhi persyaratan atau peraturan yang ada, misalnya untuk di Indonesia

yaitu Standar Penyambungan Listrik Negara (SPLN). Instalasi listrik dapat

di katakan baik, jika memenuhi beberapa faktor diantaranya adalah keamanan,

keindahan, keandalan, dan ekonomis. Hal ini di maksudkan agar instalasi

jaringan distribusi tenaga listrik ini benar-benar dapat memenuhi keamanan

yang baik bagi manusia maupun peralatan yang ada di sekitarnya.

Page 13: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

2

Meningkatnya pembangunan – pembangunan gedung ini, maka diperlukan

adanya penambahan daya suatu bagian wilayah dan kualitas pada sambungan

sistem tenaga listrik yang sesuai, maka diperlukan uji kualitas sambungan pada

sistem jaringan distribusi agar dapat mempertahankan kualitas/keandalan dari

pelayanan jaringan distribusi kepada konsumen.

Jika dilihat dari kondisi alam dan geografis, Indonesia yang hanya memiliki

dua musim, yaitu musim kemarau dan hujan, maka tidak jarang ditemui

permasalahan yang dihadapi dalam penanganan pada sistem jaringan distribusi

ini. Seperti halnya curah hujan yang tinggi akan mempengaruhi sistem jaringan

distribusi, begitu pula pada peningkatan suhu pada saat musim kemarau yang

mempercepat terjadinya kenaikan suhu pada sambungan kawat AAAC yang

mengakibatkan pemuaian pada kawat AAAC, dikarenakan kemampuan daya

tahan suhu suatu penghantar dan pemakaian beban puncak yang melewati

penghantar tersebut akan mengakibatkan terjadinya gangguan sistem jaringan

distribusi dikarenakan daya hantar yang kurang baik dan longgarnya

sambungan yang terpasang pada sistem jaringan distribusi.

Berdasarkan analisis di atas, penelitian ini akan menganalisa kenaikan suhu

pada sambungan kawat penghantar AAAC distribusi 20 kV akibat kenaikan

beban dengan menggunakan thermovision. Pemuaian pada sambungan kawat

AAAC akan sangat mempengaruhi kemampuan sistem dalam penyaluran

energi listrik. Sehingga memicu terjadi nya gangguan pada jaringan distribusi,

seperti sambungan kawat penghantar akan putus ataupun longgar akibat

pemuaian.

Kegagalan seperti ini tentunya harus di hindari dengan melakukan

pemeliharaan, dan perbaikan terjadinya gangguan, yakni dengan cara

melakukan pengecekan suhu pada titik- titik sambungan kawat penghantar

AAAC pada jaringan distribusi dengan menggunakan alat thermovision. Maka

perlu adanya suatu penanganan yang sesuai dan baik secara berkala. Dengan

di buatnya suatu sistem instalasi yang aman dan handal, maka hal-hal yang

tidak di inginkan tidak akan terjadi.

Page 14: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

3

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang

akan diamati adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh beban puncak pada Hantaran Udara Tegangan

Menengah (HUTM) terhadap sambungan kawat penghantar AAAC

distribusi 20 kV?

2. Apa penyebab kenaikan suhu konektor pada sambungan kawat penghantar

AAAC?

3. Bagaimana kemampuan sambungan H-type dengan parallel groove

terhadap hantar arus AAAC pada distribusi 20kV?

4. Bagaimana pemeliharaan dan perbaikan yang dilakukan terhadap kenaikan

suhu pada sambungan kawat penghantar AAAC?

1.3 Batasan masalah

Untuk membatasi masalah yang akan dibahas dalam tugas akhir ini, maka perlu

dibuat batasan masalah agar pembahasan tidak terlalu luas. Adapun batasan

masalah pada tugas akhir ini, yaitu:

1. Jenis sambungan parallel groove yang ada di penyulang LS.01 di wilayah

kerja PT. PLN (Persero) ULP Medan Kota

2. Pengujian kenaikan suhu dilakukan pada titik sambungan yang mempunyai

suhu paling tinggi yang dapat di tampilkan oleh thermovision pada waktu

beban puncak

3. Membahas jenis kawat penghantar AAAC parallel groove

4. Karakteristik yang diuji pada sambungan kawat penghantar jenis parallel

groove adalah pemuaian dan hambatannya

5. Jenis pemeliharaan dan perbaikan yang dilakukan terhadap kenaikan suhu

pada sambungan kawat penghantar AAAC.

Page 15: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

4

1.4 Tujuan tugas akhir

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan tugas akhir ini adalah:

1. Mengetahui penyebab kenaikan suhu pada sambungan kawat penghantar

AAAC

2. Mengetahui dampak yang timbul dari kegagalan pada sambungan kawat

penghantar AAAC

3. Mengetahui karakteristik fisik sambungan dan kawat penghantar AAAC

4. Mengetahui pemeliharaan dan perbaikan pada sambungan kawat

penghantar AAAC Hantaran Udara Tegangan Menengah (HUTM).

1.5 Manfaat tugas akhir

Adapun manfaat tugas akhir ini adalah:

1. Bagi mahasiswa

a. Untuk memperoleh pengalaman mengenai penerapan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang sesuai dengan bidang yang ditekuni oleh penulis

b. Untuk memperoleh kesempatan dalam menganalisa permasalahan yang

ada dilapangan berdasarkan teori yang diperlukan selama belajar

c. Memperoleh wawasan tentang dunia kerja dan sebagai proses adaptasi

terhadap lingkungan dunia kerja, khususnya di PT. PLN (Persero).

2. Bagi Institusi Pendidikan

a. Menjalin kerja sama antara pihak Politeknik Negeri Medan dengan

perusahaan

b. Sebagai bahan ajar untuk mahasiswa yang akan membahas hal tentang

pemeliharaan dan perbaikan kenaikan suhu pada sambungan kawat

penghantar AAAC akibat kenaikan beban

c. Untuk menghasilkan lulusan berkualitas tinggi.

Page 16: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

5

1.6 Metode pengumpulan data

Adapun metode pengumpulan data yang diterapkan oleh penulis dalam

penyelesaian laporan tugas akhir ini sekaligus di dalam pengambilan data

dengan metode sebagai berikut:

1. Metode literatur

Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari buku-buku,

website dan literatur yang diperoleh dari perpustakaan dan internet.

2. Metode diskusi

Melakukan diskusi kepada dosen pembimbing, staf pegawai

PT. PLN (Persero) ULP Medan Kota dan pembimbing lapangan.

3. Observasi lapangan

Melakukan pengamatan langsung ke lapangan pada subjek yang diteliti

berdasarkan teori yang ada untuk memperoleh data.

1.7 Sistematika penulisan

Untuk mempermudah pemahaman, maka penulis menyusun tugas akhir ini

dalam beberapa bab, yang masing – masing bab mempunyai hubungan saling

terkait dengan bab lain. Bab yang terkandung dalam bab ini adalah sebagai

berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah,

batasan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode

penulisan dan sistematika penulisan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan membahas mengenai teori umum jaringan

distribusi, kawat AAAC kabel, mekanisme perpindahan panas akibat

beban puncak, pemeliharaan dan perbaikan pada sambungan kawat

penghantar AAAC, serta membahas penggunaan alat thermovision.

Page 17: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

6

BAB 3 PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU

PADA SAMBUNGAN KAWAT PENGHANTAR AAAC

DISTRIBUSI 20 KV AKIBAT KENAIKAN BEBAN

Pada bab ini akan membahas mengenai lokasi dilaksanakannya

penelitian peralatan yang dipergunakan pada saat penelitian,

data-data penelitian dan jadwal penelitian.

BAB 4 HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas tentang analisa kenaikan suhu pada

sambungan kawat penghantar AAAC akibat beban puncak serta

terjadinya pemuaian yang mengakibatkan meningkatnya hambatan

listriknya.

BAB 5 PENUTUP

Pada bab ini berisikan beberapa kesimpulan dan saran dari

keseluruhan pembahasan yang telah dilakukan pada tugas akhir ini.

Page 18: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

7

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pendahuluan

Listrik merupakan energi yang sangat penting bagi kehidupan manusia, hal ini

sejalan dengan berkembangnya teknologi peralatan pendukung manusia baik

di bidang industri, rumah tangga, pusat perbelanjaan, sarana pendidikan dan

perkantoran. Permintaan akan pemakaian tenaga listrik dalam kehidupan

manusia menjadi meningkat. Sehingga tenaga listrik harus di salurkan ke

pelanggan secara kontinyu tanpa mengalami pemadaan.

Pada kenyataan, tenaga listrik yang disalurkan tidak selamanya bisa dilakukan

secara kontinyu karena ada permasalahan-permasalahan pada suatu sistem

tenaga listrik yang mengakibatkan pemadaman atau terhentinya suplay tenaga

listrik ke pelanggan. Sehingga merugikan pelanggan dan juga pihak penyedia

tenaga listrik.

Kondisi kerja perlengkapan distribusi seperti isolator, konduktor, trafo maupun

sambungan pada saluran udara sangatlah rawan mengalami gangguan dan

kerusakan yang ditimbulkan oleh arus beban. Arus beban dapat menimbulkan

rugi-rugi dan meningkatkan suhu pada peralatan sistem distribusi, sehingga

menurunkan tingkat effisiensi dan umur dari peralatan yang ada. Selain adanya

arus beban yang mengganggu, kerusakan peralatan distribusi dapat juga

ditimbulkan oleh percikan bunga api (flashover) yang muncul karena adanya

gap antar fasa yang mempengaruhi. Maka diharuskan melakukan pemeliharaan

sistem distribusi yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas dari

penyaluran tenaga listrik serta mencegah atau mengurangi gangguan-gangguan

yang terjadi khususnya pada Jaringan Tegangan Menengah. Sehingga suplay

tenaga listrik ke pelanggan bisa dilakukan secara kontinyu tanpa mengalami

pemadaman

Page 19: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

8

2.2 Sistem distribusi tenaga listrik

Sistem penyaluran tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik ke konsumen

(beban) melalui beberapa tahap, yaitu dari pembangkit tenaga listrik penghasil

energi listrik, disalurankan ke jaringan transmisi Saluran Udara Tegangan

Ekstra Tinggi (SUTET) langsung ke gardu induk. Dari gardu induk tenaga

listrik disalurkan ke jaringan distribusi primer Saluran Udara Tegangan

Menengah (SUTM), dan melalui gardu distribusi langsung ke jaringan

distribusi sekunder Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR), tenaga listrik

dialirkan ke konsumen. Dengan demikian sistem distribusi tenaga listrik

berfungsi membagikan tenaga listrik kepada pihak pemakai melalui jaringan

tegangan rendah (SUTR), sedangkan suatu saluran transmisi berfungsi untuk

menyalurkan tenaga listrik bertegangan ekstra tinggi ke pusat-pusat beban

dalam daya yang besar (melalui jaringan distribusi).

Pada gambar 2.1 dibawah ini dapat dilihat, bahwa tenaga listrik yang dihasilkan

dan dikirimkan ke konsumen melalui Pusat Pembangkit Tenaga Listrik, Gardu

Induk, Saluran Transmisi, Gardu Induk, Saluran Distribusi, dan kemudian ke

beban (konsumen tenaga listrik).

Gambar 2. 1 Sistem distribusi tenaga listrik

Page 20: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

9

2.2.1 Pembangkit tenaga listrik

Pembangkit tenaga listrik adalah suatu alat yang dapat membangkitkan dan

memproduksi tegangan listrik dengan cara mengubah suatu energi

tertentu menjadi energi listrik. Selain itu, pembangkit listrik bisa disebut juga

dengan semua mesin yang mengubah tenaga gerak, cahaya dan minyak bumi

atau benda kimia lainnya menjadi tenaga listrik.

Sumber-sumber energi alam dapat berupa:

a) Bahan bakar yang berasal dari fossil: batubara, minyak bumi, gas alam

b) Bahan galian: uranium, thorium

c) Tenaga air, yang penting adalah tinggi jatuh air dan debitnya

d) Tenaga angin, daerah pantai dan pegunungan

e) Tenaga matahari.

Berdasarkan sumber-sumber energi alam tersebut, pembangkit listrik terbagi

menjadi beberapa jenis, yaitu:

a) Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

Pembangkit listrik tenaga air atau yang lebih akrab disebut dengan PLTA

merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan aliran air untuk

menggerakkan turbin pada generatornya. Air yang dibendung kemudian

dialirkan dan menggerakkan turbin generator sehingga menghasilkan

energi listrik.

b) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

Pembangkit Listrik Tenaga Uap alias PLTU adalah pembangkit listrik

yang memanfaatkan uap hasil pemanasan ketel uap alias boiler untuk

menggerakkan turbin pada generator.

c) Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

Pembangkit Listrik Tenaga Surya atau PLTS adalah pembangkit listrik

yang sering digunakan di skala rumahan. Prinsip kerja dari pembangkit

listrik tenaga surya adalah memanfaatkan panel surya atau solar cell untuk

menyimpan energi listrik dari panas ke dalam baterai. Energi listrik

tersebut dapat digunakan sewaktu-waktu saat dibutuhkan.

Page 21: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

10

d) Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)

Pembangkit Listrik Tenaga Gas atau yang juga dikenal dengan nama

PLTG adalah pembangkit listrik listrik yang memanfaatkan tekanan gas

sebagai penggerak turbin generator. Gas yang berada dalam ruang bakar

akan memiliki tekanan tinggi yang mampu menggerakkan turbin.

Pembangkit listrik jenis ini menggunakan bahan bakar baik cair maupun

gas.

e) Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi atau PLTP adalah pembangkit

listrik yang memanfaatkan panas uap bumi untuk menggerakkan turbin.

Sebenarnya prinsip kerja dari PLTP sama seperti PLTU. Hanya saja, uap

panas yang dihasilkan langsung dari bumi. Jadi PLTP banyak ditemukan

di pegunungan yang dekat dengan kawah berapi.

f) Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)

Pembangkit Listrik Tenaga Diesel atau yang juga biasa disebut dengan

PLTD adalah pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar solar.

Biasanya pembangkit listrik jenis ini hanya digunakan untuk skala

rumahan saja. Putaran pada poros diesel dapat menggerakkan generator

sehingga menghasilkan energi listrik.

g) Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir alias PLTN merupakan pembangkit

listrik yang bahan bakarnya menggunakan reaksi pembelahan inti

urianium dalam reaktor nuklir. Jadi lebih ramah lingkungan dibanding

dengan menggunakan bahan bakar seperti batubara, minyak, gas, dan

lainnya.

Page 22: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

11

2.2.2 Sistem transmisi (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi)

Sistem transmisi berfungsi menyalurkan tenaga listrik dari pusat pembangkit

ke pusat beban melalui saluran transmisi. Saluran transmisi akan mengalami

rugi-rugi tenaga, maka untuk mengatasi hal tersebut tenaga yang akan dikirim

dari pusat pembangkit ke pusat beban harus ditransmisikan dengan tegangan

tinggi maupun tegangan ekstra tinggi.

Saluran Transmisi Tegangan Tinggi PLN kebanyakan mempunyai tegangan

66 kV, 150 kV dan 500 kV. Khusus untuk tegangan 500 kV disebut sebagai

tegangan ekstra tinggi.

2.2.3 Sistem distribusi (Saluran Udara Tegangan Menengah)

Sistem Distribusi berfungsi mendistribusikan tenaga listrik ke konsumen

yang berupa pabrik, industri, perumahan dan sebagainya. Transmisi tenaga

dengan tegangan tinggi maupun ekstra tinggi pada saluran transmisi di ubah

pada gardu induk menjadi tegangan menengah atau tegangan distribusi

primer, yang selanjutnya diturunkan lagi menjadi tegangan untuk konsumen.

Tegangan distribusi primer yang dipakai PLN adalah 20 kV, 12 kV dan

6 kV. Kecenderungan saat ini menunjukkan bahwa tegangan distribusi primer

PLN yang berkembang adalah 20 KV.

2.3 Sistem pendistribusian tenaga listrik

Sistem jaringan tenaga listrik adalah penyaluran energi listrik dari pembangkit

tenaga listrik (power station) hingga sampai kepada konsumen (pemakai) pada

tingkat tegangan yang diperlukan. Sistem tenaga listrik ini terdiri dari unit

pembangkit, unit transmisi dan unit distribusi.

Sistem pendistribusian tenaga listrik dapat dibedakan menjadi dua macam,

yaitu sistem pendistribusian langsung dan sistem pendistribusian tidak

langsung.

a) Sistem Pendistribusian Langsung

Sistem pendistribusian langsung merupakan sistem penyaluran tenaga

listrik yang dilakukan secara langsung dari pusat pembangkit tenaga listrik,

dan tidak melalui jaringan transmisi terlebih dahulu. Sistem pendistribusian

langsung biasanya terletak di daerah pelayanan beban atau dipinggiran kota.

Page 23: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

12

b) Sistem Pendistribusian Tidak Langsung

Sistem pendistribusian tidak langsung merupakan sistem penyaluran tenaga

listrik yang dilakukan jika pusat pembangkit tenaga listrik jauh dari pusat-

pusat beban, sehingga untuk penyaluran tenaga listrik memerlukan jaringan

transmisi sebagai jaringan perantara sebelum dihubungkan dengan jaringan

distribusi yang langsung menyalurkan tenaga listrik ke konsumen.

Gambar 2. 2 Sistem pendistribusian langsung dan tidak langsung

2.4 Pengertian jaringan distribusi

Jaringan distribusi tenaga listrik adalah jaringan tenaga listrik yang mensuplay

kelistrikan kebeban (pelanggan) dengan menggunakan tegangan menengah

20 kV dan tegangan rendah 220-380V atau 231-400V. Jaringan distribusi

dengan tegangan menengah 20 kV disebut jaringan distribusi primer dimana

jaringannya mempergunakan antara lain:

a) Saluran kabel tegangan menengah (SKTM), mempergunakan kabel XLPE

b) Saluran udara tegangan menengah (SUTM), mempergunakan kawat

AAAC, AAC, ACSR, atau twisted cable.

Sumber kelistrikannya diperoleh dari gardu induk atau pusat listrik tenaga

Diesel. Jaringan distribusi dengan tegangan rendah 220/380V atau 231/400V

disebut jaringan distribusi sekunder, dimana jaringannya menggunakan kabel

lilit (twisted cable). Dan sumber kelistrikannya diperoleh dari gardu distribusi

(gardu beton, portal, dan cantol). (Wahyudi, 2011)

Page 24: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

13

2.5 Struktur jaringan distribusi

Sistem distribusi tenaga listrik terdiri dari beberapa bagian, yaitu:

1) Gardu Induk atau Pusat Pembangkit Tenaga Listrik

Pada bagian ini jika sistem pendistribusian tenaga listrik dilakukan secara

langsung, maka bagian pertama dari sistem distribusi tenaga listrik adalah

pusat pembangkit tenaga listrik. Biasanya pusat pembangkit tenaga listrik

terletak di pingiran kota dan pada umumnya berupa Pusat Pembangkit

Tenaga Diesel (PLTD). Untuk menyalurkan tenaga listrik ke pusat-pusat

beban (konsumen) dilakukan dengan jaringan distribusi primer dan jaringan

distribusi sekunder.

Jika sistem pendistribusian tenaga listrik dilakukan secara tidak langsung,

maka bagian pertama dari sistem pendistribusian tenaga listrik adalah Gardu

Induk yang berfungsi menurunkan tegangan dari jaringan transmisi dan

menyalurkan tenaga listrik melalui jaringan distribusi primer.

Gambar 2. 3 Gardu induk

2) Jaringan Distribusi Primer

Jaringan distribusi primer merupakan awal penyaluran tenaga listrik dari

pusat pembangkit tenaga listrik ke konsumen untuk sistem pendistribusian

langsung. Sedangkan untuk sistem pendistribusian tidak langsung

merupakan tahap berikutnya dari jaringan transmisi dalam upaya

menyalurkan tenaga listrik ke konsumen. Jaringan distribusi primer atau

Jaringan Distribusi Tegangan Tinggi (JDTT) memiliki tegangan sistem

sebesar 20 kV.

Page 25: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

14

Untuk wilayah kota tegangan diatas 20 kV tidak diperkenankan, mengingat

pada tegangan 30 kV akan terjadi gejala-gejala korona yang dapat

mengganggu frekuensi radio, TV, telekomunikasi, dan telepon.

Gambar 2. 4 Jaringan distribusi primer 20 kV

Sifat pelayanan sistem distribusi sangat luas dan komplek, karena konsumen

yang harus dilayani mempunyai lokasi dan karaktristik yang berbeda.

Sistem distribusi harus dapat melayani konsumen yang terkonsentrasi di

kota, pinggiran kota dan konsumen di daerah terpencil. Sedangkan dari

karakteristiknya ada konsumen perumahan dan konsumen dunia industri.

Sistem konstruksi saluran distribusi terdiri dari saluran udara dan saluran

bawah tanah. Pemilihan konstruksi tersebut didasarkan pada pertimbangan

sebagai berikut: alasan teknis yaitu berupa persyaratan teknis, alasan

ekonomis, alasan estetika dan alasan pelayanan yaitu kontinuitas pelayanan

sesuai jenis konsumen.

3) Gardu Pembagi/Gardu Distribusi

Berfungsi merubah tegangan listrik dari jaringan distribusi primer menjadi

tegangan terpakai yang digunakan untuk konsumen dan disebut sebagai

jaringan distribusi sekunder. Kapasitas transformator yang digunakan pada

gardu pembagi ini tergantung pada jumlah beban yang akan dilayani dan

luas daerah pelayanan beban. Bisa berupa transformator satu fasa dan bisa

juga berupa transformator tiga fasa.

Page 26: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

15

Gambar 2. 5 Gardu distribusi jenis tiang

4) Jaringan Distribusi Sekunder

Jaringan distribusi sekunder atau Jaringan Distribusi Tegangan Rendah

(JDTR) merupakan jaringan tenaga listrik yang langsung berhubungan

dengan konsumen. Oleh karena itu besarnya tegangan untuk jaringan

distribusi sekunder ini 130/230V dan 130/400V untuk sistem lama, atau

230/400V untuk sistem baru. Tegangan 130V dan 230V merupakan

tegangan antara fasa dengan netral, sedangkan tegangan 400V merupakan

tegangan fasa dengan fasa.

Gambar 2. 6 Jaringan distribusi sekunder 220V

Page 27: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

16

2.6 Pembagian jaringan distribusi tenaga listrik

Sistem jaringan distribusi tenaga listrik dapat dibedakan berdasarkan tegangan,

arus dan sistem penyaluran:

1) Tegangan

Berdasarkan besarnya tegangan listrik, jaringan distribusi tenaga listrik

dapat dibedakan menjadi dua sistem, yaitu: sistem jaringan distribusi primer

dan sistem jaringan distribusi sekunder.

a) Sistem Jaringan Distribusi Primer

Sistem jaringan distribusi primer atau sering disebut Jaringan Distribusi

Tegangan Menengah (JDTM) terletak diantara gardu induk dengan gardu

pembagi, yang memiliki tegangan sistem lebih tinggi dari tegangan

terpakai untuk konsumen. Standar tegangan untuk jaringan distribusi

primer ini adalah 6 kV, 10 kV, dan 20 kV (sesuai standar PLN).

b) Sistem Jaringan Distribusi Sekunder

Sistem jaringan distribusi sekunder atau sering disebut Jaringan

Distribusi Tegangan Rendah (JDTR), merupakan jaringan yang

berfungsi sebagai penyalur energi listrik dari gardu pembagi (gardu

distribusi) ke pusat beban (konsumen tenaga listrik). Besarnya standar

tegangan untuk jaringan distribusi sekunder ini adalah 127/220V pada

sistem lama, dan 220/380V pada sistem baru untuk perumahan, serta

440/550V untuk keperluan industri.

Berdasarkan tegangan pengenalnya, saluran distribusi tenaga listrik dapat

dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: distribusi tegangan menengah dan

distribusi tegangan rendah.

a) Jaringan Tegangan Menengah (JTM)

Merupakan Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) atau Saluran

Udara Tegangan Menegah (SUTM). Sistem Distribusi ini

menghubungkan trafo daya di gardu induk menuju gardu distribusi,

berdasarkan tegangan yang disalurkan adalah 6 kV, 12 kV atau 20 kV.

Page 28: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

17

b) Jaringan Tegangan Rendah (JTR)

Merupakan saluran kabel tegangan rendah yang salurannya biasa berupa

SKTR/SUTR, yang menghubungkan gardu distribusi/trafo distribusi ke

konsumen. Tegangan kerja pada sistem yang dipergunakan adalah

220 volt atau 380 volt.

Berdasarkan letak jaringan distribusi tenaga listrik terhadap posisi gardu

distribusi, dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

a) Jaringan Distribusi Primer (Jaringan Tegangan Menengah)

Jaringan distribusi primer merupakan suatu jaringan yang letaknya

sebelum gardu distribusi dan berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik

bertegangan menengah (sebesar: 6 kV atau 20 kV).

Kawat penghantar dapat berupa kabel dalam tanah atau saluran/kawat

udara yang menghubungkan gardu induk (sekunder trafo) dengan gardu

distribusi atau gardu hubung yang merupakan sisi primer dari trafo

distribusi.

b) Jaringan Distribusi Sekunder (Jaringan Tegangan Rendah)

Jaringan distribusi sekunder berupa jaringan yang letaknya setelah gardu

distribusi, yang berfungsi menyalurkan tenaga listrik bertegangan rendah

sebesar: 220V/380V.

Kawat penghantarnya berupa kabel tanah atau kawat udara yang

menghubungkan dari gardu distribusi yang merupakan sisi sekunder

trafo distribusi ke konsumen/pelanggan atau pemakai seperti: industri

dan atau rumah.

2) Arus

Berdasarkan sumber arus listrik maka sistem jaringan distribusi dapat

dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

a) Jaringan Distribusi AC

Jaringan distribusi arus bolak-balik (AC) paling banyak digunakan.

Penyaluran energi listrik dari gardu induk ke konsumen tegangan

menengah 20 kV menggunakan sistem 3 (tiga) fasa sedangkan

penyaluran energi listrik dari gardu distribusi ke konsumen tegangan

Page 29: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

18

rendah seperti industri menggunakan sistem 3 fasa dengan tegangan 380

V, akan tetapi penyaluran energi listrik ke perumahan menggunakan

sistem 1 fasa yaitu 220 V.

b) Jaringan Distribusi DC

Jaringan distribusi arus searah (DC) jarang digunakan, walaupun ada

untuk daerah tertentu. Penggunaan jaringan DC ini dilakukan dengan

jalan menyearahkan terlebih dahulu arus AC (bolak-balik) ke arus DC

(searah) dengan alat penyearah converter, sedangkan untuk merubah

kembali dari arus bolak-balik ke arus searah digunakan alat inverter. Dari

kedua sistem ini yang banyak digunakan adalah sistem distribusi arus

bolak-balik (AC).

3) Sistem Penyaluran

Berdasarkan sistem penyalurannya, jaringan distribusi dapat dibedakan

menjadi dua macam, yaitu:

a) Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)

Saluran udara tegangan menengah merupakan sistem penyaluran tenaga

listrik melalui kawat penghantar AAAC, AAC, ACSR, atau twisted cable

yang ditompang pada tiang listrik.

b) Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM)

Saluran kabel tegangan menengah merupakan sistem penyaluran tenaga

listrik melalui kabel penghantar XLPE yang ditanamkan di dalam tanah.

2.7 Kawat penghantar AAAC

Spesifikasi ini meliputi hantaran aluminium campuran atau All Aluminium

Alloy Conductor (AAAC), untuk saluran udara tegangan rendah maupun

tegangan menengah, direnggangkan pada isolator-isolator diantara tiang-tiang

yang khusus untuk maksud ini. Hantaran ini terbuat dari kawat-kawat

aluminium campuran yang dipilin, tidak berisolasi dan tidak berinti.

Ukuran ukuran diameter kawat 1,50 mm – 4,50 mm (SPLN 41-8_1981).

Page 30: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

19

Gambar 2. 7 Lapisan luar lilitan aluminium campuran arah pilinan Z

Gambar 2. 8 Lapisan lilitan aluminium campuran arah pilinan S dan Z

2.7.1 Arah pilinan kawat penghantar AAAC

Yang dimaksud dengan arah pilinan kekanan ialah apabila arah kawat-kawat

sama dengan arah bagian tengah huruf Z, jika hantaran tersebut ditegakkan.

Yang dimaksud dengan arah pilinan kekiri ialah apabila arah kawat-kawat

sama dengan arah bagian tengah huruf S, jika hantaran tersebut ditegakkan

(SPLN41-8_1981).

Gambar 2. 9 Arah pilinan kawat

Page 31: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

20

2.7.2 Konstruksi kawat penghantar AAAC

2.7.2.1 Diameter kawat AAAC

Kawat-kawat aluminium yang dipilin untuk membentuk hantaran arus

terdiri dari kawat-kawat yang berdiameter sama dan besarnya tidak boleh

menyimpang dari harga yang di cantumkan dalam tabel 2.1 dibawah ini

(SPLN 41-8_1981).

Berdasarkan kententuan pada kontruksi perancangan kawat AAAC terdapat

beberapa harga yang disesuaikan dari sifat mekanisme kawat alumunium.

Beberapa ukuran diantaranya adalah diameter, toleransi, harga tengah kuat

tarik puncak sebelum dan sesudah pemilinan minimum, pemuluran pada

saat putus sebelum dan sesudah pemilinan minimum. Dapat dilihat pada

tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2. 1 Sifat mekanis dari kawat aluminium campuran untuk hantaran

aluminium campuran (AAAC)

Diameter

dalam

Nominal

(mm)

Toleransi

(mm)

Harga Tengah Kuat

Tarik Puncak

Sebelum Dan

Sesudah Pemilinan

Minimum (kg/mm2)

Pemuluran pada Saat

Putus Sebelum dan

Sesudah Pemilinan

Minimum (%)

1,5 ± 0.025 30 4

1,75 ± 0.025 30 4

2 ± 0.025 30 4

2,25 ± 0.025 30 4

2,5 ± 0.025 30 4

2,75 ± 0.028 30 4

3 ± 0.030 30 4

3,25 ± 0.033 30 4

3,5 ± 0.035 30 4

3,75 ± 0.03 30 4

4 ± 0.040 30 4

4,25 ± 0.043 30 4

4,5 ± 0.045 30 4

Page 32: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

21

2.7.2.2 Bahan kawat penghantar AAAC

Hantaran harus terbuat dari kawat-kawat aluminium yang mempunyai

permukaan rata dan halus serta bebas dari semua cacat. Kawat-kawat

aluminium ini harus memenuhi persyaratan seperti yang dicantumkan dalam

tabel 2.2 dibawah ini (SPLN 41-8_1981).

Maka dari standar SPLN diatas mutu dan bahan untuk membuat konstruksi

dari kawat campuran alumunium sebagai penghantar jaringan distribusi 20

kv dapat tentukan dari jenis sifat ketahanan standar bahan dengan kualitas

yang handal, dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut:

Tabel 2. 2 Standar mutu bahan kawat aluminium campuran untuk hantaran

aluminium campuran

2.7.3 Kode pengenal kawat penghantar AAAC

Tabel 2. 3 Tabel kode pengenal

Contoh: AAAC 50 7/3

Menyatakan suatu hantaran aluminium campuran keras yang dipilin bulat,

tidak berisolasi dan tidak berinti baja. Berluas penampang nominal 50mm2

yang terdiri dari pilinan 7 helai kawat aluminium yang masing-masing

berdiameter nominal 3 mm. (SPLN 41-8_1981)

No. Sifat Syarat

1. Tahanan jenis arus searah pada suhu 20oC

(maksimum) 0.0328 ohm.mm2/m

2. Berat jenis pada suhu 20oC 2.70 kg/dm3

3. Koefisien muai panjang 23 x 10-6/ oC

4.

Koefisen suhu (α) pada suhu 20oC diukur

antara dua titik potensial yang dipasang

secara kaku pada kawat

0.00360 / oC

5.

Kemurnian aluminium campuran

(magnesium/silicon)

magnesium

silicon

minimum 97.28 %

± 0.5%

± 0.5%

Huruf kode Komponen

AAAC Hantaran udara dari aluminium campuran keras yang

dipilin bulat tidak berisolasi dan tidak berinti baja

Page 33: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

22

2.7.4 Kemampuan daya hantaran kawat penghantar AAAC

Berdasarkan kemampuan hantaran arus kawat AAAC dapat ditentukan dari

nilai luas penampang pada kawat AAAC yang dapat dilihat pada tabel 2.4

berikut:

Tabel 2. 4 Kemampuan hantaran udara aluminium campuran (AAAC)

Luas Penampang

Nominal (mm2)

Kemampuan

Hantar Arus

(KHA) (ampere)

16 110

25 145

35 180

50 225

70 270

95 340

120 390

150 455

185 520

240 625

300 710

400 855

500 990

625 1.140

800 1.340

1000 1.540

(Dikutip dari buku pusat pendidikan dan pelatihan PLN B.1.1.3.15.3)

Pada kontruksi penghantar kawat AAAC dengan nilai luas penampang

nominal, luas penampang sebenarnya, jumlah kawat, diameter kawat AAAC,

diameter penghantar nominal kawat AAAC, berat penhantar AAAC dan kuat

tarik putus dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut:

Page 34: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

23

Tabel 2. 5 Konstruksi penghantar udara campuran aluminium telanjang (AAAC)

Luas

Penampang

Nominal

(mm2 )

Luas

Penampang

Sebenarnya

(mm2)

Jumlah

Kawat

Diameter

Kawat

Aluminium

Nominal

(mm)

Diameter

Penghantar

Nominal

(mm)

Berat

Penghantar

Nominal

(kg/km)

Kuat Tarik

Putus

Penghantar

(N)

16 16,84 7 1,75 5,25 46 4,700

25 27,83 7 2,25 6,75 76 7,750

35 34,36 7 2,5 7,5 94 9,600

50 49,48 7 3,0 9,0 135 13,850

50 45 ,70 19 1,75 8,75 126 12,750

70 75,55 19 2,25 11,25 208 21,100

95 93,27 19 2,5 1 2,5 256 26,100

120 112,85 19 2,75 13,75 310 31,550

150 147,11 37 2,25 15,75 406 41,100

185 181,62 37 2,5 17,5 501 50,750

240 242,54 61 2,25 20,25 670 67,750

300 299,43 61 2,5 22,5 827 83,700

400 431,18 61 3,0 27,0 1195 120,550

500 506,04 61 3,25 29,25 1402 141,400

630 643,24 91 3,0 33,0 1782 179,750

800 754,91 91 3,25 35,75 2092 211,000

1,000 1005,06 91 3,75 41,25 2785 280,85

2.8 Konektor kawat penghantar AAAC

Konektor alur parallel adalah konektor yang mempunyai alur–alur parallel

yang berfungsi memudahkan dan memantapkan dalam penyambungan atau

percabangan penghantar telanjang sehingga instalasi dapat bekerja sesuai

dengan tujuan.

2.8.1 Jenis-jenis konektor kawat penghantar AAAC

Berdasarkan jenis konektor dapat diklarifikasikan dengan cara penekanan

pada badan konektor tersebut sebagai berikut:

1) Konektor Parallel Groove

Konektor parallel groove adalah jenis konektor dengan penekanan badan

konektor yang mempergunakan mur dan baut.

Page 35: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

24

Konektor Parallel groove dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran luas

penampang dengan luas rongga pada jenis konektor berdasarkan nominal

penghantarnya sebagai berikut:

Tabel 2. 6 Jenis penghantar pada parallel groove

Gambar 2. 10 Konstruksi Parallel Groove

Sumber dari SPLN 101_ 1992

2) Konektor Sistem Tang Press Hidrolik

a) Konektor H-Type

Konektor H-Type adalah jenis konektor dengan cara pemasangan

melakukan penekanan pada badan konektor dengan mempergunakan

peralatan tang press hidrolik (mesin press).

No.

Jenis Penghantar yang di Sambung Jumlah

baut min

(buah) AL – AL (mm) AL – Cu (mm) Cu – Cu (mm)

1. 10 - 35 / 10 – 35 10 - 35 / 6 - 25 1

2. 35 - 70 / 35 – 70 35 - 70 / 16 - 50 25 - 50 / 25 – 50 2

3. 70 - 150 / 35 – 70 2

4. 70 - 150 / 70 – 150 70 - 150 / 70 - 150 2

5. 150 - 250 / 150 – 240 150 - 240 / 150 - 240 3

Page 36: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

25

Gambar 2. 11 Kontruksi Konektor H-Type

Gambar 2. 12 Konektor jenis alur H

Sumber dari SPLN 101_ 1992

b) Konektor Join Sleeve

Join sleeve adalah konektor yang berupa selonsong dan padanya

ujung – ujung kawat dimasukkan kemudian dipress dengan alat press.

Gambar 2. 13 Konektor Join Sleeve diameter 150mm

Gambar 2. 14 Konektor Join Sleeve diameter 70mm

Page 37: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

26

2.9 Standar penyambungan kawat penghantar AAAC

Dalam sistem kerja penyambungan sebuah kawat penghantar, terdapat

beberapa standar umum penyambungan, yaitu:

1) Konstruksi konektor harus di buat sedemikian rupa sehingga mutu kontak

antara penghantar yang di sambung harus tetap dapat di pertahankan

dengan baik selama dalam penggunaanya.

2) Konektor yang dalam penggunaanya untuk menyambung menyadap

penghantar tembaga ke tembaga, badan tembaga harus terbuat dari

tembaga.

3) Konektor yang dalam pengunaannya untuk menyambung/menyadap

penghantar aluminium - aluminium atau aluminium ke tembaga badan

konektor harus terbuat dari almunium campuran. Alur konektor harus

terisi minyak gemuk, sehinga dapat melindungi bagian kontak dengan

penghantar dari pengaruh yang dapat menimbulkan korosi. Alur yang di

pergunakan penghantar tembaga dapat berlapiskan tembaga yang menyatu

dengan badan konektor, sehingga lapisan tembaga dan badan konektor dari

aluminium campuran tidak terpengaruh oleh masuknya air atau uap air.

4) Konektor jenis mur-baut, baut penekan konektor harus di lengkapi kepala

baut dobel atau topi baut atau topi mur.

5) Bentuk dan model di tentukan oleh pabrik pembuat dengan

memperhatikan ketentuan yang berlaku serta memenuhi persyaratan

standar ini.

2.9.1 Standar kualitas bahan penyambungan kawat penghantar AAAC

Dalam sistem penyambungan sebuah kawat penghantar, terdapat beberapa

standar kualitas bahan penyambungan, yaitu:

1) Badan konektor

Badan konektor yang terbuat dari bahan aluminium campuran dengan

kadar aluminium 97,28%, silikom 0,2 - 0,6% dan magnesium 0,45 - 0,9%

untuk bagian kontak atau badan konektor yang terbuat dari tembaga, kadar

tembaga minimum 99,9%.

Page 38: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

27

2) Minyak gemuk

Minyak gemuk harus terbuat dari bahan berkarakteristik sebagai berikut:

a) Tidak bereaksi dengan aluminium dan seng

b) Tidak leleh (droping point) tidak kurang dari 100 o C

c) Kestabilannya tidak berubah oleh pengaruh udara dan tidak teroksidasi.

d) Jika gemuk mengandung bahan yang mudah menguap, penguapannya

tidak menyebabkan terjadinya retak pada lapisan permukaan logam

pelindung (protective film)

e) Pada uji daur panas, berkurangnya berat contoh uji tidak boleh lebih

dari 5%

f) Kelekatan (daya lekat) lapisan gemuk harus baik, sehingga permukaan

aluminium tidak kusam atau buram di bagian penekan

g) Bagian penekan yang terbuat dari baja atau besi harus di lapisi bahan

anti karat.

2.9.2 Sifat-sifat penyambungan pada konektor

Dalam sistem kerja penyambungan sebuah kawat penghantar, terdapat

beberapa sifat-sfat penyambungan pada konektor, yaitu:

1) Sifat Tampak

Bagian–bagian konektor harus tidak berkarat dan tidak cacat, seperti

permukaan tidak retak dan cacat lain yang mempengaruhi fungsi konektor

dalam pemakaiannya. pada konektor harus terbaca jelas tanda tanda

pengenal atau penandaan sesuai dengan persyaratan ayat 13 pada standar

ini. Penandaan harus huruf timbul (embossing) untuk jenis konektor yang

di buat dengan cara pengecoran, dan cetak tempa untuk yang di buat

dengan cara ekstrusi.

2) Sifat Mekanik

Mur dan baut harus mudah di pasang atau di lepas dengan tangan sebelum

di kencangkan. Baut harus cukup panjang agar pada waktu pemasangan

baian atas dan bawah konektor tidak terlepas satu dengan yang lainnya

sehingga penghantar dapat masuk dengan normal (dari samping).

Page 39: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

28

Kepala baut dobel atau topi baut/mur konektor jenis mur-baut harus patah

pada kekencangan sesuai tabel. Dengan toleransi + 10%. Daya jepit

konektor terhadap penghantar pada kekencangan tidak boleh kurang dari

35% beban putus perhitungan penghantar terpasang.

3) Sifat Listrik

Konduktans konduktor sekurang-kurangnya sama dengan konduktan

penghantar. Konektor pada uji daur panas harus memenuhi persyaratan.

4) Penandaan

Pada konektor harus dilengkapi penandaan sebagai berikut:

a) Merek perniagaan/logo pabrik pembuat

b) Tipe/nomor catalog pabrik pembuat

c) Ukuran nominal dan jenis penghantar yang akan disambunkan , baik

untuk saluran utama maupun saluran cabang

d) Telah uji PLN, LMK., SPLN ( dikutip dari SPLN 101_1992 )

2.10 Pemeliharaan jaringan tegangan menengah

Pemeliharaan yaitu suatu kegiatan yang meliputi pekerjaan pemeriksaan,

pencegahan, perbaikan dan penggantian peralatan pada sistem distribusi yang

dilakukan secara terjadwal (schedule) ataupun tanpa jadwal.

Pemeliharaan dilakukan untuk meningkatkan mutu dan keandalam pada

sistem distribusi dlam rangka mengurangi kerusakan peralatan yang sifatnya

mendadak, menurunkan biaya pemeliharaan dan mendapatkan simpati serta

kepuasan pelanggan dalam pelayanan tenaga listrik.

Untuk melaksanakan pemeliharaan yang baik perlu diperhatikan hal-hal

sebagai berikut:

a) Sistem distribusi harus direncanakan dengan baik dan benar, memakai

bahan/peralatan yang berkualitas baik sesuai dengan standar yang berlaku

b) Sistem distribusi yang baru dibangun harus diperiksa secara teliti, apabila

terdapat kerusakan kecil segera diperbaiki pada saat itu juga

c) Staff/petugas dan pemeliharaan harus terlatih baik dengan jumlah petugas

cukup memadai

Page 40: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

29

d) Mempunyai peralatan kerja yang baik dengan jumlah cukup memadai

untuk pemeliharan dalam keadaan tidak bertegangan maupun

pemeliharaan dalam keadaan bertegangan

e) Mempunyai buku/brosur peralatan dari pabrik pembuat dan dipelihara

untuk bahan pada pekerjaan pemeliharaan berikutnya

f) Jadwal yang telah dibuat sebaiknya dibahas ulang untuk melihat

kemungkinan penyempurnaan dalam pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan

g) Harus diamati tindakan pengaman dalam pelaksanaan pemeliharaan,

gunakan peralatan keselamatan kerja yang baik dan benar.

2.10.1 Jenis-jenis pemeliharaan

Pada dasarnya pemeliharaan terbagi menjadi tiga bagian yaitu:

1) Pemeliharaan Rutin

Disebut juga dengan pemeliharaan preventif, yaitu pemeliharaan untuk

mencegah terjadinya kerusakan peralatan yang lebih parah dan untuk

mempertahankan unjuk kerja jaringan agar tetap beroperasi dengan

keandalan dan efisiensi yang tinggi. Kegiatan pemeliharaan rutin

meliputi kegiatan:

a) Pemeriksaan/inspeksi rutin

b) Pemeliharaan rutin

c) Pemeriksaan prediktif

d) Perbaikan/penggantian peralatan

e) Perubahan/penyempurnaan jaringan

Contoh pemeliharaan rutin antara lain:

a) Inspeksi jaringan SUTM: memeriksa dan melaporkan keadaan tiang,

bracket, cross arm, pentanahan, penghantar ,konektor, isolator, fuse

cut out, arrester, PT-LBS/PTS dll

b) Inspeksi gardu Distribusi: memeriksa dan melaporkan keadaan

inspeksi gardu distribusi; Sipil, Ruang gardu, kubikel, Trfao, Panel

TR, Terminal, Sepatu Kabel dll

c) mInspeksi jaringan SUTR: memeriksa dan melaporkan keadaan tiang,

hantaran, terminal out door, konektor hantaran, dll

Page 41: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

30

d) Pemeriksaan instalasi dengan infrared/thermovision

e) Pengukuran beban pada trafo distribusi

f) Pengukuran beban jurusan pada PHB TR gardu distribusi.

g) Pengukuran tegangan ujung pada JTR.

2) Pemeliharaan Korektif

Pemeliharaan korektif adalah pekerjaan pemeliharaan dengan maksud

untuk memperbaiki kerusakan yaitu suatu usaha untuk memperbaiki

kerusakan hingga kembali kepada kondisi atau kapasitas semula dan

perbaikan untuk penyempurnaan yaitu, suatu usaha untuk meningkatkan

atau penyempurnaan jaringan dengan cara mengganti atau mengubah

jaringan agar dicapai daya guna atau keandalan yang lebih baik dengan

tidak mengubah kapasitas semula.

Contoh perbaikan kerusakan:

a) Penggantian jointing yang meledak

b) Perbaikan JTM andongannya rendah

c) Penggantian bushing Trafo Distribusi yang pecah

Contoh perbaikan untuk penyempurnaan:

a) Rehabilitasi gardu distribusi

b) Rehabilitasi JTM

c) Rehabilitasi JTR

3) Pemeliharaan Darurat

Pemeliharaan ini sifatnya mendadak, tidak terencana ini akibat gangguan

atau kerusakan atau hal-hal lain di luar kemampuan kita sehingga perlu

dilakukan pemeriksaan atau pengecekan perbaikan maupun penggantian

peralatan, tetapi masih dalam kurun waktu pemeliharaan.

Contoh pemeliharaan darurat:

a) Perbaikan/penggantian JTR yg rusak akibat kebakaran

b) Perbaikan/penggantian instalasi gardu yang rusak akibat banjir

c) Perbaikan/penggantian gardu dan jaringan yang rusak akibat huru-

hara

Page 42: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

31

2.10.2 Jadwal pemeliharaan

Dalam pelaksanaan pemeliharaan perlu direncanakan dengan baik

berdasarkan hasil pengamatan dan catatan serta pengalaman dari

pemeliharaan terdahulu, sehingga akan mendapatkan hasil yang baik, untuk

itu perlu dibuat jadwal pemeliharaan.

Jadwal pemeliharaan dapat dibuat dengan kurun waktu yang berbeda sesuai

dengan kebutuhan dan umur dari peralatan yang akan dipelihara yaitu

sebagai berikut:

1) Pemeliharaan tri wulanan

Pemeliharaan tri wulanan atau 3 bulanan adalah suatu kegiatan

dilapangan yang dilaksanakan dalam tiga bulan dengan maksud untuk

mengadakan pemeriksaan kondisi system. Dengan harapan

langkah-langkah yang perlu dilaksanakan perbaikan system peralatan

yang terganggu dapat ditentukan lebih awal.

Bila ada keterbatasan dalam masalah data pemeliharaan, program

pemeliharaan triwulan dapat dibagi untuk memelihara bagian-bagian

jaringan distribusi yang rawan gangguan, diantaranya adalah saluran

telanjang atau tidak berisolasi. Dimana saluran udara semacam ini

diperkirakan paling rawan terhadap gangguan external misalnya pohon-

pohon, benang layang-layang, dll.

Kegiatan yang perlu dilakukan dalam program triwulanan adalah:

a) Mengadakan inspeksi terhadap saluran udara harus mempunyai jarak

aman yang sesuai dengan yang di ijinkan (2 m)

b) Mengadakan evaluasi terhadap hasil inspeksi yang telah dilaksanakan

dan segera mengadakan tindak lanjut.

Page 43: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

32

2) Pemeliharaan semesteran

Pemeliharaan semesteran atau enam bulanan adalah suatu kegiatan yang

dilakukan dilapangan dengan maksud untuk mengetahui sendiri

kemungkin keadaan beban jaringan dan tegangan pada ujung jaringan

suatu penyulang TR (tegangan rendah). Dimana besarnya regulasi

tegangan yang diijinkan oleh PLN pada saat ini adalah +5% untuk sisi

pengirim dan –10% untuk sisi penerima. Perbandingan beban untuk

setiap fasanya pada setiap penyulang TR tidak kurang dari 90%; 100%

dan 110%. Hal ini untuk menjaga adanya kemencengan tegangan yang

terlalu besar pada saat terjadi gangguan putus nya kawat netral (nol) di

jaringan TR.

Kegiatan yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan ini adalah:

a) Melakukan pengukuran (timbang) beban

b) Melaksanakan pengukuran tegangan ujung jaringan

c) Mengadakan evaluasi hasil pengukuran dan menindak lanjuti.

3) Pemeliharaan tahunan

Pemeliharaan tahunan merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan

untuk mengadakan pemeriksaan dan perbaikan sistem peralatan.

Kegiatan pemeliharaan tahunan biasanya dilaksanakan menurut tingkat

prioritas tertentu. Pekerjaan perbaikan system peralatan yang sifatnya

dapat menunjang operasi secara langsung atau pekerjaan-pekerjaan yang

dapat mengurangi adanya gangguan operasi system perlu mendapat

prioritas yang lebih tinggi.

Pada prakteknya pemeliharaan tahunan dapat dilaksanakan dalam dua

keadaan yaitu:

a) Pemeliharaan tahunan keadaan bertegangan

b) Pemeliharaan tahunan keadaan bebas tegangan.

Page 44: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

33

Pemeliharaan tahunan keadaan bertegangan.

Pekerjaan-pekerjaan yang perlu dilakukan untuk pemeliharaan tahunan

keadaan bertegangan adalah mengadakan pemeriksaan secara visual

(inspeksi) dengan maksud untuk menemukan hal-hal atau kelainan-

kelainan yang dikawatirkan/dicurigai dapat menyebabkan gangguan

pada operasi system, sebelum periode pemeliharaan tahunan berikutnya

terselenggara.

Pemeliharaan semacam ini pada pelaksanaanya meng-gunakan chek list

untuk memudahkan para petugas memeriksa dan mendata hal-hal perlu

diperhatikan dan dinilai.

Pemeliharaan Tahunan Keadaan Bebas Tegangan.

Pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan tahunan pada keadaan bebas tegangan

adalah pekerjaan-pekerjaan yang meliputi:

a) Pemeriksaan

b) Pembersihan

c) Pengetesan

d) Penggantian material bantu: fuse link, sekring.

Adapun bagian-bagian system yang perlu dilakukan pemeliharaan

tahunan secara periodik diantaranya adalah:

e) JTM dan peralatanya

f) Gardu distribusi

g) JTR dan peralatannya (bila ada)

h) Sambungan rumah dan APP.

4) Pemeliharaan 3 tahunan

Pemeliharaan tiga tahunan merupakan program pemeliharaan sebagai

tindak lanjut dari kegiatan pemeliharaan tahunan yang telah

diselenggarakan. Kegiatan pemeliharaan tiga tahunan dilaksanakan

dalam keadaan bebas tegangan dimana sifat pemeliharaannya baik teliti

dan penyaluran, biasa sampai tahap bongkar pasang (over houl).

Page 45: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

34

2.11.3 Pemeliharaan Penghantar

Sebagai alat penyalur tenaga listrik, penghantar, baik kawat ataupun kabel

harus terpasang dengan baik, yaitu tidak menyebabkan kerugian listrik yang

besar, serta aman terhadap peralatan dan orang dari bahaya akibat listrik

(tegangan menengah).

Oleh karena itu, hal-hal yang perlu mendapat perhatian pada saat

pelaksanaan pemeliharaan penghantar adalah:

a) Jarak aman

b) Andongan kawat/lendutan

c) Kondisi fisik

d) Jumper/joint.

Sedangkan pekerjaan yang dilakukan untuk pemeliharaan penghantar antara

lain:

a) Penggantian penghantar

b) Perbaikan kondisi / pemasangan penghantar

c) Penggantian sambungan penghantar.

2.11.3.1 Jarak Aman

Jarak aman adalah jarak minimal yang diperoleh antara bagian peralatan

listrik yang bertegangan (kawat, pemisah, rel dan sebagainya) dengan

benda disekitarnya.

Contoh – contoh jarak aman pada saluran listrik:

Page 46: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

35

Keterangan : E = 2 meter A = SUTM B = SUTR

Gambar 2. 15 Paralel dua atau lebih saluran udara

Gambar 2. 16 Saluran udara yang di pasang sepanjang jalan raya

6 M

JALAN RAYA

Page 47: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

36

Gambar 2. 17 Saluran kabel udara melintasi jalan umum yang dilalui kendaraan

bermotor

Gambar 2. 18 Saluran kabel udara melintasi sungai yang bisa dilayari

Page 48: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

37

Gambar 2. 19 Saluran kabel udara yang melintasi disebelah jembatan

Gambar 2. 20 Saluran kabel udara melintasi sungai yang tidak bisa dilayari

Gambar 2. 21 Saluran kabel udara melintasi jalur listrik saluran udara

Page 49: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

38

2.12.3.2 Andongan

Andongan ialah jarak antara posisi terendah dari penghantar yang

direntangkan dengan posisi dimana penghantar tersebut ditumpung atau

disangga atau digantung oleh tiang.

Gambar 2. 22 Andongan saluran udara tegangan menengah

2.12 Tang press hidrolik

Gambar 2. 23 Tang press hidrolik

Tang jenis ini sering digunakan dalam bidang kelistrikan. Secara fungsional

tang jenis ini sama dengan tang press skun. Akan tetapi dalam penggunaanya

berbeda bila tang skun hidrolik ini khusus untuk memasang skun kabel yang

besar saja seperti pada panel tegangan tinggi. Cara penggunaannya adalah di

pompa dalam proses skunya.

50 m

4,0 m 7,0 m 7,0 m

Page 50: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

39

Tabel 2. 7 Penyambungan penghantar dengan sistem press

2.13 Thermovision

Kegiatan pengamatan komponen dari gardu induk ialah dengan

menggunakan alat bantu kamera thermal/kamera thermovision. Tujuan dari

kegiatan ini adalah menemukan hot-spot/titik panas yang mengindikasikan

adanya gangguan pada peralatan.

Gambar 2. 24 Thermovision

Tension Compression

Conductor

Cross

Section

(mm)

Conductor

Diameter

(mm)

ALL-ALUMINIUM ALMELEC

seleve Length Overail

Dia after

Drawing

D

(mm)

Sleve length Overail

Dia after

Drawing

D

(mm)

Before

Drawing

I

(mm)

After

Drawing

L

(mm)

Before

Drawing

I

(mm)

After

Drawing

L

(mm)

22 6 150 240 11 200 350 11

27,8 6,75 155 260 12 220 390 12

34,4 7,5 160 270 14 260 450 14

43,1 8,4 170 290 14 260 450 16

54,5 9,45 190 320 14 280 480 18

69,3 10,65 190 320 16 300 500 20

75,5 11,25 195 320 18 300 500 20

93,3 12,25 210 320 19 325 570 22

117 14 230 370 21 360 630 25

148,1 15,75 280 450 24 400 680 29

228 525 730 34,5

288 260 780 38,1

475 1.24 1.94 45

604 1.87 2.28 56

Page 51: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

40

Jenis sambungan yang dipantau dengan thermovision thermal image camera

adalah jenis sambungan yang menggunakan parallel groove yang ada di

jaringan distribusi.

Hal yang penting diperhatikan dalam pelaksanaan thermovisi sebagai berikut:

1) Setting koefisien emisivitas material

2) Setting range/interval suhu pengamatan

3) Pencatatan parameter-parameter pengukuran sebagai berikut:

a) Tanggal pelaksanaan menggunakan thermovision

b) Jarak pengamatan

c) Suhu ambient

d) Waktu pelaksanaan menggunkan thermovision

e) Relative humidity (%). (Buku pedoman PT. PLN, 2014)

Konsistensi pelaksanaan thermovision sangat penting untuk mendukung hasil

asesmen yang baik, terutama pada saat membandingkan hasil pengukuran

yang dilaksanakan pada periode pengukuran yang berbeda. Oleh karena itu,

hal-hal yang perlu diingat selama pelaksanaan thermovision adalah sebagai

berikut:

1) Pastikan setting emisivitas benar

2) Konsistensi pelaksanaan pengukuran:

a) Frame, jarak/posisi pengambilan gambar, dan range suhu harus sama

pada periode pengambilan gambar yang berbeda

b) Pukul 18.00 - 19.00

c) Cuaca cerah (tidak mendung/hujan). (Buku pedoman PT. PLN, 2014).

2.13.1 Pengukuran thermovision

Terdapat dua macam pelaksanaan thermovision dengan masing-masing

standar pedoman yang dipakai:

1) Pemeriksaan pada Terminal Utama

Dilakukan dengan melihat perbedaan/selisih suhu pada dua titik lengan

komponen/material yang berbeda, yaitu:

a) Selisih suhu antara klem dan konduktor

b) Selisih suhu antara klem dan terminal utama.

Page 52: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

41

Berdasarkan manual dari pabrikan kamera thermovision merk FLIR,

disebutkan bahwa terdapat 3 macam kondisi, yaitu:

a) Kondisi I : Δt ≤ 5 0C (9 oF)

b) Kondisi II : 5oC < Δt ≤ 30 oC (9oF < Δt ≤ 54 oF)

c) Kondisi III : Δt > 30 oC (54 oF)

2) Pemeriksaan pada Interrupter Chamber

Dilakukan dengan membandingkan suhu Interrupter chamber antar

phasa dengan phasa lainya. Berdasarkan standar dari International

Electrical Testing Association (NETA) Maintenace Testing Spesification

(NETA MTS-1997) terdapat dua macam ΔT yang dapat dipakai sebagai

acuan, yaitu:

a) ΔT1: merupakan perbedaan/selisih suhu antar fasa dengan fasa lainya.

- Kondisi I : 1 oC < Δt ≤ 3oC

- Kondisi II : 4oC < Δt ≤ 15 oC

- Kondisi III : Δt > 16 oC

b) ΔT2: merupakan perbedaan/selisih suhu diatas suhu lingkungan (over

ambient temperature).

- Kondisi I : 1 oC < Δt ≤ 3oC

- Kondisi II : 11oC < Δt ≤ 20 oC

- Kondisi III : 22oC < Δt ≤ 40 oC (Sasmita dan Nugroho, 2014).

Perhitungan Δt dapat dilakukan dengan persamaan berikut ini:

∆𝑇𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 = (𝐼𝑚𝑎𝑥

𝐼𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛)2 𝑥 ∆𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙 ............................................... (2.1)

Dimana:

∆𝑇𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 = Selisih suhu saat beban tertinggi

Imax = beban tertinggi yang pernah dicapai dalam satu bulan

pengukuran

Ibeban = beban saat pengukuran

∆𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙 = selisih suhu awal konduktor dan klem

Page 53: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

42

Kriteria hasil dari rekomendasi standar PLN mengenai suhu pada

peralatan gardu induk ialah sebagai berikut:

Tabel 2. 8 Evaluasi dan rekomendasi thermovision klem dan konduktor

No. ΔTakhir Rekomendasi

1. < 10 oC Kondisi normal , pengukuran berikutnya dilakukan

sesuai jadwal

2. 10 oC - 25 oC Perlu dilakukan pengukuran satu bulan lagi

3. 25 oC - 40 oC Perlu direncanakan perbaikan

4. 40 oC - 70 oC Perlu dilakukan perbaikan segera

5. > 70 oC Kondisi darurat

(Buku Pedoman Trafo Tenaga PT. PLN, 2009)

2.14 Pemuaian pada logam

Ukuran material akan mengalami perubahan saat mengalami perubahan

temperatur pada keadaan tekanan konstan. Tekanan dianggap tidak

berpengaruh pada pemuaian material padat (solid) dan hanya berpengaruh

untuk material gas dan cair. Besar perubahan ukuran yang terjadi pada saat

pemuaian berbeda-beda untuk setiap material. Besar perubahan ini

dipengaruhi nilai koefisien muai termal masing-masing material dapat dilihat

pada tabel 2.10

2.14.1 Kejut thermal pada material yang rapuh

Untuk material logam dan polimer yang mudah berubah bentuk,

pengurangan tegangan yang disebabkan oleh termal dapat dilakukan oleh

sifat deformasi plastiknya. Sedangkan untuk bahan yang bersifat rapuh

(nonductility) yang kebanyakan berupa keramik dapat mempertinggi

kemungkinan patahan yang terlihat rapuh akibat dari adanya tegangan.

Pedinginan secara cepat pada sebuah bahan rapuh memiliki kemungkinan

lebih besar dalam menyebabkan kejut termal dibandingkan dengan

pemanasan secara cepat.

Page 54: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

43

2.14.2 Kelelahan logam (Metal Fatigue)

Logam yang dikenai tegangan berulang akan mengalami kerusakan pada

tegangan yang jauh lebih rendah dibandingkan yang dibutuhkan untuk

menimbulkan perpatahan pada penerapan beban tunggal. Kegagalan yang

terjadi pada keadaan beban dinamik dinamakan kegagalan lelah (fatigue

failures), disebut demikian karena pada umumnya kegagalan tersebut hanya

terjadi setelah periode pemakaian yang cukup lama.

Kegagalan lelah terjadi tanpa petunjuk awal. Kelelahan menyebabkan patah

yang terlihat rapuh, tanpa perubahan bentuk pada patahan tersebut. Suatu

kegagalan biasanya terjadi pada bagian dimana terdapat konsentrasi

tegangan, seperti sudut yang tajam, atau pada tempat dimana terdapat

tegangan metalurgis seperti inklusi.

Tiga faktor dasar yang menyebabkan terjadinya kegagalan lelah adalah:

a) Tegangan tarik maksimum yang cukup tinggi

b) Fluktuasi tegangan yang cukup besar

c) Siklus penerapan tegangan cukup besar.

Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi kegagalan ini yakni: konsentrasi

tegangan, korosi, suhu, kelebihan bahan, struktur metalurgis,

tegangan-tegangan sisa dan tegangan kombinasi.

2.14.3 Pengaruh suhu pada kelelahan (Fatigue)

Uji lelah logam pada suhu di bawah suhu kamar menunjukkan bahwa

kekuatan lelah bertambah besar apabila suhu turun. Walaupun sifat-sifat

lelah baja menjadi lebih peka pada suhu-suhu yang rendah, tetapi tidak

terdapat fakta yang menunjukkan adanya perubahan mendadak dari

sifat-sifat lelah pada suhu-suhu di bawah suhu transisi dari tidak rapuh

menjadi rapuh. Kekuatan lelah memperlihatkan pertambahan yang lebih

besar dibandingkan dengan kekuatan tarik dengan turunnya suhu.

Pada umumnya, semakin tinggi kekuatan mulur bahan, semakin tinggi juga

kekuatan lelah pada suhu tinggi. Akan tetapi, perlakuan-perlakuan metalurgi

yang menghasilkan sifat lelah suhu tinggi yang terbaik, tidak harus

menghasilkan sifat- sifat mulur dari tegangan patah yang terbaik.

Page 55: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

44

2.14.4 Pemuaian dan patahan pada suhu tinggi

Suatu karakteristik penting dari kekuatan pada suhu tinggi adalah keharusan

untuk menyatakan kekuatan tersebut terhadap skala waktu tertentu. Untuk

keperluan praktis, dianggap bahwa sifat-sifat tarik sebagian besar logam

teknik pada suhu kamar tidak tergantung terhadap waktu. Akan tetapi pada

suhu tinggi, kekuatan bahan sangat tergantung pada laju perubahan

regangan dan waktu keberadaan pada suhu tinggi tersebut. Sejumlah logam

pada keadaan demikian mempunyai perilaku seperti bahan-bahan

viskoelastis. Logam yang diberi beban tarik tetap pada suhu tinggi akan

mulur (creep) dan mengalami pertambahan panjang yang tergantung

terhadap waktu.

Bertambahnya deformasi bahan pada tegangan tetap dinamakan mulur.

Untuk menentukan kurva mulur rekayasa suatu logam, maka pada benda

tarik dikenakan beban tetap sedang suhu benda uji dijaga tetap, regangan

(perpanjangan) yang terjadi ditentukan sebagai fungsi waktu.

Tahap mulur yang pertama, yaitu mulur primer, merupakan daerah dimana

laju mulur turun. Mulur primer merupakan daerah utama dari mulur

transien, dimana hambatan mulur bahan bertambah besar akibat deformasi

yang terjadi. Untuk suhu-suhu dan tegangan rendah, mulur primer

merupakan proses mulur utama. Tahap mulur yang kedua, yakni mulur

sekunder, adalah periode dimana laju mulur hampir tetap. Hal ini

disebabkan oleh terjadinya keseimbangan antara kecepatan proses

pengerasan regang dan proses pemulihan (recovery). Oleh karena itu mulur

sekunder, biasanya dinyatakan sebagai mulur keadaan tunak (steady-state).

Nilai rata-rata laju mulur selama terjadi mulur sekunder dinamakan laju

mulur minimum. Tahap mulur ketiga atau mulur tersier, terjadi pada uji

mulur beban tetap pada suhu dan tegangan-tegangan yang tinggi. Mulur

tersier terjadi apabila terdapat pengurangan efektif pada luas penampang

lintang yang disebabkan oleh penyempitan setempat atau pembentukan

rongga internal.

Page 56: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

45

2.14.5 Sifat logam yang mengalami deformasi plastik

Deformasi plastik merubah struktur intern logam, oleh karena itu deformasi

dapat juga merubah sifat-sifat dari sesuatu logam. Salah satu sifat yang

dapat berubah adalah kekuatannya. Logam mengalami deformasi plastik

menjadi lebih kuat atau lebih keras. Pertambahan kekerasan akibat

deformasi plastik disebut pengerasan regangan.

2.14.6 Perubahan struktur selama mulur

Proses deformasi utama pada suhu tinggi adalah pergelinciran,

pembentukan sub butir (subgrain), dan pergelinciran batas butir. Deformasi

suhu tinggi ditandai oleh ketidakhomogenan yang ekstrim. Logam-logam

yang berada pada suhu tinggi mengalami sejumlah deformasi sekunder.

Proses ini terdiri atas pergelinciran ganda, pembentukan pita gelincir yang

sangat kasar, pita-pita tertekuk, pembentukan lipatan pada batas-batas butir,

dan migrasi batas butir.

2.14.7 Pengaruh arus listrik terhadap konduktor

Salah satu faktor luar/eksternal yang sangat berpengaruh terhadap hambatan

penghantar adalah suhu atau temperatur. Semakin tinggi temperatur suatu

penghantar, semakin tinggi pula getaran elektron-elektron bebas dalam

penghantar tersebut. Getaran elektron-elektron bebas inilah yang akan

menghambat jalannya muatan listrik (arus listrik) dalam penghantar

tersebut. Adapun hambatan jenis penghantar (ρ) akan berubah seiring

dengan perubahan temperatur. Semakin tinggi temperatur penghantar,

hambatan jenisnya akan semakin tinggi, dan begitu sebaliknya.

Perubahan hambatan jenis ini selanjutnya akan diikuti oleh perubahan

hambatan total (R) penghantar itu sendiri (Giancoli, 2001).

Salah satu kemampuan logam adalah menghantarkan arus listrik yang dapat

dinyatakan dalam hukum Ohm pada persamaan berikut:

R = 𝑉

𝐼 ................................................................. (2.2)

Page 57: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

46

Dimana:

R = hambatan (Ω)

V = tegangan (volt)

I = kuat arus listrik (Ampere) (Halliday, 2010).

Nilai dari R dipengaruhi oleh jenis logam yang dapat dilihat pada persamaan

berikut:

R = ρ 𝐿𝐴

...................................................... (2.3)

Dimana:

ρ = hambatan jenis (Ωm)

L = jarak antara dua titik dimana tegangan diukur (m)

A = luas penampang (m2)

Dimana ρ merupakan hambatan jenis atau resistivitas yang berupa konstanta

dimana nilainya bergantung pada bahan yang digunakan. Nilai ρ memiliki

satuan Ω.m (Halliday, 2010).

Tabel 2. 9 Nilai hambatan jenis pada masing-masing logam

Jenis Bahan Hambatan Jenis (Ω.m)

Perak 5,9 x 10-8

Tembaga 1,68 x 10-8

Aluminium 2,65 x 10-8

Platina 10,6 x 10-8

Baja 4,0 x 10-7

Mangan 4,4 x 10-7

Nikron 1,2 x 10-6

Besar panas yang dihasilkan akibat adanya arus yang mengalir dan

hambatan konduktor dapat dilihat pada persamaan berikut.

H = E x I x t ................................................................... (2.4)

Page 58: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

47

Dimana:

H = panas (Joule)

E = tegangan listrik (Volt)

I = arus (Ampere)

T = waktu (detik)

Pada umumnya suatu benda akan mengalami perubahan ukuran bila

suhunya naik. Jika benda tersebut berwujud batang, maka perubahan

panjanglah yang akan tampak pada benda tersebut, karena perubahan luas

penampang sangat kecil, sehingga dapat diabaikan. Bila pembebanan

terhadap material atau bahan sambungan kawat penghantar AAAC dengan

standar berdasarkan (SPLN NO.101_1992), maka perhitungan pembebanan

pada bahan material adalah dengan persamaan sebagai berikut:

Pembebanan arus pada material = ( I2 x t ) ....................... (2.5)

Maka dari persamaan diatas dapat di tentukan persamaan berikut ini:

( I2 . t ) = 𝐾2. 𝑆2 . ln ( Ѳf + β

Ѳi + β ) ................................... (2.6)

Dimana:

I = Arus listrik saat berbeban (ampere)

t = Waktu pembebanan arus tinggi (detik)

S = Luas penampang penghantar (mm2)

Ѳi = Suhu awal (oC)

Ѳf = Suhu akhir (oC)

β = Koefisien muai luas (.../oC)

β = 2 x α = 0,00005

α = Koefisien muai panjang (.../oC)

= 0,000025

K = Konstanta yang tergantung pada bahan penghantar

Untuk penghantar aluminium sebagai berikut:

K = 148 (ampere detik1/2/mm2) = 228 (oc)

Page 59: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

48

Tabel 2. 10 Nilai koefisien muai panjang dan titik lebur pada setiap logam

Jenis Logam Koefisien Muai Panjang (.../oC) Titik Lebur (oC)

Aluminium 0,000025 665

Tembaga 0,0000167 1.090

Besi 0,000012 1.808

Baja 0,000011 2.900

Platina 0,0000089 1.769

Kuningan 0.000019 850

Seng 0.000026 419

Page 60: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

49

BAB 3

PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA

SAMBUNGAN KAWAT PENGHANTAR AAAC DISTRIBUSI 20 KV

AKIBAT KENAIKAN BEBAN

3.1 Metode pemeliharaan dan perbaikan

Metode yang digunakan adalah metode peninjauan pada lokasi tempat, yaitu

melakukan pengamatan untuk sebagai objek pemeliharaan dan perbaikan,

kemudian menguji dan menganalisa sistem yang ditinjau hingga mendapat

beberapa kesimpulan.

3.2 Lokasi pemeliharaan dan perbaikan

Lokasi di PT. PLN (Persero) Unit Layanan Pelanggan Medan Kota, Jl.Listrik

No.8 Medan. Pengujian, peninjauan ini dilakukan secara rutin dengan petugas

lapangan PT. PLN (Persero) Unit Layanan Pelanggan Medan Kota.

3.3 Peralatan dan bahan pemeliharaan dan perbaikan

1) Adapun peralatan yang digunakan pada penelitian ini antara lain:

a) Thermovision

b) Tang pres hidrolik

c) Gergaji besi

d) Penunjuk waktu (jam)

e) Kalkulator.

2) Bahan yang di gunakan pada penelitian ini antara lain:

a) Kawat AAAC 240mm

b) Parallel Groove

c) H-type konektor.

Page 61: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

50

3.4 Teknik pengumpulan data

a) Perolehan data dari hasil peninjaun dan melakukan pengambilan data

dengan mengukur, dan pengamatan tentang kinerja alat

b) Referensi dari Standart Perusahaan Listrik Negara (SPLN)

c) Mencari data dari beberapa komponen yang digunakan dalam pengerjaan

perbaikan sambungan AAAC

d) Melakukan beberapa peninjauan kesatu tempat dimana peninjauan

dilakukan

e) Melakukan konsultasi dengan koordinator bagian lapangan, pegawai atau

petugas lapangan, dosen pembimbing, dan masukan saran dari rekan kerja

satu tempat.

3.5 Pelaksanaan penelitan

Penelitian ini dilakukan dengan metode peninjauan dimana data diperoleh

secara langsung dari lapangan berupa pegukuran suhu pada parallel groove

menggunakan thermovision dan pengukuran muai parallel groove. Di peroleh

data pengukuran yang selanjutnya akan dilakukan perhitungan dan analisa

berdasarkan studi literatur yang merupakan landasan teori untuk penyelesaian

masalah yang di rumuskan. Sebagai bahan pertimbangan lainnya, dilakukan

pula wawancara berupa tanya jawab secara langsung kepada pegawai atau staf

ahli agar mendapatkan data yang relevan.

Page 62: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

51

3.6 Flowchart

Gambar 3. 1 Skema flowchart

Dari gambar flowchart sistem diatas adalah tahapan pemeliharaan dan

perbaikan yang akan dilakukan penulis, flowchart dapat disebut sebagai diagram

alur proses (intruksi). Mulai dari melakukan pengecekan suhu pada jaringan

distribusi, kemudian jika di temukan masalah, maka akan dilakukan perbaikan

segera pada titik tersebut.

Mulai

Pengambilan Data di

Lapangan

Pengukuran Suhu

dengan Thermovision

Selesai

Perhitungan Ѳ

Suhu Akhir

Lama Pembebanan arus

Tinggi

Analisa Hasil

Pengukuran?

YA

Tidak

Page 63: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

52

3.7 Hasil pengumpulan data

3.7.1 Data beban penyulang LS.01 dan beban trafo daya-3 gardu induk

Tabel 3. 1 Laporan beban tertinggi penyulang LS.01 bulan april 2019 siang hari

BEBAN TERTINGGI SIANG ( PUKUL 07.00 s/d 16.00 )

TGL OUT (LS1) OUT (LS2) OUT OUT OUT (LK1) OUT (LK2) OUT (LK3)

Pkl Amp Pkl Amp Pkl Amp Pkl Amp Pkl Amp Pkl Amp Pkl Amp

1 15.00 240 12.00 201 - - - - 15.00 238 15.00 102 15.00 234

2 15.00 243 12.00 204 - - - - 15.00 241 14.00 108 14.00 238

3 12.00 209 12.00 202 - - - - 12.00 166 12.00 86 12.00 162

4 12.00 194 14.00 191 - - - - 08.00 189 16.00 82 08.00 164

5 12.00 226 16.00 197 - - - - 12.00 198 12.00 106 12.00 227

6 11.00 225 14.00 200 - - - - 12.00 197 11.00 106 10.00 231

7 14.00 228 13.00 189 - - - - 14.00 170 14.00 98 14.00 232

8 14.00 246 14.00 200 - - - - 15.00 171 14.00 249 14.00 242

9 11.00 218 14.00 196 - - - - 15.00 170 15.00 232 15.00 236

10 12.00 194 13.00 197 - - - - 15.00 159 11.00 89 07.00 130

11 16.00 191 16.00 196 - - - - 12.00 149 16.00 81 08.00 93

12 10.00 222 16.00 187 - - - - 08.00 183 16.00 97 08.00 180

13 13.00 230 15.00 223 - - - - 08.00 183 07.00 140 15.00 241

14 14.00 242 13.00 192 - - - - 15.00 170 14.00 106 14.00 233

15 12.00 242 12.00 200 - - - - 12.00 163 12.00 109 12.00 244

16 13.00 239 11.00 199 - - - - 14.00 160 13.00 98 13.00 232

17 12.00 188 14.00 192 0 0 0 0 12.00 149 13.00 78 13.00 136

18 15.00 184 15.00 189 - - - - 11.00 145 12.00 75 12.00 135

19 14.00 240 14.00 190 - - - - 14.00 164 14.00 102 14.00 245

20 12.00 238 12.00 195 - - - - 16.00 170 14.00 105 12.00 232

21 11.00 229 13.00 197 - - - - 12.00 159 11.00 98 12.00 235

22 10.00 231 10.00 184 - - - - 10.00 154 12.00 98 11.00 242

23 14.00 234 11.00 196 - - - - 14.00 163 14.00 101 14.00 238

24 12.00 210 12.00 205 - - - - 12.00 156 12.00 92 12.00 176

25 14.00 191 14.00 192 - - - - 16.00 146 14.00 83 14.00 145

26 14.00 242 14.00 199 0 0 0 0 14.00 168 15.00 105 14.00 247

27 14.00 234 13.00 198 - - - - 12.00 160 11.00 99 16.00 238

28 13.00 250 14.00 204 - - - - 16.00 173 15.00 107 14.00 243

29 14.00 247 12.00 200 - - - - 14.00 170 14.00 106 14.00 234

30 12.00 177 16.00 190 - - - - 14.00 144 14.00 79 07.00 133

31 15.00 218 14.00 205 - - - - 14.00 156 13.00 88 12.00 156

Page 64: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

53

Tabel 3. 2 Laporan beban tertinggi penyulang LS.01 bulan april 2019 malam hari

TGL

BEBAN TERTINGGI MALAM ( PUKUL 17.00 S/D 06.00 )

OUT1 (LS1) OUT 2 OUT 3 OUT4 LK1 LK2 LK3

Pkl Amp Pkl Amp Pkl Amp Pkl Amp Pkl Amp Pkl Amp Pkl Amp

1 19.00 239 17.00 191 - - - - 17.00 251 17.00 97 17.00 208

2 19.30 233 18.30 202 - - - - 17.00 223 18.30 102 17.00 195

3 18.30 221 19.30 195 - - - - 23.00 226 19.00 95 18.30 165

4 20.00 210 18.00 188 - - - - 00.00 217 19.00 90 19.00 163

5 19.00 243 17.00 190 - - - - 23.00 222 17.00 98 17.00 200

6 19.00 226 17.00 191 - - - - 00.00 221 19.00 94 17.00 191

7 17.00 208 17.00 185 - - - - 00.00 207 17.00 96 17.00 195

8 19.30 239 17.00 190 - - - - 02.00 193 17.00 228 17.00 208

9 17.00 208 17.00 185 - - - - 23.00 190 17.00 218 17.00 195

10 19.00 210 17.00 191 - - - - 00.00 185 19.00 91 00.00 125

11 19.30 215 17.00 189 - - - - 17.00 133 19.00 89 19.00 109

12 17.00 214 17.00 186 - - - - 01.00 182 18.30 92 24.00 136

13 19.00 231 17.00 204 - - - - 17.00 141 17.00 97.5 17.00 211

14 19.00 218 17.00 187 - - - - 17.00 153 19.00 95 17.00 211

15 19.00 216 17.00 185 - - - - 17.00 154 19.00 93 17.00 175

16 19.00 216 17.00 185 - - - - 17.00 154 19.00 93 17.00 175

17 19.00 224 17.00 186 - - - - 17.00 147 19.00 92 19.00 157

18 20.00 217 18.00 188 - - - - 18.00 148 19.00 88 19.00 158

19 19.00 235 21.30 219 - - - - 17.00 143 19.30 99 17.00 200

20 17.00 216 21.00 200 - - - - 17.00 147 20.00 96 17.00 198

21 17.00 216 21.00 200 - - - - 01.00 197 20.00 96 17.00 198

22 19.00 216 17.00 175 - - - - 17.00 142 19.00 93 17.00 175

23 19.00 232 17.00 190 - - - - 17.00 158 19.00 97 17.00 200

24 19.00 224 17.00 186 - - - - 17.00 147 19.00 92 17.00 160

25 19.00 214 17.00 189 - - - - 17.00 136 19.00 90 19.00 165

26 19.00 245 17.00 195 0 0 0 0 17.00 148 19.00 101 17.00 215

27 19.00 245 17.00 190 - - - - 17.00 148 19.00 100 17.00 220

28 18.00 275 17.00 190 - - - - 17.00 148 19.00 100 17.00 220

29 19.00 244 17.00 156 - - - - 17.00 148 17.00 97 17.00 205

30 20.00 210 19.00 195 - - - - 17.00 144 19.00 92 19.00 142

31 20.00 210 19.00 195 - - - - 17.00 144 19.00 92 19.00 142

Page 65: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

54

Tabel 3. 3 Laporan data beban tertinggi trafo daya-3 GIS bulan april 2019 pada

siang hari

Keterangan:

M = suhu minyak di trafo

L = suhu lilitan di trafo

POS TAP TRF = posisi tap trafo beroperasi

TGL

BEBAN TERTINGGI SIANG ( PUKUL 07.00 s/d 16.00 )

PKL

SISI 150 KV SISI 20 KV SUHU (0C)

POS

ARUS TEG BEBAN ARUS TEG BEBAN TAP

Amp Kv MW MVAR Amp Kv MW MVAR M L TRF

1 15.00 141 1396 20 46,2 17,7 60 60 14

2 14.00 140 1322 20 43 16 59 59 13

3 12.00 141 1043 20 34,8 12,2 57 58 13

4 16.00 143 982,2 19,8 32,3 11,5 55 56 13

5 15.00 139 1209 20 40,3 14,2 57 58 15

6 15.00 137 1212 20 40,5 14,3 56 57 16

7 15.00 139 1202 20 39,7 14,4 59 59 13

8 0,583 139 1367 19,9 45,8 16,8 61 61 16

9 15.00 141 1347 20 44,5 16,3 60 60 15

10 13.00 143 900,9 20 30 10,4 57 57 14

11 16.00 145 867,1 19,9 28,9 9,8 56 56 12

12 16.00 141 947 20,1 31,8 11,3 58 59 15

13 15.00 138 1186 20 39,2 13,9 56 58 15

14 15.00 138 1221 20 41 14,6 59 59 15

15 12.00 141 1237 19,6 40,7 14,4 58 58 14

16 15.00 141 1195 19,7 38,7 13,6 58 58 13

17 14.00 140 1288 20 40,2 13,8 58 58 15

18 11.00 145 920,8 20 30,9 11,1 56 57 13

19 14.00 142 1240 19,7 40,3 14,3 58 59 13

20 11.00 141 1244 19,5 40,3 14,6 58 58 13

21 14.00 140 1288 20 40,2 13,8 58 58 15

22 13.00 143 1173 20 39,8 14,1 60 60 14

23 14.00 140 1200 20 39,7 14,3 59 59 15

24 12.00 141 1075 19,8 35,5 12,7 57 58 14

25 15.00 143 953,8 20 32,3 11,2 57 58 13

26 14.00 138 942 19,9 31 10,1 52 53 14

27 15.00 138 910,8 20 30,4 10 58 60 15

28 14.00 139 954,7 19,8 31,9 10,5 56 56 15

29 14.00 140 961,2 20,1 32 10,7 56 56 15

30 16.00 143 704 20 23,5 7,8 50 50 13

31 12.00 142 786,5 19,5 25,9 8,4 57 57 13

Page 66: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

55

Tabel 3. 4 Laporan data beban tertinggi trafo daya-3 GIS bulan april 2019 pada

malam hari

Keterangan:

M = suhu minyak di trafo

L = suhu lilitan di trafo

POS TAP TRF = posisi tap trafo beroperasi

T G L

BEBAN TERTINGGI MALAM ( PUKUL 17.00 s/d 06.00 )

PKL

SISI 150 KV SISI 20 KV SUHU (0C) POS

TAP TRF

ARUS TEG BEBAN ARUS TEG BEBAN

Amp Kv MW MVAR Amp Kv MW MVAR M L

1 17.00 140 1119 20 41,7 13,2 57 58 13

2 17.00 141 1230 20 40,5 15 58 59 13

3 19.00 142 1008 20 33,8 12 53 54 13

4 19.30 143 1006 19,9 33,3 11,5 51 52 13

5 17.00 139 1100 20 37,1 13,1 56 57 15

6 17.00 138 1118 20 37 13,4 54 55 16

7 17.00 140 1155 20 38,5 13,8 58 59 16

8 17.00 140 1265 20,2 42,9 16,3 61 62 16

9 17.00 143 1239 20 40,89 14,95 59 59 15

10 19.00 142 887,5 20 29,5 10,2 58 59 14

11 19.00 145 899 20 29,7 10,4 51 51 12

12 17.00 143 941,5 20,2 31,4 11 58 58 15

13 17.00 140 1105 19,9 36,9 13,2 56 56 15

14 17.00 140 1204 20 38,1 13,1 59 59 15

15 17.00 141 1091 19,9 35,7 12,3 56 58 14

16 17.00 142 1075 20 36,4 13,1 56 57 13

17 19.00 144 998,6 19,9 33,2 12,2 52 53 13

18 19.30 146 980,6 20,1 32,7 12 53 53 13

19 20.00 142 1121 20 37,8 12,2 54 54 13

20 17.00 142 1172 20 37,1 13 55 56 13

21 17.00 142 1166 20,1 37,1 13 59 59 15

22 17.00 143 1056 20 35,68 12,71 59 59 14

23 17.00 140 1127 19,9 37,2 13 57 57 15

24 19.30 140 953 20 34 12 53 54 15

25 19.00 142 1007 19,6 33,2 11,6 53 53 13

26 17.00 139 869 20 28,49 9,235 54 55 14

27 17.00 139 838,2 19,9 27,9 9,1 55 56 15

28 17.00 141 874 20 29,04 9,573 56 56 15

29 19.00 141 821,9 19,9 27,1 9,5 54 55 14

30 19.00 142 742,1 19,9 24,7 8,3 50 50 13

31 19.00 144 742 20 24,82 8,039 56 57 13

Page 67: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

56

3.7.2 Hasil thermovision pada penghantar HUTM

Gambar 3. 2 Hasil thermovision pada penghantar HUTM

Jenis Sambungan Parallel Groove

Siang Malam

Suhu max : 56,6 oc

Suhu max : 72,1oc

Page 68: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

57

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perhitungan pembebanan arus tinggi jenis sambungan Parallel Groove

dari penyulang LS.01

a) Pembebanan arus tinggi penyulang LS.01 pada suhu akhir 56,6oC

Berdasarkan hasil suhu ∆𝑇𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 diperoleh sebesar 56,6oC dari hasil

thermovision pada siang hari pada beban tertinggi pada tanggal 28 april

2019.

Perhitungan besar dan waktu pembebanan arus tinggi pada sambungan

konektor jenis parallel groove dengan menggunakan persamaan (2.6)

sebagai berikut:

(I2 . t) = K2 . S2 . ln ( 𝜃𝑓 + 𝛽

𝜃𝑖 + 𝛽 ) .................................................... (2.6)

(2502 x t ) = 1482 x 2402 x ln ( 56,6 +0,00005

35 +0,00005 )

(62500 x t ) = 21904 x 57600 x ln ( 56,60005

35,00005 )

(62500 x t ) = 1261670400 x 0,480660379

t = 1261670400 x 0,480660379

62500

t = 9702,95 detik

Untuk menghitung lama waktu pembebanan arus tinggi pada sambungan

tersebut, maka dibagi dengan 1 jam dalam satuan detik (3600) adalah

sebagai berikut:

Lama waktu beban tinggi = 9702,95

3600 = 2,695

= 0,695 x 60 = 41 menit

Maka, lama pembebanan arus tinggi adalah selama 2 jam 41 menit pada arus

250 ampere tanggal 28 april 2019 dimulai jam 13:00 – 15:41 WIB.

Page 69: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

58

Gambar 4. 1 Grafik pembebanan arus tinggi pada penyulang LS.01 siang hari

tanggal 28 april 2019

b) Pembebanan arus tinggi penyulang LS.01 pada suhu akhir 72,1oC

Berdasarkan hasil suhu ∆𝑇𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 diperoleh sebesar 72,1oC dari hasil

thermovision pada siang hari pada beban tertinggi pada tanggal 28 april

2019.

Perhitungan besar dan waktu pembebanan arus tinggi pada sambungan

kawat penghantar jenis parallel groove dengan menggunakan persamaan

(2.6) sebagai berikut:

(I2 . t) = K2 . S2 . ln ( 𝜃𝑓 + 𝛽

𝜃𝑖 + 𝛽 ) .................................................... (2.6)

(2752 x t ) = 1482 x 2402 x ln ( 72,1 +0,00005

22 +0,00005 )

(75625 x t ) = 21904 x 57600 x ln ( 72,20005

22,00005 )

(75625 x t ) = 1261670400 x 1,187010012

t = 1261670400 x 1,187010012

75625

t = 19803,17 detik

Untuk menghitung lama waktu pembebanan arus tinggi pada sambungan

tersebut maka dibagi dengan 1 jam dalam satuan detik (3600) adalah sebagai

berikut:

200

210

220

230

240

250

260

Aru

s (A

mp

ere

)

Waktu Pembebanan (Jam)

Grafik Lama Waktu Arus Tinggi Parallel Groove

Suhu 56,6

Page 70: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

59

Lama waktu beban tinggi = 19803,17

3600 = 5,50

= 0,50 x 60 = 30 menit

Maka, lama pembebanan arus tinggi adalah selama 5 jam 30 menit pada arus

275 ampere tanggal 28 april 2019 dimulai jam 18:00 – 23:30 WIB.

Gambar 4. 2 Grafik pembebanan arus tinggi pada penyulang LS.01 malam hari

tanggal 28 april 2019

4.2 Perhitungan pembebanan arus tinggi jenis sambungan H-Type dari

penyulang LS.01

a) Pembebanan arus tinggi penyulang LS.01 pada suhu akhir 37,8oC

Berdasarkan hasil suhu ∆𝑇𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 diperoleh sebesar 37,8oC dari hasil

thermovision pada siang hari pada beban tertinggi pada tanggal 29 april

2019.

Perhitungan besar dan waktu pembebanan arus tinggi pada sambungan

konektor jenis H-type dengan menggunakan persamaan (2.6) sebagai

berikut:

200

210

220

230

240

250

260

270

280

Aru

s (A

mp

ere

)

Waktu Pembebanan (Jam)

Grafik Lama Waktu Arus Tinggi Parallel Groove

Suhu 72,1

Page 71: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

60

(I2 . t) = K2 . S2 . ln ( 𝜃𝑓 + 𝛽

𝜃𝑖 + 𝛽 ) ............................................................. (2.6)

(2472 x t ) = 1482 x 2402 x ln ( 37,8+0,00005

33 +0,00005 )

(61009 x t ) = 21904 x 57600 x ln ( 37,8 +0,00005

33+0,00005 )

(61009 x t ) = 1261670400 x 0,135801349

t = 1261670400 x 0,135801349

61009

t = 2808,38 detik

Untuk menghitung lama waktu pembebanan arus tinggi pada sambungan

tersebut maka dibagi dengan 1 jam dalam satuan detik (3600) adalah sebagai

berikut:

Lama waktu beban tinggi = 2808,38

3600 = 0,78

= 0,78 x 60 = 46 menit

Maka, lama pembebanan arus tinggi adalah selama 46 menit pada arus 247

ampere tanggal 29 april 2019 dimulai jam 14:00 – 14:46 WIB.

Gambar 4. 3 Grafik pembebanan arus tinggi pada penyulang LS.01 siang hari

tanggal 29 april 2019

220

225

230

235

240

245

250

Aru

s (A

mp

ere

)

Waktu Pembebanan (Jam)

Grafik Lama Waktu Arus Tinggi H-Type

Suhu 37,8

Page 72: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

61

b) Pembebanan arus tinggi penyulang LS.01 pada suhu akhir 35,9oC

Berdasarkan hasil suhu ∆𝑇𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 diperoleh sebesar 35,9oC dari hasil

thermovision pada siang hari pada beban tertinggi pada tanggal 29 april

2019.

Perhitungan besar dan waktu pembebanan arus tinggi pada sambungan

konektor jenis parallel groove dengan menggunakan persamaan (2.6)

sebagai berikut:

(I2 . t) = K2 . S2 . ln ( 𝜃𝑓 + 𝛽

𝜃𝑖 + 𝛽 ) .................................................... (2.6)

(2442 x t ) = 1482 x 2402 x ln ( 35,9 +0,00005

22 +0,00005 )

(59536 x t ) = 21904 x 57600 x ln ( 35,90005

22,00005 )

(59536 x t ) = 1261670400 x 0,489693962

t = 1261670400 x 0,489693962

59536

t = 10377,45 detik

Untuk menghitung lama waktu pembebanan arus tinggi pada sambungan

tersebut maka dibagi dengan 1 jam dalam satuan detik (3600) adalah sebagai

berikut:

Lama waktu beban tinggi = 10377,45

3600 = 2,88

= 0,88 x 60 = 52 menit

Maka, lama pembebanan arus tinggi adalah selama 2 jam 52 menit pada arus

244 ampere tanggal 29 april 2019 dimulai jam 19:00 – 21:52 WIB.

Page 73: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

62

Gambar 4. 4 Grafik pembebanan arus tinggi pada penyulang LS.01 malam hari

tanggal 29 april 2019

Gambar 4. 5 Grafik perbandingan sambungan jenis parallel groove (diagram

batang biru) dan H-type (diagram batang merah) terhadap pembebanan arus tinggi

pada sambungan konektor hantaran dari penyulang LS.01

200

210

220

230

240

250

260

270

Aru

s (A

mp

ere

)

Waktu Pembebanan (Jam)

Grafik Lama Waktu Arus Tinggi H-Type

Suhu 35,9

0

1

2

3

4

5

6

13:00 -15:41 dan14:00 - 14:46

18:00 - 23:30 dan19:00 - 21:52

Wak

tu (

De

tik)

Waktu Pembebanan (Jam)

Suhu 56,6 dan 72,1

Suhu 37,8 dan 35,9

Page 74: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

63

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dalam hasil penelitian maka diambil beberapa kesimpulan antara lain:

1) Berdasarkan hasil pemeliharaan dan perbaikan yang telah dilakukan,

kenaikan beban pada penyulang LS.01 mempengaruhi kenaikan suhu pada

sambungan kawat penghantar AAAC. Akibat kenaikan suhu tersebut,

terjadi pemuaian pada kawat, sehingga menimbulkan rongga udara antara

kawat dan konektor

2) Dalam pemasangan sambungan kawat penghantar AAAC, harus sesuai

dengan standar penyambungan kawat penghantar AAAC

3) Konektor jenis Parallel Groove memiliki titik sambungan yang kecil antara

penghantar dan konektor dibandingkan konektor jenis H-type, sehingga

menyebabkan hambatan listrik yang terjadi pada konektor jenis Parallel

Groove lebih besar dibandingkan dengan konektor jenis H-type.

5.2 Saran

1) Perlu dilakukan pemeliharaan dan perbaikan lebih lanjut terhadap

sambungan parallel groove

2) Perlu dilakukan pengawasan dalam pemasangan sambungan kawat agar

pemasangan sambungan kawat tersebut baik dan sesuai standar

penyambungan kawat penghantar AAAC.

Page 75: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

64

DAFTAR PUSTAKA

Ermawaty, I. R., Y. Soenarto dan T. I. Hartini, 2012. Menentukan Nilai Muai

Panjang Logam dengan Alat Muchenberg dan Alat Muai Panjang Sederhana (Hasil

Eksperimen). Prodi Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka,

Jakarta.

Giancoli, D. C., 2001. Fisika. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Halliday, P., 2010. Fisika Dasar, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Hariyanto, T., Sutarno, dan S. Sunardiyo, 2013. Frekuansi Gangguan terhadap

Kinerja Sistem Proteksi Di Gardu Induk 150 KV Jepara. Jurnal Elektro Vol. 5

No. 2.

Simanjuntak, D. 2010. Studi Pengaruh Kenaikan Temperatur pada Sambungan

Koduktor Aluminium dengan Tembaga. Universitas Indonesia, Depok.

Suhadi, dan T. Wrahatnolo, 2008. Teknik Distribusi Tenaga Listrik. Departemen

Pendidikan Nasional, Jakarta.

Sunardiyo, S., 2010. Pengaruh Kenaikan Suhu pada Bagian-bagian Kabel

Berisolasi PVC. Jurnal Teknik Elektro Vol. 2 No. 2.

Trisno, B., 2010. Kabel dan Teknik Penyambungan. Diakses dari

http://www.academia.edu [20 Januari 2017].

SPLN 41_8_1981

SPLN 101_1992

Wahyudi ,S,N, 2011 buku saku pelayanan teknik edisi kedua

Page 76: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

65

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Page 77: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

66

Lampiran 1. Sambungan yang di lakukan peninjauan konstruksi CC5

Lampiran 2. Kegiatan thermovision pada sambungan HUTM

Page 78: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

67

Lampiran 3. Single line penyulang LS.01

Page 79: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

68

Page 80: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

69

Page 81: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

70

Page 82: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

71

Page 83: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

72

Lampiran 4. Proses perbaikan pada sambungan HUTM

Lampiran 5. Kerusakan yang terjadi pada parallel groove

Page 84: PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN KENAIKAN SUHU PADA …

73

Lampiran 6. Hasil thermovision pada penghantar HUTM

Jenis Sambungan Parallel Groove

(Sebelum Perbaikan)

Siang Malam

Suhu max : 56,6 oC

Suhu max : 72,1oC

Jenis Sambungan H-Type

(Setelah Perbaikan)

Siang Malam

Suhu max : 37,8 oC

Suhu max : 35,9 oC