pembuatan mayonaise dan salad dressing
TRANSCRIPT
NOVITA WARDANI240210100034
1
III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Praktikum kali ini adalah pembuatan Mayonnaise dan Salad Dressing.
Mayonaise merupakan salah satu contoh produk dari proses emulsi yang banyak
dimanfaatkan dalam jenis makanan kita. Emulsi merupakan suatu terdispersi atau
suspensi suatu cairan dalam cairan yang lain yang molekul-molekul kedua cairan
tersebut tidak saling berbaur tetapi saling antagonistik. Pada suatu emulsi terdapat
tiga bagian utama yaitu bagian yang terdispersi yang terdiri dari butir-butir yang
biasanya terdiri dari lemak. Kedua disebut media pendispersi yang biasanya
terdiri dari air, dan bagian ketiga adalah emulsifier yang berfungsi menjaga agar
butir minyak tadi tetap tersuspensi di dalam air (Maxes, 1984).
Menurut pendapat lain mayonaise adalah jenis bahan pangan berupa
emulsi setengah padat yang dibuat dari minyak nabati, cuka atau asam sitrat,
kuning telur dan beberapa bumbu yaitu garam, gula, paprika, dan MSG. Kadar
minyak tidak boleh kurang dari 65% berat dan membentuk emulsi yang sangat
halus dalam cuka. Mayonaise merupakan emulsi minyak dalam air dengan kuning
telur berfungsi sebagai emulsifier (Marsetyo, 1991).
Daya kerja emulsifier disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat
terikat baik pada minyak dan air. Bila emulsifier tersebut lebih terikat pada air
maka terjadi dispersi minyak dalam air sebagai contoh susu. Sebaliknya bila
emulsifier lebih larut dalam minyak terjadilah emulsi air dalam minyak sebagai
contoh mentega dan margarin (Bernasconi, 1995).
Beberapa bahan yang dapat berfungsi sebagai emulsifier adalah kuning telur,
telur utuh, gelatin, pektin, pasta kanji, albumin atau beberapa tepung yang sangat
halus seperti mustard. Daya kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk
molekulnya yang dapat terikat baik pada minyak maupun air (Gamman, 1992).
Sementara itu Salad Dressing merupakan bahan yang sama seperti
mayonnaise, tetapi sifatnya lebih encer karena kadar minyaknya lebih rendah
(kurang dari 50 %) dan kadar air lebih besar. Sistem emulsi minyak dalam air
(O/W) distabilkan dengan menambahkan gum nabati, gelatin atau pectin. Bahan
ini memiliki cita rasa dan rupa yang sama dengan mayonnaise, tetapi harganya
lebih murah. Bumbu utamanya adalah telur, cuka, minyak, rempah-rempah, pati
NOVITA WARDANI240210100034
2
dan air. Pada umumnya mutunya ditentukan oleh kadar minyak. Produk yang baik
biasanya mengandung 40-50% minyak (Ketaren, 1986).
Pada praktikum ini bahan yang digunakan adalah beberapa jenis minyak
( minyak kelapa, minyak kedelai, minyak jagung), kuning telur, garam, gula,
merica, mustard, susu, tepung maizena, cuka, jeruk nipis dan air. Untuk cara
pengerjaannya terdapat dua cara berbeda yang dilakukan untuk pembuatan
mayonnaise, hal ini dilakukan agar terdapat perbandingan hasil yang diperoleh
natinya. Kemudian 1 cara pembuatan salad dressing.
Pada pembuatan mayonnaise cara 1 langkah pengerjaannya yaitu satu
butir kuning telur ditambahkan garam dan merica, kemudian dilakukan
pengadukan lalu ditambahkan satu sendok makan mustard dan 1 sendok teh cuka,
kemudian kembali diaduk yang terakhir tambahkan minyak sedikit demi sedikit
hingga tidak pecah lalu amati.
Langkah-langkah pembuatan mayonnaise cara II yaitu 500 cc susu
ditambahkan 50 gram maizena, garam dan gula. Kemudian panaskan hingga
mendidih, setelah itu tambahkan kuning telur lalu diaduk hingga rata. Setelah
rata matikan api dan tambahkan 1 sendok teh mustard dan jeruk nipis. Yang
terakhir aduk hingga dingin setelah itu masukkan kedalam wadah dan amati.
Langkah-langkah pembuatan salad dresiing yaitu 5,25 gram maizena
ditambahkan garam, cuka dan 1 butir kuning telur. Kemudian dilakukan
pengadukan sambil ditambahkan minyak hingga terbentuk emulsi. Yang terakhir
ditambahkan 30 ml air hingga lebih encer dan amati.
Berdasarkan literatur yang ada fungsi dari bahan-bahan pembuat mayonaise dan
salad dressing adalah:
1. Minyak sayur. Minyak yang digunakan sebaiknya bukanlah minyak goreng
karena minyak sayur memiliki kadar lemak yang rendah. Selain itu minyak sayur
tak akan membeku jika dimasukan ke dalam refrigator. Minyak sayur juga
merupakan bahan utama yang akan bereaksi dengan kuning telur untuk
menciptakan emulsi. Untuk resep tradisional Prancis minyak nabati yang
digunakan adalah minyak zaitun.
2. Kuning telur, mustard dan maizena sebagai emulsifier. Kuning telur berfungsi
sebagai emulgator larutan asam dengan minyak nabati. Bisa saja menggunakan
NOVITA WARDANI240210100034
3
putih telur, tetapi diperlukan pengadukan yang sangat cepat jika menggunakan
putih telur.
3. Cuka. Cuka berfungsi sebagai pembunuh kuman pada telur dan merupakan zat
terdespersi dalam medium pendispersi minyak nabati
4.Garam, merica, gula. Berfungsi sebagai penyedap pada mayonaise.
5. Air berfungsi sebagai bahan pengencer ( Bemasconi, 1995).
Berikut ini merupakan hasil pengamatan sifat organoleptik mayonnaise
dan salad dressing yang telah diuji.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Sifat Organoleptik Mayonnaise dan Salad Dressing
Kel Pembuatan mayonnaise dan salad Dressing
Banyak
minyak
Warna Aroma Rasa kekentalan
1 Mayonnaise I + minyak kelapa
4 sdt Kuning gelap
Cuka - Kental 2+
2 Mayonnaise II - Kuning 2+ Khas susu
Asam jeruk
Kental 5+
3 Mayonnaise III + minyak kedelai
2 sdm Kuning bintik hitam
Cuka Asam asin
Kental 2+
4 Salad Dressing + minyak kelapa
2 sdm Putih kekuningan
- Asin asam
Encer +
5 Salad Dressing + minyak kedelai
2 sdm Kuning 2+ - Asin Encer 2+
Keterangan: Data Yang Diperoleh Berdasarkan Hasil Praktikum, 2012.
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa setiap mayonnaise dan salad
dressing menunjukan adanya perbedaan pada sifat organoleptiknya. Parameter
warna yang diamati menunjukan adanya perbedaan berupa tingkat intensitas
warna kuning yang terbentuk pada setiap mayonnaise dan salad dressing, dimana
pada mayonnaise I dengan penambahan minyak kelapa warna yang dihasilkan
adalah kuning gelap, pada mayonnaise II kuning 2+, pada mayonnaise III dengan
minyak kedelai kuning berbintik hitam, pada salad dressing dengan minyak
kelapa putih kekuningan dan pada salad dressing dengan minyak kedelai kuning
2+. Perbedaan warna kuning ini dapat terjadi dikarenakan pengaruh pemberian
kuning telur serta pemberian mustard. Pada salad dressing warnanya tidak
sekuning mayonnaise hal ini karena pada pembuatan salad dressing tidak
NOVITA WARDANI240210100034
4
dilakukan penambahan mustard sehingga warna akhirnya kuning pucat.
Sementara itu intensitas warna mayonnaise I dan III lebih kuning apabila
dibandingkan dengan mayonnaise II hal ini karena pada mayonnaise I dan III,
mustard yang ditambahkan sebanyak 1 sendok makan sementara pada
mayonnaise II hanya 1 sendok teh. Selain itu pada Mayonnaise III terdapat bintik
hitam hal ini dikarenakan penambahan merica yang sedikit terlalu banyak.
Aroma yang diamati pada setiap contoh menunjukan aroma cuka ( pada
mayonnaise I dan III) sementara pada mayonnaise II aroma yang tercium adalah
aroma susu ( karena bahan dasar yang digunakan adalah susu), aroma cuka ini
dapat terjadi karena penambahan cuka yang terlalu banyak cuka pada mayonnaise
I dan III. Salad dressing yang dihasilkan pada praktikum ini tidak menunjukan
aroma yang terlalu kuat hal ini karena penambahan bahan yang ditambahkan
misalnya jeruk nipis ataupun cuka hanya sedikit.
Parameter rasa yang diamati kebanyakan menunjukan rasa asam dan asin
hal ini karena penambahan garam, cuka maupun jeruk nipis yang terlalu banyak
sehingga rasa yang dihasilkan pun cenderung asam dan asin. Rasa minyak nabati
dalam mayonaise tidak terasa meskipun mayonaise terbuat dari sebagian besar
minyak nabati. Hal ini dikarenakan setiap molekul minyak dikelilingi oleh
mikromolekul dari larutan asam. Prinsipnya bukan mengemulsikan sejumlah
larutan asam ke dalam minyak yang banyak melainkan mengemulsikan
sejumlah besar minyak dalam sebagian kecil larutan asam (Winarno,1992).
Sifat terakhir yang diamati adalah kekentalan, mayonnaise I dan III
menunjukan tingkat kekentalan yang tidak berbeda jauh (mayonnaise III kental +
dan mayonnaise I kental 2+) hal ini karena proses pembuatan mayonnaise ini
yang sama hanya berbeda pada jenis minyak yang digunakan. Mayonnaise II
menunjukan kekentalan paling tinggi yaitu kental 5+ hal ini dapat terjadi karena
pada proses pembuatannya ditambahkan tepung maizena yang kemudian
dipanaskan hal ini akan menyebabkan kekentalan pada hasil akhir. Sementara
tekstur yang ditunjukan pada salad dressing adalah encer hal ini dikarenakan
pada pembuatan salad dressing dilakukan penambahan air.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
NOVITA WARDANI240210100034
5
4.1. Kesimpulan
1. Mayonnaise I dengan penambahan minyak kelapa warna yang dihasilkan
adalah kuning gelap, pada mayonnaise II kuning 2+, pada mayonnaise II
dengan minyak kedelai kuning berbintik hitam, pada salad dressing dengan
minyak kelapa putih kekuningan dan pada salad dressing dengan minyak
kedelai kuning 2+. Perbedaan warna kuning ini dapat terjadi dikarenakan
pengaruh pemberian kuning telur serta pemberian mustard.
2. Aroma yang dihasilkan pada semua mayonnaise adalah aroma cuka ( pada
mayonnaise I dan III) hal ini karena penambahan cuka yang terlalu banyak.
Mayonnaise II menunjukan aroma susu hal ini karena susu merupakan bahan
yang paling banyak pada pembuatan mayonnaise ini. Salad dressing tidak
menunjukan aroma yang terlalu kuat
3. kebanyakan menunjukan rasa asam dan asin hal ini karena penambahan
garam, cuka maupun jeruk nipis yang terlalu banyak sehingga rasa yang
dihasilkan pun cenderung asam dan asin.
4. Parameter kekentalan apabila diurutkan dari yang paling kental hingga yang
paling encer adalah Mayonnaise II kental 5+ ( karena ada penambahan
maizena), mayonnaise I kental 2+, mayonnaise III kental +, salad dressing
dengan minyak kelapa encer + dan salad dressing dengan minyak kedelai encer
2+ ( karena ada penambahan air).
4.2. Saran
Pada penambahan garam, gula maupun cuka usahakan agar tidak terlalu
banyak sehingga rasa dan aroma yang terbentuk tidak tertalu asam/asin yang
terlalu tajam.
DAFTAR PUSTAKA
NOVITA WARDANI240210100034
6
Bernasconi. 1995. Teknologi Pangan. Gramedia, Jakarta.
Gamman, P. M. 1992. Ilmu Pangan Nutrisi Dan Mikrobiologi. UGM-Press, Yogyakarta.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Marsetyo. 1991. Ilmu Gizi (Korelasi Gizi, Kesehatan Dan Produktivitas Kerja). Rineka Cipta, Jakarta.
Maxes, P.A. 1984. Ilmu Pangan. Gramedia, Jakarta.
Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan Dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.