pembiayaan kpr take over pada bank muamalat …
TRANSCRIPT
PEMBIAYAAN KPR TAKE OVER PADA BANK
MUAMALAT INDONESIA CABANG BANJARMASIN
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Terapan Akuntansi pada Program Studi
Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah
Oleh:
IZZATI AMALIA
NIM D030416014
PROGRAM STUDI AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
2020
PEMBIAYAAN KPR TAKE OVER PADA BANK
MUAMALAT INDONESIA CABANG BANJARMASIN
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Terapan Akuntansi pada Program Studi
Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah
Oleh:
IZZATI AMALIA
NIM D030416014
PROGRAM STUDI AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
2020
iii
Halaman Persetujuan
iv
v
vi
MOTTO
“ IF YOU ARE GRATEFUL, I WILL GIVE YOU MORE.” - SURAH IBRAHIM AYAT 7 -
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan rahmat Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Puji
Syukur dan sertaterimakasih sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
Terimakasih kepada Ibu Heny Latifah yang telah melahirkan anakmu ke
dunia ini, memberikan kasih dan sayang yang tidak dapat diukur dengan apapun
dan menjadi Ibu yang terbaik untuk anakmu. Terimakasih kepada Bapak Suriani
yang telah menjadi penguat serta pemberi semangat dan motivasi dalam
kehidupan anakmu dan menjadi Ayah yang terbaik untuk anakmu. Terimakasih
kepada Jedi dan Nini yang turut selalu memberi doa dan dukungan. Terimakasih
kepada Aulia Fitri selaku kakak kandung yang telah memberikan dukungan dan
selalu mengingatkan banyak hal, serta menjadi tempat yang nyaman untuk
bercerita. Terimakasih untuk semua kasih sayang yang diberikan selama ini.
Terimakasih kepada Ibu Adriani, SE, MM, M.Sc, Ibu Manik Mutiara
Sadewa, SE, Ak., CA, MBus (Acc)., SAS dan Bapak Rizky Fadhillah, S.ST., M.
Tr.Bns., CIRBD selaku dosen pembimbing yang sudah sangat sabar memberikan
arahan apabila penulis ada kesalahan dan mulai kehilangan arah dalam pengerjaan
skripsi.
Tidak lupa kepada seluruh Dosen D4 Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah
telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat untuk para mahasiswa/i sebagai
bekal dikehidupan yang akan datang.
viii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengarih dan Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan inayahnya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pembiayaan KPR Take Over pada Bank Muamalat Indonesia Cabang
Banjarmasin”. Shalawat serta salam penulis curahkan pada junjungan Nabi
Muhammad SAW, keluarga dan para sahabat yang telah menunjukan jalan
kebenaran dengan perantara agama Islam.
Skripsi ini disusun dan diajukan kepada Jurusan Akuntansi Politeknik
Negeri Banjarmasin sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Sains Terapan. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara moril maupun
spiritual. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kepada kedua Orang Tua, serta Jedi dan Nini yang sepenuh hati
memberikan dukungan serta ketulusan doa sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
2. Bapak Joniriadi, S.ST., MT selaku Direktur Politeknik Negeri
Banjarmasin.
3. Ibu Nailiya Nikmah, S.Pd, M.Pd selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Politeknik Negeri Banjarmasin.
4. Bapak H. M. Yassir Fahmi, S.Pd.I., M.Si selaku Ketua Program Studi D4
Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah.
5. Ibu Manik Mutiara Sadewa SE., Ak., CA., MBus (Acc)., SAS selaku
pembimbing yang telah memberikan bimbingan dengan segala perhatian,
petunjuk, dan sarannya.
6. Ibu Andriani, SE, MM, M.Sc Selaku dosen wali yang terus memberikan
dukungan moril dalam penyusunan Skripsi.
ix
7. Bapak Rizky Fadhillah, S.ST., M. Tr.Bns., CIRBD selaku mentor yang
bersedia memberikan informasi yang sangat berguna dalam penyelesaian
skripsi.
x
xi
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ................................................................................................... i
Halaman Judul ..................................................................................................... ii
Halaman Persetujuan .......................................................................................... iii
Halaman Pengesahan .......................................................................................... iv
Halaman Pernyataan Keaslian. ............................................................................. v
Halaman Motto ................................................................................................... vi
Halaman Persembahan. ...................................................................................... vii
Abstrak ............................................................................................................. viii
Abstract. .............................................................................................................. x
Kata Pengantar .................................................................................................. viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Permasalahan ..................................................................................... 3
C. Rumusan Masalah .............................................................................. 3
D. TujuanPenelitian ................................................................................ 4
E. Manfaat Penelitian .............................................................................. 4
1. Manfaat Teoritis .......................................................................... 4
2. Manfaat Praktis ........................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5
A. Landasan Teori .................................................................................. 5
1. Pengertian KPR Syariah .............................................................. 5
2. Pembiayaan Take over ................................................................. 5
B. Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................... 14
C. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 15
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 16
A. Jenis Penelitian ................................................................................ 16
B. Variabel Penelitian .......................................................................... 16
C. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 16
D. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 17
E. Teknis Analisis Data ........................................................................ 18
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 19
A. Hasil dan Pembahasan ..................................................................... 19
1. Sejarah Bank Muamalat Indonesia ............................................. 19
2. Struktur Organisasi .................................................................... 22
3. Kegiatan Usaha ......................................................................... 23
4. Kegiatan Usaha Lain ................................................................. 25
B. Pembahasan Hasil Penelitian. .......................................................... 26
xii
1. Prosedur pembiayaan KPR Take Over dan Implementasinya pada
Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin ........................ 26
a. Pengalihan pembiayaan dari bank konvensional ................. 26
b. Pengalihan pembiayaan dari bank syariah .......................... 27
2. Perlakuan dan Pencatatan Akuntansi Pembiayaan KPR Take Over
pada Bank Muamalat Indonesia Cab. Banjarmasin. ................... 33
3. Alasan Nasabah Mengajukan Pembiayaan KPR Take Over di
Bank Muamalat Indonesia Cab. Banjarmasin. .......................... 335
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 36
A. SIMPULAN .................................................................................... 36
B. SARAN ........................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 38
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
xiv
ABSTRAK
Izzati Amalia (D030416014). Pembiayaan KPR Take over Pada Bank
Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin Periode 2017-2019, Program
Studi Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah, Jurusan Akuntansi, Politeknik
Negeri Banjarmasin, 2020.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi pengalihan
pembiayaan terkait KPR Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin dan
perkembangannya selama 2017-2019.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Data penelitian
bersumber dari hasil wawancara dan laporan keuangan dengan merujuk pada
Fatwa DSN-MUI No. 31/DSN-MUI/VI/2002 mengenai pengalihan hutang,
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 36/SEOJK.03/2015 Tentang Produk dan
Aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, serta Peraturan Bank
Indonesia No. 20 / 8 / PBI / 2018 tentang ketentuan wajib untuk Kredit
Tambahan ( Top Up ) atau Pembiayaan Baru Berdasarkan Properti yang Masih
Menjadi Angunan dan KP atau PP yang Diambil Alih (takeover).
Berdasarkan hasil penelitian, pembiayaan KPR take over pada Bank
Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin diperlakukan sebagai Pembiayaan baru.
Terdapat 2 jenis Pembiayaan KPR Take over . Akad yang digunakan adalah akad
murabahah dan musyarakah mutanaqisah sesuai dengan alternatif akad yang
terdapat dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan Peraturan Bank Indonesia
namun berbeda dari 4 alternatif yang disebutkan dalam Fatwa DSN-MUI.
Berdasarkan laporan keuangannya, pembiayaan KPR selama tahun 2017-2019
mengalami penurunan.
Kata Kunci: Pembiayaan KPR Take over, Murabahah, Musyarakah
Mutanaqisah.
xv
ABSTRACT
Izzati Amalia (D030416014). Muamalat Pembiayaan KPR Take overof
Banjarmasin Branch, Accounting Study Program of Islamic Financial
Institutions, Accounting Department, Banjarmasin State Polytechnic, 2020.
This study used descriptive qualitative method. The data sourced was from
interviews and financial reports with reference to Fatwa DSN-MUI No. 31 / DSN-
MUI / VI / 2002, Financial Services Authority Regulation No. 36 / SEOJK.03 /
2015 and Bank Indonesia Regulation No. 20/8 / PBI / 2018 which were related to
take over.
The results of the study showed that,Pembiayaan KPR Take over of
Muamalat .Banjarmasin Branch was treated as a new financing instead of take
over clasification. There were 2 types of Pembiayaan KPR Take over offered. The
contract used were the murabahah and musyarakah mutanaqisah in accord ance
with the alternative contracts contained in the Financial Services Authority and
Bank Indonesia Regulations but different from the 4 alternatives mentioned in the
Fatwa DSN-MUI. Further, based on Muamalat’s financial statements, Shariah
Complaint Financing has decreased during 2017-2019.
Keywords: Financing, KPR take over, the Murabahah and Musyarakah
Mutanaqisah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada umumnya kebutuhan pokok masyarakat dibagi ke dalam tiga
kategori, yaitu sandang, pangan dan papan. Ketiga kebutuhan pokok tersebut
tidak dapat ditinggalkan dalam kehidupan. Setiap masyarakat pasti
berkeinginan memiliki tempat tinggal impiannya masing – masing,
khususnya bagi mereka yang sudah memiliki keluarga (Aprilia, 2016).
Keinginan masyarakat dalam memiliki rumah di respon oleh lembaga
keuangan khususnya bank, yang menganggap sebagai peluang
bisnisdalamsuatu produk pembiayaan. Pembiayaan merupakan salah satu
produk yang terdapat dalam bank, dimana bank memberikan penawaran
kepada pihak yang membutuhkan dengan memfasilitasi penyediaan dana
untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan yang ada seperti halnya dengan
fasilitas pembiayaan Kredit Kepemilikan Rumah(Antonio, 2001).
Namun, seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai merasa khawatir
mengenai KPR yang ada pada bank konvensional.Selain karena faktor riba,
ada faktornya lainnya seperti dari alasan nasabah yang pernah di kecewakan
hingga kekhawatiran nasabah mengenai cicilan KPR di bank konvensional
yang fluktuatif sehingga menambah beban yang tidak terduga.Pembayaran
yang fluktiatif ini dikarenakan bank konvensional mengacu pada suku bunga
Bank Indonesia.Serta keinginan dari nasabah yang memerlukan tambahan
plafond pada kredit di bank sebelumnya. Fenomena masyarakat yang ingin
memindahkan pembiayaan (take over) yang terdapat pada bank konvensional
sebelumnya dikarenakan banyaknya dari nasabah yang ingin behijrah
menuju bank yang memiliki syariat Islam yang berpegang kepada prinsip
idealisme ke syariahan dalam kegiatan bertransaksi sehingga dengan
memindahkan KPR tersebut mereka merasa lebih aman dan
nyaman(Purwanto, 2016).
2
Menurut Fatwa DSN MUI yang dimaksud dengan take over atau
pengalihan hutang adalah suatu bentuk pemindahan hutang nasabah dari
suatu bank konvensional berpindah ke bank syariah. Pembiayaan KPR take
over sebagai salah satu fasilitas yang tersedia pada bank syariah yaitu
pemindahan pembiayaan KPR dari bank konvensional sebelumnya, yang
kemudian di alihkan kepada bank syariah untuk melunasi sisa cicilan pada
bank sebelumnya. Transaksi perpindahan take over pengalihan pembiayaan
dari bank konvensional ke bank syariah diperbolehkan dalam Islam melalui
ketentuan Fatwa DSN-MUI No. 31/DSN-MUI/VI/2002 tentang pengalihan
hutang.Dalam fatwa ini disebutkan adanya empat alternatif akad yang dapat
digunakan yaitu1) Qardh dan Murabahah, 2) Syirkahal-milk dan
Murabahah, 3) Qardh dan Ijarah dan 4) Qardh dan IMBT (Ijarah Muntahiya
Bit-Tamlik). Bank syariah saat ini dapat menggunakan ke empat alternatif
akad tersebut untuk pembiayaan pengalihan hutang (take over). Secara teori
ke empat akad tersebut di perbolehkan, namun terkadang dalam realisasinya
akad tersebut masih belum pas digunakan untuk pengalihan hutang(MUI,
2002).
Salah satu produk pembiayaan Bank Muamalat Indonesia adalah fasilitas
jasa pengalihan hutang atau take over dari bank lain. Dilansir dari website
resmi Bank Muamalat Indonesia Pembiayaan take over pada Bank Muamalat
terbagi menjadi tiga sesuai dengan kategori produk,yang pertama ada
pembiayaan take over untuk produk Pembiayaan KPR IB Muamalat yaitu
pembiayaan yang membantu nasabah untuk kepemilikan rumah pribadi,
rumah susun, apartemen termasuk renovasi dan pengalihan (take over) dari
bank lain dengan menggunakan dua pilihan akad murabahah (jual-beli) dan
musyarakah muntanqishah (kerjasama). Yang kedua produk pembiayaan IB
Muamalat Pensiunan yaitu produk pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan
hari tua dengan beragam keuntungan dengan prinsip syariah. Produk ini di
khususkan memfasilitasi pensiunan untuk kepemilikan rumah serta renovasi,
pembelian kendaraan, biaya pendidikan anak, biaya pernikahan anak serta
umroh. Ini termasuk juga untuk pembiayaan take over yang di miliki oleh
3
Pensiunan dari bank lain yang menggunakan dua pilihan akad yaitu akad
murabahah (jual-beli) dan akad multijasa. Dan yang ketiga yaitu pembiayaan
IB Muamalat Multiguna yaitu pembiayaan yang memfasilitasi nasabah untuk
kepemilikan dan renovasi rumah, pembelian kendaraan, biaya pendidikan
anak, biaya pernikahan anak dan umroh. Namun untuk sekarang yang lebih
sering di kenalpada Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin adalah
pembiayaan take over pada produk KPR IB Muamalat dan pembiyaan take
over(Bank Muamalat).
Beberapa hasil penelitian tentang implementasi pembiayaan KPR take
over pada Bank Muamalat menunjukan penggunaan akad yang berbeda dari
Fatwa DSN MUI. Dengan pertimbangan belum ada barang yang diperjual
belikan, Bank Muamalat Indonesia Cabang Salatiga menggunakan akad
qardh dan musyarakah muntaqisah(Aprilia, 2016). Sementara akad qardh
dan murabahah lebih banyak digunakan karena dianggap kedua akad tersebut
paling mudah di aplikasikan kedalam pembiayaan take over (Adi Purwanto,
2016; Farida Sutarsih ,2008). Oleh karena latar belakang di atas, peneliti
tertarik untuk mencari tahu dan mengangkat penelitian tentang implementasi
Pembiayaan KPR take over Bank Muamalat Indonesia khususnya pada
Cabang Banjarmasin.
B. Permasalahan
Berdasarkan pada latar belakang masalah sebagaimana diuraikan di atas,
maka dapat dilihat ada perbedaan kebijakan akad yang digunakanberdasarkan
ketentuan Fatwa DSN-MUI No. 31/DSN-MUI/VI/2002 tentang pengalihan
hutangdi setiap pembiayaan KPR take over pada Bank Muamalat Indonesia
yang berbeda. (Aprilia, 2016).
C. Rumusan Masalah
Rumusan permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana
implementasi pada pembiayaan KPR take over di Bank Muamalat Indonesia
di Cabang Banjarmasin?
4
D. TujuanPenelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana implementasi pembiayaan KPR take over Bank
Muamalat Indonesia di Cabang Banjarmasin.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
terhadap masyarakat tentang praktik pembiayaan KPR take over
perbankan syariah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat, diharapkan dari hasil penelitian agar masyarakat
lebih mengetahui produk – produk yang ada di perbankan syariah
khususnya produk pembiayaan KPR take over.
b. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah
referensi bagi peneliti selanjutnya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian KPR Syariah
KPR merupakan singkatan dari Kredit Pemilikan Rumah. KPR
syariah dapat di artikan sebagai kepemilikan rakyat yang mempunyai
mekanisme berdasakan akad jual beli atau suatu fasilitas pembiayaan
yang diberikan oleh perbankan syariah yang digunakan untuk membantu
masyarakat guna membeli hunian berikut tanah milik sendiri sesuai
dengan prinsip syariah Islam. Pada pembiyaan ini terjadi kesepakatan
antara nasabah dan pihak bank untuk mengembalikan tagihan berupa
uang baik secara tunai maupun cicilan setelah jangka waktu tertentu.
Keuntungan bank syariah dalam produk KPR ini adalah berupa margin
penjualan yang di kenakan kepada pihak nasabah atas kesepakatan
bersama. Margin yang di tetapkan oleh bank syariah tersebut yang
menjadikan objek pembeda yang dapat memungkinkan antar
banksyariah melakukan kompetisi dalam menentukan tingkatan
marginnya(Sutarsih, 2008).
2. Pembiayaan take over
a. Pengalihan pembiayaan bank konvensional ke bank syariah
Menurut terjemahan bahasa Inggris – Indonesia, take over
artinya pengambil alihan. Sedangkan dalam penelitian ini, yang di
maksud take over menurut Fatwa DSN-MUI adalah proses
pengalihan pembiayaan dari nasabah bank konvensional ke
banksyariah(MUI, 2002). Take over merupakan salah satu bentuk
produk jasa pelayanan dari bank syariah yang membantu
masyarakat untuk mengalihkan transaksi non syariah yang telah
berjalan menjadi transaksi sesuai dengan prinsip syariah.
Pembiayaan berdasarkan take over, di klasifikasikan hutang bank
6
konvensional oleh bank syariah menjadi dua macam yaitu, yang
pertama hutang pokok plus bunga dan yang kedua hutang pokok.
Untuk menangani hutang pokok plus bunga bank syariah
menggunakan akad qardh, sedangkan untuk hutang pokok saja
menggunakan akad hiwalah berupa peralihan hutang (Zahroh,
2018).
Pembiayaan take over, dianggap sebagai bentuk persaingan
perbankan syariah dalam menarik minat masyarakat. Perbankan
syariah memiliki kelebihan di mata masyarakat terutama prinsip
kesyariahan, sehingga pembiayaan take over ditunjukan kepada
masyarakat yang sebelumnnya sudah memiliki kredit di perbankan
konvensional. Perbankan syariah melakukan hal tersebut bertujuan
untuk memperbesar market share, sesuai target ketetapan Bank
Indonesia dengan market share mencapai sebesar 5% (Nanda,
2009). Dalam proses take over,disini banksyariah menjadi pihak
yang akan melakukan take over terhadap kredit yang dimiliki calon
nasabah pada bank konvensional, sebagai wakil dari calon
nasabahnya untuk melunasi sisa kredit yang terdapat pada bank
terdahulu, mengambil bukti pelunasan, surat asli angsuran,
angunan, perizinan, polis asuransi dan surat – surat lainnya,
sehingga barang (dalam hal ini rumah) menjadi milik nasabah
secara utuh. Kemudian, untuk melunasi hutang kepada banksyariah
maka nasabah menjual kembali rumah tersebut kepada pihak
banksyariah dengan menggunakan akad yang sudah ditentukan pada
Fatwa DSN- MUI No. 31/DSN-MUI/VI/2002 mengenai pengalihan
hutang. Dalam fatwa ini disebutkan adanya empat alternatif akad
yang dalam digunakan yaitu yang pertama akad qardh dan
murabahah, yang kedua akad syirkahal-milk dan murabahah, yang
ketiga akad qardh dan ijarah, dan yang keempat qardh dan IMBT (
ijarah muntahiya bit-tamblik ).Adapun alternative akad menurut
Fatwa DSN MUI sebagai berikut:
7
Alternatif I
1) LKS memberikan qardh kepada nasabah. Dengan qardh
tersebut nasabah melunasi kredit (utang)-nya; dan dengan
demikian, asset yang dibeli dengan kredit tersebut
menjadimilik nasabah secara penuh ( .الملكالتام)
2) Nasabah menjual aset dimaksud angka 1 kepada LKS, dan
dengan hasil penjualan itu nasabah melunasi qardh-nya kepada
LKS.
3) LKS menjual secara murabahah aset yang telah menjadi
miliknya tersebut kepada nasabah, dengan pembayaran secara
cicilan.
4) Fatwa DSN nomor: 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang al-Qardh
dan Fatwa DSN nomor: 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang
murabahah berlaku pula dalam pelaksanaan Pembiayaan
Pengalihan Utang sebagaimana dimaksud alternatif I ini.
Alternatif II
1) LKS membeli sebagian aset nasabah, dengan seizin LKK
sehingga dengan demikian, terjadilah syirkahal-milk antara
LKS dan nasabah terhadap asset tersebut.
2) Bagian asset yang dibeli oleh LKS sebagaimana dimaksud
angka 1 adalah bagian asset yang senilai dengan utang (sisa
cicilan) nasabah kepada LKK.
3) LKS menjual secara murabahah bagian asset yang
menjadimiliknya tersebut kepada nasabah, dengan pembayaran
secara cicilan.
4) Fatwa DSN nomor: 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah
berlaku pula dalam pelaksanaan PembiayaanPengalihan Utang
sebagaimana dimaksud dalam alternatif II ini.
8
Alternatif III
1) Dalam pengurusan untuk memperoleh kepemilikan penuh
atas aset, nasabah dapat melakukan akad Ijarah (الملكالتام)
dengan LKS, sesuai dengan Fatwa DSN-MUI nomor 09/DSN-
MUI/IV/2002
2) Apabila diperlukan, LKS dapat membantu menalangi
kewajiban nasabah dengan menggunakan prinsip al-Qardh
sesuai Fatwa DSN-MUI nomor 19/DSN-MUI/IV/2001.
3) Akad Ijarah sebagaimana dimaksudkan angka 1 tidak boleh
dipersyaratkan dengan (harus terpisah dari) pemberian talangan
sebagaimana dimaksudkan angka 2.
4) Besar imbalan jasa Ijarah sebagaimana dimaksudkan angka 1
tidak boleh didasarkan pada jumlah talangan yang diberikan
LKS kepada nasabah sebagaimana dimaksudkan angka 2.
Alternatif IV
1) LKS memberikan qardh kepada nasabah. Dengan qardh
tersebut nasabah melunasi kredit (utang)-nya; dan
dengandemikian, asset yang dibeli dengan kredit tersebut
menjadimilik nasabah secara penuh (الملكالتام)
2) Nasabah menjual aset dimaksud angka 1 kepada LKS, dan
dengan hasil penjualan itu nasabah melunasi qardh-nya kepada
LKS.
3) LKS menyewakan asset yang telah menjadi miliknya tersebut
kepada nasabah, dengan akad al-Ijarah al-Muntahiyahbial-
Tamlik. Dewan Syariah Nasional MUI.
4) Fatwa DSN nomor: 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang al-Qardh
dan Fatwa DSN nomor: 27/DSN-MUI/III/2002 tentang al-
Ijarah al-Muntahiyahbial-Tamlik berlaku pula dalam
pelaksanaan Pembiayaan Pengalihan Utang sebagaimana
dimaksud dalam alternatif IV ini.
9
Merujuk pada kedua Fatwa MUI diatas, Pembiayaan take over
juga disebutkan dalam Peraturan Otoritas Jasa KeuanganNOMOR
36/SEOJK.03/2015 Tentang Produk dan Aktivitas Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah (point II)yang
menjelaskanmengenaipersyaratan dan alternatif akad pada
Pengalihan Utang atau pembiayaan yang menjelaskan sebagai
berikut:
1) Dalam hal pemindahan utang nasabah baik dari lembaga
keuangan konvensional ke bank dan dari pembiayaan pada
lembaga keuangan syariah ke bank:
a) Nasabah merupakan nasabah yang memiliki kredit dari
lembaga keuangan konvensional/syariah yang ingin
mengalihkan utangnya kepada bank.
b) Kredit yang akan dialihkan belum lunas.
c) Kredit yang akan dialihkan memiliki underlying asset
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
2) Dalam hal pemindahan utang dari nasabah dalam rangka
pembiayaan properti maka:
a) Pembiayaan yang hanya ditujukan untuk pelunasan kredit
di lembaga keuangan konvensional sebelumnya atau
pelunasan pembiayaan di lembaga keuangan syariah
sebelumnya tidak diperlakukan sebagai pembiayaan baru
b) Pembiayaan yang disertai dengan tambahan (top up)
diperlakukan sebagai pembiayaan baru sehingga tunduk
pada persyaratan pembiayaan ulang (refinancing).
Persyaratan ini mengacu kepada ketentuan yang mengatur
mengenai rasio loan to value atau rasio financing to
value untuk kredit atau pembiayaan properti dan uang
muka untuk kredit atau pembiayaan kendaraan bermotor
beserta ketentuan perubahannya.
10
c) Bank melakukan analisis atas permohonan pembiayaan
dari nasabah yang antara lain meliputi aspek personal
berupa analisa karakter (character) dan/atau aspek usaha
antara lain meliputi analisa kapasitas usaha (capacity),
keuangan (capital), dan/atau prospek usaha (condition).
3) Bank dan nasabah menuangkan kesepakatan dalam perjanjian
tertulis atau bentuk lain yang dapat dipersamakan dengan itu.
4) Bank menerapkan transparansi informasi produk dan
perlindungan nasabah sesuai ketentuan yang berlaku.
5) Bank memiliki kebijakan dan prosedur untuk mitigasi risiko.
6) Bank memiliki sistem pencatatan dan pengadministrasian
rekening yang memadai(NO 36/SEOJK.03/2015).
Dalam hal pemindahan utang nasabah dari lembaga keuangan
konvensional ke lembaga keuangan/bankSyariah dalam POJK
dijelaskan alternative akad yang digunakan sesuai dengan ketentuan
oleh Fatwa DSN- MUI No. 31/DSN-MUI/VI/2002. Namun POJK
menambahkan penggunaan akad alternatif satuan tidak berpasangan
seperti disebutkan dalam Fatwa DSN-MUI yaitu akad murabahah,
musyarakah mutanaqisah dan hawalah bial-ujrah berikut
penjelasan lebih lanjut:
1) Alternatif Akad murabahah
a) Bank dengan seizin lembaga keuangan konvensional
membeli sebagian aset nasabah yang dibiayai oleh
lembaga keuangan konvensional sehingga terjadi
kepemilikan bersama antara bank dan nasabah terhadap
aset tersebut.
b) Bagian aset yang dibeli bank adalah bagian aset yang
senilai dengan sisa utang (sisa kredit) nasabah kepada
lembaga keuangan konvensional.
11
c) Bank menjual bagian aset yang telah dimilikinya tersebut
kepada nasabah secara murabahah dengan pembayaran
secara cicilan.
2) Alternatif akad musyarakah mutanaqisah
a) Nasabah yang memiliki kredit pada lembaga keuangan
konvensional mengajukan permohonanan pengalihan
hutangnnya, kemudian banksyariah dan nasabah
melakukan akad musyarakah mutanaqisah dengan
ketentuan bank dan nasabah menyertakan modal usaha
senilai kesepakatan antara bank dengan nasabah.
b) Setelah utang pada lembaga konvensional sebelumnya
lunas, kemudian nasabah menyewa barang yang menjadi
obyek syirkah(musyarakah) dengan akad ijarah dan/atau
nasabah dan bank melakukan kegiatan usaha dengan pihak
ketiga dalam bentuk, kegiatan usaha sewa menyewa,
kegiatan usaha jual beli, dan kegiatan usaha bagi hasil.
bank dan nasabah berbagi pendapatan atas kegiatan yang
disebutkan sebelumnya. Setelah itu nasabah membeli
kembali porsi kepemilikan (hishshah) modal syirkah bank
secara bertahap.
3) Alternatif akad hawalah bial-ujrah
Nasabah yang masih memiliki kredit lembaga keuangan
konvensional mengajukan permohonan pengalihan utangnya,
Kemudian banksyariah dan nasabah melakukan akad hawalah
bial-ujrahdan membayar sebagian atau seluruh utang nasabah
kepada lembaga keuangan konvensional pada waktu yang
disepakati, kemudian nasabah membayar ujrah kepada bank
atas jasa hawalah. Nasabah membayar kewajibannya yang
timbul dari akad hawalah kepada bank, baik secara tunai
maupun secara tangguh/angsur sesuai kesepakatan.
12
b. Pengalihan pembiayaan antar bank syariah
Pengalihan Pembiayaan antar bank syariah disebutkan dalam
Peraturan Bank Indonesia NOMOR 20 / 8 / PBI / 2018 . Alternatif
akad yang diperbolehkan dalam hal pemindahan pembiayaan
nasabah dari lembaga keuangan syariah ke lembaga keuangan
syariah/banksyariah lainnya adalah hawalah bial-ujrah, ijarah
muntahiyah bittamlik dan musyarakah mutanaqisah untuk
pembiayaan sebelumnya yang menggunakan akad murabahah.
PBIdiatasmenjelaskanketentuan wajib untuk Kredit Tambahan
( Top Up ) atau Pembiayaan Baru Berdasarkan Properti yang Masih
Menjadi Angunan dan KP atau PP yang Diambil Alih ( Take
over)pada (bagian keempat pasal 13 dan 14) yang juga sudah
dijelaskan pada POJK sebelumnya. PBI memberikan penjelasan
tambahan berupa:
1) Pemberian Kredit tambahan (top up) oleh BUK
yangmerupakan tambahan dari KP sebelumnya menggunakan
Rasio LTV KP sebelumnya sepanjang Kredit tambahan (top
up) tersebut menggunakan agunan yang sama dan KP
sebelumnya memiliki kualitas lancar.
2) dalam hal Kredit tambahan (top up) tidak menggunakan
agunan yang sama dan/atau KP sebelumnya tidak memiliki
kualitas lancarsebagaimana dimaksud dalam huruf a maka
Kredit tambahan (top up) menggunakan Rasio LTV untuk KP
sebagaimana Kredit baru.
3) jumlah Kredit tambahan (top up) atau Pembiayaan baru yang
diberikan oleh Bank memperhitungkan jumlah baki debet KP
atau PP sebelumnya yang menggunakan agunan yang sama
(PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR
20/8/PBI/2018).
Selain Fatwa DSN-MUI diatas, adapun fatwa lainnya
menambahkan yaitu Fatwa DSN-MUI NO: 90/DSN-MUI/XII/2013
13
Tentang Pengalihan Pembiayaan murabahah Antar Lembaga
Keuangan Syarih (LKS) menambahkan perihal mekanisme
pengalihan utang pembiayaan murabahah yaitu:
1) Mekanisme I: Akad Hawalah bilUjrah
a) Nasabah (muhil/ madin/ debitur) yang memiliki utang
pembiayaan murabahah padasuatu LKS (LKS A)
mengajukan permohonan pengalihan utangnya kepada
LKS lain (muhal 'alaih).
b) LKS lain (muhal 'alaih/ muhtal) setelah menyetujui
permohonan nasabah tersebut,melakukan akad hawalah
bial-ujrah dan membayar sebagian atau seluruh utang
nasabah ke LKS A (muhal / muhtal/ da'in / kreditur) pada
waktu yang disepakati.
c) Nasabah (muhil/ madin / debitur) membayar ujrah kepada
LKS lain (Muhal 'alaih) atas jasa hawalah.
d) Nasabah (muhil / madin / debitur) membayar kewajibannya
yang timbul dari akad hawalah kepada LKS lain, baik
secara tunai maupun secara tangguh/angsur sesuai
kesepakatan.
2) Mekanisme II : Akad IMBT
a) Nasabah yang memiliki utang pembiayaan murabahah
pada suatu LKS (LKS A), mengajukan permohonan
pengalihan utangnya kepada LKS lain dengan akad IMBT.
b) LKS lain setelah menyetujui permohonan nasabah
tersebut, membeli aset nasabah tersebut yang dibeli
dengan akad murabahah dari LKS A, dengan janji obyek
tersebut akan disewa oleh nasabah dengan akad IMBT
c) LKS lain dan nasabah melakukan akad IMBT.
d) Nasabah melunasi utang pembiayaan murabahah nya ke
LKS A.
14
3) Mekanisme III : Akad MMQ
a) Nasabah yang memiliki utang pembiayaan murabahah
pada suatu LKS (LKS A), mengajukan permohonan
pengalihan utangnya kepada LKS lain dengan akad MMQ.
b) LKS lain dan nasabah melakukan akad MMQ dengan
ketentuan LKS lain menyertakan modal usaha senilai sisa
utang nasabah ke LKS A, dan nasabah menyertakan modal
usaha dalam bentuk barang yang nilainya sarna dengan
sebagian utangnya yang sudah dibayar ke LKS A.
c) Nasabah melunasi utang pembiayaan murabahah nya ke
LKS A.
d) Nasabah menyewa barang yang menjadi obyek syirkah
(musyarakah) dengan akad Ijarah.
e) Nasabah membeli hishshah modal syirkah LKS lain secara
bertahap(Fatwa DSN-MUI No: 90/DSN-MUI/XII/2013).
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sutarsih (2008) dan
Purwanto (2016)) atas Pembiayaan Take over Pada Bank Muamalat
menunjukkan bahwa akad yang biasa digunakan sebagaimana Fatwa DSN
MUI adalah qardh dan murabahah dengan pertimbangan kemudahan untuk
di aplikasikan pada pembiayaan take over. Berbeda dari kedua penelitian
diatas, Aprilia ( 2018) menemukan bahwa ada akad lain selain yang tetapkan
oleh Fatwa yang diimplementasikan yaitu akad qardh dan musyarakah
mutanaqisah. Pembiayaan dengan akad musyarakah mutanaqisah merupakan
suatu bentuk kerja sama kemitraan ketika bank dan nasabah membeli rumah
ataupun properti. Aset tersebut kemudian digunakan sebagai penambah
kepemilikan, sehingga pada waktu jatuh tempo, rumah atau properti tersebut
menjadi milik nasabah sepenuhnya.
15
Penelitian yang penulis lakukan saat ini memiliki persamaan dengan
penelitian terdahulu namun mengambil tempat studi yang berbeda yaitu
padaBank Muamalat Cabang Banjarmasin.
C. Kerangka Pemikiran
Adapun kerangka berfikir dari penelitian penulis tergambar pada
gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
Sumber: Data diolah Penulis, 2020
Ditemukan penggunaan akad dalam
pembiayaan KPR take over pada setiap Bank Muamalat Indonesia khususnya pada
Bank Muamalat Indonesia Cabang
Salatigayang digunakan tidak sesuai
dengan Fatwa DSN-MUI.
Bagaimana implementasi pembiayaan KPR
take overdi Bank Muamalat Indonesia di
Cabang Banjarmasin?
Pembiayaan KPR Take overPada Bank Muamalat Indonesia
Cabang Banjarmasin.
Metode Penelitian:
Metode deskriptif dengan menggunakan
teknik pendekatan kualitatif.
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan penulis menggunakan penelitian
deskriftif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggambarkan
implementasi akad yang digunakan dalam pembiayaan KPR take over di
Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin.
B. Variabel Penelitian
1. KPR Syariah
Kredit Pemilikan Rumah Syariah merupakan suatu fasilitas
pembiayaan yang diberikan oleh perbankan syariah yang digunakan
untuk membantu masyarakat guna membeli hunian berikut tanah milik
sendiri sesuai dengan prinsip syariah Islam.
2. Pembiayaan KPR Take over
Pembiayaan take over ada suatu proses pengalihan atau pemindahan
utang nasabah dari lembaga keuangan konvensional ke bank dan/atau
lembaga keuangan syariah.Dalam hal ini pembiayaan KPR take over
merupakan suatu pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah dari bank
konvensional terdahulu yang diambil alih oleh banksyariahkemudian
rumah tersebut akan dimiliki secara utuh oleh nasabah dengan waktu
yang ditentukan. Setelah terjadi pengalihan hutang, nasabah harus
membayar kembali hutang, baik secara lunas maupun cicilan kepada
banksyariah dengan menggunakan akad – akad yang di tentukan dalam
Fatwa DSN-MUI NO. 31/DSN-MUI/VI/2002 tentang pengalihan
hutang.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis data
17
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang
didapat penulis melalui wawancara dan dokumentasiyang diperoleh secara
langsung dari pihak Relationship Manager Financing dari Bank Muamalat
Indonesia Cabang Banjarmasin dan dokumen lain tentang pembiayaan
yang ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia.
2. Sumber data
a) Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh penelitian dari sumber
asli. Data dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari pihak
Relationship Manager Financing dari Bank Muamalat Indonesia
Cabang Banjarmasin dan dokumen lain tentang pembiayaan yang
ditawarkan oleh Bank Muamalat Indonesia.
b) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber internal
maupun sumber eksternal. Data sekuner yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi buku, skripsi, jurnal, website resmi Bank
Muamalat Indonesia serta sumber lainnya yang berkaitan dengan
penelitian penulis.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Wawancara, yaitu proses mengumpulkan informasi atau bahan yang
didapat melalui tanya jawab lisan dengan responden/narasumber ataupun
melalui media telekomunikasi dengan yang bersangkutan di Bank
Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin. Adapun wawancara meliputi
materi berikut :
a) Jenis pembiayaan take over.
b) Perbedaan akad pembiayaan KPR take over.
c) Persyaratan dan prosedur pembiayaan KPR take over.
d) Kebijakan akuntansi (perlakuan pembiayaan KPR take over ).
e) Motif/alasan nasabah mengajukan pembiayaan KPR take over.
18
2. Studi Pustaka
Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data dengan mempelajari
dan membaca literatur-literatur seperti jurnal, skripsi, buku-buku,
peraturan-peraturan, serta media lainnya yang berkaitan dengan
pembiayaan take over.
3. Dokumentasi
Yaitu teknik pengumpulan data dokumen dan arsip yang berkaitan dengan
pembiayaan KPR take over pada Bank Muamalat Indonesia Cabang
Banjarmasin.
E. Teknis Analisis Data
Adapun langkah – langkah teknik analisa data dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pengelompokan informasi sesuai pertanyaan penelitian
berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi pelaksanaan pembiayaan
KPR take over di Bank Muamalat Cabang Banjarmasin.
2. Menganalisis informasi dengan merujuk kepada peraturan yang berlaku.
3. Membuat kesimpulan hasil penelitian tentang pembiayaan KPR take
over Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin
19
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Pembahasan
1. Sejarah Bank Muamalat Indonesia
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk (Bank Muamalat Indonesia)
memulai perjalanan bisnisnya sebagai banksyariah pertama di Indonesia
pada 1 November 1991 atau 24 Rabi’us Tsani 1412. Pendirian Bank
Muamalat Indonesia digagas oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Ikatan Cendekiana Muslim Indonesia (ICMI) dan pengusaha muslim
yang kemudian mendapat dukungan dari pemerintah Republik
Indonesia. Sejak resmi beroperasi pada 1 Mei 1992 atau 27 Syawal 1412
H. Bank Muamalat Indonesia terus berinovasi dan mengeluarkan
produk-produk keuangan seperti Asuransi Syariah (Asuransi Takaful),
Dana Pensiun Lembaga Keuangan Muamalat (DPLK Muamalat) dan
Multifinance Syariah (Al-Ijarah Indonesia Finance) yang seluruhnya
menjadi terobosan di Indonesia. Selain itu produk bank yaitu shar-e yang
diluncurkan pada tahun 2004 juga merupakan tabungan instan pertama
di Indonesia.
Produk Shar-e Gold Debit Visa yang diluncurkan tahun 2011
tersebut mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia
(MURI) sebagai Kartu Debit Syariah dengan teknologi chip pertama di
Indonesia serta layanan e-chanel seperti internet banking, ATM, dan
cashmanagement seluruh produk-produk tersebut menjadi pionir produk
syariah di Indonesia dan menjadi tonggak sejarah penting di industri
perbankan Syariah
Pada 27 Oktober 1994, Bank Muamalat Indonesia mendapatkan izin
sebagai bank Devisa dan terdaftar sebagai perusahaan publik yang tidak
listing di bursa Efek Indonesia (BEI).Pada tahun 2003, Bank dengan
percaya diri melakukan penawaran umum terbatas (PUT) dengan hak
memesan efek terlebih dahulu (HMETD) sebanyak 5 (lima) kali dan
20
merupakan lembaga perbankan pertama di Indonesia yang mengeluarkan
sukuk subordinasi Mudharab. Aksi korporasi tersebut semakin
menegaskan posisi Bank Muamalat Indonesia di peta industri
perbankanIndonesia.
Seiring dengan kapasitas bank yang semakin diakui, bank semakin
melebarkan sayap dengan terus menambah jaringan kantor cabangnya di
seluruh Indonesia pada tahun 2009, bank mendapatkan izin untuk
membuka kantor cabang di kuala lumpur , Malaysia dan menjadi bank
pertama di Indonesia serta yang satu-satunya mewujudkan ekspansi
bisnis di Malaysia. Hingga saat ini, bank telah memiliki 325 kantor
layanan termasuk 1 (satu kantor cabang di Malaysia. Operasional Bank
juga didukung oleh jaringan layanan yang luas berupa 710 unit ATM
Muamalat, 120.000 jaringan ATM Prima\,serta lebih dari jaringan ATM
di Malaysia melalui Malaysia Electronic Payment(MEPS).
Menginjak usianya yang ke-20 pada tahun 2012, Bank Muamalat
pun terus mewujudkan berbagai pencapaian serta prestasi yang diakui
baik secara nasional maupun secara internasional. Hingga saat ini, bank
beroperasi bersama entitas anaknya dalam memberikan layanan terbaik
yaitu Al- Ijarah Indonesia Financi (ALIF) yang memberikan layanan
pembiayaan syariah, (DPLK Muamalat) yang memberikan dana pensiun
melalui layanan dana pensiun lembaga keuangan, dan Baitulmaal
Muamalat yang memberikan layanan untuk menyalurkan dana Zakat,
Infak dan Sedekah(ZIS).
Sejak tahun 2015, Bank Muamalat Indonesia bermetamorfosa untuk
menjadi entitas yang semakin baik dan meraih pertumbuhan jangka
panjang. Dengan strategi bisnis yang terarah Bank Muamalat Indonesia
akan terus melaju mewujudkan visi menjadi “The Best Islamic Bank in
Indonesia withStrongRegionlPresence”.
Kemudian pada bulan Juli 2017,Bank Muamalat Indonesia
menerbitkan Medium Term Notes Syariah (MTNS) dengan total nilai
21
Rp200 miliar, yang terdiri dari Rp 100miliar MTNS subordinasi dengan
tenor 5 tahun dan Rp 100 miliar MTNS dengan tenor 3 tahun.
Dan pada Bulan Oktober 2018, Bank Muamalat Indonesia mulai
meluncurkan kampanye #AyoHijrah yang mengajak masyarakat untuk
berhijrah, khususnya dalam hal layanan perbankan syariah. Kampanye
#AyoHijrah dilandasi oleh cita-cita bank yang ingin turut membangun
industri halal di dalam negeri yang diselaraskan dengan perkembangan
teknologi digital.
Bank Muamalat sebagai lembaga keuangan memiliki visi dan
misi dalam menjalankan kegiatan usahanya. Visi dan misi Bank
Muamalat Indonesia adalah sebagai berikut:
VISI Bank Muamalat Indonesia adalah Menjadi banksyariah
terbaik dan termasuk dalam 10 besar bank di Indonesia dengan
eksistensi yang diakui di tingkat regional.
MISIBank Muamalat Indonesia adalah Membangun lembaga
keuangan syariah yang unggul dan berkesinambungan dengan
penekanan pada semangat kewirausahaan berdasarkan prinsip kehati-
hatian, keunggulan sumber daya manusia yang islami dan professional
serta orientasi investasi yang inovatif, untuk memaksimalkan nilai
kepada seluruh pemangku kepentingan.
22
2. Struktur Organisasi
Berikut ini adalah struktur organisasi dari Bank Mumalat Indonesia Cabang Banjarmasin
BRANCH MANAGER
Betha Muhammad Zaky
BRANCH SUPPORT
Nanda Mawardi
RELATIONSHIP
MARKETING FUNDING
Nurul Qomariah
Adlina Amni
Rifqi Ansari
M. Khairil Anwary
RELATIONSHIP
MARKETING
FINANCING
Ainah
BRANCH OPERATION MANAGER
Yaser Arafat
Operation Officer
Rizal Hadiannur
TELLER
Amelia M R
Khairus
Shalihah
COSTUMER
SERVICE
Siti Nurrena
Kusuma
Yessiana
Ayu P
BACK OFFICE
Dini
Irwanti
Perwangi
Noor
23
3. Kegiatan Usaha
Menghimpun dana dari masyarakat meliputi:
1) Bentuk simpanan berupa:
a) Giro berdasarkan prinsip Wadi’ah;
b) Tabungan berdasarkan prinsip Wadi’ah atau Mudharabah;
c) Bentuk lain berdasarkan prinsip Wadi’ah.
2) Bentuk investasi berupa:
a) Deposito berjangka berdasarkan akad mudharabah;
b) Tabungan berdasarkan akad mudharabah;
c) Bentuk lain yang dipersamakan dengan deposito dan
tabungan berdasarkan akad mudharabah atau akad lainnya
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Menyalurkan pembiayaan:
1) Untuk transaksi jual beli berdasarkan akad antara lain:
a) Murabahah;
b) Istishna;
c) Salam;
d) Akad lain berdasarkan prinsip syariah.
2) Untuk transaksi bagi hasil berdasarkan akad antara lain:
a) Mudharabah;
b) Musyarakah;
c) Akad lain berdasarkan prinsip syariah.
3) Penyewaan barang benda bergerak atau tidak bergerak
berdasarkan akad antara lain:
a) Ijarah;
b) Ijarah muntahiya bittamlik;
c) Akad lain berdasarkan prinsip syariah.
4) Untuk transaksi pinjam meminjam berdasarkan:
a) Akad Qardh;
b) Akad lain berdasarkan prinsip syariah.
24
5) Melakukan pemberian jasa pelayanan perbankan berdasarkan
akadantara lain:
a) Wakalah;
b) Hawalah;
c) Kafalah;
d) Rahn.
6) Membeli, menjual dan/atau menjamin atas risiko sendiri surat
berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi
nyata (underlying transaction) berdasarkan prinsip syariah;
7) Membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang
diterbitkan oleh Pemerintah dan/ atau Bank Indonesia;
8) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan
melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau antar pihak
ketiga berdasarkan prinsip syariah;
9) Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan/atau
nasabah berdasarkan prinsip syariah;
10) Menerima pembayaran tagihan atas surat berharga yang
diterbitkan dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak
ketiga berdasarkan prinsip syariah;
11) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-surat
berharga berdasarkan prinsip Wadi’ah yad Amanah atau
prinsip lain berdasarkan prinsip syariah;
12) Melakukan kegiatan penitipan termasuk penatausahaannya
untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak
dengan prinsip Wakalah;
13) Memberi fasilitas Letter of Credit (L/C) berdasarkan prinsip
syariah;
14) Memberikan fasilitas garansi bank berdasarkan prinsip syariah;
15) Melakukan kegiatan usaha kartu debet, charge card
berdasarkan prinsip syariah;
16) Melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan akad Wakalah;
25
17) Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan bank sepanjang
disetujui oleh Otoritas Jasa Keuangan dan mendapatkan fatwa
Dewan Syariah Nasional.
4. Kegiatan Usaha Lain:
1) Melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan prinsip syariah.
2) Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank umum
syariah atau lembaga keuangan yang melakukan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip Syariah.
3) Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk
mengatasi akibat kegagalan pembiayaan berdasarkan prinsip
Syariah dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya.
4) Bertindak sebagai pendiri dan pengurus dana pensiun
berdasarkan prinsip syariah.
5) Melakukan kegiatan dalam pasar modal sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan ketentuan peraturan
perundangan di bidang pasar modal.
6) kegiatan atau produk bank berdasarkan prinsip syariah dengan
menggunakan sarana elektronik.
7) Menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat
berjangka pendek.
8) berdasarkan prinsip syariah, baik secara langsung atau tidak
langsung, melalui pasar uang.
9) Menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat
berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah, baik
secara langsung atau tidak langsung, melalui pasar modal.
10) Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha bank
umum syariah lainnya yang berdasarkan prinsip syariah.
26
B. Pembahasan Hasil Penelitian.
1. Prosedur Pembiayaan KPR Take Over dan Implementasinya pada
Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin
Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin menyediakan 2
jenis produk pembiayaan KPR take over yaitu Fix n Fix (murabahah)
dan Angsuran Super Ringan. Pengalihan pembiayaan bisa dari bank
konvensional atau dari bank syariah lain. Akad pembiayaan KPR take
over di Bank Muamalat Cabang Banjarmasin yang digunakan yaitu akad
murabahah dan musyarakah mutanaqisah.
a. Pengalihan pembiayaan dari bank konvensional
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan terjaminnya
keamanan serta keinginan untuk berhijrah menuju bank yang
berpegang dengan prinsip syariahagar terhindar dari riba
merupakan salah satu alasan mengapa nasabah memindahkan
pembiayaan KPR yang sebelumnya pada bank konvensional ke
Bank Mumalat Indonesia Cabang Banjarmasin.
Untuk pengalihan pembiayaan dari bank konvensional yang
sebelumnya tidak menggunakan akad, maka digunakan akad
murabahah. Pada umunya Bank Muamalat Indonesia Cabang
Banjarmasin mengarahkan nasabah untuk menggunakan akad
murabahah, karena akad murabahah di anggap paling mudah dan
nyaman untuk dipahami nasabah. Pada pembiayaan KPR take over
di Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin pencatatan yang
dilakukan sama seperti pembiayaan baru lainnya.
Mekanisme pembiayaan dengan proses take over, dimana sisa
cicilan KPR yang terdapat di bank sebelumnnya bisa dari bank
konvensional ataupun bank syariah lainnya di ambil alih oleh Bank
Muamalat. Proses biasanya memakan waktu cukup lama karena
harus dilakukan crosscheck agar dapat memastikan pembiayaan
take over dapat di proses lebih lanjut.
27
Berikut syarat – syarat pengajuan untuk pembiayaan KPR take
over pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin:
1) Mengisi Formulir Permohonan
2) Melengkapi dokumen sebagai berikut Fotocpy KTP Suami
&Isteri, Fotocopy Akta Nikah, Fotocopy Kartu Keluarga,
Fotocopy NPWP Pribadi, Pas Foto berwarna Suami &Isteri dan
Rekening koran tabungan / giro 6 bulan terakhir
Adapun data jaminan yang diperlukan yaitu :
1) Fotocopy Sertifikat Hak Guna Bangunan / Sertifikat Hak Milik
2) Fotocopy Izin Mendirikan Bangunan
3) Fotocopy Pajak Bumi Bangunan Terakhir
4) Rincian Rencana Pengunaan Dana
5) Bukti sisa outstanding bank lain ( fasilitas take over )
Kemudian persyaratan berikutnya ada berupa data penghasilan
untuk PNS/ Karyawan yaitu :
1) Slip / daftar gaji minimal 3 bulan terakhir
2) Surat Keputusan awal dan akhir dari instansi / perusahaan
Dan berikut data penghasilan bagi wiraswasta yaitu :
1) Fotocopy Izin Legalitas Usaha
2) Nota – Nota Pembelian Barang 6 bulan terakhir
3) Laporan Keuangan 2 Tahun Terakhir
b. Pengalihan pembiayaan dari bank syariah
Alasannasabah memindahkan pembiayaan KPR ( take over )
dari bank syariah lain ke Bank Muamalat adalah tambahan atau
fasilitas Top Up yang disediakan oleh Bank Muamalat Indonesia
Cabang Banjarmasin untuk biaya renovasi rumah dan lain-lain.
28
Pengalihan Pembiayaan dari bank syariah ke Bank Muamalat
Indonesia Cabang Banjarmsain menggunakan akad musyarakah
mutanaqisah alasan bank karena nasabah sudah memiliki angunan
di bank syariah sebelumnya yang sudah menggunakan akad
murabahah, yang mana proses pembiayaan take over digunakanlah
akad musyarakah mutanaqisah yang merupakan bentuk kerja sama
kemitraan bank dan nasabah secara bersama membeli rumah atau
properti. Aset tersebut kemudian disewakan kepada nasabah dengan
sewa bulanan. Bagian pendapatan dari sewa bulanan nasabah,
kemudian digunakan sebagai penambahan kepemilikan. Sehingga
dengan berjalannya waktu ( saat jatuh tempo) , rumah ataupun
properti tersebut akan sepenuhnya menjadi milik nasabah.
Selain itu pada Bank Muamalat Indonesia memberikan fasilitas
berupa Top Up, yang merupakan suatu penambahan atau
pembiayaan baru berdasarkan properti yang masih menjadi angunan
dari pembiayaan sebelumnya, dimana dengan nilai yang dicairkan
maksimun sebesar selisih antara nilai maksimum pembiayaan sesuai
FTV dengan outstanding pembiayaan exiting atau nilai fasilitas take
over. Misalkan ada nasabah dari banksyariah lainnya yang
sebelumnya sudah memiliki pembiayaan KPR yang sedang
berjalan, namun nasabah ingin menambah ataupun merenovasi
rumah tersebut akan tetapi pada bank syariah sebelumnya tidak bisa
memfasilitasi. Maka dalam hal ini Bank Muamalat Indonesia
Cabang Banjarmasin menyediakan fasilitas berupa Top Up sebagai
tambahan dana untuk merenovasi rumah melalui proses take over
kan KPR mereka pada Bank Muamalat Indonesia Cabang
Banjarmasin.
Untuk persyaratan serta prosedur mengenai pembiayaan KPR
take over baik dengan menggunakan akad murabahah dan
musyarakah mutanaqisah memiliki kesamaan. Berikut contoh
prosedur pelaksanaan mengguakan akad musyarakah mutanaqisah:
29
1) Permohonan take over dari nasabah dilengkapi dokumen
2) Proses Taksasi; Proses ini dilakukan untuk menaksir ulang nilai
jaminan yang diagunkan dalam hal ini objek rumah yang akan
di take over pembiayaan KPRnya. Tujuannya adalah
mengetahui berapa nilai pasar jaminan saat ini dan
mengevaluasi kelayakan jaminan dari sisi dokumen serta
kondisinya.
3) Penilaian Calon Nasabah; Sebelum menyetujui permohonan
calon nasabah untuk men-take over, pihak bank melakukan
survey mengenai calon debitur dengan menggunakan analisa
5C yaitu analisa mengenai character (karakter), capacity
(kapasitas), capital (modal), collateral (jaminan), dan
condition of economics (kondisi ekonomi). Selain survey
mengenai 5C ini, pihak bank juga melakukan survey bank
checking pada bank awal dan BI checking terlebih dahulu
untuk memastikan kebenaran hutang, jaminan, dan kelancaran
pembayaran calon nasabah.
4) Proses pengajuan pinjaman
5) Akad-akad pembiayaan dilaksanakan di kantor Bank Muamalat
dengan pendampingan notaris.
Adapun aturan-aturan terkait ketentuan pelaksanaannya adalah
sebagai berikut :
1) Proses pembiayaan (permohonan nasabah, mengisi formulir
aplikasi, kelengkapan dokumen);
2) Asli bukti kepemilikan agunan pembiayaan (sertifikat)
dilakukan verifikasi keabsahannya oleh notaris/PPAT yang
merupakan rekanan bank dan yang disetujui oleh pihak bank
asal, ke Badan Pertanahan Nasional (BPN) setempat.
3) Penandatanganan Perjanjian Pembiayaan (PK) Al musyarakah
mutanaqisah untuk hanya dilaksanakan setelah:
30
a) Bank menerima cover note dari pihak bank asal secara
efektif menerima dana take over sebesar baki
debet/kewajiban calon nasabah, maksimum dalam lima (5)
hari kerja akan melepaskan haknya atas sertifikat agunan
dengan menyerahkan kepada bank berupa : rincian total
kewajiban nasabah yang akan di take over , asli bukti
kepemilikan agunan (sertifikat) atas nama yang
bersangkutan, asli Sertifikat Hak Tanggungan, surat roya
ke BPN, dan bukti pelunasan pembiayaan atas nama calon
nasabah; atau
b) Bank menerima copy bukti kepemilikan agunan
(sertifikat) yang telah diteliti keabsahannya, dan print out
baki debet (outstanding) fasilitas KPR calon nasabah dari
bank asal;
c) Bank menerima Surat Pernyataan dari nasabah yang
menyatakan; nasabah bersedia untuk menandatangani akta
pengikatan atas tanah agunan pembiayaan dengan Hak
Tanggungan.
4) Pembayaran dana take over pembiayaan dilakukan oleh bank
secara tunai /overbooking ke rekening pinjaman atas nama
nasabah yang bersangkutan di bank asal sebesar kewajibannya.
5) Penandatanganan akad pembiayaan musyarakah mutanaqisah
dapat dilaksanakan setelah bank menerima:
a) Asli bukti kepemilikan agunan (sertifikat) a.n nasabah
ybs., asli sertifikat hak tanggungan dan surat roya ke BPN
diterima oleh bank, maka segera menyerahkan kepada
notaris PPAT rekanan bank untuk dilakukan
penandatanganan akte kuasa membebankan hak
tanggungan (akta SKMHT) oleh nasabah dan bank. Dan
melakukan pengikatan dengan skema murabahah.
31
b) Selanjutnya notaris PPAT rekanan bank tersebut akan
melaksanakan pengurusan peroyaan, pengikatan hak
tanggungan dan mendaftarkan sesuai ketentuan perundang
undangan untuk kepentingan bank.
c) Untuk mengamankan posisi bank, maka peroyaan dan
pengikatan agunan harus dilakukan oleh notaris rekanan
bank.
Namun, dalam penggunaan akad musyarakah mutanaqisah
mengindikasikan tidak sesuaian dengan ketentuan fatwa DSN MUI
NO. 31/DSN-MUI/VI/2002 yang menjelaskan kriteria penggunaan
akad yang diperbolehkan dalam pembiayaan take over. Ketidak
sesuaian dengan Fatwa DSN MUI ini tidak serta merta
menunjukkan bahwa Bank Muamalat Indonesia Cabang
Banjarmasin telah melanggar ketentuan syariah yang ditetapkan di
Indonesia. Hanya saja mereka memiliki pertimbangan lain terkait
penggunaan akad dalam pembiayaan take over. Dan melihat
peraturan lainnya seperti dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
bahwasanya penggunaan akad musyarakah mutanaqisah di
perbolehkan dalam pembiayaan take over.
Melihat fenomena yang terjadi penulis mencoba
mengaitkannya dengan perspektif fiqih melalui pencarian
literaturyang berjudul “ Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah
Terhadap Pembiayaan Take Over Dengan Jaminan SK PNS Melalui
Akad Murabahah Di Bank JABAR Banten Syariah KCP Lembang
(Anjarwati, 2019)” dan meminta pendapat dari salah satu ahli fiqih
BapakH.Mairijani, M. Ag. Dari hal tersebut didapat bahwa
penggunaan musyarakah mutanaqisah ada pembiayaan take over di
Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin diperbolehkan
dikarenakan lebih merasa aman dari kekhawatiran akan timbulnya
celah menuju riba.Selain itu penggunaan terhadap akad musyarakah
32
mutanaqisah dapat dikatakan sebagai jalan keluar bagi
permasalahan fleksibilitas penggunaan akad di banksyariah. Hal ini
sejalan dengan Q.S. Al – Maidah[5]: 2: mengenai ketetapan hukum
pembiayaan take over yaitu perintah untuk saling tolong menolong
dalam perbuatan positif. Berikut adalah tabel perbandingan lebih
jelasnya dari kedua akad yang digunakan dalam pembiayaan KPR
take over pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin.
Tabel 4.1 Perbandingan akad murabahah dan musyarakah
mutanaqisah
Murabahah Musyarakah
mutanaqisah
Untuk pembelian aset
(properti/non-properti),
atau pelunasan hutang
yang bersifat dan
tangible (berwujud).
Properti readystock dalam
bentuk Rumah, Apartemen
dan Ruko.
Kebutuhan jasa (biaya
pengobatan, jasa
renovasi/
pembangunan, biaya
pendidikan, biaya
pernikahan, wisata.
Material untuk keperluan
Renovasi atau Pembangunan
Properti. Bank hanya dapat
membiayai pembelian material
sesuai dengan spesifikasi
rincian untuk renovasi properti
diluar biaya tenaga kerja.
Pelunasan hutang
konsumtif di bank/
lembaga keuangan
lainnya dimana
penggunaan konsumtif
tidak diketahui dari
dokumen kontrak.
Kavling siap bangun dengan
lokasi developer yang telah
bekerja sama dengan BMI.
Ketentuan lainnya mengacu
pada ketentuan pembiayaan
kavling yang tertera pada
ketentuan Pembelian Properti.
Pembelian aset
(properti/ non properti)
yang belum terwujud
(indent)
Kendaraan Non – Niaga dalam
kondisi readystock.
Pembelian konsumsi
berangun properti.
33
Pelunasan hutang/Fasilitas ke
bank/ lembaga keuangan
konvensional dengan syarat
objek yang dibiayai
merupakan Untuk akad
murabahahbolehmenggunakan
jaminan
Pembelian konsumsi
berangun properti.
Untuk akad
musyarakah
mutanaqisah wajib
menggunakan jaminan
atas nama pribadi dan
Lanjutan
Murabahah
Musyarakah
mutanaqisah
Untuk pembelian aset
(properti/non-properti),
atau pelunasan hutang
yang bersifat dan
tangible (berwujud).
Tidak bisa membiayai denda
dan lai-lain dari bank
sebelumnya.
Dari segi jaminan Untuk akad murabahah boleh
menggunakan jaminan atas
nama orang lain. Tidak bisa
membiayai denda dan lai-lain
dari bank sebelumnya.
Untuk akad
musyarakah
mutanaqisah wajib
menggunakan jaminan
atas nama pribadi dan
kalau ada biaya yang
timbul pada
sebelumnya seperti
denda dan lain-lain bisa
dibiayai juga.
Sumber: Wawancara pada pihak Bank Mumamalat, 2020
2. Perlakuan dan Pencatatan Akuntansi Pembiayaan KPR Take Over
pada Bank Muamalat Indonesia Cab. Banjarmasin.
Pembiayaan take over merupakan jenis pembiayaan yang
membantu permasalahan nasabah yang ingin memindahkan utangnya
dari bank konvensional ke banksyariah. Namun, perlu digaris bawahi
bahwa pembiayaan take over merupakan pembiayaan ulang yang
diterapkan di Bank Muamalat Indonesia. Pembiayaan ulang yang
34
dimaksud adalah bahwa ketika nasabah mengajukan pembiayaan take
over maka sama halnya dengan pengajuan pembiayaan baru dengan
harus memenuhi syarat yang ditentukan oleh Bank Muamalat Indonesia.
Dalam penelitian ini penulis mengalami kendala terkait ketersedian
informasi khususnya informasi kuantitatif pembiayaan take over dan
terbatasnya akses di Cabang Banjarmasin. Sebagaimana disebutkan
diatas, pembiayaan take over diperlakukan sebagai pembiayaan baru
oleh Bank Muamalat, maka informasi yang menurut penulis paling
relevan adalah data dari laporan keuangan Bank Muamalat untuk
periode yang diteliti. Data dibawah tidak menggambarkan besaran
Pembiayaan take over yang terjadi karena merupakan data gabungan
dengan pembiayaan biasa dan tidak menunjukkan secara khusus kondisi
di cabang Banjarmasin. Catatan Atas Laporan Keuangan tidak
memberikan informasi rinci terkait take over dan tidak diklasifikasikan
secara khusus. Berikut data pembiayaan tahun 2019.
Tabel 4.2 Catatan Atas Laporan Keuangan tanggal 31 Desember
2019
2019
PIUTANG
Piutang murabahah – setelah dikurangi
Margin ditangguhkan sebesar
Rp 5.477.953.390 tahun 2019 dan Rp
5.986.601.096 tahun 2018
14.134.112.000
Pihak ketiga 4.015.775
Pihak berelasi 14.138.127.775
Jumlah (332.310.302)
Cadangan Kerugian penurunan nilai Bersih 13.805.817.473.
35
2019
PEMBIAYAAN MUSYARAKAH
Pihak ketiga 14.205.215.228
Pihak berelasi 1.668.688
Jumlah 14.206.883.916
Cadangan Kerugian penurunan nilai Bersih (198.584.139)
Bersih 14.008.299.777
Sumber:website resmi bankmuamalat.co.id,2020
3. Alasan Nasabah Mengajukan Pembiayaan KPR Take Over di Bank
Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin.
Kesadaran masyarakat akan keinginan untuk berhijarah agar
menghindari dari riba adalah salah satu dari alasan nasabah untuk
mengalihkan pembiayaan KPR yang terdapat pada bank konvensional
sebelumnya ke Bank Muamalat Indonesia Banjarmasin. Serta keinginan
nasabah untuk mendapatkan fasilitas Top Up yang disediakan oleh Bank
Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin guna memenuhi kebutuhan
nasabah yang tidak dapat difasilitasi oleh bank sebelumnya.
36
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Dari hasil penelitian ini, kesimpulan yang dapat penulis tarik adalah jenis
produk pembiayaan KPR take over pada Bank Muamalat Indonesia Cabang
Banjarmasin terbagi menjadi dua, yaitu Fix n Fix dan Angsuran Super
Ringan. Kedua jenis produk pembiayaan KPR tersebut dapat menggunakan
kedua akad yaitu akad murabahah dan musyarakah mutanaqisah. Kemudian
pengalihan pembiayaan bisa dari bank konvensional atau sesama bank
syariah pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin. Keduanya
memiliki kesamaan dalam syarat-syarat pengajuan serta prosedur
pelaksanaannya, yang membedakan dalam hal ini adalah penggunaan
akadnya.
Akad musyarakah mutanaqisah merupakan bentuk kerjasama kemitraan
ketika bank dan nasabah sama- sama membeli rumah atau properti. Aset
tersebut kemudian disewakan kepada nasabah digunakan sebagai penambah
kepemilikan, sehingga pada saat jatuh tempo rumah ataupun properti tersebut
menjadi milik nasabah. Akad yang digunakan tidak termasuk dalam
alternative yang ditawarkan dalam Fatwa DSN-MUI No.31 /DSN-MUI/ VI /
2002 namun disebutkan dalam Fatwa DSN-MUI No.90/DSN-MUI/XII/2013
, Peraturan OJK No.36/SEOJK.03/2015 dan Peraturan Bank Indonesia No.
20/8/PBI/2018.
Mengenai perlakuan dan pencatatan akuntansi berdasarkan Catatan Atas
Laporan Keuangan Bank Muamalat Indonesia yang dapat di akses melalui
situs resmi, Perlakukan serta pencatatan pembiayaan KPR take over oleh
Bank Muamalat diperlakukan sebagai pembiyaan baru, maka dalam CALK
tidak ada klasifikasi khusus yang mejelaskan untuk pengalihan/take over.
37
B. SARAN
1. Bagi peneliti selanjutnya yang akan mengangat topik yang
berhubungan dengan produk pembiayaan KPR take over, penulis
sarankan untuk mengembangkan penelitian ini. Peneliti selanjutnya
dapat mengembangkan objek penelitian terhadap bank umum syariah
lainnya, atau memfokuskan penelitian terhadap aspek pengakuan
dan pencatatan akuntansi untuk pembiayaan take over lainnya.
2. Bagi bank, peneliti sarankan untuk dapat mempertahankan akad
yang sudah digunakan namun tetap berpegang pada aturan pada
Fatwa DSN-MUI dan peraturan-peraturan lainnya yang tidak
menyalahi prinsip syariah.
38
DAFTAR PUSTAKA
Anjarwati, L. (2019). Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Pembiayaan
Take Over Dengan Jaminan SK PNS Melalui Akad Murabahah Di Bank
JABAR Banten Syariah KCP Lembang.
Antonio, M. S. (2001). BankSyariah Dari Teori Ke Praktik, 2001 (p. 160).
Aprilia, E. (2016). Analisis Pembiayaan Take Over pada Bank Muamalat
Indonesia Cabang Salatiga Periode 2013-2015.
Bank Muamalat. (n.d.). Retrieved January 3, 2020, from
https://www.bankmuamalat.co.id
Fatwa DSN-MUI No: 90/DSN-MUI/XII/2013. (n.d.). Fatwa DSN-MUI No:
90/DSN-MUI/XII/2013 Tentang Pengalihan Pembiayaan Murabahah
Antar Lembaga Keuangan Syariah (LKS).
MUI, D. (2002). Fatwa DSN- MUI No. 31/DSN-MUI/VI/2002.
Nanda, M. P. (2009). Analisa penerapan akad pembiayaan take over di perbankan
Syariah. Program Pascasarjana Universitas Indonesia.
NO 36/SEOJK.03/2015. (n.d.). Peraturan Otoritas Jasa Keuangan NOMOR
36/SEOJK.03/2015 Tentang Produk dan Aktivitas Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah (point II).
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 20/8/PBI/2018. (n.d.).
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 20/8/PBI/2018 TENTANG
RASIO LOAN TO VALUE UNTUK KREDIT PROPERTI, RASIO
FINANCING TO VALUE UNTUK PEMBIAYAAN PROPERTI, DAN
UANG MUKA UNTUK KREDIT ATAU PEMBIAYAAN
KENDARAAN BERMOTOR.
Purwanto, A. (2016). Analisis Implementasi Take Over Pada Pembiayaan Hunian
Syariah (Studi Bank Muamalat Cabang Pembantu Mojokerto ).
Sutarsih, F. (2008). Desaian Akad Pembiayaan Take over KPR Syariah Di Bank
Muamalat Indonesia.
Zahroh, I. L. (2018). Zahroh, Isna Latifatul (2018).Mekanisme Take over Pada
Pembiayaan KPR iB Dengan Akad IMBT Di BRISyariah KCP
Purbalingga.
39
Lampiran 1. Lembar Bimbingan
40
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian
41
Lampiran 3.Denah Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin
Nama Instansi : Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin
Alamat : Jl. A. Yani KM 5,2 No.1, Pekapuran Raya, Kec.
Banjarmasin Timur, Kota Banjarmasin, Kalimantan
Selatan, 70249
No. Telepon : (0511) 3264050
42
43
44
45
Lampiran 5. Hasil Wawancara
1. Apa pengertian dari pembiayaan take over?
Jawab : Take over merupakan peruntukan/ tujuan pembiayaan, yaitu
pengambil alihan pembiayaan atas nama nasbah/ pasangan dengan angunan
atas nama nasabah/pasangan dari Bank/Lembaga Keuangan lain baik
konvensional ataupun bank/Lembaga Keuangan syariah yang di pindahkan
ke Bank Muamalat.
2. Apa saja produk yang terdapat dalam pembiayaan takeoverpada Bank
Muamalat Indonesia Cab. Banjarmasin ?
Jawab : Seperti yang dapat dilihat di website resmi Bank Muamalat ada tiga
yaitu untuk takeoverKPR, Multi Guna dan Pensiunan. Tetapi untuk saat ini
pada BMI Cab. Banjarmasin cuman ada 2 yaitu KPR dan Multi Guna, untuk
yang Pensiunan saat ini produknya di stop dulu, dikarenakan juga
terhalangnya
3. Apa perbedaan KPR takeoverdanpembiyaantakeoverlainnya?
Jawab : KPR takeover adalah pembiayaan yang di pergunakan khusus untuk
mengambil alih fasilitas KPR di Bank sebelumnya dan juga seperti renovasi
dll. Sedangkan Multi Guna untuk pembelian mobil, biaya kuliah, biaya
perkawinan dll
4. Akad apa saja yang digunakan dalam pembiayaan KPR take over?
Kebanyaka menggunakan akad apa? Perbedaan dari kedua akad tersebut apa
saja?
Jawab : Ada 2 akad yang digunakan pada BMI Cab. Banjarmasin sesuai
dengan ketentuan Fatwa DSN, yaitu akad Murabahah dan Musyarakah
mutanaqisah. Biasanya untuk pembiayaan takeoverdari Bank lain seperti
Bank konvensional yang sebelumnya tidak menggunakan suatu akad , maka
pada saat melakukan pembiyaantakeoverdi BMI digunakan akad Murabahah,
Namun untuk pembiayaan takeoverdari sesama BankSyariah, maka tidak bisa
menggunakan akad yang sama yaitu Murabahah, maka dari itu di gunakan
akad Musyarakah mutanaqisah. Berikut tabel perbedaan akad Murabahah
dan Musyarakah mutanaqisah :
Murabahah Musyarakah mutanaqisah
Untuk pembelian
aset (properti/non-
1. Properti readystock
dalam bentuk
Untuk tujuan konsumtif selain
pembelian aset (properi/non-
46
properti), atau
pelunasan hutang
yang bersifat dan
tangible
(berwujud).
Rumah, Apartemen
dan Ruko.
2. Material untuk
keperluan Renovasi
atau Pembangunan
Properti. Bank hanya
dapat membiayai
pembelian material
sesuai dengan
spesifikasi rincian
untuk renovasi
properti diluar biaya
tenaga kerja.
3. Kavling siap bangun
dengan lokasi
developer yang telah
bekerja sama dengan
BMI. Ketentuan
lainnya mengacu
pada ketentuan
pembiayaan kavling
yang tertera pada
ketentuan Pembelian
Properti.
4. Kendaraan Non –
Niaga dalam kondisi
readystock.
5. Pelunasan hutang/
Fasilitas ke Bank/
Lembaga Keuangan
Konvensional
dengan syarat objek
yang dibiayai
merupakan aset
tangible( berwujud/
berbentuk/
properti).
1. Kebutuhan jasa (biaya
pengobatan, jasa renovasi/
pembangunan, biaya
pendidikan, biaya
pernikahan, wisata.
2. Pelunasan hutang konsumtif
di Bank/ Lembaga
Keuangan lainnya dimana
penggunaan konsumtif tidak
diketahui dari dokumen
kontrak.
3. Pembelian aset ( properti/
non properti) yang belum
terwujud (indent)
4. Pembelian konsumsi
berangun properti.
47
readystock) dan
Dari segi jaminan Untuk akad Murabahah
boleh menggunakan
jaminan atas nama orang
lain. Tidak bisa membiayai
denda dan lai-lain dari
bank sebelumnya.
Untuk akad Musyarakah
mutanaqisah wajib
menggunakan jaminan atas
nama pribadi dan kalau ada
biaya yang timbul pada
sebelumnya seperti denda dan
lain-lain bisa dibiayai juga.
5. Bagaimanakah prosedur pembiayaan KPR takeoverpada BMI Cab.
Banjarmasin dan apa saja persyaratan yang diperlukan?
Jawab : Berdasarkan prinsip musyarakah mutanaqisah pada Bank Muamalat,
prosedur yang dijalankan adalah sebagai berikut :
a. Permohonan take over dari nasabah dilengkapi dokumen
b. Proses Taksasi; Proses ini dilakukan untuk menaksir ulang nilai jaminan
yang diagunkan dalam hal ini objek rumah yang akan di take over
pembiayaan KPRnya. Tujuannya adalah mengetahui berapa nilai pasar
jaminan saat ini dan mengevaluasi kelayakan jaminan dari sisi dokumen
serta kondisinya.
c. Penilaian Calon Nasabah; Sebelum menyetujui permohonan calon
nasabah untuk men-take over, pihak Bank melakukan survey mengenai
calon debitur dengan menggunakan analisa 5C yaitu analisa mengenai
character (karakter), capacity (kapasitas), capital (modal), collateral
(jaminan), dan conditionofeconomics (kondisi ekonomi). Selain survey
mengenai 5C ini, pihak bank juga melakukan survey bank checking pada
bank awal dan BI checking terlebih dahulu untuk memastikan kebenaran
hutang, jaminan, dan kelancaran pembayaran calon nasabah.
d. Proses pengajuan pinjaman
e. Akad-akad pembiayaan dilaksanakan di kantor Bank Muamalat dengan
pendampingan notaris.
48
Adapun aturan-aturan terkait ketentuan pelaksanaannya adalah sebagai
berikut :
1) Proses pembiayaan (permohonan nasabah, mengisi formulir
aplikasi, kelengkapan dokumen);
2) Asli bukti kepemilikan agunan pembiayaan (sertifikat)
dilakukan verifikasi keabsahannya oleh notaris/PPAT yang
merupakan rekanan Bank dan yang disetujui oleh pihak bank
asal, ke Badan Pertanahan Nasional (BPN) setempat.
3) Penandatanganan Perjanjian Pembiayaan (PK) Al musyarakah
mutanaqisah untuk hanya dilaksanakan setelah:
a) Bank menerima covernote dari pihak Bank asal secara
efektif menerima dana take over sebesar baki
debet/kewajiban calon nasabah, maksimum dalam lima (5)
hari kerja akan melepaskan haknya atas sertifikat agunan
dengan menyerahkan kepada Bank berupa : rincian total
kewajiban nasabah yang akan di take over , asli bukti
kepemilikan agunan (sertifikat) atas nama yang
bersangkutan, asli Sertifikat Hak Tanggungan, surat roya
ke BPN, dan bukti pelunasan pembiayaan atas nama calon
nasabah; atau
b) Bank menerima copy bukti kepemilikan agunan
(sertifikat) yang telah diteliti keabsahannya, dan printout
baki debet (outstanding) fasilitas KPR calon nasabah dari
Bank asal;
c) Bank menerima Surat Pernyataan dari nasabah yang
menyatakan; Nasabah bersedia untuk menandatangani
akta pengikatan atas tanah agunan pembiayaan dengan
Hak Tanggungan.
4) Pembayaran dana take over pembiayaan dilakukan oleh Bank
secara tunai /overbooking ke rekening pinjaman atas nama
nasabah yang bersangkutan di Bank asal sebesar kewajibannya.
49
5) Penandatanganan Akad Pembiayaan Musyarakah mutanaqisah
dapat dilaksanakan setelah Bank menerima:
a) Asli bukti kepemilikan agunan (sertifikat) a.n nasabah
ybs., asli sertifikat hak tanggungan dan surat roya ke BPN
diterima oleh bank, maka segera menyerahkan kepada
notaris PPAT rekanan bank untuk dilakukan
penandatanganan akte kuasa membebankan hak
tanggungan (akta SKMHT) oleh nasabah dan bank. Dan
melakukan pengikatan dengan skema murabahah.
b) Selanjutnya notaris PPAT rekanan bank tersebut akan
melaksanakan pengurusan peroyaan, pengikatan hak
tanggungan dan mendaftarkan sesuai ketentuan perundang
undangan untuk kepentingan bank.
c) Untuk mengamankan posisi bank, maka peroyaan dan
pengikatan agunan harus dilakukan oleh notaris rekanan
bank.
Persyaratan pengajuan untuk pembiayaan KPR Take over pada
Bank Muamalat Banjarmasin :
a. Mengisi Formulir Permohonan
b. Fotocpy KTP Suami &Isteri
c. Fotocopy Akta Nikah
d. Fotocopy Kartu Keluarga
e. Fotocopy NPWP Pribadi
f. Pas Foto berwarna Suami &Isteri
g. Rekening koran tabungan / giro 6 bulan terakhir
Adapun data jaminan yang diperlukan yaitu :
a. Fotocopy Sertifikat Hak Guna Bangunan / Sertifikat Hak Milik
b. Fotocopy Izin Mendirikan Bangunan
c. Fotocopy Pajak Bumi Bangunan Terakhir
d. Rincian Rencana Pengunaan Dana
e. Bukti sisa outstandingbank lain ( fasilitas Take over )
50
Kemudian persyaratan berikutnya ada berupa data penghasilan
untuk PNS/ Karyawan yaitu :
a. Slip / Daftar gaji minimal 3 bulan terakhir
b. Surat Keputusan awal dan akhir dari Instansi / Perusahaan
Dan berikut data penghasilan bagi wiraswasta yaitu :
a. Fotocopy Izin Legalitas Usaha
b. Nota – Nota Pembelian Barang 6 bulan terakhir
c. Laporan Keuangan 2 tahun terakhir
6. Alasan nasabah melakukan pembiayaan KPR takeoverpada BMI Cab.
Banjarmasin?
Jawab : Dikarenakan meningkatnya kesadaran dan kebutuhan
masyarakat terkait konsep hijrah dan ingin melakukan top-up /
penambahan pinjaman yang akan di alihkan kepada Bank Muamalat
Indonesia Cabang Banjarmasin.
7. Bagaimana pengaruh pembiayaan KPR takeoverterhadap laporan
keuangan?
Jawab : Sebenarnya tidak terlalu berpengaruh karena sebenarnya
pembiayaan takeoverdianggap sama seperi pembiayaan baru di Bank
Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin.
8. Apakah benar proses pembiayaan KPR takeoversehingga kurang
diminati masyarakat?
Jawab : Sebenarnya tidak begitu rumit namun tergantung kepada
nasabah kembali yang semakin cepat mengumpulkan persyaratan yang
diperlukan semakin cepat juga pihak Bank Muamalat Indonesia Cabang
Banjarmasin memproses pembiayaan KPR take over. Dan kendala
lainnya juga biasanya pada Bank sebelumnya karena tahu bahwa
nasabahnya akan pindah maka akan ditawarkan pembiayaan yang lain
lagi.
9. Mulai dari tahun berapa BMI Cab. Banjarmasin melayani pembiayaan
KPR take over?
Jawab : Sejak produk KPR di Lounchingkurang lebih pada tahun
2007/2008.
51
10. Antara KPR take over dan Multi Guna, adakah perbedaan besar resiko
pada kedua jenistakeovertersebut ?
Jawab : Perbedaan besarnya terdapat di angunannya.
11. Alasan apa yang mendasari apabila pada bank sebelumnya dilakukan
pembiayaan dengan akad Murabahah, kemudian pada bank BMI
digunakan akad lain yaitu Musyarakah mutanaqisah ?
Jawab : Karena tidak bisa akad yang sama digunakan dua kali. Dan
apabila dari BankSyariah lainnya sudah menggunakan akad Murabahah,
maka di Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin memakai akad
Musyarakah mutanaqisah, selain akad yang sama tidak bisa digunakan
dua kali, tidak terdapat objek/ barang juga dari pembiyaan tersebut.
12. Bagi BMI sendiri pembiayaan KPR takeoversendiri, apakah keuntungan
nya lebih besar dibanding resikonya ?
Jawab : Resikonya relatif sama karena untuk KPR dan Multi Guna yang
masing-masing sudah di mitigasi dengan persyaratan dan ketentuan yang
ditetapkan untuk nasabah. Pada saat awal penjelasan produk juga sudah
dijelaskan mengenai resikonya.
13. Apakah secara khusus dijelaskan pada CALK berapa besar porsi
takeoverdibanding pembiayaan biasa?
Jawab : Karena pembiayaan takeoverdianggap seperti pembiayaan baru,
maka tidak dijelaskan secara khusus berapa porsinya pembiayaan take
over. Jadi cuman dapat dilihat di Laporan Keuangan pada akad
Murabahah dan Musyarakah mutanaqisah.
14. Bagaimana perkembangan KPR takeoverpada BMI Cab. Banjarmasin?
Khususnya pada tahun 2017-2019? Apakah dapat dilihat pada laporan
keuangan yang dapat di akses melalui website resmi BMI?
Jawab : Cukup bagus, dikarenakan ada beberapa program pembiayaan
sendiri dari BMI yaitu Angsuran Super Ringan, dan Fix&Fix, yang
dimana program tersebut memberikan keringanan bagi nasabah. Untuk
dilaporan keuangan mungkin dapat dilihat di sisi financing tapi itu untuk
pembiayaan secara menyeluruh. Untuk KPR takeoversendiri secara
mendetail tidak disebutkan dalam Laporan Keuangan, melainkan hanya
disebutkan berupa akad nya saja yaitu akad Murabahah dan Musyarakah
mutanaqisah.
52
15. Produk Fix n Fix dan Angsuran Super Ringan, masing-masing
menggunakan akad apa? Dan apakah ada perbedaan kedua jenis
produk tersebut?
Jawab : Akad yang digunakan bebas, boleh di antara 2 yaitu akad
murabahah ataupun musyarakah mutanaqisah. Perbedaannya terletak
pada angsurannya. Pilihan tergantung nasabah, tapi kebanyak
memilik Fix n Fix dikarenakan kalau dihitung hitung total Magrin
produk ASR lebih tinggi dari pada Fix n fix.
16. Mengenai take over di Bank Muamalat Indonesia Cabang
Banjarmasin mengikuti peraturan dari mana saja ka?
Jawab : Mengikuti peraturan, Fatwa DSN-MUI, Peraturan Bank
Indonesia, POJK untuk nomernya bisa di akses sendiri diwebsite
resmi masing-masing.
53
54
55
56
57