pembentukan rijang di laut dalam

4
PEMBENTUKAN RIJANG DI LAUT DALAM Rafli Riandi Kusnadi S1-T eknik Geologi Universitas Diponegoro, Indonesia Email: [email protected] ABSTRAK  Radiolaria merupakan salah satu jenis rhizopoda yang hidup dilaut dan memilki cangkang  yang keras yang mengandung bahan silicon dan kalsium karbonat. Radiolaria hidup bergerombol secara melayang, saat organisme ini terbawa menuju laut dalam dan kemudian mati, maka cangkang-cangkang organisme ini akan diendapkan perlahan didasar laut dalam  yang kemudian mengalami akumulasi yang masih saling lepas. Kemudian akumulasi dari cangkang-cangkang tersebut membentuk sebuah batuan yang kompak yaitu batuan sedimen non klastik yang bernama batu Rijang. Dilihat dari kandungannya, batu rijang terbentuk  sebagai hasil perubahan kimiawi pada pembentukan batuan endapan terkompresi, pada  proses diagenesis. Pada intinya Rijang merupakan batuan yang pada umumnya terbentuk oleh endapan sisa orga nisme yang menga ndun g sililka seperti radio laria.  Endapan tersebut dihasilkan dari hasil pemadatan dan rekristalisasi dari lumpur silika organik yang terakumulasi  pada dasar lautan yang dalam.  Kata Kunci : Radiolar ia, Rijang, Non Klastik PENDAHULUAN Rijang merupakan batuan sedimen non klastik ya ng te rb en tu k dar i ha sil end ap an sisa org ani sme yang mat i kemudi an sel anj utnya  berakumulasi membentuk batuan yaitu r ijang. Org anis me yan g memben tuk rij ang bia sany a me rupa ka n or ga nisme ya ng me ng andu ng silikaan seperti radiolaria. Pembentukan rijang di laut dalam sangat berpengaruh dengan habitat radiolaria yang hidup pada lautan, karena pada umumnya radiolaria merupakan organisme yang hidup berkoloni di laut dalam sehingga ketika mati radiolaria ini akan terakumulasi dan sisa cangkang yang lepas akan terendap kemudian terpa datkan dan menga lami rekri strali sasi dari lumpur silica organik yang terakumulasi pada dasar laut dal am yan g kemudian membentuk  batuan sedimen non klastik yang bernama rijang. Sehingga apabila kita menemukan rijang  pastilah kita menemukan fosil radiolarian yang mengin dikasi kan bah wa bat uan ini ter ben tuk da n tere ndap ka n di lau t da la m. Denga n menget ahui pro ses pemben tuk an rij ang, kit a dap at men get ahui pet rogenesa kej adia n yan g terjadi pada suatu bentuk lahan yang terdapat singkapan batuan rijang itu sendiri. DASAR TEORI Batuan sedimen non-klastik merupakan batuan sed ime n yan g ter ben tuk tanp a mel alu i pro ses transp ortas i. Batuan ini terben tuk oleh proses kimiawi dan organik. Proses kimiawi contohnya se pe rt i ba tu halit ya ng be ra sal da ri ha sil evap orasi dan batuan rijang sebagai proses dari rekristralisasi serta diagenesis. Batuan sedimen non-klastik dapat juga terbentuk sebagai hasil  proses organik, seperti batugamping terumbu yan g ber asa l dar i org anisme yan g tel ah mat i atau batubara yang berasal dari sisa tumbuhan yang terubahkan. Batuan ini terbentuk sebagai  proses kimiawi, yaitu material kimiawi yang larut dalam air (terutamanya air laut). Material ini terendapkan karena proses kimiawi seperti  proses penguapan membentuk kristal garam, ata u den gan ban tua n pro ses bio logi (se per ti membe sarnya cangkang oleh organ isme yang mengambil bahan kimia yang ada dalam air). Dal am kea daa n ter ten tu, pro ses yang ter libat san gat komple ks, dan sukar unt uk dib eda kan

Upload: rafli-riandi-kusnadi

Post on 12-Apr-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

 

PEMBENTUKAN RIJANG DI LAUT DALAM

Rafli Riandi Kusnadi

S1-Teknik Geologi Universitas Diponegoro, Indonesia

Email: [email protected]

ABSTRAK 

 Radiolaria merupakan salah satu jenis rhizopoda yang hidup dilaut dan memilki cangkang 

 yang keras yang mengandung bahan silicon dan kalsium karbonat. Radiolaria hidup

bergerombol secara melayang, saat organisme ini terbawa menuju laut dalam dan kemudian

mati, maka cangkang-cangkang organisme ini akan diendapkan perlahan didasar laut dalam

 yang kemudian mengalami akumulasi yang masih saling lepas. Kemudian akumulasi dari

cangkang-cangkang tersebut membentuk sebuah batuan yang kompak yaitu batuan sedimen

non klastik yang bernama batu Rijang. Dilihat dari kandungannya, batu rijang terbentuk 

 sebagai hasil perubahan kimiawi pada pembentukan batuan endapan terkompresi, pada

 proses diagenesis. Pada intinya Rijang merupakan batuan yang pada umumnya terbentuk 

oleh endapan sisa organisme yang mengandung sililka seperti radiolaria.  Endapan tersebut 

dihasilkan dari hasil pemadatan dan rekristalisasi dari lumpur silika organik yang terakumulasi

 pada dasar lautan yang dalam. 

 Kata Kunci : Radiolaria, Rijang, Non Klastik 

PENDAHULUAN

Rijang merupakan batuan sedimen non klastik 

yang terbentuk dari hasil endapan sisa

organisme yang mati kemudian selanjutnya

 berakumulasi membentuk batuan yaitu rijang.

Organisme yang membentuk rijang biasanya

merupakan organisme yang mengandung

silikaan seperti radiolaria. Pembentukan rijang

di laut dalam sangat berpengaruh dengan habitat

radiolaria yang hidup pada lautan, karena pada

umumnya radiolaria merupakan organisme yang

hidup berkoloni di laut dalam sehingga ketika

mati radiolaria ini akan terakumulasi dan sisa

cangkang yang lepas akan terendap kemudian

terpadatkan dan mengalami rekristralisasi dari

lumpur silica organik yang terakumulasi pada

dasar laut dalam yang kemudian membentuk 

 batuan sedimen non klastik yang bernama

rijang. Sehingga apabila kita menemukan rijang

 pastilah kita menemukan fosil radiolarian yang

mengindikasikan bahwa batuan ini terbentuk 

dan terendapkan di laut dalam. Dengan

mengetahui proses pembentukan rijang, kita

dapat mengetahui petrogenesa kejadian yang

terjadi pada suatu bentuk lahan yang terdapat

singkapan batuan rijang itu sendiri.

DASAR TEORI

Batuan sedimen non-klastik merupakan batuan

sedimen yang terbentuk tanpa melalui proses

transportasi. Batuan ini terbentuk oleh proses

kimiawi dan organik. Proses kimiawi contohnya

seperti batu halit yang berasal dari hasil

evaporasi dan batuan rijang sebagai proses dari

rekristralisasi serta diagenesis. Batuan sedimen

non-klastik dapat juga terbentuk sebagai hasil

 proses organik, seperti batugamping terumbu

yang berasal dari organisme yang telah mati

atau batubara yang berasal dari sisa tumbuhan

yang terubahkan. Batuan ini terbentuk sebagai

 proses kimiawi, yaitu material kimiawi yang

larut dalam air (terutamanya air laut). Material

ini terendapkan karena proses kimiawi seperti

 proses penguapan membentuk kristal garam,

atau dengan bantuan proses biologi (seperti

membesarnya cangkang oleh organisme yang

mengambil bahan kimia yang ada dalam air).

Dalam keadaan tertentu, proses yang terlibat

sangat kompleks, dan sukar untuk dibedakan

 

antara bahan yang terbentuk hasil proses kimia,

atau proses biologi (yang juga melibatkan

 proses kimia secara tak langsung). Jadi lebih

sesuai dari kedua-dua jenis sedimen ini

dimasukan dalam satu kelas yang sama, yaitu

sedimen endapan kimiawi / biokimia. Yang

termasuk dalam kelompok ini adalah sedimen

evaporit (evaporites), karbonat (carbonates),

 batugamping dan dolomit (limestones and

dolostone), serta batuan bersilika (siliceous

rocks), rijang (chert).

METODOLOGI

Metode yang digunakan dalam pembuatan paper 

ini adalah menganalisa data yang ada pada dasar 

teori dan dari sumber yang ada di internet dan

kemudian ditinjau, dianalisa, dan selanjutnya

dibahas.

DESKRIPSI

Batuan Sedimen Non klastik ini mempunyai

warna merah kecokelatan dengan struktur 

massif dan tekstur kriptokristalin, adapun

kekerasannya bernilai 7, mempunyai kilap

kaca, dan mempunyai karakteristik sangat

keras, dan apabila digesek dengan besi

dapat menimbulkan percikan api, adapun

komposisinya adalah mineral hematite dan

fosil, batuan ini mempunyai lingkungan

 pengendapan di laut dalam, dari

karakteristiknya batuan sedimen non klastik 

ini dinamakan batuan rijang.

PEMBAHASAN

Rijang adalah batuan sedimen klastik yang

terbentuk karena proses kristalisasi dan

diagenesis kimia. Kebanyakan perlapisan

rijang tersusun oleh sisa organisme

 penghasil silika seperti diatom dan

radiolaria. Endapan tersebut dihasilkan dari

hasil pemadatan dan rekristalisasi dari

lumpur silika organik yang terakumulasi

 pada dasar lautan yang dalam. Lumpur 

tersebut bersama-sama terkumpul dibawah

zona-zona plangtonik radiolaria dan diatom

saat hidup di permukaan air dengan suhu

yang hangat. Saat organisme tersebut mati,

cangkang organisme diendapkan perlahan di

dasar laut dalam yang kemudian mengalami

akumulasi yang masih saling lepas.

Material-material tersebut diendapkan jauh

dari busur daratan hingga area dasar 

samudra. Saat suplai sedimen terrigenous

rendah, dan pada bagian terdalam dari

dataran abyssal dimana batas ini dinamakan

carbonate compensation depth (CCD),

akumulasi material-material calcareous

tidak dapat terbentuk. Hal ini dikarenakan

salah satu sifat air, yaitu air dingin akan

mengikat lebih banyak CO2 dibandingkan

air hangat. Di laut, terdapat satu batas yang

 jelas di mana kandungan CO2 di bawah

lebih tinggi dari pada diatas permukaan laut.

Sehingga, akibat kandungan CO2 yang

sangat tinggi organisme yang mengandung

karbonat akan larut di zona ini, sehingga

tidak akan mengendap karena karbonatan

yang terkandung oleh organisme larut

terlebih dahulu sebelum mencapai dasar 

laut. Carbonate compensation depth ini

terletak sekitar kedalaman 2500 meter atau

2,5 kilometer di bawah permukaan laut. Di

atas carbonate compensation depth, sekitar 

2000 meter, terdapat suatu daerah yang

disebut lysocline. Di sini, sebagian karbonat

sudah mulai melarut sebagian. Berberapa

 perlapisan rijang belum tentu berasal dari

 bahan organik. Bisa saja berasal dari

 presipitasi silika yang berasal dari dapur 

magma yang sama pada magma basaltik 

 bawah laut (lava bantal) yang mengalami

 presipitasi bersamaan dengan perlapisan

rijang. Maka dapat disimpulkan

 pembentukan batuan rijang di laut dalam

tidak hanya terbentuk dari sisa organisme

yang mati melainkan bisa juga terbentuk 

dari hasil vulkanisme aktivitas magma di

dasar laut dalam.

KESIMPULAN

Rijang merupakan batuan sedimen non klastik,

 berwarna merah kecokelatan dengan struktur 

massif dan tekstur kriptokristalin, terbentuk dari

sisa organisme yang mati yang mengalami

diagenesis dan bias juga dari aktivitas

vulkanisme atau dari dapur magma yang bersifat

 basaltik.

REFERENCES

 

http://nugrohowahyoe.files.wordpress.com/2010/07/lks-ipa-wahyu.pdf 

http://solusisaveourplanet.files.wordpress.com/2008/05/pemanasan-global-low-res12.pdf 

http://3.bp.blogspot.com/-dZJ20I_5WDI/URDSidf1JhI/AAAAAAAAACI/qtwN7H1GrXs/s1600/pemanasan-20global3.jpg.gif 

http://news.liputan6.com/read/429769/pencairan

-gletser-di-alpen-meluas

http://suprememastertv.com/ina/bbs/board.php?

 bo_table=sos_ina&wr_id=294&goto_url=iphon

e&sca=&page=84&url=&

http://green.kompasiana.com/iklim/2013/05/16/

 pemanasan-global-560779.html

http://erabaru.net/internasional/35-

internasional/17032-gletser-mencair-penduduk-

 pegunungan-alpen-terancam