pembelajaran tetralogi andrea hirata - digilib.uns.ac.id... · studi kasus di sma negeri 1...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PEMBELAJARAN TETRALOGI ANDREA HIRATA:
Studi Kasus di SMA Negeri 1 Karanganom, Klaten
SKRIPSI
Oleh:
ANJAR ARDYANI
K1207002
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PEMBELAJARAN TETRALOGI ANDREA HIRATA:
Studi Kasus di SMA Negeri 1 Karanganom, Klaten
Oleh:
ANJAR ARDYANI
K1207002
SKRIPSI
Disusun untuk Memenuhi Persyaratan
Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui di hadapan Tim Penguji, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta untuk memenuhi
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Persetujuan Pembimbing,
Pembimbing I,
Drs. Suyitno, M. Pd.
NIP 195201221980031001
Pembimbing II,
Sri Hastuti, S.S., M.Pd.
NIP 196906282003122001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dr. Andayani, M.Pd. .....................
Sekretaris : Dr. Nugraheni E.W, S.S., M.Hum. .....................
Anggota I : Drs. Suyitno, M. Pd. .....................
Anggota II : Sri Hastuti, S.S., M.Pd. .....................
Disahkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. Furqon Hidayatullah, M. Pd.
NIP 196007271987021001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Anjar Ardyani. K1207002. Pembelajaran Tetralogi Andrea Hirata: Studi
Kasus di SMA Negeri 1 Karanganom. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Surakarta. September 2011.
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan: (1) Bentuk perencanaan
pembelajaran Tetralogi Andrea Hirata di SMA Negeri 1 Karanganom, (2)
Pelaksanaan pembelajaran Tetralogi Andrea Hirata di SMA Negeri 1
Karanganom, (3) Kendala-kendala yang timbul dalam pelaksanaan pembelajaran
Tetralogi Andrea Hirata di SMA Negeri 1 Karanganom, (4) Upaya guru bahasa
Indonesia dan pihak sekolah untuk mengatasi kendala pembelajaran Tetralogi
Andrea Hirata di SMA Negeri 1 Karanganom.
Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian
ini adalah (1) Dokumen, (2) Tempat dan Peristiwa, dan (3) Informan. Teknik
pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan analisis dokumen, observasi, dan wawancara. Validitas
data diuji menggunakan triangulasi sumber (data) dan triangulasi metode. Teknik
analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis interaktif.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil simpulan sebagai berikut: (1)
Bentuk perencanaan pembelajaran tetralogi Andrea Hirata menggunakan
perangkat pembelajaran yang dibuat oleh tim MGMP tingkat sekolah, yang
berbentuk RPP; (2) Pelaksanaan pembelajaran tetralogi Andrea Hirata hampir
memiliki kesesuaian seperti yang ada dalam RPP, yang berbeda adalah dengan
penambahan media elektronik dalam pembelajaran sehingga siswa merasa lebih
tertarik. Materi pembelajaran novel bersumber dari buku paket bahasa Indonesia
dari penerbit Erlangga, Bumi Aksara, Yudhistira, serta beberapa sumber dari
internet. Metode yang digunakan guru diantaranya: ceramah, tanya jawab, diskusi,
dan inkuiri. Media yang digunakan sudah menarik yaitu menggunakan media
elektronik yang berupa LCD proyektor. Sebagai evaluasi, saat akhir pembelajaran
guru melakukan evaluasi dalam bentuk tes tertulis. Tes tertulis tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
berhubungan dengan materi yang telah diperoleh siswa; (3) Kendala yang timbul
dalam pembelajaran tetralogi Andrea Hirata adalah kurangnya minat siswa
terhadap materi novel dan terbatasnya waktu; (4) Upaya yang dilakukan guru
bahasa Indonesia dan pihak sekolah untuk mengatasi kendala tersebut adalah:
untuk mengatasi minat siswa yang kurang terhadap materi novel, maka guru
berusaha menanamkan rasa senang pada siswa dengan mengajak siswa menonton
film terlebih dahulu dan menjelaskan tentang arti pentingnya novel sebagai karya
sastra. Untuk mengatasi kendala terbatasnya waktu, maka upaya guru adalah:
berusaha mengoptimalkan waktu, dengan memberikan tugas rumah, dan
penyampaian hasil diskusi secara perwakilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Kita melihat kebahagiaan itu seperti pelangi, tidak pernah berada di atas kepala
kita sendiri, tetapi selalu berada di atas kepala orang lain.
(Thomas Hardy)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada:
1. Orang tua tercinta, Bapak Sukiman dan Ibu
Rusmiyati atas semangat, dorongan, kasih
sayang, dan doa tiada henti.
2. Adikku, Esti Wardani yang menjadi sumber
semangat.
3. Teman spesialku, Ardiyan Pratama yang
selalu memberikan semangat dan dukungan.
4. Sahabat seperjuanganku, Praptami Windy dan
Airy Mindia.
5. Teman-teman BASTIND angkatan 2007.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
lancar. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan
gelar sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.
Penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang turut membantu, terutama
kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., selaku Dekan FKIP UNS yang
telah memberikan izin untuk penulisan skripsi ini.
2. Drs. Amir Fuady, M. Hum., Selaku pembantu Dekan III FKIP UNS yang telah
memberi banyak kemudahan pada peneliti.
3. Dr. Muhammad Rohmadi, S.S., M.Hum., selaku Ketua Jurusan PBS yang
telah memberikan izin untuk penulisan skripsi ini.
4. Dr. Andayani, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia.
5. Drs. Suyitno, M. Pd., selaku Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing I
yang telah membimbing dan memberikan arahan dengan sabar sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Sri Hastuti, S.S., M.Pd., selaku Pembimbing II yang dengan sabar telah
membimbing penulis selama proses penelitian berlangsung.
7. Bapak dan Ibu Dosen Program Bahasa dan Sastra Indonesia yang secara tulus
memberikan ilmunya kepada peneliti.
8. Keluarga besar SMA Negeri 1 Karanganom yang telah memperkenankan
penulis melaksanakan penelitian dan membantu penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
9. Kedua orang tua yang tulus ikhlas mendidik dengan sabar, mendoakan, dan
memperjuangkan hingga penulis meraih kesuksesan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
10. Keluarga besar mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan
2007 yang menjadi teman seperjuangan penulis selama menempuh pendidikan
di Universitas Sebelas Maret.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semoga amal
kebaikan semua pihak tersebut mendapat imbalan dari Tuhan. Amin.
Surakarta, September 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
MOTTO ........................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xvii
BAB I
PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 6
BAB II
LANDASAN TEORETIS, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN
KERANGKA BERPIKIR ................................................................................ 8
A. Landasan Teoretis
1. Hakikat Novel ..................................................................................... 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
a. Pengertian Novel ......................................................................... 8
b. Ciri-ciri Novel............................................................................... 10
c. Macam-macam Novel .................................................................. 10
d. Unsur Intrinsik Novel .................................................................. 11
2. Hakikat Tetralogi ................................................................................ 18
3. Tetralogi Andrea Hirata ...................................................................... 19
4. Hakikat Materi Ajar ............................................................................ 20
a. Pengertian Materi Ajar ................................................................. 20
b. Dasar Pemilihan Materi Ajar ....................................................... 21
5. Hakikat Apresiasi Sastra .................................................................... 23
a. Pengertian Apresiasi .................................................................... 23
b. Pengertian Apresiasi Sastra ......................................................... 23
6. Pemanfaatan Novel Tetralogi Andrea Hirata pada Pembelajaran
Apresiasi Sastra di SMA .................................................................... 26
a. Pengertian Pembelajaran ............................................................. 26
b. Ciri-ciri Pembelajaran .................................................................. 26
c. Tujuan Pembelajaran ................................................................... 27
d. Sastra dan Pembelajarannya ........................................................ 28
B. Penelitian Yang Relevan ........................................................................ 34
C. Kerangka Berpikir .................................................................................. 35
BAB III
METODE PENELITIAN .................................................................................. 37
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 37
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................................... 38
C. Sumber Data Penelitian ........................................................................... 38
D. Teknik Pengambilan Sampel................................................................... 39
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 39
F. Teknik Uji Validitas Data ....................................................................... 40
G. Teknik Analisis Data .............................................................................. 40
H. Prosedur Penelitian ................................................................................. 42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
BAB IV
HASIL PENELITIAN . ...................................................................................... 43
A. Deskripsi Latar Penelitian ...................................................................... 43
B. Deskripsi Awal ....................................................................................... 45
C. Deskripsi Data ........................................................................................ 47
1. Bentuk Perencanaan Pengajaran Tetralogi Andrea Hirata di SMA
Negeri 1 Karanganom ........................................................................ 47
2. Pelaksanaan Pengajaran Tetralogi Andrea Hirata ............................ 51
D. Analisis Data ........................................................................................... 56
1. Bentuk Perencanaan Pengajaran Tetralogi Andrea Hirata di SMA
Negeri 1 Karanganom ...................................................................... 56
2. Pelaksanaan Pengajaran Tetralogi Andrea Hirata di SMA Negeri 1
Karanganom ..................................................................................... 58
3. Kendala-kendala yang Timbul dalam Pengajaran Tetralogi Andrea
Hirata di SMA Negeri 1 Karanganom ............................................. 62
4. Upaya Guru Bahasa Indonesia dan Pihak Sekolah untuk Mengatasi
Kendala Pengajaran Tetralogi Andrea Hirata di SMA Negeri 1
Karanganom ..................................................................................... 63
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ......................................................... 66
A. Simpulan ................................................................................................. 66
B. Implikasi .................................................................................................. 68
C. Saran ........................................................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 70
LAMPIRAN ....................................................................................................... 73
DAFTAR TABEL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Tabel
1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran Novel di
Kelas XI Semester 2 ................................................................................. 34
2. Jadwal Penelitian ...................................................................................... 37
3. Soal tentang Unsur Intrinsik Novel Tetralogi Andrea Hirata ................... 54
4. Jawaban Siswa tentang Unsur Intrinsik Novel Tetralogi Andrea Hirata .. 55
DAFTAR GAMBAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Gambar
1. Kerangka Berpikir Penelitian ................................................................... 36
2. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif ............................ 42
DAFTAR LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Lampiran
1. Sinopsis Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata ............................. 73
2. Sinopsis Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata ............................... 75
3. Sinopsis Novel Edensor Karya Andrea Hirata ......................................... 77
4. Sinopsis Novel Maryamah Karpov Karya Andrea Hirata ........................ 79
5. Catatan Lapangan Hasil Analisis Dokumen ............................................. 87
6. Catatan Lapangan Hasil Analisis Dokumen ............................................. 89
7. Catatan Lapangan Hasil Analisis Pengamatan ......................................... 90
8. Catatan Lapangan Hasil Analisis Pengamatan ......................................... 93
9. Catatan Lapangan Hasil Analisis Wawancara .......................................... 96
10. Catatan Lapangan Hasil Analisis Wawancara .......................................... 103
11. Catatan Lapangan Hasil Analisis Wawancara .......................................... 109
12. Denah Gedung Barat ................................................................................ 113
13. Struktur Organisasi secara Operasional .................................................... 114
DAFTAR SINGKATAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
1. TIU : Tujuan Instruksional Umum
2. TIK : Tujuan Instruksional Khusus
3. CLHW : Catatan Lapangan Hasil Wawancara
4. KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
5. MGMP : Musyawarah Guru Mata Pelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Anjar Ardyani. K1207002. Tetralogy of Andrea Hirata Learning: A Case Study
in SMA Negeri 1 Karanganom. Theses. Faculty of Teacher Training and
Education Sebelas Maret University. Surakarta. September 2011.
The purpose of this study to describe: (1) The form of planning in learning
Tetralogy of Andrea Hirata in SMA N 1 Karanganom, (2) Implementation of
tetralogy of Andrea Hirata in SMA N 1 Karanganom, (3) The constraints that arise in
the implementation of learning Tetralogy of Andrea Hirata in SMA N 1 Karanganom,
(4) The efforts Indonesian teachers and schools to overcome barriers to learning in
Tetralogy of Andrea Hirata SMA N 1 Karanganom.
This research uses qualitative descriptive study. Sources of data in this study
are (1) Documents, (2) Places and Events, and (3) Informant. The sampling technique
using purposive sampling. Techniques of data collection is done by document
analysis, observation, and interviews. The validity was tested by using triangulation
of data sources (data) and the triangulation method. Techniques of data analysis in
this study using an interactive analysis model.
Based on this research, it can be concluded as follows: (1) The form of
tetralogy Andrea Hirata lesson plans to use the learning tool created by a team
MGMP school level, in the form of lesson plans, (2) Implementation of tetralogy of
Andrea Hirata learn almost have fit like the one in RPP, which is different is the
addition of electronic media in learning so that students feel more interested. Novel
learning materials sourced from Indonesian from textbook publishers Erlangga, Bumi
Aksara, Yudhisthira, as well as some sources from the internet. Methods teachers use
are: lecture, question and answer, discussion, and investigation. The medium used
interesting is to use electronic media in the form of an LCD projector. As an
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
evaluation, while the final evaluation of teachers teaching in the form of a written
test. Written test related to the material obtained by the students, (3) Obstacles that
arise in learning tetralogy of Andrea Hirata is a lack of student interest towards novel
materials and time limited, (4) The efforts the Indonesian teachers and the school to
overcome these obstacles are: to overcome the lack of student interest in novel
materials, teachers try to instill in students a sense of fun by inviting students to
watch the previous films and explains the importance of the novel as a literary work.
To overcome the constraints of limited time, the efforts of teachers is: trying to
optimize time, by giving homework, and submission of representatives from the
discussion.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan yang tepat tidak hanya dilihat dari segi materi pendidikan serta
kelengkapan sarana penunjang proses pembelajaran akan tetapi lebih kepada
bagaimana seorang guru membimbing para siswa untuk memahami materi
pendidikan tanpa mengabaikan potensi dari siswa tersebut. Guru hendaknya
memahami bahwa setiap siswa mempunyai dimensi kecerdasan yang berbeda-
beda.
Dalam berkomunikasi dikenal berbagai ragam bahasa. Ragam bahasa
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa
lisan merupakan ungkapan pengalaman batin seseorang dalam ujaran atau ucapan,
hubungan yang timbul dari penggunaan bahasa ini adalah pembicara dan
pendengar. Bahasa tulis merupakan ungkapan pengalaman batin seseorang dalam
bentuk tulisan, hubungan yang timbul dari penggunaan bahasa ini adalah penulis
dan pembaca. Dalam perkembangannya, ragam bahasa tulis muncul sebagai
sarana pengungkapan ide, gagasan, serta pemikiran manusia secara terperinci
daripada ragam bahasa lisan. Karya sastra merupakan salah satu dari ragam
bahasa tulis yang banyak terdapat dalam pembelajaran bahasa.
Atar Semi (1993: 8) mendefinisikan sastra adalah suatu bentuk dan hasil
pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan menggunakan bahasa
sebagai mediumnya. Sastra adalah suatu alat atau sarana untuk mengarahkan,
mengajarkan sesuatu tentang kebaikan yang telah disaksikan, dialami, dirasakan,
dan direnungkan secara mendalam oleh manusia tentang kehidupan yang
disampaikan secara indah dan menarik. Sastra merupakan karya seni yang
bermediakan bahasa yang unsur-unsur keindahannya menonjol. Akan tetapi,
sebagai sebuah karya seni, sastra bukan semata-mata berurusan dengan unsur
bahasa saja, melainkan juga dengan unsur-unsur sastra yang lain yang tak kalah
pentingnya. Karya sastra juga merupakan tanggapan seorang pengarang terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dunia yang dihadapinya, di dalamnya berisi pengalaman-pengalaman pengarang
sendiri, pengalaman orang lain, dan atau pengalaman sekelompok masyarakat.
Seorang sastrawan dalam menuangkan karyanya bukan hanya sekedar
mengambil dari lingkungan sekitarnya semata, namun penyerapan berawal dari
bahan mentah yang telah merasuki pikirannya sebagai bekal penghayatan yang
dalam benak sastrawan menjadi sebuah rasa yang menggelora, mengkristal
menjadi kata-kata yang siap dituangkan, yang pada akhirnya membentuk
rangkaian kalimat hingga layak menjadi sebuah karya sastra.
Pengajaran apresiasi sastra dinilai masih belum menunjukkan hasil yang
memuaskan. Kualitas pengajaran sastra dinilai rendah karena sastra hanya
diajarkan dalam definisi-definisi seperti ilmu fisika, dalam rumus-rumus mirip
rumus kimia (Taufik Ismail, 2007: 3). Pendapat senada tentang kualitas
pengajaran sastra saat ini rendah adalah pendapat yang dikemukakan oleh Atar
Semi. Atar Semi (2002: 134) mengatakan bahwa kualitas pengajaran sastra dinilai
rendah karena berbagai faktor seperti kurikulum, sarana belajar, dan guru.
Pengajaran sastra pada dasarnya adalah pengajaran tentang kehidupan.
Karya sastra menyajikan para tokoh dengan latar belakang tertentu mengalami
peristiwa atau konflik. Dalam karya sastra, pengarang menampilkan bagaimana
para tokoh cerita menyikapi serta keluar dari konflik tersebut. Karena itu, harga
karya sastra terletak pada cara pengarang menyampaikan tindak-tanduk, sikap,
penilaian tokoh cerita atas konflik yang dihadapi melalui berbagai tinjauan.
Melalui tinjauan tersebut pembaca memperoleh pembandingan atau pelajaran
yang berharga untuk menyikapi kehidupan sehari-hari. Karena karya sastra
bukanlah petunjuk praktis untuk menghadapi kehidupan sehari-hari, maka para
siswa perlu memperoleh pemahaman tentang bagaimana membaca karya sastra.
Disinilah pentingnya pengajaran apresiasi sastra. Pengajaran ini bermanfaat untuk
memberikan bekal teoretis kesusastraan dan latihan-latihan praktis membaca
karya sastra. Pengajaran sastra bukan hanya bermanfaat dalam menunjang
kemampuan berbahasa siswa dan mengembangkan kepekaan pikiran serta
perasaan siswa, melainkan juga bermanfaat untuk memperkaya pandangan hidup
serta kepribadian siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Peran guru adalah membawa siswa kepada proses menemukan makna dari
apa yang dibacanya. Karena itu, pengajaran sastra lebih pada menemukan cara
memandang suatu gejala atau peristiwa, bukan pada fakta peristiwa itu sendiri.
Karena karya sastra menampilkan penggalian-penggalian dari aspek kejiwaan
tokoh, dari sudut pandang sosial budaya, pembaca memperoleh cara pandang
relatif sekaligus menyeluruh atas suatu gejala atau peristiwa. Guru dapat berperan
dalam mengantarkan siswa pada cara pandang relatif dan komprehensif itu.
Dalam pembelajaran sastra, siswa dapat melakukan aktivitas membaca,
menikmati, menghayati, memahami serta merespon karya sastra tersebut. Melalui
apresiasi sastra diharapkan siswa mampu mengapresiasi dan memberi
penghargaan yang tulus terhadap karya sastra tersebut. Dunia sastra berkembang
sesuai dengan kehidupan dan perubahan zaman. Ada ciri khas tersendiri pada
setiap generasi yang menarik untuk disimak. Sekarang ini novel bertema remaja
dan cinta banyak bermunculan di peredaran. Tema yang diambil begitu menjual
walaupun kurang mendidik bagi pembacanya. Namun disamping itu, ada
beberapa novel yang berusaha memunculkan tema yang bagus sehingga menjadi
suatu bacaan yang berkualitas dan berguna.
Dari beberapa novel tersebut, ada novel yang mengangkat tema tentang
pendidikan. Selain itu juga memiliki gaya penceritaan yang bagus dan
penggunaan sudut pandang serta setting yang terperinci yang membuat sebuah
novel menjadi enak dan layak untuk dibaca yaitu novel Laskar Pelangi, Sang
Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov.
Alasan dipilihnya novel Tetralogi Andrea Hirata sebagai materi ajar dalam
penelitian ini adalah karena novel ini mengungkapkan masalah perjuangan
seorang anak yang gigih dalam berusaha untuk mewujudkan keinginannya yaitu
untuk bersekolah setinggi-tingginya walaupun ditengah kondisi ekonomi yang
serba kekurangan. Alasan lain adalah pesan yang disampaikan pengarang novel
yaitu agar setiap orang menggantungkan cita-citanya setinggi mungkin, dan
berusaha keras serta berdoa untuk dapat mewujudkan cita-cita tersebut.
Nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Tetralogi Andrea Hirata tidak
hanya tertuju pada masalah religius dan pendidikan, tetapi juga mengajarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
kepada pembaca tentang masalah-masalah sosial, moral, dan unsur keindahan
sebuah karya sastra. Permasalahan penting yang sering dihadapi guru dalam
kegiatan pembelajaran adalah memilih atau menentukan materi pembelajaran
yang tepat bagi siswa agar mereka bisa mencapai kompetensi yang telah
ditetapkan di dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang paling dekat dengan
pengembangan budi pekerti dan kepribadian tidak lain adalah bahasa dan sastra.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pembelajaran bahasa dan sastra selama ini
lebih menitikberatkan kepentingan praktis dan pragmatis, yakni untuk
meningkatkan kelancaran komunikasi dan pendalaman keilmuan semata. Oleh
karena itu, pembelajaran bahasa dan sastra kurang bisa mengangkat nuansa
apresiasi bagi siswa yang nantinya diharapkan dapat membentuk pribadi-pribadi
yang berbudi pekerti luhur sebagaimana harapan semua pihak.
Pembelajaran apresiasi sastra yang dilaksanakan selama ini monoton dan
kurang menarik. Siswa hanya mengenali sekilas tentang karya-karya sastra,
pengetahuan sastra, dan pengarang sastra. Siswa tidak diajak memahami, apalagi
memahami karya sastra atau belum pernah berapresiasi sastra. Pembelajaran
apresiasi sastra belum disampaikan atau diajarkan secara maksimal oleh guru
bahasa dan sastra Indonesia sehingga membuat daya apresiasi dan minat siswa
terhadap pembelajaran apresiasi sastra kurang berkembang. Padahal,
mengapresiasi karya sastra merupakan kegiatan yang perlu dilakukan oleh siswa
untuk mengapresiasikan pikiran dan perasaan siswa. Pembelajaran apresiasi sastra
seharusnya menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan bisa mengajak siswa
untuk mengapresiasikan pikiran dan perasaan melalui karya sastra tersebut.
Beberapa indikator rendahnya pembelajaran sastra dapat dilihat dari segi
siswa maupun guru. Banyak siswa mengalami kegagalan dalam mengapresiasi
satra. Indikator tersebut di antaranya ialah siswa kurang tertarik akan materi sastra
yang diberikan oleh guru. Siswa kurang dapat mengapresiasi sastra karena
keterbatasan materi ajar yang baik dan keterbatasan informasi tentang unsur-unsur
intrinsik sastra khususnya novel yang akan diapresiasi. Siswa cenderung menjadi
epigon guru. Siswa hanya mengekor pada pendapat gurunya. Persepsi siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
tentang hakikat apresiasi hanya sebatas pada penikmatan sastra saja dan belum
mengarah pada pencapaian taraf menilai dan berproduksi.
Prosedur pembelajaran yang dilakukan adalah guru hanya mengajarkan
teori tanpa melibatkan siswa dalam wujud praktik mengapresiasi. Kalaupun
menggunakan praktik, guru hanya memberikan sebuah novel untuk dikaji bersama
tanpa memperhatikan kebebasan siswa dalam berekspresi. Novel telah disediakan
oleh guru sebelumnya secara subjektif atau yang hanya terdapat dalam buku
sumber. Kemudian, guru menafsirkan novel tersebut menurut kesepahamannya.
Setelah itu, guru menugaskan siswa untuk mengapresiasi kembali novel tersebut.
Selanjutnya siswa hanya melakukan akitivitas penikmatan. Dari prosedur ini,
tampak bahwa siswa hanya diberi kesempatan menerima dari apa yang
disampaikan oleh gurunya. Siswa terkungkung pada satu titik. Siswa tidak diberi
kesempatan untuk berkreasi dengan novel lain. Hal inilah yang menyebabkan
kurangnya minat siswa dan akhirnya menimbulkan rendahnya nilai apresiasi
sastra.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti menyadari betapa besar
manfaat mengapresiasi novel khususnya novel Tetralogi Andrea Hirata serta ingin
mengetahui bagaimana perencanaan pengajaran, pelaksanaan pengajaran, kendala,
dan upaya untuk mengatasi kendala tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini diberi
judul PEMBELAJARAN TETRALOGI ANDREA HIRATA: Studi Kasus di SMA
Negeri 1 Karanganom, Klaten.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang dapat
diangkat dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah bentuk perencanaan pengajaran tetralogi Andrea Hirata di
SMA Negeri 1 Karanganom?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pengajaran tetralogi Andrea Hirata di SMA
Negeri 1 Karanganom?
3. Apa sajakah kendala yang timbul dalam pengajaran tetralogi Andrea Hirata
di SMA Negeri 1 Karanganom?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
4. Bagaimana upaya guru bahasa Indonesia dan pihak sekolah untuk mengatasi
kendala pengajaran tetralogi Andrea Hirata di SMA Negeri 1 Karanganom?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:
1. Bentuk perencanaan pengajaran tetralogi Andrea Hirata di SMA Negeri 1
Karanganom.
2. Pelaksanaan pengajaran tetralogi Andrea Hirata di SMA Negeri 1
Karanganom.
3. Kendala-kendala yang timbul dalam pengajaran tetralogi Andrea Hirata di
SMA Negeri 1 Karanganom.
4. Upaya guru dan pihak sekolah untuk mengatasi kendala pengajaran tetralogi
Andrea Hirata di SMA Negeri 1 Karanganom.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan
dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA, khususnya
pembelajaran apresiasi sastra.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak,
antara lain:
a. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengetahui jawaban dari masalah yang dirumuskan.
Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi peneliti
untuk semakin aktif menyumbangkan hasil karya ilmiah ini bagi dunia
pendidikan.
b. Bagi Pembaca pada Umumnya
Pembaca diharapkan dapat lebih memahami isi novel Tetralogi Andrea
Hirata dan mengambil mengambil manfaat darinya. Selain itu,
diharapkan pembaca semakin jeli dalam memilih bahan bacaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
(khususnya novel) dengan memilih novel-novel yang mengandung pesan
moral yang baik dan dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk
sarana memajukan pendidikan.
c. Bagi Guru Bahasa Indonesia
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran bagi guru bahasa dan
sastra Indonesia bahwa novel Tetralogi Andrea Hirata baik digunakan
sebagai bahan atau materi pembelajaran sastra sesuai dengan kurikulum
yang berlaku.
d. Bagi Siswa
Siswa diharapkan dapat memahami dan menganalisis novel untuk
meningkatkan daya apresiasi siswa terhadap sebuah novel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORETIS, PENELITIAN YANG RELEVAN,
DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Landasan Teoretis
1. Hakikat Novel
a. Pengertian Novel
Novel muncul karena pengaruh filsafat John Locke yang menekankan
pentingnya fakta dan pengalaman serta memandang berfikir terlalu fantastis
adalah sesuatu yang ada berbahaya (Herman J. Waluyo, 2002: 36). Pembaca-
pembaca dari golongan kaya, menengah, dan terpelajar di Inggris tidak menyukai
puisi dan drama yang kurang realistis dan lebih menyukai cerita yang berdasarkan
fakta, oleh karena itu novel lebih mudah diterima sebagai cabang kesenian yang
baru. Di Indonesia novel pertama kali dipelopori oleh Idrus yang membuat karya
berupa kumpulan novel berjudul Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma, dengan
novel pertama berjudul Ave Maria dan yang terakhir berjudul Jalan Lain ke
Roma. Sejak tahun 1950-an novel di Indonesia mengalami perkembangan pesat.
Batos (dalam Henry Guntur Tarigan, 1993: 164) menyatakan bahwa novel
merupakan sebuah roman, pelaku-pelaku mulai dengan watak muda, menjadi tua,
bergerak dari sebuah adegan yang lain dari satu tempat ke tempat yang lain.
Burhan Nurgiyantoro (2005: 15) menyatakan novel merupakan karya yang
bersifat realistis dan mengandung nilai psikologi yang mendalam, sehingga novel
dapat berkembang dari sejarah, surat-surat, bentuk-bentuk nonfiksi atau dokumen-
dokumen, sedangkan roman (romansa) lebih bersifat puitis dan epik. Berdasarkan
penjelasan tersebut, diketahui bahwa novel dan romansa berada dalam kedudukan
yang berbeda. Jassin (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 16) membatasi novel
sebagai cerita yang bermain dalam dunia manusia dan benda yang ada di sekitar
kita, tidak mendalam, tidak banyak melukiskan satu saat dari kehidupan seorang
dan lebih mengenai suatu episode. Penyataannya, novel di Indonesia yang digarap
secara mendalam, baik secara penokohan maupun unsur-unsur intrinsik lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Sejalan dengan pendapat tersebut, Zaidan Hendy (1993: 225) mengemukakan
bahwa novel merupakan prosa rekaan yang terdiri dari serangkaian peristiwa dan
latar. Novel tidak sama dengan roman. Sebagai karya sastra yang termasuk ke
dalam karya sastra modern, penyajian cerita dirasa lebih baik.
Novel merupakan ungkapan serta gambaran kehidupan manusia pada
suatu zaman yang dihadapkan pada berbagai permasalahan hidup yang kompleks
yang dapat melahirkan suatu pertikaian dan konflik. Melalui novel pengarang
dapat menceritakan semua aspek kehidupan manusia secara mendalam termasuk
tentang berbagai perilaku manusia di dalamnya. Novel memuat tentang kehidupan
manusia dalam menghadapi permasalahan hidup, novel juga berfungsi untuk
mempelajari kehidupan manusia pada zaman tertentu.
Novel biasanya memungkinkan adanya penyajian secara meluas tentang
tempat atau ruang sehingga tidak mengherankan jika keberadaan manusia dalam
masyarakat selalu menjadi topik utama (Suminto A. Sayuti, 1997: 6-7).
Masyarakat selalu berkaitan dengan ruang atau tempat, sedangkan tokoh dalam
masyarakat berkembang dalam dimensi waktu. Semua itu membutuhkan deskripsi
yang mendetail supaya diperoleh suatu keutuhan yang berkesinambungan.
Perkembangan dan perjalanan tokoh untuk menemukan karakternya akan
membutuhkan waktu yang lama, apalagi jika penulis menceritakan tokoh mulai
masa kanak-kanak hingga dewasa. Novel memungkinkan untuk menampung
keseluruhan detail perkembangan tokoh dan pendeskripsian ruang.
Suminto A. Sayuti (1997: 7) mengemukakan bahwa novel dikategorikan
dalam bentuk karya sastra fiksi yang bersifat formal. Bagi pembaca umum,
pengategorian ini dapat menyadarkan bahwa sebuah fiksi diciptakan dengan
tujuan tertentu. Dengan demikian pembaca dalam mengapresiasi sastra akan lebih
baik. Pengategorian ini berarti novel dianggap sulit dipahami, tidak berarti bahwa
novel tersebut memang sulit. Pembaca tidak mungkin meminta penulis untuk
menulis novel dengan gaya yang luwes dan dapat dicerna dengan mudah karena
setiap novel yang diciptakan dengan suatu cara tertentu akan mempunyai tujuan
yang tertentu pula.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa novel
merupakan jenis cerita fiksi yang dibangun atas unsur-unsur intrinsik yang
mengungkapkan konflik kehidupan para tokohnya secara lebih mendalam dan
halus yang berbentuk lebih panjang dan muncul paling akhir jika dibandingkan
dengan cerita fiksi lain seperti roman dan cerpen. Novel sebagai karya fiksi
dibangun melalui beberapa unsur intrinsiknya, antara lain tema, alur, amanat,
penokohan, serta sudut pandang.
b. Ciri-ciri Novel
Zaidan Hendy (1993: 225) mengemukakan ciri-ciri novel sebagai berikut:
1) Sajian cerita lebih panjang daripada cerita pendek dan lebih pendek dari
roman. Biasanya cerita dalam novel dibagi atas beberapa bagian.
2) Bahan cerita diangkat dari keadaan yang ada dalam masyarakat dengan
ramuan fiksi pengarang.
3) Penyajian cerita berlandaskan pada alur pokok atau alur utama yang menjadi
batang tubuh cerita dan dirangkai dengan beberapa alur penunjang yang
bersifat otonom (mempunyai latar tersendiri).
4) Tema sebuah novel terdiri atas tema pokok dan tema bawahan yang berfungsi
mendukung tema pokok tersebut.
5) Karakter tokoh-tokoh utama dalam novel berbeda-beda. Demikian juga
karakter tokoh lainnya. Dalam novel dijumpai pula tokoh statis dan tokoh
dinamis. Tokoh statis adalah tokoh yang digambarkan berwatak tetap sejak
awal hingga akhir. Sedangkan tokoh dinamis adalah tokoh yang mempunyai
beberapa karakter yang berbeda atau tidak tetap.
c. Macam-macam Novel
Begitu banyaknya novel yang diterbitkan pada dekade 80-an, para
pengamat sastra mengklasifikasikan novel menjadi dua jenis, yaitu novel serius
dan novel pop. Novel serius yaitu novel yang dipandang bernilai sastra tinggi,
sedangkan novel pop yaitu novel yang nilai sastranya diragukan (rendah) karena
tidak ada unsur kreativitasnya (Herman J. Waluyo, 2002: 38). Beliau
menambahkan ciri-ciri novel serius dalam sastra Indonesia mutakhir adalah tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
menggarap realitas kehidupan, yang ditampilkan adalah tokoh dan cerita di luar
cerita kehidupan.
Pengarang yang disebut kreatif harus mampu menyuguhkan bidang
garapan lain dari yang lain, sedangkan pengarang yang hanya mengulang problem
cerita yang sudah digarap menggunakan cara penggarapan tetap disebut
pengarang pop dan karya mereka kurang mendapat tempat di mata para kritikus
sastra.
Adanya pro dan kontra menyebabkan ciri-ciri antara novel serius dengan
novel pop sering dipertentangkan. Kadang ciri-ciri novel serius dijumpai dalam
novel pop terutama pada ciri yang bersifat umum dan sebaliknya (Burhan
Nurgiyantoro, 2005: 17).
d. Unsur Intrinsik Novel
1) Tema
Stanton dan Kenney (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 67)
mendefinisikan bahwa tema adalah makna yang dikandung dalam sebuah cerita.
Makna yang dimaksud dapat berupa makna pokok (tema pokok) novel dan makna
khusus (sub-sub tema atau tema-tema tambahan). Tema merupakan ide yang
mendasari sebuah cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tokoh pengarang
dalam memaparkan fiksi yang diciptakannya. Tema merupakan makna
keseluruhan yang mendukung sebuah cerita dan secara otomatis akan tersembunyi
di balik cerita yang mendukungnya.
Senada dengan pendapat tersebut, Burhan Nurgiyantoro (2005: 68)
mengatakan bahwa tema adalah inti dari cerita sehingga peristiwa-peristiwa yang
ada dalam cerita semua berpusat pada tema. Tema disebut juga ide, gagasan,
pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra. Tema
sebagai makna yang dikandung oleh cerita. Tema merupakan gagasan dasar
umum yang menunjang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks
sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau
perbedaan. Tema adalah makna cerita, seperti yang dikemukakan Paul G. Paris
(2003), yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
“Theme is not the moral, not the subject, not a hidden meaning,
ilustrated by the story, what is it? Theme is meaning but it is a not
hidden it is a not ilustrated. Theme is meaning the story
realeased; it may be the meaning the story discoverers. By them
we mean the neccesary implication of the whole story, not a
separable part of a story”. (tema bukan nasihat, bukan subyek,
bukan sebuah makna yang disembunyikan dari cerita. Apakah
tema? Tema adalah makna yang tersirat; mungkin makna untuk
mengetahui sebuah cerita. Dengan tema, pembaca memaknai
implikasi penting dari keseluruhan cerita, bukan sesuatu yang
terpisahkan dari bagian cerita).
Pendapat lain, Dick Hartoko dan B. Rahmanto (1985: 142) menyatakan
bahwa tema adalah gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra
yang terkandung dalam teks sebagai struktur semantik yang menyangkut berbagai
persamaan maupun perbedaan yang ada. Tema-tema tersebut disaring dari
berbagai motif yang menentukan hadirnya beragam peristiwa, konflik, dan situasi
tertentu. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa tema adalah ide atau gagasan yang terkandung dalam sebuah karya sastra
yang diambil dari khazanah kehidupan yang ada.
2) Penokohan/perwatakan
Burhan Nurgiyantoro (2005: 165) mengatakan bahwa penokohan adalah
pelukisan gambar yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah
cerita. Menurut Djibran (2008: 58), penokohan mencakup pembentukan identitas,
watak, kebiasaan, dan karakter tokoh yang diceritakan. Penokohan merupakan hal
yang penting dalam sebuah cerita karena tanpa tokoh yang diceritakan sebuah
cerita tidak akan berjalan.
Burhan Nurgiyantoro (2005: 176) mengatakan bahwa dalam sebuah cerita,
masing-masing tokoh memiliki peranan yang berbeda. Dilihat dari tingkat peranan
atau kepentingan tokoh dibedakan menjadi dua, yaitu 1). Tokoh utama, yaitu
tokoh yang ditampilkan terus menerus atau paling sering diceritakan, dan 2).
Tokoh tambahan, yaitu tokoh yang dimunculkan sekali atau beberapa kali saja
dalam sebuah cerita. Tokoh cerita dapat dibedakan antara tokoh sederhana dan
tokoh kompleks. Tokoh sederhana adalah tokoh yang dalam penampilannya hanya
menampilkan sifat atau watak tertentu saja sedangkan tokoh kompleks atau bulat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
adalah tokoh yang memiliki berbagai sifat dan watak yang diceritakan secara
detail.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa penokohan adalah cara pandang pengarang untuk menggambarkan karakter
tokoh dalam sebuah cerita yang dapat berfungsi untuk menyampaikan amanat,
plot, serta tema yang ada dalam cerita tersebut.
3) Latar
Atar Semi (1993: 46) berpendapat bahwa latar atau setting merupakan
lingkungan terjadinya peristiwa, termasuk di dalamnya tempat dan waktu dalam
cerita. Artinya bahwa latar itu meliputi tempat maupun waktu terjadinya
peristiwa. Menurut Abrams (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 216) latar atau
setting disebut juga sebagai landas tumpu, mengarah pada pengertian tempat,
hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan.
W. H Hudson (dalam Herman J. Waluyo, 2002a: 198) menambahkan
bahwa latar atau setting adalah keseluruhan lingkungan cerita yang meliputi adat
istiadat, kebiasaan dan pandangan hidup tokoh. Latar tidak hanya menunjukkan
tempat dan waktu tertentu tetapi juga ada hal lainnya. Latar meliputi
penggambaran lokasi geografis termasuk topografi pemandangan sampai pada
rincian perlengkapan sebuah ruangan, pekerjaan, atau kesibukan sehari-hari
tokoh-tokoh, waktu terjadinya peristiwa, lingkungan agama, moral, emosional
para tokoh, dan sejarah tentang peristiwa dalam sebuah cerita (Muhammad
Pujiono: 2008).
Suminto A. Sayuti (1997: 80) membagi latar dalam tiga kategori yakni,
latar tempat, waktu, dan sosial. Latar tempat merupakan hal yang berkaitan
dengan masalah geografis, latar waktu yang berkaitan dengan masalah historis,
dan latar sosial berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Pendapat Suminto A.
Sayuti didukung dengan pendapat Burhan Nurgiyantoro (2005: 227) yang
membedakan unsur latar ke dalam tiga unsur pokok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
a) Latar Tempat
Latar tempat menunjuk pada lokasi peristiwa. Nama tempat yang
digunakan yaitu nama tempat yang nyata, misalnya nama kota, instansi atau
tempat-tempat tertentu. Penggunaan nama tempat haruslah tidak bertentangan
dengan sifat atau geografis tempat yang bersangkutan, karena setiap latar tempat
memiliki karakteristik dan ciri khas sendiri.
b) Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan kapan peristiwa tersebut terjadi. Latar
yang diceritakan harus sesuai dengan perkembangan yang terjadi. Penekanan
waktu lebih pada keadaan hari, misalnya, pada pagi, siang, atau malam.
Penekanan ini dapat juga berupa penunjukan waktu yang telah umum, misalnya,
maghrib, subuh, ataupun dengan cara penunjukan waktu pukul tertentu.
c) Latar Sosial
Latar sosial merujuk pada berbagai hal yang berkaitan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat pada tempat tertentu. Hal tersebut meliputi masalah
kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir,
serta hal-hal yang termasuk latar spiritual.
Dari beberapa pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa latar
atau setting adalah lingkungan atau tempat terjadinya suatu peristiwa dalam cerita
yang meliputi tempat, waktu, maupun sosial yang menentukan watak atau
karakter dari tokoh-tokoh yang ada di dalamnya.
4) Alur atau plot
Menurut Boulton (dalam Herman J. Waluyo, 2002a: 145) menyatakan
bahwa alur merupakan seleksi peristiwa yang disusun dalam rangkaian waktu
yang menjadi penyebab mengapa seseorang tertarik untuk membaca dan
mengetahui kejadian yang akan datang. Plot tidak hanya sekedar menyangkut
peristiwa, namun juga cara pengarang dalam mengurutkan peristiwa-peristiwa,
motif dan konsekuensi serta hubungan antara peristiwa yang satu dengan yang
lainnya. Pendapat lain, Luxemburg (dalam Zainuddin Fananie, 2002: 93)
menyatakan bahwa alur atau plot adalah konstruksi yang dibuat pembaca
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
mengenai sebuah deretan peristiwa yang secara logis dan kronologis saling
berkaitan atau dialami oleh para pelaku.
Burhan Nurgiyantoro (2005: 153) membagi alur ke dalam beberapa jenis
perbedaan yang berdasarkan pada kriteria urutan waktu, kriteria jumlah, kriteria
kepadatan.
1. Berdasarkan Kriteria Urutan Waktu
Urutan waktu di sini adalah waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan dalam fiksi tersebut secara teoritis. Urutan waktu dibagi menjadi
dua golongan:
a) Kronologis, jalan cerita yang dibuat adalah dengan jalur yang lurus maju
atau lebih dikenal dengan alur progresif.
b) Tidak kronologis, jalan cerita yang dibuat adalah menggunakan alur
mundur, sorot balik, flash back atau lebih dikenal dengan alur regresif.
2. Berdasarkan Kriteria Jumlah
Berdasarkan jumlah adalah banyaknya jalur alur dalam karya fiksi. Ada
kemungkinan karya fiksi hanya terdiri atas:
a) Satu jalur saja (alur tunggal). Hanya menampilkan kisah tentang seorang
tokoh saja yang dikembangkan hanya hal-hal yang berkaitan dengan
sang tokoh.
b) Lebih dari satu alur (sub-sub alur). Pada kriteria ini sub-sub plot
memiliki alur cerita lebih dari satu. Terdiri dari alur utama dan alur
pendukung (sub-sub alur).
3. Berdasarkan Kriteria Kepadatan
Kriteria kepadatan yang dimaksud adalah:
a) Alur padat, yaitu alur yang dipaparkan secara tepat, peristiwa fungsional
itu terjadi susul menyusul dengan rapat sehingga pembaca seolah-olah
diharuskan untuk terus menerus mengikuti jalan cerita dan ketika salah
satu bagian cerita tersebut dihilangkan maka cerita tersebut tidak akan
menjadi utuh.
b) Alur longgar, yaitu cerita fiksi yang memiliki alur longgar. Pergeseran
alur cerita yang satu dengan cerita selanjutnya berlangsung lambat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Sekalipun alur terbagi menjadi beberapa bagian, tidak tertutup
kemungkinan jika dalam satu karya terdapat berbagai kategori alur
senyampang alur tersebut masih bersifat padu dan utuh sehingga cerita
yang disampaikan dapat dipahami secara menyeluruh.
5) Amanat
Amanat menurut Panuti Sudjiman (1988: 57) adalah suatu pesan moral
yang ingin disampaikan oleh pengarang. Wujud amanat dapat berupa kata-kata
mutiara, nasehat, firman Tuhan sebagai petunjuk untuk memberikan nasehat dari
tindakan tokoh cerita.
Amanat secara umum dapat dikatakan dalam bentuk penyampaian nilai
dalam fiksi yang mungkin bersifat langsung atau tak langsung (Burhan
Nurgiyantoro, 2008). Pengarang dalam menyampaikannya tidak melakukannya
secara serta merta, tersirat dan terserah pembaca dalam menafsirkan amanat yang
terkandung dalam karya sastra tersebut. Pembaca dapat merenungkan dan
menghayatinya secara intensif. Amanat dalam sebuah karya sastra adalah bagian
dari dialog dan tindakan para tokoh dalam menghadapi suatu masalah yang
mungkin berbeda antarmasing-masing tokoh. Di sinilah amanat mulai terlihat,
bagaimana amanat tersebut sampai di hati pembaca melalui kepandaian khusus
pengarang dalam menceritakannya. Pembaca dapat saja menyadari atau menolak
tindakan-tindakan tokoh dalam cerita tersebut demi terwujudnya amanat.
Dick Hartoko dan B. Rahmanto (1985: 10) mengatakan bahwa amanat
adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang lewat karyanya cerpen atau novel
kepada pembaca atau pendengar. Sedangkan (Zulfahnur, 2008) dalam pengenalan
budaya nusantara amanat diartikan sebagai pesan berupa ide, gagasan, ajaran
moral, dan nilai-nilai kemanusiaan yang ingin disampaikan pengarang lewat
cerita. Amanat adalah renungan yang disajikan kembali kepada pembaca
(Muhammad Pujiono: 2008).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa amanat adalah
pesan atau nilai yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karya
sastra yang disampaikan secara tersirat dan penafsirannya bersifat subjektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
6) Sudut Pandang
Sudut pandang adalah bagian dari unsur intrinsik dalam karya sastra.
Berkenaan dengan sudut pandang yang ada yang mengartikan sudut pandang dari
pengarang ada juga yang mengartikan dari pencerita, bahkan ada pula yang
menyamakan antara keduanya. Menurut Djibran (2008: 60) sudut pandang atau
point of view dalam karya sastra terbagi menjadi tiga, yaitu sudut pandang orang
pertama, sudut pandang orang kedua dan sudut pandang orang ketiga.
Herman J. Waluyo (2002a: 184) menyatakan bahwa point of view adalah
sudut pandang darimana pengarang bercerita, apakah sebagai pencerita yang tahu
segala-galanya ataukah sebagai orang terbatas. Lebih lanjut Herman J. Waluyo
(2002a: 184-185) membagi point of view menjadi tiga, yaitu:
1) Teknik akuan yaitu pengarang sebagai orang pertama dan menyebut
pelakunya sebagai “aku”.
2) Teknik diaan yaitu pengarang sebagai orang ketiga dan menyebut pelaku
utamanya sebagai “dia”.
3) Pengarang serba tahu atau omniscient naratif, yaitu pengarang
menceritakan segalanya dan memasuki berbagai peran bebas.
Pendapat senada dikemukakan oleh Burhan Nurgiyantoro (2005: 256-
271) membagi sudut pandang cerita secara garis besar yaitu:
1) Sudut pandang persona pertama “aku”
Penceritaan dengan menggunakan sudut pandang “aku”, berarti
pengarang terlibat dalam cerita secara langsung. Pengarang adalah tokoh
yang mengisahkan kesadaran dunia, menceritakan peristiwa yang
dialami, dirasakan, serta sikap pengarang (tokoh) terhadap orang (tokoh)
lain kepada pembaca. Sudut pandang orang pertama dibedakan menjadi
dua golongan. Berdasarkan peran dan kedudukan “aku” dalam cerita
yaitu “aku” yang menduduki peran utama dan “aku” yang menduduki
peran tambahan/berlaku sebagai saksi.
a) “Aku” tokoh utama
Sudut pandang “aku” mengisahkan berbagai peristiwa dan
tingkah laku yang dialaminya. Tokoh “aku” menjadi pusat cerita,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
segala sesuatu diluar tokoh “aku” akan dianggap penting jika
berhubungan dengan tokoh “aku”.
b) “Aku” tokoh tambahan
Tokoh “aku” yang muncul bukan sebagai tokoh utama, akan
tetapi sebagai tokoh tambahan. Tokoh “aku” tampil sebagai saksi.
2) Sudut pandang persona ketiga “dia”
Narator dalam sudut pandang ini adalah orang diluar cerita yang
menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama. Kata gantinya:
ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya tokoh utama terus
menerus disebut dan sebagai variasinya dipergunakan kata ganti.
Penggunaan kata ganti tersebut dimaksudkan untuk mempermudah
pembaca mengenali siapa tokoh yang diceritakan.
3) Sudut pandang campuran
Jika dalam suatu cerita digunakan model “aku” dan “dia”, maka
cerita tersebut menggunakan sudut pandang campuran. Hal tersebut
tergantung dari kreativitas pengarang bagaimana memanfaatkan berbagai
teknik yang ada untuk mencapai efektifitas yang ideal (Burhan
Nurgiyantoro, 2005: 266).
2. Hakikat Tetralogi
Tetralogi adalah gabungan suatu karya yang terdiri dari 4 karya berbeda.
Awalan tetra- berarti 4 dalam bahasa Yunani. Selain kata tetralogi, quadrilogi
juga dipakai untuk menunjukkan gabungan dari 4 karya berbeda. Awalan quadri-
diambil dari bahasa Latin yang juga berarti empat.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Tetralogi).
Tetralogi merupakan kumpulan buku yang ceritanya saling berkelanjutan
dan terdiri dari empat seri. Contohnya adalah tetralogi Laskar Pelangi karya
Andrea Hirata yang terdiri dari Laskar Pelangi, Sang Pemimpi yang keduanya
sudah difilmkan, lalu Edensor, dan terakhir Maryamah Karpov.
(http://ririsalien.blogspot.com/2010/05/apa-itu-dwilogi-trilogi-dan-tetralogi.html).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Sementara itu dalam KBBI (2008: 1458) menjelaskan bahwa tetralogi
merupakan seri karya sastra yang terdiri atas empat satuan yang saling
berhubungan dan mengembangkan satu tema.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud tetralogi adalah karya sastra yang terdiri dati empat satuan yang
berbeda, yang saling berhubungan, dan mempunyai satu tema.
3. Tetralogi Andrea Hirata
Empat buah buku fenomenal buah karya dari salah seorang penulis muda
berbakat Indonesia, Andrea Hirata, merupakan bacaan ilmiah bergaya sastra yang
sangat jarang ditemukan di ranah kesusatraan Indonesia. Karena keunikan dan
kualitasnya tersebut maka tidak mengherankan apabila tetralogi Laskar Pelangi
juga sering dijadikan salah satu referensi kajian-kajian ilmiah, baik di Indonesia
maupun di dunia.
Diangkat dari kisah nyata, tema cerita yang disuguhkan oleh tetralogi
Laskar Pelangi pun universal dan bermacam-macam seperti mimpi, cita-cita,
cinta, dan pendidikan. Dengan gaya penulisan yang sangat menarik dan kental
dengan aroma sastra, tetralogi Laskar Pelangi bercerita tentang perjuangan anak-
anak melayu Indonesia dari salah satu pulau di sebelah barat Indonesia, Pulau
Belitong, dengan tokoh utamanya bernama Ikal. Novel tetralogi Andrea Hirata
terdiri empat buah novel, yaitu Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan
Maryamah Karpov.
Laskar Pelangi adalah novel pertama karya Andrea Hirata yang diterbitkan
oleh Bentang Pustaka pada tahun 2005. Novel ini bercerita tentang kehidupan 10
anak dari keluarga miskin yang bersekolah (SD dan SMP) di sebuah sekolah
Muhammadiyah di pulau Belitong yang penuh dengan keterbatasan. Novel Karya
Andrea Hirata dengan tebal buku 534 halaman ini mengandung sebuah cerita yang
sangat menarik. Cerita yang ada didalam Novel ini merupakan kisah nyata dari
perjalanan seorang Penulis dalam mengejar mimpinya hingga ke Negara Perancis.
Sang Pemimpi adalah sebuah lantunan kisah kehidupan yang memesona
dan akan membuat pembaca percaya akan tenaga cinta, percaya pada kekuatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
mimpi dan pengorbanan, lebih dari itu, akan membuat pembaca percaya kepada
Tuhan. Sang pemimpi, buku yang menceritakan kehidupan Ikal di masa SMA.
Ikal harus meninggalkan kampung karena SMA hanya ada di Magai. Dengan nilai
NEM yang memadai, Ikal berhasil menjadi salah satu muridnya. Bersama Arai
dan Jimbron, Ikal menjalani hari hari di daerah yang berjarak 30 km dari
rumahnya.
Edensor mengulas tentang perjalan hidup Andrea dan Arai, saudara
sekaligus teman seperjalanannya yang telah melalui banyak episode kehidupan,
suka maupun duka. “Edensor” bercerita mengenai kehidupan Ikal dan Arai
semasa berkuliah di Universite de Paris, Sorbonne, Perancis dan petualangan
penaklukan gagah berani dataran Eropa dan Afrika, dari Belanda sampai ke Italia,
dari Tunisia sampai ke Casablanca dan kembali masuk Portugal.
Maryamah Karpov adalah novel keempat dari tetralogi Laskar Pelangi.
Maryamah Karpov dilaunching pada tanggal 28 November 2008 di toko buku MP
Book Point, Jakarta, dan beredar secara resmi mulai tanggal 29 November 2008.
Buku ini berkisah tentang kisah pencarian A Ling yaitu cinta sejati Andrea Hirata
(Ikal) walaupun akhirnya tidak terlalu bahagia.
4. Hakikat Materi Ajar
a. Pengertian Materi Ajar
Materi ajar adalah suatu alat yang digunakan dalam pembelajaran untuk
mencapai tujuan instruksional (Winkel, 1996: 261). Materi ajar juga dapat
membantu meningkatkan motivasi belajar siswa. Materi ajar bukan hanya
mencakup data, kejadian, dan relasi antar data, melainkan juga oleh pengolahan
siswa. Pendapat senada juga dari Chomsin S. Widodo dan Jasmani (2008: 40)
yang menyatakan bahwa materi ajar yang baik harus dirancang dan ditulis sesuai
dengan kaidah instruksional, ini diperlukan karena materi ajar akan digunakan
pendidik untuk membantu tugas mereka dalam proses belajar mengajar.
Menurut Inoe (2008), yang dimaksud materi ajar adalah seperangkat
materi yang disusun secara sistematis sehingga lingkungan atau suasana yang
memungkinkan siswa untuk belajar. Materi tersebut bisa berupa materi tertulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
maupun materi yang tidak tertulis. Materi ajar bertujuan untuk membantu siswa
dalam mempelajari sesuatu, memyediakan berbagai jenis pilihan materi ajar,
memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, dan supaya kegiatan
pembelajaran menjadi lebih menarik. Siswa dapat mempelajari suatu kompetensi
atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga mampu memguasai
semua kompetensi secara utuh dan terpadu dengan menggunakan materi ajar.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa materi
ajar merupakan dasar atau pokok yang ada dalam proses belajar mengajar. Materi
tersebut akan disampaikan oleh pendidik ke siswa pada saat proses pembelajaran
untuk mencapai tujuan instruksional dan dapat membangkitkan motivasi siswa.
b. Dasar Pemilihan Materi Ajar
Setelah masuk ke pembelajaran sastra yang sesungguhnya, tidak mudah
bagi seorang pendidik untuk memilih dan memilah materi ajar yang sesuai dengan
siswanya. Menurut Winkel (1996: 297), dasar pemilihan materi ajar antara lain:
1) Materi atau bahan ajar harus relevan terhadap tujuan instruksional yang
harus dicapai, yaitu dari segi isi maupun jenis perilaku yang dituntut siswa
yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2) Materi atau bahan pelajaran harus sesaui dengan taraf kesulitannya dengan
kemampuan siswa untuk menerima dan mengolah bahan itu.
3) Materi atau bahan pelajaran harus dapat menunjang motivasi siswa, antara
lain karena relevan dengan pengalaman hidup sehari-hari siswa.
4) Materi atau bahan pelajaran harus membantu untuk melibatkan diri secara
aktif, baik dengan berpikir sendiri maupun dengan melakukan berbagai
kegiatan.
5) Materi atau bahan pelajaran harus sesuai dengan prosedur didaktis yang
diikuti. Misalnya, materi pelajaran akan lain bila guru menggunakan
bentuk ceramah dibandingkan dengan pelajaran bentuk diskusi kelompok.
6) Materi atau bahan pelajaran harus sesuai dengan media pelajaran yang
tersedia.
Atar Semi (2002: 13) menyatakan bahwa dasar pemilihan bahan atau
materi pelajaran antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
1) Bahan atau materi tersebut valid untuk mencapai tujuan pengajaran sastra.
2) Bahan atau materi tersebut bermakna dan bermanfaat jika ditinjau dari
kebutuhan siswa (kebutuhan perkembangan insting etis dan estetis,
imajinasi, dan daya kritis).
3) Bahan atau materi tersebut harus menarik supaya dapat merangsang minat
siswa.
4) Bahan atau materi tersebut berada dalam batas keterbacaan dan intelektual
siswa. Artinya, bahan tersebut dapat dipahami, ditanggapi, dan diproses
siswa sehingga mereka merasa pengajaran sastra merupakan pengajaran
yang menarik, bukan pengajaran yang berat.
5) Bahan atau materi berupa bacaan haruslah berupa karya sastra yang utuh,
bukan sinopsisnya saja, karena karya sinopsis itu hanya berupa problem
kehidupan tanpa diboboti nilai-nilai estetika yang menjadi pokok atau inti
karya sastra.
Pemilihan materi ajar tidak hanya sebatas yang diungkapkan Atar Semi
tersebut, namun pemilihan materi ajar masih ditentukan oleh berbagai faktor.
Faktor-faktor tersebut, antara lain kurikulum yang diberlakukan dan diikuti,
banyaknya karya sastra yang terdapat di perpustakaan sekolah, persyaratan bahan
yang harus diberikan oleh siswa agar dapat menempuh tes belajar akhir tahun,
serta masih ada faktor lain yang harus dipikirkan oleh pendidik yang mengajar
pelajaran bahasa Indonesia yang di dalamnya terdapat kompetensi tentang sastra
di Sekolah Menengah Atas (SMA).
Berdasarkan penjelasan tersebut, Inoe (2008) menjelaskan bahwa guna
mendapatkan materi ajar yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang harus
dikuasai oleh siswa diperlukan analisis terhadap beberapa faktor, anatar lain:
a. Analisis Kurikulum
Analisis kurikulum dilakukan untuk menentukan kompetensi mana yang
memerlukan materi ajar dengan cara mempelajari standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator yang menandai bahwa suatu kompetensi dasar
telah tercapai, materi pokok, dan pengalaman belajar yang akan dilakukan
oleh siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
b. Analisis Sumber Belajar
Sumber belajar yang akan digunakan sebagai materi penyusunan materi
ajar perlu dilakukan analisis. Analisis dilakukan terhadap ketersediaan,
kesesuaian, dan kemudahan dalam memanfaatkannya. Caranya adalah
dengan menginventarisasi ketersediaan sumber belajar yang dikaitkan
dengan kebutuhan.
c. Pemilihan dan Penentuan Materi Ajar
Pemilihan dan penentuan materi ajar dimaksudkan untuk memenuhi salah
satu kriteria bahwa materi ajar harus menarik dan dapat membantu siswa
untuk mencapai kompetensi. Jenis dan bentuk materi ajar ditetapkan atas
dasar analisis kurikulum dan analisis sumber materi sebelumnya.
5. Hakikat Apresiasi Sastra
a. Pengertian Apresiasi
Kata apresiasi secara estimologi berasal dari bahasa Latin apreciatio yang
berarti menghargai. Sedangkan dalam bahasa Inggris appreciate yang berarti
menyadari, memahami, dan menilai, memiliki makna penghargaan, pemahaman,
dan penghayatan. Kata apresiasi dalam bahasa Indonesia memiliki makna yang
sejajar dengan kata apreciatio (Latin) dan appreciation (Inggris) tersebut.
Apresiasi sastra berarti berusaha menerima karya sastra sebagai sesuatu yang
layak diterima dan menerima nilai-nilai sastra sebagai suatu kebenaran.
b. Pengertian Apresiasi Sastra
Apresiasi sastra adalah mengenali dan memahami nilai-nilai sastra yang
menimbulkan kenikmatan dan kegairahan kepada karya sastra tersebut. Seseorang
yang dapat mengenali dan memahami nilai sastra dengan tepat akan menikmati
karya sastra tersebut sehingga merasa puas kepadanya dan setiap orang
mempunyai kenikmatan yang berbeda satu dengan yang lain.
Apresiasi sastra berarti mengenali, memahami, menggauli, dan menikmati
hubungan antar pengalaman dan bahasa sebagai jelmaan pengalaman yang
imajinatif, intelektual, dan emosional yang telah diolah dan disusun sehingga
jelas, mudah ditangkap maknanya, dan menyentuh perasaan. Apresiasi sastra
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
merupakan ungkapan perasaan seseorang setelah membaca dan memahami karya
sastra sehingga seseorang dapat menikmati nilai-nilai sastra yang terkandung di
dalamnya. Nilai-nilai sastra yang dinikmati menimbulkan kepuasan dan gairah
kepada karya sastra karya sastra sehingga menciptakan penghargaan dari hasil
imajinatif, intelektual, dan emosional.
Apresiasi sastra memberi manfaat kepada penikmat nilai-nilai di dalamnya
dan dibagi dalam tingkatan tertentu. Manfaat dan tingkatan apresiasi sastra antara
lain, yaitu:
a) Manfaat apresiasi sastra
1) Manfaat estetis, apresiator memperoleh kenikmatan karya sastra yang
mengandung keindahan;
2) Menfaat pendidikan, apresiator memperoleh pelajaran nilai-nilai
kehidupan yang berarti dari isi karya sastra yang diapresiasikannya
sehingga ia mampu mengahadapi hidup dengan lebih baik;
3) Manfaat menambah wawasan, apresiator memperoleh pengetahuan baru
dari isi karya sastra yang diapresiasikannya sehingga ia sadar akan
kehidupan sekelilingnya; dan
4) Manfaat psikologis, dapat membantu menyelesaikan atau meringankan
masalah yang dihadapinya dari isi karya sastra yang diapresiasikannya.
(Andayani, 2004: 6).
b) Tingkatan apresiasi sastra
1) Menggemari, seseorang tertarik hal-hal yang berhubungan dengan sastra
dan mengikuti kegiatan-kegiatan seperti membaca buku-buku sastra,
menyaksikan pementasan drama, menyaksikan pembacaan puisi, dan
sebagainya;
2) Menikmati, seseorang merasakan keindahan karya sastra yang membuat
senang dan larut dalam karya sastra tersebut;
3) Mereaksi, seseorang mempunyai keinginan untuk menyatakan pendapat
tentang karya sastra yang dinikmati, seperti mengikuti ceramah-ceramah
dan diskusi tentang sastra;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
4) Produktif, seseorang telah menghasilkan karya sastra yang dapat
dinikmati. (Disick dalam Amir Fuady dan Marwanto MS, 1983: 1-2).
Dalam konteks yang lebih luas, apresiasi menurut Govel (dalam Suranto,
2006: 48) mengandung makna (1) pengenalan melalui perasaan dan kepekaan
batin; (2) pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang
diungkapkan oleh pengarang. Herman J. Waluyo (2003: 44) menjelaskan bahwa
apresiasi biasanya berkaitan dengan kegiatan seni. Jadi apresiasi sastra berkaitan
dengan kegiatan memahami, menghargai, menghayati, mendengarkan, membaca,
serta mengapresiasi karya sastra tersebut.
Sementara Squire dan Taba (dalam Suranto, 2006: 48) berpendapat bahwa
suatu proses apresiasi melibatkan tiga unsur inti, yaitu:
a. Aspek kognitif, berkaitan dengan keterlibatan intelek pembaca atau
penikmat dalam memahami unsur-unsur kesastraan yang bersifat
objektif.
b. Aspek emotif, berkaitan dengan keterlibatan unsur emosi pembaca atau
penikmat dalam upaya mengahayati unsur-unsur keindahan dalam
karya sastra yang dibaca atau ditonton. Selain itu, aspek emosi sangat
berperan dalam memahami unsur-unsur yang bersifat subjektif.
c. Aspek evaluatif, berhubungan dengan kegiatan memberikan penilaian
terhadap baik buruk, indah tidak indah, sesuai tidak sesuai, serta
jumlah ragam lain yang tidak harus hadir dalam sebuah karya kritik,
tetapi secara personal dimiliki pembaca atau penikmat. Keterlibatan
unsur penilaian dalam hal ini masih bersifat umum sehingga setiap
apresiator yang telah mampu merespon teks sastra yang dibaca sampai
pada tahap pemahaman dan penghayatan sekaligus juga mampu
mengadakan penilaian.
Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
apresiasi sastra adalah memahami, menghayati, dan menghargai karya sastra
dengan jalan mendengarkan, membaca, memikmati, serta membuat resensi karya
sastra tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Abdul Razak Zaidan (dalam Herman J. Waluyo, 2003: 44) menjelaskan
bahwa syarat untuk mengapresiasi sastra adalah kepekaan batin terhadap nilai-
nilai karya sastra, sehingga seseorang dapat: (1) mengenal; (2) memahami; (3)
mampu menafsirkan; (4) mampu menghayati; dan (5) dapat menikmati karya
sastra.
6. Pemanfaatan Novel Tetralogi Andrea Hirata pada Pembelajaran
Apresiasi Sastra di SMA
a. Pengertian Pembelajaran
Istilah “pembelajaran” sama artinya dengan “pengajaran”. Purwadarminta
(dalam Gino, 1998: 30) menyatakan bahwa pengajaran mempunyai arti cara
(perbuatan) mengajar atau mengajarkan.
Bila pengajaran diartikan sebagai perbuatan mengajar tentunya ada yang
mengajar yaitu guru, dan ada yang diajar atau yang belajar yaitu siswa. Dengan
demikian pembelajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh siswa).
Mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari
dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan yang primer dalam
kegiatan belajar mengajar tersebut, sedangkan mengajar merupakan kegiatan
sekunder yang dimaksudkan untuk dapatnya terjadi kegiatan belajar mengajar
yang optimal ….
Pembelajaran …, yaitu: sebagai usaha sadar dari guru untuk membuat siswa
belajar, yaitu terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana
perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu
yang relatif lama dan karena adanya usaha (Gino, 1998: 30).
b. Ciri-ciri Pembelajaran
Gino (1998: 36) menjelaskan bahwa ciri-ciri pembelajaran terletak pada
adanya unsur-unsur dinamis pada proses belajar siswa. Unsur-unsur tersebut
antara lain:
1) Motivasi Belajar
Motivasi tidak dapat dirangsang oleh faktor-faktor dari luar, tetapi
motivasi tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat
dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang atau siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjalin kelangsungan dan
memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh
siswa dapat dicapai (Sardiman dalam Gino, 1998: 37).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
2) Bahan Belajar
Bahan pengajaran merupakan segala informasi yang berupa fakta prinsip
dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Isi bahan ajar
juga harus dapat memancing daya cipta siswa sehingga pembelajaran akan
semakin hidup dan tujuan pembelajaran pun lebih mudah tercapai.
3) Alat Bantu Belajar
Alat bantu belajar adalah semua alat yang dapat membantu siswa dalam
memahami materi belajar untuk mancapai tujuan pembelajaran. Makin banyak
alat indera yang digunakan untuk mempelajari sesuatu, maka akan semakin
mudah siswa dalam mengingat dan memahami materi.
4) Suasana Belajar
Suasana belajar yang baik adalah suasana belajar yang dapat menimbulkan
semangat siswa dalam beraktivitas dan berpartisipasi aktif untuk mempelajari
materi bahan belajar. Hal tersebut dapat dicapai dengan beberapa cara, antara lain:
a) Adanya komunikasi dua arah (antara siswa dengan guru dan antara siswa
dengan siswa).
b) Adanya suasana yang menggembirakan siswa dalam belajar. Salah satu
cara yang dapat dilakukan adalah dengan pemilihan media yang tepat
dan menarik.
5) Kondisi Subjek yang Belajar
Setiap siswa memiliki karakter yang berbeda-beda, oleh karena itu guru
perlu mengetahui kondisi siswa pada saat akan menerima pelajaran. Kondisi
psikologis yang baik akan memudahkan siswa dalam memahami pelajaran dan
memudahkan guru mengajarkan materi pelajaran. Kondisi psikologis yang baik
perlu diciptakan oleh guru jika timbul indikasi bahwa siswa belum siap belajar
karena suatu masalah yang dihadapi siswa karena kegiatan pembelajaran lebih
menekankan pada peranan dan partisipasi siswa, sedangkan guru berperan sebagai
fasilitator, motivator, dan pembimbing.
c. Tujuan Pembelajaran
Latuheru (dalam Gino, 1998: 40) mengemukakan bahwa tujuan
pembelajaran adalah apa yang ingin dicapai oleh peserta didik setelah mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam dunia pendidikan nasional dikenal dua
macam tujuan yang ingin dicapai, yaitu Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan
Tujuan Instruksional Khusus (TIK). Tujuan instruksional khusus merupakan satu
tujuan yang konkret dan spesifik dan dianggap cukup berharga, wajar, dan pantas;
yaitu dapat direalisir dan bertahan lama, yang menunjang tercapainya tujuan
instruksional yang bersifat lebih umum (Djiwandono dalam Gino, 1998:40).
Tujuan pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu 1) instructional
effect atau tujuan langsung adalah satu tujuan yang pencapaiannya secara relatif
dapat diketahui segera dan 2) nurturant effect atau tujuan tak langsung adalah
tujuan jangka panjang.
d. Sastra dan Pembelajarannya
Bila pengertian tentang apresiasi dikaitkan dengan pembelajaran, maka
dapat dikatakan bahwa pembelajaran apresiasi sastra adalah suatu usaha yang
dilakukan oleh guru untuk membelajarkan siswanya untuk dapat mengenal,
memahami, dan menilai karya sastra. Pembelajaran apresiasi sastra adalah proses
pembelajaran siswa berkaitan dengan karya sastra. Dalam proses tersebut terjadi
interaksi antara guru dan siswa dengan karya sastra. Selain itu, dalam interaksi
tersebut juga memungkinkan terjadinya proses pengenalan, pemahaman,
penghayatan, penikmatan terhadap karya sastra sehingga siswa mampu
menerapkan temuannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian
pembelajaran apresiasi sastra akan memperoleh manfaat dari karya sastra yang
dipelajari atau diapresiasinya.
Sastra terutama novel adalah sebuah cerita tentang kehidupan masyarakat,
bahkan tidak jarang isi dalam sebuah karya sastra merupakan cermin hal-hal yang
sedang terjadi dalam masyarakat ketika karya sastra tersebut dihasilkan. Pendapat
senada keterkaitan dengan hubungan antara sastra dengan masyarakat dikatakan
oleh Ogunyemi (2011: 301):
“Literature is a social institution, using as its medium language, a
social creation. They are conventions and norm which could have
arisen only in society. But, furthermore, literature „represent‟
„life‟;and;„life‟;is, in large measure, a social reality, eventhough the
natural world and the inner or subjective world of the individual have
also been objects of literary „imitation‟. The poet himself is a member
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
of society, possesed of a specific social status; he recieves some degree
of social recognition and reward; he addresses an audience, however
hypothetical” (Sastra adalah sebuah hasil dari kehidupan sosial,
menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan merupakan satu hasil
cipta sosial. Sastra adalah konvensi-konvensi dan norma yang ada dan
ditimbulkan dalam masyarakat. Sastra merupakan representasi dari
kehidupan yang ada dalam sebuah komunitas masyarakat, sebuah
kenyataan sosial yang terjadi secara alami. Sastra menjadikan nilai
yang ada, kelas sosial, serta struktur dalam sebuah masyarakat sebagai
obyeknya).
Rahmanto (1991: 16) menyatakan bahwa pengajaran sastra dapat
membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat,
yaitu:
a. Membantu Keterampilan Berbahasa
Ada empat keterampilan berbahasa dalam bahasa Indonesia, yaitu
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Memasukkan pengajaran sastra
ke dalam kurikulum berarti melatih siswa untuk meningkatkan keterampilan
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
b. Meningkatkan Pemahaman Budaya
Sastra berkaitan dengan aspek kehidupan yang meliputi aspek manusia
dan alam beserta seluruh isinya. Setiap karya sastra selalu mengandung
sesuatu yang apabila dihayati dengan mendalam akan menambah kekayaan
pengetahuan orang yang menghayatinya. Setiap sistem pendidikan perlu
disertai usaha untuk menanamkan pemahaman budaya bagi setiap anak didik.
c. Mengembangkan Cipta dan Rasa
Kecakapan yang perlu dikembangkan dalam pengajaran sastra adalah
kecakapan yang bersifat indra, penalaran, afektif, sosial, dan religius.
Pengajaran sastra jika dilakukan dengan benar dapat menyediakan
kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kecakapan-kecakapan
tersebut secara lebih baik apabila dibandingkan dengan mata pelajaran
lainnya, sehingga pengajaran sastra dapat lebih mendekati tujuan pengajaran.
1. Indra
Pengajaran sastra dapat digunakan untuk memperluas pengungkapan
apa yang diterima oleh panca indra. Ungkapan-ungkapan yang digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
dalam karya sastra biasanya lebih halus daripada ungkapan dalam bahasa
sehari-hari. Dengan mengikuti tafsiran serta makna kata yang disampaikan
pengarang, siswa diantar mengenali berbagai pengertian dan mampu
membedakan hal yang satu dengan yang lainnya. Apabila kepekaan perasaan
sudah dipahami, usaha selanjutnya adalah memahami berbagai aktivitas yang
dilakukan manusia untuk mengungkapkan dirinya yang dilakukan secara
fisik. Ungkapan diri melalui aktivitas fisik dapat dipelajari oleh siswa, salah
satunya dengan kegiatan drama.
2. Penalaran
Penalaran dapat juga diartikan sebagai berpikir logis. Proses berpikir
logis banyak ditentukan oleh hal-hal seperti ketepatan pengertian, ketepatan
interpretasi kebahasaan, klasifikasi dan pengelompokan data, penentuan
berbagai pilihan, serta formulasi rangkaian tindakan yang tepat (Rahmanto,
1991: 20). Sejak awal seharusnya guru melatih siswanya untuk memahami
fakta-fakta, membedakan hal yang pasti dengan hal yang bersifat dugaan,
memberikan bukti untuk pendapat mereka, serta tahu bagaimana cara
berargumen yang benar.
3. Perasaan
Kepekaan rasa dan emosi sangat erat kaitannya dengan karya sastra
karena sebuah karya sastra diciptakan berdasarkan emosi pengarang.
Perasaan merupakan hal yang rumit yang ada dalam diri manusia sebagai
anggota masyarakat. Anggapan yang keluar berdasarkan perasaan seorang
individu belum tentu sama dengan anggapan individu lain. Perbedaan-
perbedaan tersebut hampir selalu terjadi dalam lingkungan masyarakat yang
menyebabkan sulitnya pencapaian tujuan yang sehati. Oleh karena itu, dalam
masyarakat diadakan kesepakatan tentang tindakan yang bisa diterima dan
yang tidak bisa diterima atau hal yang baik dan yang buruk.
4. Kesadaran Sosial
Kesadaran sosial yaitu kepedulian terhadap kondisi orang lain dan
lingkungan. Sikap tersebut dapat diwujudkan dengan menghargai orang lain
tanpa memandang perbedaan suku, ras, kekayaan, status pekerjaan, tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
pendidikan, dan sebagainya. Pengajaran tentang kesadaran sosial sudah ada
dalam kurikulum mata pelajaran lain (selain pengajaran sastra). Meskipun
demikian, sastra lebih mampu memberikan pendidikan tentang kesadaran
sosial. Seorang pengarang yang berkualitas mampu untuk mengidentifikasi
dirinya dengan orang lain, menerobos suatu masalah dan mengenali intinya.
Pemilihan bahan pengajaran sastra yang tepat akan mampu membantu siswa
untuk memahami diri dan orang lain.
5. Nilai Religius
Rasa religius ada dalam hati setiap manusia sebagai tolok ukur atau
dasar dari setiap tingkah lakunya, begitu juga dengan pengarang yang yakin
akan nilai religius. Mereka cenderung membuat karya sesuai dengan
kepercayaan yang mereka yakini. Karya-karya yang didasarkan pada segi
religi akan mampu menciptakan sesuatu yang lebih hakiki.
d. Menunjang Pembentukan Watak
Adanya anggapan bahwa orang yang banyak membaca sastra pasti
berperilaku baik tidaklah sepenuhnya benar. Perilaku seseorang lebih
ditentukan oleh pribadinya sendiri. Pendidikan hanya bersifat membina dan
membentuk, hasil akhir tetap ada pada masing-masing individu. Demikian
juga dengan karya sastra, dalam karya sastra terdapat pendidikan nilai-nilai
kehidupan yang akan berfungsi jika pembaca meresapinya secara mendalam.
Tujuan pembelajaran sastra yang pertama adalah pengajaran hendaknya
mampu membina perasaan yang lebih tajam. Seseorang yang banyak
membaca karya sastra biasanya mempunyai perasaan yang lebih peka untuk
menunjukkan hal yang bernilai dan yang tidak bernilai. Kemudian dia akan
mampu mengatasi permasalahan hidupnya dengan pemahaman, wawasan,
toleransi, dan simpati yang mendalam. Tuntutan kedua adalah pengajaran
sastra hendaklah dapat memberikan bantuan dalam usaha untuk
mengembangkan berbagai kualitas kepribadian siswa. Dalam pembelajaran
sastra dengan berbagai ciri khas, siswa diberi kesempatan untuk menelusuri
pengalaman hidup yang berisi permasalahan dan pemecahannya agar terus
mengalir. Pengalaman tersebut sangat berguna bagi perkembangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
kepribadian siswa terutama dalam hal menilai suatu hal dan mengambil
keputusan untuk menyelesaikan masalah.
Pada hakikatnya pembelajaran apresiasi sastra Indonesia ialah
memperkenalkan kepada siswa nilai-nilai yang didukung karta sastra dan
mengajak siswa ikut menghayati pengalaman-pengalaman yang disajikan.
Pembelajaran apresiasi sastra Indonesia bertujuan mengembangkan kepekaan
siswa terhadap nilai-nilai indrawi, nilai akali, nilai efektif, nilai keagamaan,
dan nilai sosial secara sendiri-sendiri, atau gabungan keseluruhan, seperti
yang tercermin di dalam karya sastra (Purwo, 1991: 61). Pada hakikatnya,
pengajaran sastra adalah menciptakan situasi siswa membaca dan merespon
karya sastra serta membicarakan secara bersama dalam kelas.
(http://www.KondisiPembelajaranSastraIndonesia.htm).
Di dalam mengapresiasikan sastra, kita mengenal nilai-nilai yang
terdapat di dalam karya sastra. Dengan kegairahan dan empati akhirnya kita
dapat merasakan kenikmatan. Supriyadi (1997: 310) menyatakan kenikmatan
itu dapat karena: (1) merasa berhasil dalam menerima pengalaman orang lain,
(2) bertambah pengalaman sehingga dapat mengahadapi kehidupan dengan
lebih baik, (3) kekaguman akan kemampuan sastrawan dalam mengarahkan
segala alat yang ada pada medium seninya sehingga berhasil memperjelas,
memadukan, dan memberikan makna terhadap pengalaman yang diolahnya,
(4) menikmati sesuatu demi sesuatu itu sendiri yaitu kenikmatan estetik.
(http://www.KondisiPembelajaranSastraIndonesia.htm).
Dalam memilih bahan pengajaran sastra, tahap-tahap perkembangan
psikologis siswa hendaknya diperhatikan karena tahap-tahap ini sangat besar
pengaruhnya terhadap minat dan kesenangan siswa dalam banyak hal. Tahap
perkembangan psikologis ini juga sangat besar pengaruhnya terhadap: daya
ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemingkinan
pemahaman situasi atau pemecahan masalah yang dihadapi.
Pelaksanaan pembelajaran sastra dengan tujuan meningkatkan
kemampuan mengapresiasikan sastra secara kreatif perlu memperhatikan
beberapa konsep dasar pembelajaran apresiasi sastra. Menurut Imam Syafi’ie
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
(1993: 68-69) dikemukakan ada empat konsep dasar yang perlu diperhatikan.
Keempat itu diuraikan sebagi berikut:
2. Pembelajaran sastra bukan proses pembentukan penguasaan
pengetahuan tentang sastra, melainkan pembinaan peningkatan
kemampuan mengapresiasikan sastra. Oleh karena itu, pembelajaran
sastra harus diupayakan agar tidak terpengaruh pada pemberian
pengetahuan kesastraan, misalnya pengetahuan tentang hal-hal tersebut
harus diletakkan dalam posisi sebagi penunjang kegiatan
mengapresiasikan sastra.
3. Pembelajaran mengapresiasikan dilaksanakan dengan memberikan
kesempatan sebanyak-banyaknya kepada siswa untuk terlibat secara
langsung dalam proses mengapresiasi. Untuk itu, siswa perlu lebih
banyak menggauli karya sastra dengan membaca berbagai bentuk karya
sastra.
4. Peranan guru dalam pengajaran sastra janganlah sebagai pemberi tahu
yang mendiktekan catatan-catatan tentang sinopsis, nama-nama tokoh
dalam novel, nilai-nilai keindahan yang ditemukannya, dan sebagainya.
Guru hendaknya menciptakan situasi yang mendorong siswa untuk
mendapatkan sendiri kenikmatan dan kemanfaatan membaca sastra.
5. Pembelajaran sastra menghindarkan diri dari proses yang bersifat
mekanis, misalnya menghafalkan hal-hal yang tidak berguna. Yang
lebih dipentingkan adalah pemerolehan pengalaman batin dalam diri
siswa yang mereka peroleh dari proses membaca sastra dengan
mengenali, memahami, mengahayati, menilai, dan akhirnya menghargai
karya sastra itu. Proses inilah yang akan meningkatkan kualitas
kehidupan batin siswa.
Pembelajaran novel yang dikemukakan dalam landasan teori adalah
pembelajaran novel di sekolah lanjutan tingkat atas (SMA). Kurikulum 2006
diberlakukan berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. Di
dalam kurikulum tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran novel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
berlangsung pada jenjang kelas XI. Dengan demikian, telaah teoretis
pembelajaran novel dalam konteks ini difokuskan pada pembelajaran novel di
kelas XI.
Lebih lanjut dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 22 Tahun 2006 bahwa pembelajaran novel di SMA mencakup
pemahaman terhadap unsur intrinsik (struktural) dan ekstrinsik,
membandingkan kedua unsur tersebut, dan pemahaman terhadap nilai-nilai
edukatif di dalamnya. Seperangkat pengetahuan tersebut, diajarkan di kelas
XI semester dua. Standar kompetensi dan kompetensi dasar pembelajaran
novel di SMA dapat dicermati dari tabel 1 berikut.
Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran Novel
di Kelas XI Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Membaca: Memahami buku
biografi, novel, dan hikayat.
Mengungkapkan hal-hal yang
menarik dan dapat diteladani dari
tokoh.
Menganalisis nilai-nilai yang terdapat
dalam novel.
Mendeskripsikan unsur-unsur novel.
Sumber: Peraturan Menteri Pndidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilaksanakan oleh Main Sufanti tahun 2002, dengan
judul “Pelaksanaan Pengajaran Sastra Indonesia di SMU Muhammadiyah Se-
Surakarta” menyimpulkan: (1) pemahaman guru tentang konsep pembelajaran
sastra Indonesia dalam kurikulum masih bersifat teoretis; (2) realitas pelaksanaan
pembelajaran sastra belum sepenuhnya menyentuh aspek apresiatif; (3) evaluasi
sastra masih ada yang menitikberatkan aspek pengetahuan; (4) tanggapan siswa
terhadap pelaksanaan pengajaran sastra Indonesia yang dilakukan oleh guru di
sekolah kurang menarik, monoton, tidak banyak memberi kesempatan pada siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
secara langsung berkenalan dengan karya sastra untuk dibaca, diapresiasi, dan
dinikmati.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ririh Yuli Atminingsih pada tahun
2007 yang berjudul ”Analisis Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan Novel Laskar
Pelangi karya Andrea Hirata”. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat
beberapa jenis gaya bahasa dalam novel Laskar Pelangi, yaitu : simile, metafora,
dipersonifikasi, hiperbola, ironi, paradoks, metonimia, alusio, dan lain sebagainya.
Novel Laskar Pelangi juga mengandung beberapa nilai didik yang meliputi nilai
religius, nilai sosial, dan nilai moral. Penelitian ini juga bermanfaat dalam
pembelajaran bahasa Indonesia jenjang SMA kelas XI, menggunakan novel
Laskar Pelangi sebagai bahan ajar dan sesuai dengan kurikulum yang ada.
C. Kerangka Berpikir
Karya sastra adalah karya seni yang mengandung unsur keindahan dan
sangat erat keterkaitannya dengan kehidupan. Pengarang sebagai pencipta karya
sastra mempunyai kebebasan penuh dalam mengungkapkan imajinasinya. Dalam
sebuah karya sastra terdapat stuktur novel yang akan menambah pengalaman bagi
pembacannya.
Berbicara tentang karya sastra maka akan terlintas dalam pikiran kita
nilai apa saja yang terkandung dalam sebuah karya sastra. Karya sastra hendaknya
mempunyai nilai-nilai tertentu yang menjiwai sebuah karya sastra. Karya sastra
diciptakan bukan sekedar untuk dinikamati keindahannya tetapi juga untuk
dipahami dan diambil manfaatnya secara menyeluruh. Sastra bukanlah sekedar
benda mati yang tak berarti, namun di dalamnya termuat banyak sekali nilai- nilai
hidup, pesan moral yang luhur, yang mampu menambah wawasan manusia dalam
memahami, menjalani dan menghayati kehidupan.
Kemampuan optimal siswa dalam pembelajaran tetralogi Andrea Hirata
dapat diperoleh antara lain dengan memberikan latihan-latihan tentang apresiasi
sastra khususnya novel serta kemampuan guru dalam menyampaikan pelajaran.
Guru dituntut untuk mampu menyusun perencanaan pengajaran dengan baik,
memilih materi atau bahan pelajaran, pendekatan dan metode pengajaran yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
digunakan tepat, mampu memilih dan menyediakan media yang relevan dengan
tujuan pembelajaran, melaksanakan penilaian dengan tepat, dapat melaksanakan
pengajaran dengan baik, serta mengetahui kendala-kendala dalam pembelajaran
tetralogi Andrea Hirata dan cara mengatasinya.
Keefektifan guru dalam melaksanakan pembelajaran tetralogi Andrea
Hirata dapat dilihat dari kompetensi siswa dalam mengapresiasi novel. Hal ini
sejalan dengan tujuan (kompetensi dasar) pengajaran novel, yaitu siswa dapat
mengungkapkan hal-hal yang menarik yang dapat diteladani dari tokoh. Kerangka
berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan berikut:
Gambar 1
Kerangka Berpikir Penelitian
Pembelajaran Tetralogi
Andrea Hirata
Kompetensi
apresiasi novel Perencanaan
pengajaran
Pelaksanaan
pengajaran
Kendala-kendala dalam
pembelajaran sastra
1. Siswa kurang berminat
2. Terbatasnya waktu
3.
Pelaksanaan
pengajaran
Upaya mengatasi kendala
dalam pembelajaran
Tujuan pembelajaran
tercapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di SMA N 1 Karanganom, Klaten yang
beralamatkan di Jalan Raya Penggung-Jatinom 03 Karanganom, Klaten.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Oktober 2011.
Adapun perincian waktu dan jenis kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2. Jadwal Penelitian
Waktu/jenis
kegiatan
Feb. Maret April Mei Juli Agustus Oktob.
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan
Judul
Persiapan
survei awal
dan
penyusunan
proposal
Penyusunan
instrumen
Pengumpul-
an data dan
pemberian
perlakuan
Analisis data
Penyusunan
laporan
Ujian
pendadaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Penelitian memperoleh hasil yang baik dan maksimal, apabila pada
prosesnya menggunakan metode yang tepat. Metode penelitian yang sesuai akan
mengarahkan penelitian mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang menuturkan, manganalisis, dan mengklasifikasi
(Winarno Surakhmad, 1994: 139). Menurut Moleong (2000: 6), data deskriptif
yang dikumpulkan dapat berupa kata-kata dan gambar, bukan angka. Jadi
penelitian deskriptif adalah penelitian yang menuturkan, menganalisis, dan
mengklasifikasi data yang berupa kata-kata dan gambar, bukan berupa angka.
Strategi yang dipakai dalam penelitian ini adalah studi kasus. Strategi
tunggal terpancang memusatkan studi terhadap beberapa aspek yang dipilih
berdasarkan kepentingan, tujuan, dan minat penelitian.
C. Sumber Data Penelitian
Data merupakan suatu hal pokok dalam penelitian. Data atau informasi
yang paling penting untuk dikaji dalam penelitian ini berupa data kualitatif.
Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah:
1. Dokumen, yaitu novel Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan
Maryamah Karpov karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh PT Bentang
Pustaka, dan RPP untuk mengetahui bagaimana bentuk perencanaan guru
dalam pengajaran tetralogi Andrea Hirata di SMA Negeri 1 Karanganom.
2. Tempat dan peristiwa. Tempat berkaitan dengan sasaran penelitian ini,
yaitu sekolah sebagai wadah pembelajaran formal dalam hal ini adalah
SMA Negeri 1 Karanganom. Peristiwa berkaitan dengan pelaksanaan
pengajaran tetralogi Andrea Hirata di SMA Negeri 1 Karanganom.
3. Informan, yaitu hasil wawancara berisi pendapat para pembaca mengenai
novel Tetralogi Andrea Hirata. Pembaca yang diwawancarai adalah guru,
siswa, dan kepala sekolah. Penggunaan sumber data ini lebih diutamakan
untuk mengetahui kendala yang timbul dalam pengajaran tetralogi Andrea
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Hirata di SMA Negeri 1 Karanganom, serta upaya yang dilakukan guru
dan pihak sekolah untuk mengatasi kendala tersebut.
D. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling,
yaitu sampel yang dipergunakan sesuai dengan kepentingan peneliti dan
dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan tujuan penelitian. Peneliti
cenderung untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan
masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya sebagai sumber data yang
mantap.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Analisis Dokumen dan Arsip (Content Analysis)
Analisis ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang bentuk
perencanaan pengajaran tetralogi Andrea Hirata di SMA Negeri 1 Karanganom..
Teknik ini juga digunakan untuk mengumpulkan data yang bersumber pada arsip
dan dokumen di sekolah yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dalam
banyak hal dokumen dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, dan atau
meramalkan.
2. Observasi
Observasi digunakan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran
tetralogi Andrea Hirata di SMA Negeri 1 Karanganom. Observasi dilaksanakan
secara terbuka, artinya pengamatan yang diketahui oleh subjek. Dalam melakukan
observasi, peneliti mencatat hal-hal pokok yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran tetralogi Andrea Hirata di kelas yang meliputi: (1) bahan/materi
yang diajarkan, (2) pendekatan yang digunakan, (3) metode yang digunakan, (4)
media yang digunakan, (5) langkah-langkah pembelajaran tetralogi Andrea Hirata,
(6) kendala yang timbul dalam pembelajaran tetralogi Andrea Hirata beserta
upaya yang dilakukan guru untuk mengatasinya. Dalam penelitian observasi
dibuat catatan lapangan. Bodgan dan Bilken (dalam Moleong, 2002: 153)
berpendapat bahwa catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa saja yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan
refleksi di dalam penelitian kualitatif. Catatan lapangan ini digunakan untuk
mendukung data konkret penelitian.
3. Wawancara
Teknik ini dipakai peneliti untuk mengetahui kendala yang timbul dalam
pengajaran tetralogi Andrea Hirata di SMA Negeri 1 Karanganom, serta upaya
yang dilakukan guru dan pihak sekolah untuk mengatasi kendala tersebut. Dalam
penelitian ini, wawancara dilakukan dengan guru bahasa Indonesia, siswa, dan
kelapa sekolah. Untuk wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru bahasa
Indonesia juga tidak terlepas dari pertanyaan mengenai perencanaan pengajaran
dan pelaksanaan pengajaran tetralogi Andrea Hirata.
F. Teknik Uji Validitas Data
Validitas atau keabsahan data merupakan kebenaran data dari proses
penelitian. Setelah data diperoleh, selanjutnya data diperiksa keabsahannya
melalui teknik triangulasi. Triangulasi merupakan pengecekan kebenaran dengan
cara memperoleh data tersebut dari pihak atau sumber berbeda. Hal ini bertujuan
untuk membandingkan informasi yang diperoleh dari berbagai pihak agar ada
jaminan tentang tingkat kepercayaan atau kevalidan data. Triangulasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data dan metode.
Triangulasi sumber data antara lain meliputi triangulasi data dari
beberapa guru, data kegiatan guru dalam mengajar di kelas, data dari kegiatan
guru dalam bersastra, data dari pimpinan sekolah, dan data dari siswa. Triangulasi
metode antara lain dengan wawancara, observasi, studi dokumentasi, serta diskusi.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis interaktif, yaitu analisis dilakukan bersamaan dengan proses
pengumpulan data atau analisis di lapangan yang meliputi tiga komponan yaitu
reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Analisis model mengalir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
mempunyai tiga komponen yang saling terjalin dengan baik, yaitu sebelum,
selama, dan sesudah pelaksanaan pengumpulan data.
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah bagian dari analisis, suatu bentuk analisis yang
mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak
penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat
dilakukan. Data berupa proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan
abstraksi data yang berupa data kasar dan konsep-konsep yang umum dan
terpisah-pisah yang muncul dari catatan-catatan di lapangan. Proses ini
merupakan bagian dari analisis yang sudah dimulai sejak peneliti mengambil
keputusan tentang kerangka kerja konseptual, pemilihan kasus, pernyataan
yang akan diajukan, dan tentang cara pengumpulan data yang akan dipakai.
Proses ini berlangsung hingga laporan akhir penelitian selesai ditulis.
2. Penyajian Data
Penyajian data adalah suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan
kesimpulan riset dilakukan. Dengan melihat sajian data, peneliti akan mengerti
apa yang terjadi dan kemungkinan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis
atau tindakan lain berdasarkan penelitian tersebut. Penyajian data yang baik
dan jelas sistematikanya akan banyak menolong peneliti sendiri.
Pengelompokan atau pengklasifikasian data yang sudah ada berarti sudah
memasuki daerah analisis penelitian.
3. Penarikan Simpulan
Dalam tahap ini dibuat simpulan tentang hasil dari data yang diperoleh sejak
awal penelitian. Simpulan ini masih perlu adanya verifikasi yaitu penelitian
kembali tentang kebenaran laporan sehingga hasil yang diperoleh benar-benar
valid.
Ketiga komponen tersebut saling terkait dan dilakukan secara terus
menerus mulai dari awal, saat penelitian berlangsung, sampai akhir penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Proses analisis interaktif jika digambarkan adalah sebagai berikut:
Gambar 2
Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif
H. Prosedur Penelitian
Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tiga tahapan yang
disertai dengan perinciannya pada tiap tahap. Adapun ketiga tahapan beserta
perincian itu adalah sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
a. Penentuan topik dan pencarian landasan teori yang relevan dngan
kegiatan penelitian.
b. Penyusunan proposal penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
a. Pengumpulan data-data yang diperlukan dan melakukan klasifikasi
sesuai dengan permasalahan.
b. Menganalisis dan menginterpretasikan data-data yang diperoleh.
3. Tahap penyusunan hasil penelitian
a. Penyusunan laporan penelitian.
b. Memeriksa kesatuan laporan penelitian.
c. Memperbanyak laporan penelitian.
Pengumpulan Data Sajian Data
Reduksi Data Penarikan
Simpulan/verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab IV ini akan dibahas mengenai temuan dalam penelitian yang
merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah dikemukakan pada bab I.
untuk menjawab rumusan masalah, diperlukan data-data dari lapangan. Data-data
di lapangan tersebut berasal dari objek yang diteliti dan benar-benar berasal dari
subjek yang diteliti. Sebelum penyajian temuan hasil penelitian, akan disampaikan
deskripsi kondisi latar penelitian, yakni SMA Negeri 1 Karanganom.
A. Deskripsi Latar Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Karanganom. SMA Negeri 1
Karanganom terletak di Jalan Raya 3 Karanganom Klaten. Telp (0272) 337039.
SMA Negeri 1 Karanganom yang terletak di Kabupaten Klaten, yang mana
disamping dikenal daerah pertanian, Kabupaten Klaten juga banyak memiliki
potensi wisata yang potensial. Jadi SMA Negeri 1 Karanganom memiliki peluang
disamping mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, juga memiliki
kesempatan mempelajari potensi daerahnya di bidang pertanian dan potensi-
potensi lainnya seperti wisata sebagai keunggulan lokal/daerah (Kabupaten
Klaten).
Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional, sebagai lembaga
pendidikan formal SMA Negeri 1 Karanganom memiliki visi: Unggul dalam
Prestasi, Luhur dalam Budi Pekerti. Untuk mewujudkan visi Unggul dalam
Prestasi, Luhur dalam Budi Pekerti, SMA Negeri 1 Karanganom menetapkan
suatu bentuk layanan yang dituangkan dalam bentuk misi sekolah sebagai berikut:
1. Unggul dalam NUAN
2. Unggul dalam seleksi ujian masuk PTN dan PTS favorit di dalam dan luar
negeri
3. Unggul dalam Olimpade Mata Pelajaran
4. Unggul dalam Lomba Karya Ilmiah
5. Unggul dalam Keolahragaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
6. Unggul dalam disiplin
7. Unggul dalam aktivitas Keagamaan
8. Unggul dalam Kepekaan Sosial
9. Unggul dalam Seni dan Budaya
10. Unggul dalam Manajemen Informatika
11. Unggul dalam berkomunikasi dan memanfaatkan literasi berbahasa Inggris.
Tenaga kependidikan di SMA Negeri 1 Karanganom sebanyak 87 orang.
Terdiri dari seorang kepala sekolah berijazah terakhir S2. Guru tetap (PNS)
sebanyak 52 orang. Guru bantu sebanyak 4 orang. Guru tidak tetap 13 orang.
Guru berijazah S2 ada 1 orang, berijazah S1 ada 36 orang, dan berijazah
D3/sarjana muda keguruan ada 15 orang.
Animo masyarakat untuk sekolah di SMA Negeri 1 Karanganom cukup
tinggi, dengan daya tampung 360 siswa. Jumlah pendaftar pada setiap tahun
ajaran baru berkisar antara 450 sampai 650 siswa. Jumlah peserta didik pada tahun
pelajaran 2010/2011 sebanyak 1004 siswa. Terdiri dari 371 siswa laki-laki dan
633 siswa perempuan. Sedangkan rincian per jenjang kelasnya adalah 354 siswa
di kelas X, 327 siswa di kelas XI, dan 323 siswa di kelas XII. Jumlah kelas
sebanyak 25 rombongan belajar (rombel), dengan rincian kelas X ada 9 rombel,
kelas XI ada 8 rombel, dan kelas XII ada 8 rombel. Komposisi penjurusan di kelas
XI adalah 4 rombel IA, 3 rombel IS, dan 1 rombel Bahasa. Di kelas XII juga
terdiri dari 4 rombel IA, 3 rombel IS, dan 1 rombel Bahasa.
Sebagai suatu lemabaga pendidikan, SMA negeri 1 Karanganom dipimpin
oleh seorang kepala sekolah. Adapun pergantian kepala sekolah yang pernah
memimpin di SMA Negeri 1 Karanganom yaitu:
1. R. Boedhiarto WS : 1 Juli 1964 s.d 14 Pebruari 1985
2. R. Soeprapto : 15 Pebruari 1985 s.d 13 September 1990
3. Drs. H. Muh. Markum : 14 September 1990 s.d 31 Juli 1995
4. Drs. S.d. Soenarjo : 1 Agustus 1995 s.d 11 Januari 1996
5. H. Soemadi, BA : 12 Januari 1996 s.d 30 Juni 2001
6. Drs. H. Supito : 1 Juli 2001 s.d 31 Desember 2001
7. Drs. H. Fahrudin Suwoto, M.M : 1 Januari 2002 s.d 30 April 2007
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
8. Drs. Agus Sukamto, M.M : 1 Mei 2007 s.d 31 Maret 2009
9. Drs. Sumardi : 1 April 2009 s.d 13 Januari 2010
10. Drs. H. Sukarno, M.M. : 14 Januari 2010 s.d sekarang
B. Deskripsi Awal
Perencanaan yang dipakai guru saat akan mengajar berbentuk Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang baik
adalah rencana pembelajaran yang dibuat oleh guru masing-masing sekolah. Hal
tersebut untuk menyesuaikan dengan kondisi dan situasi sekolah masing-masing
untuk mengoptimalkan tercapainya tujuan pembelajaran. Jika guru mengetahui
benar-benar apa yang akan dilakukannya maka hasilnya akan lebih baik.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, perangkat pembelajaran yang dipakai
guru disusun bersama tim MGMP bahasa Indonesia tingkat sekolah, termasuk
rencana pembelajaran. Hanya saja RPP yang digunakan di sekolah tersebut masih
dalam bentuk RPP yang lama, belum mengikuti standar RPP yang berlaku saat ini
sehingga membuat pembelajaran kurang optimal. Bentuk perencanaan
pembelajaran yang dipakai di SMA Negeri 1 Karanganom tersebut adalah:
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMA N 1 Karanganom
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XI/2
Alokasi Waktu : 4 X 45 menit (2 pertemuan)
A. Kompetensi Dasar
15.1 Mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh
B. Indikator
1. Mengungkapkan hal-hal yang menarik tentang tokoh dalam novel yang
dibaca
2. Merefleksikan tokoh dengan diri sendiri
3. Menemukan tokoh yang mirip dengan tokoh lain
4. Menemukan hal-hal yang bisa diteladani tentang tokoh tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
C. Materi Pokok
Buku sastra (novel)
1. Hal-hal yang menarik
2. Perefleksian tokoh
3. Penentuan hal-hal yang dapat diteladani
D. Skenario Pembelajaran
No Kegiatan Alokasi
Waktu Metode
1
2
3
1
2
3
PERTEMUAN PERTAMA
Pendahuluan
Pengantar konsep dan ilustrasi tentang novel
Inti
a) Membaca buku sastra yaitu novel
b) Mengungkapkan hal-hal yang menarik
tentang tokoh dalam novel yang dibaca
c) Merefleksikan tokoh dengan diri sendiri
Penutup
Penguatan pemahaman pengahayatan novel
yang dibaca
PERTEMUAN KEDUA
Pendahuluan
Mengulas pembelajaran pada pertemuan
sebelumnya
Inti
a) Menemukan tokoh yang mirip dengan tokoh
lain
b) Menemukan hal-hal yang bisa diteladani
tentang tokoh tersebut
Penutup
Kesimpulan pembelajaran dan post test
5 menit
70
menit
15
menit
5 menit
70
menit
15
menit
Ceramah
Tanya jawab
Diskusi
Inkuiri
Tanya jawab
Diskusi
Inkuiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
E. Media
1. Novel
2. Buku Kompeten Berbahasa Indonesia, Erlangga, Jakarta
F. Evaluasi
Jenis Tagihan:
1. Tugas individu
2. Tugas kelompok
Bentuk Instrumen:
1. Uraian bebas
2. Pilihan ganda
3. Jawaban singkat
C. Deskripsi Data
1. Bentuk Perencanaan Pengajaran Tetralogi Andrea Hirata
di SMA Negeri 1 Karanganom
Perencanaan pembelajaran yang baik dapat menunjang keberhasilan suatu
pembelajaran. Guru harus melakukan inovasi baru terhadap rencana pembelajaran
yang telah mereka buat. Setiap tahun harus ada perbaikan rencana pembelajaran
sehingga akan meningkatkan kualitas pembelajaran itu. Begitu juga rencana
pembelajaran yang dipakai oleh guru bahasa Indonesia di SMA Negeri 1
Karanganom dalam pembelajaran. RPP yang dipakai guru merupakan RPP
dengan model lama, sementara sekarang sudah muncul lagi RPP dengan model
baru. Perbedaan yang menonjol antara RPP lama dengan model yang sekarang
adalah pada kegiatan pembelajarannya. Model RPP yang terbaru dalam kegiatan
pembelajaran meliputi kegiatan apersepsi, motivasi, eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi. Semua unsur dalam kegiatan pembelajaran tersebut saling memiliki
keterkaitan sehingga pembelajaran akan lebih baik dan tujuan pembelajaran akan
tercapai. Dengan demikian maka pembelajaran akan lebih menarik dan kualitas
pembelajaran akan meningkat. Bentuk perencanaan pengajaran yang berlaku
sekarang dapat diuraikan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SMA N 1 Karanganom
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XI/2
Pertemuan ke :
Alokasi Waktu : 4 X 45 menit (2 pertemuan)
A. Standar Kompetensi
15. Memahami buku biografi, novel, dan hikayat
B. Kompetensi Dasar
15.1 Mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh
C. Indikator
1. Mengungkapkan hal-hal yang menarik tentang tokoh dalam novel yang
dibaca
2. Merefleksikan tokoh dengan diri sendiri
3. Menemukan tokoh yang mirip dengan tokoh lain
4. Menemukan hal-hal yang bisa diteladani tentang tokoh tersebut
D. Tujuan Pembelajaran
Dengan mendengarkan penjelasan dari guru, siswa dapat:
1. Mengungkapkan hal-hal yang menarik tentang tokoh dalam novel yang
dibaca dengan tepat
2. Merefleksikan tokoh dengan diri sendiri
3. Menemukan tokoh yang mirip dengan tokoh lain
4. Menemukan hal-hal yang bisa diteladani tentang tokoh tersebut
E. Materi Pokok
Buku sastra (novel)
1. Hal-hal yang menarik
2. Perefleksian tokoh
3. Penentuan hal-hal yang dapat diteladani
F. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya jawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
3. Diskusi
4. Inkuiri
G. Langkah-langkah Pembelajaran
PERTEMUAN PERTAMA (2 X 45 menit)
Hari/Tanggal :
1. Kegiatan Awal
a. Apersepsi: Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
b. Motivasi: Membaca sangat bermanfaat bagi kehidupan dan masa
depan
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
a. Guru menjelaskan tentang novel
Elaborasi
a. Siswa membaca novel tetralogi Andrea Hirata
b. Siswa mengungkapkan hal-hal yang menarik tentang tokoh dalam
novel yang dibaca
Konfirmasi
a. Siswa merefleksikan tokoh dalam novel dengan dirinya sendiri
3. Kegiatan Akhir
a. Penguatan pemahaman penghayatan novel yang dibaca
PERTEMUAN KEDUA (2 X 45 menit)
Hari/Tanggal :
1. Kegiatan Awal
a. Apersepsi: Mengulas pembelajaran pada pertemuan sebelumnya
b. Motivasi: Membaca sangat bermanfaat bagi kehidupan dan masa
depan
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
a. Guru menjelaskan tentang Tetralogi Andrea Hirata
Elaborasi
a. Siswa membaca novel yang telah ditentukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
b. Siswa mengungkapkan hal-hal yang menarik tentang tokoh dalam
novel yang dibaca
Konfirmasi
a. Siswa merefleksikan tokoh dalam novel dengan dirinya sendiri
3. Kegiatan Akhir
a. Penguatan pemahaman pengahayatan novel yang dibaca
b. Kesimpulan dan penilaian
H. Penilaian/tindak lanjut
1. Pada pertemuan pertama melalui penugasan
a. Membaca novel
b. Menuliskan unsur-unsur intrinsik dan hal yang menarik dalam novel
c. Menuliskan resensi novel
2. Pada pertemuan kedua melalui tes tertulis/uji kompetensi yaitu dengan
mengerjakan soal ulangan harian
Penilaian
Jumlah soal = 5, bobot nilai setiap soal adalah 20.
Nilai akhir = jumlah jawaban benar X bobot setiap soal = 100
Nilai akhir = (nilai proses+nilai hasil)
2
Teknik tes : tes tertulis
Teknik instrumen : uraian
Instrumen Penilaian:
1. Apakah pengertian tetralogi novel? Jelaskan!
2. Sebutkan secara berurutan judul novel yang termasuk dalam tetralogi
novel karya Andrea Hirata!
3. Apakah tema yang menonjol pada tetralogi novel tersebut?
4. Bagaimanakah alur yang terdapat pada tiap-tiap novel tersebut?
5. Siapakah tokoh utama dalam tetralogi novel tersebut? Bagaimana
pula karakternya?
6. Bagaimanakah sudut pandang pengarang terhadap tetralogi novel
tersebut? Jelaskan!
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
7. Sebutkan judul ke 2 tetralogi novel tersebut! Jelaskan pula setting
yang terdapat pada novel tersebut!
8. Amanat apakah yang dapat diambil setelah membaca novel tersebut?
I. Sumber/Media yang digunakan
1. Novel tetralogi Andrea Hirata
2. Buku Kompeten Berbahasa Indonesia, Erlangga, Jakarta
3. LCD proyektor
2. Pelaksanaan Pengajaran Tetralogi Andrea Hirata
Perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru selanjutnya untuk
dilaksanakan. Guru mempunyai peranan yang sangat besar dalam melaksanakan
pembelajaran yang sudah dibuat. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran,
guru dituntut untuk dapat mengoptimalkan segala kemampuan yang dimilikinya
dengan tujuan kompetensi dasar yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan
maksimal.
Kegiatan pembelajaran secara umum dapat dibagi menjadi tiga tahapan,
yaitu pembukaan yang diawali dengan apersepsi, menanyakan pekerjaan rumah,
menanyakan materi pada pertemuan sebelumnya, menyampaikan tema yang akan
dibahas pada pertemuan hari itu, serta menyampaikan tujuan yang akan dicapai
pada pembelajaran kali itu. Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu
pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan
memfokuskan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
Tahap yang kedua dalam pembelajaran adalah kegiatan inti. Kegiatan inti
merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar. Pada kegiatan
inti inilah guru mempunyai peranan yang penting. Bagaimana guru
menyampaikan materi, memilih metode, pendekatan, dan media yang tepat dan
sesuai dengan materi yang disampaikan saat itu akan sangat mempengaruhi
keberhasilan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan fisik serta psikologis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
siswa. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Tahap yang ketiga adalah penutup. Penutup merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran. Dalam kegiatan penutup,
guru memberikan refleksi. Refleksi dilakukan dengan memberikan evaluasi
kepada siswa. Evaluasi tersebut yaitu guru menyimpulkan materi yang telah
diberikan pada hari itu dan dapat juga dengan pemberian tugas rumah (PR)
maupun post test. Selain itu dalam penutup dapat juga dilakukan dalam bentuk
rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak
lanjut. Tahap penutup ini bertujuan sebagai penguatan pada siswa atas
pembelajaran yang didapat pada pertemuan itu.
Penelitian pertama dilakukan pada hari Selasa tanggal 12 April 2011. Pukul
07.00 guru masuk kelas. Ketua kelas menyiapkan dan memimpin doa. Guru dan
melakukan pembukaan dengan memberikan salam kepada siswa dengan
mengucapkan “assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh” lalu siswa
menjawab “waallaikumsalam warahmatullahi wabatakatuh”. Setelah itu guru
memperkenalkan peneliti yang duduk di kursi paling belakang. Siswa menjadi
agak gaduh karena masih asing dengan peneliti, namun guru segera menenangkan
kelas dan absensi siswa. Setelah itu guru menuliskan pokok bahasan materi di
papan tulis tentang tetralogi Andrea Hirata. Sebelum masuk ke materi, guru
memberikan pre-test pada siswa mengenai pengertian novel dan tetralogi Andrea
Hirata. Kemudian guru menyampaikan materi tentang novel dan memperkenalkan
novel Tetralogi Andrea Hirata yang terdiri dari Laskar Pelangi, Sang Pemimpi,
Edensor, dan Maryamah Karpov. Siswa tampak memperhatikan.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal
yang belum dipahami, namun siswa hanya diam. Karena tidak ada pertanyaan,
guru melanjutkan materinya. Selanjutnya guru masuk pada pembelajaran inti.
Guru memutarkan sebuah film dari salah satu novel tersebut yang berjudul Sang
Pemimpi. Siswa kelihatan sangat tertarik dan antusias. Tujuan dari pemutaran film
ini adalah untuk memberi semangat dan menumbuhkan rasa ketertarikan pada diri
siswa untuk membaca novelnya. Selama pemutaran film, suasana kelas menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
tidak menentu. Kadang kelas menjadi tenang ketika adegan dalam film tersebut
biasa saja, tetapi sebaliknya kelas menjadi ramai jika adegan dalam film tersebut
juga seru. Siswa terlihat sangat menikmatinya. Acara pemutaran film itu sedikit
dipercepat karena keterbatasan waktu. Siswa boleh mengopy film tersebut jika
ingin melanjutkan menonton di rumah. Pemutaran film itupun berakhir pukul
08.15. Setelah itu, guru sedikit membahas tentang film tersebut. Guru
menjelaskan bahwa film yang berjudul Sang Pemimpi tersebut merupakan salah
satu film yang diambil dari salah satu novel tetralogi Andrea Hirata dan dari
tetralogi Andrea Hirata tersebut yang sudah difilmkan hanya Laskar Pelangi dan
Sang Pemimpi. Ketika jam pelajaran hampir usai maka guru memberikan tugas
rumah kepada siswa. Kelas dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan presensi,
masing-masing kelompok diberi tugas untuk membaca satu buah novel dari
tetralogi Andrea Hirata. Selain itu, tiap kelompok juga membuat sinopsis novel
tersebut, sinopsis bisa dicari melalui internet. Tugas didiskusikan dibahas pada
pertemuan berikutnya. Setelah memberikan tugas dan waktu pelajaran selesai,
guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
Pertemuan kedua dilakukan pada hari Selasa tanggal 26 April 2011. Pada
pukul 07.00 guru masuk kelas. Ketua kelas memimpin doa dan dilanjutkan guru
membuka pelajaran dengan mengucapkan salam “assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh”. Siswa menjawab salam guru tersebut. Selanjutnya
guru mengabsensi siswa. Kemudian guru melakukan apersepsi dengan mengulas
pembelajaran pada pertemuan sebelumnya. Setelah itu siswa dibagi menjadi
empat kelompok berdasarkan presensi, masing-masing kelompok beranggotakan
11 orang. Ketika siswa mulai menempatkan diri bersama kelompoknya, guru
menulis di papan tulis hal-hal yang akan dibahas dalam pembelajaran tetralogi
Andrea Hirata. Hal-hal yang akan dibahas tersebut antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Tabel 3. Soal tentang unsur intrinsik novel tetralogi Andrea Hirata
No. Unsur Intrinsik Laskar
Pelangi
Sang
Pemimpi Edensor
Maryamah
Karpov
1
2
3
4
5
6
Tema
Alur
Tokoh/karakter
Setting
Point of view
Amanat
Setelah guru selesai menulis di papan tulis, siswa mulai berdiskusi dengan
teman satu kelompoknya. Beberapa siswa terlihat serius dalam mengerjakan tugas
kelompok tersebut. Selama proses diskusi, guru memantau jalannya diskusi
dengan sesekali mendatangi kelompok untuk menanyakan apakah ada kesulitan
yang dihadapi kelompok tersebut. Setelah waktu dirasa cukup, masing-masing
kelompok membacakan hasil diskusi kelompoknya yang diwakili oleh salah satu
siswa. Siswa itu membacakan sinopsis dari novel yang telah mereka baca secara
urut mulai dari novel pertama yaitu Laskar Pelangi sampai yang terakhir yaitu
Maryamah Karpov. Semua siswa memperhatikan penjelasan dari teman lain
kelompok sehingga tanpa membaca sendiri siswa mengetahui isi novel yang
dibaca oleh temannya tersebut. Untuk mengisi pertanyaan yang ada di papan tulis,
tiap-tiap kelompok menunjuk satu siswa untuk mewakili kelompoknya menulis di
papan tulis. Siswa menulis dengan tertib sementara teman yang dibelakan juga
tetap tenang dan memperhatikan. Berikut adalah jawaban siswa yang ditulis di
papan tulis:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Tabel 4. Jawaban siswa tentang unsur intrinsik novel tetralogi Andrea Hirata
No Unsur
Intrinsik
Laskar
Pelangi
Sang
Pemimpi Edensor
Maryamah
Karpov
1
2
3
4
5
6
Tema
Alur
Tokoh/
karakter
Setting
Point of
view
Amanat
Pendidikan
Maju
Ikal: pintar,
percaya diri
Lintang:
jenius, sabar
- Tempat:
Belitong
- Suasana:
penuh
perjuangan,
mengharu
kan
Sudut
pandang
orang
pertama
pelaku utama
Keterbatas an
bukan
kendala
untuk maju
Persahabatan
dan
perjuangan.
Campuran
Ikal: baik hati
Arai: pintar
Jimbron:
polos, gagap
Pulau
Belitong, los
pasar,
pelabuhan,
gedung
bioskop
Sudut
pandang
orang pertama
sebagai
pelaku utama
Jangan
berhenti
bermimpi
Kesuksesan
berasal dari
mimpi
Campuran
Ikal: pantang
menyerah
Weh: cerdas
Ayah: sabar
Masjid,
sekolah,
perahu, Eropa,
Bogor, dan
lain-lain
Sudut pandang
orang pertama
pelaku utama
Jangan mudah
menyerah
Bermimpilah
setinggi-
tingginya
Percintaan
Maju
Ikal:
berjuang
keras
Arai: peduli
Pulau
Belitong,
pulau Batu
Sudut
pandang
orang
pertama
tokoh utama
Jangan
pernah
berputus asa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Setelah semua pertanyaan terjawab seperti tabel di atas, guru membahas
keempat novel tersebut. Selesai membahas kemudian guru memberikan post test
dengan membagikan soal kepada siswa. Siswa mengerjakan dengan sungguh-
sungguh. Jam pelajaran pun berakhir, siswa mengumpulkan post test dan tugas
rumah di meja guru. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
D. Analisis Data
1. Bentuk Perencanaan Pengajaran Tetralogi Andrea Hirata di SMA
Negeri 1 Karanganom
Perencanaan yang dibuat oleh guru harus dipertimbangkan secara matang.
Untuk dapat membuat perencanaan yang baik guru harus mampu menjabarkan
kurikulum dengan jalan mempelajari dan meneliti isi dari kurikulum itu sendiri.
Dalam kurikulum terdapat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan
materi pokok. Setelah kurikulum benar-benar dipahami guru perlu
mempertimbangkan penyajian pembelajaran yang berhubungan dengan
pengalaman belajar, media, metode, materi, sumbar belajar, dan penilaian yang
seharusnya dilakukan oleh guru.
Dalam menjabarkan kurikulum dapat dilakukan secara individu atau
kelompok seperti forum MGMP. Dari hasil penjabaran kurikulum tersebut
nantinya akan menjadi bahan acuan dalam membuat program tahunan, program
semester, silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Setelah silabus
tersusun dan dapat dipahami oleh guru, maka langkah yang selanjutnya adalah
mengembangkan silabus tersebut dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan suatu program yang
disusun oleh guru untuk satu atau dua kali pertemuan dalam mencapai satu
kompetensi dasar. Dalam menyusun RPP terdapat di dalamnya adalah kompetensi
dasar yang akan dicapai, indikator, materi pokok, skenario pembelajaran, dan
sistem penilaian yang digunakan.
Dari hasil analisis dokumen diketahui bahwa bentuk perencanaan pengajaran
yang dipakai guru merupakan perangkat pembelajaran yang dibuat oleh tim
MGMP bahasa Indonesia tingkat sekolah, berbentuk RPP yang dibuat tiap kali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
pertemuan. Jadi RPP itu dibuat dibuat bersama guru bahasa Indonesia satu
sekolah pada tingkat yang sama. Hal utama yang akan dilakukan guru sebelum
mengajar adalah melihat buku modul materi apa yang akan diajarkan, kemudian
guru mempelajarinya dan mencari materi tambahan melalui internet atau sumber
lain. Selain itu guru juga memperkirakan kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan ketika mengajar.
Perangkat pembelajaran yang dibuat oleh tim MGMP bahasa Indonesia
tingkat sekolah itu hanya sebagai patokan sehingga guru diberikan keleluasaan
atau kebebasan untuk mengembangkannya sesuai dengan situasi dan kondisi
sekolah masing-masing. Bentuk RPP yang dibuat MGMP bahasa Indonesia
tingkat sekolah tersebut agak berbeda dengan RPP pada umumnya. Persiapan
mengajar itu hanya berupa garis besarnya saja sehingga dalam penerapan bisa
terjadi perubahan yang disesuaikan dengan kreativitas guru. Dalam RPP tersebut
tidak dituliskan standar kompetensinya terlebih dahulu tetapi langsung ke
kompetensi dasar. Selain itu dalam RPP tersebut tidak dicantumkan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Indikator yang disusun sudah mengacu pada
kompetensi yang diharapkan. Siswa diharapkan mampu mengungkapkan hal-hal
yang menarik tentang tokoh dalam novel yang dibaca, mempu merefleksikan
tokoh dengan diri sendiri, mampu menemukan tokoh yang mirip dengan tokoh
lain, dan mampu menemukan hal-hal yang bisa diteladani tentang tokoh tersebut.
Materi pokok yang disampaikan dalam RPP tersebut sangat sederhana, hanya
menuliskan tentang karya sastra khususnya novel dan hal-hal yang dipelajari
diantaranya hal-hal yang menarik dari buku, perefleksian tokoh, serta penentuan
hal-hal yang dapat diteladani. Seharusnya dalam materi pokok tersebut ditulis
lebih lengkap lagi, bahkan mungkin materi yang hendak disampaikan kepada
siswa ditulis dalam RPP tersebut sehingga materi pembelajaran yang akan
diajarkan sudah tertata rapi yang nantinya guru akan lebih siap dalam
menyampaikan materi. Skenario pembelajaran sudah disusun secara sistematis
dan mengarah pada pencapaian kompetensi. Dalam skenario tersebut tedapat
kegiatan inti pembelajaran yaitu siswa disuruh membaca novel, mengungkapkan
hal-hal yang menarik tentang tokoh dalam novel yang dibaca, merefleksikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
tokoh dengan diri sendiri, menemukan tokoh yang mirip dengan tokoh lain, serta
menemukan hal-hal yang bisa diteladani tentang tokoh tersebut. Selain kegiatan
pembelajaran yang ditulis dengan jelas, dalam skenario pembelajaran tersebut
juga sudah diatur alokasi waktu dari masing-masing kegiatan yaitu 5 menit untuk
pendahuluan, 70 menit untuk kegiatan inti, dan 15 menit untuk penutup. Dalam
skenario pembelajaran tersebut juga sudah disebutkan metode yang digunakan
guru dalam mengajar, yaitu menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi,
dan inkuiri. Media yang digunakan berupa novel dan buku kompeten berbahasa
penerbit Erlangga, tidak dijelaskan secara rinci seharusnya penggunaan buku
peket itu juga diperjelas dengan tahun buku yang digunakan dan halaman buku.
Untuk penilaian atau evaluasi masih kurang lengkap karena tidak mencantumkan
contoh instrumen dan cara penilaiannya.
2. Pelaksanaan Pengajaran Tetralogi Andrea Hirata di SMA Negeri 1
Karanganom
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa pembelajaran tetralogi
Andrea Hirata yang dilakukan oleh guru di kelas hampir memiliki kesesuaian
seperti apa yang ada dalam RPP. Materi pokok pengajaran menggunakan tetralogi
Andrea Hirata yaitu Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah
Karpov. Kegiatan pengajaran yang terjadi sudah mengacu pada kompetensi dasar
yang ingin dicapai yaitu mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat
diteladani dari tokoh. Kegiatan pengajaran yang dilakukan guru juga sudah urut
dengan RPP, namun untuk skenario pengajaran pada pertemuan pertama bagian
inti ada acara menonton film Sang Pemimpi yang tujuannya untuk menarik minat
siswa untuk membaca novelnya. Jadi, kegiatan pengajaran yang terjadi adalah:
guru menyampaikan materi, siswa menonton film, siswa membaca novel tetralogi
Andrea Hirata, siswa membuat resensi, siswa berdiskusi dengan teman satu
kelompok, dan siswa membahas hasil diskusi di depan kelas. Untuk evaluasinya,
guru menggunakan jenis tagihan berupa tugas kelompok yaitu resensi tiap novel
dan post test. Bentuk instrumennya menggunakan tes uraian bebas yaitu dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan novel tetralogi Andrea Hirata.
Sumber belajar yang dipakai guru berasal dari buku paket dan internet.
Untuk pemilihan materi pengajaran tetralogi Andrea Hirata guru
berpedoman pada “Buku Kompeten Berbahasa Indonesia” dari penerbit Erlangga.
Selain itu materi juga diambil dari sumber lain, yang dikembangkan oleh guru
sendiri. Dalam hal ini guru mencari tambahan materi dari internet dan buku paket
dari Yudhistira, dan Bumi Aksara.
Penggunaan metode pengajaran yang sesuai dalam pengajaran sangat
penting dalam proses belajar mengajar. Dalam praktik pengajaran tidak ada satu
metode yang paling baik yang dapat digunakan untuk mancapai setiap tujuan,
karena setiap metode selalu memiliki kekurangan dan kelebihan. Dengan
demikian, penggunaan metode pengajaran pada umumnya selalu menghubungkan
antara metode yang satu dengan metode yang lainnya, seperti yang telah
diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. Metode yang digunakan guru sudah
bervariasi. Selain menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan inkuiri, guru
juga masih menggunakan metode diskusi. Suatu pengajaran tanpa didahului
dengan metode ceramah tidak akan berjalan dengan baik karena siswa
membutuhkan penjelasan materi terlebih dahulu sebelum diberikan penugasan.
Selain itu metode diskusi juga sangat penting dalam pengajaran. Dengan
menggunakan metode diskusi, siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan
pembelajaran sehingga guru tidak mendominasi kelas dengan ceramah saja. Selain
siswa lebih aktif, penggunaan metode diskusi juga membuat proses belajar
mengajar lebih menarik, siswa tidak akan bosan hanya mendengarkan ceramah
dari guru tetapi justru akan lebih bersemangat untuk mengikuti pelajaran.
Ceramah guru terlihat kurang menarik dan jarang disertai dengan tanya jawab.
Hal tersebut yang akhirnya membuat suasana kelas menjadi ramai. Ketika guru
menjelaskan kadang-kadang siswa kurang memperhatikan terhadap penjelasan
guru karena siswa lebih senang bercanda atau berbicara dengan teman
sebangkunya. Ketika suasana kelas mulai ramai, guru mengatasinya dengan
memberikan teguran dan memberikan tanya jawab atau meminta siswa untuk
mengulangi penjelasan materi yang telah diberikan guru. Metode tanya jawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
digunakan guru untuk mendorong siswa untuk lebih berpartisipasi aktif di kelas.
Dengan memberikan pertanyaan kepada siswa, maka diharapkan semua siswa
akan fokus dan aktif mengikuti jalannya pembelajaran di kelas. Kegiatan tanya
jawab juga melatih keberanian siswa untuk mengemukakan ide dan gagasannya
secara lisan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Langkah-langkah yang digunakan guru dalam pembelajaran tetralogi
Andrea Hirata, secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Guru mengucapkan salam;
2. Guru mengabsensi siswa;
3. Guru menyampaikan pokok materi yang akan dibahas;
4. Guru melakukan pre-test;
5. Guru menjelaskan materi, yaitu tentang novel dan tetralogi Andrea Hirata;
6. Guru memutarkan film Sang Pemimpi untuk menumbuhkan minat siswa
membaca novel tetralogi Andrea Hirata;
7. Guru membagi siswa menjadi empat kelompok;
8. Guru menberikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk membaca
satu buah novel dari tetralogi Andrea Hirata dan membuat resensinya;
9. Guru menyuruh perwakilan kelompok untuk menbacakan hasil resensinya;
10. Guru memberikan pertanyaan tentang novel di papan tulis;
11. Guru meyuruh perwakilan kelompok untuk maju menjawab pertanyaan;
12. Guru mengumpulkan tugas;
13. Guru melakukan post test;
14. Guru menutup pelajaran.
Media yang digunakan guru dalam pengajaran tetralogi Andrea Hirata
sudah bervariasi. Guru sudah menggunakan media elektronik yaitu menggunakan
LCD sehingga pembelajaran yang berlangsung lebih menarik.
Penilaian atau evaluasi pengajaran dilaksanakan dalam dua kesempatan.
Penilaian pertama adalah evaluasi proses yang dilaksanakan saat kegiatan belajar
mengajar. Penilaian ini dilaksanakan dengan memperhitungkan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Dari segi kognitif, pada saat siswa diberi tugas secara
kelompok untuk membuat resensi novel dan menyebutkan unsur intrinsik novel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Penilaian dari segi afektif meliputi: kesungguhan, kedisiplinan, dan keaktifan
siswa dalam mengikuti proses pengajaran. Dari segi psikomotorik penilaian
dilakukan dengan tes perbuatan, yaitu dengan memeperhatikan siswa yang dengan
senang hati mau mewakili kelompoknya untuk menyampaikan hasil diskusi.
Evaluasi kedua adalah evaluasi hasil yang dilaksanakan pada akhir pokok bahasan
(kompetensi dasar). Penilaian dilakukan secara tertulis ketika guru telah selesai
memberikan materi. Siswa diberikan soal-soal yang berhubungan dengan materi
yang telah dipelajari bersama. Pada saat itu siswa diberi soal tentang novel
Tetralogi Andrea Hirata yang telah didiskusikan dan dibahas bersama di kelas.
Pada saat peneliti melakukan penelitian pembelajaran tetralogi Andrea Hirata
yang dilaksanakan oleh guru, selama siswa mengerjakan tugas secara
berkelompok beliau cukup aktif berkeliling memantau pekerjaan tiap kelompok
dan terkadang juga memberikan penjelasan ketika ada kelompok yang mengalami
kesulitan dalam mengerjakan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru diketahui bahwa hasil
pekerjaan siswa yang berupa ulangan setelah dikumpulkan dan dikoreksi maka
akan dikembalikan lagi ke siswa agar mereka tahu letak kesalahan yang ada pada
pekerjaan mereka. Jika ada siswa yang belum memenuhi kriteria ketuntasan,
maka guru akan memberikan remidiasi. Pelaksanaan remidiasi dilakukan ketika
jam pelajaran dengan cara siswa mengerjakan soal yang berbeda dengan soal
ulangan yang mungkin diambilkan dari kelas lain. Untuk tugas yang berupa tugas
kelompok, disusun dalam bentuk ketikan. Setelah dikumpulkan kepada guru dan
dikoreksi maka hasilnya tidak dikembalikan lagi ke siswa tetapi akan
dikumpulkan di perpustakaan sebagai tambahan referensi.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, secara umum dapat dikatakan
bahwa interaksi pengajaran tetralogi Andrea Hirata yang terjadi di kelas XI IA2
sudah optimal karena dalam kegiatan pembelajaran peran guru tidak
mendominasi. Selain sudah menggunakan media elektronik yang berupa LCD
proyektor, guru juga menerapkan metode diskusi sehingga siswa juga dapat
berperan aktif. Pembelajaran tetralogi Andrea Hirata yang dilakukan di kelas ini
sudah menarik karena sebelum masuk ke pelajaran inti, terlebih dahulu guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
memutarkan film Sang Pemimpi yang tujuannya untuk menumbuhkan minat dan
motivasi siswa.
3. Kendala-kendala yang Timbul dalam Pengajaran Tetralogi Andrea
Hirata di SMA Negeri 1 Karanganom
Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia khususnya
keterampilan membaca banyak kendala yang dihadapi. Berdasarkan hasil
pengamatan (observasi) diperoleh data bahwa kendala yang timbul dalam
pengajaran tetralogi Andrea Hirata adalah dari faktor waktu dan dari siswa.
Terbatasnya waktu yang disediakan dalam aspek keterampilan membaca
merupakan kendala bagi guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Dari
faktor waktu, untuk materi apresiasi novel dengan kompetensi membaca, alokasi
waktunya kurang yaitu hanya 4 X 45 menit. Kendala tersebut disampaikan oleh
guru sebagai berikut:
“Dari waktu, untuk materi membaca novel itu kurang jadi harus pandai-
pandai mengatur waktunya.” (CLHW: 1)
Kendala lainnya adalah yaitu dari siswa itu sendiri. Tidak semua siswa suka
membaca novel. Sebagian dari siswa merasa malas jika disuruh membaca novel
yang lumayan tebal. Jadi minat siswa terhadap novel itu sendiri masih kurang.
Menurut pengamatan yang dilakukan ternyata hal tersebut benar karena siswa
tersebut merupakan siswa kelas ilmu alam sehingga minat adan motivasi siswa
dalam hal sastra masih kurang. Hal tersebut diungkapkan guru sebagai berikut:
“Hambatan dari siswa, tidak semua siswa suka membaca fiksi atau novel.”
(CLHW: 1)
Berdasarkan hasil pengamatan terdapat beberapa siswa yang kurang
berminat terhadap pembelajaran tetralogi Andrea Hirata. Hal tersebut dapat dilihat
pada waktu kegiatan pembelajaran sedang berlangsung. Mereka kurang antusias
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai
kemungkinan, diantaranya adalah lingkungan sekolah dan pengelolaan kelas yang
kurang maksimal. Dalam satu kelas terdiri dari siswa laki-laki dan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
perempuan. Kebanyakan dari siswa laki-laki kurang memperhatikan, mereka
sering gaduh sendiri.
Kendala lain juga berasal dari sekolah itu sendiri. Lokasi sekolah yang
terletak di pinggir jalan raya membuat suasana belajar dalam kelas menjadi
kurang kondusif. Suara bising yang ditimbulkan dari kendaraan yang lewat sangat
mengganggu ketika pembelajaran sedang berlangsung. Hal tersebut dapat
mempengaruhi konsentrasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
4. Upaya Guru Bahasa Indonesia dan Pihak Sekolah untuk Mengatasi
Kendala Pengajaran Tetralogi Andrea Hirata di SMA Negeri 1
Karanganom
Berdasarkan sejumlah kendala yang timbul dalam pembelajaran Tetralogi
Andrea Hirata di kelas XI IA2, maka guru dan pihak sekolah melakukan upaya
untuk mengatasinya. Untuk mengatasi keterbatasan waktu maka guru berupaya
untuk memanfaatkan waktu yang ada dengan sebaik mungkin. Guru berusaha
semaksimal mungkin untuk mengelola kegiatan pembelajaran sehingga standar
kompetensi yang direncanakan dapat tercapai. Guru memberikan tugas untuk
membaca novelnya di rumah, sedangkan di.kelas siswa membahas isi novel
tersebut diskusi berkelompok. Masing-masing kelompok yang diwakili oleh satu
siswa membacakan hasil diskusinya kepada teman-teman kelompok lain.
Untuk mengatasi kendala tidak semua siswa suka membaca karya fiksi
atau novel yaitu dengan cara guru menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan. Guru memberikan pengantar yang menarik, selain itu sebelum
masuk ke inti materi novel, siswa diajak untuk menonton filmnya terlebih dahulu
sehingga memunculkan niat dan keinginan dari dalam diri siswa untuk membaca
novel itu dengan baik. Selain itu, siswa harus dibuat suka terhadap pelajarannya,
yaitu dengan menciptakan suasana belajar yang inovatif, guru tidak monoton
hanya menerangkan saja. Hal tersebut diungkapkan guru sebagai berikut:
“Untuk mengatasi hambatan dari siswanya, ya harus menciptakan suasana
kelas yang menyenangkan. Kemudian membuat siswa suka mengikuti
pelajaran tersebut. Siswa itu tertarik untuk mengikuti pelajaran karena dua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
hal yaitu guru dan pelajarannya. Jadi sebisa mungkin siswa dibuat tertarik
pada kedua-duanya. Supaya siswa suka pada pembelajaran apresiasi novel,
maka sebelum siswa disuruh membaca siswa disuguhi film dulu. Setelah
menonton film, siswa merasa tertarik untuk membaca novelnya. Selain itu
pembelajarannya juga harus menarik dan inovatif sehingga siswa tidak
bosan.” (CLHW: 1).
Solusi lain juga diungkapkan kepala sekolah bahwa siswa harus diberikan
arahan terlebih dahulu, seperti diungkapkan berikut ini:
“Solusinya ya guru harus bisa memberikan arahan. Siswa diberikan
nasihat, diberikan pengertian bahwa mereka memang harus mengikuti
pelajaran ini dengan baik.” (CLHW: 3).
Untuk mengatasi kendala masalah waktu, guru harus bisa pandai-pandai
dalam mengatur waktu. Kalau untuk materi pembelajaran apresiasi novel seperti
ini, siswa disuruh membaca dirumah. Ketika di kelas baru nanti akan didiskusikan
bersama. Hal tersebut diungkapkan guru sebagai berikut:
“Ya untuk mengatasi hambatan waktu, ya harus pandai-pandai mengatur
waktunya. Biasanya untuk pembelajaran apresiasi novel seperti ini siswa
saya suruh untuk membaca di rumah. Nanti di kelas baru didiskusikan
bersama.” (CLHW: 1).
Hal senada juga diungkapkan oleh kepala sekolah. Untuk mengatasi
masalah waktu guru harus menggunakan metode yang tepat, misalnya penugasan.
Hal tersebut diungkapkan kepala sekolah sebagai berikut:
“Kalau masalah waktu, ya memang begitu jadi metodenya saja harus tepat.
Misalnya ketika pembelajaran novel itu, siswa disuruh membaca novel di
rumah. Maka metodenya penugasan. Ceramahnya sedikit sekali. Nanti di
kelas dibahas, yang membahas juga siswa sendiri. Misalnya siswa disuruh
mengungkapkan tema, alur, dan sebagainya.” (CLHW: 3).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa guru dapat mengatasi
kendala yang dialami dalam kegiatan pembelajaran tetralogi Andrea Hirata.
Dengan usaha yang telah dilakukan, diharapkan tujuan pembelajaran bahasa dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
sastra Indonesia umumnya dan aspek keterampilan membaca khususnya dapat
tercapai sehingga siswa benar-benar memiliki kompetensi sesuai dengan yang
diharapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Beasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil simpulan sebagai
berikut:
1. Bentuk Perencanaan Pengajaran Tetralogi Andrea Hirata di SMA
Negeri 1 Karanganom
Perencanaan pengajaran yang dipakai guru dalam pengajaran tetralogi
Andrea Hirata menggunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
dibuat oleh tim MGMP tingkat sekolah. Jadi RPP yang digunakan berbeda dengan
RPP yang digunakan oleh sekolah lain. Guru tidak terpaku pada RPP saja tetapi
juga mengembangkan RPP tersebut. RPP yang dibuat dan digunakan oleh guru
dalam pembelajaran tetralogi Andrea Hirata berbeda dengan RPP yang berlaku
saat ini karena tidak memuat kegiatan apersepsi, eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi sehingga bisa dikatakan RPP yang digunakan di sekolah tersebut
masih belum baik.
2. Pelaksanaan Pengajaran Tetralogi Andrea Hirata di SMA Negeri 1
Karanganom
Pengajaran tetralogi Andrea Hirata yang dilakukan oleh guru merupakan
pengembangan dari RPP yang telah dibuat. Guru mengembangkan sendiri
pembelajaran sehingga lebih menarik. Dalam pembelajaran tetralogi Andrea
Hirata, guru menggunakan media elektronik. Siswa diajak menonton film Sang
Pemimpi yang merupakan salah satu dari novel tetralogi Andrea Hirata yang telah
difilmkan. Kegiatan pengajaran yang dilakukan sudah cukup kondusif, siswa
bersemangat untuk mengikuti pelajaran. Materi pengajaran novel bersumber dari
buku paket terbitan Erlangga, Bumi Aksara, dan Yudhistira. Selain itu siswa juga
dapat menambah materi melalui internet yang berhubungan dengan pembelajaran
yang sedang dilaksanankan yaitu tentang novel tetralogi Andrea Hirata. Metode
yang digunakan guru adalah ceramah, tanya jawab, diskusi, dan inkuiri. Selama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
pembelajaran berlangsung, kegiatan diskusi lebih diutamakan. Guru hanya
menyampaikan sedikit teori kemudian dibentuk kelompok-kelompok. Peran guru
hanya sebagai motivator dan fasilitator. Pada akhir pembelajaran, guru melakukan
evaluasi dengan memberikan beberapa pertanyaan secara tertulis yang berkaitan
dengan materi pembelajaran yang telah disampaikan.
3. Kendala yang Timbul dalam Pengajaran Tetralogi Andrea Hirata di
SMA Negeri 1 Karanganom
Kendala yang timbul dalam pengajaran tetralogi Andrea Hirata adalah
kurangnya minat siswa untuk membaca novel. Mareka lebih tertarik untuk
membaca buku yang ringan daripada membaca novel yang tebal. Siswa lebih suka
membaca cerita pendek karena bagi mereka hanya sebagai selingan diwaktu
kosong. Selain itu kendala yang lain adalah terbatasnya waktu dalam pengajaran
novel tetralogi Andrea Hirata. Waktu yang terbatas mengharuskan guru untuk
pandai dalam mempergunakan sebaik-baiknya.
4. Upaya Guru Bahasa Indonesia dan Pihak Sekolah untuk Mengatasi
Kendala Pengajaran Tetralogi Andrea Hirata di SMA Negeri 1
Karanganom
Upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi minat siswa yang kurang untuk
membaca novel adalah dengan memberikan motivasi kepada siswa mengenai
pentingnya pembelajaran novel di sekolah. Guru juga menanamkan rasa senang
dan tertarik siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan baik yaitu dengan
mengajak siswa untuk menonton film di awal pembelajaran dengan tujuan supaya
menumbuhkan semangat pada diri siswa. Setelah tertarik menonton film, siswa
akan mulai tertarik juga untuk membaca novel. Untuk mengatasi kendala
terbatasnya waktu maka upaya yang dilakukan guru adalah: mengoptimalkan
waktu, pemberian tugas dengan menyuruh siswa membaca novel di rumah,
dengan membagi siswa ke dalam beberapa kelompok sehingga penyampaian hasil
dari tugas dilakukan secara perwakilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
B. Implikasi
Implikasi yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Implikasi Teoretis
a. Bertambahnya khasanah keilmuan dan terbukanya cakrawala baru yang
berkaitan dengan pendalaman materi keterampilan bersastra, khususnya
novel.
b. Membuka wawasan akan beragamnya novel yang dapat digunakan
sebagai media pembelajaran.
2. Implikasi Paedagogis
a. Menambah referensi novel yang dapat digunakan dalam pembelajaran
menganalisis novel. Novel tetralogi Andrea Hirata dapat digunakan
sebagai media pembelajaran yang isinya mudah dipahami dan banyak
mengandung nilai-nilai pendidikan.
b. Memberikan gambaran bahwa keberhasilan pembelajaran tidak hanya
tergantung pada faktor dari siswa tetapi faktor yang berasal dari guru juga
berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Faktor dari siswa yaitu:
minat dan motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Faktor
dari guru antara lain: kejelian dalam memilih media pembelajaran yang
tepat, kemampuan dalam membimbing siswa menguasai materi
pembelajaran, kemampuan mengembangkan materi, kemampuan
mengelola kelas, kemampuan menciptakan inovasi baru terhadap metode
dan teknik yang digunakan. Faktor-faktor yang berasal dari siswa dan
guru harus saling mendukung dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena
itu, baik siswa maupun guru harus sama-sama mempunyai kesadaran
mengenai tugas dan kewajiban masing-masing sehingga akan tercipta
proses pembelajaran yang efektif, efisien, kondusif, yang pada akhirnya
tujuan pembelajaran akan dapat tercapai.
3. Implikasi Praktis
a. Memperkaya khasanah ilmu yang berkaitan dengan penelitian studi
kasus, sehingga peneliti lain akan termotivasi untuk melakukan penelitian
sejenis yang nantinya dapat diaplikasikan dalam pembelajaran di sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
b. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk lebih mencermati
media pembelajaran yang tepat bagi siswa.
C. Saran
Setelah memaparkan hasil penelitian, simpulan dan implikasinya terhadap
dunia pendidikan berikut ini akan disampaikan beberapa saran terkait dengan
pembelajaran tetralogi Andrea Hirata. Beberapa saran yang dapat dijadikan bahan
refleksi dan koreksi diri sebagai berikut:
1. Siswa hendaknya lebih sering membaca karya sastra (novel) khususnya
novel-novel yang berisi tentang semangat, tekad, perilaku pantang menyerah
untuk selalu memperjuangkan cita-cita. Selain itu, di dalam kelas hendaknya
siswa lebih aktif lagi dalam mengikuti pembelajaran. Peran aktif siswa dalam
pembelajaran dapat berupa menanyakan hal-hal yang kurang dipahami
kepada guru, mengikuti pembelajaran dengan penuh semangat, dan dapat
juga dengan memberikan kritik tentang cara mengajar guru tetapi dengan
cara yang sopan.
2. Guru hendaknya dapat memaksimalkan penggunaan media pembelajaran
sastra, dalam hal ini adalah novel. Contoh novel yang sesuai digunakan
dalam pembelajaran adalah novel tetralogi Andrea Hirata. Dalam novel
tetralogi Andrea Hirata memenuhi empat macam manfaat pembelajaran
sastra, yaitu membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan
budaya, mengembangkan cipta dan rasa, serta menunjang pembentukan
watak. Novel tersebut tidak hanya memberikan hiburan saja tetapi juga
banyak memberikan hal positif dan ilmu kehidupan bagi siswa.
3. Kepala sekolah hendaknya memotivasi guru untuk selalu melakukan
pembaharuan dalam kegiatan pembelajaran supaya siswa tidak mengalami
kejenuhan dalam belajar di kelas. Kepala sekolah hendaknya juga
memotivasi siswa untuk giat belajar dan berperan aktif dalam kegiatan
pembelajaran.