pembahasan · web viewadalah metode latihan yang dilakukan dalam kelas atau bengkel yang biasanya...
TRANSCRIPT
MODUL PERKULIAHAN
Business Ethics and Good GovernancePokok Bahasan:Ethical Decision Making: Employer Responsibilitis and Employee Rights
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Ekonomi Magister Management 06 35040 Dr. Tuti Widiastuti, M.Si.
Abstract KompetensiMatakuliah ini bertujuan mencerahkan mahasiswa tentang perlunya
Mahasiswa diharapkan mempunyai pemahaman dasar etika dan mampu
mengimplentasikan etika dalam dunia bisnis yang ditekuninya.
mengapresiasi, menganalisa, mendiskusikan dan mengevaluasi secara kritis problem-problem etika dalam dunia bisnis dan manajemen.
Pembahasan1. Pendahuluan
Publik internal merupakan sekelompok orang yang menaruh perhatian pada suatu
hal yang sama, mempunyai minat dan kepentingan yang sama dalam sebuah
organisasi/perusahaan. Publik dapat merupakan kelompok kecil, terdiri atas orang-orang
dengan jumlah sedikit, juga dapat merupakan kelompok besar. Individu-individu yang
termasuk dalam kelompok itu mempunyai rasa solidaritas terhadap kelompoknya, terikat
oleh struktur yang nyata, berada pada suatu tempat atau ruangan dan mempunyai
hubungan langsung.
Dalam perusahaan terdapat suatu kegiatan untuk menanamkan dan memperoleh
pengertian, good-will, kepercayaan, penghargaan pada dan dari publik suatu perusahaan
khususnya. Dalam perusahaan terdapat suatu usaha untuk mewujudkan hubungan yang
harmonis antara manajemen dengan publik internalnya, berupa usaha untuk memberikan
atau menanamkan kesan yang menyenangkan, sehingga akan timbul opini publik internal
yang menguntungkan bagi kelangsungan hidup organisasi/perusahaan.
Tiga hal penting bagi keberhasilan suatu perencanaan strategis dalam mengelola
publik internal, antara lain:
- Konsisten, dilakukan secara terus menerus dalam suatu kurun waktu tertentu.
- Realistik, perencanaan strategis dibuat dengan mengukur kemampuan perusahaan.
- Dilaksanakan secara cermat, dengan perencanaan strategis diharapkan pelaksanaan
yang akan dilakukan bisa secermat mungkin.
Dalam menganalisis lingkungan internal digunakan resources-based analysis.
Resource based merupakan gerakan tahun 1990-an yang sekarang muncul lagi sebagai
strategic thinking yaitu memadukan berbagai kompetensi di perusahaan untuk membuat
suatu yang baru. Suatu perusahaan yang sudah berdiri ada kemungkinan belum
2015 2 Business Ethics and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Tuti Widiastuti, M.Si. http://www.mercubuana.ac.id
memberdayakan sumber daya yang dimilikinya. Untuk meningkatkan kapasitas produksinya
jangan lagi melihat produk lain, tapi bagaimana memaksimalkan sumber daya yang ada.
2015 3 Business Ethics and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Tuti Widiastuti, M.Si. http://www.mercubuana.ac.id
Faktor internal kunci sebagai kekuatan atau kelemahan potensial:
- Pemasaran
- Keuangan dan akunting
- Produksi, operasi, teknik
- Personalia
- Manajemen mutu
- Sistem informasi
- Organisasi dan manajemen umum
Pelaksanaan kegiatan yang bertujuan untuk menjaga hubungan baik antara
perusahaan dan karyawannya dapat diciptakan bila pimpinan memperhatikan kepentingan
para karyawan baik ditinjau dari segi ekonomi, sosial maupun psikologis. Kesejahteraan
seperti kesehatan dan tempat bekerja para karyawan dapat memengaruhi kelancaran
aktivitas dalam perusahaan tersebut. Dengan adanya faktor saling mendukung antara
perusahaan dengan karyawan akan membuat suatu perusahaan menjadi solid dan stabil.
Dan pada akhirnya, kelancaran aktivitas dalam perusahaan akan bermuara kepada
peningkatan produktivitas perusahaan baik dilihat secara kuantitas maupun kualitas, bentuk
produk-produk barang atau pemberian jasa yang ditawarkan kepada publik sasarannya
(konsumen).
Diharapkan dari terjaganya hubungan yang baik antara perusahaan dengan
karyawannya akan menimbulkan hasil positif, yaitu karyawan merasa dihargai dan
diperhatikan oleh pihak perusahaan. Sehingga dapat menciptakan rasa memiliki (sense of
belonging), loyalitas, motivasi, kreativitas, dan ingin mencapai prestasi kerja semaksimal
mungkin. Di samping itu akan mengurangi dampak negatif terhadap manajemen suatu
perusahaan, seperti timbulnya rasa jenuh dan bosan bagi para karyawannya.
Linda A. Jerris menyatakan bahwa program pelatihan (training) juga dapat
memberikan informasi dan pengalaman saat bekerja yang dapat membantu karyawan
menjadi Iebih berkualitas sesuai dengan tugas yang diberikan dan pekerjaan mereka.
Program pelatihan memiliki tujuan sebagai berikut:
2015 4 Business Ethics and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Tuti Widiastuti, M.Si. http://www.mercubuana.ac.id
- Untuk meningkatkan produktivitas karyawan baik kualitasnya maupun kuantitasnya.
- Untuk meningkatkan efisiensi tenaga, waktu, dan bahan baku.
- Untuk mengurangi kerusakan barang dan produksi karena dengan pelatihan karyawan
akan menjadi tahu dan ahli dalam melaksanakan pekerjaannya.
- Mengurangi tingkat kecelakaan karyawan.
- Untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik, karena pemberian pelayanan yang baik
merupakan daya penarik yang sangat penting bagi konsumen.
- Menjadikan moral karyawan lebih baik karena keahlian dan keterampilan sesuai
dengan pekerjaannya.
- Kesempatan untuk meningkatkan karier karyawan semakin besar, karena keahlian,
keterampilan, dan prestasi kerjanya akan lebih baik.
Program training memiliki tujuan untuk memberikan manfaat baik bagi karyawan
ataupun bagi perusahaan di mana karyawan itu bekerja. Training adalah investasi
perusahaan yang sangat penting. Mendapatkan kepuasan sebagai imbalan atas investasi
kita merupakan fungsi dan aktivitas training bagi keseluruhan aktivitas bisnis perusahaan.
Oleh karena itu training harus memberikan manfaat bagi kedua belah pihak.
Beberapa manfaat yang didapat dari training antara lain:
Benefits to employee :
1. Increases job satisfaction (meningkatkan kepuasan kerja)
2. Aids safety and hygiene (menanamkan keselamatan dan kebersihan kerja)
3. Raises staff morale (menumbuhkan moral staf)
4. Allows employee to reach experienced worker standart more quickly (memberikan
kesempatan bagi karyawan untuk meraih pengalaman kerja yang standart lebih cepat)
5. Increases flexibility of staff (meningkatkan kefleksibilitasan dari staf)
2015 5 Business Ethics and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Tuti Widiastuti, M.Si. http://www.mercubuana.ac.id
Manfaat yang dapat diperoleh dari pelatihan berdasarkan sudut pandang karyawan
(benefits to employer), yaitu:
1. Increases profits (meningkatkan laba)
2. Raises standarts of performance (meningkatkan standar kinerja)
3. Maximizes the uses of resources (memaksimalkan penggunaan sumber daya yang ada)
4. Reduce waste (mengurangi sampah)
5. Reduces complaints (mengurangi keluhan-keluhan)
6. Aids recruitment of staff (membantu perekrutan staf)
7. Lower turnover (mengurangi pergantian karyawan)
8. Helps succession planning (membantu pencapaian perencanaan)
9. Improves cutomer satisfaction (meningkatkan kepuasan pelanggan)
Marry L. Tanke (1990) juga menyebutkan beberapa tujuan-tujuan diadakannya
training lainnya dan kesemuanya itu berhubungan erat untuk memaksimalkan keahlian dan
kemampuan karyawan. Sehingga dapat dikatakan tujuan-tujuan training adalah
menciptakan lingkungan usaha yang aman baik bagi karyawan maupun bagi konsumen atau
pelanggan, mencegah kecelakaan, mengukur tingkat keamanan, untuk meningkatkan
kepuasan para karyawan, mengurangi biaya turnover, untuk menyediakan tingkat
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang diberikan,
untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan performa dari sumber daya manusia,
meningkatkan produktivitas, meningkatkan efisiensi tenaga kerja, dan mengembangkan
atau memperluas kesempatan dipromosikan.
Peserta yang akan mengikuti pelatihan dari suatu perusahaan adalah karyawan baru
dan lama, baik tenaga operasional atau karyawan manajerial. Karyawan baru yaitu
karyawan yang baru diterima bekerja di suatu perusahaan. Mereka diberi pengembangan
agar memahami, terampil, dan ahli dalam menyeIesaikan pekerjaanya, sehingga para
karyawan dapat bekerja lebih efisien dan efektif pada jabatan/pekerjaannya. Pelatihan
karyawan baru perlu dilaksanakan agar teori dasar yang telah mereka kuasai dapat
diimplementasikan secara baik dalam pekerjaanya. Untuk karyawan lama pelatihan juga 201
5 6 Business Ethics and Good Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Tuti Widiastuti, M.Si. http://www.mercubuana.ac.id
diperlukan untuk menyegarkan suasana kerja dan untuk meningkatkan keterampilan yang
sudah dimiliki.
Metode-metode latihan adalah sebagai berikut :
1. On the job training
Para peserta latihan langsung bekerja di tempat untuk belajar dan meniru suatu
pekerjaan di bawah bimbingan seorang pengawas.
2. Vestibule
Adalah metode latihan yang dilakukan dalam kelas atau bengkel yang biasanya
diselenggarakan dalam suatu perusahaan industri untuk memperkenalkan pekerjaan
kepada karyawan baru dan melatih mereka mengerjakan pekerjaan tersebut.
3. Demonstration and Example
Metode latihan yang dilakukan dengan cara peragaan dan penjelasan bagaimana cara-
cara mengerjakan suatu pekerjaan melalui contoh-contoh atau percobaan yang
didemonstrasikan.
4. Simulation
Merupakan situasi atau kejadian yang ditampilkan semirip mungkin dengan situasi yang
sebenarnya tapi hanya merupakan tiruan saja.
5. Apprenticeship
Metode ini adalah suatu cara untuk mengembangkan keahlian pertukangan sehingga
karyawan baru yang bersangkutan dapat mempelajari segala aspek dari pekerjaanya.
6. Classroom
Metode pertemuan di dalam kelas meliputi pengajaran, rapat, studi kasus, role playing,
diskusi, dan seminar.
2015 7 Business Ethics and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Tuti Widiastuti, M.Si. http://www.mercubuana.ac.id
Agar program training ini dapat berhasil dan berjalan dengan lancar sehingga segala
materi yang disampaikan kepada karyawan baru dapat diterima dengan baik dan
diimplementasikan pada saat kegiatan operasional sehari-hari, maka diperlukan trainer yang
profesional. Syarat-syarat trainer yang professional adalah sebagai berikut:
a. Teaching skills
Seorang pelatih harus mempunyai kecakapan untuk mendidik dan mengajarkan,
membimbing, memberikan petunjuk, dan mentransfer pengetahuannya kepada peserta.
Ia harus dapat memberikan semangat, membina, dan mengembangkan agar peserta
mampu untuk bekerja mandiri, serta dapat menumbuhkan kepercayaan pada dirinya.
b. Comunication skills
Seorang pelatih harus mempunyai kecakapan komunikasi, baik lisan maupun tulisan
secara efektif: suaranya jelas, tulisannya baik, dan kata-katanya mudah dipahami
peserta.
c. Personal authority
Seorang pelatih harus memiliki wibawa terhadap peserta. Ia harus berprilaku baik, sifat
dan kepribadiannya disenangi, kemampuan dan kecakapan diakui.
d. Social skills
Seorang pelatih harus mempunyai kemahiran dalam bidang sosial agar terjamin
kepercayaan dan kesetiaan dari para peserta. la harus suka menolong, obyektif, dan
senang jika anak didiknya maju, serta menghargai pendapat orang lain.
e. Technical competent
Seorang pelatih harus berkemampuan teknis, kecakapan teoritis, dan tangkas dalam
mengambil suatu keputusan.
f. Stabilitas emosi
Seorang pelatih tidak boleh berprasangka jelek terhadap anak didiknya, tidak boleh
cepat marah, mempunyai sifat pemimpin, keterbukaan, tidak pendendam, serta
memberikan nilai yang obyektif.
2015 8 Business Ethics and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Tuti Widiastuti, M.Si. http://www.mercubuana.ac.id
Bahwa tujuan dari evaluasi program pelatihan adalah untuk mengetahui program ini
telah mencapai/mendapatkan tujuannya atau belum. Metode training dan hasilnya harus di
evaluasi, melalui tiga tahap yaitu :
a. Segera setelah training selesai mengecek kembali standar-standar yang digunakan
karyawan segera setelah ia selesai menjalankan program training.
Dalam jangka pendek: terus dipantau oleh pelatih dan supervisor mengecek kembali
standar setelah training. Dalam jangka panjang: mengecek kembali kehandalan/
keterampilan karyawan
b. Mengetes ulang lagi karyawan tersebut yang dilakukan oleh tingkat manajer.
c. Mengukur keuntungan keuangan yang dihasilkan setelah training ini diadakan.
Dalam hal ini yang pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan
dirasakan sangat kurang. Kalaupun ada, pelatihan yang dilakukan lebih pada untuk
meningkatkan pengetahuan dan performa sumber daya manusianya dalam melakukan
promosi. Bagi perguruan tinggi khususnya dengan demikian pelatihan karyawan
berpengaruh positif pula proses penerimaan calon mahasiswa. Tetapi tidak pada bagaimana
mengupayakan bentuk-bentuk promosi yang difasilitasi oleh lembaga, melainkan
mengandalkan promosi dari mulut ke mulut saja.
3. Pengambilan Keputusan Yang Etis: Tanggung Jawab Pemberi Kerja dan Hak
Karyawan
Tujuan Pembelajaran:
1. Mendiskusikan dua perspektif yang jelas mengenai etika dan hubungan di tempat
kerja.
2. Menjelas konsep due process (hak untuk memperoleh proses pengadilan yang wajar)
di tempat kerja.
3. Mendefinisikan “employment at will” (EAW) dan alasan etisnya.
4. Mendiskripsikan biaya dari sebuah lingkungan EAW.
5. Menjelaskan bagaimana due process berkaitan dengan penilaian kinerj
6. Kemungkinan melakukan perampingan dengan cara yang etis.201
5 9 Business Ethics and Good Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Tuti Widiastuti, M.Si. http://www.mercubuana.ac.id
7. Menjelaskan perbedaan antara nilai intrinsik dengan nilan instrumental dari
kesehatan dan keselamatan,
8. Menjelaskan pendekatan resiko yang dapat dierima” untuk kesehatan dan
keselamatan kerja.
9. Sifat dan tanggung jawab pemberi kerja dalam kesehatan dan keselamatan kerja.
10. Argumen dasar tentnag peraturan lingkungan tenaga kerja dan yang menentangnya.
11. Deskripsi argumen untuk resolusi berbasis pasar atas dikriminasi di tempat kerja.
12. Degfinisi keragaman di tempat kerja.
13. Manfaat dan tantangan keragaman di tempat kerja.
14. Tindakan afirmatif dan penjelasannya.
15. Pedoman pasar untuk tindakan afirmatif.
“Bagaimana proses pengambilan keputusan etis untuk mencapai kesimpulan yang
paling baik bagi pihak-pihak yang berkepentingan: perusahaan – karyawan –
pemegang saham – publik.”
Isu-isu di seputar tempat kerja:
1. Lingkungan saat ini :
- Tentang hubungan antar individu (pekerja)
- Hubungan individu (karyawan) dengan organisasi (perusahaan).
Dua perspektif mengenai etika dari hubungan di tempat kerja
a. Pemberi kerja dapat memperlakukan karyawan sebagai alat untuk
menghasilkan harmoni dan produktivitas yang lebih besar. Suasana kerja
yang nyaman dan kondusif , peralatan dan perlengkapan yang mendukung,
akan mendorong motivasi dalam peningkatan produktivitas.
b. Perusahaan memperlakukan karyawan dengan baik sesuai hak dan kewajiban
(pendekatan deontologis). Hak-hak karyawan dalam melindungi hak-hak
karyawan di satu sisi adalah kewajiban bagi perusahaan yang dipengaruhi
oleh hukum (undang-undang), kode etik perilaku profesional, kode perilaku
2015 10 Business Ethics and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Tuti Widiastuti, M.Si. http://www.mercubuana.ac.id
perusahaan, atau prinsip moral seperti kejujuran, keadilan atau hak asasi
manusia.
Mendefinisikan Parameter dari Hubungan Kerja
Hubungan “pekerjaan” antara pekerja dan pemberi kerja, yang menimbulkan hak
dan kewajiban, kekuasaan, tanggung jawab, perlakuan yang adil, dan harapan. Hal-hal yang
dipikirkan secara rasional dalam pencapaian tujuan secara adil atau etis, melalui tindakan
afirmatif, kadangkala menjadi hal yang pelik bagi pengadilan, manajer atau filsuf.
Hak untuk memperoleh proses pengadilan yang wajar (due process)
Pekerja membutuhkan jaminan rasa adil tentang segala sesuatu di lingkungan
pekerjaan termasuk di depan hukum sehingga bisa menjadi motivasi dan meningkatkan
produktivitas. Berbeda dengan fenomena di Amerika Serikat yang memunculkan istilah EAW
(Employment At Will) dimana pekerja mempunyai peluang untuk bekerja sesuai keinginan,
pihak pemberi kerja dapat mengurangi atau memberhentikan karyawan sebaliknya pekerja
dapat meninggalkan pekerjaan kapan saja.
Perampingan:
Kesulitan etis yang ditimbulkan dari PHK adalah ketika perusahaan dihadapkan
kepada alternatif pemecahan lain, itupun tidak selalu menghasilkan jawaban yang jelas.
Keputusan PHK harus dibarengi dengan komunikasi yang baik supaya tindakan perampingan
dapat diterima oleh karyawan sehingga tindakan ini dinilai etis. Faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan dalam perampingan (John Challgenger): perencanaan, penetapan waktu,
pemberitahuan, dampak (bagi yg berhenti atau yang tetap bekerja) dan persepsi stake
holder.
2015 11 Business Ethics and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Tuti Widiastuti, M.Si. http://www.mercubuana.ac.id
Model dalam pendekatan perampingan; Keputusan mengenai perampingan diambil
oleh suatu tim atau kelompok representatif. Tindakan perampingan yang dinilai aman
adalah memberhentikan karyawan senior yang sudah memasuki usia pensiun.
Kesehatan dan Keselamatan:
Jaminan akan kesehatan dan keselamatan vs sweatshop (bekerja dlm kondisi
memprihatinkan).
Jaminan Kesehatan Tidak ada jaminan kesehatan
Keselamatan Kerja Tidak ada jaminan keselamatan, kecelakaan
tinggi.
Fasilitas Memadai Fasilitas seadanya
Peralatan dan perlengkapan
yang lengkap
Perlengkapan dan peralatan tidak memadai.
Kesehatan dan keselamatan kerja sebagai resiko yang dapat diterima:
Jika probabilitas terjadinya bahaya untuk sebuah aktivitas tertentu sama atau lebih
kecil dari probabilitas bahaya dari beberapa aktivitas yang lebih umum, maka resiko ‘dapat
diterima’ atau aman. Jika probabilitas terjadinya bahaya untuk sebuah aktivitas tertentu
lebih besar dari probabilitas bahaya dari beberapa aktivitas yang lebih umum, maka resiko
‘tidak dapat diterima’ atau tidak aman.
Kesehatan dan keselamatan kerja sebagai hal yang dikendalikan oleh pasar:
Dalam pasar tenaga kerja yang bebas dan memiliki persaingan sempurna, tawar-
menawar individu akan menghasilkan distribusi keselamatan dan penghasilan yang optimal.
Standar keselamatan yang tinggi dan kondisi yang lebih sehat biasanya akan memperoleh
2015 12 Business Ethics and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Tuti Widiastuti, M.Si. http://www.mercubuana.ac.id
upah yang rendah, berbeda dengan mereka yang mau menanggung resiko yang lebih tinggi
agaknya akan memperloleh upah yang lebih tinggi.
Pada persaingan tidak sempurna dan pasar tenaga kerja tidak bebas, pencari kerja
dihadapkan kepada situasi sulit, sedikit pilihan atau tidak ada pilihan sama sekali, sebagai
contoh; pekerjaan dengan resiko tinggi dibayar dengan upah minimal. Penyebanya juga
kurangnya referensi resiko pekerjaan dan kekurangan informasi dari resiko pekerjaan.
Kesehatan dan keselamatan kerja – Etika Diatur oleh Pemerintah:
Standar Kesehatan dan keselamatan kerja diatur pemerintah, dengan adanya
peraturan pemerintah tentang Kesehatan dan Keselamatan di Tempat Kerja (K3).
Tenaga Kerja Global dan Tantangan Global
Terjadinya eksploitasi tenaga kerja yang murah di negara-negara berkembang, disatu
sisi membantu mereka dalam meningkatkan produksi dan dapa melakukan eskpor dalam
rangka pertumbuhan ekonomi, dan perusahaan multinasional melakukan ekspansi usaha ke
negara-negara lain untuk mendapatkan tenaga kerja murah agar dapat kompetitif di pasar
global. Konsekuensinya adalah persaingan tenaga kerja semakin ketat, dan munculnya
gerakan kaum buruh secara terorganisir (ILO) untuk mendapatkan standar minimum bagi
kesejahteraan dan hak-hak pekerja lainnya serta mengakomodir kepentingan aturan
setempat serta isu-isu seputar diskriminasi, kasus mempekerjakan anak-anak dan
keragaman .
Hak-hak Karyawan dan Industrialisasi Upah Rendah: Cara Menghindari Sweatshop
Pro dan Kontra mengenai pekerja dengan Upah Rendah:
Pro Upah Rendah: Tenaga kerja dengan upah rendah pada kenyataannya mampu
berbperan positif membantu negara berkembang dalam peningkatan produktivitas sehingga
mampu meningkatkan taraf hidup.
2015 13 Business Ethics and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Tuti Widiastuti, M.Si. http://www.mercubuana.ac.id
Golongan Kontra Upah Rendah: Perusahaan telah mengambil keuntungan yang
sangat besar dari tenaga kerja dengan upah rendah, ini merupakan eksploitasi yang tidak
adil terhadap tenaga kerja, dimana mereka seharusnya mendapat hak-hak yang layak
seperti kondisi kerja dan pemberian upah.
Gambaran ekonomi pada kondisi tenaga kerja dengan upah rendah
Tingkat upah yang rendah cenderung menyebabkan terjadinya penurunan
produktivitas (gaji yang rendah, gizi juga rendah, sehingga kurang bersemangat, atau jatuh
sakit). Tingkat upah di atas rata-rata dan kondisi kerja yang baik, mampu meningkatkan
produktivitas, ada kelebihan anggaran keluarga yang bisa digunakan untuk memperbaiki
asupan gizi, bekerja lebih bersemangat, jarang sakit, sehingga produktivitas meningkat).
Perbaikan upah dan kondisi kerja yang baik dapat dibebankan ke konsumen atas
dasar citar positif konsumen terhadap produk dari perusahaan yang menghormati hak-hak
pekerja. Cara lain untuk meningkatkan upah dapat ditempuh dengan:
- Kenaikan upah pekerja dapat dibebankan sebagai penignkatan beban operasi,
dimana peningkatan produksi akan menaikkan pendapatan perusahaan.
- Melakukan berbagai penghematan biaya internal perusahaan.
- Dibebankan kepada pemilik usaha, dengan mengurangi dividen atau keuntungan
yang seharusnya dibagikan/disetorkan.
Meningkatkan Kondisi Kerja dengan penerapan Code of Conduct (Kode Perilaku).
Kode Perilaku adalah seperangkat nilai inti (mendasar) terkait perlakuan terhadap
pekerja, yang disusun secara sukarela oleh perusahaan untuk diimplementasikan serta
dapat diterima secara universal.
- Meningkatkan kesadaran mengenai tanggung jawab perusahaan di dalam
perusahaan.
2015 14 Business Ethics and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Tuti Widiastuti, M.Si. http://www.mercubuana.ac.id
- Membantu perusahaan dalam menetapkan strategi dan tujuan.
- Membangu perusahaan dalam mengimplementasikan dan melakukan kendali nilai.
- Membina dialog dan kemitraan diantara perusahaan dan pemegang kepentingan
kunci.
- Mengembangkan utilitas dan identitas diantara perusahaan yang beragam.
Upaya Pemerintah Indonesia dalam Melindungi Hak-hak pekerja dan Pemangku Kepentingan, serta Peraturan Perundangan yang Terkait dengan Etika Bisnis
1. UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
2. UU No. 2 tahun 2004 tentang Hubungan Industrial.
3. UU No. 23 tahun 2003 tentang Perlindungan Anak.
4. UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM.
5. UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
6. UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH)
2015 15 Business Ethics and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Tuti Widiastuti, M.Si. http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Laura P. Hartman – Joe DesJardins. 2011. Business Ethics: Decision Making for Personal
Integrity & Social Responsibility, McGraw – Hill International Edition, Second Edition.
Robert A.G. Monks and N. Minow. 2011. Corporate Governance. John Wiley & Sons, Ltd.
Fifth Edition.
Etika Bisnis, Laura P. Hartman – Joe Desjardins, Erlangga 2008
http://www.ilo.org/jakarta/info/public/pr/WCMS_122351/lang--en/index.htm
2015 16 Business Ethics and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningDr. Tuti Widiastuti, M.Si. http://www.mercubuana.ac.id