pembahasan · web viewhal yang hampir mutlak bagi kaum hawa. namun di bidang kesehatan, tata rias...

26
MODUL PERKULIAHAN Business Ethic And Good Governance Ethical Decision Making : Personal and Professional Contexts Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FEB Magister Manajemen 02 MK35040 Cecep Winata

Upload: others

Post on 25-Dec-2019

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pembahasan · Web viewhal yang hampir mutlak bagi kaum hawa. Namun di bidang kesehatan, tata rias bukanlah suatu ketentuan standar seorang perawat dalam melayani pasien dengan baik

MODUL PERKULIAHAN

Business Ethic And Good GovernanceEthical Decision Making : Personal and Professional Contexts

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

FEB Magister Manajemen 02 MK35040 Cecep Winata

Abstract KompetensiBerbagai keputusan harus diambil baik secara personal maupun secara propesional

Mahasiswa mampu memahami bagaimana pengambilan keputusan baik personal maupun profesional

Page 2: Pembahasan · Web viewhal yang hampir mutlak bagi kaum hawa. Namun di bidang kesehatan, tata rias bukanlah suatu ketentuan standar seorang perawat dalam melayani pasien dengan baik

2012 2 Business Ethic and Good

Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id

Page 3: Pembahasan · Web viewhal yang hampir mutlak bagi kaum hawa. Namun di bidang kesehatan, tata rias bukanlah suatu ketentuan standar seorang perawat dalam melayani pasien dengan baik

PembahasanPendahuluan

Etika menjadi ilmu ketika kemungkinan etis (asas dan nilai-nilai yang dianggap baik

dan buruk) diterima suatu masyarakat dan sering kali tanpa disadari menjadi bahan refleksi

bagi suatu penelitian sistematis dan metodis. Etika disini sama artinya dengan filsafat moral.

Pengertian etis menurut Kamus Bahasa Indonesia berhubungan (sesuai) dengan etika dan

atau asas perilaku yang disepakati secara umum.

Etik merupakan suatu pertimbangan sistimatis tentang suatu perilaku benar atau salah,

kebajikan atau kejahatan yang berhubungan dengan perilaku. Etika merupakan aplikasi atau

penerapan teori tentang filosofi moral ke dalam situasi nyata dan bertindak dalam kehidupan

yang dilandasi nilai-nilai yang dianutnya. Banyak pihak menggunakan masalah etik untuk

menggambarkan etika suatu profesi atau yang dikenal dengan istilah kode etik profesional.

Misalnya, kode etik Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), kode etik Ikatan Bankir

Indonesia (IBI), dan kode etik jurnalistik.

Nilai-nilai (values) adalah keyakinan seseorang tentang penghargaan suatu standar

atau pegangan yang mengarah pada sikap atau perilaku seseorang. Sistem nilai dalam suatu

organisasi adalah rentang nilai-nilai yang dianggap penting dan sering diartikan sebagai

perilaku personal.

Moral hampir sama dengan etika. Biasanya merujuk pada standar personal tentang

benar atau salah. Hal ini sangat penting untuk mengenal antara etika dalam agama, hukum,

adat dan praktek profesional.

Beberapa Pengertian Yang Berkaitan Dengan Dilema Etik:

1. Etik adalah norma-norma yang menentukan baik buruknya tingkah laku manusia, baik

itu sendirian maupun bersama-sama dan mengatur hidup ke arah tujuannya (Pastur

Scalia,1971).

2. Kode etik merupakan suatu tatanan etika yang disepakati oleh suatu kelompok

masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial. Namun, jika

ada kode etik yang memiliki sanksi ringan atau pun berat, maka itu masuk dalam

kategori norma hukum.

2012 3 Business Ethic and Good

Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id

Page 4: Pembahasan · Web viewhal yang hampir mutlak bagi kaum hawa. Namun di bidang kesehatan, tata rias bukanlah suatu ketentuan standar seorang perawat dalam melayani pasien dengan baik

3. Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, dan pedoman etis

dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan serta sebagai pedoman dalam

berperilaku. Tujuan kode etik adalah agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya

kepada pelanggan (customer). Selain itu, adanya kode etik ini juga mencegah dari

perbuatan yang tidak professional.

Teori Dasar Pembuat Keputusan

Teori etika adalah perumusan yang jelas dan sistematis dari kajian falsafah tentang

perilaku moral atau kerangka berpikir apakah suatu perbuatan dapat diterima dan dinilai dari

pendekatan moral. Kegunaan etika menurut Magnis adalah sebagai berikut:

1. Mencapai suatu pendirian moral dalam pergolakan pandangan.

Kadangkala paramedis dihadapkan pada pertentangan pandangan mengenai metode

baru pengobatan. Contohnya mengawinkan pengobatan herbal tradisional dengan

pengobatan modern. Dalam hal ini etika memiliki fungsi menemukan pendirian moral

terkait dengan pengobatan mana yang terbaik.

2. Membantu agar tidak kehilangan orientasi.

Pergolakan nilai dan kaidah moral didalam masyarakat kadangkala membuat seseorang

kehilangan orientasi. Contohnya orientasi dunia kesehatan. Sejatinya, orientasi dunia

kesehatan adalah mengatasi penyakit. Namun, seiring dengan berkembangnya era

industri, orientasi dunia kesehatan tampaknya tak kuasa menahan perkembangan

tersebut. Kini orientasi industri jasa kesehatan boleh jadi bukan lagi mengutamakan

kesembuhan pasien, melainkan seberapa besar nilai rupiah yang bisa diperoleh.

Peran etika, dalam mengatasi persoalan ini sangat besar. Sebab, etika dapat

mengembalikan keseimbangan dan meletakkan dasar pelayanan kesehatan pada

kedudukan yang semestinya. Jadi meskipun orientasi secara global telah berubah,

namun jasa pelayanan kesehatan harus tetap pada domainnya. Dimana nilai

kemanusiaan dan pertolongan pada yang membutuhkan menjadi landasan utama dunia

kesehatan.

3. Tidak naif atau tidak ekstrim.

Kemajuan kadangkala menjebak seseorang pada tindakan naif ataupun tindakan

ekstrim. Contoh konkrit adalah tata rias. Di era modern seperti saat ini, tata rias menjadi

2012 4 Business Ethic and Good

Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id

Page 5: Pembahasan · Web viewhal yang hampir mutlak bagi kaum hawa. Namun di bidang kesehatan, tata rias bukanlah suatu ketentuan standar seorang perawat dalam melayani pasien dengan baik

hal yang hampir mutlak bagi kaum hawa. Namun di bidang kesehatan, tata rias

bukanlah suatu ketentuan standar seorang perawat dalam melayani pasien dengan baik.

Selain itu, seseorang juga tidak perlu bersikap ekstrim atas suatu hal yang mungkin

bertentangan dengan keyakinan hidupnya. Contoh, seorang perawat memegang teguh

keyakinan agamanya sehingga menolak merawat seorang homoseksual karena

dianggap bertentangan dengan prisip hidupnya. Hal ini justru akan menyulitkan tugas

keperawatannya dalam memberi pelayanan tanpa diskriminasi, dan banyak kepentingan

pasien serta pengobatan yang terabaikan.

4. Menemukan dasar kemantapan didalam iman dan kepercayaan.

Etika juga memberi pertimbangan atas fungsi agama dalam semua aspek. Contohnya,

banyak agama melarang aborsi kecuali atas dasar pertimbangan medis. Selain memberi

batasan, nilai dalam agama dapat pula dipertimbangkan sebagai sebagai kebenaran

dalam rangka mencegah tindakan yang tidak perlu dilakukan.

Prinsip etika merupakan penuntun dalam membuat keputusan etik praktek professional

(Fry, 1991). Teori etik digunakan dalam pembuatan keputusan bila terjadi konflik antara

prinsip dan aturan. Pendekatannya dapat menggunakan etika deontologi dan teleologi.

Etika Deontologi

Deontologi adalah sebuah istilah yang berasal dari kata Yunani ‘deon’ yang berarti

kewajiban dan ‘logos’ berarti ilmu atau teori. Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu

harus ditolak sebagai keburukan, deontologi menjawab, “karena perbuatan pertama menjadi

kewajiban kita dan karena perbuatan kedua dilarang”.

Sejalan dengan itu, menurut etika deontologi, suatu tindakan dinilai baik atau buruk

berdasarkan apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Pendekatan deontologi

sudah diterima dalam konteks agama. Kini juga merupakan salah satu teori etika terpenting.

Ada tiga prinsip yang harus dipenuhi:

1. Supaya tindakan punya nilai moral, maka itu harus dijalankan berdasarkan kewajiban.

2. Nilai moral dari tindakan tidak tergantung pada tercapainya tujuan dari tindakan itu,

melainkan tergantung pada kemauan baik yang mendorong seseorang untuk melakukan

tindakan itu. Artinya, kalau pun tujuan tidak tercapai, tindakan itu sudah dinilai baik.

2012 5 Business Ethic and Good

Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id

Page 6: Pembahasan · Web viewhal yang hampir mutlak bagi kaum hawa. Namun di bidang kesehatan, tata rias bukanlah suatu ketentuan standar seorang perawat dalam melayani pasien dengan baik

3. Sebagai konsekuensi dari kedua prinsip di atas, kewajiban adalah hal yang niscaya dari

tindakan yang dilakukan berdasarkan sikap hormat pada hukum moral universal.

Dengan kata lain, suatu tindakan dianggap baik karena tindakan itu memang baik pada

dirinya sendiri, sehingga merupakan kewajiban yang harus dilakukan. Sebaliknya,

suatu tindakan dinilai buruk secara moral sehingga tidak menjadi kewajiban untuk kita

lakukan. Bersikap adil adalah tindakan yang baik, dan sudah kewajiban kita untuk

bertindak demikian. Sebaliknya, pelanggaran terhadap hak orang lain atau mencurangi

orang lain adalah tindakan yang buruk pada dirinya sendiri sehingga wajib dihindari.

Bagi Kant, hukum moral dianggap sebagai perintah tak bersyarat atau imperatif

kategoris yang berlaku bagi semua orang pada segala situasi dan tempat. Perintah bersyarat

adalah perintah yang dilaksanakan kalau orang menghendaki akibatnya, atau kalau akibat dari

tindakan itu merupakan hal yang diinginkan dan dikehendaki oleh orang tersebut. Sedang

perintah tak bersyarat adalah perintah yang dilaksanakan begitu saja tanpa syarat apapun,

yaitu tanpa mengharapkan akibatnya, atau tanpa mempedulikan apakah akibatnya tercapai

dan berguna bagi orang tersebut atau tidak.

Dengan demikian, etika deontologi sama sekali tidak mempersoalkan akibat dari

tindakan tersebut apakah baik atau buruk. Akibat dari suatu tindakan tidak pernah

diperhitungkan untuk menentukan kualitas moral suatu tindakan. Hal ini akan membuka

peluang bagi subyektivitas dari rasionalisasi yang menyebabkan kita ingkar akan kewajiban-

kewajiban moral. Teori deontologi dikembangkan menjadi lima prinsip, yaitu:

1. Kemurahan hati

2. Keadilan

3. Otonomi

4. Kejujuran

5. Ketaatan

Etika Teleologi

Etika teleologi adalah mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan

yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh

tindakan itu. Teleologi merupakan sebuah studi tentang gejala-gejala yang memperlihatkan

2012 6 Business Ethic and Good

Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id

Page 7: Pembahasan · Web viewhal yang hampir mutlak bagi kaum hawa. Namun di bidang kesehatan, tata rias bukanlah suatu ketentuan standar seorang perawat dalam melayani pasien dengan baik

keteraturan, rancangan, tujuan, akhir, maksud, kecenderungan, sasaran, arah, dan bagaimana

hal-hal ini dicapai dalam suatu proses perkembangan.

Dalam arti umum, teleologi merupakan sebuah studi filosofis mengenai bukti

perencanaan, fungsi, atau tujuan di alam maupun dalam sejarah. Dalam bidang lain, teleologi

merupakan ajaran filosofis-religius tentang eksistensi tujuan dan “kebijaksanaan” objektif di

luar manusia .

Contoh dari etika teleologi, setiap agama mempunyai tuhan dan kepercayaan yang

berbeda-beda. Karena itu aturan setiap agama pun berbeda-beda. Ada dua aliran etika

teleologi, yaitu egoisme etis dan utilitarianisme.

Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya

bertujuan untuk mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri. Seseorang tidak

mempunyai kewajiban moral selain untuk menjalankan apa yang paling baik bagi dirinya

sendiri. Jadi, menurut egoisme etis, seseorang tidak mempunyai kewajiban alami terhadap

orang lain.

Meski mementingkan diri sendiri, tapi bukan berarti egoisme etis menafikan tindakan

menolong. Mereka yang egoisme etis tetap saja menolong orang lain, asal kepentingan diri

itu bertautan dengan kepentingan orang lain. Atau menolong yang lain merupakan tindakan

efektif untuk menciptakan keuntungan bagi diri sendiri. Menolong di sini adalah tindakan

berpengharapan. Bukan tindakan yang ikhlas tanpa berharap pamrih tertentu

Unsur Yang Terlibat Dalam Membuat Keputusan Etis

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Secara Etis:

Tingkat Pendidikan

Rhodes (1985) berpendapat bahwa semakin tinggi latar belakang pendidikan

seseorang akan membantu seseorang tersebut membuat suatu keputusan etis. Salah

satu tujuan dan program pendidikan tinggi bagi professional adalah meningkatkan

keahlian kognitif dan kemampuan membuat keputusan. (Pardue,1987).

2012 7 Business Ethic and Good

Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id

Nilai dan Kepercayaan Kode Etik Teori Atau

Prinsip Etika

Kerangka Pembuat Keputusan

Keputusan Tindakan Moral

Page 8: Pembahasan · Web viewhal yang hampir mutlak bagi kaum hawa. Namun di bidang kesehatan, tata rias bukanlah suatu ketentuan standar seorang perawat dalam melayani pasien dengan baik

Sedang penelitian oleh Hoffman, Donoghue dan Duffield (2004) menunjukkan

bahwa taraf pendidikan dan pengalaman tidak terkait secara signifikan dengan

pembuatan keputusan etis.

Pengalaman

Pengalaman sering kali disebut sebagai faktor penting yang mempengaruhi

pembuatan keputusan, dan hal ini perlu diperhatikan secara lebih jauh. Yung (1997),

mengusulkan pengalaman yang lalu dalam menangani dilema etik mempengaruhi

seseorang dalam mengembangkan pembuatan keputusan etis. Hasil temuan dari

sebuah penelitian yang dilaksanakan Cassels dan Redman (1989) tentang perawat

yang sedang menjalani studi tingkat sarjana menunjukkan bahwa pengalaman yang

lalu dalam menangani masalah-masalah etika atau dilema etik dalam asuhan

keperawatan dapat membantu proses pembuatan keputusan yang beretika. Oleh

karena itu, penggalian pengalaman lalu yang lain dari pengalaman keperawatan secara

umum memungkinkan pendekatan yang lebih relevan.

Faktor Agama dan Adat Istiadat

Agama serta latar belakang adat istiadat merupakan faktor utama dalam

membuat keputusan etis. Setiap orang disarankan memahami nilai yang diyakini

maupun kaidah agama yang dianutnya. Untuk memahami ini dibutuhkan proses.

Semakin tua seseorang akan semakin banyak pengalaman dan belajar, serta mereka

akan lebih mengenal siapa dirinya dan nilai yang dimilikinya. (Suhaemi, 2003).

Selain faktor agama, faktor adat istiadat juga berpengaruh pada seseorang

dalam pembuatan keputusan etik. Faktor adat istiadat yang dimiliki perawat atau

pasien sangat berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etik.

Misalnya, setiap rumah sakit mempunyai aturan menunggu dan persyaratan

pasien yang boleh ditunggu. Tapi hal ini sering tidak dihiraukan oleh keluarga pasien

dengan alasan rumah jauh atau pasien tidak tenang bila tidak ditunggu keluargannya,

dan lain-lain. Hal ini sering menimbulkan masalah etik bagi perawat antara

membolehkan dan tidak membolehkan keluarga menemani pasien di Rumah sakit.

(Suhaemi, 2003).

Komisi Etik

Komisi etik merupakan suatu faktor yang mempengaruhi pembuatan

keputusan etis yang dibuat oleh perawat dalam praktiknya (Ellis dan Hartley, 2001).

Sedangkan Ramsey (1999) menjelaskan bahwa Komisi Etik Keperawatan memberi

2012 8 Business Ethic and Good

Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id

Page 9: Pembahasan · Web viewhal yang hampir mutlak bagi kaum hawa. Namun di bidang kesehatan, tata rias bukanlah suatu ketentuan standar seorang perawat dalam melayani pasien dengan baik

forum bagi perawat untuk berbagi perhatian dan mencari solusi pada saat mereka

mengalami dilema etik yang tidak dijelaskan oleh dewan etik kelembagaan.

Komisi etik tidak hanya memberi pendidikan dan menawarkan nasehat,

melainkan pula mendukung rekan-rekan perawat dalam mengatasi dilema etik yang

ditemukan dalam praktik sehari-hari. Dengan adanya komisi etik, perawat mempunyai

kesempatan yang lebih besar untuk semakin terlibat secara formal dalam pengambilan

keputusan yang etis dalam organisasi perawat kesehatan. (Haddad,1998).

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Pada abad ke-20 ini, manusia telah berhasil mencapai tingkatan pengetahuan

dan teknologi yang meliputi berbagai bidang. Manusia telah menjelajahi ruang

angkasa dan mendarat di beberapa planet selain bumi. Sistem komunikasi antar

negara dapat dilaksanakan secara lansung meski tempat dan jaraknya ribuan

kilometer. (Suhaemi, 2003).

Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas hidup

serta mampu memperpanjang usia manusia dengan ditemukannya berbagai mesin

mekanik kesehatan, cara prosedur baru, dan bahan/obat baru. Misalnya, klien dengan

gangguan ginjal yang dapat diperpanjang usiannya berkat adanya mesin hemodialisis.

Wanita yang mengalami kesulitan hamil dapat dibantu dengan inseminasi. Kemajuan

ini menimbulkan pertanyaan yang berhubungan dengan etika. (Suhaemi, 2003).

Legislasi dan Keputusan Yuridis

Saat ini, aspek legislasi dan bentuk keputusan yuridis tentang masalah etik

kesehatan sedang menjadi topik yang banyak dibicarakan. Hukum kesehatan telah

menjadi suatu bidang ilmu dan perundang-undangan baru yang banyak disusun untuk

menyempurnakan perundang-undangan lama atau untuk mengantisipasi per-

kembangan masalah hukum kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan undang-undang

praktik keperawatan dan keputusan menteri kesehatan yang mengatur registrasi dan

praktik perawat. (Suhaemi, 2003).

Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan.Setiap

perubahan sosial atau legislasi menyebabkan timbulnya suatu tindakan yang

merupakan reaksi perubahan tersebut. Legislasi merupakan jaminan tindakan

menuntut hukum, sehingga orang yang bertindak tidak sesuai hukum dapat

menimbulkan suatu konflik. (Ellis, Hartley, 1990 dalam Suhaemi, 2003).

2012 9 Business Ethic and Good

Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id

Page 10: Pembahasan · Web viewhal yang hampir mutlak bagi kaum hawa. Namun di bidang kesehatan, tata rias bukanlah suatu ketentuan standar seorang perawat dalam melayani pasien dengan baik

Strategi Penyelesaian Permasalahan Etis

1. Menentukan Apakah Ada Masalah Etis Atau Dilema.

Apakah ada konflik nilai, atau hak-hak, atau tanggung jawab profesional? Misalnya,

mungkin ada masalah penentuan nasib sendiri dari remaja versus kesejahteraan

keluarga.

2. Mengidentifikasi Nilai-Nilai dan Prinsip-Prinsip Kunci yang Terlibat Makna Apa.

Keterbatasan biasanya melekat pada nilai-nilai bersaing. Contohnya, informasi rahasia

yang diadakan dalam suatu kontrak kerja yang berupa pasal kerahasiaan adalah

mutlak. Oleh karena itu, keputusan pihak ketiga dapat memperoleh atau tidak akses

untuk konten yang sensitif harus terlebih dahulu ada kontak dengan klien.

3. Rank nilai-nilai etis atau prinsip-prinsip profesional dalam penilaian yang paling

relevan dengan masalah atau dilema.

Apa alasan yang dapat diberikan untuk memprioritaskan bersaing satu nilai atau

prinsip lainnya? Contohnya, hak klien untuk memilih program yang menguntungkan,

tindakan yang bisa membawa penderitaan atau menyakiti orang lain yang akan

terpengaruh.

4. Mengembangkan rencana tindakan yang konsisten dengan etika prioritas yang telah

ditetapkan sebagai pusat.

Apakah kita berunding dengan klien dan kolega tentang potensi risiko dan

konsekuensi dari program alternatif tindakan? Dapatkah kita mendukung atau

membenarkan rencana aksi dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang didasarkan

rencana?

5. Rencana melaksanakan, memanfaatkan praktek keterampilan dan kompetensi yang

paling sesuai.

Bagaimana kita akan menggunakan keterampilan inti pekerjaan sosial seperti

komunikasi sensitif, negosiasi terampil, dan kompetensi budaya. Misalnya, rekan

kerja terampil atau komunikasi pengawasan dan negosiasi memungkinkan seorang

rekan terganggu untuk melihat atau dampaknya pada klien dan mengambil tindakan

yang tepat.

6. Merefleksikan hasil etis pada proses pengambilan keputusan.

2012 10 Business Ethic and Good

Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id

Page 11: Pembahasan · Web viewhal yang hampir mutlak bagi kaum hawa. Namun di bidang kesehatan, tata rias bukanlah suatu ketentuan standar seorang perawat dalam melayani pasien dengan baik

Bagaimana kita mengevaluasi konsekuensi dari proses untuk mereka yang terlibat

seperti klien, para profesional, dan agen.

Dalam menghadapi dan mengatasi permasalahan etis, antara perawat dan dokter tidak

menutup kemungkinan terjadi perbedaan pendapat. Bila ini berlanjut dapat menyebabkan

masalah komunikasi dan kerjasama, sehingga menghambat perawatan pada pasien dan

kenyamanan kerja. (Mac Phail,1988).

Salah satu cara menyelesaikan masalah etis adalah dengan melakukan rounde

(Bioetics Rounds) yang melibatkan perawat dengan dokter. Rounde ini tidak difokuskan

untuk menyelesaikan masalah etis tetapi untuk melakukan diskusi secara terbuka tentang

kemungkinan terdapat permasalahan etis.

Model penyelesaian masalah

Dilema etik adalah suatu masalah yang melibatkan dua atau lebih landasan moral

suatu tindakan, tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan kondisi dimana setiap

alternatif memiliki landasan moral atau prinsip. Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan

yang benar atau salah dan dapat menimbulkan stres pada perawat karena dia tahu apa yang

harus dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya.

Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai profesional, klien atau lingkungan tidak lagi

menjadi kohesif sehingga timbul pertentangan dalam mengambil keputusan. Menurut

Thompson dan Thompson (1985), dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana

tidak ada alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan sebanding. Didalam dilema etik

tidak ada yang benar atau yang salah. Untuk membuat keputusan yang etis, seseorang

tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional.

Kerangka Konsep Pemecahan Masalah Dilema Etik

Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada dasarnya

menggunakan kerangka proses keperawatan/pemecahan masalah secara ilmiah, antara lain:

1. Model pemecahan masalah (Megan,1989).

Ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik:

a. Mengkaji situasi.

2012 11 Business Ethic and Good

Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id

Page 12: Pembahasan · Web viewhal yang hampir mutlak bagi kaum hawa. Namun di bidang kesehatan, tata rias bukanlah suatu ketentuan standar seorang perawat dalam melayani pasien dengan baik

b. Mendiagnosa masalah etik moral.

c. Membuat tujuan dan rencana pemecahan.

d. Melaksanakan rencana.

e. Mengevaluasi hasil.

2. Kerangka pemecahan dilema etik (Kozier & Erb, 1989).

a. Mengembangkan data dasar. Untuk melakukan ini memerlukan pengumpulan

informasi sebanyak mungkin meliputi:

Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan keterlibatannya.

Apa tindakan yang diusulkan.

Apa maksud dari tindakan yang diusulkan.

Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang

diusulkan.

b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi.

c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan

mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan.

d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut.

e. Mengidentifikasi kewajiban perawat.

f. Membuat keputusan.

3. Model Murphy dan Murphy.

a. Mengidentifikasi masalah kesehatan.

b. Mengidentifikasi masalah etik.

c. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan.

d. Mengidentifikasi perannya.

e. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan.

f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif

keputusan.

g. Memberi keputusan.

h. Mempertimbangkan bagaimana keputusan tersebut hingga sesuai dengan

falsafah umum.

i. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan

menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan

berikutnya.

4. Model Curtin.

a. Mengumpulkan berbagai latar belakang informasi yang menyebabkan masalah.

2012 12 Business Ethic and Good

Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id

Page 13: Pembahasan · Web viewhal yang hampir mutlak bagi kaum hawa. Namun di bidang kesehatan, tata rias bukanlah suatu ketentuan standar seorang perawat dalam melayani pasien dengan baik

b. Identifikasi bagian-bagian etik dari masalah pengambilan keputusan.

c. Identifikasi orang-orang yang terlibat dalam pengambilan keputusan.

d. Identifikasi semua kemungkinan pilihan dan hasil dari npilihan itu.

e. Aplikasi teori, prinsip dan peran etik yang relevan.

f. Memecahkan dilema.

g. Melaksanakan keputusan.

5. Model Levine – Ariff dan Gron.

a. Mendefinisikan dilema.

b. Identifikasi faktor-faktor pemberi pelayanan.

c. Identifikasi faktor-faktor bukan pemberi pelayanan.

d. Pikirkan faktor-faktor tersebut satu persatu.

e. Identifikasi item-item kebutuhan sesuai klasifikasi.

f. Identifikasi pengambil keputusan.

g. Kaji ulang pokok-pokok dari prinsip-prinsip etik.

h. Tentukan alternatif-alternatif.

i. Menindaklanjuti.

6. Langkah-langkah menurut Purtillo dan Cassel (1981).

Purtillo dan Cassel menyarankan empat langkah dalam membuat keputusan etik:

a. Mengumpulkan data yang relevan.

b. Mengidentifikasi dilema.

c. Memutuskan apa yang harus dilakukan.

d. Melengkapi tindakan.

7. Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson (1981) mengusulkan 10

langkah model keputusan biotis:

a. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang

diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual.

b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi.

c. Mengidentifikasi issue etik.

d. Menentukan posisi moral.

e. Menentukan posisi moral pribadi dan profesional.

f. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait.

g. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada.

2012 13 Business Ethic and Good

Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id

Page 14: Pembahasan · Web viewhal yang hampir mutlak bagi kaum hawa. Namun di bidang kesehatan, tata rias bukanlah suatu ketentuan standar seorang perawat dalam melayani pasien dengan baik

Langkah-Langkah Pengambilan Keputusan yang Etis:

1. Menentukan fakta-fakta.

2. Mengidentifikasi para pemegang kepentingan dan mempertimbangkan situasi-

situasi dari sudut pandang mereka.

3. Mempertimbangkan alternatif-alternatif yang tersedia juga disebut dengan

“imajinasi moral”.

4. Mempertimbangkan bagaimana sebuah keputusan dapat memengaruhi para

pemegang kepentingan, membandingkan dan mempertimbangkan alternatif-

alternatif berdasarkan:

Konsekuensi-konsekuensi.

Kewajiban-kewajiban, hak-hak, prinsip-prinsip.

Dampak bagi integritas dan karakter pribadi.

5. Membuat sebuah keputusan.

6. Memantau hasil.

Langkah pertama dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab secara

etis adalah menentukan fakta-fakta dalam situasi tersebut, membedakan fakta-

fakta dari opini belaka, adalah hal yang sangat penting. Perbedaan persepsi dalam

bagaimana seseorang mengalami dan memahami situasi dapat menyebabkan

banyak perbedaan etis.Sebuah penilaian etis yang dibuat berdasarkan penentuan

yang cermat atas fakta-fakta yang ada merupakan sebuah penilaian etis yang lebih

masuk akal daripada penilaian yang dibuat tanpa fakta. Seseorang yang bertindak

sesuai dengan pertimbangan yang cermat akan fakta telah bertindak dalam cara

yang lebih bertanggung jawab secara etis daripada orang yang bertindak tanpa

pertimbangan yang mendalam.

Langkah kedua dalam pengambilan keputusan yang etis yang bertanggung jawab

mensyaratkan kemampuan untuk mengenali sebuah keputusan atau permasalahn

sebagai sebuah keputusan etis atau permasalahan etis.

Langkah ketiga melibatkan satu dari elemen vitalnya. Kita diminta untuk

mengidentifikasi dan mempertimbangkan semua pihak yang dipengaruhi oleh

sebuah keputusan, orang-orang ini biasa disebut dengan para pemangku

kepentingan (stakeholder).

2012 14 Business Ethic and Good

Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id

Page 15: Pembahasan · Web viewhal yang hampir mutlak bagi kaum hawa. Namun di bidang kesehatan, tata rias bukanlah suatu ketentuan standar seorang perawat dalam melayani pasien dengan baik

Langkah selanjutnya dalam proses pengambilan keputusan adalah

membandingkan dan mempertimbangkan alternatif-alternatif, membuat suatu

spreadsheet mental yang mengevaluasi setiap dampak tiap alternatif yang telah

dipikirkan terhadap masing-masing pemegang kepentingan yang telah identifikasi.

Salah satu cara yang paling mudah adalah menempatkan diri terhadap posisi orang

lain. Sebuah elemen penting dalam evaluasi ini adalah pertimbangan cara untuk

mengurangi, meminimalisasi atau mengganti konsekuensi kerugian yang mungkin

terjadi atau meningkatkan dan memajukan konsekuensi-konsekuensi yang

mendatangkan manfaat. Selain itu juga perlu mempertimbangkan kewajiban, hak-

hak dan prinsip-prinsip, serta dampak bagi integritas dan karakter pribadi.

Langkah kelima adalah pengambilan keputusan yang diakhiri dengan evaluasi

yang merupakan langkah terakhir dalam proses pengambilan keputusan sebagai

sarana untuk menilai apakah keputusan kita sudah berdampaka baik atau malah

tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan.

Ketika Pengambilan Keputusan yang Etis Tidak Berjalan Baik: Mengapa Orang

“baik” Melakukan Tindakan “buruk”?

Seseorang melakukan hal yang tidak etis karena rasa ketidaktahuan, tapi terkadang

ketidaktahuan telah ditetapkan dan disengaja. Rintangan kognitif terkadang mem-

pertimbangkan alternatif-alternatif yang terbatas. Ketika berhadapan dengan sebuah situasi

yang memiliki dua alternatif pemecahan yang jelas, terkadang kita hanya mempertimbangkan

dua jalan keluar yang jelas, melupakan kenyataan kemungkinan adanya alternatif lain.

Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab mengharuskan kita untuk mendisiplinkan

diri dalam menyelidiki metode tambahan dari pemecahan masalah.

Pada umumnya, kita juga lebih nyaman dengan aturan keputusan yang

disederhanakan. Sebuah aturan keputusan yang sederhana memberikan ketenangan bagi

banyak pengambil keputusan. Kita terkadang memilih alternatif yang memenuhi kriteria

keputusan yang minimal, dikenal juga dengan istilah satisficing (memuaskan). Kita memilih

pilihan yang mencukupi, pilihan yang dapat diterima manusia, walaupun itu bukan yang

terbaik.

Baru sandungan lainnya tidak bersifat kognitif atau intelektual akan tetapi berkaitan

dengan motivasi dan keinginan yang kuat. Terkadang orang-orang juga megambil keputusan

2012 15 Business Ethic and Good

Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id

Page 16: Pembahasan · Web viewhal yang hampir mutlak bagi kaum hawa. Namun di bidang kesehatan, tata rias bukanlah suatu ketentuan standar seorang perawat dalam melayani pasien dengan baik

yang belakangan mereka sesali karena mereka kurang memiliki keberanian untuk melakukan

sebaliknya, tidak mudah untuk melakukan sesuatu yang benar.

Membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan secara etis sepanjang hidup

seseorang mungkin merupakan tantangan paling serius yang dihadapi semua orang. Hal yang

paling mudah adalah bersikap pasif dan hanya menyesuaikan diri dengan ekspektasi sosial

dan budaya, “mengikuti arus”.

Pengambilan Keputusan Yang Etis Dalam Peran Manajerial

Keadaan sosial dapat mempermudah ataupun mempersulit kita untuk bertindak sesuai

dengan penilaian kita. Dalam dunia bisnis, terkadang konteks organisasi mempersulit kita

untuk bertindak secara etis bahkan bagi orang yang berniat paling baik sekalipun, atau

mempersulit orang yang tidak jujur untuk bertindak tidak etis. Tanggung jawab atas keadaan

yang dapat mendorong perilaku etis dan menekan perilaku tidak etis jatuh kepada manajemen

bisnis dan tim eksekutif.

Dalam situasi bisnis, para individu harus mempertimbangkan implikasi etis dan

pengambilan keputusan pribadi dan profesional (personal and professional decision making).

Beberapa dari peran yang kita emban bersifat sosial: teman, anak, pasangan, warga negara,

tetangga. Beberapa bersifat institusional: manajer, pengajar, pengacara, akuntan, auditor,

analis keuangan, dan sejenisnya. Pengambilan keputusan dalam konteks ini menimbulkan

pertanyaan yang lebih luas berkaitan dengan tanggung jawab sosial dan keadilan sosial.

Dalam konteks bisnis, para individu mengisi peran sebagai karyawan, manajer,

eksekutif senior, dan anggota dewan. Para manajer, eksekutif, dan anggota dewan memiliki

kemampuan untuk menciptakan dan membentuk konteks organisasi di mana semua karyawan

mengmbil keputusan. Oleh karena itu, mereka memiliki sebuah tanggung jawab untuk

meningkatkan pengaturan organisasi yang mendorong perilaku etis dan menekan perilaku

tidak etis.

2012 16 Business Ethic and Good

Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id

Page 17: Pembahasan · Web viewhal yang hampir mutlak bagi kaum hawa. Namun di bidang kesehatan, tata rias bukanlah suatu ketentuan standar seorang perawat dalam melayani pasien dengan baik

Daftar PustakaKozier B., Erb G., Berman A., & Snyder S.J. 2004. Fundamentals of Nursing Concepts, Process and Practice 7th Ed., New Jersey: Pearson Education Line

ThompsonJ.B & Thopson H.O. 1981. Ethics in Nursing. Macmillan Publ. Co

Carol T,Carol L, Priscilla LM. 1997. Fundamental Of Nursing Care, Third Edition, by Lippicot Philadelpia, New York.

http://hafikoandresni005.blogspot.com/2013/06/makalah-dilema-etik.html. diakses tanggal 10 Maret 2015.

Diandyt. 2012. “Definisi Dilema Etik”. http://diandyt.wordpress.com/2012/11/21/definisi-dilema-etika/. Diakses tanggal 10 Maret 2015.

“DIlema Etik dan Pemecahannya”. http://naimah-naimahlaila.blogspot.com/p/dilema-etik-dan- pemecahanya.html. Diakses tanggal 8 Mei 2014.

Nersdody. 2012. “Etik, Dilema Etik, dan Contoh Kasus”. http://nersdody.blogspot.com/2012/03/etik-dilema-etik-dan-contoh- kasus.html. diakses tanggal 8 Mei 2014.

Priharjo, R (1995). Pengantar etika keperawatan; Yogyakarta: Kanisius. Process and Practice. (7th ed). New Jerney: Pearson Education Line. Saputra, Robby. 2012. “Dilema Etis”.

http://robbysaputrasiakper.blogspot.com/2012/04/dilema-etis.html. Diakses tanggal 8 Mei 2014.

http://icka-imckaz.blogspot.com/2012/10/pengambilan-keputusan-yang-etis-dalam.html. diakses tanggal 10 Maret 2015.

Hannah Arendt. Eichmann in Jerusalem : A report on the banality of Evil. New York: Penguin. 1994.

Jane Addams. A modern Lear, survey 29, 1912. Cetak ulang 1994.

John Dewey. The Moral writings of John Dewey. Amherst, New York: PRometheus books. 1994

Marylin Fischer. Ethical fund raising : Deciding what is right. Advancing philanthropy. 1994

Plato. Ion. The dialogues of Plato. Vol 4. Translation by Benjamin Jowett

http://ateisindonesia.wikidot.com/pengambilan-keputusan-secara-etis

2012 17 Business Ethic and Good

Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id