pembahasan - mercu buana university · web viewperubahan-perubahan dalam lingkungan dapat berwujud...
TRANSCRIPT
MODUL PERKULIAHAN
Business Ethic And Good GovernanceThe Corporate Culture : Impact and Implications
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
FEB Magister Manajemen 04 MK35040 Cecep Winata
Abstract KompetensiBudaya perusahaan mempunyai dampak dan implikasi terhadap internal maupun eksternal perusahaan
Mahasiswa mampu memahami dampak dan implikasi dari budaya perusahaan
2012 2 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
PembahasanTHE CORPORATE CULTURE, IMFACT AND
IMPLICATIONS
What is Corporate Culture (Budaya Perusahaan ?)
PENDAHULUAN.
Budaya perusahaan atau budaya organisasi, berakar dari kata budaya yang
berarti hasil interaksi antara akal budi manusia sebagai makhluk sosial dengan alam
sekelilingnya, dalam upaya mencapai kesejahteraannya. Interaksi manusia di dalam
organisasi akan membentuk Budaya Organisasi,yang akan mencerminkan tingkah laku
dan tindakan organisasi dalam menghadapi persoalan baik internal maupun ekternal
organisasi.
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang
diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam
keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan masyarakat satu
dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan.
Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan
yang menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak.
Berusaha untuk menerapkan suatu perubahan budaya itu adalah berlawanan
dengan strategi itu dipastikan akan gagal. Ini adalah tanggung jawab pemimpin yang
di atas, ketika strategi dipilih, akan membawa budaya perusahaan ke dalam strategi
yang benar Perubahan budaya yang terus menerus dan peningkatan perubahan Budaya
adalah sangat sulit untuk mempengaruhi di dalam organisasi, terutama sekali di dalam
organisasi yang sudah matang. Budaya yang kuat dapat mempengaruhi suatu usaha
perubahan yang lemah. Bagaimanapun, jika inovasi dan intrapreneurship diharapkan
untuk sukses, mereka harus didukung oleh suatu kultur perusahaan yang sesuai.
Untuk keberhasilan tersebut, dalam perencanaan perubahan harus focus pada
pengembangan budaya dengan tetap tidak mengabaikan strategi yang sudah ada.
2012 3 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
A
a. Pengertian Budaya Perusahaan Menurut Para Ahli
Budaya Perusahaan disini merupakan terjemahan dari kata Corporate Culture, dari Definisi
Budaya Perusahaan yang dikemukakan oleh para ahli,
Budaya perusahaan menurut Susanto, AB. (1997:3) : “Suatu nilai-nilai yang menjadi
pedoman sumber daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan penyesuaian
integrasi ke dalam perusahaan, sehingga masing-masing anggota organisasi harus memahami
nilai-nilai yang ada dan bagaimana meraka harus bertindak atau berperilaku.”
Budaya perusahaan menurut Schein, H. (1992:12): Budaya perusahaan sebagai suatu
perangkat asumsi dasar akan membantu anggota kelompok dalam memecahkan masalah
pokok dalam menghadapi kelangsungan hidup, baik dalam lingkungan eksternal maupun
internal, sehingga akan membantu anggota kelompok dalam mencegah ketidakpastian situasi.
Pemecahan masalah yang telah ditemukan ini kemudian dialihkan pada generasi berikutnya
sehingga akan memiliki kesinambungan.
Menurut Koentjoroningrat (1994 : 5), budaya itu sendiri memiliki tiga tingkatan yang saling
berinteraksi satu sama lain. Tingkatan yang pertama berupa benda-benda hasil kecerdasan
dan kreasi manusia (artefacts dan creation). Tingkatan kedua adalah nilai-nilai dan ideologi
yang merupakan aturan, prinsip, norma, nilai, dan moral yang menuntun organisasi dan
merupakan harta kekayaan yang ingin mereka penuhi. Tingkatan ketiga adalah asumsi dasar
yang tidak disadari mengenai keadaan kebenaran dan kenyataan, kemanusiaan, hubungan
manusia dengan alam, hubungan antar manusia, keadaan waktu dan alam semesta.
Menurut Hofstade, Geerst (1990:32) : Budaya perusahaan didefinisikan sebagai perencanaan
bersama dari pola pikir (collective programming mind) yang membedakan anggota-anggota
dari suatu kelompok masyarakat dengan kelompok dari suatu budaya yang lain. Pola pikir ini
pada dasarnya hanya ada dalam pikiran individu yang kemudian mengalami kristalisasi dan
memiliki bentuk. Pada gilirannya pola pikir bersama ini akan meningkatkan sikap mental
para anggota kelompok tersebut.
Menurut Schiffman dan Kanuk (1997) budaya adalah “sum total of learned beliefs, values,
and customes that serve to direct consumer behavior of members of a particular society” atau
2012 4 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
budaya merupakan sekumpulan keyakinan yang dipelajari, nilai dan kebiasaan yang
mengarahkan perilaku konsumen dari suatu anggota masyarakat tertentu.
dapat disimpulkan bahwa budaya perusahaan adalah suatu pola asumsi dasar yang dimiliki
oleh anggota perusahaan yang berisi nilai-nilai, norma-norma dan kebiasaan yang
mempengaruhi pemikiran, pembicaraan, tingkah laku, dan cara kerja karyawan sehari-hari,
sehingga akan bermuara pada kualitas kinerja perusahaan. Dengan demikian, budaya
perusahaan merupakan solusi yang secara konsisten dapat berjalan dengan baik, bagi sebuah
kelompok dalam menghadapi persoalan-persoalan di dalam dan di luar kelompoknya.
Budaya adalah kompleks nilai, gagasan, sikap, dan simbol lain yang bermakna yang melayani
manusia untuk berkomunikasi, membuat tafsiran dan mengevaluasi sebagai anggota
masyarakat. Budaya dan nilai-nilai diteruskan dari satu generasi kegenerasi yang lain
Budaya melengkapi orang dengan rasa identitas dan pengertian perilaku yang dapat diterima
didalam masyarakat. Beberapa dari sikap perilaku yang lebih penting yang dipengaruhi oleh
budaya adalah sebagai berikut:
1. Rasa diri dan ruang
2. Komunikasi dan bahasa
3. Pakaian dan penampilan
4. Makanan dan kebiasaan makan
5. Waktu dan kesadaran akan waktu
6. Hubungan (keluarga, orgaisasi, pemerintah, dan sebagainya)
7. Nilai dan norma
8. Kepercayaan dan sikap
9. Proses mental dan pembelajaran
10. Kebiasaan kerja dan praktek
Budaya mempengaruhi penggerak yang memotivasi orang untuk mengambil tindakan yang
lebih jauh – bahkan untuk motif yang bermacam-macam seperti kebebasan, kemampuan baca
tulis, atau kegairahan. Budaya dari suatu masyarakat menentukan bentuk komunikasi apa
yang diizinkan sehubungan dengan masalah ini dan kerap sifat dan tingkat perilaku mencari
yang dianggap sesuai oleh individu.
2012 5 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
Menurut Denison, Daniel R (1990:2) Budaya perusahaan adalah suatu istilah yang muncul
untuk mengartikan variabel-variabel perilaku yang menarik banyak penelitian. Budaya itu
sendiri mengacu pada nilai keyakinan dan prinsip-prinsip yang ada sebagai dasar untuk
mengelola perusahaan.
Prinsip dasar tersebut akan diperjelas dan didukung oleh praktek manajemen dan perilaku
yang ada. Budaya perusahaan menurut Denison mempunyai pengaruh terhadap keefektifan
suatu organisasi. Budaya perusahaan dapat dilihat dari aspek rasa Keterlibatan
(involvement), Konsistensi (consistency), Adaptabilitas (adaptability), dan Misi (mission).
1. Keterlibatan (involvement)
Tingkat keterlibatan dan partisipasi yang tinggi dari karyawan akan meningkatkan rasa
tanggung jawab. Rasa kepemilikan dan tanggung jawab tersebut akan meningkatkan
komitmen karyawan terhadap perusahaan sehingga tidak memerlukan kontrol yang terbuka.
Dengan rasa keterlibatan yang tinggi juga diharapkan dapat meningkatkan rasa kebersamaan
dan kekeluargaan, dimana hal-hal tersebut penting dalam membantu menyelesaikan
pekerjaan.
2. Konsistensi (consistency)
Konsistensi menekankan pada nilai-nilai yang dimiliki perusahaan yang perlu dipahami oleh
para anggota organisasi. Nilai-nilai tersebut meliputi masalah komunikasi, kerjasama dalam
melaksanakan pekerjaan, toleransi, penghargaan terhadap prestasi. Hal-hal tersebut
mempunyai dampak yang positif terhadap proses pencapaian tujuan organisasi dan perlu
dibangun atau dikembangkan dalam perusahaan secara konsisten.
Komunikasi merupakan sesuatu yang penting, karena komunikasi mempunyai unsur-unsur
antara lain:
Suatu kegiatan untuk membuat seseorang mengerti
Suatu sarana pengaliran informasi
Suatu sistem bagi terjalinnya komunikasi diantara individu-individu
Kerjasama dalam melaksanakan pekerjaan harus dibiasakan, karena dengan adanya
kerjasama maka akan membantu mempermudah pencapaian tujuan. Penghargaan terhadap
2012 6 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
prestasi yang dicapai, harus dibentuk dalam format yang baik, dan tepat, agar dapat dijadikan
motivasi dalam bekerja.
3. Adaptabilitas (adaptability)
Menekankan pentingnya adaptabilitas di dalam perusahaan terhadap perubahan lingkungan
yang terjadi. Perubahan-perubahan dalam lingkungan dapat berwujud perkembangan
teknologi, perubahan kondisi ekonomi dan politik, perubahan kualitas dan sikap karyawan,
tuntutan konsumen terhadap produksi perusahaan. Adaptabilitas tidak hanya diperlukan bagi
kelangsungan hidup perusahaan tetapi juga sebagai tantangan pengembangan perusahaan.
4. Misi (mission)
Hal ini menekankan pada pentingnya kejelasan misi dan tujuan dari suatu organisasi bagi
para anggotanya. Beberapa ahli berpendapat bahwa pengertian akan misi memberikan dua
pengaruh utama pada fungsi organisasi, yaitu :
Suatu misi memberikan kegunaan dan arti yang menentukan peran sosial dan tujuan
ekstra dari suatu lembaga dan menentukan peran-peran individu dari lembaga
tersebut. Proses internalisasi dan identifikasi ini memberikan komitmen jangka
pendek dan jangka panjang serta mengarah pada efektivitas organisasi.
Pengertian akan misi akan memberikan kejelasan arah pada tingkat individu, ada rasa
percaya bahwa kesuksesan organisasi membutuhkan adanya koordinasi yang
merupakan hasil dari menentukan tujuan bersama.
Marvin Bowers (1982 : 4) mendefinisikan budaya perusahaan dengan pernyataan “The way
we doing things around here”. Budaya perusahaan adalah sesuatu yang khas dari suatu
perusahaan. Membangun budaya perusahaan merupakan salah satu cara untuk membantu
menemukan arti dan akhirnya menikmati apa yang dikerjakan seseorang. Budaya perusahaan
yang kuat dapat menumbuhkan kesetiaan dan membangkitkan kesenangan dalam
melaksanakan suatu pekerjaan. Budaya perusahaan yang kuat dapat menjadi pegangan yang
mantap bagi setiap karyawan yang bekerja didalam perusahaan .
2012 7 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
Budaya perusahaan menggambarkan aturan main yang berlaku dalam perusahaan. Berisi
kesimpulan partisipan (anggota perusahaan) tentang apa yang dialami mereka, bukan berisi
aturan-aturan formal tertulis.
Budaya perusahaan merupakan konsep dari pola-pola pikir yang direfleksikan dan
diperkuat oleh perilaku setiap anggota perusahaan,merupakan pola-pola asumsi dasar yang
meliputi cara berpikir dan bertingkah laku mengenai tujuan perusahaan. Pola-pola asumsi
dasar ini dikembangkan oleh suatu perusahaan karena dianggap penting diajarkan kepada
seluruh karyawannya sebagai cara yang tepat untuk berpikir, melihat, merasakan, dan
memecahkan suatu masalah. Adanya budaya perusahaan membuat karyawan mengetahui apa
yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya, dan mengapa harus melakukan hal tersebut
sehinnga karyawan lebih yakin dalam bertindak.
Setiap tingkatan budaya memiliki tendensi alamiah untuk mempengaruhi tingkatan budaya
yang lain. Hal ini barangkali paling jelas terlihat dari segi nilai anutan bersama yang
mempengaruhi perilaku suatu kelompok-komitmen terhadap pelanggan, misalnya,
mempengaruhi kecenderungan kecepatan seseorang menanggapi keluhan pelanggan. Tetapi
kausalitas dapat juga mengalir dengan arah lain juga-perilaku dan praktik dapat
mempengaruhi nilai. Karyawan yang tak pernah memiliki kontak apapun dengan pasar,
apabila mulai berinteraksi dengan para pelanggan dan masalah serta kebutuhan mereka, maka
para karyawan itu sering mulai menilai kepentingan pelanggan lebih tinggi. Hal ini dapat
dilihat pada ilustrasi gambar di bawah
Culture and Ethics (BUDAYA DAN ETIKA)
Pendahuluan201
2 8 Business Ethic and Good Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
B
Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan
dapat pula dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi
secara keseluruhan. Budaya organisasi berkaitan erat dengan pemeberdayaan karyawan
(employee empowerement) disuatu perusahaan. Semakin kuat budaya organisasi,
semakin besar dorongan para karyawan untuk maju bersama dengan perusahaan.
Berdasarkan hal tersebut, pengenalan, penciptaan, dan pengembangan budaya
organisasi dalam suatu perusahaan mutlak diperlukan dalam rangka membangun
perusahaan yang efektif dan efisien sesuai dengan misi dan visi yang hendak dicapai.
Dengan demikian antara budaya organisasi dan budaya perusahaan saling terkait karena
kedua-keduanya ada kesamaan, meskipun dalam budaya perusahaan terdapat hal-hal
khusus seperi gaya manajemen dan sistem manajemen dan sebagainya, namun
semuanya masih tetap dalam rangkaian budaya organisasi Budaya perusahaan adalah
aturan main yang ada dalam perusahaan yang akan menjadi pegangan dari SDMnya
dalam menjalankan kewajibannya dan nilai-nilai untuk berprilaku di dalam organisasi
tersebut.
Budaya umunya bertahan atau dipertahankan
Kondisi sering memungkinkan adanya penyesuaian tanpa merubah budaya
Contoh penyu hijau ada dalam upacara khusus di Bali padahal dilindungi sehingga
Timbul konflik…… pemecahannya?
Budaya dalam organisasi Organisasi terdiri atas sekumpulan orang
Budaya tumbuh dari sekumpulan orang
Maka budaya pasti ada dalam suatu organisasi
Untuk masuk dalam organiasi pahamilah atau ketahuilah budaya yang ada.
Budaya Organisasi?Pokok penyelesaian masalah-masalah eksternal dan internal yang pelaksanaannya dilakukan
secara konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian mewariskan kepada anggota-anggota
2012 9 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
baru sebagai cara yang tepat untuk memahamii, memikirkan, dan merasakan terhadap
masalah-masalah terkait seperti di atas.
Menurut Gibson et all (1996: 77)
“Kultur organisasi mengandung bauran nilai-nilai, kepercayaan, asumsi, persepsi, norma,
kekhasan, dan pola perilaku”
Vijay Sathe melihat asumsi dasar yang diterapkan dalam suatu organisasi yang membagi
“Sharing Assumption”. Asumsi nilai yang berlaku sama ini dianggap sebagai faktor-faktor
yang membentuk budaya organisasi yang dapat dibagi menjadi:
Share ThingPakaian; seragam yang menjadi ciri khas organisasi
Share SayingUngkapan-ungkapan; slogan; misalnya tut wuri handayani dalam dunia pendidikan
Share DoingPertemuan; kerja bakti; kegiatan sosial
Share FeelingTurut bela sungkawa; anniversary; ucapan selamat; wisuda mahasiswa
Fungsi Budaya:Menurut Robbins (1996: 294) fungsi budaya Organisasi sebagai berikut:
1. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
2. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada
kepentingan diri individual seseorang.
4. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu
dengan standar-standar yang tepat untuk dilakukan karyawan.
5. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan
membentuk sikap serta perilaku karyawan.
Dampak jika organisasi tidak memahami budaya organisasinya?Jika hal tersebut terjadi maka jalannya organisasi akan terhambat mengingat budaya
merupakan bagian dari sikap dan komitmen anggota dan pimpinan yang ada dalam organisasi
2012 10 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Apabila budaya organisasi tidak
dipahami dan dimengerti yang kemudian dijalankan maka organisasi akan tumbuh tidak
sesuai dengan rencana awal organisasi. Oleh karena itu, budaya organisasi harus diarahkan
pada penciptaan nilai (values) yang pada intinya faktor-faktor yang terkandung dalam budaya
organisasi harus mencakup nilai-nilai: Keyakinan, Nilai, Norma, Gaya, dan lain-lain.
(Silalahi, 2004:8).
Budaya sebagai perekat, pemersatu, identitas, citra, brand, motivator, dan
pengembangan
Peran budaya dalam Perusahaan
Menentukan etika kerja
Memberi arah pengembangan bisnis
Meningkatkan produktivitas kerja
Mengembangkan kualitas barang dan jasa
Memotivasi pekerja mencapai prestasi tinggi
7 karakteristik budaya organisasi
1. Inovasi dan pengambilan keputusan
2. Perhatian pada kerincian
3. Orientasi pada hasil
4. Orientasi pada orang
5. Orientasi pada tim
6. Keagresifan
7. Kemantapan.
Etika dan MoralitasEtika adalah kebiasaan hidup yang baik,baik pada diri seseorang maupun pada suatu
masyarakat atau kelompok masyarakat (Keraf, 1991)
Moralitas adalah nilai-nilai normatif yang menjadi keyakinan dalam diri seseorang atau
sesuatu badan/lembaga/organisasi yang menjadi pendorong melakukan sesuatu.
2012 11 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
Etika Ilmu membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh
pikiran manusia
Tujuan Mempelajari EtikaUntuk mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik dan buruk bagi semua
manusia.
Pengertian Baik: Sesuatuhal dikatakan baik bila ia mendatangkan rahmat, dan memberikan
perasaan senang, atau bahagia (Sesuatu dikatakan baik bila ia dihargai secara positif)
Pengertian Buruk: Segala yang tercela. Perbuatan buruk berarti perbuatan yang
bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku.
Manfaat Etika Membuat seseorang disegani, dihormati dan disenangi
Memudahkan hubungan baik dengan orang lain
Memberi keyakinan pada diri sendiri dalam setiap situasi
Memelihara suasana yang baik di lingkungan keluarga dan sekitarnya
Etika dalam OrganisasiEtika bersifat abstrak dan berkenaan dengan persoalan baik dan buruk, sedangkan
administrasi adalah kongkrit dan harus mewujudkan apa yang diinginkan (get the job done).
Pembicaraan tentang etika dalam organisasi adalah bagaimana mengaitkan keduanya,
bagaimana gagasan-gagasan administrasi seperti ketertiban, efisiensi, kemanfaatan,
produktivitas dapat menjelaskan etika dalam prakteknya. Dan bagaimana gagasan-gagasan
dasar etika dapat mewujudkan yang baik dan menghindari yang buruk; dapat menjelaskan
hakikat administrasi.
Etika dalam perusahaan Terciptanya budaya perusahaan yang baik
Terbangunnya suatu fungsi organisasi saling percaya
Terbentuknya manajemen hubungan antar pegawai
2012 12 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
Hubungan etika dan budaya Etika dalam implementasinyadipengaruhi oleh agama dan budaya
Agama dan budaya dianggap sebagai sumber hukum,peraturan dan kode etik
Sebagai sumber maka agama dan budaya lebih independen
Manajemen modern Pentingnya perilaku manajerial dalam melaksanakan tugas
Perilaku tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh budaya oragnisasi
Baik buruknya layanan manajerial ditentukan oleh perilaku manajerial
Dalam bidang bisnis layanan prima menjadi prioritas dimulai dari standar ISO
Compliance and Value-Based Culture (NILAI KEPATUHAN BERBASIS BUDAYA)
2012 13 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
C
PendahuluanBerbagai skandal korporasi dan akuntansi yang dilaporkan akhir 1990-an dan awal
2000-an menun j ukkan ba hwa pe rba ikan meka n i s me be rbas i s pa sa r
menga lam i kegaga l an un t uk mencegah mereka. Skandal-skandal dan semestinya
menghukum pelaku kesalahan perusahaan. Karenanya,peraturan, aturan, standar, dan praktik
terbaik yang didirikan oleh badan-badan pemerintahan,penentu standar, dan organisasi
profesi adalah mekanisme eksternal penting dalam menciptakan lingkungan yang
mempromosikan, memonitor, dan melaksanakan tata kelola perusahaan yang
bertanggung jawab, pelaporan keuangan dapat diandalkan, dan fungsi audit dapat dipercaya.
Tata kelola perusahaan berkembang dari fungsi kepatuhan terhadap sebuah keharusan bisnis.
Fungsi kepatuhan akhirnya menentukan informasi apa perusahaan publik harus
mengungkapkan kepada pemegang saham mereka untuk membuat keamanan investasi dan
keputusan memilih dan stakeholder lainnya untuk melindungi kepentingan mereka.
1. REGULASI DAN KEPATUHAN
Sumber utama dari fungsi kepatuhan tata kelola perusahaan adalah anggota
parlemen, regulator, pengadilan, penentu standar, dan agen penegakan hukum.
Pemberlakuan yang efektif dan adil sesuai dengan hukum yang berlaku, peraturan,
aturan, dan standar yang mengatur perusahaan publik adalah struktur pasar keuangan
kita. Penegakan harus agresif dan tanpa kompromi cukup untuk mempromosikan
kepatuhan namun tidak begitu kaku sehingga merugikan mempengaruhi dasar
dari sistem perdagangan bebas kita.
Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC), dalam pedoman baru penegakan,
berupaya untuk menciptakan keseimbangan yang adil antara kepatuhan yang efektif
dan beratnya sanksi. Peraturan yang menciptakan lingkungan pemerintahan yang lebih baik
dan biaya yang efisien da l a m j angka pan ja ng dapa t m engak i ba tkan k ine r j a
yang be rke l a n ju t a n . P e ra t u r an ya ng mengharuskan pemerintahan lebih efektif
(misalnya, mayoritas dewan independen, sertifikasi eksekutif laporan keuangan, dan
pengendalian internal terkait) memungkinkan perusahaan untuk melakukan
perubahan yang menciptakan nilai pemegang saham yang berkelanjutan. Hukum
2012 14 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
yang mempengaruhi tata kelola perusahaan dapat didirikan di kedua negara dan / atau tingkat
Propinsi.
2. PERATURAN NEGARA
Korporasi dibuat di bawah undang-undang perusahaan negara, yang mendefinisikan
kewajiban dari dewan direktur, menjelaskan hak-hak pemegang saham, dan mengatur
ketentuan-ketentuan lainnya, termasuk penjualan aset utama dan merger dan akuisisi.
Pengadilan negaradan hakim sering menafsirkan undang-undang perusahaan negara. Hukum
perusahaan Negara mendefinisikan kewajiban direksi, karena hampir semua perusahaan
(kecuali untuk beberapa bank dan Peraturan Pemerintah diatur) yang dimasukkan
oleh negara. Hukum perusahaan bervariasi tiap negara. Komite Peraturan Pasar Modal
merekomendasikan membatasi bagaimana dan kapan hukum negara dapat mengambil
tindakan-tindakan penegakan hukum terhadap perusahaan audit dan lembaga keuangan
dengan menyarankan bahwa Departemen Kehakiman memiliki kemampuan untuk
menandatangani dakwaan.
Tindakan ini berlaku untuk pendaftar perusahaan publik dan pelaporan keuangan mereka
dalam memberikan informasi keuangan yang akurat ke pasar modal untuk tujuan
harga yang wajar. Ini harga pasar mekanisme tata kelola perusahaan adalahdimaksudkan
untuk:
• Memberikan perlindungan bagi investor terhadap ancaman dari informasi yang
tidakbenar ke pasar yang mempengaruhi harga saham.
• Tambahan hak investor yang tidak cukup di bawah hukum negara
• Membuat seragam dan kerangka umum untuk pelaporan keuangan dan audit.
Sekuritas hukum memainkan peran penting dalam tata kelola perusahaan melalui persyaratan
pengungkapan dan penciptaan dan persetujuan standar akuntansi dan audit, yang terakhir
melalui pembentukan Perusahaan Akuntan Publik.
Dalam menjalankan usahanya, sebuah perusahaan mempunyai komitmen yang tinggi untuk
mematuhi ketentuan dan peraturan perundangan lainnya yang berlaku. Dalam rangka
mengimplementasikan komitmen tersebut, adanya fungsi kepatuhan yang bersifat permanen
merupakan unsur yang penting dalam meminimalkan risiko kepatuhan dan membangun
budaya kepatuhan. Perusahaan telah membentuk Satuan Kerja Kepatuhan yang bersifat
independen dan bebas dari pengaruh
2012 15 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
Kepatuhan yang bersifat independen dan bebas dari pengaruh unit kerja lainnya. Satuan Kerja
Kepatuhan dibentuk untuk membantu pelaksanaan tugas dari Direktur Kepatuhan.
Kedudukan Satuan Kerja Kepatuhan adalah setingkat Divisi dan bertanggung jawab langsung
kepada Direktur Kepatuhan. Agar fungsi kepatuhan dapat berjalan dengan baik, Dewan
Komisaris dan Direksi melakukan pengawasan aktif. Pengawasan aktif tersebut dilakukan
dalam bentuk antara lain, persetujuan atas kebijakan dan prosedur, pelaporan secara periodik,
permintaan penjelasan. Satuan Kerja Kepatuhan telah memiliki kebijakan dan prosedur dalam
rangka meminimalkan risiko kepatuhan. Selain itu, Satuan Kerja Kepatuhan juga melakukan
sosialisasi dan pelatihan, terlibat dalam persetujuan produk dan aktivitas baru, persetujuan
penerbitan ketentuan internal, melakukan kajian terhadap pelepasan kredit dalam jumlah
besar, melakukan uji kepatuhan terhadap pengendalian internal terkait kepatuhan pada unit ,
memantau kepatuhan perusahaan terhadap komitmen yang dibuat dengan regulator.
3. AKTIVITAS KEPATUHAN
Melakukan gap analysis dan dampaknya atas ketentuan baru terhadap operasional
Perusahaan dan penyesuaian atas kebijakan internal yang diperlukan.
Melakukan penilaian risiko kepatuhan dan menyusun laporan.
Melakukan sosialisasi dan pelatihan kepada karyawan sebagai salah satu upaya dalam
mewujudkan budaya kepatuhan. Sosialisasi dan pelatihan tidak hanya ditujukan
kepada karyawan lama, tetapi juga kepada karyawan baru.
Memberikan persetujuan atas rencana produk aktivitas baru, untuk memastikan bahwa
produk dan aktivitas baru yang akan dibuat telah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Memberikan persetujuan atas rancangan ketentuan internal yang akan diterbitkan.
Melakukan kajian kepatuhan terhadap pelepasan kredit korporasi.
Menjalankan fungsi konsultatif dengan unit kerja lain terkait dengan penerapan
peraturan yang berlaku.
Memantau pemenuhan kewajiban pelaporan kepada pihak eksternal.
Memastikan kepatuhan Perusahaan terhadap komitmen yang dibuat nya
Melakukan koordinasi dalam rangka melakukan penilaian terhadap Tingkat
Kesehatan Perusahaan berbasis Risiko
2012 16 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
4.PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO
Dewan Komisaris dan Direksi bertanggung jawab atas penerapan manajemen risiko
dan sistem pengendalian internal di Perusahaan. Penerapan manajemen risiko dan sistem
internal Perusahaan mencakup:
• Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi.
• Kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit.
• Kecukupan proses identifiasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko serta
sistem informasi manajemen risiko.
• Sistem pengendalian internal. Perusahaan menerapkan manajemen risiko dan sistem
pengendalian internal secara efektif yang disesuaikan dengan tujuan dan kebijakan usaha,
ukuran dan kompleksitas kegiatan usaha.
Ethical Leardership and Corporate Culture (KEPEMIMPINAN ETIS DAN BUDAYA PERUSAHAAN)
2012 17 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
D
Pendahuluan “Peranan Pemimpin”
Menurut Heifetz (1994), kepemimpinan melibatkan penggunaan otoritas untuk
membantu pengikutnya berurusan dengan konflik nilai yang muncul karena cepatnya
perubahan dalam lingkungan kerja dan budaya sosial. Hal ini adalah salah satu perspektif
dalam kepemimpinan karena berkaitan langsung dengan nilai-nilai pekerja.
Mirip dengan pendapat di atas, Burns (1978) berpendapat bahwa penting bagi para
pemimpin untuk mengikatkan diri dengan para pengikutnya dan membantu mereka
menghadapi konflik-konflik nilai. Dalam prosesnya, hubungan antara pemimpin dan
pengikutnya meningkatkan tingkat moralitas bagi keduanya.
Greenleaf (1977) berpendapat bahwa kepemimpinan diberikan kepada seseorang yang
secara alami adalah seorang pelayan. Kenyataannya, cara seseorang muncul sebagai seorang
pemimpin pertama kali adalah dengan menjadi seorang pelayan. Pemimpin yang melayani
berfokus pada kebutuhan pengikutnya dan membantunya menjadi lebih berpengetahuan,
bebas, lebih otonom dan dalam melayani dirinya sendiri. Jadi, seorang pemimpin akan dapat
memberdayakan orang lain dengan kehadirannya.
Ciulla (1995) yakin bahwa pertanyaan tentang etika adalah jantung bagi definisi
tentang kepemimpinan.. Dalam pandangannya, ketika seseorang bertanya “apa itu
kepemimpinan”, mereka sebenarnya secara implisit bertanya “apa itu pemimpin yang baik”
atau “apa itu pemimpin yang beretika”. Karena itu perlu ada penekanan pada dimensi etis
dalam kepemimpinan. Untuk menjadi ‘‘good leadership’’, penting bagi pemimpin untuk tidak
hanya kompeten tetapi juga etis dalam tingkah laku mereka.
Boatman (2005) meyakinkan bahwa kepemimpinan yang etis adalah gabungan dari
pengambilan keputusan dan perilaku etis, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari
organisasi. Boatman melihat bahwa tanggung jawab utama dari seorang pemimpin adalah
membuat keputusan dan berperilaku secara etis, serta memperhatikan bahwa organisasi
memahami dan menjalankan aturan-aturan etis yang berlaku dalam organisasi.
Para pemimpin harus memimpin dari landasan moralitas yang tinggi dan disiplin
menjalankan etika sepanjang waktu di dalam organisasinya. Mereka harus secara pribadi
bertindak berdasarkan nilai-nilai dan keyakinan yang produktif dan mengajarkannya kepada
anggota organisasi hal yang sama. Mereka harus membangun dan mengembangkan budaya
tersebut. Dengan kesadaran akan budaya dalam organisasi, akan membuat pengaruh yang
2012 18 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
sangat kuat bagi para karyawan, para pemimpin dapat menciptakan budaya yang menyokong
moral dan perialaku etis yang kuat. Organisasi dewasa ini ditantang untuk menjadi lebih
akuntabel bagi para pemangku kepentingannya dan hal ini membuat organisasi mulai
menguji manajemen dan dewan direksi untuk mewujudkannya.
Moral secara sederhana dinyatakan “Is concerned with social practices defining right
and wrong” (Beauchamp & Bowie, 2004).
Praktek benar atau salah ini disebarluaskan melalui budaya dan institusi dari generasi
ke generasi. Di lain pihak etika organisasi mempelajari masalah-masalah etis yang relevan
dengan cara organisasi mempengaruhi anggotanya dan cara anggota memberi pengaruh
terhadap anggota lain dan organisasinya (Horvath, 1995).
Etika dalam organisasi berkait dengan budaya organisasi dan patokan-patokan yang
relevan dalam membimbing perilaku. Patokan-patokan tersebut berasal dari nilai-nilai inti
organisasi, seperti kejujuran, rasa percaya dan kesetiaan. Etika organisasi memandang
organisasi sebagai suatu komunitas atau budaya, yang berfokus pada kekuatan-kekuatan baik
pada masa lalu maupun masa sekarang.
Etika organisasi dibuat untuk memenuhi kebutuhan organisasi dalam menjalankan
tata cara yang terkait dengan anggota organisasi dan bagaimana mereka berinteraksi saling
mempengaruhi, baik antar anggota maupun dengan organisasi (Senge, 1994).
Masalah moral dan etika dalam organisasi bukanlah suatu hal yang baru. Northouse
(2004) menyatakan bahwa etika adalah pusat bagi kepemimpinan, para pemimpin yang
mengikutsertakan para pengikutnya untuk mencapai tujuan dengan mengedepankan perilaku
moral dan etis dalam organisasi, akan memperkuat nilai-nilai organisasi.
Schein (2004) merekomendasikan lima mekanisme atau cara yang dapat digunakan
oleh pemimpin sebagai alat untuk mengajari organisasi bagaimana memandang, memikirkan,
merasakan dan berperilaku, yang didasarkan pada keyakinannya sendiri.
1. Apa yang secara teratur para pemimpin perhatikan, ukur dan kontrol.
Salah satu cara paling baik pemimpin dan pendiri organisasi mengkomunikasikan
nilai-nilai, keyakinan-keyakinan dan prioritas-prioritas adalah pada apa dan dimana mereka
menempatkan perhatian mereka. Apa yang pemimpin usahakan dan perhatikan setiap waktu
dapat memberi pengaruh yang besar pada budaya organisasi.
2012 19 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
Schein (2004) menyatakan bahwa proses ini akan menjadi cara yang sangat baik
untuk mengkomunikasikan suatu pesan, khususnya apabila pemimpin secara total konsisten
pada perilaku mereka. Pemimpin dapat secara konsisten mengirim pesan tentang prioritas,
nilai-nilai dan keyakinan-keyakinannya. Pemimpin memainkan peranan utama dan sangat
penting dalam membangun iklim etis organisasi. Suatu etika organisasi secara moral harus
membangun rasa percaya untuk mendapatkan pengetahuan yang akurat yang dibutuhkan
untuk membuat keputusan etis. Memberitahukan kebenaran setiap waktu menjadi cara yang
sangat ampuh untuk membuat bawahan memberi perhatian.
Pemimpin yang memberi perhatian pada perilaku moral dan etika, mendorong dan
memotivasi bawahan untuk juga memberi perhatian pada hal tersebut. Tidaklah cukup hanya
membuat tata aturan perilaku bisnis saja, pemimpin harus memberi pertanda yang kuat pada
arah yang akan dituju, juga mengawasi kebijakan-kebijakan dan prosedur operasi secara
konsisten. Perhatian pemimpin termasuk juga dalam memberikan hukuman dan ganjaran atau
hadiah. Tanggung jawab pemimpin pada perilaku etis harus mencerminkan sikap, keyakinan,
nilai-nilai dan pola perilaku dalam budaya organisasi.
2. Bagaimana pemimpin bereaksi terhadap kejadian kritis dan krisis organisasi.
Reaksi seorang pemimpin terhadap suatu situasi krisis, mencerminkan nilai-nilai,
norma dan budaya. Situasi krisis cenderung membuat organisasi menampakkan nila-inilai
intinya.
Schein (2004) berpendapat bahwa ketika organisasi dihadapkan pada krisis, cara
pemimpin untuk menghadapinya adalah dengan menciptakan norma, nilainilai dan prosedur
kerja baru dan mengungkapkan asumsi-asumsi penting yang mendasarinya.
Krisis dalam organisasi menyebabkan keterlibatan perhatian dan emosional, terutama
bila krisis tersebut mengancam keberlangsungan organisasi. Karena intensitas keterlibatan
emosional tersebut, pada periode tertentu dapat meningkatkan intensitas pembelajaran dalam
organisasi. Dalam krisis nilai-nilai terdalam individu akan terlihat. Reaksi setiap orang akan
tampak, karena seluruh perhatian terfokus pada situasi tersebut. Dalam situasi krisis,
tingkatan budaya organisasi yang lebih dalam juga akan benar-benar terlihat (lihat tiga
tingkatan budaya organisasi menurut Schein).
Penampakan ini akan meningkatkan potensi untuk memperkuat budaya yang ada atau
mengubahnya. Dalam situasi krisis, pemimpin dapat mempengaruhi budaya organisasi untuk
2012 20 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
mendukung perilaku moral dan etis yang kuat, dan mendorong penciptaan nilai-nilai baru
organisasi.
3. Bagaimana pemimpin mengalokasikan sumber daya, penghargaan dan status.
Anggaran organisasi merupakan alat dasar bagi pengalokasian sumber daya
organisasi. Cara pemimpin mengalokasikan sumber daya melalui anggaran organisasi, juga
memperlihatkan asumsi-asumsi dan keyakinan-keyakinan pemimpin.
Alokasi yang seimbang sumber daya akan meningkatkan efisiensi operasional, nilai-
nilai perusahaan dan menciptakan kepuasan pelanggan. Schein (2004) menegaskan bahwa
keyakinan pemimpin tentang seberapa kuat dukungan finansial bagi organisasi akan
mempengaruhi pilihan mereka akan tujuan-tujuan, bagaimana cara mencapainya dan
menentukan proses pengelolaan yang akan digunakan.
Tugas pengalokasian sumber daya menjadi prioritas utama bagi pemimpin korporat.
Unit bisnis dengan profit dan pertumbuhan yang paling baik mendapatkan dukungan utama
dari perusahaan. Pendistribusian yang seimbang akan mendorong kinerja yang lebih baik.
Moral dan perilaku etis secara otomatis akan meningkat. Konsekuensi perilaku mana yang
diberi hadiah dan mana yang diberi hukuman dapat memberikan pengaruh yang berarti pada
budaya dalam suatu organisasi.
Pemimpin dapat menggunakan proses penilaian kinerja dengan mengkaitkannya pada
pemberian hadiah atau hukuman bagi perilaku yang diinginkan. Schein (2004) menyatakan
apabila pendiri atau pemimpin mencoba untuk meyakinkan bahwa nilai-nilai dan asumsi-
asumsi mereka akan diperhatikan, mereka harus menciptakan suatu penghargaan, promosi
dan sistem status yang konsisten dengan asumsi-asumsi mereka. Mengkaitkan antara
pemberian hadiah dengan nilai-nilai moral dan etis merupakan jawaban atas pertanyaan
tentang efisiensi dan keunggulan bersaing organisasi.
4. Menjadi role model, mengajari dan melatih.
Contoh personal dari seorang pemimpin dalam mengirimkan pesan yang sangat
penting dan kuat kepada seluruh anggota organisasi, berupa perilaku yang etis dan konsisten.
Orang-orang di dalam organisasi tidak hanya mendengarkan pemimpinnya, tetapi juga
2012 21 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
memperhatikan apa yang diperbuatnya. Para pengikut yang menganggap perilaku
pemimpinnya adalah benar, akan cenderung untuk mengikutinya.
Schein (2004) mengatakan bahwa pendiri dan pemimpin organisasi mengetahui bahwa
perilaku mereka yang tampak memiliki nilai yang sangat tinggi bagi anggota organisasi,
khususnya bagi anggota baru. Bagaimana pemimpin berperilaku adalah merupakan
kecenderungan para pengikut mereka akan berperilaku.
Paine (1994) menyatakan bahwa “Ethics is as much an organizational as much as a
personal issue”. Etika bukan hanya masalah organisasi tetapi juga berhubungan dengan
masalah personal. Etika pribadi dari para bawahan sering berasal dari persepsi terhadap
patokan etika dari pemimpin.
Patokan etika dalam organisasi mengalir dari para pemimpin dan merembes ke dalam
organisasi. Pemimpin dapat melakukannya dengan mengajari dan melatih bawahannya untuk
membantunya menginternalisasi nilai-nilai yang diinginkan. Masalah yang krusial adalah
bagaimana individu belajar mentransfernya dalam organisasi. Pemimpin dapat
mengkomunikasikan pesannya dengan cara formal dan informal. Supaya hal tersebut
berhasil, pemimpin harus mempunyai nilai-nilai yang kuat, visi dan konsistensi.
Schein (2004) menegaskan bahwa pesan-pesan informal merupakan mekanisme
pengajaran dan pelatihan yang kuat pengaruhnya. Contoh-contoh informal yang dilakukan
pemimpin membuatnya lebih dekat dengan bawahannya.
5. Bagaimana pemimpin menarik, menyeleksi, mempromosikan dan
mengucilkan .
Salah satu cara dimana pemimpin dapat mengubah budaya organisasi dan
menanamkan asumsi-asumsi mereka adalah melalui proses seleksi, mempertahankan dan
mempromosikan orang-orang dalam organisasi. Dalam banyak organisasi, proses penanaman
ini berlangsung halus, karena dijalankan secara tidak sadar (Schein, 2004).
Pendiri dan pemimpin membangun dasar budaya di dalam organisasi dengan menarik
dan mengembangkan nilai-nilai yang mereka inginkan dan menyingkirkan nilai-nilai yang
tidak diinginkan. Kegagalan dalam mengkaitkan proses rekrutmen dengan etika dan moral
bisnis akan mengakibatkan munculnya bencana bagi organisasi. Kriteria rekrutmen dan
promosi didasarkan pada ciri-ciri terbaik yang diinginkan oleh organisasi. Beberapa kriteria
yang dipakai seharusnya memperhatikan pada kepribadian, integritas, gaya dan kompetensi
dari individu yang terlibat. Proses ini harus juga memperhatikan aspek budaya organisasi
dalam proses seleksi dan pemutusan hubungan kerja.
2012 22 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
Melengkapi ide Schein di atas, ada empat hal yang mungkin dapat membantu
meningkatkan kompetensi etis organisasi dalam suatu budaya organisasi :
1. Mempertimbangkan etika dalam seleksi, rekrutmen dan promosi karyawan.
Ketika organisasi mempertimbangkan banyak faktor dalam proses seleksi, rekrutmen
dan promosi karyawan, nilai etika yang kuat harus ada diantara faktorfaktor yang dimaksud.
Ketika bertemu dengan pelanggan, karyawan merefleksikan nilai-nilai oraganisasi yang
diwakilinya. Ketika dianggap bahwa perilaku tidak etis yang kemungkinan dilakukan oleh
karyawan adalah sebuah risiko, pemimpin harus mengelola risiko tersebut seperti halnya
risiko-risiko yang lain dalam bisnis. Membangun nilai-nilai etika yang positif adalah suatu
faktor kesuksesan yang kritis dalam membangun loyalitas dan image pelanggan. Memuaskan
pelanggan membutuhkan kejujuran, integritas, pemenuhan janji, rasa hormat dan tanggung
jawab pribadi. Untuk itu, organisasi perlu mempertimbangkan untuk menggunakan alat
asesmen yang dapat mengukur nilai-nilai etis yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.
2. Membangun lingkungan yang mendukung nilai-nilai etis
Organisasi perlu membuat kode etik organisasi dan semacam ‘statement of
value’untuk membuat lingkungan yang mendukung niali-nilai etis dan bimbingan bagi
karyawan untuk membuat pilihan yang tepat. Hal tersebut harus didistribusikan secara luas ke
seluruh anggota organisasi, sehingga seluruhnya menjadi jelas perilaku apa saja yang tidak
dapat ditolerir dan perilaku mana yang dikembangkan. Di samping standard operating
procedure dibuat dengan rapi, mekanisme reward and punishment juga harus dijalankan
dengan adil.
3. Membangun etika melalui diklat yang berkelanjutan dan pengembangan
kepemimpinan
Karena perilaku etis berkaitan juga dengan proses memilih, adalah penting untuk
pembangunnya melalui pelatihan, pendidikan dan program pengembangan kepemimpinan.
Menjadikan perilaku sesuai dengan etika membutuhkan bimbingan untuk membantu
membuat keputusan, simulasi untuk menerapkan prinsip-prinsip etika ke dalam situasi nyata
dan kesempatan untuk membangun etika dengan
kreatif.
2012 23 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
4. Membuat contoh-contoh
Etika perilaku yang positif dikembangkan melalui tindakan, bukan hanya kata-kata.
Pemimpin menjadi model yang baik untuk mengembangkan perilaku tersebut. Karena sudah
ada pelatihan dan pengembangan etika yang berkelanjutan, mungkin pemimpin tidak perlu
harus menjadi trainer atau pelatih, cukup selalu berperilaku sesuai dengan kode etik dan nilai-
nilai yang sudah ditetapkan dalam organisasi.
Peter Drucker menyimpulkan hal ini dengan mengatakan :
“What executives do, what they believe and value, what they reward and whom, are
watched, seen and minutely interpreted throughout the whole organization. And
nothing is noticed more quickly and considered more significant than a discrepancy
between what executive preach and what they expect their associates to practice.”
Kesimpulan
Pemimpin dewasa ini dihadapkan pada berbagai macam masalah yang berkaitan
dengan bagaimana membawa organisasi untuk mencapai tujuannya. Budaya organisasi
bertindak sebagai salah satu komponen penting dimana pemimpin dapat bekerja untuk
meningkatkan kinerja, membangun etika dan moral organisasi, dan mempertahankan
keungggulan bersaingnya. Seorang pemimpin yang memahami budaya organisasinya dan
menjaganya dengan sangat serius, akan mempunyai kemampuan untuk memperkirakan apa
yang akan dihadapi oleh organisasi di masa datang dan membuat keputusan untuk
mengantisipasi segala konsekuensinya. Tidak ada lagi kegagalan etika dalam proses
pengambilan keputusan pemimpin, sehingga budaya etis dalam organisasi dapat mencegah
matinya etika di dunia bisnis.
Efective leadership and Ethical, Efective Leadership (KEPEMIMPINAN EFEKTIF DAN ETIS)
Pendahuluan “Kepemimpinan”
Kepemimpinan selalu menarik untuk dibahas, mengingat teorinya pun terus
berkembang dan berevolusi, mulai dari kepemimpinan yang dikarenakan sifat-sifat yang telah
2012 24 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
E
dimiliki sejak lahir, gaya-gaya kepemimpinan, dan pembahasan tipe kepemimpinan yang
sesuai dengan situasi-situasi tertentu sampai ke kepemimpinan yang dilihat dari bagaimana
dia berinteraksi dengan orang lain dan mampu membawa pengikutnya menghadapi
perubahan dan berubah (Bolden et al., 2003).
Seorang pemimpin harus mempunyai pengetahuan, keterampilan, dapat menganalisa
informasi secara mendalam untuk mengambil suatu keputusan yang tepat, dia juga harus bisa
melibatkan pihak-pihak yang tepat dalam proses pengambilan keputusan. Seorang pemimpin
yang efektif adalah seseorang yang dapat menciptakan situasi yang menginspirasi para
pengikutnya agar mencapai tujuan yang lebih baik dan lebih tinggi lagi dari keadaan
sekarang. Pada kenyataannya seorang pemimpin yang efektif adalah orang yang mampu
membaca situasi, mengatasi permasalahan, bertanggung-jawab, mau mengembangkan
pengikutnya dan yang terpenting memiliki integritas dan etika yang baik, karena dia harus
memberikan contoh atau bertindak sebagai panutan bagi pengikutnya.
Baik pemimpin yang situasional atau struktural, formal atau informal, mereka sama-
sama selalu dituntut untuk memiliki karakteristik ‘kepemimpinan yang efektif’ yang dapat
membawa organisasinya ke situasi yang lebih baik, mencapai hasil yang diinginkan,
mendahulukan kepentingan organisasi diatas kepentingan pribadinya, selalu dapat menguasai
keadaan bahkan dalam situasi yang terburukpun, dan beragam karakteristik lainnya; atau
sebaliknya bila dia tidak bisa atau dianggap tidak mampu menunjukkan karakteristik
kepemimpinan yang efektif maka organisasinya tidak dapat secara efektif mencapai/menuju
hasil yang diinginkan atau bahkan dia akan digantikan/tergantikan oleh pemimpin yang lain.
TEORI KEPEMIMPINAN
Banyak pemikiran melatarbelakangi teori kepemimpinan, bahkan teori ini masih terus
berkembang sampai sekarang, berikut adalah perkembangannya mulai dari Great Man
Theoriessampai dengan kepemimpinan transformasional menurut Bolden et al. (2003) :
1. Great Man Theories; berdasarkan pemikiran bahwa pemimpin adalah orang-orang yang
luar biasa, lahir dengan kualitas kepemimpinan, ditakdirkan untuk menjadi pemimpin.
2012 25 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
2. Trait Theories; teori ini membuat daftar kata-kata sifat yang menggambarkan kualitas
seorang pemimpin dan kata-kata tersebut terus bertambah, semua bersifat atribut positif.
3. Behaviourist Theories; teori ini lebih fokus pada apa yang dilakukan oleh seorang
pemimpin daripada kualitasnya. Beberapa pola perilaku berbeda diobservasi dan
dikategorikan sebagai ‘tipe kepemimpinan’. Teori ini mendapatkan perhatian yang sangat
besar dari para manajer.
4. Situational Leadership; pendekatan teori ini melihat kepemimpinan sebagai sesuatu yang
spesifik terhadap suatu situasi yang sedang dihadapi. Misalnya ada situasi yang
membutuhkan tipe kepemimpinan otokratik dan ada yang membutuhkan pendekatan
partisipatif. Teori ini juga menyatakan bahwa ada beberapa tipe kepemimpinan yang berbeda
yang dibutuhkan dari setiap level di suatu organisasi yang sama.
5. Contingency Theory; teori ini memperbaiki pendekatan situasional, dan fokus pada
identifikasi variabel-variabel situasional kepemimpinan yang efektif yang diperkirakan paling
tepat atau efektif untuk menghadapi situasi tertentu.
6. Transactional Theory; pendekatan ini menekankan pada pentingnya hubungan antara
pemimpin dan pengikutnya, focus pada keuntungan yang mutual buat kedua belah pihak dan
berasal dari semacam kontrak diantara mereka, dimana pemimpin akan memberikan
penghargaan atau pengakuan atas komitmen atau loyalitas para pengikutnya
7. Transformational Theory; konsep utamanya adalah tentang perubahan dan peran
pemimpin yang menetapkan dan mengarahkan visi dan memastikan bahwa kinerja organisasi
berubah.
Pendekatan traits theories, mengajukan banyak daftar kualitas seorang pemimpin,
berdasarkan penelitian Stogdil, 1974 dalam Bolden et al., 2003; berikut adalah daftar
dari Skills and Traits yang dimiliki oleh kebanyakan pemimpin :
Traits
– Adaptable to situations
– Alert to social environment
– Ambitious and achievement-
Skills
– Clever (intelligent)
– Conceptually skilled
2012 26 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
orientated
– Assertive
– Cooperative
– Decisive
– Dependable
– Dominant (desire to influence others)
– Energetic (high activity level)
– Persistent
– Self-confident
– Tolerant of stress
– Willing to assume responsibility
– Creative
– Diplomatic and tactful
– Fluent in speaking
– Knowledgeable about group
task
– Organised (administrative
ability)
– Persuasive
– Socially skilled
Transformational theory sebagai pendekatan yang paling terakhir berkembang,
dimulai oleh James MacGregor Burns dengan bukunya ‘Leadership’. Menurut Burns,
kepemimpinan transformasional adalah suatu hubungan yang bersifat mutual dan menuju
kearah peningkatan yang bisa merubah pengikut menjadi pemimpin dan dapat merubah
pemimpin menjadi agen moral. Lebih lanjut Burns menyatakan kepemimpinan
transformasional terjadi ketika satu orang atau lebih saling berinteraksi dimana mereka saling
mempengaruhi sehingga baik si pemimpin dan sang pengikut mencapai tingkat motivasi dan
moral yang lebih tinggi.
Pengembangan lebih lanjut oleh Stephen Covey (1992) dalam bukunya ‘Principle-
Centred Leadership’ menyatakan perbedaan antara pemimpin transaksional dan pemimpin
transformasional sebagai berikut:
Kepemimpinan Transaksional
Berdasarkan keinginan untuk menyelesaikan
pekerjaan
Kepemimpinan Transformasional
Berdasarkan kebutuhan seseorang untuk
suatu arti
Dimulai dengan tujuan dan nilai-nilai, moral
2012 27 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
Dimulai dengan kekuatan, posisi dan politik
Berdasarkan kejadian sehari-hari
Pencapaian tujuan jangka pendek dan
orientasi pada data yang nyata
Fokus pada masalah taktis
Mengandalkan hubungan yang baik untuk
interaksi antar sesame
Memenuhi peran yang diharapkan melalui
kerja yang efektif sesuai dengan sistem
Mendukung sistem dan struktur yang
menghasilkan dan memaksimalkan efisiensi
dan menjamin keuntungan dalam jangka
pendek
dan etika
Lebih dari (diatas) kejadian sehari-hari
Pencapaian tujuan jangka panjang tanpa
mengkompromikan nilai-nilai dan prinsip
Fokus pada misi dan strategi
Mengarahkan potensi; identifikasi dan
pengembangan sumber daya
Mendesain dan me-re-desain pekerjaan
supaya menjadi lebih berarti dan menantang
Menyesuaikan struktur dan sistem internal
untuk pencapaian nilai dan tujuan
Covey menyatakan bahwa kedua tipe kepemimpinan diatas dibutuhkan.
Kepemimpinan transaksional diperlukan sebagai model bagi banyak orang dan untuk
organisasi yang stabil dan tidak memerlukan perubahan; sedangkan kepemimpinan
transformasional diperlukan untuk menghadapi dan memfasilitasi perubahan (Bolden et al.,
2003).
Pada 1994, Bass dan avolio menyatakan bahwa pemimpin transformasional
menunjukkan perilaku-perilaku yang berasosiasi dengan 5 gaya transformasi berikut:
Gaya Transformasional Perilaku Pemimpin
1. Perilaku Ideal:
berpegang teguh pada
idealismenya
Menekankan pada nilai dan kepercayaan mereka yang
terpenting
Mempunyai tujuan yang kuat
Menimbang konsekuensi moral dan etika dari
2012 28 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
keputusan-keputusannya
Memimpin hal-hal baru
Membicarakan tentang pentingnya untuk saling
mempercayai
2. Inspirational
Motivation: menginspirasi
orang lain
Optimis akan masa depan
Antusias tentang apa yang harus dicapai
Menggambarkan masa depan
Percaya diri penuh bahwa tujuan akan tercapai
Memberikan bayangan yang menarik tentang apa yang
wajib dipertimbangkan
Menentukan dengan jelas berada diposisi mana bila
menghadapi masalah yang kontroversi
3. Intellectual Stimulation:
stimulating others
Menimbang ketepatan asumsi-asumsi penting
Mencari pandangan yang berbeda untuk penyelesaian
masalah
Meminta semua pihak untuk melihat masalah dari
berbagai sudut pandang
Mengusulkan cara baru untuk penyelesaian masalah
Mendorong pemikiran baru untuk menghadapi masalah
sehari-hari
Mendorong timbulnya ide-ide baru
4. Individualized
Consideration: Coaching and
Development
Banyak menghabiskan waktunya untuk mengajar dan
melatih
Memperlakukan orang lain sebagai individu, bukan
hanya sebagai anggota kelompok
Menyadari bahwa setiap individu mempunyai
2012 29 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
kebutuhan, kemampuan dan aspirasi yang berbeda
Membantu mengembangkan kekuatan/kelebihan orang
lain
Mendengarkan dengan sungguh-sungguh terhadap
kekhawatiran orang lain
Mendukung self development
5. Idealized Attributes;
Respect, trust and faith
Mengembangkan rasa bangga menjadi anggota
kelompok
Meletakkan kepentingan kelompok diatas kepentingan
pribadi
Melakukan tindakan-tindakan yang membangun rasa
hormat orang lain
Menunjukkan kemampuan dan kekuatannya
Mengorbankan kepentingan pribadi untuk orang lain
Meyakinkan orang lain bahwa rintangan dapat diatasi
Kepemimpinan transformasional bersifat proaktif dalam berbagai macam dan caranya
yang unik. Para pemimpin ini berusaha untuk mengoptimasikan pengembangan dan tidak
hanya fokus pada kinerja saja, mereka juga mendorong rekan-rekannya untuk mencapai
prestasi yang lebih tinggi termasuk juga pada peningkatan standar moral dan etika. Melalui
pengembangan rekan-rekannya mereka yakin organisasinya juga akan otomatis berkembang.
KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF
Pengembangan lebih lanjut dari teori kepemimpinan transformasional adalah oleh
Hooper dan Potter (1997) yang mengidentifikasi 7 kompetensi inti dari ‘transcendent
leaders”; yaitu pemimpin yang mampu mengikat dukungan emosi dari para pengikutnya dan
mampu dengan efektif melakukan perubahan yang transenden
2012 30 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
(Bolden et al., 2003) : Menentukan tujuan, Memberikan contoh, Komunikasi,
Melakukan harmonisasi, Mengeluarkan kemampuan terbaik dari pengikutnya, Menjadi agen
perubahan, Memberikan keputusan di saat kritis dan kebingungan.
CIRI-CIRI KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF
Hamlin (2002) dalam Bolden et al,. 2003 mengajukan model generik untuk manajer
dan kepemimpinan yang efektif berdasarkan analisa meta dari perilaku kepemimpinan dan
manajemen di 4 organisasi sector publik di UK; yang dibedakan menjadi indikator-indikator
positif dan negatif:
Indikator Positif:
Kemampuan berorganisasi yang efektif dan manajemen perencanaan/proaktif
Kepemimpinan yang partisipatif dan supportif, kepemimpinan tim yang proaktif
Empowerment dan delegasi
Memperhatikan keadaan anggotanya dan kebutuhan serta perkembangan stafnya
Manajemen pendekatan terbuka dan personal/ pengambilan keputusan bersama.
Berkomunikasi dan berkonsultasi dengan semua pihak / selalu menginformasikan
keadaan ke segala pihak
Indikator Negatif:
Tidak memperhatikan pendapat sekitar / gaya manajemen otokratik yang tidak efektif
Tidak memperhatikan orang lain, tidak melayani, berperilaku mengintimidasi
Mentolerir kinerja yang buruk dan standar yang rendah / mengacuhkan dan
menghindari
Menyerahkan peran dan tanggungjawabnya ke orang lain
Menolak ide-ide baru
Hamlin (2007) mendapatkan hasil yang mirip untuk kepemimpinan yang efektif;
berdasarkan risetnya di Inggris terhadap manajer-manajer di 4 organisasi sektor
publik
Perilaku Positif / Efektif Perilaku Negatif / Tidak Efektif
Melakukan rapat regular yang efektif untuk
penentuan target, tujuan, pembagian tugas
Tidak menunjukkan komitmen dan perhatian
terhadap orang lain atau menghargai
2012 31 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
dan penilaian kinerja
Menghadapi permasalahan
Mendorong orang lain untuk bertindak atas
inisiatifnya masing-masing
Mengakui kerja keras dan komitmen orang
lain
Menggunakan informasi, pengetahuan dan
pengalaman secara efektif untuk
pengambilan keputusan
Manajemen perencanaan proyek yang efektif
Mencari cara peningkatan berkelanjutan
diatas segala permasalahan/hambatan
Selalu siap menghadapi permasalahan yang
sulit atau sensitif
Menunjukkan semangat dan antusiasme
yang tinggi
Memberikan tanggung jawab terhadap
anggota tetapi tetap akuntabel
Gaya komunikasi yang langsung, terbuka,
jujur
Melatih dan mengembangkan anggotanya
sesuai dengan pengalamannya
Menunjukkan perilaku yang patut dicontoh
Mempertimbangkan akibat sebelum
bertindak
sumbangsih kerja mereka
Tidak melibatkan orang lain dalam
pengambilan keputusan
Tidak bertanggung jawab, merasa memiliki
atau akuntabel
Reaktif, fokus pada hal kecil bukan pada
keseluruhan permasalahan
Membatalkan atau mengatur ulang rapat
pada saat-saat terakhir
Bersikap emosional, irasional dan
temperamental
Komunikasi yang tidak jelas atau
membingungkan
Tidak berkomunikasi atau menguasai
perubahan secara efektif
Gagal mencapai persetujuan atau
mengklarifikasi harapan
Menunjukkan keengganan untuk berhadapan
dengan konflik
Menunjukkan ketidakterbukaan dan fokus
pada halangan-halangan
Membiarkan standar dan kinerja yang
rendah
Persiapan atau perencanaan yang kurang
2012 32 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
Seberapa penting etika bisnis untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif Menurut
American Management Association itu adalah karakteristik penting dari pemimpin efektif
hari ini. Dalam sebuah survei terhadap eksekutif yang diminta Apa karakteristik yang
diperlukan untuk menjadi pemimpin yang efektif hari ini peringkat perilaku etis sebagai
karakteristik yang penting diikuti oleh penghakiman suara dan menjadi beradaptasi / fleksibel
.
Etika bisnis yang kuat merupakan pilar perencanaan strategis saya dan berpikir
strategis upaya pembinaan bisnis masing-masing dan setiap hari. Klien didorong untuk
mengembangkan seperangkat nilai-nilai inti dan prinsip-prinsip dan mempublikasikan
mereka untuk klien mereka dan stakeholder untuk mengetahui bahwa ini adalah cara mereka
melakukan bisnis. Dan selanjutnya klien terus-menerus diingatkan untuk memastikan nilai-
nilai inti ditunjukkan dalam semua yang mereka lakukan.
Contoh perilaku yang tidak etis berlimpah dalam cerita bisnis di seluruh dunia. Dan
individu menyaksikan beberapa bentuk perilaku tidak etis di tempat kerja mereka setiap hari.
Perilaku tidak etis di mana orang sengaja berniat untuk menyakiti dirinya sendiri atau orang
lain berkembang dari dan diperkuat oleh negara merusak pikiran termasuk rasa takut marah
keserakahan dan iri. Dalam kontrak perilaku etis meningkatkan kesejahteraan semua orang
karena ids dikembangkan dari dan diperkuat oleh motif yang kuat dan emosi seperti cinta
kemurahan hati sukacita dan kasih sayang.
Kita perlu mengajukan pertanyaan-pertanyaan Bagaimana etis rentan adalah
perusahaan kami atau organisasi Apa nilai-nilai inti dan prinsip-prinsip perusahaan kami atau
organisasi Apakah kita berkomitmen untuk hidup dan menunjukkan nilai-nilai inti kami di
segala sesuatu yang kita lakukan Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini akan menentukan
keadaan etika dalam bisnis kami.
Kepemimpinan dalam bisnis harus menetapkan standar dan berjalan pembicaraan
ketika tiba saatnya untuk perilaku etis. Tidak akan ada kompromi etika. Tidak mungkin ada
pengabaian etika. Seorang pemimpin harus senantiasa menjaga tindakannya tercela. Jika para
pemimpin berkomitmen untuk standar yang tinggi tidak akan ada lebih Enron WorldCom
Tyco Adelphia dan kebocoran etis.
2012 33 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
Mengetahui apa yang benar sangat penting untuk etika pribadi dan bisnis. Melakukan
apa yang benar-benar penting untuk etika pribadi dan bisnis. Sebuah komitmen yang teguh
kuat terhadap nilai-nilai inti dan prinsip-prinsip bisnis atau organisasi akan mengarah pada
keputusan etis yang tepat dan tindakan. Dengan tidak adanya tindakan ini semua orang yang
memiliki niat baik dan itu saja tidak cukup untuk kepemimpinan.
Etika bisnis adalah bisnis setiap orang di setiap hari yang meliputi orang-orang dan
tindakan mereka. Maka etika bisnis termasuk semua manajer dan hubungan bisnis mereka
dan juga tindakan-tindakan mereka. Tindakan-tindakan manajerial mereka selalu mempunyai
dimensi etika. Yang pertama adalah, manajer tidak dapat bekerja dengan ekonomi murni
tanpa menyentuh kehidupan manusia. Artinya adalah bahwa seorang manajer tidak dapat
bekerja sendiri tanpa bantuan dari anak buahnya.
Pekerjaan seorang manajer menjadi ringan dan cepat selesai apabila Ia diperbantukan
oleh orang-orang yang berkompeten di bidangnya. Lalu apakah dibantu saja sudah cukup?
Tentu tidak! Mereka semua tergabung dalam sebuah tim. Dalam bisnis, untuk mencapai suatu
keberhasilan, maka tim tersebut harus dapat bekerja dengan baik sehingga dapat nantinya
dapat mencapai keberhasilan yang efektif dan efesien. Nah, di sinilah dibutuhkannya
kepemimpinan.
Kepemimpinan yang baik dalam bisnis adalah kepemimpinan yang beretika. Etika
adalah ilmu normative penuntun manusia, yang memberi perintah bagi kita apa yang harus
kita kerjakan dalam batas-batas sebagai manusia. Itu menunjukkan kita dengan siapa dan apa
yang sebaiknya dilakukan. Maka etika diarahkan menuju perkembangan manusida dan
mengarahkan kita menuju aktualisasi kapasitas terbaik bagi kita.
Kita terikat dalam etika bisnis setiap kali memanggil seseorang atau pemimpin
manusia secara moral baik atau buruk, benar atau salah, adil atau tidak adil. Kita semua
mempunyai pandangan dengan nilai dan standar untuk dasar kita mengevaluasi kinerje dan
tindakan bisnis. Tipe manajer yang sukses adalah memiliki pengaruh intelegensi dalam
memimpin, harus dapat selalu menentukan rencana guna mencapai tujuan. Manajar harus
dapat menggunakan kepandaiannya untuk menghadapi segala masalah dengan bijaksana.
2012 34 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
Filosofi hidup dan gaya kepemimpinan manajerial berdasarkan pada pandangan yang
pesimis atau optimis terhadap orang lain. Melihat kembali ke manajer aktualisasi diri, yang
memandang orang lain secara optimis.Manajer mempengaruhi orang lain dalam hal bekerja
mencapai tujuan perusahaan. Cara-cara mereka mendominasi dan mempengaruhi aktivitas
orang lain secara langsung. Gaya kepemimpinan manajer dan aplikasinya adalah ekspresi
eksternal dari karakter dan jenis moral pribadinya.
Formula kepemimpinan yang baik adalah memiliki integritas, kemitraan dan
penegasan. Integritas diperoleh dari dari respek dan kepercayaan. Kemitraan adalah
mengumpulkan potensi-potensi yang ada dari anggota tim. Penegasan berarti menjadikan
orang lain mengerti dan mengetahui apa yang dilakukannya adalah penting dan orang-orang
itu juga merasa dihargai.
Sebuah tim yang berkinerja tinggi tidak boleh menjadi lambat hanya karena ada yang
gagal dalam menjalankan komitmennya. Anggota tim yang tidak memiliki komitmen berarti
tidak respek pada tim dan anggota lainnya. Kepemimpinan menjadi efektif apabila semuanya
dimulai dari self-leadership setiap anggotanya. Dalam artian, tim itu menjadi kuat, bila
masing-masing pribadi dari anggotanya memang berkomitmen untuk selalu respek dan
loyalitas terhadap kemajuan timnya.
Kepimpinan bersifat dua arah. Di mana kepimpinan bukanlah merupakan apa yang
anda lakukan terhadap orang lain, melainkan apa yang anda lakukan bersama orang lain.
Dalam tim, kita tidak bekerja sendiri. Masing-masing anggota mengemban tugas masing-
masing dan mereka bekerja mandiri namun masih bergantung dan berkesinambungan satu
sama lainnya. Dalam tim dibutuhkan kerjasama dan kekompakan yang akan menjadikan tim
tersebut kuat dan solid.
Dalam sebuah tim, sangat dibutuhkan kepercayaan. Kepercayaan berarti membiarkan
orang lain melakukan apa yang menjadi tugas dan wewenangnya serta bertindak secara sama
tetapi masih di dalam batas kewajaran. Misalnya anggota diberi kepercayaan memiliki hak
dan kewajiban bekerja memakai computer, bukan berarti bila sang pemimpin tim tidak
berada di tempat, lalu anggota tim itu bisa dengan leluasa bermain game atau internet.
2012 35 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
Begitu juga dengan pemimpin, pemimpin bukan berarti bebas lepas melakukan
apapun jua yang Ia sukai. Pemimpin juga harus selalu menghormati peraturan yang telah
ditetapkan bersama. Kepercayaan terjadi apabila nilai dan tingkah laku bertemu. Orang-orang
akan semakin menaruh respek dan kepercayaan kepada pemimpin, apabila apa yang
diucapkan sang pemimpin sama dengan apa yang dilakukannya, KONSISTEN atau tidak
NATO (No Action, Talk Only).
Kunci kepemimpinan yang efektif terletak pada hubungan yang dibentuk bersama
anggota tim lainnya. Kepimpinan dimulai dari diadakannya rapat pembentukan. Apa yang
hendak dicapai? Dengan siapa pemimpin akan bekerja? Pemimpin juga harus selalu
melakukan dialog bersama anggotanya, meminta saran dan masukan dan juga tak segan-
segan menegur bila anggotanya ada yang melakukan kesalahan.
Pemimpin pun harus mampu legawa menerima kritikan dari bawahan sebagai
cambukan agar bekerja lebih baik di kemudian hari. Formula rahasia yang kedua ini berakar
dari berbagai informasi. Membagikan gambaran besar akan menjadikan setiap orang berada
di halaman yang sama. Selain itu, waktu untuk berdiskusi secara satu per satu akan
menambah kualitas kemitraan itu sendiri.
Hubungan menjadi lebih dekat (dalam batas wajar), menjalankan tugas terasa lebih
ringan apabila dikerjakan secara bersama-sama dan saling percaya. Bukankah mendaki terasa
lebih gampang apabila dilakukan bersama-sama? Sapu lidi pun tak dapat membersihkan
kotoran bila tidak digengam semuanya.
Selain itu, pemimpin juga diharapkan memberikan pujian, bila hasil kerja anggota
timnya memang bagus. Pemimpin jangan terlalu gengsi atau menjaga jarak. Karena pujian
juga merupakan hal yang sangat penting dalam kepemimpinan. Pujian yang efektif apabila
diberikan secara spesifik, tulus dan dengan cepat setelah kejadian yang layak beroleh pujian
terjadi. Pujian merupakan jalan terbaik bagi seseorang untuk mengetahui kalau karyanya
diakui, sehingga Ia akan semakin berkeinginan untuk lebih maju lagi dalam berkarya.
Setiap orang memiliki tenaga untuk memberikan pujian. Ada kalanya kita menjumpai
pekerja yang kinerjanya kurang baik. namun kita juga harus mengakui kalau si pekerja masih
memiliki kemampuan dan kesempatan untuk bekerja lebih baik lagi di masa datang. Orang-
2012 36 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
orang akan berpikir untuk dirinya sendiri apabila seorang pemimpin berhenti berpikir untuk
mereka. Kepemimpinan pada dasarnya adalah bagaimana membawa orang-orang menuju ke
tempat yang seharusnya. Pencapaian yang tertinggi dari seorang pemimpin adalah saat
mereka memperoleh respek dan kepercayaan.
Pemimpin yang baik juga harus dapat menilai, mengembangkan dan mempertahankan
kemampuan kepemimpinan pribadi sepanjang waktu. Dapat menginspirasi dan memotivasi
orang lain (atau bawahannya). Menumbuhkan kepemimpinan yang disegani dalam tim dan
organisasi atau perusahaan. Meningkatkan resonance (kewibawaan) untuk dapat selalu
mendorong kinerja bawahan.
Aspek yang sangat penting daripada seorang pemimpin adalah Emotional Intelligence
nya. Di mana peran kecerdasan emosi sangat penting dalam kepemimpinan. Emosi pemimpin
itu dapat menular ke seluruh organisasi. Bila seorang pemimpin selalu memancarkan energi
dan antusiasme dalam bekerja, maka kinerja organisasi atau perusahaan pun akan meningkat.
Tidak pernah pantang menyerah, maka semua anggota tim akan begitu. Namun bila seorang
pemimpn memancarkan negativitas dan ketidak nyamanan, maka kinerja organisasi akan
merosot.
Pemimpin yang baik juga harus menyiratkan bahwa Ia adalah seorang pembimbing,
demokratis dan penentu kecepatan dalam bekerja. Dalam membuat suatu keputusan,
pemimpin sekiranya jangan plin-plan atau tidak pasti. Karena hal ini dapat memberikan
dampak buruk bagi emosi bawahannya. Di mana bawahan akan merasa bahwa pemimpinnya
tidak bijaksana. Sehingga mereka pun akan sering plin-plan dalam bertindak. Padahal kita
ketahui bersama pengambilan keputusan sangat penting dalam kegiatan manajerial.
Pemimpin yang baik adalah seorang cakap dalam bernegosiasi dalam perundingan,
dan piawai saat berhadapan dengan siasat lawan. Pemimpin yang baik juga harus selalu dapat
menjadi teladan dan contoh tertinggi bagi anggotanya dalam hal keberanian, pengorbanan
dan pengendalian diri. Serta seseorang yang cerdas dalam menyusun strategi. Mengingat
bahwa kepimpinan sangat berhubungan erat dengan strategi.
Seperti dalam berperang, tentu maju dengan strategi perang yang mantap dulu barulah
berangkat. Begitu pula dengan para pemimpin dalam bisnis atau manajer. Strategi dapat
ditentukan dari berbagai sudut pandang. Strategi yang baik juga mengandung nilai-nilai yang
2012 37 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
dapat membawa tim menuju keberhasilan, strategi yang baik juga dapat mengembangan hasil
dari kinerja tim.
Namun seorang pemimpin jangan hanya bisa membuat strategi, namun Ia harus berani
melaksanakan strategi itu, walaupun untuk pencapaiannya harus melewati berbagai risiko.
Namun perlu diingat pula bahwa seorang pemimpin yang baik tidak akan menempatkan
anggotanya pada risiko yang sangat fatal. Karena sebagai seorang pemimpin, Ia harus selalu
menjaga keutuhan dari timnya.
2012 38 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
Daftar PustakaSchein, Edgaar H. 1985 Organizational Culture and Leadership. Jossey-Bass,Inc.Koentjoroningrat.1994. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta : Gramedia.Denison, Daniel R.1990. Corporate Culture and Organizational Effectiveness. NY. John Willey & Sons.Edgar H Schein,. “Organizational Culture & Leadership”.
(http://www.tnellen.com/ted/tc/schein.html) MIT Sloan Management Review.
Fred Luthan. 1995. Organizational Behavior. Singapore: McGraw-Hill,Inc.
John P. Kotter. & James L. Heskett, 1998. Corporate Culture and Performance. (terj
Benyamin Molan). Jakarta: PT Prehalindo.
Riyanto (2008), bahan materi kuliah perubahan dan budaya organisasi
Sudrajat Akhmad,.files.wordpress.com/2007/06/budaya-organisasi-disekolah.doc Sofian
Effendi .2005 “Lokakarya Nasional Reformasi Birokrasi Menteri Negara PAN
(http://sofian.staff.ugm.ac.id/#publications)
Sofa, 2008 “ Perilaku dan Budaya Organisasi ” http://massofa.wordpress.com/2008/12/02)
Taliziduhu Ndraha. 1997. Budaya Organisasi. Jakarta : PT Rineka Cipta
Baum, H. (2004). The transparent leader. New York: HarperCollins Publishers, Inc.
Boatman, S. (2005). Ethical leadership: Doing what's right. Diunduh Agustus 2012 dari
alumni.berkeley.edu/Students/Leadership/Online_LRC/Being_a_Leader/Ethics_i
n_Leadership.asp
Burns, J. M. (1978). Leadership. New York: Harper and Row.
Ciulla, J. B. (1995). Leadership ethics: Mapping the territory. Business Ethics Quarterly,
5, 5-24.
Deal, T. E. (1999). The New corporate culture. New York : Peruses.
Greenleaf, R. K. (1977). Servant leadership: A journey into the nature of legitimate
power and greatness. Mahwa, NJ: Paulist Press.
Heifetz, R. A. (1994). Leadership without easy answers. Cambridge, MA: Harvard
University Press.
Hunt, S. D. & Vitell, S. J. (1986). The general theory of marketing ethics. Journal of
Macromarketing, 6, 5-16
Key, S. (1999). Organizational ethical culture : Real or imagined. Journal of Business
Ethics, 20, 3, 217:225
Paine, L. S. (1994). Managing organizational integrity. Harvard Business Review,
2012 39 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id
72(2),106-117.
Robbins, S. P. (1993). Organizational Behavior. New Jersey : Prentice-Hall
Schein, E. H. (2004). Organizational Culture and Leadership. San Francisco :
Jossey- Bass.
Schein, E. (1999). The Corporate Culture Survival Guide. San Francisco: Jossey-Bass.
Sims, R. R. (1992). Linking groupthink to unethical behavior in organizations. Journal of
Business Ethics, 11, 651-662
Trevino, L. K. Butterfield, K. D. & McCabe, D. L. (1995). Contextual influences on
ethicsrelated
outcomes in organizations : Rethinking ethical climate and ethical culture.
Annual Academy of Management Meeting.
Prosiding Seminar Nasional
Peran Budaya Organisasi Terhadap Efektivitas dan Efisiensi Organisasi
144
Trevino, L. K. (1986). Ethical decision making in organizations : A Person-situation
interactionist model. Academy of Management Review 11, 601-617
Bolden, R., Gosling, J., Marturano, A. and Dennison, P. 2003. A Review of Leadership Theory and Competency Frameworks. Centre for Leadership Studies, University of Exeter. UK.
Hamlin, R. 2007. Developing effective leadership behaviours: the value of evidence based management. Business Leadership Review IV:IV October 2007, UK
Kirana, Andi, ”Etika Manajemen”, Penerbit Andi, Yogyakarta, 1997.
Cheok San Lam, Eleanor R.E. O’Higgins, (2012) “Enhancing employee outcomes: The interrelated influences of managers’ emotional intelligence and leadership style”, Leadership & Organization Development Journal, Vol. 33 Iss: 2, pp.149 – 174
2012 40 Business Ethic and Good
Governance Pusat Bahan Ajar dan eLearningCecep Winata http://www.mercubuana.ac.id