pembahasan asam salisilat
TRANSCRIPT
A. Hasil Pengamatan
1. Penentuan Normalitas Larutan Baku NaOH
Normalitas larutan baku Asam Oksalat : 0,1 N
Indikator : Phenolpthalein (PP)
Perubahan warna yang terjadi saat titik akhir titrasi: dari bening menjadi
merah muda
Data volume titrasi:
Pengulangan Volume titrat (Asam
Oksalat)
Volume titran
(NaOH)
I 10 mL 10 mL
II 10 mL 10 mL
III 10 mL 10 mL
2. Penentuan Normalitas Larutan Baku HCl
Normalitas larutan baku NaOH : 0,1 N
Indikator : Phenolphtalein (PP)
Perubahan warna yang terjadi saat titik akhir titrasi: dari merah muda
menjadi jernih
Data volume titrasi:
Pengulangan Volume titrat
(NaOH)
Volume titran (HCl)
I 10 mL 8,2 mL
II 10 mL 8,2 mL
III 10 mL 8,2 mL
3. Penetapan kadar Sampel (Asam Salisilat)
a. Titrasi langsung
Indikator : Phenolphthalein (PP)
Perubahan warna yang terjadi saat titik akhir titrasi : dari bening
menjadi merah muda.
Data volume titrasi
Pengulangan Volume titrat (Asam
Salisilat dalam Air)
Volume titran
(NaOH)
I 10 mL 3,75 mL
II 10 ml 3,90 mL
b. Titrasi Balik
Indikator : Phenolphthalein (PP)
Perubahan warna yang terjadi saat titik akhir titrasi : dari merah
muda menjadi bening
Data volume titrasi
Pengulangan Volume titrat (Asam
Salisilat yang dilarutkan
dalam NaOH)
Volume titran (HCl)
I 30 mL 12,5 mL
II 30 mL 12,6 mL
Gambar Penentuan Kadar Asam Salisilat
No Pengujian Gambar Keterangan
1 Penentuan
normalitas
larutan baku
NaOH
Sebelum titrasi Setelah titrasi
Setelah dititrasi,
larutan asam Oksalat
yang telah ditetesi
indicator PP berubah
warna dari bening
menjadi merah muda.
2 Penentuan
normalitas
larutan baku
HCl
Sebelum titrasi Setelah titrasi
Setelah dititrasi,
larutan NaOH yang
telah ditetesi indicator
PP berubah warna dari
merah muda menjadi
bening
3 Penetapan
kadar Sampel
Asam Salisilat
(Titrasi
Langsung)
Sebelum titrasi Setelah titrasi
Sampel asam salisilat
yang telah dilarutkan
dengan etanol setelah
dititrasi dengan NaOH
dengan penambahan
indicator PP berubah
warna dari bening
menjadi merah muda.
4 Penetapan
kadar Sampel
Asam Salisilat
(Titrasi
Langsung)
Sebelum titrasi Setelah titrasi
Sampel asam salisilat
yang telah dilarutkan
dengan ethanol,
ditambahkan NaOH
secara berlebih (20
ml) dan dititrasi
dengan HCl dengan
penambahan indicator
PP, mengalami
perubahan warna dari
merah muda menjadi
bening.
B. Perhitungan
1. Penentuan Normalitas Larutan Baku NaOH
Volume Titrasi Rata-rata =
=
=
= 10 mL
Dik : V1 = 10 mL
N1 = 0,1 N
V2 = 10 mL
Dit : N2 = ….?
Jawab :
V1 x N1 = V2 x N2
10 mL x 0,1 N = 10 mL x N2
N2 =
= 0,1 N
2. Penentuan Normalitas Larutan Baku HCl
Volume Titrasi Rata-rata =
=
=
= 8,2 mL
Dik : V1 = 10 mL
N1 = 0,1 N
V2 = 8,2 mL
Dit : N2 = ….?
Jawab :
V1 x N1 = V2 x N2
10 mL x 0,1 N = 8,2 mL x N2
N2 =
= 0,12 N
3. Penetapan kadar Sampel (Asam Salisilat)
a. Titrasi Langsung
Volume Titrasi Rata-rata =
=
=
= 3,83 mL
b. Titrasi Balik
Volume Titrasi Rata-rata =
=
=
= 12,55 mL
C. Pembahasan
Asam salisilat (asam ortohidroksibenzoat) merupakan asam yang bersifat
iritan lokal, yang dapat digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan
yang digunakan sebagai obat luar, yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam
salisilat dan ester salisilat dari asam organik. Di samping itu digunakan pula
garam salisilat. Asam salisilat dapat digunakan untuk efek keratolitik yaitu
akan mengurangi ketebalan interseluler dalam selaput tanduk dengan cara
melarutkan semen interseluler dan menyebabkan desintegrasi dan
pengelupasana kulit. Asam organis ini berkhasiat fungisit terhadap banyak
fungi pada konsentrasi 3-6% dalam salep. Salisilat sering digunakan untuk
mengobati segala keluhan ringan dan tidak berarti sehingga banyak terjadi
penyalahgunaan obat bebas ini. Pemakaian asam salisilat secara topikal pada
konsetrasi tinggi juga sering mengakibatkan iritasi lokal, peradangan akut,
bahkan ulserasi. Keracunan salisilat yang berat dapat menyebabkan kematian,
tetapi umumnya keracunan salisilat bersifat ringan.
Penentuan kadar asam salisilat dalam suatu sampel dapat dilakukan
dengan menggunakan metode titrasi asam basa. Reaksi asam basa digunakan
untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau basa. Reaksi asam basa
biasanya dilakukan dengan meneteskan larutan basa yang konsentrasinya sudah
diketahui ke dalam larutan asam yang konsentrasinya belum diketahui atau
dengan cara sebaliknya, metode ini disebut dengan analisis volumetric. Proses
penetesan tersebut dilakukan sampai larutan asam dan basa tepat habis bereaksi
atau mencapai titik ekivalen yang ditandai dengan perubahan warna oleh
larutan standarnya dengan indikatornya.
Pada praktikum penentuan kadar asam salisilat dalam sampel, hal yang
pertama dilakukan adalah pembuatan larutan baku Asam Oksalat 0,1 N yang
akan digunakan sebagai titran pada standarisasi larutan baku NaOH.
Pembuatan larutan baku NaOH 0,1 N yang akan digunakan sebagai titrat pada
titrasi langsung dalam pengujian kadar asam salisilat dalam sampel. Pembuatan
larutan baku HCl 0,1 N yang akan digunakan sebagai titrat pada titrasi balik
dalam pengujian kadar asam salisilat dalam sampel. Untuk membuat 500 ml
asam okasalat 0,1 N diperlukan 3,15 gram asam oksalat dihidrat. Untuk
membuat 500 ml NaOH 0,1 N diperlukan 2 gram NaOH. Dan untuk membuat
500 ml HCl 0,1 N diperlukan 5 ml larutan HCl 37%.
Indicator yang digunakan dalam titrasi asam basa ini adalah indicator
Phenolphtalein (PP). indicator adalah zat yang digunakan untuk menunjukkan
titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi adalah suatu keadaan dimana titrasi harus
dihentikan tepat saat terjadi perubahan warna indicator. Phenolphtaein adalah
indicator yang mempunyai trayek pH 8,0-9,6 sehingga perubahan warna yang
terjadi pada indicator adalah dari bening menjadi merah muda.
Sebelum larutan baku ini digunakan untuk analisis, larutan ini harus
distandarisasi terhadap larutan NaOH dan larutan HCl terlebih dahulu untuk
menentukan kadar atau normalitas sebenarnya dari larutan yang telah dibuat.
Dari hasil standarisasi yang telah dilakukan didapatkan normalitas NaOH
adalah 0,1 N. sedangkan normalitas HCl adalah 0,12 N. Normalitas HCl yang
dibuat tidak tepat 0,1 N karena terjadi kesalahan pada perhitungan penentuan
volume HCl 37% yang harus dipipet. Perhitungan yang dilakukan tidak
memperhitungkan massa jenis HCl. Sehingga hasilnya akan berbeda apabila
massa jenis HCl diperhitungkan. Volume larutan HCl 37% sebenarnya yang
harus dipipet aapabila memperhitungkan massa jenis ditentukan dengan rumus
berikut ini: