pemanfaatan senyawa semiochemical sebafai teknik pengendalian hama yang aman dan ramah lingkungan ...

23
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI INOVASI PRODUKSI PERTANIAN Acara : Pemanfaatan Senyawa Semiochemical Sebafai Teknik Pengendalian Hama Yang Aman Dan Ramah Lingkungan (Aplikasi Senyawa Metil Eugenol Untuk Mengendalikan Lalat Buah) Tanggal : 30 September 2015 Tempat : Patrang-Jember Tujuan : 1. Untuk mengetahui efektifitas senyawa-senyawa semiochemical ex: metil eugenol (petrogenol) dalam menarik lalat buah. 2. Untuk memonitoring populasi hama lalat buah pada beberapa tanaman buah disekitar kampus. Nama : Dini Regita Pangestu NIM: 131510501010 Kel/Gol : 2/A

Upload: dini-regita-pangestu

Post on 04-Dec-2015

310 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

Fakultas Pertanian Universitas Jember/ Agroteknologi

TRANSCRIPT

Page 1: Pemanfaatan Senyawa Semiochemical Sebafai Teknik   Pengendalian Hama Yang Aman Dan Ramah Lingkungan   (Aplikasi Senyawa Metil Eugenol Untuk Mengendalikan Lalat   Buah)

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI INOVASI PRODUKSI PERTANIAN

Acara : Pemanfaatan Senyawa Semiochemical Sebafai Teknik Pengendalian Hama Yang Aman Dan Ramah Lingkungan (Aplikasi Senyawa Metil Eugenol Untuk Mengendalikan Lalat Buah)

Tanggal : 30 September 2015

Tempat : Patrang-Jember

Tujuan : 1. Untuk mengetahui efektifitas senyawa-senyawa semiochemical ex: metil eugenol (petrogenol) dalam menarik lalat buah. 2. Untuk memonitoring populasi hama lalat buah pada beberapa tanaman buah disekitar kampus.

Nama : Dini Regita Pangestu NIM : 131510501010Kel/Gol : 2/A

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 2: Pemanfaatan Senyawa Semiochemical Sebafai Teknik   Pengendalian Hama Yang Aman Dan Ramah Lingkungan   (Aplikasi Senyawa Metil Eugenol Untuk Mengendalikan Lalat   Buah)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknologi yang sampai saat ini sering dipakai untuk pengendalian hama

adalah pemakaian pestisida. Hal tersebut semakin mendominasi cara pengendalian

terhadap organisme pengganguan tanaman (OPT). Pestisida merupakan salah satu

alat yang mempunyai pengaruh kuratif dan bekerja cepat, sehingga dapat

digunakan dalam keadaan darurat dalam mengatasi masalah organisme

pengganggu ketika populasi telah mencapai ambang kendali. Selebihnya dalam

penggunaan dilapang dapat dilakukan sendiri oleh petani tanpa harus

membutuhkan penanganan tenaga ahli.

Penggunaan pestisida untuk mengendalikan hama yang tidak berdasarkan

pada pansangan ekologis dapat menimbulkan pengaruh sampingan atau dampak

negatif yang tidak diingginkan. Dampak tersebut ridak hanya berpengaruh

terhadap hama sasaran, tetapi juga berpengaruh terhadap ekosistem setempat.

Dampak negatif tersebut adalah 1) timbul resistensi hama, 2) peledakan hama

kedua, 3) pengaruh negatif terhadap organisme bukan sasaran (musuh alami,

pollinator, burung, dan ikan), 4) residu dalam makanan, 5) pengaruh langsung

terhadap pengguna, 6) polusi pada air tanah. Pengurangan ketergantungan

terhadap pestisida berdasarkan ambang kendali, penggunaan semiochemical

seperti feromon, pemanfaatan musuh alami, dan pengendalian secara kultur teknis

(Patty, 2012).

Senyawa semiochemical merupakan senyawa kimia yang digunakan

serangga sebagai alat komunikasi antar individu. Salah satu senyawa yang

diterapkan adalahatraktan metil eugenol sebagai perangkap untuk lalat buah. Cara

ini dapat dikatakan efektif karena dapat mengurangi kerusakan buah di lapangan

namun tetap ramah lingkungan (Rahmawati, 2013). Senyawa ini disintesis

disintesis dilaboratorium dengan meniru struktur kimia senyawa yang ada di alam

dengan beberapa perubahan untuk meningkatkan efikasinya. Feromon merupakan

hormon yang dikeluarkan oleh serangga dan berfungsi sebagai alat komunikasi

dengan sesamanya. Ada beberapa kelompok semiokimia, diantaranya feromon

Page 3: Pemanfaatan Senyawa Semiochemical Sebafai Teknik   Pengendalian Hama Yang Aman Dan Ramah Lingkungan   (Aplikasi Senyawa Metil Eugenol Untuk Mengendalikan Lalat   Buah)

jejak, feromon tanda bahaya dan feromon seks (Djojosumarto, 2008). Feromon

jejak (Feromon agregasi) merupakan feromon yang diproduksi oleh salah satu

serangga jantan atau betina yang membawa mereka bertemu atau berasama dalam

proses makan atau reproduksi. Feromon tanda bahaya (Feromon alarm) adalah

feromon yang diprosuksi oleh serangga untuk menolak atau menyingkirkan

serangga lain. Senyawa ini umumnya dilepaskan oleh individu serangga ketika dia

diserang. Feromon sex adalah feromon yang diproduksi oleh betina untuk menarik

pejantan dengan tujuan mating (Purnomo, 2010).

Metil Eugenol yang digunakan mengandung Petrogenol 1 ml/l merupakan

senyawa pemikat serangga terutama lalat buah. Zat ini bersifat mudah menguap

dan melepaskan aroma wangi (seperti bau cengkeh). Metil eugenol dapat

diperoleh dipasaran dengan harga terjangkau dan pemakaiannya cukup mudah

(Patty, 2012). Selain menggunakan petrogenol, praktikum kali ini juga

menggunakan jambu biji (Psidium guajava L.). Penggunaan jambu biji ini

dikarenakan jambu biji banyak dan mudah ditemukan di daerah tropis. Jambu biji

juga menjadi inang dari lalat buah sehingga pernah menyebabkan kerusakan

sebesar 37,31 ton pada tahun 2008 (BPTP, 2008). Menurut Rahmawati (2013)

jambu biji 0,365% minyak atsiri yang merupakan salah satu komponen dari

petrogenol. Oleh karena itu, praktikum kali ini salah satu bahannya menggunakan

jambu biji untuk teknik pengendalian hama yang aman dan ramah lingkungan.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui efektifitas senyawa-senyawa semiochemical ex: metil

eugenol (petrogenol) dalam menarik lalat buah.

2. Untuk memonitoring populasi hama lalat buah pada beberapa tanaman buah

disekitar kampus.

Page 4: Pemanfaatan Senyawa Semiochemical Sebafai Teknik   Pengendalian Hama Yang Aman Dan Ramah Lingkungan   (Aplikasi Senyawa Metil Eugenol Untuk Mengendalikan Lalat   Buah)

BAB 2. METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan praktikum Teknologi Inovasi Produksi Pertanian acara 1, yaitu

tentang Pemanfaatan Senyawa Semiochemical Sebagai Teknik Pengendalian

Hama Yang Aman Dan Ramah Lingkungan (Aplikasi Senyawa Metil Eugenol

Untuk Mengendalikan Lalat Buah) dilaksanakan pada hari Rabu, 30 September

2015 bertempat di Baratan-Patrang, Jember.

2.2 Alat dan Bahan

2.2.1 Alat

1. Tali Rafia

2. Botol Air Mineral Bekas (ukuran 1500 ml).

2.2.2 Bahan

1. Senyawa Methyl Eugenol (merek Petrogenol)

2. Kapas

2. Tanaman Pepaya (yang sedang berbuah)

2.3 Cara Kerja

1. Mahasiswa membentuk kelompok yang terdiri dari 5-10 mahasiswa

2. Membawa botol mineral bekas ukuran 1500 ml, untuk setiap kelompok

3. Membuat alat perangkap lalat buah yang terbuat dari botol air mineral.

Perangkap dibuat dengan cara memotong bagian ujung botol kemudian

dimasukkan dengan posisi terbalik. Botol kemudian diberi lubang sebagai

tempat untuk melepaskan bau methyl eugenol. Botol kemudian diberi kapas

yang digantung pada botol untuk meneteskan senyawa methyl eugenol.

4. Memberi senyawa methyl eugenol pada perangkap yang sudah siap dengan

cara meneteskan pada kapas.

5. Meletakkan pada pohon buah pepaya untuk perangkap yang sudah

mengandung senyawa tersebut.

Page 5: Pemanfaatan Senyawa Semiochemical Sebafai Teknik   Pengendalian Hama Yang Aman Dan Ramah Lingkungan   (Aplikasi Senyawa Metil Eugenol Untuk Mengendalikan Lalat   Buah)

6. Mencoba menggunakan senyawa semiochemical lain yang berasal dari tanaman

jambu biji.

7. Mengamati perangkap selama 6 hari dengan memfoto lalat yang terperangkap,

mencatat jumlah lalat buah, jenis lalat buah (jantan/betina) dan spesies lalat

buah.

8. Membandingkan hasil tangkapan lalat buah dan mencatat seperti tabel berikut

ini.

No. Komoditas Jenis Hama yang terperangkap

Jumlah (ekor)

Page 6: Pemanfaatan Senyawa Semiochemical Sebafai Teknik   Pengendalian Hama Yang Aman Dan Ramah Lingkungan   (Aplikasi Senyawa Metil Eugenol Untuk Mengendalikan Lalat   Buah)

BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Tabel 1. Pengamatan Populasi yang terperangkap

No. Komoditas Jenis Hama yang terperangkap

Jumlah (ekor)

1. Pepaya Lalat BuahBactrocera dorsalis

Petrogenol: 16 ekorJambu biji : 3 ekorTotal : 9 ekor

3.2 Pembahasan

Klasifikasi lalat buah Bactrocera sp. Sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Famili : Tephritidae

Genus : Bactrocera

Spesies : Bactrocera sp.

Lalat buah memiliki sepasang sayap yang berkembang pada bagian depan

dan mengecil pada bagian belakang dan berubah menjadi alat keseimbangan yang

disebut halter. Ciri-ciri penting lalat buah, mencakup ciri-ciri kepala yang terdiri

dari antena, mata dan bercak pada muka biasa disebut dengan facial spot. Bagian

penting lain pada lalat buah adalah dorsum toraks yang terdiri dari dua bagian

yaitu terminologi skutum atau mesonotum (dorsum toraks atas) dan 6 skutelum

(dorsum toraks bawah). Sayap pada lalat buah ditandai dengan bentuk pola

pembuluh sayap, yaitu costa (pembuluh sayap sisi anterior), anal (pembuluh

sayap sisi posterior), cubitus (pembuluh sayap utama), median (pembuluh sayap

tengah), radius (pembuluh sayap radius), pembuluh sayap melintang. Bagian

penting terakhir adalah abdomen, abdomen lalat buah terdiri dari ruas-ruas

(tergites). Dilihat dari sisi dorsum, pada abdomen akan terlihat batas antarruas

Page 7: Pemanfaatan Senyawa Semiochemical Sebafai Teknik   Pengendalian Hama Yang Aman Dan Ramah Lingkungan   (Aplikasi Senyawa Metil Eugenol Untuk Mengendalikan Lalat   Buah)

(tergit). Untuk genus Bactrocera, ruas-ruas pada abdomen terpisah (Rahmawati,

2013).

Gambar 1: Lalat Buah yang terperangkap pada Petrogenol

Gambar 2: Lalat Buah yang terperangkap pada Jambu Biji Merah

Dari gambar diatas, setelah kami bandingkan dari jurnal Rahmawati

(2013) ternyata terdapat kesamaan spesies yaitu Bactrocera dorsalis sp. Hal

tersebut dapat dibandingkan dari gambar (3) di bawah ini:

Page 8: Pemanfaatan Senyawa Semiochemical Sebafai Teknik   Pengendalian Hama Yang Aman Dan Ramah Lingkungan   (Aplikasi Senyawa Metil Eugenol Untuk Mengendalikan Lalat   Buah)

Gambar 3: Bactrocera dorsalis sp.Sumber: Jurnal Agroteknologi (Rahmawati, 2013)

Gambar 4: Karakter morfologi Bactrocera dorsalis (Hendel). a) Kepala,b) Toraks, c) Sayap dan d) Abdomen

Sumber: Jurnal Hortikultura (Herlinda dkk, 2011).

Perangkap yang telah di buat dengan menggunakan petrogenol dan jambu

biji pada tanaman buah pepaya hari ke 1 (kurun waktu 24 jam) belum

membuahkan hasil. Hal tersebut dikarenakan peletakannya padi sore hari sekitar

pukul 15:00. Dalam hal ini waktu peletakan juga sangat berpengaruh, karena sifat

petrogenol yang mudah menguap dan mengeluarkan aroma yang wangi

penguapan ini dapat terjadi jika terdapat sinar matahari. Pada hari ke-3, masih

belum ada lalat buah yang terperangkap baik pada petrogenol atau pada jambu

biji. Hal ini disebabkan letak tanaman pepaya yang banyak dilalui kendara

Page 9: Pemanfaatan Senyawa Semiochemical Sebafai Teknik   Pengendalian Hama Yang Aman Dan Ramah Lingkungan   (Aplikasi Senyawa Metil Eugenol Untuk Mengendalikan Lalat   Buah)

bermotor. Pemasangan perangkap diderah tersebut memungkinkan lalat buah

pergi dari tanaman tersebut karena asap yang dikeluarkan kendaraan bermotor.

Keadaan tersebut hampir sesuai dengan penelitian Sarinawati dkk (2013) bahwa

biasanya memang dilakukan pengasapan untuk mengusir lalat buah dan efektifnya

selama 3 hari. Jika pengasapan dilakukan selama 13 jam diinformasikan dapat

membunuh lalat buah. Oleh karena itu, faktor lingkungan juga mempengaruhi

pemsangan perangkap. Sedangkan pada hari ke-6 cukup membuahkan hasil, pada

perangkap petrogenol terdapat 16 ekor sedangkan pada jambu biji hanya terdapat

3 ekor. Pada metil eugenol (petrogenol) lalat buah lebih banyak karena senyawa

ini merupakan hormon yang dibutuhkan oleh lalat buah jantan untuk dikonsumsi

dan berguna dalam proses perkawinan. Radius aroma metil eugenol mencapai

200-100 m (Simarmata dkk, 2013). Pada jambu biji hanya terdapat 3 ekor, hal ini

dikarenakan pada jambu biji karena senyawa yang dikandung oleh tanaman lebih

sedikit dibanding petrogenol. Selain itu lama aroma juga mempengaruhi, pada

petrogenol aroma tidak akan berubah karena itu merupakan sintetik sedangkan

pada jambu biji aroma akan berubah (tidak bertahan lama) karena sifat fisiologis

tanaman dapat busuk. Sehingga ketika sudah busuk maka aromanya akan berubah

dan lalat buah lebih memilih petrogenol dibandingkan jambu biji.

Kandungan senyawa petrogenol adalah memiliki unsur kimia C12H2402-.

Senyawa ini dapat ditransformasikan menjadi bentuk 2-(2-propenyl)-4,5

dimethoxypenol (DMP) dan (E)-coniferyl alcohol (CA) sebagai hasil metabolisme

yang bersifat feromon dan alomone (Rahmawati, 2013). Setelah mengkonsumsi

Metil Eugenol lalat buah dapat memproduksi senyawa endogen 6-oxo-1-nonannol

(OXO) yang diperoleh dari rectal gland lalat jantan. Kemudian ME

diakumulasi/diisolasi oleh rectal papillae dan disimpan dalam bentuk seks

feromon (Tan et al, 2012). Pada jambu biji senyawa yang mampu menarik

perhatian lalat buah adalah mengandung minyak atsiri 0,365%. Minyak atsiri atau

minyak ateris (essential oil, volatile oil, ethereal oil) merupakan sejenis minyak

mudah menguap yang berasal dari tanaman. Minyak ini dapat diperoleh melalui

proses destilasi, pengepresan atau ekstraksi. Minyak atsiri dapat dikategorikan

sebagai superficial oil dan subcutaneous oil. Minyak tersebut merupakan salah

Page 10: Pemanfaatan Senyawa Semiochemical Sebafai Teknik   Pengendalian Hama Yang Aman Dan Ramah Lingkungan   (Aplikasi Senyawa Metil Eugenol Untuk Mengendalikan Lalat   Buah)

satu penyusun dari metil eugenol walaupun kadarnya sangat sedikit sekali dan

daya volatilnya sangat kecil. Selain itu, pada jambu biji juga terdapat protein

sebesar 2,6 (g) per buah. Menurut Rahmawati (2013) protein dibutuhkan lalat

buah betina dalam jumlah besar terutama protein hidrosilat. Hal ini berkaitan

dengan perkembangan organ reproduksi dan pembentuka telur-telur yang fertil.

Banyak komoditas yang dapat diaplikasikan feromon trap contohnya Jeruk

(Ridwan dkk, 2010). Selain itu, lalat buah juga banyak menyerang tanaman buah

dan holtikultura misalkan cabai, tomat, pare, mentimun, terong, melon, semangka,

nangka, jeruk, apel, belimbing, mangga, lengkeng, pepaya, pisang, jambu air,

jambu biji dll (BPTP, 2008). Tanaman yang terserang rata-rata tanaman yang

memiliki kandungan minyak katsiri dan beberapa protein. Karena hal tersebut

banyak dibutuhkan oleh lalat buah. Minyak katsiri dibutuhkan untuk aktifitas sex

pada lalat buah jantan. Sedangkan protein dibutuhkan oleh lalat buah betina untuk

nutrisi mendapatkan telur yang fertil (Jang et al, 2011). Selain itu, kebanyakan

tanaman yang diserang adalah tanaman yang memiliki buah, karena lalat buah

nantinya akan menyuntikkan telur-telurnya pada buah sampai menjadi larva.

Ketika menjadi larva secara otomatis banyak membutuhkan makanan, oleh karena

itu peletakannya dibuah agar larva tersebut mendapat makanan yang cukup

sampai menjadi imago.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan feromon trap adalah

lingkungan fisik berupa sinar ultra violet kemungkinan dapat menyebabkan

penguapan yang berlebihan dan degradasi (oksidasi) senyawa pada ekstrak

feromon seks yang menyebabkan feromon hilang, rusak dan kurang menarik

untuk lalat buah jantan. Idealnya kecepatan pelepasan feromon berada dalam

keadaan yang konstan dalam waktu yang cukup lama ( Yusuf dan Nurfagy, 2011).

Page 11: Pemanfaatan Senyawa Semiochemical Sebafai Teknik   Pengendalian Hama Yang Aman Dan Ramah Lingkungan   (Aplikasi Senyawa Metil Eugenol Untuk Mengendalikan Lalat   Buah)

Gambar 5: Arah penyebaran yang normal untuk menarik perhatian lalat buah

Page 12: Pemanfaatan Senyawa Semiochemical Sebafai Teknik   Pengendalian Hama Yang Aman Dan Ramah Lingkungan   (Aplikasi Senyawa Metil Eugenol Untuk Mengendalikan Lalat   Buah)

BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Pada hari ke 6 perangkap petrogenol tersisi 16 lalat buah dan jambu biji terisi 3

lalat buah. Hal tersebut diakibatkan dari faktor senyawa yang dikeluarkan dan

faktor fisik lingkungan.

2. Kandungan yang terdapat dalam senyawa petrogenol adalah 2-(2-propenyl)-4,5

dimethoxypenol (DMP) dan (E)-coniferyl alcohol (CA). Kandungan yang

terdapat pada jambu biji adalah minyak katsiri dan protein.

3. Pada perlakuan jambu biji hama hanya sedikit yang terperangkap karena

senyawa metil eugenolnya lebih banyak pada petrogenol. Selain itu, sifat

fisiologis buah jambu yang cepat membusuk mengakibatkan bau tidak

bertahan lama.

4. Jenis komoditas yang terserang adalah buah dan hortikultura karena memiliki

senyawa ME dan terdapat tempat penyimpanan telur dan tempat untuk

makanan larva.

5. Faktor yang mempengaruhi keefektivan feromontrap adalah lingkungan fisik.

4.1 Saran

Praktikum kali ini berjalan cukup lancar, hanya saja untuk praktikan

sendiri belum mampu mengikuti kegiatan praktikum dengan baik banyak yang

sibuk dengan urusannya sendiri sehingga kurang mengikuti jalanya praktikum.

Ada lagi yang masih memiliki kendala pada ketersediaan tanaman, lain kali

penyediaan tanaman baiknya pada satu lahan saja.

Page 13: Pemanfaatan Senyawa Semiochemical Sebafai Teknik   Pengendalian Hama Yang Aman Dan Ramah Lingkungan   (Aplikasi Senyawa Metil Eugenol Untuk Mengendalikan Lalat   Buah)

Dokumentasi

Gambar 1: Lalat buah yang terperangkap pada petrogenol

Gambar 2: Lalat buah yang terperangkap pada Jambu biji

Page 14: Pemanfaatan Senyawa Semiochemical Sebafai Teknik   Pengendalian Hama Yang Aman Dan Ramah Lingkungan   (Aplikasi Senyawa Metil Eugenol Untuk Mengendalikan Lalat   Buah)

Gambar 3: Pemasangan kapas yang sudah diberi petrogenol

Gambar 4: Feromon trap berbahan jambu biji

Page 15: Pemanfaatan Senyawa Semiochemical Sebafai Teknik   Pengendalian Hama Yang Aman Dan Ramah Lingkungan   (Aplikasi Senyawa Metil Eugenol Untuk Mengendalikan Lalat   Buah)

DAFTAR PUSTAKA

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah. 2008. Prima Tani di Kabupaten Banjarnegara. Banjarnegara: Litbang.

Djojosumarto, P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.

Herlinda, S., Zuroidah., Y. Pujiastuti., S. Samad., dan Adam, T. 2011. Spesies Lalat Buah Yang Menyerang Sayuran Solanaceae dan Curcubitaceae di Sumatera Selatan. Hortikultura. 18(2): 212-220.

Jang, E.B., Khrimian, A., dan Siderhurst, M.S. 2011. Di-and Tri-Fluorinated Analogs Of Methyl Eugenol: Attraction To And Metabolism In The Oriental Fruit Fly Bactrocera dorsalis (Hendel). Chemical Ecology. 1(37): 553-564.

Patty, J.A. 2012. Efektifitas Metil Eugenol Terhadap Penangkapan Lalat Buah (Bactecera dorsalis) Pada Pertanaman Cabai. Agrologia. 1(1): 69-75.

Purnomo, Hari. 2010. Pengantar Pengendalian Hayati. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Rahmawati, Y.P. 2013. Ketertarikan Lalat Buah Bactrocera sp. Pada Senyawa Atraktan Yang Mengandung Campuran Protein Dan Metil Eugenol. Agroteknologi 1(1):1-41.

Ridwan, H.K., Sabari., Rofik, S.B., Rahman, S., dan Agus, R. 2010. Adopsi Inovasi Teknologi Penelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS) di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Hort. 20(1): 96-102.

Sarinawati., Sarbino., dan E. Syahputra. 2013. Studi Keragaman Lalat Buah (Bactrocera Spp.) Pada Pertanaman Pepaya (Carica Papaya L.) Di Siantan Hulu Kecamatan Pontianak Utara. Agrologia. 2(1): 1-8.

Simarmata, J., Ningsih, Y.P., dan Zahara, F. 2013. Uji Efektifitas Beberapa Jenis Atraktan Untuk Mengendalikan Hama Lalat Buah (Bactrocera dorsalis Hend) Pada Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava L.). Agroteknologi. 2(1): 192-200.

Tan K.H., Nishida, R., dan Toong Y.C. 2012. Floral Synomone Of a Wild Orchid Bulbophyllum cheiri, Iures Bactrocera Fruit Flies For Pollination.Chemical Ecology. 6(1): 1161-1172.

Page 16: Pemanfaatan Senyawa Semiochemical Sebafai Teknik   Pengendalian Hama Yang Aman Dan Ramah Lingkungan   (Aplikasi Senyawa Metil Eugenol Untuk Mengendalikan Lalat   Buah)

Yusuf, M.S., dan Nurfagy, I. 2011. Pengendalian Taanaman Umbi Kentang (Phtrimaea operculella Zell.) Menggunakan Feromon Seks. Agrolia. 1(1): 1-11.