pemanfaatan limbah padat ikan tuna melalui kegiatan
TRANSCRIPT
CASSOWARY Volume I (1): 21 - 34
ISSN : 2614-8900
E-ISSN : 2622-6545
©Program Pascasarjana Universitas Papua, https://pasca.unipa.ac.id/
21
Pemanfaatan limbah padat Ikan Tuna melalui kegiatan budidaya Ikan
Nila (Oreochromis niloticus), Studi kasus di Perusahaan abon UD
Madurasa Kabupaten Manokwari
Utilization of tuna solid waste through the cultivation of Nila fish(Oreochromis niloticus)
A case study at Abon UD Madurasa Company, Manokwari Regency
Dedi Ariana*, Roni Bawole dan Vera Sabariah
Program Studi S2 Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Papua
Jalan Gunung Salju, Amban, Manokwari, Kodepos 98314, Papua Barat, Indonesia.
*Email: [email protected]
ABSTRACT: The tuna waste in Manokwari has an economic potential that can be used
as fish meal animal feed or fish feed. The aim of this study was to determine the chemical
contents of tuna waste flour, examine of tuna waste meal, determine the feed test impact
to the tilapia growth, analyze the impact of feed to water quality and analyze the feed
manufacturing businesses. The study was conducted for six months (January to June 2015)
at UD Madurasa. This study used, a completely randomized design with five treatments,
there were feed A (control) and four test feeds formulated using tuna waste flour and bran
(feed B, feed C, feed D and feed E). The feeds were tested using tilapia sized 5-8 cm and
weighted 9-10 g in average (belo phase), then a 750 belos were used and allocated into 15
containers (50 belos / container). Feed was given twice a day in the morning (7:00 a.m.
to 08:00) and afternoon (16:00 to 17:00) for six weeks. The feed amount was 5% of the
body weight. The results show that tuna waste flour contain nutrients over the nutritional
needs by tilapia. The tested feed has nutritional value better than feed A. Feed A has the
highest efficiency and value of relative growth of 24.56% and 92.79%. Feed C has an
efficiency of 22.83%, Feed E (20.37%), Feed B (19.30%) and Feed D (17.82%), also the
growth of relative feed values of C (87.14%), Feed E (64.69%), Feed B (63.04%) and
Feed D (55.53%). The variance analysis was not difference, however all feed gave same
effect on tilapia growth. The tested feed did not pollute the water and categorized as 2nd
and 3rd of water quality. It is assumed that this business is properly to be run with
breakeven point will be achieved when sales reached to 8 kg (Rp 130,000.00) or at 4.5
months.
Keywords: Waste Tuna, Tuna Waste Flour and Tilapia.
ABSTRAK: Limbah tuna di Manokwari memiliki potensi ekonomi yang dapat
digunakan sebagai tepung ikan untuk dijadikan pakan ternak atau pakan ikan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menentukan kandungan kimia tepung limbah tuna, memeriksa
tepung limbah tuna, menentukan dampak uji pakan terhadap pertumbuhan ikan nila,
menganalisis dampak pakan terhadap kualitas air dan menganalisis bisnis manufaktur
pakan. Penelitian ini dilakukan selama enam bulan (Januari hingga Juni 2015) di UD
Madurasa. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan lima perlakuan,
CASSOWARY Volume I (1): 21 - 34
21
yaitu pakan A (kontrol) dan empat pakan uji yang diformulasikan menggunakan tepung
dan dedak tuna (pakan B, pakan C, pakan D, dan pakan E). Umpan diuji menggunakan
nila berukuran 5-8 cm dan rata-rata berbobot 9-10 g (fase belo), kemudian 750 belo
digunakan dan dialokasikan ke 15 wadah (50 belo / wadah). Pakan diberikan dua kali
sehari di pagi hari (7:00 pagi sampai 08:00) dan sore (16:00 hingga 17:00) selama enam
minggu. Jumlah pakan adalah 5% dari berat badan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tepung limbah tuna mengandung nutrisi melebihi kebutuhan nutrisi nila. Pakan yang diuji
memiliki nilai gizi lebih baik daripada pakan A. Pakan A memiliki efisiensi tertinggi dan
nilai pertumbuhan relatif 24,56% dan 92,79%. Pakan C memiliki efisiensi 22,83%, Pakan
E (20,37%), Pakan B (19,30%) dan Pakan D (17,82%), juga pertumbuhan nilai pakan
relatif C (87,14%), Pakan E (64,69%) , Umpan B (63,04%) dan Umpan D (55,53%).
Analisis varians tidak berbeda, tetapi semua pakan memberikan efek yang sama pada
pertumbuhan nila. Pakan yang diuji tidak mencemari air dan dikategorikan sebagai
kualitas air ke-2 dan ke-3. Diasumsikan bahwa bisnis ini layak dijalankan dengan titik
impas akan tercapai ketika penjualan mencapai 8 kg (Rp 130.000,00) atau 4,5 bulan.
Kata kunci: Limbah Tuna, Tepung Limbah Tuna dan Nila.
PENDAHULUAN
Manokwari merupakan kota pan-
tai di pesisir utara Papua Barat yang kaya
sumberdaya ikan. Total produksi ikan
yang didaratkan di Manokwari pada
Tahun 2012 mencapai 6.551 ton (Dinas
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Ma-
nokwari, 2012). Seiring dengan pro-
duksi yang tinggi, produksi limbah ikan
di daerah ini juga tinggi. Berda-sarkan
asumsi bahwa 35% dari ikan utuh
terbuang dalam bentuk limbah (Riew-
passa dan Salampessy, 1997; Archer et
al., 2001), maka diperkirakan lebih dari
2000 ton limbah ikan per tahun
dihasilkan di Manokwari. Limbah ikan
memiliki potensi ekonomis yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku pem-
buatan tepung ikan sebagai bahan baku
pembuatan pakan ternak maupun pakan
ikan. Namun sebagian besar limbah ikan
yang dihasilkan dari produksi ikan di
Manokwari belum terkelola dengan
baik.
Usaha Dagang (UD) Madurasa
sejak Tahun 1989 telah memproduksi
abon ikan tuna secara tradisional di
Manokwari, telah meningkatkan modal
produksi tuna ke tahap mekanisasi sejak
tahun 2001 sehingga serapan terhadap
bahan baku ikan tuna (Thunnus sp.) juga
mengalami peningkatan. Sekitar 300-
400 kg tuna utuh per bulan diserap dari
produksi tuna Manokwari, dan lebih dari
100 kg limbah ikan per bulan dihasilkan
oleh UD Madurasa. Sejauh ini, limbah
ikan yang dihasilkan dari aktivitas pe-
ngolahan abon dimanfaatkan sebagai
pakan tambahan bagi ternak namun
tanpa melalui proses pengolahan. Seba-
gai perusahaan yang berkomitmen me-
nerapkan konsep zero waste, UD Ma-
durasa berkeinginan untuk dapat me-
ngelola limbah ikan dengan mening-
katkan nilai manfaat limbah tersebut
menjadi pakan ikan. Hal ini juga dido-
rong oleh tingginya permintaan pasar di
Manokwari terhadap pakan ikan.
Data Dinas Perikanan dan Kelau-
tan Tahun 2014 mencatat bahwa jumlah
pem-budidaya ikan di Kabupaten Ma-
nokwari adalah 350 pembudidaya de-
ngan luasan lahan budidaya mencapai
129 Ha. Jumlah areal yang umum diman-
faatkan sebagai kolam pembesaran
adalah 50% dari total luasan, sehingga
luas kolam pembesaran adalah 64,5 Ha.
Berasumsi bahwa padat tebar ikan
CASSOWARY Volume I (1): 21 - 34
22
adalah 20 ekor/m2 dengan berat rata-rata
150 gr dan kebutuhan pakan buatan
minimal per ekor ikan adalah 3 % dari
berat tubuh (4,5 gr/hari), maka ke-
butuhan pakan di Manokwari mencapai
58,05 ton per hari. Kebutuhan pakan ikan
buatan di Manokwari masih disuplai dari
Pulau Jawa rata-rata sebanyak 1.152
ton/tahun belum mencukupi kebutuhan
pakan ikan yang mencapai 21.188,5
ton/tahun. Kondisi ini menunjukkan
bahwa hanya 5,4% kebutuhan pakan
buatan yang dapat dipenuhi oleh pema-
sok pakan ikan.
Penelitian ini secara umum
bertujuan menghasilkan pakan ikan yang
dibuat dengan memanfaatkan limbah
ikan tuna dari pembuatan abon tuna pada
UD Madurasa, secara khusus tujuan
penelitian ini adalah mengetahui kom-
posisi kimia tepung limbah ikan tuna,
efisiensi pakan ikan yang dihasilkan,
pengaruh pem-berian pakan uji terhadap
pertumbuhan ikan nila, dampak pakan
ikan terhadap kualitas perairan dan usaha
pembuatan pakan uji.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan sela-
ma 6 bulan (Januari sampai Juni 2015) di
unit pe-ngolahan abon ikan tuna UD
Madurasa Manokwari. Alat dan bahan
yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri alat dan bahan untuk wawancara
dan mendata produksi, mengukur ku-
alitas air dan pemanfaatan limbah ikan
sebagai tepung ikan.
Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer adalah hasil uji
proksimat kandungan gizi tepung ikan
tuna dan pelet, data pertumbuhan ikan,
serta data produksi, dan biaya produksi.
Data sekunder yaitu data tentang kebu-
tuhan pakan ikan buatan (pelet), data
produksi tuna, dan data pem-budidaya
ikan.
Rancangan penelitian adalah ran-
cangan acak lengkap (RAL) dengan lima
perlakuan, yaitu Pakan A berupa pelet
pakan ikan produksi pabrik (MS PREO
produksi PT. Matahari Sakti) dengan
kandungan gizi protein 32%, lemak 4%,
abu 13%, serat kasar 5% dan kadar air
10%, diberikan sebagai pakan kontrol
dan empat jenis pelet pakan ikan terdiri
Pakan B (protein 14%), Pakan C (Protein
26%), Pakan D (Protein 28%) dan Pakan
E (Protein 30%) yang diformulasi
dengan memanfaatkan tepung ikan dari
limbah tuna UD Madurasa dan sekam.
Bahan-bahan yang terdapat dalam pelet
kontrol antara lain tepung ikan, pollard,
dedak, tepung terigu, tepung kedelai,
minyak ikan, serta vitamin dan premiks.
Pengujian Pelet pada Ikan Uji
a. Wadah pemeliharaan yang di-
gunakan adalah kolam permanen
sebanyak dua buah, setiap kolam
disekat menjadi 8 petak kolam
dengan ukuran panjang 2 m, lebar 1
m dan tinggi 80 cm dan dilengkapi
dua aerator jumbo yang masing-
masing me-miliki delapan lubang
udara. Sumber air yang digunakan
diambil dari PDAM dan mata air
yang ditampung dalam tangki
penampungan, air selanjutnya di-
alirkan ke dalam kolam melalui pipa
paralon diameter 0,5 inci.
b. Ikan uji adalah ikan nila (Oreo-
chromis niloticus) ukuran 5-8 cm
dengan berat rata-rata sekitar 9-10
gr/ekor (belo atau ikan nila kelas be-
nih sebar) yang diperoleh dari Unit
Pem-benihan Rakyat (UPR) Prafi.
Ikan uji diaklimatisasi selama dua
minggu untuk disesuaikan de-ngan
lingkungan dan pakan uji sebelum
digunakan dalam penelitian. Total
dipersiapkan 800 ekor mengantisi-
pasi mortalitas saat aklima-tisasi
agar jumlah total benih ikan nila
sebanyak 750 ekor pase belo tercu-
CASSOWARY Volume I (1): 21 - 34
23
kupi. Setelah melalui proses aklima-
tisasi, ikan diambil berdasarkan kea-
daan fisik yang sehat serta ukuran
panjang dan berat yang sesuai
dengan kriteria ikan uji. Selan-
jutnya ikan ditebarkan ke dalam 15
wadah sebanyak 50 ekor/ wadah.
c. Pemberian pakan dilakukan dua kali
sehari, yaitu pagi (07.00-08.00) dan
sore (16.00-17.00), dengan dosis
pakan perhari 5% dari total tubuh
ikan. Lama pemeliharaan adalah
enam minggu.
Gambar 1. Tahapan Formulasi Pakan dan Pembuatan Pakan
Gambar 2. Konstruksi Wadah Uji
d. Parameter kualitas air yang diukur
selama penelitian meliputi suhu dan
pH air. Pengukuran suhu dilakukan
menggunakan termometer (celcius),
sedangkan pengukuran pH dila-
kukan pada saat pergantian air (seti-
ap minggu) menggunakan kertas
lakmus.
e. Pengambilan data berat ikan dila-
kukan pada awal penebaran untuk
memperoleh berat awal (Wo). Se-
tiap satu minggu selama enam ming-
gu sampel ikan uji sebanyak 25 ekor
di setiap kolam diambil secara acak
untuk ditimbang menggunakan tim-
bangan digital dengan ketelitian
0,01 gram. Pakan yang diberikan
setiap hari ditimbang dan setiap
minggu dilakukan penyesuaian jum-
lah pakan berdasarkan berat ikan uji
pada waktu penimbangan.
Analisis Data
a. Analisa kandungan kimia tepung
ikan dan pakan ikan (pelet)
Kandungan Kimia tepung dan
pakan diuji dengan analisis proksimat di
Laboratorium Nutrisi Ikan Departemen
Budidaya Perairan Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian
Bogor. Aspek-aspek yang diuji Antara
lain kadar air, kadar abu, protein, lemak,
karbohidrat (serat kasar dan BETN).
b. Analisa efisiensi pakan ikan
CASSOWARY Volume I (1): 21 - 34
24
Efisiensi pakan ikan dihitung
menggunakan rumus Zonneveld et al.
(1991) :
Keterangan :
EP (%) = Efisiensi Pakan
Wt = Berat total ikan pada akhir
percobaan
D = Bobot ikan yang mati selama
percobaan
Wo = Berat total ikan pada awal
percobaan
F = Jumlah total makanan yang
diberikan selama percobaan
c. Analisis pertumbuhan ikan
Perumbuhan ikan diuji dengan
rasio konversi pakan menggunakan peu-
bah pertumbuhan nisbi dan nilai efisiensi
pakan. Laju pertumbuhan nisbi dihitung
dengan menggunakan rumus menurut
Afrianto dan Liviawaty (2005) :
Pertumbuhan Relatif = Wt−W0
W0 x 100%
Keterangan :
Pertumbuhan relative adalah pertum-
buhan nisbi dalam persen (%).
Wo = Bobot badan hewan uji rataan
pada awal percobaan
Wt = Bobot badan hewan uji rataan
pada akhir percobaan
Rasio konversi pakan dihitung
dengan menggunakan rumus (Mah-
yuddin, 2008) :
𝐹𝐶𝑅 =𝐹
𝑊𝑡 − 𝑊𝑜
Keterangan :
FCR = Konversi pakan
F = Jumlah pakan yang diberikan
selama perobaan
Wo = Bobot badan hewan uji rataan
pada awal percobaan
Wt = Bobot badan hewan uji rataan
pada akhir percobaan
d. Analisis ragam.
Rancangan lingkungan yang
digu-nakan dalam percobaan ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hal
ini didasarkan atas asumsi bahwa
kualitas air dalam wadah sama dan
ukuran ikan uji yang ditebar hampir
seragam, hanya pakan uji yang menjadi
sumber keragaman. Menurut (Sastro-
supadi ,2000) analisis data pengamatan
RAL mengi-kuti model matematis :
Yij = µ + τi + Eij
Keterangan :
Yij = Nilai pengamatan pada perla-
kuan ke-i dalam ulangan ke-j
I = 1, 2, 3, 4, 5 j = 1, 2, 3
µ = Nilai tengah dari semua
perlakuan
τi = Pengaruh perlakuan ke-i
Eij = Pengaruh komponen galat
acak percobaan yang men-
dapat perlakuan ke-i pada
ulangan ke-j
Jika hasil analisis ragam berbeda
di antara perlakuan maka untuk menguji
perlakuan mana yang berbeda dilanjut-
kan dengan menggunakan uji wilayah
berganda Duncan.
Rp = qα . Sy
Sy = (KTG/r)1/2
Keterangan :
Rp = Nilai uji wilayah berganda
Duncan
Qα = Nilai dari tabel New Multiple
Range Test dilihat dari derajat
bebas galat
Sy = Galat baku untuk nilai rata-
rata
KTG = Kuadrat tengah galat
R = Banyaknya ulangan
Sebelum melakukan analisis
ragam (Uji F), data terlebih dahulu di Uji
normalitas untuk mengetahui kenorma-
CASSOWARY Volume I (1): 21 - 34
25
litasan data. Jika data tidak berdistribusi
normal maka tidak memenuhi persyara-
tan Uji F, maka metode yang digunakan
adalah statistik non parametric (Sugiyo-
no, 2014). Uji normalitas menggunakan
Shapiro-wilk dengan asumsi jumlah sata
< 50 data pada taraf signifikan 0,05
(Shapiro and Wilk, 1965).
e. Analisis manfaat ekonomi.
Manfaat Ekonomi dianalisis
dengan analisis Analisis Titik Impas
(Break Event Point), Benefit Cost Ratio
(B/C) dan Periode Pengembalian
(Payback Period).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Komposisi Kimia Te-
pung Ikan Tuna dan Pakan Ikan (Pelet)
Tepung limbah ikan tuna memiliki
kandungan gizi di atas kebutuhan nutrisi
ikan nila. Tepung kulit ikan tuna memi-
liki nilai gizi seluruhnya di atas kebu-
tuhan ikan nila, sedangkan tepung da-
ging ikan tuna hanya lemak yang memi-
liki kan-dungan di bawah kebutuhan
nutrisi ikan nila. Kandungan nutrisi te-
pung tulang ikan tuna sebagian besar di
bawah kebutuhan nutrisi yang dibutuh-
kan ikan nila yaitu protein, lemak dan
karbohidrat, sedangkan lemak memiliki
kan-dungan di atas kebutuhan maksimal
ikan nila (Tabel 1).
Tabel 2 menunjukkan bahwa ha-
sil pengujian sampel pakan uji (pelet)
memiliki kandungan nutrisi protein, le-
mak dan abu lebih tinggi sedangkan serat
kasar lebih rendah dibandingkan dengan
Pakan A. Kandungan protein dan mine-
ral (kadar abu) pada keseluruhan pakan
uji melebihi kebutuhan protein dan mi-
neral ikan nilai, akan tetapi untuk karbo-
hidrat dan lemak tidak memenuhi
kebutuhan minimal ikan nilai.
Menurut Sahwan (2003) ikan
nila memerlukan kandungan gizi rata-
rata untuk protein sebesar 20-25 %, akan
tetapi khusus untuk larva memerlukkan
protein 35 % dan juvenil membutuhkan
protein sebesar 25-30 %. Kebutuhan
mineral ikan nila semua ukuran adalah
sebesar 0,25-0,5 %, karbohidrat sebesar
25 % dan lemak sebesar 6-8 %.
Tabel 1. Analisis komposisi kimia tepung ikan tuna UD. Madurasa
Kandungan Gizi DG-A KL-B TL-C Rataan Kebutuhan Nutrisi Ikan
(Sahwan, 2003)
Kadar air (%) 10,94 9,91 4,23 8,36 - Kadar abu (%) 6,30 8,85 52,26 22,47 < 0,9
Protein (%) 43,30 41,02 9,02 31,11 20 - 35
Lemak (%) 5,05 6,94 4,76 5,58 6 - 8
Serat Kasar (%) 0,43 0,98 10,85 4,09 -
Karbohidrat (%) 33,98 32,30 18,88 28,39 25
Sumber : Lab. Nutrisi Ikan – IPB 2015
Keterangan : DG-A = Tepung Daging Ikan Tuna, KL-B = Tepung Kulit Ikan Tuna, TL-
C = Tepung Tulang Ikan Tuna
Tabel 2. Hasil pengujian sampel pakan ikan tuna UD. Madurasa.
Pakan Ikan Kadar Air Kadar Abu Protein Lemak
Karbohidrat
Serat Kasar BETN Pakan B 7.08 19.57 49.47 5.14 2.75 16.00 Pakan C 8.68 18.50 49.22 5.79 2.24 15.57 Pakan D 5.98 17.51 52.34 4.42 2.11 17.63 Pakan E 7.05 15.39 53.53 4.07 1.49 18.46
CASSOWARY Volume I (1): 21 - 34
26
Pakan A* - 13.00 32.00 4.00 10.00 -
Sumber : Lab. Nutrisi Ikan – IPB. 2015
Keterangan : BETN = bahan ekstrak tanpa nitrogen., * = Nilai gizi tercantum pada
kemasan pakan ikan
Hasil pengujian sampel pakan uji
menunjukkan terjadi penurunan kan-
dungan bahan ekstrak tanpa nitrogen
(BETN) dan kandungan lemak, sedang-
kan kadar abu (mineral) dan protein
terjadi peningkatan. Hal ini dipengaruhi
oleh kombinasi bahan pakan yang digu-
nakan untuk memformulasi pakan uji.
Mudjiman (1984) menyatakan bahwa
pakan yang diformulasikan dari bahan
yang memiliki kandungan gizi tinggi
akan menghasilkan formulasi pakan de-
ngan kandungan gizi tinggi, sebaliknya
formulasi pakan yang dibuat dari bahan
yang rendah kandungan gizinya maka
akan menghasilkan pakan rendah gizi.
Peningkatan kandungan protein
sampel pakan uji dibandingkan tepung
ikan tuna disebabkan oleh faktor penge-
ringan yang dilakukan dua kali yaitu
menggunakan oven dan panas matahari
pada saat proses pembuatan pelet. Rame-
lan et al. (1996) menjelaskan bahwa
pengeringan menggunakan oven bersifat
tertutup dan tidak ada saluran untuk
pertukaran udara sehingga menyebabkan
udara di dalam oven menjadi jenuh dan
uap air tidak keluar secara sempurna
sehingga menyebabkan peningkatan dan
penurunan kandungan gizi sampel. Me-
nurut Norman (1988) pengeringan terja-
di melalui proses pemanasan yang dapat
mempengaruhi protein dalam suatu ba-
han menurun ataupun meningkat. Pema-
nasan yang terlalu lama pada suhu tinggi
dapat mengakibatkan protein menjadi
me-nurun, sedangkan perlakuan suhu
rendah terhadap protein dapat menaik-
kan daya cerna protein.
Kandungan karbohidrat pakan
uji lebih rendah dari kebutuhan karbo-
hidrat ikan nilai yaitu sebesar 25 %.
Zonneveld et al. (1991) menyatakan
bahwa tubuh ikan hampir tidak me-
ngandung karbohidrat sama sekali, kecu-
ali pada sebagian kecil hati dan glikogen
otot. Karbohidrat dalam pakan ikan di-
gunakan sebagai sumber energi. Karbo-
hidrat sangat penting karena merupakan
sumber energi yang lebih murah jika
dibandingkan dengan lemak maupun
protein. Watanabe (1998) menambah-
kan bahwa karbohidrat merupakan su-
mber energi penting bagi ikan yang
sangat diperlukan bagi pertumbuhan.
Karbohidrat dalam pakan terdapat dalam
bentuk serat kasar dan BETN dengan
kadar optimum untuk ikan omnivora
berkisar antara 30%-40%.
Kandungan lemak tertinggi ter-
dapat pada Pakan C (5,14 %) selanjutnya
Pakan B (5,14 %), Pakan D (4,42 %),
Pakan E (4,07 %), dan terakhir Pakan A
(4 %). Tepung ikan merupakan salah sa-
tu sumber pakan hewani yang memiliki
kandungan lemak yang cukup baik se-
hingga dapat menghasilkan energi untuk
menunjang pertumbuhan ikan nila.
Kandungan lemak yang baik dalam pa-
kan ikan antara 4 – 18 % (Djajasewaka
,1985). Hasil analisis proksimat kandu-
ngan lemak pada Pakan C berada pada
komposisi yang baik dengan kisaran
yang dapat diserap oleh ikan nila
sehingga lemak yang ada dalam Pakan C
(5,79 %) dapat dimanfaatkan dengan
sebaik mungkin untuk pertumbuhan ikan
nila.
Efisiensi pakan ikan dan pengaruhnya
terhadap pertumbuhan nisbi ikan uji
Pakan A (kontrol) memiliki nilai
efisiensi pakan tertinggi (24,56%),
sedangkan pakan uji yang dibuat meng-
gunakan limbah ikan tuna yang memiliki
nilai efisiensi tertinggi adalah Pakan C
CASSOWARY Volume I (1): 21 - 34
27
(22,83%). Artinya adalah nilai efisiensi
pakan kontrol A dan nilai efisiensi pakan
uji C tidak memiliki perbedaan yang
nyata dengan selisih 1,73%. Nilai efisi-
ensi pakan dari ikan uji dalam penelitian
ini kurang dari 50%, hal ini disebabkan
karena pada penim-bangan berat minggu
ke tiga (pertengahan waktu penelitian)
ikan uji telah memasuki masa dewasa
(matang gonad), sehingga energi yang
diserap untuk pertumbuhan menjadi
terbagi untuk memijah dan bertelur.
Nilai Efisiensi pakan dapat dilihat pada
Tabel 3 dan pertumbuhan nisbi disajikan
pada Tabel 4.
Tabel 3. Nilai efisiensi pakan ikan uji
Perlakuan Efisiensi Pakan (%)
A 24,56 B 19,30 C 22,83 D 17,82 E 20,37
Data pertumbuhan nisbi (Tabel
4) menunjukan bahwa ikan nila yang
diberikan Pakan A (92,79%) selama
enam minggu pemeliharaan memiliki
nilai pertumbuhan nisbi terbesar bila
dibandingkan dengan Pakan C (87,14
%), E (64,69 %), B (63,04 %), dan D
(55,53 %). Adapun kecenderungan trend
pertumbuhan individu ikan nila dapat
dilihat pada Gambar 3.
Tabel 4. Nilai pertumbuhan nisbi benih
ikan nila
Perlakuan Pertumbuhan Nisbi (%)
A 92,79 B 65,42 C 87,36
D 55,53 E 64,69
Hasil uji Shapirowilk menun-
jukkan bahwa data hasil penelitian
berdistribusi normal (Tabel 5).
Tabel 5. Hasil uji normalitas shapiro-
wilk
Jenis Pakan Shapiro-Wilk (Sig)
Pakan A 0,44 ns Pakan B 0,09 ns Pakan C 0,67 ns Pakan D 0,39 ns PAkan E 0,59 ns
Keterangan : ns = tidak berbeda nyata
Gambar 3. Trend pertumbuhan individu ikan uji
Tabel 6. Analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan nisbi.
F Table
CASSOWARY Volume I (1): 21 - 34
28
Sumber Keragaman
dB JK KT F Hitung 0,05
0,01 Perlakuan 4 88447,39 22111,85 3,25ns 3,48 5,98
Galat 10 68123,22 6812,32
Total 14 156570,51
Keterangan : ns = Tidak berbeda nyata
Meskipun terdapat perbedaan
nilai pertumbuhan nisbi, berdasarkan
hasil analisis ragam, diketahui bahwa
tidak terdapat perbedaan nyata pada
kelima pakan uji terhadap pertumbuhan
ikan nila seperti tampak pada Tabel 6.
Hasil analisis ragam menunjuk-
kan bahwa nilai Fhitung lebih kecil dari
Ftabel, baik pada tingkat kepercayaan
0,05 maupun 0,01. Hal ini berarti bahwa
tidak ada pengaruh yang berbeda di anta-
ra perlakuan terhadap pertumbuhan ikan
nila, sehingga tidak perlu dilakukan uji
lanjut Duncan. Hasil yang tidak berbeda
nyata berarti bahwa keseluruhan pakan
baik pakan kontrol maupun pakan uji
memberikan pengaruh yang sama terha-
dap pertumbuhan ikan nila. Hal ini dise-
babkan karena kandungan zat gizi
esensial seperti protein dan lemak berada
pada kisaran yang setara dan sesuai
kebutuhan ikan. Hasil penelitian ini me-
nunjukkan bahwa pakan uji yang dibuat
dari limbah ikan tuna dapat digunakan
sebagai alternatif pakan dalam budidaya
ikan nila untuk memanfaatkan limbah
ikan tuna di Kabupaten Manokwari pada
khususnya dan umumnya di Papua untuk
mengatasi kelangkaan pakan ikan. Se-
lain itu, hasil penelitian ini tepat guna
bagi petani ikan nila sehingga dapat
digunakan secara umum untuk menga-
tasi kekurangan pakan ikan nila selama
ini.
Dampak pakan uji terhadap kualitas
perairan
Hasil pengujian sampel air di
Laboratorium Kimia Universitas Papua
disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil uji sampel kualitas air
No Parameter Sampel
Baku Mutu No 82 Tahun 2001
Kualitas Air Menurut PP
A B C Mutu II Mutu III
1 Fisika a. TSS (mg/L) 271 332 415 50 400
b. Suhu (oC) 26 – 28 26 – 28 26 – 28 ≤ 3 ≤ 3
2 Kimia anorganik a. BOD (mg/L) 5 4,6 4,3 3 6 b. Cl bebas (mg/L) 0,02 0,02 0,03 0,03 0,03 c. pH 7,2 7,4 7,6 6-9 6-9 d. COD (mg/L) 13,4 18,3 24,1 25 50
Sumber : Laboratorium Kimia UNIPA 2015
Pakan ikan uji yang dibuat dari
limbah ikan tuna UD Madurasa tidak
mencemari perairan. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa kualitas sampel
air termasuk dalam mutu air kelas II dan
kelas III berdasarkan Peraturan Peme-
rintah No 82 Tahun 2001. Berdasarkan
parameter fisik TSS terlihat bahwa mutu
air termasuk dalam kelas III dengan
jumlah TSS tidak melebihi 400 mg/L
meskipun hasil analisis memperlihatkan
terdapat satu sampel dengan nilai 15
mg/L lebih tinggi dari baku mutu air
kelas III. Jika dilihat dari nilai TSS maka
CASSOWARY Volume I (1): 21 - 34
29
sampel air tidak masuk pada mutu kelas
II.
Parameter fisik suhu tercatat bah-
wa suhu air berkisar antara 26oC – 28oC,
yang memperlihatkan bahwa deviasi
suhu yang terjadi tidak melebihi baku
mutu lingkungan yaitu sebesar 3oC. Jika
dilihat berdasarkan parameter suhu maka
mutu air yang dihasilkan termasuk pada
mutu kelas II dan III.
Parameter kimia anorganik untuk
BOD memperlihatkan bahwa nilai BOD
sampel air lebih besar dari baku mutu air
kelas II (3 mg/L), akan tetapi di bawah
mutu air kelas III (6 mg/L). Nilai Cl
bebas sampel air menunjukkan tidak
melebihi mutu kelas air II dan III yaitu
sebesar 0,03 mg/L. Hasil pengukuran pH
menunjukkan bahwa nilai pH berkisar
diantara 6-9 (baku mutu air kelas II dan
kelas III). Nilai COD hasil uji sampel air
menunjukkan bahwa mutu air berada di
bawah baku mutu air kelas II (25 mg/L)
dan kelas III (50 mg/L). Berdasarkan
parameter kimia anorganik (BOD, Cl
bebas, pH dan COD), maka mutu air
termasuk pada mutu kelas II dan Kelas
III.
Analisis usaha pembuatan pakan
alternatif dari limbah Ikan Tuna
Berdasarkan data yang dihimpun
selama proses penelitian, diperoleh in-
formasi terkait komponen investasi dan
biaya sebagaimana tampak pada Tabel 8
dan 9.
Analisa kelayakan financial dari
usaha pembuatan pakan ikan dari limbah
tuna dilakukan dengan membuat
prediksi penjualan yang mengacu pada
harga pasar. Harga yang dimaksud
adalah penjualan pakan ikan dapat
mencapai Rp 13.000,00 per kg. Pakan
ikan yang diproduksi dalam satu kali
proses produksi mencapai 20 kg. Dalam
satu bulan, dapat dilakukan tiga kali
produksi sehingga total pakan yang
dihasilkan dalam 1 bulan adalah 60 kg.
Total biaya per bulan Rp 250.000,00 dan
volume produksi per bulan 60 kg, maka
biaya produksi setiap kg pakan adalah
Rp 4.166,00. Jika dipasarkan pada
tingkat harga Rp 13,000,00 per kg, maka
pendapatan per bulan dari penjualan
pakan ikan dapat mencapai Rp
780.000,00, keuntungan per bulan yang
diperoleh adalah Rp 530.000,00.
Mekipun keuntungan per bulan ini
tergolong kecil pada saat ini, namun
pemilik UD Madurasa lebih mengede-
pankan pemanfaatan limbah.
Keuntungan yang diperoleh dari
pembuatan pakan dianggap sebagai nilai
tambah (opportunities cost) yang dipero-
leh dari pengelolaan limbah dalam pro-
duksi abon. Meskipun pakan yang
dihasilkan dapat dijual, namun pakan
tersebut untuk saat ini masih diman-
faatkan untuk pemenuhan kebutuhan
pakan ikan budidaya yang dikelola
sendiri. Diharapkan ke depannya, pro-
duksi pakan dapat ditingkatkan sehingga
dapat menyuplai kebutuhan pakan petani
ikan lainnya.
Tabel 8. Komponen modal / investasi
No Uraian Harga Satuan (Rp) Jumlah Satuan Total Harga (Rp)
1 Timbangan 1.500.000,00 1 unit 1.500.000,00 2 Alat penjemur/pengering 600.000,00 1 unit 600.000,00
3 Alat penggiling sederhana (blender)
1.000.000,00 1 unit 1.000.000,00
4 Alat pencetak 300.000,00 1 unit 300.000,00
5 Saringan tepung
alumunium
30.000,00 2 buah 60.000,00 6 Baskom sedang 20.000,00 4 buah 80.000,00
CASSOWARY Volume I (1): 21 - 34
30
Total Investasi 3.540.000,00
Tabel 9. Komponen biaya tetap / fixed cost (FC)
No Uraian Total Harga (Rp) Umur
Pakai
(tahun)
Penyusutan/
tahun 1 Timbangan 1.500.000,00 10 150.000,00 2 Alat penjemur/pengering 600.000,00 5 120.000,00 3 Alat penggiling sederhana (blender) 1.000.000,00 5 200.000,00 4 Alat pencetak 300.000,00 5 60.000,00 5 Saringan tepung 60.000,00 2 30.000,00 6 Baskom sedang 80.000,00 2 40.000,00
Total Biaya Penyusutan Per Tahun (Rp) 600.000,00 Rata-rata Biaya Penyusutan per Bulan
(Rp)
50.000,00 Rata-rata Biaya Perawatan per Bulan
(Rp)
50.000,00 Total Biaya Tetap per Bulan (Rp) 100.000,00
Tabel 10. Komponen biaya operasional / variable cost (VC)*
No Uraian Biaya Harga Satuan
(Rp) Jumlah Satuan
Total Harga
(Rp)
1 Sekam 2.000,00 1,5 kg 3.500,00
2 Biaya giling tepung tulang 1.000,00 7 kg 7.000,00
3 Upah tenaga kerja Rp. 2.000 / kg. Jumlah tenaga kerja 1 orang
2.000,00 20 kg 40.000,00
Total Biaya Operasional per produksi (Rp) 50.000,00
Total Biaya Operasional dalam 1 bulan (3x produksi) (Rp) 150.000,00
* Limbah tuna termasuk bahan yang jumlahnya dipengaruhi tingkat produksi, namun
pada kasus ini limbah tuna tidak masuk dalam komponen biaya operasional karena
merupakan sisa produksi abon.
Tabel 11. Hasil analisis finansial pembuatan pakan di UD. Madurasa
Uraian Satuan Nilai Investasi Rp 3.540.000,00 Biaya Tetap per bulan (FC) Rp 100.000,00 Modal Produksi per bulan (VC) Rp 150.000,00 Total Biaya per bulan (C atau TC = FC +
VC)
Rp 250.000,00 Biaya produksi per unit Rp 4.166,00 Rata-rata Produksi per bulan (Q) Kg 60 Harga Penjualan/kg (P) Rp 13.000,00 Penjualan (R= Q x P) Rp 780.000,00 Keuntungan (B = R – TC) Rp 530.000,00 BEP Penjualan Rp 130.000,00 BEP Produksi Kg 8 B/C ratio - 5 Payback period Bulan 4,5
Berdasarkan Tabel 11 diketahui
bahwa usaha ini layak dijalankan karena
nilai B/C lebih dari1 (5). Adapun titik
impas akan dicapai pada saat penjualan
mencapai 8 Kg atau setara dengan
Rp130.000,00. Berdasarkan hasil ana-
lisis payback period, diprediksi bahwa
jika produksi berlangsung konstan,
demikian pula penjualan, maka dalam
CASSOWARY Volume I (1): 21 - 34
31
jangka waktu 4,5 bulan, usaha ini sudah
balik modal.
PENUTUP
Hasil uji proksimat tepung lim-
bah ikan tuna produksi UD Madurasa
memiliki kualitas di atas kebutuhan
nutrisi ikan nila untuk jenis gizi protein,
lemak, karbohidrat dan kadar abu
(mineral). Pakan A memiliki nilai efisi-
ensi pakan tertinggi (24,56%), sedang-
kan pakan dari limbah ikan tuna yang
memiliki nilai efisiensi pakan yang baik
adalah Pakan C (22,83%). Artinya
bahwa nilai efisiensi Pakan A dan nilai
efisiensi Pakan C tidak memiliki perbe-
daan yang nyata dengan selisih1,73 %.
Ikan nila yang diberikan Pakan A
(92,79%) selama enam minggu peme-
liharaan memiliki nilai pertumbuh-an
nisbi yang terbesar bila dibandingkan
dengan Pakan C (87,14 %), E (64,69 %),
B (63,04 %), dan D (55,53 %). Pakan
ikan uji yang dibuat dari limbah ikan
tuna UD Madurasa tidak berpengaruh
terhadap pencemaran kualitas perairan
dan pertumbuhan ikan uji, hasil uji
sampel air tidak melebihi baku mutu air
kelas II dan kelas III menurut PP No 82
Tahun 2001. Usaha ini layak dijalankan
karena nilai B/C lebih dari 1 dengan titik
impas akan dicapai pada saat penjualan
mencapai 8 kg atau setara dengan Rp
130.000,00.
Pakan ternak berbahan dasar
limbah ikan tuna memiliki prospek eko-
nomi yang menjanjikan. Pengelolaan
yang lebih baik seperti penggunaan
peralatan mekanisasi yang tepat dapat
meningkatkan jumlah produksi pakan
yang dihasilkan sehingga mampu men-
cukupi kebutuhan pakan ternak di
Kabupaten Manokwari. Penelitian lan-
jutan untuk mendapatkan formulasi
ransum pakan yang tepat menggunakan
bahan dasar limbah ikan tuna perlu
dilakukan untuk memberikan hasil yang
optimal terhadap pertumbuhan ikan nila.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E. dan E. Liviawati. 2005.
Pakan Ikan. Penerbit Kanisius.
Jakarta.
Archer, M., R. Watson dan J.W. Denton.
2001. Fish Waste Production in
the United Kingdom: The
Quantities Produced and Oppor-
tunities for Better Utilisation.
Seafish Report Number SR537.
Seafish. Grimsby.
Badan Standarisasi Nasional. 1999.
Standar Nasional Indonesia Pro-
duksi Benih Ikan Nila Hitam
(Oreochromis niloticus Bleeker)
kelas benih sebar. SNI : 01- 6141
- 1999. Jakarta.
Dinas Perikanan dan Kelautan Kabu-
paten Manokwari. 2012. Survei
Perikanan Tangkap di Perairan
Manokwari. Kerjasama Dinas
Perikanan dan Kelautan Kabu-
paten Manokwari dengan Fakul-
tas Perikanan dan Kelautan
UNIPA. Manokwari.
Dinas Perikanan dan Kelautan. 2014.
Laporan Statistik Budidaya
Perikanan Kabupaten Manok-
wari.
Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupa-
ten Manokwari. Manokwari.
Djajasewaka, H.Y. 1985. Makanan Ikan.
Penerbit Penebar Swadaya.
Jakarta.
Mahyuddin, K. 2008. Panduan Lengkap
Agribisnis Lele. Penebar Swa-
daya. Bogor.
Mujiman, A. 1984. Makanan Ikan.
Penebar Swadaya. Situbondo.
Norman, W. 1988. Teknologi Penga-
wetan Pangan. Edisi Ketiga.
Universitas Indonesia. Jakarta
Pemerintah Republik Indonesia. 2001.
Peraturan Pemerintah No 82
Tahun 2001 Tentang Baku Mutu
Air Berdasarkan Kelas. Jakarta.
CASSOWARY Volume I (1): 21 - 34
32
Ramelan, A.H., N.H.R. Parnanto dan
Kawiji, 1996. Fisika Pertanian.
UNS Press. Solo.
Sahwan, M.F. 2003. Pakan Ikan dan
Udang : Formulasi, Pembuatan,
Analisa Ekonomi. Penebar Swa-
daya. Jakarta.
Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Per-
cobaan Praktis Bidang Pertanian.
Kanisius. Yogyakarta. Shapiro,
S.S. and Wilk, M.B. (1965). An
Analysis of Variance Test for
Normality (Complete Samples).
Biometrika: 52 (3); 591-611.
Sugiyono. 2014. Statistika Untuk Pene-
litian. Alfabeta. Bandung.
Watanabe, T. 1988. Fish Nutrition and
Marine Culture. JICA Texbook.
The General of Aquaculture
Course. Department of Aquatic.
Biosciense. Tokyo.
Zonneveld, N., E.A. Huisman, and J.H.
Boon. 1991. Prinsip-prinsip Bu-
didaya Ikan. PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
CASSOWARY Volume I (1): 21 - 34
33