pemanfaatan berbagai sensor dalam manajemen …

7
117 Warta PPKS, 2021, 26(2): 117-123 Naskah masuk: 01/04/2021; Naskah diterima: 03/06/2021 PEMANFAATAN BERBAGAI SENSOR DALAM MANAJEMEN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT Teknologi sensor merupakan penghubung antarmuka antara dunia fisik dan dunia perangkat listrik yang berfungsi mengubah fenomena fisika seperti aroma atau cahaya menjadi signal listrik yang dapat dibaca. Teknologi sensor telah berkembang sangat pesat di abad ke-21 ini, teknologi sensor sangat relevan pada hampir semua aspek kehidupan. Saat ini teknologi sensor dimanfaatkan pada dunia industri misalnya kegiatan industri kontrol kualitas, pemantauan dan analisa. Kemampuan teknologi sensor untuk merasakan, mencium, mendengar, berpikir dan berkomunikasi sangat mengagumkan sehingga kehadirannya dapat mempermudah proses pekerjaan menjadi lebih cepat, konsisten dan terukur. Sensor adalah alat untuk mendeteksi/mengukur sesuatu, yang digunakan untuk mengubah variasi mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik (Link, 1993). Dalam penerapannya sistem pengendali dan robotika, sensor memberikan kesamaan yang menyerupai mata, pendengaran, hidung, lidah yang kemudian akan diolah oleh kontroler sebagai otaknya (Petruzella, 1996). PENDAHULUAN Industri kelapa sawit di Indonesia dimulai sejak tahun 1848 yang ditandai dengan ditanamnya 4 biji kelapa sawit di Kebun Raya Bogor. Perkembangan terpesat luasan perkebunan kelapa sawit dimulai pada tahun 1990-an dan mencapai puncaknya pada tahun 2019 dengan luas total 16,38 juta hektar (Kepmentan, 2019). Dengan posisi ini menempatkan Indonesia sebagai produsen CPO terbesar di dunia. Dalam pengelolaan industri kelapa sawit juga mengikuti perkembangan industri secara umum yaitu industri 4.0 yang berbasis pada digitalisasi (Nayantakaningtyas & Daryanto, 2012). Dalam rangka meningkatkan efisiensi sistem produksi, penerapan Internet of Things (IoT) dalam hal ini teknologi sensor menjadi hal yang sangat penting. Teknologi sensor sudah banyak dimanfaatkan di luar industri kelapa sawit, sehingga hal ini menjadi dasar pemanfaatannya di industri kelapa sawit. Muhammad Muzakky Al Maududy, Koko Mardianto, dan Agus Susanto Penulis yang tidak disertai dengan catatan kaki instansi adalah peneliti pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit Muhammad Muzakky Al Maududy( ) * Pusat Penelitian Kelapa Sawit Jl. Brigjen Katamso No. 51 Medan, Indonesia Email: [email protected] Abstrak - Perkembangan industri saat ini sudah memasuki era industri 4.0 yang berbasis pada digitalisasi, sehingga akan mempengaruhi semua sendi kehidupan termasuk industri perkebunan kelapa sawit. Pemanfaatan digitalisasi berbasis pada aplikasi Internet of Things (IoT) sangat dibutuhkan untuk peningkatan efisiensi industri perkebunan kelapa sawit. Salah satu tulang punggung pemanfaatan IoT adalah teknologi sensor. Teknologi yang dapat dimanfaatkan di dalam industri perkebunan kelapa sawit antara lain sensor suhu yang dapat dimanfaatkan sebagai pendeteksi hama, sensor warna yang dapat dimanfaatkan sebagai pendeteksi kematangan buah, sensor aroma untuk mendeteksi penyakit Ganoderma atau reseptifitas bunga kelapa sawit, sensor gerak untuk mendeteksi serangan babi hutan, sensor pH digunakan untuk mendeteksi tingkat kesuburan tanah, sensor cahaya untuk pengaturan penerangan kebun, sensor jarak digunakan pada pemetaan, sensor mekanik yang dapat digunakan dalam proses sortasi buah. Teknologi sensor masih sangat banyak jenisnya dan kemungkinan dapat dimanfaatkan dalam industri kelapa sawit. Kata kunci: digitalisasi, internet of things, perkebunan kelapa sawit, teknologi sensor

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMANFAATAN BERBAGAI SENSOR DALAM MANAJEMEN …

117

Warta PPKS, 2021, 26(2): 117-123

Naskah masuk: 01/04/2021; Naskah diterima: 03/06/2021

PEMANFAATAN BERBAGAI SENSOR DALAM MANAJEMEN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

Teknologi sensor merupakan penghubung antarmuka antara dunia fisik dan dunia perangkat listrik yang berfungsi mengubah fenomena fisika seperti aroma atau cahaya menjadi signal listrik yang dapat dibaca. Teknologi sensor telah berkembang sangat pesat di abad ke-21 ini, teknologi sensor sangat relevan pada hampir semua aspek kehidupan. Saat ini teknologi sensor dimanfaatkan pada dunia industri misalnya kegiatan industri kontrol kualitas, pemantauan dan analisa. Kemampuan teknologi sensor untuk merasakan, mencium, mendengar, berpikir dan berkomunikasi sangat mengagumkan sehingga kehadirannya dapat mempermudah proses pekerjaan menjadi lebih cepat, konsisten dan terukur. Sensor adalah alat untuk mendeteksi/mengukur sesuatu, yang digunakan untuk mengubah variasi mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik (Link, 1993). Dalam penerapannya sistem pengendali dan robotika, sensor memberikan kesamaan yang menyerupai mata, pendengaran, hidung, lidah yang kemudian akan diolah oleh kontroler sebagai otaknya (Petruzella, 1996).

PENDAHULUAN Industri kelapa sawit di Indonesia dimulai sejak tahun 1848 yang ditandai dengan ditanamnya 4 biji kelapa sawit di Kebun Raya Bogor. Perkembangan terpesat luasan perkebunan kelapa sawit dimulai pada tahun 1990-an dan mencapai puncaknya pada tahun 2019 dengan luas total 16,38 juta hektar (Kepmentan, 2019). Dengan posisi ini menempatkan Indonesia sebagai produsen CPO terbesar di dunia. Dalam pengelolaan industri kelapa sawit juga mengikuti perkembangan industri secara umum yaitu industri 4.0 yang berbasis pada digitalisasi (Nayantakaningtyas & Daryanto, 2012). Dalam rangka meningkatkan efisiensi sistem produksi, penerapan Internet of Things (IoT) dalam hal ini teknologi sensor menjadi hal yang sangat penting. Teknologi sensor sudah banyak dimanfaatkan di luar industri kelapa sawit, sehingga hal ini menjadi dasar pemanfaatannya di industri kelapa sawit.

Muhammad Muzakky Al Maududy, Koko Mardianto, dan Agus Susanto

Penulis yang tidak disertai dengan catatan kaki instansi adalah peneliti pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit

Muhammad Muzakky Al Maududy( )*

Pusat Penelitian Kelapa SawitJl. Brigjen Katamso No. 51 Medan, IndonesiaEmail: [email protected]

Abstrak - Perkembangan industri saat ini sudah memasuki era industri 4.0 yang berbasis pada digitalisasi, sehingga akan mempengaruhi semua sendi kehidupan termasuk industri perkebunan kelapa sawit. Pemanfaatan digitalisasi berbasis pada aplikasi Internet of Things (IoT) sangat dibutuhkan untuk peningkatan efisiensi industri perkebunan kelapa sawit. Salah satu tulang punggung pemanfaatan IoT adalah teknologi sensor. Teknologi yang dapat dimanfaatkan di dalam industri perkebunan kelapa sawit antara lain sensor suhu yang dapat dimanfaatkan sebagai pendeteksi hama, sensor warna yang dapat dimanfaatkan sebagai pendeteksi kematangan buah, sensor aroma untuk mendeteksi penyakit Ganoderma atau reseptifitas bunga kelapa sawit, sensor gerak untuk mendeteksi serangan babi hutan, sensor pH digunakan untuk mendeteksi tingkat kesuburan tanah, sensor cahaya untuk pengaturan penerangan kebun, sensor jarak digunakan pada pemetaan, sensor mekanik yang dapat digunakan dalam proses sortasi buah. Teknologi sensor masih sangat banyak jenisnya dan kemungkinan dapat dimanfaatkan dalam industri kelapa sawit.

Kata kunci: digitalisasi, internet of things, perkebunan kelapa sawit, teknologi sensor

Brahmani Dewa Bajra

process for combined treatment of waste (EFB) and waste water (POME) from palm oil mills - Technical, economical and ecological aspects. Landbauforschung Volkenrode, 55(1).

Seroka-Stolka, O., & Ociepa-Kubicka, A. (2019). Green logistics and circular economy. Transportation Research Procedia, 39. https://doi.org/10.1016/j.trpro.2019.06.049

Siddiquee, S., Shafawati, S. N., & Naher, L. (2017). Effective composting of empty fruit bunches us ing potent ia l Tr ichoderma st ra ins . B i o t e c h n o l o g y R e p o r t s , 1 3 . https://doi.org/10.1016/j.btre.2016.11.001

Supriatna, A., Putra, R. E., Manurung, R., & Esyanthi, R. R. (2014). Study on Bioconvertion of Cassava Tuber Skin and Dry Rice Stalk By Black Soldier Flies (Hermetia illucens). The 4th Annual Basic Science International Conference.

Tahir, A. A., Barnoh, N. F. M., Yusof, N., Said, N. N. M., Utsumi, M., Yen, A. M., Hashim, H., Noor, M. J. M. M., Akhir, F. N. M. D., Mohamad, S. E., Sugiura, N., Othman, N., Zakaria, Z., & Hara, H. (2019). Microbial diversity in decaying oil palm empty fruit bunches (OPEFB) and isolation of lignin-degrading bacteria from a tropical environment. Microbes and Environments, 34(2). https://doi.org/10.1264/jsme2.ME18117

Toriyama, H., & Asako, Y. (2010). Aeration of Compost Heating System Using Magnetic Field. Frontiers in Heat and Mass Transfer, 1(1). https://doi.org/10.5098/hmt.v1.1.3005

Trisakti, B., Mhardela, P., Husaini, T., Irvan, & Daimon, H. (2018). Production of oil palm empty fruit bunch compost for ornamental plant cultivation. IOP Conference Series: Materials Science and E n g i n e e r i n g , 3 0 9 ( 1 ) , 0 – 8 . h t t p s : / / d o i . o r g / 1 0 . 1 0 8 8 / 1 7 5 7 -899X/309/1/012094

USDA-NRCS. (2011). Consevation. USDA Natural Resources Conserva t ion Serv ice , 2 . http://www.nrcs.usda.gov

Wang, Y.-S., & Shelomi, M. (2017). Review of Black Soldier Fly (Hermetia illucens) as Animal Feed and Human Food. Foods, 6(10), 91. https://doi.org/10.3390/foods6100091

Winanti, W. S., Prasetiyadi, P., & Wiharja, W. (2019). Pengolahan Palm Oil Mill Effluent (POME) menjadi Biogas dengan Sistem Anaerobik Tipe Fixed Bed tanpa Proses Netralisasi. Jurnal T e k n o l o g i L i n gk u n g a n , 2 0 ( 1 ) , 1 4 3 . https://doi.org/10.29122/jtl.v20i1.3248

Xu, D., Zhao, S., Xiong, Y., Peng, C., Xu, X., Si, G., Yuan, J., & Huang, Q. (2015). Biological, Physicochemical, and Spectral Properties of Aerated Compost Extracts: Influence of Aeration Quantity. Communications in Soil Science and Plant Analysis, 46(18), 2295–2310. https://doi.org/10.1080/00103624.2015.1081693

Zahrim, A. Y., Yee, I. K. T., Thian, E. S. C., Heng, S. Y., Janaun, J., Chong, K. P., Haywood, S. K., Tan, V., Asis, T., & Al-Mizi, T. M. T. M. A. (2017). Effect of pre-treatment and inoculant during composting of palm oil empty fruit bunches. ASEAN Journal of Chemical Engineering, 17(2). https://doi.org/10.22146/ajche.49551

Zhai, L., Manglekar, R. R., & Geng, A. (2020). Enzyme production and oil palm empty fruit bunch bioconversion to ethanol using a hybrid yeast strain. Biotechnology and Applied Biochemistry, 67(5). https://doi.org/10.1002/bab.1816

Zhang, A., & Zhang, A. (2020). The Black Soldier Fly. Can Science and Technology Save China?, 1 6 3 – 1 8 3 . https://doi.org/10.7591/cornell/9781501747021.003.0008

Zhu, Z., Rehman, K. U., Yu, Y., Liu, X., Wang, H., Tomberlin, J. K., Sze, S. H., Cai, M., Zhang, J., Yu, Z., Zheng, J., & Zheng, L. (2019). De novo transcriptome sequencing and analysis revealed the molecular basis of rapid fat accumulation by black soldier fly (Hermetia illucens, L.) for development of insectival biodiesel. Biotechnology for Biofuels, 12(1), 1–16. https://doi.org/10.1186/s13068-019-1531-7

Zulkiple, N., Maskat, M. Y., & Hassan, O. (2016). Pretreatment of Oil Palm Empty Fruit Fiber (OPEFB) with Aquaeous Ammonia for High Production of Sugar. Procedia Chemistry, 1 8 ( M c l s 2 0 1 5 ) , 1 5 5 – 1 6 1 . https://doi.org/10.1016/j.proche.2016.01.024

116

METODOLOGI

Kajian ini dilakukan dengan metode deskriptip melalui pengumpulan data sekunder di kantor kebun, wawancara dengan petugas kebun, dan observasi langsung di lapangan terhadap pelaksanaan pemupukan metode benam. Objek kajian dalam penelitian ini adalah 5 (lima) perkebunan kelapa sawit yang ada di Sumatera Utara yang telah melaksanakan kebijakan pemupukan metode benam selama satu tahun yaitu sejak akhir tahun 2019. Jenis pupuk yang diaplikasikan secara benam pada kelima kebun kelapa sawit tersebut adalah pupuk majemuk NPK, sementara untuk jenis pupuk dolomit diaplikasikan dengan cara tebar. Pembuatan lubang (pocket) pupuk di lima kebun kelapa sawit tersebut dilakukan menggunakan alat mesin bor dan alat manual dengan berbagai modifikasinya. Informasi detil terkait jenis tanah, topografi, curah hujan, dan tahun tanam dari setiap kebun disajikan pada Tabel 1. Evaluasi dilakukan terhadap jenis alat yang digunakan, prestasi kerja yang dicapai dari masing-masing alat yang digunakan, serta permasalahan yang muncul terhadap masing-masing alat yang digunakan.

NoMetode Pengomposan Hasil

Catatan ReferensiPersiapan Agen PengomposanManajemen

C/N N(%) P(%) K(%) DurasiAerasi Kadar Air,

4

Pencincangan

dan

Pengempaan

LDD1 : Fungi Pengompos Lignoselulosa Aerobik

(Corynascus sp.,

Scytalidium sp., Chaetomium sp. dan

Scopulariopsis sp.), dan bakteri (Bacillus sp.) dan

actinomycete (Streptomyces sp.). LDD2

mengandung ragi alkoholik fakultatif

(Saccharomyces sp.), bakteri asam laktat

(Lactobacillus sp.), dan bakteri pengkatabolis protein (Bacillus sp.)

Manual Air 10.51 3.3 1.59 2.75 90 hari(Kananam

et al., 2011)

5

Pencincangan

dan

Pengempaan

Activated Sludge Manual Air 12.2 0.703 88.6 77.4100

hari(Ishak et

al., 2014)

(continued)

Page 2: PEMANFAATAN BERBAGAI SENSOR DALAM MANAJEMEN …

Sensor Mekanik

Sensor mekanik (Mechanical Sensor) adalah perangkat elektronika yang hambatan listriknya berubah secara reversibel sesuai dengan gerakan mekanis dari suatu objek. Berikut ini beberapa jenis Sensor Mekanik yang sering ditemukan dalam rangkaian elektronika ataupun peralatan listrik beserta penjelasan singkatnya: 1) Sensor Gerak Sensor gerak adalah perangkat elektronik yang berfungsi untuk mendeteksi dan mengukur gerakan. Ada dua jenis sensor gerak: sensor gerak aktif dan sensor gerak pasif. Sensor gerak aktif memiliki pemancar dan penerima. Jenis sensor ini mendeteksi gerakan dengan mengukur perubahan jumlah gelombang suara atau radiasi yang dipantulkan kembali ke penerima. Jenis S e n s o r g e r a k a k t i f y a n g p a l i n g u m u m menggunakan teknologi sensor ultrasonik; sensor gerak ini memancarkan gelombang suara untuk mendeteksi keberadaan benda. Ada juga sensor gelombang mikro (yang memancarkan radiasi gelombang mikro), dan sensor tomografi (yang memancarkan dan menerima gelombang radio). Tidak seperti sensor gerak aktif, sensor gerak pasif tidak memiliki pemancar. Sensor mendeteksi gerakan berdasarkan peningkatan radiasi yang dirasakan di lingkungannya. Jenis sensor gerak pasif yang paling banyak digunakan adalah sensor Passive InfraRed (PIR). Sensor PIR dirancang untuk mendeteksi radiasi inframerah yang dipancarkan secara alami dari tubuh manusia. 2) Sensor aliran Sensor aliran berfungsi untuk mengukur atau mengatur laju aliran cairan dan gas di dalam pipa d an t a bung . Sen so r i n i b e r g una un t u k mendeteks i kebocoran, penyumbatan dan semburan pipa. 3) Sensor Level Sensor level adalah perangkat elektronik yang dapat mengukur level cairan. Saat level cairan terdeteksi, sensor kemudian mengubah data yang dirasakan menjadi sinyal listrik. Sensor level banyak digunakan dalam dunia industri. Sebagai contoh, mobil menggunakan sensor level cairan untuk bahan bakar, level sensor juga dapat ditemukan di dalam tangki penyimpanan

industri bahkan dapat ditemukan di peralatan rumah tangga seperti mesin pembuat kopi. 4) Sensor TekananSensor tekanan berfungsi untuk mendeteksi, mengukur tekanan, dan mengubah data fisik yang dirasakan menjadi sinyal elektronik. Sensor tekanan seringkal i menggunakan teknologi piezoelektrik, hal ini karena elemen piezoelektrik dapa t menge luarkan muatan l i s t r i k yang sebanding dengan tegangan yang dialaminya. 5) Sel Beban (Load Cell) Load cell merupakan jenis sensor yang dapat mengubah gaya menjadi keluaran listrik yang dapat diukur. Load cell bekerja dengan cara mengukur regangan kemudian mengirimkan tegangan dalam keluaran listrik. Beberapa jenis Load Cell diantaranya adalah Beam Load Cell, Single Point Load Cell dan Compression Load Cell.

Sensor Gas

Sensor gas adalah perangkat elektronika yang dapat mendeteksi dan mengukur nilai konsentrasi suatu gas. Sensor gas menghasilkan beda potensial berdasarkan nilai resistansi material di dalam sensor yang dapat diukur sebagai tegangan keluaran. Berdasarkan nilai tegangan ini jenis dan konsentrasi gas dapat diperkirakan. Karena sensor gas terus berinteraksi dengan udara dan gas lainnya, sensor tersebut harus lebih sering dikalibrasi daripada jenis sensor lainnya. Sensor gas sering kali merupakan bagian dari sistem yang lebih besar, seperti sistem keamanan, dan biasanya terhubung ke alarm atau perangkat peringatan lainnya. (Iqbal, 2019).

Sensor Hujan

Sensor hujan merupakan perangkat switching yang digunakan untuk mendeteksi curah hujan. Prinsip kerjanya sama seperti sebuah saklar dimana setiap kali terjadi hujan, saklar tersebut akan tertutup secara otomatis. Aplikasi sensor hujan dapat kita temukan pada mode penghapus hujan kaca depan mobil. Di negara maju, sensor ini juga telah digunakan dalam sistem irigasi non konvensional untuk mematikan sistem jika terjadi hujan.

119

Pemanfaatan berbagai sensor dalam manajemen perkebunan kelapa sawitMuhammad Muzakky Al Maududy, Koko Mardianto, dan Agus Susanto

118

JENIS – JENIS SENSOR

Sensor Cahaya

Sensor cahaya adalah suatu perangkat fotolistrik yang berfungsi mengubah energi cahaya (foton) menjadi energi listrik (elektron). B e b e r a p a j e n i s s e n s o r c a h a y a a d a l a h Fotoresistor, Fotodioda, Fototransistor dan Detektor cryogenic. Fotoresistor memiliki elemen semi konduktor kadmium sulfida yang sangat sensitif terhadap cahaya tampak dan inframerah. Fotoresistor bekerja mirip dengan resistor biasa namun perubahan resistansinya bergantung pada jumlah cahaya yang diterimanya (Supatmi, 2011). Fotodioda terbuat dar i bahan s i l ikon dan germanium yang terdiri dari filter optik, lensa, dan area permukaan. Fotodioda bekerja berdasarkan prinsip efek fotolistrik dimana ketika seberkas cahaya mengenai fotodioda, elektron akan terpental sehingga terbentuk lubang elektron dan pergerakan inilah yang kemudian menyebabkan terbentuknya arus listrik (Oktavianty & Wildian, 2016). Fototransistor dapat kita definisikan sebagai penggabungan antara penguat dengan fo tod ioda . Dengan ampl i f i kas i tambahan, sensitivitas cahaya fototransistor jauh lebih baik dari pada fotodioda, namun tidak cukup baik dalam mendeteksi tingkat cahaya rendah. Detektor cryogenic adalah perangkat elektronika yang dapat mengukur energi dari sinar-x, paket energi radiasi elektromagnetik (foton), cahaya terlihat dan inframerah (Sadi, 2015).

Sensor pH

Sensor pH adalah salah satu alat yang biasa digunakan untuk mengukur kualitas air. Sensor jenis ini mampu mengukur jumlah alkalinitas dan keasaman dalam air dan larutan lainnya. Sensor pH biasa dipakai untuk memastikan keamanan, kualitas produk dan proses yang terjadi di dalam air limbah atau pabrik (Hafidz, 2015). Prinsip kerja sensor pH yaitu pada elektrode kaca yang memiliki ujung berbentuk bulat (bulb) yang berfungsi sebagai tempat terjadinya pertukaran ion positif (H+), pertukaran ion menyebabkan adanya beda tegangan an ta ra dua e lek t rode seh ingga pembacaan potensiometer akan menghasilkan positif atau negatif (Wicaksono et al., 2017).

Sensor Jarak

Sensor jarak atau Proximity Sensor adalah sensor yang ber fungs i un tuk mendeteks i keberadaan suatu benda tanpa kontak fisik ketika benda memasuki lingkup sensor. Sensor jarak digunakan di telepon, mobil tanpa pengemudi, sistem antipesawat, dan industri. Ada banyak jenis sensor jarak, dan masing-masing mendeteksi benda dengan cara yang berbeda. Sensor jarak dapat di bagi menjadi 4 jenis berdasarkan jenis material yang digunakan yaitu: Sensor Jarak Induktif (Inductive Proximity Sensor), Sensor Jarak Kapasitif (Capacitive Proximity Sensor), Sensor Jarak Ultrasonik (Ultrasonic Proximity Sensor), Sensor Jarak Fotol istr ik (Photoelectric Proximity Sensor) (Widyaningrum et al., 2020).

Sensor Suhu

Sensor suhu adalah perangkat elektronik yang dapat mendeteksi dan mengukur perubahan panas pada suatu benda yang kemudian diubah menjadi sinyal elektrik. Ada banyak jenis sensor suhu. Beberapa sensor suhu memerlukan kontak langsung dengan benda yang akan diukur suhunya (sensor suhu kontak), sementara yang lain secara tidak langsung mengukur suhu suatu benda (sensor suhu non-kontak). Sensor suhu non-kontak biasanya merupakan sensor inframerah (IR). Sensor inframerah dari jarak jauh dapat mendeteksi energi IR yang dipancarkan oleh suatu objek dan mengirim sinyal ke sirkuit elektronik yang kemudian menentukan suhu objek. Pengembangan dari sensor inframerah untuk mendeteksi suhu adalah kamera termal. Kamera termal terdiri dari lensa, sensor termal, dan rumah mekanis. Lensa memfokuskan energi inframerah ke sensor. Panas yang dirasakan oleh kamera inframerah dapat diukur dengan sangat presis i , yang memungkinkan untuk berbagai macam aplikasi. Kamera termal FLIR dapat mendeteksi panas dengan tingkat ketelitian 0,01°C dan menampilkannya sebagai bayangan abu-abu. Di antara sensor suhu kontak adalah termokopel dan termistor. Termokopel terdiri dari dua konduktor, masing-masing terbuat dari jenis logam berbeda, yang disambungkan di ujungnya untuk membentuk sambungan. Termistor lebih akurat daripada termokopel (mampu mengukur hingga 0,05°C), dan terbuat dari keramik atau polimer (Jaelani & Mamahit, 2015).

METODOLOGI

Kajian ini dilakukan dengan metode deskriptip melalui pengumpulan data sekunder di kantor kebun, wawancara dengan petugas kebun, dan observasi langsung di lapangan terhadap pelaksanaan pemupukan metode benam. Objek kajian dalam penelitian ini adalah 5 (lima) perkebunan kelapa sawit yang ada di Sumatera Utara yang telah melaksanakan kebijakan pemupukan metode benam selama satu tahun yaitu sejak akhir tahun 2019. Jenis pupuk yang diaplikasikan secara benam pada kelima kebun kelapa sawit tersebut adalah pupuk majemuk NPK, sementara untuk jenis pupuk dolomit diaplikasikan dengan cara tebar. Pembuatan lubang (pocket) pupuk di lima kebun kelapa sawit tersebut dilakukan menggunakan alat mesin bor dan alat manual dengan berbagai modifikasinya. Informasi detil terkait jenis tanah, topografi, curah hujan, dan tahun tanam dari setiap kebun disajikan pada Tabel 1. Evaluasi dilakukan terhadap jenis alat yang digunakan, prestasi kerja yang dicapai dari masing-masing alat yang digunakan, serta permasalahan yang muncul terhadap masing-masing alat yang digunakan.

NoMetode Pengomposan Hasil

Catatan ReferensiPersiapan Agen PengomposanManajemen

C/N N(%) P(%) K(%) DurasiAerasi Kadar Air,

4

Pencincangan

dan

Pengempaan

LDD1 : Fungi Pengompos Lignoselulosa Aerobik

(Corynascus sp.,

Scytalidium sp., Chaetomium sp. dan

Scopulariopsis sp.), dan bakteri (Bacillus sp.) dan

actinomycete (Streptomyces sp.). LDD2

mengandung ragi alkoholik fakultatif

(Saccharomyces sp.), bakteri asam laktat

(Lactobacillus sp.), dan bakteri pengkatabolis protein (Bacillus sp.)

Manual Air 10.51 3.3 1.59 2.75 90 hari(Kananam

et al., 2011)

5

Pencincangan

dan

Pengempaan

Activated Sludge Manual Air 12.2 0.703 88.6 77.4100

hari(Ishak et

al., 2014)

(continued)

Page 3: PEMANFAATAN BERBAGAI SENSOR DALAM MANAJEMEN …

Sensor Mekanik

Sensor mekanik (Mechanical Sensor) adalah perangkat elektronika yang hambatan listriknya berubah secara reversibel sesuai dengan gerakan mekanis dari suatu objek. Berikut ini beberapa jenis Sensor Mekanik yang sering ditemukan dalam rangkaian elektronika ataupun peralatan listrik beserta penjelasan singkatnya: 1) Sensor Gerak Sensor gerak adalah perangkat elektronik yang berfungsi untuk mendeteksi dan mengukur gerakan. Ada dua jenis sensor gerak: sensor gerak aktif dan sensor gerak pasif. Sensor gerak aktif memiliki pemancar dan penerima. Jenis sensor ini mendeteksi gerakan dengan mengukur perubahan jumlah gelombang suara atau radiasi yang dipantulkan kembali ke penerima. Jenis S e n s o r g e r a k a k t i f y a n g p a l i n g u m u m menggunakan teknologi sensor ultrasonik; sensor gerak ini memancarkan gelombang suara untuk mendeteksi keberadaan benda. Ada juga sensor gelombang mikro (yang memancarkan radiasi gelombang mikro), dan sensor tomografi (yang memancarkan dan menerima gelombang radio). Tidak seperti sensor gerak aktif, sensor gerak pasif tidak memiliki pemancar. Sensor mendeteksi gerakan berdasarkan peningkatan radiasi yang dirasakan di lingkungannya. Jenis sensor gerak pasif yang paling banyak digunakan adalah sensor Passive InfraRed (PIR). Sensor PIR dirancang untuk mendeteksi radiasi inframerah yang dipancarkan secara alami dari tubuh manusia. 2) Sensor aliran Sensor aliran berfungsi untuk mengukur atau mengatur laju aliran cairan dan gas di dalam pipa d an t a bung . Sen so r i n i b e r g una un t u k mendeteks i kebocoran, penyumbatan dan semburan pipa. 3) Sensor Level Sensor level adalah perangkat elektronik yang dapat mengukur level cairan. Saat level cairan terdeteksi, sensor kemudian mengubah data yang dirasakan menjadi sinyal listrik. Sensor level banyak digunakan dalam dunia industri. Sebagai contoh, mobil menggunakan sensor level cairan untuk bahan bakar, level sensor juga dapat ditemukan di dalam tangki penyimpanan

industri bahkan dapat ditemukan di peralatan rumah tangga seperti mesin pembuat kopi. 4) Sensor TekananSensor tekanan berfungsi untuk mendeteksi, mengukur tekanan, dan mengubah data fisik yang dirasakan menjadi sinyal elektronik. Sensor tekanan seringkal i menggunakan teknologi piezoelektrik, hal ini karena elemen piezoelektrik dapa t menge luarkan muatan l i s t r i k yang sebanding dengan tegangan yang dialaminya. 5) Sel Beban (Load Cell) Load cell merupakan jenis sensor yang dapat mengubah gaya menjadi keluaran listrik yang dapat diukur. Load cell bekerja dengan cara mengukur regangan kemudian mengirimkan tegangan dalam keluaran listrik. Beberapa jenis Load Cell diantaranya adalah Beam Load Cell, Single Point Load Cell dan Compression Load Cell.

Sensor Gas

Sensor gas adalah perangkat elektronika yang dapat mendeteksi dan mengukur nilai konsentrasi suatu gas. Sensor gas menghasilkan beda potensial berdasarkan nilai resistansi material di dalam sensor yang dapat diukur sebagai tegangan keluaran. Berdasarkan nilai tegangan ini jenis dan konsentrasi gas dapat diperkirakan. Karena sensor gas terus berinteraksi dengan udara dan gas lainnya, sensor tersebut harus lebih sering dikalibrasi daripada jenis sensor lainnya. Sensor gas sering kali merupakan bagian dari sistem yang lebih besar, seperti sistem keamanan, dan biasanya terhubung ke alarm atau perangkat peringatan lainnya. (Iqbal, 2019).

Sensor Hujan

Sensor hujan merupakan perangkat switching yang digunakan untuk mendeteksi curah hujan. Prinsip kerjanya sama seperti sebuah saklar dimana setiap kali terjadi hujan, saklar tersebut akan tertutup secara otomatis. Aplikasi sensor hujan dapat kita temukan pada mode penghapus hujan kaca depan mobil. Di negara maju, sensor ini juga telah digunakan dalam sistem irigasi non konvensional untuk mematikan sistem jika terjadi hujan.

119

Pemanfaatan berbagai sensor dalam manajemen perkebunan kelapa sawitMuhammad Muzakky Al Maududy, Koko Mardianto, dan Agus Susanto

118

JENIS – JENIS SENSOR

Sensor Cahaya

Sensor cahaya adalah suatu perangkat fotolistrik yang berfungsi mengubah energi cahaya (foton) menjadi energi listrik (elektron). B e b e r a p a j e n i s s e n s o r c a h a y a a d a l a h Fotoresistor, Fotodioda, Fototransistor dan Detektor cryogenic. Fotoresistor memiliki elemen semi konduktor kadmium sulfida yang sangat sensitif terhadap cahaya tampak dan inframerah. Fotoresistor bekerja mirip dengan resistor biasa namun perubahan resistansinya bergantung pada jumlah cahaya yang diterimanya (Supatmi, 2011). Fotodioda terbuat dar i bahan s i l ikon dan germanium yang terdiri dari filter optik, lensa, dan area permukaan. Fotodioda bekerja berdasarkan prinsip efek fotolistrik dimana ketika seberkas cahaya mengenai fotodioda, elektron akan terpental sehingga terbentuk lubang elektron dan pergerakan inilah yang kemudian menyebabkan terbentuknya arus listrik (Oktavianty & Wildian, 2016). Fototransistor dapat kita definisikan sebagai penggabungan antara penguat dengan fo tod ioda . Dengan ampl i f i kas i tambahan, sensitivitas cahaya fototransistor jauh lebih baik dari pada fotodioda, namun tidak cukup baik dalam mendeteksi tingkat cahaya rendah. Detektor cryogenic adalah perangkat elektronika yang dapat mengukur energi dari sinar-x, paket energi radiasi elektromagnetik (foton), cahaya terlihat dan inframerah (Sadi, 2015).

Sensor pH

Sensor pH adalah salah satu alat yang biasa digunakan untuk mengukur kualitas air. Sensor jenis ini mampu mengukur jumlah alkalinitas dan keasaman dalam air dan larutan lainnya. Sensor pH biasa dipakai untuk memastikan keamanan, kualitas produk dan proses yang terjadi di dalam air limbah atau pabrik (Hafidz, 2015). Prinsip kerja sensor pH yaitu pada elektrode kaca yang memiliki ujung berbentuk bulat (bulb) yang berfungsi sebagai tempat terjadinya pertukaran ion positif (H+), pertukaran ion menyebabkan adanya beda tegangan an ta ra dua e lek t rode seh ingga pembacaan potensiometer akan menghasilkan positif atau negatif (Wicaksono et al., 2017).

Sensor Jarak

Sensor jarak atau Proximity Sensor adalah sensor yang ber fungs i un tuk mendeteks i keberadaan suatu benda tanpa kontak fisik ketika benda memasuki lingkup sensor. Sensor jarak digunakan di telepon, mobil tanpa pengemudi, sistem antipesawat, dan industri. Ada banyak jenis sensor jarak, dan masing-masing mendeteksi benda dengan cara yang berbeda. Sensor jarak dapat di bagi menjadi 4 jenis berdasarkan jenis material yang digunakan yaitu: Sensor Jarak Induktif (Inductive Proximity Sensor), Sensor Jarak Kapasitif (Capacitive Proximity Sensor), Sensor Jarak Ultrasonik (Ultrasonic Proximity Sensor), Sensor Jarak Fotol istr ik (Photoelectric Proximity Sensor) (Widyaningrum et al., 2020).

Sensor Suhu

Sensor suhu adalah perangkat elektronik yang dapat mendeteksi dan mengukur perubahan panas pada suatu benda yang kemudian diubah menjadi sinyal elektrik. Ada banyak jenis sensor suhu. Beberapa sensor suhu memerlukan kontak langsung dengan benda yang akan diukur suhunya (sensor suhu kontak), sementara yang lain secara tidak langsung mengukur suhu suatu benda (sensor suhu non-kontak). Sensor suhu non-kontak biasanya merupakan sensor inframerah (IR). Sensor inframerah dari jarak jauh dapat mendeteksi energi IR yang dipancarkan oleh suatu objek dan mengirim sinyal ke sirkuit elektronik yang kemudian menentukan suhu objek. Pengembangan dari sensor inframerah untuk mendeteksi suhu adalah kamera termal. Kamera termal terdiri dari lensa, sensor termal, dan rumah mekanis. Lensa memfokuskan energi inframerah ke sensor. Panas yang dirasakan oleh kamera inframerah dapat diukur dengan sangat presis i , yang memungkinkan untuk berbagai macam aplikasi. Kamera termal FLIR dapat mendeteksi panas dengan tingkat ketelitian 0,01°C dan menampilkannya sebagai bayangan abu-abu. Di antara sensor suhu kontak adalah termokopel dan termistor. Termokopel terdiri dari dua konduktor, masing-masing terbuat dari jenis logam berbeda, yang disambungkan di ujungnya untuk membentuk sambungan. Termistor lebih akurat daripada termokopel (mampu mengukur hingga 0,05°C), dan terbuat dari keramik atau polimer (Jaelani & Mamahit, 2015).

METODOLOGI

Kajian ini dilakukan dengan metode deskriptip melalui pengumpulan data sekunder di kantor kebun, wawancara dengan petugas kebun, dan observasi langsung di lapangan terhadap pelaksanaan pemupukan metode benam. Objek kajian dalam penelitian ini adalah 5 (lima) perkebunan kelapa sawit yang ada di Sumatera Utara yang telah melaksanakan kebijakan pemupukan metode benam selama satu tahun yaitu sejak akhir tahun 2019. Jenis pupuk yang diaplikasikan secara benam pada kelima kebun kelapa sawit tersebut adalah pupuk majemuk NPK, sementara untuk jenis pupuk dolomit diaplikasikan dengan cara tebar. Pembuatan lubang (pocket) pupuk di lima kebun kelapa sawit tersebut dilakukan menggunakan alat mesin bor dan alat manual dengan berbagai modifikasinya. Informasi detil terkait jenis tanah, topografi, curah hujan, dan tahun tanam dari setiap kebun disajikan pada Tabel 1. Evaluasi dilakukan terhadap jenis alat yang digunakan, prestasi kerja yang dicapai dari masing-masing alat yang digunakan, serta permasalahan yang muncul terhadap masing-masing alat yang digunakan.

NoMetode Pengomposan Hasil

Catatan ReferensiPersiapan Agen PengomposanManajemen

C/N N(%) P(%) K(%) DurasiAerasi Kadar Air,

4

Pencincangan

dan

Pengempaan

LDD1 : Fungi Pengompos Lignoselulosa Aerobik

(Corynascus sp.,

Scytalidium sp., Chaetomium sp. dan

Scopulariopsis sp.), dan bakteri (Bacillus sp.) dan

actinomycete (Streptomyces sp.). LDD2

mengandung ragi alkoholik fakultatif

(Saccharomyces sp.), bakteri asam laktat

(Lactobacillus sp.), dan bakteri pengkatabolis protein (Bacillus sp.)

Manual Air 10.51 3.3 1.59 2.75 90 hari(Kananam

et al., 2011)

5

Pencincangan

dan

Pengempaan

Activated Sludge Manual Air 12.2 0.703 88.6 77.4100

hari(Ishak et

al., 2014)

(continued)

Page 4: PEMANFAATAN BERBAGAI SENSOR DALAM MANAJEMEN …

121

Gambar 1. Sensor gas TGS

120

Sensor Suara

Sensor suara didefinisikan sebagai perangkat yang mampu mendeteks i gelombang suara dan mengubahnya menjadi sinyal listrik. Sensor suara bekerja mirip dengan telinga kita, yaitu memiliki diafragma yang mengubah getaran menjadi sinyal. Namun, yang berbeda adalah sensor suara terdiri dari mikrofon kapasitif internal, detektor puncak, dan amplifier yang sangat sensitif terhadap suara. Dimana gelombang suara yang merambat melalui molekul udara menyebabkan diafragma pada mikrofon bergetar sehingga mengakibatkan perubahan kapasitansi. Perubahan kapasitansi kemudian diperkuat dan ditampilkan dalam besaran listrik.

Sensor Giroskop

Sensor giroskop berfungsi untuk memantau pergerakan, baik gerakan miring, rotasi, guncangan maupun ayunan sesua i dengan g rav i tas i berdasarkan pada ketetapan momentum sudut. Output yang dihasilkan oleh sensor ini berupa nilai kecepatan sudut pada sumbu x yang ditampilkan

sebagai phi(Φ), sumbu y sebagai theta(θ), dan sumbu z sebaga i ps i (ψ ) seh ingga dapat menggambarkan perubahan sudut atas perubahan waktu. Dalam penggunaannya, umumnya sensor g i r oskop d i n t e rga ras i kan dengan senso r accelerometer hal ini karena sudut kemiringan yang didapatkan dar i data gi roskop mempunyai penyimpangan selama periode waktu tertentu sedangkan sensor accelerometer memiliki waktu respon yang lambat dalam menghitung sudut kemiringan. Dapat dikatakan bahwa data pada accelerometer berguna untuk jangka panjang sedangkan giroskop digunakan untuk jangka pendek.

Sensor Warna

Sensor warna adalah jenis sensor fotoelektrik yang memancarkan cahaya dari pemancar, dan kemudian mendeteksi cahaya yang dipantulkan kembali dari objek deteksi melalui receiver. Sensor warna dapat mendeteksi intensitas cahaya yang diterima masing-masing untuk merah, biru dan hijau, sehingga memungkinkan untuk menentukan warna objek target.

kelembaban digital yang cukup murah. Sensor ini menggunakan sensor kelembaban kapasitif dan termistor untuk mengukur udara di sekitarnya (Adiptya & Wibawanto, 2013).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sensor memegang peranan penting bagi kemajuan sebuah industri tidak terkecuali industri kelapa sawit. Dengan meningkatkan teknologi pemrosesan bukan hanya mampu menghasilkan produk unggul yang diharapkan pasar namun juga dapat meningkatkan margin perusahaan karena kegagalan user dapat ditekan dan pengelolaan perkebunan dapat dioptimalkan. Sehingga pengaruh perubahan iklim atau pergantian musim tidak memberi dampak yang signifikan terhadap hasil panen. Berikut ini adalah beberapa sensor yang telah diaplikasikan dalam industri kelapa sawit. Sensor suhu (thermal), sensor ini dimanfaatkan untuk early warning system (sistem peringatan dini) hama ulat pemakan daun kelapa sawit seperti ulat api dan ulat kantung. Aktivitas dari ulat api maupun ulat kantung yang aktif memakan daun kelapa sawit akan terdeteksi dengan kamera termal yang dijalankan menggunakan drone (UAV) sedangkan tanaman yang sehat tidak menunjukkan gambar yang sama dengan yang terserang hama. Sensor ini juga dapat membedakan intensitas serangan ulat pemakan daun kelapa sawit tersebut. Dengan aplikasi UAV+ sensor termal dapat mendata areal kelapa sawit yang sangat luas dalam waktu yang relatif singkat. Dengan demikian hama ulat pemakan daun kelapa sawit dapat dikendalikan secara tepat (Wiratmoko et al., 2018). Selain sensor suhu, sensor warna juga dipakai di industri kelapa sawit. Sensor warna digunakan untuk pendeteksian tingkat kematangan buah yang dipanen untuk memprediksi rendemen minyak kelapa sawit. Langkah pertama yang perlu dicari adalah korelasi antara warna dan kematangan buah dengan prinsip semakin merah atau oranye buah semakin matang. Nilai korelasi antara warna buah yang ditangkap oleh sensor warna dapat diinterpretasikan ke dalam rendemen minyak sawit. Hasilnya dengan memotret tandan dapat diketahui rendemen minyak sawitnya (Fadilah et al., 2012). Sensor lain yang digunakan di perkebunan kelapa sawit adalah sensor gas untuk mendeteksi secara dini

penyakit Ganoderma. Penyakit busuk pangkal batang kelapa sawit yang disebabkan oleh jamur Ganoderma merupakan non diagnostic, artinya gejala yang muncul belum tentu linier dengan perkembangan penyakit, kadang gejala seringkali tidak muncul tetapi perkembangan penyakit sudah lanjut. Tanaman yang tampak sehat tiba-tiba tumbang dan mengalami kematian (Susanto et al., 2005). Oleh karena itu, dicoba tanaman yang masih bergejala awal dideteksi dengan gas atau aroma yang dihasilkan. Tanaman yang ter in feks i Ganoderma akan bereaksi mengeluarkan gas tertentu sehingga gas ini dapat ditangkap oleh sensor sebagai alat pendeteksi. Semakin lanjut tingkat infeksi semakin banyak tanaman menghasilkan gas sehingga lebih mudah dideteksi oleh sensor ini (Kresnawaty et al., 2020). Sensor gas ini juga sedang dikembangkan untuk mendeteksi senyawa estragol yang dihasilkan oleh bunga bunga jantan anthesis atau bunga betina reseptik. Dengan diketahuinya kereseptifan bunga sawit maka semakin mudah pengelolaan tanaman kelapa sawit, contohnya kapan waktu yang tepat melakukan assisted pollination (penyerbukan bantuan) dan aplikasi teknologi hatch and carry dalam peningkatan produktivitas kelapa sawit (Prasetyo et al., 2014). Sedangkan sensor gerak dapat digunakan untuk mendeteksi material yang lebih besar yaitu serangan hama babi hutan, sapi, maupun pencurian. Sensor ini didesain sedemikian rupa yang bisa diletakkan di lapangan sehingga apabila terdapat serangan hama ataupun gangguan tersebut dapat memberikan informasi kepada asisten perkebunan. Sistem kerja sensor ini mendeteksi objek yang melalui batas deteksi sensor sehingga sensor mengirimkan sinyal deteksi gerak. Kesuburan tanah merupakan faktor terpenting dalam budidaya kelapa sawit yang mencakup pada kesuburan fisik dan kimia tanah. Untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah dapat digunakan beberapa sensor, misalnya sensor pH tanah, sensor warna, dan sensor gas. Sensor pH akan memberikan informasi mengenai tingkat keasaman tanah di perkebunan kelapa sawit sehingga mengetahui perlakuan atau tindakan perawatannya. Sensor warna digunakan untuk melihat defisiensi unsur hara khususnya nitrogen melalui daun dengan melihat tingkatan warna yang tampak. Sedangkan sensor gas digunakan untuk mengukur gas-gas yang dihasilkan oleh dekomposisi

Sensor Kelembaban

Sensor kelembaban adalah perangkat elektronik yang dapat mengukur kelembaban di lingkungannya dan mengubahnya menjadi sinyal l istrik. Sensor kelembaban sangat bervariasi dalam ukuran dan fungsinya. Beberapa sensor kelembaban dapat

d i temukan di perangkat genggam (seper t i smartphone), sementara yang lain diintegrasikan ke dalam sistem tertanam yang lebih besar (seperti sistem pemantauan kualitas udara). Salah satu jenis sensor kelembaban yang sangat populer adalah Sensor DHT11. DHT11 adalah sensor suhu dan

Muhammad Muzakky Al Maududy, Koko Mardianto, dan Agus Susanto Pemanfaatan berbagai sensor dalam manajemen perkebunan kelapa sawit

METODOLOGI

Kajian ini dilakukan dengan metode deskriptip melalui pengumpulan data sekunder di kantor kebun, wawancara dengan petugas kebun, dan observasi langsung di lapangan terhadap pelaksanaan pemupukan metode benam. Objek kajian dalam penelitian ini adalah 5 (lima) perkebunan kelapa sawit yang ada di Sumatera Utara yang telah melaksanakan kebijakan pemupukan metode benam selama satu tahun yaitu sejak akhir tahun 2019. Jenis pupuk yang diaplikasikan secara benam pada kelima kebun kelapa sawit tersebut adalah pupuk majemuk NPK, sementara untuk jenis pupuk dolomit diaplikasikan dengan cara tebar. Pembuatan lubang (pocket) pupuk di lima kebun kelapa sawit tersebut dilakukan menggunakan alat mesin bor dan alat manual dengan berbagai modifikasinya. Informasi detil terkait jenis tanah, topografi, curah hujan, dan tahun tanam dari setiap kebun disajikan pada Tabel 1. Evaluasi dilakukan terhadap jenis alat yang digunakan, prestasi kerja yang dicapai dari masing-masing alat yang digunakan, serta permasalahan yang muncul terhadap masing-masing alat yang digunakan.

NoMetode Pengomposan Hasil

Catatan ReferensiPersiapan Agen PengomposanManajemen

C/N N(%) P(%) K(%) DurasiAerasi Kadar Air,

4

Pencincangan

dan

Pengempaan

LDD1 : Fungi Pengompos Lignoselulosa Aerobik

(Corynascus sp.,

Scytalidium sp., Chaetomium sp. dan

Scopulariopsis sp.), dan bakteri (Bacillus sp.) dan

actinomycete (Streptomyces sp.). LDD2

mengandung ragi alkoholik fakultatif

(Saccharomyces sp.), bakteri asam laktat

(Lactobacillus sp.), dan bakteri pengkatabolis protein (Bacillus sp.)

Manual Air 10.51 3.3 1.59 2.75 90 hari(Kananam

et al., 2011)

5

Pencincangan

dan

Pengempaan

Activated Sludge Manual Air 12.2 0.703 88.6 77.4100

hari(Ishak et

al., 2014)

(continued)

Page 5: PEMANFAATAN BERBAGAI SENSOR DALAM MANAJEMEN …

121

Gambar 1. Sensor gas TGS

120

Sensor Suara

Sensor suara didefinisikan sebagai perangkat yang mampu mendeteks i gelombang suara dan mengubahnya menjadi sinyal listrik. Sensor suara bekerja mirip dengan telinga kita, yaitu memiliki diafragma yang mengubah getaran menjadi sinyal. Namun, yang berbeda adalah sensor suara terdiri dari mikrofon kapasitif internal, detektor puncak, dan amplifier yang sangat sensitif terhadap suara. Dimana gelombang suara yang merambat melalui molekul udara menyebabkan diafragma pada mikrofon bergetar sehingga mengakibatkan perubahan kapasitansi. Perubahan kapasitansi kemudian diperkuat dan ditampilkan dalam besaran listrik.

Sensor Giroskop

Sensor giroskop berfungsi untuk memantau pergerakan, baik gerakan miring, rotasi, guncangan maupun ayunan sesua i dengan g rav i tas i berdasarkan pada ketetapan momentum sudut. Output yang dihasilkan oleh sensor ini berupa nilai kecepatan sudut pada sumbu x yang ditampilkan

sebagai phi(Φ), sumbu y sebagai theta(θ), dan sumbu z sebaga i ps i (ψ ) seh ingga dapat menggambarkan perubahan sudut atas perubahan waktu. Dalam penggunaannya, umumnya sensor g i r oskop d i n t e rga ras i kan dengan senso r accelerometer hal ini karena sudut kemiringan yang didapatkan dar i data gi roskop mempunyai penyimpangan selama periode waktu tertentu sedangkan sensor accelerometer memiliki waktu respon yang lambat dalam menghitung sudut kemiringan. Dapat dikatakan bahwa data pada accelerometer berguna untuk jangka panjang sedangkan giroskop digunakan untuk jangka pendek.

Sensor Warna

Sensor warna adalah jenis sensor fotoelektrik yang memancarkan cahaya dari pemancar, dan kemudian mendeteksi cahaya yang dipantulkan kembali dari objek deteksi melalui receiver. Sensor warna dapat mendeteksi intensitas cahaya yang diterima masing-masing untuk merah, biru dan hijau, sehingga memungkinkan untuk menentukan warna objek target.

kelembaban digital yang cukup murah. Sensor ini menggunakan sensor kelembaban kapasitif dan termistor untuk mengukur udara di sekitarnya (Adiptya & Wibawanto, 2013).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sensor memegang peranan penting bagi kemajuan sebuah industri tidak terkecuali industri kelapa sawit. Dengan meningkatkan teknologi pemrosesan bukan hanya mampu menghasilkan produk unggul yang diharapkan pasar namun juga dapat meningkatkan margin perusahaan karena kegagalan user dapat ditekan dan pengelolaan perkebunan dapat dioptimalkan. Sehingga pengaruh perubahan iklim atau pergantian musim tidak memberi dampak yang signifikan terhadap hasil panen. Berikut ini adalah beberapa sensor yang telah diaplikasikan dalam industri kelapa sawit. Sensor suhu (thermal), sensor ini dimanfaatkan untuk early warning system (sistem peringatan dini) hama ulat pemakan daun kelapa sawit seperti ulat api dan ulat kantung. Aktivitas dari ulat api maupun ulat kantung yang aktif memakan daun kelapa sawit akan terdeteksi dengan kamera termal yang dijalankan menggunakan drone (UAV) sedangkan tanaman yang sehat tidak menunjukkan gambar yang sama dengan yang terserang hama. Sensor ini juga dapat membedakan intensitas serangan ulat pemakan daun kelapa sawit tersebut. Dengan aplikasi UAV+ sensor termal dapat mendata areal kelapa sawit yang sangat luas dalam waktu yang relatif singkat. Dengan demikian hama ulat pemakan daun kelapa sawit dapat dikendalikan secara tepat (Wiratmoko et al., 2018). Selain sensor suhu, sensor warna juga dipakai di industri kelapa sawit. Sensor warna digunakan untuk pendeteksian tingkat kematangan buah yang dipanen untuk memprediksi rendemen minyak kelapa sawit. Langkah pertama yang perlu dicari adalah korelasi antara warna dan kematangan buah dengan prinsip semakin merah atau oranye buah semakin matang. Nilai korelasi antara warna buah yang ditangkap oleh sensor warna dapat diinterpretasikan ke dalam rendemen minyak sawit. Hasilnya dengan memotret tandan dapat diketahui rendemen minyak sawitnya (Fadilah et al., 2012). Sensor lain yang digunakan di perkebunan kelapa sawit adalah sensor gas untuk mendeteksi secara dini

penyakit Ganoderma. Penyakit busuk pangkal batang kelapa sawit yang disebabkan oleh jamur Ganoderma merupakan non diagnostic, artinya gejala yang muncul belum tentu linier dengan perkembangan penyakit, kadang gejala seringkali tidak muncul tetapi perkembangan penyakit sudah lanjut. Tanaman yang tampak sehat tiba-tiba tumbang dan mengalami kematian (Susanto et al., 2005). Oleh karena itu, dicoba tanaman yang masih bergejala awal dideteksi dengan gas atau aroma yang dihasilkan. Tanaman yang ter in feks i Ganoderma akan bereaksi mengeluarkan gas tertentu sehingga gas ini dapat ditangkap oleh sensor sebagai alat pendeteksi. Semakin lanjut tingkat infeksi semakin banyak tanaman menghasilkan gas sehingga lebih mudah dideteksi oleh sensor ini (Kresnawaty et al., 2020). Sensor gas ini juga sedang dikembangkan untuk mendeteksi senyawa estragol yang dihasilkan oleh bunga bunga jantan anthesis atau bunga betina reseptik. Dengan diketahuinya kereseptifan bunga sawit maka semakin mudah pengelolaan tanaman kelapa sawit, contohnya kapan waktu yang tepat melakukan assisted pollination (penyerbukan bantuan) dan aplikasi teknologi hatch and carry dalam peningkatan produktivitas kelapa sawit (Prasetyo et al., 2014). Sedangkan sensor gerak dapat digunakan untuk mendeteksi material yang lebih besar yaitu serangan hama babi hutan, sapi, maupun pencurian. Sensor ini didesain sedemikian rupa yang bisa diletakkan di lapangan sehingga apabila terdapat serangan hama ataupun gangguan tersebut dapat memberikan informasi kepada asisten perkebunan. Sistem kerja sensor ini mendeteksi objek yang melalui batas deteksi sensor sehingga sensor mengirimkan sinyal deteksi gerak. Kesuburan tanah merupakan faktor terpenting dalam budidaya kelapa sawit yang mencakup pada kesuburan fisik dan kimia tanah. Untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah dapat digunakan beberapa sensor, misalnya sensor pH tanah, sensor warna, dan sensor gas. Sensor pH akan memberikan informasi mengenai tingkat keasaman tanah di perkebunan kelapa sawit sehingga mengetahui perlakuan atau tindakan perawatannya. Sensor warna digunakan untuk melihat defisiensi unsur hara khususnya nitrogen melalui daun dengan melihat tingkatan warna yang tampak. Sedangkan sensor gas digunakan untuk mengukur gas-gas yang dihasilkan oleh dekomposisi

Sensor Kelembaban

Sensor kelembaban adalah perangkat elektronik yang dapat mengukur kelembaban di lingkungannya dan mengubahnya menjadi sinyal l istrik. Sensor kelembaban sangat bervariasi dalam ukuran dan fungsinya. Beberapa sensor kelembaban dapat

d i temukan di perangkat genggam (seper t i smartphone), sementara yang lain diintegrasikan ke dalam sistem tertanam yang lebih besar (seperti sistem pemantauan kualitas udara). Salah satu jenis sensor kelembaban yang sangat populer adalah Sensor DHT11. DHT11 adalah sensor suhu dan

Muhammad Muzakky Al Maududy, Koko Mardianto, dan Agus Susanto Pemanfaatan berbagai sensor dalam manajemen perkebunan kelapa sawit

METODOLOGI

Kajian ini dilakukan dengan metode deskriptip melalui pengumpulan data sekunder di kantor kebun, wawancara dengan petugas kebun, dan observasi langsung di lapangan terhadap pelaksanaan pemupukan metode benam. Objek kajian dalam penelitian ini adalah 5 (lima) perkebunan kelapa sawit yang ada di Sumatera Utara yang telah melaksanakan kebijakan pemupukan metode benam selama satu tahun yaitu sejak akhir tahun 2019. Jenis pupuk yang diaplikasikan secara benam pada kelima kebun kelapa sawit tersebut adalah pupuk majemuk NPK, sementara untuk jenis pupuk dolomit diaplikasikan dengan cara tebar. Pembuatan lubang (pocket) pupuk di lima kebun kelapa sawit tersebut dilakukan menggunakan alat mesin bor dan alat manual dengan berbagai modifikasinya. Informasi detil terkait jenis tanah, topografi, curah hujan, dan tahun tanam dari setiap kebun disajikan pada Tabel 1. Evaluasi dilakukan terhadap jenis alat yang digunakan, prestasi kerja yang dicapai dari masing-masing alat yang digunakan, serta permasalahan yang muncul terhadap masing-masing alat yang digunakan.

NoMetode Pengomposan Hasil

Catatan ReferensiPersiapan Agen PengomposanManajemen

C/N N(%) P(%) K(%) DurasiAerasi Kadar Air,

4

Pencincangan

dan

Pengempaan

LDD1 : Fungi Pengompos Lignoselulosa Aerobik

(Corynascus sp.,

Scytalidium sp., Chaetomium sp. dan

Scopulariopsis sp.), dan bakteri (Bacillus sp.) dan

actinomycete (Streptomyces sp.). LDD2

mengandung ragi alkoholik fakultatif

(Saccharomyces sp.), bakteri asam laktat

(Lactobacillus sp.), dan bakteri pengkatabolis protein (Bacillus sp.)

Manual Air 10.51 3.3 1.59 2.75 90 hari(Kananam

et al., 2011)

5

Pencincangan

dan

Pengempaan

Activated Sludge Manual Air 12.2 0.703 88.6 77.4100

hari(Ishak et

al., 2014)

(continued)

Page 6: PEMANFAATAN BERBAGAI SENSOR DALAM MANAJEMEN …

123122

yang tanah gambut untuk mengetahui tingkat kematangan dan kesuburan tanah gambut. Sensor cahaya di perkebunan kelapa sawit dapat digunakan untuk otomatisasi penerangan perumahan di perkebunan. Selain itu juga dapat digunakan sebagai pengendalian cahaya lampu di perangkap pengendalian hama. Sensor mekanik juga dapat digunakan pada pengolahan tandan buah sawit di pabrik kelapa sawit. Berikut manfaat sensor mekanik yaitu memilih tandan buah berdasarkan ukuran, menghitung berat sawit, menghitung level cairan pada tangki, dan menghitung debit cairan.

KESIMPULAN Pengaruh perkembangan industri 4.0 tidak dapat dielakkan karena berdampak pada seluruh sendi kehidupan termasuk industri perkebunan kelapa sawit. Roh industri 4.0 terutama di perkebunan kelapa sawit adalah digitalisasi yang berbasis pada Internet of Things (IoT). Salah satu pilar IoT adalah teknologi sensor yang saat ini sedang dan akan terus dikembangkan di perkebunan kelapa sawit. Teknologi sensor yang dapat dimanfaatkan adalah sensor suhu, gas, dan gerak untuk deteksi serangan hama di perkebunan kelapa sawit; sensor pH dimanfaatkan untuk mendeteksi kesuburan tanah; sensor cahaya digunakan untuk manajemen kebun; sensor jarak digunakan untuk pemetaan kebun; dan sensor mekanik dapat digunakan untuk efisiensi di Pabrik Kelapa Sawit. Semua teknologi sensor ini dapat dimanfaatkan untuk efisiensi dan peningkatan produktivitas di perkebunan kelapa sawit.

DAFTAR PUSTAKAAdiptya, M. Y. E., & Wibawanto, H. (2013). Sistem

pengamatan suhu dan kelembaban pada rumah berbasis mikrokontroller atmega8. Jurnal Teknik Elektro, 5(1), 15-17. doi: https://doi.org/10.15294/jte.v5i1.3548

Andrianto, H. (2015). Pemrograman mikrokontroler AVR ATMega16 menggunakan bahasa C (Codevision Avr). Bandung: Informatika Bandung.

Hafidz, A. (2015). Rancang Bangun Sistem Kontrol

Akuarium Otomatis Berbasis Mikrokontroler. Jakarta: Universitas Nasional.

Fadilah, N., Mohamad-Saleh, J., Abdul Halim, Z., Ibrahim, H., & Syed Ali, S. S. (2012). Intelligent color vision system for ripeness classification of oil palm fresh fruit bunch. Sensors (Basel, Sw i t ze r land ) , 12 (10 ) , 14179–14195 . https://doi.org/10.3390/s121014179

Iqbal, Z., & Hermanto, L. (2019). Sistem Monitoring Tingkat Pencemaran Udara Berbasis Teknologi Jaringan Sensor Nirkabel. Jurnal Ilmiah Informatika Komputer, 22(1), 10-19. Retrieved from https://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/infokom/article/view/1531

Jaelani, I., Sompie, S., & Mamahit, D. (2015). Rancang Bangun Rumah Pintar Otomatis Berbasis Sensor Suhu, Sensor Cahaya, dan Sensor Hujan. Jurnal Teknik Elektro dan Komputer, 5(1), 1-10. doi:https://doi.org/10.35793/jtek.5.1.2016.10770

Kresnawaty, I., Mulyatni, A., Eris, D. D., Prakoso, H., Panji, T., Triyana, K., & Widiastuti, H. (2020). Electronic nose for early detection of basal stem rot caused by Ganoderma in oil palm. Earth and Environmental Science , 468 (1), 2-8. doi:10.1088/1755-1315/468/1/012029

Link, W. (1993). Pengukuran, Pengendalian, dan Pengaturan dengan PC. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Menteri Pertanian Republik Indonesia. (2019). Keputusan Menteri Pertanian tentang Penetapan luas tutupan kelapa sawit I n d o n e s i a t a h u n 2 0 1 9 ( N o m o r 833/KPTS/SR.020/M/12/2019). Jakarta, D K I : D i a k s e s d a r i http://jdih.pertanian.go.id/index.php/main/downloadFile/2550

Nayantakaningtyas, J. S., & Daryanto, H.K. (2012). Daya saing dan strategi pengembangan minyak sawit di Indonesia. Jurnal Manajemen & A g r i b i s n i s , 9 ( 3 ) , 1 9 7 - 1 9 8 . d o i : https://doi.org/10.17358/jma.9.3.194-201

Oktavianty, N. U., & Wildian, W. (2016). Rancang Bangun Alat Ukur dan Indikator Kadar Air Gabah Siap Giling Berbasis Mikrokontroler dengan Sensor Fotodioda. Jurnal Fisika Unand, 5 (1), 94-

Muhammad Muzakky Al Maududy, Koko Mardianto, dan Agus Susanto

Susanto, A., Sudharto, P. S., & Purba, R. Y. (2005). Enhancing biological control of basal stem rot disease (Ganoderma boninense) in oil palm plantations. Mycopathologia, 159(1), 153–157. https://doi.org/10.1007/s11046-004-4438-0

Wicaksono, A., Widasari, E., & Utaminingrum, F. (2017). Implementasi Sistem Kontrol dan Monitoring pH pada Tanaman Kentang Ae ropon i k seca r a W i r e l e s s . J u r n a l Pengembangan Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer, 1(5), 386-398. Diambil dari https://j-ptiik.ub.ac.id/index.php/j-ptiik/article/view/11

Widyaningrum, V. T., Romadhon, A. S., & Safitri, R. (2020). Automatic Waste Sorter Machine using Proximity Sensor. SciTePress, 1, 264-270. doi: 10.5220/0010331102640270

Wiratmoko, D., Prasetyo, A., Jatmiko, R., Yusuf, M., & Rahutomo, S. (2018). Identif ication of Ganoderma boninense Infection Levels on Oil Palm Using Vegetation Index. International Journal of Oil Palm, 1(3), 110-120. Retrieved from https://ijop.id/index.php/ijop/article/view/16

100. doi: https://doi.org/10.25077/jfu.5.1.94-100.2016

Petruzella, F. D. (1996). Activities manual for industrial electronics. New York: McGraw Hill.

Prasetyo, A.E., Purba, W.O., & Susanto, A. (2014). Elaeidobius kamerunicus: application of hatch and carry technique for increasng oil palm fruit set. Journal of Oil Palm Research, 26(3), 195-1 9 7 . R e t r i e v e d f r o m h t tp : / / j op r .mpob .gov .my /e lae idob ius -kamerunicus-application-of-hatch-and-carry-technique-for-increasing-oil-palm-fruit-set/

Sadi, S. (2015). Rancang Bangun Sistem Eskalator Otomatis Menggunakan Sensor Photodioda dan Infrared (IR) Berbasis Mikrokontroler Atmega32. Jurnal Dinamika UMT, 1(1), 71-90. http://dx.doi.org/10.31000/dinamika.v1i1.511

Supatmi, S. (2011). Pengaruh Sensor LDR Terhadap Pengontrolan Lampu. Jurnal Majalah Ilmiah Unikom, 8 (2), 175-180. Retrieved from https://jurnal.unikom.ac.id/jurnal/pengaruh-sensor-ldr-terhadap.1n

Pemanfaatan berbagai sensor dalam manajemen perkebunan kelapa sawit

METODOLOGI

Kajian ini dilakukan dengan metode deskriptip melalui pengumpulan data sekunder di kantor kebun, wawancara dengan petugas kebun, dan observasi langsung di lapangan terhadap pelaksanaan pemupukan metode benam. Objek kajian dalam penelitian ini adalah 5 (lima) perkebunan kelapa sawit yang ada di Sumatera Utara yang telah melaksanakan kebijakan pemupukan metode benam selama satu tahun yaitu sejak akhir tahun 2019. Jenis pupuk yang diaplikasikan secara benam pada kelima kebun kelapa sawit tersebut adalah pupuk majemuk NPK, sementara untuk jenis pupuk dolomit diaplikasikan dengan cara tebar. Pembuatan lubang (pocket) pupuk di lima kebun kelapa sawit tersebut dilakukan menggunakan alat mesin bor dan alat manual dengan berbagai modifikasinya. Informasi detil terkait jenis tanah, topografi, curah hujan, dan tahun tanam dari setiap kebun disajikan pada Tabel 1. Evaluasi dilakukan terhadap jenis alat yang digunakan, prestasi kerja yang dicapai dari masing-masing alat yang digunakan, serta permasalahan yang muncul terhadap masing-masing alat yang digunakan.

NoMetode Pengomposan Hasil

Catatan ReferensiPersiapan Agen PengomposanManajemen

C/N N(%) P(%) K(%) DurasiAerasi Kadar Air,

4

Pencincangan

dan

Pengempaan

LDD1 : Fungi Pengompos Lignoselulosa Aerobik

(Corynascus sp.,

Scytalidium sp., Chaetomium sp. dan

Scopulariopsis sp.), dan bakteri (Bacillus sp.) dan

actinomycete (Streptomyces sp.). LDD2

mengandung ragi alkoholik fakultatif

(Saccharomyces sp.), bakteri asam laktat

(Lactobacillus sp.), dan bakteri pengkatabolis protein (Bacillus sp.)

Manual Air 10.51 3.3 1.59 2.75 90 hari(Kananam

et al., 2011)

5

Pencincangan

dan

Pengempaan

Activated Sludge Manual Air 12.2 0.703 88.6 77.4100

hari(Ishak et

al., 2014)

(continued)

Page 7: PEMANFAATAN BERBAGAI SENSOR DALAM MANAJEMEN …

123122

yang tanah gambut untuk mengetahui tingkat kematangan dan kesuburan tanah gambut. Sensor cahaya di perkebunan kelapa sawit dapat digunakan untuk otomatisasi penerangan perumahan di perkebunan. Selain itu juga dapat digunakan sebagai pengendalian cahaya lampu di perangkap pengendalian hama. Sensor mekanik juga dapat digunakan pada pengolahan tandan buah sawit di pabrik kelapa sawit. Berikut manfaat sensor mekanik yaitu memilih tandan buah berdasarkan ukuran, menghitung berat sawit, menghitung level cairan pada tangki, dan menghitung debit cairan.

KESIMPULAN Pengaruh perkembangan industri 4.0 tidak dapat dielakkan karena berdampak pada seluruh sendi kehidupan termasuk industri perkebunan kelapa sawit. Roh industri 4.0 terutama di perkebunan kelapa sawit adalah digitalisasi yang berbasis pada Internet of Things (IoT). Salah satu pilar IoT adalah teknologi sensor yang saat ini sedang dan akan terus dikembangkan di perkebunan kelapa sawit. Teknologi sensor yang dapat dimanfaatkan adalah sensor suhu, gas, dan gerak untuk deteksi serangan hama di perkebunan kelapa sawit; sensor pH dimanfaatkan untuk mendeteksi kesuburan tanah; sensor cahaya digunakan untuk manajemen kebun; sensor jarak digunakan untuk pemetaan kebun; dan sensor mekanik dapat digunakan untuk efisiensi di Pabrik Kelapa Sawit. Semua teknologi sensor ini dapat dimanfaatkan untuk efisiensi dan peningkatan produktivitas di perkebunan kelapa sawit.

DAFTAR PUSTAKAAdiptya, M. Y. E., & Wibawanto, H. (2013). Sistem

pengamatan suhu dan kelembaban pada rumah berbasis mikrokontroller atmega8. Jurnal Teknik Elektro, 5(1), 15-17. doi: https://doi.org/10.15294/jte.v5i1.3548

Andrianto, H. (2015). Pemrograman mikrokontroler AVR ATMega16 menggunakan bahasa C (Codevision Avr). Bandung: Informatika Bandung.

Hafidz, A. (2015). Rancang Bangun Sistem Kontrol

Akuarium Otomatis Berbasis Mikrokontroler. Jakarta: Universitas Nasional.

Fadilah, N., Mohamad-Saleh, J., Abdul Halim, Z., Ibrahim, H., & Syed Ali, S. S. (2012). Intelligent color vision system for ripeness classification of oil palm fresh fruit bunch. Sensors (Basel, Sw i t ze r land ) , 12 (10 ) , 14179–14195 . https://doi.org/10.3390/s121014179

Iqbal, Z., & Hermanto, L. (2019). Sistem Monitoring Tingkat Pencemaran Udara Berbasis Teknologi Jaringan Sensor Nirkabel. Jurnal Ilmiah Informatika Komputer, 22(1), 10-19. Retrieved from https://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/infokom/article/view/1531

Jaelani, I., Sompie, S., & Mamahit, D. (2015). Rancang Bangun Rumah Pintar Otomatis Berbasis Sensor Suhu, Sensor Cahaya, dan Sensor Hujan. Jurnal Teknik Elektro dan Komputer, 5(1), 1-10. doi:https://doi.org/10.35793/jtek.5.1.2016.10770

Kresnawaty, I., Mulyatni, A., Eris, D. D., Prakoso, H., Panji, T., Triyana, K., & Widiastuti, H. (2020). Electronic nose for early detection of basal stem rot caused by Ganoderma in oil palm. Earth and Environmental Science , 468 (1), 2-8. doi:10.1088/1755-1315/468/1/012029

Link, W. (1993). Pengukuran, Pengendalian, dan Pengaturan dengan PC. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Menteri Pertanian Republik Indonesia. (2019). Keputusan Menteri Pertanian tentang Penetapan luas tutupan kelapa sawit I n d o n e s i a t a h u n 2 0 1 9 ( N o m o r 833/KPTS/SR.020/M/12/2019). Jakarta, D K I : D i a k s e s d a r i http://jdih.pertanian.go.id/index.php/main/downloadFile/2550

Nayantakaningtyas, J. S., & Daryanto, H.K. (2012). Daya saing dan strategi pengembangan minyak sawit di Indonesia. Jurnal Manajemen & A g r i b i s n i s , 9 ( 3 ) , 1 9 7 - 1 9 8 . d o i : https://doi.org/10.17358/jma.9.3.194-201

Oktavianty, N. U., & Wildian, W. (2016). Rancang Bangun Alat Ukur dan Indikator Kadar Air Gabah Siap Giling Berbasis Mikrokontroler dengan Sensor Fotodioda. Jurnal Fisika Unand, 5 (1), 94-

Muhammad Muzakky Al Maududy, Koko Mardianto, dan Agus Susanto

Susanto, A., Sudharto, P. S., & Purba, R. Y. (2005). Enhancing biological control of basal stem rot disease (Ganoderma boninense) in oil palm plantations. Mycopathologia, 159(1), 153–157. https://doi.org/10.1007/s11046-004-4438-0

Wicaksono, A., Widasari, E., & Utaminingrum, F. (2017). Implementasi Sistem Kontrol dan Monitoring pH pada Tanaman Kentang Ae ropon i k seca r a W i r e l e s s . J u r n a l Pengembangan Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer, 1(5), 386-398. Diambil dari https://j-ptiik.ub.ac.id/index.php/j-ptiik/article/view/11

Widyaningrum, V. T., Romadhon, A. S., & Safitri, R. (2020). Automatic Waste Sorter Machine using Proximity Sensor. SciTePress, 1, 264-270. doi: 10.5220/0010331102640270

Wiratmoko, D., Prasetyo, A., Jatmiko, R., Yusuf, M., & Rahutomo, S. (2018). Identif ication of Ganoderma boninense Infection Levels on Oil Palm Using Vegetation Index. International Journal of Oil Palm, 1(3), 110-120. Retrieved from https://ijop.id/index.php/ijop/article/view/16

100. doi: https://doi.org/10.25077/jfu.5.1.94-100.2016

Petruzella, F. D. (1996). Activities manual for industrial electronics. New York: McGraw Hill.

Prasetyo, A.E., Purba, W.O., & Susanto, A. (2014). Elaeidobius kamerunicus: application of hatch and carry technique for increasng oil palm fruit set. Journal of Oil Palm Research, 26(3), 195-1 9 7 . R e t r i e v e d f r o m h t tp : / / j op r .mpob .gov .my /e lae idob ius -kamerunicus-application-of-hatch-and-carry-technique-for-increasing-oil-palm-fruit-set/

Sadi, S. (2015). Rancang Bangun Sistem Eskalator Otomatis Menggunakan Sensor Photodioda dan Infrared (IR) Berbasis Mikrokontroler Atmega32. Jurnal Dinamika UMT, 1(1), 71-90. http://dx.doi.org/10.31000/dinamika.v1i1.511

Supatmi, S. (2011). Pengaruh Sensor LDR Terhadap Pengontrolan Lampu. Jurnal Majalah Ilmiah Unikom, 8 (2), 175-180. Retrieved from https://jurnal.unikom.ac.id/jurnal/pengaruh-sensor-ldr-terhadap.1n

Pemanfaatan berbagai sensor dalam manajemen perkebunan kelapa sawit

METODOLOGI

Kajian ini dilakukan dengan metode deskriptip melalui pengumpulan data sekunder di kantor kebun, wawancara dengan petugas kebun, dan observasi langsung di lapangan terhadap pelaksanaan pemupukan metode benam. Objek kajian dalam penelitian ini adalah 5 (lima) perkebunan kelapa sawit yang ada di Sumatera Utara yang telah melaksanakan kebijakan pemupukan metode benam selama satu tahun yaitu sejak akhir tahun 2019. Jenis pupuk yang diaplikasikan secara benam pada kelima kebun kelapa sawit tersebut adalah pupuk majemuk NPK, sementara untuk jenis pupuk dolomit diaplikasikan dengan cara tebar. Pembuatan lubang (pocket) pupuk di lima kebun kelapa sawit tersebut dilakukan menggunakan alat mesin bor dan alat manual dengan berbagai modifikasinya. Informasi detil terkait jenis tanah, topografi, curah hujan, dan tahun tanam dari setiap kebun disajikan pada Tabel 1. Evaluasi dilakukan terhadap jenis alat yang digunakan, prestasi kerja yang dicapai dari masing-masing alat yang digunakan, serta permasalahan yang muncul terhadap masing-masing alat yang digunakan.

NoMetode Pengomposan Hasil

Catatan ReferensiPersiapan Agen PengomposanManajemen

C/N N(%) P(%) K(%) DurasiAerasi Kadar Air,

4

Pencincangan

dan

Pengempaan

LDD1 : Fungi Pengompos Lignoselulosa Aerobik

(Corynascus sp.,

Scytalidium sp., Chaetomium sp. dan

Scopulariopsis sp.), dan bakteri (Bacillus sp.) dan

actinomycete (Streptomyces sp.). LDD2

mengandung ragi alkoholik fakultatif

(Saccharomyces sp.), bakteri asam laktat

(Lactobacillus sp.), dan bakteri pengkatabolis protein (Bacillus sp.)

Manual Air 10.51 3.3 1.59 2.75 90 hari(Kananam

et al., 2011)

5

Pencincangan

dan

Pengempaan

Activated Sludge Manual Air 12.2 0.703 88.6 77.4100

hari(Ishak et

al., 2014)

(continued)