pemanfaatan air limbah tekstil sebagai media …

61
PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA KULTIVASI MIKROALGA Scenedesmus sp. NURDIAH SAFITRI PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M/ 1441 H

Upload: others

Post on 11-Jan-2022

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI

MEDIA KULTIVASI MIKROALGA Scenedesmus sp.

NURDIAH SAFITRI

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020 M/ 1441 H

Page 2: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI

MEDIA KULTIVASI MIKROALGA Scenedesmus sp.

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

NURDIAH SAFITRI

11150950000001

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020 M/ 1441 H

Page 3: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …
Page 4: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …
Page 5: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …
Page 6: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

v

ABSTRAK

Nurdiah Safitri, Pemanfaatan Air Limbah Tekstil sebagai Media Kultivasi

Mikroalga Scenedesmus sp. Skripsi. Program Studi Biologi. Fakultas Sains

dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2020.

Dibimbing oleh Megga Ratnasari Pikoli dan Hanies Ambarsari.

Scenedesmus sp. adalah mikroalga yang memiliki potensi dalam memperbaiki

kualitas air limbah. Pencemaran limbah industri tekstil ke dalam perairan dapat

menimbulkan masalah lingkungan, sehingga dibutuhkan agen biologis yang dapat

memperbaiki masalah lingkungan tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk

memperbaiki kualitas air limbah tekstil dengan memanfaatkannya sebagai media

kultivasi Scenedesmus sp. Kultivasi Scenedesmus sp. dalam air limbah tekstil

dengan konsentrasi 25%, 50%, 75%, dan 100% diamati selama 21 hari. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa mikroalga Scenedesmus sp. dapat menurunkan

parameter-parameter zat kimia dalam air limbah tekstil yang dibuktikan dengan

hasil penurunan Chemicals Oxygen Demand (COD) dalam air limbah dari 862,42

ppm menjadi 72,84 ppm pada hari ke-9. Selain itu, mikroalga juga dapat

menurunkan kadar sulfat dari 10,39 ppm menjadi 0,4 ppm pada hari ke-6 sampai

hari ke-12, dapat menurunkan kadar amonia dari 1,08 ppm menjadi 0,08 ppm pada

hari ke-21, dan dapat menurunkan kadar nitrat dari 1,10 ppm menjadi 0,73 ppm

pada hari ke-9. Laju pertumbuhan Scenedesmus sp. dalam air limbah tekstil

meningkat pada konsentrasi 75% sebanyak 3,59 x 108 sel/mL. Hasil tersebut

membuktikan bahwa Scenedesmus sp. dapat memanfaatkan air limbah tekstil

sebagai media pertumbuhannya dan dapat memperbaiki kualitas air limbah tekstil

sesuai standar baku mutu air limbah.

Kata kunci: Baku mutu; Kelimpahan Sel; Limbah Tekstil; Scenedesmus sp.

Page 7: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

vi

ABSTRACT

Nurdiah Safitri, Utilization of Textile Wastewater as a Microalgae Cultivation

Medium of Scenedesmus sp. Skripsi. Study Program Of Biology. Faculty Of

Science and Technology. Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

2020. Advised by Megga Ratnasari Pikoli and Hanies Ambarsari.

Scenedesmus sp. is a microalgae that has potential to improve the quality of

wastewater. Pollution of textile industry wastewater can cause environmental

problems, so biological agents are needed to fix these environmental problems. This

research was conducted to improve the quality of textile wastewater by using it as

a cultivation medium of Scenedesmus sp. Cultivation of Scenedesmus sp. in textile

wastewater with concentrations of 25%, 50%, 75%, and 100% were observed for

21 days. The results showed that the microalgae Scenedesmus sp. can reduce the

parameters of chemicals in textile wastewater as evidenced by the results of the

reduction of Chemicals Oxygen Demand (COD) in wastewater from 862.42 ppm

to 72.84 ppm on the 9th day. Other than that microalgae can also reduce sulfate

levels from 10.39 ppm to 0.4 ppm on the 6th day until the 12th day, can reduce

ammonia levels from 1,08 ppm to 0,08 ppm on the 21th day, and can reduce nitrate

levels from 1,10 ppm to 0,73 ppm on the 9th day. The growth rate of Scenedesmus

sp. in textile wastewater increased at a 75% concentration of 3,59 x 108 cells/mL.

These results prove that Scenedesmus sp. can use textile wastewater as its growth

media and can improve textile wastewater according to wastewater quality

standard.

Keywords: Abundance of Cells; Scenedesmus sp.; Standards quality; Textile

wastewater

Page 8: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, atas

rahmat dan karunia-Nya tugas akhir yang berjudul “Pemanfaatan Air Limbah

Tekstil sebagai Media Kultivasi Mikroalga Scenedesmus sp.” dapat

diselesaikan. Tugas akhir (skripsi) ini merupakan mata kuliah wajib yang harus

ditempuh sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains di Prodi

Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu dalam penulisan tugas akhir ini, antara lain :

1. Prof. Dr. Lily Surraya Eka Putri, M.Env.Stud selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran.

2. Dr. Priyanti, M.Si selaku Ketua dan Narti Fitriana, M.Si selaku Sekretaris

Program Studi Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Dr. Megga Ratnasari Pikoli M.Si dan Dr. Hanies Ambarsari, BSc.,Mappl Sc

selaku Pembimbing yang selalu memberi nasihat dan motivasi serta kritik dan

saran yang sangat membangun dalam proses penulisan skripsi ini.

4. Dr. Nani Radiastuti, M.Si, Dr. Agus Salim, M.Si, Arina Findo Sari, M.Si, dan

Ardian Khairiah, M.Si selaku Penguji dalam seminar dan sidang munaqosah

yang selalu memberikan saran dan kritik serta arahan untuk skripsi ini agar lebih

baik.

5. Laboratorium Pusat Teknologi Lingkungan (PTL), Badan Pengkaji dan

Penerapan Teknologi (BPPT) Serpong, dan Program INSINAS tahun 2019

yang telah memberikan kesempatan serta fasilitas nya dalam proses pengerjaan

skripsi.

6. Kedua orang tua yang selalu memberi do’a dan kasih sayang serta teman-teman

seperjuangan Biologi 2015 yang selalu menyemangati dan mendo’akan.

Jakarta, Januari 2020

Penulis

Page 9: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

viii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ................................................................................................. v

ABSTRACT ............................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ............................................................................... vii

DAFTAR ISI .............................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ...................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2

1.3 Hipotesis .............................................................................................. 3

1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................. 3

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................... 3

1.6 Kerangka Berpikir ................................................................................ 4

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mikroalga Scenedesmus sp. ................................................................. 5

2.1.1. Pertumbuhan Scenedesmus sp. ...................................................... 7

2.1.2. Faktor yang Berpengaruh terhadap Kultur Scenedesmus sp. ........ 8

2.2 Limbah Industri Tekstil ....................................................................... 9

BAB III : METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat .............................................................................. 13

3.2 Alat dan Bahan .................................................................................... 13

3.3 Rancangan Penelitian .......................................................................... 14

3.4 Cara Kerja ........................................................................................... 14

3.4.1 Pembuatan Larutan Media Media Basal Bold (MBB) ................. 15

3.4.2 Kultivasi Stok Isolat Scenedesmus sp. .......................................... 15

3.4.3 Kultivasi Scenedesmus sp. dalam Air Limbah ............................. 15

3.4.4 Pengukuran Kualitas Air Limbah. ................................................ 15

3.4.5 Pengukuran pH dan Suhu ............................................................. 16

3.4.6 Pengukuran Konsentrasi Sel ......................................................... 17

3.5 Analisis Data ....................................................................................... 17

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pertumbuhan Sel Scenedesmus sp. ................................................... 18

4.2. Unsur Nitrogen pada Media Kultur Scenedesmus sp. ....................... 22

Page 10: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

ix

4.3. Chemicals Oxygen Demand (COD) pada Media Kultur Scenedesmus sp.

.......................................................................................................... 26

4.4. Fosfat pada Media Kultur Scenedesmus sp. .................................... 28

4.5. Sulfat pada Media Kultur Scenedesmus sp. ..................................... 29

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ....................................................................................... 33

5.2. Saran ................................................................................................. 33

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 34

LAMPIRAN ............................................................................................ 38

Page 11: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Baku mutu air limbah tekstil Permen LH No.5 ........................ 10

Tabel 2. Rancangan penelitian ................................................................ 14

Tabel 3. Karakteristik air limbah tekstil .................................................. 31

Tabel 4. Komposisi stok Media Basal Bold (MBB) ............................... 38

Tabel 5. Rata-rata kelimpahan sel Scenedesmus sp. ............................... 47

Tabel 6. Rata-rata pH pada perlakuan selama kultivasi .......................... 47

Tabel 7. Rata-rata suhu pada perlakuan selama kultivasi ........................ 47

Tabel 8. Rata-rata amonia pada perlakuan air limbah tekstil selama kultivasi

.................................................................................................... 47

Tabel 9. Rata-rata nitrat pada perlakuan air limbah tekstil selama kultivasi

..................................................................................................... 48

Tabel 10. Rata-rata fosfat pada perlakuan air limbah tekstil selama kultivasi

.................................................................................................... 48

Tabel 11. Rata-rata sulfat pada perlakuan air limbah tekstil selama kultivasi

..................................................................................................... 48

Tabel 12. Rata-rata Chemicals Oxygen Demand (COD) pada perlakuan air limbah

tekstil selama kultivasi ............................................................... 48

Page 12: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka berfikir penelitian pemanfaatan air limbah tekstil sebagai

media kultivasi mikroalga Scenedesmus sp. ........................... 4

Gambar 2. Mikroalga Scenedesmus sp. .................................................... 5

Gambar 3. Pertumbuhan sel Scenedesmus sp. .......................................... 6

Gambar 4. Kurva tumbuh mikroalga ........................................................ 7

Gambar 5. Skema cara kerja penelitian pemanfaatan air limbah tekstil sebagai

media kultivasi mikroalga Scenedesmus sp. .......................... 14

Gambar 6. Pola pertumbuhan sel Scenedesmus sp. .................................. 18

Gambar 7. pH media pada media kultur Scenedesmus sp. ....................... 20

Gambar 8. Suhu media pada media kultur Scenedesmus sp. ................... 21

Gambar 9. Kadar amonia pada media kultur Scenedesmus sp. ................ 23

Gambar 10. Kadar nitrat pada media kultur Scenedesmus sp. .................. 24

Gambar 11. Kadar COD pada media kultur Scenedesmus sp. .................. 26

Gambar 12. Kadar fosfat pada media kultur Scenedesmus sp. ................. 28

Gambar 13. Kadar sulfat pada media kultur Scenedesmus sp. ................. 30

Page 13: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Komposisi stok Media Basal Bold (MBB) .......................... 38

Lampiran 2. Hasil analisis variansi .......................................................... 39

Lampiran 3. Data rata-rata parameter uji ................................................. 47

Page 14: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikroalga adalah organisme uniseluler, fotosintetik, dan dapat hidup soliter

maupun berkoloni. Perbanyakan sel dapat dilakukan dengan kultivasi, dalam media

kultivasi harus mengandung unsur hara makro dan unsur hara mikro. Selain itu,

pertumbuhan sel dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti pH, suhu, dan

cahaya matahari. Mikroalga memiliki potensi sebagai bahan pakan, pangan, dan

agen pengelolaan air limbah. Salah satu mikroalga yang memiliki potensi dalam

pengelolaan air limbah yaitu Scenedesmus sp. yang dapat menggunakan air limbah

sebagai nutrisi dalam pertumbuhannya (Çelekli & Balci, 2009).

Scenedesmus sp. merupakan Chlorophyta yang bersifat kosmopolit, memiliki

laju pertumbuhan yang tinggi, dan dapat hidup pada keadaan autotrof maupun

heterotrof (Salim, 2015). Pertumbuhan sel Scenedesmus sp. dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu intensitas cahaya, karbondioksida, suhu, pH, dan nutrisi.

Pada proses metabolisme sel, unsur makronutrien yang dibutuhkan seperti nitrogen

(N), fosfat (P), dan magnesium (Mg) dalam jumlah banyak dan unsur mikronutrien

seperti besi (Fe), seng (Zn), tembaga (Cu) dalam jumlah yang sedikit (Christi,

2007).

Industri tekstil merupakan industri yang menghasilkan produk berupa kain,

dan menghasilkan limbah cair dari proses pewarnaan, pelunturan, dan pencucian.

Industri tekstil skala rumahan membuang limbahnya langsung ke saluran air tanpa

dikelola terlebih dahulu dapat menimbulkan masalah lingkungan berupa perubahan

warna air, bau yang tak sedap serta terdapat busa berwarna (Said, 2005). Proses

pewarnaan dan pembilasan menghasilkan air limbah yang berwarna dengan kadar

zat pewarna 15% dari total volume. Zat warna tekstil umumnya dibuat dari senyawa

azo dan turunannya yang merupakan gugus benzena yang sangat sulit didegradasi

(Christina, Mu’nisatun, Rany, & Marjanto, 2007).

Limbah industri tekstil memiliki kadar zat pewarna, Chemical Oxygen

Demand (COD) dan kadar sulfur yang lebih tinggi daripada baku mutu air limbah.

1

Page 15: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

2

Hal ini karena sebagian besar limbah yang dihasilkan berupa campuran dari bahan-

bahan organik. Kadar COD berkisar antara 250-800 ppm dan kadar sulfur >70 ppm

(Silva et al., 2016). Berdasarkan Peraturan Mentri Lingkungan Hidup No.5 Tahun

2014 batas maksimal kadar COD dalam air limbah tekstil adalah 150 ppm,

sedangkan kadar sulfur maksimal dalam air limbah tekstil adalah 0,3 ppm.

Limbah tekstil yang berada di badan perairan dapat menggangu ekosistem

perairan maka dibutuhkan cara yang tepat untuk mengelola limbah tekstil agar lebih

ramah lingkungan. Salah satu cara mengelola limbah tekstil adalah dengan

memanfaatkannya menjadi media kultivasi mikroalga Scenedesmus sp. Pada hasil

penelitian Park, Jin, Lim, Park, & Lee (2010) Scenedesmus sp. mampu menurunkan

kadar amonia sebanyak 13% dari limbah kotoran ternak. Hasil penelitian Silva et

al.(2016) pengelolaan air limbah tekstil dengan Scenedesmus sp. dapat menurunkan

kadar nitrat dari 291 mg/L menjadi 0,04 mg/L dan nitrit dari 60 mg/L menjadi 0,02

mg/L selama kultivasi. Pada hasil penelitian Swe Cheng, Wan Maznah, & Convey

(2017) Scenedesmus sp. dapat menurunkan kadar fosfat sebanyak 88% dan amonia

sebanyak 94% dari air muara Sungai Pinang yang tercemar. Ketiga penelitian

tersebut menunjukkan bahwa Scenedesmus sp. mampu memanfaatkan air limbah

sebagai nutrisi untuk pertumbuhannya dan dapat dijadikan sebagai agen

pengelolaan air limbah. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat

memperbaiki kualitas air limbah tekstil dengan memanfaatkannya sebagai media

kultivasi mikroalga Scenedesmus sp. Isolat mikroalga Scenedesmus sp. yang

didapat dalam penelitian ini merupakan isolat milik Pusat Teknologi Lingkungan

(PTL), BPPT, Serpong, diisolasi dari Kali Cideng yang memiliki kadar timbal (Pb)

tinggi (Rumanta, Latief, Rahayu, Ratnaningsih, & Nurdin, 2008). Dengan

demikian, diharapkan isolat Scenedesmus sp. dapat dikultur dalam media air limbah

tekstil.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah air limbah tekstil dapat dimanfaatkan sebagai media kultivasi

Scenedesmus sp. ?

2. Apakah Scenedesmus sp. dapat memperbaiki kualitas air limbah tekstil sesuai

standar baku mutu air limbah ?

Page 16: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

3

1.3 Hipotesis

1. Air limbah tekstil dapat dimanfaatkan sebagai media kultivasi Scenedesmus sp.

2. Scenedesmus sp. dapat memperbaiki kualitas air limbah tekstil sesuai dengan

standar baku mutu air limbah.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Memanfaatkan air limbah tekstil sebagai media kultivasi Scenedesmus sp.

2. Menganalisis kualitas air limbah tekstil setelah kultivasi Scenedesmus sp.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menyediakan isolat Scenedesmus sp. yang

mampu memperbaiki kualitas air limbah tekstil dan dapat menjadikan air limbah

tekstil sebagai media pertumbuhan Scenedesmus sp.

Page 17: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

4

Konsentrasi sel Scenedesmus sp.

yang lebih banyak

1.6 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir pada penelitian ini ditampilkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka berfikir penelitian pemanfaatan air limbah tekstil sebagai

media kultivasi mikroalga Scenedesmus sp.

Scenedesmus sp.

Pertumbuhan yang cepat

Air limbah yang aman dan sesuai

dengan baku mutu air limbah

Kultivasi Scenedesmus sp. dalam medium air limbah tekstil

Dibutuhkan agen bioremediasi untuk mengubah air

limbah agar aman bagi lingkungan

Air limbah tekstil

Agen bioremediasi air limbah

Berbau tak sedap, kadar zat organik tinggi, kadar

COD tinggi, zat pewarna sulit di degradasi

Industri Tekstil

Efek negatif Efek positif

Kesejahteraan masyarakat

Pemanfaatan air limbah tekstil sebagai medium kultivasi Scenedesmus sp.

Page 18: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mikroalga Scenedesmus sp.

Mikroalga merupakan organisme uniseluler, fotosintetik yang dapat hidup

soliter maupun berkoloni. Perbanyakan sel dapat dilakukan dengan kultivasi, dalam

media kultivasi harus mengandung unsur hara makro dan unsur hara mikro. Selain

itu, pertumbuhan sel dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti pH, suhu,

dan cahaya matahari. Mikroalga dapat dijadikan sebagai bahan kosmetik, biofuel,

dan agen pengelolaan air limbah. Salah satu mikroalga yang memiliki potensi

dalam pengelolaan air limbah yaitu Scenedesmus sp. (Çelekli & Balci, 2009).

Scenedesmus sp. merupakan mikroalga yang bersifat kosmopolit. Sel

Scenedesmus sp. memiliki warna hijau, tidak motil, dan pada umumnya membentuk

koloni. Koloni Scenedesmus sp. terdiri atas 2, 4, 8, dan 16 sel. Sel berukuran lebar

10-14 µm dan panjang 15-20 µm. Bentuk sel elips hingga lanceolate dengan apeks

bundar. Kloroplas bersifat parietal dengan satu pirenoid (Subyakto, 2008).

Taksonomi dari Scenedesmus sp. menurut National Center for Biotechnology

Information (NCBI), yaitu Kingdom Viridiplantae; Filum Chlorophyta; Kelas

Chlorophyceae; Ordo Sphaeropleales; Famili Scenedesmaceae; Genus

Scenedesmus (Hegewald, Wolf, Keller, Friedl, & Krienitz, 2010). Ukuran

mikroalga Scenedesmus sp. dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Mikroalga Scenedesmus sp. (Dokumentasi pribadi. 2019)

5

10μm

Page 19: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

6

Scenedesmus sp. dapat melakukan reproduksi aseksual dengan fragmentasi

koloni menjadi dua bagian atau lebih dengan kelipatan 2, sel induk membelah

membentuk koloni anakan, koloni akan terus membelah sampai terbentuk empat

sel anakan. Pelepasan koloni baru dilakukan dengan memecah dinding sel induk.

Setiap koloni yang dihasilkan memiliki kemampuan untuk membentuk fragmentasi

koloni. Selain dengan fragmentasi koloni, Scenedesmus sp. dapat bereproduksi

dengan zoospora. Zoospora adalah sel tunggal yang diselubungi oleh selaput dan

bergerak atau berenang bebas dengan menggunakan satu atau lebih flagela (Lee,

2008). Pembentukan fragmentasi koloni dan zoospora pada sel Scenedesmus sp.

dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Pertumbuhan sel Scenedesmus sp. (Graham & Wilcox, 2000)

Pada sel Scenedesmus sp. terdapat beberapa bagian, yaitu kloroplas, pirenoid,

flagela, dan dinding sel. Pada kloroplas proses fotosintesis terjadi di lapisan

tilakoid, grana dan stroma yang terdapat di dalam kloroplas. Grana berperan sebagai

tempat terjadinya reaksi terang, stroma berperan sebagai tempat terjadinya reaksi

gelap dan tilakoid berperan menangkap cahaya matahari. Kloroplas juga

menghasilkan pigmen warna yang disebut klorofil. Pirenoid berfungsi sebagai pusat

fiksasi karbon dioksida, pirenoid juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan

karbohidrat. Flagela berfungsi sebagai alat penggerak sel Scenedesmus sp. saat

masih fase zoospora. Dinding sel Scenedesmus sp. terdiri atas selulosa (Irianto,

2011).

Keterangan gambar: 1. Koloni sel induk a. Kloroplas 2. Fragmentasi koloni b. Pirenoid 3. Koloni sel anakan c. Flagela 4. Gamet d. Dinding Sel

5. Zigot

Page 20: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

7

2.1.1 Pertumbuhan Scenedesmus sp.

Pertumbuhan mikroalga dapat diamati dengan melihat pertumbuhan besar

ukuran sel atau dengan mengamati pertumbuhan jumlah sel dalam satuan tertentu.

Laju pertumbuhan mikroalga terbagi dalam lima fase, yaitu fase lag, fase logaritma,

fase penurunan laju pertumbuhan, fase stasioner, dan fase kematian. Fase lag

dimulai setelah penambahan inokulum ke dalam media kultivasi hingga beberapa

jam setelahnya. Metabolisme sel berjalan, tetapi pembelahan sel belum terjadi

sehingga kepadatan sel belum meningkat karena masih beradaptasi dengan

lingkungan barunya. Fase logaritma dimulai dengan pembelahan sel dengan laju

pertumbuhan yang meningkat secara intensif. Bila kondisi kultivasi optimum maka

laju pertumbuhan pada fase ini dapat mencapai nilai maksimum. Mikroalga

Scenedesmus sp. dapat mencapai fase ini dalam waktu 4-7 hari (Barsanti &

Gualtieri, 2014).

Fase penurunan laju pertumbuhan ditandai dengan pembelahan sel tetap

terjadi, namun pembentukan sel baru tidak secepat pada fase sebelumnya sehingga

laju pertumbuhannya pun menjadi menurun dibandingkan fase sebelumnya. Fase

stasioner ditandai oleh laju reproduksi dan laju kematian relatif sama sehingga

peningkatan jumlah sel tidak lagi terjadi atau tetap sama dengan sebelumnya

(stasioner). Kurva yang dihasilkan dari fase ini akan membentuk suatu garis datar,

garis ini menandai laju produksi dan laju kematian sebanding. Fase kematian

ditandai dengan angka kematian yang lebih besar dari pada angka pertumbuhannya

sehingga terjadi penurunan jumlah konsentrasi sel dalam wadah kultivasi. Fase ini

ditandai dengan perubahan kondisi media seperti warna, pH dan temperatur dalam

medium (Barsanti & Gualtieri, 2014). Kurva pertumbuhan mikroalga dapat dilihat

pada Gambar 4.

Gambar 4. Kurva tumbuh mikroalga (Barsanti & Gualtieri, 2014)

Keterangan:

1. Fase lag

2. Fase logaritma

3. Fase penurunan laju pertumbuhan

4. Fase stasioner

5. Fase kematian

Page 21: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

8

Menurut Graham & Wilcox (2000), pertumbuhan mikroalga dipengaruhi oleh

beberapa faktor, seperti medium, nutrien atau unsur hara, cahaya, temperatur, pH,

serta salinitas. Proses fotosintesis merupakan proses perombakan CO2 yang terlarut

di dalam air menjadi O2. Penurunan CO2 pada air akan meningkatkan pH, dalam

keadaan basa ion bikarbonat (HCO3) akan membentuk ion karbonat (CO23¯) dan

melepaskan ion hidrogen yang bersifat asam sehingga keadaan menjadi netral.

Sebaliknya dalam keadaan terlalu asam, ion karbonat (CO23¯) akan mengalami

hidrolisa menjadi ion bikarbonat (HCO3) dan melepaskan ion hidrogen oksida yang

bersifat basa, sehingga keadaan netral kembali.

2.1.2 Faktor yang Berpengaruh terhadap Kultur Scenedesmus sp.

Pertumbuhan mikroalga dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti

cahaya, pH, suhu, dan nutrisi. Cahaya matahari merupakan faktor penting yang

dibutuhkan oleh mikroalga terutama Chlorophyta untuk menghasilkan energi.

Intensitas cahaya yang terlalu tinggi dapat menyebabkan fotoinhibisi dan

pemanasan, intensitas cahaya yang cocok untuk mikroalga yaitu 3000 lux. Faktor

lingkungan lain seperti pH juga berpengaruh terhadap pertumbuhan, variasi pH

dapat mempengaruhi metabolisme sel mikroalga dan kerja enzim pada mikroalga

(Nontji, 2006).

Kultur Scenedesmus sp. membutuhkan air, cahaya matahari, karbon dioksida,

dan nutrisi organik dalam pertumbuhannya. Scenedesmus sp. membutuhkan unsur

hara makro dan unsur hara mikro dalam media kultivasi. Menurut Nontji (2006)

unsur hara makro yang dibutuhkan yaitu karbon (C), nitrogen (N), fosfat (F), dan

magnesium (Mg). Sedangkan unsur hara mikro yang dibutuhkan seperti besi (Fe),

mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), sulfur (S), molibdenum (Mo), dan cobalt

(Co). Dalam proses fotosintesis, Scenedesmus sp. membutuhkan CO2 dan cahaya

matahari serta nutrisi untuk pertumbuhannya. Kelebihan nutrisi (N dan P) yang

berasal dari limbah dapat dijadikan sebagai nutrisi pertumbuhan Scenedesmus sp.,

nitrogen yang dimanfaatkan oleh Scenedesmus sp. dalam bentuk amonium dan

nitrat (Kawaroe, 2011).

Page 22: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

9

2.2. Limbah Industri Tekstil

Industri tekstil merupakan industri yang menghasilkan produk berupa kain

dan menghasilkan limbah cair dari proses pewarnaan, pelunturan dan pencucian.

Industri tekstil skala rumahan membuang limbahnya langsung ke saluran air tanpa

dikelola terlebih dahulu dapat menimbulkan masalah lingkungan berupa perubahan

warna air, bau yang tak sedap, serta terdapat busa berwarna (Said, 2005). Limbah

tekstil kebanyakan mengandung zat warna akibat dari proses pelunturan. Zat

pewarna sintetis dalam tekstil merupakan turunan hidrokarbon aromatik yang sulit

didegradasi seperti benzene, toluene, naftalena dan antrasena. Pewarna azo adalah

kelompok pewarna yang paling banyak digunakan pada industri tekstil. Pewarna ini

menyusun 60-70% dari seluruh pewarna dalam produksi tekstil, karena mudah

disintesis dan murah, serta stabilitas dan ketersediaan berbagai warna dibandingkan

dengan pewarna alami (Rawat, Mishra, & Sharma, 2016). Selain itu pada tekstil

terdapat penambahan fosfat yang digunakan sebagai pemberi warna cerah pada kain

(Bruschweiler, Kung, Burgi, Muralt, & Nyfeler, 2014).

Pada industri tekstil terdapat kegiatan pencucian hasil olahan tekstil yang

terdiri atas proses pencucian (Garment wash), pelunturan, pembilasan, pemerasan,

dan pengeringan. Proses pencucian berfungsi menghilangkan kanji dari bahan

tekstil, menggunakan 500 mL air dan detergen sebanyak 1,5 Kg, proses ini

dilakukan selama 25 menit pada suhu 40oC-50oC. Proses pelunturan berfungsi

melunturkan warna asli menjadi warna dasar (agar lebih pucat) pada tekstil, proses

ini menggunakan batu apung sebagai bahan peluntur dan sodium hipoklorit

sebanyak 1 Kg sebagai pemutih. Setelah itu terdapat proses pembilasan dengan

menggunakan 500 mL air, softener atau pelembut sebanyak 0,6 mL dan senyawa

Optical Brightening Agent (OBA) sebanyak 0,3 mL sebagai pemutih. Selanjutnya

terdapat proses pemerasan dengan mesin ekstraktor dan proses pengeringan dengan

mesin pengering selama 45 menit. Pada proses pencucian, pelunturan dan

pembilasan menghasilkan limbah cair yang berwarna, bersifat basa, dan terdapat

padatan tersuspensi dari batu apung yang hancur sehingga terjadi pengendapan dan

pendangkalan di saluran air (Said, 2000).

Kandungan air limbah tekstil terdiri atas sisa zat pewarna, gas (hidrogen

sulfida dan amonia), serta senyawa tersuspensi dan terlarut yang terdiri atas

Page 23: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

10

senyawa organik dan anorganik. Senyawa organik dalam air limbah tekstil berupa

unsur karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfat, fosfat, senyawa anorganik alkali,

asidi, dan garam-garam yang berasal dari sisa zat pewarna pada proses pencelupan

dan pencucian. Zat pewarna tekstil terdiri atas gugus kromofor (-N=N-) sebagai

pembawa warna dan gugus ausokrom (asam-NH2 dan basa -OH) sebagai pemberi

warna pada kain (Permatasari, Nugroho, & Meitiniarti, 2018).

Pada limbah cair tekstil selain zat warna yang sulit didegradasi terdapat kadar

COD yang tinggi, hal ini disebabkan karena sebagian besar limbah yang dihasilkan

berupa campuran dari bahan-bahan organik. Kadar COD yang terkandung dalam

limbah tekstil berkisar antara 250-800 ppm (Christina et al., 2007). Parameter lain

yang terdapat pada limbah tekstil yaitu total fosfat berkisar 4-12 ppm, amonia 5

ppm, logam berat yaitu, pb 0,5 ppm, Mn 2 ppm, Cu 0,2 ppm, dan Fe 0,2 ppm dengan

suhu berkisar 35-45oC dan pH berkisar 5,6-9,0 (Fazal, Mushtaq, Rehman, Ullah, &

Rashid, 2017). Kandungan senyawa tersebut melebihi standar baku mutu air limbah

tekstil pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.5 tahun 2014 yang terdapat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Baku mutu air limbah Tekstil Permen LH No.5 (Mentri Lingkungan hidup,

2014)

Parameter Standar Baku Mutu (ppm)

COD

Amonia Total (NH3)

Sulfida (S)

Fosfat

Ph

150 (Maksimal)

8,0 (Maksimal)

0,3 (Maksimal)

2 (Maksimal)

6,0-9,0

Kadar zat warna serta parameter lain yang terdapat dalam air limbah tekstil

dapat digunakan oleh Scenedesmus sp. sebagai sumber nutrisi untuk

pertumbuhannya. Scenedesmus sp. merupakan mikroalga yang dapat mengubah

energi matahari menjadi glukosa dan O2 dalam proses fotosintesis. Namun, apabila

proses fotosintesis tidak berjalan (keadaan heterotrof), Scenedesmus sp.

mendapatkan energi dari senyawa-senyawa organik yang diubah menjadi glukosa

dan lipid dalam kondisi miksotrof. Zat warna yang terdapat pada air limbah

Page 24: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

11

mengandung banyak unsur karbon, sehingga dapat digunakan oleh Scenedesmus

sp. sebagai sumber senyawa organik untuk pertumbuhannya (Girard et al., 2014).

Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna di antara makhluk yang

lain. Manusia memiliki tugas sebagai khalifah di bumi ini, dan merupakan makhluk

yang paling berperan dalam menjaga dan mengelola sumber daya alam. Namun,

pada kenyataannya banyak manusia yang lalai akan tugas nya sebagai khalifah di

bumi dengan berbuat kerusakan. Kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh

kegiatan manusia berdampak tidak hanya pada lingkungan sekitar, tetapi

berdampak juga pada keberlangsungan generasi selanjutnya. Oleh karena itu

diperlukan penanganan yang tepat dalam menanggulangi masalah kerusakan alam

ini. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman dalam surah Al-

Jatsiyah ayat 13 dan surah Al- Qashash ayat 77 yang berbunyi :

نأهو ميأعام ضج افيآلأ رأ م اتو و افيآلسم ل كمم ر خ س لك فيذ إن

ن روأ مي ت ف ك ل ي تلق وأ

Artinya :

“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di

bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang

demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang

berfikir.” (QS.Al- Jatsiyah (45):13)

ل الله ضإن فيالأ رأ اد ت بأخالأف س ل و اللهإل يأك س ن اأ حأ م ك سنأ أ حأ و

الأمفأسديأن يحب

Artinya :

“Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat

baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

(QS.Al- Qashash (28):77)

Dari ayat Al-Qur’an diatas telah dijelaskan bahwa janganlah melakukan

perbuatan- perbuatan yang merusak di muka bumi dengan cara apapun, setelah

Page 25: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

12

Allah Subhanahu wa Ta’ala memperbaikinya dengan mengutus para rasul. Dan

berbuat baiklah kepada sesama manusia dengan perbuatan yang baik.

Sesungguhnya rahmat Allah itu dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.

Penelitian ini merupakan salah satu bentuk ikhtiar dalam menangani kerusakan di

bumi ini dengan memanfaatkan limbah sebagai media pertumbuhan mikroalga

Scenedesmus sp.

Penggunaan Mikroalga Scenedesmus sp. sebagai agen bioremediasi air

limbah telah dibuktikan dengan beberapa hasil penelitian berikut, yaitu: Silva et al.

(2016) pengelolaan air limbah tekstil dengan Scenedesmus sp. dapat menurunkan

kadar nitrat dari 291 mg/L menjadi 0,04 mg/L selama kultivasi. Hasil penelitian

Swe Cheng, Wan Maznah, & Convey (2017) Scenedesmus sp. dapat menurunkan

kadar fosfat 88% dan amonia 94% dari air muara Sungai Pinang yang tercemar.

Serta, hasil penelitian Hamouda (2016) Scenedesmus sp. dapat mereduksi logam

berat timbal (pb) 41,2%, tembaga (Cu) 50%, dan kadmium (Cd) 62,5% dalam air

limbah dengan pemberian cahaya.

Page 26: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

13

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - Oktober 2019 bertempat di

Laboratorium Pusat Teknologi Lingkungan (PTL) Geostech, Badan Pengkaji dan

Penerapan Teknologi (BPPT), Serpong.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: labu ukur [Iwaki],

erlenmeyer [Iwaki], aerator [Resun LP60 air pump], selang aerator, timbangan

analitik [Sartorius], spektrofotometri UV-Vis [Jasco V530], alumunium foil,

autoclave [Hirayama HVA 85], mikroskop cahaya [Optika], kaca objek, pipet tetes,

pipet volume 5 mL dan 10 mL [Iwaki], haemocytometer (Improved Neubauer)

[Assistent,Germany], Finger counter [Ilmugrafika], termometer [Promolab], pH

meter [WTW pH 315i], termo reaktor [WTW CR 3200], kertas saring 10 µm

[Whatman], oven [Memmert], tabung eppendorf [Hensotest], syring ukuran

0,20μm [Sartorius PTFE], dan ion kromatografi [HPLC Shimadzu LC-20AD

dengan detektor CDD10A].

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah isolat mikroalga

Scenedesmus sp. yang berasal dari isolasi Kali Cideng (milik PTL, Geostech)

Serpong, limbah tekstil yang berasal dari saluran pembuangan industri tekstil

rumahan di Kelurahan Grogol Selatan, Kecamatan Kebayoran Lama, Jakarta

Selatan, akuades steril, akuabidestilata, alkohol, ammonium klorida, natrium

nitroprupsida, natrium sitrat, natrium salisilat, NaOH, dikloro asam sianurat,

Ag2SO4, H2SO4, NaHCO3, Na2CO3 dan Media Basal Bold (MBB) yang terdiri atas;

NaNO3, CaCl2.2H2O, MgSO4.7H2O, K2HPO4, KH2PO4, NaCl, trace element

EDTA, trace element FeSO4.7H2O, trace element H3BO3, trace element

mikronutrien.

13

Page 27: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

14

3.3. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak

Lengkap (RAL) yang terdiri dari 6 perlakuan dan 3 kali pengulangan dalam

erlenmeyer 500 mL. Rancangan penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rancangan penelitian

Perlakuan Satuan (mL)

Air limbah tekstil Akuades Media Basal Bold

(Kontrol Negatif)

(Kontrol Positif)

25%

50%

75%

100%

-

-

125

250

375

500

500

-

375

250

125

-

-

500

-

-

-

-

Inkubasi dilakukan selama 21 hari dengan pemberian 10% volume inokulum

Scenedesmus sp. dengan konsentrasi sel 3,5x107 sel/mL pada tiap perlakuan dan

tanpa penambahan nutrisi. Pengukuran kadar amonia, COD, nitrat, fosfat, sulfat,

konsentrasi sel, pH, dan suhu dilakukan setiap 3 hari sekali.

3.4. Cara Kerja

Cara kerja pada penelitian ini terdiri atas beberapa tahap yaitu, pembuatan

Media Basal Bold (MBB), sterilisasi alat dan bahan, kultivasi stok isolat

Scenedesmus sp., kultivasi Scenedesmus sp. pada air limbah tekstil, pengukuran

kualitas air limbah tekstil, pengukuran konsentrasi sel, serta pengukuran faktor

pendukung berupa pH dan suhu. Skema cara kerja penelitian ini dapat dilihat pada

Gambar 5.

Gambar 5. Skema cara kerja penelitian pemanfaatan air limbah tekstil sebagai

media kultivasi mikroalga Scenedesmus sp.

Sterilisasi alat

dan bahan

Pengukuran kualitas

air limbah tekstil

(kadar NH4, NO3,

PO4, COD, dan SO4)

Kultivasi stok isolat

Scenedesmus sp.

Kultivasi

Scenedesmus sp. pada

beberapa konsentrasi

air limbah tekstil

Pengukuran

konsentrasi sel,

pengukuran pH, dan

suhu

Pembuatan

Media MBB

Page 28: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

15

3.4.1. Pembuatan Larutan Media Basal Bold (MBB)

Pembuatan larutan Media Basal Bold (MBB) dilakukan dengan membuat

larutan stok yang terdiri atas: NaNO3, CaCl2.2H2O, MgSO4.7H2O, K2HPO4,

KH2PO4, NaCl, trace element EDTA, trace element FeSO4.7H2O, trace element

H3BO3 serta trace element mikronutrien (Lampiran I). Larutan MBB dibuat dengan

mencampurkan makronutrien masing-masing 10 mL dan mikronutrien masing-

masing 1 mL di dalam 1 liter akuades, kemudian disterilisasi pada tekanan 1,06 atm

atau 15,6 psi dan suhu 121oC selama 20 menit (Graham & Wilcox, 2000).

3.4.2. Kultivasi Stok Isolat Scenedesmus sp.

Isolat Scenedesmus sp. (milik PTL, Geostech) Serpong dikultur dalam

erlenmeyer 100 mL dengan diambil 10 mL isolat kemudian ditambahkan 90 mL

media MBB di kultivasi selama 2 minggu. Stok Isolat Scenedesmus sp. digandakan

skalanya setiap 3 hari sekali sampai volume 1.000 mL. Kultivasi isolat

Scenedesmus sp. dilakukan dengan menggunakan aerator 0,04 Mpa.

3.4.3. Kultivasi Scenedesmus sp. dalam Air Limbah

Kultivasi stok isolat Scenedesmus sp. dalam air limbah dilakukan dengan

diambil 50 mL stok isolat (konsentrasi sel 3,5x107 sel/mL) pada masing-masing

perlakuan ke dalam erlenmeyer 500 mL. Setelah itu, diaerasi dengan aerator 0,04

MPa selama 21 hari dan diletakkan di atas meja dengan suhu rata-rata 26oC dengan

intensitas cahaya ±3000 lux. Setiap 3 hari diambil 20 mL untuk dihitung konsentrasi

sel, dan diukur kadar amonia, COD, nitrat, fosfat, sulfat.

3.4.4. Pengukuran Kualitas Air Limbah

Pengukuran kadar N-amonia dengan metode Salicylate Test Kit

Larutan pereaksi salisilat dibuat dengan menimbang 6,5 g natrium salisilat,

kemudian ditambahkan 6,5 g natrium sitrat, lalu ditambahkan 0,0485 g natrium

nitroprussid. Setelah itu dilarutkan dengan akuades sampai volume 50 mL.

Pembuatan larutan pereaksi dikloro asam sianurat dengan menimbang 1,6 g NaOH,

kemudian ditambahkan 0,1 g dikloro asam sianurat. Setelah itu dilarutkan dengan

akuades sampai volume 50 mL. Pengukuran kadar N-amonia dalam air limbah

Page 29: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

16

dilakukan dengan spektrofotometri UV-vis, diambil 4 mL sampel kemudian

ditambahkan 0,5 mL larutan pereaksi salisilat lalu dihomogenkan, setelah itu

ditambahkan larutan pereaksi dikloroasamsianurat sebanyak 0,5 mL lalu

dihomogenkan dan didiamkan selama 30 menit. Setelah itu, sampel diukur dengan

menggunakan spektrofotometri UV-vis dengan panjang gelombang 655 nm

(Apriyanti, Santi, & Siregar, 2013).

Pengukuran kadar COD dengan metode SNI 6989.2.Tahun 2009

Sebanyak 7,08 g perak sulfat (Ag2SO4) ditimbang, kemudian dicampurkan

kedalam 700 mL H2SO4 pekat, lalu dihomogenkan selama 24 jam. Setelah homogen

larutan reagen COD disimpan dalam botol gelap. Pengukuran COD dilakukan

dengan mengambil 1 mL sampel kemudian ditambahkan 2 mL reagen COD,

kemudian di destruksi dengan termo reaktor selama 2 jam. Setelah itu sampel di

ukur dengan spektrofotometri UV-vis panjang gelombang 600 nm.

Pengukuran Nitrat, Fosfat, dan Sulfat dengan Ion kromatografi

Pengukuran kadar nitrat, fosfat, dan sulfat dilakukan dengan menggunakan

ion kromatografi. Larutan fase gerak dibuat dengan menimbang 0,1428 mg natrium

bikarbonat (NaHCO3) dan 0,1908 mg natrium karbonat (Na2CO3) dilarutkan dalam

1.000 mL akubidestilata. Setelah itu larutan fase gerak dipasang ke dalam ion

kromatografi. Sampel pada tiap perlakuan disaring dengan syring ukuran 0,20 μm

kemudian di simpan dalam botol vial. Diambil 2 mL sampel hasil saringan

kemudian diinjeksi ke dalam alat ion kromatografi (Rice, Baird, Eaton, & Lenore,

2012).

3.4.5. Pengukuran pH dan Suhu

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter yang dicelupkan

ke dalam sampel kultur. Selanjutnya pengukuran suhu dilakukan dengan

mencelupkan termometer ke dalam sampel kultur. Pengukuran pH dan suhu

dilakukan setiap 3 hari selama pengamatan.

Page 30: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

17

3.4.6. Pengukuran Konsentrasi Sel

Pengukuran konsentrasi sel dilakukan dengan diambil sebanyak 1 mL kultur

Scenedesmus sp. pada tiap perlakuan kemudian dimasukkan ke dalam tabung

eppendorf. Konsentrasi sel dihitung menggunakan haemocytometer (Improved

Neubauer) dibawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x. Perhitungan

konsentrasi sel dengan rumus K = n x Fp x 25x104; n: jumlah sel yang teramati; Fp:

faktor pengencer; dan 25x104 mm2: luas bidang pandang (Punchard, 2006).

3.5. Analisis Data

Data konsentrasi sel, kadar amonia, nitrat, fosfat, sulfat, dan Chemicals

Oxygen Demand (COD) di analisis secara statistik melalui analisis variansi pada

SPSS 22 dengan tingkat kepercayaan 95%. Jika hasil berbeda nyata, maka

dilanjutkan uji Duncan dengan taraf nyata (α<0,05) untuk mengetahui perbedaan

antar perlakuan.

Page 31: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

18

BAB IV

HASIL PEMBAHASAN

4.1. Pertumbuhan Sel Scenedesmus sp.

Pertumbuhan organisme uniseluler termasuk Scenedesmus sp. didefinisikan

sebagai peningkatan massa dan ukuran sel karena adanya sintesis makromolekul

yang menghasilkan struktur baru. Pola pertumbuhan Scenedesmus sp. sama seperti

mikroalga lainnya berbentuk kurva sigmoid dan terdiri dari empat fase, yaitu fase

linear (lag), fase eksponensial (log), fase stasioner, dan kematian. Pertumbuhan sel

Scenedesmus sp. dapat dilihat pada kenaikan konsentrasi sel selama perlakuan 21

hari dengan pola pertumbuhan terdapat pada Gambar 6. Konsentrasi sel

Scenedesmus sp. menunjukkan perbedaan yang nyata di antara konsentrasi sel

dalam MBB dengan konsentrasi sel dalam air limbah tekstil berdasarkan analisis

variansi (α<0,05) pada Lampiran 2. Pada berbagai konsentrasi air limbah tekstil

tidak terdapat perbedaan nyata berdasarkan hasil uji Duncan.

Gambar 6. Pola pertumbuhan sel Scenedesmus sp.

1,0E+07

2,1E+08

4,1E+08

6,1E+08

8,1E+08

1,0E+09

1,2E+09

1,4E+09

0 3 6 9 12 15 18 21

Kon

sen

tras

i sel

(s

el/m

l)

Hari ke-

MBB akuades 25% 50% 75% 100%

18

Page 32: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

19

Pola pertumbuhan sel Scenedesmus sp. (Gambar 6) menunjukkan adanya

peningkatan konsentrasi sel pada setiap perlakuan yang dimulai dari hari-6 hingga

hari ke-18 kultivasi. Konsentrasi sel tertinggi didapati pada perlakuan MBB

sebanyak 1,04x109 sel/mL, sedangkan pada perlakuan air limbah tekstil konsentrasi

sel paling banyak terdapat pada perlakuan 75% sebanyak 3,59x108 sel/mL selama

kultivasi (Lampian 3). Kenaikan konsentrasi sel pada air limbah tekstil

menunjukkan bahwa Scenedesmus sp. dapat beradaptasi dan dapat di kultivasi

dalam air limbah tekstil, namun pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan

dengan media MBB. Pertumbuhan yang lambat ini karena proses adaptasi sel

Scenedesmus sp. pada media air limbah tekstil yang memiliki kandungan unsur

makronutrien dan mikronutrien lebih sedikit daripada media MBB, sehingga masih

dibutuhkan tambahan media pertumbuhan. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian

Irianto (2011) bahwa pertumbuhan sel Scenedesmus sp. lebih lambat pada media

air limbah industri dibandingkan dengan media kontrol (MBB).

Berdasarkan hasil penelitian konsentrasi sel Scenedesmus sp. pada setiap

perlakuan air limbah tekstil mencapai nilai maksimum di hari ke-21. Pada

perlakuan 25% air limbah tekstil konsentrasi sel tertinggi terjadi pada hari ke-21

sebanyak 1,8x 108 sel/mL. Pada perlakuan 50% air limbah tekstil konsentrasi sel

tertinggi terjadi pada hari ke-21 sebanyak 2,3x 108 sel/mL. Pada perlakuan 75% air

limbah tekstil konsentrasi sel tertinggi terjadi pada hari ke-21 sebanyak 3,59x108

sel/mL dan pada perlakuan 100% air limbah tekstil kelimpahan tertinggi terjadi

pada hari ke-21 sebanyak 2,1x 108 sel/mL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

waktu optimal pertumbuhan sel Scenedesmus sp. pada perlakuan air limbah tekstil

adalah hari ke-21.

Pola pertumbuhan Scenedesmus sp. dalam media air limbah tekstil pada hari

ke-0 sampai hari ke-6 merupakan fase lag yang ditunjukkan dengan tidak terdapat

kenaikan yang signifikan konsentrasi sel pada perlakuan air limbah tekstil. Pada

hari ke-9 sampai ke-15 menunjukkan fase eksponensial (log) yang ditandai dengan

kenaikan konsentrasi sel pada perlakuan 25%, 75%, dan 100%, sedangkan pada

perlakuan 50% mengalami penurunan konsentrasi sel di hari ke-12 setelah itu

konsentrasi sel nya kembali naik. Pada hari ke- 18 sampai hari ke-21 merupakan

fase stasioner yang ditandai dengan penurunan konsentrasi sel pada perlakuan 50%

Page 33: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

20

dan 100% air limbah tekstil, hal ini karena konsentrasi sel yang terhitung dengan

konsentrasi sel yang mati hampir sama (Barsanti & Gualtieri, 2014). Penurunan

konsentrasi sel disebabkan oleh kritis nutrisi dalam media kultivasi sehingga

pertumbuhan sel melambat. Hasil tersebut juga terdapat dalam penelitian Silva et

al. (2016) bahwa meningkatnya konsentrasi sel sejalan dengan tercukupinya

kebutuhan nutrisi dalam media kultivasi.

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan sel Scenedesmus

sp. adalah pH. Kandungan pH tinggi akan menghambat sekresi polisakarida (Yang,

Li, Zhang, Luo, & Yang, 2016). Kenaikan pH media dapat dilihat dalam Gambar

7. Pola kenaikan pH pada setiap konsentrasi air limbah tekstil dan akuades mirip,

hal ini sejalan dengan hasil analisis variansi pH (Lampiran 2) bahwa tidak terdapat

perbedaan nyata antar perlakuan. Rata-rata pH media pada semua perlakuan

mengalami kenaikan sampai hari ke-21, kenaikan pH dapat disebabkan karena sel

Scenedesmus sp. menggunakan air limbah tekstil sebagai sumber nutrisi dalam

proses metabolisme sel.

Gambar 7. pH media pada media kultur Scenedesmus sp.

Pada proses fotosintesis Scenedesmus sp. akan menggunakan CO2 terlarut di

dalam media air limbah tekstil menjadi O2. Penurunan CO2 pada media kultivasi

akan meningkatkan pH, dalam keadaan basa ion bikarbonat (HCO3) akan

membentuk ion karbonat (CO23¯) dan melepaskan ion hidrogen yang bersifat asam.

6

7

8

9

10

11

0 3 6 9 12 15 18 21

pH

Hari ke-

MBB akuades 25% 50% 75% 100%

Page 34: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

21

Dalam proses fotosintesis, Scenedesmus sp. membutuhkan CO2 dan cahaya

matahari serta nutrisi untuk pertumbuhannya. Kelebihan nutrisi (N dan P) yang

berasal dari limbah dapat dijadikan sebagai nutrisi pertumbuhan Scenedesmus sp.

(Prihantini, Putri, & Yuniati, 2005).

Kenaikan konsentrasi sel (Gambar 6) akan meningkatkan pH medium hal ini

karena penurunan konsentrasi karbondioksida dalam media kultur akan

mempercepat proses penyerapan senyawa organik dalam air limbah. hal tersebut

sejalan dengan penelitian Prayitno (2016) bahwa penurunan kadar karbondioksida

akan meningkatkan pH media. Rata-rata kisaran pH media air limbah tekstil adalah

6-9, hasil tersebut menunjukkan bahwa Scenedesmus sp. dapat hidup dalam kondisi

media netral hingga basa. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Yang, Li, Zhang,

Luo, & Yang (2016) bahwa pertumbuhan Scenedesmus sp. lebih tinggi pada pH

netral hingga alkali dan terganggu pada pH asam. Hal sama juga terdapat dalam

penelitian Difusa, Talukdar, Kalita, Mohanty, & Goud (2015) bahwa pH dalam

pertumbuhan sel Scenedesmus sp. berkisar antara 7-9, pH tersebut dapat

memberikan efek signifikan terhadap pertumbuhan sel dan biomassa. Selain pH

faktor yang mempengaruhi aktifitas metabolisme sel adalah suhu. Rata-rata

kenaikan dan penurunan suhu media dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Suhu media pada media kultur Scenedesmus sp.

21,00

22,00

23,00

24,00

25,00

26,00

27,00

28,00

29,00

0 3 6 9 12 15 18 21

Su

hu

(oC

)

Hari ke-

MBB akuades 25% 50% 75% 100%

Page 35: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

22

Kenaikan suhu media akan menghambat kerja enzim dalam sel dan

mengganggu proses fotosintesis. Hasil pengukuran suhu selama 21 hari kultivasi

terdapat pada Gambar 8. Pola kenaikan suhu pada awal kultivasi hingga hari ke-18

pada setiap perlakuan mirip, hal ini sejalan dengan hasil analisis variansi suhu

(Lampiran 2) bahwa tidak terdapat perbedaan nyata pada setiap perlakuan. Suhu

yang di dapat berkisar antara 21oC sampai 28oC dengan rata-rata suhu adalah

25,5oC. Kondisi ini sesuai dengan hasil penelitian Velichkova, Sirakov, & Georgiev

(2013) yaitu suhu optimum pada pertumbuhan Scenedesmus sp. adalah 26oC. Hasil

yang sama juga terdapat pada penelitian Ruiz-martínez, Serralta, Seco, & Ferrer

(2015) bahwa kisaran suhu media untuk pertumbuhan Scenedesmus sp. adalah 26-

31oC.

4.2. Unsur Nitrogen pada Media Kultur Scenedesmus sp.

Unsur nitrogen merupakan salah satu nutrisi utama yang dibutuhkan untuk

pertumbuhan mikroalga. Biasanya unsur nitrogen ada dalam bentuk senyawa

seperti amonia dan nitrat. Hasil pengukuran amonia dapat dilihat pada Gambar 9.

Analisis variansi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata antara penurunan

kadar amonia dengan berbagai konsentrasi air limbah tekstil (Lampiran 2), pada

hasil uji duncan perbedaan nyata terdapat pada konsentrasi 25% dengan konsentrasi

75% dan 100% air limbah tekstil sedangkan pada konsentrasi 50% tidak terdapat

perbedaan nyata.

Pola penurunan kadar amonia pada berbagai konsentrasi sama yaitu pada hari

ke-6 mengalami penurunan yang signifikan kemudian pada hari ke-9 mengalami

kenaikan yang signifikan (Gambar 9). Tingginya kadar amonia berpengaruh pada

pertumbuhan sel, rata-rata konsentrasi sel pada hari ke-6 meningkat (Gambar 6) hal

ini karena Scenedesmus sp. menggunakan amonia sebagai sumber unsur nitrogen

untuk metabolisme sel, yang akan mengubah amonia yang berikatan dengan

oksigen dalam media kultivasi menjadi nitrogen bebas (Swe Cheng et al., 2017).

Page 36: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

23

Gambar 9. Kadar amonia pada media kultur Scenedesmus sp.

Pada perlakuan 25% terdapat beda nyata dengan konsentrasi 75% dan 100%,

perbedaan ini karena semakin kecil persentase kandungan air limbah tekstil maka

semakin sedikit kadar amonia dalam media kultur, sehingga pada konsentrasi 25%

pola penurunan amonia lebih kecil. Sedangkan pada konsentrasi 50%, 75% dan

100% terjadi 2 kali kenaikan kadar amonia, yang pertama pada hari ke-9 dan yang

kedua pada hari ke- 18. Pada hari ke-18 terdapat peningkatan amonia hal ini karena

pertumbuhan sel Scenedesmus sp. (Gambar 6) masuk dalam fase stasioner sehingga

laju pertumbuhannya menurun. Pada hari ke-21 terdapat penurunan kadar amonia

yang signifikan diikuti dengan kenaikan konsentrasi sel pada setiap perlakuan air

limbah tekstil di hari ke-21. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Park, Jin, Lim,

Park, & Lee (2010) bahwa Scenedesmus sp. efektif menurunkan kadar amonia

dalam air limbah pada hari ke-6 sampai hari ke-8 kultivasi.

Hasil pengukuran amonia didapati kadar amonia meningkat saat hari ke-9

kultivasi. Hal ini karena laju pertumbuhan sel (Gambar 6) pada perlakuan air limbah

tekstil menurun yang mengakibatkan penurunan proses fotosintesis. Selanjutnya,

pada hari ke-12 kadar amonia dalam kultur menurun seiring dengan bertambahnya

konsentrasi sel Scenedesmus sp. (Gambar 6) yang melakukan proses fotosintesis.

Peningkatan proses fotosintesis akan menghasilkan O2 yang lebih banyak sehingga

kadar amonia dalam kultur dapat berikatan dengan O2 dan lepas ke udara bebas.

Penurunan kadar amonia juga dapat dilakukan dengan pemberian aerasi pada kultur

(Park et al., 2010).

0,0

0,2

0,4

0,6

0,8

1,0

1,2

1,4

1,6

1,8

0 3 6 9 12 15 18 21

Am

on

ia (

ppm

)

Hari ke-

25% 50% 75% 100%

Page 37: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

24

Kadar amonia dalam air limbah tekstil mengalami penurunan dari hari ke-0

sampai hari ke-6. Namun, pada hari ke-9 kadar amonia seluruh perlakuan

meningkat. Penurunan kadar amonia efektif pada hari ke-6, dan ke-21 pada media

kultur air limbah tekstil. Hal ini membuktikan bahwa Scenedesmus sp. mampu

menurunkan kadar amonia dalam air limbah tekstil. Sesuai dengan penelitian Park

et al. (2010) Scenedesmus sp. dapat mengubah karbon organik dalam bentuk

bikarbonat menjadi energi untuk melakukan fotosintesis, hasil fotosintesis berupa

oksigen akan mengikat amonia sehingga terjadi penurunan kadar amonia. Suhu

tinggi akan menghambat proses fotosintesis. Pada penelitian ini menunjukkan

bahwa suhu 26oC efektif menurunkan kadar amonia, hal ini sama dengan hasil

penelitian oleh Ruiz-martínez et al. (2015) yang mengatakan bahwa kadar amonia

dapat dihilangkan oleh Scenedesmus sp. pada suhu media kultur 26oC.

Selain senyawa amonia, unsur N dalam air limbah tekstil juga dapat berupa

nitrat. Nitrat akan digunakan dalam proses fotosintesis sebagai sumber nitrogen

pengganti amonia. Hasil pengukuran kadar nitrat dapat dilihat pada Gambar 10.

Analisis variansi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata antara penurunan

kadar nitrat dengan berbagai konsentrasi air limbah tekstil (Lampiran 2), pada hasil

uji duncan perbedaan nyata terdapat pada konsentrasi 25% dan 50% air limbah

tekstil dengan konsentrasi 75% dan 100% air limbah tekstil.

Gambar 10. Kadar nitrat pada media kultur Scenedesmus sp.

0,3

0,5

0,7

0,9

1,1

1,3

1,5

1,7

1,9

0 3 6 9 12 15 18 21

Nit

rat (p

pm

)

Hari ke-

25% 50% 75% 100%

Page 38: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

25

Senyawa nitrogen sangat dipengaruhi oleh kandungan oksigen bebas dalam

air. Pada kondisi kandungan oksigen rendah, nitrogen berubah menjadi amonia,

sebaliknya pada kondisi kandungan oksigen tinggi, nitrogen berubah menjadi nitrat.

Pada proses fotosintesis, Scenedesmus sp. menggunakan CO2 dari aerasi dan

amonia untuk membentuk protoplasma sel dan melepaskan molekul oksigen.

Akibat dari proses fotosintesis yang dilakukan oleh Scenedesmus sp. terjadi

akumulasi ion hidroksil sehingga pH media meningkat hingga 9 (Gambar 7), selain

karena terjadinya proses fotosintesis, terdapat juga proses nitrifikasi yang dilakukan

oleh Scenedesmus sp. sehingga didapati kenaikan kadar amonia dan kadar nitrat

(Effendi, 2003).

Pola penurunan kadar nitrat pada berbagai konsentrasi sama yaitu pada hari

ke-9 mengalami penurunan yang signifikan kemudian pada hari ke-12 mengalami

kenaikan yang signifikan (Gambar 10). Tingginya kadar nitrat berpengaruh pada

penurunan kadar amonia, rata-rata kadar amonia pada hari ke-12 menurun (Gambar

9) hal ini karena Scenedesmus sp. menggunakan nitrat sebagai sumber unsur

nitrogen pengganti amonia, saat amonia dalam media kultur berkurang maka

Scenedesmus mengambil sumber nitrogen dari senyawa nitrat untuk melakukan

metabolisme sel dan terjadi proses nitrifikasi. Nitrifikasi merupakan oksidasi

senyawa amonia menjadi nitrit dan kemudian menjadi nitrat. amonium di serap dan

digunakan dalam pembentukan asam amino menggunakan enzim glutamin

sintetase. Sementara senyawa nitrat diasimilasi oleh sel melalui 2 proses reduksi

yaitu nitrat reduktase dan nitrit reduktase setelah amonia digunakan oleh sel. Reaksi

pertama, nitrat direduksi menjadi nitrit menggunakan nicotinamide adenine

dinucleotida phosphat dan enzin ferredoxin untuk mengkatalisis nitrit menjadi

amonium pada reaksi kedua (Effendi, 2003).

Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar nitrat meningkat seiring

dengan penurunan kadar amonia dalam media. Hal ini terjadi karena Scenedesmus

sp. menggunakan amonia sebagai sumber nitrogen utama, namun saat kadar amonia

menurun maka Scenedesmus sp. menggunakan nitrat sebagai sumber nitrogennya

untuk melakukan proses fotosintesis. Pada hasil penelitian kadar nitrat dalam air

limbah tekstil masih tergolong aman karena kurang dari 8 ppm (Mentri Lingkungan

hidup, 2014). Penurunan kadar nitrat pada air limbah tekstil efektif pada konsentrasi

Page 39: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

26

100%, hal ini karena pada 100% air limbah tekstil banyak mengandung CO2

sehingga menghambat penyerapan amonia. Penurunan kadar nitrat juga

dipengaruhi oleh proses fotosintesis, saat fotosintesis tidak berjalan dengan baik

maka media kultur akan kekurangan O2. Saat fotosintesis tidak berjalan pada

kondisi miksotrof, Scenedesmus sp. menggunakan senyawa organik dalam media

kultur untuk menghasilkan glukosa dan energi (Girard et al., 2014).

4.3. Chemicals Oxygen Demand (COD) pada Media Kultur Scenedesmus sp.

Chemicals Oxygen Demand (COD) merupakan kebutuhan oksigen kimia

yang terkandung dalam suatu larutan. Berdasarkan hasil pada Gambar 11

menunjukkan kadar COD pada konsentrasi 100% air limbah tekstil di hari ke-0

adalah 862,47 ppm, kadar tersebut diatas standar baku mutu air limbah yaitu 150

ppm. Terjadi penurunan kadar COD pada hari ke-9 sampai hari ke-18. penurunan

kadar COD terjadi karena penguraian zat organik seperti nitrogen, sulfat, dan

senyawa-senyawa alkali pada air limbah tekstil oleh sel Scenedesmus sp. yang

mengandung banyak unsur karbon secara aerobik (Permatasari et al., 2018).

Analisis variansi (α<0,05) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata

antara penurunan kadar COD dengan konsentrasi air limbah tekstil (Lampiran 2),

di antara berbagai konsentrasi air limbah tekstil terdapat perbedaan nyata (α<0,05)

antara konsentrasi 75% dengan konsentrasi air limbah tekstil lainnya berdasarkan

uji Duncan.

Gambar 11. Kadar COD pada media kultur Scenedesmus sp.

10

210

410

610

810

1010

1210

0 3 6 9 12 15 18 21

CO

D (

ppm

)

Hari ke-

25% 50% 75% 100%

Page 40: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

27

Pada perlakuan air limbah tekstil, konsentrasi 75% memiliki kadar COD awal

paling tinggi sebanyak 1201,68 ppm diikuti oleh konsentrasi 50% sebanyak

1054,26 ppm (Lampiran 3). Perlakuan 100% air limbah tekstil memiliki kandungan

COD yang lebih kecil sebanyak 862,42 ppm dibandingkan dengan 50% dan 75%

di awal kultivasi hal ini karena adanya faktor pengencer berupa akuades yang

menyebabkan kandungan senyawa organik dalam air limbah terurai oleh oksigen

terlarut dalam media kultur. Hasil tersebut juga terdapat dalam penelitian Estikarini,

Hadiwidodo, & Luvita (2016) bahwa kandungan zat organik dalam air limbah akan

terurai seiring kenaikan oksigen terlarut dalam air limbah tekstil. Kenaikan kadar

COD ini disebabkan oleh meningkatnya kadar oksigen terlarut dalam air limbah

dari proses fotosintesis sejalan dengan penurunan kadar amonia karena oksigen

akan mengikat amonia sehingga amonia terurai menjadi nitrogen yang dapat

digunakan dalam pertumbuhan Scenedesmus sp. (Park et al., 2010). Penurunan

kadar COD dalam air limbah tekstil pada hari ke-9 dan hari ke-18 sesuai dengan

standar baku mutu yaitu kurang dari 150 ppm (Tabel 3). Penurunan ini

membuktikan bahwa Scenedesmus sp. dapat menurunkan kandungan senyawa

organik dalam air limbah tekstil.

Tingginya kadar COD dalam air limbah tekstil disebabkan karena kurangnya

kadar oksigen akibat terhambatnya penetrasi sinar matahari sehingga mengganggu

aktifitas fotosintesis dan menurunkan konsentrasi sel (Gambar 6), serta

berpengaruh terhadap penyerapan zat organik. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pada hari ke-3 sampai hari ke-9 merupakan waktu yang optimal dalam

menurunkan kadar COD dalam air limbah tekstil. Konsentrasi yang paling efektif

dalam menurunkan kadar COD adalah 75% air limbah tekstil, yang dibuktikan

dengan pola penurunan kadar COD yang terus menurun dari hari ke-0 sampai hari

ke-9 dan dari hari ke-12 sampai hari ke-18. Scenedesmus sp. menyerap dan

mendegradasi senyawa organik dalam media kultur dengan proses asimilasi untuk

memenuhi kebutuhan metabolisme sel. Selama kultivasi penurunan senyawa

organik juga disebabkan oleh adanya aerasi pada media kultur, sehingga kandungan

oksigen terlarut lebih tinggi yang menyebabkan senyawa organik yang berasal dari

lisisnya sel Scenedesmus sp. dapat terurai. Hasil tersebut juga terdapat pada

Page 41: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

28

penelitian Rahmawati, Sudarno, & Purwono (2017) bahwa aerasi memberi efek

yang signifikan terhadap penurunan konsentrasi senyawa organik dalam limbah.

4.4. Fosfat pada Media Kultur Scenedesmus sp.

Fosfat tersusun atas fosfor yang merupakan komponen penting yang

dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan sel mikroalga. Berdasarkan

penelitian Jalal et al. (2011) fosfor digunakan dalam sel untuk memproduksi

fosfolipid, ATP, dan asam nukleat. Penyerapan fosfat dilakukan dengan proses

adsorbsi dan asimilasi, fosfat direduksi dalam bentuk anorganik yaitu ortofosfat

(H2PO4). Fosfat organik dapat dikonversi menjadi ortofosfat oleh enzim fosfatase

pada permukaan dinding sel Scenedesmus sp. (Fazal, Mushtaq, Rehman, Ullah, &

Rashid, 2017). Kadar fosfat pada berbagai konsentrasi air limbah tekstil dapat

dilihat pada Gambar 12, analisis variansi (α<0,05) menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang nyata pada konsentrasi air limbah tekstil (Lampiran 2), di antara

berbagai konsentrasi air limbah tekstil terdapat perbedaan nyata antara konsentrasi

100% dengan konsentrasi 25% dan 50% berdasarkan uji Duncan.

Gambar 12. Kadar fosfat pada media kultur Scenedesmus sp.

Pada perlakuan air limbah tekstil kadar fosfat pada konsentrasi 100% berbeda

nyata dengan konsentrasi 25% dan 50% namun tidak berbeda nyata dengan

konsentrasi 75% karena pola penurunannya sama. Pada hari ke-12 sampai hari ke-

21 terjadi penurunan kadar fosfat pada perlakuan 50%, 75%, dan 100%. Hal ini

karena asimilasi senyawa fosfat oleh Scenedesmus sp. menjadi kalsium hidrogen

fosfat (Jalal et al., 2011). Pada perlakuan 25% air limbah tekstil didapati kadar

3

203

403

603

803

1003

1203

0 3 6 9 12 15 18 21

Fosf

at (

pp

m)

Hari ke-

25% 50% 75% 100%

Page 42: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

29

fosfat meningkat pada hari ke-3 dan hari ke-18. Peningkatan kadar fosfat dalam

media kultur dapat disebabkan oleh adanya aerasi sehingga terjadi penguraian serat

kain dalam air limbah menjadi senyawa organik (Rahmawati et al., 2017).

Unsur fosfat merupakan salah satu unsur yang penting dalam metabolisme

sel, seperti pada proses fosfolirasi oksidatif. Penurunan fosfat terjadi karena adanya

penyerapan fosfat menjadi ortofosfat ke dalam sel dan karena adanya aerasi dalam

media kultur. Pelepasan ortofosfat dari sel akan meningkatkan kadar fosfat dalam

media kutur, maka dibutuhkan aerasi selama proses kultivasi. Kadar fosfat hari ke-

3 sampai hari ke-12 pada setiap perlakuan meningkat seiring dengan pertumbuhan

sel Scenedesmus sp. yang lambat (Gambar 6), pertumbuhan yang lambat ini

disebabkan oleh sel yang masih beradaptasi terhadap lingkungan baru. Peningkatan

fosfat juga dapat disebabkan oleh banyaknya sel Scenedesmus sp. yang lisis

sehingga terjadi pelepasan ortofosfat (Fazal et al., 2017). Pada setiap konsentrasi

air limbah tekstil kenaikan kadar fosfat terjadi dari hari ke-3 sampai hari ke-12

setelah itu mengalami penurunan kadar fosfat setiap tiga hari.

Kadar fosfat yang terdapat pada air limbah tekstil berasal dari senyawa

polyfosfat yang merupakan senyawa untuk mengikat warna pada kain. senyawa

polyfosfat dapat direduksi oleh Scenedesmus sp. melalui penyerapan secara

adsorbsi dan asimilasi. Pada proses adsorbsi dan asimilasi, fosfat anorganik

direduksi menjadi ortofosfat oleh enzim fosfatase pada permukaan sel mikroalga.

Salah satu unsur penyusun dinding sel mikroalga adalah ion kalsium. Ion kalsium

dalam dinding sel akan mengikat fosfat dalam bentuk ortofosfat menjadi kalsium

hidrogen fosfat dan kalsium monohidrogen fosfat yang kemudian digunakan oleh

sel mikroalga untuk metabolisme sel (Jalal et al., 2011).

4.5. Sulfat pada Media Kultur Scenedesmus sp.

Kadar sulfat dalam media kultur mikroalga Scenedesmus sp. terdapat dalam

Gambar 13. Analisis variansi (Lampiran 2) menunjukkan tidak terdapat perbedaan

yang nyata antara konsentrasi air limbah tekstil dengan kadar sulfat. Sulfur

merupakan senyawa yang diperlukan untuk produksi protein, lipid dan polisakarida.

Sulfat merupakan bentuk sulfur yang dapat diserap oleh mikroalga, dan merupakan

Page 43: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

30

salah satu unsur mikronutrien yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan

mikroalga (Tao, Bair, Lakaniemi, Hullebusch, & Rintala, 2019).

Gambar 13. Kadar sulfat pada media kultur Scenedesmus sp.

Penghilangan kadar sulfat pada perlakuan 100% air limbah tekstil dari 10,39

ppm menjadi 0,4 ppm pada hari ke-3 terus stabil sampai hari ke-21. Pada perlakuan

25% terjadi peningkatan kadar sulfat sebanyak 0,2 ppm pada hari ke-9 kemudian

terjadi penurunan di hari berikutnya (Lampiran 3). Pada perlakuan 75% terjadi

peningkatan kadar sulfat sebanyak 0,2 ppm di hari ke-18. Rata-rata kadar sulfat

setelah hari ke-3 adalah berkisar 0,2 ppm sampai 0,4 ppm, hasil tersebut sesuai

dengan batas maksimum kadar sulfat dalam air limbah tekstil adalah 0,4 ppm

menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014. Hasil tersebut

juga terdapat dalam penelitian Tao, Bair, Lakaniemi, Hullebusch, & Rintala (2019)

bahwa Scenedesmus acuminatus dapat menurunkan kadar sulfat dan kadar besi (Fe)

dalam media kultivasi.

Pada semua perlakuan air limbah tidak terdapat penambahan senyawa sulfat

selama kultivasi, hal ini bisa disebabkan karena Scenedesmus sp. tidak

menghasilkan senyawa sulfat pada metabolisme sel nya. Pola penurunan senyawa

sulfat oleh Scenedesmus sp. pada masing-masing konsentrasi air limbah tekstil tidak

jauh berbeda. Penurunan kadar sulfat juga telah dibuktikan pada hasil penelitian Lv,

Guo, Feng, Liu, & Xie (2017) bahwa penurunan sulfat karena terjadi proses reduksi

senyawa sulfat dalam metabolisme sel Scenedesmus sp.

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

0 3 6 9 12 15 18 21

Sulf

at (

ppm

)

Hari ke-

25% 50% 75% 100%

Page 44: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

31

Asimilasi sulfat dipengaruhi oleh enzim ferredoxin (besi-sulfur). Dalam sel

Scenedesmus sp. sulfat diaktifkan dengan protein adenosin trifosfat menjadi

5’adenisulfat (APS), kemudian direduksi menjadi sulfit oleh enzim reduktase. Sulfit

direduksi menjadi sulfida oleh sulfit reduktase (SiR). Sulfida yang dihasilkan

masuk ke dalam sintein dan terjadi proses desulfurisasi oleh protein ferredox.

(Frigaard & Dahl, 2009) Kadar sulfur dalam media kultivasi tidak berpengaruh

nyata dalam pembelahan sel mikroalga karena sulfur merupakan unsur

mikronutrien yang dibutuhkan hanya sedikit pada sel mikroalga. Selain kadar sulfur

dalam air limbah tekstil terdapat beberapa karakteristik air limbah tekstil yang dapat

dilihat persentase penurunannya dalam Tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik air limbah tekstil

Parameter

Air Limbah

Tekstil awal

(ppm)

Air Limbah

Tekstil akhir

(ppm)

Standar Baku Mutu

*PerMenLH No.5

(ppm)

Persentase

penurunan

COD

Amonia Total (NH3)

Nitrat

Sulfida (S)

Fosfat

pH

862,42

1,0

1,1

10,39

15,44

6,22

279,12

0,08

1,66

0,4

336,7

9,35

150 (Maksimal)

8,0 (Maksimal)

8,0 (Maksimal)

0,4 (Maksimal)

2 (Maksimal)

6-9

67,6%

92,6%

-

96,1%

-

-

*keterangan : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2014

Hasil pengukuran kandungan parameter air limbah tekstil setelah

penambahan Scenedesmus sp. didapati kadar Chemicals Oxygen demand (COD)

sebesar 279,12 ppm dan fosfat sebesar 336,7 ppm yang lebih tinggi dari standar

baku mutu air limbah, hal ini disebabkan karena Scenedesmus sp. membutuhkan

waktu adaptasi yang lebih lama pada air limbah tekstil dibanding dengan media

pertumbuhan lain, sehingga kadar nya masih diatas baku mutu. Selain itu terdapat

parameter yang menurun seiring pertumbuhan Scenedesmus sp. yang sesuai dengan

Page 45: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

32

standar baku mutu air limbah seperti senyawa sulfat dari 10,39 ppm menjadi 0,4

ppm dan amonia dari 1 ppm menjadi 0,08 ppm.

Penurunan kadar Chemicals Oxygen demand (COD) disebabkan adanya

aktivitas dari mikroalga Scenedesmus sp. yang menggunakan zat organik sebagai

sumber karbon (Prihantini et al., 2005). Senyawa amonia dalam media kultivasi

digunakan oleh Scenedesmus sp. dalam pembentukan asam amino, amonia akan

diubah menjadi nitrat (Park et al., 2010). Unsur sulfida dalam air limbah berbentuk

senyawa hidrogen sulfida yang kemudian diubah menjadi sulfur dioksida lalu

menjadi sulfat yang digunakan sebagai unsur pembentuk protein (Frigaard & Dahl,

2009). Selain itu penurunan senyawa organik dalam air limbah tekstil juga

disebabkan karena adanya aerasi selama kultivasi yang menyebabkan kandungan

oksigen dalam air limbah meningkat dan menurunkan kadar senyawa organik

dalam limbah (Rahmawati et al., 2017).

Pada hasil penelitian (Tabel 3) menunjukkan adanya penurunan beberapa

parameter air limbah dengan persentase, yaitu Chemicals Oxygen Demand (COD)

sebanyak 67,6%, amonia sebanyak 92,6% dan sulfat sebanyak 96,1%. Persentase

tersebut diperoleh dari perhitungan kadar awal air limbah tekstil dikurang dengan

kadar akhir air limbah tekstil dibagi kadar awal air limbah tekstil. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa Scenedesmus sp. mampu memperbaiki kualitas air limbah

tekstil sesuai dengan standar baku mutu air limbah pada Peraturan Menteri

Lingkungan Hidup No.5 tahun 2014.

Page 46: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

33

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Air limbah tekstil dapat dimanfaatkan sebagai media kultivasi Scenedesmus

sp. yang dibuktikan dengan pertumbuhan sel dalam 100% air limbah tekstil.

2. Scenedesmus sp. dapat memperbaiki kualitas air limbah tekstil sesuai standar

baku mutu air limbah pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.5 tahun

2014, yang dibuktikan dengan penurunan kadar Chemicals Oxygen Demand

(COD) 67,6% , sulfat 96,1% , dan amonia 92,6%.

5.2. Saran

Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah dilakukan perpanjangan

waktu kultivasi untuk menurunkan fosfat oleh Scenedesmus sp. dan dilakukan

perbanyakan konsentrasi awal starter Scenedesmus sp. saat kultivasi.

33

Page 47: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

34

DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti, D., Santi, V. I., & Siregar, Y. D. I. (2013). Pengkajian metode analisis

amonia dalam air dengan metode salicylate test kit. Ecolab, 7(2), 49–108.

Barsanti, L., & Gualtieri, P. (2014). Algae anatomy, biochemistry, and

biotechnology (second edi). Pisa, Italy: Taylor & Francis Group, the Academic

Division of T&F Informa plc.

Bruschweiler, B. J., Kung, S., Burgi, D., Muralt, L., & Nyfeler, E. (2014).

Identification of non-regulated aromatic amines of toxicological concern

which can be cleaved from azo dyes used in clothing textile. Regul Toxicol

Pharmacol, 69, 263–372. https://doi.org/10.1016/j.yrtph.2014.04.011

Çelekli, A., & Balci, M. (2009). The influence of different phosphate and nitrate

concentrations on growth, protein and chlorophyll a content of Scenedesmus

obliquus. Fresenius Environmental Bulletin, 18(7), 1363–1366.

Christi, Y. (2007). Biodiesel from microalgae. Biotechnology Advances, 25, 294–

306. https://doi.org/10.1016/B978-0-08-101023-5.00010-8

Christina, Mu’nisatun, Rany, & Marjanto, D. (2007). Studi pendahuluan mengenai

degradasi zat warna azo (metil orange) dalam pelarut air menggunakan mesin

berkas elektron 350 keV/10 mA. Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN, 1,

31–44.

Difusa, A., Talukdar, J., Kalita, M. C., Mohanty, K., & Goud, V. V. (2015). Effect

of light intensity and pH condition on the growth , biomass and lipid content

of microalgae Scenedesmus species. Biofuels, 37–41. https://doi.org/10.1080/

17597269.2015.1045274

Effendi, H. (2003). Telaah kualitas air, bagi pengelolaan sumber daya dan

lingkungan perairan. Jogjakarta, Indonesia: Kansius.

Estikarini, H. D., Hadiwidodo, M., & Luvita, V. (2016). Penurunan kadar COD dan

TSS pada limbah tekstil dengan metode ozonasi. Jurnal Teknik Lingkungan,

5(1), 1–11.

Fazal, T., Mushtaq, A., Rehman, F., Ullah, A., & Rashid, N. (2017). Bioremediation

of textile wastewater and successive biodiesel production using microalgae.

Renewable and Sustainable Energy Reviews, (August), 1–20. https://

doi.org/10.1016/j.rser.2017.10.029

Frigaard, N., & Dahl, C. (2009). Sulfur metabolism in phototrophic sulfur bacteria

(Vol. 54). https://doi.org/10.1016/S0065-2911(08)00002-7

Girard, J., Roy, M., Ben, M., Gagnon, J., Faucheux, N., Heitz, M., … Deschênes,

J. (2014). Mixotrophic cultivation of green microalgae Scenedesmus obliquus

on cheese whey permeate for biodiesel production. Algal Research, 112, 1–8.

https://doi.org/10.1016/j.algal.2014.03.002

34

Page 48: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

35

Graham, L. E., & Wilcox, L. W. (2000). Algae. Upper Saddle River, N.J.: Practice

Hall. Retrieved from https://www.worldcat.org/title/algae/oclc/750763673?

referer=di&ht=edition

Hamouda, R., Yeheia, D. S., Hussein, M. H., & Hamzah, H. A. (2016). Removal of

heavy metals and production of bioethanol by green alga Scenedesmus

obliquus grown in different concentrations of wastewater. Sains Malaysiana,

45(3), 467–476.

Hegewald, E., Wolf, M., Keller, A., Friedl, T., & Krienitz, L. (2010). ITS2

sequence-structure phylogeny in the Scenedesmaceae with special reference

to Coelastrum ( Chlorophyta , Chlorophyceae ), including the new genera

Comasiella and Pectinodesmus. Phycologia, 49(4), 325–335. https://doi.org/

10.2216/09-61.1

Indonesia, S. N. (2009). Air dan air limbah – Bagian 2 : Cara uji Kebutuhan

Oksigen Kimiawi ( Chemical Oxygen Demand / COD ) dengan refluks tertutup

secara spektrofotometri. Jakarta, indonesia: Badan Standarisasi Nasional.

Irianto, D. (2011). Pemanfaatan mikroalga laut Scenedesmus sp. sebagai penyerap

bahan kimia berbahaya dalam air limbah industri. IPB Repository. Institut

Pertanian Bogor.

Jalal, Alam, M. Z., Matin, Kamaruzzaman, Akbar, & Hossain, T. (2011). Removal

of nitrate and phosphate from municipal wastewater sludge by Chlorella

vulgaris, Spirulina platensis, and Scenedesmus quadricauda. IIUM

Engineering Journal, 12(4), 125–132.

Kawaroe, M. (2011). Kultivasi Scenedesmus sp. pada medium air limbah. Biota,

16(2), 193–199.

Lee, R. E. (2008). Phycology fourth edition. Cambridge University Press. Retrieved

from www.cambridge.org/9780521864084

Lv, J., Guo, J., Feng, J., Liu, Q., & Xie, S. (2017). Effect of sulfate ions on growth

and pollutants removal of self-flocculating microalga Chlorococcum sp. GD

in synthetic municipal wastewater. Bioresource Technology. https://doi.org/

10.1016/j.biortech.2017.03.061

Mentri Lingkungan hidup. Baku mutu air limbah No. 5, hal 73. (2014). Jakarta,

Indonesia: Kementrian Lingkungan Hidup.

Nontji. (2006). Plankton. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia-Pusat

Penelitian Oseanografi.

Park, J., Jin, H., Lim, B., Park, K., & Lee, K. (2010). Bioresource technology

ammonia removal from anaerobic digestion effluent of livestock waste using

green alga Scenedesmus sp . Bioresource Technology, 101(22), 8649–8657.

https://doi.org/10.1016/j.biortech.2010.06.142

Page 49: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

36

Permatasari, I., Nugroho, R. A., & Meitiniarti, V. I. (2018). Dekolorisasi pewarna

tekstil sumifix blue dan reactive red 2 oleh mikroba yang diisolasi dari limbah

industri tekstil. Bioteknologi Dan Biosains Indonesia, 5(1), 20–26.

Prayitno, J. (2016). Pola pertumbuhan dan pemanenan biomassa dalam

fotobioreaktor mikroalga untuk penangkapan karbon. Jurnal Teknologi

Lingkungan, 17(1), 45–52.

Prihantini, N. B., Putri, B., & Yuniati, R. (2005). Pertumbuhan Chlorella spp .

dalam medium ekstrak tauge ( MET ) dengan variasi pH awal. Makara Sains,

9(1), 1–6.

Punchard, N. A. (2006). Haemocytometer instruction sheet for neubauer improved.

London: University of East London.

Rahmawati, H. N., Sudarno, & Purwono. (2017). Pengaruh aerasi terhadap

karakteristik lindi hasil pengolahan sampah organik sayuran dengan metode

biodrying (studi kasus: kubis). Jurnal Teknik Lingkungan, 6(1), 1–10.

Rawat, D., Mishra, V., & Sharma, R. S. (2016). Detoxification of azo dyes in the

context of environmental processes. Chemosphere, 155, 591–605. https://

doi.org/10.1016/j.chemosphere.2016.04.068

Rice, E. W., Baird, R. B., Eaton, A. D., & Lenore. (2012). Standard methods for

examination of water and wastewater 22nd edition. Washington, DC. United

Kingdom: American Public Health Association Publication.

Ruiz-martínez, A., Serralta, J., Seco, A., & Ferrer, J. (2015). Bioresource

technology effect of temperature on ammonium removal in Scenedesmus sp .

Bioresourse Technology, 191, 346–349. https://doi.org/10.1016/j.biortech.

2015.05.070

Rumanta, M., Latief, A., Rahayu, U., Ratnaningsih, A., & Nurdin, G. (2008).

Konsentrasi timbal (Pb) pada perairan di sekitar teluk Jakarta. Jurnal

Matematika, Sains, Dan Teknologi, 9(1), 31–36.

Said, N. I. (2000). Pengelolaan air limbah domestik di DKI Jakarta, tinjauan

permasalahan, strategi, dan teknologi pengolahan. Jakarta: Badan Pengkaji

dan Penerapan Teknologi.

Said, N. I. (2005). Aplikasi bio-ball untuk media biofilter studi kasus pengolahan

air limbah pencucian jean. Jurnal Air Indonesia, 1(1), 1–11.

Salim, M. A. (2015). Kadar lipid Scenedesmus sp. pada kondisi miksotrof dan

penambahan sumber karbon dari hidrolisat pati singkong. Journal Uinsg, 9(2),

222–243.

Silva, P., Rocío, K., Bolaños, V., Michell, A., Rodríguez, H., Carolina, L., … Ballen

Segura, M. Á. (2016). Uso de Scenedesmus para la remoción de metales

pesados y nutrientes de aguas residuales para la industria textil. Ingeniería

Page 50: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

37

Solidaria, 12(20), 95–105. https://doi.org/10.16925/in.v19i20.1418

Subyakto, C. (2008). Kultur massal Scenedesmus sp. sebagai upaya penyedia pakan

retifera dalam bentuk alami maupun konsentrat. Jurnal Berkala Ilmiah

Perikanan, 3(1), 29.

Swe Cheng, W., Wan Maznah, W. O., & Convey, P. (2017). Nitrogen and

phosphate removal by free and immobilised cells of Scenedesmus bijugatus

(Kützing) from the Pinang River estuary, Penang, Malaysia. Bioremediation

Journal, 21(3–4), 138–148. https://doi.org/10.1080/10889868.2017.1404962

Tao, R., Bair, R., Lakaniemi, A., Hullebusch, E. D. Van, & Rintala, J. A. (2019).

Use of factorial experimental design to study the effects of iron and sulfur on

growth of Scenedesmus acuminatus with different nitrogen sources. Journal

of Applied Phycology, 31(171). https://doi.org/10.1007/s10811-019-01915-5

Velichkova, K. N., Sirakov, I., & Georgiev, G. (2013). Cultivation of Scenedesmus

dimorphus strain for biofuel production. Agricultural Science and Technology,

5(2), 181–185.

Yang, J., Li, B., Zhang, C., Luo, H., & Yang, Z. (2016). pH-associated changes in

induced colony formation and growth of Scenedesmus obliquus.

Schweizerbart’sche Verlagsbuchhandlung, 187(3), 241–246. https://doi.org/

10.1127/fal/2016/0846

Page 51: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

38

Lampiran 1

Tabel 4. Komposisi stok Media Basal Bold (MBB) (Graham & Wilcox, 2000)

Stok media Mg

NaNO3

CaCl.2H2O

MgSO4.7H2O

K2HPO4

KH2PO4

NaCl

25

2,5

7,5

10

17,5

2,5

Trace Element EDTA

KOH

EDTA

3,1

5

Trace Element FeSO4.7H2O 4,98

Trace Element H3BO3 11,42

Trace Element mikronutrien

ZnSO4.7H2O

MnCl2.4H2O

MoO3

CuSO4.5H2O

Co(NO3)2.6H2O

8,82

1,44

0,71

1,57

0,49

Page 52: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

39

Lampiran 2. Hasil analisis variansi

ANOVA

Konsentrasi Sel

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1,454E+18 5 2,909E+17 8,198 0,000

Within Groups 4,897E+18 138 3,548E+16

Total 6,351E+18 143

Konsentrasi Sel

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

25% 24 93479166,67

100% 24 97562500,00

50% 24 99770833,33

akuades 24 111968750,00

75% 24 130114583,33

MBB 24 374281250,00

Sig. 0,558 1,000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 24,000.

Kesimpulan : Terdapat perbedaan yang signifikan (0,00<0,05) kelimpahan sel

Scenedesmus sp. antara perlakuan MBB dengan perlakuan akuades dan air limbah

tekstil, namun pada perlakuan air limbah tekstil saja tidak terdapat perbedaan yang

signifikan.

Descriptives

Konsentrasi Sel

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

akuades 24 111968750,00 119165265,048 24324507,869 61649671,68 162287828,32 14750000 5E+8

MBB 24 374281250,00 410294925,159 83751100,891 201028897,76 547533602,24 24250000 2E+9

25% 24 93479166,67 55570847,684 11343351,783 70013655,67 116944677,66 13250000 2E+8

50% 24 99770833,33 80018405,378 16333688,601 65982024,10 133559642,56 19000000 3E+8

75% 24 130114583,33 120240428,959 24543974,784 79341503,11 180887663,56 13000000 5E+8

100% 24 97562500,00 80025989,325 16335236,667 63770488,35 131354511,65 13250000 3E+8

Total 144 151196180,56 210743817,077 17561984,756 116481542,31 185910818,80 13000000 2E+9

Page 53: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

40

ANOVA

pH

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 3,199 5 0,640 0,558 0,732

Within Groups 158,274 138 1,147

Total 161,473 143

Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan (0,732>0,05) pH media

pada setiap perlakuan.

Descriptives

pH

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

akuades 24 8,375 0,6662 0,1360 8,094 8,657 7,6 9,9

MBB 24 8,856 1,5272 0,3117 8,211 9,501 6,7 11,0

25% 24 8,512 0,9638 0,1967 8,105 8,919 6,3 10,0

50% 24 8,526 1,0490 0,2141 8,083 8,969 6,3 11,0

75% 24 8,605 1,0522 0,2148 8,161 9,049 6,2 10,6

100% 24 8,481 0,9844 0,2009 8,066 8,897 6,2 10,2

Total 144 8,559 1,0626 0,0886 8,384 8,734 6,2 11,0

Page 54: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

41

ANOVA

Suhu

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 2,625 5 0,525 0,096 0,993

Within Groups 758,570 138 5,497

Total 761,195 143

Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan (0,993>0,05) suhu media

pada setiap perlakuan.

Descriptives

Suhu

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

akuades 24 25,4 2,1587 0,4406 24,526 26,349 21,2 28,5

MBB 24 25,7 2,1369 0,4362 24,793 26,598 21,6 28,2

25% 24 25,6 2,4254 0,4951 24,534 26,582 21,3 28,1

50% 24 25,5 2,4763 0,5055 24,417 26,508 21,0 28,0

75% 24 25,3 2,4296 0,4959 24,278 26,330 21,0 27,9

100% 24 25,3 2,4161 0,4932 24,301 26,341 21,1 27,8

Total 144 25,5 2,3072 0,1923 25,083 25,843 21,0 28,5

Page 55: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

42

ANOVA

Amonia

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 1,763 3 0,588 3,844 0,012

Within Groups 14,066 92 0,153

Total 15,829 95

Amonia

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

25% 24 0,3250

50% 24 0,4804 0,4804

75% 24 0,5896

100% 24 0,6904

Sig. 0,172 0,081

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 24,000.

Kesimpulan : Terdapat perbedaan yang signifikan (0,012>0,05) kadar amonia

antara perlakuan 25% air limbah tekstil dengan 75% dan 100% air limbah tekstil,

namun tidak terdapat perbedaan signifikan dengan perlakuan 50% air limbah

tekstil.

Descriptives

Amonia

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

25% 24 0,3250 0,27925 0,05700 0,2071 0,4429 0,09 1,02

50% 24 0,4804 0,33608 0,06860 0,3385 0,6223 0,12 1,26

75% 24 0,5896 0,43198 0,08818 0,4072 0,7720 0,01 1,67

100% 24 0,6904 0,48376 0,09875 0,4861 0,8947 0,07 1,73

Total 96 0,5214 0,40819 0,04166 0,4386 0,6041 0,01 1,73

Page 56: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

43

ANOVA

Nitrat

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 1,966 3 0,655 6,635 0,000

Within Groups 9,085 92 0,099

Total 11,051 95

Nitrat

Duncana

Konsentrasi N

Subset for alpha = 0.05

1 2

25% 24 0,7996

50% 24 0,8242

75% 24 1,0621

100% 24 1,1258

Sig. 0,787 0,484

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 24,000.

Kesimpulan : Terdapat perbedaan yang signifikan (0,00>0,05) kadar nitrat antara

perlakuan 25% dan 50% air limbah tekstil dengan 75% dan 100% air limbah tekstil.

Descriptives

Nitrat

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

25% 24 0,7996 0,31045 0,06337 0,6685 0,9307 0,44 1,78

50% 24 0,8242 0,23844 0,04867 0,7235 0,9248 0,53 1,30

75% 24 1,0621 0,36626 0,07476 0,9074 1,2167 0,35 1,70

100% 24 1,1258 0,32806 0,06697 0,9873 1,2644 0,61 1,88

Total 96 0,9529 0,34106 0,03481 0,8838 1,0220 0,35 1,88

Page 57: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

44

ANOVA

Fosfat

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 1231408,051 3 410469,350 3,034 0,033

Within Groups 12447264,524 92 135296,354

Total 13678672,575 95

Fosfat

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

25% 24 539,5958

50% 24 541,0975

75% 24 673,5204 673,5204

100% 24 814,1837

Sig. 0,239 0,189

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 24,000.

Kesimpulan : Terdapat perbedaan yang signifikan (0,033>0,05) kadar fosfat antara

perlakuan 100% air limbah tekstil dengan 25% dan 50% air limbah tekstil, namun

tidak terdapat perbedaan signifikan dengan perlakuan 75% air limbah tekstil.

Descriptives

Fosfat

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

25% 24 539,5958 264,37129 53,96456 427,9616 651,2300 3,37 957,97

50% 24 541,0975 330,45163 67,45316 401,5600 680,6350 9,29 1048,51

75% 24 673,5204 391,90551 79,99738 508,0332 839,0076 12,34 1149,35

100% 24 814,1837 456,62351 93,20788 621,3686 1006,9989 15,44 1393,21

Total 96 642,0994 379,45491 38,72795 565,2147 718,9841 3,37 1393,21

Page 58: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

45

ANOVA

COD

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 911523,716 3 303841,239 3,426 0,020

Within Groups 8159746,638 92 88692,898

Total 9071270,354 95

COD

Duncana

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

25% 24 186,2092

100% 24 305,7242 305,7242

50% 24 342,5233 342,5233

75% 24 459,3437

Sig. 0,089 0,094

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 24,000.

Kesimpulan : Terdapat perbedaan yang signifikan (0,020>0,05) kadar Chemicals

Oxygen Demand (COD) antara perlakuan 75% air limbah tekstil dengan 25% air

limbah tekstil, namun tidak terdapat perbedaan signifikan dengan perlakuan 50%

dan 100% air limbah tekstil.

Descriptives

COD

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

25% 24 186,2092 187,68474 38,31099 106,9569 265,4615 3,27 783,29

50% 24 342,5233 331,11896 67,58937 202,7041 482,3426 12,47 1380,81

75% 24 459,3437 385,38044 78,66545 296,6119 622,0756 13,05 1557,02

100% 24 305,7242 247,76639 50,57510 201,1016 410,3467 44,52 914,40

Total 96 323,4501 309,00980 31,53818 260,8389 386,0613 3,27 1557,02

Page 59: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

46

ANOVA

Sulfat

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 17,762 3 5,921 0,924 0,432

Within Groups 589,301 92 6,405

Total 607,063 95

Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan (0,432>0,05) kadar sulfat

pada setiap perlakuan air limbah tekstil.

Descriptives

Sulfat

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

25% 24 0,6717 0,95959 0,19587 0,2665 1,0769 0,21 3,50

50% 24 0,9821 1,73036 0,35321 0,2514 1,7128 0,21 5,99

75% 24 1,5796 3,10259 0,63331 0,2695 2,8897 0,37 9,74

100% 24 1,7250 3,47574 0,70948 0,2573 3,1927 0,37 10,76

Total 96 1,2396 2,52787 0,25800 0,7274 1,7518 0,21 10,76

Page 60: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

47

Lampiran 3. Data Rata-rata Parameter Uji

Tabel 5. Rata-rata kelimpahan sel Scenedesmus sp.

Tabel 6. Rata-rata pH pada perlakuan selama kultivasi

Parameter Rata-rata pH

H-0 H-3 H-6 H-9 H-12 H-15 H-18 H-21

MBB 6,70 7,11 7,59 9,11 9,80 8,96 10,09 10,19

Akuades 7,78 8,69 8,22 8,36 8,28 7,81 8,12 9,74

25% 6,37 8,50 8,61 8,68 8,88 8,27 8,82 9,96

50% 6,27 8,40 8,54 8,78 8,74 8,52 8,87 9,88

75% 6,22 8,35 8,61 8,92 9,01 8,69 8,95 9,88

100% 6,19 8,08 8,56 8,95 9,08 8,74 8,89 9,35

Tabel 7. Rata-rata suhu pada perlakuan selama kultivasi

Parameter Rata-rata suhu

H-0 H-3 H-6 H-9 H-12 H-15 H-18 H-21

MBB 21,80 28,07 26,80 26,47 26,27 25,67 27,07 22,90

Akuades 21,43 28,30 26,73 26,23 26,17 25,10 26,67 22,87

25% 21,47 27,97 26,97 26,33 26,37 25,67 27,87 21,83

50% 21,27 27,93 26,83 26,47 26,23 25,87 27,53 21,57

75% 21,20 27,80 26,40 26,30 26,50 25,43 27,30 21,50

100% 21,23 27,73 26,60 26,47 26,63 25,30 27,07 21,53

Tabel 8. Rata-rata amonia pada perlakuan air limbah tekstil selama kultivasi

Parameter Rata-rata amonia

H-0 H-3 H-6 H-9 H-12 H-15 H-18 H-21

25% 0,23 0,21 0,1 0,99 0,44 0,3 0,18 0,15

50% 0,79 0,36 0,12 1,12 0,65 0,31 0,35 0,13

75% 0,88 0,48 0,15 1,39 0,9 0,42 0,46 0,04

100% 1,08 0,6 0,2 1,57 1,02 0,48 0,5 0,08

Parameter Rata-rata Kelimpahan Sel Scenedesmus sp.

H-0 H-3 H-6 H-9 H-12 H-15 H-18 H-21

MBB 3,55E+07 3,19E+07 5,86E+07 1,09E+08 2,50E+08 7,41E+08 1,04E+09 8,15E+08

Akuades 3,55E+07 1,56E+07 3,50E+07 7,67E+07 9,20E+07 1,53E+08 2,30E+08 2,58E+08

25% 3,55E+07 1,67E+07 7,57E+07 6,99E+07 1,07E+08 1,30E+08 1,25E+08 1,88E+08

50% 3,55E+07 2,73E+07 6,44E+07 5,49E+07 5,41E+07 1,30E+08 1,97E+08 2,35E+08

75% 3,55E+07 3,50E+07 2,41E+07 8,83E+07 1,13E+08 1,74E+08 2,12E+08 3,59E+08

100% 3,55E+07 2,53E+07 3,33E+07 5,68E+07 9,36E+07 1,18E+08 2,08E+08 2,10E+08

Page 61: PEMANFAATAN AIR LIMBAH TEKSTIL SEBAGAI MEDIA …

48

Tabel 9. Rata-rata nitrat pada perlakuan air limbah tekstil selama kultivasi

Tabel 10. Rata-rata fosfat pada perlakuan air limbah tekstil selama kultivasi

Parameter Rata-rata fosfat

H-0 H-3 H-6 H-9 H-12 H-15 H-18 H-21

25% 3,5 333,2 638,8 642,4 638,9 482,2 936,6 641,2

50% 9,7 544,0 802,5 906,8 960,8 562,8 378,7 163,3

75% 12,5 866,9 1064,5 1087,8 1019 656,1 460,7 220,6

100% 15,6 1012,9 1286,4 1284,8 1206,2 840,8 530,0 336,7

Tabel 11. Rata-rata sulfat pada perlakuan air limbah tekstil selama kultivasi

Parameter Rata-rata sulfat

H-0 H-3 H-6 H-9 H-12 H-15 H-18 H-21

25% 3,11 0,27 0,28 0,50 0,22 0,34 0,31 0,35

50% 5,45 0,34 0,35 0,26 0,31 0,4 0,41 0,35

75% 9,61 0,43 0,43 0,37 0,41 0,39 0,58 0,41

100% 10,39 0,52 0,42 0,45 0,46 0,39 0,42 0,41

Tabel 12. Rata-rata Chemicals Oxygen Demand (COD) pada perlakuan air limbah tekstil

selama kultivasi

Parameter Rata-rata nitrat

H-0 H-3 H-6 H-9 H-12 H-15 H-18 H-21

25% 0,58 0,46 0,56 0,59 1,37 0,94 0,95 0,95

50% 0,72 0,57 0,73 0,54 1,15 0,79 0,92 1,17

75% 0,93 0,84 0,84 0,52 1,59 1,24 0,96 1,59

100% 1,1 0,92 0,95 0,73 1,5 1,23 0,91 1,66

Parameter Rata-rata COD

H-0 H-3 H-6 H-9 H-12 H-15 H-18 H-21

25% 171 550 328,07 17,41 102,21 84,96 43,82 192,42

50% 1054 423 351,26 112,9 243,58 144,52 55,55 354,99

75% 1202 759 466,29 204,8 367,23 192,07 81,12 402,19

100% 862 377 338,56 72,84 212,23 169,1 134 279,12