pelatihan operator wheel crane
TRANSCRIPT
WCO – 02 = KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
PELATIHAN OPERATOR WHEEL CRANE
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
i
KATA PENGANTAR
Kehadiran dan peranan alat-alat berat dalam Pembangunan Nasional tidak dapat dipungkiri
lagi. Dalam penggunaan alat-alat berat berbagai tuntutan besar harus dipenuhi, antara lain
produksi, kualitas dan kecepatan.
Mengingat tuntutan termaksud, ditambah dengan nilai atau harga alat-alat berat yang
demikian besar, maka operator alat-alat berat yang termasuk dalam penanggung jawab
tuntutan tersebut, perlu mempunyai kompetensi yang diperlukan sesuai yang digariskan
dalam SKKNI.
Operator Wheel Crane adalah salah satu dari mereka yang harus dapat memenuhi tuntutan
tersebut di atas. Kemampuan operator yang sesuai dengan kompetensi yang dipersyaratkan
diperoleh dari pengalaman pengoperasian alat yang cukup serta pelatihan-pelatihan yang
diperlukan untuk mengisi kekurangan yang ada.
Buku atau modul ini merupakan suatu materi yang diperuntukkan bagi para peserta
pelatihan dan juga instruktur yang akan menanganinya.
Penulis sadar bahwa buku ini masih terdapat kekurangan-kekurangan, apalagi mengingat
bahwa perkembangan teknologi dibidang alat-alat berat cukup pesat. Oleh karenanya
berbagai masukan termasuk koreksi terhadap buku ini sangat diharapkan demi
sempurnanya buku ini.
Atas segala sumbang saran dan masukannya penulis menyampaikan banyak terima kasih.
Jakarta, Desember 2005
Tim Penyusun
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
ii
LEMBAR TUJUAN
JUDUL PELATIHAN : OPERATOR WHEEL CRANE
TUJUAN PELATIHAN :
A. Tujuan Umum Pelatihan
Setelah mengikuti pelatihan diharapkan peserta mampu mengoperasikan Wheel Crane
dengan benar dan aman melaksanakan pemeliharaan harian sesuai dengan petunjuk
pemeliharaan dan membuat laporan operasi.
B. Tujuan Khusus Pelatihan
Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu :
1. Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja selama melakukan pemeliharaan dan
pengoperasian wheel crane
2. Melaksanakan pemeliharaan harian wheel crane sesuai dengan petunjuk
pemeliharaan
3. Melaksanakan pengoperasian wheel crane sesuai dengan aplikasi dan teknik operasi
yang benar untuk jenis pekerjaan suatu konstruksi
4. Membuat laporan operasi
Seri / Judul Modul = WCO – 02 : Kesehatan dan Keselamatan Kerja
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah selesai mengikuti modul ini, peserta diharapkan mampu memahami peraturan
perundangan yang terkait dengan K3 dan dapat mengaplikasikannya di lapangan.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah modul ini diajarkan peserta mampu :
1. Memahami dan mematuhi Peraturan Perundang-undangan (K3)
2. Mengetahui akan pentingnya Alat Pelindung Diri (APD)
3. Mengetahui akan pentingnya Perlengkapan Keselamatan Kerja (K3)
4. Mengoperasikan dan memelihara dengan Prosedur yang aman
5. Mematuhi rambu-rambu Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................i
LEMBAR TUJUAN ............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... iii
DESKRIPSI SINGKAT ......................................................................................................iv
DAFTAR MODUL ............................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................................vi
PANDUAN PEMBELAJARAN ......................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. I – 1
I.1. Umum ........................................................................................................... I – 1
I.2. Sistem Manajemen K3 ................................................................................ I – 2
BAB II PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN K3 ................................................. 2 – 1
2.1. Umum ........................................................................................................... 2 – 1
2.2. Peraturan Perundang-undangan, standarisasi dan pengawasan yang
berkaitan dengan K3. ................................................................................ 2 – 1
2.2.1. Undang-undang 2 – 2
2.2.2. Peraturan Pemerintah ..................................................................... 2 – 2
2.2.3. Peraturan & Keputusan Menteri Tenaga Kerja ............................... 2 - 2
BAB III ALAT PELINDUNG DIRI (APD) ......................................................................... 3 -1
3.1. Umum ........................................................................................................... 3 – 1
3.2. Kewajiban Untuk Menyediakan Dan Memakai Alat Pelindung Diri ............ 3 – 2
3.3. Kebiasaan Untuk Menggunakan Pelindung ................................................ 3 – 2
3.3.1. Jenis Alat Pelindung Diri .................................................................. 3 – 3
3.3.2. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Penggunaan APD ............ 3 – 8
3.3.3. Acuan / Standar yang dipakai ......................................................... 3 – 9
3.3.4. Contoh Alat Pelindung Diri dan pencegahan Kecelakaan ............. 3 – 10
BAB IV PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA DAN PERTOLONGAN
PERTAMA PADA KECELAKAAN ...................................................................... 4 – 1
4.1. Umum .......................................................................................................... 4 – 1
4.2. Maksud dan Tujuan ..................................................................................... 4 – 1
4.3. Pedoman Umum untuk penolong .............................................................. 4 – 2
4.4. Jenis kecelakaan ......................................................................................... 4 – 2
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
iv
BAB V PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN WHEEL CRANE DENGAN
PROSEDUR YANG AMAN
5.1. Umum .......................................................................................................... 5 – 1
5.2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara Umum .................................... 5 – 1
5.3. Meninggalkan Ruang operator .................................................................... 5 – 3
5.4. Memasuki / Naik dan Meninggalkan/ Turun dari Wheel Crane ................... 5 – 3
5.5. Pencegahan Kebakaran dari bahan bakar dan pelumas ........................... 5 – 3
5.6. Keselamatan Kerja pada Pekerjaan dengan Temperatur Tinggi ............... 5 – 4
5.7. Sebelum memulai Operasi .......................................................................... 5 – 4
5.8. Pemeliharaan Battery (Accu) ...................................................................... 5 – 8
BAB VI RAMBU-RAMBU KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA ...................... 6 – 1
6.1. Umum ........................................................................................................... 6 – 1
6.2. Tanda dan Peringatan Keselamatan kerja .................................................. 6 – 1
6.3. Bahasa Isyarat dan lebel/Tanda Keselamatan Kerja dalam
Pengoperasian Wheel Crane ...................................................................... 6 – 2
6.3.1. Peringatan bila Meninggalkan Ruang Operator .............................. 6 – 5
6.3.2. Peringatan sebelum Mengoperasikan Wheel Crane ...................... 6 – 6
6.3.3. Peringatan untuk pengoperasian, Pemeriksaan & Pemeliharaan .. 6 – 6
6.3.4. Peringatan bila melewati Jaringan Tegangan Tinggi ...................... 6 – 6
6.3.5. Peringatan untuk Bahaya Minyak Pelumas .................................... 6 – 7
6.3.6. Peringatan untuk Penanganan Acumulator Bahaya Peledakan .... 6 – 7
6.3.7. Menjauh dari area Swing ................................................................. 6 – 7
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
v
DESKRIPSI SINGKAT
PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja “Operator Wheel Crane“
dibakukan dalam SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) yang
didalamnya sudah dirumuskan uraian jabatan, unit-unit kompetensi yang harus dikuasai,
elemen kompetensi lengkap dengan kriteria unjuk kerja (performance criteria) dan
batasan-batasan penilaian serta variabel-variabelnya.
2. Mengacu kepada SKKNI, disusun SLK (Standar Latihan Kerja) dimana uraian jabatan
dirumuskan sebagai Tujuan Umum Pelatihan dan unit-unit kompetensi dirumuskan
sebagai Tujuan Khusus Pelatihan, kemudian elemen kompetensi yang dilengkapi dengan
Kriteria Unjuk Kerja (KUK) dikaji dan dianalisis kompetensinya yaitu kebutuhan
pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku kerja, selanjutnya dirangkum dan
dituangkan dalam suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan.
3. Untuk mendukung tercapainya tujuan pelatihan tersebut, berdasarkan rumusan
kurikulum dan silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul-modul
pelatihan seperti tercantum dalam „DAFTAR MODUL“ yang dipergunakan sebagai bahan
pembelajaran dalam pelatihan „Operator Wheel Crane“.
DAFTAR MODUL
No. Kode Judul Modul
1. WCO – 01 Ethos Kerja
2. WCO – 02 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
3. WCO – 03 Struktur dan Fungsi Wheel Crane
4. WCO – 04 Pemeliharaan Wheel Crane
5. WCO – 05 Pengoperasian Wheel Crane
6. WCO – 06 Laporan Operasi
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
vi
DAFTAR GAMBAR
No. No. Gambar Judul Gambar
1. Gb. 3 - 1 Alat Pelindung Diri
2. Gb. 3 - 2 Safety Lock Lever
3. Gb. 3 - 3 Sabuk pengaman
4. Gb. 4 -1 Cara pernafasan buatan dari mulut ke mulut
5. Gb. 5 - 1 Safety Lock Lever
6. Gb. 5 - 2 Cara penggunaan sabuk pengaman
8. Gb. 5 – 4 Cara Turun naik dari Wheel Crane
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
vii
PANDUAN PEMBELAJARAN
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
viii
PANDUAN PEMBELAJARAN
A. BATASAN
No. Item Batasan Uraian Keterangan
1. Seri / Judul WCO – 02 = Keselamatan dan Kesehatan
Kerja 2. Deskripsi Modul ini membahas keselamatan kerja
selama pemeliharaan dan pengoperasian
Wheel Crane mengenai hal-hal berikut :
1. Memakai Alat Pelindung Diri (APD)
2. Memeriksa perlengkapan keselamatan
kerja
3. Menggunakan perlengkapan
keselamatan kerja
4. Melaksanakan pemeliharaan dan
pengoperasian Wheel Crane dengan
prosedur yang aman
3. Tempat kegiatan
Di dalam ruang kelas lengkap dengan
fasilitasnya
4. Waktu pembelajaran
2 jam pembelajaran 1 jam pela-
jaran = 45
menit.
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
ix
B. PROSES PEMBELAJARAN
Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung
1. Ceramah pembukaan :
• Menjelaskan/ pengantar
modul
• Menjelaskan TIK dan TIU,
pokok/ sub pokok bahasan
• Merangsang motivasi dan
minat peserta untuk aktif
mengerti proses belajar dan
dengan didukung pengalaman
bekerjanya dapat
memudahkan untuk
mendapat pengertian
• Waktu = 10 menit
• Mengikuti penjelasan TIU dan
TIK serta pokok dan sub
pokok bahasan dengan tekun
• Mengajukan pertanyaan, bila
ada hal yang kurang jelas
• OHT
2. Ceramah Bab I – Pendahuluan
• Memberikan penjelasan
mengenai K3
• Memberikan penjelasan
mengenai sebab dan
pencegahan kecelakaan
dalam pekerjaan.
• Waktu = 10 menit
• Mengikuti penjelasan dan
diskusi yang diadakan
• Mencatat hal-hal penting
• Mengajukan pertanyaan bila
perlu.
• OHT 1-01
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
x
Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung
3. Menjelaskan Bab II – Peraturan
Perundang-undangan
• Memberikan penjelasan
mengenai Peraturan
Perundang-undangan
mengenai Keselamatan Kerja.
Waktu = 10 menit
• Mengikuti penjelasan dan
diskusi yang diadakan
• Mencatat hal-hal penting
• Mengajukan pertanyaan bila
perlu.
• OHT 2-01
• OHT 2-02
4. Menjelaskan Bab III – Alat
Pelindung Diri
• Memberikan Penjelasan
mengenai alat-alat pelindung
diri.
• Memberikan penjelasan
mengenai hal-hal yang bisa
dilakukan untuk menghindari
terjadinya kecelakaan.
Waktu = 15 menit
• Mengikuti penjelasan dan
diskusi yang diadakan
• Mencatat hal-hal penting
• Mengajukan pertanyaan bila
perlu.
• OHT 3-01
• OHT 3-02
• OHT 3-03
• OHT 3-04
• OHT 3-05
5. menjelaskan Bab 4 –
Perlengkapan Keselamatan
Kerja dan Pertolongan Pertama
pada kecelakaan
•memberikan penjelasan
mengenai perlengkapan
Keselamatan kerja dan
panduan umum untuk
penolong serta jenis-jenis
kecelakaan.
Waktu = 15 menit
• Mengikuti penjelasan dan
diskusi yang diadakan
• Mencatat hal-hal penting
• Mengajukan pertanyaan bila
perlu.
• OHT 4-01
• OHT 4-02
• OHT 4-03
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
xi
6. Menjelaskan Bab 5 –
Pengoperasian dan
Pemeliharaan Wheel Crane
dengan Prosedur yang aman
• Menjelaskan cara – cara
Pengoperasian Wheel
crane dengan prosedur
yang aman
Waktu = 15 menit
• Mengikuti penjelasan dan
diskusi yang diadakan
• Mencatat hal-hal penting
• Mengajukan pertanyaan
bila perlu.
• OHT 5-01
• OHT 5-02
• OHT 5-03
• OHT 5-04
7. Menjelaskan Bab 6 – Rambu-
rambu Kesehatan dan
Keselamatan Kerja
• Memberikan pejelasan
mengenai rambu-rambu
Kesehatan dan
Keselamatan kerja.
Waktu = 15 menit
• Mengikuti penjelasan dan
diskusi yang diadakan
• Mencatat hal-hal penting
• Mengajukan pertanyaan
bila perlu.
• OHT 6-01
• OHT 6-02
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
xii
MATERI SERAHAN
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
1-1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Umum
Dalam pelaksanaan proses pekerjaan konstruksi dituntut penggunaan tenaga kerja
yang sangat dominan. Pada kenyataannya tingkat pendidikan pekerja dalam sektor
konstruksi relatif rendah bila dibandingkan sektor lain, misalnya sektor manufaktur.
Keadaan ini terjadi di Indonesia pada khususnya, maupun di negara-negara lain pada
umumnya. Tenaga kerja ini perlu untuk dilindungi, bukan hanya karena peraturan
yang mengharuskan, akan tetapi karena tenaga kerja adalah modal usaha yang perlu
dijaga dan dibina agar dapat memberi manfaat dan keuntungan perusahaan.
Setiap pelaksanaan tugas yang menuntut hasilnya (produknya) sesuai standar kinerja
tentunya memerlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan dinamis.
Karena SDM adalah salah satu unsur sumber daya mempunyai arti tersendiri, yaitu
SDM itu hidup ada akal pikiran dan kemauan. Sedangkan sumber daya lainnya,
uang, material, peralatan / mesin adalah barang mati dan akan ada artinya serta
berfungsi sebagaimana mestinya apabila ada campur tangan manusia.
Penggunaan tenaga kerja dalam jumlah besar dengan tingkat pendidikan relatif
rendah telah membuktikan bahwa sektor ini mempunyai andil yang cukup dominan
dalam hal timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Kecelakaan dan penyakit
akibat kerja tersebut pada umumnya disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya
tingkat pengetahuan pekerja yang kurang, kebiasaan buruk yang melekat pada diri
pekerja, kurang disiplin, kondisi tempat kerja yang kurang terawat dengan baik. Hal
ini bisa dicegah, dikendalikan, diminimalisir dan ditindaklanjuti dengan baik bila
perusahaan menggunakan suatu sistem tertentu, berupa sistem manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Selain itu pemerintah dalam hal ini Depnakertrans yang secara fungsionil mempunyai
tanggung jawab dalam penerapan K3 di tempat kerja serta harus melakukan
berbagai upaya agar K3 menjadi budaya kerja di setiap tempat kerja. Pelaksanaan
norma K3 merupakan tanggung jawab semua pihak baik pemerintah, pengusaha,
pekerja serta masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan
pekerja, keselamatan aset produksi, kelangsungan bekerja dan berusaha dalam
kerangka pembangunan bekelanjutan. Kebijaksanaan penerapan K3 di perusahaan
harus terintegrasi dengan kebijaksanaan perusahaan secara menyeluruh sehingga
terjadinya kecelakaan dapat dihindari atau dicegah. Kecelakaan adalah kejadian tiba-
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
1-2
tiba yang tidak diinginkan dan tidak direncanakan, dapat mengakibatkan kerugian
pada manusia, kehilangan harta benda dan kerusakan proses.
Penyebab kecelakaan kerja merupakan interaksi dari :
- Manusia
- Equipment
- Materials dan
- Environment.
Pencegahan kecelakaan secara umum dapat dilakukan dengan cara :
- Peraturan, standarisasi, pengawasan.
- Penelitian : teknis, medis, psikologis, statistik.
- Pendidikan, training/latihan.
- Persuasi, asuransi, penerapan butir-butir diatas.
1.2. Sistem Manajemen K3
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Manajemen K3) merupakan
rangkaian proses pekerjaan yang mempunyai siklus yang dimulai dari suatu
perencanaan, dilanjutkan dengan aplikasi, pemantauan terhadap aplikasi dan
peninjauan kembali terhadap perencanaan yang telah dibuat. Rangkaian tersebut
merupakan rangkaian tertutup dan mempunyai semangat adanya perbaikan
berkesinambungan. Bila proses tersebut diperhatikan dengan lebih seksama, maka
akan terlihat adanya perpaduan yang serasi antara pelaksanaan pekerjaan di
lapangan dengan pekerjaan administrasi di atas meja.
Pihak-pihak yang berkompeten dalam bidang K3 telah menyusun manajemen K3
secara sistematis menjadi suatu sistem manajemen K3. Ada beberapa sistem
manajemen K3 telah diperkenalkan kepada masyarakat secara luas, diantaranya :
1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Permenaker No.
5/1996,
2. Occupational Health and Safety Assessment Series 18001:1999 (OHSAS
18001:1999),
3. Construction Industry Occupational Health and Safety Management Systems
(COHSMS).
Tujuan dari penyusunan tulisan adalah para pembaca agar memahami konsep dasar
sistem manajemen K3.
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2 -1
BAB II
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN K3
2.1. Umum
Usaha penanganan masalah keselamatan kerja di Indonesia dimulai pada tahun
1847, sejalan dengan dipakainya mesin-mesin uap untuk keperluan industri oleh
Pemerintah Hindia Belanda. Penanganan keselamatan kerja pada waktu itu pada
dasarnya adalah bukan untuk pengawasan terhadap pemakaian pesawat-pesawat
uap tetapi untuk mencegah terjadinya kebakaran yang ditimbulkan akibat
penggunaan pesawat uap. Pelaksanaan terhadap pengawasannya pada waktu itu
diserahkan kepada instansi Dienst Van het Stoomwezen. Dengan berdirinya Dinas
Stoomwezen, maka untuk pertama kalinya di Indonesia pemerintah secara nyata
mengadakan usaha perlindungan tenaga kerja dari bahaya kecelakaan.
Pengertian perlindungan tenaga kerja pada saat itu adalah tenaga kerja Belanda
yang bekerja di perusahaan-perusahaan di wilayah jajahan Belanda. Pada waktu itu
perlindungan tenaga kerja yang berasal dari orang-orang yang dijajah dianggap
bukan sebagai suatu kepentingan masyarakat oleh pihak pemerintah yang
menjajah.
Pada akhir abad 19 pemakaian pesawat uap meningkat dengan pesat dan disusul
dengan pemakaian mesin-mesin diesel dan listrik di pabrik-pabrik. Hal tersebut
menyebabkan timbulnya sumber-sumber bahaya baru bagi para pekerja dan
kecelakaan kerja bertambah sering terjadi.
Pada tahun 1905, akhirnya pemerintah mengeluarkan Staatsblad No. 521 yaitu
peraturan tentang keselamatan kerja yang disebut dengan nama Veiligheids
Reglement yang disingkat VR, dan kemudian diperbaharui pada tahun 1910 dengan
Staatsblad No. 406 pengawasannya dilakukan oleh Dinas Stoomwezen.
2.2. Peraturan Perundang-undangan, standarisasi dan pengawasan yang berkaitan
dengan K3.
Dalam UUD’45 pasal 27 ayat (2) menyebutkan bahwa ” Setiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan perlindungan yang layak bagi kemanusiaan” Hal ini berarti
bahwa pekerja itu harus layak bebas dari bahaya yang mengancam jiwa, dan bebas
dari resiko kecelakaan dan penyakit akibat bekerja.
Peraturan Perundang-undangan K3 diantaranya adalah sebagai berikut :
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2 -2
2.2.1. Undang-Undang :
Undang-Undang No 1 tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja.
Undang-Undang No 3 tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120
mengenai Higiene dalam Perniagaan dan Kantor-kantor.
Undang-Undang No 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan
terakhir Undang-Undang No 13 tahun 2003 tentang Ketenaga Kerjaan.
Sedangkan Undang-Undang yang dibuat pada jaman kolonial Belanda adalah
: Undang-Undang Uap (Stoom Ordonantie, stbl no 225 tahun 1930.
2.2.2. Peraturan Pemerintah :
Selain perundang-undangan, maka Pemerintah juga mengeluarkan Peraturan
Pemerintah (PP) :
- PP No 7 tahun 1973 tentang pengawasan atas peredaran, Penyimpanan
dan Penggunaan Pestisida.
Peraturan ini memuat ketentuan-ketentuan untuk melindungi keselamatan
manusia, lingkungan sumber-sumber kekayaan lainnya akibat pestisida.
- PP No 19 tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan
Kerja dibidang Pertambangan.
- PP No II tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan
Pengolahan Minyak dan Gas Bumi.
PP ini banyak mengatur tentang pengawasan dibidang ini yang merupakan
pelaksanaan UU No I tahun 1970 dan PP No 19 tahun 1973.
- PP No 14 tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Jamsostek.
- Keputusan Presiden No 22 tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul
Karena Hubungan Kerja.
2.2.3. Peraturan dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja:
Beberapa Peraturan/Keputusan Menteri Tenaga Kerja adalah :
1 Keputusan/Peraturan yang mengatur tempat kerja,
a. P.M.P. No 7 tahun 1964 tentang syarat-syarat Kesehatan, Kebersihan,
serta penerangan dalam tempat kerja.
b. Kepmen Tenaga Kerja No 51/ Men/ 1979 tentang NAB Faktor Fisika.
c. Permen Tenaga Kerja No 3 tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan
Kerja.
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2 -3
2 Mengatur Tenaga Kerja.
a. Permen Tenaga Kerja No 01 tahun 1976 tentang wajib Pelatihan
Hiperkes bagi dokter Perusahaan.
b. Permen Tenaga Kerja No 1 tahun 1979 tentang Wajib Pelatihan
Hiperkes bagi Paramedis Perusahaan.
c. Permen Tenaga Kerja No. 02 tahun 1980 tentang Pemeriksaan
Kesehatan Tenaga Kerja dalam penyelenggaraan keselamatan kerja.
d. Permen Tenaga Kerja No 2 tahun 1982 tentang Klasifikasi Juru Las
e. Permen 04 tahun 1987 tentang Tata Cara Pembentukan P2K3 dan
Pengangkatan Ahli K3.
f. Permen Tenaga kerja No 01 tahun 1988 tentang syarat-syarat dan
Kualifikasi Operator Pesawat Uap.
3. Mengatur Peralatan dan Bahan,
a. Permen Tenaga Kerja No 1 tahun 1980 tentang K3 Konstruksi
Bangunan.
b. Permen Tenaga Kerja No 04 tahun 1980 tentang Syarat-syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan
c. Permen Tenaga Kerja No 01 tahun 1982 tentang Bejana Tekan
d. Permen Tenaga Kerja No 02 tahun 1983 tentang Instalasi Aliran
Kebakaran Otomatik.
e. Permen Tenaga Kerja No 3 tahun 1985 tentang K3 Pemakaian Asbes.
f. Permen Tenaga Kerja No 4 tahun 1985 tentang K3 Pesawat Tenaga
dan Produksi.
g. Permen Tenaga Kerja No 5 tahun 1985 tentang K3 Pesawat Angkat dan
Angkut.
h. Permen Tenaga Kerja No 3 tahun 1986 tentang Syarat-syarat K3
ditempat kerja yang mengelola pestisida.
i. Permen Tenaga Kerja No 02 tahun 1989 tentang Penga- wasan
Instalasi Penyalur Petir.
j. Permen Tenaga Kerja No 3 tahun 1999 tentang Syarat K3 Lift untuk
Pengangkutan Orang dan Barang.
k. Permen Tenaga Kerja No 187 tahun 1999 tentang Ahli K3.
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2 -4
4. Mengatur Prosedur, Tata Cara dan System,
a. Permen Tenaga Kerja No 1 tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor
PAK.
b. Permen Tenaga Kerja No 2 tahun 1992 tentang Tata cara Penunjukan
Kewajiban dan Kewenangan Ahli K3.
c. Permen Tenaga Kerja No 4 tahun 1995 tentang Perusahaan Jasa K3.
d. Permen Tenaga Kerja No 3 tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan
dan Pemeriksaan Kecelakaan.
e. Permen Tenaga Kerja No 3 tahun 1984 tentang Pengawasan
Ketenagakerjaan Terpadu.
f. Permen Tenaga Kerja No 5 tahun 1996 tentang SMK3.
5. Surat Edaran,
a. SE Menakertrans No 1 tahun 1979 tentang Pengadaan Kantin dan
Ruang Makan.
b. SE Manaker No 1 tahun 1997 tentang NAB Faktor Kimia.
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
3 -1
BAB III
ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
3.1. Umum
Keselamatan kerja adalah faktor utama yang harus diperhatikan dalam lingkungan
kerja karena hal tersebut merupakan modal utama kelangsungan suatu pekerjaan.
Kecelakaan dalam pengoperasian alat-alat besar sering kali terjadi karena
kesalahan manusia yang tidak disiplin menerapkan peraturan keselamatan kerja
selama melaksanakan pemeliharaan dan pengoperasian alat-alat berat, oleh sebab
itu operator maupun orang-orang yang berhubungan langsung atau berada pada
lingkungan kerja tersebut diwajibkan untuk memakai alat pelindung diri untuk
menghindari atau meminimkan resiko terjadinya kecelakaan. Kesadaran akan
bahaya atau resiko terjadinya kecelakaan akibat tidak memakainya alat pelindung
diri oleh operator, karyawan ataupun orang-orang yang behubungan langsung
dengan lingkungan kerja tersebut harus di tumbuhkan oleh perusahaan.
Dinegara berkembang seperti Indonesia, kesadaran akan penggunaan Alat
Pelindung Diri ini sangat kurang sehingga menurut data yang ada pada Jamsostek
lebih dari 8000 kecelakaan terjadi di Indonesia atau hampir 30 kali setiap hari ada
kecelakaan kerja terjadi , itu baru yang dilaporkan ke Jamsostek untuk memperoleh
santunan, belum lagi yang didiamkan atau kecelakaan yang tidak berakibat fatal
yang kadang memang sengaja ditutup-tutupi oleh kontraktor untuk menghindari
masalah dengan pihak yang berwajib ( Polisi dan Depnaker ). Kerugian yang
ditimbulkan oleh kecelakaan kerja ini cukup besar disamping biaya pengobatan
terganggunya jadwal pekerjaan, waktu kerja yang hilang dan berkurangnya aset
nasional berupa tenaga kerja yang trampil.
Banyak para kontraktor yang secara sengaja mengelak dalam kewajibannya untuk
menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai dengan alasan tidak
dianggarkan dalam proyek dan dalam usahanya untuk mengejar target keuntungan
yang sebesar-besarnya. Padahal dengan menyediakan APD ini kontraktor justru
dijaga dari pengeluaran tak terduga yang timbul dari kecelakaan kerja sehingga
target keuntungan yang akan diraih takkan berkurang.
Pemerintah dalam hal ini dengan Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja No. 1 tahun 1970 telah mewajibkan kepada pihak pengelola pekerjaan untuk
menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) dan mewajibkan kepada para pekerja untuk
memakainya dan peraturan ini diperkuat lagi dengan Peraturan-peraturan dari
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
3 -2
Menteri yang terkait seperti Peraturan Menaker dan Pekerjaan Umum yang
membuat Pedoman Keselamatan Kerja bagi pekerjaan Konstruksi.
Penggunaan Alat pelindung Diri yang standar sangat diperlukan , karena banyak
kasus dimana pekerja yang sudah memakai Alat Pelindung Diri masih bisa terkena
celaka karena penggunaan Pelindung yang tidak standar.
3.2. Kewajiban Untuk Menyediakan Dan Memakai Alat Pelindung Diri
Disamping bahwa kesadaran menyediakan dan memakai Alat pelindung Diri itu bagi
Pengurus/Pengusaha dan Pekerja merupakan keuntungan kepada mereka,
Pemerintah dalam hal ini telah mewajibkannya dalam undang-undang .Kewajiban
untuk menyediakan bagi Pelaksana (Pengurus ) pekerjaan menyediakan dan
memakai Alat Pelindung Diri bagi para pekerja ada pada Undang-Undang
Keselamatan Kerja No, 1 tahun 1970.
3.3. Kebiasaan Untuk Menggunakan Pelindung
Peralatan pelindung diri untuk pekerja pada dasarnya mempunyai masalah
tersendiri. Rendahnya motivasi dari pihak pekerja untuk menggunakan peralatan itu
hendaknya diimbangi dengan kesungguhan Kontraktor menerapkan aturan
penggunaan peralatan itu. Terdapat beberapa segi yang perlu perhatian dan
pemecahan sekaligus :Untuk pertama kali menggunakan alat pelindung diri
seperti helm, sepatu kerja dan ikat pinggang pengaman memang kurang
menyenangkan pekerja. Memanjat dengan memakai sepatu bahkan akan
terasa kurang aman bagi yang tidak terbiasa, mula-mula terasa memperlambat
pekerjaan. Memakai sarung tangan juga mula-mula akan terasa risih. Memang
diperlukan waktu agar menggunakan alat pelidung diri itu menjadi kebiasaan.
Tetapi yang penting pada akhirnya harus terbiasa.
• Diperlukan tenaga pengawas K3 Konstruksi untuk mengingatkan dan
mengenakan sanksi bagi pelanggar yang tidak menggunakan alat pelindung
tersebut.
• Untuk pembiayaan peralatan memang diperlukan dana, dan hal ini tentu sudah
dianggarkan oleh Kontraktor. Karena itu hendaknya diadakan inventarisasi dan
prosedur penyimpanan, perbaikan, perawatan, membersihkan dan
menggantikan alat pelindung diri oleh Kontraktor.
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
3 -3
3.3.1. Jenis Alat Pelindung
Hampir semua Alat Pelindung Diri yang dipakai pada bidang Industri dan
jasa lain, digunakan juga dalam dunia Konstruksi, karena dunia
konstruksi bukan hanya untuk membangun fasilitas baru tetapi digunakan
pula dalam pemeliharaan dan perbaikan suatu fasilitas yang masih
berjalan.
a. Pelindung Kepala
Untuk pelindung kepala selalu digunakan Helm Pengaman (Safety
Helmet), yang berguna untuk menghindari risiko kejatuhan benda-
benda tajam dan berbahaya. Peralatan atau bahan kecil tetapi berat
bila jatuh dari ketinggian dan menimpa kepala bisa berakibat
mematikan. Kecelakaan yang menimpa kepala sering terjadi
sewaktu bergerak dan berdiri dalam posisi berdiri atau ketika naik
ketempat yang lebih tinggi. Terutama bila ditempat yang lebih tinggi
pekerjaan sedang berlangsung. Aturan yang lebih keras pada daerah
seperti ini harus diberlakukan tanpa kecuali terhadap siapapun yang
memasuki area tersebut. Upaya ini ditambah leflet-leflet peringatan
tertulis yang jelas dan mudah terbaca.
Jenis Helm yang digunakan juga harus standar. Ada standar nasional
dan ada juga standar internasional. Juga cara pemakaiannya harus
betul, tali pengikat ke dagu harus terpasang sebagaimana mestinya
sehingga tidak mudah terlepas.
b. Pelindung Kaki
Sepatu Keselamatan (Safety shoes) untuk menghindari kecelakan
yang diakibatkan tersandung bahan keras seperti logam atau kayu,
terinjak atau terhimpit beban berat atau mencegah luka bakar pada
waktu mengelas. Sepatu boot karet bila bekerja pada pekerjaan
tanah dan pengecoran beton.
Pada umumnya di pekerjaan konstruksi, kecelakaan kerja terjadi
karena tertusuk paku yang tidak dibengkokkan, terpasang vertical di
papan sebagai bahan bangunan yang berserakan ditempat kerja.
Ada beberapa jenis sepatu kerja :
• Sepatu keselamatan (safety shoes) agar aman dari kejatuhan
benda.
• Sepatu bot yang dipakai di tanah basah atau memasuki air.
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
3 -4
• Sepatu untuk memanjat.
• Sepatu untuk pekerjaan berat.
• Sepatu korosi, untuk bekerja menggunakan bahan kimia dan
bahan sejenis.
c. Pelindung Tangan
Sarung Tangan untuk pekerjaan yang dapat menimbulkan cidera
lecet atau terluka pada tangan seperti pekerjaan pembesian fabrikasi
dan penyetelan, pekerjaan las, membawa barang-barang berbahaya
dan korosif seperti asam dan alkali.
Banyak kecelakaan luka terjadi di tangan dan pergelangan dibanding
bagian tubuh lainnya. Kecelakaan ditangan seperti bengkak,
terkelupas, terpotong, memar atau terbakar bisa berakibat vatal dan
tidak dapat lagi bekerja. Diperlukan pedoman penguasaan peralatan
teknis dan pelindung tangan yang cocok seperti Sarung Tangan.
Pekerjaan-pekerjaan yang yang memerlukan pelindung tangan
misalnya adalah :
• Pekerjaan yang berhubungan dengan permukaan yang kasar,
tajam atau permukaan menonjol.
• Pekerjaan yang berhubungan dengan benda panas, karatan atau
zat- zat seperti aspal dan resin beracun.
• Pekerjaan yang berhubugan dengan listrik.
Ada berbagai sarung tangan yang dikenal antara lain :
▪ Sarung Tangan Kulit
▪ Sarung Tangan Katun
▪ Sarung Tangan Karet untuk isolasi
Sarung Tangan Kulit digunakan untuk pekerjaan pengelasan ,
pekerjaan pemindahan pipa dll
Sarung Tangan Katun digunakan pada pekerjaan besi beton ,
pekerjaan bobokan dan batu, pelindung pada waktu harus menaiki
tangga untuk pekerjaan ketinggian.
Sarung Tangan Karet untuk pekerjaan listrik yang dijaga agar tidak
ada yang robek agar tidak terjadi bahaya kena arus listrik.
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
3 -5
d. Pelindung Pernafasan
Beberapa alat pelindung pernafasan (masker) diberikan sebagai
berikut, dengan penggunaan tergantung kondisi ataupun situasi di
lapangan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan :
1). Masker Pelindung Pengelasan yang dilengkapi kaca pengaman
(Shade of Lens) yang disesuaikan dengan diameter batang las
(welding rod )
a). Untuk welding rod 1/16” sampai 5/32” gunakan shade no.10
b). Untuk welding rod 3/16 sampai ¼ “ gunakan shade no 13
2). Masker Gas dan Masker Debu adalah alat perlindungan untuk
melindungi pernafasan dari gas beracun dan debu.
Dalam pekerjaan di proyek banyak terdapat pekerjaan yang
berhubungan dengan bahaya debu, minyak atau gas yang berasal
dari :
• Peralatan pemecah dan batu.
• Kecipratan pasir.
• Bangunan terbuka yang mengandung debu asbes.
• Pekerjaan las, memotong bahan yang dibungkus atau dilapisi
zinkum, nikel atau cadmium.
• Cat semprot.
• Semburan mendadak.
Bila terdapat kecurigaan bahwa di udara terdapat gas beracun,
pelindung pernafasan harus segera dipakai. Jenis Pelindung
Pernafasan yang harus dipakai tergantung kepada bahaya dan
kondisi kerja masing-masing. Juga diperlukan latihan cara
menggunakan dan merawatnya. Perlu minta petunjuk pihak
berwenang untuk peralatan Pelindung Pernafasan ini.
Bekerja di ruang tertutup seperti gudang atau ruangan bawah tanah
ada kemungkinan terdapat bahaya asap, gas berbahaya atau bahan-
bahan yang rapuh wajib pula menggunakan perlindungan
pernafasan.
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
3 -6
Juga terdapat alat Pelindung Pernafasan jenis setengah muka yang
terdiri atas :
• Yang memakai alat filter atau penyaring katrid. Filter ini perlu
diganti secara berkala.
• Pelindung Pernafasan dari gas dan asap.
• Filter kombinasi penahan gas dan asap.
Disamping itu terdapat juga alat Pelindung Pernafasan penuh muka
memakai filter yang bisa melindungi mata maupun muka.
Pelindung Pernafasan yang lain ialah yang melindungi seluruh muka
yang dilengkapi udara dalam tekanan tertentu dan merupakan jenis
yang terbaik, terutama bila di tempat kerja kurang dapat oksigen.
Udara dalirkan dari kompresor yang dilengkapi penyaring. Pada iklim
panas alat ini terasa sejuk dan menyenangkan. Alat ini lebih mandiri
tapi memerlukan pelatihan cara memakainya sesuai dengan petunjuk
pabrik pembuatnya.
e. Pelindung Pendengaran
Pelindung Pendengaran (ear plug) untuk mencegah rusaknya
pendengaran akibat suara bising diatas ambang aman seperti
pekerjaan plat logam. (batas nilai ambang batas akan diterangkan
dalam modul kesehatan)
f. Pelindung Mata
Kaca Mata Pelindung (Protective glasses) untuk melindungi mata dari
percikan logam cair, percikan bahan kimia, serta kaca mata
pelindung untuk pekerjaan menggerinda dan pekerjaan berdebu
Mata dapat luka karena radiasi atau debu yang berterbangan.
Kecelakaan yang mengenai mata seringkali terjadi dalam:
• Memecah batu, pemotongan, pelapisan atau pemasangan batu,
pembetonan dan memasang bata dengan tangan atau alat kerja
tangan menggunakan tenaga listrik
• Pengupasan dan pelapisan cat atau permukaan berkarat.
• Penutupan atau penyumbatan baut.
• Menggerinda dengan tenaga listrik.
• Pengelasan dan pemotongan logam.
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
3 -7
Dalam pekerjaan konstruksi terdapat juga risiko karena tumpahan,
kebocoran atau percikan bahan cair panas atau lumpur cair.
Persoalan yang banyak terjadi adalah, kemalasan tukang untuk
memakai pelindung, alat tidak cocok, atau memang alatnya tidak
tersedia sama sekali di proyek.
g. Tali Pengaman & Sabuk Keselamatan (Safety belt)
Banyak sekali terjadi kecelakaan kerja karena jatuh dari ketinggian.
Pencegahan utama ialah tersedianya jaring pengaman. Tetapi untuk
keamanan individu perlu Ikat Pinggang Pengaman/Sabuk Pengaman
(Safety Belt) yang wajib digunakan untuk mencegah cidera yang lebih
parah pada pekerja yang bekerja diketinggian ( > 2 m tinggi ).
Contoh jenis-jenis pekerjaan yang memerlukan Tali Pengaman :
• Pekerjaan perawatan pada bangunan struktur seperti jembatan.
Terdapat banyak jenis Ikat Pinggang Pengaman dan Tali
Pengaman, diperlukan petunjuk dari pihak yang kompeten
tentang tali pengaman yang paling cocok untuk suatu jenis
pekerjaan.
Termasuk cara penggunaan dan perawatannya. Tali Pengaman
yang lengkap harus selalu dipakai bersama Ikat Pinggang
Pengaman.
Syarat-syarat untuk Tali Pengaman adalah :
Batas jatuh pemakai tidak boleh lebih dari dua meter dengan
cara meloncat.
Harus cukup kuat menahan berat badan.
Harus melekat di bangunan yag kuat melalui titik kait diatas
tempat kerja.
Demikianlah Alat Pelindung Diri yang umum dipakai dan sifatnya
lebih mendasar. Karena diluar itu sangat banyak sekali ketentuan-
ketentuan yang harus diingat baik bila mengerjakan sesuatu,
menggunakan peralatan tertentu dan menangani bahan tertentu.
Sesungguhnya bila pekerja itu dipersiapkan melalui sistim pelatihan,
kecelakaan yang diakibatkan alpa menggunakan Alat Pelindung Diri
seperti ini akan jauh berkurang. Sebab dalam sistim pelatihan
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
3 -8
diajarkan cara menggunakan peralatan yang betul, efektif dan tanpa
membahayakan. Hampir semua pekerja tukang kita tidak pernah
dibekali pengetahuan melalui sistim pelatihan. Hanya memupuk
pengalaman sambil langsung bekerja.
Dengan cara penjelasan ringkas kepada mereka sambil bekerja
tentang pencegahan kecelakaan hasilnya akan terbatas. Akan jauh
lebih berhasil bila merupakan program dalam paket pelatihan sejak
berstatus calon pencari kerja atau pemula. Hal ini merupakan
penyebab angka kecelakaan kerja bidang konstruksi di Indonesia
termasuk tinggi.
Disamping alat pelindung diri diatas pekerja harus berpakaian yang
komplit sesuai dengan jenis pekerjaan yang ditanganinya seperti
tukang las harus dilengkapi jaket/rompi kulit tetapi minimum harus
memakai kaos dan celana panjang.
3.3.2. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan APD
Alat Pelindung Diri akan berfungsi dengan sempurna apabila dipakai
secara baik dan benar .
a. Sediakanlah Alat Pelindung Diri yang sudah teruji dan telah memiliki
SNI atau standar internasional lainnya yang diakui.
b. Pakailah alat pelindung diri yang sesuai dengan jenis pekerjaan
walaupun pekerjaan tersebut hanya memerlukan waktu singkat.
c. Alat Pelindung Diri harus dipakai dengan tepat dan benar.
d. Jadikanlah memakai alat pelindung diri menjadi kebiasaan. Ketidak
nyamanan dalam memakai alat pelindung diri jangan dijadikan alasan
untuk menolak memakainya
e. Alat Pelindung Diri tidak boleh diubah-ubah pemakaiannya kalau
memang terasa tidak nyaman dipakai laporkan kepada atasan atau
pemberi kewajiban pemakaian alat tersebut.
f. Alat Pelindung Diri dijaga agar tetap berfungsi dengan baik.
g. Semua pekerja,pengunjung dan mitra kerja ke proyek konstruksi
harus memakai alat pelindung diri yang diwajibkan seperti Topi
Keselamatan dll.
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
3 -9
3.3.3. Acuan / standar yang dipakai.
Apabila kita membeli Alat Pelindung diri kita akan berpedoman kepada
standar industri yang berlaku, belilah hanya barang yang telah
mencantumkan kode SNI (Standar Nasional Indonesia) atau JIS untuk
barang buatan Jepang, ANSI, BP dsb tergantung dari negara asal
barang untuk kebutuhan proyek dan dinyatakan laik untuk pekerjaan
yang dimaksud.
Dibawah ini beberapa contoh standar alat pelindung diri dan SNI dan
standar internasional lainnya.
Helmet ( Topi Pengaman ) : ANSI Z 89,1997 standard
Sepatu Pengaman (Safety Shoes) : SII-0645-82,DIN4843,Australian
Standard AS/NZS 2210.3.2000,
ANSI Z 41PT 99,SS 105,1997.
Sabuk Pengaman : EN 795 Class C ANSI OSHA
Banyak lagi standar-standar yang diberlakukan di negara maju , tetapi
yang lebih penting kalau kita memakai produk dalam negeri, ujilah
ketahanannya terhadap suatu beban yang akan diberikan kepadanya
dengan toleransi keamanan minimum 50 %.
Pertimbangan ini diambil karena mungkin bagi kontraktor kecil dan
menengah akan menjadi beban keuangan bila harus menyediakan
produk import untuk pekerjanya.
Perlu juga dipertimbangkan daya tahan dan kwalitas yang dipakai bisa
untuk beberapa proyek atau periode pekerjaan sehingga beban
keuangan akan terasa menjadi lebih ringan.
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
3 -10
1
2
3
4
5
6
Safety Belts with a shock absorber
A shock absorber
Hook
Buckle
Belt
3.3.4. Contoh alat pelindung diri (APD) dan pencegahan terjadinya
kecelakaan
1. Pelindung kepala
2. Pelindung pernafasan (masker)
3. Pelindung mata
4. Pelindung telinga
5. Pelindung tangan (sarung tangan)
6. Pelindung kaki
Pencegahan terjadinya Kecelakaan
Sedangkan hal-hal yang bisa dilakukan untuk menghindari atau
meminimkan resiko terjadinya kecelakaan adalah sebagai berikut :
a. Harus diyakini bahwa semua pelindung dan penutup berada pada
posisinya dengan baik. Apabila ada yang rusak harus segera
diperbaiki
b. Jangan memakai pakaian yang berminyak (oli) karena merupakan
barang yang mudah terbakar.
c. Hindarkan pemakaian pakaian kerja yang terlalu longgar, barang
perhiasan dan rambut panjang terurai. Barang – barang dan rambut
tersebut dapat terlibat tuas atau komponen yang berputar dan dapat
menyebabkan kecelakaan besar dan kematian.
d. Selalu menggunakan peralatan
keselamatan kerja seperti tuas
pengunci (Safety Lock Lever) 1 dan
sabuk keselamatan secara benar
e. Penggunaan yang keliru dari peralatan
keselamatan kerja dapat
Gambar 3.1. Alat Pelindung Diri
Gambar 3.2. Safety Lock Lever
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
3 -11
mengakibatkan kecelakaan besar atau
kematian
f. Alat pemadam kebakaran yang berada
pada unit WHEEL CRANE agar
diperiksa ketersediaannya dan
diperiksa masa pakainya, jangan
sampai kadaluarsa
g. Kelengkapan/isi kotak P3K diperiksa
dan harus diyakini bahwa obat-obatan
yang tersedia masih dalam batas waktu
pakainya, tidak kadaluarsa.
Gambar 3.3. Sabuk Pengaman
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
4 - 1
BAB IV
PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA DAN PERTOLONGAN PERTAMA
PADA KECELAKAAN (P3K)
4.1. Umum
Suatu kecelakaan kerja dapat saja terjadi menimpa operator atau orang sekitarnya
pada saat pengoperasian dan tindakan pertama adalah memberikan pertolongan
sesegera mungkin sebelum penderita mendapat perawatan medis lebih lanjut dari
ahlinya (rumah sakit, poliklinik)
Dari sisi peraturan keselamatan kerja, hal tersebut merupakan hak setiap tenaga kerja
untuk mendapatkan pertolongan pertama bila terjadi kecelakaan kerja dan oleh sebab
itu pihak perusahaan diwajibkan menyediakan obat-obatan untuk pertolongan pertama
tersebut dalam kotak P3K di masing-masing alat.
Disamping itu perlu ada suatu pelatihan khusus dalam menangani kecelakaan kerja
tersebut, sehingga pada saat terjadi kecelakaan telah dapat dilakukan pertolongan
pertama dengan baik.
4.2. Maksud dan Tujuan
1. PPPK diselenggarakan untuk memberikan pertolongan permulaan yang diperlukan
sebelum penderita dibawa ke Rumah Sakit/Poli Klinik terdekat.
Pertolongan pertama ini memegang peranan yang penting, karena tanpa
pertolongan pertama yang baik, korban mungkin tidak akan tertolong lagi kalau
harus menunggu pengangkutan ke Rumah Sakit.
2. Mengurangi kemungkinan terjadinya bahaya kematian, jika bahaya tersebut sudah
ada seperti pada korban yang shock, terjadi pendarahan yang luar biasa atau pada
korban yang pingsan.
3. Mencegah bahaya cacat, baik cacat rohani ataupun cacat jasmani
4. Mencegah infeksi, artinya berusaha supaya infeksi tidak bertambah parah yang
disebabkan perbuatan – perbuatan atau pertolongan yang salah.
5. Meringankan rasa sakit.
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
4 - 2
4.3. Pedoman Umum Untuk Penolong
1. Menilai situasi
a. Perhatikan apa yang terjadi secara cepat tetapi tenang;
• Apakah korban pingsan, henti jantung atau henti nafas
• Apakah korban mengalami perdarahan atau luka
• Apakah korban mengalami patah tulang
• Apakah korban mengalami rasa sangat sakit yang berlebihan
• Apakah korban mengalami luka bakar
b. Perhatikan apakah ada bahaya tambahan yang mengancam korban atau
penolong
c. Ingat jangan terlalu berani mengambil resiko, perhatikan keselamatan diri
penolong
2. Mengamankan tempat kejadian :
• Lindungi korban dari bahaya
• Jika perlu mintalah orang lain untuk membantu atau laporkan kepada bagian
terkait (misal 118 atau Rescue Team Perusahaan)
3. Memberi pertolongan
a. Rencanakan dan lakukan pertolongan berdasarkan tujuan P3K sebagai berikut
• Menciptakan lingkungan yang aman
• Mencegah kondisi korban bertambah buruk
• Mempercepat kesembuhan
• Melindungi korban yang tidak sadar
• Menenangkan korban/penderita yang terluka
• Mempertahankan daya tahan tubuh korban menunggu pertolongan yang
lebih tepat dapat diberikan
b. Jika pertolongan pertama telah dilakukan, maka segera angkut korban tapi
jangan terburu-buru atau serahkan pertolongan selanjutnya kepada yang lebih
ahli atau bagian yang bertugas menangani kecelakaan atau kirim ke Dokter
atau rumah sakit terdekat.
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
4 - 3
4.4. Jenis Kecelakaan
1. Kecelakaan Yang Dapat Membawa Maut
a. Coma (collapse)
Gejala – gejalanya :
• Keluar keringat dingin
• Pucat
• Denyut nadi lemah
• Telinga berdengking
• Mual
• Mata berkunang – kunang
• Badan lemas
Cara pertolongannya :
• Tidurkan penderita terlentang dengan kepala agak direndahkan
• Longgarkan pakaiannya
• Usahakan agar penderita dapat bernafas dengan udara segar
• Kalau ada beri selimut agar badannya menjadi hangat
• Selanjutnya kirimkan ke Dokter atau rumah sakit terdekat
b. Shock (gugat)
Hal ini disebabkan oleh suatu keadaan yang timbul karena jumlah darah yang
beredar dalam pembuluh darah sangat berkurang yang dapat disebabkan oleh :
• Perdarahan keluar atau ke dalam
• Luka bakar yang luas yang menyebabkan banyak cairan/serum darah yang
keluar
Tanda-tandanya :
• Nadi berdenyut cepat, lebih 100 kali/menit kemudian melemah, lambat dan
menghilang
• Pernafasan dangkal dan tidak teratur
• Bila keadaan tambah lanjut penderita jadi pingsan
• Penderita pucat dan dingin
• Penderita merasa mual, lemas, mata berkunang
• Pandangan hampa dan tidak bercahaya
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
4 - 4
Pertolongan :
• Baringkan penderita ditempat yang udaranya segar dan kepala lebih rendah
dari kaki
• Bersihkan mulut dan hidungnya dari sumbatan
• Hentikan perdarahan bila ada
• Longgarkan pakaian penderita
• Kalau ada berikan selimut agar penderita menjadi hangat
• Selanjutnya kirimkan ke Dokter atau Rumah Sakit terdekat
• Jangan memberi minum
c. Pingsan
Fungsi otak terganggu sehingga penderita tidak sadar
Gejala :
• Penderita tidak sadar, tidak ada reaksi terhadap rangsangan
• Penderita berbaring dan tidak bergerak
• Pernafasan dan denyut nadi dapat diraba
Pertolongan :
Baringkan penderita di tempat teduh dan segar.
Apabila mukanya merah, kepalanya ditinggikan, dan apabila pucat baringkan
tanpa alas kepala.
• Pakaiannya dilonggarkan
• Penderita jangan ditinggalkan seorang diri dan perlu dijaga
• Tenangkan bila gelisah
• Kalau ada, berikan selimut agar badannya menjadi hangat
• Selanjutnya kirimkan ke Dokter atau Rumah Sakit terdekat
d. Mati Suri
Yaitu keadaan pingsan dimana peredaran darah dan pernafasan tidak
mencukupi lagi.
Keadaan ini sudah merupakan keadaan yang gawat, karena penderita berada
diantara pingsan dan mati.
Gejala :
• Pernafasan tidak tampak dan nadi tidak teraba
• Pupil melebar dan tidak menyempit dengan penyinaran
• Muka pucat dan kebiru-biruan
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
4 - 5
Cara Pertolongan :
• Baringkan terlentang dan longgarkan pakaian penderita
• Hilangkan semua barang yang dapat menyumbat pernafasan
• Berikan pernafasan buatan.
Pernafasan buatan adalah suatu usaha mencoba agar paru-paru penderita
dapat bekerja kembali dengan cara mengembang dan mengempiskan paru –
paru itu. Selanjutnya di kirim ke Dokter atau Rumah Sakit terdekat
e. Pendarahan
Dilihat dari sudut keluarnya darah, pendarahan ada 2 macam yaitu :
• Pendarahan keluar
• Pendarahan ke dalam
Dilihat dari sudut macamnya pembuluh darah yang putus, pendarahan ada 3
macam yaitu :
• Perdarahan pembuluh nadi (arterial)
• Pendarahan pembuluh balik (vena)
• Pendarahan pembuluh rambut (capiler)
Untuk memberikan pertolongan terhadap penderita yang mengalami
pendarahan dapat dilakukan dengan bermacam - macam cara diantaranya :
Cara pertama :
• Penderita didudukan atau ditidurkan tergantung dari hebatnya pendarahan
• Bagian tubuh yang mengalami luka ditinggikan
• Hentikan pendarahan dengan menekan anggota bagian diatas luka
• Bersihkan luka dari kotoran yang ada
• Letakkan diatas luka, sepotong kain kasa steril berlipat dan tekan sampai
darah berhenti keluar, kemudian pasang pembalut tekan (plester).
Gambar 4.1.
Cara pernafasan buatan dari mulut ke mulut
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
4 - 6
Untuk pendarahan yang hebat ditangan atau kaki dapat digunakan cara
torniquet (torniket, penarat darah).
Torniket adalah balutan yang menjepit sehingga aliran daerah di bawahnya
terhenti sama sekali.
Perhatikan bila menggunakan penarat darah :
• Tiap 10 menit harus dikendorkan dengan memutar kayunya
• Memasang penarat darah antara luka dan jantung
• Penderita yang dikorniket harus segera dibawa ke Rumah Sakit untuk
pertolongan lebih lanjut dan harus mendapat prioritas pertama
• Harus dicatat jam berapa penarat darah dipasang dan dibuka
• Cara torniket ini hanya dianjurkan bagi mereka yang sudah menguasai
f. Luka-luka
Luka adalah adanya jaringan kulit yang terputus atau rusak oleh suatu sebab.
Menurut sebabnya dapat dikenal bermacam - macam luka yaitu sebagai
berikut :
• Luka memar kena pukul
• Luka gores
• Luka tusuk
• Luka potong
• Luka bacok
• Luka robek
• Luka tembak
• Luka baker
g. Memberikan pertolongan kepada penderita yang mengalami luka pada
dasarnya adalah :
• Menghentikan pendarahan
• Mencegah infeksi
• Mencegah kerusakan lebih lanjut
• Menggunakan cara yang memudahkan/ mempercepat penyembuhan
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
4 - 7
4.5. Kelengkapan dan obat-obatan dalam kotak P3K
a. Mercurochroom
Penggunaan : Untuk anti septik (anti infeksi) pada luka–luka dalam
Cara penggunaan : Untuk mengobati luka–luka yang tidak dalam, lecet–lecet.
Luka/lecet yang kotor dibersihkan dahulu, lalu diolesi
mercurochroom, jika luka–lukanya tidak berair biarkan dalam
keadaan terbuka saja, tidak usah dibalut.
b. Sulfanilamid powder steril
Penggunaan : Sebagai anti septik (anti infeksi) pada luka dalam
Cara penggunaan : Taburkan sulfanilamid powder steril pada luka–luka terutama
luka dalam, lalu ditutup dengan kain steril 16 x 16 dan
dibalut atau diplester.
c. Larutan Rivanol
Penggunaan : Sebagai anti septik (anti infeksi)
Cara penggunaan : Mengobati luka–luka yang kotor dengan jalan
mengompres.Gunakan kasa steril 16 x 16, basahi dengan
larutan rivanol dan kompreskan diatas luka, lalu dibalut.
d. Levetraan Zalf
Penggunaan : Untuk mengobati luka bakar
Cara penggunaan : Oleskan levetraan zalf diatas luka bakar, tutup dengan kain
steril 16 x 16, kemudian luka dibalut atau diplester.
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
5 - 1
BAB V
PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN WHEEL CRANE
DENGAN PROSEDUR YANG AMAN
5.1. Umum
Masalah keselamatan kerja dalam pengoperasian dan pemeliharaan alat – alat besar
menjadi prioritas untuk selalu diperhatikan oleh para pelakunya yaitu operator dan
mekanik alat – alat berat.
Hampir semua kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh ketidaktaatan dalam
melaksanakan peraturan yang mendasar dari keselamatan kerja dalam pengoperasian
dan pemeliharaan alat – alat besar. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan, sebaiknya
Operator Wheel Crane memahami dan mengikuti petunjuk keselamatan kerja dan
memenuhi beberapa tanda peringatan yang terdapat pada buku petunjuk dan juga
yang terpasang pada unit alatnya sebelum melakukan pengoperasian dan
pemeliharaan. Disisi lain pada setiap tempat yang strategis dan mudah dilihat selalu
terpampang tanda peringatan “UTAMAKAN KESELAMATAN” atau “SAFETY FIRST”
tersebut harus selalu memperhatikan keselamatan kerja, baik untuk dirinya sendiri,
peralatan yang dioperasikan dan orang lain beserta lingkungan disekitarnya.
5.2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Secara Umum
5.2.1. Ketentuan
a. Untuk melaksanakan pengoperasian dan pemeliharaan WHEEL CRANE ini
hanya diperbolehkan bagi tenaga yang telah terlatih dan diberi kewenangan
untuk melakukan hal tersebut.
b. Tidak di perbolehkan mengoperasikan WHEEL CRANE apabila tidak sehat
(sakit) atau mengantuk karena habis minum obat atau setelah minum –
minuman keras. Mengoperasikan dalam keadaan seperti ini akan berakibat
buruk dalam penguasaan diri dan dapat menimbulkan kecelakaan.
c. Apabila bekerja sama dengan orang lain atau dengan seseorang yang
mengatur lalu lintas ditempat kerja, harus diyakini bahwa orang – orang
tersebut memahami bahasa isyarat yang dipahami di tempat kerja tersebut.
d. Harus selalu mematuhi semua peraturan dan rambu-rambu K3
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
5 - 2
5.2.2. Peralatan Keselamatan Kerja
a. Harus diyakini bahwa semua pelindung dan penutup berada pada posisinya
dengan baik. Apabila ada yang rusak harus segera diperbaiki
b. Selalu menggunakan peralatan keselamatan
kerja seperti tuas pengunci (Safety Lock
Lever) 1 dan sabuk keselamatan secara
benar
c. Penggunaan yang keliru dari peralatan
keselamatan kerja dapat mengakibatkan
kecelakaan besar atau kematian
d. Alat pemadam kebakaran yang berada pada
unit WHEEL CRANE agar diperiksa
ketersediaannya dan diperiksa masa
pakainya, jangan sampai kadaluarsa
e. Kelengkapan/isi kotak P3K diperiksa dan
harus diyakini bahwa obat-obatan yang
tersedia masih dalam batas waktu pakainya,
tidak kadaluarsa.
5.2.3. Alat Pelindung Diri (APD)
a. Hindarkan pemakaian pakaian kerja yang terlalu longgar, barang perhiasan
dan rambut panjang terurai. Barang – barang dan rambut tersebut dapat
terlibat tuas atau komponen yang berputar dan dapat menyebabkan
kecelakaan besar dan kematian.
b. Jangan memakai pakaian yang berminyak (oli) karena merupakan barang
yang mudah terbakar.
c. Kenakan topi pengaman, kacamata pelindung, masker dan sarung tangan
pada saat mengoperasikan dan melakukan pelaksanaan pemeliharaan.
Harus selalu memakai pelindung (masker),
topi pengaman dan sarung tangan bila
menghadapi pekerjaan dengan metal tajam
yang tersebar atau material lancip/tajam
terutama bila memasang pin dengan
tumbukan palu dan bila membersihkan
elemen saringan udara dengan hembusan
udara bertekanan.
Gambar 5.1. Safety Lock Lever
Gambar 5.2. Cara Penggunaan Sabuk Pengaman
Gambar 5.3. Alat Pelindung Diri
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
5 - 3
d. Periksa semua peralatan pelindung berfungsi dengan baik sebelum
peralatan tersebut digunakan.
5.3. Meninggalkan Ruang Operator
a. Apabila berdiri dari tempat duduk operator, selalu memposisikan tuas pengunci
(safety lock lever) 1 dengan benar pada posisi lock. Bila operator menyentuh tuas
operasi sedangkan tuas kendali belum dikunci maka komponen kerja secara tiba –
tiba akan bergerak dan menyebabkan kecelakaan atau menyebabkan kerusakan
b. Apabila akan meninggalkan WHEEL CRANE,
fungsikan tuas pengunci 1 ke posisi Lock, kemudian
matikan engine gunakan kunci pintu untuk mengunci
mengamankan alat (WHEEL CRANE), kemudian
cabut kuncinya yang menjadi tanggung jawab
operator untuk menyimpannya.
5.4. Memasuki/Naik Dan Meninggalkan/Turun dari WHEEL CRANE
a. Tidak boleh melompat bila akan masuk atau meninggalkan WHEEL CRANE dan
jangan keluar atau masuk bila alat sedang jalan.
b. Bila akan masuk atau meninggalkan alat, hadapkan muka ke alat dan gunakan
tangga dan steps untuk menjaga keselamatan, agar dijaga tiga titik tumpu anggota
badan (dua kaki, satu tangan, atau dua tangan satu kaki) bertumpu pada tangga
atau steps untuk menunjang kekuatan/kestabilan operator dalam posisi tersebut
c. Untuk menghindarkan bahaya dari tergelincir dan
bahaya lainnya, agar tempat pijakan dan pegangan
dibersihkan dari material yang membahayakan
d. Jangan memegang suatu tuas operasi atau tuas
pengunci apabila masuk atau keluar mesin (WHEEL
CRANE)
5.5. Pencegahan Kebakaran Dari Bahan Bakar Dan Pelumas
Bahan bakar, pelumas dapat terbakar dengan nyala api. Bahan bakar merupakan
bahan yang mudah terbakar dan dapat membahayakan.
Agar dapat diikuti persyaratan berikut ini :
a. Jauhkan nyala api atau korek api dari bahan yang mudah terbakar
b. Matikan engine dan dilarang merokok pada saat mengisi bahan bakar
c. Kencangkan semua penutup bahan bakar dan pelumas
Gambar 5.4. Cara naik/turun dari Wheel Crane
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
5 - 4
d. Pilih tempat dengan sirkulasi udara yang baik untuk tempat penambahan dan
penyimpan bahan bakar dan pelumas
e. Bahan bakar dan pelumas disimpan ditempat tertentu dan tidak boleh dimasuki
oleh orang – orang yang tidak berkepentingan
5.6. Keselamatan Kerja Pada Pekerjaan dengan Temperatur Tinggi
a. Sesaat setelah alat berhenti operasi, suhu minyak pelumas engine dan minyak
hidrolik masih tinggi dan masih bertekanan. Kegiatan saat itu yaitu dengan
membuka tutup (cap), menguras (drain) pelumas atau air, atau mengganti filter
dapat menyebabkan luka bakar yang serius.
Harus ditunggu termperatur turun dahulu dan ikuti petunjuk khusus apabila akan
melaksanakan pekerjaan tersebut.
b. Untuk mencegah terjadinya semburan air panas, matikan engine, tunggu sampai
suhu air turun (dingin) kemudian buka tutup radiator (cap) perlahan-lahan untuk
mengeluarkan tekanan sebelum melepas cap. (Bila akan memeriksa apakah suhu
air pendingin telah turun. Letakkan tangan dekat radiator dan rasakan panas
udaranya. Hati-hati jangan sampai menyentuh radiator).
c. Untuk mencegah semburan minyak pelumas yang panas, masukkan engine,
tunggu sampai dingin, kemudian tutup (cap) perlahan-lahan, untuk mengeluarkan
tekanan setelah itu baru cap buka penuh (Bila akan memeriksa tangan dekat tangki
minyak hidrolik dan rasakan panas udaranya. Hati-hati jangan sampai menyentuh
tangki).
5.7. Sebelum Memulai Operasi
a. Sebelum memulai untuk mengoperasikan unit, lakukan pemeriksaan lingkungan
dengan teliti dari kondisi yang dapat menimbulkan bahaya semua material yang
mudah terbakar yang terdapat disekitar engine dan battery dibersihkan, semua
tempat bahan bakar disingkirkan ke tempat penyimpannya, yang aman. Simpan ke
tempatnya semua toals dari tempat operator dan bersihkan kotoran yang melekat
pada kaca spion, pegangan dan tangga
b. Stel tempat duduk operator pada posisi yang nyaman dan periksa sabuk pengaman
dari kemungkinan aus atau rusak
c. Periksa kaca spion dan kaca jendela harus dalam keadaan bersih dan posisi kaca
spion harus sesuai dengan sudut pandang operator
d. Tidak diperbolehkan orang lain naik/menumpang pada unit WHEEL CRANE selama
pengoperasian
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
5 - 5
e. Periksa lokasi dan kondisi tanah pada daerah kerja, dan tentukan metoda operasi
yang paling baik dan paling aman
Atur permukaan tanah sekeras dan serata mungkin sebelum melakukan
pengoperasian, apabila lapangan sangat berdebu, semprotkan air sebelum
pengoperasian
f. Apabila beroperasi pada jalan umum, dilakukan pengaturan para pejalan kaki dan
kendaraan dengan menempatkan petugas pengatur lalu lintas, atau menempatkan
patok – patok dan memasang tanda “dilarang masuk” sekeliling daerah kerja.
Patuhi semua rambu-rambu keselamatan kerja selama melakukan pemeliharan dan
pengoperasian
g. Bila ada pipa air, pipa gas atau jaringan listrik tegangan tinggi yang terpasang
dibawah tanh di daerah kerja, tandai lokasinya dan keperluan kepada instansi
terkait melalui atasan.
Harus hati – hati jangan memotong atau merusak pipa atau jaringan tersebut (ada
gambarnya)
h. Sebelum menghidupkan engine lakukan
pemeriksaan keliling lagi, mungkin ada orang atau
barang yang baru mendatangi
i. Jangan menghidupkan engine bila ada tanda
peringatan terpasang pada tuas kendali operasi
j. Apabila akan menghidupkan engine bunyikan
klakson
k. Menghidupkan engine dan mengoperasikan unit
harus dalam posisi duduk
l. Tidak diperbolehkan orang lain naik pada unit
WHEEL CRANE
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
5 - 6
5.8. Pemeliharaan Battery (Accu).
Electrolyte (air accu) mengandung asam sulfat dan dalam battery menimbulkan gas
hydrogen yang mudah terbakar. Kesalahan dalam menanganinya akan menimbulkan
kebakaran.
• Jangan merokok atau membawa sumber api dekat
battery.
• Bila melakukan perawatan battery, selalu gunakan
kacamata pengaman, masker dan sarung tangan
karet.
• Apabila terkena air accu segera bersihkan dengan
air.
• Bila mata yang terkena air accu segera basuh
dengan air yang banyak kemudian periksakan
kepada dokter.
• Bila secara tidak sengaja air accu terminum, minum
air atau susu yang banyak, telur mentah atau minyak
tumbuh-tumbuhan. Selanjutnya periksakan kepada
dokter.
• Bila membersihkan bagian atas battery, gunakan
kain basah yang bersih.
• Kuatkan selalu tutup sel accu.
• Bila mengisi battery dengan alat pengisi, lepaskan
hubungan battery dengan engine.
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
6 - 1
BAB VI
RAMBU-RAMBU KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
6.1. Umum
Banyak kecelakaan kerja terjadi karena kesalahan manusia yang tidak disiplin
menerapkan peraturan keselamatan kerja selama melaksanakan pemeliharaan dan
pengoperasian alat-alat berat.
Untuk menghindarkan terjadinya kecelakaan kerja tersebut baca dan pahami semua
petunjuk dan peringatan yang ada pada buku manual dan tanad peringatan yang
terdapat pada alatnya.
Guna menjamin keselamatan kerja tersebut maka operator yang akan mengoperasikan
alat-alat berat ini adalah operator yang telah memiliki sertifikasi kompetensi operator
atau setidaknya telah lulus dalam pelatihan operator.
6.2. Tanda dan Peringatan Keselamatan Kerja
Setiap pabrik pembuat alat-alat berat telah menerbitkan manual operator dan
pemeliharaan dan di dalamnya telah mencakup pemberian informasi dan rambu-rambu
keselamatan kerja yang harus menjadi perhatian operator selama melaksanakan
pemeliharaan dan pengoperasian wheel crane.
Kata dan tanda yang dipakai sebagai tanda/signal peringatan adalah :
• Kata ini dipakai untuk menyampaikan pesan keselamatan
kerja dimana pada kegiatan ini terdapat kemungkinan yang
tinggi terjadinya kecelakaan berat apabila penyebabnya
tidak dapat dihindarkan.
• Kata ini dipakai untuk menyampaikan pesan keselamatan
kerja dimana pada kegiatan ini terdapat potensi yang
berbahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan berat.
• Kata ini dipakai untuk menyampaikan pesan keselamatan
kerja dimana pada kerjaan ini kemungkinan kecelakaan
sedang atau ringan. Kemungkinan kecelekaan yang
berkaitan dengan alat saja.
• Kata ini digunakan untuk keselamatan kerja yang harus
dilakukan untuk menghindarkan tindakan yang dapat
memperpendek umur alat.
DANGER
WARNING
WARNING
NITICE
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
6 - 2
6.3. Bahasa Isyarat dan Lebel/Tanda Keselamatan Kerja dalam Pengoperasian Wheel
Crane
Bahasa Isyarat dalam Operasi Wheel Crane seperti diperlihatkan pada gambar
dibawah ini :
Bahasa Isyarat dalam Operasi Wheel Crane
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
6 - 3
Bahasa Isyarat dalam Operasi Wheel Crane
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
6 - 4
Bahasa Isyarat dalam Operasi Wheel Crane
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
6 - 5
6.3.1. Peringatan bila meninggalkan ruang operator
Untuk menghindarkan pergerakannya tuas operasi yang tidak terkunci, dan
pindahkan SAFETY LOCK LEVEL (yang berada dekat tempat duduk) ke posisi
lock sebelum meninggalkan tempat duduk operator.
Bergeraknya alat secara tiba-tiba dan tidak diinginkan dapat mengakibatkan
kecelakaan serius dan bahkan kematian.
6.3.2. Peringatan sebelum mengoperasikan wheel crane
Untuk mencegah kecelakaan berat atau kematian, lakukan hal berikut sebelum
menggerakkan alat atau attachment :
• Bunyikan klakson untuk memberi tanda kepada orang disekitar alat
• Harus yakin tidak ada orang pada atau dekat alat atau dalam daerah swing
• Putarlah tempat duduk untuk melihat arah perjalanan alat bila hal ini dapat
dilakukan dengan aman
• Harus ada petunjuk/pembantu bila pandangan terganggu.
6.3.3. Peringatan untuk pengoperasian, pemeriksaan dan pemeliharaan
Ketidak tepatan pengoperasian dan pemeliharaan dapat mengakibatkan
kecelakaan atau kematian.
Baca petunjuk dan lebel/tanda sebelum melakukan pengoperasian dan
pemeliharaan. Ikuti petunjuk dan peringatan yang terdapat pada manual di
dalam ruang operator sedekat mungkin dengan operator.
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
6 - 6
6.3.4. Peringatan bila melewati jaringan tegangan
tinggi
Berisiko tinggi bila melewati tegangan yang
membahayakan. Kecelakaan serius atau
kematian dapat terjadi bila alat atau attachment
tidak memiliki jarak yang cukup dari jaringan
listrik.
6.3.5. Peringatan untuk bahaya minyak pelumas
• Bahaya minyak yang panas
• Untuk mencegah semburan minyak yang
panas :
- Matikan engine
- Biarkan minyak peluma menjadi dingin
- Perlahan-lahan longgarkan tutup (cap)
untuk mengeluarkan tekanan sebelum
membukanya.
6.3.6. Peringatan untuk penanganan accumulator bahaya ledakan
• Jauhkan dari sumber api
• Jangan mengelas atau mengebor
6.3.7. Menjauh dari area swing
Pelatihan Operator Wheel crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
RANGKUMAN
1. Pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi masalah keselamatan kerja dimana kompetensi
para pekerjanya akan berpengaruh terhadap berkurangnya atau dapat menghilangkan
potensi kecelakaan kerja ditempat kerja, sehingga setiap pekerja dituntut memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam penerapan K3 secara benar.
2. Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan K3 telah banyak diterbitkan
sebagai dasar pelaksanaan K3 dan berlaku secara nasional. Peraturan tersebut
mempunyai kekuatan hukum yang mengikat perusahaan dan pekerja, dan memperjelas
hak dan kewajiban masing-masing dalam penerapan K3, sampai kepada masalah teknis
dan tindak lanjut bila terjadi kecelakaan kerja yang menimpa para pekerja.
3. Perlengkapan keselamatan kerja, terutama alat pelindung diri (APD), alat pemadam
kebakaran dan kelengkapan P3K harus disediakan perusahaan, sedangkan pekerja
diwajibkan memakai APD dan harus mampu menggunakan alat pemadam kebakaran
serta melakukan pertolongan pertama bila terjadi kecelakaan.
4. Mengoperasikan alat-alat berat termasuk mengoperasikan wheel crane, memiliki potensi
kecelakaan kerja cukup tinggi bila operator tidak mengindahkan petunjuk pengoperasian
yang benar dan aman. Untuk itu setiap operator yang akan mengoperasikan wheel crane
harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan pengoperasian dan
pemeliharaan wheel crane dengan prosedur yang aman.
5. Disisi lain operator wheel crane dituntut untuk memahami tanda dan persyaratan
keselamatan kerja secara umum dan yang khusus di tentukan untuk unit alat tersebut.
Pelatihan Operator Wheel Crane Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
3. PERMENAKER No. Per 01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pada Konstruksi Bangunan
4. PERMENAKER No. : Per.05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan Angkut
5. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum
No.Kep.174/MEN/ 1986, No. 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan Kerja Pada
Tempat Kegiatan Konstruksi
6. PERMENAKER No.: PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
7. OHSAS 18001:1999, Occupational Health And Safety Assessment Series
8. OHSAS 18002:2000, Guideline for the implementation of OHSAS 18001:1999
9. COHSMS, Construction Industry Occupational Health and Safety Management
Systems