pelaksanaan konsultasi di lembaga titian keluarga...
TRANSCRIPT
PELAKSANAAN KONSULTASI DI LEMBAGA TITIAN
KELUARGA SAKINAH MAJELIS AZ-ZIKRA MAMPANG
SAWANGAN DEPOK
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh :
Lestari
NIM : 105052001755
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H /2009 M
PELAKSANAAN KONSULTASI DI LEMBAGA TITIAN
KELUARGA SAKINAH MAJELIS AZ-ZIKRA MAMPANG
SAWANGAN DEPOK
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh :
Lestari
NIM : 105052001755
Di Bawah Bimbingan
Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, H. MA.
NIP. 19671126 199603 2 001
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H /2009 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I (SI) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 November 2009
Penulis
Lestari
ABSTRAK
Lestari
Pelaksanaan Konsultasi di Lembaga Titian Keluarga Sakinah Majelis Az-
Zikra Mampang Sawangan Depok
Dalam membina keluarga, masalah akan selalu mengiringi dan untuk
membentuk keluarga sakinah akan banyak persoalan yang timbul. Kemudian
dalam menyelesaikan masalah diperlukan kesabaran dan ketepatan. Institusi yang
berkecimpung dibidang konsultasi atau konseling dalam menangani masalah
keluarga sangatlah penting. Sebab konseling adalah pekerjaan profesional, sesuai
dengan makna uraian tentang pemahaman penanganan dan penyikapan (yang
meliputi unsur-unsur kognisi, afeksi dan perilaku) Oleh karena itu diperlukan
suatu lembaga yang menangani permasalahan keluarga seperti lembaga Titian
Keluarga sakinah Majelis Az-Zikra di Mampang Sawangan Depok.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang bentuk konsultasi di
Lembaga Titian Keluarga Sakinah Majelis Az-Zikra Mampang Sawangan Depok,
metode dan materi yang gunakan dalam pelaksanaan konsultasi di Lembaga
Titian Keluarga Sakinah Majelis Az-Zikra Mampang Sawangan Depok. Dimana
konseling merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada klien yang
dilakukan secara berkesinambungan supaya klien tersebut dapat memahami
dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan bertindak wajar sesuai
dengan keadaan lingkungan. Informan terdiri dari 1 konselor dan 2 klien. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan penelitian kualitatif.
Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan wawancara dan observasi yang
diperoleh langsung dari sasaran penelitian maupun catatan dari sumber yang
terkait dengan penelitian.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam proses konsulasi di
lembaga Titian Keluarga Sakinah Majelis Az-Zikra Mampang Sawangan Depok,
klien mengalami beberapa masalah keluarga yang dihadapi seperti masalah
perceraian. Dalam proses konseling ini konsultan menggunakan metode direktif.
dimana metode direktif sangat efektif dalam penangan masalah keluarga. Dan
dalam proses konseling di lembaga titian keluarga sakinah majelis Az-Zikra ini
nilai-nilai keislamannya sangat ditekankan. Adapun hasil konseling di lembaga
Titian Keluarga Sakinah Majelis Az-Zikra sangatlah membantu klien khususnya
klien dalam menghadapi masalah keluarga.
Kata Pengantar
Bismillahirahmanirrahim
Alhamdulillah puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah begitu banyak memberikan nikmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam tidak lupa penulis haturkan
kepada nabi besar Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, tabi’in dan
para pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih atas keterlibatan semua pihak
yang dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini telah banyak memberikan bantuan bagi
penulis. Penulis menyadari selesainya skripsi ini tidak luput dari dorongan dan bantuan
berbagai pihak, baik moril maupun materil untuk itu penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Dr. Arief Subhan, M.A, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Wahidin
Saputra, M.A, selaku Pembantu Dekan I, Drs. Study Rizal, L.K, M.Ag. selaku
Pembantu Dekan II, dan Drs.Mahmud Jalal, M.A selaku Pembantu Dekan III
2. Drs. M. Luthfi M. Ag. selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam,
dan Nasichah, MA. selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
3. Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA. selaku pembimbing dalam penulisan ini.
4. Drs. Azwar Chatib, selaku dosen penasehat akademik penulis.
5. Kedua orang tua tercinta, Bapak Syaripuddin dan Ibu Titi yang dengan
kesabaran dan kasih sayangnya, membimbing dan mendidik serta do’a beliau
yang selalu dipanjatkan untuk penulis agar dapat menyelesaikan pendidikkanya
dengan baik beserta kakak penulis Dede Nurhali, Evi Herawati Am.a Pd, Ari
Wahyudi ST serta keluarga besar di rumah yang selalu memberikan motivasi
buat penulis.
6. Segenap pegawai perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah
banyak membantu dalam penulisan skripsi ini.
7. Segenap pegawai perpustakaan Utama.
8. Segenap Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah berjasa dalam
penulisan skripsi ini yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan kepada
penulis, baik secara teoritis maupun praktis selama penulis berada di jenjang
perkuliahan.
9. Pimpinan Lembaga Titian Keluarga Sakinah (TKS) Majelis Az-Zikra dan para
pengurusnya terutama kepada, Ust. Abdul Syukur, H. Maryono Hudanul Sidiq
dan yang lainnya, semoga setiap bantuannya dibalas dengan balasan yang
berlipat ganda oleh Allah SWT.
10. Teman-teman angkatan 2005 Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam; Ade,
Agus, Astuti, Anti, Bari, Bima, Dino, Dwika, Eneng, Fitri, Galuh, Hera, Harid, Ina,
Jefri, Jaya, Juvendra, Julia, Qiqi, Laily, Maya, Mulya, Mufi, Madina, Reninta, Qory,
Rahmat, Ruyatna, Shinta, Via, Syukran, Yeni, Yuni, dan Wahyu. Serta teman-
teman yang banyak membantu yang senantiasa setia mengantarkan penulis
untuk mencari data, dan memberikan motivasi dan do’anya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri semoga semua bentuk
perhatian, bantuan dan partisipasi yang sudah diberikan mendapatkan pahala yang
setimpal dari-Nya. Dan penulis meminta maaf apabila di dalam penulisan skripsi ini
masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan
kritik yang membangun untuk perbaikan skripsi ini. Dan penulis berharap, mudah-
mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca, khususnya para
mahasiswa jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Jakarta, 11 November 2009
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... i
ABSTRAK .............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .......................................................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................... 6
D. Metodologi Penelitian ................................................................................... 7
E. Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 10
F. Sistematika Penulisan .................................................................................... 11
BAB II KAJIAN TEORI
A. Konsultasi ....................................................................................................... 12
1. Pengertian Konsultasi .................................................................................................... 12
2. Proses Pelayanan Konsultasi ..........................................................
13 3. Ragam Konsultasi menurut Masalah ……………………………
14
4. Metode dan Teknik Konsultasi ......................................................
15
B. Pengertian Keluarga Sakinah ..................................................................................... 20
1. Faktor Penyebab Munculnya Problematika Keluarga …………. 23 2. Bentuk-Bentuk Problematika Keluarga ………………………... 26 3. Cara Mengatasi Problematika Keluarga …………………………. 26
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Latar Belakang Berdirinya Lembaga Titian Keluarga Sakinah Mampang
Sawangan Depok ........................................................................................................ 31
1. Sejarah Berdirinya .......................................................................................................... 31
2. Visi dan Misi ............................................................................................. 33
3. Tujuan Lembaga Titian Keluarga Sakinah ............................................... 33
4. Struktur Organisasi Titian Keluarga Sakinah ........................................... 34
B. Program-Program Titian Keluarga Sakinah .................................................... 35
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS
A. Pelaksanaan Konsultasi Di Lembaga Titian Keluarga Sakinah.................... ............ 39
1. Deskripsi Konsultan ......................................................................................................... 39
2. Deskripsi Klien ................................................................................................................. 40
B. Bentuk pelaksanaan Konsultasi di Lembaga Titian Keluarga Sakinah Majelis
Az-zik Az-Zikra Mampang Sawangan Depok .................................................. 40
Pertama Tahapan Awal (Mendefinisikan Masalah Klien) 41
1. Kedua Tahapan Pertengahan (Tahapan Kerja) ................ 42
2. Ketiga Tahapan Terakhir (Penutup) ......................................... 44
a. Kelebihan ............................................................................. 46
b. Kekurangan .......................................................................... 46
c. Metode Penanganan .............................................................. 47
BAB V PENUTUP ….…………………………………………………………… 50
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 50
B. Saran .............................................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 52
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan konsultasi pada hakikatnya banyak dilakukan dimana-mana
baik secara resmi sesuai dengan jabatan dan lembaga atau badan yang
menyelenggarakan, maupun secara tidak resmi bahkan seringkali secara tidak
disadari seorang karena keinginanya membantu orang lain, sebenarnya telah
melakukan sesuatu yang identik dengan melakukan atau memberikan
konsultasi.
Konsultasi merupakan suatu bentuk proses pelayanan yang sekurang-
kurangnya melibatkan pula orang kedua. Penerima layanan yaitu orang yang
sebelumnya merasa ataupun nyatanya tidak dapat berbuat banyak dan setelah
mendapatkan layanan menjadi dapat melakukan sesuatu.1
Era globalisasi yang semakin menjadi kenyataan dan alam repormasi
yang belum tuntas saat ini, telah banyak mempengaruhi perubahan-perubahan
disegala bidang baik dalam bidang sains maupun dalam bidang tehnologi
sehingga dapat menyebabkan timbulnya banyak problema pada keluarga.bagi
setiap keluarga yang sedang berada dalam situasi yang penuh konflik,
kemampuan mengendalikan diri darianggota keluarga dipertaruhkan saat ini.
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat untuk anggota
terdiri dari satu orang laki-laki dan seorang perempuan yang mempunyai
1 Asep Syamsu M. Romli, Broadcast journalism, (Bandung: yayasan Nuansa, 2004), cet.
ke-1, h.27.
peranan penting dalam membina calon pemuda. Suami istri adalah adalah
pondasi dasar bagi sebuah bangunan rumah tangga, karena itulah islam
menetapkan criteria khusus baginya hingga menimbulkan rasa cinta dan kasih
saying dan ketertarikan.2
Apabila setiap keluarga disoroti kemungkinan akan ada atau tidaknya
persoalan dengan anak, maka akan terlihat macam-macam kesulitan. Bahkan
mungkin saja tidak semua keluarga menyadari adanya suatu kesulitan.
Setiap keluarga mengalami dan harus memecahkan persoalan-
persoalan sendiri. Apabila kesulitan tidak disadari, tidak dirasakan sebagai
persoalan maka tentu tidak akan dicari cara-cara untuk mengatasinya.
Persoalan akan menjadi masalah setelah menimbulkan sesuatu gambaran
dalam arus kehidupan dan kecemasan pada orang tua.3
Tujuan dari setiap orang yang membina rumah tangga adalah mencari
kebahagiaan dalam hidup di dunia ini. Hampir seluruh budaya bangsa
menempatkan kehidupan keluarga sebagai ukuran kebahagiaan yang
sebenarnya. Sebab pada keluarga yang kokoh dan sejahtera, maka ia
dipandang sebagai orang yang bahagia.
Sebaliknya orang yang sukses di luar rumah tetapi keluarganya
berantakan, maka ia tidak disebut orang yang beruntung, karena betapapun
sukses diraih, tetapi kegagalan di rumah tangganya akan tercermin
2 Aunur Rahim faqih, Bimbingan Dan konseling dalam Islam, (yogyakarta: UII Press,
2001), cet ke-2, h.12.
3 Singgih D. gunarsa, Psikologi anak bermasalah, (Jakarta: Gunung Mulia, 2004) cet. ke-
1, h. 1.
diwajahnya, tercermin pula pada pola hidupnya yang tidak bahagia. Hidup
berkeluarga memang merupakan fitrah sosial manusia secara psikologis
kehidupan berkeluarga baik bagi suami, istri, anak-anak, cucu atau bahkan
mertua merupakan pelabuhan perasaan, ketentraman, kerinduan, keharuan,
semangat dan pengorbanan. Semuanya berlabuh di lembaga pertama yaitu
keluarga.
Secara alami kekeluargaan memiliki nilai kesucian, oleh karena itu
bukan hanya di masyarakat tradisional kesetiaan keluarga masih menjadi nilai
keindahan, meski persemayaman keindahan di alam sadarnya “kebenaran”
nilai kesetiaan dalam hidup berkeluarga. Menikah tidak terlalu sulit, tetapi
membangun keluarga bahagia bukan sesuatu hal yang mudah. Konsep
keluarga yang yang islami, biasanya disebut dengan istilah keluarga sakinah.4
Proses akad nikah adalah kontrak seumur hidup antara dua individu
dimana mereka berdua bukan saja akan selalu bersama dalam suka, tetapi juga
dalam duka. Suami istri nantinya, setiap hari akan selalu banyak melampaui
waktu-waktu yang harus dilakukan bersama-sama, makan bersama, duduk
bersama, tidur bersama dan menghadapi problem bersama, memperoleh
keuntungan bersama menanggung resiko bersama. Jika diantara keduanya
tidak memiliki “kesamaan” maka kebersamaan terus menerus dalam waktu
lama akan melahirkan kebosanan. Oleh karena itu sebelum pertandingan
kontrak akad nikah, calon suami dan calon istri harus benar-benar meneliti
unsur-unsur yang akan mendukung kebersamaan. Dan menandai betul unsur-
4M. Quraish Shihab, Tafsir Al misbah, Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002). Jilid 13, h.252.
unsur resistensi yang bukan saja bisa mengganggu tetapi bahkan bisa menjadi
bom waktu. Calon suami dan calon istri masing-masing harus benar-benar
meyakini persepsi atas pengenalanya terhadap calon suami atau istrinya. 5
Dalam membina keluarga masalah pasti akan selalu mengiringi dan
untuk membentuk keluarga sakinah pasti akan banyak persoalan yang timbul
dan dalam menyelesaikannya diperlukan kesabaran dan ketepatan. Institusi
yang berkecimpung di bidang konsultasi atau konseling dalam menangani
masalah keluarga sangatlah penting. Sebab konseling adalah pekerjaan
profesional, sesuai dengan makna uraian tentang pemahaman penanganan dan
penyikapan (yang meliputi unsur-unsur kognisi, afeksi dan perilaku)
konseling terhadap kasus-kasus yang terjadi dalam keluarga itu harus
dilaksanakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang menjamin efisien dan
efektifitas proses dalam konseling dan lain-lainya.
Kaidah-kaidah tersebut didasarkan atas tuntutan keilmuan layanan dari
segi (antara lain bahwa layanan harus didasarkan atas data dan tingkat
perkembangan klien) dan tuntutan optimal proses penyelenggaraan layanan
dari segi lain (yaitu antara lain suasana konseling ditandai adanya kehangatan,
pemahaman penerimaan kebebasan dan keterbukaan serta berbagai sumber
daya yang perlu diaktifkan).6
Keluarga merupakan bagian terkecildari suatu negara namun memiliki
kekuatan yang besar serta berperan penting dalam menegakan landasan nilai
5Ahmad Mubarok, Psikologi Keluarga, (Jakarta: Bina Rena Pariwara, 2005), cet. ke-1,
h.117. 6 Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konsiling, (Jakarta PT. Rineka
Cipta 2004), cet ke-2 . h. 114.
untuk mewujudkan negara yang memiliki kemuliaan dan moralitas yang
baikdalam masyarakat. Keluarga juga merupakan rujukan keberhasilan serta
kebahagiaan ditinggal masyarakat manapun.
Secara psikologis, kehidupan keluarga baik suami, istri, anak-anak, cucu,
cicit atau bahkan mertua merupakan semangat dan pengorbanan semua
berlabuh di lembaga yang bernama keluarga.7
Rumah tangga atau keluarga yang bahagia dan sejahtera yang disebut
juga keluarga sakinah, adalah keluarga yang damai dan tentram, rukun dan
damai.8 Yaitu adanya jalinan hubungan mesra dan harmonis diantara semua
anggota keluarga dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.
Problem- problem pernikahan dan keluarga amat banyak sekali dari hal
yang kecil sampai hal yang besar dari sekedar pertengkaran kecil sampai
keperceraian dan keruntuhan kehidupan berumah tangga yang menyebabkan
timbulnya broken home. Penyebabnya bias terjadi dari kesalahan awal
pembentukan rumah tangga, pada masa-masa sebelum menjelang pernikahan
bias juga muncul disaat-saat mengarungi bahtera rumah tangga. Dengan kata
lain ada banyak faktor yang menyebabkan pernikahan dan pembinaan
kehidupan bermah tangga atau berkeluarga itu tidak baiktidak seperti yang
diharapkan, tidak dilimpahi mawadah warahmah, tidak menjadi keluarga
sakinah. 9
7 Mubarok, Psikologi Keluarga, h.114
8 Hasan Basri, Membina Keluarga bahagia, (Jakarta: Pustaka Antara, 1996), cet. ke-1.
h.16
9 Faqih, Bimbingan Dan konseling dalam Islam, h. 85.
Dari persoalan di atas penulis tertarik untuk meneliti mengenai
pelaksanaan konsultasi di lembaga Titian Keluarga Sakinah Mampang
Sawangan Depok dengan judul “Pelaksanaan Konsultasi di Lembaga
Titian Keluarga Sakinah Majelis Az-Zikra Mampang Sawangan Depok”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengkaji lebih
jauh tentang pelaksanaan konsultasi di Lembaga Titian Keluarga Sakinah
Majelis Az-Zikra Mampang Sawangan Depok. Maka penulis merumuskan
masalah yaitu
1. Bagaimana bentuk konsultasi di lembaga Titian Keluarga Sakinah Majelis
Az-Zikra Mampang Sawangan Depok.
2. Metode dan materi yang digunakan lembaga Titian Keluarga Sakinah
Majelis Az-Zikra Mampang Sawangan Depok.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pembatasan dan perumusan masalah di atas maka
tujuan dari penelitian ialah untuk mengetahui
1. Bagaimana bentuk konsultasi di lembaga Titian Keluarga Sakinah Majelis
Az-Zikra Mampang Sawangan Depok.
2. Metode dan materi apa yang digunakan lembaga Titian Keluarga Sakinah
Majelis Az-Zikra Mampang Sawangan Depok?
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
1) Untuk menambah keilmuan penulis di bidang dakwah dan
komunikasi khususnya di dalam hal bimbingan dan penyuluhan
Islam mengenai pelaksanaan konseling di lembaga Titian Keluarga
Sakinah Mampang Sawangan Depok.
2) Sebagai bahan tambahan referensi atau perbandingan penelitian
selanjutnya dalam bidang Bimbingan dan Penyuluhan Islam
pelaksanaan konseling di lembaga Titian Keluarga Sakinah
Mampang Sawangan Depok.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk dijadikan sebagai
bahan evaluasi konsultasi keluarga sakinah. di lembaga Titian Keluarga
Sakinah Mampang Sawangan Depok.
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini metode observasi, jenis penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif.jenis penelitian deskriptif dapat diartikan
sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan atau melukiskan objek penelitian pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak.10
Adapun dalam penelitian ini, peneliti berusaha mengungkapkan
dan mendeskripsikan secara faktual, aktual dan sistematis mengenai
10 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial,(Yogyakarta: Gajah Mada University
press, 1998), cet. Ke-8, h. 63.
bagaimana pelaksanaan konsultasi di di lembaga Titian Keluarga Sakinah
Majelis Az-zikra Mampang Sawangan Depok.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Karena keterbatasan waktu penelitian dilakukan pada bulan Agustus
2009 sampai November 2009. Dan tempat penelitian adalah di lembaga
Titian Keluarga Sakinah Majelis Az-zikra Mampang Sawangan Depok.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Adapun subjek pada penelitian ini adalah lembaga itu sendiri yaitu
Titian Keluarga Sakinah Majelis Az-Zikra Mampang Sawangan Depok.
Sedangkan objeknya adalah pelaksanaan konsultasi di Lembaga Titian
Keluarga Sakinah Majelis Az-Zikra Mampang Sawangan Depok.
4. Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari klien berupa
catatan tertulis dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi.
b. Data sekunder yaitu data tidak langsung yang berupa catatan-catatan
atau dokumen-dokumen.
5. Teknik Pencatatan Data
Untuk memperoleh ketepatan data dan keakuratan data dan
kekurangan informasi yang mendukung dalam penelitian, penulis
melakukan pengumpulan data melalui.
a. Observasi
Peneliti mengamati langsung terhadap objek penelitian, yaitu
pelaksanaan konsultasi, kemudian mencatatkejadian sebagaimana yang
terjadi sebenarnya.
b. Wawancara
Peneliti mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan secara
lisan kepada pimpinan, karyawan dan klien yang berada di di Lembaga
Titian Keluarga Sakinah Majelis Az-Zikra Mampang Sawangan
Depok.
c. Kepustakaan
Peneliti mengumpulkan bahan-bahan yang bersumber dari buku atau
sumber lainya yang berhubungan dengan skripsi ini.
6. Teknik Analisa Data
Yang dimaksud dengan teknik analisa data yaitu proses penyederhanaan
data ke dalam bentuk lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.11 Dalam
penelitian di Titian Keluarga Sakinah Majelis Az-Zikra Mampang Sawangan
Depok. Penulis menggunakan analisa non statistik, yaitu mengambil
keputusan atau kesimpulan-kesimpulan yang benar melalui proses
pengumpulan, penyusunan penyajian, dan penganalisaan data hasil
penelitian yang berwujud kata-kata.
7. Teknik Penulisan
Dalam penelitian skripsi ini penulis berpedoman dan mengacu kepada
Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertai UIN Syarif
11 Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi, Metodologi Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES,
1995), h.263.
Hidayatuallah Jakarta yang diterbitkan oleh UIN Jakarta Press, Agustus
2008, cet ke-2.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan tinjauan pustaka di
Perpustakaan Dakwah dan Komunikasi, Dari pengamatan penulis yang
dilakukan untuk bahan perbandingan maka tinjauan pustaka yang mengenai
konsultasi dan mengenai keluarga. Dan itu terdapat dada skripsi :
Kartika Afrianti dengan judul skripsi Efek Komunikasi Majelis Zikir
Az-Zikra Mampang Sawangan Depok. Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
2008
Nandiyanti Hardelina Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam,
dengan judul Skripsi Konsultasi Keagamaan dalam menghadapi Masalah
Remaja di Radio Mustang 88,01 fm Jakarta 2009.
Dari tinjauan pustaka diatas penulis tidak menemukan skripsi yang
mengangkat judul yang sama di lembaga Majelis Zikir Az-Zikra Mampang
Sawangan Depok, Kartika Afrianti dengan judul efek komunikasi majelis
zikir az-zikra sedangkan Nandianti Hardelina mengangkat judul konsultasi
akan tetapi tidak di tempat yang sama dan masalah yang ditangani adalah
khusus masalah remaja.
F. Sistematika Penulisan
Sebagai gambaran mengenai penelitian ini penulis menyusun penelitian ini
dalam lima bab, adapun sistematika penulisannya sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN. Meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodelogi
penelitian, sistematika penulisan dan tinjauan pustaka.
BAB II. KAJIAN TEORITIS. Meliputi, pengertian konsultasi, proses
pelayanan konsultasi, ragam konsultasi menurut masalah, metode dan
teknik konsultasi, pengertian keluarga, faktor penyebab munculnya
problematika keluarga, bentuk-bentuk problematika keluarga, dan
mengatasi problematika keluarga.
BAB III. GAMBARAN UMUM LEMBAGA TITIAN KELUARGA
SAKINAH MAMPANG SAWANGAN DEPOK. Meliputi sejarah
berdiri, visi dan misi, struktur organisasi, program-program.
BAB IV. TEMUAN DAN ANALISIS DATA. Meliputi deskripsi konselor dan
klien, Bentuk pelaksanaan Konsultasi, Kelebihan, Kekurangan dan
Metode Penanganan
BAB V. PENUTUP. Yaitu berisikan kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Konsultasi
1. Pengertian konsultasi
Konsultasi adalah pertukaran pikiran untuk mendapatkan kesimpulan
(nasehat, saran dan sebagainya) yang sebaik-baiknya.12
Dalam bimbingan dan konseling konsultasi adalah sebagai suatu proses
penyediaan bantuan tekhnis untuk konselor, orang tua, administrator dan konselor
lainyadalam mengidentifikasidan memperbaiki masalah yang membatasi dalam
mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas individu
kelompok. Secara umum konsultasi dipandang sebagai nasehat dari seorang yang
professional. 13
Konsultasi yang ada dalam konseling islam merupakan salah satu dari
berbagai tugas manusia dalam membina dan membentuk manusia yang ideal,
yaitu manusia yang mengenal dan mengetahui siapa dirinya, tujuan hidupnya, dan
ia akan pergi sehingga ia mampu untuk mengimbangkanaantara kehidupan dunia
dan akhirat, bahkan bias dikatakan bahwa hal tersebut merupakan amanat yang
diberi Allah kepada rasul dan nabinya. Dengan adanya amanat inilah maka
mereka menjadi demikian berharga dan bermanfaat bagi manusia, baik dalam
urusan agama, dunia, pemenuhan kebutuhan, pemecahan masalah dan banyak hal
12 Tim Penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Budaya, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, h. 475.
13 Dadang kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000) h. 13.
lainya. Konsultasi dalam konseling pun akhirnya menjadi suatu kewajiban bagi
setiap individu muslimkhususnya para alim ulama.
Pembimbing ataupun konsultan mengajarkan pengetahuan
agamadan menginternalisasikan serta mentranformasikan nilai-nilai agama ke
dalam pribadi mereka (klien), yang tekananutamanya adalah merubah di mana
eksistensi islam dalam membangun kepribadian dan membimbing manusia untuk
membangun kepribadian yang tangguh baik sisi akhlak akidah serta dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Membimbing dan mengarahkan sikap
dan mental mereka kearah beriman dan taqwa kepada tuhan, serta mampu
mengajarkan agama-agama.14
2. Proses Pelayanan Konsultasi
Proses konsultasi menurut Achmad juntika Nurihsan di dalam
bukunya strategi layanan bimbingan dan konseling, adalah sebagai berikut :
a. Menumbuhkan hubungan berdasarkan komunikasi dan perhatian
pada konsulti.
b. Menentukan diagnosis atau sebuah hipotesis kerja sebagai rencana
kegiatan.
c. Mengembangkan motivasi untuk melakukan kegiatan.
d. Melakukan pemecahan masalah.
e. Memberikan alternatif lain apabila masalah belum terpecahkan.
3. Ragam Konsultasi menurut Masalah
14 M. Arifin, Teori-Teori Konseling Agama dan umum, (Jakarta: PT. Golden Terayon
Prees, 1996), h. 25.
Ragam konsultasi dilihat dari segi permasalahan individu yang sering
dihadapi, sebagai berikut :
a. Konsultasi akademik
Konsultasi akademik yaitu konsultasi yang diarahkan untuk
membantupara individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah-
masalah akademik. Yang tergolong masalah-masalah akademik yaitu
pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan, cara belajar, penyelelesaian
tugas-tugas dan latihan, perencanaan pendidikan lanjutan dan lain-
lain.para konselor membantu individu mengatasi kesulitan belajar,
mengembangkan cara belajar, mengembangkan cara belajar dan agar
mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan program/pendidikan.
b. Konsultasi sosial – pribadi
Konsultasi sosial-pribadi merupakan konsultasi yang membantu para
individu dalam memecahkan masalah-masalah sosial-pribadi yang
tergolong dalam masalah-masalah sosial-pribadi adalah masalah hubungan
dengan sesama teman, dengan dosen, penyesuaian diri dengan lingkungan
pendidikan dan masyarakat tempat tinggal, dan penyelesaian konflik.
Konsultasi ini diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan
mengembangkan kemampuan individu dalam masalah-masalah dirinya.
Konsultasi ini diberikan dengan cara mengembangkan system pemahaman
diri dan sikap-sikap yang positif, serta ketrampilan sosial, pribadi yang
tepat.
c. Konsultasi karir
Konsultasi karir yaitu konsultasi untuk membantu individu dalam
perencanaan pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karir seperti
: pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas kerja. Pemahaman kondisi
dan kemampuan diri , perencanaan dan pengembangan karir, penyesuaian
karir, penyesuaian pekerjaan.
d. Konsultasi keluarga
Konsultasi keluarga merupakan upaya pemberian bantuan kepada para
individu sebagai pemimpin atau anggota keluarga agar mereka mampu
menciptakan keluarga yang utuh dan harmonis, memberdayakan diri
secara produktif dapat menciptakan dan penyesuaian diri dan norma
keluarga, serta berperan atau berpartisipasi aktif dalam mencapai
kehidupan keluarga yang bahagia.
4. Metode dan Teknik
Metode diartikan dengan cara untuk mendekati masalah sehingga
diperoleh hasil yang memuaskan, sementara teknik merupakan penerapan
metode tersebut dalam praktek.15 Dalam penerapannya konsultasi disini
menggunakan beberapa metode yang sama dengan konseling, yang
memiliki beberapa metode berdasarkan komunikasi, metode tersebut
terdiri dari metode komunikasi langsung yang disingkat menjadi metode
15 Aunnur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling di Dalam Islam, (Yogjakarta: UII
Press, 2001), h. 53.
langsung. Metode komunikasi tidak langsung di sinigkat menjadi langsung
metode komunikasi tidak langsung.16
a. Metode langsung
Adalah metode dimana konselor melakukan komunikasi
langsung atau bertatap muka dengan kliennya. Metode ini dapat dirinci
lagi.
1) Metode individual, yaitu konselor dalam hal ini melakukan
komunikasi langsung secara individual dengan pihak kliennya, hal
ini dapat dilakukan dengan menggunakan tekhnik.
a) Percakapan pribadi yaitu, konselor melakukan dialog langsung
dengan tatap muka face to face dengan kliennya.
b) Kunjungan rumah, home visit, yaitu konselor mengadakan
dialog dengan kliennya, tetapi dilaksanakan di rumah klien
sekaligus untuk mengamati rumah klien dan lingkungannya.
c) Kunjungan dan observasi kerja, yakni konselor atau konseling
jabatan melakukan percakapan individual sekaligus mengamati
kerja klien dan hubungannya.
2) Metode kelompok yaitu konselor melakukan komunikasi langsung
dengan klien dalam kelompok. Hal ini dapat dilakukan denagn
menggunakan:
16 M. Arifin, Pedoman pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan agama, (Jakarta: PT.
Golden Terayon Press,1996), h 2.
a) Diskusi kelompok, konselor melaksanakan komunikasi dengan
cara mengadakan diskusi atau bersama kelompok lain yang
mempunyai masalah yang sama ataupun berbeda.
b) Karyawisata, yaitu konseling kelompok yang dilakukan secara
langsung dengan mempergunakan anjang karya wisata sebagai
forum
a. Sosiodarma, yaitu konseling kelompok yang dilakukan
dengan cara bermain peran untuk memecahkan atau
mencegah timbulnya masalah secara sosiologis.
b. Psikodrama, yaitu konseling kelompok yang dilakukan
dengan cara bermain peran untuk memecahkan atau
mencegah timbulnya masalah psikologis.
c. Grup teaching, yaitu memberikan konseling kelompok
dengan memberi materi konseling kelompok tertentu
”ceramah’’ kepada kelompok yang disiapkan.
b. Metode Tidak Langsung.
Adalah yang dilakukan melalui media komunikasi masa. Hal ini
dilakukan secara individual atau kelompok bahkan massal.
1) Metede Individual yaitu melakukan komunikasi secara individual
melalui media komunikasi masa. Tehniknya adalah melalui surat
menyurat melalui telepon dan sebagainya.
2) Metode kelompok atau masal yaitu melakukan komunikasi secara
kelompok melalui media komunikasi masal. Tekhniknya adalah
Melalui papan bimbingan, Melalui surat kabar atau majalah,
Melalui brosur, Melalui radio (media audio), Melalui televisi.17
sedangkan dalam proses konseling seorang konselor dapat
menggunakan metode-metode antara lain.
1). Metode Interview (wawancara).
Wawancara adalah melakukan dialog dengan klien untuk mendapatkan
masalah-masalah yang dihadapi oleh klien. Konselor dengan
melakukan konseling, konselor akan masuk dalam kehidupan klien dan
akan mengetahui sebab-sebab masalah klien.18
2). Metode Group (kelompok).
Yaitu cara pengungkapkan jiwa dan pembinaannya kegiatan kelompok
seperti ceramah, tanya jawab, seminar, diskusi dan sebagainnya.
3). Metode Direktif (Directive Counseling)
Metode ini dipelopori atau dicetuskan oleh Demon Griffith
Wiamsonyaitu seorang pejabat dean of student pada universitas
minnesota. Dengan pendekatan ini dalam proses konseling berada
ditangan konselor (counselor centered approach), jadi dalam hal ini
konselor lebih banyak mengambil inisyatif dalam proses konseling
sehingga klien tinggal menerima apa yang dikemukakan konselor.19
17M Arifin, Teori-teori Konseling Agama dan Umum, (Jakarta: PT. Golden Terayon
Press, 1996) cet ke-3 h.23 18M. Arifin, Pedoman dan Pelaksanaan Bimbingan Agama, (Jakarta: PT. Golden Terayon
Perss, 1996), h. 49. 19 Abu Ahmadi, Bimbingan dan Konseling di sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h.
42.
Tujuan pokok konseling direktif adalah membantu klien supaya dapat
berubah tingkah lakunya yang emosional dan implusif dengan tingkah
laku yang rasional, disadari (sengaja) secara akurat dan waspada.
Dalam melaksanakan konseling E. G. Wiliamson yang dikutif Abu
Ahmadi menyarankan enam langkah harus ditempuh diantaranya:
1. Analisys, meliputi pengumpulan data dari berbagai sumber untuk
memahami klien.
2. Synthesis, pemilihan terhadap sumber data yang tersedia sesuai
dengan kebutuhan dan masalah yang sedang atau akan dihadapi
dalam proses konseling.
3. Diagnosis, perumusan kesimpulan tentang hakikat serta sebab-
sebab yang dihadapi.
4. Prognosis, perkiraan konselor mengenai perkembangan klien lebih
lanjut dan implikasi dari diagnosis yang ditentukan.
5. Treatment, langkah-langkah kearah penyesuaian diri kembali.
6. Folow up, langkah penentuan efektif tidaknya suatu usaha
konseling yang telah dilakukan.20
4. Metode Non Direktif
Metode ini sering disebut client centered counseling yang
memberikan suatu gambaran bahwa dalam proses konseling yang
menjadi pusatnya adalah klien bukan konselor.21 Oleh karena itu
dalam proses konseling ini aktifitas sebagian besar diletakan
20Ibid., h. 43. 21 Ibid., h. 45.
dipunduk klien itu sendiri, dalam pemecahan masalah maka klien itu
sendiri didorong oleh konselor untuk mencari dan menemukan cara
atau tekhnik yang terbaik dalam pemecahan masalahnya.22
Untuk dapat melaksanakan konseling non direktif seorang
konselor terlebih dahulu harus memiliki kematangan psikologis
mampu menerima dan memahami diri sendiri secara penuh serta
memiliki respek terhadap diri dan orang lain, tujuan fokok konseling
non direktif adalah mendorong klien supaya dapat mengalami
pertumbuhan dan perkembangan pribadi dan potensi-potensinya
secara sehat.23 Konseling non direktif pertama kali dikembangkan
oleh Carl Rogers guru besar dalam psikologi dan psikiatri di
Universitas Wisconsin24.
B. Pengertian Keluarga Sakinah
4. Pengertian Keluarga
Asal usul keluarga terbentuk dari peristiwa pernikahan yang kemudian
melahirkan keturunan. Melalui sebuah lembaga pernikahan, seorang laki-laki
dan seorang perempuan mengikatkan diri lahir dan batin untuk hidup bersama
membentuk keluaga sebagai suami istri dengan tujuan. Membagun kehidupan
22Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 70. 23Abu Ahmadi, Bimbingan dan Konseling Disekolah, h. 45. 24 Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, h. 70.
yang tentram, penuh cinta dan kasih sayang yang sering diistilahkan dengan
sakinah mawaddah, wa rohmah.25
Allah SWT telah menjelaskan dalam QS. Al Ruum: 21
◆ ⧫◆ ⧫◼
⬧ →
◆ ❑⧫
⬧ ➔◆ →◆⧫
◆❑ ☺◆◆
⬧ ⧫ ❑⬧
⧫⧫⧫
Artinya:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.
Secara etimologis pengertian keluarga dalam kamus Besar Bahasa
Indonesia, adalah “satuan kekerabatan yang sangat memiliki peran penting
dalam masyarakat”.26 sehingga keluarga sangat memiliki peran penting dalam
masyarakat. Terdapat beragam definisi yang digunakan untuk menjelaskan
”keluarga”. Keluarga bisa berarti ”batin” yaitu ibu, bapak, anak-anaknya atau
seisi rumah yang menjadi tanggunagan, dan dapat pula berarti ”kaum” yaitu
sanak saudara serta kaum kerabat. 27 Keluarga adalah suatu matrik sosial, atau
kelompok sosial, organisasi biopsikososial, dimana anggotanya terikat dengan
25A. Sutarmadi dan Mesraini, Administrasi Pernikahan dan Manajemen Keluarga.
(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) h. 9. 26Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga ( Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), h..536. 27Anonimous, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Balai Pustaka, 1995), h.471.
sesuatu matan khusus untuk hidup bersama, bukan suatu matan yang sifatnya
stastik dan membelenggu.28
Kemudian secara terminologi, pengertian keluarga Menurut Onong U.
Efendy sebagaimana dikutif oleh Jalaludin Rahmat dalam bukunya bahwa
keluarga adalah golongan masyarakat kecil terdiri dari suami dan istri serta
anak-anak atau tidak.29 Menurut H. Mukhtar Jarhasyi keluarga adalah, ”unit
terkecil yang jadi dasar utama kelangsungan dan perkembangan suatu
masyarakat bangsa dan Negara.”30
Keluarga merupakan rujukan keberhasilan dan kebahagiaan. Seseorang
mungkin gagal dalam karir sosial, tetapi jika sukses dan berbahagia dalam
kehidupan kekuarganya, maka ia tetap dipandang sebagai orang yang sukses.
Sebaliknya ada yang sukses dalam karir sosial, tetapi kehidupan keluarganya
berantakan maka orang itu tetap dipandang sebagai orang yang gagal.31
Sakinah menurut Kamus Besar Indonesia adalah kedamaian,
ketentraman, ketenangan dan kebahagiaan semoga pasangan suami istri itu
dapat membina rumah tangga yang penuh dengan kecintaan dan kasih
sayang.32 Keluarga sakinah adalah keluarga yang mampu memenuhi hajat
28Dadang Hawari, Membina Keluarga Sakinah, ( Jakarta: Pustaka Antara, 1996), h. 7. 29Jalaludin Rahmat, Keluarga Muslim dan Masyarakat Modern, ( Bandung: Remaja
Rosda Karya, 1993), cet. ke-1, h.100. 30Mukhtar Jarkasyi, Membina Keluarga Bahagia, ( Jakarta : Pustaka Antara 1992), cet.
ke-2. h. 5. 31Ahmad Mubarok, Psikologi Keluarga, ( Jakarta: PT. Bina Rena Pariwisata, 2005 ), cet.
ke-1. h. 7. 32Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ketiga ( Jakarta: Balai Pustaka,
2002), h. 980.
hidup spiritual dan material yang layak. Keluarga yang dibina berdasarka
perkawinan yang sah. 33
Jadi pengertian Keluarga sakinah adalah sebuah konsep hidup
berkeluarga secara integral dan utuh. Artinya, kehidupan keluarga yang sudah
dikondisikan dengan prinsip-prinsip islami menjaga harga diri, saling
mengasihi dalam konteks mencari ridha Allah.34 Rumah tangga atau keluarga
yang bahagia dan sejahtera disebut juga keluarga sakinah, adalah keluarga
yang tenang dan tentram, rukun dan damai.35
Keluarga mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan agama dan
tempat beribadat yang secara serempak berusaha mengembangkan amal
kebajikan dan anak yang sholeh. Kebesaran suatu agama perlu didukung oleh
besar jumlah keluarga yang menjalankan syariat agama bukan oleh jumlah
penganutnya saja. 36
5. Faktor Penyebab Munculnya Problematika Keluarga
Perkawinan adalah ikatan batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan keimanan dan ketaqwaan yang sangat
33A. Sutarmadi dan Mesraini, Administrasi Pernikahan dan Manajemen Keluarga.
(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006) h. 208. 34Mustafa Abdul Wahid, Managemen Keluarga Sakinah, (Yogyakarta: Diva Press, 2004),
cet. ke-1 h.12. 35Hasan Basri, Membina Keluarga Bahagia (Jakarta: Pustaka Antara, 1996), cet. ke-1,
h.16.
36 Jalaludin Rahmat Muchtar Gandaatmaja, Keluarga Muslim dan Masyarakat Modern,
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 1993), cet. ke-1, h.13.
berbeda dan terjalinlah tali pernikahan dalam rangka mempersatukan dua
insan.
Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa sebenarnya factor-
faktor yang telah menyebabkan timbulnya problem dalam rumah tangga
kedalam dua faktor yaitu :
1) Faktor internal diantaranya :
a. Kesalahan memilih pasangan
Islam telah menjelaskan bahwa pilihan yang baik adalh salah satu
faktor yang dapat menciptakan kehidupan keluarga yang islami, harmonis,
dan cinta kasih kepada pasangan suami istri. Kesalahan dalam memilih
pasangan hidup akan membawa kepada retaknya hubungan dua pasangan
dan terputus muatan keluarga yang kemudian melahirkan permusuhan dan
berakhir dengan perceraian, walaupun perceraian suatu yang boleh, tetapi
paling dibenci Allah.
b. Kesetaraan dalam pasangan suami istri
Diantara persoalan-persoalan yang ditetapkan oleh tradisi untuk
keselamatan dan kelanggengan akan terciptanya sebuah pernikahan yang
abadi maka setiap perempuan atau laki-laki harus dimintai pendapatnya
dalam persoalan memilih teman hidupnya. Karena, ketidakrelaan seorang
istri atau suami ketika melakukan pilihan terhadap seorang untuk menjadi
teman hidupnya dengan ketidak setaraan akan menimbulkan
permasalahan-permasalahan yang berat.
c. Perbedaan tingkat usia
Setiap orang yang hendak melangsungkan pernikahan ia harus
mempertimbangkan usia pasangan baik laki-laki ataupun perempuan yang
akan dinikahinya. Agar tidak ada perbedaan usia yang terlalu mencolok
diantara keduanya37
2) Sedangkan faktor eksternal adalah factor penyebab yang bersal dari
luar pasangan dalam keluarga yaitu pihak ketiga, diantaranya :
a. Pria/wanita idaman lain
Pihak ke tiga disini yaitu suami istri yang menjalin hubungan dengan
pria/wanita idaman lain tanpa sepengetahuan pasanganya, atau karena
moral tidak baik antara suami istri terlalu cemburu atau mudah tergoda
dan kurangnya komunikasi dengan pasangan, lemah benteng agama
dan aqidah, kebosenan pasangan yang tidak lagi bergairah secara
seksual, pasangan yang tidak menarik dan kesibukan pasangan.
Dalam melakukan hubungan suami istri kemungkinan terjadi salah
paham antara suami istri, salah seorang atau kedua-duanya tidak
melaksanakan kewajibanya dan tidak saling percaya. Keadaan tersebut
37 Kamil Ahyali, Solusi dalam Islam dalam Konflik Rumah Tangga, (Jakarta: PT.
Grafindo Persada, 2005), h.3
ada kalanya diselesaikan sehingga hubungan suami istri baik kembali
dan ada kalanya tidak dapat diselesaikan bahkan kadang-kadang
menimbulkan kebencian dan pertengkaran yang terus menerus antara
suami istri.
b. Adanya ikut campur orang tua
Dalam sebuah pasti akan mengalami problem-problem baik dari luar
maupun dari dalam karena anggota keluarga selalu bersama-sama dan
saling memiliki satu sama lain. Dan terkadang peran orang tua suka
terlibat dalam permasalahan yang sedang kita hadapihal tersebut akan
membawa hasil positif dan negatif.
Berdasarkan faktor-faktor di atas, penulis bias mengambil kesimpulan
bahwa membina sebuah keluarga seumur hidup sangat membutuhkan
waktu yang panjang dan membutuhkan bermacam-macam perjuangan,
kesabaran pengertian dan lain-lain. Hal tersebut bertujuan untuk dapat
menjadikan kehidupan keluarga menjadi langgeng harus diliputi rasa
saling sayang, saling mencintai, dan mengasihi antara sesame anggota
keluarganya.38
6. Bentuk-Bentuk Problematika Keluarga
Setiap individu sudah pasti mempunyai masalah tergantung bagaimana
cara menyikapinya; suatu masalah akan membuat orang tumbuh dewasa
38 Ibid, h. 27.
mandiri bahkan bias membuat hidup lebih hidup. Masalah keluarga adalah
masalah yang terjadi dalam hubungan dan situasi keluarga, namun tidak
menutup kemungkinan adanya faktor eksternal yang menjadi bagian dari
problem keluarga.
Dilihat dari segi sosial dikatakan bahwa permasalahn dalam keluarga
itu sangat beragam dan dalam penilaian tergantung atau kembali pada masing-
masing individu yang menjalani.
Ada macam-macam bentuk Problematika Keluarga diantaranya :
a) Persepsi terhadap ekonomi keluarga
Pada dasarnya Allah telah menjamin rezeki setiap hambanya. Bahkan
jika seorang ingin menikah tapi ekonominya masih sulit maka Allah akan
mempermudahnya.
Banyak pasangan yang ketika baru nikah belum memiliki harta
apa-apa tetapi mereka hidup berkecukupan. Sebaliknya ada yang ketika
menikah sengaja mencari pasangan yang orang kaya ternyata tak terlalu
lama sudah jatuh menjadi orang miskin.
b) Sifat egois dan tinggi harta
Dalam rumah tangga sifat egois dan tinggi harga diri sering
mengubah keadaan yang normal menjadi tidak normal39, apa yang
39 Mubarok, Psikologi Keluarga, h.173.
sebenarnya biasa-biasa saja, professional, dipersepsikan sebagai tidak
menghargai, menyakiti dan sebagainya sehingga apa yang semestinya
sering sejalan berubah bahkan ada penyesuaian sehingga selalu berselisih
paham dan bertengkar.40
c) Psikologi pasangan
Jiwa manusia itu tidak bias menghindar hokum SR (respond an
stimulus). Setiap hari ia memilahat mendengar dan merasakan sesuatu,
kemudian mempersepsinya dan meresponya. Proses SR yang dinamis, bias
mendewasakan seorang seorang bias juga membuatnya menjadi terganggu
kejiwaanya.41disamping itu masih banyak bentuk-bentuk problem lainya
seperti perjudian, kecemburuan antara suami istri, sulit mendapatkan
keturunan dan kesenjangan antara suami istri baik dari usia, pendidikan
maupun status sosial.42
7. Cara Mengatasi Problematika Keluarga
Mengatasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia berarti menguasai
mengalahkan dan menanggulangi43. Mengatasi bisa juga disebut sebagai
memecahkan permasalaha atau persoalan.
40 Ahmad Khazqiri, Nikah Sebagai Perikatan, (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada,
1993), cet. ke-1, h. 20.
41 Ibid. h.274
42 Badan Pembinaan dan Pengembangan Keagamaan, Rumusan Bimbingan dan Konseling
Islam II, (Yogyakarta: VII; 1987), h.11
43 Departemen Pendidikan Kebudayaan kamus Besar Bahasa Indonesiah.55
Dengan berkembang ilmu jiwa (psikologi) diketahui bahwa
manusia memerlukan bantuan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya
dan munculah berbagai bentuk pelayanan kejiwaan dari yang paling ringan
(Bimbingan), yang sedang (konseling) dan yang paling berat terapi.44
Manusia banyak menghapi permasalahan dalam hidupnya, yang
semua membutuhkan solusi dan pemecahanya. Disaat manusia mencari
solusi ataupun pemecahan atas permasalahan yang dihadapinya, maka
hendaknya ia mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut :
a) Meyakini adanya permasalahan yang sedang dihadapi, apakah
permasalahan ini mempunyai kepentingan dalam hidupnya? Apakah
permasalahan ini membutuhkan motivasi tertentu yang mengantarkan
pada pemecahanya ?.
b) Mengumpulkan banyak informasi sekitar permasalahan yang sedang
dihadapi sehingga permasalahan tersebut tampak jelas adanya serta
dapat ditentukan nilai dan batasnya secara mendetail hingga
mempermudah dalam pencarian solusinya.
c) Meletakan opsi-opsi yang sekiranya bisa menjadi solusi atau
pemecahan permasalahan.
d) Rekontruksi opsi pemecahan permasalahan. di saat seorang berpikir
untuk merumuskan suatu pemecahan permasalahan, maka hendaknya
44 Zakiah Darajat, Psikoterapi Islam, (Jakarta: PT. Bulan Bintang 2002), h. 7.
ia menganalisis terlebih dahulu opsi-opsi ini untuk membahasnya
sesuai dengan informasi yang didapatnya opsi ini hingga menjadi
kokoh dan bisa diaplikasikan.
e) Pemeriksaan lebih lanjut mengenai opsi ini dengan mengindahkan opsi
yang dianggap tidak layak hingga hingga dapat dipilih opsi terbaik
dalam pemecahan masalahnya yang ada.informasi yang lebih banyak
dan lebih membantu dalam mengkontruksi kembali opsi ini agak lebih
aplikatif dalam berbagai kondisi. 45
45 Musfir Bin Said Az-zahrani, Konseling Terapy, (Jakarta: PT. Gema Insani Press 2005),
cet. ke-1. h.279
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA TITIAN KELUARGA SAKINAH
A. Latar Belakang Berdirinya
1. Sejarah Berdirinya
Berawal dari sebuah masjid kecil, dikawasan komplek margonda II
depok jawa barat, yaitu begitu istiqomah mengamalkan zikirnya yang pada
permulaan hanya diikuti puluhan orang, kemudian berkembang makin besar,
dan makin luas, kini zikir yang dipimpinya tak hanya dilakukan dimasjid besar
atau kecil, majlis taklim, namun diperkotaan hotel instansi- instansi.46
Dalam pandangan Muhammad Arifin Ilham, Tumbuhnya Majelis
Az-Zikra ini karena banyak orang yang menyadari bahwa ternyata
matrealisme tidak memberikan jawaban terhadap persoalan yang dihadapi
manusia. Tetap saja masih ada ruang batin yang kosong menganga kendati
aspek material dalam hidup dan kehidupa manusia telah terpenuhi. Dan
pemikiran spiritual semacam itu telah menggugah Arifin untuk membuat
suatu formula menghantarkan manusia pada ranah spiritual dengan tetap
mengembangkan kepekaan terhadap masalah-masalah.47
Pada awal atahun 2000, apa yang menjadi keinginan Arifin Ilham
baru bisa terlaksana, bersama teman-teman ustadz yang lain di sekitar
46 Muhamad Abdul Syukur dkk, 7 sunah harian nabi SAW , (Jakarta: PT Mizan
Publika.2007),h 187
47 Syamsul Yakin, Menghampiri Ilahi Melalui Zikir Taubah; Ikhtiar M.Arifin Ilham
Membangun Masyarakat Spiritual-Humanis, (Depok: Darul Akhyar Semesta Ilmu , 2002) Cet. ke-
2, h.24
masjid Al Amru Bittaqwa seperti H. Hasanudin Sandi, Abdul Syukur,
Burhanudin Marzuki, dan yang lainnya. Yang mengarah kepada dakwah
dan spiritualitas yang dikenal dengan ‘tablig dan zikir’. Dan kegiatan
ini dilakukan setiap sepekan sekali, tepatnya pada sabtu subuh, saat
itu di samping belum dibacakan formula zikir seperti yang sekarang
sudah populer, mereka yang memimpin zikir dan memberikan
ceramah dilakukan secara bergantian, menurut kesempatan dan
kesepakatan sebelumnya. Adakalanya Arifin Ilham yang memimpin
dan salah seorang ustadz memberikan ceramah agama yang
berdimensi spiritualitas.48
Dan seiring dengan perkembangan majelis Az-Zikra, banyak
jamaah yang konsulultasi masalah problem kehidupan anak, remaja dan
rumah tangga. Dari hasil jama’ah yang konsulultasi semakin hari semakin
bertambah dari sekian banyak orang-orang yang bermasalah ternyata
menyimpang dari syariat Islam dintaranya perdukunan, paranormal orang
pintar dan ahli spiritual. Beranjak dari hal tersebut maka majelis
membentuk sebuah wadah yaitu, Titian Keluarga Sakinah pada tangal 2
Januari tahun 2000 sebagai tempat jamaah untuk menyelesaikan masalah
khususnya kepada jamaah Az-Zikra khususnya dan masyarakat Islam
umumnya. Pembinaan dan konsultasi tentang penyelesaian masalah tanpa
masalah sesuai dengan syariat Islam baik dalam segi aqidah syari’ah dan
akhlaq menuju keluarga sakinah.
48Ibid.h27
2. Visi dan Misi
Berdirinya Lembaga Titian Keluarga Sakinah Majelis Az-Zikra ini
memiliki beberapa visi dan misi, yaitu :
a. Visi
1) Keberhasilan dalam kepemimpinan adalah keluarga
2) Meraih sakinah menuai berkah.
b. Misi
1) Membentuk Keluarga yang sakinah.
2) Memberikan kebenaran, menciptakan umat yang selalu menyebarkan
kasih sayang dimanapun, kapanpun dan kepada siapapun.
3. Tujuan
Tujuan berdirinya Titian Keluarga Sakinah yang paling utama
adalah agar manusia biasa berpikir rasional dan tidak menyimpang dari
syariat islam.49
4. Struktur Kepengurusan
Adapun struktur kepengurusan titian keluarga sakinah majelis
Az-Zikra adalah sebagai berikut:
49 Wawancara Pribadi dengan ust. H. M. Hudanul Sidiq Konsultan, di Lembaga TKS 02
Agustus 2009.
B. Program-program Titian Keluarga Sakinah
Adapun program-program yang yang ada di Titian Keluarga Sakinah
Majelis Az-Zikra antara lain:
1. Ceramah / Pembinaan
Pembina
Ust. M. Arifin Ilham
Ketua
Ust. Abdul Syukur
Bendahara
Riyad
Administrasi
Keuangan/Kasir
Wiwi
Kep Pengembangan
dan Hubungan
Kelembagaan
• Melati
• Burhanudin
Sekretaris
Husni
Administrasi
Kesekretariatan
Amrun
Dewan Murobi
• H. Hasanudin
• Muhammad Natta
Konsultan
H. Maryono Hudanul
Sidiq
Ceramah/pembinaan ini adalah merupakan kegiatan rutin setiap satu
bulan satu kali dimana dilaksanakan pada minggu ke tiga setiap
bulannya. Bertempat di Masjid Al-Amru Bittaqwa Mampang Sawangan
Depok. dimulai dari jam 09.00 sampai 11.30 WIB.
2. Konsultasi
Program konsoltasi ini adalah layanan yang di buka setiap hari minggu
menjadi konseultanya adalah bapak H. Haryono Huddanul Shidiq yang
di mulai dari jam 09.00 sampai 16.00 WIB.
3. Perjodohan secara Islam
Dalam program ini biasanya ada orang atau klien yang ingin berumah
tangga tetapi belum menemukan untuk dijadikan pasangan. kemudian
mengenai waktunya dilaksanakan pada setiap hari minggu.
4. Seminar
seminar ini merupakan kelanjutan dari perjodohan secara islami, di mana
memberikan pembekalan tentang keluarga sakinah yang disampaikan
oleh Ustad Abdul Syukur dan Ustad Hudanul Shidiq.
5. Tour Rohani
Program tour rohani ini bertujuan untuk mengangkrabkan dari kedua
pasangan berserta keluarganya, biasanya tour rohani ini dilaksanakan di
berbagai tempat seperti di puncak atau pantai.
6. Tausiah, Do’a dan Zikir bersama keluarga
Program tausiah, Do’a dan Zikir ini diikuti oleh kedua belah pihak baik
dari laki-laki maupun perempuan berserta keluarganya. dilaksanakan
setelah menemukan kecocokan dari perjodohan tersebut.
7. Layanan acara Pernikahan
Adapun mengenai acara prnikahan yang melalui perjodohan secara Islam
calon pengantin dan orang tua mempelai harus melalui proses:
a. Pembekalan pra nikah bagi calon pengantin dan kedua orang tua.
b. Taushiah, do’a dan zikir malam pernikahan dan saat menikah
c. Mc, Qori dan hiburan Islami
d. Konsultasi pernikahan dan walimah/ pesta secara islam.
Dan program kerja majelis zikir Az-Zikra yang berada dibawah naungan
yayasan Al-Amru Bittaqwa memiliki beberapa kegiatan diantaranya adalah
majelis Zikir dan tarbiyah, yang dilaksanakan pada hari sabtu pagi (selesai
shalat shubuh).
Saat ini Majelis Az-Zikra sedang mengadakan pembangunan rumah
Islam yang berlokasi di Sentul Bogor, Jawa Barat serta adanya kegiatan zikir
bersama anak yang akan dilaksanakan satu kali dalam setahun. Majelis Az-
Zikra mempunyai sarana dan prasarana yaitu :
1. Pondok pesantren khusus anak-anak yatim.
kegiatanya adalah tausyiah pada malam rabu setelah shalat magrib
diadakan dua ceramah di dua tempat yaitu dimasjid Al-Amru Bittaqwa
sampai shalat isya,penceramahnya dari pengurus Az-zikra itu
sendiri,setelah itu dilanjutkan dengan tausyiah oleh ustad diluar
pengurus dan dilakukan di depan pesantren yatama yang jama’ahnya
berasal di sekitar depok.
2. zikir bulanan
zikir bulanan ini dipimpin langsung oleh Ustad Muhamad Arifin
Ilhham pada setiap ahad pertama beserta para jamaahnya.kegiatan ini
dilaksanakan setelah shalat shubuh.
3. Majelis Ta’lim Az-Zikra
kegiatan ini dilakukan oleh semua para ustad dan pengurus majelis az-
zikra yang berada diseluruh jabotabek,mereka smua berkumpul untuk
bersilaturahmi memberikan satunan pada anak-anak yatim dan berolah
raga.
4. pembinaan Titian Keluarga Sakinah
selain berzikir bersama majelis Az-zikra juga mengadakan konsultasi
keluarga setiap hari ahad. Mengenai kehidupan berumah tangga,
mencari pasangan membina atau orang yang baru masuk islam
(mualaf) dan sebagainya.
5. subuh keliling
subuh keliling kegiatan ini dilaksanakan setiap sabtu subuh kegiatan
ini dilakukan diluar masjid Al-amru bittaqwa, ketika ustad Arifin
berzikir disekitar jabotabek maka para jamaahnya diajak zikir bersama
pada subu tersebut.
6. Qiyamullail
kegiatan ini dilakukan pada sabtu dan ahad pagi mulia dari jam 02:00
sampai pagi hari, kegiatan ini shalat tahajud bersama dilanjutkan
dengan zikir lalu shalat subuh yang dilanjutkan dengan tausyiah.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Pelaksanaan Konsultasi
1. Deskripsi Konsultan
Konsultan yang menangani permasalahan yang dikonsultasikan oleh klien di
lembaga Titian Keluarga Sakinah Majelis Az-Zkra Mampang Sawangan Depok
adalah H. Maryono Hudanul Sidiq yang lahir di Yogyakarta tanggal 1 November
1957, sekarang beliau tinggal di Jl. Pindahan No 31. (samping RS. Bahakti Yudha)
Pancoran mas kota Depok. Dan mengenai pendidikan SDN, MTS, Aliyah di
Yogyakarta, kemudian melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia Depok (jurusan
psikologi).
Selain menjadi pengasuh di TKS (Titian Keluarga Sakinah) Majelis Adz-Zikra
Mampang Sawangan Depok beliau juga menjadi ketua komisi hubungan inter dan
umat beragama MUI Kota Depok, pengasuh Lembaga Pembinaan dan
Pengembangan Taman Kanak-Kanak (LPPTK), pengasuh BKPRMI (Badan
Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indosesia kota Depok dan DKI ), ketua ulama
reaksi cepat kota depok Polda Metro Jaya dan beliau juga sebagai seorang Da’i dan
Dosen di Universitas Indonesia.50
50 H.Maryono Hudanul sidiq, Wawancara Pribadi 16 agustus 2009.
2. Deskripsi Klien
a. Deni Haryanto, dia bertempat tinggal di Depok Maharaja Blok B No 85,
Pendidikan D3 Pekerjaan sebagai karyawan swasta status menikah. Bapak
Deni Haryanto ia merupakan seorang karyawan salah satu persahaan swasta
alamat rumahnya masih di kawasan Depok dan tidak terlalu jauh dari Titian
Keluarga Sakinah Majelis Az-Zikra yaitu di depok maharaja blok B No 85.
Dalam proses konsultasi ini merupakan proses konsultasi yang kedua
kalinya karena sebelumnya pernah melakukan peroses konsutasi di lembaga
Titian Keluarga Sakinah Majelis Az-Zikra ini. Adapun permasalahan yang
dikonsultasikan adalah permasalahan keluarga, dia (Deni) yang sudah tidak
lagi harmonis dengan istrinya merasa bimbang harus bagaimana ia
menghadapi istrinya yang pernah menghianati cintanya yang suci. Deni ingin
pisah dengan lilis istrinya akan tetapi ia kasian dengan anak-anaknya, oleh
karena itu hubungan dengan istrinya sekarang sangatlah hambar. Sehingga
apapun kebaikan lilis sama sekali tidak bisa membuat mas Deni tertarik lagi,
karena mas Deni selalu di bayang-bayangi tentang perselingkuhan lilis dulu.
Rasa cinta Deni berkurang pada istrinya bahkan mungkin sudah tidak
ada lagi, oleh sebab itu Deni mempunyai hubungan dengan wanita lain, selain
istrinya karena wanita itu lebih mengerti dirinya dibandingkan istrinya sendiri
yang cerewet dan tidak mengerti keadaan suami.
Tetapi perempuan ini menganut bukan agama Islam melainkan
agama kristen, dalam hubungan dengan wanita ini tidak diketahui oleh
istrinya walaupun pada akhirnya diketahui istrinya.
b. Ugi, dia bertempat tinggal di Alamat Kebon Nanas. Status sudah Menikah
berkerja sebagai Ibu Rumah Tangga. Kasus kedua ini merupakan proses
konseling yang penulis ikuti, kasusnya adalah mengenai seorang istri yang
mempunyai keinginan agar kedua mertuanya memeluk agama Islam karena
sebelumnya merupakan muslim, terus keluar dari muslim dan dia
menginginkan agar mertuanya ini menjadi muslim lagi.
Tapi posisi dia juga sebagai istri kedua dari suaminya, karena waktu itu
ketika menikah suaminya mengaku seorang duda tapi kenyataannya ternyata
masih suami orang, dan pernikahannya dengannya diketahui istri pertama
baru tujuh tahun setelah empat belas tahun menikah. Alamat rumah klien ini
adalah di Kebon Nanas Tangerang Banten, jadi jarak rumahnya dengan
lembaga Titian Keluarga Sakinah ini lumayan cukup jauh. Dan peroses
konsultasi ini merupakan proses yang pertama.51
B. Bentuk Pelaksanaan Konseling diLembaga Titian Keluarga Sakinah Majlis Az-Zikra
Pada proses konsultasi dalam membantu memecahkan masalah yang di
hadapi konsultan berpikir secara rasional, dengan menggunakan pendekatan
direktif tapi pada dasarnya bahwa klien membutuhkan bantuan dan konsultan
membantu menemukan apa yang menjadi masalah apa yang mesti dikerjakan.
51 Observasi 15 November 2009
Tahapan pengelompokan yang dilakukan adalah dikelompokan dengan tiga
tahapan dari awal proses konseling sampai akhir prosesnya.
Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pertama Tahapan Awal (Mendefinisikan Masalah Klien)
Diawal proses konsultasi di atas upaya konsultasi terlihat dengan
menciptakan hubungan yang akrab antara dirinya dengan klien yang
dihadapinya, dan pada tahapan ini juga konselor memulai dengan do’a yang
dilakukan secara bersama-sama oleh konselor dan kliennya, dan menanyakan
kabar apakah ada perubahan terutama terlihat sekali pada kasus pertama
yang merupakan proses konseling kedua, setelah itu konselor terlihat
langsung mengidentifikasikan masalah dengan pertanyaan yang bersifat
terbuka rasa empati dan ekplorasi perasaan. Terutama terlihat sekali pada
contoh proses konseling kedua. Yang meminta klien menungkapkan
permasalahannya dengan pertanyaan, Silahkan ibu mengungkapkan
permasalahan ibu dengan benar karena jika salah saya akan salah
menganalisis, silahkan ibu?
2. Kedua Tahapan Pertengahan (Tahapan Kerja)
Pada tahapan ini kembali konselor lebih mengarah kepada penelusuran
masalah yang dialami oleh klien. Pada tahapan ini konselor menggunakan
teknik bervariasi dan berganda-ganda bahkan ada beberapa teknik dalam satu
respon konsultan, pada tahapan ini terlihat sekali
a. Konsultan ingin agar klien menyadari agar akar permaslahan yang
dihadapi dirinya sendiri, konsultan mencoba menggali konsep diri klien.
b. Konsultan menggunakan teknik konfromtasi, mengarahkan dan empati.
Juga konsultan menfokuskan masalah klien pada penyesuaian pada diri
klien terhadap masalah orang lain (mencoba berempati).
c. Konsultan berupaya agar klien berfikir rasional dan mandiri untuk
mengambil tindakan atau rencana, karena itu dia langsung memberi
petunjuk atau nasihat, akan tetapi masih mempercayai kemandirian
klien untuk menentukan tentang dirinya dan baiknya mengambil
langkah bagaimana dalam menyelesaikan permasalahan yang
dihadapinya dengan cara yang tepat dan rasa tanggung jawab.
d. Konsultan berupaya mengarahkan pembicaraan supaya mencapai
tujuan konsultasi yaitu agar klien mandiri kreatif dan berpikir realistik,
pada tahap akhir konselor sudah mampu mengiringi klien berpikir sesuai
dengan permasalahan yang dihadapi dan dengan sentuhan dalil-dalil
agama terhadap permasalahan yang dihadapi.
3. Ketiga Tahapan Terakhir (Penutup)
Ditahapan ini konsultan menutup jalanya konsultasi dengan ucapan
oke ibu atau oke mas demikian saja pertemuan kita pada saat ini, mudah-
mudahan pertemuan kita bisa bermanfaat dan kita bisa bertemu lagi. Dalam
tahapan ini konsultan mengahiri peroses konsultasi dengan mengingat waktu
yang terbatas dan setelah klien bisa menetukan sifat yang harus diambil
setelah melakukan proses konsultasi itu.
Adapun dalam menangani kasus kasus di atas yang melakukan proses
konsultasi, konsultan di Titian Keluarga Sakinah lebih cenderung bersifat
direktif, dimana dalam proses konsultasi yang menjadi pusatnya adalah
konselor, maka dalam pemecahan masalah klien itu sendiri didorong oleh
konsultan untuk mencari atau menemukan cara atau tekhnik yang terbaik
dalam pemecahan masalah tersebut, tapi konsultan lebih aktif dalam proses
konsultasinya.
Dari pertama klien mengungkapkan masalahnya kemudian mencoba
untuk perkenalan lebih mendalam sampai akhirnya klien menceritakan
masalahnya secara mendalam dengan beberapa alternatif solusi, dan tingkat
keaktifan konsultan lebih besar.
Dalam proses konsultasi seperti ini biasanya klien menjawab terhadap
semua pertanyaan yang ditanyakan oleh konsultan. Ia sendiri datang
berkonsultasi atas kemauannya sendiri dan siap menerima pertanyaan yang
dilontarkan kepada dirinya dalam proses konsultasi, dan klien mengambil
keputusan yang dianggap paling sesuai dengan dirinya. Fungsi konsultan
hanya sebagai fasilitator, tidak ikut campur masalah klien akan tetapi kembali
menanyakan kepada klien tindakan selanjutnya yang harus dilakukan akan
jelas bahwa klien yang sangat membutuhkan bantuan serta tindakan yang
diinginkan oleh klien.
Jadi pada metode ini peran konselor hanya sebagai pendorong dan
pencipta situasi yang meyakinkan, klien bisa berkembang sendiri dengan
menciptakan situasi yang aman yang dapat menjadikan klien bisa berkembang
sendiri berkembang pribadinya, dan merasa nyaman disisi konsultan dalam
mengambil keputusan akahir. Mengambil keputusan semuanya ada dipihak
klien. Sedangkan konsultan hanya mengarahkan untuk kearah yang lebih baik
dari sebelmnya sifat hubungan haruslah intim, terbuka dalam menguraikan
masalah dengan adanya hubungan yang baik dan akrab dalam proses
konseultasi terhadap klien tidak hanya terpokus dengan metode direktif
semata tetapi juga mengunakaan ajaran Islam yang prosesnya dimasukan
dalam metode direktif.
Dan dalam pelaksanaan konsultasi di lembaga Titian Keluaga Sakinah ini
muata kegagamaannya terlihat sekali, misalnya dengan ungkapan-ungkapan
konsultan yang menggunakan dalil-dalil agama, misalnya pada contoh kasus
diatas ungkapa ”Jelas ada di dalam hadits, janganlah kamu menikahi wanita-
wanita musyrik dan nikahilah olehmu perempuan karena kecantikan,
keturunan, harta, dan agamanya. atau ungkapan Lakum dinukum waliadiin
dan la ikraha fiddi.
a. Kelebihan
Kelebihan pelaksanaan konselingnya adalah seorang klien lebih akrab
dengan konselor dengan membangun hubungan yang harmonis dan juga
kebanyakan klienya merupakah jamaah zikir majelis Az-Zikra jadi sudah terjalin
hubungan yang cukup akrab kaena sering zikir bersama-sama setiap minggu di
majelis Az-Zikra.
Dan proses konseling di lembaga Titian Keluarga Sakinag majelis Az-Zikra
ini terdapat muatan-muatan agama pada peroses konselingnya, diantaranya
diawali dengan salam dan diakhiri dengan salam juga diawali dengan do’a serta
memasukan dalil-dalil agama ketika konselor sedang melakukan konseling ketika
konselor menyikapi permasalahan yang di ungkapkan oeh klien, jadi seorang
kien akan mengetahui dalil-dalil agama yang mungkin tadinya tidak tahu, jadi
dalam prose konseling disini muatan dakwahnya sangat kental sekali sebab
banyak ajakan atau anjran yang di ungkapkan oleh konselor kepada kliennya.
Dan mengenai kelebihan dan kekurangan pada proses pelaksanaan
konsultasi adalah
b. Kekurangan
Dari pengamatan penulis setelah melihat proses konseling di lembaga
Titian Keluarga Sakinah kekurangan atau kelemahannya dalam proses konseling
ini seorang klien terlalu di tekan dengan pertanyaan-pertanyaan konselor
sehingga klien tidak bisa mengutarakan pendapat-pendapatnya dan bisa jadi
merasa bahwa dirinya yang salah ketika sedang melakukan konseling. Dalam
proses konselingnya konselor lebih aktif dibandingkan kliennya, jadi bisa jadi
permasalahan yang sebenarnya atau ungkapan yang ingin diungkapkan tidak
jadi dingkapkan karena merasa takut disalahkan.
Dan secara alokasi waktu dalam proses konseling terlalu sedikit,
sehingga klien bisa jadi merasa belum puas tehadap permasalahan yang di
konsultasikan kepada konselor dan membuat dirinya masih belum tahu langkah
apa yang harus di ambil setelah melakukan koseling.
c. MetodePenanganan
Penanganan adalah suatu proses menangani suatu masalah. Metode yang digunakan
dalam penanganan masalah sama seperi metode bimbingan dan konseling, sebagai
berikut :
1. metode directif, pendekatan ini disebut juga sebagai pendekatan terpusat
Wiliamson membagi pendekatan dalam penanganan masalah menjadi
a. Analisys, meliputi pengumpulan data dari berbagai sumber untuk
memahami klien.
b. Synthesis, pemilihan terhadap sumber data yang tersedia sesuai dengan
kebutuhan dan masalah yang sedang atau akan dihadapi dalam proses
konseling.
c. Diagnosis, perumusan kesimpulan tentang hakikat serta sebab-sebab yang
dihadapi.
d. Prognosis, perkiraan konselor mengenai perkembangan klien lebih lanjut
dan implikasi dari diagnosis yang ditentukan.
e. Konseling atau penyuluhan langkah yang diambil konselor dank lien kea
rah penyesuaian diri.
f. Kelanjutan (follow Up). Meliputi semua hal yang dengan dilakukan
konselor terhadap klien dalam menghadapi masalah baru atau masalah
yang baru muncul lagi dan penilaian terhadap refleksifitas dari bimbingan
dan penyuluhan.52
2. metode non directif , adalah cara lain mengungkapkan segala perasaan dan
pikiran yang tertekan yang menjadi penghambat aktivitas klien. Metode ini
pertama kali diperkenalkan oleh carl Rogers. Metode konseling non directif ini
sering pula disebut ”client centred caunseling” yaitu cara pengungkapan
tekanan batin yang dirasakan menjadi penghambat klien dalam belajar dengan
sistem pancingan yang berupa satu atau dua pertanyaan yang terarah. Klienlah
yang aktif untuk mengungkapkan masalah dari mencari pemecahan masalah.
Konselor hanya berperan sebagai pendorong dan pencipta sesuatu yang
memungkinkan klien untuk bisa berkembang sendiri ataupun tujuanya
membebaskan klien dari berbagai konflik psikologis yang di hadapi,
menumbuhkan kepercayaan diri pada klien, memberikan kesempatan seluas-
luasnya kepada klien yang belajar mempercayai orang lain dan menambahkan
suatu keyakinan pada klien bahwa dirinya terus bertumbuh dan berkembang.53
52 Singgih, D gunadarsa, Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: PT. gunung Mulia, 1996),
cet. Ke-1 h. 10.
53 Dewa ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah (Jakarta: PT. Rineka cipta, 2000), cet ke-1, h. 10.
Bab V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian skripsi yang berjudul Pelaksanaan Konsultasi Dilembaga
Titian Keluarga Sakinah Majlis Az-Zikra Mampang Sawangan, Depok, akhirnya dapat
di ambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan konsultasi di Lembaga Titian Keluarga Sakinah Majelis Az-Zikra
Mampang Sawangan Depok, merupakan proses konsultasi yang yang diasuh
langsung oleh H. M. Hudanul Sidiq. konsultasi yang digunakan adalah konsultasi
indivindu atau face to face, Adapun konsultasi yang dilakukan indivindu bersifat
pendekatan direktif. Bentuk konsultasi di lembaga Titian Keluarga Sakinah
Majelis Az-Zikra Mampang Sawangan Depok konsultan berpikir secara rasional,
dengan menggunakan pendekatan direktif tapi pada dasarnya bahwa klien
membutuhkan bantuan dan konsultan membantu menemukan apa yang menjadi
masalah apa yang mesti dikerjakan.
2. Adapun metode yang digunakan bersifat direktif dimana seorang konselor lebih
aktif dibandingkan kliennya itu sendiri. kemudian dalam prosesnya juga lebih
kental dengan muatan agamanya.
B. Saran
Dari pemahaman yang penulis dapatkan, mengenai konseling di lembaga Titian
Keluarga Sakinah Majlis Az-Zikra Mampang Sawangan, Depok. Maka penulis
memberikan saran sebagai berikut:
1. Konselor dapat menambah Sumber Daya Manusia dalam hal penanganan klien
terutama dalam proses konseling indivindu karena mengingat antusias
masyarakat yang mau berkonsultasi banyak, sehingga dalam proses konseling
secara indivindu lerbih banyak.
2. Dalam proses konseling hendaknya waktu dilebihkan atau diperpanjang agar
dalam proses konseling tersebut hasilnya akan lebih efektif.
3. Ditambahnya jadwal tidak hanya pada hari minggu mengingat jumlah klien yang
banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,Abu, Bimbingan dan Konseling di sekolah, Jakarta: Rinela Cipta, 1991.
Aksori. Yusuf Apakah Anda Cemas Akan Masa Depan. Jakarta, Cendikia Sentra Muslim,
2007
Anonimous, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Balai Pustaka, 1995
Aunnur, Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling di Dalam Islam yogjakarta: UII
Press, 2001.
Arifin, H.M., Pedoman dan Pelaksanaan Bimbingan Agama, Golden Terayon
pers, 1996
..................... Teori-teori Konseling Agama dan Umum. Jakarta : PT. Golden
tayon Press, 1996.
Badan Pembinaan dan Pengembangan Keagamaan, Rumusan Bimbingan dan
Konseling Islam II, Yogyakarta: VII; 1987.
Basri, Hasan, Membina Keluarga Bahagia , Jakarta: Pustaka Antara, 1996
Darajat, Zakiah, Psikoterapi Islam, Jakarta: PT. Bulan Bintang 2002.
Hasan, Basri, Membina Keluarga Bahagia. Jakarta: Pustaka Antara, 1996.
Hallen. A, Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat Press, 2000.
Hawari, Dadang, membina keluarga sakinah, Jakarta: Pustaka Antara, 1996.
H. A. Sutarmadi dan Mesraini, Administrasi Pernikahan dan Manajemen
Keluarga. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006
Jarkasyi, Mukhtar, Membina Keluarga Bahagia, Jakarta : Pustaka Antara 1992
Kahmad, Dadang, Sosiologi Agama, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000
Khazqiri,Ahmad, Nikah Sebagai Perikatan, Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada,
1993
Majalah Anggun edisi 1 01 juni 2005.
Mubarok, Ahmad, Psikologi Keluarga, Jakarta : Bina Rena Pariwara, 2005
Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada
University press, 1998
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta PT. Rineka
Cipta 2000.
Rahmat, Jalaludin, keluarga muslim dan Masyarakat Modern, Bandung: Remaja
Rosda Karya, 1993
Shihab, Quraish, Tafsir Almisbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-qur’an,
Jakarta: Lentera Hati, 2002
Singgih, D gunadarsa, Konseling dan Psikoterapi, Jakarta: PT. gunung Mulia,
1996.
Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi, Metodologi Penelitian Survey, Jakarta:
LP3ES, 1995
Suhardi, Dewa Ketut, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000
Syukur Abdul Muhamad dkk, 7 sunah harian nabi SAW , Jakarta: PT Mizan
Publika.2007
Syamsu, Asep, M. Romli, Broadcast journalism, Bandung: yayasan Nuansa,
2004), cet. Ke-1, h.27.
Surya, Muhammad, Psikologi Konseling Bandung: Pustaka Bani Qurais, 2003.
Syaodih, Sukmadinata Nana, Bimbingan dan Konseling dalam praktek, Bandung:
Sakeloa Timur, 2007.
Umam, Khairul dan H.A. Achyar Aminudin, Bimbingan dan Penyuluhan Bandung: CV.
Pustaka Setia, 1988.
W.S, Winkel dan M.M Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo, 2004.
Wahid, Abdul Mustafa, Managemen Keluarga sakinah, Yogyakarta: Diva Press,
2004.
Yakin, Syamsul, Menghampiri Ilahi Melalui Zikir Taubah; ikhtiar M.Arifin Ilham
Membangun Masyarakat Spiritual-Humanis, Depok, Darul Akhyar
semesta ilmu 2002
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,Abu, Bimbingan dan Konseling di sekolah, Jakarta: Rinela Cipta, 1991.
Aksori. Yusuf Apakah Anda Cemas Akan Masa Depan. Jakarta, Cendikia Sentra Muslim,
2007
Anonimous, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Balai Pustaka, 1995
Aunnur, Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling di Dalam Islam yogjakarta: UII
Press, 2001.
Arifin, H.M., Pedoman dan Pelaksanaan Bimbingan Agama, Golden Terayon
pers, 1996
..................... Teori-teori Konseling Agama dan Umum. Jakarta : PT. Golden
tayon Press, 1996.
Badan Pembinaan dan Pengembangan Keagamaan, Rumusan Bimbingan dan
Konseling Islam II, Yogyakarta: VII; 1987.
Basri, Hasan, Membina Keluarga Bahagia , Jakarta: Pustaka Antara, 1996
Darajat, Zakiah, Psikoterapi Islam, Jakarta: PT. Bulan Bintang 2002.
Hasan, Basri, Membina Keluarga Bahagia. Jakarta: Pustaka Antara, 1996.
Hallen. A, Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat Press, 2000.
Hawari, Dadang, membina keluarga sakinah, Jakarta: Pustaka Antara, 1996.
H. A. Sutarmadi dan Mesraini, Administrasi Pernikahan dan Manajemen
Keluarga. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006
Jarkasyi, Mukhtar, Membina Keluarga Bahagia, Jakarta : Pustaka Antara 1992
Kahmad, Dadang, Sosiologi Agama, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000
Khazqiri,Ahmad, Nikah Sebagai Perikatan, Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada,
1993
Majalah Anggun edisi 1 01 juni 2005.
Mubarok, Ahmad, Psikologi Keluarga, Jakarta : Bina Rena Pariwara, 2005
Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada
University press, 1998
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta PT. Rineka
Cipta 2000.
Rahmat, Jalaludin, keluarga muslim dan Masyarakat Modern, Bandung: Remaja
Rosda Karya, 1993
Shihab, Quraish, Tafsir Almisbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-qur’an,
Jakarta: Lentera Hati, 2002
Singgih, D gunadarsa, Konseling dan Psikoterapi, Jakarta: PT. gunung Mulia,
1996.
Singarimbun, Masri dan Sofyan Efendi, Metodologi Penelitian Survey, Jakarta:
LP3ES, 1995
Suhardi, Dewa Ketut, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000
Syukur Abdul Muhamad dkk, 7 sunah harian nabi SAW , Jakarta: PT Mizan
Publika.2007
Syamsu, Asep, M. Romli, Broadcast journalism, Bandung: yayasan Nuansa,
2004), cet. Ke-1, h.27.
Surya, Muhammad, Psikologi Konseling Bandung: Pustaka Bani Qurais, 2003.
Syaodih, Sukmadinata Nana, Bimbingan dan Konseling dalam praktek, Bandung:
Sakeloa Timur, 2007.
Umam, Khairul dan H.A. Achyar Aminudin, Bimbingan dan Penyuluhan Bandung: CV.
Pustaka Setia, 1988.
W.S, Winkel dan M.M Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo, 2004.
Wahid, Abdul Mustafa, Managemen Keluarga sakinah, Yogyakarta: Diva Press,
2004.
Yakin, Syamsul, Menghampiri Ilahi Melalui Zikir Taubah; ikhtiar M.Arifin Ilham
Membangun Masyarakat Spiritual-Humanis, Depok, Darul Akhyar
semesta ilmu 2002