pedoman pembangunan bangunan tahan gempa
TRANSCRIPT
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA
NOMOR: 111/KPTS/CK/1993 TANGGAL 28 SEPTEMBER 1993
TENTANG:
PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA
A. DASAR–DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA B. BANGUNAN RANGKA BAMBU C. BANGUNAN RANGKA KAYU D. BANGUNAN RANGKA BAJA E. BANGUNAN TEMBOK BATA F. BANGUNAN BLOK BETON DENGAN TULANGAN G. BANGUNAN BETON BERTULANG
Diterbitkan kembali oleh:
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
DASAR-DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA
1 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM A 10
A. DASAR-DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA
DASAR-DASAR PERENCANAAN
1. Bentuk denah bangunan sebaiknya sederhana dan simetris
KURANG BAIK SEBAIKNYA
DASAR-DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA
2 10 A DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
Sederhana dan Simetris
DASAR-DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA
3 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM A 10
2. Penempatan dinding-dinding penyekat dan lubang-lubang pintu/jendela diusahakan sedapat mungkin simetris terhadap sumbu-sumbu denah bangunan.
Contoh: KURANG BAIK
SEBAIKNYA
DASAR-DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA
4 10 A DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
3. Bidang-bidang dinding sebaiknya membentuk kotak-kotak tertutup
Contoh: KURANG BAIK
SEBAIKNYA
DASAR-DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA
5 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM A 10
4. Atap sedapat mungkin dibuat yang ringan
KURANG BAIK
SEBAIKNYA
DASAR-DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA
6 10 A DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
PONDASI
1. Alangkah baiknya bila tanah dasar pondasi merupakan tanah yang kering, padat dan merata kekerasannya. Dasar pondasi sebaiknya terletak lebih dalam dari 45 cm dibawah permukaan tanah asli.
DASAR-DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA
7 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM A 10
2. Pondasi sebaiknya dibuat menerus keliling bangunan tanpa terputus. Pondasi dinding-dinding penyekat juga dibuat menerus. Bila pondasi terdiri dari batuan kali, maka perlu dipasang balok pengikat/sloof sepanjang pondasi tersebut.
3. Pondasi-pondasi setempat perlu diikat kuat satu sama lain dengan memakai balok pondasi (sloof).
DASAR-DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA
8 10 A DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
a. Pondasi Umpak
DASAR-DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA
9 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM A 10
b. Pondasi Umpak Tiang Kayu
DASAR-DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA
10 10 A DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
c. Pondasi setempat beton bertulang
BANGUNAN RANGKA BAMBU
1 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM B 13
B. BANGUNAN RANGKA BAMBU
1. Dengan dinding gedek atau anyaman bambu dengan pondasi umpak
BANGUNAN RANGKA BAMBU
2 13 B DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BANGUNAN RANGKA BAMBU
3 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM B 13
BANGUNAN RANGKA BAMBU
4 13 B DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BANGUNAN RANGKA BAMBU
5 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM B 13
Konstruksi lantai panggung dengan pondasi umpak
BANGUNAN RANGKA BAMBU
6 13 B DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
PERHATIAN:
Pemakaian bahan bambu untuk bangunan ini sebaiknya diawetkan dengan cara diberi bahan pengawet (garam wolman) atau direndam dalam air dan sebaiknya dipakai bambu yang sudah tua dan kering.
BANGUNAN RANGKA BAMBU
7 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM B 13
2. Dengan dinding gedek atau anyaman bambu dengan pondasi menerus.
a. Rangka dinding perlu dilengkapi dengan batang-batang diagonal.
b. Sloof pondasi dari bambu perlu diikat kepada pondasi dengan jangkar-jangkar. Sebagai jangkar dapat dipakai batang bambu dengan pen pada ujungnya. Jangkar tersebut dipasang pada setiap jarak kira-kira 1,20 m.
BANGUNAN RANGKA BAMBU
8 13 B DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BANGUNAN RANGKA BAMBU
9 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM B 13
c. Antara batang-batang rangka dinding perlu diadakan ikatan yang baik, umpamanya seperti yang terlihat pada gambar berikut ini.
BANGUNAN RANGKA BAMBU
10 13 B DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BANGUNAN RANGKA BAMBU
11 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM B 13
BANGUNAN RANGKA BAMBU
12 13 B DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BANGUNAN RANGKA BAMBU
13 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM B 13
d. Hubungan antara batang-batang rangka pemikul atap juga perlu diikat dengan baik.
CATATAN:
1. Semua kayu dan bambu yang akan digunakan sebaiknya diawetkan terlebih dahulu, untuk menghindari kerusakan oleh rayap (anai-anai).
2. Jumlah paku yang dipakai untuk mengikat disesuaikan dengan perhitungan kekuatan, dengan minimum jumlah paku adalah 4 buah.
3. Untuk pengikatan pada bangunan rangka bambu dapat dipakai tali bambu atau tali ijuk.
BANGUNAN RANGKA KAYU
1 16 C DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
C. BANGUNAN RANGKA KAYU
1. Bangunan rangka kayu dengan pondasi umpak
BANGUNAN RANGKA KAYU
2 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM C 16
BANGUNAN RANGKA KAYU
3 16 C DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BANGUNAN RANGKA KAYU
4 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM C 16
Detail hubungan dinding anyaman bambu diplester dengan konstruksi kayu
CATATAN:
1. Bambu yang akan digunakan sebaiknya diawetkan terlebih dahulu, untuk menghindari kerusakan oleh rayap (anai-anai).
2. Semua bahan kayu yang akan dipergunakan untuk rangka, kusen-kusen pintu/jendela, daun pintu/jendela dan kuda-kuda harus kering dan diawetkan.
BANGUNAN RANGKA KAYU
5 16 C DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BANGUNAN RANGKA KAYU
6 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM C 16
BANGUNAN RANGKA KAYU
7 16 C DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
Hal-hal yang perlu diperhatikan
2. Bangunan rangka kayu dengan dinding papan kayu atau gedek
a. Rangka dinding harus dilengkapi dengan batang-batang diagonal seperti pada gambar dibawah.
b. Balok sill (sloof pondasi) perlu diikat dengan baik kepada pondasi batu kali yang menerus, baut jangkar dengan diameter 12 mm dipasang pada setiap jarak kira-kira 1,50 m.
BANGUNAN RANGKA KAYU
8 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM C 16
BANGUNAN RANGKA KAYU
9 16 C DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
c. Dinding
1) Hubungan antara batang-batang rangka dinding perlu diikat kuat, umpamanya seperti yang terlihat pada gambar-gambar berikut ini:
BANGUNAN RANGKA KAYU
10 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM C 16
BANGUNAN RANGKA KAYU
11 16 C DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BANGUNAN RANGKA KAYU
12 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM C 16
2) Papan penutup dinding dipasang dengan baik
d. Atap
1) Atap diusahakan seringan mungkin. Untuk konstruksi pemikul atap dapat digunakan antara lain kuda-kuda papan kayu.
BANGUNAN RANGKA KAYU
13 16 C DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BANGUNAN RANGKA KAYU
14 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM C 16
2) Kuda-kuda atap diikat kuat kepada dinding.
BANGUNAN RANGKA KAYU
15 16 C DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BANGUNAN RANGKA KAYU
16 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM C 16
3) Diadakan ikatan memanjang vertikal antara kuda-kuda atap satu sama lain.
BANGUNAN RANGKA BAJA
1 9 D DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
D. BANGUNAN RANGKA BAJA
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Untuk bangunan rumah murah, dinding dapat terdiri dari kolom-kolom baja dengan dinding pengisi dari pasangan bata. Kolom baja terdiri dari umpamanya profil C atau profil Kanal. Bila luas bidang dinding diantara kolom-kolom melebihi 12 m2, perlu dipasang kolom tambahan untuk memperkaku dinding. Ujung-ujung kolom sebelah atas dihubungkan dengan suatu balok pengikat yang juga terdiri dari profil baja yang sejenis (C atau Kanal). Balok lintel di atas pintu/jendela dibuat menerus keliling bangunan dan sekaligus berfungsi sebagai pengaku dinding horizontal.
BANGUNAN RANGKA BAJA
2 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM D 9
BANGUNAN RANGKA BAJA
3 9 D DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
2. Kaki-kaki kolom perlu diikat dengan baik kepada pondasi
BANGUNAN RANGKA BAJA
4 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM D 9
3. Antara ujung atas kolom dengan balok pengikat diadakan hubungan yang teguh/kokoh.
BANGUNAN RANGKA BAJA
5 9 D DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BANGUNAN RANGKA BAJA
6 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM D 9
4. Antara ujung atas kolom pengaku dinding dengan balok pengikat juga diadakan ikatan yang baik.
BANGUNAN RANGKA BAJA
7 9 D DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
5. Konstruksi pemikul atap yang terdiri dari profil-profil yang sejenis dengan kolom, diikat kuat kepada kolom dan hubungannya diperkaku dengan memasang batang-batang pengaku.
BANGUNAN RANGKA BAJA
8 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM D 9
6. Antara tembok dengan kolom-kolom diadakan hubungan penjangkaran.
BANGUNAN RANGKA BAJA
9 9 D DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
7. Kusen pintu/jendela diikat kepada tembok dengan jangkar-jangkar. Untuk jangkar dapat dipergunakan plat-plat seng tebal yang diberi lubang-lubang paku seperti parutan.
CATATAN:
1. Hubungan antara batang-batang rangka baja satu dengan lainnya dapat juga dilaksanakan dengan las.
2. Disamping profil C dan Kanal, profil-profil lain juga dapat dipakai.
BANGUNAN TEMBOK BATA
1 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM E 19
E. BANGUNAN TEMBOK BATA
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Dinding
a. Sistem dinding pemikul:
1) Bangunan sebaiknya tidak dibuat bertingkat.
2) Besar lubang pintu dan jendela dibatasi. Jumlah lebar lubang-lubang dalam satu bidang dinding tidak melebihi ½ panjang dinding itu. Letak lubang pintu/jendela tidak terlalu dekat dengan sudut-sudut dinding, misalnya minimum 2 kali tebal dinding. Jarak antara 2 lubang sebaiknya juga tidak kurang dari 2 kali tebal dinding. Ukuran bidang dinding juga dibatasi, misalnya tinggi maksimum 12 kali tebal dinding, dan panjangnya diantara dinding-dinding penyekat tidak melebihi 15 kali tebalnya.
BANGUNAN TEMBOK BATA
2 19 E DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
3) Apabila bidang dinding diantara dinding-dinding penyekat lebih besar dari pada itu, maka dipasang pilaster-pilaster/tiang-tiang tembok. Blok lintel dibuat menerus keliling bangunan dan sekaligus berfungsi sebagai pengaku horizontal. Blok lintel tersebut perlu diikat kuat dengan pilaster-pilaster.
BANGUNAN TEMBOK BATA
3 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM E 19
BANGUNAN TEMBOK BATA
4 19 E DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BANGUNAN TEMBOK BATA
5 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM E 19
4) Pilaster diperkuat dengan jangkar-jangkar. Jangkar dapat terdiri dari kawat anyaman ataupun seng tebal yang diberi lubang-lubang paku seperti parutan.
BANGUNAN TEMBOK BATA
6 19 E DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
5) Pada bagian atas dinding dipasang balok pengikat keliling/ring balk. Ring balk dijangkarkan dengan baik kepada pilaster-pilaster.
BANGUNAN TEMBOK BATA
7 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM E 19
6) Pada sudut-sudut pertemuan dinding, hubungan antara balok-balok pengikat keliling (ring balok) perlu dibuat kokoh.
7) Hubungan antara bidang-bidang dinding pada pertemuan-pertemuan dan sudut-sudut dinding perlu diperkuat dengan jangkar-jangkar. Jangkar dapat berupa seng tebal dengan lubang-lubang bekas paku atau berupa kawat anyaman.
BANGUNAN TEMBOK BATA
8 19 E DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BANGUNAN TEMBOK BATA
9 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM E 19
BANGUNAN TEMBOK BATA
10 19 E DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
8) Disekeliling lubang pintu dan jendela dapat juga dipasang perkuatan ekstra.
BANGUNAN TEMBOK BATA
11 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM E 19
b. Sistem rangka pemikul dengan dinding pengisi
1) Dipasang kolom-kolom pengaku dinding dan pengaku dinding/perkuatan horizontal sedemikian sehingga luas bidang tembok diantara rangka yang mengapitnya tidak melebihi 12 m2.
Balok lintel dibuat menerus keliling bangunan. Dalam hal ini balok lintel berfungsi sebagai pengaku/penguat horizontal. Pada bagian atas dinding dipasang balok pengikat keliling/ring balk yang terdiri dari bahan yang sama dengan kolom pengaku dinding.
BANGUNAN TEMBOK BATA
12 19 E DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
2) Kolom-kolom pengaku dinding perlu diikat kepada pondasi
BANGUNAN TEMBOK BATA
13 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM E 19
3) Balok lintel perlu diikat dengan kolom-kolom pengaku dinding.
4) Ring balk perlu diikat dengan kolom-kolom pengaku dinding.
5) Hubungan ring balk pada sudut-sudut pertemuan dinding harus kuat.
BANGUNAN TEMBOK BATA
14 19 E DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
6) Antara tembok dengan kolom pengakunya perlu diadakan pengikatan dengan jangkar-jangkar. Jangkar antara lain berupa seng tebal yang diberi lubang-lubang paku seperti parutan.
BANGUNAN TEMBOK BATA
15 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM E 19
7) Antara tembok dengan kusen pintu/jendela juga perlu diadakan pengikatan dengan jangkar-jangkar.
BANGUNAN TEMBOK BATA
16 19 E DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
2. Atap
a. Rangka atap/kuda-kuda perlu dijangkarkan pada dinding dengan besi berdiameter minimum 12 mm.
BANGUNAN TEMBOK BATA
17 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM E 19
BANGUNAN TEMBOK BATA
18 19 E DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
3. Pelaksanaan Pasangan Tembok
a. Adukan spesi diisikan penuh/merata pada hubungan horizontal maupun vertikal antara blok-blok bata.
b. Komposisi campuran spesi yang baik
BANGUNAN TEMBOK BATA
19 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM E 19
CATATAN:
1. Dianjurkan memakai sistim rangka pemikul dengan dinding pengisi.
2. Bagian-bagian yang terdiri dari kayu sebaiknya diawetkan dahulu untuk menghindari kerusakan oleh rayap (anai-anai)
3. Panjang paku yang dipakai untuk pengikat minimum 2,5 kali tebal kayu terkecil.
4. Kalau tidak tersedia semen PC., semen merah juga dapat dipakai untuk bahan campuran spesi, umpamanya dengan perbandingan campuran sebagai berikut:
a. Untuk dinding pemikul: 1 Semen Merah: 1 Kapur : 1 Pasir atau 1 Kapur: 3 tras
b. Untuk dinding pengisi: 1 Semen Merah : 3 Kapur : 5 Pasir atau 1 Kapur: 5 tras
BANGUNAN BLOK BETON DENGAN TULANGAN
1 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM F 10
F. BANGUNAN BLOK BETON (HOLLOW CONCERTE BLOCK) DENGAN TULANGAN
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Pondasi
a. Balok sloof pondasi dapat merupakan rangkaian blok-blok jenis D yang diisi tulangan dan dicor beton kedalam rongga-rongganya,
BANGUNAN BLOK BETON DENGAN TULANGAN
2 10 F DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
ataupun berupa balok beton bertulang.
2. Dinding
a. Tebal dinding minimal 15 cm. Tinggi dinding tidak melebihi 20 kali tebal dinding dan panjangnya diantara dinding –dinding penyekat tidak boleh melebihi 50 kali tebalnya. Jarak antara 2 buah lubang (pintu/jendela) pada satu bidang dinding, minimal 55 cm atau tidak kurang dari 30 % dari rata-rata tinggi lubang-lubang tersebut.
BANGUNAN BLOK BETON DENGAN TULANGAN
3 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM F 10
b. Didalam rongga-rongga dinding perlu dipasang tulangan vertikal maupun horizontal.
Tulangan vertikal dipasang pada jarak-jarak umpamanya 80 cm dan minimum terdiri dari 1 tulangan dengan diameter 10 mm.
Ujung bawah tulangan vertikal perlu dijangkarkan kedalam balok sloof pondasi.
Tulangan horizontal juga dipasang pada jarak-jarak (vertikal) 80 cm dan minimal terdiri dari 1 tulangan dengan diameter 10 mm.
Rongga-rongga yang berisi tulangan harus dicor dengan beton.
BANGUNAN BLOK BETON DENGAN TULANGAN
4 10 F DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
c. Untuk tulangan vertikal dan horizontal dapat juga dipergunakan dari belahan bambu sebagai pengganti tulangan baja, umpamanya 1 batang dengan ukuran kira-kira tebal 1 cm dan lebar 4 cm.
d. Pada pertemuan bidang-bidang dinding, tulangan horizontal perlu dijangkarkan dengan baik.
Tulangan vertikal yang dipasang pada tempat pertemuan tersebut minimal terdiri dari 1 tulangan diameter 12 mm.
BANGUNAN BLOK BETON DENGAN TULANGAN
5 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM F 10
e. Pada bagian atas dinding harus dipasang balok pengikat keliling/ring balk
Ujung atas vertikal perlu dijangkarkan dengan baik kedalam ring balk.
BANGUNAN BLOK BETON DENGAN TULANGAN
6 10 F DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
f. Pada pertemuan bidang-bidang dinding, tulangan ring balk perlu dijangkarkan dengan baik.
BANGUNAN BLOK BETON DENGAN TULANGAN
7 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM F 10
g. Bila bangunan hendak dibuat bertingkat sebaiknya tidak lebih dari 2 (dua) lantai.
BANGUNAN BLOK BETON DENGAN TULANGAN
8 10 F DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
h. Pada tepi atas dinding setiap tingkat perlu dipasang ring balk. Ujung-ujung tulangan vertikal perlu dijangkarkan kedalam ring balk dengan baik.
Tulangan plat lantai tingkat juga perlu dijangkarkan kedalam ring balk.
BANGUNAN BLOK BETON DENGAN TULANGAN
9 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM F 10
i. Sebagai balok lintel di atas pintu/jendela dapat dipakai blok jenis D yang diberi tulangan horizontal didalamnya dan dicor dengan beton.
Rongga dinding di kedua samping pintu/jendela harus diisi dengan tulangan vertikal dan dicor beton.
BANGUNAN BLOK BETON DENGAN TULANGAN
10 10 F DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
3. Atap
Rangka atap perlu diikat secara kokoh dengan dinding.
4. Pelaksanaan
a. Untuk adukan spesi (untuk hubungan horizontal dan vertikal antara blok-blok beton) dapat dipakai campuran:
1 Semen PC : (3-4) Pasir
b. Untuk adukan beton (untuk mengisi rongga-rongga yang diberi tulangan) dipakai campuran:
1 Semen PC : (2-3 ) Pasir : ( 1-2 ) Kerikil (max 12 mm)
BANGUNAN BLOK BETON BERTULANG
1 16 G DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
G. BANGUNAN BETON BERTULANG
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Rangka beton bertulang
BANGUNAN BLOK BETON BERTULANG
2 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM G 16
a. Penempatan dan pengaturan tulangan, terutama sekali pada sambungan-sambungan/hubungan-hubungan harus diperhatikan. Ujung-ujung tulangan harus dijangkarkan dengan baik.
1) Hubungan plat lantai dengan balok
2) Hubungan balok anak dan balok induk
BANGUNAN BLOK BETON BERTULANG
3 16 G DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
3) Hubungan balok atap dengan kolom pinggir
BANGUNAN BLOK BETON BERTULANG
4 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM G 16
BANGUNAN BLOK BETON BERTULANG
5 16 G DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
4) Hubungan balok lantai dengan kolom pinggir
BANGUNAN BLOK BETON BERTULANG
6 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM G 16
BANGUNAN BLOK BETON BERTULANG
7 16 G DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BANGUNAN BLOK BETON BERTULANG
8 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM G 16
5) Hubungan balok lantai dengan kolom tengah
BANGUNAN BLOK BETON BERTULANG
9 16 G DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BANGUNAN BLOK BETON BERTULANG
10 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM G 16
BANGUNAN BLOK BETON BERTULANG
11 16 G DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
6) Hubungan kolom dengan pondasi
BANGUNAN BLOK BETON BERTULANG
12 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM G 16
BANGUNAN BLOK BETON BERTULANG
13 16 G DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BANGUNAN BLOK BETON BERTULANG
14 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM G 16
BANGUNAN BLOK BETON BERTULANG
15 16 G DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
BANGUNAN BLOK BETON BERTULANG
16 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM G 16
2. Pelaksanaan
a. Pencampuran komponen-komponen beton harus dilakukan dengan baik dan pengadukan harus merata
b. Bila karena sesuatu hal pengecoran beton terpaksa Dihentikan, maka pada saat akan melanjutkan kembali, perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
Permukaan beton ditempat sambungan harus dikasarkan dahulu, kemudian dibersihkan dari segala kotoran.
Setelah itu permukaan tersebut diberi spesi semen, baru dilanjutkan dengan mengecor beton baru.