pedoman kredensial dan kewenangan klinis (clinical privilege) di rs
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 Pedoman Kredensial Dan Kewenangan Klinis (Clinical Privilege) Di Rs
1/13
Pedoman
Kredensial
an
Kewenangan
KlinisCtinicatrivilege)
di
Rumah
akit
-
7/24/2019 Pedoman Kredensial Dan Kewenangan Klinis (Clinical Privilege) Di Rs
2/13
PEDOMAN
KREDENTIAL DAN KEWENANGAN
KLINIS
(
CLINICAL PKTT'ILE
GE)
DI
RUMAH SAK IT
J
i
PERHIMPTINAN
RTIMAH
SAKIT
SELURUH INDONESIA
Jakarta
-
2009
-
7/24/2019 Pedoman Kredensial Dan Kewenangan Klinis (Clinical Privilege) Di Rs
3/13
KATA
PENGANTAR PEI{ YTJSUN
Dengan disahkannya
undang-undang
rumiih
sakit
.vang
baru di
Indonesia,keselamatan
asien
elah menjadi issuc sentral. S.rlah satu
upaya nenuJu keselamatan
pasien
tersebut adalah dengan nrencegah
terjadinya
kecelakaanmedis
akibat nkompetensr
enaga
medis di
rumah
sakit. Penjelasan
pasal
29 ayat
(l)
butir r. Undang-undang
licpubhk
Indonesia tentang Rumah
Sakit
tahun 2009 mcrretapkan
bahrv:r
dalanr
statuta
rumah
sakit
(medical
staff bylaws)
diatrrr
tentang
ker.r'enangan
Htnis
(clinicalprivilege)
setiap
tenaga medis di
rurr.rah
sakit.
Perhimpunan Rumah
Sakit Seluruh
Indonesia
(PERSI)
bt'rinisiatil'
mendorong
dilaksanakannya
proses
kredensial
dengan
baik
di rumal'r
sakit.
Selama
ni
proses
kredensial hanya ditujukan untuk
penerimaarr
pegawai
saja tanpa
melakukan
pengaturan
tentilng kewenangan klinis
secara erinci
(delineation
f clinical
privilege).
Untuk itu
PERSI
mcnyusun
buKU
.
PEDOMAN
KREDENTIAL DAN KEWENANGAN KLINIS
(CLINICAL
PKTVILEGE) DI RUMAH SAK[T".
Semogabuku
pedoman
ini dapat
digunakan
r-rntukmembanlu rumal-r
sakit dalam melaksanakan
kredensial enaga
medis dengan baik
Jakarta,
Oktober
2009
I
\ l t
-=:--_]./=-
Herltutanto
Kelrr :r T im [) , '1] \ / r r .r r r l
-
7/24/2019 Pedoman Kredensial Dan Kewenangan Klinis (Clinical Privilege) Di Rs
4/13
I(ATA
S,AMBUTAN
KETUA PERSI
Krr',1, 'nsial
csungguhnyamerupakan kegiatan dan
fungsi Komite
\4cdik l iur.nal 'r
akit
y. ing
sangat
mcnentukanmutu
pelayanan
medik di
r -rnrah;lkit
tcrsebut.Se
ama ini kegiatan er sebutsudah
selaludilakukan
olcl'rKorrrite Medik Run.rahSakit denganmembentuk Panitia Kredensial.
Sayangni,a
hasrl dan tugas Panitia
Kredensial ni sampai saat
ni
belum
:'cperti
lang
diharapkan. Panitia
Kredensial diberi rugas
melakukan
"scleksi"
terhadap tenaga medis
yang
akan bekerja
di satu rumah sakit.
l{asil clari
seieksi
tersebut berupa usulan
atau rekomendasi
kepada
pimpinrur
rumah sakit
apakah enagamedis tersebutditerima
atau tidak.
.ladi d;ilrim hal
ini fungsi Komite Medik tidak
lebih hanya sebagai
pcnyeleksi,
sebagaimana
ang
dilakukan oleh
personil pengelola
sumber
tiaya manusia
(
HRD) Sesungguhnya
ugas Komite
Medik
jauh
lebih
rr-rulia
agi karcna
akan menenrukan
pemberian asuhan medis
yang
berorientasi epadakeselamatan asien.
Oleh
karena itu sesungguhnya ekomendas i Komite
Medik sebagai
lrasil kerja Panitia
Kredensial adalah berupa usulan
atau rekomendasi
tentang
;remberian
Kcu'e nangan
KTrnis clinical
prittileges
bagipara
dokter
vang akan berruga s di suatu
rumah sa kit. Dengan adanya
kewenangan
khnis inj
(disertar
delineasinya)
diyakini
pasien
akan mendapatkan
asuh-
an meclis dari seo rang
profesional
yang
tepat. Sayangnya
di Indonesia
sangat
arang
bahkan
mungkin
belum
ada rumah sa kit
yang
melakukan
"credentialing"
dengan benar
,sesuai
ang
seharusnya
dilakukan.
Menanggapi masalah ini,
PERSI
berprakarsa
membenruk
Tim
Pc
nyusun PedomanKrcdcnsial
yangdipimpin
oleh
Prof. DR.
Dr. Herk
r r
t o,
SpF(K). SH,
LLM
,
dengan ugas
men)'usun
pedoman krcclt 'rtsi;rl
l , rrr
liewen:rn
an
k1i
.ris.
BukLr
PEDOMAI"\
KREDENTIAL
DAN KEWITNAN(;n
N
Kl. l '
NIS
(CLINICAL
PRIVILEGE)
DI RUMAH
Sn
Kl ' l
'
r r rr
l r l r , r r , r l )kan
dapatcl i jadikan cuan lasar alam
kegiatan
tt 't l t 't t : , t ,rl
, l r ' l r
r rr t r , r l t
i tk i t
t l i IndOncSia.
r-rdahtentumaSih
ipcr l t rkrr l t
) ( ' ( l r ,nr.ur
,,
. r l .
. r rr . r . r rr
t 'knis
yang
ebih deti l
agi.
Oleh karena
tu
buku
pcdolrrrrr
rri
rt 'r.si l :rr
irn;rrrrr.
yangakan
selaludi review,dan dipcrlukan
masuiirrn alr
bcrbarl,ri
rh:rl
guna
penyempurnaanya.
Akhirnya sayaucapkan selamat dan terimakasih
atas hasil k rrva clal
t im penyusun ni,
mudah mudahan
niat baik
kita
bersama
nri:ndapat
ridho dan bimbingan dari Tuhan Y.M.E
dalam
langka pengab
,:in
kita
kepada
r.egara
dan
bangsa.
Jakarta,
Otober
2009
KETUA
LIMUM PERSI
trm-
Dr.
Adib A Yahva.
MARS.
-
7/24/2019 Pedoman Kredensial Dan Kewenangan Klinis (Clinical Privilege) Di Rs
5/13
Kata Peng.rntar
Kata Sanrbutan
KetuaPITRSI
Penyusun
TIM PEI{TJSUN
Penasehat
Ketua Tim
Anggota
Tim
:
Dr.
Samsi
Jacobalis,
SpB
Dr.
Adib
A. Yahya
(Ketua
PERSD
Dr.
A.H.
Sanoesi
Tambunan,
SpPD
(Ketua
Makcrs)
DR.
Dr. Herkutanto,
SpF(K), SH, LLM
(Ketua
Kompartemen
Hukum dan Pembelaan
nggr,ra)
Dr.
Nico
A. Lumenta,MM(Kenra
KKP-R.t)
Dr.
Supriyantoro,
Sp.P,MARS
(
Ketua
Komp. Mutu
& Akreditas)
Dr.
Sri Rachmani,
M.Kes
(Ketuo
Komp
Pelkesni,rs)
Dr.
Johan
T.
Saleh,MSc
(Ketua
Komp. Komunikasi
Organistr i)
Tim
PenvLrsun
Defrnisi
Daltar Isr
Latar Be
akang
Tuluan
Konsep
clrrsarmekanisme
kredensialdokter
di rumah
sakit
I
J
4
,|
9
t2
F.runin
k.rmiten're.'lis
.'t"n
tatuta
taf medis
(nredicalraff ylaws) alammekanisrneredensial
M ckanisrrre
redensial lan
pemberian
kewcnang.urklinis bagi
fcnaga
medis di rumah sakit
B.:iakhirn a
kewenanlan
linis
Catatan. - \khi r
t4
-
7/24/2019 Pedoman Kredensial Dan Kewenangan Klinis (Clinical Privilege) Di Rs
6/13
f,efinisi
l. Brctt,"'.pengakuan
rentang
keahlian seorang
dokter oleh
kolegium
suatu
cabang lmu kcdokteran
tertentu.
2. Pror;cs
Kredensial
(Credentialing):
proses
evaluasi
oleh suatu rumah
sakir terhadap seseorang untuk menentukan apakah yang
bers.r;rgkutan
layak diberi kewelangan
ldinis
(kewenangan
klinis
(clinictl
privilege))
menjalankan
tindakan
medis tertentu
dalam
lingl:Lrngan
umah
sakit tersebut
untuk
suatu
periode
tertentu.
3. Proscs
Re-Kredensial
(Re-Credentialing):
roses
re-evaluasi
oleh
suatir rumah
saklt
turhadap
dokter yang
telah
bekerja dan memiliki
kewr:r angan
khnts
(lLewenangan
linis
(clinical
privilege))
dirumah
sakit
tersclrut
untuk rnencnfukan
apakah
yang
bersangkutan
masih layak
dibcli kewenangan
klinis
tersebut
untuk
suatu
periode
tertenru.
Kewenangan
Klinis
(clinical
privilege):
kewenangan
klinis untLrk
melakukan tindakan rnedis ertentu dalam lingkungan sebuah urnah
sakit tertenru
berdasarkan
penugasan ang
diberikan Kepala
I{umrrh
Sakrt
Surat
Penugasan
(Clinical
Appointment):
surat
yang
diterbitkan
olch
Kepala
Rumah
Sakit kepada seorang
dokter
atau dokter
gigi
untuk
melakukan
tindakan
medis
dirumah sakit ersebut
berdasarkan aftar
kewcnangan
klinis
yang
ditetapkan
baginya.
Dutl' of
Due Care: kewajiban
untuk
memperhatikan
dan
peduli
akan
keselarnatan ihak
lain
Mitra Bestari
(Peer-group):
ekelompok
orang dengan reputasi
tinggi
yang nremiliki kesamaanprofesi, spesialisasi enganseorangdokter
yang
sedang
menjalani
proses
kredensial,
dan
atau dianggap dapat
menilai
kompetensi
rnruk
melakukan tindakan
medis tertentu.
Tenaga
Medis:
doktcr dan
doker
gigi
termasuk
dokter spesialis
darr
doktcr
gigi
spesial is
1. LATARBELAKANG
undang-undang
tentang
Rumah
Sakit
yang
baru
ditetapkan
mcnuntut
rumah sakit
untuk
melindungi
keselamatan
pasien, antara
ain
dengan
melaksanakan
clinical
goyernaflce
agi
para
klinisinya.'
Setiap
dokter
di
rumah
sakit
harus
bekerja
dalam
koridor
kewcnangan
\
-
7/24/2019 Pedoman Kredensial Dan Kewenangan Klinis (Clinical Privilege) Di Rs
7/13
I
2.
a
lebih tclLindungi
dari tindakan medis
yang
dilakukan oleh
doktcr
v:rrrg
t idak kornpeten.
Pedoman
ini
disusun
oleh
Tim Penyusun Pedoman
Mekanrsrnc
Kredensral
Dokter di Ru mah Sakrt berdasarkan SK Pengurus
Pusal
PERSI
No.
41lSK/PP.PERSI/II/2008
dengan
mengacu
ada
kelaziman
praktik perumah sakitan yang baik di negara maju, antara ain JCAHO.''
Pedoman
ini
dimaksudkan
agar menjadi
panduan
bagi rumah sakit di
Indonesia unruk melakukan
kredensial
para
tenaga medis dengan baik,
benar, dan
dapat
dipertanggungjawabkan.
2.
TUruAN
1. TujuanUmum
Pedoman
ni
diterbitkan dengan
ujuan utama
unruk melindungr
keselamatan
pasien
melalui
mekanisrle
kredensiai
dokter
dirumah sakit.
2. Tujuan Khusus
l. memberikan
panduan
mekanisme
kredensial
dan
re-kredensial
bagipara dokter di rumah sakit
J.
memberikan
panduan
bagi
komite medis
untuk menyrrsLrn
enis2
kewenangan
klinis
kewenangan
klinis
(clittical
privilege)
agi
setialr
dokter
yang
melakukan tindakan
medis di rumah sal
t
sesuai
dengancabang
lmu kedokteranyang
ditetapkan
oleh I..olegiunr
Kedokteran
Indonesia
memberikan
panduan
bagi kepala
umah
sakit
untuk
mene bitkarr
kewenangan
ldinis
(clinical
pivilege)
bagt setiap
doktcr unfuk
melakukan tindakan medis
di rumah sakit
meningkatkan
profesionalitas
dan akuntabilitas
tenaga
medis
di
rumah sakit
meningkatkan
reputasi dan kredibilitas
para
dokter dan
institusi
rumah
sakrt
dihadapan
pasien, penyandang dana, d.rrr
stakt.
holder rumah sakit
lainnya.
5.
PEDOMANKREDENTIALAN KEWINANGAN
KLINIS
{CLINICAL
RIVILEGE)IRUMAH
AKIT
PEDOMAN
KREDENTIAL
AN KEWENANGAN tIN]5
{CLINICAL
R
V IEGE)DI
RUMAI-1
AKIT
?l
-l
-
7/24/2019 Pedoman Kredensial Dan Kewenangan Klinis (Clinical Privilege) Di Rs
8/13
3. KONSEP DASAR
KREDENSIAL
DOKTER
DI RU}({H SAIilT
Salah
satu
upaya
rumah sakit
dalam menjalankan
fugas
dan
tanggungj.rwabn)'a
ntuk menjaga
keselamatan
asiennyaadalah dengan
menlaga standar profesi dan kompetensi para dokter
yang
melakukan
tindakan
rnedis
terhadap
pasien di rumah sakit.
Upaya
ini
dilakukan
dengan
ciLra mengatur
iigar setiap
tindakan
medis
yang
dilakukan
ter-
hadap
pasien
hanya
dilakukan oleh
tenaga
medis
yang
benar-benar
om-
pcten.
Pe i;yaratan
ornpetensi
ni meliputi
duakomponen,
l)
komponen
kompetcnsikeprof-csian
rreclisyangterdiri
aripengetahuan,
eterampilan,
drLn
perii.rku prof'essional;
dan,
(2)
komponen
kesehatan
yang
meliputi
kcsehatai r
rsikdan mctrt l t l .
WalaLr un
seoranll
riokter telah
mendapatkan
blevetspesialisasi
ari
kolegiunr
rlmu
kedokter.ur
yang
bersangkutan,
amun rumah
sakit
wajib
trelakuk.rirverif lkasikcrnlral ikompetensiseseorang ntuk melakukan
tirrdzikarr
:redis
aiam ingkup spesialisasi
ersebut,
hal
ini
dikenal
dengan
istilirh cr',r,'crztiulitry.
roscs
credentialirtg
ni dilakukan
dengan
dua
alasan
u1ama. ,\l:rsan
pcrtanta.
banyak
faktor
yang
mempengaruhi
kompetensi
serelah sfseoranll
mcnclapatkan
brevctspesialisasi
dari kolegium.
Per-
kembansi.rn
lmu
drbidang
kedokteran
untuk
suafu
tindakan
medis
ter-
te fu sanlrat
pesilt,
sehillgga
kompetensi
yang
diperoleh
saat
menerima
brr:yer rs;r
ked;rluarsa,
bahkan
dapat dianggap
sebagai
indakan
yang
ti.lak amair bagi
pasie
.
Selain
ru,
lingkup suatu cabang
lmu kedokteran
te
tentu s('nantiasabcrkcmbang
dari
rvaktu-kewak tu sehingga
suatu
tin-
drLkiin1'rirg sernula idak diajarkan pada penerima brevetpada periode
tertentu.
lapat sajabelakangan
iajarkan
padaperiodeselanjutnya,
ah -
krLn
dianl'gap merupakan
merupakan
suaflr
kemampuan
yang
standar.
Hal
ini rrrengakibatkan
Lrahwa
sekelompok
dokter
yang
menyandang
hroer
tertcntu
clapat
saja memiliki
lingkup
kompetensi
yang
berbeda-
bcda.
Alasan
kcdua,
kctidaan kesehatan
seseorang
dapat
saja
menurun
PLDOMAN KP.EDENTIAL
AN KTWNANCAN
KtINIS
ICLINICAT
RV
tECE)
DI RUI''4AH AKIT
l
akibat
penyakit
tertentu
atau
bertambahnya
usia sehingga
mengurangl
keamanan
tindakan
medis
yang
dilakukannya.
Kompetensi
fisik
dan
mental
dinilai
melalui
uji kelaikan
kesehatan
baik
fisik
maupun
mental.
Tindakan
verifikasi
kompetensi
profesi
medis ters ebut oleh
rumah
sakit
disebut
sebagai
mekanisme
crcdentialing,
an hal ini
dilakukan
demi
ke-
selamatan
pasien.
Tindakan
verifikasi kompetensi
ni
juga
dilakukan
pa-
da
profesi
ain unruk
keamanan
kliennya.
Misalnya
kompetensi
profesi
penerbang
pitot) yang
senantiasa
diperiksa secara
eratur dalam
periode
tertennr
oleh
perusahaan
penerbangan.
Setelah
seorang
dokter dinyatakan
kompeten
melalui suatu
proses
kredensial,
rumah sakit
menerbitkan
suatu
ijin
bagi
yang
bersangkutan
unruk
melakukan
serangkaian
indakan-tindakan
medis
tertentu
dirumah
sakit
tersebut,
hal
ini dikenal
sebagai
kewenangan
khn\s
(clinicalprivilege).
Tanpa
adanya
kewenangan
Hinis
(clinicalprivilege)
ersebut
seorang
dokter
tidak diperkenankan
unruk
melakukan
tindakan
medis dirumah
sakit
ter-
sebut. Luasnya lingkup kewenangan klinis
(clinical privilege)
seseorang
dokter
spesialis
dapat saja
berbeda
dengan
koleganya
dalam
spesialisasi
vang
sama,
erganfung
pada ketetapankomite
medis tenfang
kompetensi
untuk
melakukan
tiap rundakan
medis
oleh
yang
bersangkutan
berdasar-
kan hasil
proses
kredensial.
Dalam
hal tindakan
medis
seorang
dokter
nrembahayakan
pasien maka
kewenangan
klinis
(clinical
ptivilege)
seorang
dokter
dapat
saja
dicabut sehingga
idak diperkenankan
untuk melakukan
tindakan
medis
ertentu
dilingkungan
dirumah
sakit
ersebut.Pencabutan
kewenangan
Hinis
(ctinical
privilege) ersebut
dilakukan
melalui
prosedur
tcrtentu
yang
melibatkan
komite
medis.
Kewajiban rumah sakit unruk menetapkan kewenangan Hinis (clinical
privilege)
ersebut
elah
diatur
dengan
tegasdalam Undang-undang
tentang
Rumah
sakit. Dalam Undan g-undang
Rumah
Sakit
pasal 29 ayat
1)
butir
r.
telah
ditetapkan
bahwa setiap
rumah
sakit
wajib
men)'usun
dan
me-
laksanakan
hospital bylaws,
yang
daiam
penjelasan undang-undang
ter-
sebut
ditetapkan
bahwa setiap
rumah sakit
wajib
melaksanakan
ata ke-
t
PLDO]\4ANKREDEN]IAL AII
KEWENANGAN
LINI5
(auN
cAL
PR
VttECE)
D RUl"4AH AKITq
I
' l
-
7/24/2019 Pedoman Kredensial Dan Kewenangan Klinis (Clinical Privilege) Di Rs
9/13
I
lola klinis
yang
baik
(good
clinical
governance).
al ini harus
dirumuskan
oleh setiap rumah sakit
dalam
peraturan
staf
medis Rumah
Sakit
(medical
staff bylaw) antara lain
diatur kewenangan kJinis
(clinical
prtuilege).
Kelemahan rumah sakit dalam menjalankan fungsi kredensial
akan
menimbulkan
tanggungjawab
hukum
bagi
rumah sakit dalam hal terjadi
kecelakaan tindakan
medis.
Setiap rumah sakit
wajib
melindungi
pasiennya
dari
segala
indakan
medis
yang
dilakukan
oleh setiap
dokter
di rumah
sakit
tersebut, hal ini dikenal sebagai the duty oJ'
due
care.
Tanggungjawab rumah sakit tersebut
berlaku
tidak hanya terhadap tin-
dakan
yang
dilakukan oleh dokter
pegawai rumah
sakit
saja,
tetapi
juga
setiap
dokter
yang
bukan
berstatus
pegawai
(dokter
tamu). Rumah sakit
wajib
mengetahui
dan
menjaga keamanan setiap tindakan medis
yang
dilakukan
dalam lingkungannya
demi
keselamatan semua
pasien
yang
dilayaninya
sebagaibagian
dari
the duty of
due care.
4. PERANAN
KOMITE
MEDIS
DAN
STATUTA
STAF MEDIS
(MEDICAL
STA,FF
BMATO
DALAM
MEKANISME
KREDENSIAL
Komite medis
merniliki
peran
sentraldalam
mekanismekredensial
pa-
ra dokter karena ugas utamanya menjaga profesionalisme enaga medis
dan
melindungi
pasien
rumah
sakit unruk
hal2yangberkaitan
dengan
tin-
clakan
medis. Disebuah
rumah sakit,
komite
rnedis
dianalogkan dengan
konsil
kedokteran
atau "medical
board" suatv
negara untuk
melindungi
masyarakat
dari tenagamedis
yang
idak
kompeten.
Tiga tugasutama
ko-
mite
medis adalah
(l)
menapis
tenaga medis
yang
akan
diperbolehkan
nrclakukan
indakan medis
dirumah sakit
tersebut;
2)
memelihara
kom-
petensi
dan
memantau kualitas
kinerja
profesi tenaga medis, dan
;
(3)
merekomendasikan
untuk
melarang tenaga medis
yang
dianggap
tidak
aman
bagi
pasien
untuk
tidak
melakukan indakan
medis ertentu dirumah
sakit ersebut.OIeh karenanya,struktur komite medispaiing sedikit men-
cakup
tiga komponen
fungsi
diatas,
yaitu
subkomite
krendensial,
sub-
komite
mutu
profesi
medis,
dan subkomite disiplin
profesi.
Mekanisme kredensial
dan
re-kredensial
dirumah sakit
adalah
tanggungiawab
omite
medis
yang
dilaksanakan
oleh subkomite
kreden-
sial.
Pada
akhir
proses
redensial,
omite medis
menerbitkan
ekomendasi
kepada
kepala rumah sakit
tentang
lingkup kewenangan
klinis seorang
ten;lga
medis secara
rinct
(delineation
of clinical
privilege).
Untuk
itu sub-
komite
kredensial
melakukan
serangkaian
kegiatan
berupa
pemanggilan
calon,
menyusun im mitra
bestari,
dan melakukan
penilaian
kompetensi
seorang enaga medis yang meminta kewenangan klinis tertenfu. Selain
iru
subkomite
kredensial
uga
menyiapkan
berbagai
nstrumen
kredensial
c1;rn
ernberian
kewenangan
klinis unftrk
disahkan
kepala rumah sakit.
Instrumen
tersebut
paling
sedikit
meliputi
(1) perangkatkebrjakan umah
sakit
tentang kredensial
dan
kewenangan klinis;
(2)borang-borang
(for-
mulir)
yang
diperlukan,
dan;
(3)
pedoman
penilaian kompetensi
klinis
I
l
PEDOMAN
KREDENTIAL
AN
KEWENANGAN L]NIS
(CLINICAI
PRIVILEGE)
I
RUMAH
sAKIT
PED'J}",1AN RIDEN'iIAL )AI.. I EV,iENANGAI.I
'L] i 'I i5
(TL N
'AL
PRIVILEGE) I RUIIAH sAKIT
lu
, l
-
7/24/2019 Pedoman Kredensial Dan Kewenangan Klinis (Clinical Privilege) Di Rs
10/13
lr
i
yang
diperlukan
untuk
memberikan
ewenangan
linis tertenru
oleh
mi-
tra bestari.
Tugas,
ungsi,
dan
wewenang
omite
medisdalam
melaksana-
kan kredensial
iatur dalam
stafuta
staf medis
medical
talf
bylaws).
Statuta
taf
medis
adalah andasan
tamaunfuk
melakukan
redensiai
dan
re-kredensial
ara
dokter
di sebuah
umah sakit.
Disebuah
umah
sakit,
statutastaf
medis
dianalogkan
dengan
undang-undang
raktik ke-
dokteran
(medical ractice
act)
suatu
negarc
yang
mengafur
keberadaan
konsil
kedokteran
dan
perangkatnya.
Statuta
staf medis
ni
ditetapkan
oleh
kepala
rumah
sakit
(untuk
rumah
sakit
pemerintah)
atau
badan
pengampu
@overning
oard)
rumah sakit
(untuk
rumah
sakit
non-pe-
merintah).s Secara
mum,
statutastaf
medis
mengatur
keberadaan
an
mekanisme
erjakomite
medis.
Pelaksanaan
redensial
erupakan alah
satu
hal
pentingyang
diatur
dzlam statuta
staf
medis.
Dalam stafuta
taf
medis ni
diarurmekanisme
emberian ewenangan
klinis
termasuk
syarat
yang
harus
dipenuhi oleh
seorang
enaga
medis
uffuk memperoleh
ewenangan
linis
tersebut.
Selain
tu, diatur
pula ata
cara
penentuan
mitra
bestari
untuk melakukan
proses
redensial
an
ata
carapengarnbilan utusandalammenentukan ewenanganlinis seorang
tetagamedis.
Statuta
taf
medis
digunakan ebagai
edoman,
orma,
dan
acuan unfuk
menyelesaikan
erbagai masalah
yang
timbul
sebelum,
selama,
an sesudah
roses
redensial
an
re-kredensial
ilakukan.
PEDOMANKREDENTIAL
AN
KEWENANGAN
L NI5
(CLINICAL
RIVILEGE)I
RUMAH AKIT
5.
MEKANISME
KREDENSIAL DAN PEMBERIAN
KEWENANGAN KLINIS BAGI TENAGA MEDIS
DI RUMAH SAKTT
Prosesutama kredensial dirujukan
unfuk
mengendalikan
kewenangan
melakukan tindakan medis yang terinci (delination clinicalprivilege)bagi
setiap dokter
yang
berfumpu
pada
tiga tahap.
Pertama,
praktisi
medis
melakukan
permohonan
untuk
memperoleh
kewenangan
klinis dengan
rretode
self assessmenr.edua,
mitra bestari mengkaji dan memberikan
rekomendasi tindakan
medis
yang
diajukan
oleh
pemohon.
Ketiga,
kepala
rumah
sakit menerbitkan surat
penugasan
(clinical
appointment)
lrcrdasarkan ekomendasi
dari mitra
bestari
yang
berlaku
unfuk
periode
tcrtcntu.
Secara
periodik,
dokter akan melalui
proses
rekredensial
saat
rnasa berlaku
surat
penugasannya
berakhir, di mana tiga
proses
inti
tcrsebut
kan berulang.
Tahap
ertama:permohonan
untuk memperoleh ewenangan
linis
Setiap enaga medis mengajukan
permohonan
kepada
kepala
rumah
sakit untuk melakukan tindakan medis.
Tenaga medis tersebut
mengisi
hcberapa formulir
yang
disediakan rumah sakit, antara lain daftar
tindakan
medis
yang
ingin dilakukannya
sesuai dengan
bidang
keahliannya.Tenaga
medis ersebutmemilih tindakan medis
yang
tertera
clalam
ormulir
daftar tindakan medis tersebut dengan
cara mencontreng,
dan menyerahkan
copy semua dokumen
yang
di
persyaratkan
kepada
rumah
sakit. Syarat-syarat ersebut
meliputi
juga
kesehatan fisik dan
rrcntal unruk melakukan tindakan medis tertenru. Setelah formulir
lengkap, rumah
sakit menyerahkannya
kepada
komite
medis untuk
ditindak
lanjuti.
Tahap
kedua:kajian mitra
bestari
Komite medis menugaskan
subkomite kredensial unfuk memproses
PTDOMAN
KREDEl'ITIAL AN KEWTNANGAN
KLINIS
iCt]NiCAL PR]VIIEGE) I
RUNIAHSAK
T
I '
el
l r
-
7/24/2019 Pedoman Kredensial Dan Kewenangan Klinis (Clinical Privilege) Di Rs
11/13
permohonan
tersebut.
Subkomite
kredensial
menyiapkan
mitra
bestari
yang
berjumlah
sekitar
4 hingga
6
orang
sesuai
dengan
bidang
keahlian
yang
akan
dinilai.
Mitra
bestari
tersebut
tidak
harus
anggota
subkomite
kredensial,
bahkan
dapat
berasal
dari
ruar
rumah
sakit
bila
diperlukan.
Para
mitra
bestari yang
bertugas
tersebut
dapat
terdti
dart
beberapa
bi-
dang
spesialisasi
esuai
dengan
kewenangan
krinis yang
diminta.
Misal-
nya,
bila
seorang
dokter
mengajukan
permohonan
untuk
melakukan
tr-
roidekomi,
maka
mitra
bestariyang
dipilih
dapat
erdiri
dari
para
spesialis
bedah umum, bedah rumor, dan spesialisTHT-KL. Dengan
demikian
kelompok
mitra
bestari ersebut
dapat
berbeda
untuk
setiap
enaga
medis
yang
mengajukan
permohonan
kewenangan
klinis.
Mitra
bestari
mengkaji
setiap
indakan
medis
yang
diajuka'oleh
pe-
mohon.
Pengkajian
setiap
indakan
medis yang
diajukan
oleh pemohon
tersebut
dilakukan
secara
obyektif
didasarkan
pada
suatu
buku
putih
(white
paper).
Sebuah
buku
putih
unruk
tindakan
medis
tertenfu
yang
me-
muat
syarat-syarat
kapan
seorang
dokter
dtanggap
kompeten
melakukan
tindakan
medis
tersebut.
Misalnya,
dalam
buku
putih
untuk
melakukan
tiroidektomi,
seorang
dokter
harus
menjarani
pendidikan
bedah
dasar,
pelatlhan2
tertentu,
dan telah
menangani
sejumlah
kasus
tertenfu
dalam
kurun
waktu tertenfu.
Berdasarkan
buku putih (white
paper)tersebut
mitra
bestari
dapat merekomendasi
atau menolak
permohonan
tindakan
medis
yang
diajukan.
Selain
menilai
kompetensi,
mitra
bestarijuga
menilai
kemampuan
pe-
mohon
berdasarkan
kesehatan
hsik
dan
mental
untuk
setiap
tindakan
medis yang
diajukan.
Rumah
sakit
mempersiapka.
sarana
dan prasarana
dan panel
dokter
untuk
melakukan
uji kesehatan
fisik
dan
mental
tersebut.
Pada
akhir proses
kredensial,
mitra
bestari
merekomendasikan
se-
kelompok
tindakan
medis tertenfu
yang
boreh
dilakukan
oleh pemohon
di rumah
sakit
tersebut.
selanjutnya
komite
medis
mengkaji
kembali
rekomendasi
erscbut
dan
mengadakan
beberapa
modifikasi
bila
diperlu-
kan
dan
selanjutnya
diserahkankepada
kepala rumah
sakit.
Tahap
ketiga:
enerbitan
urat
penugasan
Kepala rumah sakit menerbitkan surat
penugasan
epada enaga me-
dis
pemohon
berdasarkan rekomendasi tersebut. Kepala
rumah
sakit
dapat
sajameminta komite
medis
untuk
mengkaji ulang rekomendasi er-
scbut bersama
pihak
menajemen rumah sakit bila dianggap
perlu.
Surat
pcnugasan
tersebut
memuat daftar
sejumlah kewenangan
klinis
untuk
rrelakukan
tindakan medis
yang
bagi
tenaga medis
pemohon.
Setiap
tcnaga medis dalam
saru
bidang spe siaiisasi ertentu dapat saja memilila
tlaftar kewenangan linis
yang
berbeda
dengan sejawatnya
engan
bidang
spcsialisasiyang
sama.
Suafu
tindakan medis tertenfu
dirumah
sakit
hirnya
boleh
dilakukan
oleh
dokter
yang
elah
memiliki surat
kewenangan
kl nis berdasarkan
urat
penugasan.
Daftar
kewenangan klinis seorang
tenaga medis
dapat
dimodif,rkasi
sctirrpsaat. Seorang enaga medis dapat saja mengajukan tambahan ke-
wcnangan klinis
yang
idak dimiliki sebelumnya
dengan
mengajukan
per-
rrohonan
kepada kepala rumah s akit. Selanjutnya komite
medis akan
rnclakukan proses
kredensial khusus
untuk
tindakan tersebut,
dan akan
rremberikan rekomend asinya kepada kepala rumah sakit. Namun
sebaliknya, ewenanganklinis tertentu
dapat
saja
dicabut,
baik
untuk se-
mentara
atau seterusnya
karena alasan tertentu seperti akan
diuraikan
pada
bab
berakhirnya
kewenanganklinis.
PEDOMAN
KREDENTIAL AN KEWENANGAN
tIN
S
(LLtN
aAr PRTVtLEG[) RUt"4AH
AKrr
l 'o
PEDOMAN
KREDENTIAL
AN KEWENANGAN
LII. I I
(CiINICAL
PRIVILEGE)
I R|JMAH
SAKI I
,,1
-
7/24/2019 Pedoman Kredensial Dan Kewenangan Klinis (Clinical Privilege) Di Rs
12/13
I
6. BERAKHIRI{YA
KEWENANGAN KLINIS
Kewenangan klinis
akan
berakhir bila surat
penuga
san
clinical
appoinr
ment)habis
masa
berlakunya atau
dicabut oleh kepala rumah
sakit. Surat
penugasan
unfuk
setiap
tenaga medis memiliki masa
berlaku
untuk
periode
tertentu, misalnya dua
tahun.
Pada akhir masa berlakunya surat
penugasan
ersebut umah sakit harus melakukan rekredensial erhadap
tenaga medis
yang
bersangkutan.
Proses
ekredensial
ni lebih
sederhana
dibandingkan dengan
proses
kredensial awal
sebagaimana
diuraikan
diatas karena rumah sakit telah memiliki informasi setia p dokter
yang
melakukan tindakan
medis
dirumah sakit ersebut.Penerbitanulang
surat
penugasan
rea
po
nt
m
enr)
Surat
penugasandapat
berakhir setia p saatbila tenagamedis tersebut
dinyatakan tidak
kompeten untuk melakukan tindakan medis tertenfu.
Walaupun seorang
tenaga
medis
pada
awalnya telah memperoleh ke-
wenangan klinis
untuk
melakukan tindakan
medis
terentu,
namun ke-
wenangan
ru
dapat
dicabut
oleh
rumah
sakit berdasarkan
pertimbangan
komite
medis.
Pertimbangan
pencabutan
kewenanganklinis
tertentu ter-
sebutdidasarkan pada kinerja profesi dilapangan, misalnya tenagamedis
yang
bersangkutan erganggu kesehatannya,ba lk fisik maupun mental.
Selain itu,
pencabutan
kewenangan
klinis
juga
dapat dilakukan bila
terjadi kec elakaan medis
yang
diduga karena inkompetensi
atau
karena
tindakan disiplin dari komite medis.
Namun demikian, kewenanganklinis
yang
dicabut
tersebutdapat
di-
berikan
kembali bila
tenaga
medis
tersebut dianggap
telah
pulih
kom-
petensinya.
Dalam
hal kewenanganklinis
tertentu
seorang
enaga medis
diakhiri,
komite medi s akan meminta
subkomite
peningkatan
mufu
pro-
fesi
untuk
melakukan
berbagai upaya
pembinaan
agar kompetensi
yang
bersangkutanpulih kembali. Komite medi s dapat merekomendasikan e-
pada
kepala rumah
sakit
pemberian
kembali kewenangan
klinis
tertentu
setelahmelalui
prosespembinaan.
Pada
dasarnyakredensial etap
dirujukan
unfuk menjaga keselamatan
pasien,
sambil
etap
membina
kompetensi
seluruh
ter..aga
edis
dirumah
sakit
ersebut.Dengan
demikian
elaslah
bahwa
komite
medis
dan stafuta
staf
medis memegang
peranan
penting dalam
proses
redensial
dan
pem-
bcrian
kewenangan
klinis
unruk setiap
enaga medis.
PEDOMAN
KRTDTNTIAL ,A.N EWENANGAN
KL
NI5
(cuNlcAt PRTVTLEGE)
r
RUMAH
sAK
r
PEDOMAI']
KREDENT
t
DAI']KEWENANGAI'i
LIN5
i.LIN CAt
PR1VILEG )\i
RUMAF]SAKIT
l "
' r l
-
7/24/2019 Pedoman Kredensial Dan Kewenangan Klinis (Clinical Privilege) Di Rs
13/13
Catatan
Akhir:
(Endnotes)
1. Lihat Penjelasan
pasal
29 ayat
1)
butir r.
Undang-undang
Republik Indonesia tentang
Rumah Sakit tahun 2009.
2. Data Klaim
yang
diselesaikanAsuransi Proteksi
Profesi
Bumi Pute ra Muda 2007 dan Januari
2008. Jakarta.
tidak
dipublikasikan
3.
Inkompetensi ini
dapat
disebabkan
oleh hendaya
(intpairment)
isik
& mental,
maupun kurangnya
training.
4.
Joint Commission clarification regarding
core
privileges,
Apri l ,2008
5. Kepurusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 63
/
MENKES/
SK/
IV /2005 Tentang Pedoman
Peraturan nternal
Rumah
Staf Medis
(Medical
Staff Bylaws)
di
Rumah Sakit.
PEDOI.,IAN REDENT t
DAN
KE\r'JENAIICAN II . . ] ]
iCLIN]I
AL PRI\, ']LTGf)
] RU[IAH SAKiT
lto