pbl1tony

Upload: tony-chris

Post on 04-Apr-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 pbl1tony

    1/23

    1

    Pembunuhan atau Penganiayaan Hingga Mati

    Anthony Christanto 102009180

    Universitas Kristen Krida Wacana

    [email protected]

    Skenario:Seorang laki-laki ditemukan di sebuah sungai kering yang penuh batu-batuan dalam

    keadaan mati tertelungkup. Ia mengenakan kaos dalam (oblong) dan celana panjang yang di

    bagian bawahnya digulung hingga setengah tungkai bawahnya. Lehernya terikat lengan baju

    (yang kemudian diketahui sebagai baju miliknya sendiri) dan ujung lengan baju lainnya terikatke sebuah dahan pohon perdu setinggi 60 cm. posisi tubuh relatif mendatar, namun leher

    memang terjerat oleh baju tersebut. Tubuh mayat tersebut telah membusuk, namun masih

    dijumpai adanya satu luka terbuka di daerah ketiak kiri yang memperlihatkan pembuluh darah

    ketiak yang putus dan beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri yang

    memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan akibat kekerasan tajam. Perlu diketahui bahwa rumah

    terdekat dari TKP adalah kira-kira 2 km. TKP adalah suatu daerah perbukitan yang berhutan

    cukup lebat.

    Pendahuluan

    Penemuan mayat mencurigakan merupakan sebuah peristiwa dalam ilmu Forensik yang

    membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut. Beberapa kriteria telah ditetapkan dalam mencurigai

    adanya peristiwa yang berkaitan dengan penemuan mayat yang mencurigakan, diantaranya

    adalah pembunuhan. Dalam masyarakat kejadian pembunuhan bukan merupakan hal yang jarang

    ditemui lagi. Oleh karenanya, penting bagi seorang dokter, baik dokter umum maupun dokter

    spesialis, dapat memperkirakan cara dan sebab mati dengan memiliki pengetahuan tentang

    berbagai aspek ilmu forensik.

    Dalam skenario ini, penemuan mayat dengan bekas luka yang mencolok menguatkan

    kemungkinan kekerasan, pembunuhan secara mekanis atau penganiayaan hingga mati.

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]
  • 7/30/2019 pbl1tony

    2/23

    2

    Aspek hukum dan medikolegal

    1. Pasal 89 KUHPMembuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan kekerasan

    2. Pasal 338Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan

    dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.2

    3. Pasal 339Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang

    dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau

    untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap

    tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan

    hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling

    lama dua puluh tahun.2

    4. Pasal 340Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang

    lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana rnati atau pidana penjara

    seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.2

    5. Pasal 351a. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau

    pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah,

    b. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidanapenjara paling lama lima tahun.

    c. Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.d. Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.e. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

    6. Pasal 353a. Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama

    empat tahun.

  • 7/30/2019 pbl1tony

    3/23

    3

    b. Jika perbuatan itu mengakibatka luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana penjarapaling lama tujuh tahun.

    c. Jika perbuatan itu mengkibatkan kematian yang bersalah diancam dengan pidana penjarapaling lama sembilan tahun

    7. Pasal 354a. Barang siapa sengaja melukai berat orang lain, diancam karena melakukan penganiayaan

    berat dengan pidana penjara paling lama delapan tahun.

    b. Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan pidanapenjara paling lama sepuluh tahun.

    8. Pasal 355a. Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu, diancam dengan

    pidana penjara paling lama dua belas tahun.

    b. Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan pidana penjarapaling lams lima belas tahun.

    9. Pasal 35610. Pidana yang ditentukan dalam pasal 351, 353, 354 dan 355 dapat ditambah dengan

    sepertiga:

    a. Bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap ibunya, bapaknya yang sah, istrinya atauanaknya;

    b. Jika kejahatan itu dilakukan terhadap seorang pejsbat ketika atau karena menjalankantugasnya yang sah;

    c. jika kejahatan itu dilakukan dengan memberikan bahan yang herbahaya bagi nyawa ataukesehatan untuk dimakan atau diminum.2

    Prosedur medikolegal

    Pasal 133 KUHAP2

    1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia

    berwenang mengajukan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter

    dan atau ahli lainnya.

  • 7/30/2019 pbl1tony

    4/23

    4

    2) Permintaan keterangan ahli sebagaimanan dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secaratertulis, yang dalam surat itu disebut dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau

    pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

    3) Mayat yang dikirim kepada ahli lekdokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakitharus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan bterhadap mayat tersebut

    dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilakukan dengan diberi cap jabatan yang

    dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.

    Pasal 134 KUHAP

    1. Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidakmungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada

    keluarga korban.

    2. Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan sejelas-jelasnyatentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.

    3. Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihakyang diberi tahu tidak diketemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan

    sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.2

    Pasal 179 KUHAP

    1. Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakirnan ataudokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.

    2. Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yangmemberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah

    atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang sebenarnya

    menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.2

    Pasal 120 KUHAP

    1. Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau orangyang memiliki keahlian khusus.

    2. AhIi tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji di muka penyidik bahwaia akan memberi keterangan menurut pengetahuannya yang sebaik-baiknya kecuali

    bila disebabkan karena harkat serta martabat, pekerjaan atau jabatannya yang

    mewajibkan ia menyimpan rahasia dapat menolak untuk memberikan keterangan

    yang diminta.2

  • 7/30/2019 pbl1tony

    5/23

    5

    Pasal 168 KUHAP

    Kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini, maka tidak dapat didengar

    keterangannya dan dapat mengundurkan diri sebagai saksi:

    o keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah sarnpaiderajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa.

    o saudara dan terdakwa atau yang brsama-sama sebagal terdakwa, saudara ibu atausaudara bapak, juga mereka yang mempunyai hubungan karena perkawinan dari

    anak-anak saudara terdakwa sampal derajat ketiga

    o suami atau isteri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama-samasebagai terdakwa.

    2

    Pasal 170 KUHAP

    1. Mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau jabatannya diwajibkanmenyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan dari kewajiban untuk memberi

    keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan kepada mereka.

    2. Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan tersebut.2

    Bentuk bantuan dokter bagi peradilan dan manfaatnya:

    Pasal 179

    1. Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakirnan ataudokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.

    2. Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yangmemberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah

    atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang sebenarnya

    menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.2

    Pasal 180

    1. Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidangpengadilan, hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta

    agar diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.

  • 7/30/2019 pbl1tony

    6/23

    6

    2. Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukumterhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hakim

    memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.

    3. Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulangsebagaimana tersebut pada ayat (2).

    4. Penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan olehinstansi semula dengan komposisi personil yang berbeda dan instansi lain yang

    mempunyai wewenang untuk itu.2

    Pasal 187

    Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan

    atau dikuatkan dengan sumpah, adalah:2

    1. berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yangberwenang atau yang dibuat di hadapannya, yang memuat keterangan tentang

    kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri, disertai

    dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu;

    2. surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat yangdibuat oleh pejabat mengenal hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi

    tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu

    keadaan;

    3. surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannyamengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dan padanya;

    4. surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alatpembuktian yang lain.

    Pemeriksaan

    Pemeriksaan Medis (Tanatologi)

    Tanatologi berasal dari kata thanatos (yang berhubungan dengan kematian) dan logos ilmu.

    Tanatologi adalah bagian dari ilmu kedokteran Forensik yang mempelajari kematian dan

    perubahan yang terjadi setelah kematian serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.

  • 7/30/2019 pbl1tony

    7/23

    7

    Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu mati somatis (mati klinis), mati

    suri, mati seluler, mati serebral dan mati otak (mati batang otak)2.

    Mati somatis (mati klinis)

    Terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan, yaitu susunan saraf pusat,

    sistem kardiovaskular dan sistem pernapasan, yang menetap (irre-versible). Secara klinis tidak

    ditemukan refleksrefleks, EEG menda-tar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar,

    tidak ada gerak pernapasan dan suara nafas tidak terdengar pada auskultasi.

    Mati suri (suspended animation apparent death)

    Adalah terhentinya ketiga sistim kehidupan di atas yang ditentukan dengan alat kedokteran

    sederhana. Dengan peralatan kedokteran canggih masih dapat dibuktikan bahwa ketiga sistem

    tersebut masih berfungsi. Mati suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat

    aliran listrik dan tenggelam.

    Mati seluler (mati molekuler)

    Adalah kematian organ atau ja-ringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian somatis.

    Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda, sehingga terjadinya

    kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan. Pengetahuan ini penting dalam

    transplantasi organ.

    Mati serebral adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali batang otak dan

    serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu sistem pernapasan dan kardiovaskular masih

    berfungsi dengan bantuan alat2.

    Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa tanda

    kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat timbul dini

    pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya kerja jantung dan peredaran darah

    berhenti, pernapasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea mata hilang, kulit pucat dan

    relaksasi otot. Setelah beberapa waktu timbul perubahan pascamati yang jelas yang

    memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti.

  • 7/30/2019 pbl1tony

    8/23

    8

    Tanda Pasti Kematian

    Dahulu kematian ditandai dengan tidak berfungsinya lagi jantung. Konsep baru sekarang ini

    mengenai kematian mencakup berhentinya fungsi pernafasan, jantung dan otak. Dimana saat

    kematian ditentukan berdasarkan saat otak berhenti berfungsi. Pada saat itulah jika diperiksa

    dengan elektro-ensefalo-grafi (EEG) diperoleh garis yang datar. Berdasarkan waktunya tanda

    kematian dibagi menjadi 3, yaitu3:

    Tanda yang segera dikenali setelah kematian.

    Berhentinya sirkulasi darah.

    Berhentinya pernafasan.

    Tanda-tanda kematian setelah beberapa saat kemudian:

    Perubahan temperatur tubuh (algor mortis)

    Lebam mayat (livor mortis)

    Kaku mayat (rigor mortis)

    Penurunan Temperatur Tubuh (algor Mortis)

    Suhu tubuh pada orang yang sudah meninggal perlahan-lahan akan sama dengan suhu

    lingkungannya karena mayat tersebut akan melepaskan panas dan suhunya menurun. Kecepatan

    penurunan suhu pada mayat bergantung kepada suhu lingkungan dan suhu mayat tu sendiri. Pada

    iklim yang dingin maka penurunan suhu mayat berlangsung cepat2,3.

    FaktorFaktor yang Mempengaruhi Suhu Mayat

    o Usia. Penurunan suhu lebih cepat pada anak-anak dan orang tua dibandingkan orangdewasa.

    o Jenis kelamin. Wanita mengalami penurunan suhu tubuh yang lebih lambat dibandingkanpria karena jaringan lemaknya lebih banyak.

    o Lingkungan sekitar mayat. Jika mayat berada pada ruangan kecil tertutup tanpa ventilasi,kecepatan penurunan suhu mayat akan lebih lambat dibandingkan jika mayat berada pada

    tempat terbuka dengan ventilasi yang cukup.

    o Pakaian. Tergantung pakaian yang di pakai tebal atau nipis atau tidak berpakaian.

  • 7/30/2019 pbl1tony

    9/23

  • 7/30/2019 pbl1tony

    10/23

    10

    otot menghilang. Pada kasus di mana mayat letaknya berbaring rahang bawah akan jatuh dan

    kelopak mata juga akan turun dan lemas.

    Kaku Mayat

    Kaku mayat akan terjadi setelah tahap relaksasi primer. Keadaan ini berlangsung setelah

    terjadinya kematian tingkat sel, dimana aktivitas listrik otot tidak ada lagi. Otot menjadi kaku.

    Fenomena kaku mayat ini pertama sekali terjadi pada otot-otot mata, bagian belakang leher,

    rahang bawah, wajah, bagian depan leher, dada, abdomen bagian atas dan terakhir pada otot

    tungkai.Akibat kaku mayat ini seluruh mayat menjadi kaku, otot memendek dan persendian pada

    mayat akan terlihat dalam posisi sedikit fleksi. Keadaan ini berlangsung selama 24 - 48 jam pada

    musim dingin dan 18 - 36 jam pada musim panas.Penyebabnya adalah otot tetap dalam keadaan

    hidrasi oleh karena adanya ATP. Jika tidak ada oksigen, maka ATP akan terurai dan akhirnya

    habis, sehingga menyebabkan penumpukan asam laktat dan penggabungan aktinomiosin (protein

    otot).

    Periode Relaksasi Sekunder

    Otot menjadi relak (lemas) dan mudah digerakkan. Hal ini terjadi karena pemecahan protein, dan

    tidak mengalami reaksi secara fisik maupun kimia. Proses pembusukan juga mulai terjadi. Pada

    beberapa kasus, kaku mayat sangat cepat berlangsung sehingga sulit membedakan antara

    relaksasi primer dengan relaksasi sekunder2,3.

    Tanda-tanda kematian setelah selang waktu yang lama:

    Proses pembusukan

    Saponifikasi atau adiposera

    Mumifikasi

    Proses Pembusukan

    Perubahan warna. Perubahan ini pertama kali tampat pada fossa iliaka kanan dan kiri berupa

    warna hijau kekuningan, disebabkan oleh perubahan hemoglobin menjadi sulfmethemoglobin.

  • 7/30/2019 pbl1tony

    11/23

    11

    Perubahan warna ini juga tampak pada seluruh abdomen, bagian depan genitalia eksterna, dada,

    wajah dan leher. Dengan semakin berlalunya waktu maka warnanya menjadi semakin

    ungu.Jangka waktu mulai terjadinya perubahan warna ini adalah 6-12 jam pada musim panas dan

    1-3 hari pada musin dingin. Perubahan warna tersebut juga diikuti dengan pembengkakan mayat.

    Otot sfingter mengalami relaksasi sehingga urin dan faeses keluar. Lidah juga terjulur. Bibir

    menebal, mulut membuka dan busa kemerahan bisa terlihat keluar dari rongga mulut. Mayat

    berbau tidak enak disebabkan oleh adanya gas pembusukan. Gas ini bisa terkumpul pada suatu

    rongga sehingga mayat menjadi tidak mirip dengan korban sewaktu masih hidup. Gas ini

    selanjutnya juga bisa membentuk lepuhan kulit2

    Lepuhan Kulit (blister)

    Mulai tampak 36 jam setelah meninggal. Kulit ari dapat dengan cukup mudah dikelupas. Di

    mana akan tampak cairan berwarna kemerahan yang sedikit mengandung albumin. Jika

    pembusukan terus berlangsung, maka bau busuk yang timbul akan menarik lalat untuk hinggap

    pada mayat. Lalat menempatkan telurnya pada mayat, di mana dalam waktu 8-24 jam telur akan

    menetas menghasilkan larva-yang sering disebut belatung. Dalam waktu 4-5 hari, belatung ini

    lalu menjadi pupa, dimana setelah 4-5 hari kemudian akan menjadi lalat dewasa. Pada tahap ini

    bagian dari tulang tengkorak mulai tampak. Rektum dan uterus juga tampak dan uterus gravid

    juga bisa mengeluarkan isinya Rambut dan kuku dengan mudah dapat dicabut. Bagian perut dan

    dada bisa pecah berhubung besarnya tekanan gas yang di kandungnya. Jika pembusukan terus

    berlangsung, maka jaringan jaringan menjadi lunak, rapuh dan berwarna kecoklatan3.

    Organ Tubuh Bagian Dalam

    Organ tubuh bagian dalam juga mengalami perubahan. Bentuk perubahan sama seperti diatas,

    jaringan-jaringan menjadi berwarna kecoklatan. Ada yang cepat membusuk dan ada yang

    lambat.

    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Pembusukan.

    Temperatur. Temperatur yang paling cocok untuk proses pembusukan adalah antara 700Fsampai 1000F. Pembusukan akan melambat diatas temperatur 1000F dan dibawah 700F, dan

    berhenti dibawah 320 F atau diatas 2120F .

  • 7/30/2019 pbl1tony

    12/23

    12

    Udara. Udara yang mempercepat pembusukan. Kecepatan pembusukan lebih lambat didalamair dan dalam tanah dibandingkan di udara terbuka.

    Kelembaban. Keadaan lembab mempercepat proses pembusukan. Penyebab kematian. Bagian tubuh yang terluka biasanya lebih cepat membusuk. Beberapa

    jenis racun bisa memperlambat pembusukan, misalnya arsen, zinc (seng) dan golongan logam

    antimon. Mayat penderita yang meninggal karena penyakit kronis lebih cepat membusuk

    dibandingkan mayat orang sehat.

    Adiposera

    Fenomena ini terjadi pada mayat yang tidak mengalami proses pembusukan yang biasa.

    Melainkan mengalami pembentukan adiposera. Adiposera merupakan subtansi yang mirip

    seperti lilin yang lunak, licin dan warnanya bervariasi mulai dari putih keruh sampai coklat tua.

    Adiposera mengandung asam lemak bebas, yang dibentuk melalui proses hidrolisa dan

    hidrogenasi setelah kematian. Adanya enzim bakteri dan air sangat penting untuk

    berlangsungnya proses tersebut. Dengan demikian, maka adiposera biasanya terbentuk pada

    mayat yang terbenam dalam air atau rawa-rawa. Lama pembentukan adiposera ini juga

    bervariasi, mulai dari 1 minggu sampai 10 minggu. Kepentingan medikolegal dari adiposere

    adalah dapat menunjukkan tempat kematian (kering, panas atau tempat basah)2.

    Mummifikasi

    Mayat mengalami pengawetan akibat proses pengeringan dan penyusutan bagian-bagian tubuh.

    Kulit menjadi kering, keras dan menempel pada tulang kerangka. Mayat menjadi lebih tahan dari

    pembusukan sehingga masih jelas menunjukkan ciri-ciri seseorang.Fenomena ini terjadi pada

    daerah yang panas dan lembab, di mana mayat dikuburkan tidak begitu dalam dan angin yang

    panas selalu bertiup sehingga mempercepat penguapan cairan tubuh.

    Lama terjadinya mummifikasi adalah antara 4 bulan sampai beberapa tahun. Kepentingan

    medikolegal dari mummfikasi adalah dapat menunjukkan tempat kematian (kering, panas atau

    tempat basah)

  • 7/30/2019 pbl1tony

    13/23

    13

    Pemeriksaan Luar dan Dalam (Autopsi)

    Pada pemeriksaan tubuh mayat sebelah luar, untuk kepentingan forensik, pemeriksaan harus

    dilakukan dengan cermat, meliputi segala sesuatu yang terlihat, tercium, maupun teraba, baik

    terhadap benda yang menyertai mayat, pakaian, perhiasan, sepatu, dan lain-lain, juga terhadap

    mayat itu sendiri. Agar pemeriksaan dapat terlaksana dengan secermat mungkin, pemeriksaan

    harus mengikuti sitematika yang telah ditentukan.

    Di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik FKUI, sistematika pemeriksaan adalah4:

    Label mayat

    Mayat yang dikirimkan untuk pemeriksaan kedokteran forensik seharusnya diberi label dari

    pihak kepolisian, biasanya merupakan sehelai karton yang diikatkan pada ibu jari kaki mayat

    serta dilakukan penyegelan pada tali pengikat label tersebut, untuk menjamin keaslian dari benda

    bukti.Label mayat ini harus diguntung pada tali pengikatnya, serta disimpan bersama berkas

    pemeriksaan.Perlu dicatat warna dan bahan label tersebut. Dicatat pula apakah terdapat materai/

    segel pada label ini, yang biasanya terbuat dari lak berwarna merah dengan cap dari kantor

    kepolisian yang mengirim mayat. Isi dari label mayat ini juga dicatat selengkapnya. Adalah

    kebiasaan yang baik, bila dokter pemeriksa dapat meminta keluarga terdekat dari mayat untuk

    sekali lagi melakukan pengenalan/ pemastian identitas.

    Di samping label mayat dari kepolisian, pada mayat dapat pula ditemukan label identifikasi dari

    Instalasi Kamar jenazah Rumah Saktit. Label ini adalah untuk kepentingan identifikasi di Kamar

    Jenazah agar mayat tidak tertukar saat diambil oleh keluarga. Label dari rumah sakit ini harus

    tetap ada pada tubuh mayat.

    Tutup mayat

    Mayat seringkali dikirimkan kepada pemeriksa dalam keadaan ditutupi sesuatu. Catatlah jenis/

    bahan, warna, serta corak dari penutup ini. Bila terdapat pengotoran pada penutup, catat pula

    letak pengotoran serta jenis/ bahan pengotoran tersebut.

  • 7/30/2019 pbl1tony

    14/23

    14

    Bungkus mayat

    Mayat kadang-kadang dikirimkan pada pemeriksa dalam keadaan terbungkus. Bungkus mayat

    ini harus dicatat jenis/ bahannya, warna, corak, serta adanya bahan yang mengotor. Dicatat pula

    tali pengikatnya bila ada, baik mengenai jenis/ bahan tali tersebut, maupun cara pengikatan serta

    letak ikatan tersebut.

    Pakaian

    Pakaian mayat dicatat dengan teliti, mulai dari pakaian yang dikenakan pada bagian tubuh

    sebelah atas sampai tubuh sebelah bawah, dari lapisan yang terluar sampai lapisan yang

    terdalam.Pencatatan meliputi bahan, warna dasar, warna dan corak dari tekstil, bentuk/ model

    pakaian, ukuran, merek, cap binatu, monogram/ inisial serta tambalan atau tisikan bila ada. Bila

    terdapat pengotoran atau robekan pada pakaian, maka ini juga harus dicatat dengan teliti dengan

    mengukur letaknya yang tepat menggunaan koordinat, serta ukuran dari pengotoran dan atau

    robekan yang ditemukan.Pakaian dari korban yang mati akibat kekerasan atau yang belum

    dikenal, sebaiknya disimpan untuk barang bukti. Bila ditemukan saku pada pakaian, maka saku

    ini harus diperiksa dan dicatat isinya dengan teliti pula.

    Perhiasan

    Perhiasan yang dipakai oleh mayat harus dicatat pula dengan teliti. Pencatatan meliputi jenis

    perhiasan, bahan, warna, merk, bentuk, serta ukuran nama/ inisial pada benda perhiasan tersebut.

    Benda di samping mayat

    Bersamaan dengan pengiriman mayat, kadangkala disertakan pula pengiriman benda di samping

    mayat, misalnya bungkusan atau tas. Terhadap benda di samping mayat inipun dilakukan

    pencatatan yang teliti dan lengkap.

    Tanda kematian

    Di samping untuk pemastian bahwa korban yang dikirimkan untuk pemeriksaan benar-benar

    telah mati, pencatatan tanda kematian ini berguna pula untuk penentuan saat kematian. Agar

    pencatatan terhadap tanda kematian ini bermanfaat, jangan lupa mencatat waktu/ saat

    dilakukannya pemeriksaan terhadap tanda kematian ini.

  • 7/30/2019 pbl1tony

    15/23

    15

    Identifikasi umum

    Catat tanda umum yang menunjukkan identitas mayat, seperti: jenis kelamin, bangsa atau ras,

    umur, warna kulit, keadaan gizi, tinggi dan berat badan, keadaan zakar yang disirkumsisi, adanya

    striae albicantes pada dinding perut.

    Identifikasi khusus

    Catat segala sesuatu yang dapat digunakan untuk penentuan identitas secara khusus. Perlu

    diperhatikan adanya:

    tanda perbendungan, ikterus, warna kebiru-biruan pada kuku/ ujung-ujung jari atau adanyaedema/ sembab

    bekas pengobatan berupa bekas kerokan, tracheostomi, suntikan, pungsi lumbal, dll. Terdapatnya bercak lumpur atau pengotoran lain pada tubuh, kepingan atau serpihan cat,

    pecahan kaca, lumuran aspal, dan lain-lain.

    Pemeriksaan terhadap tanda-tanda kekerasan

    Pada pemeriksaan terhadap tanda kekerasan/ luka, perlu dilakukan pencatatan yang teliti dan

    objektif terhadap:

    Letak lukapertama-tama sebutkan regio anatomis luka yang ditemukan, dengan juga mencatat letaknya

    yang tepat menggunakan koordinat terhada garis/ titik anatomis yang terdekat

    jenis luka

    tentukan jenis luka, apakah merupakan luka lecet, luka memar, atau luka terbuka

    bentuk luka

    sebutkan bentuk luka yang ditemukan. Pada luka yang terbuka sebutkan pula bentuk luka setelah

    luka dirapatkan.

    arah luka

    dicatat arah dari luka, apakah melintang, membujur, atau miring.

  • 7/30/2019 pbl1tony

    16/23

    16

    tepi luka

    perhatikan tepi luka apakah rata, teratur atau berbentuk tidak beraturan.

    sudut luka

    pada luka terbuka, perhatikan apakah sudut luka merupakan sudut runcing, membulat, atau

    bentuk lain.

    dasar luka

    Perhatikan dasar luka, jaringan bawah kulit atau otot, atau bahkan merupakan rongga badan.

    sekitar luka

    perhatikan adanya pengotoran, terdapatnya luka/ tanda kekerasan lain di sekitar luka.

    ukuran luka

    luka diukur dengan teliti. Pada luka terbuka, ukuran luka diukur juga setelah luka yang

    bersangkutan dirapatkan.

    Saluran luka

    Penentuan saluran luka dilakukan in situ. Tentukan perjalanan luka serta panjang luka.

    Penentuan ini baru dapat ditentukan pada saat dilakukan pembedahan mayat.

    Lain-lain

    Pada luka lecet jenis serut, pemeriksaan teliti terhadap permukaan luka terhadap pola

    penumpukan kulit ari yang terserut dapat mengungkapkan arah kekerasan yang menyebabkan

    luka tersebut.

    pemeriksaan terhadap patah tulang

    tentukan letak patah tulang yang diteman serta catat sifat/ jenis masing-masing patah tulang yang

    terdapat.

  • 7/30/2019 pbl1tony

    17/23

    17

    Pemeriksaan autopsi pada kasus kematian akibat kekerasan

    Pada kematian akibat kekerasan, pemeriksaan terhadap luka harus dapat mengungkapkan

    berbagai hal tersebut di bawah ini4:

    Penyebab luka

    Dengan memperhatikan morfologi luka, kekerasan penyebab luka dapat ditentukan. Pada kasus

    tertentu, gambaran luka seringkali dapat memberi petunjuk mengenai bentuk benda yang

    mengenai tubuh, misalnya luka yang disebabkan oleh benda tumpul berbentuk bulat panjang

    akan meninggalkan negative imprintoleh timbulnya marginal haemorrhage.

    Luka lecet jenis tekan memberikan gambaran bentuk benda penyebab luka.

    Arah kekerasan

    Pada luka lecet jenis gores dan luka robek, arah kekerasan dapat ditentukan. Hal ini sangat

    membantu pihak yang berwajib dalam melakukan rekonstruksi terjadinya perkara.

    Cara terjadinya luka

    Yang dimaksdukan dengan cara terjadinya luka adalah apakah luka yang ditemukan terjadi

    sebagai akibat kecelakaan, pembunuhan, atau bunuh diri.

    Luka-luka akibat kecelakaan biasanya terdapat pada bagian tubuh yang terbuka. Bagin tubuh

    yang biasanya terlindung jarang mendapat luka pada suatu kecelakaan. Daerah terlindung ini

    misalnya adalah daerah ketiak, daerah sisi depan leher, daerah lipat siku, dan sebagainya.

    Luka akibat pembunuhan dapat ditemukan tersebar pada seluruh bagian tubuh. Pada korban

    pembunuhan yang sempat mengadakan pelawanan, dapat ditemukan luka tangkis yang bisanya

    terdapat pada daerah ekstensor lengan bawah atau telapak tangan.

    Pada korban bunuh diri, luka biasanya menunjukkan sifat luka percobaan (tentative wounds)

    yang mengelompok dan berjalan kurang lebih sejajar.

    Hubungan antara luka yang ditemukan dengan sebab mati

    Harus dapat dibuktikan bahwa terjadinya kematian semata-mata disebabkan oleh kekerasan yang

    menyebabkan luka. Untuk itu pertama-tama harus dapat dibuktikan bahwa luka yang ditemukan

  • 7/30/2019 pbl1tony

    18/23

    18

    adalah benar-benar luka yang terjadi semasa korban masih hidup (luka intravital). Untuk ini,

    tanda intravitalitas luka berupa reaksi jaringan terhadap luka perlu mendapat perhatian. Tanda

    intravitalitas luka dapat bervariasi dari ditemukannya resapan darah, terdapatnya proses

    penyembuhan luka, serbukan sel radang, pemeriksaan histo-enzimatik sampai pemeriksaan kadar

    histamin bebas dan serotonin jaringan.

    Pembunuhan menggunakan kekerasan dapat dilakukan dengan benda tumpul, benda tajam,

    maupun senjata api. Kadang-kadang dapat juga terjadi pembunuhan dengan api, sekalipun jarang

    terjadi.Pada pembunuhan dengan menggunakan kekerasan tajam, luka harus dilukiskan dengan

    baik, dengan memperhatikan bentuk luka, tepi luka, sudut luka, keadaan sekitar luka, serta lokasi

    luka. Dalam peristiwa pembunuhan, cari pula kemungkinan terdapatnya luka tangkis di daerah

    ekstensor lengan bawah serta telapak tangan. Pada autopsi kasus dengan luka yang menembus ke

    daam tubuh, misalnya tembakan senjata api atau tusukan senjata tajam, perlu ditentukan arah

    serta jalannya saluran luka dalam tubuh mayat1.

    Pemeriksaan pada kasus dengan mengunakan senjata tajam

    Pada bunuh diri daerah yang dipilih adalah daerah leher, dada, perut bagian atas, atau

    pergelangan tangan, sering ditemukan luka-luka percobaan yang berjalan sejajar baik di sekitar

    luka yang fatal meupun pada bagian tubuh lain. Senjata yang dipakai sering dijumpai masih

    dalam keadaan tergenggam di tangan korban (cadaveric spasme).

    Pada pembunuhan tidak ada tempat khusus, jumlah luka sering lebih dari satu, adanya luka pada

    bagian belakang merupakan ciri khas pembunuh, pada lengan dan telapak tangan sering didapat

    luka-luka tangkis; pada beberapa kasus kadang-kadang korban selain ditusuk juga dihantam

    dengan benda tumpul dari senjata sehingga selain luka akibat benda tajam didapatkan luka akibat

    benda tumpul.

    Autopsi pada kasus kematin akibat penjeratan

    Pada kasus penjeratan, kadangkala masih ditemukan jerat pada leher korban. Jerat harus

    diperlakukan sebagai barang bukti dan dilepaskan dari leher korban dengan jalan

    mengguntingnya secara miring pada jerat, di tempat yang paling jauh dari simpul, sehingga

  • 7/30/2019 pbl1tony

    19/23

    19

    simpul pada jerat tetap utuh. Pada kasus penjeratan, jerat biasanya berjalan horizontal/ mendatar

    dan letaknya rendah. Jerat ini biasanya meninggalkan jejas jerat berupa luka lecet jenis tekan

    yang melingkari leher. Catat keadaan jejas jerat dengan teliti, dengan menyebutkan arah, lebar,

    serta letak jerat yang tepat. Perhatikan apakah jejas jerat menunjukkan pola (pattern) tertentu

    yang sesuai dengan permukaan jerat yang bersentuhan dengan kulit leher. Pada umumnya,

    simpul mati ditemukan pada kasus pembunuhan, sedangan simpul hidup ditemukan pada kasus

    bunuh diri. Namun perkecualian selalu terjadi.4

    Cara, Mekanisme dan Sebab kematian

    Penyebab kematian

    Dengan adanya perlukaan atau penyakit yang menimbulkan kekacauan fisik pada tubuh yang

    menghasilkan kematian pada seseorang. Berikut ini adalah penyebab kematian: luka tembak

    pada kepala, luka tusuk pada dada, adenokarsinoma pada paru-paru, dan aterosklerosis

    koronaria.2,3

    Mekanisme kematian

    Merupakan kekacauan fisik yang dihasilkan oleh penyebab kematian yang menghasilkan

    kematian. Contoh dari mekanisme kematian dapat berupa perdarahan, septikemia, dan aritmia

    jantung. Ada yang dipikirkan adalah bahwa suatu keterangan tentang mekanime kematian dapat

    diperoleh dari beberapa penyebab kematian dan sebaliknya.

    Jadi, jika seseorang meninggal karena perdarahan masif, itu dapat dihasilkan dari luka tembak,

    luka tusuk, tumor ganas dari paru yang masuk ke pembuluh darah dan seterusnya. Kebalikannya

    adalah bahwa penyebab kematian, sebagai contoh, luka tembak pada abdomen, dapat

    menghasilkan banyak kemungkinan mekanisme kematian yang terjadi, contohnya perdarahan

    atau peritonitis.

    Cara kematian

    Cara kematian secara umum dapat dikategorikan sebagai wajar, pembunuhan, bunuh diri,

    kecelakaan, dan yang tidak dapat dijelaskan (pada mekanisme kematian yang dapat memiliki

  • 7/30/2019 pbl1tony

    20/23

    20

    banyak penyebab dan penyebab yang memiliki banyak mekanisme, penyebab kematian dapat

    memiliki banyak cara).

    Seseorang dapat meninggal karena perdarahan masif (mekanisme kematian) dikarenakan luka

    tembak pada jantung (penyebab kematian), dengan cara kematian secara pembunuhan (seseorang

    menembaknya), bunuh diri (menembak dirinya sendiri), kecelakaan (senjata jatuh), atau tidak

    dapat dijelaskan (tidak dapat diketahui apa yang terjadi).

    Pada korban kekerasan harus dibuktikan bahwa kematian terjadi semata-mata akibat kekerasan

    yang menyebabkan luka. Harus juga dipastikan luka yang ditemukan adalah luka intravital yaitu

    yang terjadi sewaktu korban masih hidup. Tanda intravitalitas luka berupa reaksi jaringan

    terhadap luka seperti resapan darah, proses penyembuhan luka, sebukan sel radang dan lain-lain

    perlu diperhatikan4

    Penjeratan adalah penekanan benda asing berupa tali, kawat, ikat pinggang, rantai melingkari

    atau mengikat leher yang makin lama makin kuat, sehingga saluran pernafasan tertutup.

    Mekanisme kematiannya adalah asfiksia atau reflex vaso vagal.

    Pada pemeriksaan jenazah :

    Jejas jerat yang biasanya mendatar, melingkari leher, dapat setinggi atau dibawah rawan gondok.

    Perbendungan muka jelas dikarenakan bendungan v.jugularis interna

    Resapan darah subkutis/ otot

    Pada kasus gantung, biasanya hamper sama dengan penjeratan. Perbedaan terdapat pada asal

    tenanga yang dibutuhkan. Bila penjeratan dilakukan dengan tenaga dari luar, maka pada kasus

    gantung, tenaga dihasilkan dari berat badan korban sendiri. Mekanisme kematian kasus gantung

    ini dapat disebabkan kerusakan batang otak dan medulla spinallis, asfiksia, iskemia otak, dan

    reflex vagal.

    Pada pemeriksaan jenazah dan TKP:

    Jejas jerat mengarah ke atas menuju simpul, menghilang di batas rambut, biasanya jejas diatas rawan gondok dan simpul yang dipakai adalah simpul hidup.

  • 7/30/2019 pbl1tony

    21/23

    21

    Lebam mayat ditemukan pada ujung-ujung extremitas dan genitalia externa. Periksa keadaan TKP, letak bertumpu tali tersebut. Apakah ada gesekan yang lebar pada

    dahan yang dipakai? Itu dapat membuktikan bahwa pasien dapat digantung setelah dibunuh.

    Identifikasi Korban

    Menentukan identitas korban seperti halnya identitas pada tersangka pelaku kejahatan

    merupakan bagian yang terpenting dari penyidikan. Dengan dapat ditentukannya identitas

    dengan tepat dapat dihindari kekeliruan dalam proses peradilan yang dapat berakibat fatal.

    Penentuan identitas korban dilakukan dengan memakai metode identifikasi sebagai berikut2:

    Visual. Termasuk metode yang sederhana dan mudah dikerjakan yaitu dengan memperlihatkan

    tubuh terutama wajah korban kepada pihak keluarga, metode ini akan memberi hasil jika

    keadaan mayat tidak rusak berat dan tidak dalam keadaan busuk lanjut.

    Dokumen. KTP, SIM, kartu pelajar, dan tanda pengenal lainnya merupakan sarana yang dapat

    dipakai untuk menetukan identitas. Dokumen yang ada di dalam saku seorang laki-laki lebih

    bermakna bisa dibandingkan dengan dokumen yang berada dalam tas seorang wanita, terutama

    pada kasus kecelakaan massal sehingga tas yang dipegang dapat terlempat dan sampai ke dekat

    tubuh wanita lainnya. Hal mana tidak terjadi pada laki-laki yang mempunyai kebiasaanmenyimpan dokumen dalam sakunya.

    Perhiasan. Merupakan metode identifikasi yang baik, walupun tubuh korban telah rusak atau

    hangus. Inisial yang tedapat pada cincin dapat memberikan informasi siapa si pemberi cincin

    tersebut, dengan demikian dapa diketahui pula identitas korban, Dalam penentuan identifikasi

    dengan metode ini tidak jarang diperlukan keahlian dari seorang yang memang ahli di bidang

    tersebut.

    Pakaian. Pencatatan yang baik dan teliti dari pakaian yang dikenakan korban seperti model,

    bahan yang dipakai, merek penjahit, label binatu dapat merupakan petunjuk siapa pemilik

    pakaian tersebut dan tentunya identitas korban.

  • 7/30/2019 pbl1tony

    22/23

    22

    Medis. Merupakan motode identifikasi yang selalu dapat dipakai dan mempunyai nilai tinggi

    dalam hal ketepatannya terutama jika korban memiliki status medis (medical record, ante-

    mortem record), yang baik. Jenis kelamin, perkiraan umur, tinggi dan berat badan serta warna

    rambut dan mata diklasifikasi dalam tanda medis yang umum. Sedangkan yang sifatnya lebih

    khusus adalah bentuk cacat fisik, bekas operasi, tumor, tatoo, dan lain sebagainya. Dengan

    metode ini dapat dibantu dengan pemeriksaan radiologis (rontgen foto), umpamanya untuk

    membantu perkiraan umur, adanya benda asing dan bekas patah tulang.

    Gigi. Sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi ahli forensik, akan tetapi dalam prakteknya hampir

    semuanya pemeriksaan dilakukan oleh dokter ahli ilmu kedokteran forensik khususnya patologi

    Forensik. Melihat sifat khusus dari gigi yaitu ketahanan serta tidak ada kesamaan bentuk gigi

    pada setiap manusia, pemeriksaan ini mempunyai nilai tinggi seperti halnya sidik jari, khususnya

    jika keadaan mayat telah busuk/ rusak dan terutama bila ada ante-mortem record. Gigi dapat

    juga dipakai untuk membantu dalam hal perkiraan umur serta kebiasaan/ pekerjaan dan kadang-

    kadang golongan suka tertentu.

    Sidik jari. Sidik jari atau finger prints dapat menentukan identitas secara pasti oleh karena sifat

    kekhususannya yaitu pada setiap orang akan berbeda walaupun pada kasus saudara kembar satu

    telur. Keterbatasannya hanyalah cepat rusak/ membusuknya tubuh. Penggunaan sidik jari untuk

    memnetukan identitas seseorang tentunya baru dapat bila orang tersebut sebelumnya sudah

    diambil sidik jarinya. Akan tetapi walaupun datanya tidak ada pengambilan sidik jari pada

    korban tetap bermanfaat yaitu dengan membandingkan sidik jari yang mungkin tertinggal pada

    alat-alat yang di ruamh korba (latent print); sedangkan pada kasus pembunuhan latent print yang

    ada pada senjata dapat membuat si pelaku kejahatan tidak dapat mungkir atau mengelak dari

    tuduhan bahwa ia telah melakukan pembunuhan.

    Serologi. Prinsipnya ialah dengan menentukan golongan darah, dimana pada umumnya golongan

    darah seseorang dapat ditentukan dari pemeriksaan darah, air mani, dan cairan tubuh lainnya

    Ekslusi. Cara ini dipakai biasanya pada kasus kecelakaan masal, seperti pada kasus kecelakaan

    pesawat terbang. Dari 5 korban telah dapat diidentifikasi sebanyak 49 korban, maka sisanya

  • 7/30/2019 pbl1tony

    23/23

    23

    tentulah korban yang sesuai dengan daftar penumpang. Cara ini akan memberikan hasil yang

    baik dalam arti ketepatan bila antemortem records yang ada memang baik.

    Kesimpulan

    Gambaran umum luka yang diakibatkan karena kekerasan benda tajam adalah tepi dan dinding

    luka yang rata, berbentuk garis, tidak terdapat jembatan jaringan dan dasar luka berbentuk garis

    atau titik. Selain gambaran umum luka tersebut di atas, luka iris atau sayat dan luka bacok

    mempunyai kedua sudut luka lancip dan dalam luka tidak melebihi panjang luka. Sudut luka

    yang lancip dapat terjadi dua kali pada tepat yang berdekatan akibat pergesaran senjata sewaktu

    ditarik atau akibat bergeraknya korban. Bila dibarengi gerak memutar, dapat menghasilkan luka

    yang tidak selalu berupa garis.

    Penjeratan adalah penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai, stagen, kawat, kabel,

    kaos kaki, dan sebagainya, melingkari atau mengikat leher yang makin lama makin kuat,

    sehingga saluran pernapasan tertutup.Jejas jerat pada leher sangat bervariasi. Bila jerat lunak dan

    lebar seperti handuk atau selendang sutera, maka jejas mungkin tidak ditemukan dan pada otot-

    otot leher sebelah dalam dapat atau tidak ditemukan sedikit resapan darah. Pada kasus

    pembunuhnya, pengikatnya biasanya dengan simpul mati dan sering terlihat bekas luka pada

    leher.2

    Daftar Pustaka

    1. Peraturan perundang-undang bidang kedokteran. Edisi I, cetakan kedua. Jakarta: BagianKedokteran Forensik Fakultas Kedokteran UI. 1994.

    2. Widiatmaka W. Budiyanto A. Sudiono S, dkk. Ilmu kedokteran forensik. Edisi I, cetakanke-2. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran UI. 1997.

    3. Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran UI. Teknik AutopsiForensik. Cetakan ke-4. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran UI.

    2000.