pbl blok 12 demam tifoid

15
Penyebab, Gejala, serta Pengobatan dari Demam Tifoid Maria Amelia Goldie 102013119 E4 [email protected] FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA Jl. Terusan Arjuna No. 6, Kebon Jeruk - Jakarta Barat Abstrak Demam tifoid adalah suatu penyakit sistemik yang disebabkan oleh kuman golongan Salmonella. Penyakit ini disebut pula demam enterik, tifus, dan paratifus abdomen. Paratifoid biasanya lebih ringan perjalanannya dan menunjukkan gambaran klinis yang sama seperti tifoid atau menyebabkan enteritis akut. Kedua jenis penyakit ini merupakan masalah kesehatan yang penting, terutama di negara-negara yang sedang berkembang baik ditinjau dari segi epidemiologi, segi diagnosis laboratoriumnya serta kelengkapan dari laboratorium kliniknya. Hal ini berhubungan erat pula dengan keadaan sanitasi dan kebiasaan higiene yang kurang memuaskan. Kata kunci: demam tifoid, Salmonella, epidemiologi, diagnosis Abstract Typhoid fever is a systemic disease caused by the bacteria Salmonella group. This disease is also called enteric fever, typhoid, and paratyphoid abdomen. Paratyphoid usually lighter journey and showed similar clinical features such as typhoid or cause acute enteritis. Both types of this disease is an important health problem, especially in countries that are growing both in terms of epidemiology, laboratory diagnosis and completeness in terms of the clinical laboratory. It is also closely related to the state of sanitation and hygiene habits are less than satisfactory. Keywords: typhoid fever, Salmonella, epidemiology, diagnosis

Upload: maria-amelia-goldie

Post on 15-Sep-2015

40 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

blok 12

TRANSCRIPT

Penyebab, Gejala, serta Pengobatan dari Demam TifoidMaria Amelia [email protected] KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANAJl. Terusan Arjuna No. 6, Kebon Jeruk - Jakarta BaratAbstrakDemam tifoid adalah suatu penyakit sistemik yang disebabkan oleh kuman golongan Salmonella. Penyakit ini disebut pula demam enterik, tifus, dan paratifus abdomen. Paratifoid biasanya lebih ringan perjalanannya dan menunjukkan gambaran klinis yang sama seperti tifoid atau menyebabkan enteritis akut. Kedua jenis penyakit ini merupakan masalah kesehatan yang penting, terutama di negara-negara yang sedang berkembang baik ditinjau dari segi epidemiologi, segi diagnosis laboratoriumnya serta kelengkapan dari laboratorium kliniknya. Hal ini berhubungan erat pula dengan keadaan sanitasi dan kebiasaan higiene yang kurang memuaskan.Kata kunci: demam tifoid, Salmonella, epidemiologi, diagnosisAbstractTyphoid fever is a systemic disease caused by the bacteria Salmonella group. This disease is also called enteric fever, typhoid, and paratyphoid abdomen. Paratyphoid usually lighter journey and showed similar clinical features such as typhoid or cause acute enteritis. Both types of this disease is an important health problem, especially in countries that are growing both in terms of epidemiology, laboratory diagnosis and completeness in terms of the clinical laboratory. It is also closely related to the state of sanitation and hygiene habits are less than satisfactory.Keywords: typhoid fever, Salmonella, epidemiology, diagnosis

PendahuluanDemam typhoid merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih tergolong endemik di negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin . Kuman penyakit ini masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman atau kotoran dan air seni penderita demam tifoid sebagai carrier. Lalat rumah dapat memindahkan kuman penyakit ini. Kuman penyebab penyakit ini adalah Salmonella typhii.1 Insiden demam tifoid di seluruh dunia menurut data pada tahun 2002 sekitar 16 juta per tahun, 600.000 di antaranya menyebabkan kematian.2 Penyakit typhoid mulai menyerang dengan lambat dan mengakibatkan rasa capek dan lemah tubuh. Mungkin juga sakit kepala dan hidung berdarah (mimisan). Suhu tubuh semakin meningkat setiap hari mencapai 40C, lebih panas pada malam hari. Nafsu makan kurang. Mula-mula penderita biasanya mencret, mungkin sebaliknya yaitu mengalami sembelit. Tinjanya berbau menusuk hidung. Perut kembung dan terasa nyeri kalau ditekan.3 Demam typhoid masih merupakan masalah besar di indonesia bersifat sporadik endemik dan timbul sepanjang tahun. Kasus demam typhoid di Indonesia, cukup tinggi berkisar antara 354-810/100.000 penduduk pertahun. Di Palembang dari penelitiaan retrospektif selama periode 5 tahun (2003-2007) didapatkan sebanyak 3 kasus (21,5%) 2 penderita demam typhoid dengan hasil biakan darah salmonella positif dari penderita yang dirawat dengan klinis demam tifoid. 2 Sekarang ini penyakit typhus abdominalis masih merupakan masalah yang penting bagi anak dan masih menduduki masalah yang penting dalam prevalensi penyakit menular. Hal ini disebabkan faktor hygiene dan sanitasi yang kurang, masih memegang peranan yang tidak habis diatas satu tahun, maka memerlukan perawatan yang khusus karena anak ini masih dalam taraf perkembangan dan pertumbuhan. Dalam hal ini perawatan dirumah sakit sangat dianjurkan untuk mendapatkan perawatan isolasi untuk mencegah komplikasi yang lebih berat.4AnamnesisAnamnesis adalah langkah pertama yang harus dilakukan oleh dokter apabila berhadapan dengan pasien. Anamnesis bertujuan untuk mengambil data pasien melalui wawancara bersama pasien maupun keluarga pasien. Anamnesis perlu dilakukan dengan cara-cara yang berkaitan dengan penyakit yang bermula dari permasalahan pasien. Anamnesis yang baik akan membantu dokter memperoleh data seperti berikut: penyakit atau kondisi dari keluhan utama pasien (kemungkinan diagnosis), penyakit atau kondisi lain yang menjadi kemungkinan lain penyebab munculnya keluhan pasien (diagnosis banding), faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit tersebut (faktor predisposisi dan faktor resiko), kemungkinan penyebab lain (etiologi), faktor-faktor yang dapat memperbaiki dan yang memperburuk keluhan pasien (faktor prognostik, termasuk upaya pengobatan), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medis yang diperlukan untuk menentukan diagnosisnya.Bagi pasien yang pertama kali datang ke dokter, pertanyaan yang perlu diajukan adalah data pribadi pasien seperti: nama lengkap, tempat dan tanggal lahir pasien, umur, status perkawinan, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, pendidikan, pekerjaan, riwayat penyakit dahulu pasien dan riwayat keluarga pasien (kakek, nenek, ayah, ibu, saudara kandung, anak-anak).Penggalian informasi lebih lagi dengan menanyakan: Kapan mulai timbul demam? Sudah berapa lama demam berlangsung? Apakah demamnya timbul secara mendadak atau perlahan? Apakah demamnya timbul di pagi hari atau sore hari atau malam hari? Apakah demam naik turun? Apakah demamnya disertai pusing, nyeri perut, mual dan muntah, serta mimisan? Apakah bapak/ibu pernah berpergian dari luar kota? Apakah bapak/ibu pernah berobat sebelumnya atau sudah pernah dirawat sebelumnya dengan demam seperti ini? Apakah ada gejala-gejala lain yang menyertai demam? Apakah demam juga disertai susah untuk buang air besar? Apakah bapak/ibu punya kebiasaan makan makanan di pinggir jalan?

PemeriksaanUntuk memperkuat diagnosis tentang suatu penyakit kita harus melakukan pemeriksaan kepada pasien. Pemeriksaan paling utama yang harus dilakukan adalah pemeriksaan fisik dan apabila ingin memperkuat diagnosis tersebut, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang, misalnya pemeriksaan lab.a. Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik merupakan suatu keterampilan pemeriksaan dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter dalam mendukung diagnosanya terhadap suatu penyakit. Seorang dokter yang baik, dapat mendiagnosis secara tepat hanya dengan melakukan pemeriksaan fisik tanpa pemeriksaan lab, khususnya untuk penyakit-penyakit yang memang tidak membutuhkan pemeriksaan lab.1. Pemeriksaan kesadaranTingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan.5Tingkat kesadaran ini dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu: Compos mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya. Apatis, yaitu keadaan yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikap acuh tak acuh. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berkhayal. Somnolen (obtundasi, letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).5Apabila suatu penyakit merupakan demam thypoid, maka pada pemeriksaan fisik, yang tampak hanya suhu badan yang meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, gejala akan menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardia relatif, lidah yang berselaput, hematomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis. Roseolae jarang ditemukan pada orang Indonesia.62. Pemeriksaan suhu badanPemeriksaan suhu tubuh dapat dilakukan dengan cara, yaitu rektal, oral dan aksial. Suhu tubuh pada manusia, normalnya 36,5oC sampai 37,5oC.3. Pemeriksaan nadiPemeriksaan nadi merupakan pemeriksaan gelombang aliran darah yang dipompa oleh jantung. Denyut jantung normal pada manusia dewasa adalah 70 80 kali per satu menit. Diatas 80 (tachycardia) atau di bawah 70 (bradycardia).4. Pemeriksaan tekanan darahPemeriksaan tekanan darah untuk mengetahui jumlah darah yang diedarkan oleh jantung setiap terjadi kontraksi. Normalnya tekanan darah manusia adalah 120/80 mmHg.5. Pemeriksaan abdomenPemeriksaan abdomen dilakukan untuk mengetahui kelainan-kelainan yang terdapat pada organ-organ di daerah perut. Pemeriksaan abdomen dibagi menjadi empat yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi. Pemeriksaan abdomen biasanya dilakukan berdasarkan kuadran-kuadran yang terdapat di daerah perut, yaitu epigastrium, umbilical dan pubic.

b. Pemeriksaan penunjangPemeriksaan laboratorium diperlukan untuk menunjang hasil anamnesis kita terhadap pasien. Pemerikasaan laboratorium juga dapat digunakan sebagai bukti penguat diagnosis kita. Seperti pada kasus yang diduga terkena infeksi dari Salmonella thypi, pemeriksaan laboratorium yag dilakukan antara lain adalah uji widal, uji tubex, uji typidot,uji IgM dipstick dan kultur darah.Uji widal dilakukan untuk deteksi antobodi terhadap kuman s.thypi. Pada uji widal terjadi suatu reaksi aglutinasi antar antigen kuman s.thypi dengan antibody yang disebut aglutinin. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Maksud uji widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita tersangka demam tifoid yaitu : Aglutinin O (dari tubuh kuman), aglutinin H (flagella kuman), dan c aglutinin Vi ( simpai kuman). Dari ketiga agglutinin tersebut hanya agglutinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis demam tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan terinfeksi.Pembentukan aglutinin mulai terjadi pada akhir minggu pertama demam, kemudian meningkat secara cepat dan mencapai puncak pada minggu ke-empat, dan tetap tinggi selam beberapa minggu. Pada fase akut mula-mula timbul O, kemudian diikuti aglutinin H. Pada orang yang telah sembuh aglutinin O masih dijumpai setelah 4-6 bulan, sedang aglutinin H menetap lebih lama antara 9-12 bulan. Oleh karena itu uji widal bukan untuk menentukan kesembuhan penyakit. Ada beberapa factor yang mempengaruhi uji widal yaitu; 1) pengobatan dini dengan antibiotic, 2) gangguan pembentukan antibody, dan pemberian kortikosteroid, 3) waktu pengambilan darah, 4) daerah endemic atau non endemic, 5) riwayat vaksinasi. 6) reaksi anamnestik, yaitu peningkatan titer aglutinin pada infeksi bukan demam tifoid akibat infeksi demam tifoid masa lalu atau vaksinasi,7) factor teknik pemeriksaan laboratorium, akibat aglutinasi silang, dan strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen. Saat ini belum ada kesamaan pendapat mengenai titer aglutinin yang bermakna diagnostik.Uji tubex merupakan uji semi kuantitatif kolometrik yang cepat(beberapa menit) dan mudah untuk di kerjakan. Uji ini mendeteksi antibody anti-Styphi O9 pada serum pasien, dengan cara menghambat ikatan antara IgM anti O9 yang terkonkugasi pada partikel latex yang berwarna dengan lipopolisakarida s.typhi yang terkonjugasi pada partikel magnetic latex. Hasil positif uji tubex ini menunjukkan terdapat infeksi salmonella serogroup D walau tidak spesifik menunjukkan pada S,typhi. Infeksi oleh S.paratyphi akan member hasil negative.Uji typhidot dapat mendeteksi antibody IgM dan IgG yang terdapat pada protein membrane luar salmonella typhi. Hasil positif pada uji typhidot didapatkan 2-3 hari setelah infeksi dan dapat mengidentifikasi secara spesifik antibody IgM dan IgG terhadap antigen s.typhi seberat 50 KD, yang terdapat pada strip nitroselulosa.Uji IgM Dipstick secara khusus mendeteksi antibody IgM spesifik terhadap s.typhi pada specimen serum atau whole blood. Uji ini menggunakan strip yang mengandung anti gen lipopolisakarida (LPS) s.typhoid dan anti IgM(sebagai control), reagen deteksi yang mengandung anti IgM yang dilekati dengan lateks berwarna, vairan membasahi strip sebelum diinkubasi dengan reagen dan serum pasien , tabung uji. Komponen perlengkapan ini stabil untk disimpan selama dua tahun pada suhu 4-250 C di tempat kering tanpa paparan sinar matahari. Kultur Darah merupakan salah satu dari sekian banyak tes yang dilakukan untuk mengetahui adanya salmonella. Hasil biakan darah yang positif memastikan demam tifoid, akan tetapi hasil negative tidak menyingkirkan demam tifoid, karena mungkin sisebabkan beberapa hal sebagai berikut: 1) telah mendapat terapi antibiotic. Bila pasien sebelum dilakukan kultur darah telah mendapat antibiotic, pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil mungkin negative, 2) volume darah yang kuran(diperlukan kurang lebih 5cc darah). Bila darah yang dibikkan sedikit maka hasil negative. Darah yang diambil sebaiknya secara bedside langsung dimaukkna ke dalam media cair empedu untuk pertumbuhan kuman, 3) riwayat vaksinasi. Vaksinasi di masa lampau menimbulkan antibody dalam darah pasien. Antibody (aglutinin) dapat menekan bakteremia hingga biakan darah dapat negative ,4) saat pengambilan darah setelah minggu pertama, pada saat agglutinin semakin meningkat.7,8EtiologiDemam tifoid timbul akibat infeksi oleh bakteri golongan Salmonella (Salmonella tiphi) yang memasuki tubuh penderita melalui saluran pencernaan. Bakteri Salmonella dapat menyebar dari kotoran penderita demam tifoid saat sakit maupun yang dalam masa penyembuhan.Pada masa penyembuhan, penderita masih mengandung Salmonella sp di dalam kandung empedu atau di dalam ginjal. Sebanyak 5% penderita demam tifoid kelak akan menjadi karier sementara, sedang 2% yang lain akan menjadi karier yang menahun. Sebagian besar dari karier tersebut merupakan karier intestinal (intestinal type) sedang yang lain termasuk urinary type. Salmonella thyposa merupakan basil gram (-), bergerak dengan rambut getar, tidak berspora. Mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam antigen :1.Antigen O Somatik, terdiri dari zat komplek lipopolisakarida2.Antigen H Flagel, menyebar dan bersifat termolabil3.Antigen V Kapsul, merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan melindungi O antigen terhadap Fagositosis.9EpidemiologiSurveilans Departemen Kesehatan RI, frekuensi kejadian demam tifoid di Indonesia pada tahun 1990 sebesar 9,2 dan pada tahun 1994 terjadi peningkatan frekuensi menjadi 15,4 per 10.000 penduduk. Dari survei berbagai rumah sakit di Indonesia dari tahun 1981 sampai dengan 1986 memperlihatkan jumlah penderita sekitar 35,8% yaitu dari 19.596 menjadi 26.606 kasus.Insidens demam tifoid bervariasi di tiap daerah dan biasanya terkait dengan sanitasi lingkungan; di daerah rural (Jawa Barat) 157 kasus per 100.000 penduduk, sedangkan di daerah urban ditemukan 760-810 per 100.000 penduduk. Perbedaan insidens di perkotaan berhubungan erat dengan penyediaan air bersih yang belum memadai serta sanitasi lingkungan dengan pembuangan sampah yang kurang memenuhi syarat kesehatan lingkungan.Case fatality rate (CFR) demam tifoid di tahun 1996 sebesar 1,08% dari seluruh kematian di Indonesia. Namun, demikian berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Departemen Kesehatan RI (SKRT DepKes RI) tahun 1995 demam tifoid tidak termasuk dalam 10 penyakit dengan mortalitas tertinggi.

Daftar Pustaka1. Shryock, Harold. Modern medical guide. Indonesia publishng house: Bandung; 2000 hal 652. Siska, Hisaliani. Karakteristik demam tifoid. Medan: FKUSU;2009.hal.473. Cardone, John M, Cella, Robert J, Croffy, Bruce R, dkk. Kapita selekta kedokteran klinik. Binarupa Aksara: Jakarta;2009.hal.834. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK-UI. Ilmu kesehatan anak edisi I. FKUI: Jakarta; 2002.hal.46.5. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 3. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing; 2009.hal.2767-993.6. Widodo D. Demam tifoid, dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 3. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing; 2009.hal.2797-806.7. Brooks GF, Butel JS, Ornston LN. Mikrobiologi kedokteran. Edisi 20. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1996.hal.37-468. Gunawan SG, Nafrialdi RS, Elysabeth. Farmakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. 2009.hal.68-769. Tumbelaka AR, Retnosari S. Imunodiagnosis demam tifoid. Dalam : Kumpulan Naskah Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak XLIV. Jakarta : BP FKUI.2001.h.65-73.