pbl 24, lla
TRANSCRIPT
-
8/17/2019 PBL 24, LLA
1/22
Pendahuluan
Leukemia adalah kanker anak yang paling sering, mencapai lebih kurang 33% dari
keganasan pediatric. Leukemia limfositik akut berjumplah kira-kira 75% dari semua kasus,
dengan insidensi tertinggi pada umur 4 tahun. Leukemia ieloid !kut berjumlah kira-kira "#%
dari leukemia, dengan insidensi yang tetap dari lahir sampai umur $# tahun, menmingkat sedikit
pada masa remaja. Leukemia sisanya adalah bentuk kronis, jarang ditemukan pada anak.
Leukemia limfositik akut anak adalah kanker tersebar yang pertama terbukti dapat
dosembuhkan dengan kemoterapi dan radiasi. LL! terjadi sedikit lebih sering pada anak laki
dibandingkan perempuan.
ambaran klinis yang khas ialah pucat, panas, dan perdarahan disertai splenomegali dan
kadang-kadang hepatomegalia serta limfadenopati.
Anamnesis
&ertanyaan yang ditanyakan kepada pasien diantaranya adalah' $
$. (eluhan )tama
(eluhan utama adalah alasan utama yang menyebabkan pasien memeriksakan diri atau
diba*a keluarganya ke dokter atau rumah sakit. (eluhan utama merupakan titik tolak
penelusuran informasi mengenai penyakit yang diderita pasien.
". +i*ayat &enyakit ekarang
&erjalanan penyakit sangat penting diketahui. itentukan kapan dimulainya perjalanan
penyakit yang dimulai dari kapan saat terakhir pasien merasa sehat. &ernyataan terakhir penting,
karena sering kali yang disampaikan pasien dalam keluhan utamanya tidak menggambarkan
dimulainya penyakitnya, tetapi lebih berhubungan dengan munculnya kondisi yang dirasakan
mengganggunya. emam, misalnya, akan dikeluhkan setelah dirasakan meninggi, karenanya
untuk keluhan demam seorang dokter harus menggali informasi kapan saat pertama pasien
merasa suhu tubuhnya meningkat, *alaupun belum dirasakan cukup mengganggu. (husus untuk
demam kurang dari satu minggu, bahkan dokter harus mampu menentukan pernyataan yang
meyakinkan dan tajam dengan menyebut demam hari ke berapa/ dan bukannya demam sekian
hari/.
3. 0aktor +isiko dan 0aktor &rognostik
0aktor risiko adalah faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya suatu
penyakit, sedangkan faktor prognostik adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perjalanan suatu
1osep utandar, $#-"##2-##7, !4. mail' yosepcellistmsn.com $
-
8/17/2019 PBL 24, LLA
2/22
penyakit atau hasil pengobatan penyakit. 0aktor risiko dan faktor prognostik dapat berasal dari
pasien, keluarganya maupun lingkungan.
0aktor risiko pada pasien anak ditentukan dengan melakukan anamnesis ri*ayat pribadi
seperti ri*ayat perinatal, ri*ayat nutrisi, ri*ayat pertumbuhan dan perkembangan serta ri*ayat
penyakit yang pernah diderita. +i*ayat imunisasi juga perlu dieksplorasi, untuk menduga
imunitas pasien. +i*ayat penyakit keluarga juga diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya
penyakit yang diturunkan atau ditularkan.
Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening :
(6 dan daerah sekitarnya harus diperhatikan. (elenjar getah bening harus diukur untuk
perbandingan berikutnya. arus dicatat ada tidaknya nyeri tekan, kemerahan, hangat pada
perabaan, dapat bebas digerakkan atau tidak dapat digerakkan, apakah ada fluktuasi, konsistensi
apakah keras atau kenyal.$
• )kuran ' normal bila diameter 8$cm 9pada epitroclear :#,5cm dan lipat paha :$,5cm dikatakan
abnormal;
• pernanahan.
• &enempelan>bergerombol ' beberapa (6 yang menempel dan bergerak bersamaan bila
digerakkan. apat akibat tuberkulosis, sarkoidosis, keganasan.
&emeriksaan system pemubuluh limfe
$ ?nspeksi
• Leher, ruang suprakla@ikuler dan aksila
" &alpasi
• ubmandibula• +antai kelenjar ser@ikal anterior dan posterior
• (elenjar limfe inguinal dan lien
&erhatikan ' fiksasi, tekstur, tanda-tanda tumor, perdarahan atau infeksi.
2
-
8/17/2019 PBL 24, LLA
3/22
&embuluh limfe dapat terserang penyakit di mana saja. eluruh kulit mengandung pembuluh
limfe. Aika meradang, terlihat sebagai garis merah terang, biasa berjalan memanjang. Aika
tersumbat secara akut akan terasa nyeri. 6ila kronis, tidak nyeri.
?nfeksi, leukemia dan limfoma merangsang dan melibatkan system ini. 6ila menemukan
limfadenopati difus, carilah adanya splenomegali. (emudian carilah tanda-tanda perdarahan atau
rendahnya jumlah trombosit, petekia dan ekimosis.
Pemeriksaan Hepar
&alpasi epar '
Letakkan tangan kiri di belakang pinggang menyangga kosta ke $$ B $" dengan posisi sejajar
dengan kosta, ajurkan pasien untuk rileks, tangan kanan mendorong hepar ke atas dan kedalam
dengan lembut.
!njurkan pasien inspirasi dalam B rasakan sentuhan hepar saat inspirasi, jika teraba
sedikit kendorkan jari B raba permukaan anterior hepar.
-
8/17/2019 PBL 24, LLA
4/22
sehingga memotong lipat paha. aris dari pusat kelipat paha pun dibagi 4 bagian yang sama.
Limpa yang membesar sampai pusar dinyatakan sebagai .?F sampai lipat paha .F???.
Pemeriksaan laboratorium
$ arah tepi
ejala yang terlihat berdasarkan kelainan sum-sum tulang yaitu berupa pansitopenia,
limfositosis yang kadang-kadanag menyebabkan gmabaran darah tepi monoton dan terdapatnya
sel blast.
" umsum tulang
ari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran yang monoton, yaitu hanya
terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan system lain terdesak.
Working Diagnosis
&ada pemeriksaan a*al, umumnya terdapat anemia, meskipun hanya kira-kira "5% mempunyai
b G g%. kebanyakan penderita juga mengalami trombositopenia, tetapi kira-kira "5%
mempunyai trombosit $##.###>mm3. ekitar 5#% penderita dengan hitung sel darah putih
kurang dari $#.###>mm3= sekitar "#% memiliki hitung sel darah putih yang lebih besar dari
5#.###>mm3. iagnosis leukemia dikesankan oleh adanya sel blas pada preaparat apus darah tepi
tetapi dipastikan dengan pemeriksaan sumsum tulang, yang biasanya diganti sama sekali oleh
limfoblas leukemia. (adang-kadang, sumsum tulang oada a*alnya hiposelular. &emeriksaan
sitogenetik pada kasus-kasus ini mungkin bermanfaat untuk mengidentifikasi abnormalitas
spesifik yang berkaitan dengan sindorom preluekimia. Aika sumsum tulang tidak dapat diaspirasi
atau cuplikan hiposeluler, maka diperlukan biopsy sumsum tulang."
+adiografi dada diperlukan untuk menentukan apakah ada massa mediastinum.
+adiografi tulang mungkin menunjukan perubahan trabekula medulla, defek korteks, atau
resorpsi tuilang subepifiseal. &enemuan ini tidak punya arti klinis ataupun prognostic, sehingga
sur@ey skeletal tidak diperlukan. Eairan serebrospinal harus diperiksa untuk menemukan sel
leukemia karena keterlibatan a*al usunan araf &usat mempunyai implikasi prognostic
penting. (adar asam urat dan fungsi ginjal harus ditentukan sebelum terapi dimulai.
anifestasi (linik
ambaran klinis !LL cukup ber@ariasi dan gejalanya dapat tampak tersembunyi atau akut.
6eberapa pasien menderita infeksi atau perdarahan yang mengancam ji*a saat diagnosis,
sedangkan lainnya asimtomatis, dengan leukemia yang terdetksi selama pemeriksaan fisik rutin.
!kan tetapi, sebagian besar pasien memiliki ri*ayat penyaki 3 atau 4 minggu sebelum
4
-
8/17/2019 PBL 24, LLA
5/22
penyakitnya terdiagnosis, yang dimanifestasikan oleh satu atau lebih tanda danj gejala= pucat,
mudah memar, letargi, anoreksia, malaise, demam intermintten, nyeri tulang, atralgia, nyeri
perut, dan perdarahan.3
&ada pemeriksaan fisik akan ditemukan hal-hal sebagai berikut' pucat, petekie, dan
ekimosis pada kulit atau membrane mukosa, perdarahan retina, pembesaran kelenjar getah
bening, hepatosplenomegali, nefromegali, dan nyeri tekan pada tulang. 6eberapa gambaran yang
lebih jarang yang menyatakan infiltrasi leukemik adalah noduil subkutan 9yaitu, leukemia kutis;,
pembesaran kelenjar sali@a 9yaitu, sindrom ikulicH;, pembesaran testis yang tidak nyeri,
kelumpuhan saraf cranial dengan papiledema, dan pembebngkakakn sendi yang nyeri. &riapisme
yang disebabkan oleh leukositosis yang tinggi dan paraparesis atau paraplegia yang disebabkan
oleh kompresi sumsum tulang epidural jarang terjadi. &ada beberapa pasien, infiltrasi pada tonsil,
adenoid, appendiks, atau kelenjar geta bening mesentrik telah menimbulkan inter@ensi bedah
sebelum leukemia terdiagnosis.
itung sel darah permulaan memperlihatkan spectrum abnormalitas yang luas. !nemia,
leukosit, dan hitung differensial yang abnormal, serta trombositopenia biasanya ditemukan saat
diagnosis= jarang sekali beberapa anak memiliki hitung darah yang normal. itung leukosit
berkisar dari #.$ sampai $G## I $# pangkat J >L, seringkali dengan granulositopenia absolute.
el yang paling sering ditemukan pada pulasan sumsum tulang adalah limfoblas atau limfosit.
ipereosinofilia mungkin ada saat diagnosis dan umumnya dianggap reaktif. (onsentrasi b
berkisar dari "#-$5# g>L, dan hitung retikulosit adalah normal atau rendah. itung trombosit
ber@ariasi dari normal sampai snagat rendah dengan nilai median sebesar 5#I $# pangkat J.
(oagulasi intra@ascular diseminata yang biasanya ringan, dapat ditemukan apda !LL sel K.
tudi diagnosis definiti@e memerlukan suatu pemeriksaan sumsum tulang, yang biasanya
secdara total diganti oleh limfoblas leukosit. !spirasi sumsum tulang mungkin sulit karena
adanya fibrosis atau sumsum tulangnya sangat padat, sehingga memerlukan biopsy sumsum
tulang. &reparat usap hasil biopsy jaringan dapat dipulas untuk diagnosis morfologis.
-
8/17/2019 PBL 24, LLA
6/22
+oentgenogram toraks harus dikerjakan untuk menentukan apakah terdapat massa
mediastinal. (adang-#kadang ditemukan infiltrate paru yang menyatakan pneumonia, edema
pulmonal, atau terkadang berupa infiltrasi leukemik. (ira-kira 5#% pasien, hasil roentogram
tulangnya memperlihatkan abnormalitas tulang, yaitu penipisan tulang yang difus, pita
radiolusen trans@ersal apda metafisis tulang panjang, pembentukan tulang baru periosteal, lesi
osteolitik kortikal, osteoskelrosis, dan kolaps @ertebral. Eairan serebrospinal harus diperkisa
karena $#-"#% pasien akan mengandung blas leukemia, tanpa memperhatikan ada tidaknya
manifestasi neurologis.
tudi imunologis pada sel blas leukemik dapat berguna dalam mengakan diagnosis dan
memilih rencana pengobatan yang efektif. &enderita lekuemik sel K kebanyakan anak laki-laki
yang lebih tua dengan massa mediastinal, hepatospeloenomegali dan lemfadenopati yang jelasm
dan sering kali menganai jaringan ekstramedula. !LL sel 6, sering kali memperlihatkan massa
abdomen, leukemia system saraf pusat, dan gangguan metabolic yang serius, dihubungkan
dengan hasil pengobatan yang sangat buruk.
!nak-anak dengan !LL pra-6 memiliki beban sel leukemik yang lebih besar, dan lebih
cenderung menjadi hitam dan memiliki gambaran sitogenetik yang tidak menguntungkan
daripada anak-anak dengan !LL pra-6. akan tetapi, gambaran risiko tinggi !LL sel pra-6
berkaitan dengan adanya t$=$JM. (asus-kasus sel pra-6 transisional memiliki jumlah leukosit
yang lebih rendah dan memiliki rekuensi gambaran sitogenetik yang lebih baik daripada kasus
!LL sel pra-6 dan sel-6. kira-kira $#% kasus !LL pra-6 a*al memiliki blas yang tidak
memperlihatkan antigen !LL umum 9E$#;. ibandingkan dengan kasus pra-6 a*al dengan
E$#-positif, mereka yang tanpa ekspresi antigen ini jumumnya memiliki beban sel leukemik
yang lebih besar, dan lebih cenderung pada bayi atau remaja, dna memiliki frekuensi cirri-ciri
kromosomal sel blas menguntukngkan yang lebih tinggi.
Differential Diagnosis
a Leukemia mielositik akut !L"A#
&ada sebagian besar kasus, gambaran klinis dan morfologi pada pe*arnaan rutin membedakan
!LL dari !L. &ada !LL, blas tidak memperlihatkan adanya diferensiasi 9dengan perkecualian
!LL sel 6;. edangkan pada !L, biasanya ditemukan tanda C tanda diferensiasi kearah
granulosit atau monosit pada blas atau progeninya. iperlukan tes khusus untuk memastikan
6
-
8/17/2019 PBL 24, LLA
7/22
penegakan diagnosis !L atau !LL dan untuk membagi lagi kasus C kasus !L atau !LL ke
dalam subtype yang berbeda.
&ada sebagian kecil kasus leukemia akut, sel blas memperlihatkan adanya gambaran !L
dan !LL sekaligus. Eiri C ciri ini dapat ditemukan pada sel yang sama 9biphenotypic; atau pada
populasi yang terpisah 9bilineal;, dan gambaran ini mencakup ekspresi yang tak *ajar dari
petanda imunologik atau penataan ulang gen yang tak *ajar. al ini disebut leukemia akut
hybrid dan pengobatan biasanya diberikan berdasarkan pola yang dominan.4
b Leukemia limfositik kronik !LLK#
Lebih sering pada orang de*asa sedangkan pada anak sangat jarang. L( lebih sering
ditemukan daripada LL(. Kidak jarang ditemukan L( yang berasal dari mielosis eritremik
9jenis akut; yang kemudian berubah menjadi jenis campuran sebagai eritoleukemia dan
kemudian berubah lagi menjadi L(.4
ejala klinik biasanya ringan bahkan mungkin tidak tampak sakit. (adang C kadang
ditemukan secara kebetulan karena anak diperiksa darah untuk keperluan lain. ering ditemukan
gejala panas dan pucat tanpa perdarahan. Limfadenopati, hepatosplenomegali lebih nyata
dibandingkan dengan leukemia akut dan merupakan gejala yang hampir selalu ditemukan.
&emeriksaan darah tepi selain menggambarkan anemia, juga yang sangat menyolok ialah jumlah
leukosit sangat tinggi 9$##.### C 5##.###>mm3;. Aumlah trombosit tidak terlalu rendah, biasanya
masih lebih dari $##.###>mm3. &ada hitung jenis terlihat semua jenis sel dari stadium muda
sampai tua. &emeriksaan sumsum tulang menunjukkan proliferasi dari seri yang terkena.
&ersentase sel terbanyak dari seri ini akan menetukan diagnosis morfologis.
ystem hemopoetik lain tidak berapa terdesak. 7# -J# % dari kasus L( menunjukkan
adanya kelainan kromosom pada sediaan darah tepi dan sumsum tulang 9kromosom
&hiladelphia;.
&engobatannya ialah dengan radiasi limpa atau pemberian mileran, disamping
menghindarkan infeksi sekunder. +adiasi diberikan sampai jumlah leukosit mencapai $#.###-
"#.###>mm3. ileran diberikan dengan dosis #,#Gmg>kgbb>hari.
&rognosis leukemia kronik lebih baik daripada leukemia akut. 6iasanya penderita dapat
bertahan lebih lama= "#% lebih dari 5 tahun dan beberapa kasus sampai "# tahun.
$ Leukemia mielositik kronik !L"K#
7
-
8/17/2019 PBL 24, LLA
8/22
&asien C pasien ini umumnya mempunyai ri*ayat ruam eksematosa, limfadenopati dan infeksi
bakteri rekuren, karena itu dapat menyerupai penderita penyakit granulomatosa kronik. &ada saat
diagnosis, penderita umumnya pucat dengan purpura serta pembesaran moderat hati dan limpa.4
Kemuan laboratories yang konsisten adalah anemia, trombositopenia dan peningkatan
jumlah leukosit, biasanya sekitar 5#.###>mm3 9berkisar antara $5.### C "##.###>mm3;. ediaan
hapus darah mirip dengan gambaran L( bentuk de*asa dengan adanya sel C sel myeloid
semua stadium diferensiasi. apat ditemukan monositosis yang mencolok, tetapi eosinofilia dan
basofilia tidak konsisten. umsum tulang biasanya selular dengan megakriosit dan sel eritroid
yang lebih sedikit dibanding L( tipe de*asa.
0osfatase alkali leukosit dapat normal atau menurun tapi tidak patognomonik. &roporsi
hemoglobin fetal berkisar antara 3# C 7#% dengan ciri C ciri eritropoesis lainnya, seperti kur@a
disosiasi oksigen fetal, kadar hemoglobin !", antibody terhadap antigen eritrosit dan struktur
rantai gamma.
(emoterapi dengan obat tunggal atau kombinasi amat terbatas atau tak bernilai dalam
induksi remisi atau dalam memperpanjang angka kelangsungan hidup. !da kemungkinan jumlah
leukosit dapat diturunkan tanpa perubahan bermakna pada kadar hemoglobin atau trombosit.
alam perjalanan L( tipe ju@enile, bentuk C bentuk blas dapat meningkat tetapi tidak ada
krisis blas yang khas seperti pada tipe de*asa. &embesaran progresif terdapat pada
organomegali. edian angka kelangsungan hidup sekitar G bulan= kelangsungan hidup sampai "
tahun jarang ditemukan. (ematian terjadi akibat komplikasi kegagalan sumsum tulang
Penatalaksanaan
$. Kransfusi darah, biasanya diberikan bila kadar b kurang dari G g%. &ada trombositopenia
yang berat dan perdarahan masif, dapat diberiNkan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda
tanda ?E dapat dibeNrikan heparin.5
". (ortikosteroid 9prednison, kortison, deksametason dan sebagainya;. etelah dicapai remisi
dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirNnya dihentikan.
3. itostatika. elain sitostatika yang lama 9G merkaptopurin atau G mp, metotreksat atau KO; pada *aktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten seperti @inkristin 9onco@in;,
rubidomisin 9daunorubycine;, sitosin, arabinosid, L asparaginase, siklofosfamid atau E&!,
adriamisin dan sebagainya. )mumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama sama
dengan prednison. &ada pemberian obat obatan ini sering terdapat akibat samping beruNpa
8
-
8/17/2019 PBL 24, LLA
9/22
alopesia, stomatitis, leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiagis. endaknya lebih berhHiti
hati bila jumiah leukosit kurang dari ".###>mm3.4. ?nfeksi sekunder dihindarkan 9bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar yang suci
hama;.
5. ?munoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. etelah tercapai remisi dan jumlahsel leukemia cukup rendah 9$#5 $#G;, imunoterapi mulai diberikan. &engobatan yang
aspesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi 6E atau dengan Eorynae bacterium dan
dimaksudkan agar terbentuk antibodi yang dapat memperkuat daya tahan tubuh. &engobatan
spesifik dikerjakan dengan penyuntiNkan sel leukemia yang telah diradiasi. engan cara ini
diharapkan akan terbentuk antibodi yang spesifik terhadap sel leukemia, sehingga semua sel
patologis akan dihancurkan sehingga diharapkan penderita leukemia dapat sembuh
sempurna.
G. Eara pengobatan.etiap klinik mempunyai cara tersendiri bergantung pada pengalamanNnya.
)mumnya pengobatan ditujukan terhadap pencegahan kambuh dan mendapatkan masa
remisi yang lebih lama. )ntuk mencapai keadaan tersebut, pada prinsipnya dipakai pola
dasar pengobatan sebagai berikut'a. ?nduksi imaksudkan untuk mencapai remisi, yaitu dengan pemberian berbagai obat
tersebut di atas, baik secara sistemik maupun intratekal samNpai sel blast dalam sumsum
tulang kurang dari 5%. b. (onsolidasi 1aitu agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi.
c. +umat 9maintenance; )ntuk mempertahankan masa remisi, sedapat dapatnya suatu masa
remisi yang lama.6iasanya dilakukan dengan pemberian sitostatika separuh dosis biasa.d. +einduksi imaksudkan untuk mencegah relaps. +einduksi biasanya dilakukan setiap 3 G
bulan dengan pemberian obat obat seperti pada induksi selama $# $4 hari.e. encegah terjadinya leukemia susunan saraf pusat. )ntuk hal ini diberikan KO
intratekal pada *aktu induksi untuk mencegah leukemia meningeal dan radiasi kranial
sebanyak ".4##N".5## rad. untuk mencegah leukemia meningeal dan leukemia serebNral.
+adiasi ini tidak diulang pada reinduksi.
f. &engobatan imunologik iharapkan semua sel leukemia dalam tubuh akan hilang sama
sekali dan dengan demikian diharapkan penderita dapat sembuh sempurna.
7. 3 fase &elaksanaan (emoterapi'
$. 0ase ?nduksiimulai 4-G minggu setelah diagnosa ditegakkan. &ada fase ini diberikan terapi
kortikosteroid 9prednison;, @ineristin, dan L-asparaginase. 0ase induksi dinyatakan berhasil jika
9
-
8/17/2019 PBL 24, LLA
10/22
tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan di dalam sumsum tulang ditemukan jumlah
sel muda kuurang dari 5%.". 0ase profilaksis sistem saraf pusat
&ada fase ini diberikan terapi methotreIate, cytarabine, dan hydrocortison melalui
intratekal untuk mencegah in@asi sel leukemia ke otak. Kerapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
3. (onsolidasi
&ada fase ini, kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan remisis dan
mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. ecara berkala, dilakukan
pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Aika
terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.
+elaps adalah munculnya kembali leukemia pada baian manapun di dalam tubuh. +elaps
hematologic dapat ditandai dengan munculnya kembali anemia, leucopenia, trombositpenia,
pembesaran hati atau limpa, nyeri tulang, demam, atau menurunya toleransi kemoterapi secara
tiba-tiba. (arena relaps menyatakan pertumbuhan kembali populasi sel leukemia yang telah
menjadi resisten terhadap kemoterapi, upaya selanjutnya untuk menginduksi remisi harus
bergantung pada beberapa modifikasi terapi asal. (arena hamper semua obat yang efektif untuk
mempertahankan remisi telah digunakan, penyusunan rencan pengobatan sering kali melibatkan
obat eksperimental atau regimen baru bersama dengan obat yang telah digunakan sebelumnya.
&ada kebanyakan pasien, remisi kedua biasanya lebih pendek daripada yang pertama dan
akhirnya dapat timbul resistensi terhadap semua obat antileukemik. Kransplantasi sumsum tulang
merupakan suatu pilihan terapi untuk penderita LL! yang mengalami reaps. eskipun hanya
sekitar sepertiga pasien yang mempunyai donor cocok dan kemungkinan timbulnya kembali
penyakit pada " tahun kira-kira 4#%, transplantasi sumsum tulang mungkin merupakan satu-
satunya kesempatan bagi pasien untuk dapat mempertahankan hidupnya. 6agi mereka yang tidak
mempunyai anggota keluarga dengan L! yang cocok, telah dikembangkan terapi yang baru,
yaitu transplantasi sumsum tulang alogenik9yaitu, dengan menggunakan donor dengan L!
cocok yang bukan anggota keluarga atau donor dengan L! sebagian tidak cocok; dam
transplantasi sumsum tulang autolog.
!nak yang mengalami relaps dalam sumsum tulang selama permulaan terapi, atau segera
setelah terapi a*al dihentiukan, memiliki prognosis jangka panjang yang suram. &asienpasien ini
biasanya gagal untuk mencapai remisi sekunder yang lama dan akhirnya meninggal. ebaiknya,
pasien yang relapsya timbul lebih dari G bulan setelah penghentian terapi secara elektif memiliki
10
-
8/17/2019 PBL 24, LLA
11/22
kesempatan yang baik untuk mecapai dan mempertahankan remisi yang lama dengan pengobatan
intensif ulang yang modern. ari semua pasien yang telah menghentikan semua pengobatan, $#-
$5% dari mereka akan mengalami relaps, sering kali selama tahun pertama setelah terapi
dihentikan. eskipun jarang, telah diamati terdapat relaps inisial setelah G tahun pengehentian
terapi, atau J-$# tahun setelah di diagnosis.
+elaps system saraf pusat dapat terjadi meskipun diberikan terapi intensif dan beberapa
pasien dapat memiliki episode ulang dari leukemia system sarafpusat semenetara sumsum
tulangnya tetap dalam remisi a*al. &ada program pengobatan modern, insidens relaps &
sebagai suatu bukti merugikan pertama selama remisi tidak boleh lebih dari $#%. elalui
pemeriksaan rutin cairan serebrospinal sepanjang perjalanan pengobatan dan tersediannya terapi
pre@entif yang efektif, manifestasi leukemia meningeal adalha tidak laHim de*asa ini.
anifestasi ini terdiagnosis melalui penemuam sel leukemia pada permeriksaan rutin cairanserebrospinal sebelum timbulnya gejala penginkatan tekanan intracranial. &emeriban
metrotreksat intratekal saja atau dikombinasi dengan obat lain biasanya akan membersihkan sel
leukemia dari cairan serebrospinal dalam beberapa minggu, tetapi eradikasi permanen dari
leukemia & adalah sulit. (ita dapat menggunakan reser@oir Pmmaya untuk memeastikan
distribusi obat yang lebih baik dan menghindari pungsi lumbal yang sering. +adiasi adalah satu-
satunya pengobatan kuratif yang terbukti khasiatnya pada leukemia system saraf pusat yang jelas
dan biasanya digunakan setelah control penyakit ytang baik dengan kemoterapi intratekal dan
sistemik. aat yang optimal untuk radiasi system saraf pusat setelah relaps belum ditetapkan.e*asa ini dengan digunakan kemoterapi intesif, frekuensi relaps testi telah berkurang
secara dramatis menjadi kurang dari $%. Pleh karena itu, biopsy terbuka untuk menyingkirkan
keterlibatan mikroskopik tidak lagi diperlukan. anifestasi leukemia testicular yang jelas harus
dicurigai bila terdapat pembengkakakn tanpa nyeri atau pengerasan testis. iagnosisnya
ditetapkan dengan biopsy yang harus terbuka, bilateral, dan didahului dengan pemeriksaan
sumsum tulang dan cairan serebrospinal karena relaps yang simultan pada tempat itu akan
mengubah pentalaksanaan. &asien dapat bertahan hidup lebih lama bila diobati dengan radiaso
local pada kedua testis dan kemoiterapi kombinasi sistemik.
Leukemia yang menyerang o@arium, ginjal, mata, tulang, atau organ @iscera lain jarang
terjadi selama remisi hematologic. ejalan dengan relaps yang terjadi pada sumsum tulang,
kekambuhan selama terapi menunjukan prognosis yang buruk.
+A?< K+!&? 0(K?0 )
-
8/17/2019 PBL 24, LLA
12/22
%nduksi remisi selama & bulan
Prednison : '( mg)"*)hari per oral selama *+ hari
,inkristin : &-. mg)"*)minggu intra/ena selama ' minggu
Daunomisin : *. mg)"*)minggu intra/ena selama ' minggu
Profilaksis susunan saraf pusat !dimulai pada minggu keempat bila telah ter$apai
remisi#Pen0inaran kranial dengan 1o2( : selama * 3 minggu- dosis total :&+(( rad
"etrotreksat intratekal : &* mg)"* dua kali seminggu selama * minggu
selama pen0inaran kranial : dosis tunggal terbatas sampai &. mg
Lanjutkan terapi selama 4( bulan
25"erkaptopurin : .( mg)"*)*' jam- per oral
"etrotreksat : *( mg)minggu- intra/ena
6tiologi
&enyebab yang pasti dari leukemiabelum diketahui, tetapi terdapat factor predisposisi
yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu ' "
$ 0actor genetic
&enderita sindrom o*n memiliki insidensi leukimia akut "# kali lebih besar dari orang
normal. &ada kembar identik bila salah satu menderita leukemia maka kembarannya beresiko
menderita leukemia pula dalam 5 tahun, dan insiden leukemia pada saudara kandung meningkat
4 kali bila salah satu saudaranya menderita leukemia" +adiasi
+adiasi dapat meningkatkan frekuensi L! dan L!. Kidak ada laporan mengenai
hubungan antara radiasi dengan LL(. 6eberapa laporan yang mendukung '
• &ara pega*ai radiologi lebih sering menderita leukimia.
• &enderita dengan radioterapi lebih sering menderita leukimia.
• Leukimia ditemui pada korban hidup kejadian bom atom iroshima dan
-
8/17/2019 PBL 24, LLA
13/22
dengan !L, tampak tidak ada usia puncak. ?nsiden LL! lebih tinggi pada anak kulit putih
daripada anak kulit ber*arna 9rasio $,2'$;, tetapi prediksi rasial belum diperlihatkan baik untuk
!L maupun EL di !merika erikat. +asio laki-laki terhadap perempuan untuk semua jenis
leukemia anak adalah $,4 ' $ untuk kulit putih dan $,$ untuk kulit hitam. "
!nak kulit putih memiliki risiko menderita leukemia adlam $5 tahun pertama
kehidupaannya kira-kira $ dalam "JJ#. audara kandung dari anak leukemia memiliki risiko
yang sedikit meningkat dalam $# tahun pertama kehidupannya. Aika leukemia terjadi pada satu
anak kembar monoHigot, maka terdapat kemungkinan bah*a anak kembar yang kedua kana
menderita leukemia dalam G tahunh pertama kehidupannya sebesar "#%= setelah itu risikonya
sama seperti pada saudara kandung lain. Kemuan baru-baru ini mengenai kelainan genetic sel
yang leukemia identik pada pasangan kembar monoHigot menunjukan bah*a metastasis
intrauterine menyebabkan leukemia yang sama. uatu risiko yang lebih tingg dari normal untuk
perkembangan leukemia telah dihubungkan dengan berbagai macam kelainan. !nak-anak yang
menderita sindrom o*n memiliki risiko $ dalam J5 sebelum mencapai $# tahun. LL! dominan
terjadi pada anak yang berusia lebih tua. &asien dengan kromosom yang mudah rusak seperti
pada !nemia 0anconi, sindrom 6loon, dan ataksia telengiektasis, memiliki risiko tinggi untuk
menderita leukemia. Auga terdapat laporan leukemia tersendiri pada pasien dengan
neurofibromatosis, sindrom &oland, indrom (linerfelter, indrom +ubinstein-Kaybi, indrom
ch*achmann, agranulositosis, ?nfantil (ostmann, ?nkontinensia &igmenti, dan defisiensi
lutation reduktase ?ndi@idu yang menderita kelainan pada system imunnya, apakah
konstitusional atau didapat juga memiliki risiko yang meningkat. Leukemia telah dihubungkan
dejgan pemajanan radiasi pengion dan hidrokarbon seperti 6enHen.
Patofisiologi
(arsinogenesis' asar olekular (anker
• (erusakan genetic nonletal merupakan hal sentral dalam karsinogenesis. (erusakan9atau
mutasi; genetic semacam ini mungkin didapat akibat pengaruh lingkungan, seperti Hat
kimia, radiasi, atau @irus, atau di*ariskan dalam sel germinati@um. ipotesis genetic
pada kanmker mengisyaratkan bah*a massa tumor terjadi akibat ekspansi klonal satu sel
progenitor yang telah mengalami kerusakan genetic9yaitu tumor bersifat monoclonal;.
&endapat ini telah terbukti pada sebagian besar tumor yang dianalisis. (lonalitas tumor
mudah dinilai pada perempuan yang bersifat heteroHigot untuk berbagai penanda terkait-
13
-
8/17/2019 PBL 24, LLA
14/22
O polimorfik, sperti enHim glukosa-G-fosfat dehidrogenase atau restriction fragment
length polymorphism terkait-O.G
• Kiga kelas gen regulatorik normal-protoonkogen yang mendorong pertumubuhan gen
penekan kanker 9tumor suppressor gene; yang menghambat pertumbuhan= dan gen yang
mengatur kematian sel terencana 9programmed cell death; atau apoptosisQmutan
protoonkogen disebut onkogen. !lel ini dianggap dominan karena menyebabkan
trasnoformasi sel *alaupun pasangan>padanan normalnya ada. ebaliknya, kedua alel
normal pada gen penekan tumor harus mengalami kerusakan sebelum transformasi dapat
berlangsung sehingga kelompok gen ini kadang-kadang disebut sebagai onkogen resesif.
en yang mengendalikan apoptosis mungkin dominan,seperti potoonlogen, atau
berpreilaku sebagai gen penekan tumor.
• elain ketiga kelas gen yang disebutkan di atas, katehori gen keempat, yaitu gen yang
mengatur perbaikan
memperbaiki
langsung dengan memengaruhi kemampuan organism memperbaiki kerusakan nonletal di
gen lain, termasuk protoonkogen, gen penekan tumor, dan gen yang mengendalikan
apoptosis. (erusakan pada gen yang memperbaiki
mutasi luas di genom dan transformasi neoplastik,.
• (arsinogenesis adalah suatu proses banyak tahap, baik pada tingkat fenotipe maupun
genotype. uatu neoplasma ganas memiliki beberapa sifat fenotipik, misalnya
pertumbahan berlebihan, sifat in@asi@e local, dan kemampuan metastasis jauh, sifat ini
diperoleh secara bertahap, suatu fenomena yang disebut tumor progression. &ada tingkat
molecular progreso ini terjadi akibat akumulasi kelainan genetic yang apda sebagian
kasus dipermudah oleh adanya gangguan pada perbaikan
mempermudah tumor progression melibatkan tidak saja gen pengendali pertumbuhan,
tetapi juga gen yang mengendalikan angiogenesis, in@asi, dan metastasis. el kanker juga
harus mele*atkan proses penuaan normal yang membatasi pembelahan sel.
Keori umum tentang patofisiologi leukemia adalah bah*a satu sel induk mutan, mampu
memperbaharui diri secara tidak terhingga, menimbulkan prekusor hematopoietic berdiferensiasi
buruk maligna yang membelah diri pada kecepatan yang sama atau lebih lambat daripada
pasangannya yang normal. &ada studi glukosa G-fosfat dehidrogenase, perkembangan uniseluler
14
-
8/17/2019 PBL 24, LLA
15/22
dari neoplasma telah diperlihatkan dengan menumakan satu jenis G& dalam sel ganas dari
pasien heteroHigot yang memiliki pola enHim ganda dalam jaringan normal mereka. &enentuan
pola metilasi dari polimorfisme panjang-fragmen-restriksi yang terkait-O pada perempuan
heteroHigot merupakan metode sensiti@e lain dalam prinsip analisis yang sama. !kumulasi sel
blas menghambat produksi normal granulosit, eritrosit, dan trombosit, sehingga mengakibatkan
infeksi, anemia, dan perdarahan. el leukemia dapat menginfiltrasi setiap organ dan
menyebabkan pembesaran dan gangguan fungsi organ tersebut."
enetika molecular mengenal beberapa mekanisme genetic pada leukemogenesis, seperti'
$. isregulasi proto-onkogen seluler oleh jukstaposisinya terhadap elemen pengatur pada
gen jaringan9missal, diseregulasi c-myc oleh gen ?g pada !LL sel-6 dengan t2=$4M,
t2=""M, atau t"=2M.
". 0usi gen pada taut translokasi yang membangkitkan protein chimeric dengan mengubahisis9missal, fusi protein "!-&6O$ pada kromosom &hiladelphia-leukemia positif;.
3. !kti@asi gen yang mencegah kematian sel yang terprogram9apoptosis= ekspresi 6EL-";.4. ilangnya fungsi gen supresor pada tumor9missal, retinoblastoma dan gen p53;tGgyGg.
(asus LL! disubklasifikasikan menurut gambaran morfologik, imunologi, dan genetic sel induk
leukemia. iagnosis psati biasanya didasarkan atas pemeriksaan aspirasi sumsum tulang.
ambaran sitologik sel induk amat ber@ariasi *alaupun dalam satu cuplikan tunggal, sehingga
tidak ada klasifikasi morfologik yang memuaskan. ystem 0!6, membedakan tiga subtype
morfologik L$, L", dan L3. &ada lomfoblas L$ umum nya kecil dengan sedikit sitoplasma= pada
sel L" lebih besar dan pleomorfik dengan sitplasma lebih banyak, bentuk inti irregular, dan
nucleoli nyata= dan sel L3 mempunyai kromatin inti homogeny dan berbintik halis, nucleoli jelas,
dan sitoplasma biru tua dengan @akuolisasi nyata. (arena perbedaan yang subjektif antara blas
L$ dan L" dan korelasi dengan penanda imunologik dan genetic yang sedikit, hanya subtype L3
yang mempunyai arti klinis.
15
-
8/17/2019 PBL 24, LLA
16/22
(lasifikasi LL! bergantung kepada kombinasigambaran sitologik, imunologik, dan
kariotip. engan antibody monoclonal yang mengenali antigen permukaan sel yang terkait
dengan galur sel dan antigen sitoplasma, maka imunotipe dapat ditntukan pada kebanyakan
kasus. )mumnya berasal dari sel progenitor-6= lebih kurang $5% berasal dari sel progenitor-K=dan $% dari sel 6 yang relati@e matang. ?munotipe ini mempunyai implikasi prognostic maupun
terapeutik.
Komplikasi
(omplikasi metabolic pada anak dengan !LL dapat disebabkan oleh lisis sel leukemik akibat
kemoterapi atau secara spontan dan komplikasi ini dapat mengancam ji*a pasien yang memiliki
beban sel leukemia yang besar. Kerlepasnya komponen intraseluler dapat menyebabkan
hiperurisemia sekunder. 6eberapa pasien dapat menderita nefropati asam urat atau
nefrokalsinosis. Aarang sekali timbul urolitiasis dengan obstruksi ureter setelah pasien diobati
untuk leukemia. idrasi, pemberian alupurinol dan alumunium hidroksida, serta penggunaan
alkalinisasi urin yang bijaksana dapat mencegah atau memperbaiki komplikasi ini. ?nfiltrasi
leukemik yang difus pada ginjal juga dapat menimbulkan kegagalan ginjal. Kerapi @inkristin atau
siklofosfamid dapat mengakibatkan peningkatan hormone antidiuretik, dan pemberian
16
-
8/17/2019 PBL 24, LLA
17/22
antibiotika terteni yang mengandung natrium, seperti tikarsilin atau karbenisilin, dapat
mengakibatkan hipokalemia. iperglikemia terjadi pada $#% pasien setelah pengobatan dengan
prednisone dan asparaginasi dan memerlukan penggunaan insulin jangka pendek.
(arena efek mielosupresif dan imunosupresif penyakit itu dan juga kemoterapi, anak
yang menderita leukemia loebih rentan terhadap infeksi. ifat infeksi ini ber@ariasi dengan
pengobatan dan fase penyakit. ?nfeksi yang paling a*al ada lah bakteri, yang dimanifestasikan
oleh sepsis, pneumonia, selulitis, dan otitis media. &seudomonas aeruginosa, scherichia coli,
taphylococcus aureus, (lebsiella penumoniae, taphylococcus epidermidis, &roteus mirabilis,
dan aemophilus influenHa adalah organism yang biasanyta menyebabkan sepsis. etiap pasien
yang mengalami febris dengan granulositopenia yang berat harus dianggap septic dan dibotai
dengan antibiotika spectrum luas. Kransfuse granulosit diindikasikan untuk pasien dengan
granulositopenia absolute dan septicemia akibat kuman gram begatif yang berespons buruk
terhadap pengobatan.",3
engan pengobatan kemoterapi yang intensif dan pemajanan antibiotika atau
hidrokortison yang lama, infeksi jamur yang diseminata oleh Eandida atau !spergillus lebih
sering terjadi, meskipun oirganisme itu sulit dibiakkan dari bahan darah. &emindaian EK scan
bermanfaat untuk mengetahui keterlibatan organ @iscera. !bses paru, hati, limpa, ginjal, sinus,
atau kulit member kesan infeksi jamur. iagn osisnya biasanya dapat ditegakkan dengan
menemukan organism bersangkutan dalam sampe biopsy.= amfoterisin 6 adalah pengobatan
pilihan, dengan 5-0luorositosin dan rifampisin kadangkala ditambahkan iuntuk memperkuat efek
obat tersebut.
&neumonia &neumocystis carinii yang timbul selama remisi merupakan komplikasi yang
sering dijumpai pada masa lalu, tetapi sekarang telah jarang karena adanya kemoprofilaksis rutin
dengan trimetroprim-sulfametoksaHol. ?nfeksi @irus pada penderia leukemia terutama yang
disebabkan oleh @irus @arisela, sitomegalo@irus, @irus herpes simpleks, dan @irus campak,
mungkin besar sekali. !siklo@ir merupakan pengibatan pilihan untuk pasien yang menderita
infeksi arisela atau @irus herpes simpleks. e*asa ini, terapi gabungan antara gansilo@ir dengan
?munoglobulin sitomegalo@irus telah digunakan untuk mengobati infeksi sitomegalo@irus.
?mmunoglobulin Hoster yang diberikan dalam JG jam pemakanan biasanya akan mencegah atau
memodifikasimaifestasi klinis @arisela. Faksin yang mengandung @irus carisela yang dilemahkan
telah diberikan dengan aman pada anak yang menerima kemoterapi untuk leukemia dan
17
-
8/17/2019 PBL 24, LLA
18/22
menimbulkan imunitas terhadap cacar air yang bertahan selama lebih dari 3 tahun. (arena
penderita leukemia lebih rentan terhadap infeksi, @aksin yang mengandung @irus hidup 9polio,
mumps, campak, rubella; tidak boleh diberikan.
(arena adanya trombositopenia yang disebabkan oleh leukemia atau pengobataannya,
manifestasi perdarahan adalah umum tetapi biasanya terbatas pada kulit dan membrane mukosa.
anifestasi perdarahan pada system saraf pusat, paru, atau saluran cerna jarang terjadi tetapi
dapat mengancam ji*a pasien. Kransfuse dengan komponen trombosit diberikan untuk episode
perdarahan. (oagulopati akibat koagulasi intra@ascular diseminata, gnagguan fungsi hati, atau
kemoterapi pada !LL biasanya ringan. e*asa ini, thrombosis @ena perifer atau serebral, atau
keduanya, telah dijumpai pada $-3% anak setelah induksi pengobatan dengan prednisone,
@inkristin, dan asparginase. &atogensis dari komplikasi ini belum diketahui tetapi disebabkan
oleh status hiperkoagulasi akibat obat. 6iasanya obat yang dapat menyebabkan gangguan fungsi
trombosit seperti salisilat, harus dihindari pada penderita leukemia.
engan adanya keberhasilan dalam pengobatan !LL, perhatian sekarang lebih banyak
ditujukan pada efek terapi yang lambat. &rofilaksis sitem saraf pusat dan pengobatan sitemik
yang diintensifkan telah mengakibatkan leukoensefalopati, mineralisasi mikroangiopati, kejang,
dan gangguan intelektual pada beberapa pasien. &asien juga memiliki risiko tinggi untuk
menderita keganasan sekunder. Laporan baru tentang tumor otak dan !L sekunder yang terjadi
pada anak-anak ini jelas menjadi perhatian. fek lambat lainnya adalah gangguan pertumbuhan
dan disfungsi gonad, tiroid, hati, dan jantung. (erusakan jantung terutama terjadi secara
tersembunyi, karena gangguanm fungsional dapat tidak terlihat sampai beberapa tahu kemudian.
Kerdapat juga beberapa pertanyaan mengenai arteri koroner serta insufisiensi miokard dini.
edikit informasi yang didapat tentnang efek teratogenik dan mutagenic pada terapi
antileukemik, meskipun demikian tidak ada bukti meningkatnya cacat lahir di antara anak yang
dilahirkan oleh orang tua yang pernah mendapat pengobatan leukemia.
Prognosis
6anyak gambaran klinis telah dipakai sebagai indicator prognosis, tetapi kehilangan arti karena
keberhasilan terapi. (arena itu, terapi merupakan factor prognsostik tunggal yang paling penting.
itung leukosit a*al mempunya hubungan linier terbaliuk dengan kemungkinan sembuh. )ymur
pada *aktu diagnosis juga merupakan peramal yang dapat dipercaya. &enderita berumur lebih
dari $# tahun dan yang kurang dari $" bulan yang mepunyai penyusunan kembali kromosom
18
-
8/17/2019 PBL 24, LLA
19/22
yang menyangkut region $$R"3, jauh lebih buruk disbanding anak dari kelompok umur
pertengahan. 6eberapa kelainan kromosom mempengaruhi hasil terapi. iperploidi lebih dari 5#
kromosom berkaitan dengan hasil terapi baik dan member repons terhadap terapi bernasis
antimetabolit. ua translokasi koromosom-tJ=""M, atau kromosom &hiladelphia, dan t4=$$M-
mempunyai prognosis buruk. 6eberapa peneliti menganjurkan EK sela,a remisi inisial pada
penderita degan translokasi tersebut.
LL! progenitor sel 6 dengan t$=$JM mempunyai prognosis kurang baik dibandingkan kasus lain
dengan imunofenotip ini= hanya G#% dari penderita akan remisi setelah 5 tahun jika tidak
mendapat terapi sangat intensif."
Pen$egahan
& engatasi keletihan > intoleransi akti@itas' "
a. (aji adanya tanda-tanda anemia' pucat, peka rangsang, cepat lelah, kadar b rendah.
b. &antau hitung darah lengkap dan hitung jenis
c. 6erikan cukup istirahat dan tidur tanpa gangguan
d. inimalkan kegelisahan dan anjurkan bermain yang tenang
e. 6antu pasien dalam akti@itas sehari-hari
f. &antau frekuensi nadi, prnafasan, sebelum dan selama akti@itas
g. (etika kondisi membaik, dorong akti@itas sesuai toleransi
h. Aika diprogramkan, berikan packed +6E". encegah terjadinya infeksi
a. Pbser@asi adanya tanda-tanda infeksi, pantau suhu badan laporkan jika suhu : 32oE yang
berlangsung : "4 jam, menggigil dan nadi : $## I > menit.
b. adari bah*a ketika hitung neutrofil menurun 9neutropenia;, resiko infeksi meningkat,
maka'
$. Kampatkan pasien dalam ruangan khusus
". ebelum mera*at pasien' cuci tangan dan memakai pakaian pelindung, masker dan
sarung tangan.
3. Eegah komtak dengan indi@idu yang terinfeksi
c. Aaga lingkungan tetap bersih, batasi tindakan in@asif
d. 6antu ambulasi jika mungkin 9membalik, batuk, nafas dalam;
e. Lakukan higiene oral dan pera*atan perineal secara sering.
19
-
8/17/2019 PBL 24, LLA
20/22
f. &antau masukan dan haluaran serta pertahankan hidarasi yang adekuat dengan minum 3
liter > hari
g. 6erikan terapi antibiotik dan tranfusi granulosit jika diprogramkan
h. 1akinkan pemberian makanan yang bergiHi
3. encegah cidera 9perdarahan;
a. Pbser@asi adanya tanda-tanda perdarahan dengan inspeksi kulit, mulut, hidung, urine,
feses, muntahan, dan lokasi infus.
b. &antau tanda @ital dan nilai trombosit
c. indari injesi intra@ena dan intramuskuler seminimal mungkin dan tekan 5-$# menit
setiap kali menyuntik
d. unakan sikat gigi yang lebut dan lunak
e. indari pengambilan temperatur rektal, pengobatan rekatl dan enema
f. indari akti@itas yang dapat menyebabkan cidera fisik atau mainan yang dapat melukai
kulit.
4. emberikan nutrisi yang adekuat
a. (aji jumlah makanan dan cairan yang ditoleransi pasien
b. 6erikan kebersihan oral sebelum dan sesudah makan
c. indari bau, parfum, tindakan yang tidak menyenangkan, gangguan pandangan dan
bunyi
d. )bah pola makan, berikan makanan ringan dan sering, libatkan pasien dalam memilih
makanan yang bergiHi tinggi, timbang 66 tiap hari
e. ajikan makanan dalam suhu dingin > hangat f. &antau masukan makanan, bila jumlah
kurang berikan ciran parenteral dan muntah
d. !njurkan minum dalam porsi kecil dan sering
e. (olaborasi pemberian cairan parenteral untuk mempertahankan hidrasi sesuai indikasi
G. !ntisipasi berduka
a. (aji tahapan berduka oada anak dan keluarga
20
-
8/17/2019 PBL 24, LLA
21/22
b. 6erikan dukungan pada respon adaptif dan rubah respon maladaptif
c. Luangkan *aktu bersama anak untuk memberi kesempatan eIpress feeling
d. 0asilitasi eIpress feeling melalui permainan
7. emberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga tentang'
a. &roses penyakit leukemia' gejala, pentingnya pengobatan > pera*atan.
b. (omplikasi penyakit leukemia' perdarahan, infeksi dll.
c. !kti@itas dan latihan sesuai toleransi
d. engatasi kecemasan
e. &emberian nutrisi
f. &engobatan dan efek samping pengobatan
2. eningkatkan peran keluarga
a. Aelaskan alasan dilakukannya setiap prosedur pengobatan > dianostik
b. Aad*alkan *aktu bagi keluarga bersama anak tanpa diganggu oleh staf +
c. orong keluarga untuk eIpress feelings
d. Libatkan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan pera*atan si anak
J. encegah gangguan citra diri > gambaran diri
a. orong pasien untuk eIpress feelings tentang dirinya
b. 6erikan informasi yang mendukung pasien 9 misal= rambut akan tumbuh kembali, berat
badan akan kembali naik jika terapi selesai dll.;
c. ukung interaksi sosial > peer group
d. arankan pemakaian *ig, topi > penutup kepala.
Kesimpulan
Leukemia Limfositik !kut merupakan penyakit keganasan yang masih belum diketahui dengan
pasti penyebabnya. alam mediagnosis Leukemia Limfositik !kut, harus dilakukan pemeriksaan
hematologi, dan pemeriksaan penunjang lainnya. &enatalaksanaan yang masih dipakai sampai
sekarang masih kemoterapi, dan juga telah digunakan transplantasi sumsum tulang, tetapi belum
dapat diketahui dengan psati apakah efektif atau tidak. &ada umumnya, prognosis LL! tidak
begitu baik, karena sering terjadi relaps dan suatu saat akan terjadi resistensi terhadap
kemoterapi.
Daftar Pustaka
21
-
8/17/2019 PBL 24, LLA
22/22
$. 6urnside, Aohn S.iagnosis 0isik. disi $7. Aakarta' &enerbit 6uku (edokteran E, $J2J.
$7"-5, "2"-5.". &ui E, Erist S. Leukemia. alam' +udolph !!, editor. 6uku !jar &ediatri +udolph.
disi ke-"#. Folume ". Aakarta' &enerbit 6uku (edokteran E,"##7.h.$3J5-J3. assan, +usepno dkk. Leukemia. 6uku (uliah ?lmu (esehatan !nak. 6agian $. Eetakan ke-
$$. &ercetakan ?nfomedika, Aakarta' "##7. h.4GJ-7J.
4. Saldo, .