documentpb

Download DocumentPB

If you can't read please download the document

Upload: pandu-nugroho-kanta

Post on 06-Aug-2015

15 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

PB

TRANSCRIPT

PERBEDAAN AKTIVITAS FISIK TINGGI TERHADAP KESUBURAN PADA WANITA PELATIH SENAM AEROBIK Erlia Indra Paramitha1, Zulkhah Noor2 Jurusan Kedokteran Umum Program Sarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI Gaya hidup sehat sepertinya sudah menjadi kebiasaan yang lekat dalam geliat dinamika masyarakat dewasa ini. Olah raga menjadi tren tersendiri di kalangan masyarakat kita. Masyarakat telah menyadari efek positif yang dihasilkan dari olah raga yang teratur. Olah raga untuk kesehatan tersebut memerlukan takaran yang pas, sebab telah dipahami bahwa tidak setiap olah raga akan memberikan efek positif. Olah raga dengan intensitas tinggi dikhawatirkan berpengaruh terhadap kesuburan dan kesehatan reproduksinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan ada tidaknya ovulasi, keteraturan siklus menstruasi, kejadian perdarahan saat hamil serta aborsi pada wanita pelatih senam aerobik frekuensi rendah dan tinggi. Subyek penelitian ini adalah 40 wanita pelatih senam aerobik yang memenuhi kriteria subyek. Subyek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 1).frekuensi rendah (aktivitas melatih kurang atau sama dengan 7 kali per minggu) dan 2).frekuensi tinggi (aktivitas melatih lebih dari 7 kali per minggu). Penelitian ini menggunakan alat berupa kuesioner dan thermometer suhu badan. Data yang diperoleh kemudian dianalis menggunakan uji beda Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan prosentase ada tidaknya ovulasi pada pelatih frekuensi rendah yang mengalami ovulasi sebanyak 100% dan pada pelatih frekuensi tinggi sebanyak 53.30%. Prosentase keteraturan siklus menstruasi pada pelatih frekuensi rendah yang teratur sebanyak 35.00% dan pada pelatih frekuensi tinggi sebanyak 70.00%. Prosentase kejadian perdarahan saat hamil pada pelatih frekuensi rendah sebanyak 18.2% dan pada pelatih frekuensi tinggi sebanyak 14.3%. Prosentase kejadian aborsi pada pelatih frekuensi rendah dan tinggi sebanyak 0%. Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa tidak didapatkan perbedaan yang signifikan mengenai ada tidaknya ovulasi (p = 0,208) dan kejadian perdarahan saat hamil (p = 0,829) pada wanita pelatih senam aerobik frekuensi rendah dan frekuensi tinggi, akan tetapi didapatkan perbedaan yang signifikan mengenai keteraturan menstruasi (p = 0,027). Pada variabel aborsi tidak dapat dilakukan uji beda karena semua pelatih tidak pernah mengalami aborsi. Kata kunci : aerobik, pelatih wanita, ovulasi, menstruasi, perdarahan saat

1

hamil.

1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2. Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

THE DIFFERENCES BETWEEN HIGH AND LOW FREQUENCY PHYSICAL ACTIVITIES TOWARD FERTILITY IN WOMAN AEROBIC INSTRUCTOR Erlia Indra Paramitha1, Zulkhah Noor2 ABSTRACT Nowadays, healthy life style had become a habitual in dynamic community. Sport becomes a trend in our community. The community realized the positive effect of regular exercise itself. Sport to be health needs a right scope, because it had understood that not all of exercise will give the positive effect to our body. Exercise with high intensity to be afraid can influence to fertility and reproduction health. The purpose of this research is to know the differences of ovulation cycle, menstrual cycle regularity, vaginal bleeding during pregnancy, and abortion between woman aerobic instructor with high and low frequency. This research subject is woman aerobic instructor based on subject criteria, counted 40 respondents. The research subject is divided in to two groups: 1).low frequency (who training more than or same with 7 times per week) and 2).high frequency (who training less than 7 times per week). This research is using tools that are questioner and body thermometer. The collected data is analyzed by Chi-square test. Research result shows that percentage of ovulation in low frequency instructor is 100% and high frequency instructor is 53.30 %. Percentage of regular menstrual cycle in low frequency instructor is 35.00% and high frequency instructor is 70.00 %. Percentage of vaginal bleeding during pregnancy in low frequency instructor is 18.20% and high frequency instructor is 14.30 %. Percentage of abortion in low frequency and high frequency instructor is 0 %. Based on the research result can conclude that there is no difference significantly about ovulation (p = 0.208) and vaginal bleeding during pregnancy (p = 0.829) in low frequency and high frequency instructor, but there is difference significantly about menstrual cycle in low frequency and high frequency instructor. In variable of abortion can not be analyzed, because of all instructor in low and high frequency never had abortion.

2

Keyword: aerobic, woman instructor, ovulation, menstrual cycle, vaginal bleeding during pregnancy.

1. Student of Medical Faculty University of Muhammadiyah Yogyakarta 2. Guidance Lecture of The Research Medical Faculty University of Muhammadiyah Yogyakarta

i.Pendahuluan Salah satu olah raga yang banyak digemari oleh masyarakat adalah senam. Senam ada berbagai macam, diantaranya senam lantai, senam hamil, senam aerobik, senam pramuka, senam kesegaran jasmani (SKJ), dll. Senam aerobik merupakan gabungan gerakan-gerakan yang energik dan kreatif, beriramakan cepat dengan gerakan dasar kaki jalanloncat sesuai dengan fungsi senam aerobik itu sendiri. Manfaat senam aerobik adalah meningkatkan kesehatan jantung dan stamina tubuh. Tapi bila dilakukan secara tidak benar bisa menimbulkan cedera (Sriwijaya Post, 2004). Pada saat senam selalu ada seorang instruktur yang bertugas mengawasi dan memberi contoh gerakan gerakan senam pada pesertanya. Instruktur senam memiliki kemampuan senam yang lebih baik. Hal ini diperoleh karena instruktur senam melakukan latihan senam secara tertatur dan terukur, serta frekuensi perminggu yang sangat tinggi yaitu 5-7 kali dan lama latihan minimal 1 jam.

3

Sebuah penelitian mengindikasikan bahwa latihan dapat menyebabkan abnormalitas pada sistem reproduksi termasuk

amenorrhea sekunder (keadaan tidak menstruasi dalam 3 bulan atau lebih) dan oligomenorrhea (siklus menstruasi yang irregular), yang bisa saja merupakan efek dari disfungsi hipotalamus (Warren dan Periroth, 2001). Dari jurnal Emerald, Nutrition & Food Science menyebutkan bahwa penelitian Emma Derbyshire tentang Aktifitas Fisik dan Ketidaksuburan menemukan hasil abnormalitas sistem reproduksi banyak terjadi pada wanita yang energinya tidak seimbang yakni pada wanita yang

beraktifitas tinggi atau kekurangan intake energi. Intensitas tinggi dan durasi yang lama dari aktivitas fisik sudah lama dikait-kaitkan dengan perubahan sekresi hormone reproduksi (Baker, 1981). Perubahan endokrinologi wanita mungkin bisa secara tidak langsung, reproduksi atau dan secara langsung mempegaruhi buruk perubahan fungsi

kemungkinan

paling

dapat

menyebabkan

ketidaksuburan. Perubahan rasio hormon-hormon dan pengerahan energi yang terjadi pada atlet senam intensitas tinggi diduga juga

mempengaruhi proses kehamilan. Perubahan ratio estrogen terhadap progesteron akan mempengaruhi proses kehamilan. Kadar progesteron yang kurang dominan atau kadar estrogen /androgen yang dominan akan merangsang kontraksi uterus, melemahkan kehamilan (Greenspan, 1991). Kondisi ini ditunjukkan dengan gejala perdarahan hingga aborsi. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan dalam pendahuluan, maka dapat dirumuskan masalah : Berapa banyak wanita beraktivitas intensitas tinggi yang mengalami gangguan kesuburan dan apakah

4

intensitas latihan berpengaruh terhadap timbulnya gangguan kesuburan? Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa bermakna implikasi aktivitas senam intensitas tinggi terhadap gangguan kesuburan instruktur senam perempuan di wilayah Yogyakarta. Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat praktis dasar ilmiah bukti nyata pengaruh aktivitas fisik tinggi terhadap kesehatan reproduksi dan upaya-upaya promotif-preventif serta pustaka untuk penelitian lebih lanjut. menjadi sumber

ii.Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang bersifat cohort prospective longitudinal study. Pengambilan data penelitian ini dilaksanakan pada Juli - September 2007 dan November 2008 Juni 2009 di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sampel adalah instruktur senam aerobik wanita yang berusia 18 35 tahun, melatih lebih dari tujuh kali dalam satu minggu atau kurang dari sama dengan tujuh kali dalam satu minggu, riwayat melatih lebih dari satu tahun. serta mengkonsumsi makan 2 kali atau lebih dalam sehari Kriteria subyek Kriteria Inklusi adalah wanita berusia 18 35 tahun dan makan minimal dua kali dalam satu hari. Kriteria Ekslusi untuk vaariabel ovulasi ialah wanita yang sedang mengikuti semua jenis program Keluarga Berencana baik dengan metode suntik, pil, maupun spiral. Variabel penelitian Variabel dependen (tergantung) adalah masa subur/ovulasi, panjang

5

siklus menstruasi, aborsi/perdarahan pada saat hamil diambil data dengan kuesioner dan mengukur suhu badan basal dengan termometer badan. Variabel independent (bebas) adalah frekuensi melatih senam dalam satu mingu dan nutrisi diambil data dengan kuesioner. Cara Kerja Salah satu cara untuk mengetahui masa subur adalah dengan mengukur suhu badan basal, yakni suhu badan pada saat baru bangun tidur. Pada saat masa subur suhu badan naik kurang lebih 0,5 oC. Cara mengukur suhu badan basal adalah menyiapkan thermometer badan

pada titik kurang dari 35oC (kibaskan), lalu letakkan thermometer pada ketiak, tunggu kurang lebih 3 menit, dan lihat tanda yang ditunjukkan pada thermometer. Analisis Data Analisis data menggunakan uji beda Chi-square (X2).

iii. Hasil Penelitian Penelitian dilaksanakan di beberapa sanggar senam aerobik di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dalam kurun waktu Juli - September 2007 dan November 2008 Juni 2009. Responden terdiri dari 40 pelatih senam aerobik wanita yang terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok yang pertama adalah pelatih senam aerobik yang mempunyai frekuensi melatih tinggi yakni yang mempunyai jadwal melatih lebih dari tujuh kali dalam satu minggu. Sedangkan kelompok kedua adalah pelatih senam aerobik yang mempunyai frekuensi

6

melatih rendah yakni yang mempunyai jadwal melatih kurang dari sama dengan tujuh kali dalam satu minggu. Tabel 1. Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Intensitas MelatihFrekuensi melatih/Minggu Tinggi (>7 kali/minggu) Rendah ( 7 kali/minggu) Total Jumlah 20 20 40 Persen 50 % 50 % 100 %

Responden penelitian meliputi beberapa kriteria, yakni wanita usia 21-40 tahun, sudah menjadi pelatih senam aerobik minimal 1 tahun, dan makan minimal dua kali dalam satu hari. Khusus untuk faktor ovulasi memiliki kriteria ekslusi yakni sedang tidak menggunakan alat kontrasepsi hormonal seperti KB suntik, pil KB, dan lain-lain. Tabel 2. Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Umur, Lama Melatih dan Status Penggunaan Alat Kontrasepsi HormonalKarakteristik Frekuensi Melatih Tinggi N % 1 Umur 20-30 tahun 31-40 tahun Total Lama melatih 1-5 tahun 5- 10 tahun 11-15 tahun Total Alat kontrasepsi hormonal Sedang menggunakan Tidak menggunakan Total 12 8 20 14 4 2 20 3 17 20 46.15 57.14 43.75 100 50.00 15 85 Rendah N % 14 6 20 18 0 2 20 3 17 20 53.85 42.86 56.25 0 50.00 15 85 N 26 14 40 32 4 4 40 6 34 40

No

Total % 65 35 100 80 10 10 100 15 85 100

2

3

Tolak ukur kesuburan pada penelitian ini terdiri dari beberapa hal, yakni ovulasi, siklus menstruasi, perdarahan saat hamil atau aborsi.

7

Pengambilan data dari responden yang diperoleh dengan dua cara, yakni mengisi kuisioner mengenai frekuensi melatih senam aerobik, gizi & nutrisi, riwayat menstruasi, riwayat kehamilan dan riwayat penggunaan alat kontrasepsi serta mengisi tabel suhu badan basal responden setiap hari selama satu siklus menstruasi. a. Perbedaan tingkat kesuburan berdasarkan ada tidaknya ovulasi Tabel 3. Distribusi Ovulasi dengan Frekuensi Melatih Senam AerobikP No Frekuensi Melatih Ada 1 2 Tinggi Rendah Total n 8 2 10 % 53.3 100 Ovulasi Tidak ada N % 7 46.7 0 0 7 n 15 2 17 Total % 100 100

0.208

Total responden yang didapat untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan tingkat kesuburan berdasarkan ovulasi pada dua kelompok frekuensi melatih tinggi dan rendah adalah 17 orang karena beberapa responden tidak mengisi tabel suhu badan basal dengan lengkap, responden menolak dan beberapa responden sedang menggunakan alat kontrasepsi hormonal sehingga tidak dapat diproses lebih lanjut. Prosentase ada dan tidaknya ovulasi pada kelompok frekuensi melatih tinggi memiliki selisih tidak jauh, uji beda chi-square test (x) diperoleh nilai signifikansinya adalah 0.208 berarti tidak ada perbedaan antara pelatih frekuensi melatih tinggi dan rendah dalam hal tingkat kesuburan berdasarkan ovulasi (p