paradigma

53
PARADIGMA Secara umum pengertian paradigma adalah seperangkat kepercayaan atau keyakinan dasar yang menuntun seseorang dalam bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut Guba, paradigma dalam ilmu pengetahuan mempunyai definisi bahwa seperangkat keyakinan mendasar yang memandu tindakan-tindakan manusia dalam keseharian maupun dalam penyelidikan ilmiah. Paradigma dalam hal ini dibatasi pada paradigma pencarian ilmu pengetahuan (disciplin inquiry paradigm), yaitu suatu keyakinan dasar yang digunakan berbagai kalangan untuk mencari kebenaran realitas menjadi suatu ilmu atau disiplin ilmu pengetahuan.Dalam mengembangkan suatu paradigma ilmu kita harus dapat melihat cara pandang yang menjadi aspek filosofis dan metodologis dalam menemukan ilmu pengetahuan, yaitu :dimensi ontologis, dimensi epistemologis, dimensi axiologis, dimensi retorik dan dimensi metodologis. Ada empat paradigma ilmu pengetahuan yang dikembangkan dalam menemukan hakikat realitas atau ilmu pengetahuan yaitu : Positivisme, Postpositivisme (Classical Paradigm, Conventionalism Paradigm), Critical Theory (Realism) dan Constructivism. Dalam ilmu sosial perubahan terjadi secaa cepat dan dinamis, tergantung pada bukti empiris yang diyakini. Berikut dipaparkan berbagai unsur yang dilihat sebagai indikator adanya perubahan dalam pengembangan ilmu. Keragaman paradigmatik dapat terjadi karena perbedaan pandangan filosofis, konsekuensi logis dari perbedaan teori yang digunakan dan sifat metodologi yang digunakan untuk mencapai kebenaran.

Upload: ahmad-mushawwir

Post on 08-Dec-2015

228 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

membahas tentang paradigma

TRANSCRIPT

PARADIGMA

Secara umum pengertian paradigma adalah seperangkat kepercayaan atau keyakinan

dasar yang menuntun seseorang dalam bertindak dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan menurut Guba, paradigma dalam ilmu pengetahuan mempunyai definisi

bahwa seperangkat keyakinan mendasar yang memandu tindakan-tindakan manusia

dalam keseharian maupun dalam penyelidikan ilmiah. Paradigma dalam hal ini dibatasi

pada paradigma pencarian ilmu pengetahuan (disciplin inquiry paradigm), yaitu suatu

keyakinan dasar yang digunakan berbagai kalangan untuk mencari kebenaran realitas

menjadi suatu ilmu atau disiplin ilmu pengetahuan.Dalam mengembangkan suatu

paradigma ilmu kita harus dapat melihat cara pandang yang menjadi aspek filosofis dan

metodologis dalam menemukan ilmu pengetahuan, yaitu :dimensi ontologis, dimensi

epistemologis, dimensi axiologis, dimensi retorik dan dimensi metodologis. Ada empat

paradigma ilmu pengetahuan yang dikembangkan dalam menemukan hakikat realitas

atau ilmu pengetahuan yaitu : Positivisme, Postpositivisme (Classical Paradigm,

Conventionalism Paradigm), Critical Theory (Realism) dan Constructivism. Dalam ilmu

sosial perubahan terjadi secaa cepat dan dinamis, tergantung pada bukti empiris yang

diyakini. Berikut dipaparkan berbagai unsur yang dilihat sebagai indikator adanya

perubahan dalam pengembangan ilmu. Keragaman paradigmatik dapat terjadi karena

perbedaan pandangan filosofis, konsekuensi logis dari perbedaan teori yang digunakan

dan sifat metodologi yang digunakan untuk mencapai kebenaran.

Ada empat cara berfikir berdasarkan dikotomi pengaruh anatar individu dalam

manyarakat : 

1. dikotomi muncul akibat asumsi umum bahwa individu dapat membentuk atau

mengubah manyarakat. 

2. dikotomi muncul akibat asumsi umum bahwa “ individu merupakan produk dari

masyarakat” (individual is created society). 

3. dikotomi dari kedua pendapat itu disintesiskan oleh Peter Berger, dalam model yang

memiliki perspektif yang tersangkut paut dengan hubungan antara anggota

masyarakat. 

4. Model terakhir itu akan mneghasilkan gambaran yang menyambung. Disatu sisi

berlangsung proses socialization yang terjadi ketika individu mendapat pengaruh

kuat dari lingkunagn sosial, individu akan menyesuaikan diri denganpola-pola yang

berlaku di masyarakatnya. 

Pandangan tentang paradigma ilmu pengetahuan tampaknya berubah antar waktu.

Perkembangan substansi paradigmatik dalam tulisa ini akan dikupas lengkap, berawal

dari paradigma positivisme, postpositivisme, critical theory dan konstruktivisme.

PARADIGMA PERGERAKAN

IDENTITAS DIRI WARGA PMII

Secara Antropologis

Secara Sosiologis

Masyarakat PMII berasal dari perkampungan dan pedesaan yang tersebar di 33

provinsi di Indonesia, dengan ragam budaya, suku, etnis, ras,. Warga PMII sebagian

besar juga dibesarkan dalam tradisi santri dengan kemampuan dan dasar agama yang

tinggi. Sumber aliran warga PMII berasal dari elit setempat. Baik sebagai anak kiai,

guru mengaji maupun imam masjid

Secara Telogis

Sebagaimana bangsa Indonesia pada umumnya warga PMII menganut aswaja sebagai

idiologi dogmatis dengan karakter sejarah yang bergantung pada alur sejarah teologi

Islam masa lalu (abad pertengahan). Basis teologi warga PMII pada awalnya berdiri

dengan karakter sejarah yang statis. Ruang dinamika kesejarahannya terhenti pada

perdebatan yang bercorak transendental-metafisik dan tidak empirik.

Secara Keilmuan

Masyarakat PMII dibentuk dalam tradisi keilmuan yang berbasiskan ilmu-ilmu agama

dan sosial humaniora. Sementara itu, ilmu-ilmu eksakta dan teknologi tidak begitu

mendapat ruang sehingga tidak terjadi diversifikasi peran keilmuan yang seimbang

antara eksakta dan humaniora.

Secara Politik dan Ekonomi

PMII menjadi bagian dari-dan dekat-dengan masyarakat marjinal. Kesadaran ini dapat

dijadikan roh, idiologi dan spirit dari gerakan yang dilakukan. Dan dari kesadaran ini

pula akan memunculkan identitas kultural dan rekayasa sosial yang spesifik dan sesuai

dengan kondisi latar belakang di atas.

Dari pembacaan kondisi sosio-politik bangsa dan identitas diri kemudian muncul

kebutuhan akan adanya kerangka teori atau paradigma gerakan sebagai bagian dari

penyadaran dan pemberdayaan dari kondisi kultural-internalnya, di sisi lain juga harus

membebaskan sistem sosi-politik yang hegemonik menuju masyarakat bebas,

merdeka, adil dan makmur.

Peran pemberdayaan dan pembebasan ini sangat terkait dengan nilai-nilai keimanan

yang dianut oleh warga PMII, yaitu aswaja (ahlusunnah wal jamaah). PMII dengan

totalitas kebangsaannya secara produktif menjaga pilar-pilar pemikiran pluralisme.

Keislaman PMII adalah pribumisasi ajaran universal Islam, dengan keteguhan total

kepada segenap khazanah Islam dan bangsa Indonesia.

Wal hasil, identitas PMII terletak pada tiga ruang gerak. Pertama, intelektualitas, kedua,

religiusitas dan yang ketiga adalah kebangsaan. Dengan menyadari identitas PMII diri

inilah kemudian PMII dituntut untuk mampu kreatif dan menggeliat dari arus

penyeragaman

Profil Pirbadi PMII

Dalam Konggres X PMII tanggal 29 Oktober 1991 di Jakarta, dihasilkan Deklarasi

Format Profil PMII. Deklarasi ini merupakan kristalisasi dari tujuan pergerakan

sebagaimana yang tercantum dalam AD/ART, yakni “Terbentuknya pribadi muslim

Indonesia yang berbudi luhur, berilmu dan bertaqwa kepada Allah SWT, cakap serta

bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmu pengetahuannya”.

Bagi PMII ilmu adalah alat untuk mengentaskan diri dan masyarakat dari kebodohan,

ketertindasan dan keterbelakangan. Ilmu diperoleh untuk diamalkan karena ilmu yang

tidak dimanfaatkan malah akan mendatangkan azab.

Inspirasi profil pribadi PMII dapat ditemukan dalam Alqur’an pada surat-surat berikut

yang penting untuk kita tadabburi, yakni:

1. Al Baqoroh : 179, 197, 286,

2. Ar Ra’ad : 19,

3. Ibrahim : 52,

4. Shad : 29, 43,

5. Az Zumar : 9, 18, 21,

6. Al Maidah : 100,

7. Yusuf : 111,

8. At Thalaq : 10,

9. Al Hujuroh : 13,

10. Ar Rohman : 33,

11. Ali Imron : 7, 190, 191,

12. Al Mujadallah : 11

Sebagai

komunitas

mahasiswa,

PMII sadar

bahwa dalam

mengabdikan

ilmu

pengetahuan

dalam medan

perjuangan

membutuhkan

keahlian dan

profesionalitas

Tri Motto PMII

Beilmu

Beramal

Bertaqwa

Tri Khidmah PMII

Taqwa

Intelektualitas

Profesionalitas

Tri Komitmen

Kejujuran

Kebenaran

Keadilan

Eka Citra diri PMII Ulul Albab

secara bertahap, terancana, dan menyeluruh. Oleh karenanya PMII membakukan

format pribadi PMII sebagai mana yang terdapat dalam table di atas.

PARADIGMA PMII

1. 1. PENGERTIAN

Paradigma merupakan cara pandang yang mendasar dari seorang ilmuan. Paradigma

tidak hanya membicarakan apa yang harus dipandang, tetapi juga memberikan

inspirasi, imajinasi terhadap apa yang harus dilakukan, sehingga membuat perbedaan

antara ilmuan satu dengan yang lainnya.

Paradigma merupakan konstelasi teologi, teori, pertanyaan, pendekatan, dan prosedur

yang dikembangkan dalam rangka memahami kondisi sejarah dan keadaan sosial,

untuk memberikan konsepsi dalam menafsirkan realitas sosial.

Paradigma merupakan konstalasi dari unsur-unsur yang bersifat metafisik, sistem

kepercayaan, filsafat, teori, maupun sosiologi, dalam kesatuan kesepakatan tertentu

untuk mengakui keberadaan sesuatu yang baru.

Paradigma adalah model atau sebuah pegangan untuk memandu mencapai tujuan.

Paradigma, juga merupakan pegangan bersama yaang dipakai dalam berdialog

dengaan realitas. Paradigma dapat juga disebut sebai prinsip-prinsip dasar yang akan

dijadikan acuan dalam segenap pluralitas strategi sesuai lokalitas masalah dan medan

juang.

1. 2. PERAN PARADIGMA

Dengan paradigma pergerakan, diharapkan tidak terjadi dikotomi modal gerakan di

dalam PMII, seperti perdebatan yang tidak pernah selesai antara model gerakan

“jalanan” dan gerakan “pemikiran “.

Gerakan jalanan lebih menekankan pada praksis dengan asumsi percepatan

transformasi sosial. Sedangkan model gerakan pemikiran bergerak melalui eksplorasi

teoritik, kajian-kajian, diskusi, seminar, dan pertemuan ilmiah yang lainnya, termasuk

penawaran suatu konsep kepada pihak-pihak yang memegang kebijakan, baik ekskutif,

legislatif, maupun yudikatif.

Perbedaan antara kedua model tersebut tidak hanya terlihat dalam praksis gerakan,

tetapi yang berimplikasi pada pada objek dan lahan garapan. Aapa yang dianggap

penting dan perlu oleh gerakan jalanan belum tentu dianggap penting dan perlu oleh

gerakan pemikiran dan begitu sebalikmya, walaupun pada dasarmya kedua model

tersebut merupakan satu kesatuan.

Dalam sejarahnya, gerakan mahasiswa selalu diwarnai perdebatan model jalanan

dengan intelektual-intelektual. Begitu juga sejarah gerakan PMII selalu diwarnai dengan

“pertentangan” yang termanifestasikan dalam gerakan politik-struktural dengan gerakan

intelektual/struktural dengan gerakan intelektual/kultural.

Semestinya kedua kekuatan model tersebut tidak perlu dipertentangkan sehingga

memperlemah gerakan PMII itu sendiri. Upaya untuk mencari prinsip dasar yang

menjadi acuan segenap model gerakan, menjadi sangat penting untuk dirumuskan.

Sehingga pluralitas setinggi apapun dalam model dan strategi gerakan, tidak menjadi

masalah, dan bahkan secara sinergis bisa saling menguatkan dan mendukung.

Letak paradigma adalah dalam menjaga pertanggungjawaban setiap pendekatan yang

dilakukan sesuai dengan lokalitas dan kecenderungan masing-masing.

1. 3. PENERAPAN

Sepanjang sejarah PMII dari Tahun 80an hingga 2010, ada 3 (tiga) Paradigma yang

telah dan sedang digunakan. Masing-masing menggantikan model paradigma

sebelumnya. Pergantian paradigma ini mutlak diperlukan sesuai perubahan dengan

konteks ruang dan waktu. Ini berbsesuaian dengan kaidah Taghoyyuril ahkami bi

taghoyyuril azminati wal amkinati. bahwa hukum itu bisa berubah sesuai dengan

perubahan waktu dan tempat. Berikut ada beberapa jenis paradigma yang disinggung

di atas:

1. a. Paradigma Arus Balik Masyarakat Pinggiran.

Nalar gerak PMII secara teoritik mulai terbangun secara sistematis pada masa

kepengurusan Muhaimin Iskandar (Ketum) dan Rusdin M. Noor (sekjend) 1994-1997.

Untuk pertama kalinya istilah paradigma yang populer dalam bidang sosiologi

digunakan dalam PMII.

Paradigma pergerakan dirasa mampu untuk menjawab kegerahan anggota pergeraan

yang gerah dengan situasi sosial-politik nasional. Era pra reformasi di PMII menganut

paradigma Arus Balik Masyarakat Pinggiran.

Paradigma ini muncul dikarenakan restrukturisasi yang dilakukan orde baru telah

menghasilkan format poltik baru yang ciri-ciri umumnya tidak jauh berbeda dengan

negara-negara kapitalis pinggiran (peripheral capitalist state) di beberapa negara

Amerika Latin dan Asia. Ciri-ciri itu antara lain adalah.

1. Munculnya negara sebagai agen otonom yang perannya kemudian

“mengatasi” masyarakat yang merupakan asal-usul eksistensinya.

2. Menonjolnya peran dan fungsi birokrasi dan teknokrasi dallam proses

rekayasa sosial, ekonomi dan politik.

3. Semakin terpinggirkannya sektor-sektor “populer” dalam masyarakat-

termasuk kaum intelektual.

4. Diterapkannya model politik eksklusioner melalui jarigan-jaringan

korporatis untuk menangani berbagai kepentingan politis.

5. Penggunaan secara efektif hegemoni idiologi untuk memperkokoh dan

melestarikan sistem politik yang ada.

Rezim Orde Baru adalah lahan subur bagi sikap perlawanan PMII terhadap negara

yang hegemonik. Sikap perlawanan itu didorong pula oleh teologi antroposentrisme

transendental yang memposisikan manusia sebagai kholifatullah fil ardh.

Hal penting lain dari paradigma ini adalah mengenai proses rekayasa sosial yang

dilakukan PMII. Rekayasa sosial yang dilakukan melalui dua pola, pertama, melalui

advokasi masyarakat, kedua, melalui Free Market Idea. Advokasi dilakukan untuk

korban-korban perubahan, bentuk gerakannya ada tiga yakni, sosialisasi wacana,

penyadaran dan pemberdayaan, serta pendampingan.

Cita-cita besar advokasi ialah sebagai bagan dari pendidikan politik masyarakat untuk

mencapai angan-angan terwujudnya civil society. Kemudian yang diinginkan

dari Free Market Idea adalah tejadinya transaksi gagasan yang sehat dan dilakukan

oleh individu-individu yang bebas, kreatif sebagai hasil dari proses liberasi dan

independensi.

1. b. Paradigma Kritis Transformatif

Pada periode sahabat Saiful Bahri Anshari (1997-2000) diperkenalkan paradigma Kritis

Transformatif. Pada hakikatnya, prinsip-prinsip dasar paradigma ini tidak jauh berbeda

dengan paradigma Arus Balik. Titik bedanya terletak pada kedalaman teoritik serta

pengambilan eksemplar-eksemplar teori kritis madzhab Frankfurt serta krtisisme

intelektual muslim seperti, Hasan Hanafi, Ali Asghar Enginer, Muhammad Arkoun dll.

Di lapangan terdapat konsentrasi pola yang sama dengan PMII periode sebelumnya,

gerakan PMI terkonsentrasi di aktivitas jaanan dan wacana kritis. Semangat

perlawanan terhadap negara dan dengan kapitalisme global masih mewarnai gerakan

PMII.

Kedua paradigma sebelumnya mendapat ujian berat ketika KH. Abdurrahman Wahid

(almarhum) terpilih menjadi presiden ke-4 RI pada november 1999. para aktivis PMII

dan aktivis civil society umumnya mengalami kebingungan saat Gus Dur yang menjadi

tokoh dan simbol perjuangan civil society Indonesia naik ke tampuk kekuasaan.

Aktivis pro-demokrai mengalai kebingunagan antara mendampingi Gus Dur dari jalur

ekstraparlementer, atau bersikap sebagaimana pada presiden-presiden sebelumnya.

Mendampingi atau mendukung didasari pada kenyataan bahwa masih banyak unsur-

unsur orba yang memusuhi preiden ke-4 ini.

Pilihan tersebut memunculkan pendapat bahwa aktivis pro-demokrasi telah

menanggalkan semangat perlawanannya. Meski demikian secara rasional sikap PB.

PMII dimasa kepengurusan Nusron Wahid (2000-2002) secara tegas terbuka

mengambil tempat mendukung demokrasi dan reformai yang secara konsisten

dijalankan oleh presiden Gus Dur.

1. c. Paradigma Menggiring Arus, berbasis realitas

Pada masa kepengurusan sahabat Heri Harianto Azumi (2006-2008) Secara massif,

paradigma gerakan PMII masih kental dengan nuansa perlawanan frontal baik baik

terhadap negara maupun terhadap kekuatan kapitalis internasional. Sehingga ruang

taktis-strategis dalam kerangka cita-cita gerakan yang berorientasi jangka panjang

justru tidak memperoleh tempat. Aktifis-aktifis PMII masih mudah terjebak larut dalam

persoalan temporal-spasial, sehingga perkembangan internasional yang sangat

berpengaruh terhadap arah perkembangan Indonesia sendiri sulit dibaca. Dalam

kalimat lain, dengan energi yang belum seberapa, aktifis PMII sering larut pada impian

membendung dominasi negara dan ekspansi neoliberal saat ini juga. Efek besarnya,

upaya strategis untuk mengakumulasikan kekuatan justru masih sedikit dilakukan.

Celakanya, konsep-konsep yang dipakai di kalangan akademis kita hampir seluruhnya

beraroma liberalisme. Sehingga di tingkat intelktualpun tidak ada kemungkinan untuk

meloloskan diri dari arus liberalisme.

Dengan kata lain dalam upaya melawaan neoliberalisme banyak gerakan terperangkap

dalam knsep-konsep Liberalsme, Demokrasi, HAM, Civil Society, Sipil vs Militer,

Federalisme dll yang dipahai sebagai agenda substansial padahal dalam lapangan

politik dan ekonomi, kesemuanya nyaris menjadi mainan negara-negara neoliberal.

Persoalan sulitnya membangun paradigma berbasis realitas paralel dengan kesulitan

membuat agenda nasional yang berangkat dari kenyataan Indonesia. Konsekuensi

yang harus diambil dari penyusuan paradigma semacam ini adalah, untuk sementara

waktu organisasi akan tersisih dari gerakan mainstream. Bagaimanapun untuk

meembangun gerakan kita harus mendahulukan kenyataan dari pada logos.

Tulisan ini disampaikan di acara Pelatihan Kader Dasar PC. PMII Kebumen

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar Belakang

Penulisan makalah ini sebagai jawaban argumentatif dari sebuah kasus di unit gawat

darurat rumah sakit jiwa dengan permasalahan pasien yang mencederai diri sendiri

dengan menyilet nadinya, dimana pasien tidak mau ditinggalkan oleh keluarganya pada

saat dilakukan pelayanan kesehatan di unit gawat darurat demikian juga keluarga

meminta kepada perawat agar bisa menemani pasien karena kawatir pasien tidak bisa

tenang, sedangkan dokter unit gawat darurat meminta perawat untuk membawa

keluarga ke luar ruangan.  Pada kondisi ini perawat dihadapkan pada dua pilihan

mengikuti dokter atau keinginan pasien dan keluarga.

Pengalaman di ruang unit gawat darurat merupakan pengalaman baru bagi klien, ini

menuntut penyesuaian bagi klien secara psikologis. Di ruang unit gawat darurat orang

yang dekat bagi klien adalah keluarganya, keluarga bisa memberikan ketenangan bagi

klien dan mengurangi rasa keterasingan dalam proses adaptasi di ruang unit gawat

darurat rumah sakit jiwa. Sesuai dengan konsep teori adaptasi Calista Roy bahwa

sebagai suatu sistem manusia juga dapat digambarkan dengan istilah input, proses

kontrol dan umpan balik serta output. Input pada manusia sebagai suatu sistem

adaptasi adalah dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam

diri individu itu sendiri. Dalam proses adaptasi bagi klien kedekatan dengan keluarga

akan menambah ketenangan, kekuatan, dan kenyamanan yang pada akhirnya akan

mengurangi kegelisahan dan membantu proses percepatan penyembuhan klien dalam

masa perawatan.

Menyikapi fenomena yang terjadi pada pasien dan keluarganya yang meminta

menunggui di dalam ruangan ini kami bersikap bahwa keluarga pasien boleh menunggu

di dalam ruangan sesuai dengan teori keperawatan humanistik (Humanistic Nursing

Theory) oleh Paterson and Zderat dalam Elisasiregar (2012) bahwa manusia dipandang

dari kerangka kerja eksistensial melalui pilihan-pilihan. Manusia sebagai individu yang

penting berhubungan dengan orang lain di dalam waktu dan jarak. Manusia

dikarakterkan sebagai orang yang mampu, terbuka terhadap pilihan, mempuyai nilai,

dan manifestasi unik terhadap mereka yang dulu sekarang dan masa depan. Disini

pasien boleh memilih apa yang akan dilakukan untuk dirinya, demi perbaikan masa

depannya, walaupun keadaan semacam ini kurang sesuai dengan penerapan standar

operating prosedur di rumah sakit jika pada saat melakukan tindakan.

 

1.2  Perumusan Masalah

Bagaimana sikap perawat dalam menghadapi klien yang meminta ditunggu

keluarganya di unit gawat darurat sesuai dengan paradigma keperawatan?

 

1.3  Tujuan

1          Memahami paradigam keperawatan

2          Penerapan paradigma keperawatan dalam menangani kasus

 

1.4  Manfaat

Memberikan pegangan kepada perawat dalam menghadapi kasus dengan mengacu

pada paradigma keperawatan.

 

 

 

BAB II

TINJAUAN TEORI

 

2.1    Pengertian Paradigma dan Paradigma Keperawatan

Paradigma adalah suatu cara dalam mempersepsikan atau memandang sesuatu.

Paradigma menjelaskan sesuatu  dalam memahami suatu tingkah laku. Paradigma

memberikan dasar dalam melihat, memandang, memberi makna, menyikapi dan

memilih tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan.

Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan yang profesional, yang merupakan

bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,

dengan bentuk pelayanan mencakup biopsikososio-spiritual yang ditujukan kepada

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit dalam siklus

kehidupan manusia.

Paradigma keperawatan adalah suatu cara pandang yang mendasar atau cara kita

melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap

fenomena yang ada dalam keperawatan .

 

2.2    Komponen Paradigma Keperawatan

Perawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dan salah satu faktor

yang mempengaruhi tercapainya pembangunan nasional, oleh karena itu tenaga

keperawatan berada ditatanan pelayanan kesehatan terdepan dengan kontak pertama

dan terlama dengan klien, yaitu selama 24 jam perhari dan 7 hari perminggu, maka

perawat perlu mengetahui dan memahami tentang paradigma keperawatan, peran,

fungsi dan tanggung jawab sebagai perawat profesional agar dapat memberikan

pelayanan keperawatan yang optimal dalam memberikan asuhan keperawatan pada

klien. Perawat harus selalu memperhatikan keadaan secara individual dari segi bio,

psiko, sosial, spiritual dan kultural.

Paradigma memiliki fungsi antara lain:

1. Menyikapi dan menyelesaikan berbagai persoalan yang melingkupi profesi

keperawatan sebagai aspek pendidikan dan pelayanan keperawatan, praktik

dan organisasi profesi.

2. Membantu individu dan masyarakat untuk memahami dunia keperawatan

kita dan membantu kita untuk memahami setiap fenomena yang terjadi

disekitar kita.

Dalam keperawatan ada empat komponen yang merupakan pola dasar dari teori – teori

keperawatan atau paradigma keperawatan. Empat komponen tersebut meliputi:

manusia, keperawatan, lingkungan, dan kesehatan.

1. 1.    Konsep Manusia

Manusia adalah makhluk bio – psiko – sosial dan spiritual yang utuh, dalam arti

merupakan satu kesatuan utuh dari aspek jasmani dan rohani serta unik karena

mempunyai berbagai macam kebutuhan sesuai tingkat perkembangannya

Manusia adalah sistem yang terbuka senantiasa berinteraksi secara tetap dengan

lingkungan eksternalnya serta senantiasa berusaha selalu menyeimbangkan keadaan

internalnya (homeoatatis).

Manusia memiliki akal fikiran, perasaan, kesatuan jiwa dan raga, mampu beradaptasi

dan merupakan kesatuan sistem yang saling berinteraksi, interelasi dan

interdependensi.

Jadi, konsep manusia menurut paradigma keperawatan adalah manusia sebagai sistem

terbuka, sistem adaptif , personal dan interpersonal yang secara umum dapat dikatakan

holistik atau utuh.

Sebagai sistem terbuka , manusia dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh

lingkungannya, baik lingkungan fisik, biologis, psikologis maupun sosial dan spiritual

sehingga perubahan pada manusia akan selalu terjadi khususnya dalam pemenuhan

kebutuhan dasarnya. Sebagai sistem adaptif manusia akan merespon terhadap

perubahan lingkungannya dan akan menunjukan respon yang adaptif maupun respon

maladaptif. Respon adaptif akan terjadi apabila manusia tersebut mempunyai

mekanisme koping yang baik menghadapi perubahan lingkungannya, tetapi apabila

kemampuannya untuk merespon perubahan lingkungan yang terjadi rendah maka

manusia akan menunjukan prilaku yang maladaptif .

Manusia atau klien dapat diartikan sebagai individu, keluarga ataupun masyarakat yang

menerima asuhan keperawatan. Keluarga merupakan sekelompok individu yang

berhubungan erat secara teru menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara

perorangan maupun bersama-sama, di dalam lingkungan sendiri atau masyarakat

secara keseluruhan. Beberapa alasan keluarga sebagai focus dalam pelayanan

keperawatan diantaranya adalah keluarga merupaka suatu kelompok yang dapat

menimbulkan, mencegah memperbaiki, mengabaikan masalah dalam kelompoknya

sendiri serta merupaka perantara yang efektif dalam melakukan upaya kesehatan.

(Baylon Maglaya, 1974)

Peran perawat pada individu sebagai klien adalah memenuhi kebutuhan dasarnya

mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan

fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian

pasien.

Peran perawat dalam membantu keluarga meningkatkan kemampuan untuk

menyelesaikan masalah kesehatan adalah perawat sebagai pendeteksi adanya

masalah kesehatan, memberi asuhan kepada anggota keluarga yang sakit, koordinator

pelayanan kesehatan keluarga, fasilitator, pendidik dan penasehat keluarga dalam

masalah – masalah kesehatan.

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga perawat perlu memperhatikan

sifat – sifat keluarga yaitu keluarga mempunyai reaksi dan cara yang unik dalam

menghadapi masalahnya, pola komunikasi yang dianut, cara pengambilan keputusan,

sikap, nilai, cita – cita keluarga dan gaya hidup keluarga yang berbeda – beda. Individu

dalam keluarga mempunyai siklus tumbuh kembang .

Pelayanan kesehatan pada masyarakat ini dapat berbentuk pelayanan kepada

masyarakat umum dan kelompok – kelompok masyarakat tertentu (balita dan lansia).

1. 2.    Konsep Keperawatan

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral

pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial, spiritual dan

kultural secara komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat

sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia.

Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental,

keterbatasan pengetahuan, serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan

melaksanakan kegiatan sehari – hari secara mandiri. Sebagai suatu profesi,

keperawatan memiliki falsafah yang bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan

yang dilakukan.

Dalam hal ini, pertama, keperawatan menganut pandangan yang holistik terhadap

manusia yaitu Ketuhanan Manusia sebagai makhluk bio – psiko – sosial – spiritual dan

kultural. Kedua, kegiatan keperawatan dilakukan dengan pendekatan humanistik dalam

arti menghargai dan menghormati martabat manusia memberi perhatian kepada klien

serta menjunjung tinggi keadilan bagi semua manusia. Ketiga, keperawatan bersifat

universal dalam arti tidak dibedakan atas ras, jenis kelamin, usia, warna kulit, etnik,

agama, aliran politik dan status ekonomi sosial. Keempat, keperawatan adalah bagian

integral dari pelayanan kesehatan serta kelima, bahwa keperawatan menganggap klien

sebagai partner aktif dalam arti perawat selalu bekerjasama dengan klien dalam

memberikan asuhan keperawatan.

1. 3.    Konsep kesehatan

Sehat adalah suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan

perubahan – perubahan lingkungan internal dan eksternal untuk memepertahankan

keadaan kesehatannya. Adapun faktor lingkungan internal yang mempengaruhi adalah

psikologis, dimensi intelektual dan spiritual dan proses penyakit. Faktor – faktor

lingkungan eksternal adalah faktor – faktor yang berada diluar individu yang mungkin

mempengaruhi kesehatan antara lain variabel lingkungan fisik, hubungan sosial dan

ekonomi.

Salah satu ukuran yang dipakai untuk mengukur tingkat atau status kesehatan adalah

rentang sehat sakit. Rentang sehat sakit merupakan skala hipotesa yang berjenjang

untuk mengukur keadaan seseorang. Tingkat sehat seseorang berada pada skala yang

bersifat dinamis, individualis, dan tergantung pada faktor – faktor yang mempengaruhi

kesehatan. Menurut model ini, keadaaan sehat selalu berubah secara konstan, dimana

rentang sehat sakit berada diantara dua kutub yaitu sehat optimal dan kematian.

Apabila status kesehatan kita bergerak kearah kematian kita berada dalam area sakit

(illness area), tetapi apabila status kesehatan kita bergerak ke arah sehat maka kita

berada dalam area sehat (wellness area).

1. 4.    Konsep Lingkungan

Lingkungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah daerah ( kawasan dsb)

yang termasuk didalamnya. Lingkungan adalah faktor eksternal yang berpengaruh

terhadap perkembangan menusia dan mencakup antara lain lingkungan sosial, status

ekonomi dan kesehatan. Fokus ingkungan yaitu lingkungan fisik, psikologi,

sosial,budaya dan spiritual. Lingkungan dibagi 2 yaitu

a.   Lingkungan dalam terdiri dari:

 –  Lingkungan fisik (physical enviroment)

         Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi dan

udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang

selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas

dari debu, asap, bau-bauan. Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara

bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa

sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Luas,

tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan memberikan keleluasaan pasien

untuk beraktifitas. Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari

kebisingan dan bau limbah. Posisi pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa

supaya mendapat ventilasi.

–  Lingkungan psikologi (psychologi enviroment)

Florence Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat

menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena

itu ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar

matahari, makanan yang menarik dan aktivitas manual dapat merangsanag semua

faktor untuk membantu pasien dalam mempertahankan emosinya. Komunikasi dengan

pasien dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara menyeluruh, komunikasi

jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-putus. Komunikasi tentang pasien

yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien dan

kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau jauh dari pendengaran pasien.

Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu muluk, menasehati yang berlebihan

tentang kondisi penyakitnya. Selain itu membicarkan kondisi-kondisi lingkungna dimana

dia berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik

dapat memberikan rasa nyaman.

–  Lingkungan sosial (social environment)

Observasi dari lingkungan sosial terutama huhbungan yang spesifik, kumpulan data-

data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk

pencegahan penyakit. Dengan demikian setiap perawat harus menggunakan

kemampuan observasi dalam hubungan dengan kasus-kasus secara spesifik lebih dari

sekedar data-data yang ditunjukkan pasien pada umumnya. Seperti juga hubungan

komuniti dengan lingkungan sosial dugaannya selalu dibicarakan dalam hubungna

individu paien yaitu lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya meliputi

lingkungan rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas yang

berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus.

b. Lingkungan luar ( kultur, adat, struktur masyarakat, status sosial, udara, suara,

pendidikan, pekerjaan dan sosial ekonomi budaya )

Lingkungan dengan kesehatan sangat berpengaruh karena dengan cara terapi

lingkungan dapat membantu perawat dalam menjaga pola pertahanan tubuh terhadap

penyakit untuk meningkatkan pola interaksi yang sehat dengan klien. Lingkungan

dengan timbulnya penyakit yaitu apabila lingkungan kita kotor dan tidak bersih maka

akan berpotensi sekali untuk terciptanya banyak penyakit – penyakit.

 

2.3  Hubungan Keempat Komponen Paradigma Keperawatan

Lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi kesehatan dimana apabila

lingkungan itu kotor maka kesehatan manusia akan terganggu sehingga manusia perlu

merawat dirinya atau membutuhkan perawatan dari orang lain. Keperawatan dengan

lingkungan juga sangat berpengaruh dimana jika seseorang sedang rehabilitasi maka

akan memerlukan lingkungan yang bersih.

 

2.4   Pendapat Para Ahli Mengenai Paradigma Keperawatan

1. 1.    Paradigma Keperawatan menurut Betty Neuman (System

Model)

Manusia :

Fokus model Neuman ini didasarkan pada philosophy bahwa manusia dipandang

secara total sebagai suatu sistem yang multidimensional.

5 variabel subsistem manusia adalah :

1)         Fisiologi : merupakan struktur fisik dan biokimia serta fungsi tubuh manuasia

2)         Psikologis : adalah proses mental dan emosional manusia

3)         Sosio kultural : hubungan antara manusia, culture yang mendasari dan

mempengaruhi aktivitas manusia

4)         Spiritual : kepercayaan

5)         Perkembangan : segala sesuatu proses yang berhubungan dengan

perkembangan manusia sepanjang siklus kehidupannya

Lingkungan :

Betty Neuman berpendapat bahwa lingkungan harus dilihat secara total. Lingkungan

adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia, baik lingkungan internal maupun

eksternal, dimana di dalamnya manusia akan berinteraksi setiap saat. Interaksi

manusia meliputi intrapersonal, interpersonal dan ekstrapersonal yang dapat

mempengaruhi stabilitasnya sebagai suatu sistem.

Neuman mengidentifikasi 3 jenis lingkungan :

Lingkungan internal : adalah yang terdapat di dalam diri masing-masnig

individu

Lingkungan eksternal : segala sesuatu yang berada di lluar diri individu

Created environment (lingkungan yang diciptakan ) diartikan sebagai

lingkungan yang terbentuk dan berkembang tanpa disadari oleh klien dan

merupak simbol sistem secara keseluruhan

Kesehatan :

            Neuman melihat bahwa kesehatan merupakan suatu kondisi dimana terdapat

keserasian pada seluruh maupun sebagian variabel dalam diri klien. Menurutnya,

sistem klien akan bergeser ke arah sakit dan kematian ketika banyak energi yang

dibutuhkan tidak terpenuhi, sedangkan sistem akan begeser ke arah kesehatan apabila

energi yang dibutuhkan terpenuhi (Neuman, 1995).

Keperawatan :

Neuman memandang keperawatan sebagai suatu profesi yang unik yang

konsentrasi/perhatiannya adalah terhadap semua variabel dalam diri klien disertai

respon individu saat menghadapi suatu stressor.

Keperawatan didefenisikan sebagai suatu tindakan untuk membantu individu, keluarga

dan masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (tercapainya stabilitas

sistem individu untuk menurunkan stressor melalui serangkaian tindakan keperawatan).

 

1. 2.    Paradigma Keperawatan menurut Dorothy E Johnson

(Behavioral System Model)

Manusia :

Johnson berpendapat bahwa manusia memiliki dua sistem mayor yaitu sistem biologis

dan sistem behavior. Pengobatan merupakan fokus untuk biologis sistem, sedangkan

fokus keperawatan adalah behavioral system(sistem perilaku).

Lingkungan :

Lingkungan berhubungan dengan dimana individu berada, dimana perilaku individu

dipengaruhi oleh hal-hal yang terjadi dilingkungannya.

Kesehatan :

Merupakan suatu keadaan dimana tercapai suatu respon yang adaptif secara fisik,

mental, emosional dan sosial dari internal dan eksternal stimulus yang mencapai

stabilitas dan kenyamanan.

Keperawatan :

Tujuan primer keperawatan adalah mempercepat tercapainya keadaan equilibrium dan

perawat harus berkosentrasi pada semua kebutuhan klien secara terintegrasi, namun

fokus utamanya adalah mempertahankan keseimbangan sistem perilaku ketika dalam

keadaan sakit.

 

1. 3.    Paradigma Keperawatan menurut Dorothea Orem (Self-Care

Deficit Theory of Nursing)

Manusia :

Orem memandang manusia secara total dan bersifat universal, dimana mereka

membutuhkan perkembangan dan kemampuan perawatan diri sendiri secara

berkelanjutan. Manusia merupakan suatu kesatuan dari fungsi biologi, simbolik dan

sosial.

Lingkungan :

Lingkungan meliputi elemen lingkungan, kondisi lingkungan serta perkembangan

lingkungan.

Keperawatan :

Menurut Orem, keperawatan adalah suatu seni, pelayanan/bantuan dan teknologi.

Tujuan dari keperawatan adalah membuat pasien dan keluarganya mampu melakukan

perawatan sendiri, diantaranya mempertahankan kesehatan, mencapai kondisi normal

ketika terjadi kecelakaan atau bahaya, serta mengontrol, menstabilisasi dan

meminimalisasi efek dari pnyakit/kondisi yang kronis atau kondisi ketidakmampuan.

Kesehatan :

Sehat adalah suatu kondisi ketika keseluruhan struktur dan fungsi saling terintegrasi

dengan baik. Hal ini memungkinkan manusia mampu menghubungkan berbagai macam

mekanisme secara psikologis, fisiologis serta melakukan interaksi dengan orang lain.

 

1. 4.    Paradigma Keperawatan menurut Sister Calista Roy (Adaption

Model)

Manusia :

Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem

adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang

mempunyai input, control, output, dan proses umpan balik. Proses control adalah

mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara adaptasi. Lebih spesifik

manusia di definisikan sabagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan

regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara adaptasi yaitu : fungsi

fisiologi, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi.

Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang

hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan

lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah

karakteristik sistem, Jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling

berhubungan antar unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional

untuk beberapa tujuan. Sebagai suatu sistem manusia juga dapat digambarkan dengan

istilah input, proses control dan umpan balik serta output.

Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan

dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus

termasuk variable satandar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan.

Variabel standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan

mewakili dari rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha

yang biasanya dilakukan.

Proses control manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping yang

telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator. Regulator dan

kognator adalah digambarkan sebagai aksi dalam hubunganya terhadap empat efektor

cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.

 Lingkungan – Stimulus :

Roy membedakan 3 jenis lingkungan, yaitu :

1. Fokal : mencakup lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi manusia

2. Kontekstual : adalah semua stimulus pada setiap situasi yang berkontribusi

memberikan pengaruh terhadap lingkungan fokal.

3. Residual : adalah faktor yang efeknya tidak jelas dalam suatu kondisi.

Menurut Roy, semua kondisi lingkungan tersebut akan mempengaruhi

perkembangan dan perilaku manusia

Kesehatan :

Menurut Roy, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia

secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Integritas atau keutuhan manusia

menyatakan secara tidak langsung bahwa kkesehatan atau kondisi tidak terganggu

mengacu kelengkapan atau kesatuan dan kemungkinan tertinggi dari pemenuhan

potensi manusia. Jadi Integritas adalah sehat, sebaliknya kondisi yang tidak ada

integritas kurang sehat. Definisi kesehatan ini lebih dari tidak adanya sakit tapi

termasuk penekanan pada kondisi sehat sejahtera.

Dalam model adaptasi keperawatan, konsep sehat dihubungkan dengan konsep

adaptasi. Adaptasi yang bebas energi dari koping yang inefektif dan mengizinkan

manusia berespon terhadap stimulus yang lain. Pembebasan energi ini dapat

meningkatkan penyembuhan dan mempertinggi kesehatan. Hal ini adalah pembebasan

energi yang menghubungkan konsep adaptasi dan kesehatan.

Adaptasi adalah komponen pusat dalam model keperawatan. Didalamnya

menggambarkan manusia sebagai sistem adaptif. Adaptasi dipertimbangkan baik

proses koping terhadap stressor dan produk akhir dari koping. Proses adaptasi

termasuk fungsi holistic untuk mempengaruhi kesehatan secara positif dan itu

meningkatkan integritas. Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dan

lingkungan terdiri dari dua proses. Bagian pertama dari proses ini dimulai dengan

pperubahan dalam lingkungan internal dan eksternal yan gmembutuhkan sebuah

respon. Perubahan – perubahan itu adalah stressor atau stimulus fokal dan ditengahi

oleh factor-faktor konstektual dan residual. Bagian-bagian stressor menghasilkan

interaksi yang biasanya disebut stress. Bagian kedua adalah mekanisme koping yang

merangsang untuk menghasilkan respon adaptif dan inefektif.

Produk adaptasi adalah hasil dari proses adaptasi dan digambarkan dalam istilah

kondisi yang meningkatkan tujuan-tujuan manusia yang meliputi : kelangsungan hidup,

pertumbuhan, reproduksi dan penguasaan yang disebut integritas. Kondisi akhir ini

adalah kondisi keseimbangan dinamik equilibrium yang meliputi peningkatan dan

penurunan respon-respon. Setiap kondisi adaptasi baru dipengaruhi oleh adaptasi,

sehingga dinamik equilibrium manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi. Jarak

yang besar dari stimulus dapat disepakati dengan suksesnya manusia sebagai sistem

adaptif. Jadi peningkatan adaptasi mengarah pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi pada

keadaan sejahtera atau sehat. Adaptasi kemudian disebut sebagai suatu fungsi dari

stimuli yang masuk dan tingkatan adaptasi.

 Keperawatan :

Roy (1983) menggambarkan keperawatan sebagai disiplin ilmu dan praktek. Sebagai

ilmu, keperawatan mengobservasi, mengklasifikasikan dan menghubungkan proses

yang secara positif berpengaruh pada status kesehatan. Sebagai disiplin, praktek,

keperawatan menggunakan pendekatan pengetahuan untukmenyediakan pelayanan

pada orang-orang. Lebih spesifik dia mendefinisikan keperawatan sebagai ilmu da

praktek dari peningkatan adaptasi untuk meningkatkan kesehatan sebagai tujuan untuk

mempengaruhi kesehatan secara positif. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu

dan kelompok dalam situasi yang berkaitan dengan kesehatan, Jadi model adaptasi

keperawatan menggambarkan lebih spesifik perkembangan ilmu keperawatan dan

praktek keperawatan yang berdasarkan ilmu keperawatan tersebut. Dalam model

tersebut, keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan.

Keperawatan adalah berhubungan dengan manusia sebagai satu kesatuan yang

berinteraksi dengan perubahan lingkungan dan tanggapan terhadap stimulus internal

dan eksternal yang mempengaruhi adaptasi. Ketika stressor yang tidak biasa atau

koping mekanisme yang lemah membuat upaya manusia yang biasa menjadi koping

yang tidak efektif, manusia memerlukan seorang perawat. Ini tidak harus,

bagaimanapun diinterpretasikan umtuk memberi arti bahwa aktivitas keperawatan tidak

hanya diberikan ketika manusia itu sakit. Roy menyetujui, pendekatan holistic

keperawatan dilihat sebagai proses untuk mempertahankan keadaan baik dan tingkat

fungsi yang lebih tinggi.

Keperawatan terdiri dari dua yaitu : tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan.

Tujuan keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungan. Jadi

peningkatan adaptasi dalam tiap empat cara adaptasi yaitu : (1) fungsi fisiologis; (2)

konsep diri; (3) fungsi peran dan (4) interdependensi. Dorongan terhadap peningkatan

integritas adaptasi dan berkontribusi terhadap kesehatan manusia, kualitas hidup dan

kematian dengan damai. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada dalam

suatu area dengan tingkatan adaptasi manusia. Ketika stimulus fokal tersebut berada

pada area tersebut dimana manusia dapat membuat suatu penyesuaian diri atau

respon efektif. Adaptasi membebaskan energi dari upaya koping yang tidak efektif dan

memnugkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain. Kondisi tersebut dapat

mencapai peningkatan penyembuhan dan kesehatan. Jadi peranan penting adaptasi

sangat ditekankan pada konsep ini.

Tujuan dari adaptasi adalah membantu perkembangan aktivitas keperawatan yang

digunakan pada proses keperawatan meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan ,

tujuan, intervensi dan evaluasi. Adaptasi model keperawatan menetapkan “data apa

yang dikumpulkan, bagaimana mengidentifikasi masalah dan tujuan utama. Pendekatan

apa yang dipakai dan bagaiman mengevaluasi efektifitas proses keperawatan”.

Unit analisis dari pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan lingkungan.

Proses pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan lingkungan. Proses

pengkajian termasuk dalam dua tingkat pengkajian Tingkat pertama mengumpulkan

data tentang perilaku manusia, dalam tiap empat cara penyesuaian diri. Data-data

tersebut dikumpulkan dari data observasi penilaian respond an komuniokasi dengan

individu. Dari data tersebut perawat membuat keputusan sementara tentang apakah

perilaku dapat menyesuaikan diri atau tidak efektif. Tingkat kedua pengkajian adalah

mengumpulkan data tentang fokal, konstektual dan residual stimuli. Selama tingkat

pengkajian ini perawat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku yang

diobservasi pada pengkajian tingkat pertama. Keterlibatan ini penting untuk

menetapkan faktor-faktor utama yang mempengaruhi perilaku.

 

1. 5.    Paradigma Keperawatan menurut Imogene King (Interacting

System Framework and Middle Range Theory of Goal Attainment)

Manusia :

Menurut King, manusia merupakan makhluk sosial yang rasional dan selalu ingin tahu.

Manusia memiliki kemampuan untuk berfikir, berpersepsi, perasaan, memilih dan

menetapkan tujuan, serta membuat keputusan.

Karena itu, manusia memiliki 3 kebutuhan dasar :

1. Manusia membutuhkan informasi kesehatan yang dapat digunakannya

2. Manusia membutuhkan pencegahan terhadap sakit

3. Manusia membutuhkan perawatan saat ia mengalami sakit

Lingkungan :

Lingkungan merupakan latarbelakang interaksi manusia, terdiri atas :

1. Lingkungan Internal : didalamnya terdapat transformasi energi yang akan

memungkinkan manusia untuk mengatur perubahan lingkungan eksternal

2. Lingkungan Eksternal : meliputi organisasi formal dan informal. Keperawatan

merupakan bagian dari lingkungan klien.

Kesehatan :

Menurut King, kesehatan adalah suatu pengalaman dinamis pada kehidupan manusia,

dimana hal tersebut merupakan penyesuaian terhadap adanya stressor lingkungan baik

internal maupun eksternal dengan menggunakan sumber-sumber optimum sehingga

dicapai potensi yang maksimum dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

Keperawatan :

Keperawatan didefenisikan sebagai proses aksi, reaksi dan interaksi antara perawat

dan klien yang saling tukar menukar informasi tentang persepsi keduanya dan kondisi

keperawtan. Proses interaksi perawat-klien melibatkan komunikasi, menentukan tujuan,

eksplorasi dan menyetujui makna dari tujuan.

1. Aksi : didefenisikan sebagai perilaku mental dan phisic

2. Reaksi : perilaku tidak spesifik, tapi bergantung pada perilaku aksi

3. Tujuan keperawatan : membantu individu untuk mempertahankan kesehatan

agar perannya dapat berfungsi.

 

1. 6.    Paradigma Keperawatan menurut Myra Estrin Levine (The

Conservation Model)

Manusia

Individu terus mempertahankan keutuhan mereka dalam interaksi konstan

dengan lingkungan mereka dan memilih, yang paling ekonomis hemat,

energi-sparing pilihan yang tersedia untuk menjaga integritas mereka.

 Individu menjadi sentinent yang holistik, berpikir, berorientasi masa depan

dan masa lalu-sadar.

Seorang holistik yang memiliki batas-batas yang terbuka dan beradaptasi

dengan lingkungan.

Individu adalah “holistik”

Sebuah makhluk sosial terpadu

“Whole” tidak hanya dalam aspek fisik tetapi juga berkaitan dengan aspek

psychosocio-budaya dan spiritual

Individu adalahsebuah identitas dan layak.

Individu adalah unik dalam persatuan dan kesatuan, merasa, percaya,

berpikir dan seluruh sistem dari sistem.

Kesehatan

Kesehatan menjadi “Whole” bukan hanya bebas dari penyakit atau penyakit.

Ditentukan oleh kemampuan untuk berfungsi secara cukup normal

Hal ini secara kultural ditentukan dan dipengaruhi oleh etos dan keyakinan.

Kesehatan adalah keutuhan dan keberhasilan adaptasi.

Bukan hanya menyembuhkan bagian menderita, itu adalah kembali ke

kegiatan sehari-hari, kemandirian dan kemampuan untuk sekali lagi menjadi

individu, mempunyai hubungan tanpa kendala.

Kesehatan dapat ditentukan secara sosial (melalui interaksi mereka dengan

orang lain yang signifikan). Kegagalan dalam melakukannya adalah skenario

negatif.

Lingkungan

 Lingkungan adalah tempat orang tersebut terus-menerus dan secara aktif

terlibat.

Lingkungan adalah di mana kita menjalani hidup kita.

Lingkungan terdiri dari semua pengalaman dari individu-individu.

Ini berkaitan dengan lingkungan internal (fisiologis) dan eksternal (persepsi,

operasional, dan konseptual).

 Keperawatan

Keperawatan adalah interaksi manusia yang dirancang untuk

mempromosikan keutuhan melalui adaptasi

 Asuhan keperawatan adalah baik mendukung dan terapi (untuk mencapai

tingkat maksimum adaptasi).

Promosi keperawatan konservasi melalui penggunaan empat prinsip

konservasi.

Keperawatan menyadari bahwa setiap individu membutuhkan cluster yang

unik dan terpisah dari aktivitas.

Integritas individu adalah perhatian taat dan itu adalah tanggung jawab

perawat untuk membantu dia untuk membela dan mencari relization nya.

Daerah utama perhatian bagi perawat dalam pemeliharaan keutuhan

seseorang.

 

1. 7.    Paradigma Keperawatan menurut Martha E Rogers (Unitary

Human Being)

Manusia

Manusia merupakan satu kesatuan yang utuh dan memiliki sifat dan karakter yang

berbeda-beda. Proses kehidupan manusia dinamis selalu berinteraksi dengan

lingkungan, saling mempengaruhi dan dipengaruhi atau sebagai system terbuka.

Rogers juga mengkonsepkan manusia sebagai unit yang mampu berpartisipasi secara

kreatif dalam perubahan.

Keperawatan

Rogers menyatakan bahwa ilmu keperawatan adalah Unitary Human Being, yaitu

manusia sebagai unit. Dia mengartikan bahwa tidak ada ilmu lain yang mempelajari

manusia secara keseluruhan atau utuh. Rogers menjelaskan keperawatan sebagai

profesi yang menggabungkan unsur ilmu pengetahuan dan seni. Keperawatan adalah

ilmu pengetahuan humanistik yang didedikasikan untuk menghibur agar dapat menjaga

dan memperbaiki kesehatan, mencegah penyakit, dan merawat serta merehabilitasi

seseorang yang sakit dan cacat. Praktek professional keperawatan bersifat kreatif,

imajinatif, eksis untuk melayani orang, hal tersebut berakar dalam keputusan

intelektual, pengetahuan abstrak dan perasaan mahkluk.

Kesehatan

Istilah kesehatan digunakan sebagai terminologi nilai yang ditentukan oleh budaya atau

individu. Kesehatan dan penyakit merupakan manifestasi pola dan diangap

menunjukkan pola perilaku yang nilainya tinggi dan rendah. Rogers memandang

konsep sehat-sakit sebagai suatu ekspresi dari interaksi manusia dengan

lingkungannya dalam proses yang mendasar .

Lingkungan,

Lingkungan sebagai empat bangunan energi yang tidak dapat direduksi yang

diidentifikasi dengan pola dan manifestasi karakteristik yang spesifik. Lingkungan

mencakup segala sesuatu yang berada diluar yang diberikan oleh bangunan manusia.

 

1. 8.    Paradigma Keperawatan menurut Paterson and

Zderad: Teori Keperawatan Humanistik (Humanistic Nursing Theory)

Manusia dipandang dari kerangka kerja eksistensial melalui pilihan-pilihan. Manusia

sebagai individu yang penting berhubungan dengan orang lain di dalam waktu dan

jarak. Manusia dikarakterkan sebagai orang yang mampu, terbuka terhadap pilihan,

mempuyai nilai, dan manifestasi unik terhadap mereka yang dulu sekarang dan masa

depan. Aplikasi dalam dunia keperawatan adalah jelas bahwa manusia memerlukan

informasi.Mereka membutuhkan pilihan.Individu dan kelompok membutuhkan

kesempatan untuk membuat pilihan mereka sendiri.

Kesehatan

Kesehatan adalah komponen penting dari seseorang, sebagai kualitas dari kehidupan

dan kematian.Hal ini bisa disebut sebagai lebih dari tidak adanya penyakit. Kesehatan

adalah sebagai pengalaman di dalam proses kehidupan. Kesehatan bisa ditemukan

pada kemauan seseorang untuk terbuka kepada pengalaman kehidupan mereka

terhadap fisik, sosial, spiritual, kognitif atau keadaan emosi mereka.Implikasi terhadap

praktek keperawatan membuka jarak yang luas untuk definisi kesehatan.Kategori

diagnosa bermanfaat hanya jika setuju terhadap orang atau mereka yang ditunjuk.

Hubungan bahwa perawatan mempunyai hubungan dengan orang yang menerima

perawatan adalah kritikal, bahkan lebih penting adalah kebutuhan akan penghargaan

terhadap hubungan yang eksis dalam kehidupan sehari-hari.

Keperawatan

Keperawatan adalah respon manusia terhadap satu orang kepada yang lain dalam

waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuannya untuk mendapatkan kesehatan.

Keperawatan juga adalah mengenai bentuk individu yang unik dan berfokus pada

seluruh bagian. Pada saat seseorang sakit dan tubuh juga mengalami perubahan, ini

akan mempengaruhi dunia seseorang dan pengalaman mereka. Pandangan klien

tentang dunia adalah hal yang penting dalam keperawatan.Paterson dan Zderad

mengatakan keperawatan menunjukkan sebuah pertemuan spesial dari setiapmanusia.

Keperawatan terlihat seperti campuran yang unik antara teori dan metodologi.Teori bisa

diartikulasikan dari kerangka kerja terbuka yang didapatkan dari situasi

manusia.Kerangka kerja ini digunakan untuk memberikan dimensi kemungkinan dari

keperawatan humanistic manusia.Teori tidak bisa eksis tanpa praktek

keperawatan.Mereka menyebut praktek keperawatan adalah metodologi, yang

mengatakan bahwa keperawatan sebagai campuran yang unik antara seni dan

ilmu.Seni keperawatan diwujudkan dari interaksi antara perawat dan klien.Keperawatan

sebagai seni yang sanggup untuk menggunakan teori-teori diantara konteks kehidupan

sebagai perjuangan seseorang untuk mencapai sesuatu yang mereka inginkan.

1. 9.    Paradigma menurut Hidegard E. Pepelau (keperawatan

psikodinamik)

Keperawatan

Keperawatan didefinisikan oleh Peplau sebagai sebuah proses yang signifikan, bersifat

terapeutik, dan interpersonal. Keperawatan merupakan instrument edukatif, kekuatan

yang mendewasakan dan menborong kepribadian seseorang dalam arah yang kreatif,

konstruktif, produktif, personal, dan kehidupan komunitas. Profesi keperawatan memiliki

tanggung jawab legaldi dalaam pemanfaatan keperawatan secara vefektif berikut

segala konsekuensinya bagi klien.

Individu

Individu menurut eplau adalah organisme yang mempunyai kemampuan untuk

berusaha mengurangi ketegangan yang ditimbulkan oleh kebutuhan.

Kesehatan

Peplau mendefinisikan kesehatan sebagai sebuah symbol yang menyatakan secara

tidak langsung perkembangan progresif dari kepribadian dan proses kemanusiaan yang

terus menerus mengarah pada keadaan kreatif, konstruktif, produktif di dalam

kehidupan pribadi ataupun komunitas.

Lingkungan

Meskipun Peplau tidak secara langsung menyebutkan lingkungan sebagai salah satu

konsep utama dalam perawatan, ia mendorong perawat untuk memperhatikan

kebudayaan da adat istiadat klien saat klien harus membiasakan diri dengan rutinitas

rumah sakit.

 

2.5  Penerapan Paradigma Keperawatan Dalam Praktek Keperawatan

Sebagai suatu profesi yang berbeda dengan profesi lain, keperawatan haruslah

memiliki suatu cara pandang yang berbeda dalam menyikapi setiap permasalahan yang

ada dalam profesinya. Dalam memberikan asuhan keperawatan yang merupakan

bentuk pelayanan profesional keperawatan, hendaknya perawat harus memperhatikan

seluruh aspek yang termasuk dalam paradigma keperawatan, yaitu manusia sebagai

makhluk holistik dan unik dengan segala macam kebutuhannya, lingkungan internal

mapun eksternal yang didalamnya terdapat stressor-stressor yang akan mempengaruhi

kondisi sehat dan sakitnya manusia. Sehingga keperawatan harus berperan untuk

meningkatkan derajat kesehatan dan membantu manusia berada dalam rentang

kesehatan yang optimal.

Dalam memberikan asuhan keperawatan secara holistik, perawat juga hendak nya

mengaplikasikan paradigma keperawatan yang tepat yang telah dikemukakan oleh para

ahli disesuaikan dengan kondisi pasien, sehingga tujuan asuhan keperawatan akan

tercapai. Sebagai contoh dalam memberikan asuhan keperawatan di ruang rawat inap,

perawat menggunakan paradigma yang dikemukakan oleh Orem dimana perawat

membagi pasien berdasarkan tingkat kemandirian pasien, sehingga asuhan 

keperawatan dapat berjalan dengan maksimal dan efisien.

 

 

 

 

BAB III

PEMBAHASAN

 

 

3.1  Kasus

Seorang pasien datang ke unit gawat darurat dibawa oleh keluarga dengan alasan telah

mencederai diri sendiri dengan cara menyilet nadinya. Perawat kemudian meminta agar

keluarga menunggu di luarnamun pasien berteriak-teriak agar keluarganya tidak

meninggalkannya sendiri di ruangan tersebut. Keluarga meminta kepada perawat agar

bisa menemani pasien karena kawatir pasien tidak bisa tenang. Dokter meminta

saudara untuk membawa keluarga keluar dari ruangan. Jika saudara menjadi

perawatnya pada saat itu apa yang akan saudara lakukan?

 

3.2 Penerapan paradigama dalam penyelesaian kasus

Sebagai perawat dalam menyikapi kasus diatas, akan memilih untuk memperbolehkan

keluarga menunggui di dekat pasien agar pasien merasa nyaman dan aman dengan

catatan keluarga bisa kooperatif dengan semua penatalaksanaan yang akan dilakukan

pada pasien.

Keluarga pasien diperbolehkan untuk menunggui di dekat pasien didasarkan pada

paradigma keperawatan yang meliputi:

1. 1.    Manusia

Pasien dan keluarga adalah manusia. Menurut Teori keperawatan humanistik  oleh

Paterson and Zderad, manusia sebagai individu dikarakterkan sebagai orang yang

mampu, terbuka terhadap pilihan, mempuyai nilai, dan manifestasi unik terhadap

mereka yang dulu sekarang dan masa depan. Sehingga kita sebagai perawat harus

menghargai keinginan pasien dan keluarga selama hal tersebut tidak membahayakan

pasien. Pasien dan keluarga membutuhkan pilihan. Individu dan kelompok

membutuhkan kesempatan untuk membuat pilihan mereka sendiri.

Sesuai dengan konsep teori adaptasi Calista Roy bahwa sebagai suatu sistem manusia

juga dapat digambarkan dengan istilah input, proses kontrol dan umpan balik serta

output. Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima

masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Dalam

proses adaptasi bagi klien kedekatan dengan keluarga akan menambah ketenangan,

kekuatan, dan kenyamanan yang pada akhirnya akan mengurangi kegelisahan dan

membantu proses percepatan penyembuhan klien dalam masa perawatan. Jadi

sebagai perawat seharusnya tidak mempermasalahkan jika pasien ingin selalu

ditunggui keluarga di ruang rawat manapun dengan beberapa catatan:

1. Keluarga bersedia kooperatif dengan segala penatalaksanaan pada pasien.

2. Keluarga tidak melakukan tindakan yang membahayakan keselamatan

pasien.

Menurut Myra Estrin Levine (The Conservation Model),manusia dipandang

secara whole yaitu tidak hanya dalam aspek fisik tetapi juga berkaitan dengan aspek

psychosocio-budaya dan spiritual. Tidak selalu aspek fisik saja yang diperhatikan pada

pasien yang melakukan percobaan bunuh diri dengan menyilet nadinya, tetapi kondisi

psikologis pasien juga sama pentingnya. Pasien yang melakukan percobaan bunuh diri

mengalami kondisi tekanan psikologis , sehingga dengan menghadirkan keluarga di

dekat pasien diharapkan tidak menambah tekan psikologis pasien.

1. 2.    Keperawatan

Martha E. Rogers menyatakan bahwa ilmu keperawatan adalah Unitary Human Being,

yaitu manusia sebagai unit. Dia mengartikan bahwa tidak ada ilmu lain yang

mempelajari manusia secara keseluruhan atau utuh. Rogers menjelaskan keperawatan

sebagai profesi yang menggabungkan unsur ilmu pengetahuan dan seni. Keperawatan

adalah ilmu pengetahuan humanistik yang didedikasikan untuk menghibur agar dapat

menjaga dan memperbaiki kesehatan, mencegah penyakit, dan merawat serta

merehabilitasi seseorang yang sakit dan cacat. Praktek professional keperawatan

bersifat kreatif, imajinatif, eksis untuk melayani orang, hal tersebut berakar dalam

keputusan intelektual, pengetahuan abstrak dan perasaan mahkluk. Seorang perawat

yang menjalankan praktik keperawatan yang profesional, perawat melayani secara total

kebutuhan pasien bukan fisik saja tapi juga psikologis pasien, jadi semua kebutuhan

pasien harus diusahakan untuk dipenuhi selama tidak mengancam keselamatan.

Menurut Myra Estrin Levine asuhan keperawatan adalah baik mendukung dan terapi

(untuk mencapai tingkat maksimum adaptasi). Tugas perawat adalah melakukan

asuhan keperawatan yang baik dan mendukung terapi yaitu holistik. Sifat holistik

diartikan sebagai perawatan yang menyeluruh termasuk kondisi psikologis pasien yang

berupa aman, nyaman, tenang. Menghadirkan keluarga di dekat pasien akan

memberikan rasa aman dan nyaman  sehingga mengurangi kecemasan dan ketakutan

saat dirawat di unit gawat darurat maupun ruang rawat lain selama tidak

membahayakan pasien.

1. 3.    Kesehatan

Neuman melihat bahwa kesehatan merupakan suatu kondisi dimana terdapat

keserasian pada seluruh maupun sebagian variabel dalam diri klien. Menurutnya,

sistem klien akan bergeser ke arah sakit dan kematian ketika banyak energi yang

dibutuhkan tidak terpenuhi, sedangkan sistem akan begeser ke arah kesehatan apabila

energi yang dibutuhkan terpenuhi. Ketika energi pasien ke arah kesehatan adalah dari

keluarga, maka keluarga sangat penting dihadirkan di dekat pasien selama proses

perawatan.

1. 4.    Lingkungan

Betty Neuman berpendapat bahwa lingkungan harus dilihat secara total. Lingkungan

adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia, baik lingkungan internal maupun

eksternal, dimana di dalamnya manusia akan berinteraksi setiap saat. Interaksi

manusia meliputi intrapersonal, interpersonal dan ekstrapersonal yang dapat

mempengaruhi stabilitasnya sebagai suatu sistem.Created environment (lingkungan

yang diciptakan) diartikan sebagai lingkungan yang terbentuk dan berkembang tanpa

disadari oleh klien dan merupak simbol sistem secara keseluruhan. Ketika lingkungan

yang diciptakan nyaman bagi pasien, maka hal ini akan mendukung kondisi pasien

kearah perbaikan. Memenuhi keinginan pasien yang menginginkan keluarga selalu

berada di dekatnya  merupakan dari created environment, artinya menciptakan

lingkungan yang nyaman bagi pasien.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

 

 

4.1      Kesimpulan

1. Keluarga pasien boleh menunggu di dalam ruangan karena pasien

membutuhkan dukungan keluarga dengan persyaratan keluarga pasien

kooperatif dan tidak membahayakan keselamatan baik pada pasien maupun

tenaga kesehatan.

2. Di area manapun tidak terkecuali di unit gawat darurat setiap melakukan

asuhan keperawatan harus selalu berpedoman pada paradigma keperawatan

dalam hal ini menerapkan teori-teori yang sesuai dengan kasus yang

ditemukan.

 

4.2      Saran

1. 1.         Pemahaman tentang paradigma keperawatan perlu diperdalam bagi

setiap perawat sehingga dalam bekerja senatiasa mengacu pada paradigma

keperawatan.

 

 

 DAFTAR PUSTAKA

 

1. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.

Jakarta : Salemba Medika

2. Ali, Zaidin. 2002. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya

Medika

3. Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses

& Praktik. Jakarta: EGC.

4. Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

5. Paterson, Josephin & Zderad, Loretta, HumanisticNursing Theory dalam

Elisasiregar, 2012. Internet 10 Oktober 2013

6. Wahit, 2008. Asuhan Keperawatan Komunitas, Aplikasi dalam Praktik.

Jakarta: Salemba