papper review jurnal
DESCRIPTION
pak wekaTRANSCRIPT
KARAKTERISASI PAPAIN DARI DAUN PEPAYA (Carica Papaya L.)
CHARACTERIZATION OF PAPAIN FROM Carica Papaya L. LEAVES
Disusun Sebagai Tugas Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah Farmakognosi
Dosen Pembimbing : Weka Sidabagawan, S.Farm., Apt
Disusun Oleh :
Abdul Mahmud Yumassik (201310410311138)
Witri Rochaeni Husniar (201310410311145)
Irma Nurtiana Syafitri (201310410311149)
Hifdzan Silmi Nur .E. (201310410311159)
Astri Setya Arimbi (201310410311201)
Lita Safitri (201310410311202)
Elys Oktaviana (201310410311203)
Venna Elsa Vionita (201310410311204)
Hany Ummu Izzati (201310410311207)
Prisca Octavia Putri (201310410311208)
PROGRAM STUDY FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
KARAKTERISASI PAPAIN DARI DAUN PEPAYA (Carica Papaya L.)
CHARACTERIZATION OF PAPAIN FROM Carica Papaya L. LEAVES
Oleh : Zusfahair, Dian Riana Ningsih, Febrina Nur Habiba
---------------------------------------------------------------------------------------------------
ABSTRAK
Enzim yang menempati urutan pertama dalam pemanfaatannya di
bidang industri adalah protease. Protease dapat digunakan sebagai katalis untuk
reaksi yang menggunakan pelarut organik. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik ekstrak kasar papain dari daun pepaya (Carica papaya
L.) yang meliputi suhu dan Ph optimum, pengaruh EDTA dan ion-ion logam,
serta kestabilannya dalam pelarut organik seperti metanol, aseton, dan toluena,
serta potensinya sebagai katalis dalam pelarut organik.
Isolasi papain dari daun pepaya dilakukan untuk mendapatkan ekstrak
kasar papain. Ekstrak kasar papain selanjutnya dikarakterisasi suhu dan pH
optimum, pengaruh EDTA dan ion-ion logam yang meliputi ion Ca2+, ion Mg2+,
Cu 2+, Zn2+, serta aktivitasnya dalam pelarut organik, seperti metanol, aseton, dan
toluena.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kasar papain yang diisolasi
daridaun pepaya kalifornia optimum pada suhu 600C dan pH 7, sedangkan
papain daun pepaya bangkok optimum pada suhu 500C dan kisaran pH 7-8.
Aktivitas enzim papain daun pepaya kalifornia dan bangkok meningkat
dengan adanya ion Zn2+dan menurun dengan adanya ion Ca2+, ion Mg2+, Cu2+
serta EDTA. Aktivitas papain daun pepaya kalifornia relatif stabil hingga jam
ke-6 dengan penambahan pelarut metanol dan menurun setelah jam ke-3
dengan penambahan pelarut aseton dan toluena, sedangkan papain daun
pepaya bangkok dengan penambahan pelarut metanol, aseton, ataupun toluena
aktivitasnya hanya dapat stabil hingga jam ke-3. Papain dari daun pepaya
kalifornia berpotensi digunakan sebagai biokatalis dalam pelarut metanol.
Kata kunci : papain, daun pepaya, karakterisasi
I. PENDAHULUAN
Enzim merupakan suatu kelas protein yang berfungsi sebagai katalis,
agen kimiawi yang mempercepat laju suatu reaksi tetapi tidak ikut bereaksi
(Campbell, 2002). Enzim terdapat pada sel-sel tumbuhan, fungi, bakteri, dan
hewan (Herdyastuti dan Nuniek, 2009). Enzim banyak digunakan pada
berbagai bidang industri, produk pertanian, kimia, dan medis. Enzim
memiliki sifat-sifat spesifik yang menguntungkan yaitu efisien, selektif, dapat
diprediksi, reaksi tanpa produk samping, dan ramah lingkungan. Sifat-sifat
tersebut menyebabkan penggunaan enzim semakin meningkat dari tahun ke
tahun, peningkatan diperkirakan mencapai 10–15% per tahun (Rahayu, 2004).
Enzim protease mengacu pada sekelompok enzim yang berfungsi untuk
menghidrolisis protein.
Enzim protease juga disebut dengan enzim proteolitik atau proteinase.
Protease menguraikan protein menjadi molekul yang lebih kecil, dimana
setiap enzim protease memiliki kemampuan berbeda dalam menghidrolisis
ikatan peptida (Ahira, 2011). Aplikasi enzim protease dalam bidang industri
banyak digunakan antara lain industri detergen, pembuatan keju, dan susu,
serta dalam bidang kesehatan, misalnya mengurangi peradangan, membersihkan
sel mati, mencegah penggumpalan darah, memaksimalkan sistem imun, dan
menghilangkan bekas luka (Ahira, 2011).
Protease dapat diperoleh dari jaringan tumbuhan. Salah satu jenis
tumbuhan yang mengandung enzim protease adalah pepaya (Carica papaya
L.). Pepaya adalah tumbuhan penghasil enzim papain yang merupakan
golongan enzim protease sulfihidril (Dongoran, 2004) dan termasuk golongan
tiol protease eukariotik yang mempunyai sisi aktif sistein (Sadikin, 2002).
Papain terkandung pada berbagai bagian tumbuhan pepaya, termasuk pada
daunnya. Potensi papain dalam daun pepaya ini perlu dieksplorasi lebih lanjut
karena Indonesia merupakan salah satu negara penghasil pepaya dengan
produksi mencapai 200.000 ton per tahun. (Warsino, 2003).
Mengingat aplikasi protease yang beragam serta potensi yang besar
dari papain yang terkandung dalam tanaman pepaya yang tumbuh subur di
Indonesia, maka perlu dilakukan suatu eksplorasi terhadap karakteristik
papain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik ekstrak
kasar papain dari daun pepaya (Carica papaya L.) yang meliputi suhu dan pH
optimum, pengaruh EDTA dan ion-ion logam, serta kestabilannya dalam
pelarut organik seperti metanol, aseton, dan toluena, serta potensinya sebagai
katalis dalam pelarut organik.
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Struktur Enzim
Enzim merupakan biokatalisator/katalisator organik yang diproduksi oleh
makhluk hidup untuk mengkatalisis dan mengendalikan reaksi kimia yang penting
dalam tubuh makhluk hidup tersebut. Berbeda dengan katalisator biasa, enzim
mempunyai spesifisitas katalitik yang tinggi yang ditentukan oleh gugus fungsi
pada situs aktifnya. Enzim hanya mengkatalisis reaksi secara termodinamika,
yaitu berdasarkan pelepasan energi bebas. Katalisator ini terlibat dalam reaksi,
tetapi kemudian kembali ke struktur asalnya (Trevor, 1985).
Enzim terdiri dari bagian protein dan bagian non protein. Bagian protein
enzim yang disebut apoenzim sangat menentukan fungsi biokatalisator dari enzim.
Bagian ini akan rusak pada suhu terlampau panas atau bersifat termolabil. Bagian
non protein dari enzim disebut kofaktor atau gugus prostetik, yang dapat berupa
senyawa organik (koenzim) atau senyawa non organik, seperti ion-ion logam.
Gugus prostetik ini berukuran kecil, tahan panas (termostabil), dan diperlukan
enzim untuk aktivitas katalitiknya. Gabungan kedua bagian ini membentuk
haloenzim, yaitu bentuk enzim yang sempurna dan aktif (Bergmeyer, 1984).
2. Sifat – Sifat Enzim
Beberapa sifat umum yang dimiliki oleh enzim (Praweda, 2000) yaitu:
1) Enzim merupakan biokatalisator yang dalam konsentrasi kecil dapat
memacu laju reaksi, tanpa merubah keseimbangan reaksi.
2) Enzim bersifat termolabil, hidrofil dan memiliki permukaan yang lebar.
3) Reaksi yang dikatalisis enzim dapat berlangsung sangat cepat. Setiap
molekul enzim dapat digunakan berulang-ulang.
4) Enzim dapat bekerja di dalam sel (endoenzim) dan di luar sel (ektoenzim).
5) Umumnya enzim bekerja mengkatalisis reaksi satu arah, meskipun ada
enzim yang mengkatalisis reaksi dua arah, seperti enzim lipase yang
mengkatalisis pembentukan dan penguraian lemak.
6) Enzim bekerja secara spesifik, karena sisi aktifnya (permukaan tempat
melekatnya substrat) hanya cocok dengan permukaan substrat tertentu.
7) Enzim sangat peka terhadap faktor-faktor yang menyebabkan denaturasi
protein, seperti suhu dan pH.
8) Enzim dapat bereaksi dengan senyawa asam maupun basa, kation maupun
anion.
9) Umumnya enzim tidak dapat bekerja tanpa adanya kofaktor. Aktivitas
katalitik enzim juga dipengaruhi oleh zat yang berfungsi sebagai aktivator
dan inhibitor.
3. Karakterisasi Enzim
Perubahan suhu dan pH berpengaruh besar terhadap kerja enzim. Aktivitas
enzim juga dipengaruhi oleh konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat. Pengaruh
aktivator, inhibitor dan kofaktor dalam beberapa keadaan juga merupakan faktor-
faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim (Indah, 2004).
1) Efek suhu terhadap aktivitas enzim
Aktivitas enzim akan bertambah dengan naiknya suhu sampai tercapainya
aktivitas optimum. Kenaikan suhu lebih lanjut akan mengakibatkan
menurunnya aktivitas enzim dan pada akhirnya merusak enzim (Pelczar,
1986).
2) Efek pH terhadap aktivitas enzim
Perubahan pH akan mempengaruhi kecepatan reaksi enzim, karena
berubahnya derajat ionisasi gugus asam dan basa dari enzim. Untuk
kebanyakan enzim, terdapat rentang pH optimum dimana aktivitas enzim
berlangsung secara optimum dan mempunyai stabilitas yang tinggi.
Sebagian besar enzim mempunyai pH optimum yang mendekati netral,
sebagian kecil lainnya mempunyai pH optimum yang sangat rendah
(sekitar 2,0) atau sangat tinggi (sekitar 9,0) (Yulinah dkk, 1990).
3) Efek konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
Pada enzim-enzim dengan derajat kemurniannya tinggi, terdapat suatu
hubungan linear antara jumlah enzim dan taraf aktivitas pada batas-batas
tertentu. Konsentrasi enzim pada umumnya sangat kecil, bila
dibandingkan dengan konsentrasi substrat. Saat konsentrasi enzim
meningkat, maka aktivitas enzim juga bertambah (Pelczar, 1986).
4) Efek konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim
Kecepatan reaksi yang dikatalisis oleh enzim sangat dipengaruhi oleh
konsentrasi substrat. Pada konsentrasi substrat yang sangat rendah,
kecepatan reaksi yang dikatalisis enzim juga sangat rendah. Sebaliknya,
kecepatan reaksi akan meningkat dengan meningkatnya konsentrasi
substrat sampai tercapai titik tertentu, yaitu titik batas kecepatan reaksi
maksimum. Setelah titik batas, enzim menjadi jenuh oleh substratnya,
sehingga tidak dapat berfungsi lebih cepat. Pembatas kecepatan enzimatis
ini adalah kecepatan penguraian kompleks enzim-substrat menjadi produk
dan enzim bebas (Lehningher, 1995)
5) Efek aktivator, inhibitor dan kofaktor terhadap aktivitas enzim
Aktifitas katalitik enzim dapat dipengaruhi oleh aktivator (bahan-
bahan yang meningkatkan aktivitas enzim) dan inhibitor (bahan-bahan
yang menurunkan aktivitas enzim). Berdasarkan kinetikanya, inhibitor
dapat dibedakan menjadi inhibitor ireversibel dan reversibel (Palmer,
1995).
Aktivitas enzim juga dipengaruhi oleh kofaktor, yaitu komponen
non protein dari enzim yang menentukan aktivitas katalitiknya. Kofaktor
ini dapat berupa senyawa organik yang disebut koenzim atau senyawa non
organik seperti ion logam Fe2+, Mn2+, Zn2+ dan Ca2+ (Lehningher, 1995).
Ion-ion logam ini umumnya ditambahkan dalam bentuk garam, misalnya
ion Ca2+ dalam bentuk garam klorida. Kation-kation lain yang telah
diketahui dapat mengaktifkan enzim adalah Na+, K+, Rb+, Cs+, Mg2+, Zn2+,
Cu2+, Fe2+, Co2+, Ni2+, dan Al3+ (Palmer, 1995).
4. Penggolongan Enzim
Kebanyakan enzim diberi nama dengan menambahkan akhiran -
ase- pada nama substratnya, seperti urease yang mengkatalisis hidrolisis
urea. Tetapi beberapa enzim yang dinamakan tanpa menerangkan
substratnya, seperti tripsin. (Lehningher, 1995).
Berdasarkan sistem penamaan enzim internasional dari IUB
(International Union of Biochemistry), enzim dapat digolongkan dalam
enam golongan berdasarkan reaksi yang dikatalisisnya (Lehningher,
1995), yaitu:
a) Oksidoreduktase
Oksidoreduktase (dehidrogenase atau oksidase) mengkatalisis
reaksi oksidasi reduksi, seperti glukosa oksidase, alkohol
dehidrogenase dan piruvat hidrogenase.
b) Transferase
Transferase mengkatalisis pemindahan suatu gugus tertentu,
seperti transmetilase, transaldolase, dan transketolase.
c) Hidrolase
Hidrolase berperan dalam reaksi hidrolisis, seperti protease,
amilase, selulase, pektinase, dan maltase.
d) Liase
Liase mengkatalisis penghilangan gugus tertentu dari substrat
dengan atau tanpa melalui proses hidrolisis atau melalui
pemutusan ikatan rangkap. Contoh: piruvat dekarboksilase.
e) Isomerase
Isomerase adalah semua enzim yang mengkatalisis reaksi
isomerisasi, seperti alanin rasemase.
f) Ligase
Ligase berperan dalam reaksi pembentukan ikatan kimia, termasuk
diantaranya enzim-enzim yang mengkatalisis pembentukan ikatan
C-O, C-S, C-N, dan C-C. Contoh: tiokinase.
5. Enzim Protease
Enzim protease merupakan biokatalisator untuk reaksi pemecahan protein
menjadi oligopeptida atau asam-asam amino. Enzim-enzim ini bekerja
mengkatalisis reaksi hidrolisis, yaitu reaksi yang melibatkan air pada ikatan
spesifik dengan substrat, sehingga juga dapat digolongkan sebagai enzim
hidrolase. Protease dinamakan juga peptidase, karena memecah ikatan peptida
pada rantai polipeptida (Fuadi, 2007).
Ada dua macam peptidase, yaitu endopeptidase dan eksopeptidase.
Endopeptidase adalah enzim yang mengkatalisis pemecahan ikatan peptida pada
bagian dalam rantai polipeptida. Eksopeptidase adalah enzim yang mengkatalisis
pemecahan ikatan peptida pada ujung rantai polipeptida (Wirahadikusumah,
1989).
Protease dapat dihasilkan secara ekstraseluler (protease disekresikan ke
luar sel atau ke lingkungannya) dan secara intraseluler (protease berada dalam
sel). Pada protease ekstraseluler, enzim bekerja di luar sel mikroorganisme tanpa
perlindungan membran dan dinding sel, sehingga harus memiliki kestabilan yang
tinggi terhadap berbagai pengaruh kimia dan fisika. Karakteristik ini
menyebabkan protease ekstraseluler dapat digunakan dalam berbagai proses
industri (Doi and McGloughlin, 1992).
5.1. Penggolongan Protease
Berdasarkan jenis residu asam amino dalam sisi aktifnya, protease dapat
dibedakan menjadi empat golongan, yaitu protease serin, protease tiol, protease
logam, dan protease karboksil (Creighton, 1993).
Protease serin adalah protease yang memiliki sisi aktif pada residu serin
dan umumnya merupakan endopeptidase. Aktivitas optimum enzim berlangsung
pada pH 7,8. Protease tiol merupakan kelompok protease yang mempunyai residu
sistein pada sisi katalitiknya dan merupakan endopeptidase (Creighton, 1993).
Protease logam (metaloenzim) merupakan protease yang memiliki ion logam pada
sisi katalitiknya. Protease ini umumnya merupakan eksopeptidase yang bersifat
netral (Rao et al., 1998). Protease karboksil disebut juga protease asam, karena
mempunyai dua residu aspartat pada sisi katalitiknya. Protease karboksil
merupakan endopeptidase dengan umumnya pH optimum 2,0-5,0 (Creighton,
1993).
5.2. Kegunaan Enzim Protease
Protease merupakan enzim yang memiliki nilai ekonomi tinggi, karena
aplikasinya sangat luas. Enzim protease banyak digunakan di dalam industri
pangan maupun non pangan (Moon and Parulekar, 1993).
Dalam industri pangan, protease digunakan pada pembuatan roti, biskuit,
keju, bir dan alkohol. Penambahan protease pada adonan roti dimaksudkan untuk
mengubah elastisitas serta tekstur dari gluten, sehingga volume roti dapat
ditingkatkan. Selain itu, waktu pembuatan roti dapat direduksi sekitar 30%.
Dalam pembuatan biskuit, protease digunakan untuk menghasilkan adonan
dengan ekstensibilitas dan kekuatan yang seimbang, sehingga adonan dapat
dibentangkan dengan tipis. Dalam industri bir, protease berfungsi sebagai
penjernih. Pada industri alkohol, enzim ini digunakan untuk menghidrolisis
protein yang menyelubungi pati, sehingga mudah dipecah menjadi alkohol oleh
khamir. Dalam industri pangan lainnya, protease digunakan untuk pengempukkan
daging, pembuatan kecap dari kedelai, dan menghidrolisis protein pada ikan untuk
menghasilkan minyak ikan (Suhartono, 1989).
Dalam industri non pangan, protease banyak digunakan pada industri kulit
(pembersih bulu), tekstil, bahan tambahan pada deterjen (pembersih protein pada
lensa kontak, penghilang noda pakaian) dan pasta gigi. Dalam industri film dan
fotografi, protease digunakan untuk memperoleh kembali komponen perak
(Suhartono, 1989). Dalam bidang farmasi, protease digunakan untuk membantu
penyerapan protein dalam saluran pencernaan, pengobatan luka bakar serta
sebagai bahan aktif dalam sediaan kosmetik (Witarto, 2006).
5.3. Penghasil Enzim Protease
Enzim protease dapat dihasilkan dari berbagai sumber, yaitu bakteri,
jamur, virus, tumbuhan, hewan dan manusia. Protease yang dihasilkan dari
berbagai bakteri kebanyakan bersifat basa dan netral, sedangkan protease yang
dihasilkan oleh berbagai jamur dapat bersifat asam, netral, dan basa. Dari
beberapa jenis virus penyebab penyakit, seperti virus penyebab kanker dan AIDS,
dihasilkan enzim protease yang terlibat dalam pembentukan protein virus. Jenis-
jenis protease yang dihasilkan virus adalah protease serin, tiol dan karboksil (Rao
et al., 1998).
Enzim protease yang dihasilkan dari tanaman diantaranya adalah papain
dan bromelain. Papain merupakan enzim protease yang dihasilkan oleh buah
pepaya. Enzim ini aktif pada pH 5,0-9,0 dalam suhu 80-900C. Bromelain
merupakan enzim protease yang berasal dari batang, akar, dan buah nanas.
Bromelain merupakan jenis protease tiol yang stabil sampai suhu 700C (Rao et al.,
1998).
Enzim protease yang dihasilkan oleh hewan dan manusia adalah tripsin,
pepsin, dan kimotripsin. Tripsin merupakan protease serin yang berperan sebagai
enzim pencernaan di usus halus. Pepsin merupakan protease karboksil yang
terdapat dalam lambung hampir seluruh vertebrata. Kimotripsin banyak
ditemukan dalam ekstrak pankreas hewan (Rao et al., 1998).
Salah satu sumber penghasil enzim protease yang banyak diteliti adalah
bakteri. Pemilihan bakteri sebagai sumber enzim protease disebabkan beberapa
alasan, antara lain bakteri lebih mudah tumbuh dengan kecepatan yang lebih cepat
dibandingkan makhluk hidup lainnya, skala produksi enzim mudah ditingkatkan,
biaya produksi enzim relatif rendah, kondisi produksi tidak tergantung pada
musim dan waktu proses produksi enzim lebih pendek (Poernomo, 2004).
Untuk memproduksi enzim protease dari bakteri secara optimum,
diperlukan proses pencarian, identifikasi dan isolasi galur unggul, yaitu galur yang
menghasilkan enzim protease dalam jumlah dan aktivitas yang lebih tinggi. Selain
itu, kondisi produksi juga perlu dikontrol dengan mengoptimasi berbagai faktor
yang mempengaruhi laju pertumbuhan dan laju produksi enzim, seperti suhu, pH,
komposisi medium (penambahan surfaktan dan logam), dan kondisi aerasi
(transfer oksigen) (Palmer, 1995).
Untuk menguji suatu biakan bakteri menghasilkan enzim protease
ekstraseluler, maka bakteri tersebut harus ditumbuhkan pada medium padat yang
mengandung kasein. Bakteri penghasil enzim protease ekstraseluler akan
membentuk zona penguraian kasein (zona bening) di sekitar koloninya. Besar-
kecil diameter zona menunjukkan konsentrasi dan aktivitas enzim yang dihasilkan
(Palmer, 1995). Bakteri penghasil enzim protease ekstraseluler disebut juga
sebagai bakteri proteolitik.
5.4. Bakteri Proteolitik
Dekomposisi protein oleh bakteri lebih kompleks dibandingkan
pemecahan karbohidrat. Produk akhir dari dekomposisi protein pun lebih
bervariasi, karena struktur protein bakteri yang kompleks. Bakteri memecah
protein menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana melalui suatu sistem
enzim protease yang kompleks. Senyawa-senyawa antara dan produk akhir dari
hasil pemecahan sangat bervariasi (Abraham et al., 1993).
Semua bakteri menghasilkan enzim protease di dalam sel, tetapi tidak
semua bakteri mengekskresikan enzim ini ke luar sel. Bakteri proteolitik adalah
bakteri yang memproduksi enzim protease ekstraseluler, yaitu enzim pemecah
protein yang diproduksi di dalam sel, lalu diekskresikan keluar sel (Abraham et
al., 1993).
Bakteri proteolitik dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok, yaitu
(Abraham et al., 1993):
1. Bakteri aerobik atau anaerobik fakultatif yang tidak membentuk spora,
misalnya Pseudomonas dan Proteus.
2. Bakteri aerobik atau anaerobik fakultatif yang membentuk spora, misalnya
Bacillus.
3. Bakteri anaerobik pembentuk spora, misalnya sebagian spesies Clostridium.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari jurnal yang di buat oleh Zusfahair, Dian Riana Ningsih, Febrina Nur
Habiba dengan judul “ KARAKTERISASI PAPAIN DARI DAUN PEPAYA
(Carica papaya L. )”, dengan tujuan papain dari daun pepaya kalifornia
berpotensi digunakan sebagai biokatalis pelarut metanol. Hasil yang di peroleh
dari isolasi enzim yang telah dilakukan oleh penulis dan praktikan maka dapat
disimpulkan prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Isolasi Enzim Papain
Sebanyak 100 gram daun pepaya segar ditimbang dan langsung ditumbuk
dengan mortar yang sebelumnya telah didinginkan dalam freezer. Proses
penumbukan ini dilakukan dalam keadaan dingin, dengan tujuan menjaga
kestabilan enzim. Enzim merupakan protein yang dapat mengalami kerusakan
pada suhu tinggi yang lebih dikenal dengan denaturasi. Denaturasi protein ini
dapat mengurangi aktivitas enzim.
Daun pepaya yang telah ditumbuk dengan mortar kemudian diambil filtratnya
dengan cara diperas dengan kain muslin. Filtrat yang diperoleh ditambahkan
buffer fosfat 0,1 M pH 7 sebanyak 20 mL untuk menjaga kestabilan enzim,
kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm selama 15 menit pada suhu 4
oC. Supernatan yang diperoleh merupakan ekstrak kasar papain.
Penentuan Suhu Optimum
Penentuan pH Optimum
Pengaruh Ion Logam dan EDTA
Pengaruh Pelarut Organik
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan :
1. Ekstrak kasar papain yang diisolasi dari daun pepaya kalifornia
optimum pada suhu 60 oC dan pH 7, sedangkan papain daun pepaya
bangkok optimum pada suhu 50 oC dan pada kisaran pH 7-8. Ion Zn2+
dapat meningkatkan aktivitas enzim papain daun pepaya kalifornia dan
bangkok dan menurun dengan adanya ion Ca2+, ion Mg2+, Cu 2+ serta
EDTA. Aktivitas papain daun pepaya kalifornia relatif stabil hingga
jam ke-6 dengan penambahan pelarut metanol dan menurun setelah jam
ke-3 dengan penambahan pelarut aseton dan toluena, sedangkan papain
daun pepaya bangkok dengan penambahan pelarut metanol, aseton,
ataupun toluena aktivitasnya hanya dapat stabil hingga jam ke-3.
2. Aktivitas papain dari daun pepaya kalifornia relatif stabil dengan
penambahan pelarut metanol sehingga berpotensi digunakan sebagai
biokatalis dalam pelarut metanol.
V. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2003, Control of Metabolism, Benjamin Cummings Publishing, Pearson Education, Inc., http://lhs.lexingtonma.org/teachers/pohlman/06C-ControlOfMetabolism.pdf (diakses 3 Agustus 2011).
Dongoran, D. S., 2004, Pengaruh Aktivator Sistein dan Natrium Klorida terhadap Aktivitas Papain, Jurnal Sains Kimia Vol.8, No.1, 2004: 26-28.
Hadiati, S. dan D. Sukmadjaja, 2004, Keragaman Pola Pita Beberapa Aksesi Nenas Berdasarkan Analisis Isozim, Jurnal Bioteknologi Pertanian, Vol. 7, No.2 (62-70).
Herdyastuti, N., 2006, Isolasi dan Karakterisasi Ekstrak Kasar Enzim Bromelin dari Batang Nanas (Ananas comusus L.merr), Berk. Penel. Hayati : 12 (75-77).
Kamelia, R., M. Sindumarta, dan D. Natalia, 2005, Isolasi dan Karakterisasi Protease Intraselular Termostabil dari Bakteri stearothermophilus RPI, Departemen Kimia ITB, Bandung.
Karadzic, I., A. Masui. N. Fujiwara. 2004. Purification and Characterization of A Protease From Pseudomonas aeruginosa Grown In Cutiing Oil. Journal of Bioscience and Bioengineering. 98 ( 3): 145-152.
Kazan, D., A. K. Denizci, N. Mine, Ö. Kerimak, A. Erarslan. 2005. Purification and characterization of a serine alkaline protease from Bacillus clausii GMBAE 42. J .Ind Microbiol Biotechnol. 32(8): 335–344
Najafi, M. F., D. Deobagkar, D. Deobagkar, 2005, Potential Application of Protease Isolated from Pseudomonas aeruginosa PD100, Electronic Journal of Biotechnology ISSN: 0717-3458, Vol.8, No.2.
Nurhasanah dan D. Herasari, 2008, Pemurnian Enzim Lipase dari Bakteri Lokal dan Aplikasinya dalam Reaksi Esterifikasi, Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II (17-18).
Ogino, H., T. Uchiho, J. Yokoo, R. Kobayashi, R. Ichise, and H. Ishikawa, 2001, Role of Intermolecular Disulfide Bonds of the Organic Solvent-Stable PST-01 Protease in Its Organic Solvent Stability, Applied and Environmetal Microbiology Vol. 67, No.2 (942-947).
Ogino, H. dan H. Ishikawa, 2001, Review Enzymes Which Are Stable in The Presence of Organic Solvents, Journal of Bioengineering Vol. 91, No.2 (109-116).
Ogino, H., K. Yasui, T.Shiotani, T. Ishihara, dan H. Ishikawa, 1995, Organic Solvent-Tolerant Bacterium Which Secretes an Organic Solvent-Stable Proteolytic Enzyme, Applied and Environmetal Microbiology, Vol. 61, No. 12 (4258-4262).
Poedjiadi, A. dan F. M. Supriyanti, 1994, Dasar-Dasar Biokimia, UI, Jakarta.
Sadikin, M., 2002, Biokimia Enzim, Widya Medika, Jakarta. Sasithorn, N. dan K. Luepong, 2008, Silk Degumming with Dried Latex of Carica Papaya Linn, RMUTP Research Journal, Vol. 2, No. 1. Karakterisasi papain dari daun pepaya... (Zusfahair, dkk.)
Suhartono, M. T., 1989, Enzim dan Bioteknologi, PAU Bioteknologi, Bogor.
Sulistiyowati, E., Sulistiyowati, S. Rustini, S. Sumartini, Abdurrakhman, 2009, Variasi Genetik Beberapa Spesies Kapas (Gossypium sp.) berdasarkan Keragaman Pola Pita Isozim, Jurnal Littri Vol 15 No. 4, (174 – 183).
Warsino, 2003, Budidaya Pepaya, Kanisius, Yogyakarta. Widowati, S., L. Sukarno dan P. Raharto, 2001, Studi Pengaruh
Penambahan Mineral terhadap Aktivitas Protease dari Bacillus circulans 9b3, Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor.