paper webeng

22

Click here to load reader

Upload: ratih-aflita

Post on 13-Aug-2015

31 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Pedoman Web Content Accessibility Guidelines

TRANSCRIPT

Page 1: Paper Webeng

Penggunaan Web Content Accessibility Guidelines 2.0 Sebagai Pedoman

Membentuk Kemudahan Aksesibilitas Konten Website

Ratih Aflita Rahmawati

113100102

Paper UAS Web Engineering Side 07

Fakultas Informatika

Institut Teknologi Telkom

2013

Page 2: Paper Webeng

Abstrak

Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam membuat sebuah website adalah penyampaian informasi yang dapat diakses kapanpun, dimanapun, dan siapapun sehingga semua informasi yang ingin disampaikan melalui website dapat tersebar ke semua khalayak luas tanpa terkecuali oleh penyandang disabilitas. Maka dari itu salah satu faktor terpenting pembuatan website adalah faktor aksesibilitasnya. Aksesibilitas adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan sejauh mana produk, perangkat, layanan, atau lingkungan yang tersedia mampu untuk diakses orang sebanyak mungkin. Dalam membuat website, Salah satu pedoman yang dapat digunakan untuk membuat konten web mudah diakses adalah dengan Web Content Accessibility Guidelines (WCAG) 2.0. dari organisasi W3C. Pedoman ini memiliki berbagai rekomendasi agar konten website yang anda miliki dapat lebih mudah diakses oleh siapapun, terutama oleh beberapa jenis penyandang disabilitas termasuk tuna netra, tuna rungu, penyandang gangguan pendengaran, keterbatasan kognitif, keterbatasan pergerakan, disabilitas bicara, dan lain-lain. Pedoman WCAG 2.0 menggantikan WCAG 1.0 yang diterbitkan oleh W3C pada Mei 1999. Meskipun mungkin untuk menerapkan WCAG 1.0, WCAG 2.0, atau keduanya, W3C merekomendasikan untuk menggunakan referensi WCAG 2.0 karena sudah terdapat banyak pembaharuan pedoman dan dapat diterapkan pada teknologi web sekarang dan masa depan dalam memaksimalkan aksesibilitas yang lebih lengkap dalam berbagai kasus.

Page 3: Paper Webeng

I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Latar belakang penulisan makalah ini adalah mengenai aksesibilitas website, karena website merupakan sarana informasi utama yang mudah diakses dimanapun dan kapanpun. Agar suatu informasi dari konten web dapat dicapai oleh semua sasaran yang diinginkan, konten website harus dapat dibuat mudah dipahami, mudah dioperasikan sehingga fungsi website dapat dicapai, dengan tidak melupakan semua elemen user tanpa terkecuali user dengan penyandang disabilitas. Hal-hal ini yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian terhadap salah satu pedoman penerapan konten website agar mudah diakses mengacu pada Web Content Accessibility Guidelines 2.0 yang terbaru. Penelitian ini penulis lakukan dengan mengacu pada studi literatur WCAG 2.0 yang ada. Dengan disusunnya makalah penelitian ini penulis berharap dapat menambah ilmu bagi setiap individu yang membacanya dan siapapun yang ingin membuat konten websitenya mudah diakses oleh terutama penyandang disabilitas dengan menerapkan prinsip-prinsip WCAG 2.0 yang ada.

1.2 Rumusan Masalah

Apa sajakah prinsip-prinsip yang harus diterapkan dalam membangun konten website yang mendukung aksesibilitas?

1.3 Batasan Masalah

Makalah penelitian ini akan penulis batasi pada masalah:

WCAG 2.0 sebagai pokok bahasan

Konten website sebagai objek penelitian

1.4 Tujuan

Tujuan penulis membuat makalah penelitian ini adalah:

Memaparkan pedoman yang ada pada WCAG 2.0

Memaparkan sasaran pengguna pada setiap prinsipnya

II. Metodologi

WCAG 2.0 dikembangkan melalui proses bekerja sama dengan individu dan organisasi di seluruh dunia dengan tujuan untuk memberikan standard untuk aksesibilitas konten web yang dapat memenuhi kebutuhan individu, organisasi, dan pemerintah internasional. WCAG berusaha memberikan solusi pada permasalahan aksesibilitas seperti bagaimana cara untuk membuat konten web lebih mudah diakses oleh penyandang disabilitas seperti tuna netra, tuna rungu, penyandang gangguan pendengaran, keterbatasan kognitif,

Page 4: Paper Webeng

keterbatasan pergerakan, disabilitas bicara, dan lain-lain. Pedoman ini juga membuat konten web dapat digunakan oleh orang tua dengan kemampuan yang telah berubah akibat penuaan.

WCAG 2.0 memiliki 12 pedoman yang diselenggarakan dalam 4 prinsip utama yakni: perceivable, operable, understandable, dan robust. Bagi setiap pedoman, terdapat kriteria keberhasilan tersendiri. WCAG ini merupakan bagian dari serangkaian pedoman aksesibilitas, termasuk Authoring Tool Accesiibility Guidelines (ATAG), dan User Agent Accesibility Guidelines (UAAG) yang mana apabila disatukan akan membentuk suatu kemudahan aksesibilitas informasi yang didukung oleh beberapa alat bantu atau software yang mendukung dalam integrasi aksesibilitas. WCAG 2.0 juga disetujui sebagai standard ISO: ISO/IEC 40500:2012.

III. Hasil

Prinsip 1: Perceiveable.

Perceivable memiliki artian bahwa informasi dan komponen-komponen user interface harus ditampilkan kepada user dengan cara yang mudah dimengerti dan dipahami.

Prinsip 1.1 Text

Prinsip ini digunakan utuk pedoman memberikan alternatif teks untuk setiap konten non-teks sehingga dapat diubah menjadi bentuk lain yang dapat dimengerti, misalnya braille, simbol, bahasa yang lebih sederhana, atau huruf cetak besar. Tujuan dari alternatif bagi konten non-teks ini adalah untuk membuat informasi yang disampaikan oleh konten non-teks dapat dimengerti melalui alternatif berupa teks. Alternatif berupa teks ini adalah cara yang paling utama untuk membuat informasi dapat diakses karena informasi tersebut dapat diterjemahkan melalui modalitas sensorik, misalnya visual, pendengaran, atau sentuhan sehingga dapat disesuaikan dengan disabilitas user. Alternatif teks mempermudah informasi utnuk disampaikan dengan berbagai cara dengan beragam software yang membantu merepresentasikan isi konten web kepada user, Misalnya saja bagi user yang tidak dapat melihat gambar, mereka dapat mengerti informasi yang disampaikan oleh gambar melalui alternatif teks yang dibacakan melalui alat bantu dengar.

1.1.1. Non-text Content

Semua konten berupa non-teks yang disajikan kepada pengguna disarankan untuk memiliki alternatif teks yang memiliki arti dan tujuan sama dengan konten non-teks, kecuali untuk situasi seperti:

Controls, input

Jika konten non-teks itu sendiri adalah suatu kontrol atau berfungsi untuk menerima input user, maka ia memiliki nama yang mendeskripsikan tujuannya. Kontrol dan input ini akan dijelaskan pada prinsip 4.1 perihal requirement tambahan untuk kontrol dan konten yang menerima input user

Time-Based Media

Page 5: Paper Webeng

Jika konten non-teks adalah media yang berbasis waktu, maka alternatif teks setidaknya menyediakan identifikasi yang deskriptif bagi konten non-teks. Hal ini akan dijelaskan pada prinsip 1.2 perihal requirement tambahan untuk media.

Test

Apabila konten non-teks adalah suatu tes atau latihan yang apabila disajikan dalam bentuk teks akan menjadi tidak valid, maka teks alternatif setidaknya memberikan identifikasi yang dekriptif bagi konten non-teks.

Sensory

Jika konten non-teks yang ada ditujukan untuk mendeteksi sensor, maka teks alternatif diharapkan dapat memberikan suatu keterangan atau identifikasi yang deskriptif bagi konten non-teks tersebut.

Captcha

Jika tujuan dari konten non-teks adalah untuk mengkonfirmasi bahwa konten tersebuat sedang diakses oleh seseorang dan bukan oleh komputer, maka teks alternatif dapat berupa deskripsi tujuan dari captcha tersebut, dan bentuk alternatif keluaran dari Captcha disarankan menggunakan beberapa tipe alat pendeteksi sensor guna mengakomodasi beberapa macam disabilitas user.

Decoration, formatting, invisible

Jika konten non-text yang ada murni berupa dekorasi, dan digunakan untuk memperindah visual, atau tidak disajikan pada pengguna, maka konten tersebut dapat diabaikan oleh assistive technology atau alat bantu bagi penyandang disabilitas.

Prinsip 1.2 Time-based Media

1.2.1 Audio-only and Video-only (Prerecorded)

Alternatif bagi media berbasis waktu baik audio maupun video adalah menyediakan informasi yang setara dengan konten dari rekaman audio atau rekaman video yang ada, kecuali jika rekaman audio atau video tersebut merupakan alternatif dari teks. Salah satu alternatif untuk media berbasis waktu adalah membuat rekaman audio. Analogi dari pemanfaatan rekaman audio ini adalah seperti kita sedang menonton video tanpa audio atau interaksi dengan user. Hal ini terlihat seperti kita sedang menonton film yang tidak ada suaranya, padahal audio tersebut bertujuan untuk memperjelas informasi apa sajakah yang sedang ditampilkan. Bagi pembuat video, mereka memiliki pilihan untuk membuat audio yang dapat mengimbangi apa yang ingin disampaikan oleh video tersebut. Audio juga dapat mempermudah user dengan disabilitas pendengaran untuk dapat mengerti isi konten website, selain itu juga dapat memudahkan bagi user dengan keterbatasan kognitif, bahasa, dan

Page 6: Paper Webeng

gangguan belajar untuk mengerti isi konten karena video dan audio akan menghasilkan penyajian secara parallel.

1.2.2 Captions (Prerecorded)

Keterangan atau caption disediakan bagi konten website yang direpresentasikan melalui audio. Caption tidak hanya berupa dialog, tetapi juga mengidentifikasi siapa yang berbicara, termasuk informasi yang tidak disampaikan melalui audio seperti sound effect. Caption tidak dibutuhkan ketika media itu sendiri merupakan alternatif untuk teks. Tujuan dari caption ini adalah untuk memungkinkan user dengan keterbatasan pendengaran untuk tetap dapat menerima informasi dari konten web.

1.2.3 Audio Description or Media Alternative (Prerecorded)

Alternatif bagi media berbasis waktu atau audio dari konten suatu video adalah menyediakan suatu media tersinkronisasi, kecuali jika media tersebut adalah media alternatif untuk teks. Tujuan dari alternatif audio atau media ini adalah untuk membantu user dengan keterbatasan penglihatan. Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan. Pendekatan pertama adalah untuk menyediakan alternatif dari konten suatu video dengan menggunakan alternatif berupa audio yang diperdengarkan ketika jeda video dengan memberikan informasi mengenai aksi karakter, atau perubahan adegan. Hal penting lainnya adalah dengan menggunakan teks pada layar untuk memberikan keterangan dari konten video yang mana tidak dijelaskan pada video atau audio tersebut.

1.2.4 Captions (Live)

Caption ditampilkan untuk konten audio dalam media yang tersinkronisasi. Tujuan dari caption live ini adalah untuk membantu user dengan keterbatasan pendengaran untuk menyimak konten website yang disajikan secara real-time. Caption ini digunakan untuk memberikan penjelasan dari audio yang ada. Caption tidak hanya berupa dialog, tapi juga berupa penjelasan siapa pembicara/yang berbicara dan efek suara yang ada.

1.2.5 Audio Description (Prerecorded)

Tujuan dari deskripsi audio ini adalah untuk membantu user yang mengalami gangguan penglihatan atau juga tuna netra untuk memahami konten yang disajikan secara visual. Audio diperdengarkan ketika jeda video dengan memberikan informasi mengenai aksi karakter, atau perubahan adegan. Hal penting lainnya adalah dengan menggunakan teks pada layar untuk memberikan keterangan dari konten video yang mana tidak dijelaskan pada video atau audio tersebut.

1.2.6 Sign Language (Prerecorded)

Page 7: Paper Webeng

Tujuan dari bahasa isyarat ini adalah untuk membantu user dengan gangguan pendengaran. Teks tertulis, seperti halnya caption, digunakan sebagai bahasa kedua. Bahasa isyarat menyediakan kemampuan untuk memberikan intonasi, emosi, dan informasi audio lainnya, namun tidak demikian dengan caption. Bahasa isyarat memberikan akses yang lebih luas setara dengan media yang tersinkronisasi.

1.2.7 Extended Audio Description (Prerecorded)

Ketika jeda pada audio tidak memungkinkan untuk memberikan caption lebih atau keterangan perihal informasi yang disampaikan, Extended Audio Description disediakan untuk semua video pada media yang tersinkronisasi. Extended Audio Description ini ditujukan untuk membantu para user yang memiliki keterbatasan dalam melihat atau pun tuna netra yang tidak terbantu untuk memahami konten yang disajikan dalam bentuk deskripsi audio standar. Extended Audio Description ini dilakukan dengan menghentikan media penyaji konten web untuk sementara lalu kemudian memainkan Extended Audio Description, lalu meresume media penyaji. Extended Audio Description sebaiknya dibuatkan fitur seperti dapat dinyalakan/dimatikan dengan mudah.

1.2.8 Media Alternative (Prerecorded)

Merupakan alternatif untuk media berbasis waktu bagi semua media yang bersifat prerecorded atau rekaman. Tujuan dari Media Alternative ini adalah untuk membuat informasi dari audio dan visual dapat dipahami oleh user dengan keterbatasan penglihatan dan pendengaran sehingga tidak terbantu oleh bantuan Audio Description.

1.2.9 Audio Only (Live)

Bertujuan untuk membuat informasi mudah dimengerti dengan audio langsung seperti konferensi video, instruksi langsung, atau radio webcast. Digunakan sebagai alternatif teks. Sasaran dari audio live ini adalah user dengan keterbatasan pendengaran. Layanan ini menggunakan operator yang telah terlatih yang siaga mendengarkan apa yang dikatakan user, operator menggunakan keyboard khusus untuk menginput teks sehingga delay yang terjadi sangat kecil.

Prinsip 1.3 Adaptable

Konten website dapat ditampilkan dengan beragam cara (missal dengan layout yang lebih simpe) tanpa menghilangkan makna dari informasi atau struktur.

1.3.1 Info and Relationship

Page 8: Paper Webeng

Menjamin informasi, struktur dari web, dan hubungan antar konten yang ditunjukkan dengan format visual maupun audio tidak akan berubah ketika format tampilan berubah.

1.3.2 Meaningful Sequence

Pada beberapa kasus, urutan dimana konten disajikan dapat mempengaruhi maknanya, sehingga penting untuk menjaga keurutan konten agar dapat dipahami makna dan informasinya. Pada kasus ini, konten yang tidak berurutan dapat membingungkan atau menimbulkan salah arti bagi pembacanya. Sehingga penting untuk menetapkan setidaknya satu urutan konten yang sah oleh program.

1.3.3 Sensory Characteristics

Bertujuan untuk memastikan bahwa semua user dapat mengakses instruksi untuk menggunakan konten, meskipun bahwa mereka tidak memahami lokasi atau posisinya. Beberapa user penyandang disabilitas tidak mampu melihat bentuk atau posisi karena sifat dari alat bantu yang mereka gunakan. Maka disarankan adanya informasi tambahan yang disediakan untuk memperjelas semua informasi seperti ini.

Prinsip 1.4 Distinguishable

Memudahkan user untuk melihat dan mendengar konten termasuk pemisahan foreground dari background.

1.4.1 Use of Color

Warna tidak digunakan sebagai satu-satunya alat visual penyampai informasi, namun juga menunjukan tindakan, sebagai bentuk respon, atau membedakan elemen visual. Diharapkan dengan berbagai perbedaan warna, user dapat mudah membedakan beragam akses informasi sesuai warna karena setiap warna memiliki arti tertentu.

1.4.2 Audio Control

Jika terdapat audio yang dimainkan secara otomatis pada halaman web selama lebih dari 3 detik, sebaiknya terdapat kontrol untuk menghentikan audio sementara dan untuk mengatur volume.

1.4.3 Contrast (Minimum)

Penyajian konten secara visual dari teks dan gambar memiliki rasio kontras setidaknya 4:5:1, kecuali untuk:

Teks Besar

Page 9: Paper Webeng

Skala teks yang besar dan gambar berskala besar memiliki rasio kontras minimal 3:1

Insidental

Teks atau gambar dari teks yang merupakan bagian dari komponen user interface, dan murni merupakan dekorasi, tidak dapat dilihat siapapun, atau merupakan bagian dari gambar yang mengandung konten visual penting lainnya, tidak memiliki persyaratan kontras.

Logo Tipe

Teks merupakan bagian dari logo, tidak memiliki persyaratan kontras minimum.

1.4.4 Resize Text

Terkecuali caption dan gambar dari suatu teks, disarankan untuk mengubah ukuran teks sehingga teks dapat terbaca langsung terutama bagi user yang memiliki gangguan visual ringan tanpa membutuhkan penggunaan teknologi alat bantu.

1.4.5 Images of Text

Digunakan untuk menerjemahkan teks menjadi visual yang dapat mempermudah user memahami konten website. Namun beberapa keadaan mengharuskan kita untuk menggunakan teks disbanding visual untuk menyampaikan informasi kecuali pada keadaan

Costumizable

Gambar atau visual dari teks dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengguna

Essential

Sebuah penyajian berupa teks lebih penting untuk informasi yang disampaikan.

1.4.6 Contrast (Enhanced)

Penyajian visual dari teks atau gambar memiliki rasio setidaknya 7:1 kecuali:

Large Text

Teks dan gambar yang besar minimal memiliki rasio kontras 4:5:1

Incidental

Page 10: Paper Webeng

Teks atau gambar dari teks yang merupakan bagian dari komponen user interface, dan murni merupakan dekorasi, tidak dapat dilihat siapapun, atau merupakan bagian dari gambar yang mengandung konten visual penting lainnya, tidak memiliki persyaratan kontras.

Logo Tipe

Teks merupakan bagian dari logo, tidak memiliki persyaratan kontras minimum.

1.4.7 Low or No Background Audio

Bertujuan untuk memastikan bahwa suara selain non-speech memiliki volume yang cukup rendah sehingga user yang memiliki gangguan pendengaran dapat membedakan suara dari background maupun foreground. Sehingga audio dapat tidak memiliki background sama sekali (no background) , suara background dapat dimatikan (turn off), atau suara background sedikitnya 20 desibel lebih rendah dari suara foreground.

1.4.8 Visual Presentation

Untuk tampilan visual dari blok teks, berikut merupakan mekanisme yang dapat digunakan:

Warna foreground dan background dapat dipilih oleh user

Lebar tidak lebih dari 80 karakter

Teks tidak dalam mode “justified”

spasi paragraph setidaknya 1,5 kali lebih besar dari spasi baris

teks dapat diubah ukurannya sampai 200% sehingga user tidak perlu scroll horizontal untuk membacanya

1.4.9 Images of Text (No Exception)

Gambar dari teks hanya digunakan murni sebagai dekorasi atau dimana penyajian teks dianggap penting bagi informasi yang ingin disampaikan.

Prinsip 2: Operable

Operable memiliki artian bahwa komponen user interface dan navigasi harus dapat dioperasikan.

Prinsip 2.1 Keyboard Accessible: membuat semua fungsi dapat diakses melalui keyboard

2.1.1 Keyboard

Page 11: Paper Webeng

Semua fungsionalitas konten dapat diakses melalui keyboard sehingga alternatif keyboard dapat digunakan. Ketika konten daoat diakses melalui keyboard, maka konten tersebut dapat dijalankan oleh user yang mengalami gangguan penglihatan. Poin ini memiliki pengecualian bagi fungsi yang membutuhkan input yang tergantung pada gerakan pengguna.

2.1.2 No Keyboard Trap

Memastikan dan menjamin bahwa konten tidak menjebak user untuk hanya menggunakan alat keyboard saja dalam menjalankan fungsi web. Hal ini menjadi masalah ketika berbagai format digabungkan dalam suatu halaman dan diterjemahkan menggunakan plug-in.

2.1.3 Keyboard (No Exception)

Semua fungsionalitas konten dapat diakses melalui keyboard sehingga alternatif keyboard dapat digunakan tanpa terkecuali, tanpa memerlukan timing untuk penekanan tombol.

Prinsip 2.1 Enough Time: menyediakan user waktu yang cukup untuk membaca dan menggunakan konten.

2.2.1 Timing Adjustable

Batas waktu yang ditentukan diatur sesuai konten. User dapat mematikan, menyesuaikan, menambah batas waktu yang disediakan, kecuali untuk konten yang disediakan secara real-time, atau yang apabila waktunya ditambah akan menghentikan aktivitas.

2.2.2. Pause, Stop, Hide

Untuk informasi yang bersifat auto-updating, berpindah (moving), berkedip (blinking), atau bergerak (scrolling) dapat dimulai secara otomatis, bertahan lebih dari 5 detik, atau disediakan parallel dengan konten lain, disediakan mekanisme bagi user untuk melakukan pause, stop, atau menyembunyikannya kecuali informasi tadi penting dan harus selalu ada sebagai respon tertentu.

2.2.3 No Timing

Timing bukanlah suatu hal yang penting dari bagian suatu konten, kecuali untuk bagi konten yang mengandung interaksi real-time dan media yang tersinkronisasi.

2.2.4 Interruptions

Interupsi dapat dilakukan user untuk mematikan update dari server kecuali dalam keadaan darurat misalnya data loss, hilangan koneksi, dll.

2.2.5 Re-authenticating

Page 12: Paper Webeng

Ketika sesi otentikasi sudah berakhir, user dapat melanjutkan aktivitas tanpa kehilangan data apapun setelah melakukan re-otentikasi.

Prinsip 2.3 Seizures: jangan merancang konten yang akan menimbulkan serangan atau mengancam jiwa penyandang disabilitas.

2.3.1 Three Flashes Below Threshold

Halaman web sebaiknya tidak mengandung sesuatu yang berkedip lebih dari tiga kali dalam waktu satu detik, atau lampu flash dan flash merah yang tidak pada umumnya.

2.3.2 Three Flashes

Halaman web sebaiknya tidak mengandung apapun yang menghasilkan lampu kilat (flash) lebih dari tiga kali dalam satu periode.

Prinsip 2.4 Navigable: menyediakan beragam cara untuk membantu navigasi user, menemukan konten, dan memberi tahu posisinya sekarang.

2.4.1 Bypass Blocks

Merupakan suatu mekanisme yang tersedia untuk melewati blok konten yang diulang pada beberapa halaman web.

2.4.2 Page Titled

Halaman web memiliki judul yang mendeskripsikan topik atau tujuannya.

2.4.3 Focus Order

Jika suatu halaman web dapat dinavigasi secara berurutan dan urutan navigasi tersebut mempengaruhi makna atau operasi, maka komponen sebaiknya fokus mempertahankan makna dan pengoperasian.

2.4.4 Link Purpose (In Context)

Untuk membantu user untuk memahami tujuan dari setiap link sehingga user dapat memutuskan untuk memilih sebuah link atau tidak. Jika memungkinkan, buatlah teks link yang mencerminkan tujuan link sehingga tidak perlu informasi tambahan mengenai link tersebut.

2.4.5 Multiple Ways

Memungkinkan user untuk dapat menemukan konten dengan cara yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka dan mudah dipahami.

2.4.6 Headings and Labels

Judul dan label menggambarkan topik atau tujuan.

Page 13: Paper Webeng

2.4.7 Focus Visible

Bertujuan untuk menjamin bahwa terdapat sedikitnya satu mode operasi dimana fokus indicator keyboard dapat ditemukan secara visual.

2.4.8 Location

Informasi tentang lokasi user saat ini dari sekian halaman web yang ada.

2.4.9 Link Purpose (Link Only)

Untuk membantu user untuk memahami tujuan dari setiap link sehingga user dapat memutuskan untuk memilih sebuah link atau tidak. Link dengan tujuan yang sama memiliki deskripsi yang sama, namun link dengan tujuan yang berbeda akan memiliki deskripsi yang berbeda.

2.4.10 Section Headings

Digunakan untuk mengatur konten.

Prinsip 3: Understandable: informasi dan operasi untuk user interface harus dapat dimengerti.

Prinsip 3.1 Readable

Konten berupa teks harus dapat dibaca dan dapat dimengerti.

3.1.1 Language of Page

Ketika halaman web menggunakan beberapa bahasa, bahasa teks yang diproses adalah bahasa yang palung sering digunakan.

3.1.2 Language of Parts

Konten dapat ditulis dalam berbagai bahasa. Hal ini memungkinkan pengakses konten web dan pengguna alat bantu untuk menyajikan konten sesuai dengan aturan penyajian dan pengucapan untuk bahasa tersebut. Ini berlaku untuk membaca braille, screen reader, dan lain-lain.

3.1.3 Unusual Words

Mekanisme yang tersedia untuk mengidentifikasi definisi dari kalimat atau frasa yang jarang digunakan seperti jargon dan idiom.

3.1.4 Abbreviations

Mekanisme untuk mengidentifikasi perluasan dari suatu kalimat singkatan.

3.1.5 Reading Level

Page 14: Paper Webeng

Untuk memastikan bahwa ada konten tambahan yang tersedia untuk membantu memahami kalimat yang sulit atau kompleks.

3.1.6 Pronunciation

Mekanisme yang tersedia untuk mengidentifikasi pengucapan dari sebuah kata, karena terdapat beberapa kata yang memiliki arti ambigu jika tidak tahu pengucapannya.

Prinsip 3.2 Predictable: membuat halaman web muncul dan dapat dioperasikan dalam cara yang mudah diprediksi.

3.2.1 On Focus

Ketika suatu komponen menerima fokus, tidak melakukan perubahan apapun terhadap konten.

3.2.2. On Input:

Merubah suatu pengaturan dari komponen user interface tidak merubah konten secara langsung.

3.2.3. Consistent Navigation

Mekanisme navigasi pada semua halaman web adalah sama.

3.2.4 Consistent Identification

Komponen yang memiliki fungsionalitas yang sama pada setiap halaman web

3.2.5 Change on Request

Perubahan konteks diinisiasi oleh user melalui request ayau mekanisme yang tersedia untuk mematikan (turn off) perubahan yang ada.

Prinsip 3.3 Input Assistance: membantu user menghindari dan memperbaiki kesalahan

3.3.1 Error Identification

Jika input yang mengandung error dideteksi, user diberitahukan bahwa terjadi error melalui teks.

3.3.2 Labels or Instructions

Label atau instruksi disediakan ketika konten membutuhkan input user.

3.3.3 Error Suggestion

Jika input berisi error dideteksi, dan usul untuk melakukan koreksi diketahui, maka usul/sugesti diberitahukan kepada user kecuali akan membahayakan keamanan atau tujuan konten.

Page 15: Paper Webeng

3.3.4 Error Prevention (Legal, financial, data)

Bagi halaman web yang mengandung suatu kegiatan transaksi keuangan atau aktivitas yang mengandung kesepakatan hokum, untuk memodifikasi, hapus, pada penyimpanan data, sebaiknya pengiriman dapat dibalikkan, data yang diinputkan user memiliki kesempatan untuk dikoreksi ulang, dan suatu mekanisme tersedia untuk mengkonfirmasi ulang sebelum melakukan pengajuan.

Prinsip 4 Robust

Konten harus cukup kuat sehingga dapat diterjemahkan oleh berbagai software alat bantu.

Prinsip 4.1 compatible: memaksimalkan kompatibilitas dengan software alat bantu sekarang atau masa depan

4.1 Parsing

Konten diimplementasikan dengan bahasa markup.

4.2 Name, Role, Value

Bagi semua komponen user interface, (sebagian diantaranya element pembentuk, link, dan komponen yang dibangkitkan oleh script) nama dan peran dapat diatur oleh program, status, propertis, dan nilai yang diatur oleh user.

IV. Diskusi dan Kesimpulan

Dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan penggunanya, WCAG disediakan terdiri dari beberapa layers, termasuk prinsip dasar dalam aksesibilitas website seperti perceivable (dapat dipahami), operable (dapat dioperasikan), understandable (dapat dimengerti), dan robust (kuat), Sehingga diharapkan pengguna dapat memaksimalkan pedoman ini untuk membuat sebuah konten web yang dapat dipahami dengan mudah bagi semua elemen masyarakat tanpa terkecuali terutama bagi penyandang disabilitas.

V. Daftar Pustaka

http://www.w3.org/WAI/intro/wcag.php (Diakses pada: Sabtu, 12 Januari 2013)

http://www.w3.org/TR/2008/REC-WCAG20-20081211/ (Diakses pada: Sabtu, 12 Januari 2013)