paper tuduhan pelanggaran ham prabowo subianto
DESCRIPTION
mungkin bisa dijadikan referensi bagi ilmu pengetahuan..TRANSCRIPT
TUGAS TUTORIAL
PEMBELAJARAN PKn SD
MENCERMATI TUDUHAN PELANGGARAN HAM
PADA CALON PRESIDEN PRABOWO SUBIANTO
Disusun Oleh :
I S T I Q O M A H
UNIVERSITAS TERBUKA
POKJAR TEMPURAN
MEI 2014
Mencermati Tuduhan Pelanggaran HAM
pada Calon Presiden Prabowo Subiaanto
Oleh : Istiqomah, S. Fil
Pemilu Presiden Tahun 2014 akan diikuti oleh dua pasangan Calon Presiden dan
Calon Wakil Presiden, yaitu Pasangan Joko Widodo dan Jusuf Kalla serta pasangan Proabowo
Subianto dan Hatta Rajasa. Salah satu calon Presiden yaitu Prabowo Subianto mendapatkan
kampanye negatif karena dianggap melakukan pelanggaran HAM pada masa peralihan Orde
Baru ke masa reformasi. Benarkah tuduhan Prabowo Subianto melakukan pelanggaran HAM
semasa menjabat sebagai Danjen Kopasus? Apa saja jenis pelanggaran yang dituduhkan
kepadanya dan apa saja hukuman atau penindakan disiplin kepadanya?
Pelanggaran HAM pada masa Peralihan Zaman Orde Baru ke Zaman Reformasi
Suhu politik di Indonesia memanas pada Tahun 1998 khususnya menjelang, selama
dan sesudah Sidang Umum MPR bulan Maret 1998. Kondisi umum rakyat Indonesia pada
waktu itu tidak bisa berbuat apa-apa, oleh karena sistem politik yang tidak memungkinkan
seseorang untuk bersilang pendapat dengan pemerintah yang berkuasa waktu itu. Akan tetapi
berbeda halnya dengan sikap para mahasiswa. Sikap mahasiswa mengekspresikan perlawanan
kepada pemerintah dengan cara demonstrasi di kampus-kampus. Beberapa tokoh mahasiswa
dan orang umum yang tidak sejalan dengan pemerintah mengalami intimidasi dan teror,
bahkan ada yang diculik.
Beberapa pelanggaran HAM yang terjadi pada tahun 1997/1998 adalah sebagai
berikut:
1. Penculikan Aktivis Pro-Demokrasi
Penculikan aktivis pro-demokrasi tahun 1997/1998 adalah peristiwa penghilangan orang
secara paksa atau penculikan terhadap para aktivis pro-demokrasi yang terjadi menjelang
pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 1997 dan Sidang Umum Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) tahun 1998.
Menurut Ensiklopedia Bebas online Wikipedia
(http://id.wikipedia.org/wiki/Penculikan_aktivis_1997/1998) peristiwa penculikan
dipastikan berlangsung dalam tiga tahap: Menjelang Pemilu Mei 1997, dalam waktu dua
bulan menjelang sidang MPR bulan Maret (1998). KONTRAS selama periode 1997-1998
mencatat 23 orang telah dihilangkan oleh alat-alat negara. Dari angka itu, 1 orang
ditemukan meninggal (Leonardus Gilang), 9 orang dilepaskan penculikannya dan 13
lainnya masih hilang hingga hari ini.
2. Tragedi Trisakti
Adalah peristiwa penembakan pada 12 Mei 1998, terhadap mahasiswa pada saat
demonstrasi menuntut Presiden Soeharto turun dari jabatannya. Kejadian ini menewaskan
empat mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta, Indonesia serta puluhan lainnya luka.
3. Kerusuhan Mei 1998
Peristiwa ini masuk dalam tragedi nasional seperti peristiwa G30S PKI, yaitu menjelang
Prediden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 .
Peristiwa pelanggaran HAM pada kerusuhan Mei 1998 adalah :
a. Pemerkosaan terhadap wanita (Etnis Cina)
b. Tindakan Rasialis karena hanya golongan etnis Cina yang mendapat serangan
pemerkosaan dan penjarahan
c. Penjarahan massal
d. Pembiaran oleh pihak keamanan terhadap peristiwa kerusuhan.
Analisa Terhadap Tuduhan Pelanggaran HAM kepada Prabowo Subianto
Sampai hari ini masih terjadi polemik dan perdebatan siapa sebanarnya yang harus
bertanggungjawab terhadap rangkaian pelanggaran HAM tahun 1997 – 1998. Apakah
Panglima ABRI waktu itu Wiranto atau pejabat militer lain termasuk Prabowo Subianto yang
pada waktu itu menjabat sebagai Danjen Kopasus; Ataukah pihak Kepolisian Republik
Indonesia sebagai tugas pokok menjaga keamanan masyarakat?
Terhadap kasus pelanggaran HAM penculikan mahasiswa tahun1997/1998 telah diputus oleh
Mahkamah Militer sebagai berikut :
“Tim Mawar adalah sebuah tim kecil dari kesatuan Komando Pasukan Khusus Grup IV, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat. Tim ini adalah dalang dalam operasi penculikan para aktivis politik pro-demokrasi.
Kasus penculikan ini menyeret 11 anggota tim mawar ke pengadilan Mahmilti II pada bulan April 1999. Saat itu Mahmilti II Jakarta yang diketuai Kolonel CHK Susanto memutus perkara nomor PUT.25-16/K-AD/MMT-II/IV/1999 yang memvonis Mayor Inf Bambang Kristiono (Komandan Tim Mawar) 22 bulan penjara dan memecatnya sebagai anggota TNI. Pengadilan juga memvonis Kapten Inf Fausani Syahrial (FS) Multhazar (Wakil Komandan Tim Mawar), Kapten Inf Nugroho Sulistiyo Budi, Kapten Inf Yulius Selvanus dan Kapten Inf Untung Budi Harto, masing-masing 20 bulan penjara dan memecat mereka sebagai anggota TNI.[18]
Sedangkan, 6 prajurit lainnya dihukum penjara tetapi tidak dikenai sanksi pemecatan sebagai anggota TNI. Mereka itu adalah Kapten Inf Dadang Hendra Yuda, Kapten Inf Djaka Budi Utama, Kapten Inf Fauka Noor Farid masing-masing dipenjara 1 tahun 4 bulan. Sementara Serka Sunaryo, Serka Sigit Sugianto dan Sertu Sukadi hanya dikenai hukuman penjara 1 tahun.[18]. Menurut pengakuan, Komandan Tim Mawar, Mayor Bambang Kristiono di sidang Mahkamah Militer, seluruh kegiatan penculikan aktivis itu dilaporkan kepada komandan grupnya, yakni Kolonel Chairawan, tetapi sang komandan tidak pernah diajukan ke pengadilan sehingga tidak bisa dikonfirmasi.[19]
Sementara itu tanggung jawab komando diberlakukan kepada para Perwira pemegang komando pada saat itu. Dewan Kehormatan Perwira telah memberikan rekomendasi kepada Pimpinan ABRI.[20]
Sumber Wikipedia Online : http://id.wikipedia.org/wiki/Komando_Pasukan_Khusus
Sedangkan Prabowo Subianto selaku Danjen Kopasus mengaku melakukan
penculikan terhadap 9 mahasiswa, tetapi kesemuanya telah dilepaskan. Adapun peristiwa
penculikan 14 orang yang sampai hari ini belum kembali masih belum jelas siapa yang harus
bertanggung jawab.
Pelanggaran HAM kasus penembakan mahasiswa Universitas Trisakti bisa diketahui
siapa yang harus bertanggung jawab, berupa uji balistik peluru yang digunakan penembakan.
Ternyata kaliber peluru yang digunakan adalah 5,5 mm yang berarti peluru tersebut milik
aparat kepolisian. Sebelumnya diduga pelaku penembakan adalah aparat TNI yang menyamar
sebagai aparat keamanan (kepolisian) bila uji balistik peluru adalah 7 mm. Dengan demikian
bila kasus ini dikaitkan dengan Prabowo Subianto tidak bisa dibuktikan.
Selanjutnya persoalan kerusuhan Mei 1998 berupa terjadinya huru hara dan terjadinya
pelanggaran HAM kepada etnis tertentu secara resmi menurut hirarki kemiliteran tidak bisa
dituduhkan kepada Prabowo Subianto. Karena posisi Panglima ABRI waktu itu dijabat oleh
Jenderal Wiranto. Soal tuduhan bahwa Prabowo Subianto sebagai aktor intelektual peristiwa
tersebut dibantah oleh Prabowo sendiri, karena (berita terakhir) pada waktu itu Prabowo justru
sedang menemui tamu Rhoma Irama dan adiknya Hasyim Joyohadikusumo.
Pada tahun 1998 setelah Presiden Soeharto mengundurkan diri dan digantikan oleh
Habibi, Prabowo Subianto diisukan akan melakukan kudeta. Oleh karena itu Dewan
Kehormatan Perwira (DKP) yang dipimpin Jenderal Subagiyo Hadi Siswoyo memutuskan
memecat Prabowo Subianto dari dinas militer karena melanggar kode etik militer, bukan
karena pelanggaran HAM.
Setelah bintangnya melejit tak terbendung, akhirnya Letnan Jenderal Prabowo harus mengakhiri kariernya sebagai militer dalam usia 47 tahun. Jauh dari usia pensiun seorang perwira tinggi, yakni 55 tahun. Rekomendasi Dewan Kehormatan Perwira (DKP) yang dipimpin Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Subagyo Hadi Siswoyo, merekomendasikan kepada Pangab agar jenderal bintang tiga itu diberhentikan dari dinas aktif militer.
Menurut Letjen Agum Gumelar, yang juga anggota DKP, Prabowo dinilai telah melakukan kegiatan di luar kewenangannya. "Perintah melakukan bawah kendali operasi (BKO) ternyata tidak ada. Dan Prabowo melakukannya di luar kewenangannya," ujar jenderal bintang tiga yang kini menjabat Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) itu. Jika di kemudian hari terbukti ada tindak pidana, tutur mantan Pangdam Wirabuana ini, maka Prabowo bisa dibawa ke mahkamah militer
Sumber : (http://tempo.co.id/ang/min/03/26/nas1.htm)
Kesimpulan
Dari berbagai sumber literatur diketahui dan saksi hidup yang terekam di
berbagai media diketahui bahwa Prabowo Subianto tidak terlibat dalam berbagai
kasus pelanggaran HAM pada 1997/1998. Menyangkut kasus penculikan yang
diakui Prabowo dan kemudian dilepaslkan kembali, ternyata orang yang pernah
diculik oleh Prabowo mau memaafkan dan buktinya ada yang menjadi pengurus
Parta Gerindra Pimpinan Prabowo.
Terhadap tuduhan bahwa Prabowo Subianto bagaimanapun tetap terlibat
dalam kasus pelanggaan HAM sewaktu berdinas militer baik langsung maupun tidak
langsung, walaupun sekarang belum terbukti, memang harus dibuktikan lebih lanjut.
Persoalan yang mengemuka adalah bahwa yang berhak mengajukan seorang
anggota ABRI (TNI) ke Mahkamah Militer adalah Panglima TNI. Sedangkan Dewan
Kehormatan Perwira yang merekomendasikan pemecatan Prabowo Subianto dari
ABRI tidak memiliki kewenangan untuk mengusulkan Prabowo diadili di Mahkamah
Militer. Demikian pula rekomendasi Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) kasus
pelanggaran HAM tidak memiliki kekuatan mengikat institusi TNI maupun sipil untuk
mengadili orang yang diduga melakukan pelanggaran HAM.
Oleh karena itu sampai saat ini, Komisi Pemilihan Umum meloloskan Prabowo
Subianto sebagai calon presiden berpasangan dengan Hatta Rajasa. Berbagai
tuduhan bahwa Prabowo Subianto bertanggung jawab atas pealanggaran HAM
sewaktu beliau menjabat Danjen Kopasus dikategorikan sebagai kampanye negatif,
yaitu kampanye yang bersifat mengkritisi dan mempertanyakan seorang Prabowo
Subianto sebagai calon presiden. Adapun kampanye hitam adalah menuduh
seseorang yang tidak bisa disertai bukti yang mengarah kepada fitnah.