paper financial management

Upload: andyliao

Post on 02-Mar-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 Paper Financial Management

    1/28

    TUGAS PAPER FINANCIAL MANAGEMENT

    ANALISIS LAPORAN KEUANGAN GUNA MENILAI

    KINERJA PERUSAHAAN PADA

    PT. GARUDA INDONESIA (PERSERO) TBK

    PERIODE 2012 1H2014

    Disusun Oleh:

    ANDY

    000009361

    MAGISTER MANAGEMENT

    UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

    The Plaza Semanggi

    Kawasan Bisnis Granadha 3

    rd

    , 16

    th

    , and 17

    th

    Floor Jl. Jend. Sudirman Kav.50Jakarta 12930

  • 7/26/2019 Paper Financial Management

    2/28

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL..... i

    DAFTAR ISI.....ii

    BAB I PENDAHULUAN...1

    1.1Latar Belakang....1

    1.2 Identifikasi Masalah........2

    1.3Rumusan Masalah.......3

    1.4Tujuan Penelitian....4

    1.5Manfaat Penelitian......5

    BAB II LANDASAN TEORI..5

    2.1 Pegertian, Tujuan dan Jenis Laporan Keuangan.6

    2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan....7

    2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan..8

    2.1.3 Jenis-Jenis Laporan Keuangan....9

    2.1.3.1 Neraca (Balance Sheet) ..........9

    2.1.3.2 Laporan Laba Rugi (Income Statement)...10

    2.1.3.3 Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement)........10

    2.2 Analisis Laporan Keuangan...10

    2.2.1 Ukuran Kinerja (Performance Measures)..11

    2.2.1.1 Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) ...11

    2.2.1.2 Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio)......12

    2.2.2 Ukuran Kebijakan Keuangan (Financial Policy Measures)......12

    2.2.2.1 Rasio Leverage......12

    2.2.2.2 Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio).....12

    BAB III PEMBAHASAN...12

    3.1 Analisis Laporan Keuangan...12

    3.1.1 Analisis Neraca..123.1.1.1 Aset12

    3.1.1.2 Kewajiban..13

    3.1.1.3 Modal.. ..14

    3.1.2 Anlisis Laporan Laba Rugi15

    3.1.3 Analisis Laporan Arus Kas16

    3.2 Analisis Rasio16

    3.2.1 Analisis Rasio Likuiditas...16

    3.2.2 Analisis Rasio Solvabilitas16

    3.2.3 Analisis Rasio Profitabilitas..17

  • 7/26/2019 Paper Financial Management

    3/28

    BAB IV PENUTUP.18

    4.1 Kesimpulan18

    4.2 Saran..18

    DAFTAR PUSTAKA..19

    LAMPIRAN 1.20

    LAMPIRAN 2.20

    LAMPIRAN 3.20

    LAMPIRAN 4.20

  • 7/26/2019 Paper Financial Management

    4/28

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Industri penerbangan merupakan salah satu industri yang penting bagi negara

    kepulauan seperti Indonesia. Selain mendukung distribusi logistik barang ke segala penjuru

    daerah, industri penerbangan juga memudahkan mobilitas penduduk antar Kota, propinsi,

    ataupun pulau. Namun demikian, industri penerbangan di Indonesia memiliki iklim

    persaingan yang kompetitif dengan hadirnya maskapai penerbangan domestik maupun

    maskapai penerbangan asing. Maraknya persaingan tersebut tercermin dari banyaknya tiket

    murah dan paket promo yang ditawarkan oleh maskapai penerbangan berbiaya rendah ( low-

    cost airline) dengan pasar sasaran masyarakat kelas menengah ke bawah serta rute

    penerbangan langsung dari dan ke Indonesia yang ditawarkan oleh maskapai penerbangan

    asing.

    Salah satu pelaku industri penerbangan Indonesia yang masih bertahan hingga saat ini

    di tengah persaingan yang kompetitif tersebut adalah PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk

    (GIA). Beroperasi sejak tahun 1950 sebagai perusahaan maskapai penerbangan nasional

    Indonesia dan go public sejak Februari 2011, GIA terus mengalami perkembangan dan

    inovasi hingga saat ini. Langkah-langkah inovasi tersebut dituangkannya dalam bentuk

    rencana ekspansi 5 tahun yang agresif untuk periode 2011 2015 yang disebut Quantum

    Leap. Dalam jangka waktu 5 tahun tersebut, GIA menargetkan untuk menggandakan

    armadanya menjadi 194 pesawat dengan rata-rata usia armada kurang dari lima tahun,

    menaikkan jumlah penumpang per tahunnya menjadi 27,6 juta penumpang, serta

    meningkatkan tujuan domestik maupun internasionalnya menjadi 62 layanan penerbangan.

    Berkat langkah-langkah inovasi tersebut, GIA berhasil meraih berbagai penghargaan

    berskala internasional. Sebelum dinobatkan sebagai the most improved airline (maskapai

    penerbangan yang paling banyak mengalami perbaikan) dan maskapai penerbangan terbaikketujuh di dunia untuk tahun 2014 oleh Skytrax, suatu lembaga pengkajian penerbangan udara

    dunia, GIA juga dianugerahi bintang empat oleh lembaga tersebut, sedikit di bawah

    Singapore Airlines dan Malaysia Airlines. Sementara itu, Center for Asia Pacific Aviation

    (CAPA) yang berbasis di Australia juga menempatkan Garuda Indonesia sebagai maskapai

    penerbangan dengan skor tertinggi (diatas 8), mengalahkan Singapore Airlines, Cathay

    Pacific, Malaysian Airlines, dan Thai Airways. Di samping itu, GIA juga meriah penghargaan

    sebagai the first best cabin crewtahun 2014, mengalahkan Cathay Pacific, Singapore Airline,

    dan beberapa maskapai penerbangan ternama lainnya.

  • 7/26/2019 Paper Financial Management

    5/28

    Terlepas dari berbagai penghargaan tersebut, kinerja GIA tentunya akan terefleksi

    dengan lebih baik melalui laporan keuangannya. Oleh sebab itu, makalah ini akan

    menitikberatkan pada analisis laporan keuangan GIA untuk periode 2012, 2013, dan Semester

    I/2014 guna mengevaluasi perkembangan bisnis dan kinerja perusahaan yang bersangkutan

    selama dua setengah tahun terakhir.

    1.2. Identifikasi Masalah

    Mengingat analisis laporan keuangan memiliki ruang lingkup yang sangat luas, maka

    pembahasan dalam makalah ini hanya akan dibatasi pada analisis neraca, laporan laba rugi,

    dan laporan arus kas serta beberapa rasio terkait lainnya untuk menilai kinerja GIA selama

    periode 2012 hingga Semester I/2014.

    1.3. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut di atas, maka pokok

    permasalahannya dirumuskan sebagai berikut:

    1. Apakah GIA berhasil meningkatkan aset dan pendapatan dari bisnis utamanya selama

    periode 2012 hingga Semester I/2014?

    2. Apakah GIA memiliki kemampuan mencetak laba yang memadai selama periode 2012

    hingga Semester I/2014?

    3. Apakah GIA memiliki kondisi likuiditas yang memadai selama periode 2012 hingga

    Semester I/2014?

    4. Apakah GIA memiliki kemampuan yang memadai untuk memenuhi seluruh kewajiban

    finansialnya selama periode 2012 hingga Semester I/2014?

    1.4. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui kinerja GIA dalam meningkatkan aset dan pendapatannya.

    2.

    Untuk mengetahui kemampuan GIA dalam mencetak laba yang memadai.3. Untuk mengetahui kondisi likuiditas GIA .

    4. Untuk mengetahui kemampuan GIA dalam memenuhi seluruh kewajiban finansialnya.

    1.5 Manfaat Penulisan

    1. Bagi Perusahaaan

    Untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan sehingga memberikan gambaran dan

    pertimbangan bagi GIA (Persero) Tbk untuk mengambil keputusan di masa yang akan

    datang dan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam

  • 7/26/2019 Paper Financial Management

    6/28

    penilaian Kinerja Keuangan instansi dan membantu dalam pengambilan keputusan untuk

    masalah keuangan yang dihadapi.

    2. Bagi Pembaca

    Untuk dapat dijadikan sebagai referensi dalam menghadapi masalah yang sama dan

    sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan.

    3. Bagi Penulis

    Untuk sarana menambah ilmu pengetahuan dan penerapan teori yang diperoleh dengan

    praktek yang sesungguhnya.

  • 7/26/2019 Paper Financial Management

    7/28

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Pengertian, Tujuan, dan Jenis Laporan Keuangan

    2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan

    Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi keuangan dari

    perusahaan. Laporan keuangan yang merupakan hasil dari kegiatan operasi normal

    perusahaan akan memberikan informasi keuangan yang berguna bagi entitas-entitas di dalam

    perusahaan itu sendiri maupun entitas-entitas lain di luar perusahaan.

    Berikut merupakan beberapa definisi dari laporan keuangan menurut beberapa ahli, antara

    lain:

    Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007, hal 7) Laporan keuangan merupakan

    bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keungan yang lengkap biasanya meliputi

    neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai

    cara misalnya laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi

    penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.

    Berdasarkan definisi-definisi yang tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

    suatu laporan keuangan berfungsi untuk:

    1. Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu melalui

    laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi menyeluruh mengenai

    aktiva, hutang serta modal yang dikenal dengan nama Neraca (Balance Sheet).

    2. Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu melalui

    laporan historis yang secara sistematis memberikan informasi menyeluruh mengenai

    penghasilan, biaya serta laba atau rugi yang diperoleh yang dikenal dengan nama

    Laporan Laba Rugi (Income Statement).

    3.

    Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu melaluilaporan historis yang secara sistematis memberikan informasi menyeluruh mengenai

    aktivitas investasi, pendanaan dan operasi selama periode pelaporan, yang dikenal

    dengan nama Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Owners Equity atau Statement

    of Stockholders Equity).

    4. Setiap laporan tersebut menyediakan informasi yang berbeda antara yang satu dengan

    yang lainnya namun saling berkaitan karena mencerminkan aspek yang berbeda dari

    transaksi-transaksi atau peristiwa-peristiwa lain yang sama.

  • 7/26/2019 Paper Financial Management

    8/28

    2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan

    Pada awalnya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah berfungsi sebagai

    alat pengujian dari pekerjaan fungsi bagian pembukuan, akan tetapi untuk selanjutnya

    seiring dengan perkembangan jaman, fungsi laporan keuangan sebagai dasar untuk dapat

    menentukan atau melakukan penilaian atas posisi keuangan perusahaan tersebut. Dengan

    menggunakan hasil analisis tersebut, maka pihak-pihak yang berkepentingan dapat

    mengambil suatu keputusan. Melalui laporan keuangan juga akan dapat dinilai kemampuan

    perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban-kewajibannya baik jangka pendek maupun

    jangka panjang, struktur modal perusahaan, pendistribusian pada aktivanya, efektivitas dari

    penggunaan aktiva, pendapatan atau hasil usaha yang telah dicapai, beban- beban tetap yang

    harus dibayarkan oleh perusahaan serta nilai-nilai buku dari setiap lembar saham perusahaan

    yang bersangkutan.

    Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007, hal 3) tujuan dari laporan keuangan adalah:

    1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan

    posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna

    dalam pengambilan keputusan ekonomi.

    2. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini adalah memenuhi kebutuhan bersama

    dari sebagian besar pengguna. Namun demikian laporan keuangan tidak menyediakan

    semua informasi yang mungkin dibutuhkan oleh pengguna dalam pengambilan

    keputusan ekonom, karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari

    berbagai kejadian di masa yang lalu (historis), dan tidak diwajibkan untuk

    menyediakan informasi non keuangan.

    3. Laporan keuangan juga telah menunjukkan apa yang telah dilakukan oleh manajemen

    (stewardship) atau merupakan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang

    dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin melakukan penilaian terhadap apa yang

    telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen, melakukan hal ini agar mereka

    dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mungkin saja mencakup keputusanuntuk memanamkan atau menjual investasi mereka dalam suatu perusahaan atau

    keputusan untuk mengangkat kembali atau melakukan penggantian manajemen.

    Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk

    mengetahui kondisi keuangan dari suatu perusahaan dan kaitanya dengan:

    1. Kemampuan perusahaan untuk melaksanakan segala kewajiban-kewajibannya pada

    saat sini dengan situasi yang kurang mendukung dan tidak dapat diprediksikan di masa

    yang akan datang.

    2.

    Kemampuan perusahaan dalam menarik manfaat untuk melaksanakan transaksi bisnis

    ataupun perluasan bisnis. Hal ini sangat dimungkinkan karena perusahaan memiliki

  • 7/26/2019 Paper Financial Management

    9/28

    sarana yang dibutuhkan atau kemampuan memperoleh dana melalui pinjaman

    (financing) atau penerbitan saham (stock issue).

    3. Kemampuan perusahaan untuk secara berkesinambungan untuk dapat membayar bunga

    pinjaman dan dividen.

    2.1.3. Jenis-Jenis Laporan Keuangan

    Menurut Woelfel (1997, hal 28) laporan keuangan yang umumnya dikeluarkan oleh

    perusahaan terdiri atas:

    2.1.3.1.Neraca (Balance Sheet)

    Neraca adalah suatu laporan yang menggambarkan mengenai jumlah aktiva, hutang,

    serta modal suatu perusahaan pada saat tertentu. Berikut ini beberapa pengertian mengenai

    neraca, yaitu:

    Menurut Keown, et. al (1996, hal 87) :

    Neraca adalah suatu bagian dari laporan keuangan yang menunjukkan keadaan dari suatu

    unit usaha pada tanggal tertentu yang terdiri atas dua bagian yaitu aktiva dan pasiva. Aktiva

    dapat dikategorikan sebagai investasi yang dilakukan dalam perusahaan sedangkan pasiva

    merupakan sumber-sumber yang digunakan untuk investasi tersebut dan jumlah kedua bagian

    ini harus sama.

    Menurut Smith dan Skousen (2007, hal 152):

    Neraca adalah merupakan laporan pada suatu saat tertentu mengenai sumber daya

    perusahaan (aktiva), hutangnya (kewajiban) dan klaim kepemilikan terhadap sumber daya

    (ekuitas pemilik).

    Neraca sendiri dapat disusun dalam dua bentuk, yaitu bentuk T (T Form) dan bentuk L

    (L Form). Di dalam bentuk T form semua harta perusahaan ditempatkan pada sisi bagian kirineraca dengan judul aktiva (assets), sedangkan hutang dan modal ditempatkan pada sisi

    kanan neraca dengan judul pasiva (Liabilities and Stockholders Equity). Dalam bentuk L

    form, semua harta perusahaan ditempatkan pada bagian atas neraca, sedangkan hutang dan

    modal ditempatkan pada bagian bawah neraca.

    Menurut Smith dan Skousen (2007, hal 164) keterbatasan neraca antara lain adalah:

    1.

    Sumber daya dan kewajiban entitas biasanya disajikan menurut harga perolehan

    (historical cost)pada saat terjadinya sehingga menjadi tidak relevan untuk melakukan

    evaluasi kekayaan perusahaan.

  • 7/26/2019 Paper Financial Management

    10/28

    2. Ketidakstabilan nilai mata uang menyebabkan neraca tidak mencerminkan daya beli

    konstan. Akibatnya, neraca mencerninkan aktiva, kewajiban, dan ekuitas dalam satuan

    daya beli yang tidak sama.

    3. Sulitnya untuk melakukan perbandingan antara perusahaan yang satu dengan

    perusahaan yang lainnya karena masing-masing perusahaan tidak mengklasifikasikan

    dan melaporkan semua pos yang hampir sama secara seragam.

    4. Dalam hal pengukuran, ada beberapa sumber daya dan kewajiban entitas tidak

    dilaporkan ke dalam neraca (Off Balance Sheet Items).

    2.1.3.2.Laporan Laba Rugi (Income Statement)

    Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2007, hal 19):

    Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang mengukur kinerja keuangan sebuah perusahaan

    di antara tanggal neraca. Laporan ini merepresentasikan kegiatan operasional perusahaan.

    Laporan laba rugi menyediakan informasi secara menyeluruh mengenai pendapatan, biaya,

    laba dan rugi perusahaan dalam suatu kurun waktu tertentu.

    Menurut Short, Libby dan Libby (2007, hal 10):

    Laporan laba rugi adalah suatu laporan utama akuntan dalam mengukur kinerja ekonomi

    suatu usaha, yaitu pendapatan dikurangi dengan biaya- biaya selama periode akuntansi

    tertentu.

    Menurut Baridwan (2000, hal 39-40) laporan laba rugi dalam penyajiannya dibagi menjadi

    dua bentuk, yaitu:

    1. Single step model

    Adalah bentuk laporan laba rugi yang tidak dilakukan pengelompokan- pengelompokan

    atas pendapatan dan biaya ke dalam kelompok-kelompok usaha dan di luar usaha tetapi

    hanya dipisahkan antara pendapatan-pendapatan dan laba dengan biaya-biaya kerugian.

    2.

    Multistep modelAdalah bentuk laporan laba rugi dimana dilakukan beberapa pengelompokan terhadap

    pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya yang disusun dalam urutan tertentu.

    2.1.3.3 Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement)

    Laporan arus kas seringkali juga disebut sebagai laporan sumber dan penggunaan dana.

    Warren, et.al (1996, hal 20) menyatakan bahwa:

    Laporan arus kas adalah suatu ringkasan mengenai penerimaan dan pembayaran kas dari

    suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu.

  • 7/26/2019 Paper Financial Management

    11/28

    Sedangkan Menurut Helfert (2003, Hal 23):

    Laporan arus kas adalah laporan yang memperlihatkan hasil-hasil operasi selama periode

    serta perubahan yang terjadi di dalam neraca.

    Laporan ini dibuat dengan melakukan perbandingan antara neraca di awal periode dengan

    neraca di akhir periode serta menggunakan pos-pos kunci di dalam laporan laba rugi.

    Dalam penyajiannya, menurut Hackel dan Livnat (1996, hal 146-164), Laporan arus kas

    dibagi dalam tiga kelompok yaitu:

    1. Aktivitas Operasional (Operating)

    Adalah kelompok yang meliputi seluruh transaksi dan kegiatan lainnya yang tidak

    termasuk di dalam kegiatan investasi maupun pembiayaan perusahaan. Secara lebih

    jelas, arus kas yang berasal dari kegiatan operasional meliputi arus kas dari kegiatan

    produksi, distribusi barang dan penyediaan jasa. Arus kas dari kegiatan operasi adalah

    arus kas hasil dari transaksi dan kegiatan lainnya yang ikut menentukan laba bersih.

    2. Aktivitas Investasi (Investing)

    Adalah kelompok yang meliputi pembelian dan penagihan piutang, pengembalian

    persediaan barang dagang, pembayaran pinjaman, pengadaan serta penjualan ekuitas

    dan harta kekayaan perusahaan (tanah), bangunan, dan peralatan serta aktiva-aktiva

    produktif lainnya, yaitu aktiva yang digunakan oleh perusahaan untuk melakukan

    produksi barang dan jasa.

    3. Aktivitas Pendanaan atau Pembiayaan (Financing)

    Adalah kelompok yang meliputi perolehan sumber daya dari para pemilik dan

    pemberian hasil atas investasi yang telah dilakukan, peminjaman, serta pembayaran

    kembali hutang oleh pemiliknya atau sebaliknya penyelesaian kewajiban perusahaan

    kepada pemilik, dan perolehan serta pembayaran sumber daya lainnya yang berasal

    dari pembiayaan jangka panjang.

    Dalam penyajiannya, suatu perusahaan dapat memilih salah satu dari dua konsep penyajian.Menurut Munawir (1998, hal 27-28) dijelaskan sebagai berikut:

    1. Jika perusahaan mengunakan clean surplus principle maka semua laba rugi insidentil

    akan tampak dalam laporan laba rugi dan laporan laba ditahan perusahaan hanya berisi

    net income yang telah ditransfer dari laporan laba rugi, dan terjadinya deklarasi atas

    pembayaran deviden dan penyisihan dari laba.

    2. Jika perusahaan menggunakan non clean surplus principle maka dalam laporan laba

    rugi hanya menentukan hasil dari kegiatan operasi normal perusahaan pada periode itu,

    sedangkan laba rugi yang timbul secara insidentil akan tampak pada laporan ditahan.

  • 7/26/2019 Paper Financial Management

    12/28

    2.2. Analisis Laporan Keuangan

    Sebelum dibahas mengenai pengertian analisis rasio keuangan, maka akan dibahas

    terlebih dahulu mengenai apa yang dimaksud dengan analisis laporan keuangan. Analisis

    rasio hanyalah merupakan salah satu bentuk dari apa yang disebut sebagai analisis laporan

    keuangan.

    Menurut Woelfel (1997, hal 1) menyatakan bahwa analisis laporan keuangan adalah sebagai

    berikut:

    Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang berguna untuk memeriksa data

    keuangan masa lalu dan saat sekarang dengan tujuan untuk melakukan evaluasi performa dan

    melakukan estimasi resiko suatu potensi di masa yang akan datang.

    Sedangkan menurut Karnadi (1993, hal 10), analisis laporan keuangan dapat berupa :

    1. Analisis Vertikal

    Adalah analisis yang bersifat vertikal dengan memperbandingkan data-data rasio

    keuangan perusahaan dari suatu tanggal tertentu dan memperbandingkannya dengan

    data-data dari industri secara keseluruhan. Pendekatan ini didasarkan pada premis

    bahwa beberapa kekuatan ekonomi dan bisnis yang paling mendasar memaksa seluruh

    perusahaan dalam suatu industri untuk berperilaku secara serupa.

    2. Analisis Horizontal

    Adalah analisis yang bersifat horizontal dengan memperbandingkan rasio- rasio

    keuangan perusahaan dari tahun ke tahun yang lampau dengan tujuan untuk meneliti

    arah pergerakannya (tren) dari rasio-rasio perusahaan selama kurun waktu tertentu.

    Analisis ini seringkali pula disebut sebagai time series analysis, atau dinamakan

    analisis keuangan yang dinamis.

    Analisis rasio menggambarkan mengenai suatu hubungan atau perimbangan antara

    suatu jumlah tertentu dengan jumlah lainnya yang terdapat di dalam laporan keuangan,

    sebagaimana dijelaskan berikut ini.

    Menurut Wild dan Bernstein (2001, hal 83):

    Analisis rasio keuangan dapat mengungkapkan hubungan dan juga dasar- dasar dari

    perbandingan yang mengumpulkan kondisi dan kecendrungan dari perusahaan.

    Menurut Subramanyam, Wild, dan Halsey (2007, hal 30)

    Analisis rasio mendeskripsikan mengenai hubungan secara matematika antara dua nilai.

  • 7/26/2019 Paper Financial Management

    13/28

    Setelah melihat tujuan dari analisis laporan keuangan, maka dapat disimpulkan bahwa

    analisis rasio menjadi sangat bermanfaat baik bagi pihak- pihak penguna eksternal, dalam hal

    ini adalah calon investor dan kreditur perusahaan maupun pengguna internal perusahaan,

    misalnya manajemen untuk dapat menentukan kebijakan-kebijakan yang dibutuhkan untuk

    waktu yang akan datang.

    Rasio keuangan dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan penganalisisnya. Oleh karena

    itu, macam dari rasio keuangan menjadi sangat banyak jumlahnya. Penggolongan angka rasio

    didasarkan pada sumbernya sebenarnya kurang bermanfaat bagi penganalisis karena yang

    paling penting bagi penganalisis adalah bukan darimana data tersebut diperoleh melainkan

    arti atau guna dari angka rasio tersebut, atau kesimpulan yang dapat diperoleh dari angka

    rasio tersebut.

    Dalam penggolongan rasio berdasarkan atas tujuan analisis ini terdapat berbagai

    macam istilah-istilah yang berbeda.

    Weston dan Copeland (1995, hal 238-256), membagi rasio menjadi tiga kelompok besar yang

    ketiganya saling berhubungan dan harus dikaitkan satu dengan lainnya untuk membentuk

    suatu artian tersendiri, yaitu:

    2.2.1. Ukuran kinerja (performance measures)

    Ukuran kinerja mencerminkan keputusan-keputusan strategis, operasi dan

    pembiayaan. Strategi ini meliputi bidang-bidang keputusan yang penting bagi perusahaan

    seperti pemilihan daerah-daerah pemasaran produk tempat perusahaan menjalankan kegiatan

    operasinya. Apakah akan memfokuskan diri pada area produk terpilih atau akan mencoba

    sekelompok besar pembeli potensial, dan sebagainya. Ukuran kinerja dianalisis menjadi tiga

    kelompok besar, yaitu:

    2.2.1.1.Rasio profitabilitas (profitability ratio)

    Rasio ini mengukur efektivitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan

    dari penjualan investasi. Rasio ini terdiri dari:a. Laba kotor terhadap penjualan (Gross profit margin)

    Margin Laba Kotor = Laba Kotor

    Penjualan

    Rasio yang membandingkan antara laba kotor (Gross Profit) dengan penjualan bersih.

    b. Laba bersih terhadap penjualan (Net profit margin)

    Margin Laba Bersih = Laba Bersih Setelah Pajak

    Penjualan

  • 7/26/2019 Paper Financial Management

    14/28

    Rasio ini sering pula disebut net profit margin atau return on sales yang menunjukkan

    return yang diperoleh dari setiap rupiah penjualan perusahaan. Jika profit margin suatu

    perusahaan lebih rendah dari rata-rata rasio industry sejenis, hal ini dapat disebabkan

    oleh harga jual perusahaan yang lebih rendah dari perusahaan pesaing atau harga pokok

    penjualan yang lebih tinggi daripada pesaing, atau kedua-duanya sekaligus.

    c. Laba bersih terhadap total aktiva (Return on investment)

    Laba Bersih Terhadap Total Aktiva = Laba Bersih Setelah Pajak

    Total Aktiva

    Analisis Return on investment (ROI) dalam sistem keuangan mempunyai arti yang

    sangat penting sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang bersifat menyeluruh

    (komprehensif). Analisis ROI ini merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas

    yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan

    dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan dalam kegiatan operasi

    perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian rasio ini

    menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari hasil kegiatan perusahaan (Net

    income) dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan

    keuntungan atau laba tersebut (Total assets).

    d. Laba bersih terhadap total modal (Return on net worth)

    Laba Bersih Terhadap Total Modal = Laba Bersih Setelah Pajak

    Ekuitas Pemegang Saham

    Rasio ini sering disebut dengan istilah Rentablitas Modal Sendiri atauReturn on Equity

    (ROE).

    e. Tingkat profitabilitas marginal

    Tingkat Profitabilitas Marginal = Perubahan Net Income

    Perubahan Total ModalRasio profitabilitas marginal ini dianalisis dengan membandingkan rasio profitabilitas

    rata-rata yang telah dihitung sebelumnya. Bila profitabilitas marginal lebih rendah

    daripada profitabilitas rata-rata, investasi-investasi baru memperoleh tingkat

    pengembalian yang lebih rendah atau rasio rata-rata mencerminkan nilai denominator

    yang teralu rendah.

    2.2.1.2.Rasio pertumbuhan (growth ratio)

    Rasio mengukur kemampuan perusahaan untuk mempertahankan posisi ekonomisnya

    dalam pertumbuhan dan industri atau pasar produk dimana perusahaan beroperasi.Rasio ini

  • 7/26/2019 Paper Financial Management

    15/28

    menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan posisi usahanya dalam

    perkembangan ekonomi dan industri.Dalam mengadakan analisis perbandingan ini perlu

    dibedakan antara growth sebagai akibat dari inflasi dan growth yang secara riil terjadi di

    dalam perusahaan yang bersangkutan.

    Dalam menghitung growth rate dari suatu perusahaan perlu dihitung tingkat

    pertumbuhan penjualan, laba operasi atau laba usaha, laba bersih sesudah pajak, earning per

    saham biasa, deviden per saham, harga pasar, dan nilai buku dari saham biasa.

    2.2.1.3.Rasio Penilaian (Valuation Ratio)

    Rasio ini merupakan tolak ukur yang mengkaitkan hubungan antara harga pasar saham

    biasa dengan pendapatan perusahaan dengan nilai buku saham tersebut.

    Rasio-rasio ini dapat memberikan petunjuk kepada manajemen bagaimana para

    investor menilai kinerja perusahaan dan prospek yang diperkirakan di masa yang akan datang.

    Rasio-rasio penilaian adalah ukuran kinerja yang paling menyeluruh untuk suatu perusahaan,

    karena rasio ini mencerminkan pengaruh gabungan dari rasio hasil pengembalian dan resiko.

    2.2.2.Ukuran kebijakan keuangan (financial policy measures)

    Rasio yang digunakan adalah:

    2.2.2.1. Rasio leverage

    a) Rasio hutang (Debt ratio)

    Debt Ratio = Total Kewajiban

    Total Aktiva

    Rasio ini menunjukkan besarnya modal dari luar perusahaan dibandingkan dengan

    seluruh modal yang tertanam di dalam perusahaan. Semakin tinggi debt ratio, maka

    hal ini menunjukkan bahwa aktiva perusahaan lebih banyak dibelanjai dengan

    hutang. Para kreditur menginginkan debt ratio yang rendah, karena bila semakin

    tinggi rasio ini maka berarti semakin besar resiko para kreditur. Dengan debt ratio

    yang tinggi tersebut sulit bagi perusahaan untuk menarik modal pinjaman barukecuali jika perusahaan ini menambah modal sendirinya terlebih dahulu.

    b) Financial Leverage

    Financial Leverage = Total Kewajiban

    Total Modal Sendiri

    Financial leverage ratio ini merupakan salah satu rasio yang sangat penting, karena

    berkaitan dengan masalah trading on equity yang dapat memberikan pengaruh positif

    maupun negatif terhadap rentabilitas modal sendiri dari perusahaan tersebut. Dalam

    menghitung financial leverage digunakan total tangible net worth, yaitu modal

  • 7/26/2019 Paper Financial Management

    16/28

    sendiri setelah dikurangi dengan intangible assets, misalnya goodwill, hak paten,

    biaya-biaya pra operasi dan biasanya juga dikurangi dengan biaya-biaya yang

    dilakukan kapitalisasi, misalnya kerugian transaksi valuta asing akibat terjadinya

    devaluasi, dan lain sebagainya.

    c) Times Interest Earned Ratio (TIER)

    Times Interest Earned Ration = Laba Sebelum Bunga dan Pajak

    Biaya Bunga

    Rasio ini sering pula disebut sebagai coverage ratio yaitu suatu alat untuk

    mengukur seberapa jauh laba dari usaha perusahaan (laba sebelum bunga dan pajak

    atau sering kali disebut sebagai EBIT) dapat turun sebelum menimbulkan kesulitan

    bagi perusahaan untuk membayar kewajiban bunga pinjamannya.

    d) Debt Service Coverage Ratio

    Debt Service Coverage Ratio = Laba Operasi + Penyusutan

    Bunga + Sewa Guna + Angsuran Pokok Pinjaman

    (1-t)

    Debt Service Coverage Ratio mengukur kewajiban perusahaan dalam bentuk

    pembayaran angsuran pokok pinjaman.

    2.2.2.2. Rasio likuiditas (Liquidity ratio)

    Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan di dalam memenuhi kewajibannya yang akan

    segera jatuh tempo. Rasio yang digunakan adalah:

    a) Rasio lancar (Current ratio)

    Current Ratio = Aktiva Lancar

    Kewajiban Lancar

    Rasio ini menggambarkan tingkat solvabilitas jangka pendek daripada perusahaan

    karena rasio ini menggambarkan sampai seberapa banyak kewajiban perusahaankepada para kreditur jangka pendek diharapkan akan dapat dipenuhi dengan aktiva

    lancar perusahaan yang akan berubah menjadi uang kas pada saat kewajiban tersebut

    akan dilunasi.

    b) Cash ratio

    Cash Ratio = Kas dan Setara Kas

    Kewajiban Lancar

  • 7/26/2019 Paper Financial Management

    17/28

    Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan di dalam memenuhi kewajiban

    lancarnya hanya dengan mengendalikan dari uang kas atau bank dengan

    mengikutsertakan saham biasa atau efek.

    c) Rasio cair (Quick ratio atau Acid test ratio)

    Quick Ratio = Aktiva Lancar - Persediaan

    Kewajiban Lancar

    Rasio ini seringkali juga disebut sebagai Acid test ratio. Rasio ini menunjukkan

    kemampuan perusahaan di dalam memenuhi kewajiban lancarnya hanya dengan

    mengendalikan dari uang kas atau bank dan likuidasi dari piutang dagangnya tanpa

    mengikut persediaan perusahaan.

  • 7/26/2019 Paper Financial Management

    18/28

    BAB III

    PEMBAHASAN

    3.1.

    Analisis Laporan Keuangan

    3.1.1. Analisis Neraca

    3.1.1.1.Aset

    Selama periode 2012 hingga Semester I/2014, struktur aset GIA menunjukkan

    kencederungan sebagai berikut:

    1. Total Aset (Total Assets) mengalami peningkatan sebesar 22,66% dari USD 2,52

    milyar per 31 Desember 2012 menjadi USD 3,09 milyar per 30 Juni 2014. Di tahun

    2013, pertumbuhan aset GIA mencapai 17,31% menjadi USD 2,95 milyar, sedangkan

    di Semester I/2014, pertumbuhan asetnya relatif lebih kecil, hanya sebesar 4,57%.

    2. Petumbuhan aset tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan Total Aset Tidak

    Lancar (Non Current Assets) GIA sebesar 23.70% dari USD 1,88 milyar per 31

    Desember 2012 menjadi USD 2,33 milyar per 30 Juni 2014. Kondisi ini cukup wajar

    karena sesuai dengan nature bisnisnya, Total Aset GIA memang lebih banyak

    didominasi oleh Aset Tidak Lancar (72% - 75%) dan program Quantum Leap yang

    dimulainya sejak 2011 menyebabkan GIA cenderung lebih ekspansif.

    3. Meskipun hanya memberikan kontribusi sekitar seperempat dari Total Asetnya, Aset

    Lancar GIA didominasi oleh Kas dan Setara Kas (Cash and Cash Equivalents) sebesar

    + 50%-nya. Tidak heran jika Aset Lancar GIA berfluktuasi mengikuti perubahan Kas

    dan Setara Kasnya. Pada tahun 2013, Kas dan Setara Kas GIA meningkat cukup

    signifikan sebesar 45,88% menjadi USD 475,26 juta terutama dari Penerimaan

    Pengembalian Uang Muka Pembelian Pesawat serta tambahan Pinjaman Jangka

    Panjang dan penerbitan Sustainable Bond Tahap I/2013, sedangkan Aset Lancarnya

    naik sebesar 28,68% menjadi USD 819,13 juta. Sementara itu, pada Semester I/2014

    Kas dan Setara Kas menurun sebesar 22,68% menjadi USD 367,49 juta, yangkemudian diikuti dengan penurunan Aset Lancarnya sebesar 7,04% menjadi USD

    761,45 juta.

    4. Selain Kas dan Setara Kas, komponen lainnya yang memberikan kontribusi cukup

    signifikan (+ 20%) terhadap Aset Lancar GIA adalah Piutang Usaha kepada Pihak

    Ketiga (Trade Account Receivables to Third Parties) yang meningkat secara konsisten

    sejak tahun 2012. Pada tahun 2013, Piutang Usaha kepada Pihak Ketiga meningkat

    sebesar 9,29% dari USD 124,39 juta per 31 Desember 2012 menjadi USD 135,95 juta

    per 31 Desember 2013, yang kemudian diikuti dengan kenaikan yang lebih signifikan

    sebesar 22,26% di Semester I/2014 menjadi USD 166,20 juta.

  • 7/26/2019 Paper Financial Management

    19/28

    5. Sementara itu, Aset Tidak Lancar GIA yang mengalami peningkatan sebesar 13,46% di

    tahun 2013 dan 9,02% di Semester I/2014 didominasi oleh tiga komponen berikut ini:

    a. Aset Tetap (Property and Equipment) yang secara konsiten meningkat dari USD

    789,08 juta per 31 Desember 2012 menjadi USD 863,10 juta per 31 Desember

    2013 dan USD 904,26 juta per 30 Juni 2014 serta mendominasi sekitar 29% - 32%

    dari Total Aset GIA selama periode 2012 hingga Semester I/2014.

    b. Dana Perawatan Pesawat dan Uang Jaminan (Maintenance Reserve Fund and

    Security Deposits) yang menunjukkan trend meningkat sejak 2012 dari USD

    461,93 juta menjadi USD 617,62 juta (2013) dan USD 708,07 juta (Semester

    I/2014) dengan kontribusi terhadap Total Aset sebesar 18% - 23% selama periode

    2012 hingga Semester I/2014.

    c.

    Uang Muka Pembelian Pesawat (Advances for Purchase of Aircraft) yang juga

    meningkat dari USD 497,16 juta per 31 Desember 2012 menjadi USD 500,37 juta

    per 31 Desember 2013 dan USD 522,18 juta per 30 Juni 2014 dengan dominasi

    sekitar 17% - 20% dari Total Aset GIA selama periode 2012 hingga Semester

    I/2014.

    Kenaikan pada ketiga akun tersebut di atas cenderung sejalan dengan ekspansi armada GIA

    sebagaimana tercantum dalam program Quantum Leap-nya. Selama periode dua setengah

    tahun terakhir, armada GIA meningkat dari 106 unit (termasuk 84 armada sewa) per 31

    Desember 2012 menjadi 140 unit (termasuk 117 armada sewa) per 31 Desember 2013.

    3.1.1.2. Kewajiban

    Di sisi kewajiban terlihat kecenderungan sebagai berikut selama periode 2012 hingga

    Semester I/2014:

    1. Total Kewajiban (Total Liabilities) GIA mendominasi sekitar 56% - 66% dari seluruh

    pendanaan Total Asetnya dan mengalami peningkatan cukup signifikan sebesar

    45,85% selama periode dua setengah tahun terakhir. Pada tahun 2013, Total Kewajiban

    tersebut meningkat sebesar 30,90% dari USD 1,40 milyar per 31 Desember 2012menjadi USD 1,84 milyar per 31 Desember 2013, sedangkan per 30 Juni 2014

    mencapai USD 2,05 milyar atau meningkat sebesar 11,41%.

    2. Selama periode 2012 hingga 2013, Total Kewajiban GIA lebih banyak berasal dari

    Kewajiban Lancarnya (Current Liabilities) dengan dominasi sekitar 54%, namun pada

    Semester I/2014 jumlah Kewajiban Tidak Lancar (Non Current Liabilities) GIA

    cenderung lebih besar dibandingkan dengan Kewajiban Lancarnya dengan kontribusi

    sekitar 56% dari Total Kewajiban.

    3.

    Perubahan struktur kewajiban GIA tersebut disebabkan oleh adanya penurunan

    Kewajiban Lancar sebesar 8,38% pada Semester I/2014 dari USD 983,89 milyar per 31

  • 7/26/2019 Paper Financial Management

    20/28

    Desember 2013 menjadi USD 901,44 milyar per 30 Juni 2014, setelah sebelumnya

    mengalami peningkatan sebesar 30,45% pada tahun 2013 dari USD 754,21 milyar per

    31 Desember 2012. Kewajiban Lancar tersebut terutama didominasi oleh komponen

    Kewajiban Jangka Panjang yang Jatuh Tempo dalam Satu Tahun (Current Maturities

    of Long-Term Liabilities) yang mencapai sekitar 8% - 12% dari seluruh pendanaan

    Total Aset GIA selama periode 2012 hingga Semester I/2014. Tak heran jika fluktuasi

    Kewajiban Lancar GIA mengikuti perubahan Kewajiban Jangka Panjang yang Jatuh

    Tempo dalam Satu Tahunnya yang meningkat signifikan sebesar 87,26% dari USD

    186,05 juta per 31 Desember 2012 menjadi USD 348,41 juta per 31 Desember 2013,

    namun kemudian menurun sebesar 25,00% menjadi USD 261,29 juta per 30 Juni 2014.

    Akun lainnya yang menunjukkan tren fluktuasi yang sama adalah Hutang Usaha

    (terutama yang berasal dari Pihak Terkait) yang memiliki kontribusi sekitar 5% - 6%

    dari seluruh pendanaan Total Asetnya selama periode 2012 hingga Semester I/2014.

    Pada tahun 2013, Hutang Usaha GIA baik dari Pihak Terkait maupun Pihak Ketiga

    mengalami peningkatan sebesar 18,86% dari USD 173,47 juta per 31 Desember 2012

    menjadi USD 206,19 juta per 31 Desember 2013, namun kemudian menurun sebesar

    22,54% pada Semester I/2014 menjadi USD 159,72 juta.

    4. Komponen lainnya yang memberikan kontribusi cukup signifikan (11% - 17%) dari

    Kewajiban Lancar GIA adalah Pendapatan Diterima Dimuka (Unearned Revenues)

    yang terutama berasal dari Jasa Penerbangan Berjadwalnya. Sejak tahun 2012,

    Pendapatan Diterima Dimuka tersebut meningkat secara konsisten sebesar 4,31% dari

    USD 162,27 juta per 31 Desember 2012 menjadi USD 169,27 juta per 31 Desember

    2013 dan sebesar 32,23% pada Semester I/2014 hingga mencapai USD 223,82 juta.

    5. Sementara itu, Kewajiban Tidak Lancar GIA menunjukkan peningkatan setiap

    tahunnya dari USD 648,83 juta per 31 Desember 2012 menjadi USD 852,75 juta per 31

    Desember 2013 atau meningkat sebesar 31,43% dan USD 1,14 milyar per 30 Juni 2014

    atau bertambah sebesar 34,25%. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh

    penambahan Kewajiban Jangka Panjang (Non Current Maturities of Long-TermLiabilities) GIA yang mendominasi sekitar 19% - 32% dari seluruh pendanaan Total

    Asetnya, seiring dengan pengembangan bisnis terutama ekspansi armadanya melalui

    program Quantum Leap. Pada tahun 2013, Kewajiban Jangka Panjang (setelah

    dikurangi bagian yang jatuh tempo dalam satu tahun) GIA meningkat sebesar + 43%

    per periode dari USD 473,58 juta per 31 Desember 2012 menjadi USD 681,14 juta per

    31 Desember 2013 dan USD 978,08 juta per 30 Juni 2014. Sebagian besar Kewajiban

    Jangka Panjang (Long-Term Loans) tersebut berasal dari Pinjaman Jangka Panjang

    yang meningkat sebesar 122,27% dari USD 294,82 juta (2012) menjadi USD 625,82

    juta (Semester I/2014), sedangkan sisanya berasal dari Utang Obligasi (Bonds Payable)

  • 7/26/2019 Paper Financial Management

    21/28

    yang diterbitkan sejak 2013 dan mencapai USD 165,97 juta per 30 Juni 2014 serta

    Kewajiban Sewa Pembiayaan (Lease Liabilities) dan Kewajiban Estimasi Biaya

    Pengembalian dan Pemeliharaan Pesawat (Estimated Liability for Aircraft Return and

    Maintenance Cost) yang masing-masing mencapai USD 112,51 juta dan USD 73,78

    juta per 30 Juni 2014.

    3.1.1.3. Modal

    Di sisi lain, Ekuitas GIA selama periode 2012 hingga Semester I/2014 menunjukkan

    kecenderungan sebagai berikut:

    1. Total Ekuitas mengalami sedikit peningkatan sebesar 1,27% di tahun 2013 dari USD

    1,11 milyar per 31 Desember 2012 menjadi USD 1,12 milyar per 31 Desember 2013,

    namun di Semester I/2014 jumlahnya menurun sebesar 23,08% menjadi USD 1,04

    milyar. Oleh sebab itu, kontribusi Total Ekuitas terhadap seluruh pendanaan Total Aset

    GIA cenderung menurun dari 44,28% per 31 Desember 2012 menjadi 37,82% per 31

    Desember 2013 dan 33,75% per 30 Juni 2014.

    2. Penurunan Total Ekuitas sebesar USD 74,73 juta tersebut terutama dipengaruhi oleh

    merosotnya Saldo Laba yang Belum Dicadangkan (Retained Earnings -

    Unappropriated) GIA pada Semester I/2014 dari USD 118,39 juta per 31 Desember

    2013 menjadi minus USD 93,87 juta (Saldo Rugi) per 30 Juni 2014 akibat Rugi Bersih

    sebesar USD 211,74 juta yang dialami GIA selama Semester I/2014.

    3. Sementaraitu, Modal Saham (Capital Stock) yang memberikan kontribusi sekitar 39% -

    46% dari seluruh pendanaan Total Aset GIA cenderung stabil pada tahun 2013 (USD

    1,15 milyar) namun kemudian meningkat sebesar11,36% pada Semester I/2014 (USD

    1,28 milyar). Nilai Modal Saham ini cenderung lebih besar daripada Total Ekuitas

    GIA. Hal ini disebabkan oleh dua komponen Ekuitas yang bersaldo negatif, yaitu Saldo

    Laba yang Belum Dicadangkan per 30 Juni 2014 dan Komponen Ekuitas Lainnya

    (Other Component of Equity) per 31 Desember 2012 (minus USD 149,24 juta), 31

    Desember 2013 (minus USD 161,59 juta), dan 30 Juni 2014 (minus USD 150,26 juta).Saldo negative Komponen Ekuitas Lainnya tersebut terutama disebabkan oleh

    Akumulasi Selisih Kurs Penjabaran Laporan Keuangan (Cumulative Translation

    Adjustments).

    3.1.2. Analisis Laporan Laba Rugi

    Laporan Laba Rugi GIA periode 2012 hingga Semester I/2014 menunjukkan kondisi

    sebagai berikut:

    1.

    Tahun 2013, Total Pendapatan Usaha (Total Operating Revenues) GIA mengalami

    pertumbuhan sebesar 7,02% dari USD 3,47 milyar per 31 Desember 2012 menjadi

  • 7/26/2019 Paper Financial Management

    22/28

    USD 3,72 milyar per 31 Desember 2013. Sementara per 30 June 2014, Total

    Pendapatan Usaha yang dibukukan mencapai USD 1,73 milyar, menurun sebesar

    6,44% (anualisasi) dibandingkan dengan posisi 31 Desember 2013, namun meningkat

    tipis sebesar 0,75% jika dibandingkan dengan periode yang sama (Semester I) tahun

    2013. Kondisi ini relatif wajar mengingatpeak season industri penerbangan cenderung

    terjadi pada Semester II setiap tahunnya, seiring dengan tibanya musim liburan

    sekolah, hari raya keagamaan (Idul Fitri dan Natal), serta ibadah haji.

    2. Sebagian besar Total Pendapatan Usaha tersebut berasal dari Penerbangan Berjadwal

    (Scheduled Airline Services), dengan kontribusi sekitar 83% - 92% selama periode

    2012 hingga Semester I/2014, sedangkan sisanya berasal dari Penerbangan Tidak

    Berjadwal (Non-scheduled Airline Services) dan Lainnya (Others). Pendapatan usaha

    dari Penerbangan Berjadwal tersebut cenderung meningkat setiap tahunnya dari USD

    2,89 milyar (2012) menjadi USD 3,17 milyar (2013) dan USD 1,59 milyar (Semester

    I/2014), seiring dengan peningkatan jumlah penumpangnya dari 20,4 juta (2012)

    menjadi 25 juta (2013) berkat program Garuda Travel Fair (GATF), promosi early

    bird, dan pengembangan e-commerce.

    3. Sedangkan berdasar segmen geografisnya, sekitar 78% dari Total Pendapatan Usaha

    GIA berasal dari penerbangan domestic (terutama Jakarta yang memberikan kontribusi

    sekitar 53% - 59% dari Total Pendapatan Usaha) dan sisanya berasal dari penerbangan

    internasional (terutama Tokyo dengan kontribusi sebesar + 11%).

    4. Di sisi biaya, Total Beban Usaha (Total Operating Expenses) GIA juga meningkat

    setiap tahunnya dari USD 3,29 milyar per 31 Desember 2012 menjadi USD 3,71 milyar

    per 31 Desember 2013 (12,61%) dan USD 1,96 milyar per 30 Juni 2014 (5,69%

    anualisasi atau 14,76%year-on-year). Tren peningkatan tersebut juga ditunjukkan oleh

    hamper semua komponen Beban Usaha GIA, terutama Operasional Penerbangan

    (Flight Operations) yang mendominasi lebih dari 50% Total Beban Usaha. Tahun

    2013, Operasional Penerbangan GIA meningkat sebesar 17,59% dari USD 1,91 milyar

    per 31 Desember 2012 menjadi USD 2,24 milyar per 31 Desember 2013, sedangkanpada Semester I/2014 peningkatannya mencapai 6,75% (anualisasi) atau 19,95% (y-o-

    y) menjadi sebesar USD 1,20 milyar. Peningkatan Operasional Penerbangan tersebut

    terutama disebabkan oleh tingginya harga bahan bakar jet (avtur) yang merupakan

    contributor terbesar Operasional Penerbangan (+ 63%) serta meningkatnya beban sewa

    dan carter pesawat akibat apreasiasi USD terhadap Rupiah dan penambahan armada

    sewa untuk menunjang ekspansi bisnis GIA.

    5. Komponen lainnya yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap Total Beban

    Usaha GIA dan mengalami peningkatan setiap tahunnya selama periode 2012 hingga

    Semester I/2014 mencakup Tiket, Penjualan, dan Promosi (Ticketing, Sales, and

  • 7/26/2019 Paper Financial Management

    23/28

    Promotion), Pemeliharaan dan Perbaikan (Maintenance and Overhaul), Pelayanan

    Penumpang (Passenger Services), Bandara (User Charges and Station), serta

    Administrasi dan Umum (General and Administrative).

    6. Dengan Total Beban Usaha yang melebihi Total Pendapatan Usahanya pada Semester

    I/2014, GIA mengalami Rugi Kotor (Gross Loss) sebesar USD 222,03 juta per 30 Juni

    2014. Kondisi ini cenderung kontras jika dibandingkan dengan tahun-tahun

    sebelumnya dimana GIA masih dapat membukukan Laba Kotor (Gross Income)

    meskipun dengan tren menurun dari USD 178,05 juta per 31 Desember 2012 menjadi

    USD 6,33 juta per 31 Desember 2013. Pada Semester I/2013 pun GIA masih

    membukukan Laba Kotor sebesar USD 17,22 juta.

    7. Ditambah dengan adanya Kerugian Selisih Kurs (Loss on Foreign Exchange) sebesar

    USD 12,86 juta pada Semester I/2014, Rugi Usaha (Loss from Operations) GIA

    meningkat menjadi USD 233,92 juta. Sementara di tahun-tahun sebelumnya, Laba

    Usaha (Income from Operations) yang dibukukan cenderung lebih besar jika

    dibandingkan dengan Laba Kotornya karena adanya Keuntungan Selisih Kurs (Gain on

    Foreign Exchange). Meskipun demikian, Laba Usaha GIA tetap menunjukkan tren

    menurun dari USD 168,07 juta per 31 Desember 2012 menjadi USD 56,45 juta per 31

    Desember 2013.

    8.

    Lebih lanjut, seiring dengan bertambahnya Hutang Bank dan Lembaga Keuangan serta

    Kewajiban Jangka Panjang GIA selama periode 2012 hingga Semester I/2014, Beban

    Keuangan (Finance Cost) yang harus dibayarkan pun meningkat signifikandari USD

    25,22 juta per 31 Desember 2012 menjadi USD 59,84 juta (137,23%) per 31 Desember

    2013 dan USD 42,83 juta (43,15% anualisasi) per 30 Juni 2014. Akibatnya, Laba

    Sebelum Pajak (Income Before Tax) GIA menunjukkan tren penurunan yang semakin

    tajam dari USD 151,53 juta (2012) menjadi USD 8,82 juta (2013) dan bahkan berubah

    menjadi Rugi Sebelum Pajak (Loss Before Tax) sebesar USD 266,38 juta.

    9. Meskipun demikian, Manfaat Pajak (Tax Benefits) yang dinikmati GIA sejak tahun

    2013 mampu memperkecil Rugi Bersih Periode Berjalan (Net Loss for the CurrentPeriod) per 30 Juni 2014 menjadi sebesar USD 211,74 juta. Sementara itu, Laba Bersih

    Periode Berjalan (Net Income for the Current Period) untuk tahun-tahun sebelumnya

    mencapai USD 110,84 juta per 31 Desember 2012 dan USD 11,20 juta per 31

    Desember 2013.

  • 7/26/2019 Paper Financial Management

    24/28

    DAFTAR PUSTAKA

    Ikatan Akuntan Indonesia, 1999, Standar Akuntansi Keuangan, Buku 1 & 2, Jakarta, Salemba

    Empat.

    Arthur J. Keown et.al., Dasar-Dasar Manajemen Keunangan, Buku 2,7th ed.terj. Chaerul D.

    Djakman, S.E., MBA, dan Dwi Sulistyorini, S.E., M.M., (Jakarta: Salemba Empat, 2000).

    Skousen, K.F dan Smith, J.M, 2007, Akuntansi Intermediate jilid 1 & 2, edisi kesembilan,

    Penerbit : Erlanga, Jakarta.

    Wild, John J, K.R. Subramanyam dan Robert F. Halsey. 2007. Analisis Laporan Keuangan.

    Edisi Delapan. Terjemahan Yanivi S. Bachtiar dan S. Nurwahyu Harahap. Jakarta: Salemba

    Empat.

    Short, Daniel G; Libby, Robert; Libby, Patricia A. (2007). Financial Accounting :

    A Global Perspective. Fifth Edition. New York : Mc-Graw-Hill Education

    Baridwan, Zaki. (2000). Standart akuntansi keuangan. salemba empat, jakarta

    Carl S. Warren da James M. Reeve, (2005). Pengantar akuntansi. edisi 21. salemba empat,

    Jakarta.

    Helfert, Erich A., (1996), Tehnik Analisis Keuangan: Petunjuk Praktis Untuk Mengelola dan

    Mengukur Kinerja Perusahaan, Edisi Kedelapan, Erlangga, Jakarta.

    Munawir. (1998).Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty

    Woelfel, Charles, 1997,Memantau Kesehatan Perusahaan Melalui Laporan Keuangan, Abdi

    Tandur, Jakarta.

    Karnadi. steve, 1993,Manajemen Pembelanjaan, yayasan promotion humana, Jakarta.

    Weston dan Copeland, 2005, Manajemen Keuangan, alih bahasa Jaka Wasana, Kirbrandoko,

    cetakan ketujuh, Penerbit Erlangga, Jakarta.

  • 7/26/2019 Paper Financial Management

    25/28

    LAMPIRAN 1

    BALANCE SHEET

  • 7/26/2019 Paper Financial Management

    26/28

    Amount % Amount % Amount %

    OPERATING REVENUES

    Scheduled airline services 1,591,515,587 91.56% 3,170,086,191 85.31% 2,887,250,744 83.15%

    Non-scheduled airline services 5,986,818 0.34% 215,965,887 5.81% 269,091,577 7.75%

    Others 140,800,533 8.10% 330,024,508 8.88% 316,126,641 9.10%

    Total Operating Revenues 1,738,302,938 100.00% 3,716,076,586 100.00% 3,472,468,962 100.00%

    OPERATING EXPENSES

    Flight operations 1,198,139,685 68.93% 2,244,840,144 60.41% 1,908,975,113 54.97%

    Ticketing, sales and promotion 171,195,682 9.85% 335,842,135 9.04% 317,443,935 9.14%

    Maintenance and overhaul 164,324,152 9.45% 288,213,715 7.76% 288,853,664 8.32%

    Passenger services 147,465,895 8.48% 283,500,861 7.63% 263,949,418 7.60%

    User charges and station 134,523,325 7.74% 266,998,356 7.18% 240,479,502 6.93% General and administrative 111,096,519 6.39% 218,772,364 5.89% 213,737,827 6.16%

    Hotel operation 16,650,131 0.96% 33,758,910 0.91% 25,809,070 0.74%

    Transportation operation 8,488,546 0.49% 19,816,371 0.53% 18,290,868 0.53%

    Network operation 8,447,460 0.49% 18,007,374 0.48% 16,883,310 0.49%

    Total Operating Expenses 1,960,331,395 112.77% 3,709,750,230 99.83% 3,294,422,707 94.87%

    OTHER INCOME (CHARGES)

    Gain on foreign exchange (12,863,297) -0.74% 47,928,641 1.29% 9,449,819 0.27%

    Others 976,555 0.06% 2,193,278 0.06% (19,423,970) -0.56%

    Net (11,886,742) -0.68% 50,121,919 1.35% (9,974,151) -0.29%

    INCOME FROM OPERATIONS (233,915,199) -13.46% 56,448,275 1.52% 168,072,104 4.84%

    Equity in net income (loss) of associates (171,450) -0.01% 1,860,416 0.05% 1,927,546 0.06%Finance income 10,534,430 0.61% 10,347,000 0.28% 6,755,823 0.19%

    Finance cost (42,831,032) -2.46% (59,840,088) -1.61% (25,224,919) -0.73%

    INCOME BEFORE TAX (266,383,251) -15.32% 8,815,603 0.24% 151,530,554 4.36%

    TAX BENEFITS (EXPENSE) 54,647,518 3.14% 2,384,777 0.06% (40,687,981) -1.17%

    NET INCOME FOR THE YEAR (211,735,733) -12.18% 11,200,380 0.30% 110,842,573 3.19%

    In USD

    PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) Tbk

    30 June 2014 31 December 2013PROFIT & LOSS

    Audited Audited Audited

    31 December 2012

    LAMPIRAN 2

    PROFIT & LOSS

  • 7/26/2019 Paper Financial Management

    27/28

    LAMPIRAN 3

    CASH FLOW

  • 7/26/2019 Paper Financial Management

    28/28

    RATIO H1/2014

    Liquidity Ratio

    Current Ratio 84.47%

    Quick Ratio 74.53%

    Cash Ratio 40.77%

    Activity Ratio

    Assets Turnover 1.13

    Fixed Assets Turnover 3.84

    Account Receivables Turnover 20.53

    Collection Period (days) 18

    Inventory Turnover 43.76

    Inventory Period (days) 8

    Account Payable Turnover 24.55

    Account Payable Period (days) 15

    Solvency Ratio

    Debts to Assets Ratio 66.25%

    Debts to Equity Ratio 196.30%

    Short-term Leverage 86.48%

    Long-term Leverage 109.83%

    Interest Bearing Debts to Equity Ratio 123.84%

    Time Interest Earned Ratio -5.22

    PT GARUDA INDONESIA (PERS2013

    83.25%

    74.07%

    48.30%

    1.26

    4.31

    26.55

    14

    41.07

    9

    17.99

    20

    62.18%

    164.40%

    88.07%

    76.33%

    96.21%

    1.15

    RO) Tbk2012

    84.40%

    73.34%

    43.20%

    1.38

    4.35

    26.82

    13

    39.48

    9

    18.99

    19

    55.72%

    125.84%

    67.64%

    58.19%

    59.67%

    7.01

    Debt Service Coverage Ratio -0.70

    Profitability Ratio

    Gross Profit Margin -12.77%Operating Profit Margin -13.46%

    Net Profit Margin -12.18%

    Return on Asset (ROA) -13.71%

    Return on Equity (ROE) -40.62%

    0.70

    0.17%1.52%

    0.30%

    0.38%

    1.00%

    0.82

    5.13%4.84%

    3.19%

    4.40%

    9.94%

    LAMPIRAN 4

    RASIO