panduan life support
DESCRIPTION
keperawatanTRANSCRIPT
BAB I
DEFINISI
1. Dokter spesialis anestesiologi adalah dokter yang telah menyelesaikan pendidikan
program studi dokter spesialis Anestesiologi di institusi pendidikan yang diakui atau
lulusan luar negeri dan yang telah mendapat Surat Tanda Registrasi (STR) dan
Surat Izin Praktek (SIP).
2. Dokter peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS) anestesiologi adalah
dokter yang sedang menjalani pendidikan dokter spesialis anestesiologi.
3. Kolaborasi adalah tindakan yang dilakukan perawat anestesi dan perawat dalam
ruang lingkup medis dalam melaksanakan instruksi dokter.
4. Standar prosedur operasional adalah suatu perangkat instruksi/langkah-langkah yang
di bakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu, berdasarkan
standar kompetensi, standar pelayanan kedokteran dan pedoman nasional yang
disusun, ditetapkan oleh rumah sakit sesuai kemampuan rumah sakit dengan
memperhatikan sumber daya manusia, sarana, prasarana dan peralatan yang tersedia.
5. Airway ( jalan nafas) adalah organ yang dilalui udara pada proses bernafas manusia,
meliputi hidung, mulut, faring, laring, trakhea, bronkus dan bronkhiolus.
6. Breathing adalah hal hal yang berhubungan dengan kemampuan bernafas pada
manusia, meliputi otot-otot pernafasan dan paru-paru.
7. Sirkulasi adalah hal hal yang berhubungan dengan peredaran darah di seluruh tubuh
manusia, meliputi jantung, pembuluh darah, tekanan darah dan tekanan nadi.
8. Naso-Faringeal Tube (NFT) adalah sebuah alat yang dimasukan melalui hidung,
menyusuri dasar hidung sampai ke nasofaring dengan tujuan menopang lidah agar
tidak menghalangi jalan nafas.
9. Oro-Faringeal Tube (OFT) adalah sebuah alat yang dimasukan melalui mulut
dengan tujuan menopang lidah agar tidak menghalangi jalan nafas.
10. Endo-Trakheal Tube (ETT) adalah sebuah alat yang dimasukan melalui mulut atau
hidung sampai ke trakhea, dengan tujuan untuk mengamankan patensi jalan nafas,
dan menghantarkan oksigen dengan konsentrasi lebih besar atau gas-gas anestesi.
11. Laringeal Mask Airway (LMA) adalah sebuah alat yang dimasukan melalui mulut
sampai ke laring, dengan tujuan mengamankan patensi jalan nafas.
12. Ventilator adalah sebuah mesin yang didesain untuk secara mekanik memindahkan
udara yang dapat di hirup masuk dan keluar dari paru-paru, untuk membantu proses
bernafas pada pasien yang tidak dapat bernafas atau bernafas tidak efisien.
13. Pacemaker adalah sebuah alat medis yang menggunakan rangsangan listrik yang
menyebabkan kontraksi otot jantung untuk mengatur denyut jantung, diberikan pada
pasien dengan denyut jantung yang rendah atau terjadi hambatan pada sistem
hantaran listrik jantung.
14. Intra Aortic Baloon Pump (IABP) adalah sebuah alat mekanik yang dapat
meningkatkan perfusi oksigen pada otot jantung, dan pada saat bersamaan
meningkatkan curah jantung.
BAB II
RUANG LINGKUP
1. Airway
A. Alat Sederhana
Naso-Faringeal Tube (NFT), digunakan biasanya pada pasien dengan
penurunan kesadaran, dengan tujuan untuk membebaskan jalan nafas
akibat lidah yang jatuh ke belakang dan menyumbat jalan nafas.
Suctioning juga dapat dilakukan melalui alat ini dan berbeda dengan Oro-
Faringeal Tube, penggunaan alat ini tidak merangsang reflek muntah.
Penggunaan alat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan cedera
kepala berat atau cedera fascial berat, dan pada pasien dengan fraktur
basis kranial. Penggunaan dapat dilakukan oleh perawat dan atau dokter.
Oro-Faringeal Tube (OFT), digunakan pada pasien dengan penurunan
kesadaran, dengan tujuan untuk membebaskan jalan nafas akibat lidah
yang jatuh ke belakang dan menyumbat jalan nafas. Suctioning dapat
dilakukan melalui alat ini dan penggunaan alat ini merangsang reflek
muntah. Alat ini dapat diberikan pada pasien dengan cedera kepala berat
atau cedera fascial berat, dan pada pasien dengan fraktur basis kranial.
Penggunaan dapat dilakukan oleh perawat dan atau dokter.
B. Advance Airway
Endo-Trakheal Tube (ETT), digunakan pada berbagai situasi, dimana
pasien karena sakit atau karena prosedur medis tidak mampu untuk
mempertahankan patensi jalan nafas, pernafasan yang adekuat dan
oksigenasi darah yang adekuat. Contoh keadaan sakit adalah stroke,
cedera kepala berat, trauma fascial dan lain lain. Contoh prosedur medis
adalah pembiusan, bronchoscopy, pemakaian ventilator dan lain lain.
Penggunaan dilakukan oleh dokter yang kompeten dan PPDS Anestesi.
Laringeal Mask Airway (LMA), digunakan pada pasien yang tidak
mampu mempertahankan patensi jalan nafasnya, baik karena sakit
maupun karena pembiusan. LMA juga digunakan pada kasus kesulitan
intubasi dengan ETT. Penggunaan dilakukan oleh dokter yang kompeten
dan PPDS Anestesi.
2. Breathing
Ventilasi Mekanik (Ventilator) digunakan pada pasien yang tidak dapat
bernafas spontan atau bernafas tidak efisien, baik karena proses penyakit
seperti Pneumonia, gagal nafas, dan lain lain, maupun karena prosedur
medis seperti pembiusan. Penggunaan dilakukan oleh dokter spesialis
anestesi dan PPDS Anestesi. Penggunaannya dapat dilakukan di ICU
maupun di kamar operasi.
3. Sirkulasi
A. Pacemaker
Terdiri dari percussive pacing, transcutaneous pacing, epicardial pacing,
transvenous pacing, subclavicular pacing dan intracardial pacing.
Percussive pacing
Dikenal sebagai transthoracic pacing, merupakan alat bantu life saving yang
digunakan sementara sampai dapat dipasang pacu jantung elektrik.
Transcutaneous pacing
Dikenal sebagai eksternal pacing, direkomendasikan untuk inisial stabilisasi
hemodinamik untuk semua jenis bradikardia.
Epicardial pacing
Merupakan pacing sementara, digunakan pada bedah jantung sampai dapat
dipasang transvenous pacing.
Transvenous pacing
Merupakan pacing sementara, sebagai alternatif dari transcutaneous pacing.
Subclavicular pacing
Merupakan pacing yang permanen ditanam di bawah kulit di dekat clavikula.
Terdapat 3 tipe, yaitu single chamber, dual chamber dan rate responsive
pacemaker.
Intracardial pacing
Merupakan pacing permanen yang ditanam di dalam jantung.
B. Intra Aortic Baloon Pump (IABP)
Alat ini digunakan pada keadaan seperti cardiogenik syok, akut mitral regurgitasi,
perforasi katup jantung, post cardiothoracic surgery, percutaneous coronary
angioplasty, dan pre operatif pada pasien pasien dengan risiko tinggi seperti
stenosis arteri coroner ≥ 70% dan pada pasien disfungsi ventrikel dengan ejeksi
fraksi ≤ 35%. Alat ini di kontra indikasikan pada pasien dengan kelainan
insufisiensi katup aorta berat, diseksi aorta dan pada penyakit aortoiliac occlusive
berat.
BAB III
TATA LAKSANA
1. Penggunaan Naso-Faringeal Tube (NFT)
Sebelum penggunaan alat ini, harus dipastikan ukuran yang tepat untuk pasien dan
tidak ada kontra indikasi. Cara menentukan ukuran yang tepat adalah dengan
mengukur NFT dari lubang hidung sampai ke daun telinga atau sudut rahang bawah
kanan/kiri. NFT dibasahi dengan gel, kemudian dimasukan melalui lubang hidung
sampai ujung tube berada persis diluar lubang hidung.
2. Penggunaan Oro-Faringeal Tube (OFT)
Penggunaan alat ini dapat menimbulkan reflek muntah, sehingga hanya dapat
digunakan pada pasien yang benar benar tidak sadar. Sebelum penggunaan juga harus
dipastikan ukuran yang tepat agar tidak terjadi trauma pada rongga mulut. Cara
menentukan ukuran yang tepat adalah dengan mengukur OFT dari tengah bibir
sampai ke sudut rahang bawah kanan/kiri. Mulut pasien dibuka kemudian OFT
dimasukan menghadap ke atas, setelah menyentuh langit-langit mulut pasien, OFT
diputar 180˚ dan dimasukan sampai batas luarnya. Alat ini dicabut jika pasien sudah
ada reflek menelan dan dapat mempertahankan patensi jalan nafasnya, atau alat ini
akan digantikan dengan alat advance airway. Penggunaan dapat dilakukan oleh
perawat dan atau dokter.
3. Penggunaan Endo-Trakheal Tube (ETT)
Sebelum dilakukan pemasangan ETT, harus diberikan informed consent pada
keluarga pasien. Dipastikan ukuran ETT yang tepat untuk pasien. Dipersiapkan alat
alat yang dibutuhkan seperti laringoskop, stateskop, dan lain lain. Mulut pasien
dibuka dengan teknik cross finger atau lainnya, epiglotis dilihat dengan
menggunakan laringoskop, setelah terlihat dengan jelas glottis pasien, masukan ETT
kedalam trakhea sampai batas yang ditentukan. Kemudian suara nafas didengarkan
pada dada, dan dibandingkan kerasnya kanan dan kiri dengan stateskop. Setelah
diyakini ETT masuk dengan benar, balon ETT dikembangkan (jika menggunakan
cuffed), dan ETT di fiksasi dengan plester.
4. Penggunaan Laringeal Mask Airway (LMA)
LMA terdiri dari berbagai ukuran, mulai dari nomer 0 untuk bayi baru lahir, sampai
nomer 5 untuk dewasa, sehingga sebelum digunakan harus dipastikan dahulu ukuran
yang tepat untuk pasien. LMA digunakan secara buta tanpa menggunakan
laringoskop. Masukan LMA melalui mulut, menyusuri langit langit mulut sampai ke
laring. Setelah posisi LMA dipastikan benar, balon dikembangkan, dan suara nafas
didengarkan dengan stateskop. Kemudian LMA di fiksasi dengan plester.
5. Penggunaan Ventilasi Mekanik (Ventilator)
Ventilator tersedia di ICU dan kamar operasi. Setelah pasien terintubasi (terpasang
ETT), kemudian ETT dihubungkan dengan ventilator. Setting ventilator disesuaikan
dengan kondisi klinis pasien.
6. Penggunaan Pacemaker
Percussive pacing
Diletakan di bagian kiri bawah tepi sternum, diatas ventrikel kanan, merupakan
pacemaker tipe lama.
Transcutaneous pacing
Prosedur dimulai dengan meletakan 2 pacing pad pada dada pasien, dapat pada
posisi anterior-lateral, maupun anterior-superior. Penolong kemudian menentukan
frekuensi jantung yang dipilih, dan dapat dinaikan bertahap. Alat ini merupakan
pacing sementara sebagai live saving, sampai didapatkan terapi definitif atau
pacing intravenous.
Epicardial pacing
Elektrodes diletakan di dinding terluar dari ventrikel (epicardium), digunakan
sementara sampai didapatkan pacing intravenous pada pembedahan jantung.
Transvenous pacing
Pacemaker wire dimasukan dalam kondisi steril melalui pembuluh darah vena ke
dalam atrium kanan atau ventrikel kanan. Kemudian ujung luar wire
disambungkan dengan pacemaker ekternal diluar tubuh. Alat ini sering digunakan
sebagai alat sementara sebelum dipasang pacemaker yang permanen.
Subclavicular pacing
Prosedur pemasangan dilakukan dengan insisi pada pembuluh darah vena yang
dikehendaki dan kemudian dimasukan elektrode dimasukan sepanjang pembuluh
darah vena sampai ke ruang jantung. Setelah itu ujung luar dihubungkan dengan
pacemaker yang ditanam di bawah kulit di daerah clavicula. Prosedur ini
difasilitasi dengan fluoroskopi.
Intracardial pacing
Insisi pembuluh darah vena di daerah paha, kemudian pacemaker dimasukan
melalui kateter sampai ke jantung. Alat ini tidak dapat dilihat atau diraba di
bawah kulit.
7. Penggunaan Intra Aortic Baloon Pump (IABP)
Alat dimasukan kedalam pembuluh darah arteri femoralis sampai ke aorta descenden.
Karena alat ini diletakan didalam arteri femoralis dan aorta maka dapat menyebabkan
komplikasi iskemia pada tungkai dan kompartemen sindrom.
BAB IV
DOKUMENTASI
Setiap tindakan pelayanan yang di lakukan harus dicatat dalam lembar pencatatan rekam medis.
1. Lembar informed consent tindakan pembiusan / anestesi (terlampir)2. Lembar evaluasi pra anestesi, pra induksi dan pasca induksi (terlampir)3. Lembar monitoring anestesi (terlampir)4. Lembar evaluasi pra sedasi dan pasca sedasi (terlampir)5. Lembar monitoring sedasi (terlampir)