pancasila kita

Upload: yuli-astuti-sheilakeke

Post on 17-Jul-2015

69 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PANCASILA KITA KESINAMBUNGAN SEBUAH IDEOLOGI BANGSA Sebagiamana kita ketahui sebagai bangsa Indonesia tentunya kita telah sangat fasih dan hafal betul jika kita diminta untuk menyebutkan bunyi sila-sila dari dasar negara kita.yang sudah pasti berbunyi sama seperti dibawah ini. 1. KETUHANAN YANG MAHA ESA 2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB 3. PERSATUAN INDONESIA 4. KERAKYATAN YANG DI PIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN 5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA Tapi apakah hanya sesderhana itu makna dari dasar kita bernegara..? Jawabnya.jelas tidak.!!! Jika kita mau coba untuk sedikit saja merenungkan makna dan arti dari dasar negara kita, maka kita akan menemukan sebuah makna yang sangat luar biasa dan sangat dalam. Cobalah kita gunakan akal sehat kita untuk merenungkannya, kita akan menemukan disana bukan saja sebuah falsafah hidup bangsa ini tapi kita akan menemukan pula sebuah cita-cita yang seharusnya dirasakan dan dialami oleh bangsa ini, tapi yang terjadi sampai pada hari ini rakyat negri ini tidak dapat merasakannya apalagi memilikinya. Mari perlahan-lahan kita perhatikan dan amati susunan penempatan sila-sila tersebut yang disusun oleh Panitia Sembilan, dimana pencetus dari Pancasila (Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno ) Ada terlibat di dalamnya. Pertama mari kita coba amati Penempatan dari sila KETUHANAN YANG MAHA ESA pada posisi Sila I. Bukanlah suatu kebetulan atau tanpa alasan sila silka tersebut ditempatkan pada posisi sila I. Penempatan sila tersebut pada posisi I dari Pancasila berindikasikan sebuah pernyataan bahwa bangsa kita adalah bangsa yang mengakui dan percaya akan adanya Tuhan sebagai penguasa dan pencipta dari alam semesta ini yang harus dijunjung tinggi keberadaan Nya, diluar tiap individu menganut atau tidaknya sebuah agama, sebab pada dasarnya agama hanyalah sebuah simbol dari sebuah kepercayaan, dan merupakan hak azasi yang sangat mutlak unutk seseorang percaya atau tidaknya pada ajaran agama yang ada, sebab sebuah keyakinan tidak bisa di paksakan. Tapi yang akan kita bahas disini bukan mengenai beragama atau tidaknya seseorang, tapi kita akan membahas kesinambungan atau hubungan erat yang tak terpisahkan antara sila yang satu dengan yang lainya dari Pancasila kita ini. Sila pertama tadi adlah sebuah jalan yang harus ditempuh untuk mewujudkan sebuah KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB ( SILA KE II ), jelas dapat kita lihat sebuah keterikatan antara sila pertama dengan sila ke dua. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB seharusnya dapat terwujud ketika bangsa ini telah mengaku percaya kepada Tuhan, sebab orang yang sudah percaya kepada Tuhan seharusnya dapat melakukan apa yang telah difirmankan dan diajarkan Tuhan dalam Kitab Suci masing-masing agama. Berarti tidak adalagi ketidak adilan, sebab Tuhan Maha Adil, Tidak adalagi penindasan sebab Tuhan bukan penindas, tidak ada lagi penghisapan manusia oleh manusia sebab Tuhan bukan penghisap, tidak ada lagi penjajahan sebab Tuhan Maha Merdeka,dll. Tapi semua itu belum dapat diwujudkan di negara yang katanya berTuhan Ini. Penindasan terus berlangsung, penghisapan makin merajalela, ketidak adilan terlihat jelas, pejajahan pun masih dirasakan rakyat. Ketika ke dua sila tadi sudah dapat dipahami dan

dipraktekan secara murni dan konsekwen barulah kita dapat mewujudkan sebuah PERSATUAN INDONESIA ( sila ke III ), Harus kita akui, bahwa persatuan Indonesia baru dapat terwujud ketika di atas bumi Indonesia rakyat Indonesia telah merasakan apa yang dimaksud dengan kemerdekaan , ketika pemerintah tidak lagi menindas rakyatnya, ketika mereka yang berkuasa tidak lagi menjajah kaum yang lemah, ( seperti pengusaha dan para tuan-tuan selalu membuat kebijakan yang merugikan para buruhnya.) Setelah Persatuan itu terwujud barulah kita kan berjumpa pada KERAKYATAN YANG DI PIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN ( sila Ke IV ) atau dengan kata lain Demokrasi yang Sejati, yang asli. Tidak bisa kita pungkiri bahwa iklim demokrasi yang sehat baru bisa terwujud kalau bangsa Indonesia sudah memiki persatuan. Tanpa persatuan, demokrasi hanya sebuah wacana basi yang berbau busuk dan sangat memuakkan. Di negri ini kita demokrasi selalu digunakan untuk membodohi rakyat, salah satu bukti nyatanya adalah PEMILU. Pemilu yang selama ini terjadi di negri kita ini adalah sebuah bentuk dari penyimpangan dan penyelewengan dari sebuah demokrasi. Pemilu kita adalah sebuah pesta demokrasi tapi bukan demokrasi untuk rakyat, tapi melainkan demokrasinya kaum borjuis, dimana dalam pemilu tersebut uang dihambur-hamburkan untuk membeli sebuah kursi kekuasaan, yang lebih memuakkan adalah ketika mereka meng-atas namakan kepentingan rakyat dengan tujuan menarik simpati rakyat, namun dibalik semua itu, mereka ( partai-partai politik ) telah melakukan penipuan besar-besaran terhadap rakyat, mereka menarik simpatik rakyat dengan bualan janji-janji kosong, dan membeli simpatik rakyat itu dengan uang ( Money Politik ), bahkan pada era kekuasaan rezim Soeharto, Harto dan golkarnya telah melakukan pemaksaan secara terang-terangan kepada rakyat bahkan dengan ancaman dan ini bukanlah lagi merupakan rahasia umum. Seperti inikah demokrasi yang kita harapkan dan kita dambakan yang terjadi di negri yang kita cintai ini. Ini terjadi sejak rezim orde baru sampai rezim-rezim berikutnya termasuk pemerintahan SBY-JK, mereka telah melakukan penyelewengan terhadap Pancasila, Pancasila selalu mereka gunakan menjadi dasar hukum untuk menghukum rakyatnya. Tetapi bagi mereka yang berkuasa Pancasila hanya menjadi sebuah liontin emas imitasi, yang jika mereka bosan dapat mereka campakan kedalam tong sampah. Setelah keempat sila tersebut sudah dapat di lakukan secara murni barulah akan terwujud suatu KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA ( sila Ke V ), sila ke lima ini adalah sebuah cita-cita yang di tuju oleh bangsa ini, kedilan sosial bukan hanya keadilan secara ekonomi saja, tapi keadilan dari segala segi dari segi politik, ekonomi, sosial, budaya dan hukum tegasnya dari segala aspek.Tapi sekarang ini keadilan sosial hanyalah mimpi bagi rakyat kelas bawah, dan ini akan terus terjadi sepanjang pemerintah kita masih menjadi anjing peliharaan dari Neo Liberalisme yang dengan setia menjaga kelestarian Sistem Kapitalisme sehingga sistem tersebut dapat berkembang dan tumbuh subur di Indonesia. Selama pemerintah kita masih menjadi perangkat penghubung ( couple/ kopel ) dalam sebuah mesin atau robot yang dioperasikan atau di kemudikan oleh sebuah sistem kerja bernama kapitalisme, tidak akan pernah ada keadilan sosial bagi rakyat, keadilan sosial hanya di produksi dan dikonsumsi untuk para pemilik modal ( kaum Kapitalis asing maupun nasional ). Itu sebabnya kita para generasi penerus bangsa jangan pernah berhenti untuk bersuara dan melakukan perlawanan terhadap mereka pemerintah yang telah melakukan penyelewengan terhadap Pancasila, mereka telah melakukan tindakan inkonstitusional. Indonesia harus segera kemabli pada ideologinya sendiri, menjadi negera yang berkeTuhanan yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yang adil dan beradab

untuk mewujudkan persatuan Indonesia yang akan membawa Indonesia kepada iklim demokrasi yang murni dan sehat yang pada akhirnya akan terwujud cita-cita keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan itu kita harus berjuang bersama-sama, bahu-membahu, kita hancurkan kapitalisme dari bumi indonesia, walaupun jalan ini penuh dengan tumpahan darah dan air mata, tapi tidak ada jalan lain, hanya jalan inilah yang mutlak tidak bisa tidak harus kita tempuh. Kalau tidak dari sekarang kita mulai bergerak, apakah kita akan rela jika suatu saat nanti Indonesia hanya ada dalam buku sejarah umat manusia tanpa ada lagi wujud dari tanah air kitahancur.Menghilang!!! Hanya ada satu cara untuk melenyapkan para penjajah dan para penghianat itu dari muka bumi Indonesiahanya dengan satu cara RE-VO-LUSImembongkar system yang lama dari dasarnya, hanya dengan cara itu kita dapat menghancurkan kapitalisme dan mewujudkan Indonesia yang baru tanpa penindasan.Mari bersama-sama kita kobarkan api revolusi itu di tanah air kita sekarang juga untuk bangsa kita tercintaHIDUPLAH INDONESIA RAYA.(LSDI )

PancasilaDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi, cariIndonesia

Artikel ini adalah bagian dari seri:

Politik dan pemerintahan Indonesia Pancasila UUD 1945

Legislatif[tampilkan] Eksekutif[tampilkan] Yudikatif[tampilkan] Inspektif[tampilkan] Daerah[tampilkan] Pemilihan umum[tampilkan] Partai politik[tampilkan]Negara lain Atlas Portal politik

lihat bicara sunting

Perisai Pancasila menampilkan lima lambang Pancasila Untuk yang lain, lihat Pancasila (disambiguasi). Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: paca berarti lima dan la berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945. Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.

Daftar isi[sembunyikan]

1 Sejarah Perumusan 2 Hari Kesaktian Pancasila 3 Butir-butir pengamalan Pancasila [2] o 3.1 Sila pertama o 3.2 Sila kedua o 3.3 Sila ketiga

3.4 Sila keempat 3.5 Sila kelima 4 Lihat pula 5 Pranala luar 6 Referensi

o o

[sunting] Sejarah PerumusanArtikel utama untuk bagian ini adalah: Rumusan-rumusan Pancasila Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-usulan pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yaitu :

Lima Dasar oleh Muhammad Yamin, yang berpidato pada tanggal 29 Mei 1945. Yamin merumuskan lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Dia menyatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah, peradaban, agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia. Mohammad Hatta dalam memoarnya meragukan pidato Yamin tersebut.[1] Panca Sila oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945 dalam pidato spontannya yang kemudian dikenal dengan judul "Lahirnya Pancasila". Sukarno mengemukakan dasar-dasar sebagai berikut: Kebangsaan; Internasionalisme; Mufakat, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan; Kesejahteraan; Ketuhanan. Nama Pancasila itu diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni itu, katanya: Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa - namanya ialah Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan diatas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi.

Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa dokumen penetapannya ialah :

Rumusan Pertama : Piagam Jakarta (Jakarta Charter) - tanggal 22 Juni 1945 Rumusan Kedua : Pembukaan Undang-undang Dasar - tanggal 18 Agustus 1945 Rumusan Ketiga : Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat - tanggal 27 Desember 1949 Rumusan Keempat : Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara - tanggal 15 Agustus 1950 Rumusan Kelima : Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama (merujuk Dekrit Presiden 5 Juli 1959)

[sunting] Hari Kesaktian PancasilaPada tanggal 30 September 1965, adalah awal dari Gerakan 30 September (G30SPKI). Pemberontakan ini merupakan wujud usaha mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis. Hari itu, enam Jendral dan berberapa orang lainnya dibunuh sebagai upaya kudeta. Namun berkat kesadaran untuk mempertahankan Pancasila maka upaya tersebut mengalami kegagalan. Maka 30 September diperingati sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September G30S-PKI dan tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila, memperingati bahwa dasar Indonesia, Pancasila, adalah sakti, tak tergantikan.

[sunting] Butir-butir pengamalan Pancasila [2]Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa menjabarkan kelima asas dalam Pancasila menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila. 36 BUTIR-BUTIR PANCASILA/EKA PRASETIA PANCA KARSA A. SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA 1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. 2. Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup. 3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya. 4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain. B. SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB 1. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia. 2. Saling mencintai sesama manusia. 3. Mengembangkan sikap tenggang rasa. 4. Tidak semena-mena terhadap orang lain. 5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. 6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. 7. Berani membela kebenaran dan keadilan. 8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain. C. SILA PERSATUAN INDONESIA 1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.

2. 3. 4. 5.

Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara. Cinta Tanah Air dan Bangsa. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.

D. SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN / PERWAKILAN 1. 2. 3. 4. 5. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil musyawarah. 6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. 7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan. E. SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA 1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong-royong. 2. Bersikap adil. 3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. 4. Menghormati hak-hak orang lain. 5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain. 6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain. 7. Tidak bersifat boros. 8. Tidak bergaya hidup mewah. 9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum. 10. Suka bekerja keras. 11. Menghargai hasil karya orang lain. 12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial. Ketetapan ini kemudian dicabut dengan Tap MPR no. I/MPR/2003 dengan 45 butir Pancasila. Tidak pernah dipublikasikan kajian mengenai apakah butir-butir ini benar-benar diamalkan dalam keseharian warga Indonesia.

[sunting] Sila pertama

Bintang. 1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. 3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. 6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. 7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.

[sunting] Sila kedua

Rantai. 1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. 2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya. 3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia. 4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira. 5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain. 6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. 7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. 8. Berani membela kebenaran dan keadilan. 9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia. 10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

[sunting] Sila ketiga

Pohon Beringin. 1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. 2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan. 3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa. 4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia. 5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. 6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika. 7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

[sunting] Sila keempat

Kepala Banteng 1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama. 2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain. 3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. 4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan. 5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah. 6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah. 7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. 8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. 9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama. 10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.

[sunting] Sila kelima

Padi Dan Kapas. 1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. 2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama. 3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. 4. Menghormati hak orang lain. 5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri. 6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain. 7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah. 8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum. 9. Suka bekerja keras. 10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama. 11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.