osteomeilitis
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Osteomielitis adalah merupakan suatu bentuk proses inflamasi pada tulang dan
struktur-struktur disekitarnya akibat infeksi dari kuman-kuman piogenik. Staphylococcus
adalah organisme yang bertanggung jawab untuk 90% kasus osteomyelitis akut. Organisme
lainnya termasuk Haemophilus influenzae dan salmonella.(14) Pada masa anak-anak penyebab
osteomyelitis yang sering terjadi ialah Streptococcus, sedangkan pada orang dewasa ialah
Staphylococcus. Infeksi muskuloskeletal merupakan penyakit yang umum terjadi, dapat
melibatkan seluruh struktur dari sistem muskuloskeletal dan dapat berkembang menjadi
penyakit yang berbahaya bahkan membahayakan jiwa. Penyebab osteomielitis pada anak-
anak adalah kuman Staphylococcus aureus (89- 90%), Streptococcus (4-7%),
Haemophilus influenza (2-4%), Salmonella typhii dan Eschericia coli (1-2%).
Infeksi dapat mencapai tulang dengan melakukan perjalanan melalui aliran darah atau
menyebar dari jaringan di dekatnya. Osteomielitis juga dapat terjadi langsung pada tulang itu
sendiri jika terjadi cedera yang mengekspos tulang, sehingga kuman dapat langsung masuk
melalui luka tersebut. Tulang yang sering terkena ialah femur bagian distal, tibia bagian
proksimal, humerus, radius dan ulna bagian proksimal dan distal, serta vertebra. 2
Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II; tetapi dapat pula ditemukan
pada bayi dan ‘infant’. Anak laki-laki lebih sering dibanding anak perempuan (4:1). Lokasi
yang tersering ialah tulang-tulang panjang seperti femur, tibia, radius, humerus, ulna, dan
fibula.(Yuliani 2010).4
Prevalensi keseluruhan adalah 1 kasus per 5.000 anak. Prevalensi neonates adalah
sekitar 1 kasus per 1.000 kejadian. Sedangkan kejadian pada pasien dengan anemia sel sabit
adalah sekitar 0,36%. Prevalensi osteomielitis setelah trauma pada kaki sekitar 16% (30-40%
pada pasien dengan DM). insidensi osteomielitis vertebral adalah sekitar 2,4 kasus per
100.000 penduduk.8 Kejadian tertinggi pada Negara berkembang. Tingkat mortalitas
osteomielitis adalah rendah, kecuali jika sudah terdapat sepsis atau kondisi medis berat yang
mendasari.8
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Tulang
Tulang berasal dari embryonic hyaline cartilage yang mana melalui proses
osteogenesis menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh selsel yang disebut osteoblast. Proses
mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium. 3
Sel-sel yang terdapat pada jaringan tulang: 4
Osteoblas : Sel yang berperan dalam aktivitas sintesis komponen organik tulang, yang
disebut sebagai prebone atau osteoid. Osteoblas terletak dalam suatu
garis di sepanjang permukaan jaringan tulang. Saat aktif, osteoblas
cenderung berbentuk kubus dan bersifat basofilik. Sedangkan saat
kurang aktif, maka bentuknya akan menjadi lebih kempis dan kurang
basofilik. Ketika aktivitas sintesis matriks berhenti dan osteoblas telah
memasuki matriks tersebut maka osteoblas berubah namanya menjadi
osteosit.
Osteosit : Sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. Osteosit berada di dalam
suatu ruangan berbentuk oval bernama. lakuna yang terletak di dalam matriks
yang telah termineralisasi. Lakuna memiliki penjuluran halus yang
disebut kanalikuli. Kanalikuli menghubungkan antar lacuna yang berdekatan
sehingga osteosit mampu mencapai pembuluh darah untuk pertukaran nutrisi
dan sisa metabolisme.
Osteoklas : Sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks
3
tulang dapat diabsorpsi. Tidak seperti osteoblast dan osteosit, osteoklas
mengikis tulang. Sel-sel ini menghasilkan enzim proteolitik yang
memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang,
sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah.
Lapisan-lapisan tulang: 5
Periosteum :
Bagian luar lebih banyak mengandung sabut - sabut jaringan pengikat, pembuluh darah,
dan saraf dengan sedikit sel. Lapisan ini dinamakan stratum fibrosum. Bagian dalam lebih
banyak mengandung sel - sel pipih yang mampu berdiferensiasi menjadi osteoblas, sabut -
sabut elastis, dan kolagen tersusun lebih longgar. Bagian ini disebut stratum germinativum.
Endosteum :
Mempunyai struktur dan komponen yang sama dengan periosteum tetapi lebih tipis dan tidak
memperlihatkan 2 lapisan seperti pada periosteum. Ke arah luar bersifat osteogenik, ke arah
dalam bersifat hemopoetik.
Gambar 2.1. Tulang dan lapisan tulang
Bagian anatomi tulang panjang: 4
a. Diafisis atau batang: Bagian tengah tulang yang berbentuk silinder. Bagian ini tersusun
dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan besar.
4
b. Metafisis: Bagian tulang yang melebar di dekat ujung akhir batang. Daerah ini terutama
disusun oleh tulang trabekular atau tulang spongiosa yang mengandung sel-sel hematopoietik.
Bagian ini juga menopang sendi dan menyediakan daerah yang cukup luas untuk perlekatan
tendon dan ligamen pada epifisis.
c. Lempeng epifisis: Daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak, dan bagian ini akan
menghilang pada tulang dewasa.
d. Epifisis: Epifisis langsung berbatasan dengan sendi tulang panjang yang bersatu dengan
metafisis sehingga pertumbuhan memanjang tulang panjang berhenti.
2.2 Definisi
Osteomielitis (osteo-berasal dari kata Yunani yaitu osteon, berarti tulang, myelo
artinya sumsum, dan-itis berarti peradangan) secara sederhana berarti infeksi tulang atau
sumsum tulang.1
Berdasarkan kamus kedokteran Dorland, osteomielitis ialah radang tulang yang
disebabkan oleh organisme piogenik, walaupun berbagai agen infeksi lain juga dapat
menyebabkannya. Ini dapat tetap terlokalisasi atau dapat tersebar melalui tulang, melibatkan
sum-sum, korteks, dan periosteum.10
2.3 Etiologi
Pada dasarnya, semua jenis organisme, termasuk virus, parasit, jamur, dan bakteri, dapat
menghasilkan osteomielitis, tetapi paling sering disebabkan oleh bakteri piogenik tertentu dan
mikobakteri. Penyebab osteomielitis pyogenik adalah kuman Staphylococcus aureus (89-
90%), Escherichia coli, Pseudomonas, dan Klebsiella. Pada periode neonatal, Haemophilus
influenzae dan kelompok B streptokokus seringkali bersifat patogen.7
Bakteri penyebab osteomielitis akut dan langsung meliputi:
1. Osteomielitis hematogenus akut
i. Bayi baru lahir (kurang dari 4 bulan): S. Aureus, Enterobacter, dan
kelompok Streptococcus α dan β.
ii. Anak-anak (usia 4 bulan sampai 4 tahun): Streptococcus α dan
β, Haemophilus influenzae, dan Enterobacter.
5
iii. Remaja (usia 4 tahun sampai dewasa): S. aureus (80%), kelompok
Streptococcus α, H influenzae, dan Enterobacter
iv. Dewasa: S. aureus dan kadang-kadang Enterobacter dan
Streptococcus.
2. Osteomielitis langsung
umumnya disebabkan oleh S. Aureus, spesies enterobacter, dan spesies pseudomonas.
Tusukan melalui separtu atletik : S. aureus dan spesies pseudomonas.
Penyakit sel sabit : staphylococcus dan salmonella. (Randall, 2011)
2.4 Tanda dan Gejala
Osteomielitis hematogeneus biasanya memiliki progresivitas gejala yang
lambat.osteomielitis langsung (direct osteomyelitis) umumnya lebih terlokalisasi dengan
tanda dan gejala yang menonjol. Gejala umum dari osteomielitis meliputi : 1,4
1. Osteomielitis hematogenus tulang panjang
Demam yang memiliki onset tiba-tiba tinggi (demam hanya terdapat dalam 50% dari
osteomielitis pada neonates)
Kelelahan
Rasa tidak nyaman
Irritabilitas
Keterbatasan gerak (pseudoparalisis anggota badan pada neonates)
Edema lokal, eritema dan nyeri.
2. Osteomielitis hematogenus vertebral
Onset cepat
Adanya riwayat episode bakterimia akut
Diduga berhubungan dengan insufisiensi pembuluh darah disampingnya
Edema lokal, eritema dan nyeri
Kegagalan pada anak-anak untuk berdiri secara normal.
6
3. Osteomielitis kronik
Ulkus yang tidak sembuh
Drainase saluran sinus
Kelelahan kronik
Rasa tidak nyaman
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Demam (terdapat pada 50% dari neonates)
Edema
Teraba hangat
Fluktuasi
Penurunan dalam penggunaan ekstremitas (misalnya ketidakmampuan dalam berjalan
jika tungkai bawah yang terlibat atau terdapat pseudoparalisis anggota badan pada
neonatus).
Kegagalan pada anak-anak untuk berdiri secara normal.
Drainase saluran sinus (biasanya ditamukan pada stadium lanjut atau jika terjadi
infeksi kronis). (Randall, 2011)
2.5 Klasifikasi
1. Osteomielitis Hematogen Akut
Osteomielitis hematogen akut merupakan infeksi tulang dan sumsum tulang
akut yang disebabkan oleh bakteri piogen dimana mikroorganisme berasal dari fokus
ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah. Osteomielitis akut diidentifikasi
dengan adanya onset penyakit dalam 7-14 hari. Kelainan ini sering ditemukan pada anak -
anak dan sangat jarang pada orang dewasa. Trauma, hematogen akibat trauma pada daerah
metafisis, merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya osteomielitis hematogen akut.
Lokasi osteomielitis hematogen akut sering terjadi pada daerah metafisis karena daerah ini
merupakan daerah aktif tempat terjadinya pertumbuhan tulang. 1
Patologi dan Patogenesis
Penyebaran osteomielitis terjadi melalui dua cara, yaitu : 1
7
1.Penyebaran umum
• Melalui sirkulasi darah berupa bakterimia dan septikemia
• Melalui embolus infeksi yang menyebabkan infeksi multifocal pada daerah - daerah lain
2.Penyebaran lokal
• Subperiosteal abses akibat penerobosan abses melalui periost
• Selulitis akibat abses subperiosteal menembus sampai dibawah kulit
• Penyebaran ke dalam sendi sehingga terjadi artritis septik
•Penyebaran ke medula tulang sekitarnya sehingga sistem sirkulasi dalam tulang terganggu.
Hal ini menyebabkan kematian tulang local dengan terbentuknya tulang mati yang disebut
sekuestrum.
Gambar 2. Perjalanan penyakit osteomielitis
Gambar skematis perjalanan penyakit osteomielitis: 1
A. Fokus infeksi pada lubang akan berkembang dan pada tahap ini menimbulkan
edema periosteal dan pembengkakan jaringan lunak.
B. Fokus kemudian semakin berkembang membentuk jaringan eksudat inflamasi yang
selanjutnya terjadi abses subperiosteal serta selulitis dibawah jaringan lunak
C. Selanjutnya terjadi elevasi periosteum diatas daerah lesi, infeksi menembus
periosteum dan terbentuk abses pada jaringan lunak dimana abses dapat mengalir keluar
melalui sinus pada permukaan kulit. Nekrosis tulang akan menyebabkan terbentuknya
sekuestrum dan infeksi akan berlanjut kedalam kavum medula.
8
Patologi yang terjadi pada osteomielitis hematogen akut tergantung
pada umur, daya tahan penderita, lokasi infeksi serta virulensi kuman. Infeksi terjadi melalui
aliran darah dari fokus tempat lain dalam tubuh pada fase bakterimia dan dapat
menimbulkan septikemia. Embolus infeksi kemudian masuk kedalam juksta epifisis pada
daerah metafisis tulang panjang. Proses selanjutnya terjadi hiperemi dan edema didaerah
metafisis disertai pembentukan pus. 1
Terbentuknya pus menyebabkan tekanan dalam tulang bertambah. Peninggian tekanan
dalam tulang mengakibatkan terganggunya sirkulasi dan timbul trombosis pada
pembuluh darah tulang yang akhirnya menyebabkan nekrosis tulang. Disamping itu
pembentukan tulang baru yang ekstensif terjadi pada bagian dalam periosteum sepanjang
diafisis (terutama anak - anak ) sehingga terbentuk suatu lingkungan tulang seperti peti
mayat yang disebut involucrum dengan jaringan sekuestrum didalamnya. Proses ini
terlihat jelas pada akhir minggu kedua. Apabila pus menembus tulang, maka terjadi
pengaliran pus (discharge) dari involucrum keluar melalui lubang yang disebut kloaka atau
melalui sinus pada jaringan lunak dan kulit. 1,6,7
Pada tahap selanjutnya akan berkembang menjadi osteomielitis kronis. Pada
daerah tulang kanselosa, infeksi dapat terlokalisir serta diliputi oleh jaringan fibrosa yang
membentuk abses tulang kronik yang disebut abses Brodie. 1
2. Osteomielitis Hematogen Subakut
Gejala osteomielitis hematogen subakut lebih ringan oleh karena organisme
penyebabnya kurang purulen dan penderita lebih resisten. Durasi dari osteomielitis
subakut adalah antara 14 hari sampai 3 bulan. 1
Patologi
Biasanya terdapat kavitas dengan batas tegas pada tulang kanselosa dan mengandung
cairan seropurulen. Kavitas dilingkari oleh jaringan granulasi yang terdiri atas sel - sel
inflamasi akut dan kronik dan biasanya terdapat penebalan trabekula. 1
3. Osteomielitis Kronis
Osteomielitis kronis umumnya merupakan lanjutan dari osteomielitis akut
yang tidak terdiagnosis atau tidak diobati dengan baik. Osteomielitis kronis juga dapat terjadi
9
setelah fraktur terbuka atau setelah tindakan operasi pada tulang. osteomielitis kronik
merupakan infeksi tulang yang perjalanan klinisnya terjadi lebih dari 3 bulan. Kondisi ini
berhubungan dengan adanya nekrosis tulang pada episentral yang disebut sekuester yang
dibungkus involukrum. 1
Patologi dan patogenesis
Infeksi tulang dapat menyebabkan terjadinya sekuestrum yang menghambat
terjadinya resolusi dan penyembuhan spontan yang normal pada tulang. Sekuestrum ini
merupakan benda asing bagi tulang dan mencegah terjadinya penutupan kloaka (pada
tulang) dan sinus (pada kulit). Sekuestrum diselimuti oleh involucrum yang tidak
dapat keluar/ dibersihkan dari medula tulang kecuali dengan tindakan operasi. Proses
selanjutnya terjadi destruksi dan sklerosis tulang yang dapat terlihat pada foto rontgen. 1,3
2.6 Patogenesis
Infeksi dapat terjadi secara :
1. Hematogen, dari fokus yang jauh seperti kulit, tenggorok.
2. Kontaminasi dari luar yaitu fraktur terbuka dan tindakan operasi pada tulang
3. Perluasan infeksi jaringan ke tulang di dekatnya. 5
Mikroorganisme memasuki tulang bisa dengan cara penyebarluasan secara hematogen,
bisa secara penyebaran dari fokus yang berdekatan dengan infeksi, atau karena luka
penetrasi. Trauma, iskemia, dan benda asing meningkatkan kerentanan tulang akan
terjadinya invasi mikroba pada lokasi yang terbuka (terekspos) yang dapat mengikat
bakteri dan menghambat pertahanan host. Fagosit mencoba untuk menangani infeksi dan,
dalam prosesnya, enzim dilepaskan sehingga melisiskan tulang. Bakteri melarikan diri
dari pertahanan host dengan menempel kuat pada tulang yang rusak, dengan memasuki
dan bertahan dalam osteoblast, dan dengan melapisi tubuh dan lapisan yang mendasari
tubuh mereka sendiri dengan pelindung biofilm yang kaya polisakarida. Nanah menyebar
ke dalam saluran pembuluh darah, meningkatkan tekanan intraosseous dan
mempengaruhi aliran darah. Disebabkan infeksi yang tidak diobati sehingga menjadi
kronis, nekrosis iskemik tulang menghasilkan pemisahan fragmen devaskularisasi yang
besar (sequester). Ketika nanah menembus korteks, subperiosteal atau membentuk abses
pada jaringan lunak, dan peningkatan periosteum akan menumpuk tulang baru
(involucrum) sekitar sequester. 3
10
Mikroorganisme, infiltrasi neutrofil, dan kongesti atau tersumbatnya pembuluh darah
merupakan temuan histologis utama osteomielitis akut. Fitur yang membedakan dari
osteomielitis kronis, yaitu tulang yang nekrosis, dicirikan oleh tidak adanya osteosit yang
hidup. Terdapat sel mononuklear yang dominan pada infeksi kronis, dan granulasi dan
jaringan fibrosa menggantikan tulang yang telah diserap kembali oleh osteoklas. Pada
tahap kronis, organisme mungkin terlalu sedikit untuk dilihat pada pewarnaan. 3
2.7 Penatalaksanaan
a. Pasien diharuskan untuk tirah baring,
b.keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan,
c. Diberikan antipiretik bila demam,
d. ekstremitas diimobilisasi dengan gips.
e. Perbaikan klinis biasanya terlihat dalam 24 jam setelah pemberian antibiotika. Jika tidak
ditemukan perbaikan, maka diperlukan intervensi bedah. Terapi antibiotik biasanya
diteruskan hingga 6 minggu pada pasien dengan osteomielitis.
f. debridemen jaringan nekrotik yang inkomplit, drainase
g. Pada beberapa kasus, infeksi sudah terlalu berat dan luas sehingga satu-satunya
tindakan terbaik adalah amputasi dan pemasangan prothesa
h. Eksisi dan biopsi bila perlu1
2.8 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Radiologis: 1
1. Osteomielitis Hematogen Akut
• Pemeriksaan foto polos dalam sepuluh hari pertama, tidak ditemukan kelainan radiologik
yang berarti dan mungkin hanya ditemukan pembengkakan jaringan lunak.
11
Gambar 2. Proyeksi lateral tibia terlihat gambaran sklerotik di diametafisis tibia
Gambaran destruksi tulang dapat terlihat setelah sepuluh hari (2 minggu) berupa refraksi
tulang yang bersifat difus pada daerah metafisis dan pembentukan tulang baru dibawah
periosteum yang terangkat. 8
2.Osteomielitis Hematogen Subakut
Pemeriksaan Radiologis
Osteomielitis subakut memiliki gambaran radiologis yang merupakan kombinasi dari
gambaran akut dan kronis. Seperti osteomielitis akut, maka ditemukan adanya osteolisis dan
elevasi periosteal. Seperti osteomielitis kronik, maka ditemukan adanya zona sirkum
ferensial tulang yang sklerotik. Dengan foto rontgen biasanya ditemukan kavitas
berdiameter 1-2 cm terutama pada daerah metafisis dari tibia dan femur atau kadang -
kadang pada daerah diafisis tulang panjang. 8
12
Gambar 3. radiologik dari abses Brodie
(Pada gambar terlihat kavitas yang dikelilingi oleh daerah sclerosis)
3.Osteomielitis Kronis
1. Foto polos
Pada foto rontgen dapat ditemukan adanya tanda - tanda porosis dan sklerosis tulang,
penebalan periost, elevasi periosteum dan mungkin adanya sekuestrum.
Gambar 4. Osteomielitis lanjut pada seluruh tibia dan fibula kanan. Ditandai dengan adanya
gambaran sekuestrum (panah).
2.9 Komplikasi
Komplikasi dari osteomielitis antara lain :
a. Abses tulang
13
b. Septikemia
c. Gangguan pertumbuhan tulang
d. Kontraktur sendi
e. Fraktur
f. Selulitis
g. Fistel
BAB III
KESIMPULAN
Osteomielitis adalah suatu proses inflamasi akut ataupun kronis dari tulang dan struktur-
struktur disekitarnya akibat infeksi dari kuman-kuman piogenik. Infeksi dalam suatu sistem
muskuloskeletal dapat berkembang melalui dua cara, baik melalui peredaran darah maupun
akibat kontak dengan lingkungan luar tubuh.
Lokasi yang tersering ialah tulang-tulang panjang seperti femur, tibia, radius, humerus, ulna,
dan fibula. Penyebab osteomielitis pada anak-anak adalah kuman Staphylococcus aureus
(89-90%), Streptococcus (4-7%), Haemophilus influenza (2-4%), Salmonella typhii dan
Eschericia coli (1-2%).
Penatalaksanaannya harus secara komprehensif meliputi pemberian antibiotika,
pembedahan, dan konstruksi jaringan lunak, kulit, dan tulang. Juga harus dilakukan
rehabilitasi pada tulang yang terlibat setelah pengobatan.
14
TINJAUAN PUSTAKA
1. Arif, Mansjoer. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi ke 3. Media Aesculapius. UI.
2.King, RW. Osteomyelitis. Juli, 06, 2013. Available at http://emedicine. medscape. Com/
article/785020-overview
3.Sabiston, DC. Buku Ajar Bedah Bagian 2. Edisi ke-1. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 1994
4.Apley’s System of Orthopaedics and Fractures. 8th edition. Oxford University Press Inc. New York. 2001
5.David Sutton. Text book of Radiology and imaging. Volume 2. Seventh edition.
6.Sylvia A. Price dan Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 2. EGC. Jakarta. 2006
7.Skinner H. Current Diagnosis and Treatment in Orthopedics. New Hampshire : Appleton & Lange ; 2003
8.Sjahriar Rasad. Radiologi Diagnostik. Edisi kedua. Departemen Radiologi FK-UI RSCM. Jakarta.2005
15
9.Reksoprojo.S: Editor; Pusponegoro.AD; Kartono.D; Hutagalung.EU; Sumardi.R; Luthfia.C; Ramli.M; Rachmat. KB; Dachlan.M. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Penerbit Bagian Ilmu Bedah FKUI/RSCM; Jakarta.1995
10. Dyah Nuswantari.1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. EGC. Jakarta