ornamen dayak kenyah desa pampang pada ...digilib.isi.ac.id/3921/7/jurnal ta reza pradinata.pdfpada...
TRANSCRIPT
ORNAMEN DAYAK KENYAH DESA PAMPANG PADA
TAS KULIT WANITA
JURNAL PENCIPTAAN
Reza Pradinata
NIM 1310019422
TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI S-1 KRIYA SENI
JURUSAN KRIYA SENI FAKULTAS SENI RUPA
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
2018
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
2
Naskah Jurnal ini telah diterima oleh Tim Pembimbing Tugas Akhir Jurusan Kriya,
Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, pada tanggal 22 Januari
2018.
Pembimbing I/Anggota
Toyibah Kusumawati, M. Sn
NIP 19710103 199702 2 001
Pembimbing II/Anggota
Nurhadi Siswanto, M. Phil
NIP 19770103 200604 1 001
Ketua Jurusan/Ketua Program Studi
S-1 Kriya Seni/Anggota
Dr. Ir. Yulriawan Dafri, M.Hum
NIP 19620729 199002 1 001
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
3
ORNAMEN DAYAK KENYAH DESA PAMPANG PADA TAS KULIT
WANITA
Oleh: Reza Pradinata
INTISARI
Tugas Akhir ini berangkat dari ketertarikan untuk melestarikan dan
mempublikasikan ornamen Dayak Kenyah yang indah dengan kerumitan dan
keunikan bentuknya, serta bertujuan untuk mengekspresikan ornamen Dayak
Kenyah sebagai sumber ide inspirasi penciptaan karya seni kulit. Karya seni kulit
yang diciptakan oleh penulis memvisualisasikan ornamen Dayak Kenyah ke dalam
bentuk tas wanita. Pendekatan yang diterapkan dalam karya seni kulit ini adalah
pendekatan estetika dan ergonomi. Kedua pendekatan tersebut digunakan untuk
memperindah dan mewujudkan konsep kenyamanan dalam menyampaikan makna
karya maupun unsur fungsi karya kepada penikmat seni.
Penciptaan karya ini menggunakan media kulit nabati yang telah
divisualisasikan dalam bentuk tas wanita. Teknik dalam pembuatan karya kulit
melalui beberapa tahapan proses. Proses tersebut diawali dengan menggunakan
teknik jahit tangan, jahit mesin, jahit silang, tatah timbul dan teknik pewarnaan
usap, semprot, serta kuas.Tahap selanjutnya finishing serta pembersihan kulit dari
lem dan sisa-sisa benang.
Hasil yang dicapai dari proses penciptaan karya seni kulit ini menghasilkan
tujuh karya kulit. Karya tas kulit wanita yang diciptakan oleh penulis mengarah
pada bentuk-bentuk tas wanita dengan berbagai bentuk dasar bangun ruang, serta
pewarnaan yang mengacu pada warna-warna ornamen Dayak Kenyah itu sendiri
yang bersifat kontras, namun lebih dimainkan dengan nuansa vintage klasik.
Kata kunci: desa pampang, ornamen dayak kenyah, tas kulit wanita
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
4
THE ORNAMENTS OF DAYAK KENYAH PAMPANG VILLAGE
ON WOMEN LEATHER BAG
By: Reza Pradinata
ABSTRACT
Dayak Kenyah ornament was selected as the source of idea creation of the
leather artwork. The Dayak Kenyah ornament posseses unique and complexity
characteristic to be visualized in the form of woman leather bag. The leather
artwork created applied aesthetic and ergonomic approach. The approaches were
applied to enhance the aesthetic of artwork visualization and to pleasure of artwork
meaning or function to the art lovers.
The leather works used phyto leather to be visualized in the form of woman
leather bag. The process of leather artwork was done through some stages. The
process began with forming process using following techniques: hand sewing,
sewing machines, crosslinking, embossing, stain, spray, and brush. The following
processes were cleansing the leather.
The leather work exposed expressions from various characteristics of the
Dayak Kenyah ornament in the form of woman leather bag. The characterictics of
Dayak Kenyah ornament were also visualized in basic form of geometry. The
woman leather bag staining refers to Dayak Kenyah ornament with bright colors
to expose classic feel impression.
Keywords: pampang village, dayak kenyah ornament, leather bag of women
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
5
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Penciptaan
Nusantara yang membentang luas dari Sabang sampai Merauke
memiliki keanekaragaman budaya, serta citra keunikan yang ada dalam
setiap daerahnya. Salah satunya adalah ragam hias atau sering disebut
dengan ornamen. Ragam hias atau ornamen tradisional merupakan kesatuan
berbagai macam pola ragam hias dari suku-suku yang telah membudaya dan
melekat sehingga menjadi identitas di daerah tersebut. Hal tersebut dapat
diamati salah satunya melalui corak maupun gaya ornamen yang
dipengaruhi oleh wilyah dan kebudayaan internal maupun eksternal. Secara
umum dapat diketahui, bahwa hampir setiap suku yang mendiami daerah
tertentu akan mewariskan berbagai hasil karya seni ornamen yang menjadi
ciri khasnya yang masih lestari hingga kini. Sejauh ini karya seni ornamen
yang menjadi warisan masa lampau, seringkali dikembangkan dan
dimanfaatkan oleh seniman tertentu. Salah satunya untuk membuktikan
kemampuan, kreativitas, dan keterampilan seorang seniman dalam
menciptakan karya seni.
Keunikan ragam hias pada masing-masing daerah menarik untuk
dieksplorasi. Karya ini dibuat dengan sumber ide dari ornamen Dayak
Kenyah yang berada di wilayah Kalimantan Timur, dengan karakter rumit
sekaligus kaya warna. Suku Dayak Kenyah merupakan rumpun Kenyah-
Kayan-Bahau yang berasal dari dataran tinggi Usun Apau, daerah Baram,
Sarawak. Pergerakan suku ini menuju ke hilir sampai ke daerah Mahakam
dan akhirnya sebagian menetap di Desa Pampang, Kota Samarinda Utara,
Kalimantan Timur. Keberadaan ragam hias atau ornamen suku Dayak
Kenyah yang khas akan bentuk sulurnya, dapat dijadikan media untuk
mengangkat citra ornamen asal Kalimantan Timur sekaligus menjadi titik
penting pada penciptaan karya seni ini.
Kebudayaan merupakan aset terbesar Nusantara dan warisan dari
peninggalan nenek moyang yang harus dijaga kelestariannya, sampai
bergulir pada generasi seterusnya. Hal tersebut menggiring timbulnya
gagasan untuk ikut andil dalam melestarikan ornamen suku Dayak Kenyah
yang ada di Kalimantan Timur. Hal tersebut menjadi bentuk kepedulian
terhadap ornamen asal daerah sendiri dan identitas sebagai seseorang yang
memiliki kebudayaan asal Kalimantan Timur.
Karya yang diciptakan adalah benda fungsional berupa tas wanita,
benda penting yang secara umum di era fashionable ini hampir seluruh
wanita memilikinya untuk dijadikan aksesoris favorit, pelengkap
penampilan saat bepergian, maupun sebagai benda koleksi. Alasan lain ialah
tas wanita sebagai objek karya seni terwujud dengan harapan karya seni ini
dapat menjadi suatu karya yang tidak hanya dinikmati sesaat akan unsur-
unsur keindahannya saja, namun karya seni yang terlahir sesuai dengan
kaidah fungsinya. Tas memiliki berbagai macam jenis menurut fungsinya
antara lain tas kerja, tas sekolah, tas olahraga, tas pesta, tas santai, dan tas
untuk bepergian dengan penyesuaian kebutuhannya masing-masing. Selain
itu, berbagai model tas memiliki variasi mulai dari bentuk, warna, hingga
tas yang memilik kaidah unsur seni. Bentuk-bentuk tas saat ini bukan hanya
ditujukan pada aspek fungsional saja, melainkan ditambah dengan
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
6
penonjolan aspek desain. Begitupun dalam penciptaan karya ini, aspek
desain tas dan ornamen Dayak Kenyah sebagai unsur estetis karya,
dihadirkan sebagai daya tarik penciptaan karya seni tersendiri.
Penciptaan karya yang diwujudkan adalah jenis tas santai seperti
Satchel Bag, Crossbody, Field Bag, dan Bucket atau Pouch Bag yang pada
umumnya memiliki ukuran sedang dan bentuknya bermacam-macam, mulai
dari persegi, lingkaran, setengah lingkaran, tabung dan lainnya. Tali yang
diterapkan pada tas memiliki satu macam tipe yaitu tali berukuran panjang
dengan penggunaan dislempangkan. Penciptaan karya seni ini di dalamnya
menegaskan berbagai bentuk pengembangan desain tas wanita yang
dikolaborasikan dengan stilisasi ornamen Dayak Kenyah dan teknik tatah
timbul sebagai teknik dasarnya. Teknik dan konsep pada karya ini pun
merupakan titik perbedaan dengan karya-karya sebelumnya. Hal ini
mendorong penulis untuk menerapkan ornamen Dayak Kenyah sebagai
point of interest dalam karya tas kulit wanita.
2. Rumusan/ Tinjauan Penciptaan
a. Rumusan Penciptaan
1) Bagaimana proses kreatif dan hasil penciptaan tas kulit wanita
dengan sumber ide ornamen Dayak Kenyah?
2) Tas wanita jenis apa saja yang dapat diciptakan dengan
menggunakan ornamen Dayak Kenyah?
b. Tujuan Penciptaan
1) Menciptakan karya seni tas kulit wanita dengan sumber ide ornamen
Dayak Kenyah.
2) Menciptakan tas kulit wanita dengan berbagai bentuk jenis tas.
3. Teori dan Metode Penciptaan
a. Sumber Penciptaan
Objek yang dipilih sebagai sumber ide adalah ornamen Dayak
Kenyah yang ada di desa Pampang, Kalimantan Timur. Motif yang dipilih
ialah motif selawit dan motif burung enggang. Dibandingkan dengan suku
Dayak lainnya, Dayak Kenyah terkenal karena memiliki ukiran ornamen
dengan warna-warna yang terang dan kontras, sehingga membuat ukirannya
sangat menonjol dan mudah diingat. Ukiran ornamen Dayak Kenyah
memiliki berbagai macam bentuk, antara lain motif binatang seperti naga,
macan, anjing, dan burung enggang yang dilengkapi dengan motif sulur
menyerupai bentuk daun, dan bunga atau biasa disebut dengan motif
selawit. Selain itu ada juga motif berbentuk manusia yang digambarkan
sebagai nenek moyang mereka (Alfais, 2006: 36).
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
7
Ornamen suku Dayak Kenyah memiliki berbagai macam bentuk,
namun bentuk ornamen yang akan digunakan sebagai sumber penciptaan
karya seni adalah motif yang menjadi ciri khas pada ornamen suku Dayak
Kenyah. Motif tersebut adalah motif burung enggang dan motif selawit.
Motif selawit merupakan motif yang bentuknya menyerupai daun maupun
bunga. Memiliki ciri bulatan putih dan dihubungkan dengan garis lengkung
yang saling menyambung dan saling terikat. Ukiran selawit sering terlihat
pada ukiran ornamen suku Dayak Kenyah sehingga bentuk ukiran ini
menjadi ciri khas dari ukiran motif Dayak Kenyah. Keberadaan motif
selawit yang saling di hubungkan dalam masyarakat Dayak Kenyah,
menjadi simbol keturunan masyarakat Dayak yang tiada putus-putusnya
dapat mempersatukan masyarakat suku Dayak. Ornamen bunga berbentuk
lingkaran berwarna putih dan garis lengkung yang saling berhubungan
melambangkan tiap-tiap kepala suku dan sub suku yang ada di Kalimantan
saling terikat. Keberadaan motif ini mengajarkan tentang persaudaraan
(Tulistiantoro et al., 2014: 292).
Burung Enggang merupakan salah satu burung langka yang berasal
dari Kalimantan, dan tersebar di kawasan Asia maupun Afrika dengan
jumlah kurang lebih 57 spesies. Salah satu jenis burung yang terkenal dari
suku Dayak Kalimantan adalah sejenis Enggang Gading. Burung yang lebih
dikenal dengan Rangkong Gading oleh masyarakat Kalimantan. Burung
Enggang Gading ini memiliki ukuran yang besar, sayapnya lebar dan kuat,
ekornya panjang hingga melebihi ukuran tubuhnya serta warna putih dan
garis hitam yang khas di ekornya. Ciri-ciri yang paling menonjol dan khas
dari burung ini adalah paruhnya yang besar dan bertanduk seperti tanduk
sapi bewarna kuning kemerahan. Selain itu burung ini juga dianggap burung
yang setia terhadap pasangannya.
Burung Enggang pun menjadi lambang dan simbol bagi suku Dayak.
Pemilihan burung Enggang sebagai lambang dan simbol oleh masyarakat
suku Dayak disebabkan karena burung tersebut indah dengan paruh
bertanduk atau cula ini memiliki karakter istimewa. Bagi orang Dayak,
Enggang menjadi simbol seorang pemimpin yang ideal, yakni bijaksana
karena burung Enggang terbang dan hinggap di gunung-gunung dan
pepohonan yang tinggi. Sayapnya yang tebal dan indah menggambarkan
pemimpin yang melindungi rakyatnya. Suaranya yang keras hingga
terdengar kemana-mana menyimbolkan perintah pemimpin yang selalu
didengar oleh rakyatnya. Ekornya yang panjang menjadi tanda kemakmuran
rakyatnya. Burung besar ini juga menjadi lambang kesetiaan dan kerukunan,
hal ini dikarenakan sifat burung Enggang yang cara hidupnya unik. Burung
Enggang hidup berpasang-pasangan dan tidak dapat hidup tanpa
pasangannya. Secara keseluruhan, burung Enggang menyimbolkan watak
seorang pemimpin yang dicintai oleh rakyatnya dan juga burung Enggang
dianggap sebagai lambang perdamainan dan persatuan (Janah, 2016: 45).
b. Teori Penciptaan
Penciptaan karya-karya ini, menggunakan beberapa teori dasar
sebagai pendekatan penciptaan karya. Untuk mencapai adanya nilai-nilai
estetis di dalam karya, digunakan pendekatan estetika formalis di dalam
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
8
penciptaan karya-karya ini. Hal ini mengacu pada pendapat Djelantik yang
menyebutkan bahwa ilmu estetika adalah suatu ilmu yang mempelajari
segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan, mempelajari semua aspek
dari apa yang kita sebut keindahan. Istilah estetika berasal dari kata Yunani,
yaitu “Aethanomai” yang berarti menikmati (Djelantik, 1999: 7).
Berbicara estetika dengan seni, diungkapkan oleh Nyoman Kutha
Ratna dalam bukunya Junaedi yang berjudul Estetika: Jalinan Subyek,
Objek, dan Nilai. Bahwa seni dapat dibahas dari persoalan bentuk, fungsi,
maupun makna (Ratna via Junaedi, 2013: 38). Marcia Muelder Eaton dalam
bukunya Junaedi tersebut menyebutkan pula bahwa bentuk merupakan hal
yang dapat ditampilkan secara langsung serta dipersepsi, sedangkan fungsi
terkait dengan kegunaannya dalam kehidupan manusia. Makna merupakan
hal abstrak yang dijabarkan atau disampaikan oleh bentuk. Melalui ketiga
hal tersebut, bentuk merupakan bagian yang paling terkait dengan persoalan
estetis; fungsi merupakan bagian yang tidak terlalu banyak bersentuhan
secara langsung dengan estetika; dan makna begitu kerap membayang-
bayangi persoalan estetika (Eaton via Junaedi, 2013: 38-39).
Untuk mewujudkan karya seni yang sesuai dengan kaidah fungsinya,
digunakan pendekatan ergonomi di dalam penciptaan karya-karya ini. Hal
ini berhubungan dengan berbagai macam produk pakai yang dirancang
untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagai pengguna untuk memaksimalkan
fungsi dari produk tersebut, produk yang dihasilkan harus memenuhi
keselamatan dan kenyamanan terhadap produk dengan penggunanya sesuai
dengan fungsi produk tersebut, sehingga dibutuhkan produk dengan
ergonomi yang memiliki tingkat kenyamanan sesuai kegiatan manusia.
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari sifat,
kemampuan, dan keterbatasan manusia (Sutalaksana, 2006: 72), dimana
secara hakiki akan berhubungan dengan segala aktifitas manusia yang
dilakukan untuk menunjang kebutuhannya. Tas-tas yang dihasilkan pada
dasarnya merupakan perwujudan terhadap pemenuhan keinginan manusia
sebagai pengguna tas tersebut. Penggunaan tas tersebut akan melahirkan
keinginan manusia yang secara alamiah dapat memunculkan keinginan dan
harapan terhadap tasnya yang dipakai selaras dengan konsep ergonomi.
Konsep ergonomi harus dijadikan sebagai kerangka dasar dalam penciptaan
karya seni fungsional sehingga diharapkan hasil karya seni tersebut
memiliki nilai tambah yang dapat meningkatkan manfaat bagi
penggunanya.
Penerapan ergonomi pada karya seni tas wanita yang diciptakan
berupa ukuran karya tas yang tidak terlalu besar. Ukuran tas akan
disesuaikan dengan jenis tas yaitu tas santai bertali slempang. Tas yang tidak
terlalu besar akan lebih nyaman ketika dibawa bepergian, sehingga
pengguna tidak terlalu terbebani saat tas tersebut digunakan. Pemilihan
bahan untuk kenyamanan sebuah karya seni yang diciptakan juga penting,
mulai dari pemilihan bahan dasar kulit dan penjahitan yang kuat, sehingga
karya seni yang diciptakan tahan lama dan aman untuk menyimpan barang
bawaan yang berharga.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
9
Untuk melihat penggunaan karya ini ketika diterapkan pada tubuh
manusia, digunakan teori anthropometri (anthropometry), ialah ilmu yang
mempelajari seluk-beluk ukuran anggota tubuh manusia yang secara umum
memuat hasil perhitungan terhadap sejumlah orang yang telah dijadikan
contoh atau sample yang kemudian dinyatakan dalam bentuk data statistik
(Palgunadi: 2008, 61-62).
Hasil antropometri, secara umum akan menghasilkan suatu batasan
desain atau disebut juga sebagai design constrain yang berkaitan erat dengan
ukuran atau dimensi produk yang biasanya berhubungan secara langsung
dengan tubuh manusia, khususnya dalam pengoperasian maupun
penggunaannya (Palgunadi, 2008: 70). Teori ini membantu penulis dalam
menentukan kesesuaian ukuran antara tas dengan anggota tubuh manusia,
sehingga proporsi antara ukuran tas dan tubuh manusia seimbang.
Antropometri disini juga dikaitkan dengan ergonomi dalam kenyamaan
produk pada bentuk ukuran atau dimensi produk secara keseluruhan.
Tujuan awal yang ingin menonjolkan pada bagian desain, meminjam
istilah Sumadi bahwa desain merupakan pola perancangan yang dijadikan
dasar pembuatan suatu benda yang akan diciptakan (Sumadi, 1991: 9). Desain
dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia adalah kata lain dari designare, yang
menggambarkan secara umum pengertian proses pembuatan sketsa atau
rancangan pada suatu karya seni (Setiawan, 2004: 309). Diungkapkan oleh
Beta, bahwa desain merupakan proses kreatif ketika memecahkan masalah
suatu dalam suatu persoalan yang menyangkut perancangan suatu objek yang
bersifat fungsional atau estetis serta melihat aspek teknis, fungsi, material,
tanpa melepaskan unsur warna, garis, tekstur, keseimbangan komposisi, dan
bentuk” (Beta, 2008: 5). Menciptakan suatu karya seni hendaknya
memperhatikan pertimbangan komposisi yang terdiri dari: harmoni, kontras,
unity, balance, simplicity, aksentuasi dan proporsi” (Sachari, 2004: 68).
Untuk melihat dan memahami bentuk ornamen Dayak Kenyah,
dilakukan peninjauan tentang ornamen. Ornamen berasal dari kata
“ORNARE” (bahasa latin) yang berarti menghias. Ornamen juga berarti
“dekorasi” atau hiasan, sehingga ornamen sering disebut sebagai disain
dekoratif atau disain ragam hias. Ornamen dalam Ensiklopedia Indonesia
adalah setiap hiasan bergaya geometrik atau bergaya lain, ornamen dibuat
pada suatu bentuk dasar dari hasil kerajinan tangan (perabot, pakaian dan
sebagainya) dan arsitektur (Gustami, 2008: 3).
Ornamen adalah komponen produk seni yang ditambahkan atau
sengaja dibuat untuk tujuan sebagai hiasan. Disamping tugasnya menghiasi
yang implisit menyangkut segi-segi keindahan, misalnya untuk menambah
indahnya sesuatu barang sehingga lebih bagus dan menarik, akibatnya
mempengaruhi pula dalam segi penghargaannya, baik dari segi spiritual
maupun segi material / finansialnya. Tugas atau fungsi seni ornamen ialah
menghiasi suatu objek, sehingga apabila seni ornamen itu dilekatkan,
diletakkan, atau diterapkan pada benda lain, akan menambah nilai benda yang
dikenainya (Gustami, 2008: 4).
Konsep pembuatan ornamen Dayak Kenyah yang ada pada karya ini
dilakukan dengan menggunakan konsep stilirisasi. Stilirisasi atau gubahan
ialah pembuatan motif ornamen dengan cara melakukan gubahan atau
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
10
merubah bentuk tertentu, dengan tidak meninggalkan identitas atau ciri khas
dari bentuk yang digubah/distilirisasi, atau dengan menggayakan bentuk
tertentu menjadi karya seni ornamen. Bentuk-bentuk yang dijadikan inspirasi
adalah binatang dan tumbuhan. Stilisasi yang diterapkan pada karya ini
dengan menggubah bentuk tumbuhan maupun hewan yang sedikit bergeser
dari bentuk pakemnya, namun tidak menghilangkan sifat geometris yang ada
pada ornamen itu sendiri.
Dilakukan pula tinjauan terhadap tas untuk memahami berbagai jenis
tas yang ingin dibuat khususnya dengan bentuk dasar bangun ruang. Tas
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi Ketiga (2001: 1146),
yaitu kemasan atau wadah berbentuk persegi dan sebagainya. Biasanya
bertali, di pakai untuk menaruh, menyimpan, atau membawa sesuatu. Tas
merupakan semua hal yang digunakan seperti kemasan untuk menyimpan dan
membawa barang bawaan.
Tas mulai dikenal setelah Perang Dunia Kedua, dimana pada zaman
itu banyak iklan di majalah yang mengenalkan tas dengan berbagai model dan
gaya. Lambat laun tas menjadi semakin terkenal dan banyak orang yang suka
memakainya. Walaupun begitu dari masa ke masa, tas mengalami
perkembangan dari segi banyak hal mulai dari bentuk, fungsi dan sebagainya.
Tas masa kini dapat dikatakan jauh berbeda dengan tas pada masa - masa
sebelumnya. Apabila dulu tas secara umum dikenal dengan fungsinya sebagai
wadah, akan tetapi kini tas mengalami pergeseran fungsi. Masa kini tas dapat
berfungsi sebagai alat untuk menunjukkan status sosial. Misalnya dengan
mengenakan tas yang bermerek terkenal, pemilik tas akan merasa bahwa
status sosialnya telah naik. Bahkan demi tampil stylish, pada masa kini
banyak orang yang membeli tas branded dengan harga puluhan sampai
ratusan juta rupiah.
Gambar 1. Macam-macam Tas Kulit Wanita
(Sumber: https://id.pinterest.com/pin/528187862522941953/,
diakses 24 April 2017, pukul 22:44 WIB)
Arti tas bagi wanita adalah sebuah fashion. Tas merupakan benda yang
selalu dibawa kemanapun mereka pergi, namun walaupun begitu, pria pun
saat ini tidak kalah fashion dengan wanita. Bagi mereka (penggemar koleksi
tas), tas merupakan penunjang penampilan dan juga sudah menjadi barang
wajib di bawa setiap saat. Beberapa jenis tas menurut fungsinya yang
disesuaikan dengan kebutuhan, diantaranya tas kerja, tas sekolah, tas olahraga
(sport), tas pesta, tas santai, tas untuk bepergian (travel bag), serta ada
berbagai macam tas wanita menurut modelnya, diantaranya Backpack,
Baguette, Barrel Bag, Bucket/Pouch, Clutch, Crossbody, Envelope, Field
Bag, Hobo, Kelly Bag, Jelly Kelly Bag, Massenger, Minaudiere, Mini Bag,
Satchel, Shoulder, Flap, Frame, Tote Bag dan Wristlet.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
11
c. Metode Penciptaan
Metode dasar penciptaan yang digunakan adalah metode “3 tahap 6
langkah” milik Gustami. Dasar dari metode ini adalah eksplorasi, Tahapan
eksplorasi dilakukan dengan mengumpulkan data-data referensi ornamen
Dayak Kenyah dan desain tas wanita. Proses eksplorasi dilakukan dengan
pencarian berbagai macam referensi ornamen Dayak Kenyah dan berbagai
macam bentuk tas wanita melalui buku, internet, majalah, tugas-tugas
terdahulu dan literatur lainnya. Proses ini juga dilakukan dengan menentukan
teori yang akan digunakan dan menganalisa referensi tema yang terkait
sebagai data acuan untuk memberikan ide atau gambaran melalui imajinasi
terhadap konsep karya yang akan diciptakan. Tahapan kedua adalah
perancangan karya yang meliputi memvisualisasikan hasil dari deskripsi data
ke dalam bentuk alternatif desain dua dimensi (sketsa) dan langkah
memvisualisasikan gagasan dari rancangan sketsa terpilih ke dalam gambar
desain sehingga memberikan acuan gambaran yang akurat dalam
perwujudannya. Proses ini pun memuat langkah stilisasi ornamen Dayak
Kenyah baik yang berbentuk hewan maupun tumbuhan. Ketiga ialah proses
perwujudan, ialah mewujudkan desain atau rancangan yang terpilih menjadi
karya sebenarnya. Berawal dari mempersiapkan bahan, membuat prototipe,
membuat pola, memindah pola ke kulit, memotong kulit, pewarnaan, merakit,
hingga finishing dan langkah penilaian/evaluasi hasil perwujudan perihal
kesesuaian ide dan wujud karya seni ditinjau dari segi tekstual maupun
kontekstual (Gustami, 2007: 329).
B. Hasil dan Pembahasan
1. Data Acuan dan Rancangan
Proses penciptaan karya ini menggunakan data-data acuan visual
yang telah disesuaikan dengan landasan tekstual yang telah ditentukan
sebelumnya. Data acuan ini diperoleh dari beberapa sumber, diantaranya dari
buku dan internet. Bentuk visual data acuan yang digunakan oleh penulis
diantaranya ornamen suku Dayak Kenyah, desain dari berbagai jenis tas, dan
warna yang ada pada acuan tersebut.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
12
Data-data visual yang telah dipilih tersebut kemudian dikumpulkan
dan dianalisis secara visual dan struktur rangkaiannya sehingga menjadi
desain rancangan.
2. Proses
Proses pembentukkan karya ini menggunakan teknik tatah timbul,
jahit mesin, jahit tangan (manual), jahit hias yang menjadi nilai orisinalitas
dan ekslusif pada karya ini, serta penerapan warna. Bahan dan alat yang
digunakan ialah kulit nabati, pewarna kulit, benang jahit, ritsleting, gesper,
ring kotak, ring bulat, lem, kain suet, dan alat-alat lain yang diperlukan dalam
proses pembuatan karya. Sebelum mewujudkan karya yang sesungguhnya,
terlebih dahulu dibuat prototipe yang hanya diterapkan pada karya I dan IV,
karena karya tersebut berbentuk dasar tabung yang sifatnya lebih rumit.
Untuk pembuatan pola, disesuaikan dengan desain tas. Pola terlebih dahulu
dibuat dikertas, kemudian dipindah ke kulit menggunakan tinta perak/uncek.
Pola yang sudah dipindahkan ke kulit, selanjutnya dipotong dan digosok
dengan tujuan memadatkan pori-pori sehingga kulit terlihat halus.
Kulit yang sudah dipotong, diberi gambar ornamen dengan
menggunakan teknik jiplak (blat). Untuk memunculkan bentuk gambar
ornamen pada kulit, dilakukan proses penatahan dengan teknik tatah timbul,
sedangkan proses pewarnaan dan finishing warna menggunakan teknik
semprot, teknik kuas, dan teknik tapping (usap). Bersamaan dengan hal
tersebut, dilakukan proses penyesetan kulit, untuk menjaga lipatan kulit agar
tidak terlalu menonjol dan memudahkan proses pelubangan kulit untuk
dijahit. Potongan pola yang sudah diwarna maupun dijahit, dirakit untuk
dijadikan karya, kemudian karya di finishing dengan cara dibersihkan dari
goresan, lem, maupun kotoran debu sebagai tujuan penyempurnaan karya.
3. Hasil
Gambar 2. Data Acuan
Gambar 3. Sketsa Rancangan
Gambar 4. Hasil Karya
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
13
Penciptaan karya tugas akhir bertemakan ornamen Dayak Kenyah
ini merupakan karya-karya kulit yang diciptakan dengan mewujudkan sebuah
karya seni tas kulit wanita berbasis fungsi dengan bentuk dasar bangun-
bangun ruang yang menonjolkan desain dan ornamen. Penggabungan desain
tas modern dengan ornament yang bersifat klasik dengan tujuan untuk
memunculkan kesan simple dan unik. Penciptaan karya tas kulit wanita ini
mempertimbangkan segi kenyamanan dan keindahan ornamen yang
diterapkan pada tas tersebut. Oleh karena itu diterapkan pendekatan
ergonomi, estetika, dan anthropometri. Pendekatan ini digunakan untuk
beberapa tujuan, diantaranya untuk mencapai kesesuaian fungsi tas ketika
diterapkan pada manusia dan kaidah elemen seni rupa untuk menghadirkan
nilai keindahan terhadap karya.
Setiap karya berbicara dengan bentuk, warna, teknik, hiasan serta
ragam bahasa visual yang bisa jadi menandakan karakter senimannya sebagai
media untuk berekspresi. Hal ini tergambar melalui bentuk tas kulit wanita
yang cenderung bersifat kontemporer, dengan menggunakan bahan kulit
nabati yang lebih menonjolkan ornamennya dan diterapkan sebagai point of
interest pada setiap body tas. Setiap karya terwujud dari penglihatan seniman
terhadap berbagai fenomena yang terjadi dalam lingkup suku Dayak Kenyah.
Warna yang diterapkan dalam setiap karya, menggunakan warna-warna
pakem dari ornamen suku Dayak Kenyah yang bersifat kontras, yang
dimainkan dengan value nuansa klasik. Sehingga lebih terlihat sebuah produk
karya seni yang memiliki nilai maupun unsur-unsur estetika.
Karya I memiliki judul “Flower of Kenyah”. Ditinjau dari
pendekatan estetika dan ergonomi, karya ini memiliki dominasi warna coklat
dan berbentuk silindris dengan hiasan motif selawit yang distilisasi
menyerupai bunga. Motif ini berasal dari bentuk dasar tumbuhan pakis yang
daunnya masih muda dan bentuknya melingkar. Tas ini khusus untuk
dislempangkan, dan cocok untuk bersantai. Ornamen yang diterapkan
sebagian direpetisi dan memiliki point of interest pada bagian penutupnya.
Tas ini memiliki dimensi yang cocok dikenakan bagi wanita yang memiliki
postur tubuh yang cukup tinggi. Kancing yang digunakan pada bagian
penutup menggunakan magnet yang fleksibel ketika dibuka atau ditutup dan
tas cukup aman untuk menyimpan barang-barang berharga.
Karya II memiliki judul “Flower From Borneo” merupakan karya
dengan bentuk dasar lingkaran sekaligus memiliki susunan (unity) cukup
sempurna, dengan penerapan tali anyam untuk menonjolkan salah satu
Gambar 5. Karya I Gambar 6. Karya II Gambar 7. Karya III
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
14
identitas suku Dayak yang familiar dengan kegiatan anyam menganyam.
Ornamen yang diterapkan merupakan stilisasi dari motif selawit berupa
lengkungan-lengkungan berbentuk seperti bunga serta memiliki complexity
pada bagian penatahan dan penjahitan. Stilisasi berbentuk bunga pada tas ini
untuk menyelaraskan desain tas wanita, sehingga kombinasi desain tas, warna
dan ornamen tersebut terlihat feminim dan berkesan klasik. Cocok dikenakan
bagi wanita yang memiliki postur sedang, maupun tinggi.
Karya III memiliki judul “The Beautiful Hornbill Wings” karya ini
terinspirasi ketika penulis melihat fenomena burung Enggang yang selalu
diburu dan dipenggal kepalanya untuk kepentingan golongan tertentu. Bentuk
dari karya ini merupakan stilisasi bentuk badan burung Enggang tanpa kepala.
Warna yang ingin ditonjolkan lebih mengarah pada warna natural, dalam arti
murni dari warna kulit itu sendiri. Burung Enggang tanpa kepala
divisualisasikan pada bagian penutup tas. Tas ini cocok dikenakan bagi wanita
yang memiliki postur yang cukup tinggi maupun sedang, sekaligus bagian
talinya bisa dipanjangkan maupun dipendekkan serta penerapan kain suet
sebagai lapisan, agar tekstur terasa lembut ketika dislempangkan.
C. Kesimpulan
Karya tas kulit wanita ini merupakan karya seni kulit yang
menerapkan ornamen Dayak Kenyah pada bagian badan tas sebagai hiasan
utama. Hal ini cukup unik, karena sangat sedikit ditemukan sebuah tas kulit
wanita yang bermotifkan ornamen Dayak Kenyah. Proses pembuatan karya ini
merupakan hasil dari proses kontemplasi seniman. Hal ini tidak lepas dari
lingkungan dan peristiwa yang terjadi disekitarnya selama ini, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Berawal dari ketertarikan penulis terhadap ornamen Dayak Kenyah
yang dirasa cukup unik dan indah dengan variasi warna-warna kontras,
mendorong penulis untuk menelaah lebih jauh tentang ornamen suku Dayak
Kenyah, sehingga penulis dapat menciptakan sebuah karya tas kulit wanita
yang memiliki nilai keindahan dengan balutan kaidah seni rupa di dalamnya.
Perjalanan proses penciptaan ini mengurai serta mengasah kreatifitas penulis
dalam memadukan bentuk, memahami bahan, melatih eksperimentasi warna
serta kepekaan lainnya dalam mengenali elemen-elemen seni rupa yang
menjadi wajah bagi setiap karya.
Penciptaan karya ini pun merupakan salah satu langkah bagi penulis
untuk melestarikan ornamen Dayak Kenyah. Selain itu sebagai bentuk
apresiasi terhadap budaya sendiri. Karya yang diciptakan sebagian besar
berbentuk tas kulit wanita dari pengembangan berbagai bentuk dasar bangun
ruang yang disesuaikan dengan imajinasi penulis. Jenis-jenis tas wanita yang
diciptakan melalui sumber ide ornamen Dayak Kenyah ini diantaranya jenis tas
Satchel Bag, Crossbody, Field Bag dan Bucket atau Pouch Bag. Warna yang
digunakan mengadopsi warna-warna kontras ornamen suku Dayak Kenyah,
yang dihadirkan dengan sifat nuansa klasik. Sedangkan mengenai bentuk,
secara keseluruhan menggambarkan watak, kultur, dan sifat orang-orang suku
Dayak kepada sesama sukunya.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
15
Daftar Pustaka
Alfais, Fatich. (2006), Alam Lestari & Kearifan Budaya Dayak Kenyah,
Pustaka Siar Harapan, Jakarta
Beta, L., “Penerapan Multi Image Pada Desain Alas Kaki Wanita”, Tugas
Akhir Penciptaan S1 Program Studi Desain Produk, Institut Teknologi
Bandung, 2008
Djelantik, A.M. (1999), Estetika Sebuah Pengantar, Masyarakat Seni
Pertunjukan Indonesia, Bandung
Janah, Ulum & Ennita Yusfa Nurlina. (2016), Dayak Kenyah Pampang, Seni
Budaya Kalimantan Timur, Sibuku, Yogyakarta
Junaedi, Deni. (2013), Estetika Jalinan Subjek, Objek, dan Nilai, ISI
Yogyakarta, Yogyakarta
Palgunadi, Bram. (2008), Disain Produk 3: Mengenal Aspek Disain, ITB,
Bandung
Pusat Bahasa. (2001), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-3, Balai
Pustaka, Jakarta
Sachari, Agus. (2004), Seni Rupa Dan Desain, Gelora Aksara Pratama
Erlangga, Jakarta
Setiawan, B. (2004), Ensiklopedia Nasional Indonesia, PT. Delta Pamungkas,
Jakarta
Sp, Gustami. (2007), Butir-Butir Mutiara Estetika Timur, Prasista, Yogyakarta
Sp, Gustami. (2008), Nukilan Seni Ornamen Indonesia, Jurusan Kriya Fakultas
Seni Rupa, Yogyakarta
Sutalaksana & Iftikar Z. (2006), Teknik Perancangan Sistem Kerja, ITB,
Bandung
Tulistyantoro, Lintu, (ed.),“Kajian Semiotik Ornamen Interior Pada Lamin
Dayak Kenyah: Studi Kasus Interior Lamin Di Desa Budaya Pampang”,
Jurnal Intra, Universitas Kristen Petra, Vol 2, No. 2, Universitas Kristen
Petra,Surabaya, 2014
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta