optimisasi dan pemetaan pembangkit listrik sumber mata air ... filefluida kerja yang digunakan...

20
1 Optimisasi Dan Pemetaan Pembangkit Listrik Sumber Mata Air Panas (Hotspring) dengan Siklus Kalina dan ORC Grano Prabumukti* dan Widodo Wahyu Purwanto 1.Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI, Depok, 16424, Indonesia *Email: [email protected] Abstrak Sumber mata air panas memiliki potensi untuk menghasilkan tenaga terutama di daerah off grid PLN (terpencil). Ada dua siklus biner yang dapat digunakan untuk menghasilkan tenaga dari sumber panas suhu rendah yaitu siklus Kalina dan ORC. Fluida kerja yang digunakan adalah Propana, Propena, R1234yf dan R407a untuk ORC dan Ammonia 85% untuk Siklus Kalina. Simulasi masing-masing siklus untuk tiap fluida kerja dilakukan dengan menggunakan software UNISIM untuk menghasilkan nilai effisiensi dan LCOE dengan mengubah kondisi operasi tekanan masuk turbin, suhu sumber panas dan laju alir sumber panas. Tren nilai effisiensi berbanding terbalik dengan tren nilai LCOE pada pengaruh tekanan masuk turbin. Nilai effisensi terbaik berbeda bergantung pada suhu sumber panas. R1234yf dan Propena dengan konfigurasi basic ORC menghasilkan effisiensi terbaik untuk rentang suhu sumber panas 60 o C - 99 o C. Dari data simulasi, dapat dibentuk persamaan regresi untuk melakukan pemetaan dari tiap lokasi sumber mata air panas. Dari lokasi hotspring, didapat rentang nilai daya 2,1 kWe - 61,3 kWe dan nilai LCOE 99,4¢/kWh -15.9¢/kWh. Lokasi hotspring APSGA 2, Losseng 2, Beang, Kawah Sirung, Pamandian, Kadidia, Pulu 1, Sajau 3 dan Sajau 2 berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut karena memiliki nilai LCOE lebih rendah dari pembangkit diesel termurah. Kata Kunci: Optimisasi, Pemetaan, Mata Air Panas, Siklus Kalina, ORC OPTIMIZATION AND MAPPING OF HOTSPRING POWER GENERATION WITH KALINA CYCLE AND ORC Abstract Hotsprings have the potential to generate power, especially in off grid areas of PLN. There are two binary cycles that can be used to generate power from low temperature heat source, Kalina Cycle and ORC. The working fluids used are Propane, Propene, R1234yf and R407a for ORC and Ammonia 85% for Kalina Cycle. The simulation of each cycle for each working fluid is done by using UNISIM software to produce efficiency and LCOE values by changing turbine inlet pressur, heat source temperature and heat source flow rate. Efficiency value trends are inversely proportional to the trend of LCOE values on the influence of turbine inlet pressure. The best value of efficiency differs depending on the temperature of the heat source. R1234yf and Propena with ORC basic configuration produce the best efficiency for hoto temperature range 60oC - 99oC. From the simulation data, regression equation can be formed to mapping from each hot springs location. From the hotspring location, there is a range of power values of 2.1 kWe - 61.3 kWe and a LCOE value of 99.4 ¢ / kWh -15.9 ¢ / kWh. The hotspring locations of APSGA 2, Losseng 2, Beang, Sirung Crater, Pamandian, Kadidia, Pulu 1, Sajau 3 and Sajau

Upload: vokhanh

Post on 03-Aug-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Optimisasi Dan Pemetaan Pembangkit Listrik Sumber Mata Air ... fileFluida kerja yang digunakan adalah Propana, Propena, R1234yf dan R407a untuk ORC dan Ammonia 85% untuk Siklus Kalina

1

Optimisasi Dan Pemetaan Pembangkit Listrik Sumber Mata Air Panas

(Hotspring) dengan Siklus Kalina dan ORC

Grano Prabumukti* dan Widodo Wahyu Purwanto

1.Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, Kampus Baru UI, Depok,

16424, Indonesia

*Email: [email protected]

Abstrak

Sumber mata air panas memiliki potensi untuk menghasilkan tenaga terutama di daerah off grid

PLN (terpencil). Ada dua siklus biner yang dapat digunakan untuk menghasilkan tenaga dari

sumber panas suhu rendah yaitu siklus Kalina dan ORC. Fluida kerja yang digunakan adalah

Propana, Propena, R1234yf dan R407a untuk ORC dan Ammonia 85% untuk Siklus Kalina.

Simulasi masing-masing siklus untuk tiap fluida kerja dilakukan dengan menggunakan

software UNISIM untuk menghasilkan nilai effisiensi dan LCOE dengan mengubah kondisi

operasi tekanan masuk turbin, suhu sumber panas dan laju alir sumber panas. Tren nilai

effisiensi berbanding terbalik dengan tren nilai LCOE pada pengaruh tekanan masuk turbin.

Nilai effisensi terbaik berbeda bergantung pada suhu sumber panas. R1234yf dan Propena

dengan konfigurasi basic ORC menghasilkan effisiensi terbaik untuk rentang suhu sumber

panas 60oC - 99oC. Dari data simulasi, dapat dibentuk persamaan regresi untuk melakukan

pemetaan dari tiap lokasi sumber mata air panas. Dari lokasi hotspring, didapat rentang nilai

daya 2,1 kWe - 61,3 kWe dan nilai LCOE 99,4¢/kWh -15.9¢/kWh. Lokasi hotspring APSGA

2, Losseng 2, Beang, Kawah Sirung, Pamandian, Kadidia, Pulu 1, Sajau 3 dan Sajau 2

berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut karena memiliki nilai LCOE lebih rendah dari

pembangkit diesel termurah.

Kata Kunci: Optimisasi, Pemetaan, Mata Air Panas, Siklus Kalina, ORC

OPTIMIZATION AND MAPPING OF HOTSPRING POWER GENERATION

WITH KALINA CYCLE AND ORC

Abstract

Hotsprings have the potential to generate power, especially in off grid areas of PLN. There are

two binary cycles that can be used to generate power from low temperature heat source, Kalina

Cycle and ORC. The working fluids used are Propane, Propene, R1234yf and R407a for ORC

and Ammonia 85% for Kalina Cycle. The simulation of each cycle for each working fluid is

done by using UNISIM software to produce efficiency and LCOE values by changing turbine

inlet pressur, heat source temperature and heat source flow rate. Efficiency value trends are

inversely proportional to the trend of LCOE values on the influence of turbine inlet pressure.

The best value of efficiency differs depending on the temperature of the heat source. R1234yf

and Propena with ORC basic configuration produce the best efficiency for hoto temperature

range 60oC - 99oC. From the simulation data, regression equation can be formed to mapping

from each hot springs location. From the hotspring location, there is a range of power values of

2.1 kWe - 61.3 kWe and a LCOE value of 99.4 ¢ / kWh -15.9 ¢ / kWh. The hotspring locations

of APSGA 2, Losseng 2, Beang, Sirung Crater, Pamandian, Kadidia, Pulu 1, Sajau 3 and Sajau

Page 2: Optimisasi Dan Pemetaan Pembangkit Listrik Sumber Mata Air ... fileFluida kerja yang digunakan adalah Propana, Propena, R1234yf dan R407a untuk ORC dan Ammonia 85% untuk Siklus Kalina

2

2 have the potential to be developed in the future as they have lower LCOE value than the

cheapest diesel generators.

Keywords : Optimization, Mapping, Hotspring, Kalina Cycle, ORC

I. Pendahuluan Indonesia merupakan salah satu negara dengan cadangan panas bumi terkaya di dunia

yaitu dengan 40% potensi panas bumi di dunia berada di Indonesia. Namun, pemanfaatannya

saat ini hanya 4,1% dari potensi totalnya. (Nenny, 2013). Sistem panas bumi di Indonesia

umumnya merupakan sistem hidrotermal dengan suhu lebih dari 225°C, hanya beberapa lokasi

yang memiliki suhu antara 125-225°C. Keberadaan sumber hidrotermal dalam perut bumi

biasanya ditandai dengan adanya manifestasi permukaan seperti hot spring, geyser, fumarole,

mud pool, steaming ground dan altered rock. (Nenny, 2013).

Hot spring atau sumber air panas merupakan sumber manifestasi panas yang berpotensi

untuk digunakan sebagai sumber panas untuk menghasilkan daya. Hot spring di Indonesia

biasanya memiliki suhu di bawah 100°C. Selama ini, manifestasi panas bumi dalam bentuk hot

spring di Indonesia, hanya banyak digunakan untuk penggunaan langsung sebagai wisata

pemandian air panas. Padahal, manifestasi hot spring ini juga dapat dimanfaatkan untuk

pembangkit listrik skala kecil. Pembangkit listrik skala kecil ini dapat berguna untuk memasok

kebutuhan listrik pada daerah-daerah yang belum dialiri listrik namun memiliki manifestasi

panas bumi di dekatnya. Pembangkitan listrik menggunakan hot spring sebagai sumber panas

ini dapat dilakukan dengan pembangkit listrik sistem biner. (Pikra, dkk. 2015)

Sistem pembangkitan biner merupakan sistem yang dapat menghasilkan listrik dari

sumber panas dengan suhu rendah. Sistem ini tidak menggunakan air sebagai fluida kerjanya.

Fluida kerja yang digunakan dalam sistem pembangkitan biner, adalah fluida kerja dengan titik

didih lebih rendah dari air. Sumber panas dengan suhu rendah menyebabkan effisiensi

termodinamika dari siklus ini rendah. Diperlukan optimisasi dari sergi konfigurasi ataupun

inovasi agar dapat dihasilkan effisiensi siklus yang paling baik.

Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan jenis siklus dengan fluida kerja dan

kondisi operasi yang mampu menghasilkan effisiensi siklus maksimum dan biaya produksi

listrik per satuan daya yang minimum pada tiap lokasi sumber mata air panas. Selain itu,

penelitian ini juga ingin mendapatkan peta potensi nilai daya dan ekonomi pembangkit sumber

mata air panas di Indonesia.

Siklus yang ditinjau pada penelitian ini adalah siklus kalina dengan tipe KCS11, siklus

ORC sederhana dan ORC dual pressure. Fluida kerja yang digunakan adalah fluida kerja

Page 3: Optimisasi Dan Pemetaan Pembangkit Listrik Sumber Mata Air ... fileFluida kerja yang digunakan adalah Propana, Propena, R1234yf dan R407a untuk ORC dan Ammonia 85% untuk Siklus Kalina

3

dengan nilai suhu kritis mendekati suhu sumber panas. Sedangkan, untuk siklus Kalina

menggunakan campuran air-ammonia. Sumber panas yang digunakan adalah sumber panas

dengan suhu 60°C -99°C. Suhu dan laju alir hotspring yang digunakan adalah suhu dan laju ali

rata-rata hotspring, fluktuasi nilai suhu dan laju alir hotspring tidak diperhitungkan.

II. Tinjauan Teoritis

2.1 Manifestasi Panas Bumi

Manifestasi panas bumi adalah gejala di permukaan yang merupakan ciri terdapatnya

potensi energi panas bumi. Manifestasi panasbumi bisa berupa sumber mata air panas,

kubangan lumpur panas (mud pools), geyser ataupun fumarole. Manifestasi panas bumi di

permukaan diperkirakan terjadi karena adanya perambatan panas dari bawah permukaan atau

karena adanya rekahan-rekahan yang memungkinkan fluida panasbumi (uap dan air panas)

mengalir ke permukaan. (Pikra, dkk., 2015)

2.2 Sistem Produksi Listrik dari Panas

2.2.1 Organic Rankine Cycle (ORC)

Pada siklus ini, tekanan dari fluida kerja saat keluar dari kondensor mencapai tekanan

evaporator dengan bantuan pompa. Setelah melewati pre-heater fluida kerja memasuki

evaporator dalam fasa saturated liquid dan keluar dari evaporator dalam fasa saturated vapor.

Fluida kerja mendapatkan panas dari fluida panas bumi di evaporator. Setelah dari evaporator,

fluida kerja mengalami ekspansi pada turbin ke tekanan condenser dan akhirnya didinginkan

dengan menggunakan air pendingin. Skema dari Organic Rankine Cycle dapat dilihat pada

Gambar 2.1, sedangkan untuk proses termodinamis yang digambarkan dalam diagram P-h pada

siklus dapat dilihat pada Gambar 2.2. Fluida kerja yang masuk ke turbin harus berupa uap jenuh

ataupun superheated. Oleh karena itu, untuk fluida kerja dengan sifat wet, dibutuhkan

penguapan sampai fasa superheated untuk menghindari terbentuknya fluida dua fasa pada titik

keluar turbin. Adanya fasa cair yang terbentuk pada turbin uap dapat menyebabkan kerusakan

pada turbin. Untuk diagram T-s pada fluida kerja dengan jenis wet dapat dilihat pada Gambar

2.5.

Gambar 2.1 Siklus ORC

Gambar 2.2 Diagram T-s siklus ORC dengan Fluida Kerja Jenis Dry

(Sumber: DiPippo, 2008)

Page 4: Optimisasi Dan Pemetaan Pembangkit Listrik Sumber Mata Air ... fileFluida kerja yang digunakan adalah Propana, Propena, R1234yf dan R407a untuk ORC dan Ammonia 85% untuk Siklus Kalina

4

2.2.2 Siklus Kalina

Pada siklus Kalina, campuran ammonia-air memasuki separator setelah mendapatkan

panas yg berasal dari fluida panas bumi di pre-heater dan evaporator. Pada separator, campuran

dengan fasa saturated vapor memasuki turbin dan berekspansi menuju tekanan kondensor.

Sementara itu, campuran fluida dengan fasa saturated liquid, memasuki HTR (High

Temperature Recuperator) untuk melepaskan panas ke fluida keluaran LTR (Low Temperature

Recuperator). Setelah itu, campuran fluida yang telah melepas panas di HTR, memasuki

expansion valve dan bercampur dengan fluida keluaran turbin. Fluida yang telah bercampur

dimanfaatkan panasnya pada LTR untuk memanaskan fluida keluaran kondensor.

Secara umum, dengan penggunaan fluida kerja campuran ammonia dan air, siklus kalina

memiliki suhu evaporasi dan kondensasi yang tidak konstan. Hal ini menyebabkan effisiensi

karnot dari siklus kalina akan lebih baik dibanding siklus ORC. Dapat dilihat pada Gambar 2.4,

pada diagram T-s, siklus kalina akan memiliki suhu yang terus naik 6saat evaporasi dan terus

turun saat kondensasi.

Gambar 2.3 Skema siklus Kalina

(Sumber: Shokati, 2012)

Gambar 2.4 Diagram T-s Siklus Kalina

(Sumber: http://www.htrdltd.com, diakes

pada 15 November 2016)

2.3 Levelized Cost of Electricity (LCOE)

LCOE (levelized cost of electricity) adalah salah satu cara untuk mengukur harga listrik

yang diproduksi oleh generator. LCOE dihitung dengan memperhitungkan biaya sistem

keseluruhan termasuk konstruksi, financing, fuel, perawatan, pajak, asuransi dan insentif.

Variabel-variabel tersebut dibagi dengan ekspektasi daya (kWh) yang dihasilkan dari suatu

sistem. Sebagai alat pengukuran keuangan, LCOE sangat berguna untuk melihat pilihan

teknologi untuk memroduksi listrik. LCOE yang kecil menunjukkan bahwa listrik diproduksi

dengan biaya yang kecilBiasanya suatu sistem energi terbarukan memiliki biaya yang cukup

Page 5: Optimisasi Dan Pemetaan Pembangkit Listrik Sumber Mata Air ... fileFluida kerja yang digunakan adalah Propana, Propena, R1234yf dan R407a untuk ORC dan Ammonia 85% untuk Siklus Kalina

5

tinggi dalam pembuatannya, namun memiliki biaya perawatan yang murah dan tidak memiliki

biaya pembelian sumber energi selama periode 20-30 tahun waktu operasinya.

Berikut ini adalah persamaan yang digunakan untuk menghitung LCOE

𝐿𝐶𝑂𝐸 =𝐶𝑖𝑛𝑣 × 𝐶𝑅𝐹+𝐶𝑂&𝑀,𝑦

𝐸𝑦 (2.1)

𝐶𝑅𝐹 =𝑖(1+𝑖)𝑛

(1+𝑖)𝑛−1 (2.2)

dengan CRF adalah Capital Recovery Factor, Cinv adalah biaya total investasi, CO&M,y adalah

biaya perawatan pembangkit per tahun, Ey adalah besar daya listrik diproduksi per tahun, i

adalah nilai suku bunga ber tahun dan n adalah lama waktu investasi.

III. Metode Penelitian

Penelitian dimulai dengan melakukan input data yang diperlukan untuk melakukan

simulasi dengan variasi decision variable yaitu jenis siklus, jenis fluida kerja dan kondisi

operasi tekanan masuk turbin. Dari simulasi didapatkan nilai effisiensi termodinamika siklus

secara keseluruhan dan NME. Nilai NME kemudian dengan persamaan investasi dan biaya

operasi digunakan untuk menghitung jumlah LCOE dari siklus. Setelah mendapatkan nilai

effisiensi dan keekonomian siklus, masing-masing data dilakukan regresi untuk mendapatkan

suatu persamaan empirik. Dari persamaan ini nantinya dilakukan optimisasi terhadap

bagaimana jenis siklus, fluida kerja dan kondisi operasi tekanan masuk turbin yang optimal.

Hasil optimisasi akan dibandingkan dan dilakukan pemilihan mana jenis siklus dan kondisi

operasi yang paling optimum. Berikut adalah diagram alir penelitian yang akan dilakukan.

Tabel 3.1 Asumsi dan constraint yang digunakan dalam penelitian

Basic ORC & Dual- Pressure ORC Kalina

Tcw 27 27

Pump Efficiency 80 80

Turbine Eficiency 85 85

Delta T Pinch Evaporator dan Condenser 5 10

Generator Efficiency 96 96

Working Fluid Propane, Propene, R1234yf, R407a Ammonia 85%

Tabel 3.2 Asumsi perhitungan biaya

Capital Investment

Turbine 6000 x Wtur0.7 (Shokati, dkk. 2012)

Pump 1120 x Wpu0.8 (Shokati, dkk. 2012)

Generator 10 x 106 (Wgen/160 x 103)0.7

(Shokati, dkk. 2012)

Heat Exchanger 588 x A0.8 (Shokati, dkk. 2012)

Page 6: Optimisasi Dan Pemetaan Pembangkit Listrik Sumber Mata Air ... fileFluida kerja yang digunakan adalah Propana, Propena, R1234yf dan R407a untuk ORC dan Ammonia 85% untuk Siklus Kalina

6

Instalation Cost 45% Total Equipment Cost

(Rodríguez, dkk. 2013)

Operation And Maintenance Cost

Operation & Maintenance 6% Total Investment

(Rodríguez, dkk. 2013)

Economic Lifetime & Interest Rate

Interest Rate 10%

Economic Lifetime 30 Years.

Simulasi Proses Siklus ORC dan Kalina

dengan fluida kerja tertentu

Menyusun array data pada masing-masing

siklus dengan tekanan masuk turbin tertentu

Array Data

Regresi untuk mendapatkan persamaan sebagai

fungsi dari tekanan masuk turbin

EffisiensiMenghitung Biaya Pokok

Produksi Listrik

Pemetaan potensi sumber mata air panas di

Indonesia

Persamaan LCOE dan

Effisiensi sebagai fungsi

decision variable

Peta potensi, daya

dan keekonomian

Analisis keekonomian untuk daerah rural

Data sudah

Mencukupi?

Tekanan inlet

turbin dengan

interval baru

Ya

Tidak

LCOE

Data Input Jenis Siklus,

Jenis Fluida Kerja dan

beserta Asumsi (tabel

3.1)

NME

Variasi Kondisi

Operasi (pers. 3.5)

Persamaan Biaya

Investasi dan

Operasional Beserta

Perawatan (tabel 3.2)

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

IV. Hasil Penelitian

4.1 Simulasi

4.1.1 Pengaruh Kondisi Operasi terhadap Effisiensi Termal

Simulasi dilakukan dengan base case yaitu suhu sumber panas 95°C dengan laju alir

50kg/s. Nilai minimum approach pada evaporator adalah sebesar 5°C, sehingga suhu masuk

turbin sebesar 90°C. Gambar 4.1 menunjukkan hasil simulasi dengan variasi tekanan masuk

Page 7: Optimisasi Dan Pemetaan Pembangkit Listrik Sumber Mata Air ... fileFluida kerja yang digunakan adalah Propana, Propena, R1234yf dan R407a untuk ORC dan Ammonia 85% untuk Siklus Kalina

7

turbin terhadap nilai effisiensi termal dari siklus. Secara umum, naiknya tekanan masuk turbin

akan mengakibatkan naiknya nilai effisiensi. Hal ini dikarenakan semakin besarnya perbedaan

nilai entalpi antara kondisi masuk turbin dan keluaran turbin. Kondisi ini menghasilkan nilai

Wnet yang lebih besar, sehingga nilai effisiensi termal akan naik. Namun, pada suatu titik, nilai

effisiensi akan mengalami penurunan ketika tekanan terus dinaikkan. Hal ini dikarenakan

pertambahan nilai perbedaan entalpi antara kondisi masuk dan keluar turbin sudah tidak

signifikan.

Untuk suatu kondisi sumber panas, akan didapatkan titik optimum kondisi operasi

berupa nilai tekanan masuk turbin dimana dihasilkan nilai effisiensi paling tinggi. Nilai tekanan

optimum ini tergantung dengan nilai tekanan jenuh masing-masing fluida kerja pada suhu

keluaran evaporator. Fluida kerja dengan tekanan jenuh rendah akan memiliki nilai tekanan

optimum pada tekanan yang rendah pula, dan begitu juga kebalikannya.

Pada base case nilai suhu sumber panas 95°C, nilai effisiensi paling tinggi didapat pada

jenis konfigurasi basic ORC diikuti oleh Kalina dan Dual-Pressure ORC. Untuk ORC, fluida

kerja dengan nilai effisiensi terbaik adalah R1234yf, diikuti oleh Propane dan Propene dan

terakhir R407a.

Untuk fluida kerja propane, propene dan R1234yf tidak tedapat penurunan nilai

effisiensi ketika tekanan masuk turbin terus dinaikkan. Melainkan, kenaikan akan terbatas oleh

fraksi uap yang dihasilkan fluida kerja setelah melewati evaporator. Pada tiga fluida kerja

tersebut, tekanan optimum dicapai saat nilai tekanan maksimum fraksi uap fluida kerja sama

dengan 1. Sedangkan untuk siklus Kalina dan fluida kerja R407a, terdapat tekanan optimum,

yaitu saat nilai effisiensi mencapai puncak.

Gambar 4.1 Pengaruh tekanan masuk turbin terhadap effisiensi termal

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000

Th

erm

al E

ffic

ien

cy (

%)

Turbine Inlet Pressure (kPa)

Basic ORC Propane Basic ORC PropeneBasic ORC R1234yf Basic ORC R407aDP ORC Propane DP ORC PropeneDP ORC R1234yf DP ORC R407aKalina

Page 8: Optimisasi Dan Pemetaan Pembangkit Listrik Sumber Mata Air ... fileFluida kerja yang digunakan adalah Propana, Propena, R1234yf dan R407a untuk ORC dan Ammonia 85% untuk Siklus Kalina

8

Siklus dengan konfigurasi basic ORC memiliki nilai effisiensi lebih besar dibanding

siklus kalina ataupun dual-pressure ORC. Hal ini dikarenakan pada siklus basic ORC, energi

berupa entalpi dari fluida kerja yang diekstrak dari turbin menjadi shaft work terjadi pada

tekanan tinggi. Ekspansi pada tekanan tinggi menyebabkan besarnya daya yang dapat

dikonversi dari fluida kerja. Tekanan tinggi, secara umum menghasilkan effisiensi maksimum

siklus yang lebih besar karena besarnya nilai delta entalpi antara kondisi masuk dan keluar

turbin.

Gambar 4.2 Variasi suhu sumber panas dan tekanan masuk turbin terhadap nilai effisiensi

(a) Propane Basic ORC (b) Propene Basic ORC (c) R1234yf Basic ORC (d) R407a Basic ORC (e) Propane Dual

Pressure ORC (f) Propene Dual Pressure ORC (g) R1234yf Dual Pressure (h) R407a Dual Pressure (i) Siklus

Kalina

(

a)

(

b)

(

c)

(

d)

(

e)

(

f)

Page 9: Optimisasi Dan Pemetaan Pembangkit Listrik Sumber Mata Air ... fileFluida kerja yang digunakan adalah Propana, Propena, R1234yf dan R407a untuk ORC dan Ammonia 85% untuk Siklus Kalina

9

Variasi suhu sumber panas hotspring terhadap effisiensi dilakukan terhadap setiap

fluida kerja, setiap konfigurasi dan setiap jenis siklus. Variabel bebas yang diubah adalah suhu

sumber panas dan tekanan masuk turbin. Sehingga, terbentuk suatu grafik tiga dimensi yang

menggambarkan pengaruh suhu sumber panas dan tekanan masuk turbin terhadap effisiensi

termal masing-masing fluida kerja dari masing-masing konfigurasi siklus. Variasi dilakukan

untuk menghasilkan effisiensi maksimum dari masing-masing siklus dan masing-masing fluida

kerja pada suatu level suhu. Gambar 4.2 menunjukkan grafik hasil simulasi tersebut.

Dari hasil simulasi, tiap level suhu sumber panas akan menghasilkan suatu effisiensi

maksimum pada tekanan tertentu. Tekanan ini, pada tiap konfigurasi, secara umum, akan

bernilai tekanan paling tinggi yang dapat dicapai pada suatu level suhu dengan nilai pinch

temperature di evaporator sebesar 5°C. Dengan set pinch temperature 5°C, suhu keluaran

evaporator akan kurang 5°C dari suhu sumber panas untuk tiap level suhu sumber panas.

Tekanan jenuh pada suhu keluar evaporator dari masing-masing fluida kerja akan

mempengaruhi tekanan maksimum yang dapat dicapai fluida kerja agar dapat berubah fasa

menjadi uap. Nilai tekanan maksimum ini akan memengaruhi effisiensi, semakin rendah

tekanan jenuh, akan semakin tinggi effisiensi yang bisa dicapai dari fluida kerja tersebut.

Di kondisi operasi tekanan yang sama, nilai effisiensi siklus akan naik seiring naiknya

suhu sumber panas. Namun, kenaikan effisiensi yang dipengaruhi naiknya suhu sumber panas

tidak signifikan dibanding naiknya effisiensi karena naiknya tekanan. Hal ini dikarenakan,

naiknya suhu sumber panas yang berarti naiknya suhu fluida kerja, hanya akan berakibat pada

mengecilnya jarak antara titik cair jenuh dan uap jenuh pada diagram T-s, sehingga energi yang

dibutuhkan untuk menguapkan fluida akan semakin kecil. Namun, hal ini juga diikuti oleh lebih

banyaknya kalor yang masuk ke dalam sistem, sehingga membuat effisiensi siklus tidak naik

dengan signifikan.

Secara umum, urutan nilai effisiensi tertinggi yang dapat dicapai suatu fluida kerja sama

dengan simulasi variasi kondisi operasi terhadap effisiensi siklus seperti pada Gambar 4.1.

Namun, terjadi beberapa perbedaan untuk level suhu sumber panas tertentu.

Suhu suatu manifestasi panas bumi berupa hotspring dapat memiliki suhu yang berbeda.

Suhu ini berkisar dari 60°C sampai dengan 99°C. Perbedaan suhu sumber panas ini, dengan

nilai pinch temperature 5°C menyebabkan perbedaan suhu masuk turbin. Secara umum, suhu

masuk turbin akan 5°C lebih rendah dari suhu sumber panas karena batasan nilai pinch

temperature. Seperti yang terlihat pada Gambar 4.3, berbedanya suhu masuk turbin akan

effisiensi maksimum yang dapat dicapai suatu fluida kerja dengan konfigurasi tertentu. Hal ini

dikarenakan adanya perbedaan pada nilai tekanan jenuh suatu fluida kerja pada suhu masuk

Page 10: Optimisasi Dan Pemetaan Pembangkit Listrik Sumber Mata Air ... fileFluida kerja yang digunakan adalah Propana, Propena, R1234yf dan R407a untuk ORC dan Ammonia 85% untuk Siklus Kalina

10

turbin tertentu. Nilai effisiensi maksimal yang dapat dicapai oleh suatu siklus, dengan

konfigurasi dan fluida kerja tertentu, pada rentang suhu sumber panas tertentu dapat dilihat pada

Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Nilai effisiensi maksimum masing-masing siklus dan konfigurasi untuk rentang suhu sumber panas

Siklus basic ORC memiliki nilai effisiensi paling baik pada tiap rentang suhu. Siklus kalina

memiliki effisiensi termal di bawah basic ORC, kemudian diikuti oleh konfigurasi dual-

pressure ORC. Fluida kerja dengan effisiensi paling besar untuk tiap rentang suhu tidak tetap.

Namun, secara umum, R1234yf memiliki effisiensi lebih besar dibanding fluida kerja lain.

Propene menghasilkan effisiensi paling besar urutan kedua, Propane urutan ketiga, dan R407a

di urutan keempat. Namun, pada level suhu 91°C-99°C. nilai effisiensi propane lebih baik

dibanding propene.

Fluida kerja R1234yf dengan konfigurasi Basic ORC dapat menghasilkan effisiensi

lebih baik dibanding konfigurasi dan fluida kerja lain, khususnya pada rentang suhu 83°C

sampai 99°C. Hal ini dikarenakan fluida kerja R1234yf memiliki tekanan jenuh yang rendah

dibanding fluida kerja lain pada rentang suhu tersebut. Untuk level suhu 60°C, 63°C, 65°C,

66°C, 68°C, 70°C, 71°C, 75°C, 77°C, 78°C, 80°C, 82°C, fluida kerja terbaik adalah Propene

dengan konfigurasi basic ORC. Untuk rentang suhu lain, nilai effisiensi paling tinggi didapat

dari fluida kerja jenis R1234yf pada konfigurasi Basic ORC. Data rentang suhu hotspring

dengan fluida kerja, konfigurasi dan effisiensi terbaik dapat dilihat di lampiran

4.1.2 Pengaruh Kondisi Operasi terhadap LCOE

Nilai LCOE pada masing-masing siklus dengan konfigurasi tertentu berbanding

terbalik dengan tekanan masuk turbin. Semakin besar nilai tekanan masuk turbin, nilai LCOE

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

10.00

60.00 70.00 80.00 90.00 100.00

Th

erm

al E

ffic

ien

cy (

%)

Heat Source Temperature (°C)

Basic ORC Propane Basic ORC Propene

Basic ORC R1234yf Basic ORC R407a

DP ORC Propane DP ORC Propene

DP ORC R1234yf DP ORC R407a

Kalina

Page 11: Optimisasi Dan Pemetaan Pembangkit Listrik Sumber Mata Air ... fileFluida kerja yang digunakan adalah Propana, Propena, R1234yf dan R407a untuk ORC dan Ammonia 85% untuk Siklus Kalina

11

semakin kecil. Dapat dikatakan juga, nilai LCOE berbanding terbalik dengan nilai effisiensi

siklus. Semakin tinggi nilai effisiensi, semakin rendah LCOE. Nilai LCOE akan mencapai titik

terendah pada suatu nilai tekanan masuk turbin. Dapat dikatakan, nilai LCOE akan mencapai

titik optimum, LCOE dengan nilai terendah, pada nilai tekanan masuk turbin tertentu.

Gambar 4.4 Variasi tekanan masuk turbin terhadap LCOE\

Nilai LCOE turun seiring dengan naiknya effisiensi dikarenakan siklus dapat

mengonversi energi termal menjadi energi listrik lebih banyak. Namun, naiknya nilai daya

bersih dari siklus juga akan menaikkan biaya investasi. Kenaikan biaya investasi lebih kecil

yang terjadi lebih kecil dibanding kenaikan daya bersih siklus. Kenaikan nilai pembagi LCOE,

yaitu daya yang dihasilkan selama satu tahun, akan lebih besar dibanding nilai investasi dan

biaya operasional pemeliharaan dari suatu pembangkit. Hal ini mengakibatkan kenaikan

effisiensi siklus berakibat pada turunnya nilai LCOE. Tetapi, semakin tinggi nilai tekanan

masuk turbin yang berarti semakin tinggi effisiensi, menghasilkan pertambahan yang tidak

signifikan dibanding naiknya biaya investasi. Sehingga, gradien tren penurunan nilai LCOE

akan semakin mengecil. Terdapat titik optimum untuk suatu nilai LCOE. Titik tersebut dimana

nilai LCOE menghasilkan nilai terendah. Secara umum, dapat dikatakan, nilai LCOE terendah

ada pada nilai Effisiensi tertinggi karena nilai LCOE dan effisiensi yang berbanding terbalik

proporsional.

Pada base case simulasi yang dilakukan, nilai LCOE terendah yang dapat dicapai adalah

5.45 ¢/kWh. Nilai ini dicapai oleh R1234yf dengan konfigurasi basic ORC. Nilai LCOE

tertinggi yang didapat pada kondisi optimum masing-masing fluida kerja dan masing-masing

konfigurasi, adalah R407a Dual-Pressure ORC dengan nilai LCOE sebesar 7.7 ¢/kWh.

0

2

4

6

8

10

12

14

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000

LC

OE

(cen

t/kW

h)

Turbine Inlet Pressure (kPa)

Basic ORC Propane Basic ORC Propene

Basic ORC R1234yf Basic ORC R407a

DP ORC Propane DP ORC Propene

DP ORC R1234yf DP ORC R407a

Page 12: Optimisasi Dan Pemetaan Pembangkit Listrik Sumber Mata Air ... fileFluida kerja yang digunakan adalah Propana, Propena, R1234yf dan R407a untuk ORC dan Ammonia 85% untuk Siklus Kalina

12

Performa fluida kerja terbaik pada variasi kondisi operasi terhadap nilai LCOE sama

dengan pada Gambar 4.1. Seperti yang disebutkan sebelumnya, nilai effisiensi akan berbanding

terbalik dengan nilai LCOE. Sehingga fluida kerja dan konfigurasi dengan effisiensi paling

tinggi, R1234yf dan Propene dengan konfigurasi Basic ORC, menghasilkan LCOE paling

rendah. Namun, Terjadi hal yang berbeda untuk siklus Kalina. Pada nilai effisiensi, siklus

Kalina berada di urutan keempat untuk siklus dengan effisiensi paling tinggi. Namun, untuk

nilai LCOE, siklus Kalina berada di urutan ketiga, menjadi lebih baik dari R407a Basic ORC.

Secara umum, nilai LCOE pada Basic ORC lebih baik dibanding Dual Pressure ORC

dan Kalina. Hal ini dikarenakan pada siklus Kalina dan Dual Pressure ORC, terjadi penambahan

alat penukar kalor yang mengakibatnya naiknya biaya investasi. Kenaikan biaya investasi yang

signifikan, terjadi pada konfigurasi Dual Pressure ORC karena terdapatnya dua level tekanan

dan dua level turbin, sehingga membutuhkan investasi tambahan pada alat turbin dan pompa.

Kenaikan biaya investasi dari konfigurasi siklus Kalina dan Dual Pressure ORC ini

mengakibatkan nilai LCOE yang lebih tinggi dibanding konfigurasi Basic ORC.

Dilakukan simulasi untuk pengaruh suhu sumber panas dan kondisi operasi tekanan

masuk turbin terhadap nilai LCOE. Grafik yang terbentuk dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Seperti pada simulasi pengaruh suhu sumber panas dan tekanan masuk turbin terhadap

effisiensi siklus, pada suatu level suhu sumber panas, nilai LCOE akan mempunyai titik dengan

nilai LCOE terendah. Titik ini adalah titik optimum dari suatu konfigruasi siklus dan fluida

kerja. Pada setiap level suhu sumber panas, terdapat satu titik optimum dari masing-masing

tekonologi yang digunakan. Nilai optimum ini, pada umumnya, dicapai pada tekanan tertinggi

agar fluida kerja masuk turbin memiliki fasa saturated vapor atau superheated. Nilai LCOE

yang dihasilkan, dipengaruhi oleh effisiensi siklus. Semakin tinggi effisiensi siklus, maka nilai

LCOE akan semakin rendah. Kenaikan daya bersih yang lebih signifikan dibanding naiknya

nilai investasi menyebabkan turunnya nilai LCOE pada tiap adanya kenaikan nilai effisiensi.

Sehingga, nilai LCOE terendah akan dicapai pada suatu kondisi operasi dengan nilai effisiensi

tertinggi.

Page 13: Optimisasi Dan Pemetaan Pembangkit Listrik Sumber Mata Air ... fileFluida kerja yang digunakan adalah Propana, Propena, R1234yf dan R407a untuk ORC dan Ammonia 85% untuk Siklus Kalina

13

Gambar 4.5 Variasi suhu sumber panas dan tekanan masuk turbin terhadap nilai LCOE

(a) Propane Basic ORC (b) Propene Basic ORC (c) R1234yf Basic ORC (d) R407a Basic ORC (e) Propane Dual

Pressure ORC (f) Propene Dual Pressure ORC (g) R1234yf Dual Pressure (h) R407a Dual Pressure (i) Siklus

Kalina

4.2 Regresi Hasil Simulasi

Regresi dilakukan untuk mendapatkan persamaan empiris untuk pengaruh suhu sumber

panas dan laju alir massa terhadap nilai daya bersih yang dapat dihasilkan siklus. Persamaan

4.1 adalah persamaan yang merepresentasikan hasil regresi. Konsiderasi siklus yang digunakan

tergambar pada Gambar 4.4.

Tabel 4.1 Hasil regresi Wnet

Wnet(x,y) = p00 + p10*x + p01*y + p11*x*y + p02*y^2 + p12*x*y^2 + p03*y^3 (4.1)

(

a)

(

b)

(

c)

(

d)

(

e)

(

f)

(

g)

(

h)

(

i)

Page 14: Optimisasi Dan Pemetaan Pembangkit Listrik Sumber Mata Air ... fileFluida kerja yang digunakan adalah Propana, Propena, R1234yf dan R407a untuk ORC dan Ammonia 85% untuk Siklus Kalina

14

Coefficients (with 95% confidence bounds):

p00 = 591,5 (545.2, 637.8)

p10 = -10,28 (-10.5, -10.05)

p01 = -22,91 (-24.69, -21.13)

p11 = 0,05612 (0.05041, 0.06183)

p02 = 0,2918 (0.2692, 0.3144)

p12 = 0,002714 (0.002679, 0.00275)

p03 = -0,001224 (-0.001318, -0.001129)

Goodness of fit:

SSE: 2,956e+04

R-square: 0,9999 Adjusted R-square: 0,9999

RMSE: 3,16

Dengan nilai variabel x adalah laju alir massa dalam satuan kg/s, nilai variabel y adalah

suhu dalam °C dan nilai fungsi Wnet (x,y) adalah net power (daya bersih) dari siklus dalam

satuan kW. Persamaan regresi digunakan untuk menghitung potensi manifestasi panas bumi

berupa hotspring yang dapat dikonversi menjadi energi listrik. Persamaan hasil regresi di atas

berlaku pada rentang nilai laju alir massa dan suhu hotspring 60 °C < x < 99 °C dan 0 kg/s < x

< 100 kg/s.

Kriteria konsiderasi yang digunakan dalam memilih manifestasi panas bumi berupa

hotspring untuk dikonversi menjadi listrik yaitu suhu sumber panas yang harus lebih dari 60°C.

Hal ini dikarenakan akan besarnya nilai LCOE pada suhu di bawah 60°C. Proyek dianggap

tidak memungkinkan ketika nilai LCOE di atas 100 ¢/kWh.

Tabel 4.2 Hasil regresi LCOE

LCOE (x,y) = p00 + p10*x + p01*y + p20*x^2 + p11*x*y + p02*y^2 + p30*x^3 + p21*x^2*y + p12*x*y^2 +

p03*y^3 + p40*x^4 + p31*x^3*y + p22*x^2*y^2 + p13*x*y^3 (4.4) Coefficients (with 95% confidence bounds):

p00 = 2940 (2877, 3003)

p10 = -913,2 (-937.7, -888.6)

p01 = -88,23 (-90.59, -85.86)

p20 = 127 (123, 131.1)

p11 = 21,83 (21.02, 22.64)

p02 = 0,925 (0.8953, 0.9546)

p30 = -11,24 (-11.81, -10.67)

p21 = -1,617 (-1.684, -1.55)

p12 = -0,1908 (-0.2002, -0.1814)

p03 = -0,003299 (-0.003423, -0.003176) p40 = 0,463 (0.4221, 0.504)

p31 = 0,05611 (0.05246, 0.05976)

p22 = 0,006071 (0.005704, 0.006438)

p13 = 0,0005806 (0.0005423, 0.000619)

Goodness of fit:

SSE: 2069

R-square: 0,9967

Adjusted R-square: 0,9966

RMSE: 1,128

Persamaan di atas merupakan hasil regresi dari array data untuk pengaruh suhu sumber

panas (x) dalam °C dan laju alir massa (y) dalam kg/s terhadap nilai LCOE (Levelized Cost of

Electricity) LCOE(x,y) dalam ¢/kWh. Hasil Regresi di atas berlaku pada rentang nilai laju alir

massa dan suhu sumber panas 60 °C < x < 99 °C dan 0,5 kg/s < x < 5 kg/s .

Page 15: Optimisasi Dan Pemetaan Pembangkit Listrik Sumber Mata Air ... fileFluida kerja yang digunakan adalah Propana, Propena, R1234yf dan R407a untuk ORC dan Ammonia 85% untuk Siklus Kalina

15

4.3 Pemetaan Potensi Hotspring di Indoensia

Pemetaan manifestasi sumber mata air panas dapat dilihat pada Gambar 4.6. Dari hasil

pemetaan, dapat dilihat bahwa sumber mata air panas (hotspring) yang dapat dimanfaatkan

menjadi listrik banyak terletak di Sulawesi dan Maluku. Hal ini dikarenakan wilayah Sulawesi

dan Maluku terletak pada ring of fire yang berarti terdapat banyak lempeng tektonik dan gunung

berapi. Adanya gunung berapi mengindikasikan adanya sumber panas di bawah perut bumi.

Sumber panas di bawah permukaan bumi mengindikasikan adanya reservoir panas bumi, yang

berakibat banyaknya manifestasi panas bumi yang muncul di permukaan. Heat duty dari

hotspring berkisar dari 69 kWt sampai dengan 1.030 kWt. Heat duty dari tiap lokasi hotspring

dipengaruhi level suhu dan laju alirnya.

Untuk pemetaan nilai power generated dan LCOE pada masing-masing lokasi,

digunakan jenis siklus dengan nilai effisiensi paling tinggi pada suatu level suhu sumber panas

seperti pada Gambar 4.7. Dengan begitu, effisiensi yang dihasilkan akan berbeda, bergantung

suhu lokasi hotspring, dan akan semakin besar seiring dengan naiknya level suhu. Nilai

effisiensi siklus pada masing masing lokasi dapat dilihat pada lampiran. Besarnya LCOE

bergantung pada kapasitas daya yang dihasilkan dan nilai effisiensi siklus pada suatu lokasi

sumber panas. Semakin besar nilai kapasitas pembangkit, nilai LCOE akan semakin rendah.

Semakin besar nilai effisiensi, nilai LCOE akan semakin rendah.

Daya yang dihasilkan pada hotspring berkisar dari 2 kWe sampai dengan 61,3 kWe.

Daya yang dihasilkan bergantung level suhu dan heat duty dari lokasi hotspring. Nilai daya

paling besar dihasilkan di Kawah Sirung, Nusa Tenggara Timur. Pada lokasi Kawah Sirung,

dihasilkan daya sebesar 61,3 kWe dengan LCOE 15,9 US¢/kWh. Sedangkan untuk daya

terendah dihasilkan di Kaendi, Sulawesi Tengah, dengan daya dihasilkan 2,1 kWe dengan

LCOE sebesar 99,4 US¢/kWh.

Gambar 4.6 Pemetaan potensi hotspring di Indonesia

Page 16: Optimisasi Dan Pemetaan Pembangkit Listrik Sumber Mata Air ... fileFluida kerja yang digunakan adalah Propana, Propena, R1234yf dan R407a untuk ORC dan Ammonia 85% untuk Siklus Kalina

16

Gambar 4.7 Pemetaan daya dan keekonomian pembangkit hotspring di Indonesia

4.4 Analisis Biaya Pokok Produksi dan Tarif

Dari nilai LCOE yang dihasilkan pada masing-masing lokasi, dilakukan analisis apakah

dengan nilai LCOE tersebut, proyek pemanfaatan hotspring menjadi sumber listrik dapat

direalisasikan. Nilai LCOE pada masing-masing lokasi hotspring dibandingkan dengan nilai

LCOE pada proyek di area rural dimana pada daerah tersebut belum teraliri jaringan listrik dari

PLN (isolated grid/off grid). Gambar 4.8 adalah data pembangkitan listrik untuk daerah isolated

grid di Indonesia dengan skema full day electricity generation dengan berbagai sumber energi.

Gambar 4.8 Nilai LCOE untuk daerah rural isolated grid dari berbagai sumber energi dan lokasi hotspring

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Roburan Dolok

Cubadak 1

Cubadak 3

Cimanggu

Sajau 1

Sajau 2

Sajau 3

Pulu 1

Lompio 6

Kaendi

Nokilaki

Kadidia

Kaleosan

Pamandian

Kanan Kumbi

Kawah Sirung

Beang

Losseng 2

APSGA 1

APSGA 2

APPD

Micro Hydro

PV + Battery 100%

PV + Battery 90%

PV + Battery 80%

Diesel

LCOE (cent/kWh)

LCOE (cent/kWh)

LCOE tanpa Carbon Incentive(cent/kWh)

Faktor Jarak

BPP PLN

TDL PLN

TDL Non-Subsidi

Page 17: Optimisasi Dan Pemetaan Pembangkit Listrik Sumber Mata Air ... fileFluida kerja yang digunakan adalah Propana, Propena, R1234yf dan R407a untuk ORC dan Ammonia 85% untuk Siklus Kalina

17

Daerah isolated grid adalah daerah yang tidak dialiri jaringan listrik oleh PLN, sehingga

nilai LCOE cenderung lebih mahal dibanding daerah on grid (daerah dialiri jaringan listrik

PLN). Untuk pembangkit tenaga diesel, nilai LCOE bergantung pada jarak lokasi pembangkit

dengan pusat distribusi bahan bakar diesel. Garis berwarna abu-abu pada pembangkit diesel

adalah garis yang merepresentasikan range LCOE pada titik terdekat dari pusat distribusi

(bagian paling kiri dari garis abu-abu) dan pada titik terjauh dari pusat distribusi (bagian paling

kanan dari garis abu-abu). Garis hijau vertikal adalah Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik

nasional rata-rata yaitu sebesar 9,75 US¢/kWh atau sebesar Rp.1.300/kWh (Statistik PLN

2015). Sedangkan, garis merah vertikal adalah Tarif Dasar Listrik (TDL) yang rata-rata yaitu

sebesar 7.76 US¢/kWh atau sebesar Rp. 1.035/kWh (Statistik PLN 2015).

Nilai LCOE pembangkit listrik tenaga sumber mata air panas (Hotspring) berkisar 15,9

US¢/kWh sampai 99,4 US¢/kWh. Pembangkit listrik diesel memiliki LCOE berkisar antara

34,6 US¢/kWh untuk daerah berjarak dekat dengan pusat distribusi bahan bakar diesel, 50,5

US¢/kWh untuk kategori daerah berjarak sedang dan 62,1 US¢/kWh untuk kategori daerah

berjarak jauh. Pembangkit Micro Hydro memiliki LCOE sebesar 15,7 US¢/kWh. Pembangkit

PV dengan baterai memiliki nilai LCOE bergantung dengan kapasitas pemenuhan yang

diberikan. Kapasitas pemenuhan 100% menghasilkan LCOE sebesar 59,5 US¢/kWh, 90%

menghasilkan 44,9 US¢/kWh dan 80% menghasilkan 43,8 US¢/kWh. Data pembangkit listrik

diesel, micro hydro, dan PV didapat dari penelitian yang dilakukan Blum dkk. tahun 2013. Pada

nilai LCOE untuk pembangkit diesel, digunakan faktor pengali untuk biaya bahan bakar 1 untuk

daerah berjarak dekat, 2 untuk daerah berjarak sedang dan 2,73 untuk daerah berjarak jauh dari

pusat distribusi (Blum dkk., 2013)

Pembangkit listrik hotspring di beberapa lokasi masih kompetitif dibanding harga

pembangkit tenaga lain, terutama untuk jenis pembangkit yang menggunakan bahan bakar

diesel. Hotspring tidak membutuhkan biaya distribusi bahan bakar, sehingga, untuk daerah

yang bersifat rural, akan memotong biaya distribusi yang cukup tinggi untuk bahan bakar diesel.

Nilai LCOE pembangkit jenis Micro Hidro paling murah di antara jenis pembangkit lain karena

besarnya effisiensi dan teknologi yang lebih sederhana dibanding pembangkit jenis lain. Nilai

LCOE lokasi APSGA 2, Losseng 2, Beang, Kawah Sirung, Pamandian, Kadidia, Pulu 1, Sajau

3, Sajau 2 dan Roburan Dolok lebih rendah dari nilai LCOE diesel dengan kategori jarak pusat

distribusi dekat 34,6 US¢/kWh. Sehingga, pada lokasi tersebut dapat digunakan pembangkit

hotspring sebagai subtitusi untuk pembangkit diesel. Sementara untuk kategori daerah berjarak

terjauh memiliki nilai LCOE 62,1 US¢/kWh dan lokasi hotspring yang kompetitif adalah

Page 18: Optimisasi Dan Pemetaan Pembangkit Listrik Sumber Mata Air ... fileFluida kerja yang digunakan adalah Propana, Propena, R1234yf dan R407a untuk ORC dan Ammonia 85% untuk Siklus Kalina

18

APSGA 2, Losseng 2, Beang, Kawah Sirung, Pamandian, Kadidia, Pulu 1, Sajau 3, Sajau 2 dan

Roburan Dolok, APPD, APSGA 1, Kanan Kumbi, Lompio 6 dan Cimanggu.

Pembangkit listrik tenaga hotspring, khususnya untuk lokasi dengan nilai LCOE <0,20

US¢/kWh (Kawah Sirung dan Losseng 2) sangat potensial untuk dikembangkan lebih lanjut

karena nilai LCOE yang tidak jauh berbeda dengan nilai LCOE Micro Hydro yang berkisar

0,15 US¢/kWh. Hal ini dengan pertimbangan lokasi hotspring yang biasanya terdapat di

pegununagan ataupun perbukitan sehingga jarang memiliki sumber micro hydro.

Kapasitas penyediaan PV sebesar 90% kebutuhan adalah kapasitas yang paling effisien

untuk penyediaan listrik karena besarnya pengurungan nilai LCOE dibanding kapasitas

penyediaan PV 100%. Untuk lokasi hotspring dengan nilai LCOE<45 US¢/kWh menjadi

kompetitif dibanding pembangkit solar PV, terutama dengan kelebihan pembangkit hotspring

dibanding PV yang bisa menyediakan 100% kebutuhan listrik. Lokasi seperti Roburan Dolok,

Cubadak 1, Sajau 1, Sajau 2, Sajau 3, Pulu 1, Kadidia, Pamandian, Kanan Kumbi, Kawah

Sirung, Beang, Losseng 2 dan APSGA 2 menjadi potensial untuk dimanfaatkan ketika di daerah

tersebut tidak terdapat sumber Micro Hydro dan berjarak kategori sedang dari pusat distribusi

bahan bakar diesel.

Selain masalah ekonomi, pembangkit hotspring memiliki keunggulan di sisi emisi.

Pembangkit hotspring menghasilkan emisi karbon yang lebih sedikit. Berkurangnya emisi ini

membuat pembangkit hotspring lebih ramah lingkungan dibanding pembangkit diesel.

Pengurangan jumlah karbon dari pembangkit diesel ke pembangkit hotspring cukup signifikan

yaitu 0,6 kgCO2/kWh. Data ini diambil dari penelitian yang dilakukan Schütz dkk., 2013 yaitu

dengan besar emisi pembangkit geotermal biner sebesar 0,045 kgCO2/kWh dan dari penelitian

yang dilakukan Blum dkk., 2013 dengan besar emisi pembangkit diesel sebesar kgCO2/kWh.

Adapun untuk besar emisi pembangkit PV sebesar 0,14 kgCO2/kWh dan micro hydro 0,006

kgCO2/kWh (ESMAP, 2007).

V. Kesimpulan

5.1 Kesimpulan

Dari simulasi dan hasil perhitungan yang dilakukan dapat diperoleh kesimpulan berupa:

Kenaikan tekanan masuk turbin akan mengakibatkan naiknya nilai effisiensi dan

turunnya nilai LCOE siklus sampai titik optimum di saat nilai effisiensi maksimum

dan LCOE minimum.

Kenaikan suhu sumber panas mengakibatkan naiknya nilai effisiensi dan penurunan

nilai LCOE.

Page 19: Optimisasi Dan Pemetaan Pembangkit Listrik Sumber Mata Air ... fileFluida kerja yang digunakan adalah Propana, Propena, R1234yf dan R407a untuk ORC dan Ammonia 85% untuk Siklus Kalina

19

Kenaikan effisiensi karena kenaikan tekanan masuk turbin lebih signifikan dibanding

kenaikan suhu sumber panas.

Untuk level suhu 60°C, 63°C, 65°C, 66°C, 68°C, 70°C, 71°C, 75°C, 77°C, 78°C,

80°C, 82°C, fluida kerja terbaik adalah Propene dengan konfigurasi basic ORC.

Untuk level suhu 61°C, 62°C, 64°C, 67°C, 69°C, 72°C, 73°C, 74°C, 76°C 79°C,

81°C, 83°C-99°C, fluida kerja terbaik adalah R1234yf dengan konfigurasi basic ORC.

Daya yang dihasilkan dari lokasi pembangkit sumber mata air panas (hotspring)

berkisar dari 2,1 kWe sampai dengan 61,3 kWe.

Nilai keekonomian dari lokasi pembangkit sumber mata air panas (hotspring) berkisar

dari 99,4¢/kWh sampai dengan 15.9¢/kWh.

Sumber mata air panas di lokasi APSGA 2, Losseng 2, Beang, Kawah Sirung,

Pamandian, Kadidia, Pulu 1, Sajau 3 dan Sajau 2 berpotensi untuk dikembangkan

lebih lanjut karena memiliki nilai LCOE lebih rendah dari pembangkit diesel dengan

lokasi pusat distribusi dekat.

5.2 Saran

Metode pengambilan keputusan untuk jenis siklus-fluida kerja dan kondisi operasi

dalam regresi nilai daya bersih fungsi suhu sumber panas dan laju alir massa masih

menggunakan metode analitik, sebaiknya, pengambilan keputusan dilakukan dengan

metode numerik agar hasil lebih akurat.

Fluida kerja R1234yf dan R407a merupakan fluida kerja yang tergolong baru,

sehingga data sifat termodinamikanya belum lengkap. Terdapat kemungkinan

kesalahan sifat termodinamika yang dihitung oleh perangkat lunak UNISIM.

VI. Daftar Referensi

Abadi, G.B., Kim, K.C., Investigation of organic Rankine cycles with zeotropic mixtures as a working fluid: Advantages and issues. Renewable and Sustainable Energy Reviews 73 (2017) 1000–1013

Bahrami, M., Hamidi, A.A., Porkhial, S. Investigation of the effect of organic working fluids on thermodynamic

performance of combined cycle Stirling-ORC. International Journal of Energy and Environmental

Engineering, January 2013

Blum, N. U., Wakeling, R. S., & Schmidt, T. S. (2013). Rural electrification through village grids—Assessing the

cost competitiveness of isolated renewable energy technologies in Indonesia. Renewable and

Sustainable Energy Reviews, 22, 482-496.

DiPippo, Ronald. “Geothermal Power Plants: Principles, Applications, Case Studies and Environmental Impact”

Elsevier: 2012

DiPippo, Ronald. Second Law assessment of binary plants generating power from low-temperature geothermal

fluids. Geothermics 33, 2004: 565–586 Fallah, M., Mahmoudi, S.M.S., Yari, M., Ghiasi, R.A. Advanced exergy analysis of the Kalina cycle applied for

low temperature enhanced geothermal system. Energy Conversion and Management 108, 2016: 190–

201

Hettiarachchia, H.D.M., Golubovica, M., Woreka, W.M., Ikegamib, Y., Optimum design criteria for an Organic

Rankine cycle using low-temperature geothermal heat sources. Energy 32, 2007:1698–1706

Page 20: Optimisasi Dan Pemetaan Pembangkit Listrik Sumber Mata Air ... fileFluida kerja yang digunakan adalah Propana, Propena, R1234yf dan R407a untuk ORC dan Ammonia 85% untuk Siklus Kalina

20

Heat Transfer Research & Development, Ltd. Waste or Unused Energy Recovery for Power Generation.

HTRDLTD: 2014

Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Indonesia Energy Outlook 2014. ESDM: 2015

Liu, Pei. Modelling and Optimization of Polygeneration Energy Systems. Imperial College London Department of

Chemical Engineering and Chemical Technology: 2009

Modi, A., Kærn, M.R., Andreasen, J.G., Haglind, F. Thermoeconomic optimization of a Kalina cycle for a central

receiver concentrating solar power plant. Energy Conversion and Management 115 (2016) 276–287

Nazari, N., Heidarnejad, P., Porkhial, S. Multi-objective optimization of a combined steam-organic Rankine cycle

based on exergy and exergo-economic analysis for waste heat recovery application. Energy Conversion

and Management 127, 2016: 366–379

Nuñez, Oscar F. Cideos. Power Production Using Low-Temperature Heat Sources In El Salvador. Geothermal Training Programme, Iceland: 2012

Pikra, G., Rohmaha, N., Pramanaa, R.I., Purwanto, A.J. The electricity power potency estimation from hot spring

in Indonesia with temperature 70-80°C using organic Rankine cycle. Energy Pr°Cedia 68, 2015: 12 –

21

Pusat Sumber Daya Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Kolokium 2015.

ESDM: 2016

Pusat Sumber Daya Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Kolokium 2014.

ESDM: 2015

Pusat Sumber Daya Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Kolokium 2013.

ESDM: 2014

Quoilin, S., Van Den Broek, Ma., Declaye, S., Dewallef, P., Lemort, V., Techno-economic survey of Organic Rankine Cycle (ORC) systems. Renewable and Sustainable Energy Reviews 22 (2013) 168–186

Rodríguez, C.E.C., Palacio, J.C.E, Venturini, O.J., Lora, E.E.S., Cobas, V.M., dos Santos, D.M., Dotto, F.R.L.,

Gialluca, V. Exergetic and economic comparison of ORC and Kalina cycle for low temperature

enhanced geothermal system in Brazil. Applied Thermal Engineering 52, 2013: 109-119

Saptadji, Nenny. Sekilas tentang panas bumi. Modul Perkuliahan Panas Bumi, ITB: 2013

Sadeghi, M., Nemati, A., Alireza ghavimi, Yari M. Thermodynamic analysis and multi-objective optimization of

various ORC (organic Rankine cycle) configurations using zeotropic mixtures. Energy 109, (2016)

791-802

Shengjun, Z., Huaixin, W., Tao, G. Performance comparison and parametric optimization of subcritical Organic

Rankine Cycle (ORC) and transcritical power cycle system for low-temperature geothermal power

generation. Applied Energy 88, 2011: 2740–2754.

Shokati, N., Ranjbar, F., Yari, M. Exergoeconomic analysis and optimization of basic, dual-pressure and dual-fluid ORCs and Kalina geothermal power plants: A comparative study. Renewable Energy 83, 2015:

527-542

Victor, R.A., Kim, J., Smith, Robin. Composition optimisation of working fluids for Organic Rankine Cycles and

Kalina cycles. Energy 55 (2013) 114-126

Walraven, D., Laenen, B., D’haeseleer, W. Comparison of thermodynamic cycles for power production from low-

temperature geothermal heat sources. Energy Conversion and Management 66, 2013: 220–233

Wang, Y.Z., Zhao, J., Wang Y., An, Q.S. Multi-objective optimization and grey relational analysis on

configurations of organic Rankine cycle. Applied Thermal Engineering, 2016

Wu, C., Wang, S., Jiang, X., Li, J. Thermodynamic analysis and performance optimization of transcritical power

cycles using CO2-based binary zeotropic mixtures as working fluids for geothermal power plants.

Applied Thermal Engineering 115 (2017) 292–304 Yari, M., Mehr, A.S., Zare, V., Mahmoudi, S.M.S., Rosen, M.A. Exergoeconomic comparison of TLC (trilateral

Rankine cycle), ORC (organic Rankine cycle) and Kalina cycle using a low grade heat source. Energy

83, 2015: 712-722

Zhang, F., Jiang, P. Thermodynamic analysis of a binary power cycle for different EGS geofluid temperatures.

Applied Thermal Engineering 48, 2012: 476-485

Zare, V. A comparative exergoeconomic analysis of different ORC configurations for binary geothermal power

plants. Energy Conversion and Management 105, 2015: 127–138