optimalisasi pemanfaatan ikan nila (oreochromis niloticus/optimalisasi... · kesarjanaan yang telah...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
OPTIMALISASI PEMANFAATAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus
Linn.) SEBAGAI BIOKATALISATOR PERTUMBUHAN DAN SINTASAN
UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii de Man)
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains
Oleh:
Armeina Nur Rachmawati
M0407024
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
Halaman Persetujuan Pembimbing
SKRIPSI
OPTIMALISASI PEMANFAATAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus Linn.)
SEBAGAI BIOKATALISATOR PERTUMBUHAN DAN SINTASAN
UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii de Man)
Oleh: Armeina Nur Rachmawati
NIM. M0407024
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Tanda Tangan
Pembimbing I : Dr. Sunarto, M.S NIP.19540605 199103 1 002 ........................
Pembimbing II : Dr. Agung Budiharjo, M.Si.
NIP.19680823 200003 1 001 ........................
Surakarta, Januari 2012
Mengetahui, Ketua Jurusan Biologi
Dr. Agung Budiharjo, M.Si. NIP. 19680823 200003 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGESAHAN
SKRIPSI OPTIMALISASI PEMANFAATAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus Linn.)
SEBAGAI BIOKATALISATOR PERTUMBUHAN DAN SINTASAN
UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii de Man)
Oleh Armeina Nur Rachmawati
NIM. M0407024
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal …………….
dan dinyatakan telah memenuhi syarat Surakarta, Februari 2012
Penguji I
Dr. Prabang Setyono, M.Si. NIP. 19720524 199903 1 002
Penguji II
Dra. Marti Harini, M.Si NIP. 19540323 198503 2 001
Penguji III
Dr. Agung Budiharjo, M.Si. NIP. 19680823 200003 1 001
Penguji IV
Dr. Sunarto, M.S NIP. 19540605 199103 1 002
Dekan
FMIPA UNS
Ir. Ari Handono Ramelan, M. Sc.,(Hons)Ph.D NIP. 19610223 198601 1 001
Mengetahui Ketua Jurusan Biologi
Dr. Agung Budiharjo, M.Si.
NIP. 19680823 200003 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian saya sendiri
dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar
kesarjanaan yang telah diperoleh dapat ditinjau dan /atau dicabut.
Surakarta, Januari 2012
Armeina Nur Rachmawati NIM. M0407024
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
OPTIMALISASI PEMANFAATAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus Linn.) SEBAGAI BIOKATALISATOR PERTUMBUHAN DAN SINTASAN UDANG
GALAH (Macrobrachium rosenbergii de Man)
Armeina Nur Rachmawati Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
ABSTRAK
Udang galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) merupakan salah satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomis tinggi. Pemeliharaan monokultur dapat menimbulkan masalah keseimbangan ekosistem karena hampir seluruh udang terkumpul di dasar kolam sehingga proses biologi yang berlangsung di dalam kolam air tidak terkontrol. Keadaan ini dapat mendorong timbulnya blooming plankton yang menyebabkan penurunan kandungan oksigen terlarut sehingga udang galah mengalami stres dan dapat menghambat pertumbuhan udang galah dan penurunan hasil produksi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan ikan nila sebagai biokatalisator pertumbuhan dan sintasan udang galah dan dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2011 di Desa Jimus, Karanglo, Klaten dan Sub Lab Biologi, Laboratorium Pusat MIPA UNS.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) sistem polikultur 2 perlakuan dan kontrol dengan penebaran juvenil udang (PL 21) 20 ekor/m2 pada kolam berukuran 8 x 2 x 1 m3. Setelah 21 hari penebaran juvenil udang disusul dengan penebaran ikan nila. Parameter yang diukur meliputi pertumbuhan (berat dan panjang) udang galah, kelangsungan hidup dan kualitas air tempat budidaya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup (sintasan) udang galah yang tinggi dicapai dengan perlakuan pemeliharaan ikan nila dengan padat tebar 5 ekor/m2 yaitu 85,11%. Kisaran kualitas air selama penelitian yaitu suhu antara 25-310C, kandungan oksigen terlarut 4,06-9,78 mg/L, derajat keasaman air 6,40-8,10, salinitas 0 ppt, amonia (NH3) 0,003-0,014 mg/L, nitrit (N02) 0,003-0,201 mg/L, nitrat (N03) 0,307-4,05 mg/L, phospat (P04) 0,364-1,09 mg/L. Dengan demikian, perlakuan pemeliharaan ikan nila memberikan pengaruh yang baik terhadap kestabilan media pemeliharaan udang galah sehingga menghasilkan kelangsungan hidup (sintasan) yang cukup baik.
Kata Kunci: Macrobrachium rosenbergii de Man, biokatalisator,
Oreochromis niloticus Linn.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
OPTIMIZING THE UTILIZATION OF NILE TILAPIA (Oreochromis niloticus Linn.) AS GROWTH AND SURVIVAL RATE BIOCATALYST PRAWNS
(Macrobrachium rosenbergii de Man)
Armeina Nur Rachmawati Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences,
Sebelas Maret University, Surakarta
ABSTRACT
Prawns (Macrobrachium rosenbergii de Man) is one of fishery commodities of high economic value. Maintenance monoculture can cause ecosystem balance problems because almost all shrimp collected in the bottom of the pool so that the biological processes that take place in the pool water is not controlled. This situation can encourage the onset of blooming of plankton that causes a decrease in dissolved oxygen content so that the prawns experience stress and can inhibit the growth of giant prawns and decreased production.
This study aims to examine the use of Nile Tilapia as growth and survival rate biocatalyst of prawns. The research was conducted from February to June 2011 in the village of Jimus, Karanglo, Klaten and Sub Lab Biology, Laboratory of Mathematics and Science Center UNS. This research used Completely Randomized Design polyculture system 2 treatment and control with 20 head of stocking juvenile shrimp (PL 21) per m2 on the pool measures 8 x 2 x 1 m3. After 21 days of stocking juvenile shrimp followed by stocking nile tilapia. Parameters measured include growth (weight and length) prawns, survival rate, and water quality of the cultivation.
The results showed that survival rates of prawns are high achieved with maintenance treatment with dense stocking tilapia 5 nile tilapia ie 85.11%. The range of water quality during the study between temperature 25-310C, dissolved oxygen content from 4,06 to 9,78 mg / L, the degree of acidity of water from 6.40 to 8.10, 0 ppt salinity, ammonia (NH3) from 0.003 to 0.014 mg / L, nitrite (N02) from 0.003 to 0.201 mg / L, nitrate (N03) from 0.307 to 4.05 mg / L, phosphate (P04) from 0.364 to 1.09 mg / L. Thus, maintenance treatment of tilapia provide a good influence on the stability of the prawns media resulting in the maintenance of survival (survival rate) is quite good. Key word: Macrobrachium rosenbergii de Man, biocatalyst, Oreochromis niloticus Linn.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Be SEHATI (Spirit, Education, High quality, Attitude, Try, Imagination)
Hendaknya bagi seorang yang berilmu untuk mengamalkan apa yang diketahuinya, kemudian menuntut ilmu yang tidak diketahuinya
-Sayyidina Ali bin Abi Thalib-
Coming together is a beginning, staying together is progress, and working together is success (Henry Ford)
Harus bisa membaca peluang (Dr. Sunarto, M.S.)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati karya kecil ini kupersembahkan untuk:
Mama dan Babe, motivator terhebat yang memberiku semangat, inspirasi, dan energi untuk meraih mimpi….
Bapak dan Ibu angkat, pelengkap warna kehidupanku
Gunawan, untuk senyum yang merekah dan kebersamaan yang tak berarti bila
sendiri...
Alfin, Dian, Novita untuk pelangi persahabatan yang begitu bermakna
Teman seperjuangan Biologi 2007,
alone is beautifull, together is wonderfull
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, puji syukur atas kehadirat Alloh SWT, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun
dan menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana
sains Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penelitian maupun penyusunan skripsi ini penulis telah
mendapatkan banyak masukan, bantuan dan bimbingan dari berbagi pihak yang
sangat berguna dan bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung Oleh
karena itu pada kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc.(Hons)., Ph.D., selaku Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret, Surakarta
yang telah memberikan ijin penelitian ke pada penulis.
Dr.Agung Budiharjo, M.Si., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA UNS
sekaligus Pembimbing II yang telah memberikan izin, dukungan dan masukan
selama penelitian.
Dr. Sunarto, M.S., selaku Pembimbing I yang telah memberikan motivasi,
masukan dan bimbingan beliau selama penelitian ini berlangsung.
Dr Prabang Setyono, M.Si., selaku Penelaah I yang telah memberikan
motivasi, masukan dan bimbingan selama penelitian ini berlangsung.
Dra. Marti Harini, M.Si., selaku Penelaah II yang telah memberikan
motivasi serta masukan hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.
Prof. Dr Sutarno M.Sc. Ph.D., selaku Pembimbing Akademik dan dosen di
Jurusan Biologi FMIPA UNS yang selama ini memberikan masukan, dukungan
serta bimbingan selama penulis menjalani masa studi maupun penelitian.
Kepala dan Staf Laboratorium Pusat Sub Biologi Universitas Sebelas
Maret yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Kepala dan Staf Laboratorium Jurusan Biologi FMIPA UNS, Mbak Atik,
Mas Adnan, Mbak Nina yang telah sabar membantu, memotivasi serta masukan
selama penelitian ini hingga selesai. Staf Administrasi Mas Munir dan Mbak Tisa
yang memberikan bantuan moril ke pada penulis selama penelitian.
Bapak Jadiyana Dinas Pekerjaan Umum Bidang Sumber Daya Air Klaten
yang telah membantu pengambilan data curah hujan bulan Maret s.d. Juni 2011.
Kepala dan staff Balai Perbenihan dan Budidaya Air Tawar (BPBIAT )
Klaten yang telah membantu pengambilan sampel ikan nila.
Kepala dan staff Balai Budidaya Udang Galah (BBUG) Samas, Bantul
yang telah membantu pengambilan sampel benih udang galah.
Bapak Yagus dan segenap warga Desa Jimus Polanharjo, Klaten yang
telah membantu pemakaian fasilitas kolam untuk penelitian selama 6 bulan.
Sahabatku Alfin, Dian, Wida, Nafis yang memberi banyak dukungan dan
semangat selama penyelesaian tugas akhir.
My hero team (Kholis, Alfin, Dian, Nafis, Evi Rosiana, Evi Irina, Puji
Sayekti, Nessya, Ridwan, Gunawan, Mas Ghani, Novita, Mbak Ana, Pak Joko,
Ibu Tatik, Mia, Suci, Mbak Siska, Mbak Asri, Mbak Yani) yang banyak
membantu dalam survey, persiapan kolam, pengukuran kualitas air, panen dan
dukungan dalam penelitian ini.
Teman-teman seperjuangan Biologi angkatan 2007 terima kasih atas
waktu, dukungan dan kebersamaan selama ini, adik serta kakak tingkat Biologi
atas dukungan dan doa kalian semua.
Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam
penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Demikian semoga skripsi ini dapat berguna dan memberikan kontribusi dalam
perkembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang Perikanan dan Budidaya
Perairan.
Surakarta, Januari 2012
Penyusun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..... .................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
ABSTRACT ..................................................................................................... vi
MOTTO ........................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 4
BAB II. LANDASAN TEORI ......................................................................... 6
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 6
1. Udang Galah (Macrobachium rosenbergii de Man)................... 6
2. Ikan Nila (Oreochromis niloticus Linn.)................................... 12
3. Biokatalisator .......................................................................... 15
B. Kerangka pemikiran ....................................................................... 16
C. Hipotesis ......................................................................................... 19
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 20
A. Waktu dan Tempat ......................................................................... 20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
B. Alat dan Bahan Penelitian ............................................................. 20
C. Cara Kerja ...................................................................................... 21
D. Rancangan Penelitian ..................................................................... 26
E. Analisis Data .................................................................................. 26
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 28
BAB V. PENUTUP.......................................................................................... 43
A. Kesimpulan .................................................................................... 43
B. Saran............................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 44
LAMPIRAN ..................................................................................................... 49
RIWAYAT HIDUP PENULIS ........................................................................ 96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Tingkat kelangsungan hidup udang galah yang dipelihara selama
64 hari ............................................................................................... 28 Tabel 2. Pertumbuhan udang galah selama pemeliharaan (64 hari) ................. 30 Tabel 3. Hasil analisis panjang dan berat tubuh rata-rata udang galah setelah
penelitian ............................................................................................ 30 Tabel 4. Tingkat kelangsungan hidup (%) ikan nila diakhir penelitian ........... 31 Tabel 5. Analisis suhu air selama penelitian (64 hari) ................................. ... 32 Tabel 6. Analisis oksigen terlarut selama penelitian (64 hari) ......................... 34 Tabel 7. Analisis pH air selama penelitian (64 hari) ....................................... 35 Tabel 8. Kisaran parameter bahan organik selama pemeliharaan ................... 37 Tabel 9. Pengukuran kelimpahan plankton selama pemeliharaan (ind/l) ....... 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Udang galah Macrobrachium rosenbergii de Man……………..... 7 Gambar 2. Ikan nila Oreochromis niloticus Linn. ……………....………….. 13 Gambar 3. Kerangka Pemikiran …………………………………………… 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Hasil rata-rata suhu (0C) tiap perlakuan selama penelitian ........49 Lampiran 2. Hasil rata-rata pH tiap perlakuan selama penelitian.................. 50 Lampiran 3. Hasil rata-rata oksigen terlarut (mg/L) tiap perlakuan selama penelitian.................................................................................. 51 Lampiran 4. Hasil pengukuran berat dan panjang tubuh udang galah pada perlakuan tanpa ikan nila di akhir penelitian ........................ .... 52 Lampiran 5. Hasil pengukuran berat dan panjang tubuh udang galah
pada perlakuan pemeliharaan ikan nila dengan padat tebar 10 ekor/m2......................... ............................................... 54 Lampiran 6. Hasil pengukuran berat dan panjang tubuh udang galah
pada perlakuan pemeliharaan ikan nila dengan padat tebar 5 ekor/m2......................................................................... .. 59
Lampiran 7. Hasil pengukuran kualitas air hari ke-0 (23 Maret 2011) ......... 64 Lampiran 8. Hasil pengukuran kualitas air hari ke-7 (30 Maret 2011) .......... 65 Lampiran 9. Hasil pengukuran kualitas air hari ke-14 (6 April 2011) .......... 66 Lampiran 10. Hasil pengukuran kualitas air hari ke-21 (13 April 2011) ...... 67 Lampiran 11. Hasil pengukuran kualitas air hari ke-25 (17 April 2011) ...... 68 Lampiran 12. Hasil pengukuran kualitas air hari ke-28 (20 April 2011) ....... 69 Lampiran 13. Hasil pengukuran kualitas air hari ke-32 (24 April 2011) ....... 70 Lampiran 14. Hasil pengukuran kualitas air hari ke-35 (27 April 2011) ....... 71 Lampiran 15. Hasil pengukuran kualitas air hari ke-39 (1 Mei 2011) .......... . 72 Lampiran 16. Hasil pengukuran kualitas air hari ke-42 (4 Mei 2011) ........... 73 Lampiran 17. Hasil pengukuran kualitas air hari ke-46 (8 Mei 2011) ........... 74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Lampiran 18. Hasil pengukuran kualitas air hari ke-49 (11 Mei 2011) ....... 75 Lampiran 19. Hasil pengukuran kualitas air hari ke-53 (15 Mei 2011) ........ 76 Lampiran 20. Hasil pengukuran kualitas air hari ke-56 (18 Mei 2011) ........77 Lampiran 21. Hasil pengukuran kualitas air hari ke-60 (22 Mei 2011) ....... 78 Lampiran 22. Hasil pengukuran kualitas air hari ke-63 (25 Mei 2011) ....... 79 Lampiran 23. Hasil pengukuran kualitas air hari ke-64 (29 Mei 2011) ....... 80 Lampiran 24. Hasil pengukuran berat dan panjang tubuh ikan nila
pada perlakuan pemeliharaan ikan nila dengan padat tebar 10 ekor/m2 ..................................................................... 81
Lampiran 25. Hasil pengukuran berat dan panjang tubuh ikan nila
pada perlakuan pemeliharaan ikan nila dengan padat tebar 5 ekor/m2..................................................................... 82
Lampiran 26. Hasil analisis variansi (Anava) suhu selama penelitian.......... 83 Lampiran 27. Hasil analisis variansi (Anava) oksigen terlarut selama
penelitian .............................................................................. 85 Lampiran 28. Hasil analisis variansi (Anava) pH selama penelitian .......... 87 Lampiran 29. Hasil analisis variansi (Anava) panjang udang galah
diakhir penelitian .................................................................... 89 Lampiran 30. Hasil analisis variansi (Anava) berat udang galah
diakhir penelitian .................................................................... 91
Lampiran 31. Dokumentasi Penelitian ........................................................ 93 Lampiran 32. Hasil kisaran kualitas air selama penelitian ........................ 94 Lampiran 33. Data curah hujan wilayah kabupaten Klaten ...................... 95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Udang galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) merupakan salah satu
komoditas perikanan yang bernilai ekonomis tinggi baik untuk konsumsi dalam
negeri maupun ekspor. Udang galah merupakan salah satu jenis udang air tawar
yang saat ini banyak mendapatkan perhatian ahli perikanan karena ukurannya
yang besar dan laju pertumbuhannya cepat (Sabar dan Ali, 2001). Menurut Boyd
dan Clay (2002) udang galah termasuk hewan omnivora yang mampu
memanfaatkan pakan alami yang terdapat dalam tambak seperti plankton dan
detritus yang ada pada kolam air, sehingga dapat mengurangi input pakan berupa
pelet.
Lingkungan sebagai mediator hidup udang memegang peranan sangat
penting bagi pertumbuhan udang di samping pakan. Hadie dan Supriyatna (1985)
menyatakan bahwa udang galah merupakan jenis udang air tawar yang
memerlukan lingkungan khusus sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Udang galah
sangat peka terhadap perubahan salinitas yang mendadak terutama pada saat
stadia larva. Oleh karena itu kualitas lingkungan harus dipertahankan agar selalu
dalam kondisi yang layak untuk kehidupan udang.
Dinas Perikanan Propinsi Daerah Istimewa Aceh (1995), menyebutkan
bahwa timbulnya penyakit pada pertambakan udang tidak selalu disebabkan oleh
adanya serangan organisme patogen, tetapi hal ini juga disebabkan oleh faktor
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
lingkungan. Timbulnya penyakit pada udang umumnya didahului oleh gejala stres
sebagai akibat kondisi lingkungan yang tidak memenuhi persyaratan bagi
kehidupan udang yang dipelihara. Hal ini disebabkan antara lain oleh persiapan
dan pengelolaan air yang tidak sesuai dengan persyaratan teknis, dibarengi dengan
padat penebaran tinggi tanpa memperhatikan daya dukung lahan yang digunakan
(Cholik dkk., 1999).
Jika kondisi lingkungan untuk kehidupan udang yang dipelihara tidak
memenuhi persyaratan biologik seperti salinitas, suhu, kandungan oksigen terlarut
dan amonia, maka udang menjadi sakit. Aspek lingkungan dalam suatu ekosistem
akuakultur merupakan faktor penting bagi organisme akuatik (Schmitton, 1991).
Banyak hal yang dianggap sebagai penyebab turunnya kualitas udang dan
kegagalan panen. Akan tetapi dari sekian banyak permasalahan, penurunan
kualitas lingkunganlah yang dianggap paling dominan sebagai penyebab
terjadinya keterpurukan budidaya udang. Djajadireja (1980) menyebutkan bahwa
pemeliharaan secara monokultur ternyata jumlah individu yang hidup lebih tinggi
dan berat rata-rata individu yang dipanen juga lebih besar. Tetapi perlu disadari
bahwa pemeliharaan monokultur dapat menimbulkan masalah keseimbangan
ekosistem karena hampir seluruh udang terkumpul di dasar kolam sehingga kolam
air dapat dikatakan kosong. Akibatnya, proses biologi yang berlangsung di dalam
kolam air tidak terkontrol. Keadaan ini dapat mendorong timbulnya blooming dua
jenis fitoplankton yaitu jenis uniseluler dan jenis multiseluler (Barica dalam
Cohen et al., 1983).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Tingginya populasi fitoplankton di dalam suatu perairan dapat
menyebabkan kandungan oksigen terlarut dalam ekosistem perairan akan
menurun. Jika ini terjadi udang akan merasa tidak aman, sehingga udang akan
naik ke air bagian permukaan yang lebih banyak kandungan oksigennya. Udang
yang berada di air bagian permukaan akan lebih cepat merespon bila mendapat
gangguan dari luar air, seperti suara, cahaya, gerakan dan lain-lain. Apabila terjadi
gangguan udang-udang tersebut akan meneruskan responnya itu dalam bentuk
loncat. Udang tersebut setelah loncat akan stress dan lemah (Damar, 2006).
Hal ini diperparah dengan fakta bahwa beberapa jenis fitoplankton yang
potensial blooming adalah yang bersifat toksik, seperti dari beberapa kelompok
Dinoflagellata dan kelompok Diatom (Wiadnyana, 1996). Beberapa kejadian fatal
yang disebabkan oleh fitoplankton beracun tercatat di perairan Lewotobi dan
Lewouran (Nusa Tenggara Timur), Pulau Sebatik (Kalimantan Timur), perairan
Makassar dan Teluk Ambon. Di beberapa negara maju, ledakan fitoplankton juga
mendapat prioritas penanganan mengingat dampak kerugiannya yang tinggi
(Praseno dan Sugestiningsih, 2000).
Untuk mengantisipasi hal tersebut, pendekatan prinsip budidaya dengan
memperhatikan keseimbangan alam perlu diperhatikan. Pemanfaatan
biokatalisator baik itu berupa hewan maupun tumbuhan akan bermanfaat untuk
mengatasi terjadinya penurunan lingkungan. Salah satu diantaranya dengan
pemanfaatan ikan jenis plankton feeder yang diharapkan dapat mengurangi
blooming plankton. Penelitian ini bertujuan untuk menguji penggunaan ikan nila
(Oreochromis niloticus Linn.) sebagai biokatalisator pertumbuhan dan sintasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
udang galah sehingga introduksi ikan tersebut dapat menstabilkan tempat
budidaya udang galah tanpa mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup, berat
rata-rata dan mengganggu keseimbangan ekosistem.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan
permasalahan apakah ikan nila (Oreochromis niloticus Linn.) dapat dimanfaatkan
sebagai biokatalisator pertumbuhan dan sintasan udang galah (Macrobrachium
rosenbergii de Man)?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pemanfaatan
ikan nila (Oreochromis niloticus Linn.) sebagai biokatalisator pertumbuhan dan
sintasan udang galah (Macrobrachium rosenbergii de Man).
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
1. Secara umum diharapkan dapat menambah informasi ilmiah serta gambaran
kepada penulis dan masyarakat luas terutama dalam pemanfaatan ikan nila
(Oreochromis niloticus Linn.) sebagai biokatalisator pertumbuhan dan sintasan
udang galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) sehingga dapat
diaplikasikan langsung dalam pembudidayaan intensif maupun semi-intensif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
2. Secara khusus dapat dijadikan alternatif pembudidayaan udang galah
(Macrobrachium rosenbergii de Man) dengan introduksi ikan nila
(Oreochromis niloticus Linn.) yang dapat mengatasi penurunan kualitas
lingkungan, mengoptimalkan dan menstabilkan tempat budidaya tanpa
mengganggu ekosistem yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Udang galah (Macrobrachium rosenbergii de Man)
a. Morfologi
Badan udang galah terdiri dari ruas-ruas yang diliputi oleh kulit keras.
Tubuhnya dapat dibagi atas tiga bagian besar yaitu kepala dan dada (cepha-
lothorax), badan (abdomen), dan ekor (uropoda). Cephalothorax dibungkus
oleh kulit yang keras (carapace). Di bagian depan kepala terdapat penonjolan
carapace yang bergerigi dan disebut rostrum. Manfaat rostrum tidak jelas
tetapi dapat digunakan untuk mengidentifikasi speciesnya. Udang galah
mempunyai gigi rostrum sebanyak 12 - 15 di bagian atas dan 10 - 14 di bagian
bawah. Jadi gigi rostrum merata di bagian atas maupun bawah sehingga dapat
untuk membedakannya dengan species lain (Wibowo, 1986).
Pada bagian dada terdapat lima pasang kaki jalan (pereiopoda). Pada
pasangan kaki jalan kedua tumbuh sangat besar terutama pada yang jantan
karena dapat mencapai 1,5 kali panjang badan. Sedang pada betina
pertumbuhan kaki tidak begitu besar (Lampadanai dan Tansakul, 1980).
Bagian badan terdiri dari lima ruas, masing-masing dengan sepasang
kaki renang (pleopoda). Pada udang betina, bagian ini menjadi tempat
pengeraman telur (brood chamber) setelah telur dibuahi, sedangkan pada
udang jantan terdapat apendix masculine (Wibowo, 1986).
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Bagian ekor merupakan ruas terakhir dari ruas badan yang kaki
renangnya berubah bentuk menjadi ekor kipas (uropoda). Di antara uropoda
kanan dan kiri, ruas terakhir ini membentuk tonjolan runcing ke belakang
yang disebut ujung ekor (telson), seperti terlihat pada gambar 1 (Wibowo,
1986).
b. Klasifikasi
Semua jenis udang air tawar termasuk dalam Famili Palaemonidae dan
udang galah merupakan anggota famili tersebut yang ukurannya paling besar.
Klasifikasi udang galah adalah sebagai berikut :
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Decapoda
Famili : Palaemonidae
Genus : Macrobrachium
Species : Macrobrachium rosenbergii (de Man)
(Holthuis, 1980)
Gambar 1. Udang Galah Macrobrachium rosenbergii (de Man)
(Anonim, 1997)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
c. Daur Hidup
Udang galah tumbuh dan menjadi dewasa di perairan tawar, terutama
sungai-sungai dan rawa-rawa yang mempunyai hubungan dengan laut. Setelah
dewasa dan masak kelamin udang tersebut mulai bermigrasi ke muara sungai.
Dalam perjalanan inilah udang galah sempat kawin dan bertelur. Telur yang
telah dibuahi disimpan dan dierami di tempat pengeraman (brood chamber)
sampai menetas kurang lebih 19 hari. Setelah menetas larvanya memerlukan
air payau sebagai media hidupnya. Jika dalam waktu 3-5 hari larva tersebut
tidak dapat mencapai air payau maka ia akan mati. Hal ini dapat terjadi pada
penetesan telur di perairan yang jauh dari laut (Adisukresno, 1977).
Pada perairan payau di muara sungai itu, larva udang galah bersifat
planktonis yaitu hidup melayang-layang di dalam air. Dalam kehidupannya
sebagai larva yang rata-rata membutuhkan waktu 45/hari mereka mengalami
11 kali metamorfose. Setiap kali mengalami metamorfose disebut stadia. Jadi
seluruhnya ada 11 stadia larva. Pada stadia 1, larva cenderung berkelompok di
dekat permukaan air dan semakin bertambah umurnya semakin menyebar dan
individual. Mereka juga lebih senang mendekati dasar perairan (Wibowo,
1986).
Setelah melewati stadia 11 kemudian berubah bentuk menjadi juvenil
(post larvae). Sejak saat itu bentuknya sudah menyerupai udang dewasa tetapi
ukurannya lebih kecil. la lebih senang menempel atau merayap didasar
perairan daripada berenang bebas. Post larvae ini mempunyai toleransi yang
baik terhadap kisaran salinitas yang lebar sehingga menjadi ciri-ciri udang air
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
tawar di mana post larvae yang dibesarkan di tempat pembenihan dan baru
selesai bermetamorfose dapat dipindahkan dengan cepat dari air payau ke air
tawar (Wibowo, 1986).
Post larvae segera mulai bermigrasi ke bagian hulu yang airnya tawar
dalam waktu 1-2 minggu setelah bermetamorfosa. Udang galah segera dapat
berenang melawan arus air yang deras atau menempel sambil merayap melalui
batu-batuan di pinggir sungai yang dangkal. Bahkan mereka juga dapat
memanjat permukaan yang tegak lurus dan melintasi daratan. Jenis
makanannya masih sama dengan larva tetapi sekarang memakan potongan
bahan organik, baik nabati maupun hewani yang ukurannya lebih besar
(Wibowo, 1986).
Setelah berjuang keras dengan menyeberangi tepian sungai dan
selokan, post larvae masuk ke dalam perairan tawar seperti rawa, danau,
waduk, telaga, dan juga sawah. Di sinilah mereka hidup dan tumbuh menjadi
dewasa. Setelah berumur 5-6 bulan, udang galah mulai masak kelamin dan
kembali bermigrasi ke perairan payau untuk berkembang biak lagi (Suharto
dan Djajadireja, 1977).
d. Habitat
Dalam daur hidupnya udang galah menempati dua habitat yang
berbeda yaitu perairan payau pada stadia larva dan perairan tawar pada stadia
post larvae sampai dewasa. Udang galah dewasa merupakan penghuni sungai
yang ada hubungannya dengan laut dan juga perairan di sekitar sungai tersebut
seperti danau rawa, waduk dan sebagainya. Hal ini erat sekali kaitannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
dengan daur hidup udang galah karena larva yang baru menetas harus dapat
segera mencapai perairan payau dalam beberapa hari. Jika dalam waktu 3-5
hari ia tidak dapat mencapai air payau biasanya ia akan mati. Selain di
perairan tawar dan payau, udang galah kadangkala juga diketemukan di air
laut (Holthuis, 1980).
e. Tingkah Laku dan Makanan
Sifat alami udang galah tidak berbeda dengan jenis udang lainnya yaitu
aktif pada malam hari. Sedangkan pada siang hari ia lebih banyak
menyembunyikan diri di tempat yang teduh atau membenamkan diri di dalam
lumpur. Walaupun siang hari kalau sinar matahari tidak terik sekali maka ia
pun mau aktif mencari makan. Oleh karena itu mereka disebut binatang
nocturnal artinya binatang yang aktif bergerak dan mencari makan pada
malam hari. Itulah sebabnya pemberian makanan udang galah dianjurkan
dilakukan menjelang malam hari (Fair and Fortner, 1981)
Udang galah dikenal bersifat omnivore artinya pemakan berbagai jenis
bahan makanan. Menurut New dan Singholka (1982) makanan alami larva
udang galah yaitu zooplankton (terutama udang-udangan renik), cacing-
cacingan yang sangat kecil, dan hewan avertebrata air lainnya yang masih
pada tahap larva. Setelah bertambah besar jenis makannya lebih bervariasi.
f. Pertumbuhan
Sering dan tidaknya udang berganti kulit dipengaruhi oleh umur
udang, jumlah dan kualitas makanan yang tersedia bagi udang. Udang muda
lebih sering berganti kulit. Demikian juga udang yang memperoleh makanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
dengan jumlah dan kualitas yang baik akan lebih sering berganti kulit. Sering
berganti kulit menandakan pertumbuhan udang ini cepat dan lebih cepat besar
(Sandifer and Smith, 1976).
Benih udang yang sedang pesat pertumbuhannya lebih sering berganti
kulit dengan selang waktu hanya 5-10 hari sekali. Oleh karena itu apabila
keadaan normal maka dalam waktu 2 bulan saja udang dapat tumbuh dari
ukuran kurang dari 1 cm menjadi sekitar 5 cm. Pada pergantian kulit yang
biasa, selang waktu antara pergantian kulit yang satu dengan pergantian kulit
berikutnya berkisar antara 20-40 hari (Wibowo, 1986).
g. Kualitas Lingkungan
Udang galah merupakan jenis udang air tawar yang memerlukan
lingkungan khusus sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Temperatur
merupakan faktor penting dalam proses reproduksi udang. Temperatur media
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan metabolisme tubuh udang. Pengaruh
temperatur dapat menentukan aktifitas makan udang. Temperatur media yang
optimal selama pemeliharaan udang adalah 28-31 0C, dan akan stress pada
suhu 24 0C, sedangkan proses kematian terjadi pada suhu 13 0C dan 33 0C
(Hadie dan Supriyatna, 1985).
Oksigen terlarut merupakan parameter kualitas air yang paling kritis
bagi budidaya udang galah. Kadar oksigen terlarut pada media dengan kisaran
5-7 ppm baik bagi pertumbuhan udang. Kadar oksigen terlarut yang terukur
selama pemeliharaan baik pada tahap pembenihan, pendederan maupun
pembesaran berkisar 3,9-4,6 ppm (Hadie dan Supriyatna, 1985).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Nilai pH merupakan indikator tersedianya kadar CaCO3 (kesadahan)
dimana senyawa tersebut merupakan faktor penting pada proses pergantian
kulit (moulting). Kisaran yang optimal 6,5-8,5. Nilai pH yang terukur selama
tahap pembenihan sampai pembesaran adalah 6,5-8. Kisaran ini merupakan
kisaran yang ideal bagi pertumbuhan larva (Murtidjo, 1992).
Ammonia pada media berasal dari hasil sekresi dan metabolisme serta
sisa-sisa makanan. Menurut Hadie dan Supriyatna (1985), kadar amonia 0,01-
0,1 ppm masih dapat memberikan kondisi yang cukup baik dan akan stress
pada kadar 0,6 ppm. Kadar ammonia yang terukur selama pemeliharaan
berkisar anntara 0,01 - 0,27. Kisaran ini masih layak bagi kehidupan udang
galah dan tidak menimbulkan stress.
Nitrit pada media dapat timbul bagi sebagian amonia yang ada, yang
diubah oleh jenis bakteri Nitrobacter, Nitrococcus dan Nitrosomonas di dalam
media. Kadar nitrit kurang dari 0,1 ppm cukup baik untuk pemeliharaan udang
galah (Uno and Soo, 1969).
2. Ikan Nila (Oreochromis niloticus Linn.)
a. Klasifikasi
Berdasarkan sistematika yang terdapat pada Tilapias; Taxonomy and
Specification oleh Trewavas, 1982 (Saanin, 1992) mengklasifikasikan ikan
nila ke dalam famili Cichlidae. Ikan nila dikelompokkan dalam genus
Oreochromis dengan nama spesies Oreochromis niloticus Linn.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Gambar 2. Ikan nila Oreochromis niloticus Linn. (Rahardi dkk., 1993)
b. Habitat
Seperti ikan air tawar pada umumnya, ikan nila hidup di tempat-
tempat yang airnya agak dangkal, Ikan nila termasuk ikan yang sangat tahan
terhadap perubahan lingkungan hidup. Nila dapat hidup di air tawar dan air
payau. Oleh karena itu ikan nila lebih cocok di pelihara di dataran rendah
sampai ketinggian 500 meter dari permukan laut (Suyanto, 1998).
Ikan nila sebagai pemakan plankton yang sifatnya cenderung
omnivorous, artinya tidak memerlukan pakan yang khusus. Selain itu, ikan
nila juga memiliki suatu kelebihan, yaitu ikan nila berkemampuan untuk
dapat hidup pada rentang salinitas yang lebar sehingga ikan nila dapat
dibudidayakan di air tawar, payau, maupun di laut (Wardoyo, 1997).
Menurut Suyanto (2003) ikan nila dapat hidup di perairan yang
dalam dan luas maupun di kolam. Nila juga dapat hidup di sungai yang tidak
terlalu deras alirannya, di waduk, rawa, sawah, tambak air payau, atau di
dalam jaring terapung di laut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
d. Makan dan kebiasaan makan
Ikan ini dapat berkembang biak dengan aneka makanan baik
hewani maupun nabati. Ketika ikan ini masih benih, makanan yang disukai
ikan nila adalah zooplankton (plankton hewani), seperti Rotifera sp., Moina
sp., atau Daphnia sp. Selain itu, juga memangsa alga atau lumut yang
menempel pada benda di habitatnya. Ikan nila juga memakan tanaman air
yang tumbuh di kolam budidaya. Jika telah mencapai ukuran dewasa, ikan
nila biasa diberi berbagai makanan tambahan, misalnya pelet (Khairulamri
dan Khairuman, 2003).
e. Kualitas Air
Kualitas air untuk budidaya ikan nila harus memenuhi beberapa
persyaratan :
1) Kandungan Oksigen dan Karbondioksida
Ikan nila termasuk jenis ikan yang tahan dalam kondisi kekurangan
oksigen. Bahkan ikan nila bisa bertahan hidup beberapa lama di darat
tanpa air. Kandungan oksigen yang baik untuk ikan nila minimal 4 ppm air
dan kandungan karbondioksidanya kurang dari 5 ppm air (Khairulamri dan
Khairuman, 2003).
2) Derajat Keasaman (pH)
Menurut Khairulamri dan Khairuman (2003), derajat keasaman
merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen yang menunjukkan suasana
asam atau basa suatu perairan. Faktor yang mempengaruhi pH adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
konsentrasi karbondioksida dan senyawa yang bersifat asam. Derajat
keasaman yang baik untuk budidaya ikan nila adalah 5-9.
3) Suhu
Keadaan suhu yang optimal untuk ikan nila adalah 250-280C.
Perubahan (fluktuasi) suhu yang terlalu tinggi dapat mengganggu
kelangsungan hidup nila (Djarijah, 2002).
4) Salinitas
Ikan nila bisa tumbuh dan berkembangbiak pada kisaran salinitas
0-29 ‰. Ikan nila yang masih kecil atau benih biasanya lebih cepat
menyesuaikan diri dengan kenaikan salinitas dibandingkan dengan ikan
nila yang berukuran besar (Khairulamri dan Khairuman, 2003).
3. Biokatalisator
Biokatalisator adalah pemanfaatan organisme/makhluk hidup yang
digunakan sebagai penyeimbang di dalam suatu kegiatan. Biokatalisator di
dalam dunia perikanan dapat berupa bahan bioremedian atau beberapa jenis
ikan yang bersifat pemakan plankton atau tanaman air lainnya (Murtiati dkk.,
2007).
Biokatalisator ini nyata membantu mempertahankan kondisi air
kolam. Pemanfaatan biokatalisator baik itu berupa hewan maupun tumbuhan
akan bermanfaat untuk mengatasi terjadinya penurunan kualitas lingkungan.
Salah satu diantaranya dengan pemanfaatan ikan jenis plankton feeder
diharapkan dapat mengurangi blooming plankton (Sumantadinata, 1981).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
B. Kerangka Pemikiran
Udang galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) merupakan salah satu
komoditas perikanan yang bernilai ekonomis tinggi baik untuk konsumsi dalam
negeri maupun ekspor. Udang galah merupakan salah satu jenis udang air tawar
yang saat ini banyak mendapatkan perhatian ahli perikanan karena ukurannya
yang besar dan laju pertumbuhannya cepat. Lingkungan sebagai mediator hidup
udang memegang peranan sangat penting bagi pertumbuhan udang di samping
pakan.
Banyak hal yang dianggap sebagai penyebab turunnya kualitas udang dan
penurunan hasil panen. Akan tetapi dari sekian banyak permasalahan, penurunan
kualitas lingkunganlah yang dianggap paling dominan. Pemeliharaan secara
monokultur ternyata jumlah individu yang hidup lebih tinggi dan berat rata-rata
individu yang dipanen juga lebih besar. Tetapi perlu disadari bahwa pemeliharaan
monokultur dapat menimbulkan masalah keseimbangan ekosistem karena hampir
seluruh udang terkumpul di dasar kolam sehingga kolam air dapat dikatakan
kosong. Akibatnya, proses biologi yang berlangsung di dalam kolam air tidak
terkontrol. Keadaan ini dapat mendorong timbulnya blooming plankton dan
penurunan kandungan oksigen terlarut dalam ekosistem air.
Tingginya populasi fitoplankton beracun di dalam suatu perairan dapat
menyebabkan berbagai akibat negatif bagi ekosistem perairan. Jika ini terjadi
udang akan merasa tidak aman, sehingga udang akan naik ke air bagian
permukaan yang lebih banyak kandungan oksigennya. Udang yang berada di air
bagian permukaan akan lebih cepat merespon bila mendapat gangguan dari luar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
air, seperti suara, cahaya, gerakan dan lain-lain. Apabila terjadi gangguan udang-
udang tersebut akan meneruskan responnya itu dalam bentuk loncat. Udang
tersebut setelah loncat akan stress dan lemah.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, pendekatan prinsip budidaya dengan
memperhatikan keseimbangan alam perlu diperhatikan. Pemanfaatan
biokatalisator baik itu berupa hewan maupun tumbuhan akan bermanfaat untuk
mengatasi terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Salah satu diantaranya
dengan pemanfaatan ikan jenis plankton feeder yaitu ikan nila (Oreochromis
niloticus Linn.) diharapkan dapat mengurangi blooming plankton. Penggunaan
ikan nila didasarkan pada kemampuan ikan nila untuk dapat hidup pada rentang
salinitas yang lebar sehingga ikan nila dapat dibudidayakan di air tawar, payau,
maupun di laut. Kerangka pemikiran secara skematis dapat dilihat pada Gambar 3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
Budidaya udang Galah (Macrobrachium
rosenbergii de Man)
Prinsip budidaya dengan
memperhatikan keseimbangan
alam
(ekosistem kolam stabil)
Produksi dan pertumbuhan
udang galah menjadi lebih baik
Penurunan kualitas
lingkungan
Blooming
plankton
Pemeliharaan
monokultur
Pemanfaatan
biokatalisator
(introduksi ikan nila)
Kandungan oksigen
terlarut menurun Produksi
tidak
maksimal
Turunnya kualitas
udang
Udang stress
dan lemah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
C. Hipotesis
Pemanfaatan ikan nila sebagai biokatalisator pada pembudidayaan udang
galah dapat mengatasi blooming plankton dan menstabilkan kualitas lingkungan
tempat budidaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2011 sampai dengan Juni
2011 di Desa Jimus, Karanglo, Klaten dan Sub Lab Biologi, Laboratorium Pusat
MIPA UNS.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : kolam seluas 8 x 2 x 1
m3, jaring ikan, ember, hapa, beaker glass, pH meter digital, botol sampel, DO
meter, refraktometer, labu kjeldahl, erlenmeyer, pipet, buret, gelas ukur, macro
kjeldahl, pipet volumetik, pipet gondok, pipet gondok, pipet volumetrik 50 ml,
labu erlenmeyer 250 ml, gelas ukur, labu ukur 100 ml, kuvet, pipet ukur 5 ml,
kertas saring Whatman, mikroskop, SRCC (Sedwick Rafter Counting Cell),
plankton net, dan spektrofotometer.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: air tawar, probiotik,
pupuk kandang, urea, TSP, pasir, hewan uji ikan nila ukuran 5-8 cm, juvenil
udang ukuran 2-3 cm, pakan udang, kapur, lugol, akuades, natrium hidroksida,
kalium peroksodisulfat, asam sitrat, natrium nitropusit dihidrat, larutan fenol, etil
alkohol, kalium permanganat, kalsium hidoksida, asam fosfat, n-(1 naftil)-
etilendiamin dihidroklorida, brusin, asam sulfanilamid, asam klorida, natrium
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
nitrat, natrium arsenit, asam askorbat, amonium molibdat, kalium antimonil tartat
kalium dihidrogen fosfat, asam sulfat.
C. Cara Kerja
1. Tahap persiapan
Ukuran kolam dibuat dengan luas dasar berukuran 8 x 2 x 1 m3. Setelah
pembuatan bak selasai, diisi air tawar setinggi 50 cm dan dipasang pelindung
(shelter) berupa paranet. Air kolam dibiarkan menggenang selama 7-15 hari
kemudian dilakukan pemupukan yang difermentasi dengan probiotik selama 7
hari. Penerapan probiotik pada udang selain berfungsi untuk menyeimbangkan
mikroorganisme dalam pencernaan agar tingkat serapannya tinggi, probiotik juga
bermanfaat menguraikan senyawa-senyawa sisa metabolisme dalam air. Probiotik
yang digunakan berasal dari jenis bakteri Bacillus sp. Dosis pemupukan yang
dianjurkan oleh Adisukresno (1978) adalah pupuk kandang, urea dan TSP dengan
perbandingan 10:1:2 untuk kolam seluas 1 hektar.
2. Penebaran juvenil
Juvenil (PL-21) dapat langsung ditebarkan ke kolam. Cara menebarkannya
sebagai berikut. Mula-mula kantong plastik yang berisi benih diapung-apungkan
selama ± 15 menit kemudian kantong dibuka dan ditampung di ember. Air di
ember dibuang sebagian dan diisi dengan air kolam sampai kondisi air kolam dan
ember sama. Barulah juvenil dilepaskan ke kolam dengan padat tebar berkisar
antara 20 ekor/m2 dengan berat rata-rata 0,012 – 0,016 gram/ekor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
3. Pemberian pakan
Pakan yang diberikan berupa pelet udang. Dosis pemberian pakan yang
dianjurkan Mudjiman (1983) sebanyak 10 – 15% dari berat total per hari, dalam 2
kali pemberian yaitu pada pagi dan sore hari. Kandungan protein pakan tersebut
antara 20–30%.
4. Pemeliharaan ikan nila (Oreochromis niloticus Linn.)
Setelah 21 hari penebaran benih udang disusul dengan penebaran ikan nila
(Oreochromis niloticus Linn.) umur 21 hari dengan bobot ± 1,25 gram dan
panjang ± 3 – 5 cm. Setelah penebaran, selama pemeliharaan ikan nila dilakukan
pemberian pakan setengah dari dosis pada umumnya yaitu sebanyak 1 – 2% dari
berat total per hari bersamaan dengan pemberian pakan udang galah.
5. Pengukuran kualitas air
Pengukuran kualitas air meliputi oksigen terlarut, pH, suhu dan salinitas
diukur bersamaan dengan pengambilan sampel air secara langsung (in situ)
dengan alat DO meter untuk pengukuran oksigen terlarut dan suhu perairan, pH
meter untuk pengukuran pH perairan serta refraktometer untuk pengukuran
salinitas air.
6. Pengambilan sampel air
Sampel air dimasukkan ke dalam botol sampel coklat kemudian disaring
dengan kertas saring Whatman ke dalam beaker gelas untuk menghilangkan
kotoran yang terdapat dalam sampel air. Pengambilan sampel plankton
menggunakan plankton-net.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
7. Pengukuran konsentrasi amonia dengan metode Penat
Prosedur pembuatan pereaksi amonia mengacu pada APHA (1976),
akuades bebas amonia dibuat dari 15 mL natrium hidroksida dan 1 gram kalium
peroksodisulfat yang dilarutkan dalam 500 mL akuades. Larutan alkalin dibuat
dari 100 gram asam sitrat dan 5 gram natrium hidroksida yang dilarutkan ke
dalam 500 mL akuades. Larutan hipoklorit dibuat dari 2,5 gram natrium nitropusit
dihidrat dilarutkan ke dalam 500 mL akuades. Larutan fenol dibuat dari 11,1 mL
fenol dan 95 mL etil alkohol dilarutkan dalam 100 mL akuades. Larutan stok
amonia dibuat dari 3,819 gram amonium klorida dilarutkan dalam 1000 mL
akuades. Sampel air sebanyak 25 mL ditambahkan 1 mL larutan fenol, 1 mL
larautan hipoklorit dan 2,5 mL larutan alkalin dan diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 640 nm.
Untuk menghitung konsentrasi amonia dilakukan dengan membuat satu
seri larutan standar amonia-nitrogen dengan konsentrasi 1,22 ppm sebagai berikut
: 0,5; 1; 2; 3 mL. Setiap larutan standar ini diencerkan menjad 50 mL dengan
akuades bebas amonia. Larutan standar masing-masing mengandung 0,1; 0,1; 0,3;
0,3; 0,5 mg NH3-N/L. Selanjutnya masing-masing diambil 25 mL sampel air lalu
ditambahkan 1 mL larutan fenol, 1 mL larutan hipoklorit dan 2,5 mL larutan
alkalin. Diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
640 nm.
8. Pengukuran Konsentrasi Nitrit dengan Metode Sulfanilamit
Prosedur pembuatan pereaksi mengacu pada APHA (2005), akuades bebas
nitrit dibuat dari 5 mg kalium permanganat dan kalsium hidoksida. Larutan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
pewarna dibuat dari 10 mL asam fosfat dan 1 gram n-(1 naftil)-etilendiamin
dihidroklorida. Larutan standar nitrit dibuat dari 0,4925 gram natrium nitrit
dilarutkan dalam 1000 mL akuades. Satu mL sampel air diukur kemudian
ditambahkan dengan 0,4 mL larutan pewarna dan diukur absorbansinya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 543 nm.
Untuk menghitung konsentrasi nitrit dilakukan dengan membuat satu seri
larutan standar nitrit-nitrogen dengan konsentrasi 0,50 ppm sebagai berikut : 0,01;
0,02; 0,04; 0,06; 0,08 mL.setiap larutan standar ini diencerkan menjadi 50 mL
dengan akuades bebas nitrit. Larutan standar masing-masing mengandung 0,01;
0,02; 0,05; 0,10; 0,15 mg NH2-N/L. Selanjutnya masing-masing diambil 10 mL
sampel air lalu ditambahkan dengan 0,4 mL larutan pewarna dan diukur
absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 543 nm.
9. Pengukuran Konsentrasi Nitrat dengan Metode Brusin
Prosedur pembuatan pereaksi mengacu pada APHA (2005), akuades bebas
nitrit dari 5 mg kalium permanganat dan kalsium hidroksit. Larutan brusin dibuat
dari 1 gram brusin dan 1 mL asam sulfat dilarutkan dalam 50 mL akuades.
Larutan arsenit dibuat dari 0,1 gram asam sulfanilamit dan 3 mL asam klorida
yang dilarutkan dalam 100 mL akuades. Larutan standar nitrat dibuat dari 0,6070
gram natrium nitrat dilarutkan dlam 1000 mL akuades. Lima mL air diukur lalu
ditambahkan dengan brusin, 0,05 mL natrium arsenit dan 5 mL asam sulfat
dandiukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 410
nm.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Untuk menghitung konsentrasi nitrat dilakukan dengan membuat satu seri
larutan standar nitrat-nitrogen dengan konsentrasi 5 ppm sebagai berikut : 0,50;
1,00; 2,00; 5,00; 10,00 mL. Setiap larutan standar ini diencerkan menjadi 30 mL
dengan akuades bebas nitrit. Larutan standar masing-masing mengandung 0,025;
0,05; 0,10; 0,25; 0,50 mg NH3-N/L. Selanjutnya masing-masing diambil 5 mL
sampel air lalu ditambahkan dengan 0,5 brusin, 0,05 natrium arsenit, dan 5 mL
asam sulfat dan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 410 nm.
10. Pengukuran fosfat dengan Metode Asam Askorbat
Pembuatan larutan pereaksi mengacu pada APHA (1976), larutan asam
askorbat dibuat dari 1,76 gram asam askorbat dilarutkan dalam 100 mL akuades.
Larutan amonium molibdat dibuat dari 20 gram amonium molibdat dilarutkan
dalam 500 mL akuades. Larutan asam sulfat dibuat dari 70 mL asam sulfat
dilarutkan dalam 500 mL akuades. Larutan kalium antimonil tartat dibuat dari
1,3715 gram kalium antimonil tartat dilarutkan dalam 500 mL akuades. Larutan
stok fosfat dibuat dari 219,5 mg kalium dihidrogen fosfat dilarutkan dalam 1000
mL akuades. Dua puluh lima mL sampel air diukur kemudian ditambahkan 4 mL
pereaksi campuran. Selanjutnya diukur absorbansinya dengan spektrofotometer
pada panjang gelombang 880 nm.
Untuk menghitung konsentrasi fosfat dilakukan dengan membuat satu seri
larutan standar fosfat dengan konsentrasi 1 ppm sebagai berikut : 1; 5; 10; 25; 50
mL. Setiap larutan standar ini diencerkan menjadi 50 mL dengan akuades.
Larutan standar masing-masing mengandung 0,01; 0,05; 0,10; 0,25; 0,50 mg
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
PO3/L. Selanjutnya masing-masing diambil 25 mL lalu ditambahkan dengan 4 mL
pereaksi campuran. Diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 880 nm.
11. Pemanenan
Bila pemeliharaan sudah mencapai 2 bulan, maka udang dapat dipanen.
Untuk menghindari dari terik matahari, pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi
hari.
D. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) satu arah. Percobaan dilakukan dengan sistem polikultur 2
perlakuan dan kontrol. Perlakuan pertama dilakukan dengan pemeliharaan ikan
nila dengan padat tebar 10 ekor/m2 yang dibudidayakan secara polikultur bersama
udang galah dengan padat tebar 20 ekor/m2. Perlakuan kedua dilakukan dengan
pemeliharaan ikan nila setengah dari padat tebar yaitu sebanyak 5 ekor/m2 yang
dibudidayakan secara polikultur bersama udang galah dengan padat tebar 20
ekor/m2. Kontrol dilakukan dengan pemeliharaan udang galah dengan padat tebar
20 ekor/m2 tanpa pemberian ikan nila.
E. Analisis Data
Analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif meliputi :
1. Parameter pertumbuhan
Parameter pertumbuhan diperoleh dengan mengukur berat dan panjang
tubuh udang galah diakhir penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
2. Rumus survival rate (SR)
Kelangsungan hidup dapat dihitung dengan menggunakan rumus Effendi
(1994):
SR (%) = Nt/No x 100 %
Dimana :
SR = Kelangsungan hidup hewan uji (%)
Nt = Jumlah hewan hidup pada akhir penelitian (ekor)
No = Jumlah hewan hidup pada awal penelitian (ekor)
3. Kelimpahan plankton (K)
Kelimpahan plankton (K) ditentukan dengan metode penyapuan
(sensus) dengan menggunakan Sedwick Rafter Cell (SRC) (APHA, 2005)
sebagai berikut :
K = Vs x 1 x N Va Vo
Dimana
K = Kemelimpahan plankton (sel/l)
Vs = Volume air yang tersaring (ml)
Va = Volume air yang disaring (l)
N = Jumlah plankton yang teramati
Vo = Volume air yang teramati (ml)
Data yang didapat kemudian dianalisis menggunakan sistem SPSS One-
way analysis of variance (ANOVA) dengan taraf signifikansi 5 %. Apabila
terdapat pengaruh dilanjutkan dengan uji DMRT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ikan nila dapat
dimanfaatkan sebagai biokatalisator pertumbuhan dan sintasan udang galah.
B. Saran
1. Untuk meningkatkan sintasan atau kelangsungan hidup, produksi dan
pertumbuhan udang galah disarankan memanfaatkan ikan nila sebagai
biokatalisator yang dipelihara secara polikultur mengatasi terjadinya
penurunan lingkungan tempat budidaya.
2. Perlu diadakan penelitian lanjutan dengan memanfaatkan ikan jenis lain yang
dimanfaatkan sebagai biokatalisator pertumbuhan udang galah dan
mengetahui keanekaragaman plankton yang terdapat di tempat budidaya
selama pemeliharaan secara polikultur.