oleh: suyato - core.ac.uk · prinsip dan konsep dasar demokrasi, khususnya yang menyangkut...

15
Studi Eksplorasi Penggunaan Strategi Pembelajaran Toleransi dan HAM oleh Guru-guru SD di Kecamatan Kalasan Sleman DIY (Suyato) STUDIEKSPLORASIPENGGUNAANSTRATEGI PEMBELAJARAN TOLERANSI DAN HAM OLEH GURU- GURU SD DIKECAMA TAN KALAS AN SLEMAN DIY Oleh: Suyato Star Pengajar FISE UNY Abstract The main problem of this study is the use of instructional strategy on tolerance and human right implemented by elementary teachers in Kalasan, Sleman, DIY. The background of this study is the fact that the elementary teachers were not prepared for civics teachers. As we know, this subject has distinctive characteristic, namely it main purpose is to promote civic knowledge, civic skill, and civic disposition. It is supposed that the teachers willface some barriers tofulfill this requirement. The methods of this study is descriptive qualitative. Eighteen teachers were chosen randomly. Data were collected through interview guided by interview guidance and were analyzed qualitatively. The results showed that the expository instructional strategy on tolerance and human right chosen by majority of elementary teachers. The main reason of choosing this instructional strategy is practical consideration, not theoretical one. By considering thefact that this subject mater not only about cognitive but also skill and psychomotor, teachers should change this circumstance because of lack of theoretical consideration. In order to change this practice, one thing that urgent to be conducted is action research. Action research is ideal because of its advantages, namely improving without bothering or stopping. Kata kunci: strategipembelajaran, toleransi, HAM. PENDAHULUAN Di era reformasi saat ini, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki peran penting. Dalam bentuknya yang ideal, PKn bertujuan mendidik siswa agar memiliki pengetahuan, sikap, keterampilan, dan pengalaman sehingga mereka bisa berpartisipasi secara aktif dan efektif di lingkungan mereka, baik sebagai pribadi, 71

Upload: dinhcong

Post on 05-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Studi Eksplorasi Penggunaan Strategi Pembelajaran Toleransi dan HAM olehGuru-guru SD di Kecamatan Kalasan Sleman DIY (Suyato)

STUDIEKSPLORASIPENGGUNAANSTRATEGIPEMBELAJARAN TOLERANSI DAN HAM OLEH GURU-GURU SD DIKECAMA TAN KALAS AN SLEMAN DIY

Oleh:

SuyatoStar Pengajar FISE UNY

Abstract

The main problem of this study is the use of instructional strategy ontolerance and human right implemented by elementary teachers inKalasan, Sleman, DIY. The background of this study is the fact that theelementary teachers were not prepared for civics teachers. As we know,this subject has distinctive characteristic, namely it main purpose is topromote civic knowledge, civic skill, and civic disposition. It is supposedthat the teachers willface some barriers tofulfill this requirement.The methods of this study is descriptive qualitative. Eighteen teacherswerechosen randomly. Data were collected through interview guided byinterviewguidance and were analyzed qualitatively.The results showed that the expository instructional strategy on toleranceand human right chosen by majority of elementary teachers. The mainreason of choosing this instructional strategy is practical consideration,not theoretical one. By considering thefact that this subject mater not onlyabout cognitive but also skill and psychomotor, teachers should changethis circumstance because of lack of theoretical consideration. In order tochange this practice, one thing that urgent to be conducted is actionresearch. Action research is ideal because of its advantages, namelyimproving without botheringor stopping.

Kata kunci: strategipembelajaran, toleransi, HAM.

PENDAHULUAN

Di era reformasi saat ini, Pendidikan Kewarganegaraan(PKn) memiliki peran penting. Dalam bentuknya yang ideal, PKnbertujuan mendidik siswa agar memiliki pengetahuan, sikap,keterampilan, dan pengalaman sehingga mereka bisa berpartisipasisecara aktif dan efektif di lingkunganmereka, baik sebagai pribadi,

71

Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 12, No. /, Apri/2007: 7/-85

anggota masyarakat, maupun warga negara. Untuk mencapaimaksud ini, secara umum, dapat dilakukan melalui tiga pendekatanpengembangan, yaitu (1) civic intelligence (kecerdasan warganegara) dalam banyak aspek, seperti spiritual, rasional, emosional,dan sosial; (2) civic responsibility, yaitu tanggung jawab merekasebagai warga negara; dan (3) civicparticipation, berdasarkan hakdan tanggungjawab mereka baik sebagai individu maupun sebagaiwarga negara (Oepdiknas, 2001: 3). Berdasarkan tiga pendekatanini, profil warga negara ideal sebagai hasil dari pendidikan PKndiharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yangsesuai denganprinsip dan konsep dasar demokrasi.

Permasalahannya adalah bagaimana mengajarkan prinsip-prinsip dan konsep dasar demokrasi, khususnya yang menyangkuttoleransi dan HAM secara efektif sehingga siswa benar-benarmemilikiciri-ciri warga negara yang baik. Strategi seperti apa yangseharusnya diterapkan seorang guru agar tujuan PKn yang men-cakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor tercapai secara efektifdan efisien. Sementara itu, guru-guru SO bukan merupakan gurubidang studi atau mereka yang dipersiapkan secara khusus untukmengajarkanPKn yang memiliki karakteristikkhusus.

Berangkat dari fenomena di atas, menarik kiranya untuk di-adakan penelitian yang menyangkut strategi pengajaran PKn,khususnya yang berkaitan dengan materi toleransi dan HAM, yangdigunakan guru-guru SD. Secara teoritis, penelitian ini menarikkarena akan memberikan informasi yang sangat berharga, utama-nya menyangkut peran pengalaman terhadap profesionalitas guru.Apakah tanpa pendidikan formal melalui kuliah di jurusan PPKnmisalnya, seseorang dapat mengajarkan materi PKn secara efektif,sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran yang ideal? Sedangkansecara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masuk-an bagi pihak-pihak terkait untuk mengambil tindakan konstruktifdemi peningkatanprofesionalitasguru.

Oari gambaran permasalahandi atas, dapat dirumuskanper-masalahansebagai berikut:

72

Studi Eksplorasi Penggunaan Strategi Pembelajaran Toleransi dan HAM olehGuru-guru SD di Kecamatan Kalasan Sleman DIY (Suyato)

1. Bagaimana strategi pengajaran yang digunakan guru-guru SOdi Kecamatan Kalasan untuk mengajarkan toleransi dan HakAsasi Manusia?

2. Apakah secara teoritis strategi yang digunakan guru-guru SO diKecamatanKalasandapat dipertanggungjawabkan?

Menurut PKn paradigma baru untuk tingkat SO dan SLTPdi Indonesia, ada empat komponen kompetensi dasar yang harusdimiliki siswa sebagai hasil dari PKn. Keempat komponen itu me-liputi: keberagaman, demokrasi, komponen pendukung (hukum,sejarah, budaya, geografi), dan tujuan utama (partisipasi aktif dandemokratisdari warga negara) (Oepdiknas,2001:13).

Oemokrasi di dalam PKn sangat penting. Menurut Centerfor Civic Education (CCE) (1994:1), paling tidak ada tujuh per-tanyaan yang harus dijawab dalam pengajaran demokrasi, yaitu (1)apakah demokrasi itu?; (2) siapa yang memiliki dan siapa yangmemerintah di dalam demokrasi itu?; (3) mengapa memilih de-mokrasi?; (4) bagaimana ciri-ciri masyarakat yang menjunjungtinggi atau memajukan demokrasi?; (5) apa karakteristik masya-rakat yang mempermudah pelaksanaan fungsi demokrasi?; (6)bagaimana demokrasi muncul, berkembang, bertahan, dan me-ningkat?; dan (7) bagaimana demokrasi membentuk dunia dandunia membentukdemokrasi?

Untuk membelajarkan materi di atas guru dapat meng-gunakan strategi pembelajaran berupa thinking skill strategy (stra-tegi keterampilan berpikir). Strategi ini dapat membantu siswamenjawab secara kritis pertanyaan-pertanyaan di atas. Ada tigamacam strategi ini, yaitu instructional strategy for thinking,instructional strategy of thinking. dan instructional strategy aboutthinking.

Menurut Heiman dan Slomianko (1997: 25), teachingstrategy for thinking mencakup strategi pembelajaran, aktivitassiswa, bahan-bahan pembelajaran yang membuat siswa berpikir.Strategi ini memberi kesempatan siswa untuk mempraktikkandanmelatih pikiran mereka. Cara yang digunakan adalah dengan mem-

73

- - --

beri pertanyaan, mulai yang bersifat hafalan (recalling) sampaiyang bersifatevaluasi (evaluating).

Instructional strategy of thinking adalah strategi yang ber-dasarkan asumsi bahwa berpikir mencakup seperangkatketerampil-an dan proses yang dapat diidentifikasi dan dikembangkan secarasistematis (Heiman dan Slomianko, 1997: 27). Strategi ini meng-gunakan metode secara langsung di mana keterampilankhusus se-perti membandingkan,mempertentangkan,dan menganalisis men-jadi isi dari pelajaran. Misalnya, pembelajaran membandingkan(mencari persamaan dan perbedaan) pasal-pasal tentang HAM didalam konstitusi yang pemah diberlakukan di Indonesia. Tahap-tahap dalam membandingkan dapat dilakukan dengan I) menyaji-kan obyek yang akan dibandingkan; 2) menyuruh siswa men-cermati dan menjelaskan obyek-obyek itu; 3) membandingkan ke-dua obyek itu dan membuat daftar persamaan; 4) mengulangipro-ses itu dengan membuat daftar perbedaan; 5) mengidentifikasikri-teria dalam membuat perbandingan; 6) menyimpulkan persamaancianperbedaanyang bersifat signifikan.

Instructional strategy about thinking memfokuskan padausaha membantu siswa menjadi lebih sadar akan belajar dan ber-pikir mereka(Heiman dan Slomianko, 1997:29). Dalam strategi inisiswa diminta untuk menyadari tentang apa yang mereka ketahui,apa yang tidak mereka ketahui, dan apa yang harus diketahui untukmemecahkan masalah atau memahami suatu konsep. Strategi inidapat digunakan secara efektif untuk mengajarkan konsep HAMberdasarkan UUD 1945atau UU No. 39 tahun 1999tentang HAM.Misalnya, siswa diminta untuk bertanya pada diri sendiri. Misal-nya: ide dasar dari sebuah pasal, membaca kembali dengan strategibaru untuk mengidentifikasi hak-hak warga negara. Cara lain,misalnya, guru membuat daftar secara urut dan siswa diminta me-meriksaapakah sudah lengkapatau belum.

Untuk mengajarkan aspek afektif dari tujuan PKn sepertikeyakinan dan nilai-nilai berkaitan dengan demokrasi dan HAM,misalnya kesamaan di depan hukum dan pemerintahan,aturan ber-

74

. -- -----

Studi Eksplorasi Penggunaan Strategi Pembelajaran Toleransi don HAM olehGuru-guru SD di Kecamatan Kalasan Sleman DIY (Suyato)

dasarkan suara mayoritas, perlindungan terhadap minoritas, ke-bebasan individual, kebebasan berbicara dan mengemukakan pen-dapat, berserikat, beragama, dan sebagainya, guru dapat meng-gunakan banyak strategi pembelajaran, salah satunya adalah stra-tegi memperjelas nilai (values clarification strategy). Denganmenggunakan strategi memperjelas nilai guru dapat membantusiswa mencapai kompetensi afektif mereka dalam PKn, khususnyasikap positifterhadap demokrasi, HAM, dan toleransi.

Fokus dari strategi memperjelas nilai adalah proses mem-berikan penilaian, yakni bagaimana proses sehingga siswa sampaipada kesimpulan untuk memilih atau menganut sebuah nilai ataukeyakinan dan melakukan suatu perilaku sesuai dengan keyakinanakan nilai-nilai itu. Menilai, menurut Raths (dalam Simon, Howe,dan Kirschenbaum, 1998: 19)terdiri dari 3 tahap dan 7 subproses:1. Menilai perilakudan keyakinan sesorang

a. menilaidan mendukungb. mengakuisecara terbuka,jika perlu

2. Memilih perilakudan keyakinan seseoranga. memilih dari berbagaialternatifb. memilih setelah mempertimbangkankonsekuensinyac. memilih secara bebas

3. Bertindakberdasar atas keyakinana. bertindakb. bertindakdengan pola, konsistensi, dan pengulangan.

Strategi untuk mengajarkan aspek keterampilan atau psiko-motor, salah satunya, adalah strategi pemecahan masalah daninkuiri sosial. Strategi ini perlu dikembangkam karena salah satuhal yang pasti dihadapi manusia dalam hidupnya adalah "masalah",suatu kesenjangan antara kondisi aktual dan ideal. Oleh karena ituketerampilan memecahkanmasalah perlu diberikan sejak usia dini.Sebelum menerapkanstrategi ini, alangkah baiknya kalau guru me-nanyakan kepada siswa mengapa masalah selalu menyertai ke-hidupan manusia. Beberapa jawaban terhadap pertanyaan iniadalah:

75

/ffrnal Pene/ilian Humaniorar Vol. 12, No. I. Apri/2007: 7/-85

I. karena kita hidup di dunia yang selalu berubah. Pada masyara-kat primitif, di mana kehidupan berlangsung hampir monotondari generasi ke generasi, hanya sedikit masalah yang dihadapi.Pada masyarakat yang berubah dengan cepat seperti saat ini,permasalahan yang dihadapi manusia semakin banyak dankompleks.

2. karena kita jarang mampu mempertahankan ide kita bersama.Ide adalah hal yang diharapkan, standar berperilakudan kondisiatau situasi yang belum terealisasi. Banyak masalah munculkarena kita tidak mampu menjaga keserasian antara perilakukita dengan ide bersama kita.

3. karena kita tidak sepakat tentang bagaimana kita mencapaitujuan kita. Banyak masalah muncul karena kita tidak sepakattentang cara-cara mencapai tujuan beersama, misalnya untukmencai keadilan sosial kita harus memprioritaskan pertumbuh-an ekonomi, keamanan, atau pendidikanpolitik.

4. karena kita sering tidak mampu melakukan apa yang kita ingin-kan. Banyak masalah muncul dari sini, misalnya pemerintahsebenarnya tidak ingin menaikkan pajak, tarif listrik, hargaminyak dan sebagainya, tetapi karena pemerintah membutuh-kan banyak dana untuk membiayai proses pemerintahan danpembangunan maka pemerintah terpaksa melakukan apa yangsebenarnyatidak ingin mereka lakukan.

Berdasakan alasan-alasan di atas, dan dengan memper-timbangkan bahwa salah satu tujuan PKn adalah partisipasi sosialdan politik, adalah rasional bila strategi pemecahan masalah daninkuiri sosial digunakan dalam pembelajaran PKn untuk membantusiswa berpartispasisecara aktif dalam memecahkanmasalah sosial,seperti pelanggaran HAM, pelanggaran hukum, ketidakteraturantatanan sosial, dan sebagainya. Model pembelajaran inkuiri sosialmenerapkan definisi akademis tentang inkuiri untuk mengajarkanilmu sosial (Joice dan Weil, 1990: 311). Model ini menekankaninkuiri ke dalam dan refleksi atas hakikat kehidupansosial, khusus-nya solusi terhadap problem sosial.

76

Studi Eksplorasi Penggunaan Strategi Pembelajaran Toleransi dan HAM olehGuru-guru SD di Kecamatan Kalasan Sleman DIY (Suyato)

Cara Penelitian

Penelitian ini bersifat eksploratif dengan maksud untuk me-ngetahui strategi pengajaran yang digunakan guru-guru SO diKecamatan Kalasan Sleman dalam mengajarkan toleransi danHAM kepada siswanya. Oleh karena itu yang menjadi populasidalam penelitian ini adalah seluruh guru SO di Kecamatan KalasanSleman.

Teknik penentuan subyek penelitian yang digunakan adalahdengan langkah-langkah sebagai berikut: Oari wilayah kecamatandiambil secara acak tiga desa sebagai lokasi penelitian. Oarimasing-masing desa diambil secara acak dua SO. Oari SO yangterpilih kemudian dipilih tiga orang guru yang mengajar di kelasatas (kelas 4, 5, dan 6). Oengan asumsi mereka telah memilikipengalaman mengajarkan HAM dan Toleransi kepada parasiswanya. Oengan demikian diperoleh subyek penelitian sebanyak3x2x3 orang: 18 orang. Adapun desa dan sekolah yang ditelitiadalah: (1) Oesa Purwomartani (SO Purwomartani dan SOSambiroto); Oesa Tamanmartani (SO Tamanmartani I dan II); danOesa Selomartani(SO Sidorejo dan SO Salakan).

Untuk memperoleh data, penelitian ini menggunakanmetode wawancara terstruktur. Sebagai pedoman wawancara, pe-neliti menggunakan pedoman wawancara yang berisi kisi-kisipertanyaan berkaitan dengan penggunaan strategi pengajaran PKn,meliputi strategi pengajaran kognitif, strategi pengajaran afektif,dan strategi pengajaran psikomotor.

Untuk menganalisis data yang terkumpul digunakan teknikanalisis deskriptif kualitatif. Untuk keperluan penjelasan terhadappermasalahan pertama tentang strategi pengajaran yang digunakanguru SO dalam mengajarkan toleransi dan HAM, penulis menyaji-kan data seCaradeskriptif, sedangkan untuk permasalahan keduadigunakan analisis kritis, yaitu membandingkan antara strategiyang digunakan guru dengan strategi yang secara teoritis dapat di-pertanggungjawabkantaraf keilmiahannya.

77

Jurnal Penelitian Humaniora. Vol. 12. No. I. April 2007: 7/-85

PEMBAHASAN

Secara garis besar, para guru yang menjadi responden tidakmembedakanstrategi pengajaran aspek kognitif, afektif, dan p~iko-motorik. Oleh karena itu menjadi kurang relevan kalau dalam pe-nyajian data hasil penelitian ini digunakan sistematika laporan ber-dasarkan strategi pengajaran sesuai dengan ranah kognitif, afektif,dan psikomotorik(taksonomi Bloom). Penyajian data lebih meng-gunakan kategori sebagai berikut.

Data tentang strategi pembelajarantoleransi dan HAM yangdigunakanoleh para guru SD di Kecamatan Kalasan, Sleman dapatdideskripsikansebagai berikut:I. Berdasarkan bentuk pendekatannya, semua guru cenderung

menggunakanpendekatan ekspositorik, yaitu pendekatan dalamstrategi pengajaran di mana guru hanya memberikan informasiyang berupa konsep, contoh, penerapannya dalam kehidupansehari-hari materi toleransi dan HAM. Sangat sedikit (20%)dari guru yang diwawancarai menyatakan bahwa mereka ber-usaha menerapkan teori belajar dan pembelajaran yang merekaperoleh di bangku kuliah. Hanya saja mereka menghadapi ken-dala baik budaya (kebiasaan siswa) maupun teknis operasional.Kendala budaya berupa kebiasaan siswa mendengarkan dankurang berani berbicara di kelas, apalagi berdebat, membuatguru sulit untuk menerapkan strategi pengajaran yang lebihbersifat discovery atau inquiry misalnya dengan metode diskusiatau studi kasus.

Materi yang disampaikan oleh guru telah diolah olehguru sehingga siap diberikan kepada siswa. Memang, saatpeneliti menanyakan apakah mereka memahami strategipembelajaran yang bersifat konstruktifistik, mereka baru se-kedar mendengar (80%) dan hanya 15%yang pemah mencoba-nya.Pemilihanstrategi pengajaran yang dilakukan guru ini tentusaja setelah mempertimbnagkan beberapa hal. Data tentangpertimbangan utama guru memilih strategi pengajaran yang

78

Studi Eksplorasi Penggunaan Strategi Pembelajaran Toleransi dan HAM olehGuru-guru SD di Kecamatan Kalasan Sleman DIY (Suyato)

bersifat ekspositorik dengan metode ceramah dapat disajikansebagai berikut

Tabel 1PertimbanganGuru Memilih

Strategi PernbelajaranEkspositorik

2. Pendekatan konsep diterapkan oleh para guru dalarn rnemilihstrategi pengajarannya, rneskipun tidak utuh. Oalarn rnenerap-kan strategi ini, guru rnenjelaskan konsep yang akan diajarkandengan cara mernberikancontoh sikap toleransi dalarn kehidup-an sehari-hari dan yang bukan contoh sikap toleransi. Oenganrnengetahui mana yang rnerupakan contoh dan mana yangbukan contoh sikap toleransi diharapkan siswa mernilikikonsepyang jelas tentang toleransi. Oalarn rnenggunakan pendekatankonsep ini, sebenamya guru tidak harus menjelaskan seluruh-nya, tetapi bisa dilakukan dengan rnenugaskan kepada siswauntuk mengamati kehidupan warga sehari-hari yang men-cerminkandan tidak mencerminkansikap toleransi.

3. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dimaknai secarasalah oleh guru. Hal ini dapat dilihat dari alasan mengaparnereka enggan melaksanakannya dengan alasan siswa tidakmungkindapat belajar sendiri tanpa birnbinganguru, khususnya

79

Alasan guru memilih strategi Jumlah PersentaseEkspositorik

1. Hemat Waktu 16 88,9%2. Siswa perlu dijelaskan 14 83,3%3. Agar siswa tidak rarnai 12 66,6%4. Bahanyang harus diajarkan 12 66,6%

banyak5. Guru tidak yakin siswa bisa 8 44,4%

belaiar mandiri6. Sudah terbiasa 8 44,4%

JurnalPenelitianHumaniora,Vol. /2, No. /, April 2007:7/-85

di SO pedesaan, seperti di SO Tarnanrnartani,Kalasan, Siernan.Guru tidak bisa rnenjarninjika siswa dibiarkan aktif belajar sen-diri, prinsip belajar tuntas akan tercapai karena para siswa akanrarnaiatau diarn sarna sekali. .

4. Oari dirnensi pengaturan pesan antara guru-siswa, pernilihanstrategi pengajaran toleransi dan HAM oleh para guru SO diKalasan rnenunjukkan kecenderungan guru lebih dorninan baikdalarn hal prakarsa rnaupun aktivitas kornunikasi.Jarang terjadikornunikasi tirnbal batik antara guru dan siswa. Kornunikasiyang terjadi bersifat satu arah, dari guru ke siswa. Proses peng-olahan pesan bertolak dari contoh-contoh konkrit atauperistiwa-peristiwakhusus kemudian diarnbil suatu kesirnpulanatau generalisasiyang bersifat urnurn.

5. Kriteria yang digunakan guru dalarn rnenentukanstrategi peng-ajaran toleransi dan HAM dapat disajikan dalarntabel berikut:

Tabel2Kriteria PernilihanStrategi PengajaranToleransi dan HAM

Oleh Guru SO di KecarnatanKalasan

Untuk keperluan analisis, pertarna-tarnaakan disoroti ten-tang dorninannya penggunaan strategi pengajaran yang bersifatekspositoridengan penggunaan rnetodecerarnah. Sebagairnanakitasadari bersarna bahwa salah satu kornponen keahlian yang harusdikuasai guru adalah kernarnpuanrnenyarnpaikaninforrnasi rnateripelajaran kepada siswa.Guru tidak hanya cukup dengan hanyarnernberikan cerarnah saja di depan kelas. Hal ini tidak berarti

80

Kriteria Jurnlah Persentase1. Efektifitas 18 100%2. Kelayakan 18 100%3. Efisiensi 6 66,6%4. Keterlibatansiswa 4 22,2%5. Sesuaidengan Teori 2 11,1%

Studi Eksp/orasi Penggunaan Strategi Pembe/ajaran To/eransi dan HAM o/ehGuru-guru SD di Kecamatan Ka/asan S/eman DIY (Suyato)

bahwa metode ceramah tidak baik. Ada beberapa kelebihan, disamping beberapa kelemahan dari metode ini yang akan dibahaspada bagian lain nanti.

Dalam lingkungan pendidikan modem, strategi pengajaranyang bersifat ekspositorik, misalnya dengan metode ceramah, telahmenjadi persoalan yang cukup sering diperdebatkan. Sebagianorang menolak sarna sekali metode ini karena tidak sesuai denganhakikat belajar siswa. Sebagian yang lain menganggap bahwametode ini masih perlu dipertahankan karena ada beberapa ke-lebihan yang dimilikinya.

Kalau kita cermati lebih lanjut, alasan-alasan tersebut tidakseluruhnya salah tetapi juga tidak seluruhnya benar. Dalam situasi-situasi tertentu metode ceramah merupakan metode yang palingtepat, tetapi dalam situasi yang lain kurang relevan. Guru yangbijaksana seharusnya senantiasa menyadari kondisi-kondisi yangberhubungan dengan situasi pengajaran yang dihadapinya, se-hingga ia dapat memutuskan kapan metode ceramah dapat diguna-kan dan kapan harus memakai metode lain. Sering guru menunjuk-kan kelemahannya dengan tidak menyadari situasi dan sifat materiyang diajarkan sehingga menggunakan metode ceramah dalam se-tiap situasi dan untuk semuajenis materi.

Ada beberapa situasi di mana guru bisa menggunakanmetode ceramah sebagai ciri pendekatan ekspositori, antara lain:a. kalau guru akan menyampaikan fakta atau pendapat di mana

tidak terdapat bacaan tentang fakta atau pendapat tersebut,sehinggaguru terpaksa harus menggunakan metode ceramah;

b. Jika guru akan menyampaikan materi kepada siswa denganjumlah besar, maka metode ceramah lebih efisien dibandingmetode diskusi atau demonstrasi;

c. Jika guru adalah pembicara atau orator ulung yang bisamembangkitkan semangat belajar siswa dan mampu membuatsuasana belajar tetap segar, tidak membosankan.

81

- -

Jurnal Pene/itian Humaniora, Vol. /2, No. /, April 2007: 7/-85

d. Ketika guru akan menyimpulkan pokok-pokok materi atauingin menegaskan materi yang harus dikuasai siswa sebagaiindikatorkeberhasilanbelajamya;

e. Kalau guru akan memperkenalkan pokok bahasan baru yangsiswa belum mempunyaipersepsi atau pengetahuanawal.

Paling tidak adau dua kelebihan yang dapat dikemukakandari metode ceramah, yaitu (a) guru bisa menguasai arahpembicaraan;dan (b) organisasi kelas sederhana.

Beberapa kelemahan strategi pengajaran ekspositori, antaralain dapatdisebutkan sebagai berikut:a. Guru tidak dapat mengetahui sampai di mana siswa telah

memahamimateri yang disampaikan;b. Bisa terjadi kata-kata yang disampaikan guru dimaknai secara

berbedaoleh siswa atau terjadi misunderstanding;c. Cenderung membosankan apalagi kalau volume suara guru

kurang bisa didengar seluruh siswa dan suara guru yangmonoton.

Dengan mengetahui beberapa kelebihan dan kelemahanstrategi pengajaran yang bersifat ekspositori, guru seyogyanyamempersiapkandengan matang kalau ingin menggunakan strategipengajarantersebut, antara lain:a. Tujuan pelajaran atau pembicaran harus dirumuskan dengan

jelas;b. Harus diteliti apakah metode atau strategi tersebut cocok

dengantujuan pengajaran yang telah disusun;c. Menyusun bahan ceramah yang jelas untuk menghindari salah

paham antara guru dan siswa;d. Menanamkan pengertian yang jelas, bisa dilakukan dengan

logikaberpikirdeduktif; dane. Menarik minat dan perhatian siswa dengan cara mengemuka-

kan kegunaannya.f. Dalam menganalisis strategi pengajaran yang dipilih guru

dalam mengajarkan toleransi dan HAM perlu kiranya dike-

82

Studi Eksplorasi Penggunaan Strategi Pembelajaran Toleransi dan HAM olehGuru-guru SD di Kecamatan Kalasan Sleman DIY (Suyato)

mukakan landasan teori yang dijadikan pijakan dalam peng-ambilan keputusanpemilihan strategi tersebut.

Bila menggunakan kategorisasi dari Barth, yang membagistrategi pembelajaran menjadi metode transmisi dan metodeproblem solving, maka strategi yang dipilih para guru tersebuttermasuk kategori strategi pembelajaran dalam rangka transmisipengetahuan, bukan pemecahan masalah. Oominannyapenggunaanmetode ceramah lebih mencerminkan strategi pembelajaran yangbersifat transmisi pengetahuan. Pemberian tugas kepada siswa se-bagai Pekerjaan Rumah tentang aplikasi sikap toleransi dan peng-hormatan atas HAM lebih merupakan upaya untuk memantapkanpemahaman tentang konsep toleransi dan HAM, bukan melatihmenerapkankonsep-konseptersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Strategi pembelajaran yang bersifat problem solving se-harusnya bisa dilatihkan para guru SO dalam kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran yang bersifat kontekstual sebagaimanayang dipraktikkanpara guru Taman Kanak-Kanak tidak seharusnyaditinggalkan oleh para guru SO. Bila siswa sudah terbiasa belajarmenyelesaikan masalah dengan cara berpikir ilmiah dari hal-halyang bersifat sederhanadan kontekstual maka mereka akan terbiasamenghadapi hal itu kelak bila sudah dewasa. Pembelajaran HAMdan toleransi justru akan lebih bermakna bagi siswa bila diajarkansecara kontekstual.

Oalam kehidupan sehari-hari tentu banyak tema yang bisadiangkat sebagi masalah yang berkaitan dengan HAM. Misalnya,pilihan antara kewajiban untuk membantu orangtua dengan hakuntuk bersekolah. Masalah toleransi, misalnya "Bagaimana sikapkita bila ada penganut agama lain yang tidak menghormati orangyang sedang berpuasa" atau "Suara orang mengaji dengan pengerassuara di malam hari dan mengganggu kenyamanan orang tidur".Bila semacam itu yang dilakukan guru, tentu siswa tidak akanmerasa bosan dan lebih dari itu akan merasakan bahwa apa yangmereka pelajari ada manfaatnyadalam kehidupan sehari-hari.

83

- --- ----

Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 12, No.1, Apri/2007: 7/-85

Karena ini semua menyangkut masalah budaya yang ber-sifat mendasar, mulai dari paradigma sampai praktiknya, makabukan hal yang mudah untuk mengubahnya. Oiperlukan usaha dankemauan yang keras untuk melakukannya. Sebagai sebuah ptaktikpengajaran, strategi yang dipilih seorang guru dalam mengajar me-rupakan sebuah keputusan yang tentu saja banyak faktor yang telahdipertimbangkan. Mulai dari identitas seorang guru sampai ter-sedianya sarana-prasaranadi kelas. Oemikianjuga tuntutan masya-rakat pada umumnya.

SIMPULAN

Oari analisis data di atas dapat diambil beberapa kesimpul-an dari penelitian ini, antara lain:I. Strategi pembelajaran tentang toleransi dan HAM yang

dilakukan para guru SO di Kecamatan Kalasan, Sleman lebihbanyak bersifat ekspositori atau transmisi pengetahuan. Hanyasedikit yang menggunakan strategi social discovery atauproblem solving.

2. Pertimbanganguru dalam memilih sebuah strategi pembelajar-an toleransi dan HAM lebih didasarkan pada alasan praktis,seperti efektivitas dan efisiensi, bukan atas dasar pertimbanganteoritis.

3. Oitinjau dari teori tentang belajar dan pembelajaran, strategipembelajaran yang dilakukan para guru tersebut hanya efektifuntuk memberikanpemahaman konsep yang baru. Bila konseptoleransi dan HAM merupakan sesuatu yang baru, makastrategi pembelajaran yang lebih bersifat ekspositori atautransmisi pengetahuantersebut efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Barth, James L., (1990), Methods of instruction in social studieseducation, Third Edition, London: University Press ofAmerica.

84

Studi Eksplorasi Penggunaan Strateg; Pembelajaran Toleransi dan HAM olehGuru-guru SD di Kecamatan Kalasan Sleman DIY (Suyato)

Budiningsih, C. Asri, (2003), Belajar dan pembelajaran,UniversitasNegeri Yogyakarta: Fakultas IImu Pendidikan.

Center for Civics Education (1994). National standardsfor civicsand government.California: Center for Civics Education.

Depdiknas (200I). New paradigm of civics educationfor primaryand secondary

Hall, J. Oliver and Russel Klinger (1988). Problem solving in ourdemocracy.New York: American Book Company.

Heiman, M. and J. Slomianko (1997). Thinking skills instruction:Concepts and techniques. Washington: National Educationassociation.

Joice, Bruce and Marsha Weil (1990).Models of teaching. London:Prentice-Hall Inc.

Simon, Sidney 8., Leland W. Howe, and H. Kirschenbaum(1988).Value clarification:A handbook of practical strategiesforteachers and students. New York: Dodd, Mead andCompany.

Undang-undang No. 39 tho 1999 tentang Hak asasi manusia.Jakarta: Sinar Grafika.

85