oleh achmad godaibilah -...
TRANSCRIPT
67
HUTANG PIUTANG DAN APLIKASINYA PADA MASYARAKAT
KAMPUNG GUNUNG RT. 006/03 KELURAHAN CIPONDOH
INDAH KECAMATAN CIPONDOH KOTA TANGERANG
Oleh
Achmad Godaibilah
NIM. 203046101656
KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH
PROGRAM STUDI MU’AMALAT
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1430 H/2009 M
68
HUTANG PIUTANG DAN APLIKASINYA PADA MASYARAKAT
KAMPUNG GUNUNG RT. 006/03 KELURAHAN CIPONDOH
INDAH KECAMATAN CIPONDOH KOTA TANGERANG
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I)
Oleh
Achmad Godaibilah
NIM. 203046101656
Di Bawah Bimbingan
Dr. Euis Amalia, M.Ag
NIP. 150 289 264
KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH
PROGRAM STUDI MU’AMALAT
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1430 H/2009 M
69
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “HUTANG PIUTANG DAN APLIKASINYA
PADA MASYARAKAT KAMPUNG GUNUNG RT. 006/03 KELURAHAN CIPONDOH INDAH KECAMATAN CIPONDOH KOTA TANGERANG”,
telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 2 Maret 2009. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam
(SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 2 Maret 2009
Mengesahkan
Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum
Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
NIP. 150 210 422
PANITIA UJIAN
Ketua : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Summa, SH, MA, MM. (…....................………)
NIP: 150 210 442
Sekretaris : Drs. Ahmad Yani, MA. (…....................………)
NIP: 150 269 678
Pembimbing : Dr. Euis Amalia, M.Ag. (…....................………)
NIP. 150 289 264
Penguji I : Drs. Ahmad Yani, MA. (…....................………)
NIP: 150 269 678
Penguji II : Drs. Asmawi, M.Ag. (…....................………)
NIP: 150 282 934
70
ا��� ا��� ا� ���
KATA PENGANTAR
Puja dan puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas
selesainya penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan pada Program Studi Perbankan Syari’ah di Fakultas Syari’ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Topik skripsi ini penulis pilih
atas pertimbangan pentingnya memberikan pemahaman masyarakat terhadap praktek
hutang piutang menurut Islam. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
terutama bagi para pemilik modal baik individu maupun kolektif dalam upaya
memberikan pembiayaan pada masyarakat tanpa mengharapkan imbalan yang
kemudian dikenal dengan istilah Al-Qardhul Hasan.
Penyusunan skripsi ini dapat penulis selesaikan berkat bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu sangatlah wajar bila penulis
menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terima kasih
yang setulus-tulusnya, khususnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MH, MM, selaku Dekan
Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta beserta staf yang telah memberikan tugas kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
71
2. Ibu Dr. Euis Amelia, MA, selaku Pembimbing yang telah banyak meluangkan
waktunya demi membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Djawahir Hejazziey, SH, MA, selaku Ketua Program Non Reguler
dan Bapak Drs. H. Ahmad Yani, MA, selaku Sekretaris Program Non Reguler
yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Syari’ah dan Hukum yang telah
memberikan ilmu kepada penulis selama belajar di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
staf yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk memanfaatkan dan
meminjam buku-buku yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.
6. Bapak Anwar selaku Ketua RT. 006/03 beserta staf yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di wilayah RT. 006/03.
7. Ayah dan Ibunda serta kakak dan adik-adikku tercinta yang senantiasa berusaha
dan berdo’a serta mendidik penulis dengan penuh tanggung jawab dan selalu
memberikan bantuan baik moril maupun materil. Semoga ilmu yang penulis
peroleh dapat menjadi bekal untuk membalas budi dan pengorbanan yang telah
mereka berikan.
8. Sanak famili dan handai taulan serta rekan mahasiswa Fakultas Syari’ah dan
Hukum pada Program Studi Perbankan Syari’ah dan semua pihak yang telah
memberikan bantuan dengan sukarela dalam penyelesaian skripsi ini.
72
9. Teman sejawat dan karib kerabat serta rekan kerja yang telah banyak memberikan
bantuan baik moril maupun materil, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan.
Semoga semua yang telah mereka berikan baik berupa bimbingan dan
bantuan maupun pengorbanan dalam rangka penyusunan skripsi ini, mendapat
imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin ya rabbal ‘alamin.
Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan
dan kelemahan. Oleh karenanya sumbangsih dan pemikiran, kritik dan saran yang
konstruktif dari semua pihak sangat penulis harapkan untuk perbaikan pada kajian-
kajian dengan tema yang sama pada masa yang akan datang.
17 Desember 2008 M
Jakarta,
17 Dzulhijjah 1429 H
Penulis
73
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................... 8
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................. 9
D. Metodologi Penelitian .............................................................. 10
E. Sistematika Penyusunan ............................................................ 13
BAB II : HUTANG PIUTANG PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
A. Pengertian Hutang Piutang ........................................................ 15
B. Manfaat Hutang Piutang ........................................................... 18
C. Landasan Hukum Hutang Piutang ............................................. 21
D. Rukun dan Syarat Hutang Piutang ............................................. 25
BAB III : GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KAMPUNG
GUNUNG RT. 006/03
A. Letak Geografis Kampung Gunung RT. 006/03 ......................... 30
B. Jumlah Penduduk Kampung Gunung RT. 006/03 ...................... 31
C. Peta Sosial Ekonomi Masyarakat Kampung Gunung
RT. 006/03 ................................................................................ 34
74
D. Keadaan Pendidikan Masyarakat Kampung Gunung
RT. 006/03 ................................................................................ 36
E. Kondisi Keberagamaan Masyarakat Kampung Gunung
RT. 006/03 ................................................................................ 37
BAB IV : APLIKASI HUTANG PIUTANG PADA MASYARAKAT
KAMPUNG GUNUNG RT. 006/03
A. Pola Hutang Piutang Pada Masyarakat Kampung Gunung RT.
006/03 ........................................................................................ 39
B. Bentuk Hutang Piutang Pada Masyarakat Kampung Gunung
RT. 006/03.................................................................................. 47
C. Mekanisme Hutang Piutang Pada Masyarakat Kampung
Gunung RT. 006/03 .................................................................... 54
D. Implikasi Praktek Hutang Piutang Pada Masyarakat
Kampung Gunung RT. 006/03 ................................................... 58
BAB V : PENUTUP
A. ............................................................................................. Kesi
mpulan ....................................................................................... 67
B. ............................................................................................. Saran
-saran ......................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 70
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................
75
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Jumlah penduduk menurut usia dan jenis kelamin ............................ 31
Tabel 2 : Status kewarganegaraan penduduk Kampung Gunung RT. 006/03 .. 32
Tabel 3 : Keadaan ekonomi masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 ......... 35
Tabel 4 : Keadaan pendidikan masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 ...... 37
Tabel 5 : Kondisi keberagamaan masyarakat Kampung Gunung
RT. 006/03 ...................................................................................... 38
Tabel 6 : Jenis usaha masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 .................... 39
Tabel 7 : Aplikasi jangka waktu pinjaman ...................................................... 41
Tabel 8 : Modal awal usaha ............................................................................ 43
Tabel 9 : Besarnya pinjaman yang dibutuhkan ............................................... 44
Tabel 10 : Aplikasi pinjaman dana untuk keperluan usaha ................................ 45
Tabel 11 : Aplikasi hubungan kerja antara peminjam dengan pemilik modal .... 46
Tabel 12 : Kesesuaian hutang piutang dengan prinsip syari’ah ......................... 48
Tabel 13 : Aplikasi prinsip bagi hasil ............................................................... 49
Tabel 14 : Aplikasi prinsip usaha harus sesuai dengan prinsip syari’ah ............. 50
Tabel 15 : Aplikasi pembiayaan dengan sistem qiradh ...................................... 51
Tabel 16 : Aplikasi pengembalian pinjaman tanpa bunga ................................. 52
76
Tabel 17 : Aplikasi pembiayaan dengan sistem bagi hasil melalui
penyerahan jaminan ........................................................................ 53
Tabel 18 : Prosedur pinjaman dengan menggunakan jaminan ........................... 55
Tabel 19 : Aplikasi peminjaman didasari saling percaya diri dan bertanggung
jawab ............................................................................................... 56
Tabel 20 : Aplikasi sistem administrasi yang tidak rumit .................................. 57
Tabel 21 : Pendapatan per bulan sebelum memperoleh pinjaman ..................... 59
Tabel 22 : Rata-rata pendapat masyarakat setelah memperoleh pinjaman ......... 60
Tabel 23 : Aplikasi keringanan dalam pengembalian pinjaman ......................... 61
Tabel 24 : Respon masyarakat terhadap pinjaman melalui aqad qiradh ............. 62
Tabel 25 : Aplikasi aqad qiradh dapat membantu meringankan usaha
masyarakat ...................................................................................... 63
Tabel 26 : Aplikasi pembiayaan melalui aqad gadai dianggap efektif ............... 64
Tabel 27 : Respon masyarakat terhadap pinjaman yang menggunakan
jaminan ............................................................................................ 65
77
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Telah menjadi kehendak Allah SWT bahwa manusia harus hidup
bermasyarakat dan saling tolong menolong antara satu dengan yang lainnya. Sebagai
makhluk sosial, manusia menerima dan memberikan andil dalam kehidupan orang
lain, saling berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mencapai kemajuan
dalam hidupnya. Untuk mencapai kemajuan dan tujuan hidup, diperlukan kerja sama
yang baik antara sesama manusia.1
Di antara sekian banyak aspek kerja sama yang paling menonjol di antara
manusia adalah aspek ekonomi. Ekonomi Islam bersifat dinamik menurut dimensi
ruang dan waktu, karena Islam adalah rahmatan lil ‘alamin.2 Islam mengatur sistem
perekonomiannya dengan suatu metode yang unik.3 Islam memandang masalah
ekonomi tidak dari sudut pandang kapitalis dan tidak juga dari sudut pandang sosialis,
akan tetapi Islam membenarkan adanya hak individu tanpa merusak masyarakat.
Konsep ekonomi Islam meletakkan aspek moral maupun material kehidupan sebagai
basis untuk membangun kekuatan ekonomi di atas nilai-nilai moral.4
1Hamzah Ya’qub, Kode Etik Dagang Menurut Islam; Pola Pembinaan Hidup Dalam
Berekonomi, (Bandung: Diponegoro, 1984), h. 13 - 14 2Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2002), h. 267 3Abu A’la Al-Maududi, Usus al-Iqtishad Bain al-Islam wa al-Nuzhum al-Mu’asyirah,
(Ttp: al-Daru al-Su’udiyyah li al-Nasyar, 1971), h. 17 - 20 4Fazlur Rahman, Economic Doctrines of Islam (Doktrin Ekonomi Islam), alih bahasa
Soeroyo dan Nastangin, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995), Jilid I, h. 10 – 11. Lebih lanjut Syed
Nawab Haider Naqvi, Ethics and Economic; An Islam Synthesis, (London: The Islamic Foundation,
1981), h. 71 – 81; Muhammad Hisanien al-Bathah, Al-Nizham al-Iqtishadi fi al-Islam, (Ttp: Tnp,
1997), h. 127 – 147; Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam; Suatu Pengantar, (Yogyakarta:
Ekonosia, 2002), h. 69 – 100
78
Dengan demikian keunikan pendekatan Islam terletak pada sistem nilai
yang mewarnai tingkah laku ekonomi atas kehidupan dan tercakupnya nilai-nilai
dasar yang bersumber dari tauhid.5 Dalam kehidupan ekonomi penekanannya
difokuskan pada dinamika vertikal dan horizontal.6 Islam menegaskan bahwa pemilik
alam beserta isinya secara mutlak adalah Allah SWT. Manusia sebagai khalifah
diberikan kemampuan yang bersifat konseptual, sehingga dapat mengolah dan
memanfaatkan alam beserta isinya untuk menciptakan kesejahteraan dan
kemakmuran bersama.7
Dalam rangka menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran bersama,
manusia dituntut untuk usaha dan bekerja. Dalam masyarakat Islam, semua orang
dituntut untuk bekerja, menyebar di muka bumi dan memanfaatkan rizki, nafkah dan
tidak terus menerus berdiam diri hanya menunggu rizki yang telah dijamin, makanan
telah ditakar dan kehidupan telah dimudahkan, namun semua itu tidak akan diperoleh
tanpa ada usaha dan bekerja.8 Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT sebagai
berikut :
5Muhammad Nejatullah Shiddiqi, Muslim Economic Thinking; A Survey of Contemporary
Literature (Pemikiran Ekonomi Islam; Suatu Penelitian Kepustakaan Masa Kini), alih bahasa A.M.
Sawefuddin, (Jakarta: Lembaga Islam Untuk Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LIPPM),
1986), h. xx; Yusuf Al-Qardhawi, Darul Al-Qiyam wa al-Akhlaq fi al-Iqtishad al-Islami (Norma dan
Etika Ekonomi Islam) alih bahasa Zainal Arifin dan Dahlian Husin, (Jakarta: Gema Insani Press,
1997), h. 31 - 32 6Dinamika vertikal ekonomi Islam adalah transendensi kepemilikan kekayaan yang
diperoleh melalui bekerja sebagai realisasi kewajiban agama, sehingga setiap kegiatan ekonomi tidak
terlepas dari dimensi moralitas dan mencari ridha Illahi, sedang dinamika horizontal merupakan makna
sosial dalam bekerja dan kemajuan kegiatan usaha. Lihat Musa Asy’ari, Islam Etos Kerja
Pemberdayaan Ekonomi Umat, (Yogyakarta: Lembaga Studi Filsafat Islam, 1987), h. 68 7Haris Faulidi Asnawi, Transaksi Bisnis E-Commerce Perspektif Islam, (Yogyakarta:
Magistra Insania Press, 2004), Cet. ke-1, h. 2 8Syafril Halim, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995),
h. 55
79
������� ���� � ����������� �������� ���� !�" #$%&�'�� ����(�)%*��� +�, -./��� 01�� �����23���� 41�� �56��7⌧2
%*�9:�; 4� �<�=���3> )��ا��� : @A.(
Artinya : “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi,
dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar
kamu beruntung” (QS. Al-Jum’ah : 10).
Dengan bekerja seseorang akan mempermudah penghasilan, laba atau
imbalan yang dapat digunakan untuk menutupi kebutuhan pokok demi kelangsungan
hidup diri dan keluarganya. Ia dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan hasil
kerjanya sendiri tanpa harus meminta kepada orang lain atau menunggu bantuan dari
orang lain. Pengangguran bagi mereka yang mampu bekerja jelas tidak sesuai dengan
kedudukan manusia sebagai wakil Tuhan di muka bumi. Bekerja dan berusaha
merupakan salah satu cara menyelesaikan masalah kemiskinan.
Kemiskinan dengan segala dimensinya merupakan permasalahan yang
harus diatasi melalui Program Pemerintah dan partisipasi semua elemen masyarakat.
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat mengungkapkan bahwa tingkat
kemiskinan pada tahun 2005 sama dengan kondisi 15 tahun lalu. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin pada tahun 2004, sebesar 36,1
juta orang atau 16,6% dari seluruh penduduk Indonesia.9 Untuk itu, agar terhindar
dari belenggu kemiskinan ini, masyarakat Indonesia diwajibkan bekerja dan berusaha
untuk memperoleh imbalan yang berupa uang.
9BAZIS Provinsi DKI Jakarta, Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta, (Jakarta:
BAZIS Provinsi DKI Jakarta, 2006), Cet. ke-1, h. vii
80
Tidak ada suatu peradaban di dunia ini yang tidak mengenal dan
menggunakan uang. Kalau pun ada, maka perekonomian dalam peradaban tersebut
pasti stagnan dan nyaris tidak berkembang.10
Uang adalah segala-galanya, bahkan ada
pepatah yang mengatakan ada uang abang sayang tak ada uang abang ditendang.
Pepatah tersebut menunjukkan demikian hebatnya kekuatan uang untuk mengatur dan
mengendalikan kehidupan manusia. Aliran uang pada suatu negara, perusahaan dan
organisasi lainnya bagaikan darah yang mengalir dalam tubuh manusia. Tanpa uang
manusia akan mati. Sedemikian dahsyatnya kekuatan uang ini, sehingga manusia rela
mengorbankan segalanya demi memperoleh uang walaupun dilakukan dengan cara
hutang piutang untuk memperoleh pinjaman secara finansial.
Demikian pula dalam kehidupan suatu perusahaan, sektor finansial
merupakan jantung dari kehidupan sebuah perusahaan. Guna memperlancar
produktivitas dan untuk mengembangkan suatu perusahaan diperlukan dana yang
tidak sedikit. Walaupun dana yang dimiliki perusahaan banyak, namun suatu
perusahaan tidak mungkin terlepas dari hutang piutang, karena terkadang transaksi
yang dilakukan suatu perusahaan tidak secara chase jadi memaksa perusahaan untuk
melakukan hutang piutang.
Bagi para pengusaha besar hutang piutang tentu tidak menjadi masalah,
karena mereka mampu membayar bunga pinjaman dan memiliki usaha yang sudah
berjalan. Namun amat disayangkan, para kreditur tidak memberikan peluang
10Rimsky K. Judisseno, Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia, (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2002), h. 1
81
pinjaman kepada para pengusaha kecil, karena tingkat kelayakan usaha yang masih
belum menentu dan belum jelas, beresiko tinggi dan terutama prosedur serta
persyaratan teknis yang belum bisa terpenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan finansial
dari perusahaan-perusahaan besar ini, maka lahirlah lembaga-lembaga keuangan baik
konvensional maupun syari’ah yang kedua-duanya menerapkan sistem bunga.
Islam menganggap bunga sebagai suatu kejahatan ekonomi yang
menimbulkan penderitaan masyarakat baik itu secara ekonomi, sosial maupun moral.
Oleh karena itu, kitab suci Al-Qur’an melarang kaum muslimin untuk memberi
maupun menerima bunga. Dalam surah Al-Baqarah ayat 278 – 279 Allah SWT
melarang riba dan mempertegas bahwa bunga itu melanggar hukum di dalam Islam.11
Pembayaran angsuran bunga yang berat secara terus menerus telah
merendahkan standar kehidupan masyarakat serta menghancurkan pendidikan anak-
anak mereka. Di samping itu, kecemasan terus menerus peminjam juga
mempengaruhi efisiensi kerja mereka. Hal tersebut bukan saja mempengaruhi
kehidupan pribadi dan keluarga peminjam, namun juga akan mempengaruhi
perekonomian negara.12
Salah satu ciri dari kemajuan perekonomian negara dapat
dilihat dari pendapatan masyarakat.
Kenyataan yang terjadi di masyarakat, bahwa pinjaman dana makin
mengikat dan mencekik pengusaha kecil ke bawah. Di antaranya adalah praktek bank
11Sutan Remy Syahdeni, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia, (Jakarta: PT. Pustaka Utama, 1999), h. 6 12Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), h. 78
82
keliling. Bahkan ada yang menampakkan wajahnya sebagai koperasi simpan pinjam
yang menawarkan pinjaman dengan suku bunga yang mencekik leher yang umumnya
di atas 30% per tahun. Adalah praktek yang sudah biasa, seorang pengusaha kecil yng
meminjam uang Rp. 100.000,- ia hanya menerima sebesar Rp. 90.000,- Sementara
itu, ia harus mengembalikan pinjaman tersebut sebesar Rp. 4.000,- per hari selama
satu bulan atau Rp. 120.000,- per bulan.13
Untuk mengantisipasi hal ini, masyarakat
membutuhkan lembaga keuangan yang tidak menerapkan sistem bunga. Salah satu
lembaga keuangan yang tidak menerapkan sistem bunga adalah Lembaga Keuangan
Syari’ah.
Lembaga Keuangan Syari’ah membantu dan membina golongan kecil atau
pemula yang membutuhkan dana pinjaman melalui bantuan hibah yang diarahkan
oleh Lembaga Keuangan Syari’ah secara produktif melalui pinjaman lunak tanpa
bunga yang dikenal dengan istilah Al-Qardhul Hasan. Pada pinjaman ini, peminjam
hanya diwajibkan mengembalikan pinjaman pokoknya pada waktu jatuh tempo tanpa
memberikan bunga pinjaman dan hanya membayar biaya administrasi.14
Namun
Lembaga Keuangan Syari’ah ini sangat sulit ditemukan pada masyarakat terpencil
seperti masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 Kelurahan Cipondoh Indah
Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang.
13Baihaqi Abdul Madjid, et.al., Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem Syari’ah;
Pengolahan Gagasan dan Gerakan BMT di Indonesia, (Jakarta: PINBUK, 2000), h. 189 14Karnaen A. Purwaatmadja, Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia, (Depok: Usaha
Kami, 1996), h. 67
83
Sadar akan sulitnya mencari lembaga keuangan yang beroperasi secara
syari’ah, masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 Kelurahan Cipondoh Indah
Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang ini berupaya mencari solusi terbaik dalam
melakukan praktek hutang piutang dengan cara mendatangi baik individu maupun
kelompok yang dianggap memiliki dana yang dapat dipinjamkan demi
kesinambungan usaha mereka. Adapun praktek hutang piutang ini didasarkan pada
prinsip syari’ah yang dikenal dengan istilah Al-Qardhul Hasan. Artinya pinjaman
tanpa bagi hasil, dimana penerima pembiayaan hanya diwajibkan mengembalikan
pokok pinjaman pada waktu jatuh tempo dan hanya membebani biaya administrasi.15
Berpijak pada pola pikir di atas, maka penulis merasa tertarik untuk
menuangkan sebuah obsesi yang terdapat dalam diri penulis yang kemudian
diwujudkan dalam bentuk skripsi yang diberi judul : “HUTANG PIUTANG DAN
APLIKASINYA PADA MASYARAKAT KAMPUNG GUNUNG RT. 006/03
KELURAHAN CIPONDOH INDAH KECAMATAN CIPONDOH KOTA
TANGERANG”. Tema ini menarik untuk dikaji, karena implikasinya sangat luas
sehingga dapat menjadi bahan pemikiran bagi pemilik modal dalam upaya
mendirikan Lembaga Keuangan Syari’ah guna menjalankan praktek hutang piutang
untuk membantu dan sekaligus membina golongan pengusaha kecil atau pemula yang
membutuhkan dana pinjaman melalui bantuan hibah pada masyarakat Kampung
Gunung RT. 006/03 Kelurahan Cipondoh Indah Kecamatan Cipondoh Kota
Tangerang.
15Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah, (Yogyakarta: UPPAMP YPKN,
2000), h. 53
84
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Praktek hutang piutang tidak hanya dilakukan oleh para pengusaha kecil
dan menengah, tetapi hutang piutang juga dipraktekkan oleh perusahaan besar yang
konon kabarnya memiliki jumlah dana yang banyak. Kontrak bisnis hutang piutang
sudah dipraktekkan sejak dahulu, namun perkembangannya setelah sistem hukum
semakin sempurna. Kontrak dan hutang piutang pun senantiasa berkembang ke arah
penyempurnaan demi terjaminnya kelancaran dalam berbisnis dari resiko penipuan
dan kecurangan yang terjadi.
Banyak hal yang dapat diangkat dalam persoalan ini seperti praktek hutang
piutang yang dilakukan oleh lembaga-lembaga keuangan konvensional misalnya
bank, pegadaian, koperasi, dan lain sebagainya. Agar dapat memberikan fokus
masalah, maka pembahasan skripsi ini dibatasi hanya pada praktek hutang piutang
yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 Kelurahan Cipondoh
Indah Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang. Dalam hal ini, penulis merumuskan
permasalahannya, yaitu : Sejauh mana pengaruh aplikasi hutang piutang terhadap
kehidupan masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 dengan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep praktek hutang piutang menurut masyarakat Kampung
Gunung RT. 006/03 ?
2. Bagaimana respon masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 terhadap praktek
hutang piutang ?
85
3. Apakah praktek hutang piutang yang dilakukan masyarakat Kampung Gunung
RT. 006/03 sudah sesuai dengan ketentuan syari’ah ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Sejalan dengan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, maka penelitian skripsi ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Memperoleh gambaran tentang praktek hutang piutang yang dilakukan oleh
masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03.
2. Mengetahui respon masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 terhadap praktek
hutang piutang.
3. Memperoleh gambaran tentang penyelenggaraan hutang piutang pada masyarakat
Kampung Gunung RT. 006/03 yang sesuai dengan ketentuan syari’ah.
Adapun kegunaan dari penelitian skripsi ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
1. Manfaat akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa buku
bacaan perpustakaan di lingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, khususnya di Fakultas Syari’ah dan Hukum pada Program Studi Ekonomi
Islam.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
berarti bagi khazanah ekonomi Islam dan sekaligus dapat memberikan penjelasan
86
tentang praktek hutang piutang dalam upaya membantu meningkatkan
perekonomian masyarakat.
3. Masyarakat umum
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan acuan yang jelas
terutama bagi mereka yang melakukan praktek hutang piutang agar terhindar dari
sistem riba.
D. Metodologi Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis yakni penelitian tentang hubungan
fenomena sosial tertentu dengan menganalisa dan menginterpretasikan data-data yang
ada.16
Pengumpulan data dalam rangka penulisan skripsi ini adalah melalui studi
kepustakaan dan studi lapangan. Studi kepustakaan maksudnya dalam pengumpulan
data-data skripsi ini, penulis banyak mengambil sumber dari buku-buku, brosur,
makalah, majalah dan surat kabar yang berhubungan erat dengan tema skripsi ini.
Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah jenis
penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif tertulis dengan informasi dari
orang yang terlibat dalam objek.17
Sementara itu, untuk memperoleh data yang jelas
tentang kondisi masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 Kelurahan Cipondoh
16Penelitian ini memiliki dua tujuan. Pertama, untuk pengukuran yang cermat terhadap
fenomena sosial tertentu dengan mengembangkan konsep dan menghimpun fakta. Kedua, untuk
memprediksi fenomena sosial tertentu. Lihat Masri Singarimbun, et.al., Metode Penelitian Survey,
(Jakarta: LP3ES, 1999), Cet. ke-1, h. 4 - 5 17Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998),
Cet. ke-2, h. 3
87
Indah Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang, maka digunakanlah sistem populasi dan
sampel.
Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis, yaitu obyek yang akan
diteliti.18
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kampung Gunung RT.
006/03 Kelurahan Cipondoh Indah Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang yang
berjumlah 328 orang yang nantinya jumlah ini akan dijadikan sampel.
Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 12%. Jadi dalam
penelitian ini jumlah sampel adalah 12% dari jumlah populasi yang ada, yaitu 12% x
328 = 49,56 orang yang kemudian dibulatkan menjadi 50 orang. Jumlah populasi
yang diambil sebanyak 12% berdasarkan pada pertimbangan pendapat Suharsimi
Arikunto yang mengatakan bahwa jika populasi lebih dari 100 orang, maka
banyaknya sampel yang diambil adalah 10% - 15%.19
Kemudian untuk memperoleh data lapangan, penulis mengadakan
pendekatan langsung dengan cara mendatangi obyek yang diteliti seperti gambaran
umum lokasi penelitian dan kondisi masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 untuk
mendapatkan data dan keterangan-keterangan lainnya yang diperlukan dalam
penelitian ini. Adapun teknik pengumpulan data antara lain dapat dilakukan sebagai
berikut :
a. Observasi, penulis mengadakan pengamatan langsung terhadap masyarakat
Kampung Gunung RT. 006/03 untuk memperoleh data yang akurat tentang gejala,
peristiwa dan kondisi aktual yang terjadi pada masa sekarang.
18Irawan Suhartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 35 19Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1998), h. 246
88
b. Wawancara, penulis melakukan tanya jawab dengan Ketua RT. 006/03 untuk
memperoleh data yang dibutuhkan dan dianggap akurat.
c. Questioner, yaitu dengan menyebarkan angket yang berisi pertanyaan-pertanyaan
yang ditujukan kepada responden.
Dari hasil pengumpulan data ini, kemudian data tersebut dianalisa. Dalam
penelitian ini, analisis data yang dilakukan adalah analisis kualitatif, yaitu data yang
telah dihimpun diklasifikasikan dan kemudian dihubungkan antara satu dengan yang
lainnya, lalu dianalisa serta diambil hasil dari analisis tersebut yang kemudian
dideskripsikan sebagai suatu hasil bahan pemikiran.
Selanjutnya data yang telah diperoleh kemudian dianalisa melalui
perhitungan frekuensi dengan rumus :
F
P = X 100
N
Keterangan : P = Prosentase jawaban
F = Frekuensi
N = Jumlah responden
100 = Bilangan tetap
Adapun teknik penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku “Pedoman
Penulisan Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta” yang
diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2007 akan mewarnai seluruh bentuk penulisan skripsi ini.
89
E. Sistematika Penyusunan
Untuk memudahkan pembahasan skripsi ini secara keseluruhan, maka
diperlukan suatu sistematika penyusunan. Adapun sistematika penyusunan yang
dimaksud adalah seperti yang akan diuraikan di bawah ini.
Bab I menguraikan tentang pokok-pokok pikiran yang tertuang pada
pembahasan skripsi ini yang terdiri atas latar belakang masalah yang tujuannya untuk
memberikan alasan yang jelas tentang pemilihan judul, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metodologi penelitian yang dipergunakan
dalam rangka memudahkan penulisan dan sistematika penyusunan dipergunakan
untuk memberikan penjelasan secara garis besar mengenai pembahasan yang akan
diuraikan dalam skripsi ini.
Bab II berisikan tentang hutang piutang perspektif hukum Islam yang
pembahasannya meliputi pengertian hutang piutang, manfaat hutang piutang,
landasan hukum hutang piutang dan rukun serta syarat hutang piutang.
Bab III menguraikan tentang gambaran umum masyarakat Kampung
Gunung RT. 006/03 yang pembahasannya meliputi letak geografis Kampung Gunung
RT. 006/03, jumlah penduduk Kampung Gunung RT. 006/03, peta sosial ekonomi
masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03, keadaan pendidikan masyarakat
Kampung Gunung RT. 006/03 dan kondisi keberagaman masyarakat Kampung
Gunung RT. 006/03.
Bab IV membahas inti persoalan yang diperbincangkan dalam skripsi ini,
yaitu aplikasi hutang piutang pada masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 yang
90
pembahasannya meliputi pola hutang piutang pada masyarakat Kampung Gunung
RT. 006/03, bentuk hutang piutang pada masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03,
mekanisme hutang piutang pada masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 dan
implikasi praktek hutang piutang pada masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03.
Bab V merupakan bab penutup dari skripsi ini yang di dalamnya memuat
beberapa kesimpulan dan saran-saran yang merupakan kristalisasi dari uraian bab-bab
terdahulu yang kemudian diakhiri dengan daftar kepustakaan dan lampiran-lampiran.
91
BAB II
HUTANG PIUTANG PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
A. Pengertian Hutang Piutang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hutang piutang adalah uang yang
dipinjam dari orang lain dan yang dipinjamkan kepada orang lain.20
Dalam Islam,
hutang piutang dikenal dengan istilah Al-Qardh. Secara etimologis, kata Al-Qardh
berarti Al-Qath’u yang bermakna potongan.21
Dengan demikian, Al-Qardh dapat
dipahami sebagai harta yang diserahkan kepada orang yang berhutang, sebab harta
yang diserahkan merupakan satu potongan dari harta orang yang memberikan
hutang.22
Sedangkan dalam Kamus Istilah Fiqh, Al-Qardh diartikan sebagai pinjaman
atau hutang.23
Adapun kata hasan dapat diartikan dengan baik, bagus dan indah.
Dengan demikian Al-Qardhul Hasan adalah pinjaman yang diberikan kepada
seseorang untuk kebutuhan yang mendesak dan jangka pendek tanpa mengharapkan
imbalan.
Ditinjau dari aspek terminologis, ada beberapa pendapat tentang definisi Al-
Qardhul Hasan. Menurut Imam Hanafi, Al-Qardh adalah pemberian harta oleh
seseorang kepada orang lain supaya ia membayarnya. Kontrak yang khusus mengenai
20Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1998), Cet. ke-1, h. 689 21Kamaluddin A. Marzuki, Fiqih Sunnah, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1998), Jilid XII, h. 129 22Syed Ahmad Husein, et.al., Fiqih dan Perundang-undangan Islam, (Kuala Lumpur:
Dewan Bahasa dan Pustaka, 1995), h. 726 23M. Abdul Mudjieb, Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), h. 72
92
penyerahan harta kepada seseorang agar orang itu mengembalikan harta yang sama
sepertinya.24
Sementara itu, Imam Malik menyatakan bahwa Al-Qardh merupakan
pinjaman atas benda yang bermanfaat yang diberikan hanya karena belas kasihan dan
bukan merupakan bantuan atau pemberian, tetapi harus dikembalikan seperti bentuk
yang dipinjamkan.25
Sedangkan menurut Imam Hambali, Al-Qardh adalah perpindahan harta
milik secara mutlak, sehingga penggantinya harus sama nilainya.26
Adapun
pengertian Al-Qardh menurut Imam Syafi’i adalah pinjaman yang berarti baik yang
bersumberkan kepada Al-Qur’an bahwa barang siapa yang memberikan pinjaman
yang baik kepada Allah SWT, maka Allah SWT akan melipatgandakan kebaikan
kepadanya.27
Dari beberapa uraian di atas, dapat dipahami bahwa Al-Qardh adalah
pinjaman atau hutang yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain untuk
dikembalikan lagi kepada orang yang telah meminjamkan harta, karena pinjaman
tersebut merupakan potongan dari harta yang memberikan pinjaman atau hutang.
Dengan kata lain, Al-Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat
ditagih atau diminta kembali atau dalam istilah lain meminjam tanpa mengharapkan
imbalan. Dalam literatur fiqh klasik, Al-Qardh dikategorikan dalam aqad tathawwu’i
atau aqad saling membantu dan bukan transaksi komersial.28
Untuk itu dapat
24M. Abdul Mudjieb, Kamus Istilah Fiqh 25M. Muslichuddin, Sistem Perbankan Dalam Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h. 8 26M. Muslichuddin, Sistem Perbankan Dalam Islam 27M. Muslichuddin, Sistem Perbankan Dalam Islam 28M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), h. 131
93
dikatakan bahwa seseorang yang berniat ikhlas untuk menolong orang lain dengan
cara meminjamkan hutang tanpa mengharapkan imbalan disebut sebagai Al-Qardhul
Hasan.
Al-Qardhul Hasan adalah suatu perjanjian antara bank sebagai pemberi
pinjaman dengan nasabah sebagai penerima baik berupa uang maupun barang tanpa
persyaratan adanya tambahan biaya apapun. Peminjam atau nasabah berkewajiban
mengembalikan uang atau barang yang dipinjam pada waktu yang telah disepakati
bersama dengan pokok pinjaman.29
Karnaen Purwaatmadja mengatakan bahwa Al-
Qardhul Hasan adalah suatu pinjaman lunak yang diberikan atas dasar kewajiban
semata di mana si peminjam tidak dituntut untuk mengembalikan apapun kecuali
modal pinjaman.30
Menurut Umar, Al-Qardhul Hasan adalah perjanjian pinjaman baru kepada
pihak kedua dan pinjaman tersebut dikembalikan dengan jumlah yang sama yakni
sebesar yang dipinjam. Pengembalian ditentukan dalam jangka waktu tertentu yang
sesuai dengan kesepakatan bersama dalam pembayaran dilakukan secara angsuran
maupun tunai.31
Ia menambahkan bahwa Al-Qardhul Hasan merupakan pinjaman
yang harus dikembalikan pada akhir suatu waktu yang telah disepakati tanpa
keharusan membayar bunga ataupun pembagian untung rugi dalam bisnis.32
29Warkum Sumitro, Azas-Azas Perbankan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1997), h. 97 30Karnaen Purwaatmadja, Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia, (Depok: Usaha
Kami, 1996), h. 33 31M. Umar Capra, Al-Qur’an Menurut Sistem Moneter Yang Adil, (Yogyakarta: PT. Dana
Bhakti Primayasa, 1997), h. 40 32M. Umar Capra, Al-Qur’an Menurut Sistem Moneter Yang Adil
94
Sedangkan menurut Toto Abdul Fatah, Al-Qardhul Hasan adalah suatu pinjaman
yang diberikan seseorang kepada orang lain tanpa dituntut untuk mengembalikan apa-
apa bagi peminjam, kecuali pengembalian modal pinjaman tersebut.33
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa Al-
Qardhul Hasan merupakan suatu jenis pinjaman produk pembiayaan dari pemilik
modal baik individu maupun kelompok yang pengembalian pinjaman uangnya tidak
disertai dengan bunga, namun pihak peminjam berkewajiban untuk membayar biaya
administrasi.
B. Manfaat Hutang Piutang
Seperti telah diutarakan di atas, bahwa hutang piutang dalam Islam dikenal
dengan istilah Al-Qardh. Menurut Merza Gamal salah seorang pengamat masalah
ekonomi dan praktisi perbankan syari’ah bahwa aqad Al-Qardh dapat diterapkan
untuk membantu umat dalam mengembangkan usahanya. Al-Qardh merupakan
produk pembiayaan yang diperuntukkan bagi pengusaha kecil menengah ke bawah.
Dengan sistem pembayaran ini, dapat terbentuk sebuah semangat wirausaha dalam
sektor industri kecil atau mikro yang nantinya diharapkan dapat memacu
pertumbuhan ekonomi kerakyatan berbasis syari’ah.
Sifat Al-Qardh tidak memberikan keuntungan finansial bagi pihak yang
meminjamkan. Rasulullah SAW melarang mereka yang melakukan Al-Qardh dengan
mensyaratkan manfaat. Misalnya seseorang meminjamkan sejumlah uang kepada
33Toto Abdul Fatah, Bank Tidak Identik Dengan Riba, (Jawa Barat: MUI, tth), h. 42
95
koleganya dengan syarat ia dinikahkan dengan anaknya. Lain halnya bila inisiatif ini
lahir dari pihak peminjam, maka hal itu dianggap sebagai hadiah. Transaksi Al-Qardh
ini dapat dikombinasikan dengan dana zakat.
Sebagaimana diketahui bersama bahwa pemberian dana zakat yang
termasuk di dalamnya dana infaq dan shadaqah harus dapat memberikan referensi
yang memungkinkan orang miskin dapat berdikari. Dengan demikian, zakat dapat
menjadi suplemen pendapatan permanen hanya bagi mereka yang tidak dapat
menghindari dirinya sendiri secara cukup lewat usahanya sendiri. Penggunaan dana
zakat, infaq dan shadaqah secara profesional melalui sistem Al-Qardhul Hasan akan
memungkinkan orang miskin dapat mandiri dalam sebuah lingkungan sosial ekonomi
yang mengembangkan industri kecil dan hal ini akan berdampak pada pengurangan
kemiskinan serta kesenjangan sosial ekonomi.
Dengan demikian, adanya sistem pembiayaan Al-Qardhul Hasan akan
sangat membantu para pengusaha kecil, di samping dapat meningkatkan semangat
wirausaha dan tumbuhnya ekonomi yang berbasis syari’ah. Adapun manfaat dari
pembiayaan Al-Qardhul Hasan antara lain adalah bersifat mendidik. Peminjam wajib
mengembalikan dana, sehingga dana tersebut terus bergulir untuk nasabah lainnya
yang makin hari makin bertambah. Setelah usahanya berhasil, peminjam diharapkan
dapat mengeluarkan zakat, infaq dan shadaqah atas hasil usahanya itu. Dana zakat,
infaq dan shadaqah ini merupakan dana sosial yang terus dimanfaatkan bagi
peminjam berikutnya. Oleh sebab itu, peminjam diwajibkan untuk mengembalikan
dana pinjamannya dan membayar biaya administrasi. Jika kesepakatan ini dapat
diwujudkan, maka hal ini baru dinamakan Al-Qardh.
96
Produk Al-Qardh ini akan meningkatkan citra baik dan loyalist masyarakat
terhadap ekonomi syari’ah serta kesadaran masyarakat untuk membayarkan zakatnya
melalui lembaga yang telah disediakan, sehingga dana tersebut tidak hanya menjadi
dana bantuan yang sifatnya sementara dan digunakan untuk kebutuhan konsumtif
semata. Dengan demikian percepatan pembangunan ekonomi kerakyatan yang
berbasis syari’ah dapat diwujudkan menjadi kenyataan. Dalam rangka mewujudkan
ekonomi kerakyatan yang berbasis syari’ah, maka produk Al-Qardh ini harus benar-
benar dimanfaatkan.
Menurut Syafi’i Antonio, pada dasarnya manfaat Al-Qardh itu banyak
sekali, salah satu di antaranya adalah memungkinkan nasabah yang sedang dalam
kesulitan mendesak untuk mendapatkan dana pinjaman jangka pendek/panjang yang
sesuai dengan aqad. Al-Qardhul Hasan juga merupakan salah satu ciri pembeda
antara bank syari’ah dengan bank konvensional yang di dalamnya terkandung misi
sosial, di samping misi komersial. Adanya misi sosial kemasyarakatan ini akan
meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap bank syari’ah dan syari’ah itu sendiri.
Manfaat lainnya adalah berupa santunan kebajikan yang diberikan untuk membantu
meringankan beban ekonomi para mustahiq.34
Resiko dalam Al-Qardhul Hasan tergolong tinggi, karena itu dianggap
pembiayaan yang tidak ditutup dengan jaminan.35
Di samping itu, semua manfaat Al-
Qardhul Hasan juga dapat dijadikan sebagai produk untuk pembiayaan sosial
34M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktek, h. 134 35M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktek
97
kemasyarakatan seperti pengusaha kecil yang kekurangan dana, tetapi memiliki
prospek bisnis yang sangat baik.
C. Landasan Hukum Hutang Piutang
Dalam Islam hutang piutang yang tidak mengharapkan imbalan bagi
pemilik modal dikenal dengan istilah Al-Qardhul Hasan. Al-Qardhul Hasan adalah
pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali. Al-
Qardhul Hasan disyaratkan sebagai bentuk atau cara pendekatan manusia kepada
Allah SWT, karena Al-Qardh berarti lemah lembut kepada manusia, mengasihi
mereka dan memberikan kemudahan dalam urusan mereka. Hal ini sesuai dengan
firman Allah SWT sebagai berikut :
... ��� ��; �� !�� �C6D�3��� 9E�3FG)���� � HI� ��� ��; �
!�� DJ3J�K�� -<L�/M 3���� � ���NFO��� 41�� � O<�F 41��
=MP�M⌧4 DQ��F� ).R : ا�����ة( ���3
Artinya : “… Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan
taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-
Nya” (QS. Al-Maidah : 2).
Transaksi Al-Qardh diperbolehkan oleh para ulama berdasarkan Al-Qur’an
dan hadits Rasulullah SAW serta Ijma’ Ulama. Sungguh pun demikian, Allah SWT
mengajarkan kepada hamba-Nya agar meminjamkan sesuatu bagi agama Allah
98
SWT.36
Landasan hukum dari pemberian pinjaman tunai kebaijikan Al-Qardhul
Hasan adalah firman Allah SWT sebagai berikut :
SO, ��� E��41�� T$U�3FP 41�� �W%��� �X5YZ;[ \[⌧>� ]H�^�� \[�� >\_�1� ⌦�/a�_ �JPU� ).@@ : ا���ی�( 2⌧
Artinya : “Barang siapa yang meminjamkan kepada Allah suatu pinjaman yang baik,
maka Allah akan melipatgandakan balasan pinjaman itu untuknya, dan ia
akan memperoleh pahala yang banyak” (QS. Al-Hadid : 11)
Adapun yang menjadi landasan dalil dalam ayat ini adalah bahwa seorang
hamba diserukan untuk meminjam kepada Allah SWT, yaitu dengan cara
membelanjakan harta di jalan Allah SWT. Selaras dengan meminjam kepada Allah
SWT, seorang hamba diseru untuk meminjam kepada manusia sebagai bagian dari
kehidupan masyarakat.37
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT sebagai berikut :
+O, ��� E��41�� T$U�3FP 41�� �W%��� �X5YZ;[ \[⌧>� ]H��� >\_�1 �b��; /W�_ 5�6��7HR �
c1��� de�f3F�P �gh�%f�P� �[3���F� ij� ;a%� )ة ).R�k : ا���
Artinya : “Barang siapakah yang memberi pinjaman kepada Allah, sesuatu pinjaman
yang baik, maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya
dengan kelipatan yang banyak. dan Allah akan menyempitkan dan
melapangkan rizki, dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan” (QS. Al-
Baqarah : 245)
Ayat lainnya yang membicarakan tentang masalah Al-Qardhul Hasan
adalah firman Allah SWT sebagai berikut :
...���d���3����� ��, 6lm� [5�, � ���o���_� �����������
36M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktek, h. 132 37M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktek
99
��� ��� ����⌧2OE��� ���NWU�3��_� 41�� �W%���
�X5YZ;[ �... )� ).20 : ا���مArtinya : “… Maka bacalah apa yang mudah dari Al-Qur’an dan dirikanlah
sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah
pinjaman yang baik …” (QS. Al-Muzamil : 20).
Pada ayat selanjutnya yang membicarakan masalah Al-Qardhul Hasan
adalah firman Allah SWT sebagai berikut :
�;pqP�r:]�P ist��41�� ��u�5�,�� ����F v�w5�P�;M�
x"3t;M�* �!�y�F �.;a�_ &IoYZq, ��z�{R���� � .) ...ة ).R|R : ا���
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu melakukan praktek hutang
piutang tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, maka hendaklah
kamu mencatatnya …” (Al-Baqarah : 282).
Al-Qardhul Hasan tidak hanya diabadikan dalam Al-Qur’an, tetapi juga
terdapat dalam hadits Rasulullah SAW sebagai berikut :
3 ��.�م ض�ی �.�م ��مم : �ل3 �.(سو 0�." ا� /.- ,�ا�+( ن(ا د&��م ��ا �"7� 38).��ن ��وا م�ج� ا�� روا; (ة(م 3���-آ �نآ 9(ا ��8(م
Artinya : “Dari Ibnu Mas’ud bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, Bukan
seorang muslim yang meminjam kepada muslim lainnya dua kali,
melainkan salah satunya adalah setara dengan shadaqah” (HR. Ibnu
Majah dan Ibnu Hibban).
Selain Al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW yang menjadi landasan
hukum Al-Qardhul Hasan, masih terdapat landasan hukum yang menjadi dasar
diperbolehkannya transaksi Al-Qardhul Hasan yaitu ijma’ ulama yang diambil dari
hadits Rasulullah SAW sebagai berikut :
38Abu Ishaq Al-Syaerazi, Al-Muhadzab, (Mesir: Al-Babi Al-Halabi, tth), h. 302
100
نA@ م� : وس.(� ".�0 ا� -./ ا� رس&ل �3ل �3ل، 0+" ا� ,7ر ةیه /�ا �"�(ی وم� ا����م�، ی&م آب م� آ�� "+0 ا� نA(@ ا��Dن�� آب م� آ�� م�.� "� ��نا��F/ D ا� Iس ��.�م Iس �مو ،ةGHاو ��نا��F/ D 0�." ا��(ی ��م /."ج (H�0أ ن&" /F ���ا� �ن�آم ���ا� ن&" /F ا�و ،ةGHاوH39).م�.� 0أ
Artinya : “Dari Abi Hurairah ra berkata, bersabda Rasulullah SAW : Barang siapa
melepaskan seorang muslim dari suatu kesusahan dunia, niscaya Allah
akan melepaskan dia dari kesusahan-kesusahan hari kiamat, dan barang
siapa yang memberi kelonggaran pada seseorang yang ditimpa kesusahan,
niscaya Allah akan memberi kelonggaran baginya di dunia dan akhirat,
dan barang siapa yang menutupi keburukan seorang muslim, niscaya Allah
akan menutupi keburukannya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa
menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya” (HR.
Muslim).
Pada ulama sepakat bahwa Al-Qardhul Hasan boleh dilakukan.
Kesepakatan ulama ini didasari atas naluri manusia yang tidak dapat hidup tanpa
pertolongan dan bantuan saudaranya, tidak ada seorang pun yang tidak membutuhkan
pertolongan. Oleh sebab itu, pinjam meminjam sudah menjadi satu bagian kehidupan
di dunia, Islam adalah agama yang sangat memperhatikan kebutuhan umatnya.40
Contoh dalam perdagangan, seseorang memiliki modal tetapi tidak pandai berdagang
atau tidak memiliki kesempatan untuk berdagang, sedangkan orang lain pandai dan
cakap serta memiliki waktu yang cukup untuk berdagang, tetapi tidak memiliki
modal.41
Dari ketiga landasan tersebut yaitu Al-Qur’an, hadits Rasulullah SAW dan
ijma’ ulama secara jelas membolehkan pelaksanaan Al-Qardhul Hasan, tetapi
kebolehan tersebut belum bersentuhan dengan harta yang dapat dipinjamkan. Para
39Abu Ishaq Al-Syaerazi, Al-Muhadzab 40M. Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktek, h. 132 - 133 41Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2005), Cet. ke-38, h. 299
101
ulama sepakat bahwa boleh meminjamkan harta yang bisa ditakar, ditimbang ataupun
makanan. Imam Syafi’i berpendapat bahwa boleh meminjamkan segala sesuatu
kecuali manusia. Sementara itu, Imam Hanafi berpendapat bahwa tidak boleh
meminjamkan sesuatu yang tidak bisa ditakar dan ditimbang.42
Menurut Imam Hanafi seperti dikutip oleh Wahbah Zuhaeli, sah memberi
pinjaman barang-barang mistly, yaitu barang-barang yang memiliki unit yang serupa
di pasar atau barang-barang yang tidak memiliki perbedaan yang mencolok bila
ditinjau dari aspek harga. Adapun yang termasuk barang mistly adalah barang yang
dapat ditakar dan ditimbang karena bentuknya sama seperti buah kelapa, telor dan
dapat diukur dengan sesuatu ukuran panjang seperti kain.43
Sedangkan Imam Malik, Syafi’i dan Hambali seperti dikemukakan oleh
Wahbah Zuhaeli, mengatakan bahwa boleh memberikan pinjaman pada setiap harta
yang sah untuk dijual baik itu barang yang dapat ditakar atau ditimbang seperti emas,
perak dan makanan atau barang-barang tersebut adalah barang qimiy, yaitu barang-
barang yang tidak mempunyai unit yang serupa di pasar seperti barang perniagaan
dan hewan.44
D. Rukun dan Syarat Hutang Piutang
Ajaran Islam telah menerapkan beberapa rukun dan syarat yang harus
dipenuhi dalam transaksi Al-Qardhul Hasan. Jika salah satu syarat dan rukunnya
42Hasan Ayyub, Fiqh Al-Mu’amalah fi Al-Islam, (Beirut: Daar Al-Tauhid, 1998), h. 174 43Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islam wa Adillatuhu, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka, 1995), h. 729 44Wahbah Zuhaeli, Al-Fiqh Al-Islam wa Adillatuhu, h. 730
102
tidak terpenuhi, maka aqad Al-Qardhul Hasan ini menjadi tidak sah. Adapun rukun
Al-Qardh adalah peminjam (muqtaridh), pemberi pinjaman (muqridh), dana (Al-
Qardh), ijab dan qabul.45
Menurut Imam Syafi’i seperti yang dikutip oleh Chatibul Umam, rukun Al-
Qardh sama dengan rukun jual beli.46
Rukun Al-Qardh terdiri atas muqridh (pihak
yang menghutangi), muqtaridh (pihak yang berhutang), ijab dan qabul serta barang
yang dapat dipinjamkan. Adapun syarat-syarat pinjaman terdiri atas besarnya
pinjaman harus diketahui dengan takaran, timbangan atau jumlahnya. Sifat pinjaman
dan usianya harus diketahui jika dalam bentuk hewan dan pinjaman berasal dari
orang yang layak dimintai pinjaman.
Sedangkan syarat-syarat hutang piutang terdiri dari muqridh (kreditur) dan
muqtaridh (debitur). Syarat-syarat bagi kreditur dan debitur adalah berakal, atas
kehendak sendiri dan tidak mubazir, sehingga pinjaman tersebut dapat dimanfaatkan
sesuai dengan kebutuhan, dan syarat yang terakhir bagi kedua belah pihak adalah
baligh (dewasa, sudah cukup umur).47
Menurut Imam Hanafi, memberikan hutang
kepada anak kecil atau orang yang berada dalam perwalian tidak dibolehkan.48
Syarat Al-Qardhul Hasan yang kedua adalah ijab qabul. Ijab dan qabul
merupakan syarat yang harus dilakukan oleh pihak-pihak yang melakukan aqad qard.
Kontrak ini tidak sah dilakukan kecuali dengan ijab dan qabul, sebab Al-Qardh
45
Petunjuk Pelaksanaan Pembukuan Bank Syari’ah, (Jakarta: Bank Indonesia, 1999), h. 8 46Chatibul Umam, et.al., Fiqih Empat Mazhab, (Jakarta: Daar Al-Ulim Press, 2001), Cet.
ke-1, Jilid V, h. 290 47Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, h. 279 48Chatibul Umam, et.al., Fiqih Empat Mazhab
103
merupakan kontrak pemberian milik kepada seseorang. Lafadz yang sah digunakan
ialah lafadz Al-Qardh dan Al-Salaf, sebab syara’ menyebutkan keduanya.
Syarat Al-Qardhul Hasan yang ketiga adalah adanya barang yang
dipinjamkan. Imam Syafi’i, Maliki dan Hambali sama-sama berpendapat bahwa
barang yang dipinjamkan adalah sesuatu yang dihutangkan merupakan sesuatu yang
sah dalam aqad Qardh seperti barang yang ditakar, ditimbang, diukur, dihitung, dan
lain sebagainya.49
Meskipun Al-Qardh bersifat tolong menolong, tetapi ada suatu hal yang
perlu diperhatikan dalam melakukan aqad Qardh. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam aqad Qardh di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Jika pihak debitur menghadiahkan sesuatu kepada pihak kreditur, maka hal itu
boleh diterima dan disukai oleh pihak debitur, agar membayar dengan yang lebih
baik.
2. Menurut Imam Abu Hanifah, Malik dan Ahmad, pihak kreditur tidak boleh
mengambil manfaat dengan sesuatu dari pihak debitur,50
karena aqad Qardh
bertujuan untuk berlemah lembut antar sesama manusia, menolong urusan
kehidupan dan memudahkan sarana hidup mereka, bukan bermaksud memperoleh
keuntungan. Demikian pula menurut Imam Hanafi, Syafi’i dan Hambali bahwa
pihak kreditur tidak boleh mengharapkan tambahan dari sesuatu yang
dihutangkan. Misalnya pihak kreditur meminjamkan uang kepada pihak debitur
49Chatibul Umam, et.al., Fiqih Empat Mazhab, h. 291 - 295 50M. Hasbi Al-Shiddiqi, Hukum Fiqih Islam, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1997), Cet.
ke-1, h. 364
104
dengan syarat pihak debitur harus mengembalikan pinjamannya dalam jumlah
yang lebih banyak. Begitu juga dengan hadiah yang diberikan oleh pihak debitur
kepada pihak kreditur jika disyaratkan oleh kedua belah pihak pada saat
melakukan aqad, maka hal itu tidak dibolehkan.51
Aqad tersebut akan batal bila
pihak kreditur mengambil manfaat tambahan yaitu dengan cara meminta ganti
yang lebih banyak atau yang lebih bagus, seperti hutang gandum yang tadinya
tidak bersih dengan syarat diganti dengan gandum yang lebih bagus dan bersih.52
Manfaatnya hanya untuk pihak debitur dan hadiah yang diberikan kepada kreditur
bukan karena ia berhutang kepada debitur tersebut.53
3. Pihak kreditur tidak dibolehkan memaksa pihak debitur untuk mempercepat
pembayaran sebelum jatuh tempo. Terlebih lagi pihak debitur dalam kondisi
kesusahan, maka sebaiknya tagihan tersebut ditangguhkan. Hal ini sesuai dengan
firman Allah SWT sebagai berikut :
<�F� ij�⌧2 � � }�6/m ~����N�X�� �!�y�F }�6;m��, � <�_�
��� �mMY�� 6%�;� (JNf4� � <�F
(J�5�2 ij�=☺�� � ) ة ).280: ا���Artinya : “Dan jika orang yang berhutang itu dalam kondisi kesulitan, maka berilah
kesempatan sampai ia memiliki kelapangan rizki dan mensyadaqahkan
sebagian atau semua utang itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”
(QS. Al-Baqarah : 280).
Namun sebaliknya, bagi pihak debitur tidak boleh menunda-nunda
pembayaran hutang jika ia sudah mampu untuk membayarnya, karena hal ini
51Syed Ahmad Husein, et.al., Fiqih dan Perundang-undangan Islam, h. 731 52Chatibul Umam, et.al., Fiqih Empat Mazhab, h. 293 53Syed Ahmad Husein, et.al., Fiqih dan Perundang-undangan Islam, h. 733
105
merupakan suatu kezaliman, sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW
sebagai berikut :
�Lم : �.(س و0�. "/ ا�. - ا�ل&س ر�ل، �3ل 03+ " ا�,7 رةیه /� أ�" M�ا/+N .�8�ا اذا وQا ء./ م. "�آ�/F .�I�Q) �.54).روا; م�
Artinya : “Dari Abi Hurairah ra berkata, bersabda Rasulullah SAW : Penundaan
pembayaran hutang oleh orang kaya adalah perbuatan dzalim. Jika salah
seorang di antara kalian dialihkan kepada orang kaya, maka hendaklah ia
menerima hiwalah tersebut”. (HR. Muslim).
Demikian beberapa rukun dan syarat Al-Qardhul yang dikemukakan oleh
para ulama sebagai pedoman dalam melakukan praktek hutang piutang yang berlaku
di masyarakat sepanjang zaman. Pedoman ini menjadi landasan bagi masyarakat
untuk melakukan aplikasi hutang piutang agar sesuai dengan prinsip syari’ah.
54Imam Muslim, Shahih Muslim bi al-Syarhi Al-Nawawi, (Kairo: Daar Al-Hadits, 1994),
Juz V, h. 493
106
BAB III
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KAMPUNG GUNUNG RT. 006/03
A. Letak Geografis Kampung Gunung RT. 006/03
Kampung Gunung RT. 006/03 Kelurahan Cipondoh Indah Kecamatan
Cipondoh Kota Tangerang yang menjadi obyek penelitian ini terletak di sebelah
Timur kota Tangerang dengan luas wilayah kurang lebih 1 hektar atau setara dengan
10.000 m2. Letak ketinggian dari permukaan laut sekitar 14 km dengan curah hujan
rata-rata per bulan 2400 mm.
Wilayah Kampung Gunung terdiri dari 7 rukun warga (RW) dan 10 rukun
tetangga (RT). Jarak dari Ibukota Tangerang sekitar 13 km yang dihubungkan dengan
batas-batas wilayah Rukun Tetangga sebagai berikut :
• Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah RT. 005/03
• Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah RT. 004/03
• Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah RT. 003/03
• Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah RT. 002/03
Letak geografis yang sangat strategis ini pada dasarnya amat
menguntungkan bagi kota Tangerang dalam pengembangan ekonomi, khususnya
pengembangan ekonomi masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 Kelurahan
Cipondoh Indah Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang.
107
B. Jumlah Penduduk Kampung Gunung RT. 006/03
Kampung Gunung RT. 006/03 memiliki kepadatan penduduk hingga tahun
2008 berjumlah 328 jiwa yang terdiri dari 153 laki-laki dan 175 perempuan yang
terhimpun dalam 205 Kepala Keluarga. Namun tidak seluruhnya jumlah penduduk
tersebut adalah pribumi, karena ada sekitar 45 orang pendatang yang mendiami
wilayah Kampung Gunung RT. 006/03. Mengenai klasifikasi penduduk berdasarkan
kelompok usia ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut :
Tabel 1
Jumlah penduduk menurut golongan usia dan jenis kelamin
Jenis Kelamin No. Kelompok Umur
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 0 – 5 tahun 15 25 40
2 5 – 10 tahun 10 15 25
3 11 – 17 tahun 30 35 65
4 18 – 20 tahun 17 20 37
5 21 – 25 tahun 15 25 40
6 26 – 30 tahun 11 13 24
7 31 – 35 tahun 10 15 25
8 36 – 40 tahun 9 11 20
9 41 – 45 tahun 18 21 39
10 46 – 50 tahun 12 15 27
11 51 – 55 tahun 14 16 30
12 56 – 60 tahun 8 12 20
13 61 – 65 tahun 7 10 17
14 65 ke atas 5 7 12
Jumlah 153 175 328
Sumber : Arsip RT. 006/03 Tahun 2008
108
Berdasarkan kelompok usia, ternyata jumlah penduduk terbanyak adalah
jumlah penduduk yang berusia antara 11 – 17 tahun, dan jumlah penduduk yang
paling sedikit adalah kelompok umur 65 tahun ke atas. Masyarakat yang tinggal di
wilayah RT. 006/03 tidak semuanya penduduk asli dan bahkan ada warga negara
Indonesia keturunan serta warga negara asing. Untuk itu perlu adanya catatan tentang
status kewarganegaraan.
Status kewarganegaraan berfungsi untuk membedakan antara penduduk asli
Indonesia atau penduduk atau dan atau penduduk yang menetap di Indonesia. Untuk
mengetahui status kewarganegaraan di wilayah Kampung Gunung RT. 006/03
Kelurahan Cipondoh Indah Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang ini untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut :
Tabel 2
Status kewarganegaraan penduduk Kampung Gunung RT. 006/03
Jenis Kelamin No. Kewarganegaraan
Laki-laki Perempuan
Jumlah
1 WNI asli 134 148 292
2 WNI keturunan :
a. Cina
b. Arab
c. Pakistan
d. Belanda
15
-
-
-
20
-
-
-
25
-
-
-
109
e. Francis
f. Jepang
g. Taiwan
h. India
-
-
-
3
-
-
-
5
-
-
-
8
3 WNA :
a. Cina
b. Arab
c. Pakistan
d. Belanda
e. Francis
f. Jepang
g. Taiwan
h. Lain-lain
1
-
-
-
-
-
-
-
2
-
-
-
-
-
-
-
3
-
-
-
-
-
-
-
Jumlah 153 175 328
Sumber : Arsip RT. 006/03 Tahun 2008
Pengklasifikasian penduduk Kampung Gunung RT. 006/03 menurut data
kewarganegaraan yaitu penduduk pribumi berjumlah 292 jiwa, WNI keturunan dari
Cina berjumlah 60 jiwa dan WNI keturunan dari India berjumlah 8 jiwa. Kampung
Gunung RT. 006/03 merupakan wilayah strategis yang dapat mengundang penduduk
untuk datang dan pergi sesuai dengan kepentingan masing-masing. Untuk
mengantisipasi hal ini, maka perlu adanya ketegasan dari pengurus RT. 006/03 untuk
membuat peraturan tentang adanya mutasi penduduk.
110
Selama bulan Desember tahun 2008 ini telah terjadi mutasi penduduk yang
datang dan mendiami wilayah RT. 006/03 sebanyak 35 jiwa. Sementara itu yang lahir
sebanyak 15 jiwa yang kemudian dijumlahkan menjadi 50 jiwa. Sedangkan yang
pindah dari Kampung Gunung RT. 006/03 berjumlah 10 jiwa dan penduduk
Kampung Gunung RT. 006/03 yang meninggal sebanyak 8 jiwa yang kemudian
dijumlahkan menjadi 18 jiwa.
C. Peta Sosial Ekonomi Masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03
Pada dasarnya jumlah penduduk di suatu daerah merupakan aset dari
potensi pembangunan yang besar ketika penduduk tersebut memiliki kualitas.
Sebaliknya dengan jumlah pertumbuhan penduduk yang pesat, tetapi tidak memiliki
kualitas, sudah barang tentu akan menjadi beban besar bagi proses pembangunan,
khususnya pembangunan di wilayah Kampung Gunung RT. 006/03.
Jumlah penduduk Kampung Gunung RT. 006/03 pada tahun 2008 tercatat
328 jiwa. Selain itu, sebagai wilayah yang berbatasan langsung dengan ibukota
negara, Kampung Gunung RT. 006/03 mau tidak mau harus menampung penduduk
yang kesehariannya beraktivitas di wilayah DKI Jakarta. Hal ini jelas merupakan
problem bagi masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03.
Dari jumlah penduduk Kampung Gunung RT. 006/03 sebanyak 328 jiwa
ini, terdapat 150 orang yang memiliki lapangan pekerjaan. Pada umumnya
masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 adalah karyawan swasta atau buruh
industri, pedagang, wiraswasta dan ada pula yang bekerja sebagai Pegawai Negeri
111
Sipil, petani, dan lain-lain. Sebagian masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 juga
ada yang menjadi tukang ojek dan tukang bangunan. Hal ini menunjukkan betapa
majemuknya pekerjaan masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa masyarakat Kampung Gunung
RT. 006/03 memiliki penghasilan yang cukup walaupun tidak berlebihan, tetapi
mereka juga tidak kekurangan. Mengenai kondisi ekonomi masyarakat Kampung
Gunung RT. 006/03 ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3 sebagai
berikut :
Tabel 3
Keadaan ekonomi masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03
No. Pekerjaan Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Petani
Pedagang
Industri rakyat
Buruh industri
Pertukangan
Pegawai Negeri Sipil
TNI POLRI
Pensiunan
Purnawirawan
Perangkat kelurahan
90 orang
75 orang
15 orang
95 orang
20 orang
35 orang
10 orang
7 orang
5 orang
17 orang
Jumlah 328 orang
Sumber : Arsip RT. 006/03 Tahun 2008
112
Peta sosial ekonomi masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 dilihat dari
aspek lapangan kerja didominasi oleh pekerja yang berpenghasilan kecil seperti buruh
industri berjumlah 95 orang, pedagang berjumlah 75 orang dan petani berjumlah 90
orang. Dari peta sosial ekonomi dapat diketahui bahwa masyarakat Kampung Gunung
RT. 006/03 merupakan masyarakat yang memiliki penghasilan cukup meskipun tidak
berlebihan, akan tetapi masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 juga tidak
kekurangan.
D. Keadaan Pendidikan Masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03
Pendidikan merupakan suatu arena studi yang tidak pernah kering, karena
masalah pokok dalam pendidikan adalah manusia yang meliputi eksistensi, peranan,
agama dan keyakinan serta kebudayaannya. Tingkat kemajuan suatu negara dapat
diukur dari eksistensi, peranan, agama dan keyakinan serta kebudayaan yang saling
berinteraksi dengan lingkungannya. Demikian pula halnya dengan kondisi pendidikan
yang terdapat pada masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 Kelurahan Cipondoh
Indah Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang.
Mayoritas pendidikan masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 adalah
lulusan Sekolah Dasar, tetapi tidak sedikit yang melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi seperti Sekolah Menengah dan Perguruan Tinggi. Mengenai
keadaan pendidikan masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 ini untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut :
113
Tabel 4
Keadaan pendidikan masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03
No. Pendidikan terakhir Jumlah
1
2
3
4
SD/MI
SMP/MTs.
SMU/MA
Sarjana
211 orang
75 orang
30 orang
12 orang
Jumlah 328 orang
Sumber : Arsip RT. 006/03 Tahun 2008
E. Kondisi Keberagamaan Masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03
Penduduk Kampung Gunung RT. 006/03 mayoritas adalah masyarakat
Betawi yang menempatkan agama di atas segala-galanya. Keberagamaan masyarakat
Kampung Gunung RT. 006/03 sangat kuat pengaruhnya, mengingat ibadah kepada
Allah SWT merupakan kewajiban manusia sebagai makhluk Allah SWT dan menjadi
pilar keberagamaan atau ke-Islaman seseorang. Pada dasarnya ibadah adalah proses
latihan yang agung dalam membangun dan meluruskan akhlak. Pedoman inilah yang
membuat masyarakat memegang teguh prinsip keberagamaannya, tak terkecuali
masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03.
Di wilayah Kampung Gunung RT. 006/03 terdapat 1 buah masjid dan 3
buah mushalla dalam kondisi baik. Fasilitas lainnya yaitu 1 buah Majelis Taklim dan
114
2 buah TPA. Pada umumnya masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 sangat kuat
dalam beragama. Hal ini terlihat jelas dari aktivitas Majelis Taklim yang selalu penuh
diisi oleh ibu-ibu, belum lagi para orang tua yang mendaftarkan putra dan putrinya
sejak dini ke TPA dan selalu penuhnya masjid pada setiap pelaksanaan hari besar
umat Islam.
Ditambah pula dengan adanya tokoh-tokoh masyarakat yang agamis yang
menjadi panutan bagi masyarakat sekitar, sehingga dapat terlihat dengan jelas
aktivitas keagamaan yang berjalan. Mengenai kondisi keagamaan masyarakat
Kampung Gunung RT. 006/03 ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5
sebagai berikut :
Tabel 5
Kondisi keberagamaan masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03
No. Agama yang dianut Jumlah
1
2
3
4
Islam
Kristen
Budha
Hindu
300 orang
15 orang
5 orang
8 orang
Jumlah 328 orang
Sumber : Arsip RT. 006/03 Tahun 2008
115
BAB IV
APLIKASI HUTANG PIUTANG PADA MASYARAKAT
KAMPUNG GUNUNG RT. 006/03
A. Pola Hutang Piutang Pada Masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03
Dari perspektif sosiologis, ada sejumlah partisipan yang secara langsung
maupun tidak langsung terlibat dalam kontruksi sosial realitas hutang piutang. Para
pemilik modal dan nasabahnya adalah pihak yang secara langsung terlibat dalam
hutang piutang. Pihak yang secara tidak langsung terlibat dalam hutang piutang,
tetapi memainkan peran penting dalam konstruksi realita adalah penduduk lokal yang
memiliki sejumlah pengetahuan tentang praktek hutang piutang. Sedangkan secara
historis, aktivitas hutang piutang tidak bisa dipisahkan dari perdagangan, karena
kedua aktivitas tersebut sering dilakukan masyarakat yang aktivitas sehari-harinya
adalah berdagang. Untuk mengetahui jenis usaha masyarakat Kampung Gunung RT.
006/03 dapat dilihat pada tabel 6 sebagai berikut :
Tabel 6
Jenis usaha masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03
Variabel Jawaban F %
Petani
Konveksi
Pedagang
Layanan jasa
Lain-lain
10
12
20
5
3
20
24
40
10
6
Jumlah 50 100
116
Dari tabel 6 di atas dapat diperoleh keterangan bahwa jenis usaha yang
dilakukan masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 adalah petani sebanyak 20%,
konveksi berjumlah 24%, pedagang sebanyak 40%, layanan jasa 10% dan lain-lain
berjumlah 6%. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa jenis usaha yang banyak
dilakukan oleh masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 Kelurahan Cipondoh Indah
Kecamatan Cipondoh Kotamadya Tangerang adalah berdagang.
Kelompok terbesar di antara para nasabah yang mengaplikasikan hutang
piutang adalah pedagang. Pedagang merupakan kelompok yang paling membutuhkan
kredit untuk memuaskan hidup sehari-hari mereka dan untuk meneruskan aktivitas
ekonomi. Figur-figur tersebut menunjukkan bahwa program-program pemerintah
yang menawarkan kredit-kredit murah bagi para pedagang belum berjalan secara
sukses. Untuk mengantisipasi persoalan ini, maka timbul suatu gagasan dari
pemerintah untuk mendirikan sebuah badan usaha yang sesuai dengan prinsip
syari’ah yang salah satunya adalah perbankan syari’ah.
Salah satu pola perbankan syari’ah adalah apa yang dikenal Al-Qardhul
Hasan. Dalam perbankan syari’ah, Al-Qardh merupakan pinjaman tanpa bunga. Al-
Qardh juga dipinjamkan kepada nasabah yang mengelola usaha kecil. Jika nasabah
mengalami musibah dan nasabah tidak dapat mengembalikannya, maka bank dapat
membebaskannya dari tuntutan hutang piutang. Al-Qardh terutama diberikan kepada
nasabah yang memiliki kebutuhan mendesak seperti dana talangan dengan kriteria
tertentu dan bukan untuk pinjaman yang bersifat konsumtif. Pengembalian pinjaman
ditentukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan bersama dan
117
pembayarannya dapat dilakukan secara angsuran atau dapat pula dibayar secara
kontan. Mengenai aplikasi jangka waktu pinjaman ini untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel 7 sebagai berikut :
Tabel 7
Aplikasi jangka waktu pinjaman
Variabel Jawaban F %
Sangat setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
10
12
15
10
3
20
24
30
20
6
Jumlah 50 100
Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa jangka waktu pinjaman harus
diperpanjang dengan prosentase jawaban yaitu sangat setuju 20%, setuju 24%, ragu-
ragu 30%, tidak setuju 20% dan sangat tidak setuju 6%. Dari data tersebut dapat
dipahami bahwa masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 Kelurahan Cipondoh
Indah Kecamatan Cipondoh Kotamadya Tangerang ini jelas berada dalam kondisi
ragu-ragu terhadap jangka waktu pinjaman dengan perolehan nilai sebesar 30%.
Pada dunia perbankan syari’ah, Al-Qardh biasanya diterapkan sebagai
produk pelengkap bagi nasabah yang telah terbukti loyalitasnya dan bonafiditasnya
118
yang memberikan dana talangan segera untuk masa relatif pendek, nasabah tersebut
akan mengembalikan secepatnya sejumlah uang yang dipinjam. Al-Qardh juga
biasanya diterapkan sebagai fasilitas yang memerlukan dana cepat, sedangkan ia tidak
bisa menarik dananya karena tersimpan dalam bentuk deposito misalnya, maka Al-
Qardh adalah pinjaman untuk menutupi kekurangan dalam melakukan transaksi
sebagai dana talangan. Selain itu, Al-Qardh juga dapat diterapkan sebagai produk
untuk menyumbang usaha yang sangat kecil atau membantu sektor sosial dalam
rangka meningkatkan usaha kecil semua masyarakat, tak terkecuali masyarakat
Kampung Gunung RT. 006/03.
Namun yang menjadi masalah adalah bahwa tidak adanya lembaga
keuangan yang resmi pada masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 Kelurahan
Cipondoh Indah Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang untuk dijadikan praktek
hutang piutang pada masyarakat tersebut. Sadar akan sulitnya mencari lembaga
keuangan syari’ah yang dapat dijadikan sebagai sarana untuk melakukan hutang
piutang, maka masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 mencari solusi terbaik
dengan mendatangi pemilik modal baik individu maupun kelompok untuk melakukan
transaksi hutang piutang.
Masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03, menggunakan beberapa pola
dalam praktek hutang piutang. Asumsi mereka bahwa untuk melakukan usaha perlu
modal awal dalam menjalankan usaha tersebut. Modal awal ini merupakan modal
yang harus dimiliki pada saat akan melakukan suatu usaha. Untuk mengetahui kisaran
119
modal yang dibutuhkan masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 ini untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 8 sebagai berikut :
Tabel 8
Modal awal usaha
Variabel Jawaban F %
Rp. 50.000 – Rp. 100.000
Rp. 100.000 – Rp. 250.000
Rp. 250.000 – Rp. 500.000
Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000
2
5
14
29
4
10
28
58
Jumlah 50 100
Dari tabel 8 di atas diperoleh keterangan bahwa modal awal yang
dibutuhkan masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 untuk memulai usaha
berjumlah Rp. 50.000 – Rp. 100.000 sebanyak 4%, Rp. 100.000 – Rp. 250.000
berjumlah 10%, Rp. 250.000 – Rp. 500.000 sebanyak 28% dan Rp. 500.000 – Rp.
1.000.000 berjumlah 58%. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas
masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 membutuhkan modal awal untuk usaha
sebanyak 58% atau setara dengan Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000,-
Pola selanjutnya adalah besarnya pinjaman. Pinjaman merupakan salah satu
alternatif untuk memperoleh modal awal dalam melakukan suatu usaha. Namun
besarnya pinjaman perlu ditentukan agar pinjaman dapat dikembalikan yang
120
diperoleh dari hasil keuntungan usaha. Untuk mengetahui besarnya pinjaman pada
masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 9 sebagai berikut :
Tabel 9
Besarnya pinjaman yang dibutuhkan
Variabel Jawaban F %
Rp. 50.000 – Rp. 100.000
Rp. 100.000 – Rp. 250.000
Rp. 250.000 – Rp. 500.000
Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000
2
5
14
29
4
10
28
58
Jumlah 50 100
Dari tabel 10 di atas, diperoleh keterangan bahwa besarnya pinjaman yang
dibutuhkan responden yang berjumlah Rp. 50.000 – Rp. 100.000 sebanyak 4%, Rp.
100.000 – Rp. 250.000 berjumlah 10%, Rp. 250.000 – Rp. 500.000 sebanyak 28%
dan Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 berjumlah 58%. Dari data tersebut dapat diketahui
bahwa pinjaman yang dibutuhkan masyarakat RT. 006/03 adalah sebesar Rp. 500.000
– Rp. 1.000.000,-
Pola lainnya dalam aplikasi hutang piutang pada masyarakat Kampung
Gunung RT. 006/03 adalah berupa pinjaman dana untuk keperluan usaha. Mengenai
dana yang dipinjam untuk keperluan usaha ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 10 sebagai berikut :
121
Tabel 10
Aplikasi pinjaman dana untuk keperluan usaha
Variabel Jawaban F %
Sangat setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
20
15
10
4
1
40
30
20
8
2
Jumlah 50 100
Dari tabel 10 di atas diperoleh keterangan bahwa pinjaman dana untuk
keperluan usaha dan untuk menambah modal mayoritas responden menjawab sangat
setuju sebanyak 40%, setuju 30%, ragu-ragu 20%, tidak setuju 8% dan sangat tidak
setuju berjumlah 2%. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat Kampung
Gunung RT. 006/03 meminjam dana untuk keperluan usaha dengan perolehan nilai
40%.
Pola selanjutnya dalam praktek hutang piutang adalah terjadinya hubungan
kerja antara peminjam dengan pemilik modal. Antara peminjam dan pemilik modal
seharusnya memang memiliki hubungan kerja antara keduanya. Mengenai adanya
hubungan kerja antara peminjam dengan pemilik modal yang terjadi pada masyarakat
Kampung Gunung RT. 006/03 ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 11
sebagai berikut :
122
Tabel 11
Aplikasi hubungan kerja antara peminjam dengan pemilik modal
Variabel Jawaban F %
Sangat setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
11
20
10
16
3
22
40
20
32
6
Jumlah 50 100
Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa hubungan kerja antara peminjam dan
pemilik modal harus terjalin dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari jawaban
responden yaitu sangat setuju 22%, setuju 40%, ragu-ragu 20%, tidak setuju 32% dan
sangat tidak setuju sebanyak 6%. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa responden
setuju tentang hubungan kerja antara peminjam dengan pemilik modal dengan
perolehan poin sebesar 40%.
Dari beberapa uraian yang telah dikemukakan di atas, dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa pola aplikasi hutang piutang pada masyarakat Kampung Gunung
RT. 006/03 terdiri atas jenis usaha masyarakat, aplikasi jangka waktu pinjaman,
modal awal usaha, besarnya pinjaman yang dibutuhkan, aplikasi pinjaman dana untuk
keperluan usaha dan aplikasi hubungan kerja antara peminjam dengan pemilik modal.
123
B. Bentuk Hutang Piutang Pada Masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03
Pada dasarnya praktek hutang piutang yang dilakukan oleh masyarakat
Kampung Gunung RT. 006/03 Kelurahan Cipondoh Kecamatan Cipondoh Kota
Tangerang ini tidak jauh berbeda dengan praktek hutang piutang yang terdapat pada
lembaga keuangan syari’ah bahkan prosesnya lebih mudah ketimbang lembaga
keuangan syari’ah, karena pada umumnya pemilik modal adalah asli pribumi
masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03. Pada umumnya, pemilik modal dalam
memberikan pinjaman kepada masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 tidak
meminta jaminan apapun, hanya kepercayaan yang diberikan nasabah kepada pemilik
modal tersebut. Hal ini dapat disadari, karena orang yang diberi pinjaman adalah
masyarakat sendiri dan kehidupan kesehariannya dapat dikontrol oleh pemilik modal.
Jika di kemudian hari nasabah belum dapat mengembalikan pinjamannya, maka
pemilik modal senantiasa memberikan kelonggaran waktu untuk menyelesaikan
hutang piutangnya.
Dengan demikian, praktek hutang piutang yang terjadi pada masyarakat
Kampung Gunung RT. 006/03 sudah sangat sesuai dengan prinsip syari’ah yang
dalam Islam dikenal dengan istilah Al-Qardhul Hasan. Untuk mengetahui praktek
hutang piutang yang sudah sangat sesuai dengan prinsip syari’ah dapat dilihat pada
tabel 12 sebagai berikut :
124
Tabel 12
Kesesuaian hutang piutang dengan prinsip syari’ah
Variabel Jawaban F %
Sangat setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
37
7
4
2
0
74
14
8
4
0
Jumlah 50 100
Dari tabel 12 di atas diperoleh keterangan bahwa proses hutang piutang
pada masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 adalah sesuai dengan prinsip syari’ah
dengan prosentase jawaban sangat setuju 37%, setuju 14%, ragu-ragu 8%, tidak
setuju 4% dan sangat tidak setuju 0%. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa
praktek hutang piutang pada masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 telah sesuai
dengan prinsip syari’ah.
Salah satu bentuk dari praktek hutang piutang yang berlaku pada
masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 adalah adanya prinsip bagi hasil.
Mengenai keuntungan dari peminjaman agar hasilnya dibagi dengan orang yang telah
meminjamkan dana ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 13 sebagai
berikut :
125
Tabel 13
Aplikasi prinsip bagi hasil
Variabel Jawaban F %
Sangat setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
1
10
5
30
4
2
20
10
60
8
Jumlah 50 100
Dari tabel 13 di atas diperoleh keterangan bahwa keuntungan dari hasil
pinjaman agar dibagi hasil dengan orang yang meminjamkan adalah cukup baik
dengan prosentase jawaban sangat setuju 2%, setuju 20%, ragu-ragu 10%, tidak
setuju 60% dan sangat tidak setuju sebanyak 8%. Dari data tersebut dapat dipahami
bahwa prinsip bagi hasil ini tidak disetujui oleh masyarakat Kampung Gunung RT.
006/03. Hal ini dapat dibuktikan dengan prosentase jawaban sangat tidak setuju
berjumlah 60%.
Bentuk lain dari praktek hutang piutang yang berlaku pada masyarakat
Kampung Gunung RT. 006/03 adalah adanya aplikasi prinsip usaha yang harus sesuai
dengan prinsip syari’ah. Mengenai usaha yang dijalankan harus sesuai dengan prinsip
syari’ah ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 14 sebagai berikut :
126
Tabel 14
Aplikasi prinsip usaha harus sesuai dengan syari’ah
Variabel Jawaban F %
Sangat setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
30
10
5
3
2
60
20
10
6
4
Jumlah 50 100
Dari tabel 14 di atas diperoleh keterangan bahwa usaha yang dijanlankan
oleh masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 harus sesuai dengan prinsip syari’ah
dengan variabel jawaban sangat setuju 60%, setuju 20%, ragu-ragu10%, tidak setuju
6% dan sangat tidak setuju sebanyak 4%. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa
usaha yang dijalankan masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 harus sesuai dengan
prinsip syari’ah dengan perolehan poin sebesar 60%.
Selanjutnya bentuk dari praktek hutang piutang yang berlaku pada
masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 adalah adanya aplikasi pembiayaan
dengan sistem qiradh. Mengenai sistem qiradh ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel 15 sebagai berikut :
127
Tabel 15
Aplikasi pembiayaan dengan sistem qiradh
Variabel Jawaban F %
Sangat setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
10
15
3
20
2
20
30
6
40
4
Jumlah 50 100
Tabel 15 di atas menunjukkan bahwa aqad qiradh merupakan pembiayaan
dengan sistem bagi hasil dengan prosentase jawaban sangat setuju 20%, setuju 30%,
ragu-ragu 6%, tidak setuju 40% dan sangat tidak setuju 4%. Dari data tersebut dapat
dipahami bahwa mayoritas masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 menjawab
tidak setuju dengan pembiayaan melalui aqad qiradh dengan perolehan nilai
mencapai 40%.
Bentuk selanjutnya adalah berupa praktek hutang piutang dengan
menggunakan sistem bunga pada saat pengembaliannya. Namun kali ini tidak ada
bunga dalam pengembalian pinjaman. Mengenai pengembalian pinjaman tanpa bunga
yang diaplikasikan pada masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 ini untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 16 sebagai berikut :
128
Tabel 16
Aplikasi Pengembalian pinjaman tanpa bunga
Variabel Jawaban F %
Sangat setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
40
10
0
0
0
80
20
0
0
0
Jumlah 50 100
Dari tabel 16 di atas diperoleh keterangan bahwa pengembalian pinjaman
tanpa bunga dengan prosentase jawaban yaitu sangat setuju 80%, setuju 20%, ragu-
ragu 0%, tidak setuju 0% dan sangat tidak setuju 0%. Dari data tersebut dapat
dipahami bahwa masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 sangat setuju dengan
pengembalian pinjaman tanpa bunga dengan perolehan poin mencapai 80%.
Bentuk lainnya dari praktek hutang piutang yang berlaku pada masyarakat
Kampung Gunung RT. 006/03 adalah peran dan fungsi jaminan sebagai salah satu
syarat dalam memperoleh pinjaman. Mengenai pembiayaan dengan sistem bagi hasil
melalui penyerahan ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 17 sebagai
berikut :
129
Tabel 17
Aplikasi pembiayaan dengan sistem bagi hasil melalui penyerahan jaminan
Variabel Jawaban F %
Sangat setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
8
10
5
25
2
16
20
10
50
4
Jumlah 50 100
Tabel 17 di atas menunjukkan bahwa pembiayaan dengan sistem bagi hasil
melalui penyerahan jaminan jelas kurang disukai masyarakat Kampung Gunung RT.
006/03 Kelurahan Cipondoh Indah Kecamatan Cipondoh Kotamadya Tangerang
dengan variabel jawaban yaitu sangat setuju 16%, setuju 20%, ragu-ragu 10%, tidak
setuju 50% dan sangat tidak setuju 4%. Dari data tersebut dapat dipahami bahwa
masyarakat tidak setuju dengan sistem bagi hasil melalui penyerahan jaminan dengan
perolehan nilai 50%.
Dari beberapa uraian yang telah dipaparkan di atas, dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa bentuk hutang piutang yang terjadi pada masyarakat Kampung
Gunung RT. 006/03 terdiri atas kesesuaian hutang piutang dengan prinsip syari’ah,
aplikasi prinsip bagi hasil, aplikasi prinsip usaha harus sesuai dengan syari’ah,
130
aplikasi pembiayaan dengan sistem qiradh, aplikasi pengembalian pinjaman tanpa
bunga dan aplikasi pembiayaan dengan sistem bagi hasil melalui penyerahan jaminan.
C. Mekanisme Hutang Piutang Pada Masyarakat Kampung Gunung RT.
006/03
Praktek hutang piutang pada masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03
jelas sesuai dengan praktek hutang piutang yang ada dalam Islam seperti Al-Qardhul
Hasan. Hal ini terlihat dari praktek hutang piutang, terutama pemilik modal yang
tidak pernah menanyakan kepada nasabah tentang pengembalian pinjaman, karena ia
sadar bahwa seorang nasabah tidak akan pernah meminjam kecuali ia berada dalam
kondisi kesulitan. Oleh sebab itu, prinsip ini sangat sesuai dengan praktek hutang
piutang yang diajarkan Islam yaitu Al-Qardhul Hasan yang berarti suatu pinjaman
tanpa mengharapkan imbalan. Namun yang perlu diketahui oleh masyarakat
Kampung Gunung RT. 006/03 salah satunya adalah tentang mekanisme hutang
piutang.
Mekanisme aplikasi hutang piutang pada masyarakat Kampung Gunung
RT. 006/03 adalah dengan cara melakukan beberapa proses seperti prosedur
peminjaman dengan menggunakan jaminan. Mengenai mekanisme aplikasi hutang
piutang pada masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 dengan menggunakan
jaminan ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 18 sebagai berikut :
131
Tabel 18
Prosedur peminjaman dengan menggunakan jaminan
Variabel Jawaban F %
Sangat setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
10
8
5
12
15
20
16
10
24
30
Jumlah 50 100
Dari tabel 18 di atas diperoleh keterangan bahwa tata cara peminjaman
dengan menggunakan barang jaminan pada masyarakat Kampung Gunung RT.
006/03 adalah dengan prosentase jawaban sangat setuju sebanyak 20%, setuju 16%,
ragu-ragu 10%, tidak setuju 24% dan sangat tidak setuju sebanyak 30%. Dari data
tersebut dapat diketahui bahwa peminjaman dengan menggunakan jaminan adalah
sangat tidak disukai oleh masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 dengan
perolehan nilai sebanyak 30%.
Mekanisme lainnya dari praktek hutang piutang pada masyarakat Kampung
Gunung RT. 006/03 harus didasari saling percaya diri dan bertanggung jawab.
Mengenai proses peminjaman yang didasari saling percaya dan bertanggung jawab
ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 19 sebagai berikut :
132
Tabel 19
Aplikasi peminjaman didasari saling percaya diri dan bertanggung jawab
Variabel Jawaban F %
Sangat setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
25
15
3
5
2
50
30
6
10
4
Jumlah 50 100
Dari tabel 19 di atas diperoleh keterangan bahwa proses pinjam meminjam
harus didasari saling percaya dan bertanggung jawab dengan prosentase jawaban
yaitu sangat setuju 50%, setuju 30%, ragu-ragu 6%, tidak setuju 10% dan sangat tidak
setuju 4%. Dari data tersebut dapat dipahami bahwa proses pinjam meminjam
memang harus didasari rasa saling percaya dan bertanggung jawab sebanyak 50%.
Selanjutnya mekanisme aplikasi hutang piutang pada masyarakat Kampung
Gunung RT. 006/03 adalah penggunaan sistem administrasi. Mengenai sistem
administrasi yang tidak rumit yang terdapat pada masyarakat Kampung Gunung RT.
006/03 ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 20 sebagai berikut :
133
Tabel 20
Aplikasi sistem administrasi tidak rumit
Variabel Jawaban F %
Sangat setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
30
20
0
0
0
60
40
0
0
0
Jumlah 50 100
Tabel 20 di atas menunjukkan bahwa proses peminjaman administrasi
dalam melakukan hutang piutang diharapkan tidak sulit dengan prosentase jawaban
yaitu sangat setuju 60%, setuju 40%, ragu-ragu 0%, tidak setuju 0% dan sangat tidak
setuju 0%. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa masyarakat sangat
mengharapkan agar praktek hutang piutang tidak sulit, karena adanya sistem
administrasi.
Dari uraian-uraian yang dikemukakan di atas, dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa mekanisme aplikasi hutang piutang pada masyarakat Kampung
Gunung RT. 006/03 terdiri dari prosedur peminjaman dengan menggunakan jaminan,
aplikasi peminjaman yang didasari rasa saling percaya dan bertanggung jawab serta
aplikasi sistem administrasi yang tidak rumit. Namun demikian, mekanisme aplikasi
134
Al-Qardhul Hasan yang terjadi pada masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03
secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut :
D. Implikasi Praktek Hutang Piutang Terhadap Masyarakat Kampung
Gunung RT. 006/03
Aplikasi hutang piutang telah memberikan dampak positif terhadap
masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03. Praktek Al-Qardhul Hasan tidak lagi
didasarkan kepada keuntungan semata, tetapi lebih bersifat menolong para pengusaha
kecil ke bawah agar dapat melangsungkan usahanya demi menghidupi keluarganya.
Aplikasi hutang piutang pada masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 lebih
Perjanjian
Al-Qardhul Hasan
Nasabah Pemilik Modal
Kembali
Modal
100%
Tenaga Kerja Modal
100%
Jenis Usaha
Keuntungan
135
ditekankan kepada prinsip persaudaraan yang dalam bahasa agama dikenal dengan
istilah Ukhuwah Islamiyah.
Prinsip persaudaraan ini mewajibkan setiap umat Islam untuk saling tolong
menolong baik dalam urusan materi maupun urusan lainnya, sehingga terbentuklah
masyarakat yang adil dan makmur yang diridhai Allah SWT. Suatu masyarakat akan
memperoleh limpahkan rizki dari Allah SWT, manakala masyarakat tersebut gemar
menjalankan aturan-aturan yang diperintahkan Allah SWT kepada para hamba-Nya
termasuk dalam praktek hutang piutang.
Praktek hutang piutang memiliki dampak positif terhadap masyarakat
Kampung Gunung RT. 006/03. Salah satu dampak tersebut adalah dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat yang bersangkutan. Untuk memperoleh data
tentang perolehan sebelum mendapatkan pinjaman pada masyarakat Kampung
Gunung RT. 006/03 ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 21 sebagai
berikut :
Tabel 21
Pendapatan per bulan sebelum memperoleh pinjaman
Variabel Jawaban F %
< Rp. 250.000
Rp. 250.000 – Rp. 500.000
Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000
Rp. 1.000.000 – Rp. 2.500.000
Rp. 2.500.000 – Rp. 5.000.000
> Rp. 5.000.000
20
12
9
4
3
2
40
24
18
8
6
4
Jumlah 50 100
136
Tabel 21 di atas menunjukkan bahwa pendapatan per bulan sebelum
memperoleh pinjaman Rp. 250.000 adalah sebanyak 40%, Rp. 250.000 – Rp. 500.000
sebesar 24%, Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 berjumlah 18%, Rp. 2.500.000 – Rp.
5.000.000 sebesar 6% dan Rp. 5.000.000 berjumlah 4%. Dari data tersebut dapat
dipahami bahwa rata-rata pendapatan masyarakat Kampung RT. 006/03 per bulan
sebelum memperoleh pinjaman yaitu 40%.
Aplikasi hutang piutang tidak hanya berpengaruh pada masyarakat
Kampung Gunung RT. 006/03 sebelum memperoleh pinjaman, tetapi juga berdampak
pada pendapatan masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03. Untuk mengetahui
pendapatan rata-rata per bulan masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 setelah
memperoleh dana pinjaman ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 22
sebagai berikut :
Tabel 22
Rata-rata pendapatan masyarakat setelah memperoleh dana pinjaman
Variabel Jawaban F %
< Rp. 250.000
Rp. 250.000 – Rp. 500.000
Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000
Rp. 1.000.000 – Rp. 2.500.000
Rp. 2.500.000 – Rp. 5.000.000
> Rp. 5.000.000
12
25
6
3
3
1
24
50
12
6
6
2
Jumlah 50 100
137
Tabel 22 di atas menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan per bulan
masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 setelah memperoleh dana pinjaman
sebesar < Rp. 250.000 adalah 24%, Rp. 250.000 – Rp. 500.000 berjumlah 50%, Rp.
500.000 – Rp. 1.000.000 berjumlah 12%, Rp. 1.000.000 – Rp. 2.500.000 sebesar 6%,
Rp. 2.500.000 –Rp. 5.000.000 berjumlah 6% dan > Rp. 5.000.000 sebesar 2%. Dari
data tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan per bulan masyarakat
Kampung Gunung RT. 006/03 setelah memperoleh dana pinjaman jelas meningkat
yaitu sebesar 50%.
Implikasi lain dari praktek hutang piutang terhadap masyarakat Kampung
Gunung RT. 006/03 ialah memperoleh keringanan dalam pengembalian pinjaman.
Mengenai implikasi berupa keringanan dalam pengembalian pinjaman pada
masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 23 sebagai berikut :
Tabel 23
Aplikasi keringanan dalam pengembalian pinjaman
Variabel Jawaban F %
Sangat setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
16
11
5
10
8
32
22
10
20
16
Jumlah 50 100
138
Dari tabel 23 di atas diperoleh keterangan bahwa keringanan dalam
pengembalian pinjaman dengan prosentase jawaban sangat setuju 32%, setuju 22%,
ragu-ragu 10%, tidak setuju 20% dan sangat tidak setuju 16%. Dari data tersebut
dapat dipahami bahwa responden sangat setuju soal keringanan dalam pengembalian
pinjaman dengan perolehan poin sebanyak 32%.
Implikasi lainnya dari praktek hutang piutang adalah berupa respon
masyarakat terhadap pinjaman melalui aqad qiradh. Mengenai sikap masyarakat
terhadap pemberian jaminan melalui aqad qiradh pada masyarakat Kampung Gunung
RT. 006/03 ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 24 sebagai berikut :
Tabel 24
Respon masyarakat terhadap pinjaman melalui aqad qiradh
Variabel Jawaban F %
Sangat setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
10
20
5
25
0
20
40
10
50
0
Jumlah 50 100
Dari tabel 24 di atas diperoleh keterangan bahwa respon masyarakat
terhadap pinjaman melalui aqad qiradh cukup baik dengan prosentase jawaban yaitu
139
sangat setuju 20%, setuju 40%, ragu-ragu 10%, tidak setuju 50% dan sangat tidak
setuju 0%. Dari data tersebut dapat dipahami bahwa masyarakat tidak setuju dengan
pinjaman melalui aqad qardh dengan perolehan nilai 50%.
Selanjutnya implikasi lain dari aplikasi hutang piutang melalui aqad qiradh
dapat membantu meringankan usaha masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03.
Mengenai pembiayaan melalui aqad qiradh yang dapat membantu meringankan usaha
masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 25 sebagai berikut :
Tabel 25
Aplikasi aqad qiradh dapat membantu meringankan usaha masyarakat
Variabel Jawaban F %
Sangat setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
10
10
25
4
1
20
20
50
8
2
Jumlah 50 100
Tabel 25 di atas menunjukkan bahwa pembiayaan melalui aqad qiradh
dapat membantu meringankan usaha masyarakat dengan prosentase jawaban yaitu
sangat setuju 20%, setuju 20%, ragu-ragu 50%, tidak setuju 8% dan sangat tidak
140
setuju 2%. Dari data tersebut dapat dipahami bahwa responden menjawab ragu-ragu
adanya aqad qiradh dapat membantu meringankan usaha masyarakat dengan
perolehan poin sebesar 50%.
Pengaruh lainnya adalah pembiayaan melalui barang jaminan yang
dianggap efektif. Mengenai pembiayaan melalui gadai yang dianggap efektif oleh
masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 26 sebagai berikut :
Tabel 26
Aplikasi pembiayaan melalui aqad gadai dianggap efektif
Variabel Jawaban F %
Sangat setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
7
12
25
4
2
14
24
50
8
4
Jumlah 50 100
Dari tabel 31 di atas diperoleh keterangan bahwa pembiayaan melalui gadai
dianggap efektif dengan prosentase jawaban yaitu sangat setuju 14%, setuju 24%,
ragu-ragu 50%, tidak setuju 8% dan sangat tidak setuju sebesar 4%. Dari data tersebut
dapat diketahui bahwa pembiayaan melalui gadai dianggap tidak efektif. Hal ini dapat
dilihat dari perolehan nilai yang menjawab tidak setuju sebesar 50%.
141
Adapun implikasi lainnya dari praktek hutang piutang ialah dapat berupa
respon masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 terhadap pinjaman yang
menggunakan jaminan. Mengenai sikap masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03
ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 27 sebagai berikut :
Tabel 27
Respon masyarakat terhadap pinjaman yang menggunakan jaminan
Variabel Jawaban F %
Sangat setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
5
6
10
12
16
10
12
20
24
32
Jumlah 50 100
Dari tabel 27 di atas dapat diperoleh keterangan bahwa respon masyarakat
Kampung Gunung RT. 006/03 Kelurahan Cipondoh Indah Kecamatan Cipondoh
Kota Tangerang terhadap pinjaman yang menggunakan jaminan kurang baik dengan
prosentase jawaban yaitu sangat setuju 10%, setuju 12%, ragu-ragu 20%, tidak setuju
24% dan sangat tidak setuju 32%. Dari data tersebut dapat dipahami bahwa
masyarakat sangat tidak setuju terhadap pinjaman yang menggunakan jaminan
dengan perolehan nilai 32%.
142
Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan di atas, dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa implikasi hutang piutang terhadap masyarakat Kampung Gunung
RT. 006/03 berdampak pada pendapatan per bulan baik sebelum maupun sesudah
memperoleh pinjaman, aplikasi keringanan dalam pengembalian pinjaman, respon
masyarakat terhadap pinjaman melalui aqad qiradh, aplikasi aqad qiradh dapat
membantu meringankan usaha masyarakat, aplikasi pembiayaan melalui aqad qiradh
dianggap efektif dan respon masyarakat terhadap pinjaman yang menggunakan
jaminan.
143
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian, penjelasan dan analisa di atas sebagai hasil penelitian yang
berkenaan dengan praktek hutang piutang pada masyarakat Kampung Gunung RT.
006/03, maka sebagai upaya mengakhiri pembahasan skripsi ini, penulis mengambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Praktek hutang piutang yang terjadi pada masyarakat Kampung Gunung RT.
006/03 merupakan praktek yang telah lama dilakukan dan mereka beranggapan
bahwa konsep praktek hutang piutang dibolehkan dalam hukum Islam, walaupun
hanya sedikit dari masyarakat yang memahami konsep hutang piutang menurut
Islam.
2. Respon masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 terhadap praktek hutang
piutang cukup baik, karena hutang piutang merupakan salah satu solusi terbaik
dalam upaya menjalankan roda ekonomi yang pada dasarnya hutang piutang ini
tidak hanya dijalankan oleh masyarakat menengah ke bawah, akan tetapi
perusahaan besar pun terlibat dalam praktek hutang piutang.
3. Praktek hutang piutang yang dilakukan oleh mayoritas masyarakat Kampung
Gunung RT. 006/03 telah sesuai dengan ketentuan syari’ah meskipun masih
terdapat sebagian kecil dari masyarakat tersebut yang melakukan praktek hutang
144
piutang dengan cara memberlakukan sistem bunga yang hampir mencapai 30%.
Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya pemilik modal baik individu maupun
kelompok yang secara ikhlas meminjamkan modalnya kepada masyarakat yang
membutuhkan pinjaman tanpa mengharapkan imbalan yang kemudian dalam
Islam dikenal dengan istilah Al-Qardhul Hasan. Dengan demikian, praktek
hutang piutang pada masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 benar-benar telah
sesuai dengan hukum Islam.
B. Saran-saran
Dari hasil studi dan pengkajian tentang observasi yang tertuang dalam
skripsi ini, kiranya tidak berlebihan jika penulis mengemukakan saran-saran sebagai
berikut :
1. Secara umum masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 belum memahami
konsep praktek hutang piutang yang sesuai dengan prinsip syari’ah. Untuk itu,
para tokoh agama masyarakat tersebut hendaknya memberikan penjelasan tentang
praktek hutang piutang yang sesuai dengan syari’ah Islam.
2. Kenyataan yang terjadi pada masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 dalam
melakukan praktek hutang piutang memberlakukan sistem bunga yang hampir
mencapai 30%. Oleh sebab itu, pemilik modal hendaknya tidak memberlakukan
hutang piutang ini sebagai komoditi penghasilan yang mencari keuntungan
melalui praktek riba, dan riba diharamkan oleh Allah SWT.
145
3. Salah satu penyebab masyarakat melakukan praktek hutang piutang ini adalah
faktor kemiskinan. Oleh karena itu, pemerintah dalam hal ini Kelurahan
Cipondoh Indah hendaknya memberikan solusi terbaik agar tersebut dapat
terhindar dari masalah kemiskinan.
4. Saat ini masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 merasa kesulitan mencari
lembaga keuangan yang beroperasi secara syari’ah. Untuk itu, pemilik modal
hendaknya mendirikan lembaga keuangan yang beroperasi secara syari’ah seperti
BMT, Pegadaian Syari’ah, Bank Mu’amalat, dan lain-lain yang senantiasa
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk melakukan praktek hutang
piutang secara syari’ah tanpa mengharapkan imbalan yang kemudian dalam
syari’ah Islam dikenal dengan istilah Al-Qardhul Hasan.
5. Pada dasarnya masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 menyadari bahwa
hutang bukan hanya merupakan beban lahir, tetapi juga adalah beban batin
manakala orang yang memiliki hutang itu berjumpa tanpa sengaja dengan pemilik
dana. Oleh sebab itu, masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 hendaknya
berusaha semaksimal mungkin untuk tidak melakukan praktek hutang piutang
demi untuk sebuah kehidupan yang sejahtera lahir dan batin.
146
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahnya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, Jakarta:
Departemen Agama RI, 1984
A. Marzuki, Kamaluddin, Fiqih Sunnah, Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1998, Jilid XII
A. Purwaatmadja, Karnaen, Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia, Depok:
Usaha Kami, 1996
Abdul Fatah, Toto, Bank Tidak Identik Dengan Riba, Jawa Barat: MUI, tth.
Abdul Mudjieb, Baehaqi, et.al., Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem
Syari’ah; Pengolahan Gagasan dan Gerakan BMT di Indonesia, Jakarta:
PINBUK, 2000
Abdul Mudjieb, M., Kamus Istilah Fiqih, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994
Ahmad Husein, Syed, et.al., Fiqih dan Perundang-undangan Islam, Kuala Lumpur:
Dewan Bahasa dan Pustaka, 1995
Anwar, Ketua RT. 006/03, Wawancara Pribadi, Tangerang, 25 November 2008.
Arifin, Zainal, et.al., Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: Gema Insani Press,
1997
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Rineka Cipta, 1998
Arsip RT. 006/03 Tahun 2008.
Asy’ari, Musa, Islam Etos Kerja Pembiayaan Ekonomi Umat, Yogyakarta: Lembaga
Studi Filsafat Islam, 1987
A’la Al-Maududi, Abu, Usus Al-Iqtishad Bainal Islam wa Al-Nudzum al-Mu’asyirah,
Ttp: Daar Al-Su’udiyyah li al-Nasyr, 1971
BAZIS Propinsi DKI Jakarta, Manajemen ZIS BAZIS Propinsi DKI Jakarta, Jakarta:
BAZIS Propinsi DKI Jakarta, 2006, Cet. ke-1
147
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 1998, Cet. ke-1
Faulidi Asnawi, Haris, Transaksi E-Commerce Perspektif Islam, Yogyakarta:
Magistra Insani Press, 2004, Cet. ke-1
Halim, Syafril, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, Jakarta: Gema Insani Press,
1995
Hasbi Al-Shiddiqi, M., Hukum Fiqih Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1997,
Cet. ke-1
Hisanien Al-Bathah, Muhammad, Al-Nidzam Al-Iqtishad fi al-Islam, Ttp: Tnp, 1997
Ishaq Al-Syairazi, Abu, Al-Muhadzab, Mesir: Al-Babi Al-Halabi, tth.
J. Maleong, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998,
Cet. ke-2
K. Judisseno, Rimsky, Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2002
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah, Yogyakarta: UPPAMP YPKN,
2000
Muslim, Imam, Shahih Muslim bi al-Syarhi al-Nawawi, Kairo: Daar al-Hadits, 1994,
Juz V
Muslichuddin, M., Sistem Perbankan Dalam Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 1990
Nawab Haider Naqvi, Syed, Ethics Economic; An Islam Synthetic, London: The
Islamic Foundation, 1981
Petunjuk Pelaksanaan Pembukuan Bank Syari’ah, Jakarta: Bank Indonesia, 1999
Rasyied, Sulaiman, Fiqih Islam, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2005, Cet. ke-38
Remy Syahdeni, Sutan, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia, Jakarta: Pustaka Utama, 1999
Saefuddin, A.M., Pemikiran Ekonomi Islam; Suatu Penelitian Kepustakaan Masa
Kini, Jakarta: LIPPM, 1986
148
Syafi’i Antonio, Muhammad, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema
Insani Press, 2001
Singarimbun, Masri, et.al., Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3ES, 1991, Cet. ke-1
Sudarsono, Heri, Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar, Yogyakarta: Ekonosia,
2002
Suhartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial, Bandung: Remaaj Rosdakarya, 2000
Sumitro, Warkum, Azas-Azas Perbankan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1997
Soeroyo, et.al., Doktrin Ekonomi Islam, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995, Jilid I
Tim Penyusun Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta: Djambatan, 2002
Umam, Chatib, et.al., Fiqih Empat Mazhab, Jakarta: Daar Al-Ulim Press, 1999
Umar Capra, M., Al-Qur’an Menurut Sistem Moneter Yang Adil, Yogyakarta: PT.
Dana Bakti Primayasa, 1997
Ya’qub, Hamzah, Kode Etik Dagang Menurut Islam; Pola Pembinaan Hidup Dalam
Berekonomi, Bandung: Diponegoro, 1984
Zuhaili, Wahbah, Al-Fiqh Al-Islam wa Adillatuhu, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa
dan Pustaka, 1995
149
HASIL WAWANCARA
TENTANG PRAKTEK HUTANG PIUTANG PADA MAYARAKAT
KAMPUNG GUNUNG RT. 006/03
Responden : Anwar
Jabatan : Ketua RT. 006/03
Hari/Tanggal : Selasa, 25 November 2008
Tempat : Rumah Ketua RT. 006/03
Jl. Irigasi RT. 006/03 No. 26 Kampung Gunung
Cipondoh Indah – Cipondoh – Tangerang
Pertanyaan dan jawaban
Tanya : Mohon bapak jelaskan tentang letak geografis Kampung Gunung RT.
006/03 ini ?
Jawab : Kampung Gunung RT. 006/03 Kelurahan Cipondoh Indah Kecamatan
Cipondoh Kotamadya Tangerang ini terletak di sebelah Timur Kota
Tangerang dengan luas wilayah kurang lebih 1 hektar atau setara
dengan 10.000 m2.
Tanya : Mohon bapak terangkan tentang batas-batas wilayah Kampung Gunung
RT. 006/03 ?
Jawab : Wilayah Kampung Gunung RT. 006/03 ini terdiri dari 7 Rukun Warga
dan 10 Rukun Tetangga, dengan batas-batas wilayah Rukun Tetangga
yaitu sebelah Utara berbatasan dengan RT. 005/03, sebelah Timur
berbatasan dengan RT. 004/03, sebelah Selatan berbatasan dengan
wilayah RT. 003/03 dan sebelah Barat berbatasan dengan wilayah RT.
002/03.
Tanya : Berapa jumlah penduduk Kampung Gunung RT. 006/03 ini ?
Jawab : Kampung Gunung RT. 006/03 ini memiliki kepadatan penduduk hingga
tahun 2008 berjumlah 328 yang terdiri dari 153 laki-laki dan 175
perempuan yang terhimpun dalam 205 Kepala Keluarga. Namun tidak
seluruhnya jumlah penduduk tersebut adalah pribumi, karena ada
sekitar 45 orang pendatang yang mendiami wilayah Kampung Gunung
RT. 006/03.
Tanya : Bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat Kampung Gunung RT.
006/03 ini ?
150
Jawab : Pada umumnya masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 ini adalah
karyawan swasta atau buruh industri, pedagang, wiraswasta dan ada
pula yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, petani, dan lain-lain.
Bahkan sebagian masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 ini juga ada
yang menjadi tukang ojek dan kuli bangunan.
Tanya : Bagaimana kondisi pendidikan masyarakat Kampung Gunung RT.
006/03 ini ?
Jawab : Mayoritas pendidikan masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 ini
adalah lulus Sekolah Dasar, tetapi tidak sedikit yang melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi seperti Sekolah Menengah dan
Perguruan Tinggi.
Tanya : Bagaimana kondisi keberagamaan masyarakat Kampung Gunung RT.
006/03 ini ?
Jawab : Pengaruh keberagamaan masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 ini
sangat kuat. Oleh karena itu, di wilayah ini terdapat 1 buah masjid dan 3
buah mushalla dalam kondisi baik. Fasilitas lainnya yaitu 1 buah
Majelis Taklim dan 2 buah TPA.
Tanya : Mohon bapak gambarkan tentang peta kemiskinan pada masyarakat
Kampung Gunung RT. 006/03 ini ?
Jawab : Kemiskinan memang masalah krusial yang ada pada setiap masyarakat,
tak terkecuali masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 ini. Jumlah
masyarakat yang tergolong miskin yang berada di wilayah RT. 006/03
diperkirakan ada 95 orang. Jumlah ini merupakan problem tersendiri
bagi masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03.
Tanya : Apakah ada usaha untuk mengentaskan kemiskinan pada masyarakat
Kampung Gunung RT. 006/03 ini ?
Jawab : Banyak cara yang dilakukan masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03
dalam mengentaskan kemiskinan yaitu bekerja sama dengan pemerintah
dalam hal ini Kelurahan Cipondoh Indah melalui program lokal dan
nasional. Program lokal di antaranya adalah mengelola dan
mendayagunakan dana zakat, infaq dan shadaqah. Sedangkan program
nasional di antaranya adalah melalui P2KP, PNPM dan BLT.
Tanya : Selain program tersebut, apakah ada lembaga keuangan yang bersedia
meminjamkan dananya untuk program kemiskinan ?
Jawab : Pada masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 ini tidak ada lembaga
keuangan baik syari’ah maupun konvensional untuk dijadikan sebagai
sarana pengentasan kemiskinan. Oleh sebab itu, saya hanya
mengusulkan agar di Kampung Gunung khususnya di RT. 006/03 ini
segera didirikan lembaga keuangan yang diutamakan adalah lembaga
keuangan yang beroperasi secara syari’ah.
Tanya : Bagaimana praktek hutang piutang pada masyarakat Kampung Gunung
RT. 006/03 ini ?
151
Jawab : Dalam melakukan praktek hutang piutang, masyarakat Kampung
Gunung RT. 006/03 melakukan transaksi keuangan dengan cara datang
langsung kepada temannya yang memiliki dana untuk dipinjam demi
memenuhi kebutuhan yang sangat mendesak.
Tanya : Bagaimana mekanisme hutang piutang yang dilakukan oleh masyarakat
Kampung Gunung RT. 006/03 ini ?
Jawab : Mekanismenya adalah mereka mencari orang yang memiliki banyak
uang yang diperkirakan dapat memberikan pinjaman kepada mereka
tanpa mengharapkan imbalan.
Tanya : Praktek hutang piutang yang dilakukan oleh masyarakat Kampung
Gunung RT. 006/03 ini, menurut bapak apakah sudah sesuai dengan
syari’ah Islam ?
Jawab : Pada dasarnya praktek hutang piutang yang dilakukan oleh masyarakat
Kampung Gunung RT. 006/03 ini, menurut saya pribadi sudah sesuai
dengan syari’ah Islam. Hal ini dapat dilihat dari kedua belah pihak
untuk saling tolong menolong, dan tolong menolong ini merupakan
salah satu dari ajaran Islam.
Tanya : Faktor apa saja yang membuat masyarakat Kampung Gunung RT.
006/03 melakukan praktek hutang piutang ?
Jawab : Banyak faktor yang membuat masyarakat Kampung Gunung RT.
006/03 ini melakukan praktek hutang piutang. Dari sekian banyaknya
faktor salah satunya adalah faktor kemiskinan. Faktor inilah yang
merangsang mereka untuk melakukan praktek hutang piutang.
Tanya : Tujuan apa yang ingin dicapai oleh masyarakat Kampung Gunung RT.
006/03 dalam melakukan praktek hutang piutang ?
Jawab : Pada umumnya masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 ini
melakukan praktek hutang piutang untuk tujuan yang baik. Misalnya
menambah modal usaha, keperluan mendadak, keluarganya sakit, dan
lain-lain yang kesemuanya itu memang dibolehkan dalam kehidupan
masyarakat.
Tanya : Praktek hutang piutang dalam Islam dikenal dengan istilah Al-Qardh.
Menurut bapak apakah mereka memahami apa yang dimaksud dengan
istilah Al-Qardh ini ?
Jawab : Menurut keyakinan saya, masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03
tidak paham apa yang disebut dengan istilah Al-Qardh itu. Namun
demikian, ada sebagian kecil yang memahami istilah ini yaitu orang
yang kajian keagamaannya lebih mendalam dibandingkan dengan orang
biasa.
Tanya : Menurut bapak, apakah praktek hutang piutang pada masyarakat
Kampung Gunung RT. 006/03 ini sudah sesuai dengan aqad qardh ?
Jawab : Masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 mayoritas beragama Islam
dan sudah barang tentu segala perilakunya harus sesuai dengan tindakan
Islam termasuk masalah praktek hutang piutang. Menurut saya, praktek
152
hutang piutang yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Gunung RT.
006/03 sudah sesuai dengan aqad qardh.
Tanya : Apakah usaha yang dijalankan oleh masyarakat Kampung Gunung RT.
006/03 ini sudah sesuai dengan prinsip syari’ah ?
Jawab : Masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 ini dalam menjalankan
usahanya senantiasa disesuaikan dengan prinsip syari’ah, karena hasil
usaha akan berpengaruh pada kehidupan dan perilaku sehari-hari.
Tanya : Menurut bapak, apakah pinjaman yang diberikan oleh pemilik modal
menggunakan sistem bunga ?
Jawab : Bunga itu diharamkan oleh Allah SWT. Jadi masyarakat Kampung
Gunung RT. 006/03 ini sangat antipati terhadap bunga. Kalau pun ada
yang memberlakukan itu, maka ia tidak akan didatangi oleh masyarakat
Kampung Gunung RT. 006/03.
Tanya : Bagaimana pemahaman masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 ini
terhadap praktek hutang piutang yang didasarkan pada hukum Islam ?
Jawab : Respon masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 ini terhadap praktek
hutang piutang yang didasarkan pada hukum Islam cukup baik, bahkan
mereka sangat bersyukur adanya hukum Islam yang mengatur tentang
praktek hutang piutang yang jauh dari praktek riba.
Tanya : Bagaimana pendapat bapak tentang Al-Qardhul Hasan ?
Jawab : Pada dasarnya pengetahuan saya dengan masyarakat Kampung Gunung
RT. 006/03 hampir sama, bahkan mungkin saja lebih bodoh dari
mereka. Namun saya berusaha untuk memberikan komentar tentang Al-
Qardhul Hasan. Menurut hemat saya, Al-Qardhul Hasan adalah
seseorang yang meminjamkan uang, namun ia tidak mengharapkan
imbalan.
Tangerang, 1 Desember 2008
Yang mewawancarai Yang diwawancarai
Achmad Godaibilah Anwar
Mahasiswa Ketua RT. 006/03
153
QUESTIONER PENELITIAN
HUTANG PIUTANG DAN APLIKASINYA PADA MASYRAKAT
KAMPUNG GUNUNG RT. 006/03
A. Petunjuk Pengisian
1. Questioner ini dimaksudkan untuk memperoleh data sehubungan dengan
penelitian tentang praktek hutang piutang pada masyarakat Kampung Gunung
RT. 006/03.
2. Bacalah pertanyaan-pertanyaan secara seksama sebelum saudara mengisi
questioner ini !
3. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cara melingkari jawaban yang
sesuai dengan pendapat saudara !
4. Terima kasih atas kerja sama dan kesediaannya untuk mengisi questioner ini.
B. Data Responden
Nama : ……………………………………………………………..
Pekerjaan : ……………………………………………………………..
Jenis Kelamin : ……………………………………………………………..
C. Daftar Pertanyaan
1. Tingkat pendidikan terakhir saudara ……………………...........
a. SD/MI d. D1, D2, dan D3
b. SMP/MTs. e. S1
c. SLTA/MA f. S2
2. Berapa modal awal saudara …………………………………….
154
a. Rp. 50.000 – Rp. 100.000 c. Rp. 250.000 – Rp. 500.000
b. Rp. 100.000 – Rp. 250.000 d. Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000
3. Berapa besarnya modal yang dipinjam saudara ……………………….
a. Rp. 50.000 – Rp. 100.000 c. Rp. 250.000 – Rp. 500.000
b. Rp. 100.000 – Rp. 250.000 d. Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000
4. Berapa rata-rata pendapatan saudara per bulan sebelum memperoleh
pinjaman……………..
a. <Rp. 250.000 d. Rp. 1.000.000 – Rp. 2.500.000
b. Rp. 250.000 – Rp. 500.000 e. Rp. 2.500.000 – Rp. 5.000.000
c. Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 f. >Rp. 5.000.000
5. Berapa rata-rata pendapatan saudara per bulan sesudah memperoleh
pinjaman……………….
a. <Rp. 250.000 d. Rp. 1.000.000 – Rp. 2.500.000
b. Rp. 250.000 – Rp. 500.000 e. Rp. 2.500.000 – Rp. 5.000.000
c. Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 f. >Rp. 5.000.000
6. Jenis usaha apa yang saudara jalankan ……………………………….
a. Petani d. Layanan jasa
b. Konveksi e. Lain-lain
c. Pedagang
7. Bagaimana pendapat saudara tentang praktek hutang piutang yang dilakukan
oleh masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 sesuai dengan prinsip
syari’ah…………………………………
a. Sangat setuju d. Tidak setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
8. Menurut saudara, deskripsi praktek hutang piutang pada masyarakat
Kampung Gunung RT. 006/03 sesuai dengan aqad qardh ……………………
a. Sangat setuju d. Tidak setuju
155
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
9. Bagaimana pendapat saudara tentang dana yang dipinjam untuk keperluan
dan menambah modal usaha ……………………………….
a. Sangat setuju d. Tidak setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
10. Bagaimana pendapat saudara tentang tata cara peminjaman barang yang
dijaminkan berbentuk barang ……………………………….
a. Sangat setuju d. Tidak setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
11. Bagaimana pendapat saudara tentang aqad qardh dan gadai telah dikenal oleh
masyarakat Kampung Gunung RT. 006/03 …………………………..
a. Sangat setuju d. Tidak setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
12. Bagaimana pendapat saudara tentang keuntungan dari pinjaman agar dibagi
hasil dengan orang yang meminjamkan …………………………….
a. Sangat setuju d. Tidak setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
13. Bagaimana pendapat saudara tentang usaha yang dilakukan harus sesuai
dengan prinsip syari’ah …………………………………………
a. Sangat setuju d. Tidak setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
14. Bagaimana pendapat saudara tentang proses peminjaman harus didasari rasa
saling percaya dan bertanggung jawab …………………………….
156
a. Sangat setuju d. Tidak setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
15. Bagaimana pendapat saudara tentang masyarakat yang tidak memahami
istilah mudharabah ……………………………………………
a. Sangat setuju d. Tidak setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
16. Bagaimana pendapat saudara tentang pembiayaan melalui aqad qiradh ………
a. Sangat setuju d. Tidak setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
17. Bagaimana pendapat saudara tentang tidak adanya bunga pada saat
pengembalian pinjaman ………………………………………….
a. Sangat setuju d. Tidak setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
18. Bagaimana pendapat saudara tentang sistem mudharabah dapat meringankan
pengembalian pinjaman …………………………………
a. Sangat setuju d. Tidak setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
19. Bagaimana pendapat saudara tentang sistem administrasi tidak rumit ……….
a. Sangat setuju d. Tidak setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
20. Bagaimana pendapat saudara tentang waktu yang diberikan dalam pinjaman
cukup efektif …………………………………………..
157
a. Sangat setuju d. Tidak setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
21. Bagaimana pendapat saudara tentang respon masyarakat terhadap pemberian
pinjaman melalui aqad qardh …………………………………………
a. Sangat setuju d. Tidak setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
22. Bagaimana pendapat saudara tentang hubungan kerja antara peminjam dengan
pemilik modal ………………………………….
a. Sangat setuju d. Tidak setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
23. Bagaimana pendapat saudara tentang gadai merupakan pembiayaan dengan
sistem bagi hasil …………………………………
a. Sangat setuju d. Tidak setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
24. Bagaimana pendapat saudara tentang pembiayaan melalui gadai sangat
efektif…………………………………………….
a. Sangat setuju d. Tidak setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
25. Bagaimana pendapat saudara tentang tidak adanya bunga dalam pengembalian
pinjaman …………………………………………….
a. Sangat setuju d. Tidak setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
158
26. Bagaimana pendapat saudara tentang sistem bagi hasil yang diberikan dapat
meringankan beban pengembalian pinjaman ……………………………..
a. Sangat setuju d. Tidak setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
27. Bagaimana pendapat saudara tentang penggunaan sistem administrasi yang
tidak rumit …………………………………………..
a. Sangat setuju d. Tidak setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
28. Bagaimana pendapat saudara tentang waktu yang diberikan dalam pinjaman
cukup efektif …………………………………………….
a. Sangat setuju d. Tidak setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
29. Bagaimana pendapat saudara tentang sikap masyarakat terhadap pemberian
pinjaman dengan menggunakan gadai …………………………………….
a. Sangat setuju d. Tidak setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
30. Bagaimana pendapat saudara tentang adanya hubungan kerja antara
peminjam dengan pemilik modal ……………………………………….
a. Sangat setuju d. Tidak setuju
b. Setuju e. Sangat tidak setuju
c. Ragu-ragu
159