oktober 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ......

65
Laporan Nusantara | 1 OKTOBER 2013 VOLUME 8 NOMOR 3

Upload: haphuc

Post on 08-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 1

OKTOBER 2013

VOLUME 8 NOMOR 3

Page 2: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 2

I. Ringkasan Perkembangan dan Prospek

Ekonomi Regional 4

II. Perekonomian Kawasan Timur Indonesia 10

IIII. Perekonomian Kawasan Jawa 16

IV. Perekonomian Kawasan Jakarta 24

V. Perekonomian Kawasan Sumatera 34

VI. Isu Strategis: Membangun Struktur Produksi yang Kokoh di Nusantara Menuju Negara Maju

42

Boks 1. Fenomena Offshoring Produksi Barang Kompleks dalam Rantai Nilai Global dan Implikasinya pada Necara Perdagangan

Informasi lebih lanjut dapat menghubungi: Bank Indonesia Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Grup Asesmen Ekonomi Divisi Asesmen Ekonomi Regional Ph. 021-29818161, 29818868 Fax. 021-3452489, 2310553

Lampiran II – Inflasi Daerah

Lampiran I – Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Lampiran III – Profil Struktur Perekonomian Wilayah

Page 3: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 3

Di dalam proses perumusan kebijakan moneter, Bank Indonesia mempertimbangkan seluruh aspek

perekonomian termasuk berbagai dinamika ekonomi dalam perspektif kewilayahan. Pembahasan

menyeluruh tentang perkembangan perekonomian terkini dan berbagai isu strategis yang

mengemuka di daerah dilakukan secara periodik antara Dewan Gubernur dengan para Kepala

Perwakilan Bank Indonesia seluruh Indonesia. Hasil dari pembahasan dimaksud menjadi bagian

penting yang melengkapi pemahaman Bank Indonesia terhadap kondisi makroekonomi dengan

berbagai aspek risiko yang berkembang.

Secara umum, perkembangan berbagai indikator makro ekonomi di daerah cenderung melambat

pada triwulan III 2013. Perkembangan ekonomi global yang masih diliputi ketidakpastian yang tinggi

menyebabkan perbaikan ekspor di daerah relatif terbatas di tengah indikator konsumsi domestik

dan investasi yang diperkirakan cenderung melemah. Sementara itu, perkembangan tekanan inflasi

pada akhir triwulan III 2013 mulai mereda setelah pada dua bulan pertama triwulan laporan

meningkat cukup tinggi terkait dampak kenaikan BBM bersubsidi dan tekanan inflasi pangan. Upaya

untuk membawa inflasi kembali ke arah sasarannya akan terus dilakukan melalui koordinasi yang

kuat antara Bank Indonesia dan Pemerintah, baik di tingkat Pusat maupun Daerah.

Buku Laporan Nusantara ini menguraikan secara lengkap asesmen kondisi terkini dan prospek

perekonomian daerah. Dalam publikasi Laporan Nusantara edisi kali ini juga diuraikan pembahasan

yang lebih mendalam terkait aspek struktural dalam mendorong pembangunan struktur produksi

yang lebih kokoh di daerah. Penyusunan buku ini dilakukan secara berkolaborasi antara Departemen

Kebijakan Ekonomi dan Moneter, Kantor Perwakilan Wilayah II, Kantor Perwakilan Wilayah VI, dan

Kantor Perwakilan Wilayah VIII.

Akhir kata, kami berharap buku Laporan Nusantara ini dapat menjadi referensi para pemangku

kepentingan dan pemerhati ekonomi daerah, serta menjadi salah satu kontribusi Bank Indonesia di

dalam pembangunan ekonomi daerah.

Jakarta, 8 Oktober 2013 Departemen Kebijakan Ekonomi

dan Moneter

Dody Budi Waluyo Direktur Eksekutif

Page 4: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 4

Bagian I

Ringkasan Perkembangan dan Prospek Ekonomi Regional

Berbagai indikator ekonomi daerah pada triwulan III 2013 secara agregat cenderung melambat.

Indikasi perbaikan ekspor yang mulai terlihat di sebagian besar daerah tertahan oleh masih relatif

rendahnya harga komoditas di pasar global sehingga diperkirakan belum dapat mengimbangi

perlambatan yang terjadi pada konsumsi rumah tangga dan investasi. Melambatnya pertumbuhan

ekonomi diprakirakan terjadi terutama di sebagian besar daerah di Sumatera dan Jakarta,

sedangkan Jawa dan Kawasan Timur Indonesia (KTI) terindikasi dapat tumbuh sedikit meningkat.

Sementara itu, inflasi di seluruh daerah tercatat lebih tinggi pada triwulan laporan sebagai dampak

dari kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada akhir Juni 2013 dan

terjadinya gangguan pasokan pangan. Meskipun demikian, tekanan inflasi mulai mereda pada akhir

triwulan laporan seiring dengan mulai teratasinya kendala pasokan pangan, terutama untuk

komoditas bawang merah dan cabai, serta adanya tambahan pasokan impor daging. Pada akhir

triwulan, tekanan inflasi pangan yang lebih rendah bahkan terjadi di beberapa daerah di Sulawesi,

Maluku, dan Nusa Tenggara karena disertai koreksi harga yang dalam pada komoditas ikan segar.

Pertumbuhan Ekonomi

Perkembangan berbagai indikator ekonomi di berbagai daerah hingga kuartal ketiga tahun 2013

secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi nasional yang melambat.

Kondisi ini tidak terlepas dari dinamika perekonomian global yang masih dibayangi ketidakpastian

yang tinggi sehingga menyebabkan lambatnya tempo perbaikan pertumbuhan ekonomi dan volume

perdagangan dunia, serta turut memicu tekanan terhadap nilai tukar rupiah sepanjang triwulan

laporan. Indikasi perbaikan ekspor yang mulai terlihat di sebagian besar daerah tertahan oleh masih

relatif rendahnya harga komoditas di pasar global sehingga diperkirakan belum dapat mengimbangi

konsumsi rumah tangga dan investasi yang diperkirakan tumbuh melambat.

Gambar I.1. Peta Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Triwulan III 2013*)

*) Angka Estimasi Pertumbuhan PDRB bersumber dari Kantor Perwakilan BI di masing-masing daerah **)Rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional 2010 – 2013 = 6,3%

Page 5: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 5

Melambatnya pertumbuhan ekonomi diprakirakan terutama terjadi di sebagian besar daerah di

Sumatera dan Jakarta. Hal ini terindikasi pada berbagai indikator terkait konsumsi rumah tangga

yang cenderung melemah seperti nilai tukar petani, impor barang konsumsi dan kredit konsumsi.

Masih terbatasnya perbaikan harga komoditas hasil-hasil perkebunan dan tingginya kenaikan inflasi

pangan diperkirakan berdampak pada melambatnya konsumsi domestik. Peningkatan kinerja ekspor

yang mulai terlihat di berbagai daerah di Sumatera tertahan oleh terbatasnya perbaikan harga

komoditas di pasar global (Grafik I.1 dan Grafik I.2). Di samping itu, produksi hasil perkebunan juga

terindikasi tumbuh lebih rendah karena pengaruh iklim dan minimalnya insentif harga jual.

Sementara itu, perekonomian Jakarta menghadapi tekanan dari melemahnya kinerja investasi

terkait mulai meningkatnya suku bunga pinjaman dan depresiasi nilai tukar rupiah.

Grafik I.1. Pertumbuhan Volume Ekspor Kawasan

Grafik I.2. Kontribusi Pertumbuhan Nilai Ekspor

Kawasan

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Jawa dan Kawasan Timur Indonesia (KTI) terindikasi sedikit

meningkat yang terutama didukung oleh perbaikan kinerja ekspor dan masih relatif stabilnya

konsumsi domestik. Membaiknya kinerja ekspor terjadi di sebagian besar daerah di Jawa seperti

Jawa Barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah basis ekspor manufaktur. Demikian halnya

dengan kinerja ekspor KTI yang cenderung meningkat pada triwulan laporan, terutama untuk barang

tambang seperti nikel, batu bara, dan tembaga, di tengah masih terbatasnya perbaikan harga di

pasar global. Di samping itu, kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua

setelah sempat terhenti selama beberapa waktu turut berkontribusi pada membaiknya

pertumbuhan ekonomi di KTI. Namun, laju pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat di Jawa tertahan

oleh perkembangan kinerja investasi yang diperkirakan masih cenderung lemah.

Secara keseluruhan, konsumsi pemerintah diperkirakan mengalami peningkatan di berbagai daerah

seiring dengan penyaluran gaji ke-13 yang baru terealisasi pada awal triwulan III 2013 dan adanya

upaya percepatan realisasi penyelesaian proyek infrastruktur. Rilis Kementerian Keuangan

memprakirakan pengeluaran belanja APBD secara agregat hingga Agustus 2013 mencapai Rp358,6

triliun atau 50,6% dari total APBD1.

1 Publikasi Estimasi Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Agustus 2013, Dirjen Perimbangan Keuangan Daerah,

Kementerian Keuangan

Page 6: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 6

Pembiayaan Perbankan

Masih cukup kuatnya pertumbuhan ekonomi di sebagian daerah tersebut tidak terlepas dari

dukungan penyaluran kredit perbankan yang diperkirakan masih relatif stabil hingga akhir triwulan

III 2013. Pertumbuhan penyaluran kredit pada triwulan laporan berada pada kisaran 15,7% dan

23,4% (Grafik I.3). Masih relatif stabilnya penyaluran kredit di Jawa, KTI, dan Sumatera terutama

ditopang oleh masih cukup kuatnya pertumbuhan penyaluran kredit modal kerja dan konsumsi.

Menguatnya penyaluran kredit untuk modal kerja bahkan dapat mendorong pertumbuhan

penyaluran kredit perbankan di Jakarta sehingga secara umum cenderung meningkat selama

triwulan laporan. Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) perbankan cenderung tumbuh meningkat

di berbagai daerah sejalan dengan indikasi peningkatan suku bunga simpanan, khususnya pada suku

bunga deposito (Grafik I.4).

Grafik I.3. Perkembangan Kredit Lokasi Proyek

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8

2011 2012 2013

% yoySumatera Jakarta

Jawa KTI

Grafik I.4. Perkembangan Dana Pihak Ketiga

0

5

10

15

20

25

30

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8

2011 2012 2013

% yoy

Sumatera Jakarta Jawa KTI

Pertumbuhan kredit UMKM secara nasional hingga triwulan laporan tumbuh lebih tinggi dibanding

posisi Juni 2013. Kenaikan pertumbuhan kredit UMKM terutama dikontribusi dari pertumbuhan

penyaluran kredit UMKM di Jawa, diikuti KTI dan Sumatera. Sementara itu, kontribusi penyaluran

kredit UMKM di Jakarta justru cenderung tumbuh melambat. Hingga periode Agustus 2013, pangsa

penyaluran kredit UMKM terhadap total kredit berada di kisaran 20% dan diharapkan sejalan

dengan target pangsa penyaluran kredit UMKM sampai dengan akhir tahun 2013 sebesar 20%.

Dalam kaitan ini, berbagai langkah telah didorong oleh Bank Indonesia untuk terus mendorong

aksesibilitas masyarakat terhadap perbankan.

Grafik I.5. Kontribusi Pertumbuhan Kredit UMKM

(10)

(5)

0

5

10

15

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8

2011 2012 2013

%,yoy

Sumatera DKI Jakarta

Jawa KTI

Grafik I.6. Pangsa Kredit UMKM Triwulan III 2013

Ket: Data s.d. Agustus 2013

Page 7: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 7

Inflasi Daerah

Inflasi pada triwulan III 2013 di semua wilayah tercatat lebih tinggi dibanding periode akhir triwulan

sebelumnya. Hal ini tidak terlepas dari dampak kebijakan kenaikan bahan bakar minyak (BBM)

bersubsidi pada akhir Juni 2013. Di samping itu, tekanan kenaikan inflasi juga dipengaruhi oleh

terjadinya gangguan pasokan bahan pangan – terutama bawang merah, cabai, daging ayam, daging

sapi – di tengah meningkatnya permintaan menjelang perayaan hari raya Idul Fitri. Jakarta dan

beberapa kota di Jawa Barat yang merupakan penyangga Jakarta seperti Depok, Tangerang, dan

Bekasi tercatat mengalami lonjakan kenaikan inflasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah

lainnya pada bulan pertama setelah implementasi kenaikan harga BBM bersubsidi. Tekanan

pelemahan nilai tukar rupiah sejak Juli 2013 juga turut meningkatkan harga berbagai barang.

Tekanan inflasi mulai mereda pada akhir triwulan laporan seiring dengan membaiknya pasokan

pangan, terutama bawang merah dan cabai, serta adanya tambahan pasokan impor daging.

Beberapa daerah di Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara pada September 2013 bahkan secara

bulanan dapat mencatat inflasi yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah lainnya karena

koreksi harga yang dalam juga terjadi untuk komoditas ikan segar. Meski demikian, terdapat

beberapa daerah yang masih mencatat inflasi hingga di kisaran 10%, antara lain Sumatera Barat,

Papua Barat, Maluku Utara, Kalimantan Timur, dan Banten.

Gambar I.2. Peta Inflasi Daerah (%,yoy) – September 2013

Prospek Perekonomian Daerah

Prospek pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah pada triwulan IV 2013 secara agregat

diprakirakan akan kembali melambat dibandingkan dengan triwulan III 2013. Pemulihan ekonomi

global yang berjalan lambat disertai tingginya ketidakpastian ekonomi global masih akan

membayangi prospek pertumbuhan ekonomi daerah. Perlambatan ekonomi diprakirakan terjadi di

Kawasan Jawa dan KTI. Di Kawasan Jawa, perlambatan disebabkan oleh pertumbuhan konsumsi

masyarakat dan investasi yang menurun. Sementara itu, melambatnya pertumbuhan ekonomi di KTI

pada triwulan mendatang dipengaruhi oleh kinerja investasi yang terhambat oleh belum adanya

perbaikan harga komoditas yang berarti dan terbatasnya pemulihan ekspor.

Hingga akhir 2013, perkembangan neraca perdagangan luar negeri di daerah, terutama Jawa dan

Jakarta, secara keseluruhan diperkirakan mencatat defisit neraca perdagangan luar negeri yang lebih

besar dibandingkan dengan periode tahun 2012. Hal ini terjadi seiring dengan terbatasnya

Inf ≤ 6,80%

8,00% < inf ≤ 8,50%

Inf > 8,50%

6,80% < inf ≤ 8,00%

Page 8: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 8

pemulihan kinerja ekspor dan masih cukup besarnya kebutuhan impor. Ke depan, tekanan neraca

perdagangan di daerah perlu diatasi melalui kebijakan struktural yang diarahkan untuk memperkuat

kapabilitas sektor industri sehingga mampu mengimbangi kebutuhan domestik yang semakin

kompleks. Kebijakan penguatan tersebut merupakan prasyarat bagi kesinambungan migrasi

Indonesia menuju ke negara maju. Dampak kebijakan pada basis penciptaan pendapatan per kapita

dapat lebih optimal jika diiringi pula dengan kebijakan yang mendorong Nusantara sebagai salah

satu lokasi utama dalam pembuatan barang jadi dan komponennya yang bersifat kompleks di

sepanjang rantai nilai global.

Dari sisi inflasi, tekanan inflasi yang mereda pasca penyesuaian terhadap kenaikan harga BBM

bersubsidi masih juga dibayangi beberapa risiko yang dapat memengaruhi perkembangan harga-

harga umum di daerah pada triwulan mendatang. Pengaruh dari depresiasi nilai tukar rupiah

terhadap harga-harga umum menjadi salah satu faktor risiko yang cukup besar dan dapat membawa

tekanan inflasi kembali meningkat. Risiko tekanan inflasi juga berasal dari komoditas pangan yang

harganya mudah bergejolak (volatile food), antara lain terkait dengan masa paceklik di berbagai

daerah sentra produksi padi dan baru akan kembali memasuki masa panen pada awal tahun 2014,

serta tekanan permintaan pada komoditas daging seiring dengan perayaan hari raya Idul Adha dan

akhir tahun. Di samping itu, implementasi kenaikan tarif listrik tahap keempat yang akan berlaku

pada Oktober 2013, kemungkinan terjadinya kenaikan harga LPG 12 Kg, serta kenaikan tarif

angkutan udara seiring dengan siklus akhir tahun (peak season) merupakan risiko yang perlu

diwaspadai dampaknya pada kenaikan inflasi umum.

Menghadapi masih besarnya risiko kenaikan inflasi, Bank Indonesia dan Pemerintah di tingkat Pusat

dan Daerah terus memperkuat koordinasi dalam upaya pengendalian inflasi khususnya melalui Tim

Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di berbagai daerah. Dalam jangka pendek, TPID perlu diarahkan

untuk secara intensif mengatasi beberapa hal utama, yakni menurunkan inflasi pangan (volatile

food) yang saat ini berada di kisaran 14% (yoy), meredam dampak depresiasi nilai tukar rupiah

terhadap kenaikan harga-harga umum, serta menjamin ketersediaan dan kelancaran distribusi

pasokan pangan.

Laporan Nusantara ini disarikan dari hasil pertemuan Dewan Gubernur Bank Indonesia dengan Kepala-Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah di seluruh Indonesia pada 3 Oktober 2013 di Jakarta. Pertemuan dilakukan setiap triwulannya untuk membahas perkembangan terkini dan berbagai isu strategis yang menjadi perhatian di daerah sebagai bahan pertimbangan

penting dalam perumusan kebijakan moneter di Bank Indonesia

Page 9: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 9

Bagian II

Perekonomian Kawasan Timur Indonesia

Perekonomian Kawasan Timur Indonesia (KTI) pada triwulan III 2013 diprakirakan tumbuh di kisaran

5,1%-5,5%, terutama didorong oleh daerah-daerah yang merupakan basis produksi tambang, seperti

Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan. Perbaikan ekonomi tersebut didorong

oleh kinerja ekspor yang membaik dan konsumsi yang masih cukup kuat. Di samping itu, selama

triwulan laporan aktivitas produksi tambang kembali meningkat setelah sempat terkendala pada

triwulan II 2013.

Sementara itu, inflasi pada triwulan laporan meningkat tinggi sebagai dampak dari kenaikan harga

BBM bersubsidi dan terbatasnya pasokan pangan. Tingginya permintaan di tengah terbatasnya

pasokan dan cuaca ekstrem yang menghambat produksi dan distribusi di berbagai provinsi di KTI

mendorong kenaikan tekanan inflasi. Namun, tekanan inflasi pada akhir triwulan III 2013 mulai

mereda seiring mulai lancarnya pasokan komoditas pangan dan mulai menurunnya dampak

kenaikan harga BBM bersubsidi.

Pertumbuhan Ekonomi

Konsumsi

Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi rumah tangga diprakirakan masih tumbuh cukup kuat pada triwulan III 2013, sedikit

meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Grafik II.1). Meningkatnya konsumsi

dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pembayaran tunjangan hari raya (THR), realisasi

penyaluran gaji ke-13 bagi PNS, masuknya tahun ajaran baru dan perayaan hari besar keagamaan.

Selain itu, masih kuatnya konsumsi juga dipengaruhi oleh meningkatnya penyelenggaraan meeting,

incentive, conference, exhibition (MICE) berskala besar di berbagai daerah di KTI seperti APEC dan

Miss World 2013 di Bali, Sail Komodo di NTT, Festival Derawan di Kalimantan Timur, serta Darwin-

Ambon Yacht Race di Maluku. Di samping itu, meningkatnya konsumsi rumah tangga terindikasi dari

penyaluran kredit konsumsi yang masih cukup kuat disertai melambatnya pertumbuhan dana pihak

ketiga perbankan. (Grafik II.2).

Konsumsi Pemerintah

Konsumsi pemerintah di KTI pada triwulan III 2013 diprakirakan meningkat dibandingkan dengan

triwulan yang sama tahun sebelumnya. Hal tersebut dipengaruhi antara lain oleh penyerapan

belanja APBD yang lebih tinggi menjelang akhir tahun sesuai dengan pola tahunannya. Kenaikan

belanja pemerintah juga dipengaruhi oleh penyelenggaraan MICE dengan sumber dana dari fiskal

daerah baik di tingkat kabupaten maupun provinsi, yang diperkirakan dapat memengaruhi konsumsi

pemerintah pada triwulan laporan. Berdasarkan rilis Kementerian Keuangan, hingga periode Agustus

2013, beberapa daerah di KTI seperti Gorontalo, Maluku, dan Sulawesi Utara mencatat realisasi

penyerapan APBD yang lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya.

Page 10: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 10

Grafik II.1. Pertumbuhan Konsumsi KTI

5.0

5.5

6.0

6.5

7.0

7.5

8.0

I II III IV I II III IV I II IIIp

2011 2012 2013

% yoy

Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi

Ket: P proyeksi Bank Indonesia

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Grafik II.2. Pertumbuhan Tabungan dan Deposiito

-

5

10

15

20

25

30

I II III IV I II III IV I II III*

2011 2012 2013

% (yoy) Deposito

Tabungan

Investasi

Investasi di KTI diprakirakan tumbuh sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Meningkatnya kegiatan investasi ini bersumber dari masih berlangsungnya

pembangunan proyek-proyek berskala besar di berbagai daerah baik yang bersifat multiyears

maupun yang dimulai pada triwulan laporan. Beberapa pembangunan infrastruktur yang dilakukan

antara lain penyelesaian infrastruktur pendukung terkait persiapan penyelenggaraan APEC di Bali,

jalan layang di Banjarmasin, dan pembangkit listrik (PLTU) Donggi Senoro di Sulawesi Tengah. Selain

itu, terdapat beberapa proyek investasi swasta yang direalisasikan selama triwulan laporan,

terutama investasi terkait pertambangan dan industri pengolahan seperti pembangunan smelter

tambang di Sulawesi Tengah, penambahan pabrik Pupuk Kaltim, pabrik alumina di Kalimantan Barat,

industri garam di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Bosowa Energi di Sulawesi Selatan. Peningkatan

investasi ini juga terindikasi dari penyaluran kredit investasi di KTI yang pada Agustus 2013 yang

masih cukup tinggi yakni mencapai 38,2% (yoy) walaupun cenderung melambat dibandingkan

dengan periode akhir triwulan sebelumnya (Grafik II.3).

Permintaan Ekspor

Kinerja ekspor KTI diperkirakan cenderung meningkat pada triwulan III 2013 terutama didorong

oleh ekspor barang hasil tambang (Grafik II.4). Peningkatan ekspor barang tambang, terutama

batubara, dipengaruhi oleh adanya kenaikan permintaan dari China dan India. Hal ini terindikasi dari

volume stok batubara di Pelabuhan Transit Taboneo, Kalimantan Selatan, (Grafik II.5) yang

menunjukkan berkurangnya penumpukan batubara yang sempat terjadi pada beberapa bulan

sebelumnya dan secara bertahap telah diserap oleh pasar mancanegara. Di samping itu, hasil liaison

kepada beberapa perusahaan tambang besar mengindikasikan adanya upaya perluasan pasar atau

ekspansi negara tujuan ekspor batu bara ke ASEAN dan Indo-China, seperti pasar Filipina dan

Vietnam, yang diperkirakan turut mendukung peningkatan ekspor batubara.

Komoditas utama ekspor di KTI lainnya, yaitu nikel dan tembaga, juga tumbuh meningkat pada triwulan

III 2013. Hal ini antara lain didukung oleh kembali normalnya aktivitas produksi tembaga di Papua setelah

sempat terhenti selama beberapa waktu pada triwulan II 2013 dan berakhirnya proses pemeliharaan

pabrik pengolahan feronikel di Sulawesi Tenggara (Grafik II.6).

Page 11: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 11

Grafik II.3. Penyaluran Kredit Investasi – KTI

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

160,000

I II III IV I II III IV I II III*

2011 2012 2013

-

10

20

30

40

50

60Miliar Rp % yoyKredit Investasi

gKredit Investasi (rhs)

Grafik II.4. Ekspor Pertambangan KTI

2,375

(40)

(30)

(20)

(10)

0

10

20

30

40

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7

2012 2013

% yoyJuta USD Ekspor Pertambangan

gEkspor Pertambangan (rhs)

Grafik II.5. Stok Batubara Taboneo

(40)

(20)

0

20

40

60

80

100

120

0

1

2

3

4

5

6

7

8

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2011 2012 2013

% yoyJuta tonStok Batubara di Pelabuhan Transit Taboneo

gStok Batubara di Pelabuhan Transit Taboneo (rhs)

Sumber: KSOP Banjarmasin

Grafik II.6. Produksi Konsentrat Tembaga

-100

-50

0

50

100

150

200

250

0

50

100

150

200

250

300

I II III IV I II III IV I II III*

2011 2012 2013

% yoyJuta Pounds Produksi Konsentrat Tembaga

gProduksi Konsentrat Tembaga (rhs)

Sumber: Data perusahaan, diolah

Sektor Pertambangan

Sektor pertambangan pada triwulan III 2013 tumbuh meningkat dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Produksi batubara di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur pada triwulan III 2013

diprakirakan tumbuh meningkat di tengah masih relatif rendahnya harga batubara di pasar global

(Grafik II.7). Hal ini diperkirakan terkait dengan pemenuhan kontrak jangka panjang dengan negara

mitra dagang. Meski demikian, perkembangan terakhir mengindikasikan risiko terkait adanya upaya

renegosiasi kontrak oleh India karena melemahnya nilai tukar rupee dan pemberlakuan bea masuk

impor batu bara lignite oleh China pada akhir Agustus 2013.

Grafik II.7. Indeks Produksi Batubara

0

5

10

15

20

25

80

100

120

140

160

180

200

220

240

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7

2011 2012 2013

% yoyIndeks Produksi Batubara gProduksi Batubara (rhs)

Sumber: Data Perusahaan, diolah

Grafik II.8. Produksi Biji Nikel

(20)

0

20

40

60

80

100

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

I II III IV I II III IV I II IIIP

2011 2012 2013

% yoyRibu Ton Produksi Biji Nikel gProduksi Biji Nikel (rhs)

Ket: P angka proyeksi

Sumber: Data Perusahaan, diolah

Page 12: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 12

Kembali pulihnya aktivitas tambang dan optimalisasi produksi tambang menjelang diberlakukannya

UU Minerba pada tahun 2014 turut mendorong peningkatan produksi tambang. Aktivitas tambang

tembaga di Papua yang sempat terhenti selama beberapa waktu pada triwulan sebelumnya, telah

kembali normal. Demikian pula dengan aktivitas tambang nikel (Grafik II.9) dan hasil olahannya yaitu

feronikel di Sulawesi kembali meningkat. Di samping itu, meningkatnya kinerja produksi tambang

turut dipengaruhi oleh adanya relaksasi kebijakan ekspor mineral sebagai bagian dari Paket

Kebijakan Pemerintah sampai dengan akhir tahun 2013.

Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan diprakirakan akan kembali tumbuh positif setelah triwulan

sebelumnya mengalami kontraksi pertumbuhan yang cukup besar. Peningkatan tersebut didorong

oleh kembali meningkatnya kinerja produksi LNG di Papua Barat dan diperkirakan tumbuh membaik

meskipun masih mengalami pertumbuhan negatif sebagai dampak keterbatasan pasokan gas (feeding

gas) yang merupakan bahan baku utama produksi LNG. Membaiknya kinerja industri pengolahan LNG

ditunjukkan oleh membaiknya target pengapalan LNG di triwulan III 2013 yang mencapai 44 cargo

(Grafik II.9). Peningkatan di sektor ini juga didorong oleh peningkatan produksi kilang minyak seiring

terealisasinya investasi beberapa peralatan produksi.

Selain itu, industri pengolahan makanan juga diproyeksikan dapat tumbuh menguat pada triwulan

laporan. Hal ini tercermin dari tingkat produksi tepung terigu dari produsen utama di Sulawesi

Selatan yang menunjukkan peningkatan seiring permintaan yang meningkat dalam menghadapi

masa puasa dan hari raya Idul Fitri sejak Juli 2013 (Grafik II.10).

Grafik II.9. Target Produksi Pengilangan LNG

(30)

(25)

(20)

(15)

(10)

(5)

0

0

10

20

30

40

50

60

70

80

I II III IV I II III IV I II III*

2011 2012 2013

% yoyCargo

Target Pengapalan LNG gTarget Pengapalan LNG (rhs)

Ket: P proyeksi

Sumber: Data perusahaan, diolah

Grafik II.10. Produksi Terigu

(25)

(20)

(15)

(10)

(5)

0

5

10

15

20

25

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

160,000

180,000

200,000

I II III IV I II III IV I II IIIP

2011 2012 2013

% yoyRibu TonProduksi Terigu gProduksi Terigu (rhs)

Sumber: Data perusahaan, diolah

Perdagangan, Hotel dan Restoran (Pariwisata)

Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) diperkirakan tumbuh membaik pada triwulan III

2013. Peningkatan kinerja sektor PHR didorong oleh meningkatnya industri pariwisata yang tercermin

dari meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara. Hal tersebut

dipengaruhi oleh masuknya masa liburan sekolah serta perayaan hari besar keagamaan. Selain itu,

selama triwulan laporan terdapat banyak penyelenggaraan kegiatan berskala besar seperti APEC dan

Miss World 2013 di Bali, Sail Komodo di NTT, Festival Derawan di Kalimantan Timur, serta Darwin-

Ambon Yacht Race di Maluku pada triwulan III 2013. Data kunjungan wisatawan mancanegara di

Page 13: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 13

beberapa pintu utama kedatangan internasional tercatat meningkat tinggi hingga 32,4% (yoy) selama

periode Juli-Agustus 2013 (Grafik II.11). Di samping itu, beberapa penyelenggaraan Pilkada baik di

tingkat kabupaten maupun provinsi di KTI juga diperkirakan turut mendukung kinerja sektor PHR.

Grafik II.11. Kunjungan Wisatawan Mancanegara

(50)

(40)

(30)

(20)

(10)

0

10

20

30

40

50

60

I II III IV I II III IV I II III*

2011 2012 2013

% yoyKTI Ngurah Rai

Sam Ratulangi Makassar

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Pertanian

Sektor pertanian pada triwulan III 2013 diperkirakan tumbuh melambat dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Melambatnya sektor pertanian terindikasi baik pada sub sektor perkebunan

maupun sub sektor tananaman bahan makanan (tabama). Indikasi melambatnya kinerja subsektor

perkebunan tercermin dari penurunan produksi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di wilayah

Kalimantan (Grafik II.12) sebesar 12,58% (yoy). Penurunan ini dipengaruhi oleh kondisi tanaman

sawit yang mengalami masa trek, yaitu kondisi tanaman kelapa sawit yang tidak dapat berproduksi

secara optimal karena mengalami gugur bunga. Selain itu produksi kakao di Sulawesi Tengah juga

terganggu akibat curah hujan yang tinggi, hama penyakit dan usia tanaman yang tidak produktif.

Pada subsektor tabama, penurunan terlihat untuk produksi tabama di berbagai daerah sentra

produksi di Sulawesi-Maluku-Papua karena adanya faktor cuaca (Grafik II.13). Indikasi lain terlihat

dari pertumbuhan kredit ke sektor pertanian yang tumbuh melambat pada triwulan laporan (28,2%,

yoy) dibandingkan dengan periode triwulan sebelumnya (32,5%, yoy).

Grafik II.12. Produksi Sawit - Kalimantan

-20

-10

0

10

20

30

40

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013

% yoy(juta ton) Produksi TBS Sawit G Produksi TBS Sawit (rhs)

Sumber: Dinas Perkebunan di Kalimantan, diolah

Grafik II.13. Produksi Padi - Sulampua

-4

-2

0

2

4

6

8

10

6.4

6.6

6.8

7.0

7.2

7.4

7.6

7.8

8.0

8.2

8.4

2009 2010 2011 2012 2013*

% yoyJuta Ton

Produksi Padi Sulampua gProduksi Padi Sulampua (rhs)

Sumber: Kementerian Pertanian, diolah

Page 14: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 14

Pembiayaan Perbankan

Pada triwulan III 2013, penyaluran kredit perbankan relatif tumbuh melambat. Meski melambat,

kredit perbankan berada pada level yang cukup tinggi, yakni sebesar 23,1% dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya sebesar 25,4% (Grafik II.14). Perlambatan kredit terutama terjadi pada kredit

investasi dan konsumsi, sedangkan modal kerja mengalami sedikit peningkatan. Secara sektoral,

penyaluran kredit ke sektor utama masih terjaga baik untuk sektor pertanian, pertambangan, industri

pengolahan, maupun perdagangan besar dan eceran (Grafik II.15). Sementara itu, kualitas kredit yang

disalurkan (non performing loans, NPL) di KTI masih terjaga pada batas aman sekitar 1,9% meskipun

mengalami sedikit peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 1,8%. Penyaluran

kredit UMKM masih tumbuh tinggi, dengan mayoritas kredit dikucurkan untuk skala mikro dan kecil

dengan proporsi 56,3% dari penyaluran kredit UMKM. Penggunaan kredit UMKM dialokasikan untuk

jenis modal kerja (71%), dengan penyaluran difokuskan untuk kegiatan perdagangan besar dan

eceran (61%). Secara keseluruhan, peran intermediasi perbankan di KTI yang terindikasi dari rasio

kredit terhadap dana pihak ketiga (loan to deposit ratio, LDR) masih terjaga di kisaran 118%.

Grafik II.14. Penyaluran kredit KTI

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

0

100

200

300

400

500

600

I II III IV I II III IV I II III*

2011 2012 2013

% yoyTriliun Rp

Kredit gKredit (rhs)

Grafik II.15. Kredit Sektor Ekonomi di KTI

0

10

20

30

40

50

60

70

Pertanian Pertambangan IndustriPengolahan

PerdaganganBesar dan Eceran

% yoyI-12 II-12 III-12 IV-12

I-13 II-13 III-13*

Inflasi

Seluruh wilayah KTI mengalami tekanan kenaikan inflasi yang cukup tajam pada triwulan III 2013

(Grafik II.16). Inflasi KTI tercatat sebesar 8,01% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya (5,30% yoy). Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga bahan

bakar minyak (BBM) bersubsidi yang memicu penyesuaian tarif transportasi dan juga

memengaruhi kelompok volatile food (Grafik II.17). Di sisi lain, kuatnya tekanan eksternal terutama

akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar dan membaliknya tren penurunan harga

emas juga memberikan sumbangan pada tekanan inflasi di periode ini.

Dilihat dari kelompok barang dan jasa, inflasi kelompok bahan makanan berada pada tingkat yang

cukup tinggi. Subkelompok bumbu-bumbuan mengalami lonjakan harga yang paling tinggi

dibandingkan dengan rata-rata inflasi selama tiga tahun terakhir, yakni mencapai sekitar 65%. Hal

ini terutama disebabkan oleh kebijakan kenaikan harga BBM dan tingginya permintaan menjelang

hari raya. Sementara itu, pasokan mengalami hambatan karena adanya pembatasan impor produk

hortikultura dan gagal panen di beberapa daerah sentra penghasil.

Tingginya inflasi bumbu-bumbuan akibat kebijakan tersebut juga menjadi perhatian pemerintah

daerah dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia melalui wadah Tim Pengendalian Inflasi Daerah

Page 15: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 15

(TPID). Terdapat beberapa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan swasembada pangan di

daerah, misalnya melalui pengembangan klaster pangan di hampir seluruh daerah, pengembangan

urban farming/rumah pangan Lestari (sebagian besar provinsi), desa binaan hortikultura dan

pembukaan resi gudang (Gorontalo), penyediaan cold storage (Maluku), pengembangan Pusat

Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), serta perbaikan fasilitas infrastruktur dan sarana

pendukung lainnya.

Grafik II.16. Perkembangan Inflasi KTI

0

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

2009 2010 2011 2012 2013

% yoy

Inflasi Nasional

Inflasi KTI

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah

Grafik II.17. Disagregasi Inflasi KTI

(5)

0

5

10

15

20

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9

2009 2010 2011 2012 2013

% yoy Inflasi IHK (yoy)

Inti

Volatile FoodAdm Price

Prospek Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi KTI pada triwulan IV 2013 diprakirakan melambat dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Melambatnya pertumbuhan dipicu oleh melemahnya kinerja beberapa

sektor utama di KTI seperti industri pengolahan dan PHR. Produksi LNG di KTI untuk keseluruhan

2013 diperkirakan lebih rendah 13% dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya.

Keterbatasan pasokan dari ladang gas merupakan faktor yang menyebabkan menurunnya produksi

sepanjang tahun 2013. Di samping itu, kinerja ekspor diperkirakan masih menghadapi tantangan

dari terbatasnya perbaikan harga komoditas di pasar global, termasuk implikasi dari adanya upaya

renegosiasi kontrak dari negara mitra dagang utama karena dalamnya depresiasi nilai tukar.

Pertumbuhan ekonomi KTI untuk keseluruhan tahun 2013 diprakirakan berada di kisaran 5,1%–5,5%

(yoy), melambat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Tekanan inflasi KTI pada triwulan IV 2013 diperkirakan kembali meningkat, dipengaruhi oleh

tekanan kenaikan harga pangan. Masuknya masa paceklik di sejumlah daerah sentra produksi dan

mulai tingginya curah hujan diperkirakan berdampak pada kenaikan harga pangan, khususnya beras

dan ikan-ikanan. Di samping itu, meningkatnya tekanan permintaan seiring perayaan hari besar

keagamaan dan libur akhir tahun, serta rambatan dampak pelemahan rupiah dan kenaikan harga

emas dunia diperkirakan turut mendorong peningkatan inflasi pada triwulan IV 2013. Beberapa

rencana implementasi kebijakan harga seperti kenaikan harga LPG 12 Kg dan tarif tenaga listrik juga

menjadi hal yang turut memengaruhi inflasi pada triwulan mendatang. Memperhatikan

perkembangan inflasi hingga triwulan III 2013 dan faktor risiko ke depan, inflasi KTI pada triwulan IV

2014 diprakirakan berada pada kisaran 8,0%-8,5% (yoy).

Page 16: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 16

Bagian III

Perekonomian Kawasan Jawa

Perekonomian kawasan Jawa pada triwulan III 2013 diprakirakan tumbuh sekitar 6,4%–6,7% (yoy).

Pertumbuhan ekonomi pada periode ini terutama ditopang oleh perbaikan kinerja ekspor manufaktur

dan masih cukup kuatnya konsumsi domestik. Di sisi lain, inflasi mengalami peningkatan yang cukup

tinggi hingga mencapai 8,6% (yoy) pada akhir triwulan III 2013. Kenaikan inflasi terutama didorong oleh

tekanan kelompok volatile food sebagai akibat kebijakan importasi produk hortikultura dan kuota daging

sapi, struktur pasar beberapa komoditas strategis yang cenderung oligopoli, dan kurang optimalnya

upaya penyelesaian permasalahan logistik khususnya di sektor pertanian.

Pertumbuhan Ekonomi

Konsumsi

Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi rumah tangga berbagai daerah di Kawasan Jawa diprakirakan masih cukup kuat

sebagaimana terindikasi dari perkembangan sejumlah indikator (Grafik III.1). Berdasarkan hasil

survei, Indeks Pengeluaran Konsumen saat ini di kawasan Jawa (Grafik III.2), Indeks Penjualan Eceran

(Grafik III.3) dan Indeks Tendensi Konsumen (Grafik III.4) mengindikasikan pengeluaran konsumen

yang masih kuat terutama untuk pengeluaran kelompok bahan makanan dan kelompok makanan

jadi, minuman, dan tembakau. Hasil liaison terhadap beberapa perusahaan ritel besar dan

perusahaan produsen consumer goods, personal care, dan toileteries juga mengonfirmasi penjualan

ritel yang meningkat pada triwulan III 2013. Penjualan otomotif juga terindikasi mengalami kenaikan

baik untuk kendaraan roda dua maupun roda empat.

Konsumsi Pemerintah

Pada triwulan III 2013, konsumsi pemerintah diperkirakan meningkat seiring dengan percepatan

realisasi berbagai proyek pemerintah. Berbagai persiapan pengadaan yang telah dilakukan pada

awal hingga pertengahan tahun memungkinkan pelaksanaan proyek maupun termin pembayaran

telah dimulai pada triwulan III 2013. Hal ini mendukung terlaksananya akselerasi realisasi belanja

pemerintah pada triwulan ini.

Di samping itu, realisasi beberapa proyek pembangunan infrastruktur berskala besar diperkirakan

turut mendorong adanya percepatan realisasi anggaran. Pembangunan dan perbaikan infrastruktur di

Jawa Barat dipercepat setelah Idul Fitri, antara lain pembangunan jalan penghubung antara Jawa Barat

Selatan dan Banten Selatan. Di Jawa Timur, pemerintah pusat dan Kabupaten Pamekasan tengah

menyelesaikan proyek pembangunan pelabuhan nasional di pesisir pantai utara Pamekasan yang

telah dimulai sejak tahun 2006. Pembangunan pelabuhan nasional tersebut diperkirakan selesai

pada akhir tahun 2013. Proyek pembangunan jalan lingkar selatan Jawa Timur juga terus

dilanjutkan. Jalan tersebut akan melintasi Kabupaten Banyuwangi, Jember, Lumajang, Malang,

Blitar, Tulungagung, Trenggalek, dan Pacitan.

Page 17: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 17

Grafik III.1. Pertumbuhan Konsumsi dan

Konsumsi Rumah Tangga - Jawa

5.5 5.65.9

0

1

2

3

4

5

6

7

8

I II III IV I II III IV I II III *

2011 2012 2013

% yoy Konsumsi Konsumsi Rumah Tangga

Ket: Perkiraan Bank Indonesia Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Grafik III.2. Indeks Pengeluaran Konsumsi – Jawa

161.84

166.27 169.35

145

150

155

160

165

170

175

180

185

190

I II III IV I II III

2012 2013

Indeks Indeks Pengeluaran Konsumen

Grafik III.3. Pertumbuhan Indeks Penjualan Riil

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III *

2011 2012 2013

% yoyJawa Barat

Jawa Tengah

Jawa Timur

Ket: Data s.d. Agustus 2013

Grafik III.4. Indeks Tendensi Konsumen Jawa

105.76

110.06

112.99

94

96

98

100

102

104

106

108

110

112

114

I II III IV I II III IV I II III *

2011 2012 2013

Indeks

Investasi

Investasi swasta di Jawa pada triwulan III 2013 diperkirakan cenderung tumbuh melambat. Kondisi

ini dipengaruhi oleh adanya indikasi perilaku industri yang cenderung menahan realisasi investasinya

terkait perkembangan nilai tukar rupiah dan stabilitas politik menjelang Pemilu tahun 2014. Meski

demikian, beberapa pelaku industri juga terpantau melakukan ekspansi usaha untuk menjaga

tingkat kapasitas utilisasi sebagai antisipasi meningkatnya kembali permintaan. Indikator penyaluran

kredit investasi perbankan di Jawa juga cenderung tumbuh melambat (Grafik III.5). Demikian pula

halnya dengan perkembangan impor barang modal yang cenderung tumbuh melambat (Grafik III.6).

Meski demikian, beberapa perusahaan di Jawa terindikasi melakukan ekspansi usaha berupa

pembangunan pabrik baru. Di Jawa Bagian Barat, industri kimia membangun pabrik baru yang

hasilnya diharapkan dapat memenuhi kebutuhan industri di Jawa. Pembangunan pabrik baru dan

perluasan pabrik juga dilakukan oleh beberapa industri di Jawa Bagian Timur dan Jawa Bagian

Tengah, seperti industri logam, industri pupuk, dan industri makanan dan minuman, dan industri

migas. Beberapa bentuk investasi yang dilakukan oleh dunia usaha ditunjukkan oleh Tabel III.1.

Page 18: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 18

Grafik III.5. Kredit Investasi Kawasan Jawa

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

0

20

40

60

80

100

120

140

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2012 2013

% yoyTriliun Rp Kredit Investasi gKredit Investasi (rhs)

Grafik III.6. Impor Barang Modal Kawasan Jawa

(40)

(20)

0

20

40

60

80

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2012 2013

% yoyJuta USD

Impor Barang Modal gImpor Barang Modal (rhs)

Tabel III.1. Bentuk Investasi

Sektor Investasi

Pertanian Pemanfaatan lahan instansi dan teknologi (hand tractor ), pembangunan kandang ayam

Industri TPT Peremajaan mesin, pembangunan pabrik dan toko, pembelian mesin

Industri Otomotif Pembelian mesin baru yang terotomasi, pembangunan lini produksi baru, dan pabrik ban sepeda

motorIndustri Kimia Peremajaan mesin, pembangunan cracker dan pabrik butadiene

Industri Makanan dan Minuman Peremajaan mesin dan penambahan lini produksi baru, pembangunan pabrik

PHR - Perdagangan Pembukaan jaringan toko di daerah saat ini dan lain

Jasa Pengangkutan Perbaikan infrastruktur, penambahan armada dan jaringan kantor

Sumber: Hasil Liaison Bank Indonesia

Permintaan Ekspor

Kinerja ekspor kawasan Jawa pada triwulan III 2013 diperkirakan cenderung tumbuh relatif stabil

(Grafik III.7 dan Grafik III.8). Di wilayah Jawa Bagian Barat (Jabagbar), kinerja ekspor dipengaruhi

oleh melambatnya permintaan dari negara tujuan terutama Asia (Jepang, Hong Kong, Timur Tengah)

untuk produk elektronik dan Eropa untuk produk ban. Ekspor kayu ke Timur Tengah pun menurun

karena adanya gejolak politik di wilayah tersebut. Namun, ekspor di wilayah Jawa Bagian Tengah

(Jabagteng) dan Jawa Bagian Timur (Jabagtim) ke Amerika masih meningkat, sehingga diperkirakan

mampu mendukung kinerja ekspor seluruh Jawa. Secara umum, dampak dari melemahnya nilai

tukar rupiah mulai dirasakan oleh pelaku usaha dari sisi kenaikan biaya produksi, terutama yang

memiliki kandungan impor tinggi. Meski demikian, mempertimbangkan kondisi pasar yang belum

stabil, produsen cenderung menekan margin usahanya daripada menaikkan harga jual produknya.

Grafik III.7. Ekspor dan Impor LN Jawa

(1,000)

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

USD Juta Net Ekspor-Impor Ekspor Impor

Tren Ekspor Tren Impor

Grafik III.8. Total Volume Ekspor LN Jawa

(20)

(15)

(10)

(5)

0

5

10

15

20

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2012 2013

% yoyJuta USD

Total Ekspor gEkspor (rhs)

Page 19: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 19

Industri Pengolahan

Kinerja industri pengolahan pada triwulan III 2013 diperkirakan masih tumbuh relatif stabil seiring

dengan masih kuatnya konsumsi domestik dan adanya perbaikan kinerja ekspor. Membaiknya

perkembangan industri terutama terindikasi pada industri otomotif, tekstil dan produk tekstil (TPT),

dan elektronik. Pada industri otomotif, kenaikan penjualan mobil disertai pula dengan telah

diterbitkannya aturan teknis terkait kebijakan Low Cost Green Car (LCGC). Penjualan motor juga

terindikasi mulai ada perbaikan walaupun masih terbatas (Grafik III.9 dan Grafik III.10).

Pada industri tekstil, kinerja ekspor TPT tumbuh lebih tinggi daripada yang diperkirakan di awal

tahun (Grafik III.11). Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) memperkirakan kenaikan ekspor TPT untuk

keseluruhan tahun 2013 diperkirakan berada di kisaran 5%. Lebih baiknya perkembangan ekspor TPT

ini antara lain dipengaruhi oleh adanya pengalihan permintaan TPT negara maju dari Bangladesh ke

Indonesia terkait insiden runtuhnya pabrik besar di negara tersebut dan beberapa isu lainnya. Meski

demikian, perkembangan industri TPT menghadapi tantangan terkait persaingan produk impor

sejenis di pasar domestik.

Industri hulu petrokimia mengalami peningkatan dan menjadi unggulan dalam investasi industri

pengolahan. Investasi berupa pembangunan pabrik petrokimia mendorong pertumbuhan positif bagi

industri ini. Paket insentif fiskal dari pemerintah dipercaya memberikan respons sentimen positif

untuk penanaman investasi pada industri pengolahan domestik (Grafik III.12).

Grafik III.9. Penjualan Mobil

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

40

50

60

70

80

90

100

110

120

130

140

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2011 2012 2013

% yoyunit (ribu) Penjualan Mobil

Sumber: Gaikindo

Grafik III.10. Penjualan Sepeda Motor

-50

-30

-10

10

30

50

70

350

450

550

650

750

850

950

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2011 2012 2013

% yoyunit (ribu)Penjualan Sepeda Motor

gPenjualan Sepeda Motor (rhs)

Sumber: Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia

Grafik III.11. Ekspor Tekstil dan Produk Tekstil

(20)

(15)

(10)

(5)

0

5

10

15

20

25

30

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2012 2013

% yoyJuta USD Ekspor TPT gEkspor TPT (rhs)

Tren Ekspor

Grafik III.12. Perkembangan Ekspor Kimia

-30

-25

-20

-15

-10

-5

0

5

10

440

460

480

500

520

540

560

580

600

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2012 2013

% yoyJuta USD

Ekspor Kimia gEkspor Kimia (rhs) Tren Ekspor

Page 20: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 20

Pertanian

Kinerja sektor pertanian diperkirakan tumbuh meningkat pada triwulan III 2013. Perbaikan kinerja

sektor pertanian didorong oleh masuknya masa panen raya beras di berbagai daerah sentra

produksi Jawa disertai dukungan cuaca yang kondusif dan minimalnya gangguan hama. Demikian

pula halnya dengan produksi beberapa komoditas hortikultura, terutama bawang merah, yang

meningkat di Jawa Tengah. Melimpahnya panen pada triwulan III 2013 diperkirakan terkait dengan

terjadinya perubahan pola tanam dan panen akibat terjadinya pergeseran musim. Namun.

perkembangan terakhir mengindikasikan beberapa daerah sentra produksi mengalami penundaan

musim tanam karena belum stabilnya iklim. Di samping itu, ARAM I BPS mengindikasi laju

peningkatan produksi beras untuk keseluruhan tahun 2013 diperkirakan lebih rendah dibandingkan

dengan produksi di Luar Jawa.

Grafik III.13. Produksi Padi Grafik III.14. Perkembangan Penumpang Kereta Apii

dan Kapal Laut di Tj. Perak

-200

-100

0

100

200

300

400

500

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2011 2012 2013

% yoyRibu TonProduksi Padi gProduksi Padi (rhs)

Sumber: Dinas Pertanian Cirebon, Majalengka,

Indramayu, Kuningan, diolah

0

20

40

60

80

100

120

0

1

2

3

4

5

6

7

8

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8

2011 2012 2013

ribu orangribu orang Penumpang Kereta Api

Penumpang Kapal (rhs)

Sumber: BPS, PT Kereta Api, Kantor Administrasi

Pelabuhan, diolah

Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor pengangkutan penumpang meningkat drastis dua pekan menjelang hari raya, baik untuk

angkutan darat, laut, maupun udara yang diakibatkan oleh tradisi mudik dan musim liburan sekolah.

Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya jumlah penumpang yang datang dan pergi pada saat

arus mudik dan balik pada tahun ini meningkat sebesar 30%. Sementara itu, jumlah penumpang

melalui bandar udara di D.I. Yogykarta terus mengalami peningkatan sejalan dengan libur musim

panas di Eropa dan kegiatan Meeting, Incentive, Conference, and Exhibition (MICE) di kota

Yogyakarta yang mulai meningkat pascalebaran. Salah satu kegiatan internasional yang

diselenggarakan pada September 2013 adalah Festival Ramayana Internasional di Candi Prambanan

yang diikuti oleh perwakilan kontingen dari 9 negara di Asia.

Pembiayaan Perbankan

Fungsi intermediasi perbankan di Kawasan Jawa masih berjalan dengan baik. Loan-to-deposit ratio

(LDR) perbankan pada triwulan III 2013 mencapai 89,5%, sedikit lebih tinggi dari triwulan

sebelumnya sebesar 89,2%. Hal ini masih sejalan dengan rencana diberlakukannya ketentuan LDR

dari Bank Indonesia sebesar 92% mulai 2 Desember 2013. NPL sedikit meningkat dari 2,3% pada

Page 21: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 21

triwulan II 2013 menjadi 2,4% pada triwulan III 2013. Dibandingkan dengan triwulan II 2013, Kredit

Modal Kerja (KMK) mengalami peningkatan, sedangkan Kredit investasi (KI) dan Kredit Konsumsi

(KK) mengalami penurunan. Dari jenis penggunaannya, pangsa KMK tercatat sebesar 49,3% dan KK

sebesar 36,2%.

Penyaluran kredit kepada pelaku usaha mikro, makro, kecil, dan menengah menunjukkan

peningkatan. Kredit untuk UMKM tumbuh dari 16,6% (yoy) pada triwulan II 2013 menjadi 21,1%

(yoy). Pangsa kredit kepada UMKM perbankan Kawasan Jawa pada periode laporan adalah sebesar

29,3% atau mencapai Rp231,8 triliun. Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disalurkan kepada kawasan

Jawa pada triwulan III 2013 tumbuh meningkat 24,8% (yoy) atau menjadi Rp20,0 triliun. Pangsa

kredit kepada UMKM perbankan Kawasan Jawa pada periode laporan adalah sebesar 2,6% atau

mencapai Rp20,0 triliun.

Suku bunga kredit dan deposito di Jawa bergerak relatif stabil, namun masih dalam tren yang

menurun (Grafik III.15). Suku bunga deposito stabil dibandingkan dengan triwulan II 2013, yaitu

sebesar 3,3%, dengan suku bunga tertinggi di Banten dan terendah di D.I. Yogyakarta. Sementara

itu, suku bunga kredit mengalami sedikit peningkatan menjadi 12,6% pada triwulan III 2013 dengan

suku bunga tertinggi di Banten dan terendah di Jawa Timur. Dampak dari kenaikan BI Rate mulai

nampak pada Agustus 2013 sebagaimana tercermin dari mulai terjadinya penyesuaian suku bunga

baik deposito maupun kredit.

Tabel III.2. Indikator Perbankan Jawa

Nominal

(Triliun Rp)

Growth

(yoy)

Nominal

(Triliun Rp)

Growth

(yoy)

Aset 1.117 15,7% 1.156 16,5%

Kredit Lok. Proy. 1.040 23,6% 1.079 24,8%

Kredit Lok. Bank 764 23,5% 790 24,5%

DPK 856 14,7% 883 16,0%

LDR 89,2% - 89,5% -

NPL 2,3% - 2,4% -

Tw II Tw III *

Indikator Utama

Grafik III.15. Suku Bunga Kredit vs Deposito di Jawa

2

3

4

5

6

9

10

11

12

13

14

15

16

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8

2011 2012 2013

%%Suku Bunga Kredit Suku Bunga Deposito (rhs)

Grafik III.16. Perkembangan Kredit UMKM

-15

-10

-5

0

5

10

15

20

25

30

100

120

140

160

180

200

220

240

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8

2011 2012 2013

% yoyRp Triliun Kredit UMKM gUMKM (rhs)

Grafik III.17. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat

0

5

10

15

20

25

0

1

2

3

4

5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7

2011 2012 2013

Rp Triliun %KUR NPL KUR (rhs)

Page 22: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 22

Inflasi

Inflasi di seluruh daerah di Jawa meningkat tinggi. Inflasi tercatat meningkat cukup signifikan, yaitu

dari 6,3% (yoy) pada triwulan II 2013 menjadi 8,6% (yoy) pada akhir triwulan III 2013. Secara

wilayah, Jabagbar mengalami inflasi tertinggi di antara wilayah Kawasan Jawa lainnya karena

terhambatnya pasokan bahan pangan. Faktor penyebabnya antara lain yaitu: (i) adanya

Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) sehingga pintu masuk impor yang semakin jauh; (ii)

permasalahan di sentra produksi karena faktor anomali cuaca dan pembenihan yang tidak tepat;

(iii) dugaan kartel pada komoditas daging ayam ras dan terhambatnya pasokan impor daging sapi

karena izin rekomendasi belum keluar; (iv) rantai tata niaga yang panjang ditambah dengan aliran

pasokan yang mengutamakan daerah dengan daya beli lebih tinggi seperti Jakarta; (v) beberapa

daerah penyangga Ibukota RI (Bekasi, Tangerang, Depok, Bogor) yang bukan merupakan basis

produksi mengalami inflasi yang lebih tinggi dari Jakarta karena pasokan diperoleh dari Jakarta.

Peningkatan laju inflasi pada triwulan III 2013 terutama disebabkan oleh kelompok volatile food dan

kelompok administered price. Pasokan komoditas pangan seperti daging sapi, bawang merah, dan

cabe merah masih terbatas di saat permintaan yang tinggi pada periode puasa, lebaran, dan liburan.

Namun, pada akhir triwulan III 2013, pasokan komoditas hortikultura sudah membaik seiring

dengan panen yang melimpah di sentra produksi. Tekanan inflasi kelompok volatile food juga

disebabkan oleh tingginya harga DOC. Akibatnya harga daging ayam ras melonjak. Sejauh ini, kendali

harga DOC masih dipegang oleh perusahaan breeder, dan ada dugaan praktek kartel yang perlu

ditindaklanjuti oleh pihak yang berwenang. Sementara itu inflasi yang tinggi pada kelompok

administered price terjadi akibat kenaikan harga BBM yang diikuti dengan kenaikan tarif angkutan

dalam kota dan disertai dengan kenaikan tarif listrik.

Tekanan pada kelompok inflasi inti mulai meningkat pada triwulan laporan. Ekspektasi masyarakat

cenderung meningkat seiring dengan kenaikan harga BBM bersubsidi, musim lebaran, liburan, dan

tahun ajaran baru. Pelemahan nilai tukar rupiah yang semakin tajam pada triwulan III 2013 juga

turut mendorong peningkatan ekspektasi harga pada berbagai komoditas yang diimpor, seperti

kedelai, daging sapi, dan berbagai produk manufaktur berbahan baku impor. Kelompok makanan

jadi seperti nasi dan ayam goreng juga turut mendorong inflasi inti pada triwulan ini. Sementara itu,

berbagai kelompok jasa seperti pendidikan, rekreasi, kecantikan, pertukangan, dan sewa rumah juga

mengalami inflasi untuk menyesuaikan terhadap kenaikan harga BBM dan listrik.

Grafik III.18. Disagregasi Inflasi Jawa

0

5

10

15

20

25

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012 2013

% yoy Inflasi IHK Volatile foods

Administered Prices Core

Grafik III.19. Inflasi Bahan Makanan Kawasan Jawa

(40)

(20)

0

20

40

60

80

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012 2013

% yoyPadi-padian

Daging-dagingan

Bumbu-bumbuan

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Page 23: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 23

Prospek Perekonomian

Perekonomian Jawa pada triwulan IV 13 diprakirakan melambat pada kisaran 6,1% - 6,5% (yoy).

Tekanan ekonomi eksternal di tengah ketidakpastian yang tinggi menjadi risiko yang dapat

berdampak pada melambatnya ekonomi Jawa. Dari sisi permintaan, risiko melambatnya konsumsi

dan investasi pada triwulan mendatang diperkirakan turut memberi tekanan terhadap kinerja

perekonomian keseluruhan. Perlambatan ekonomi triwulan IV 2013 juga dipengaruhi oleh

pertumbuhan impor bahan baku yang cenderung masih meningkat seiring dengan tingginya

kebutuhan industri. Dari sisi penawaran, kinerja sektor industri pengolahan diperkirakan masih

mengalami pertumbuhan, sedangkan sektor PHR dan pertanian diperkirakan akan mengalami

perlambatan.

Laju inflasi Kawasan Jawa pada triwulan IV 2013 diperkirakan akan meningkat dari 8,6% (yoy)

menjadi pada kisaran 9,1% - 9,5% (yoy). Kondisi tersebut terjadi karena ketersediaan pasokan bahan

pangan yang masih terbatas, khususnya daging sapi, daging ayam ras, cabe merah, dan bawang

merah. Harga komoditas daging ayam ras di wilayah Jawa Barat masih mendapatkan tekanan dari

kenaikan harga DOC (anak ayam umur sehari) dan pakan. Permintaan yang meningkat terhadap

daging sapi sehubungan dengan hari raya Idul Adha, Natal dan Tahun Baru 2014 juga diperkirakan

akan mendorong kenaikan harga. Sementara itu, memasuki periode musim tanam beberapa

pasokan komoditas tanaman pangan akan menjadi terbatas. Risiko tekanan inflasi lainnya

bersumber dari rencana kebijakan terkait harga antara lain kenaikan tarif listrik, gas, tarif PAM dan

cukai rokok.

Menghadapi besarnya risiko tekanan inflasi, beberapa langkah upaya ditempuh oleh TPID. Dalam

jangka pendek, mengarahkan ekspektasi masyarakat melalui penyampaian data dan informasi

perkembangan harga dan ketersediaan pasokan secara intensif, baik melalui media massa, dialog

interaktif, maupun iklan layanan masyarakat di media televis. Dalam jangka panjang, upaya yang

dilakukan dimaksudkan untuk menjaga ketahanan pangan berdasarkan rantai nilai hulu ke hilir yang

meliputi rantai produksi, distribusi dan sistem logistik, serta perdagangan. Koordinasi antara Satuan

Kerja Perangkat Daerah (SKPD) anggota TPID dan koordinasi antar TPID lintas kabupaten/kota dan

provinsi akan diintensifkan. Beberapa hal lain yang ditempuh oleh TPID di berbagai daerah di Jawa

antara lain memperluas akses masyarakat terhadap informasi harga, menginisiasi pengembangan

pertanian rumah tangga, revitalisasi terminal agribisnis, dan memperkuat pengembangan resi

gudang.

Page 24: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 24

Bagian IV

Perekonomian Kawasan Jakarta

Perekonomian Kawasan Jakarta pada triwulan III 2013 diprakirakan tumbuh 5,8%-6,2% (yoy),

melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 6,3% (yoy). Perlambatan tersebut

terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan investasi dan ekspor terkait dengan faktor

masih tingginya ketidakpastian global yang berdampak pada perekonomian domestik. Di sisi lain,

konsumsi diperkirakan dapat tumbuh sedikit lebih tinggi terkait adanya faktor Lebaran. Secara

sektoral, kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), sektor pengangkutan dan

komunikasi diprediksi meningkat. Namun, sektor konstruksi serta sektor jasa keuangan, persewaan,

dan jasa perusahaan diperkirakan mengalami perlambatan. Dari sisi perkembangan harga, tekanan

inflasi di Kawasan Jakarta mengalami peningkatan signifikan di awal triwulan terkait dengan

kenaikan harga BBM dan masih tingginya tekanan inflasi pangan. Meskipun demikian, pada akhir

triwulan tekanan inflasi mulai mereda.

Pertumbuhan Ekonomi

Konsumsi

Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi rumah tangga di Kawasan Jakarta pada triwulan III 2013 diprakirakan tumbuh sedikit

lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada

triwulan laporan didukung oleh meningkatnya permintaan, khususnya bahan makanan dan sandang

menjelang Lebaran sebagaimana pola musimannya. Peningkatan belanja rumah tangga tersebut juga

didorong oleh adanya pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) atau gaji ketigabelas dan pemberian

Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Selain

itu, masuknya tahun ajaran baru juga mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga.

Beberapa indikator konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan mengindikasikan peningkatan.

Hasil survei penjualan eceran menunjukkan adanya peningkatan, walaupun tidak setinggi periode

yang sama pada tahun 2012 (Grafik IV.1). Masih kuatnya konsumsi rumah tangga tercermin dari

meningkatnya penjualan eceran pasca Lebaran secara signifikan. Hal tersebut antara lain terindikasi

dari transaksi penjualan di pameran Indonesia International Motor Show (IIMS) 2013 pada

September 2013 yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perkiraan meningkatnya

pertumbuhan konsumsi pada triwulan laporan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya juga

ditunjukkan oleh meningkatnya penyaluran kredit konsumsi pada triwulan laporan di wilayah

Jakarta. Pertumbuhan kredit konsumsi terutama terindikasi pada Kredit Pemilikan Rumah (KPR),

Kredit Pemilikan Apartemen (KPA), dan kredit kendaraan bermotor (Grafik IV.2). Penyaluran kredit

konsumsi secara nominal tertinggi terjadi pada Juli dan Agustus 2013.

Di sisi lain, beberapa indikator hasil survei mengindikasikan potensi terbatasnya pertumbuhan

konsumsi rumah tangga. Survei Konsumen memperlihatkan berlanjutnya pesimisme atau persepsi

negatif dari konsumen Jakarta terhadap kondisi perekonomian secara umum (Grafik IV.3).

Page 25: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 25

Hal tersebut dipengaruhi oleh peningkatan inflasi, depresiasi nilai tukar, potensi kenaikan suku

bunga kredit yang akan menekan daya beli dan konsumsi rumah tangga. Indeks penghasilan

konsumen dan ketersediaan lapangan kerja juga mengalami penurunan (Grafik IV.4).

Konsumsi Pemerintah

Konsumsi Pemerintah diprakirakan mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Perbaikan kinerja konsumsi Pemerintah pada triwulan III 2013 diperkirakan cukup

signifikan terkait dengan realisasi gaji ketigabelas bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) baik di pusat

maupun di daerah. Sesuai dengan pola musimannya, pencairan gaji ke-13 menjelang Lebaran

mendukung realisasi belanja pemerintah. Secara khusus, pencairan gaji ke-13 akan mendorong

signifikan peningkatan konsumsi pemerintah terkait dengan porsi belanja Pemerintah Pusat yang

dominan di Jakarta. Selain itu, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah juga ditengarai

melakukan berbagai upaya untuk mendukung realisasi belanja yang masih kurang optimal pada

semester I 2013.

Grafik IV.1. Indeks Penjualan Eceran

Grafik IV.2. Pertumbuhan Kredit Konsumsi

Grafik IV.3. Indeks Keyakinan Konsumen

Grafik IV.4. Indeks Penghasilan Konsumen dan

Ketersediaan Lapangan Kerja

Investasi

Kinerja investasi di Jakarta diprediksi melambat signifikan pada triwulan III 2013. Melambatnya

kinerja investasi di Jakarta disebabkan oleh faktor eksternal maupun domestik. Dari sisi eksternal,

adanya rencana pengurangan program stimulus fiskal (pembelian obligasi) oleh Bank Sentral

Amerika Serikat diperkirakan menahan realisasi investasi khususnya dari sumber Penanaman Modal

Asing (PMA). Hal ini diindikasikan oleh besarnya dana asing yang keluar dari pasar modal. Selain

berdampak pada jasa keuangan, penurunan investasi juga berpotensi memengaruhi investasi

Page 26: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 26

bangunan di Jakarta. Sementara itu, prospek investasi dari sisi domestik dipengaruhi oleh kenaikan

suku bunga dan pelemahan nilai tukar rupiah. Kondisi demikian diperkirakan berpengaruh terhadap

realisasi investasi terutama Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Tantangan yang dihadapi

investor domestik adalah peningkatan harga-harga barang dan jasa akibat tingginya inflasi dan biaya

bunga. Depresiasi rupiah juga menyebabkan terjadinya penyesuaian harga barang modal yang

berasal dari impor. Selain itu, biaya investasi di Jakarta juga dipengaruhi oleh faktor upah tenaga

kerja yang cukup tinggi.

Investor cenderung menahan realisasi investasi mengingat adanya potensi risiko yang meningkat

di tengah iklim investasi yang kurang kondusif. Adapun paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan

pada akhir Agustus 2013, ditengarai belum cukup mendukung investasi di Jakarta, meskipun

terdapat dua kebijakan strategis terkait investasi. Kebijakan strategis berupa pemberian insentif

pada industri padat karya untuk menopang pertumbuhan diyakini tidak terlalu berpengaruh ke

industri di Jakarta yang lebih berorientasi pada padat modal. Demikian pula dengan kebijakan

strategis yang memangkas perizinan investasi juga lebih mengarah pada perizinan di sektor migas

daripada sektor jasa yang dominan di Jakarta.

Investasi nonbangunan yang utamanya pada sektor industri dan jasa diprakirakan tumbuh stagnan

pada triwulan laporan. Hal ini terlihat dari pertumbuhan volume impor barang modal dan kredit

investasi (Grafik IV.5 dan IV.6). Hasil liaison ke sejumlah perusahaan yang bergerak di sektor industri

pengolahan, yaitu industri kimia, kertas, dan bahan-bahan pendukung proses industri, menunjukkan

pertumbuhan investasi yang terbatas. Sementara itu, investasi di sektor jasa keuangan, jasa

pembiayaan termasuk perbankan, dan jasa perdagangan yang sebagian besar bersumber dari PMA

diperkirakan melambat pada triwulan laporan. Demikian pula investasi bangunan, diprediksi tumbuh

terbatas pada triwulan laporan terkait dengan penundaan proyek properti baru di Jakarta.

Penundaan tersebut dipengaruhi oleh depresiasi nilai tukar rupiah yang mendorong sentimen

negatif konsumen dalam melakukan investasi di properti, terlebih lagi dengan adanya risiko krisis

properti apabila kondisi perekonomian terus memburuk. Ekspektasi kenaikan suku bunga Kredit

Pemilikan Rumah (KPR) terkait dengan depresiasi rupiah dan inflasi juga merupakan salah satu faktor

yang berpengaruh. Melambatnya investasi bangunan diperkirakan terjadi pada properti komersial

terutama ruang ritel.

Grafik IV.5. Pertumbuhan Volume Impor

Grafik IV.6. Pertumbuhan Kredit Investasi

Page 27: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 27

Permintaan Ekspor Luar Negeri

Ekspor produk Jakarta diprediksi tumbuh melambat pada triwulan III 2013. Hal itu dipengaruhi oleh

faktor global, pelemahan konsumsi domestik dan relokasi industri pakaian jadi. Perlambatan ekspor

Jakarta terindikasi baik secara volume maupun nilai (Grafik IV.7). Melambatnya ekspor tersebut

terkait dengan turunnya kinerja ekspor produk Jakarta sejalan dengan masih terbatasnya permintaan

global. Selain itu, penurunan ekspor juga dipengaruhi oleh adanya gangguan keluar masuk barang di

Pelabuhan Tanjung Priok serta relokasi industri pakaian jadi (garmen) yang mengalami kesulitan

dalam memenuhi persyaratan UMP di Jakarta.

Perlambatan ekspor manufaktur Jakarta terindikasi pada sejumlah produk ekspor utama seperti

kendaraan bermotor, pakaian jadi, makanan olahan, dan alat listrik. Ekspor kendaraan bermotor

roda empat tumbuh negatif secara tahunan (yoy) terkait dengan masih terbatasnya permintaan

global. Adapun perlambatan yang lebih signifikan terjadi pada ekspor kendaraan bermotor roda dua.

Potensi peningkatan ekspor kendaraan roda empat berasal dari realisasi ekspor kendaraan jenis

Sport Utility Vehicle (SUV) ke Amerika Latin. Selain ekspor ke negara Saudi Arabia, Thailand, dan

Filipina untuk jenis kendaraan penumpang dan ekspor kendaraan niaga ke Jepang, diversifikasi

ekspor ke pasar Amerika Latin tersebut diprediksi akan berpengaruh pada kinerja ekspor industri

otomotif Jakarta pada triwulan mendatang. Di sisi lain, juga telah dilakukan langkah diversifikasi

ekspor suku cadang kendaraan bermotor ke negara-negara Eropa.

Melambatnya ekspor Jakarta juga disebabkan oleh penurunan ekspor pakaian jadi yang cukup

dalam. Ekspor pakaian jadi yang merupakan produk ekspor dengan pangsa terbesar kedua di Jakarta

mengalami kontraksi pertumbuhan cukup dalam pada Agustus 2013 (Grafik IV.8). Kontraksi yang

cukup dalam tersebut adalah dampak dari relokasi dan penutupan sejumlah pabrik pakaian jadi

(garmen) yang berorientasi ekspor di Kawasan Berikat Nusantara (KBN) di Cakung. Koreksi ekspor

yang cukup dalam pada Agustus juga terjadi pada produk ekspor Jakarta lainnya, yakni produk

makanan olahan dan alat listrik (generator dan komponen listrik).

Salah satu faktor terbatasnya pertumbuhan ekspor di Jakarta pada triwulan laporan juga terkait

dengan gangguan keluar masuk barang di Pelabuhan Tanjung Priok. Gangguan tersebut terjadi

pada akhir Juli sebagai dampak dari keterlambatan pengeluaran barang impor dan pengangkutan

barang ekspor di terminal peti kemas Tanjung Priok. Tingginya impor menjelang Lebaran sesuai pola

musiman tidak diantisipasi dengan baik, sehingga terjadi penimbunan peti kemas dalam jumlah

signifikan. Selain itu, volume angkutan barang yang telah melebihi kapasitas pelabuhan Tanjung

Priok serta antrian panjang truk akibat buruknya kondisi akses jalan pelabuhan dan kemacetan lalu

lintas menjadi penyebab utama terhambatnya distribusi barang impor maupun pengangkutan

barang ekspor. Namun, secara keseluruhan impor pada triwulan laporan diperkirakan tumbuh stabil

khususnya terkait dengan tingginya impor barang konsumsi untuk pemenuhan kebutuhan Lebaran.

Page 28: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 28

Grafik IV.7. Pertumbuhan Nilai dan Volume Ekspor

Grafik IV.8. Nilai Ekspor LN Produk Manufaktur

Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan Jakarta diprakirakan tumbuh melambat pada triwulan III 2013.

Melambatnya kinerja sektor industri Jakarta terutama dipengaruhi oleh penurunan ekspor luar

negeri. Adapun sektor industri pengolahan yang diprediksi mengalami perlambatan adalah pada

industri kendaraan bermotor dan pakaian jadi (garmen). Penurunan kinerja industri kendaraan

bermotor tercermin dari penurunan penjualan kendaraan bermotor di pasar domestik (Grafik IV.9).

Di sisi lain, potensi perbaikan kinerja terdapat pada industri suku cadang terkait dengan investasi

dari Jepang dan diversifikasi produk untuk mendukung industri otomotif di Jakarta. Hal ini

berpotensi mengurangi ketergantungan impor suku cadang kendaraan bermotor dalam jangka

panjang. Penurunan kinerja industri pakaian jadi dipengaruhi oleh relokasi dan penutupan sejumlah

pabrik pakaian jadi (garmen) berorientasi ekspor di Kawasan Berikat Nusantara (KBN) di Cakung,

Jakarta Timur. UMP 2013 yang tinggi di Jakarta serta peningkatan biaya produksi terutama biaya

logistik dan distribusi merupakan faktor yang memengaruhi de-industrialisasi tersebut. Dampak dari

penutupan usaha oleh investor asing tersebut adalah dilakukannya PHK dalam jumlah yang cukup

signifikan.

Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Kinerja sektor PHR khususnya perdagangan di Jakarta pada triwulan III 2013 diprakirakan

meningkat dalam level moderat. Hal ini terlihat dari meningkatnya indeks penjualan eceran pada

awal triwulan laporan berdasarkan Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia. Berbagai kegiatan

promosi penjualan menjelang Lebaran turut mendukung pertumbuhan subsektor perdagangan pada

triwulan laporan. Kenaikan omzet diprakirakan sekitar 30%, sementara kenaikan harga secara

bertahap sebagai dampak dari penyesuaian harga BBM di kisaran 10%-15% (Asosiasi Pengusaha Ritel

Indonesia/Aprindo). Meskipun demikian, kontak liaison perusahan consumer goods, yang cukup

dominan di pasar, cenderung untuk melakukan penyesuaian harga produk setelah Lebaran.

Pengurangan margin dianggap sebagai pilihan yang lebih baik untuk mempertahankan volume

penjualan. Indikasi peningkatan sektor perdagangan juga tercermin dari peningkatan penjualan

kendaraan bermotor menjelang Lebaran (Grafik IV.9) dan kenaikan volume impor barang konsumsi

(Grafik IV.10). Meskipun demikian, kegiatan bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok mengalami

kontraksi pada bulan Juli terkait dengan adanya gangguan keluar masuk barang (Grafik IV.11).

Di sisi lain, relatif moderatnya pertumbuhan sektor perdagangan juga tercermin dari beberapa

indikator lain. Jumlah wisatawan dan tingkat hunian hotel di Jakarta menurun pada triwulan laporan

yang ditengarai sebagai pengaruh dari terbatasnya belanja konsumen (Grafik IV.12). Demikian pula

Page 29: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 29

dengan pendapatan restoran diperkirakan mengalami penurunan sejalan dengan melambatnya

perekonomian serta kenaikan biaya bahan baku (bahan makanan) dan biaya operasional (listrik,

upah pekerja).

Grafik IV.9. Penjualan Kendaraan Bermotor

Sumber: CEIC

Grafik IV.10. Impor Barang Konsumsi

Grafik IV.11. Kegiatan Bongkar Muat di Tj. Priok

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Grafik IV.12. Indikator Subsektor Pariwisata

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Konstruksi

Sektor konstruksi di Jakarta diprediksi tumbuh melambat pada triwulan III 2013. Hal tersebut

tercermin dari melambatnya volume konsumsi semen yang cukup drastis (Grafik IV.13) sebagai

pengaruh permintaan yang menurun berdasarkan hasil liaison ke perusahaan semen. Demikian pula

dengan penjualan bahan bangunan mengalami penurunan pada triwulan laporan (Grafik IV.14).

Penundaan pembangunan properti baru diprediksi terkait dengan sentimen negatif terhadap

perkembangan perekonomian terkini. Secara khusus, penundaan realisasi proyek konstruksi

tersebut dipengaruhi oleh sentimen terhadap kenaikan suku bunga kredit dan depresiasi nilai tukar

rupiah. Kenaikan suku bunga kredit memiliki pengaruh terhadap penjualan properti dan menjadi

pertimbangan pengembang dalam merealisasikan pembangunan. Sementara itu, melemahnya nilai

tukar berdampak pada peningkatan biaya konstruksi terutama untuk proyek pembangunan yang

banyak menggunakan komponen bahan bangunan impor, yakni properti yang tergolong premium

(mewah).

Proyek konstruksi Pemerintah diperkirakan tumbuh stabil. Sepanjang triwulan laporan tidak

terlihat adanya indikasi proyek pembangunan fisik Pemerintah yang cukup besar. Meski demikian,

beberapa persiapan proyek pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta telah berjalan seperti

Page 30: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 30

pelebaran jalan dan persiapan pekerjaan terminal Dukuh Atas. Pekerjaan pembangunan MRT dan

Monorel direncanakan pada bulan Oktober 2013. Dalam skala yang lebih kecil, Pemerintah Provinsi

DKI Jakarta juga merealisasikan proyek peremajaan pasar (Blok G Pasar Tanah Abang) dan fasilitas

publik lainnya, termasuk di dalamnya juga pembenahan waduk dan perumahan rakyat.

Grafik IV.13. Konsumsi Semen

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia

Grafik IV.14. Indeks Penjualan Bahan Bangunan

0

5

10

15

20

25

30

60

80

100

120

140

160

180

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2011 2012 2013

IndeksIndeks

Bahan konstruksi dari logam

Bahan konstruksi dari kayu

Bahan konstruksi dari tanah liat (rhs)

Jasa Keuangan

Sektor jasa keuangan, persewaan dan jasa perusahaan di Jakarta pada triwulan III 2013

diperkirakan mengalami perlambatan signifikan. Perlambatan tersebut terutama berasal dari

subsektor jasa keuangan yaitu penurunan kinerja pasar modal. Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) mengalami tekanan yang signifikan pada triwulan laporan. Kekhawatiran pengurangan

program stimulus fiskal Amerika Serikat mendorong keluarnya dana asing dari pasar modal.

Sementara itu, inflasi yang cukup tinggi dan pelemahan nilai tukar turut memperburuk persepsi

pelaku pasar.

Sementara itu, kinerja perbankan di Jakarta diprediksi tumbuh terbatas pada triwulan III 2013.

Terbatasnya pertumbuhan perbankan terkait dengan melambatnya penyaluran kredit yang

berpotensi menurunkan laba perbankan. Selain itu, kenaikan BI rate untuk mengantisipasi tekanan

inflasi ke depan ditengarai menaikkan beban bunga yang dibayarkan ke penyimpan (depositor). Di

tengah ketatnya persaingan antarbank saat ini, beberapa bank diperkirakan cenderung membatasi

kenaikan suku bunga kredit yang berisiko pada pengurangan laba. Pendapatan bunga serta provisi

dan komisi (fee) perbankan diperkirakan menurun di triwulan III 2013. Potensi penurunan kinerja

perbankan pada triwulan laporan terutama diprediksi bersumber dari menurunnya pendapatan

bunga. Sementara itu, penerimaan provisi dan komisi perbankan diperkirakan masih terjaga dengan

keberlangsungan kegiatan bisnis di Jakarta.

Kinerja perusahaan pembiayaan yang memiliki fokus pada pembiayaan kredit kendaraan

bermotor dan barang konsumsi diprediksi mengalami penurunan. Penurunan kredit kendaraan

bermotor dan barang konsumsi (elektronik dan alat komunikasi) terutama terjadi pasca-Lebaran

sejalan dengan menurunnya permintaan. Sama halnya dengan perbankan, kenaikan suku bunga

kredit dan melemahnya nilai tukar rupiah diperkirakan turut menekan realisasi kredit oleh

perusahaan pembiayaan.

Pertumbuhan subsektor persewaan (real estate) dan jasa perusahaan diperkirakan mengalami

perlambatan pada triwulan III 2013. Perlambatan tersebut terkait dengan terbatasnya penjualan

Page 31: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 31

properti baik dari sisi permintaan maupun penawaran proyek properti baru. Sementara itu,

perlambatan kinerja jasa perusahaan diperkirakan sebagai akibat dari kenaikan biaya jasa-jasa serta

kecenderungan konsumen dan perusahaan untuk membatasi belanja jasa yang tidak tergolong

utama atau yang dapat ditunda realisasinya.

Pembiayaan Perbankan

Pembiayaan perbankan di Jakarta pada triwulan III 2013 terjaga pada level yang stabil.

Berdasarkan jenis penggunaan, kenaikan penyaluran kredit terutama diprediksi berasal dari kredit

modal kerja (Grafik IV.15). Sementara itu, penyaluran kredit investasi (Grafik IV.6) dan kredit

konsumsi (Grafik IV.2). Penyaluran kredit modal kerja ke korporasi turut memberikan andil pada

kinerja pertumbuhan beberapa sektor utama Jakarta pada triwulan laporan. Adapun penyaluran

kredit sektoral di Jakarta masih difokuskan ke sektor manufaktur, konstruksi, PHR, pengangkutan

dan komunikasi, serta jasa. Adapun Dana Pihak Ketiga (DPK) di perbankan mengindikasikan adanya

tren peningkatan yang ditengarai sebagai pengaruh dari peningkatan suku bunga simpanan. Non-

performing-loan (NPL) secara umum terjaga, namun terdapat kekuatiran peningkatan risiko gagal

bayar sebagai imbas dari melemahnya perekonomian.

Pembiayaan perbankan ke UMKM diperkirakan masih dalam tren melambat (Grafik IV.16). Pangsa

kredit UMKM di Jakarta sendiri baru mencapai 9,6% dari total kredit. Pemberian kredit terhadap

UMKM juga dimaksudkan untuk menopang pertumbuhan perekonomian Jakarta, mengingat

fleksibilitas UMKM dalam melakukan penyesuaian usaha di tengah tekanan kondisi perekonomian.

Meskipun demikian, ekspansi kredit UMKM juga memerhatikan aspek risiko. Dalam hal ini

perbankan masih memiliki preferensi untuk memberikan kredit ke korporasi non-UMKM.

Grafik IV.15. Kredit Modal Kerja

0

5

10

15

20

25

30

35

40

-

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2011 2012 2013

% (yoy)Rp Triliun

Modal Kerja g Kredit Modal Kerja

Grafik IV.16. Indikator Perbankan

Inflasi

Inflasi Jakarta pada triwulan III 2013 tercatat sebesar 0,21% (mtm) atau 8,38% (yoy). Realisasi

inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan perkiraan sebelumnya. Tingginya inflasi pada kelompok

administered prices dan volatile food merupakan dampak dari kenaikan BBM dan masih tingginya

harga beberapa komoditas hortikultura. Kenaikan BBM menyebabkan inflasi (yoy) subkelompok

transpor pada Juli 2013 mencapai 22,95%, lebih tinggi dibandingkan kenaikan BBM pada tahun 2008.

Selain kenaikan BBM, inflasi juga bersumber dari kelompok bahan makanan. Kenaikan harga

kelompok bahan makanan disebabkan oleh pasokan beberapa komoditas hortikultura yang belum

Page 32: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 32

memadai dan tidak terlepas dari faktor Lebaran. Komoditas dalam kelompok bahan makanan yang

memberikan andil inflasi tertinggi yaitu bawang merah dengan inflasi sebesar 211,72% (yoy).

Kenaikan harga bawang merah disebabkan oleh pasokan dari daerah penghasil (Brebes, Jawa

Tengah) dan realisasi impor yang terbatas.

Inflasi inti juga menunjukkan peningkatan pada triwulan laporan. Peningkatan terutama

bersumber dari komoditas emas perhiasan, sewa dan kontrak rumah. Tekanan inflasi inti tersebut

tidak terlepas dari faktor pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi semenjak Juli 2013.

Grafik IV.17. Disagregasi Inflasi

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Grafik IV.18. Subkelompok Inflasi

0.00

5.00

10.00

15.00

BAHANMAKANAN

MAKANAN JADI

PERUMAHAN

SANDANGKESEHATAN

PENDIDIKAN

TRANSPORTASI

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Prospek Pertumbuhan

Pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan IV 2013 diprakirakan sedikit membaik menjadi 5,8%-

6,2% (yoy). Prospek perekonomian Jakarta masih dibayangi oleh faktor global terutama penundaan

pengurangan program stimulus fiskal oleh Bank Sentral Amerika Serikat yang berpotensi menekan

nilai tukar rupiah. Di satu sisi, depresiasi rupiah memberikan kesempatan Jakarta untuk melakukan

ekspansi ekspor sejalan dengan semakin kompetitifnya produk Jakarta. Di sisi lain, berbagai masalah

domestik berpotensi menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi Jakarta, di antaranya

stabilitas harga, defisit neraca perdagangan, serta ekspektasi kenaikan UMP Jakarta tahun 2014.

Kondisi demikian berpotensi mengakibatkan stagnasi pertumbuhan ekspor, investasi, dan konsumsi

di Jakarta pada triwulan IV 2013. Namun, pelaku pasar juga masih cukup optimis menyikapi potensi

perlambatan konsumsi masyarakat (Grafik IV.19).

Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan IV 2013 diprakirakan bersumber

dari sektor industri pengolahan dan sektor konstruksi. Hal itu sejalan dengan perbaikan kinerja

ekspor dan pembangunan proyek infrastruktur pemerintah dalam skala besar yang direncanakan

pada triwulan akhir tahun 2013. Di sisi lain, sektor jasa keuangan, real estate, dan jasa perusahaan

yang memiliki pangsa terbesar di Jakarta, diprakirakan masih tumbuh melambat. Hal ini terkait

ketidakpastian dan volatilitas pasar modal serta keterbatasan penyaluran kredit perbankan.

Demikian pula pertumbuhan sektor PHR serta sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan

tumbuh lebih lambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebagai dampak dari melambatnya

konsumsi rumah tangga. Meskipun demikian, faktor musiman akhir tahun diyakini turut menopang

kegiatan perekonomian di Jakarta terutama di sektor PHR. Di samping itu, peningkatan belanja

kampanye Pemilu tahun 2014 yang diperkirakan akan dimulai pada triwulan IV 2013 akan

Page 33: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 33

mendukung kinerja sektor PHR, subsektor telekomunikasi, dan sektor jasa. Kontak liaison

perusahaan penyiaran televisi mengonfirmasi potensi peningkatan belanja iklan pada akhir tahun

2013.

Tekanan inflasi Jakarta pada triwulan IV 2013 diprakirakan mulai mereda sejalan dengan

ketersediaan pasokan. Ketersediaan pasokan khususnya bahan pangan baik dari sumber domestik

maupun impor menjadi faktor meredanya tekanan inflasi Jakarta. Namun masih terdapat risiko yang

cukup besar terkait dengan depresiasi nilai tukar. Relatif tingginya komponen impor dalam menjaga

ketersediaan pasokan menjadi masalah di saat terjadi pelemahan mata uang rupiah seperti saat ini.

Kenaikan harga-harga secara umum juga masih berpotensi terjadi sebagai dampak dari penyesuaian

akhir Tarif Tenaga Listrik (TTL) dan tarif tol. Ekspektasi inflasi juga masih berada pada tren meningkat

terkait dengan kondisi makroekonomi, utamanya defisit neraca perdagangan dan pelemahan nilai

tukar Rupiah (Grafik IV.20). Hal tersebut berpotensi untuk menekan pertumbuhan ekonomi di

Jakarta dan menurunkan daya saing Jakarta sebagai tujuan investasi dalam lingkup nasional maupun

internasional. Merujuk pada perkembangan dan faktor-faktor risiko tersebut, inflasi Jakarta pada

akhir tahun 2013 diprakirakan sebesar 8,8% - 9,2% (yoy).

Grafik IV.19. Indeks Ekspektasi Konsumen

Grafik IV.20. Indeks Ekspektasi Inflasi

Page 34: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 34

Bab V V

Perekonomian Kawasan Sumatera

Perekonomian Sumatera pada triwulan III 2013 diprakirakan tumbuh melambat dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan bersumber dari melemahnya konsumsi

rumah tangga sejalan dengan penurunan daya beli. Selain itu, investasi juga tumbuh melambat

terkait meningkatnya biaya produksi, tingkat upah, dan harga barang modal impor. Di sisi lain,

kinerja ekspor mengalami perbaikan meski masih terbatas.

Sementara itu, inflasi pada akhir triwulan III 2013 tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2013.

Dampak kenaikan harga BBM bersubsidi memberikan tekanan kenaikan inflasi dan mencapai

puncaknya pada Juli 2013. Tekanan inflasi kembali mereda pada akhir triwulan laporan seiring

dengan kembali membaiknya pasokan pangan.

Pertumbuhan Ekonomi

Konsumsi

Konsumsi Rumah Tangga

Konsumsi rumah tangga di kawasan Sumatera pada triwulan III 2013 diprakirakan tumbuh

melambat. Perlambatan tersebut sejalan dengan penurunan daya beli masyarakat akibat tingginya

tingkat inflasi. Indikasi perlambatan konsumsi rumah tangga tercermin dari Indeks Penjualan Eceran

yang cenderung menurun (Grafik V.1) dan Indeks Keyakinan Konsumen (Grafik V.2), serta

perlambatan pertumbuhan kredit konsumsi. Selain itu, Nilai Tukar Petani (NTP) juga lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Grafik V.3). Hal itu terkait dengan penurunan

pendapatan petani, khususnya pada petani perkebunan rakyat, sebagai implikasi tren penurunan

harga komoditas perkebunan di pasar internasional yang berdampak pada menurunnya harga jual di

pasar domestik. Di sisi lain, biaya produksi dan biaya hidup meningkat pasca kenaikan harga BBM

bersubsidi.

Konsumsi Pemerintah

Konsumsi pemerintah diprakirakan tumbuh lebih tinggi sejalan dengan pola realisasi belanja

konsumsi pemerintah daerah yang cenderung meningkat menjelang akhir tahun. Sebagian besar

realisasi belanja pemerintah daerah di kawasan Sumatera hingga Agustus 2013 diprakirakan baru

sekitar 51% (Grafik V.4). Indikasi dari peningkatan realisasi belanja konsumsi pemerintah terlihat

pada menurunnya jumlah simpanan pemerintah daerah dalam bentuk giro di perbankan di

Sumatera.

Page 35: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 35

Grafik V.1. Survei Penjualan Eceran

(30)

(20)

(10)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012 2013

% (yoy)

Grafik V.2. Indeks Keyakinan Konsumen

80

90

100

110

120

130

I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013

Indeks

Indeks Keyakinan Konsumen

Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini

Indeks Ekspektasi Konsumen

Grafik V.3. Nilai Tukar Petani

50

60

70

80

90

100

110

120

130

Ace

h

Sum

ut

Sum

ba

r

Ria

u

Jam

bi

Sum

sel

Be

ng

kulu

Lam

pu

ng

Ba

be

l

Ke

p. R

iau

Sum

ate

raIndeks II-2013 III-2013

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik V.4. Realisasi APBD – Agustus 2013

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Ace

h

Su

mu

t

Su

mb

ar

Ria

u

Jam

bi

Su

mse

l

Be

ng

ku

lu

Lam

pu

ng

Ba

be

l

Ke

p. R

iau

Su

ma

tera

% III-2012 III-2013*

Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan

Investasi

Pertumbuhan investasi di Sumatera diprakirakan melambat pada triwulan laporan dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Hal itu dipengaruhi oleh melemahnya permintaan dan cenderung

naiknya biaya barang bahan baku serta barang modal yang berasal dari impor terkait depresiasi nilai

tukar rupiah. Indikasi perlambatan realisasi investasi terlihat pada impor barang modal (capital

good) yang mengalami penurunan (Grafik V.5). Hasil liaison menunjukkan bahwa sebagian besar

pelaku usaha cenderung menahan rencana belanja investasinya setidaknya dalam satu tahun ke

depan (Grafik V.6). Selain itu, beberapa permasalahan lain seperti keterbatasan lahan perkebunan,

belum adanya kontrak baru pada pelaku industri perkapalan dan konstruksi pertambangan, serta

kapasitas produksi terpakai yang masih terbatas pada hampir semua sektor kegiatan usaha

menyebabkan pelaku usaha tidak banyak melakukan kegiatan investasi besar pada triwulan laporan.

Investasi yang dilakukan hanya berupa investasi rutin yang diperuntukkan guna menunjang

operasional produksi seperti perawatan dan penggantian mesin-mesin industri.

Kenaikan suku bunga kredit dan regulasi pemerintah terkait lahan turut berkontribusi pada

tertahannya kegiatan investasi. Kenaikan BI rate yang sudah direspon oleh kenaikan suku bunga

berdampak pada penyaluran kredit investasi yang mulai cenderung tumbuh melambat. Berdasarkan

hasil liaison, pelaku usaha juga mencermati kepastian regulasi pemerintah terkait penetapan

Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW), serta tingginya kenaikan Upah Minimum Propinsi

(UMP)/Upah Minimum Kota (UMK) di tengah melambatnya permintaan eksternal.

Page 36: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 36

Grafik V.5. Volume Impor Bahan Baku dan Barang

Modal

0

50

100

150

200

250

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8

2011 2012 2013

Ribu TonRibu Ton Bahan Baku (LHS) Barang Modal (RHS)

Grafik V.6. Kapasitas Terpakai dan Investasi 1 Tahun

ke Depan

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

1.2

1.4

1.6

I II III IV I II III

2012 2013

SBTInvestasi Investasi 1 thn ke depan Kapasitas terpakai

Grafik V.7. Nilai Ekspor Impor Sumatera Grafik V.8. Volume Ekspor Impor Sumatera

0

1

2

3

4

5

6

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7

2011 2012 2013

Miliar USD

Ekspor Impor Net Ekspor

-1

1

3

5

7

9

11

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7

2011 2012 2013

Juta Ton

Ekspor Impor Net Ekspor

Ekspor

Ekspor diprakirakan sedikit membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pengaruh

perlambatan ekonomi China terhadap ekspor non-migas Sumatera dapat sedikit terkompensasi oleh

adanya diversifikasi ke beberapa negara tujuan ekspor lainnya (Grafik V.9). Hasil liasion

mengkonfirmasi bahwa perlambatan ekonomi China belum banyak berdampak signifikan terhadap

kinerja ekspor (Grafik V.10). Sebagian pelaku usaha, seperti pelaku industri pengolahan kelapa sawit

melakukan perubahan orientasi dari ekspor ke pasar domestik. Selain itu, sebagian eksportir di

industri lainnya mulai menjajaki pasar ekspor negara-negara lainnya seperti ke Afrika Selatan.

Sepanjang tiga tahun terakhir, kontribusi China terhadap total volume ekspor non-migas Sumatera

mulai menurun dan bergeser ke negara-negara tujuan ekspor lainnya. Depresiasi nilai tukar rupiah

juga belum memberikan dampak yang signifikan bagi peningkatan ekspor non-migas.

Sementara itu, impor diprakirakan tumbuh melambat akibat semakin tingginya harga barang

impor baik bahan baku maupun barang modal. Melambatnya impor di Sumatera diperkirakan

terkait dengan melemahnya kinerja industri perkapalan dan industri konstruksi pertambangan

sebagaimana terindikasi dari cukup besarnya penurunan impor besi dan baja. Sementara itu,

kebutuhan impor pupuk masih terlihat cukup besar terutama untuk memenuhi kebutuhan pada

masa pemupukan perkebunan kelapa sawit.

Page 37: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 37

Grafik V.9. Kontribusi Volume Ekspor Non Migas Berdasarkan Negara Tujuan

25.1 25.7 25.4

20.4 20.1 20.9

17.1 16.9 17.2

11.6 11.7 11.711.0 12.4 10.79.1 8.0 8.75.7 5.2 5.4

2011 2012 2013*

Japan

USA

China

India

Europe

Others

ASEAN

Grafik V.10. Hasil Survei Dampak Pengaruh Perlambatan Ekonomi China terhadap Ekspor

15%45%

85%55%

Dampak Pengaruh Perlambatan Ekonomi Cina

terhadap Ekspor

Ketersediaan Substitusi Impor

Ada Tidak Ada

Grafik V.11. Nilai dan Volume Ekspor Minyak Kelapa

Sawit (CPO)

-

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

-

0.5

1.0

1.5

2.0

2.5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7

2011 2012 2013

Juta TonMiliar USD Volume (rhs) Nilai

Grafik V.12. Nilai dan Volume Ekspor Karet Mentah

(Crude Rubber)

0

50

100

150

200

250

300

350

400

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7

2011 2012 2013

Ribu TonMiliar USD

Volume (RHS) Nilai (LHS)

Sektor Pertambangan

Sektor pertambangan diprakirakan masih tumbuh negatif terkait masih terus menurunnya

produksi minyak bumi dan timah. Lifting produksi minyak bumi di Riau terus menurun seiring

dengan usia sumur yang semakin tua (Grafik V.13). Perbaikan metode dan teknologi eksplorasi oleh

perusahaan kontraktor minyak bumi juga belum dapat mendorong kenaikan volume poduksi secara

signifikan. Sementara itu, eksplorasi minyak dan gas bumi di Blok Natuna, Kepulauan Riau belum

dapat mendorong perbaikan kinerja sektor pertambangan di Sumatera. Produksi timah di Bangka

Belitung juga terus menurun. Berdasarkan hasil liaison, selama periode Januari-Juli 2013, produsen

timah hanya mampu berproduksi sebesar 50% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Hal ini disebabkan oleh sulitnya mencari timah yang memenuhi standar ekspor akibat banyaknya

tempat penambangan ilegal. Kebijakan standarisasi timah untuk ekspor melalui bursa timah melalui

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 32 tahun 2013 mewajibkan pelaku usaha timah memenuhi

kualitas dan spesifikasi standar timah yang tinggi dengan kandungan stannum (sn) sebesar 99,9%.

Page 38: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 38

Grafik V.13. Lifting Produksi Minyak Bumi Grafik V.14. Harga Minyak Dunia

(15)

(10)

(5)

0

5

10

15

20

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8

2011 2012 2013

% (yoy)Ribu Barel/Hari

Lifting Produksi (LHS) Pertumbuhan (RHS)

-20

-10

0

10

20

30

40

0

20

40

60

80

100

120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2011 2012 2013

% (yoy)USD/barel

Harga Minyak Dunia (LHS) Pertumbuhan (RHS)

Sumber: Perusahaan Minyak Bumi di Riau Sumber: Bloomberg

Pembiayaan Perbankan

Beberapa indikator perbankan seperti aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh melambat.

Perkembangan aset perbankan di Sumatera pada triwulan laporan tumbuh melambat dari 14,3%

(yoy) menjadi 13% (yoy). DPK juga tumbuh melambat dari 9,5% (yoy) menjadi 8,0% (yoy).

Perlambatan pertumbuhan terutama bersumber dari penurunan simpanan dalam bentuk giro, salah

satunya giro milik pemerintah daerah seiring dengan mulai banyaknya realisasi belanja konsumsi

APBD menjelang akhir tahun. Namun di sisi lain, tabungan dan deposito tumbuh meningkat dipicu

oleh peningkatan suku bunga simpanan.

Sementara itu, pertumbuhan kredit meningkat didorong oleh kredit modal kerja yang tumbuh

meningkat. Penyaluran kredit kepada debitur di wilayah Sumatera pada triwulan laporan tumbuh

17,6% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 16,8% (yoy).

Peningkatan pertumbuhan terutama terjadi pada penyaluran kredit modal kerja, dari semula

tumbuh 9,3% (yoy) menjadi 12,1% (yoy). Hal ini diperkirakan sebagai dampak perilaku pelaku

perbankan di Sumatera yang mulai membatasi kredit di subsektor perkebunan, dan mengalihkan

kredit kepada pedagang pengumpul yang lebih berisiko kecil. Indikasi pergeseran penyaluran kredit

dari semula kepada subsektor perkebunan ke subsektor perdagangan yang umumnya berupa kredit

modal kerja mulai terlihat.

Berbeda halnya dengan kredit modal kerja, perkembangan kredit konsumsi dan kredit investasi

justru cenderung tumbuh lebih lambat. Kredit konsumsi tercatat hanya tumbuh 12,2% (yoy), lebih

rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 13,0% (yoy). Perlambatan ini

sejalan dengan konsumsi rumah tangga yang juga tumbuh melambat. Penyaluran kredit investasi

juga tumbuh melambat dari semula 36,5% (yoy) menjadi 35,9% (yoy). Hal ini terkait dengan

terbatasnya kegiatan investasi pada triwulan laporan (Grafik V.15). Dari sisi kualitas kredit, angka

rasio Non Performing Loans (NPL) masih terjaga di kisaran yang cukup rendah walaupun mulai

terdapat sedikit peningkatan dibanding posisi akhri triwulan II 2013.

Akses masyarakat terhadap jasa keuangan perbankan menunjukkan perbaikan. Membaiknya akses

layanan jasa perbankan terlihat pada rasio jumlah rekening simpanan terhadap 1.000 penduduk

yang dalam tiga tahun terakhir terus meningkat (Tabel V.1). Kendati demikian, sebaran alat

penunjang pelayanan perbankan dan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) relatif masih

Page 39: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 39

belum merata. Hal ini terlihat dari rasio jumlah mesin ATM per 10 ribu penduduk dewasa di

Sumatera yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan kawasan-kawasan lainnya (Tabel V.2).

Grafik V.15. Pertumbuhan Kredit Jenis Penggunaan

Menurut Lokasi Proyek Grafik V.16. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)

0

5

10

15

20

25

30

35

40

I II III IV I II III*

2012 2013

% (yoy)

Total Kredit

Modal Kerja

Investasi

Konsumsi

0

5

10

15

20

25

I II III IV I II III*

2012 2013

% (yoy)

DPK

Giro

Tabungan

Deposito

Tabel V.1. Rasio Jumlah Rekening Simpanan per 1.000

Penduduk Tabel V.2. Rasio Jumlah Mesin ATM per 10 Ribu

Penduduk Dewasa 2013

Kawasan/Wilayah 2011 2012 2013*

Sumatera 39.9 44.7 46.5

Sumbagut 42.1 47.4 48.2

Sumbagteng 48.3 52.1 54.5

Sumbagsel 30.7 36.0 38.3

Provinsi/Kawasan Rasio

Aceh 2.29

Sumut 2.44

Sumbar 2.32

Riau 3.17

Jambi 2.41

Kepri 6.74

Babel 3.34

Sumsel 2.53

Bengkulu 1.90

Lampung 1.62

Sumatera 2.54

Jawa 3.54

KTI 3.10

Ket: Penduduk dewasa adalah penduduk Usia 15-64 Tahun

Inflasi

Inflasi Kawasan Sumatera pada triwulan III 2013 meningkat signifikan. Inflasi Kawasan Sumatera

mencapai 8,27% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 5,58%

(yoy) (Grafik V.17). Kombinasi kenaikan harga BBM bersubsidi dan gejolak harga pangan

menyebabkan sebagian besar provinsi di Sumatera mengalami inflasi tahunan lebih dari 7%.

Realisasi inflasi tertinggi terjadi di Sumatera Barat, yaitu sebesar 10,03% (yoy), dan yang terendah

terjadi di Aceh yaitu sebesar 5,70% (yoy) (Grafik V.18).

Tekanan inflasi di Sumatera terutama berasal dari kelompok administered prices dan volatile

food. Meningkatnya tekanan inflasi kelompok administered price terkait dengan kenaikan harga

BBM bersubsidi pada akhir triwulan II. Namun, besaran kenaikan inflasi tidak setinggi pada periode

kenaikan BBM tahun 2008. Hal ini dipengaruhi oleh level harga yang relatif sudah berada pada level

yang cukup tinggi. Sementara itu, tekanan inflasi volatile food terutama bersumber dari gangguan

pasokan pada beberapa komoditas strategis seperti cabe merah dan bawang merah, terlambatnya

realisasi impor daging sapi, serta pergeseran masa tanam produksi padi. Sebagian besar daerah di

Page 40: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 40

Sumatera mengalami defisit produksi bawang merah dan cabe merah. Kondisi ini menyebabkan

pergerakan harga dipengaruhi oleh daerah penghasil utama, khususnya di Jawa.

Grafik V.17. Disagregasi Inflasi Sumatera

0

2

4

6

8

10

12

14

16

I II III IV I II III IV I II III

2011 2012 2013

% (yoy)Core

Volatile Foods

Adm. Prices

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Grafik V.18. Inflasi Sumatera Triwulan III 2013

5.4

9.39.0

10.0

7.77.3

8.0 8.2

7.2

9.5

7.77.4 7.6

8.3

% (yoy)

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Prospek Pertumbuhan

Pertumbuhan ekonomi Sumatera pada triwulan IV 2013 diprakirakan relatif stabil dengan

kecenderungan sedikit meningkat. Peningkatan pertumbuhan terjadi di semua wilayah baik

Sumbagut, Sumbagteng maupun Sumbagsel. Hal itu didukung oleh perkembangan kinerja sektor

utama di Sumatera yang sebagian besar diperkirakan membaik. Sektor pertanian pada triwulan IV

diprakirakan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi seiring dengan masuknya masa panen

tanaman perkebunan. Sektor industri pengolahan diprakirakan juga tumbuh meningkat, didukung

oleh panen kelapa sawit dan karet yang diperkirakan akan meningkatkan pasokan bahan baku untuk

industri pengolahan kelapa sawit dan karet. Sementara itu, sektor pertambangan diprakirakan tidak

mengalami banyak perbaikan dan masih tumbuh negatif sejalan dengan volume produksi minyak

bumi yang menurun dan produksi timah yang juga diprakirakan masih mengalami penurunan..

Secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Sumatera pada tahun 2013 diprakirakan tumbuh lebih

rendah dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya. Faktor utama perlambatan ekonomi

terjadi akibat melambatnya pertumbuhan sektor pertanian. Hal ini sejalan dengan lebih rendahnya

produksi tanaman bahan makanan dan perkebunan seiring anomali cuaca dan penurunan insentif

produksi kelapa sawit dan karet terkait harga di pasar dunia yang terus menurun. Di samping itu,

volume lifting minyak bumi dan produksi timah yang terus menurun berdampak pada kinerja sektor

pertambangan.

Inflasi Sumatera pada triwulan IV diprakirakan meningkat. Peningkatan inflasi diprakirakan terjadi

di semua wilayah Sumatera. Namun, dampak kenaikan harga BBM terhadap inflasi semakin mereda.

Dari sisi core inflation, potensi risiko terhadap peningkatan inflasi bersumber dari nilai tukar rupiah

yang terus terdepresiasi dan berdampak pada meningkatnya harga barang impor (imported

inflation). Dari sisi volatile food, potensi peningkatan inflasi selain dari gejolak harga pangan produksi

domestik, juga diprakirakan berasal dari komoditas pangan impor seperti kedelai, daging sapi dan

bawang putih. Sementara dari sisi administered price, potensi peningkatan inflasi berasal dari

rencana kebijakan menaikan harga gas elpiji non-subsidi 12 kg serta kelanjutan kenaikan secara

bertahap Tarif Tenaga Listrik (TTL).

Page 41: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 41

Bagian VI – Isu Strategis

Membangun Struktur Produksi yang Kokoh

di Nusantara untuk Bermigrasi Menjadi Negara Maju1

Prasyarat bagi kesinambungan migrasi menuju ke negara berpenghasilan tinggi adalah kapabilitas

industrial. Asesmen terhadap struktur produksi di berbagai wilayah menunjukkan bahwa masih

terdapat ruang yang luas bagi Indonesia untuk memperkuat kapabilitas tersebut terutama untuk

barang jadi dan komponennya yang bersifat kompleks. Penguatan kapabilitas industrial secara

langsung dapat memperbaiki struktur neraca perdagangan dan pola penyerapan tenaga kerja

sehingga akan memperkuat basis bagi penciptaan pendapatan per kapita. Agar dampak positif dari

pembangunan kapabilitas industrial dapat optimal, Indonesia perlu bersaing untuk menjadi salah

satu lokasi utama dalam pembuatan barang jadi dan komponennya yang bersifat kompleks di

sepanjang rantai nilai global. Secara spasial, Kawasan Jawa dapat dipromosikan sebagai lokasi

tersebut.

Indonesia Sebagai Negara Berpenghasilan Menengah

Awal abad 21 ini ditandai oleh fakta bahwa Indonesia telah memantapkan diri dalam kategori

negara berpenghasilan menengah. Sejak tahun 2004, pendapatan per kapita rata-rata penduduk

Indonesia yang dihitung berdasarkan Gross National Income (GNI, Atlas Method – Bank Dunia) telah

berhasil melampaui USD1.025 atau di batas bawah untuk negara berpenghasilan rendah2. Capaian

tersebut menandai keberhasilan Indonesia menghindari jebakan kemiskinan akibat krisis Asia

1998/99. Pada tahun 2012 lalu pendapatan per kapita rata-rata penduduk Indonesia telah mencapai

sebesar ±USD3.500/orang/tahun.

Grafik VI.1. Perkembangan Kelas Menengah di

Indonesia

Sumber: PovcalNet Bank Dunia, diolah

Grafik VI.2. Konsumsi Kelompok Kelas Menengah

dan Miskin/Hampir Miskin

1 Kajian Grup Riset Ekonomi, Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia.

2 Klasifikasi negara berdasarkan pendapatan per kapita oleh Bank Dunia membagi negara atas empat kategori,

yaitu: (1) Negara berpenghasilan rendah (low income country) dengan Gross National Income (GNI) per kapita < USD1.035, (2) Negara berpenghasilan menengah bawah (lower middle income country) dengan GNI per kapita antara USD1.036 sampai USD4.085 (3) Negara berpengasilan menengah atas (upper middle income country) dengan GNI per kapita antara USD4.086 sampai USD12.615 dan (4) negara berpenghasilan tinggi (high income country) dengan GNI per kapita diatas > USD12.615.

Page 42: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 42

Sejalan dengan peningkatan pendapatan per kapita tersebut, jumlah penduduk Indonesia yang

dapat dikategorikan sebagai penduduk kelas menengah meningkat pesat (Grafik VI.1)3. Sampai akhir

tahun 2010 setidaknya 5 dari 10 penduduk Indonesia tidak dapat lagi dikategorikan sebagai

penduduk miskin. Kondisi ini kontras dengan dekade tahun 1990-an yang mayoritas penduduknya

dapat dikategorikan sebagai penduduk miskin atau hampir miskin. Perkembangan ini memberi

implikasi positif berupa pasar domestik yang semakin membesar dan permintaan barang dan jasa

yang semakin beragam (Grafik VI.2).

Peningkatan pendapatan per kapita dan ekspansi kelas menengah diperkirakan dapat terus berlanjut

di masa mendatang. Perkiraan ini tidaklah berlebihan. Salah satu dampak dari peningkatan ukuran

dan keragaman permintaan barang terkait ekspansi kelas menengah adalah adanya potensi

hubungan timbal balik positif dengan aktivitas penyerapan tenaga kerja dan investasi. Perbandingan

dengan negara-negara lain menunjukkan bahwa total pasar konsumsi domestik Indonesia pada

tahun 2012 menjadi salah satu yang terbesar di Asia (Grafik VI.3). Tidak mengherankan jika rasio

investasi domestik sampai dengan akhir 2012 merupakan yang tertinggi dalam dua dekade terakhir.

Grafik VI.3. Perbandingan Pasar Konsumsi: BRIC, Indonesia dan Negara Lainnya

Sumber: World Development Indicators, Bank Dunia, diolah

Prasyarat Migrasi Menuju Perekonomian Berpenghasilan Tinggi

Capaian positif di atas menyimpan pesan penting untuk menjaga kesinambungan migrasi Indonesia

dari negara berpenghasilan menengah ke negara berpengasilan tinggi (high income country). Dalam

perspektif historis, tidak banyak perekonomian yang mampu menjaga kesinambungan migrasi

tersebut. Sebagaimana diilustrasikan pada Grafik VI.4, negara-negara yang berangkat dengan tingkat

pendapatan per kapita yang relatif sama pada tahun 1970, tidak seluruhnya mampu konvergen

menjadi High Income Country (HIC). Di Asia Timur, hanya beberapa negara saja yang mampu

mengejar ketertinggalan, misalnya Korea Selatan, Singapura, dan Hong Kong4. Sementara itu, untuk

3 Analisa di ADB (2010) membagi penduduk atas setidaknya tiga kelompok besar, yaitu (1) kelompok penduduk miskin dan hampir miskin dengan pendapatan < USD2 per hari, (2) kelompok kelas menengah bawah (lower middle class)/baru keluar dari kemiskinan dengan pendapatan antara USD2 – USD4 per hari, dan (3) kelompok kelas menengah-menengah dan kelas atas dengan pendapatan > USD4 per hari.

4 Dalam keseluruhan sejarah umat manusia, Korea Selatan adalah negara yang paling cepat bermigrasi dari low menjadi high income country, yaitu dalam 19 tahun. Singapura dan Hong Kong telah termasuk dalam kategori negara berpengasilan menengah bawah (lower middle income) di tahun 1970.

Page 43: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 43

negara-negara lain di kawasan Asia dan juga di belahan bumi yang lain, terdapat suatu fenomena

yang memperlihatkan bahwa peningkatan pendapatan per kapita negara-negara cenderung tertahan

dan berada di kategori middle income untuk waktu yang sangat lama. Negara-negara tersebut

berpotensi mengalami jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap)5.

Salah satu pembeda utama yang memisahkan negara yang mampu dengan cepat bermigrasi ke HIC

dan yang masih tertinggal adalah kapabilitas industrial, yaitu kemampuan memproduksi barang jadi

yang kompleks dan komponen barang jadi yang bersifat kompleks6. Kemampuan manufaktur

domestik (baik PMDN, PMA, maupun joint ventures) dalam suatu negara untuk memproduksi barang

jadi yang kompleks dan komponen-komponen kompleks dari suatu barang jadi mencerminkan

kapabilitas industrial yang tinggi (atau ketergantungan teknologi yang rendah). Kapabilitas industrial

tersebut selanjutnya akan tercermin pada jenis-jenis barang berteknologi menengah dan tinggi yang

mampu diekspor oleh negara tersebut dan/atau yang mampu untuk diproduksi di dalam negeri

(tanpa harus mengimpor). Terkait hal ini, beberapa peneliti menyimpulkan bahwa peningkatan

kapabilitas industrial sangat memengaruhi kemampuan suatu negara untuk bermigrasi menuju

negara berpenghasilan tinggi. Oleh karena itu, peningkatan kapabilitas industrial merupakan

prasyarat yang harus dipenuhi agar sebuah perekonomian tidak berlama-lama berada di kategori

middle income7.

5 Lihat Paus, Eva (2011, 2012).

6 Barang kompleks dapat didefinisikan secara generik sebagai barang yang memiliki banyak komponen didalamnya. Komponen tersebut sangat beragam dari sisi fungsinya, serta saling terintegrasi agar barang tersebut dapat berfungsi secara utuh (Lihat Sosa E.M., et al (2007)). Barang kompleks dapat pula didefinisikan sebagai barang-barang yang dihasilkan oleh industri-industri berteknologi menengah dan tinggi, sementara barang sederhana adalah barang-barang yang dihasilkan oleh industri-industri berteknologi rendah. Contoh barang kompleks adalah turbin, gen-set, chip, microprocessor, laptop, smart-phone, mesin, transmisi dan mobil, sementara contoh barang sederhana adalah sepatu, baju, furnitur, tusuk gigi, air kemasan dan ember plastik.

7 Lihat tulisan Ricardo Hausmann, Jason Hwang dan Dani Rodrik (2005) dan Hausmann et al (2011).

Page 44: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 44

Grafik VI.4. Evolusi Pendapatan Per Kapita di Berbagai Negara

Sumber: World Development Indicators, Bank Dunia, diolah

Asesmen Kapabilitas Industrial di Nusantara

Indonesia sebagai sebuah negara berpenghasilan menengah memiliki banyak ruang untuk

memperkuat kapabilitas industrial dan menurunkan tingkat ketergantungan teknologi. Asesmen

terhadap struktur produksi dan neraca perdagangan di berbagai wilayah di Nusantara setidaknya

memberi indikasi ke arah itu. Grafik VI.5 secara ilustratif memberi gambaran tentang tingkat

ketergantungan teknologi di berbagai wilayah di Nusantara, yang diukur dari ekspor neto atau impor

neto yang tercatat di wilayah tersebut menurut empat kategori produk. Kategori produk tersebut

merujuk pada klasifikasi dari United Nations Industrial Development Organization (UNIDO, 2004),

yaitu: (1) produk SDA (non-migas), (2) produk industri berteknologi rendah, (3) produk industri

berteknologi menengah dan (4) produk industri berteknologi tinggi. Khusus untuk produk industri

berteknologi rendah dilakukan lagi pembagian menjadi produk industri berteknologi rendah padat

karya dan produk industri berteknologi rendah padat modal.

Page 45: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 45

Dapat dilihat pada Grafik VI.5 bahwa di berbagai wilayah di Nusantara terdapat ketergantungan

teknologi yang cukup tinggi yang tercermin dari kondisi impor neto untuk produk-produk dalam

kategori hasil industri berteknologi rendah padat modal, menengah, dan tinggi. Intensitas

ketergantungan terhadap produk-produk industri berteknologi tinggi terlihat kuat di Jabagbar,

Jabagtim dan Sumbagteng, yang terkait dengan impor neto (a) produk-produk kompleks barang

antara dan modal untuk keperluan industri manufaktur di Jawa dan aktivitas ekstraktif padat SDA

(non-migas) di luar Jawa, dan (b) barang jadi yang kompleks bernilai tambah tinggi untuk konsumsi

di seluruh Nusantara. Grafik VI.5 juga memberi gambaran tentang kondisi kapabilitas industrial di

Nusantara. Produk industri berteknologi rendah padat karya di Kawasan Jawa, Bali-Nustra, dan

Sumbagut tercatat mengalami ekspor neto. Sementara itu, di Jabagbar juga tercatat ekspor neto

untuk produk industri berteknologi rendah padat modal. Terkait industri-industri padat SDA non-

migas, Nusantara mencatat ekspor neto untuk aktivitas ekstraktif. Kinerja sektor SDA ini terlihat

paling kuat di Sulampua dan Sumbagteng.

Grafik VI.5. Ketergantungan Teknologi dan Kapabilitas Industrial di Nusantara

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kapabilitas industrial di Nusantara sangat kuat untuk

produk-produk sederhana hasil industri teknologi rendah padat karya dan berbasis SDA. Kondisi ini

menggambarkan bahwa Nusantara adalah sebuah perekonomian berbasis tenaga kerja

berketerampilan rendah-sedang (Kawasan Jawa) dan warisan SDA yang melimpah di luar Jawa

(Kawasan Sumatera dan KTI)8.

Selanjutnya, Indonesia juga terindikasi masih memiliki ruang yang besar untuk membangun

kapabilitas industrial untuk barang kompleks. Barang yang dimaksud terutama: (a) mesin (rotating

machinery and equipment) dan (b) barang elektronik berbasis semi konduktor. Barang-barang ini

merupakan barang antara untuk industri barang jadi, baik yang produknya kompleks (bernilai

8 Teori Perdagangan Hecksher-Ohlin misalnya mengatakan bahwa sebuah negara akan mendapat keunggulan

komparatif pada factor endowments yang tersedia melimpah sehingga industri-industri yang mampu bersaing dalam perdagangan global adalah industri-industri yang basis faktor produksinya selaras dengan endowments yang melimpah tersebut.

Page 46: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 46

tambah tinggi) maupun sederhana. Hal ini ditunjukkan pada Grafik VI.6 yang menggambarkan

informasi mengenai total nilai perdagangan ekspor ditambah impor (total trade size) dari suatu

produk berdasarkan klasifikasi Standard International Trade Code (SITC) 3 digit dan rasio penetrasi

impor dari produk tersebut (impor dibagi total nilai perdagangan). Dapat dicermati pada Grafik VI.6

bahwa penetrasi impor sangat tinggi (dengan rasio > 0.8 dari total trade size) di berbagai wilayah di

Nusantara terutama untuk kategori produk-produk berteknologi menengah-tinggi, terutama jenis

rotating machinery dan komponen berbasis semi-konduktor. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam

struktur produksi domestik, masih terdapat ruang kosong (middle hollow) untuk industri produsen

barang dengan karakteristik dan tingkat teknologi tersebut. Implikasinya adalah penetrasi impor

yang sangat tinggi terhadap total nilai perdagangan. Lebih lanjut, fakta bahwa tidak semua rasio

penetrasi impor bernilai satu menunjukkan pula bahwa pada derajat tertentu terdapat perdagangan

intra-industri pada produk-produk tersebut, walaupun dengan pola yang kemungkinan vertikal

karena masih adanya ketergantungan teknologi yang cukup tinggi. Dengan kata lain, produk impor

yang juga mampu diproduksi di dalam negeri, tingkat muatan teknologi dan kualitasnya cenderung

lebih tinggi dibandingkan dengan produk sejenis yang berorientasi ekspor.

Grafik VI.6. Ketergantungan Teknologi dan Penetrasi Impor di Berbagai Wilayah

Berdasarkan Klasifikasi Produk

Ket: Klasifikasi produk berdasarkan UN Industrial Development Organization (UNIDO, 2004) SITC 3 digit.

Klasifikasi wilayah berdasarkan pembagian wilayah kerja Bank Indonesia di Nusantara.

Sumber: COGNOS, SITC 3 digit, DSTa, BI, diolah.

Sementara itu, dari sisi yang lain, observasi terkait barang yang memiliki penetrasi ekspor tinggi,

yaitu rasio ekspor terhadap total nilai perdagangan > 0.8 menunjukkan bahwa kapabilitas industrial

di Nusantara sangat kuat untuk produk sederhana hasil industri berteknologi rendah, khususnya di

Kawasan Jawa. Hal ini dapat dicermati pada Grafik VI.7. Karakteristik produk dengan penetrasi

Page 47: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 47

ekspor tinggi tersebut mayoritas merupakan produk yang proses produksinya membutuhkan

rotating machinery/equipment, dan/atau peralatan yang berbasis semi-konduktor dengan penetrasi

impor di kedua jenis produk ini sangat tinggi, sebagaimana yang telah ditunjukkan pada Grafik VI.6.

Semua observasi di atas menegaskan bahwa kapabilitas industrial Indonesia secara umum sangat

kuat untuk industri berteknologi rendah padat karya berketerampilan rendah sampai sedang.

Sementara itu, masih terdapat banyak ruang untuk penguatan dan pembangunan lebih lanjut terkait

industri barang kompleks dengan tingkat teknologi menengah dan tinggi, yang merupakan prasyarat

migrasi menuju negara maju.

Grafik VI.7. Kapabilitas Industrial dan Penetrasi Ekspor di Berbagai Wilayah Berdasarkan Klasifikasi Produk

Ket: Klasifikasi produk berdasarkan UN Industrial Development Organization (UNIDO, 2004) SITC 3 digit.

Klasifikasi wilayah berdasarkan pembagian wilayah kerja Bank Indonesia di Nusantara.

Sumber: COGNOS, SITC 3 digit, DSTa, BI, diolah.

Deskripsi lebih detil untuk setiap wilayah di Indonesia terkait ketergantungan teknologi dan

kapabilitas industrial disampaikan di Lampiran III. Sebagaimana yang dapat dipelajari di Lampiran III

kapabilitas industrial di Nusantara terlihat menonjol pada industri terkait tekstil, produk tekstil, alas

kaki dan furniture, terutama di seluruh wilayah di Jawa (IV, V, dan VI). Industri-industri tersebut

adalah industri berteknologi rendah padat tenaga kerja berketerampilan rendah sampai sedang.

Sementara itu, ketergantungan teknologi untuk produk industri berteknologi menengah dan tinggi

terlihat beragam secara spasial sesuai dengan basis produksi wilayah. Sebagai ilustrasi, Wilayah

Kalimantan misalnya, banyak mengimpor barang berteknologi menengah dan tinggi untuk

menopang kegiatan ekstraktif berbasis SDA, yaitu peralatan konstruksi sipil dan kapal/struktur

terapung untuk barang teknologi menengah, kemudian mesin rotating elektrik dan peralatan

pengukuran/pengendali untuk barang teknologi tinggi. Struktur ketergantungan teknologi di

Page 48: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 48

Kalimantan ini terlihat mirip dengan struktur ketergantungan teknologi di Sumbagteng sebagai

wilayah yang basis ekonominya juga sangat sarat aktivitas ekstraktif berbasis SDA. Hal ini terlihat

dari produk yang mengalami impor neto di Sumbagteng yang secara umum mirip dengan yang

tercatat di Kalimantan (Lampiran III).

Sementara itu untuk Kawasan Jawa, ketergantungan teknologi terlihat dari impor neto mesin untuk

industri tekstil padat karya di Jabagteng, dan produk padat komponen berbasis semikonduktor di

Jabagteng dan Jabagtim (peralatan telekomunikasi). Ketergantungan terhadap barang teknologi

padat modal juga terlihat di Kawasan Jawa sebagaimana ditunjukkan oleh impor neto produk baja di

Jabagteng dan Jabagtim, serta impor neto barang input berteknologi menengah, seperti pupuk di

Jabagtim. Sementara, di Jabagbar dan Jabagtim, tercatat impor neto produk padat rotating

machinery serta semikonduktor sebagai barang modal untuk sektor transportasi. Produk dalam

kategori ini terutama adalah pesawat terbang, yang merupakan barang modal untuk mendukung

ekspansi sektor transportasi udara seiring dengan ekspansi kelas menengah.

Tabel VI.1. Faktor-Faktor Penopang Pendapatan Per Kapita

Regresi Cross-Section 27 Provinsi di Nusantara(data: Rerata 2005-2010, sumber: BPS & DSta)

Variabel Dependen : Pendapatan Per Kapita

Variabel Independen

Ketergantungan Teknologi Impor (High Tech + Med Tech + Capital Intensive)

Total Impor

Human CapitalPangsa Pendidikan ≥ SMA

Total Jumlah Penduduk

Infrastruktur & Pasokan Energi Kapasitas Listrik Terpasang

Infrastruktur Jalan Rasio Panjang Jalan

Infrastruktur Pelabuhan Jumlah Bongkar Muat

Total Perdagangan

Akumulasi Kapital Fisik Investasi

PDRB

Konstanta

-0,64 ***

1,68 ***

0,42 ***

-0,38 **

0,12 **

0,55 ***

8,57 ***

R-Kuadrat Yang Sudah Disesuaikan

Standar Error Dari Regresi

Statistik - F

Probabilitas (Statistik - F)

Heteroskedastisitas White :

Probabilitas F (6,19)

0,87

0,27

21,12

0,00

0,82

Ket: Signifikansi pada tingkat * (10%) ; ** (5%) ; *** (1%)

Memperkuat Migrasi Menuju Perekonomian Maju

Untuk memperkuat migrasi ke negara berpenghasilan tinggi, Indonesia dapat memanfaatkan ruang

yang masih terbuka luas bagi peningkatan kapabilitas industrial (penurunan ketergantungan

teknologi) terkait produksi barang kompleks berteknologi menengah dan tinggi. Regresi cross section

di 27 provinsi di Nusantara menunjukkan bahwa penurunan ketergantungan teknologi (diproksi dari

rasio impor barang berteknologi menengah-tinggi dan barang padat modal terhadap total impor)

merupakan faktor yang sangat penting dalam memengaruhi pendapatan per kapita (Tabel 1). Hasil

regresi juga menunjukkan faktor produksi komplementer yang perlu disediakan untuk menopang

peningkatan pendapatan per kapita dari waktu ke waktu, yaitu (a) peningkatan jumlah modal

Page 49: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 49

manusia dengan pendidikan setidaknya sekolah menengah atas, (b) akumulasi modal fisik (investasi),

dan (c) penguatan infrastruktur, khususnya infrastruktur listrik dan konektivitas maritim9.

Dari sisi spasial, peningkatan kapabilitas industrial secara nasional dapat diawali dengan

memperkuat kapasitas dan kapabilitas industrial di Kawasan Jawa, mengingat saat ini Jawa adalah

wilayah dengan kapabilitas industrial yang lebih baik dibandingkan dengan wilayah lain di

Nusantara. Sebagaimana dilaporkan di Lampiran III, di Jabagbar sudah terdapat industri barang

kompleks berteknologi tinggi yang mengalami ekspor neto seperti mesin pembangkit listrik dan

permesinan kantor, serta industri barang kompleks berteknologi menengah yang berbasis

semikonduktor seperti industri konverter gambar dan suara (elektronik). Di Jabagteng, terdapat

industri barang kompleks berteknologi menengah dan tinggi yang mengalami ekspor neto seperti

mesin rotating elektrik dan peralatan distribusi listrik. Sementara itu, di Jabagtim terdapat industri

barang kompleks teknologi menengah yang mengalami ekspor neto seperti komponen dan aksesoris

kendaraan bermotor dan industri teknologi rendah padat modal, misalnya logam dasar. Dinamika

sektoral ini menunjukkan bahwa kapabilitas industrial di Kawasan Jawa berpotensi untuk dapat

diperkuat dan diperluas lebih lanjut.

Lebih dari itu, Kawasan Jawa juga memiliki ketersediaan faktor produksi komplementer yang relatif

lebih memadai dibandingkan dengan wilayah lain di Nusantara dalam rangka menopang

pembangunan kapabilitas industrial di Indonesia. Terdapat dua hal penting terkait ketersediaan

faktor produksi komplementer di Kawasan Jawa yang dapat memperkuat pertimbangan konsentrasi

spasial pembangunan industrial di Nusantara. Pertama, tersedianya institusi-institusi pendidikan

tinggi di bidang riset dan IPTEK yang bersaing secara global. Faktor produksi komplementer ini

sangat penting mengingat produksi barang kompleks berteknologi menengah dan tinggi akan sangat

padat dalam menyerap tenaga kerja terampil (padat modal manusia)10.

Kedua, Jawa adalah lokasi dari dua pelabuhan bongkar muat utama di Indonesia, yaitu Tanjung Priok

di Jakarta dan Tanjung Perak di Surabaya yang menjadi penopang utama (hub) aliran perdagangan

antarwilayah di Nusantara dan antar-Nusantara dengan dunia, sehingga penempatan aktivitas

industri di kedua lokasi tersebut dapat menurunkan biaya transportasi dan perdagangan

internasional11.

Akhirnya, pembangunan kapabilitas industrial untuk komponen kompleks berteknologi menengah

dan tinggi di Kawasan Jawa perlu memerhatikan fakta tentang adanya fenomena global offshoring

yang semakin menguat dalam rantai nilai global (lihat Boks 1). Fenomena ini mengirim pesan bahwa

peningkatan kapabilitas industrial di Kawasan Jawa mensyaratkan bahwa produsen global barang

9 Hasil yang kontraintuitif terkait rasio panjang jalan mungkin mengindikasikan bahwa produktifitas marjinal dari

penambahan jalan akan cenderung menurun jika di suatu wilayah konektivitas transportasi daratnya telah jenuh, sehingga penguatan kualitas infrastruktur jalan menjadi relevan. Terkait ini, penelitian oleh Maryaningsih dkk (2012, WP DKEM, BI) dengan metodologi panel data untuk di-33 provinsi menyimpulkan bahwa konektifitas maritim dan ketersediaan sarana/prasarana listrik merupakan faktor-faktor terkait infrastruktur yang kuat pengaruhnya pada peningkatan pendapatan per kapita disamping infrastruktur jalan. Oleh karenanya, secara keseluruhan hasil-hasil empiris ini menunjukkan pentingnya kebijakan pengembangan infrastruktur maritim disamping infrastruktur kontinental.

10 Dalam konteks ini pula, pembangunan kapabilitas industrial terkait barang berteknologi menengah dan tinggi akan dengan cepat mendorong terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan menyejahterakan.

11 Terkait aliran perdagangan antar-pulau di Indonesia, lihat kajian MHA Ridhwan dkk (2012, WP – DKEM, BI) dengan

menggunakan tabel I/O regional.

Page 50: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 50

kompleks berteknologi menengah-tinggi membangun rantai produksi barang antara dan

komponennya di Kawasan Jawa. Tanpa prasyarat ini, ketergantungan teknologi akan tetap menjadi

kendala utama bagi migrasi yang lebih cepat ke kelompok negara berpenghasilan tinggi. Dalam

kaitan ini, pembangunan kapabilitas industrial mensyaratkan pula adanya implementasi strategi

kebijakan industri, kebijakan pengembangan wilayah, dan penanaman modal yang selaras dan

kompetitif terhadap kebijakan di negara-negara pesaing. Negara-negara tersebut saat ini

merupakan lokasi produksi dan menjadi bagian penting dari rantai nilai produsen global barang

kompleks berteknologi menengah dan tinggi, misalnya China, Taiwan (Provinsi ROC), Malaysia, dan

Thailand.

Page 51: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 51

BOKS 1. Fenomena Offshoring Produksi Barang Kompleks dalam Rantai Nilai Global dan Implikasinya pada Necara Perdagangan

Perdagangan dunia Abad 21 sudah jauh berbeda dari era pra-Revolusi Industri. Pada era itu, biaya

transportasi dan komunikasi masih sangat mahal, sehingga produk biasanya diproduksi dekat

dengan pasarnya dan perdagangan dunia didominasi pertukaran antar-barang jadi (finished goods).

Biaya transportasi dan komunikasi yang rendah di era global Abad 21 menyebabkan “time & space

compression” sehingga memungkinkan fragmentasi (offshoring) proses produksi, termasuk

spesialisasi produksi untuk barang antara di berbagai lokasi yang berbeda12. Fenomena global

offshoring (trade in tasks) tersebut dapat diilustrasikan pada Gambar A.1 tentang rantai produksi

global untuk produk gadgets. Timah mentah yang diekstraksi di Provinsi Bangka dan Belitung akan

diekspor ke pasar global untuk kemudian diproses oleh produsen global kabel timah dan solder yang

selanjutnya digunakan oleh produsen komponen global (Global Vendor) di berbagai negara.

Gambar A.1. Rantai Nilai Global Produk-Produk Gadgets Sebagai Barang Kompleks Berbasis Semikonduktor

Sumber: Dipinjam dan disadur dari FOE (2012) dan Xing (2013)

12 Lihat eksposisi di Gene M. Grossman and Esteban Rossi-Hansberg (2006) dan juga tulisan oleh Thomas Friedman (2005); dan Alan Blinder (2006). Fragmentasi atau offshoring lokasi spesialisasi produksi komponen tersebut kerap pula disebut sebagai fenomena trade in tasks. Lihat juga publikasi WTO (2012) tentang global offshoring (trade in tasks) industri manufaktur.

Page 52: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 52

Gambar A.2. Distribusi Nilai Komponen-Komponen dari Sebuah Mobil sebagai Barang Jadi Kompleks

Sumber: Dipinjam dan diolah dari BoA Merryl Lynch Automotive Survey (2012) untuk mobil yang dipasarkan di AS

Komponen-komponen kompleks yang diproduksi di berbagai negara selanjutnya akan dikirim ke

China untuk perakitan akhir smartphone, tablet PC dan music player, yang kemudian didistribusikan

ke konsumen di seluruh dunia melalui rantai distribusi global, termasuk ke Indonesia. Diagram 1 juga

memberi indikasi tentang distribusi nilai nominal komponen yang diproduksi di berbagai negara

tersebut termasuk nilai tambah dari perakitan akhir di China.

Beberapa implikasi terkait neraca perdagangan barang kompleks dan penyerapan tenaga kerja dapat

dilihat dari Ilustrasi pada Gambar A.1 diatas. Pertama, walaupun China hanya menambah sekitar

USD6,5 dari proses perakitan akhir, tapi fakta bahwa produk jadi akhir selanjutnya di ekspor dapat

menopang neraca perdagangan China untuk produk gadgets tersebut. Jepang, Jerman, dan AS

mendapat keuntungan yang terbesar dari seluruh negara produsen komponen, karena sebagian

besar nilai tambah komponen kompleks dari gadgets diproduksi di ketiga negara tersebut. Ini berarti

pula bahwa di kedua negara tersebut terdapat penyerapan tenaga kerja sains dan teknik dengan

keahlian dan keterampilan tinggi (skilled workers) yang terbesar sementara di China terjadi

penyerapan tenaga kerja dengan keterampilan sedang. Dampak dari pola penyerapan tenaga kerja

ini menunjukkan bahwa kenaikan pendapatan per kapita akan tetap kuat di negara penghasil

komponen kompleks, sementara di China akan terjadi peningkatan pendapatan per kapita terkait

penyerapan tenaga kerja berketrampilan menengah yang semakin luas.

Indonesia sebagai pemasok bahan baku timah untuk industri global produsen mendapat bagian dari

hasil ekspor bahan mentah dan penyerapan tenaga kerja berketrampilan rendah sampai sedang.

Akan tetapi karena Indonesia adalah salah satu negara dengan konsumen terbesar produk akhir

gadgets, maka secara total Indonesia mengalami defisit dalam keseluruhan rantai nilai. Defisit

tersebut akan dapat menurun jika Indonesia mampu menjadi perakit akhir yang selanjutnya

melakukan ekspor. Akan tetapi jika pasar domestik Indonesia yang besar menjadi orientasi

pemasaran produk akhir, maka defisit neraca perdagangan hanya dapat diturunkan secara signifikan

Page 53: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 53

jika Indonesia menjadi lokasi produksi untuk komponen-komponen kompleks dari produk-produk

gadgets tersebut, misalnya sebagai lokasi produksi untuk flash memory, processor, display module

dan layar sentuh.

Hal yang sama juga berlaku untuk produk kompleks lain, misalnya mobil sebagaimana yang

diilustrasikan di Gambar A.2. Indonesia akan menguasai nilai tambah terbesar dari produk mobil bila

lokasi produksi untuk komponen kompleks jenis rotating machinery / equipment dan yang berbasis

semikonduktor ada di Indonesia. Kedua jenis komponen kompleks ini secara total membentuk

sekitar 60% dari nilai tambah. Dengan kombinasi muatan lokal yang besar dan mayoritas konsumsi

oleh pasar domestik, maka defisit neraca perdagangan terkait produk mobil dapat ditekan pada

level yang rendah.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penempatan lokasi produksi komponen kompleks di

Indonesia oleh produsen global akan memberi dampak positif pada neraca perdagangan. Selain itu

akan terdapat pula dampak tambahan berupa penyerapan tenaga kerja berketerampilan tinggi dan

pekerja sains/teknologi yang lebih besar. Hal ini akan memperkuat basis penciptaan pendapatan per

kapita Indonesia. Akhirnya, dalam keseluruhan konteks diskusi di atas dapat pula disimpulkan bahwa

kesinambungan migrasi Indonesia menuju high income country mensyaratkan agar Indonesia

menjadi lokasi produksi untuk barang kompleks dan komponen-komponennya serta meningkatkan

partisipasinya di dalam rantai nilai global. Dalam ulasan di atas, fokus spasial dari lokasi produksi

tersebut dapat dimulai dari Kawasan Jawa sebagai kawasan dengan kapabilitas industrial and

ketersediaan faktor produksi komplementer yang telah selangkah lebih maju dibanding kawasan-

kawasan lain di Nusantara.

Daftar Pustaka Blinder, A. (2006), “Offshoring – The Next Industrial Revolution?” Foreign Affairs. March/April BoA Merryl Lynch (2012), “Who Makes the Car – 2012,” diunduh dari http://ftalphaville.ft.com/2012/04/26/975171/the-sum-of-a-cars-parts tanggal 07 Oktober 2013 Friedman, T. (2005), “The World is Flat – A Brief History of the 21

st Century,” Farrar, Straus, & Giraux

Grossman, G.M. dan Rossi-Hansberg, E. (2006), “The Rise of Offshoring: It’s Not Wine for Cloth Anymore,” Princeton University Hausmann, R., Hwang, J., dan Rodrik, D. (2005), “What You Export Matters,” NBER Working Paper 11905. Hausmann, R., Hidalgo, C., et al (2011), “The Atlas of Economic Complexity, Mapping Paths to Prosperity, Harvard University Center for International Development, Harvard Kennedy School & MIT Media Lab. FOE (2012), “Mining for Smartphones: The True Cost of Tin,” Maryaningsih, N., Hermansyah, O., Savitri, M. (2012), ”Konvergensi Antarwilayah dan Pengaruh Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia,” DKEM, Working Paper Paus, Eva (2011), “Latin America’s Middle Income Trap,” Americas Quarterly, winter 2011.

Page 54: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 54

Paus, Eva (2012), “Confronting the Middle Income Trap. Insights from Small Latecomers,” Studies in Comparative International Development, 2012, 47: 115-138 Ridhwan, M.H.A., Ibrahim, Indawan, F., Karlina, I (2012), “Perdagangan Antar Daerah, Distribusi, Transportasi, dan Pengelolaan Stok Komoditas Pangan Strategis di Indonesia”, DKEM, Working Paper Sosa, M.E., Eppinger, S.D., dan Rowles, C.M. (2007), “A Network Approach to Define Modularity of Components in Complex Products,” Conference Paper UNIDO (2004), “Inserting Local Industries into Global Value Chains and Global Production Networks: Opportunities and Challenges for Upgrading with a Focus on Asia”. World Trade Organization & IDE-JETRO (2011), “Trade Patterns and Global Value Chains in East Asia – From Free Trade to Trade in Tasks”. Xing, Y. (2013), “The Supply Chain of the iPhone and Trade in Value Added,” Asia Development Bank Institute, Regional Conference on Integrating Domestic Industries with Global Production Networks and Supply Chains

ag

Page 55: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 55

Lampiran I – Pertumbuhan Ekonomi Daerah

I II III IV Total I II IIIf IVf Total

1 ACEH 2.6 5.2 5.1 5.3 5.2 5.2 5.2 4.8 3.9 3.9 - 4.3 4.0 - 4.4 4.1 - 4.3

2 SUMATERA UTARA 6.4 6.6 6.3 6.2 6.3 6.1 6.2 6.1 6.2 5.5 - 5.9 5.5 - 5.9 5.8 - 6.0

3 SUMATERA BARAT 5.9 6.3 4.7 6.6 6.7 7.4 6.3 7.2 6.1 5.4 - 5.8 5.5 - 5.9 6.0 - 6.2

4 RIAU 4.2 5.0 4.5 3.5 3.9 2.4 3.5 1.2 2.7 1.9 - 2.3 1.7 - 2.1 1.9 - 2.1

5 JAMBI 7.3 8.6 6.1 7.1 7.3 9.1 7.4 8.4 7.3 6.7 - 7.1 6.7 - 7.1 7.3 - 7.5

6 SUMSEL 5.8 6.5 7.0 6.1 5.5 5.5 6.0 6.2 6.1 5.6 - 6.0 5.6 - 6.0 5.9 - 6.1

7 BENGKULU 6.1 6.5 7.2 6.7 6.7 6.0 6.6 5.5 5.1 4.8 - 5.2 5.2 - 5.6 5.2 - 5.4

8 LAMPUNG 6.0 6.4 5.7 6.4 6.4 7.4 6.5 5.8 6 5.6 - 6.0 6.1 - 6.5 5.9 - 6.1

9 BANGKA BELITUNG 6.0 6.5 5.8 5.9 5.1 6.1 5.7 6.1 5.5 5.1 - 5.5 5.1 - 5.5 5.4 - 5.6

10 KEPULAUAN RIAU 7.2 6.7 7.6 7.2 8.6 9.5 8.2 8.3 5.2 5.7 - 6.1 6.1 - 6.5 6.2 - 6.4

11 DKI JAKARTA 6.5 6.7 6.4 6.7 6.4 6.5 6.5 6.5 6.3 5.8 - 6.2 5.8 - 6.2 6.0 - 6.4

12 JAWA BARAT 6.2 6.5 6.3 6.5 6.6 5.5 6.2 5.9 5.7 6.0 - 6.4 5.8 - 6.2 6.0 - 6.2

13 JAWA TENGAH 5.8 6.0 6.5 6.6 6.0 6.3 6.3 5.7 6.1 5.9 - 6.3 5.8 - 6.2 5.8 - 6.0

14 DI YOGYAKARTA 4.9 5.2 7.1 6.0 4.1 4.3 5.3 5.1 5.7 5.6 - 6.0 5.7 - 6.1 5.5 - 5.7

15 JAWA TIMUR 6.7 7.2 7.3 7.3 7.4 7.1 7.3 6.6 7 6.9 - 7.3 6.7 - 7.1 6.8 - 7.0

16 BANTEN 6.1 6.4 6.3 6.5 5.9 5.9 6.1 5.8 5.7 6.0 - 6.4 6.0 - 6.4 5.9 - 6.1

17 BALI 5.8 6.5 6.1 6.8 6.8 6.9 6.7 6.7 6.1 6.1 - 6.5 6.2 - 6.6 6.3 - 6.5

18 NUSA TENGGARA BARAT 6.3 -3.2 -2.4 2.8 -3.7 -0.8 -1.1 4.7 3.5 3.9 - 4.3 3.4 - 3.8 4.1 - 4.3

19 NUSA TENGGARA TIMUR 5.3 5.6 5.4 4.9 5.9 5.5 5.4 5.4 5.4 5.4 - 5.8 4.9 - 5.3 5.3 - 5.5

20 KALIMANTAN BARAT 5.5 6.0 5.7 6.1 6.2 5.4 5.8 5.8 5.5 5.3 - 5. 7 5.0 - 5.4 5.3 - 5.5

21 KALIMANTAN TENGAH 6.6 6.8 6.2 6.8 7.1 6.6 6.7 6.4 7.5 6.8 - 7.2 6.3 - 6.7 6.8 - 7.0

22 KALIMANTAN SELATAN 5.6 6.1 6.4 5.9 4.7 6.0 5.7 5.6 5.5 5.1 - 5.5 5.6 - 6.0 5.4 - 5.6

23 KALIMANTAN TIMUR 5.1 4.1 6.1 5.4 2.5 2.0 4.0 0.2 1.1 2.4 - 2.8 2.6 - 3.0 1.8 - 2.0

24 SULAWESI UTARA 7.2 7.4 7.5 7.2 8.2 8.4 7.9 7.6 7.2 7.3 - 7.7 6.3 - 6.7 7.1 - 7.3

25 SULAWESI TENGGARA 8.2 9.4 10.1 10.7 11.3 7.8 9.9 9.7 7.1 10.2 - 10.7 7.2 - 7.6 8.6 - 8.8

26 SULAWESI SELATAN 8.2 7.6 8.0 8.1 8.8 2.0 8.4 7.8 6.4 7.1 - 7.5 6.5 - 6.9 7.0 - 7.2

27 SULAWESI TENGAH 8.8 9.1 10.0 9.4 6.6 11.0 9.3 10.6 11.2 10.0 - 10.4 7.2 - 7.6 9.8 - 10.0

28 GORONTALO 7.6 7.7 8.4 8.3 6.6 7.6 7.7 7.6 7.7 6.2 - 6.6 7.9 - 8.3 7.4 - 7.6

29 SULAWESI BARAT 11.9 10.3 15.6 8.9 4.0 8.2 9.0 8.4 10 10.6 - 11.0 7.4 - 7.8 8.9 - 9.1

30 MALUKU 6.5 6.1 7.6 11.7 7.9 4.3 7.8 3.2 1.9 4.2 - 4.6 6.1 - 6.5 3.9 - 4.1

31 MALUKU UTARA 8.0 6.4 7.3 7.3 6.3 5.8 6.7 6.0 6.3 5.4 - 5.8 6.2 - 6.6 6.0 - 6.2

32 PAPUA BARAT 29.8 25.8 35.8 24.6 3.9 5.2 15.8 9.9 3.6 5.5 - 5.8 5.9 - 6.3 6.1 - 6.3

33 PAPUA -3.2 -5.4 -11.2 -3.3 1.3 18.9 1.1 16.2 0.3 0.0 - 0.3 1.7 - 2.1 4.2 - 4.4

Sumber: BPS Provins i

f Proyeks i Kantor Perwaki lan Bank Indones ia

2013NO PROVINSI 2010 2011

2012

Page 56: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 56

Lampiran II – Inflasi Daerah

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep

1 Lhokseumawe 7.19 3.55 4.15 5.92 2.47 0.39 3.19 3.66 5.63

2 Banda Aceh 4.64 3.32 3.22 3.28 1.67 0.06 1.29 3.26 5.12

3 Pdg Sidempuan 7.42 4.66 4.12 6.50 3.90 3.54 4.29 4.33 7.47

4 Sibolga 11.83 3.71 3.74 7.12 4.91 3.30 6.26 6.44 8.11

5 Pmtg Siantar 9.68 4.25 4.67 7.11 5.26 4.73 6.68 6.62 9.44

6 Medan 7.65 3.54 3.75 5.20 2.47 3.79 5.78 6.76 9.51

7 Padang 7.84 5.37 3.95 6.19 4.74 4.16 6.50 7.94 10.03

8 Pekanbaru 7.00 5.09 4.20 5.68 4.21 3.35 5.36 5.56 7.79

9 Dumai 9.05 3.09 2.75 4.39 3.47 3.21 5.56 6.28 7.53

10 Batam 7.40 3.76 3.27 3.41 1.98 2.02 3.02 3.59 6.66

11 Tanjung Pinang 6.17 3.32 2.73 3.37 4.25 3.92 5.08 6.11 9.96

12 Jambi 10.52 2.76 3.90 6.80 4.43 4.22 6.06 5.24 7.96

13 Bengkulu 9.08 3.96 3.65 4.80 4.14 4.61 7.44 7.89 9.54

14 Palembang 6.02 3.78 3.82 3.94 2.60 2.72 5.23 4.74 7.21

15 Pangkal Pinang 9.36 5.00 5.15 5.47 5.83 6.57 8.80 9.38 7.35

16 Bandar Lampung 9.95 4.24 3.42 4.66 4.32 4.30 6.81 5.29 7.68

17 Jakarta 6.21 3.97 4.13 4.12 3.97 4.52 5.70 5.67 8.37

18 Serang 6.18 2.78 3.92 5.28 4.60 4.41 7.57 7.13 10.13

19 Cilegon 6.12 2.35 2.76 4.08 4.86 3.91 6.94 6.77 8.28

20 Tangerang 6.08 3.78 3.98 4.42 4.54 4.44 6.65 7.00 9.98

21 Tasikmalaya 5.56 4.17 4.61 4.92 5.07 3.87 5.11 4.97 6.97

22 Bandung 4.53 2.75 3.76 4.00 5.13 4.02 5.11 6.08 8.40

23 Cirebon 6.70 3.20 3.59 4.04 4.28 3.36 6.29 6.38 8.25

24 Bogor 6.57 2.85 2.55 2.17 4.45 4.06 6.61 7.76 8.92

25 Sukabumi 5.43 4.26 4.69 5.25 4.20 3.98 5.56 5.55 8.38

26 Bekasi 7.88 3.45 3.26 4.28 4.99 3.46 5.42 6.80 9.55

27 Depok 7.97 2.95 2.85 4.51 4.61 4.11 6.85 7.02 10.43

28 Purwokerto 6.04 3.40 3.75 4.24 4.70 4.73 6.23 6.77 8.16

29 Surakarta 6.65 1.93 3.39 4.40 3.19 2.87 6.20 5.41 8.08

30 Semarang 7.11 2.87 3.63 4.85 5.09 4.85 6.66 5.67 7.89

31 Tegal 6.73 2.58 2.41 3.75 3.49 3.09 4.01 3.19 5.79

32 Yogyakarta 7.38 3.88 3.44 4.27 3.91 4.31 6.36 5.66 7.60

NO2012

PROVINSI 2010 20112013

Page 57: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 57

Lampiran II – Inflasi Daerah (Lanjutan)

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep

33 Jember 7.09 2.43 2.49 4.14 4.40 4.49 6.51 5.39 7.77

34 Kediri 6.80 3.62 4.33 5.04 5.25 4.63 6.70 6.06 7.79

35 Malang 6.70 4.05 3.77 4.42 4.59 4.60 7.01 6.46 8.16

36 Surabaya 7.33 4.72 4.19 4.69 4.30 4.39 6.63 5.88 7.76

37 Sumenep 6.75 4.18 5.09 5.45 6.05 5.05 7.42 5.56 6.76

38 Probolinggo 6.68 3.78 3.19 4.67 5.56 5.88 8.20 6.40 8.02

39 Madiun 6.54 3.49 3.36 3.94 3.91 3.51 6.04 5.10 7.22

40 Pontianak 8.52 4.91 5.71 6.83 5.82 6.62 6.49 6.96 8.80

41 Singkawang 7.10 6.72 6.34 7.77 3.90 4.21 4.41 3.73 5.43

42 Palangkaraya 9.49 5.28 7.59 6.87 4.95 6.73 6.45 6.34 6.97

43 Sampit 9.53 3.60 5.54 5.61 4.53 4.69 5.56 5.81 7.87

44 Banjarmasin 9.06 3.98 6.03 5.51 5.14 5.96 5.25 4.74 7.09

45 Balikpapan 7.38 6.45 6.17 4.80 5.67 6.41 6.84 7.03 7.95

46 Samarinda 7.00 6.23 5.56 4.43 4.38 4.81 5.61 6.64 10.17

47 Tarakan 7.92 6.43 5.41 6.28 8.08 5.99 6.98 9.80 11.50

48 Manado 6.28 0.67 0.95 3.73 5.23 6.04 6.83 4.95 7.73

49 Palu 6.40 4.47 2.50 4.99 6.78 5.87 5.97 3.89 7.29

50 Makassar 6.82 2.87 4.10 3.91 4.61 4.57 4.76 4.54 7.41

51 Watampone 6.74 3.94 5.69 4.42 3.94 3.65 2.90 3.28 6.72

52 Parepare 5.79 1.60 2.00 2.54 3.78 3.49 4.67 4.50 7.41

53 Palopo 3.99 3.35 4.27 3.99 4.15 4.11 4.34 3.04 5.33

54 Kendari 3.87 5.09 5.10 4.65 2.03 5.25 3.02 3.76 7.30

55 Gorontalo 7.43 4.08 5.91 5.95 5.40 5.31 5.18 3.59 3.39

56 Ambon 8.78 2.85 8.65 6.25 7.07 6.73 2.58 1.70 9.86

57 Ternate 5.32 4.52 4.54 4.30 3.87 3.29 3.97 2.93 9.66

58 Jayapura 4.48 3.40 1.94 1.80 2.94 4.52 5.46 6.07 8.58

59 Manokwari 4.68 3.64 3.45 5.78 3.78 4.88 7.11 5.30 5.38

60 Sorong 8.13 0.90 1.72 3.69 5.98 5.12 7.76 5.91 10.80

61 Mamuju 5.12 4.91 3.81 3.24 3.71 3.28 4.19 4.30 5.86

62 Denpasar 8.10 3.75 4.52 4.32 4.37 4.71 6.47 5.47 7.91

63 Mataram 11.07 6.38 9.14 8.76 6.13 4.10 4.92 5.44 7.73

64 Bima 6.35 7.19 7.71 7.56 7.22 3.61 6.22 5.62 9.68

65 Kupang 9.97 4.32 3.11 4.37 4.66 5.10 7.06 5.56 8.88

66 Maumere 8.48 6.59 6.21 8.45 8.07 6.49 7.38 3.73 5.32

Sumber: Badan Pusat Statistik

2013NO PROVINSI 2010 2011

2012

Page 58: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a | 58

Lampiran III – Profil Struktur Perekonomian Wilayah

Page 59: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

[Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat]SULAMPUA

Indikator UtamaPendapatan per kapita 2010 ……….. $1.718,63Rerata pertumbuhan PDRB 2009-2012 … 6,5%Rerata inflasi 2009-2012 ……………………... 5,1%Rerata GINI Ratio 2009-2012 ……………….. 0,38Jumlah penduduk 2010 …………. 23,5 Juta JiwaRerata lama sekolah 2010…………………….. 7,67

I

Neraca Perdagangan Wilayah

Impor (M) Neto & Ekspor (X) Neto Utama

Untuk Setiap Klasifikasi Industri Karakteristik Daya Saing

Rerata 2009-2012 Untuk SITC 3, Dibagi Berdasarkan Klasifikasi Barang Non-Migas UNIDO

Pendidikan Tenaga KerjaKomposisi Berdasarkan Tingkat Pendidikan (2011)

SITC 3, Berdasarkan Klasifikasi Barang Non-Migas UNIDO

[Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur]KALIMANTAN

Indikator UtamaPendapatan per kapita 2010 ……….. $3.869,67Rerata pertumbuhan PDRB 2009-2012 … 5,1%Rerata inflasi 2009-2012 ……………………... 6,3%Rerata GINI Ratio 2009-2012 ……………….. 0,36Jumlah penduduk 2010 …………. 13,8 Juta JiwaRerata lama sekolah 2010…………………….. 7,74

II

Neraca Perdagangan Wilayah

Karakteristik Daya Saing

Rerata 2009-2012 Untuk SITC 3, Dibagi Berdasarkan Klasifikasi Barang Non-Migas UNIDO

Pendidikan Tenaga KerjaKomposisi Berdasarkan Tingkat Pendidikan (2011)

SITC 3, Berdasarkan Klasifikasi Barang Non-Migas UNIDO

Impor (M) Neto & Ekspor (X) Neto Utama

Untuk Setiap Klasifikasi Industri

(X-M) Neraca Perdagangan Non-Migas (Miliar USD)

(X-M) Neraca Perdagangan Non-Migas (Miliar USD)

[X-M]Neraca

PerdaganganNon-Migas

(Miliar USD)

[X-M]Neraca

PerdaganganNon-Migas

(Miliar USD)

SDA

N

on

-Mig

as

Tekn

olo

gi

Ren

dah

P

adat

Kar

ya

Tekn

olo

gi

Ren

dah

P

adat

Mo

dal

Tekn

olo

gi

Men

enga

hTe

kno

logi

Ti

ngg

i

SDA

No

n-M

igas

Tekn

olo

gi

Ren

dah

P

adat

Kar

ya

Tekn

olo

gi

Ren

dah

P

adat

Mo

dal

Tekn

olo

gi

Men

enga

hTe

kno

logi

Ti

ngg

i

SDA

Teknologi Rendah

Teknologi Menengah

Total Neraca PerdaganganNon-Migas

TeknologiTinggi

SDA

Teknologi Rendah

Teknologi Menengah

Total Neraca Perdagangan Non-Migas

TeknologiTinggi

Sumber Data : BPS & DSta-BI, diolah

Page 60: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

Neraca Perdagangan WilayahSITC 3, Berdasarkan Klasifikasi Barang Non-Migas UNIDO

[Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur]BALINUSTRA

Indikator UtamaPendapatan per kapita 2010 ……….. $1.217,16Rerata pertumbuhan PDRB 2009-2012 … 4,3%Rerata inflasi 2009-2012 ………………………. 6,3%Rerata GINI Ratio 2009-2012 ………………... 0,37Jumlah penduduk 2010 …………….. 13 Juta JiwaRerata lama sekolah 2010……………………….. 7,0

III

Karakteristik Daya Saing

Rerata 2009-2012 Untuk SITC 3, Dibagi Berdasarkan Klasifikasi Barang Non-Migas UNIDO

Pendidikan Tenaga KerjaKomposisi Berdasarkan Tingkat Pendidikan (2011)

[Jawa Timur]JABAGTIM

Indikator UtamaPendapatan per kapita 2010 ……….. $2.286,81Rerata pertumbuhan PDRB 2009-2012 … 7,0%Rerata inflasi 2009-2012 ……………………... 5,0%Rerata GINI Ratio 2009-2012 ……………….. 0,35Jumlah penduduk 2010 …………. 37,5 Juta JiwaRerata lama sekolah 2010………………………. 7,0

IV

Neraca Perdagangan Wilayah

Karakteristik Daya Saing

Rerata 2009-2012 Untuk SITC 3, Dibagi Berdasarkan Klasifikasi Barang Non-Migas UNIDO

Pendidikan Tenaga KerjaKomposisi Berdasarkan Tingkat Pendidikan (2011)

SITC 3, Berdasarkan Klasifikasi Barang Non-Migas UNIDO

Impor (M) Neto & Ekspor (X) Neto Utama

Untuk Setiap Klasifikasi Industri

Impor (M) Neto & Ekspor (X) Neto Utama

Untuk Setiap Klasifikasi Industri

(X-M) Neraca Perdagangan Non-Migas (Miliar USD)

(X-M) Neraca Perdagangan Non-Migas (Miliar USD)

[X-M]Neraca

PerdaganganNon-Migas

(Miliar USD)

[X-M]Neraca

PerdaganganNon-Migas

(Miliar USD)

SDA

N

on

-Mig

as

Tekn

olo

gi

Ren

dah

P

adat

Kar

ya

Tekn

olo

gi

Ren

dah

P

adat

Mo

dal

Tekn

olo

gi

Men

enga

hTe

kno

logi

Ti

ngg

i

SDA

N

on

-Mig

as

Tekn

olo

gi

Ren

dah

P

adat

Kar

ya

Tekn

olo

gi

Ren

dah

P

adat

Mo

dal

Tekn

olo

gi

Men

enga

hTe

kno

logi

Ti

ngg

i

SDA

Teknologi Rendah

Teknologi Menengah

Total Neraca PerdaganganNon-Migas

TeknologiTinggi

SDA

Teknologi Rendah

Teknologi Menengah

Total Neraca PerdaganganNon-Migas

TeknologiTinggi

Sumber Data : BPS & DSta-BI, diolah

Page 61: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

[Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta]JABAGTENG

Indikator UtamaPendapatan per kapita 2010 ………... $1.505,85Rerata pertumbuhan PDRB 2009-2012 … 6,0%Rerata inflasi 2009-2012 ………………………. 4,7%Rerata GINI Ratio 2009-2012 ………………... 0,38Jumlah penduduk 2010 ………….. 35,8 Juta JiwaRerata lama sekolah 2010……………………... 7,79

V

Neraca Perdagangan Wilayah

Karakteristik Daya Saing

Rerata 2009-2012 Untuk SITC 3, Dibagi Berdasarkan Klasifikasi Barang Non-Migas UNIDO

Pendidikan Tenaga KerjaKomposisi Berdasarkan Tingkat Pendidikan (2011)

SITC 3, Berdasarkan Klasifikasi Barang Non-Migas UNIDO

[Jawa Barat dan Banten]JABAGBAR

Indikator UtamaPendapatan per kapita 2010 ……….. $1.934,22Rerata pertumbuhan PDRB 2009-2012 … 6,3%Rerata inflasi 2009-2012 ………………………. 4,5%Rerata GINI Ratio 2009-2012 ……………….. 0,39Jumlah penduduk 2010 …………. 53,7 Juta JiwaRerata lama sekolah 2010……………………… 7,87

VI

Neraca Perdagangan Wilayah

Karakteristik Daya Saing

Rerata 2009-2012 Untuk SITC 3, Dibagi Berdasarkan Klasifikasi Barang Non-Migas UNIDO

Pendidikan Tenaga KerjaKomposisi Berdasarkan Tingkat Pendidikan (2011)

SITC 3, Berdasarkan Klasifikasi Barang Non-Migas UNIDO

Impor (M) Neto & Ekspor (X) Neto Utama

Untuk Setiap Klasifikasi Industri

Impor (M) Neto & Ekspor (X) Neto Utama

Untuk Setiap Klasifikasi Industri

(X-M) Neraca Perdagangan Non-Migas (Miliar USD)

(X-M) Neraca Perdagangan Non-Migas (Miliar USD)

[X-M]Neraca

PerdaganganNon-Migas

(Miliar USD)

[X-M]Neraca

PerdaganganNon-Migas

(Miliar USD)

SDA

N

on

-Mig

as

Tekn

olo

gi

Ren

dah

P

adat

Kar

ya

Tekn

olo

gi

Ren

dah

P

adat

Mo

dal

Tekn

olo

gi

Men

enga

hTe

kno

logi

Ti

ngg

iSD

A

No

n-M

igas

Tekn

olo

gi

Ren

dah

Pad

at

Kar

ya

Tekn

olo

gi

Ren

dah

P

adat

Mo

dal

Tekn

olo

gi

Men

enga

hTe

kno

logi

Ti

ngg

i

SDA

Teknologi Rendah

Teknologi Menengah

Total Neraca PerdaganganNon-Migas

TeknologiTinggi

SDA

Teknologi Rendah

Teknologi Menengah

Total Neraca PerdaganganNon-Migas

TeknologiTinggi

Sumber Data : BPS & DSta-BI, diolah

Page 62: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

[Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, dan Kepulauan Bangka Belitung]SUMBAGSEL

Indikator UtamaPendapatan per kapita 2010 ………... $1.904,90Rerata pertumbuhan PDRB 2009-2012 … 3,2%Rerata inflasi 2009-2012 ………………………. 5,3%Rerata GINI Ratio 2009-2012 ………………... 0,34Jumlah penduduk 2010 ………….. 19,7 Juta JiwaRerata lama sekolah 2010……………………... 7,56

VII

Neraca Perdagangan Wilayah

Karakteristik Daya Saing

Rerata 2009-2012 Untuk SITC 3, Dibagi Berdasarkan Klasifikasi Barang Non-Migas UNIDO

Pendidikan Tenaga KerjaKomposisi Berdasarkan Tingkat Pendidikan (2011)

SITC 3, Berdasarkan Klasifikasi Barang Non-Migas UNIDO

[Sumatera Barat, Jambi, Riau, dan Kepulauan Riau]SUMBAGTENG

Indikator UtamaPendapatan per kapita 2010 ……….. $2.178,24Rerata pertumbuhan PDRB 2009-2012 … 5,6%Rerata inflasi 2009-2012 ………………………. 4,9%Rerata GINI Ratio 2009-2012 ……………….. 0,33Jumlah penduduk 2010 …………. 15,1 Juta JiwaRerata lama sekolah 2010……………………… 8,28

VIII

Neraca Perdagangan Wilayah

Karakteristik Daya Saing

Rerata 2009-2012 Untuk SITC 3, Dibagi Berdasarkan Klasifikasi Barang Non-Migas UNIDO

Pendidikan Tenaga KerjaKomposisi Berdasarkan Tingkat Pendidikan (2011)

SITC 3, Berdasarkan Klasifikasi Barang Non-Migas UNIDO

Impor (M) Neto & Ekspor (X) Neto Utama

Untuk Setiap Klasifikasi Industri

Impor (M) Neto & Ekspor (X) Neto Utama

Untuk Setiap Klasifikasi Industri

(X-M) Neraca Perdagangan Non-Migas (Miliar USD)

(X-M) Neraca Perdagangan Non-Migas (Miliar USD)

[X-M]Neraca

PerdaganganNon-Migas

(Miliar USD)

[X-M]Neraca

PerdaganganNon-Migas

(Miliar USD)

SDA

N

on

-Mig

as

Tekn

olo

gi

Ren

dah

P

adat

Kar

ya

Tekn

olo

gi

Ren

dah

P

adat

Mo

dal

Tekn

olo

gi

Men

enga

hTe

kno

logi

Ti

ngg

iSD

A

No

n-M

igas

Tekn

olo

gi

Ren

dah

P

adat

Kar

ya

Tekn

olo

gi

Ren

dah

P

adat

Mo

dal

Tekn

olo

gi

Men

enga

hTe

kno

logi

Ti

ngg

i

SDA

Teknologi Rendah

Teknologi Menengah

Total Neraca PerdaganganNon-Migas

TeknologiTinggi

SDA

Teknologi Rendah

Teknologi Menengah

Total Neraca PerdaganganNon-Migas

TeknologiTinggi

Sumber Data : BPS & DSta-BI, diolah

Page 63: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

[Sumatera Utara dan Nangroe Aceh Darussalam]SUMBAGUT

Indikator UtamaPendapatan per kapita 2010 ………... $2.230,95Rerata pertumbuhan PDRB 2009-2012 … 5,9%Rerata inflasi 2009-2012 ………………………. 5,1%Rerata GINI Ratio 2009-2012 ………………... 0,32Jumlah penduduk 2010 ………….. 17,4 Juta JiwaRerata lama sekolah 2010……………………... 8,66

IX

Neraca Perdagangan Wilayah

Karakteristik Daya Saing

Rerata 2009-2012 Untuk SITC 3, Dibagi Berdasarkan Klasifikasi Barang Non-Migas UNIDO

Pendidikan Tenaga KerjaKomposisi Berdasarkan Tingkat Pendidikan (2011)

SITC 3, Berdasarkan Klasifikasi Barang Non-Migas UNIDO

[Daerah Khusus Ibukota Jakarta]DKI JAKARTA

Indikator UtamaPendapatan per kapita 2010 ……….. $9.875,89Rerata pertumbuhan PDRB 2009-2012 … 5,9%Rerata inflasi 2009-2012 ………………………. 5,1%Rerata GINI Ratio 2009-2012 ……………….. 0,32Jumlah penduduk 2010 …………. 13,7 Juta JiwaRerata lama sekolah 2010……………………… 8,6

Neraca Perdagangan Wilayah

Karakteristik Daya Saing

Rerata 2009-2012 Untuk SITC 3, Dibagi Berdasarkan Klasifikasi Barang Non-Migas UNIDO

Pendidikan Tenaga KerjaKomposisi Berdasarkan Tingkat Pendidikan (2011)

SITC 3, Berdasarkan Klasifikasi Barang Non-Migas UNIDO

Impor (M) Neto & Ekspor (X) Neto Utama

Untuk Setiap Klasifikasi Industri

Impor (M) Neto & Ekspor (X) Neto Utama

Untuk Setiap Klasifikasi Industri

(X-M) Neraca Perdagangan Non-Migas (Miliar USD)

(X-M) Neraca Perdagangan Non-Migas (Miliar USD)

[X-M]Neraca

PerdaganganNon-Migas

(Miliar USD)

[X-M]Neraca

PerdaganganNon-Migas

(Miliar USD)

SDA

N

on

-Mig

as

Tekn

olo

gi

Ren

dah

P

adat

Kar

ya

Tekn

olo

gi

Ren

dah

P

adat

Mo

dal

Tekn

olo

gi

Men

enga

hTe

kno

logi

Ti

ngg

i

SDA

No

n-

Mig

as

Tekn

olo

gi

Ren

dah

P

adat

Kar

ya

Tekn

olo

gi

Ren

dah

P

adat

Mo

dal

Tekn

olo

gi

Men

enga

hTe

kno

logi

Ti

ngg

i

SDA

Teknologi Rendah

Teknologi Menengah

Total Neraca PerdaganganNon-Migas

TeknologiTinggi

SDA

Teknologi Rendah

Teknologi Menengah

Total Neraca PerdaganganNon-Migas

TeknologiTinggi

Sumber Data : BPS & DSta-BI, diolah

Page 64: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

Editor

Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter

Kontributor

Kantor Perwakilan Wilayah II – Kalimantan

Kantor Perwakilan Wilayah VI – Jawa Bagian Barat

Kantor Perwakilan Wilayah VIII – Sumatera Bagian Tengah

Page 65: OKTOBER 2013 - bi.go.id · secara agregat cenderung mengindikasikan arah pertumbuhan ekonomi ... kembali normalnya aktivitas produksi tambang tembaga di Papua ... Data s.d. Agustus

L a p o r a n N u s a n t a r a