obesitas
DESCRIPTION
makalah obesitasTRANSCRIPT
Case Besar
Obesitas dengan Hiperurisemia dan HNP
Dokter Pembimbing :
Dr. Philemon Konoralma, Sp.PD
Disusun oleh :
Manda Malia Ubra
11-2014-037
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus
Periode 16 November 2015 – 23 Januari 2016
1
Pendahuluan
Obesitas atau kegemukan mempunyai pengertian yang berbeda-beda bagi
setiap orang. Terkadang kita sering dibuat bingung dengan pengertian obesitas dan
overweight, padahal kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang berbeda.
Obesitas adalah suatu kondisi dimana kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya
lemak, untuk pria dan wanita masing-masing melebihi 20% dan 25% dari berat
tubuh dan dapat membahayakan kesehatan. Sementara overweight (kelebihan berat
badan) adalah keadaan dimana berat badan seseorang melebihi berat badan normal.
Menurut WHO Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan ataupun
abnormal yang dapat mengganggu kesehatan. Obesitas mulai menjadi masalah
kesehatan diseluruh dunia, bahkan WHO menyatakan bahwa obesitas sudah
merupakan suatu problem kesehatan yang harus segera ditangani.
Di Indonesia, terutama di kota-kota besar, dengan adanya perubahan gaya hidup
berakibat pada perubahan pola makan/konsumsi masyarakat yang merujuk
pada pola makan tinggi kalori, tinggi lemak dan kolesterol, terutama terhadap
makanan siap saji yang berdampak meningkatkan risiko obesitas.
Obesitas kini mulai diterima sebagai salah satu masalah kesehatan di negara-
negara berkembang. Hal ini terutama karena obesitas yang tidak ditangani secara
tepat akan meningkatkan penyakit penyerta, memendeknya usia harapan hidup,
hilangnya produktivitas pada usia produktif dan beberapa penyakit degeneratif
seperti diabetes mellitus tipe 2, hipertensi, penyakit jantung koroner dan stroke,
kesulitan bernapas, gangguan menstruasi, gangguan kesuburan, gangguan
pernapasan saat tidur (sleep apnea syndrome), gout, osteoartritis, batu empedu,
fatty liver dan kanker.
Laporan ini dibuat antara lain untuk meningkatkan pemahaman secara garis
besar tentang obesitas sehingga diharapkan kita dapat lebih waspada terhadap keluhan
dan gejala yang diutarakan dan dengan demikian dapat memberikan penanganan yang
tepat sesegera mungkin guna mencegah dan mengurangi terjadinya komplikasi yang
berpotensi mengancam nyawa. Pembuatan ini ditujukan dalam rangka pemenuhan
tugas laporan kasus dalam proses pembelajaran kami di bagian Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.
2
Laporan kasus
Seorang perempuan 32 tahun datang ke RS Mardi rahayu pada tanggal 5
Desember 2015 dengan keluhan badannya semakin hari semakin membesar terutama
daerah perut sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit. Keluhan semakin dirasakan
bertambah 2 minggu terakhir ini dan sangat menggangu aktifitasnya sehari-hari. Os
juga mengeluh perutnya terasa kenceng disertai mual-mual. Os juga mengatakan kalau
duduk lama tulang belakangnya sakit. Os mengaku hanya makan 1-2 kali sehari dengan
porsi makanan yang sedikit dan jarang mengkonsumsi makanan bersantan, gorengan
dan siap saji. Os juga mengatakan jarang ngemil apalagi setelah berat badannya
bertambah. Os juga jarang berolahraga karena disibukkan dengan pekerjaannya
sebagai karyawan di perusahaan swasta. Os adalah ibu dari 2 orang anak dan os pernah
menggunakan kontrasepsi suntik tetapi sudah tidak menggunakannya lagi kurang lebih
1 tahun terakhir. Os mengatakan sudah tidak mengalami menstruasi lagi setelah
melahirkan anak ke dua sejak 7 tahun yang lalu. Os pernah dirawat di RS dengan
penyakit usus buntu dan penyempitan tulang belakang. Os juga mengaku kalau tidur
mendengkur dan terkadang os terbangun karena merasa sesak napas. Sesak napas juga
dirasakan jika melakukan perkerjaan berat. Os mengatakan sekarang sedang
mengurangi porsi makannya karena ingin memiliki berat badan yang ideal karena os
merasa malu dengan tubuhnya. Os mengatakan sebelum menikah badannya kecil.
Badannya semakin membesar setelah memiliki anak. Riwayat penyakit dahulu seperti
darah tinggi, asma, penyakit jantung, kencing manis dan kanker disangkal. Os
mengatakan di keluarganya tidak ada yang gemuk. Di keluarganya juga tidak ada yang
memiliki penyakit darah tinggi, asma, penyakit jantung, kencing manis dan kanker.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran pasien compos mentis, keadaan
umum os tampak sakit ringan. Tekanan darah 110/80, RR 20x/menit, HR 80x/menit,
reguler dan kuat angkat suhu 36,5 derajat celcius, berat badan pasien 92kg dan tinggi
badan 159 cm dengan IMT 92kg dibagi (1,59)2m2 adalah 26 (WHO : Pre Obese, IOTF :
Obese I, Depkes RI : Gemuk). Berdasarkan indeks broca : 159-100-10% (159-100) =
53,1 kg (Obese karena >20% BBI). Lingkar lengan atas 41cm. Kulit OS bewarna sawo
matang dan tidak kering. Kepala normocephali dan tidak ada benjolan. Pada mata tidak
ada edema palpebra, conjungtiva tidak anemis dan sclera tidak ikterik. Bentuk pupil
isokor kanan dan kiri dengan diameter 3 mm, reflex cahaya langsung dan tidak
3
langsung positif. Pada leher, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan tiroid.
Tidak tampak juga adanya deviasi trakea. Bentuk dada simetris baik statis maupun
dinamis, tidak ada retraksi sela iga, palpasi sela iga tida melebar, fremitus taktil
simetris, tidak ada nyeri tekan, dengan perkusi sonor pada seluruh lapang paru, batas
paru hati intercostal ke V, batas perajakan hati 2 cm, dan auskultasi didapatkan suara
napas dasar vesikuler, tidak ada suara napas tambahan. Pada jantung, ictus cordis tidak
terlihat, taraba pada 1cm medial linea midclavicula sinistra intercostal ke IV dan kuat
angkat. Pada perkusi batas atas jantung pada linea parasternalis sinistra intercostal II,
batas pinggang jantung linea midclavicula sinitra intercostal IV, batas kanan jantung
linea parasternalis dextra intercostal IV, batas kiri jantung pada linea axillaris anterior
intercostal V.
Pada pemeriksaan abdomen, lingkar perut 133cm. tampak luka bekas operasi
apendisitis, tidak tampak adanya benjolan, tidak tampak adanya asites. Tidak ada
pembesaran hati dan lien. Pemeriksaan ballotemen negative, murphy sign negative,
pemeriksaan nyeri lepas tekan negative, pada perkusi didapatkan suara timpani, pada
auskultasi didapatkan bising usus positif normal, tidak ada bunyi lain yang didapatkan.
Pemeriksaan genitalia dan colok dubur tidak dilakukan. Pada pemeriksaan ekstremitas,
otot normotonus, tidak ada keterbatasan gerak, tidak ditemukan adanya edema,
sianosis, dan clubbing finger.
Pada pemeriksaan laboratorium tanggal 5 Desember 2015 didapatkan
hemoglobin 13.0g/dL, leukosit 9.76 10^3/uL, eosinofil 3.10%, basofil 0.20%, neutrofil
70.50%, limfosit 20.80%, monosit 5.40%, luc % 0.00%, MCV 84 fL, MCH 29 pg, MCHC
34g/dL, hematokrit 37.90%, trombosit 340 10^3/uL, eritrosit 4.5 10^6/uL, RDW
12.7%, PDW 9.0 fL, MPV 8.8 fL, LED 1 jam 22mm/jam, LED 2 jam 49 mm/2 jam, protein
total 7.5 g/dL, albumin 3.90g/dL, globulin 3.60 g/dL, cholestrol total 165 mg/dL,
trigliserid 139 mg/dL, uric acid 7.4mg/dL , SGOT 18 u/L, SGPT 12 u/L, natrium 140.7
mmol/L, kalium 3.71 mmol/L, kalcium 8.2 mL. Pada pemeriksaan USG abdomen tanggal
10 Juni 2015, didapatkan kesan fatty liver grade 1-2 dan hepatomegali (mild 13,2cm),
tak tampak ascites/efusi pleura/lymphadenopathy paraaorta, tak tampak kelainan
rektum/kolon, meteorismus. Pemeriksaan foto lumbosakral tanggal 11 November 2015
didapatkan kesan spondilosis lumbalis dan penyempitan diskus dan foramen L5-S1,
mendukung gambaran HNP (Hernia Nukleus Pulposus).
4
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang disertai dengan pengukuran
indeks masa tubuh, lingkar lengan atas dan lingkar perut, pengukuran berdasarkan
indeks brocca serta ditunjang dengan pemeriksaan laboratorium dan USG abdomen
dapat disimpulkan os mengalami obesitas grade I berdasarkan klasifikasi obesitas
menurut IOTF Asia Pasifik tahun 2000, pre obese berdasarkan klasifikasi WHO dan
gemuk berdasarkan klasifikasi DepKes RI dan disertai dengan hiperurisemia dan HNP.
Penatalaksanaan yang dianjurkan pada pasien ini adalah olahraga dan diet
rendah kalori 1200kkal.
Follow up tanggal 6 Desember 2015. Os masih mengeluh nyeri punggung
belakang kalau duduk terlalu lama. TD : 120/70 mmHg, nadi 82x/menit, napas
20x/menit, suhu 36,60C. Pemeriksaan lain-lain dalam batas normal.
Pembahasan Kasus
Asam Lemak Asam lemak adalah asam monokarboksilat rantai lurus yang terdiri
dari jumlah atom karbon genap (4,6,8 dan seterusnya) dan diperoleh dari hasil
hidrolisis lemak. Asam lemak digolongkan menjadi tiga yaitu berdasarkan panjang
rantai asam lemak, tingkat kejenuhan, dan bentuk isomer geometrisnya. Berdasarkan
panjang rantai asam lemak dibagi atas; asam lemak rantai pendek (short chain fatty acid
= SCFA) mempunyai atom karbon lebih rendah dari 8, asam lemak rantai sedang
mempunyai atom karbon 8 sampai 12 (medium chain fatty acid = MCFA) dan asam
lemak rantai panjang mempunyai atom karbon 14 atau lebih (long chain fatty acid =
LCFA). Semakin banyak rantai C yang dimiliki asam lemak, maka titik lelehnya semakin
tinggi. Berdasarkan tingkat kejenuhan asam lemak dibagi atas; asam lemak jenuh (SFA)
karena tidak mempunyai ikatan rangkap, asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA) hanya
memiliki satu ikatan rangkap dan asam lemak tak jenuh jamak (PUFA) memiliki lebih
dari satu ikatan rangkap. Semakin banyak ikatan rangkap yang dimiliki asam lemak,
maka semakin rendah titik lelehnya. Berdasarkan bentuk isomer geometrisnya asam
lemak dibagi atas asam lemak tak jenuh bentuk cis dan trans. Pada isomer geometris,
rantai karbon melengkung ke arah tertentu pada setiap ikatan rangkap. Bagian rantai
karbon akan saling mendekat atau saling menjauh. Jika saling mendekat disebut isomer
cis (berdampingan), dan apabila saling menjauh disebut trans (berseberangan). Asam
lemak alami biasanya dalam bentuk cis. Isomer trans biasanya terbentuk selama reaksi
kimia seperti hidrogenasi atau oksidasi. Titik leleh dari asam lemak tak jenuh bentuk
5
trans lebih tinggi dibanding asam lemak tak jenuh bentuk cis karena orientasi antar
molekul dengan bentuk cis yang membengkok tidak sempurna sedangkan asam lemak
tak jenuh trans lurus sama seperti bentuk asam lemak jenuh.
Berdasarkan pola distribusi lemak, obesitas terdiri dari : 1) Obesitas tubuh
bagian atas (upper body obesity). Kegemukan tipe ini ditandai dengan penumpukan
lemak yang berlebihan di bagian tubuh bagian atas, yaitu di sekitar dada, pundak, leher,
dan muka hingga menyerupai buah apel. Kegemukan tipe ini lebih banyak terjadi pada
pria dan wanita yang sudah mengalami menopouse. Lemak jenuh yang mengandung
sel-sel besar banyak menumpuk pada tipe android. Keadaan ini sejalan dengan
penelitian Vague, peneliti dari Perancis, yang mengemukakan bahwa tipe android ini
potensial berisiko lebih tinggi terhadap serangan penyakit yang berhubungan dengan
metabolisme lemak dan glukosa seperti penyakit gula, jantung koroner, stroke,
pendarahan otak, dan tekanan darah tinggi. Selain itu, kemungkinan untuk terserang
kanker payudara enam kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang mempunyai
berat tubuh normal. Namun, penderita kegemukan tipe ini masih memiliki segi yang
menguntungkan, yaitu lebih mudah menurunkan berat tubuh dibanding tipe ginoid.
Proses penurunan tersebut dapat terlihat nyata bila diikuti dengan diet dan olahraga
yang tepat. Melihat hal tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang pria kurus
dengan perut gendut lebih berisiko dibandingkan dengan pria yang lebih gemuk dengan
perut lebih kecil. Obesitas abnominal (tubuh bagian atas) biasanya terjadi pada pria. Hal
ini tampak dari perut yang membuncit dan celana berada di bawah pinggang. Obesitas
abnominal sangat berbahaya karena di perut terletak organ-organ tubuh sehingga
lemak ikut dalam proses metabolisme. 2) Obesitas tubuh bagian bawah (lower body
obesity). Tipe obesitas ini lebih banyak terjadi pada wanita sehingga sering disebut
“gynoid obesity”. Tipe obesitas ini berhubungan erat dengan gangguan menstruasi pada
wanita. Gemuk tipe ginoid ditandai dengan penimbunan lemak di bagian tubuh sebelah
bawah, yaitu sekitar perut, pinggul, paha, dan pantat. Kegemukan tipe ini banyak terjadi
pada wanita. Lemak penyebab kegemukan ini terdiri atas lemak tidak jenuh serta sel
lemak kecil dan lembek. Lemak dinyatakan tidak jenuh bila rantai karbon penyusun
lemak tersebut mempunyai ikatan rangkap. Dari segi kesehatan tipe ini lebih aman bila
dibandingkan dengan tipe android karena risiko kemungkinan terkena penyakit
degeneratif lebih kecil. Akan tetapi, lebih sukar menurunkan kelebihan berat tubuh
pada tipe ini karena lemak-lemak tersebut lebih sukar mengalami proses metabolisme.
6
Pengukuran obesitas terdiri dari pengukuran secara antropometrik dan
pengukuran secara labratorik. Pengukuran secara antropometrik terdiri dari :4,6 a)
Indeks Masa Tubuh (IMT), metode yang paling berguna dan banyak digunakan untuk
mengukur tingkat obesitas adalah BMI (Body Mass Index), yang didapat dengan cara
membagi berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan (meter). Nilai BMI yang
didapat tidak tergantung pada umur dan jenis kelamin. Keterbatasan BMI adalah tidak
dapat digunakan bagi anak-anak yang dalam masa pertumbuhan, wanita hamil, orang
yang sangat berotot, contohnya atlet. BMI dapat digunakan untuk menentukan seberapa
besar seseorang dapat terkena resiko penyakit tertentu yang disebabkan karena berat
badannya. Seseorang dikatakan obese dan membutuhkan pengobatan bila mempunyai
BMI di atas 30, dengan kata lain orang tersebut memiliki kelebihan BB sebanyak 20%.
Untuk mengetahui apakah seseorang mengidap obesitas atau tidak caranya cukup
mudah. Yaitu dengan mengukur Indeks Masa Tubuh (IMT). Ukuran IMT dihitung dari
berat badan (kg) dibagi menjadi tinggi badan dikuadratkan. (Perhitungan ini tidak
berlaku bagi atlet, ibu hamil dan anak-anak). IMT = BB (kg)/TB2(m2). Kisaran normal
IMT adalah 18-5 hingga 22,9 kg/m2. Lebih dari ukuran tersebut masuk kelompok
berisiko dan bila IMT ukurannya di atas 25 kg/m2 disebut sebagai obesitas. b) RLPP
(rasio lingkar pinggang dan pinggul), Lingkar pinggang adalah indikator untuk
menentukan obesitas abdominal yang diperoleh melalui hasil pengukuran panjang
lingkar yang diukur di antara crista illiaca dan costa XII pada lingkar terkecil, diukur
dengan pita meteran non elastis (ketelitian 1 mm). ukuran lingkar pinggang yang besar
berhubungan dengan peningkatan faktor risiko terhadap penyakit kardiovaskular
karena lingkar pinggang dapat menggambarkan akumulasi dari lemak intraabdominal
atau lemak visceral. Sebagai patokan, pinggang berukuran ≥ 90 cm merupakan tanda
bahaya bagi pria, sedangkan untuk wanita risiko tersebut meningkat bila lingkar
pinggang berukuran ≥ 80 cm. Lingkar panggul adalah indikator untuk menentukan
obesitas abdominal yang diperoleh melalui hasil pengukuran panjang lingkar yang
diukur pada lingkar maksimal dari pantat dan pada bagian atas simpysis ossis pubis.
Lingkar panggul yang besar (tanpa menilai IMT dan lingkar pinggang) memiliki risiko
diabetes melitus dan penyakit kardiovaskular yang lebih rendah. Rasio lingkar pinggang
terhadap panggul adalah indikator untuk menentukan obesitas abdominal yang
diperoleh dengan cara menghitung perbandingan antara lingkar pinggang (cm) dan
lingkar panggul (cm). World Health Organization (2000) secara garis besar menentukan
7
kriteria obesitas berdasarkan rasio lingkar pinggang panggul jika rasio lingkar pinggang
panggul pria > 0,90 dan pada wanita > 0,80. c) Indeks BROCCA, salah satu cara lain
untuk mengukur obesitas adalah dengan menggunakan indeks Brocca, dengan rumus
sebagai berikut :1 Rumus Brocca : BBI = [TB(cm)-100] - 100% (TB-100) Bila hasilnya :
<10% = Berat badan normal, 10%-20%= Kelebihan berat badan (Overweight), > 20% =
Kegemukan (Obesitas). d) Skin Fold Caliper, tebal lemak subkutan lipatan kulit dengan
menggunakan “Skin Fold Caliper” pada beberapa tempat, antara lain : triceps : diukur
lipatan kulit yang menggantung bebas anatara bahu dan siku. Dinyatakan obesitas bila
tebal lemak subkutan > 20 mm pada pria dan > 30 mm pada wanita. Biceps, skapula,
supra iliaka dan subkostal. Bila melebihi 1 standar deviasi setelah dibandingkan dengan
standar yang ada, dapat dinyatakan obesitas pengukuran dikeempat bagian tubuh ini
lebih dianjurkan ketimbang berat badan karena tidak dipengaruhi tinggi badan,
sehingga dapat memberi nilai untuk tiap umur dan jenis kelamin. e) Underwater weight,
merupakan pengukuran berat badan dilakukan di dalam air dan kemudian lemak tubuh
dihitung berdasarkan jumlah air yang tersisa.
Selain itu dapat juga dilakukan pengukuran secara laboratorik untuk mendukung
diagnosis obesitas yang terdiri dari :6 a) BOD POD, merupakan salah satu alat untuk
mengukur lemak dalam tubuh, yaitu berupa ruang berbentuk telur yang telah
dikomputerisasi. Setelah seseorang memasuki BOD POD, jumlah udara yang tersisa
digunakan untuk mengukur lemak tubuh. b) DEXA (dual energy X-ray absorptiometry)
Dual energy X-ray absoprtiometri adalah salah satu cara menentukan umla dan lokasi
lemak dalam tubuh yaitu dengan cara menyerupai skening tulang. Sinar X digunakan
untuk menentukan jumlah dan lokasi dari lemak tubuh. c) Bioelectric impedance
analysis (analisa tahanan bioelektrik), BIA ini juga merupakan salah satu cara
pengukuran obesitas yaitu dengan ara penderita berdiri di atas skala khusus dan
sejumlah arus listrik yang tidak berbahaya dialirkan ke seluruh tubuh lalu dianalisa.
Tabel : Perbandingan antara kriteria BMI menurut
WHO tradisional, IOTF-WHO 2000 dan Depkes RI
8
Tabel : Pengukuran lingkar lengan atas pada wanita usia subur (20-45th)
Dari anamnesis pada pasien ini ditemukan keluhan berat badan yang semakin
bertambah besar terutama bagian perut yang mengarah ke arah obesitas. Hal ini
kemudian didukung dengan pengukuran IMT dengan rumus BB (kg)/TB2(m2) dan
didapatkan 92kg dibagi (1,59)2m2 adalah 26,390 (WHO : Pre Obese, IOTF : Obese I,
Depkes RI : Gemuk). Pengukuran LLA 41 cm menunjukkan kriteria obesitas sangat berat
dan LP 133 cm menunjukkan resiko tinggi. Dan berdasarkan indeks broca : 159-100-
10% (159-100) = 53,1 kg 92kg (Obese karena >20% BBI).
Keluhan tidur mendengkur dan terkadang bangun di malam hari karena sesak
merupakan salah satu komplikasi dari obesitas yang dialami pasien.
Pasien juga mengeluh tulang belakang bagian bawah sakit kalau duduk terlalu
lama dan pernah dilakukan foto lumbosakral dengan kesan spondilosis lumbalis dan
penyempitan diskus dan foramen L5-S1 mendukung gambaran HNP. Spondilitis
lumbalis merupakan penyakit degeneratif pada korpus vertebra atau duskus
intervertebralis. Kondisi ini terjadi pada usia 30-45 tahun dan lebih banyak terjadi pada
wanita. Penyebab penyakit ini diantaranya disebabkan karena faktor usia dan obesitas.
9
Kelebihan berat badan menyebabkan tekanan tinggi pada diskus punggung bawah
sehingga menyebabkan HNP lumbal.6
Os juga mengatakan tidak mengalami menstruasi sejak hamil anak kedua. Siklus
menstruasi seorang perempuan sangat tergantung pada keseimbangan hormon
reproduksi yaitu progesteron dan estrogen. Kedua hormon tersebut diproduksi oleh
ovarium secara seimbang. Tetapi penumpukan lemak didalam tubuh diketahui memicu
ovarium lebih aktif memproduksi estrogen dibandingkan progesteron. Akibatnya
estrogen menjadi lebih banyak dan kedua hormon tersebut menjadi tidak seimbang.
Ketika tubuh seorang perempuan memiliki banyak estrogen, maka seluruh sistem
reproduksi melakukan penyesuaian, bereaksi seolah-olah sedang terjadi pembuahan.
Akibatnya tidak terjadi pelepasan sel telur dari ovarium. Padahal menstruasi baru akan
terjadi jika rahim menerima sel telur yang akan dibuahi. Selain itu, efek samping
beberapa obat dapat menyebabkan meningkatnya berat badan, misalnya obat
kontrasepsi.
Keluhan mual-mual yang dialami pasien disebabkan obesitas
meningkatkan refluks karena lemak perut memberikan tekanan pada lower esofageal
sfingter.
Orang dengan obesitas empat kali lebih beresiko menderita gangguan sendi
dalam hal ini osteoatritis dan gout. Pada pasien ini ditemukan peningkatan kadar asam
urat dalam darah yaitu 7.4 mg/dL dengan nilai normal 2.7-5.7 mg/dL dan penurunan
kadar kalsium 8.2 mL/dL dengan nilai normal 8.8-10.0 mL/dL. Sebenarnya yang
dimaksud dengan asam urat adalah asam yang berbentuk kristal-kristal yang
merupakan hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk turunan nukleoprotein), yaitu
salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel-sel tubuh. Secara
alamiah, purin terdapat dalam tubuh kita dan dijumpai pada semua makanan dari sel
hidup, yakni makanan dari tanaman (sayur, buah, kacang-kacangan) atau pun hewan
(daging, jeroan, ikan sarden). Jadi asam urat merupakan hasil metabolisme di dalam
tubuh, yang kadarnya tidak boleh berlebih.5 Setiap orang memiliki asam urat di dalam
tubuh, karena pada setiap metabolisme normal dihasilkan asam urat. Sedangkan
pemicunya adalah makanan dan senyawa lain yang banyak mengandung purin.
Sebetulnya, tubuh menyediakan 85 persen senyawa purin untuk kebutuhan setiap hari.
Ini berarti bahwa kebutuhan purin dari makanan hanya sekitar 15 persen. Konsumsi
jeroan memperberat kerja enzim hipoksantin untuk mengolah purin. Akibatnya banyak
10
sisa asam urat di dalam darahnya, yang berbentuk butiran dan mengumpul di sekitar
sendi sehingga menimbulkan rasa sangat sakit.6
Pada pemeriksaan USG abdomen didapatkan kesan fatty liver grade 1-2 dan
hepatomegali (mild 13,2cm). Terjadinya steatosis mereleksikan ketidakseimbangan
antara ambilan dan sintesis asam lemak oleh sel hati, serta ketidakseimbangan antara
oksidasi dan ekskresinya. Seperti halnya glukosa, asam lemak bebas yang tinggi dalam
darah kemudian diambil oleh hati sebagai sumber energi. Akan tetapi ambilan yang
berlebihan tidak mampu diimbangi, sehingga berakibat akumulasi lemak dalam sel hati.
Pada pasien ini disarankan untuk berjalan kaki, jogging, dan bersepeda yang
merupakan salah satu olah raga ringan namun tetap bisa memberikan dampak yang
positif terhadap penurunan berat badan karena selama berolah raga, tubuh
menggunakan lemak sebagai bahan bakar energi.
Selain itu diet rendah kalori 1200kkal dengan perhitungan Kebutuhan Kalori
Basal = 25kkal x Berat Badan Ideal = 25kkal x 53,1 = 1.327 kkal. Diet rendah kalori
terdiri dari 3 kategori, yaitu : 1) diet rendah kalori I yang mengandung energi sebesar
1.200 kkal. 2) diet rendah kalori II yang mengandung energi sebesar 1.500 kkal. 3) diet
rendah kalori III yang mengandung energi sebesar 1.700 kkal.
Tabel : Diet Rendah Kalori
Jenis Makanan
Diet 1700 Kalori Diet 1500 Kalori Diet 1200 Kalori
Jumlah
Kalori & Zat Gizi
Jumlah
Kalori & Zat Gizi
Jumlah
Kalori & Zat Gizi
Beras atau penggantinya
150 gr
Kalori: 1700
100 gr
Kalori: 1500 70 gr
Kalori: 1200
Daging atau penggantinya
150 gr
Protein: 75 gr
150 gr
Protein: 71 gr 100
Protein: 59 gr
11
Telur1 butir
Lemak: 48 gr
1 butir
Lemak: 48 gr
1 butir
Lemak: 35 gr
Tempe atau penggantinya
100 gr
Karbohidrat : 250 gr
100 gr
Karbohidrat : 206 gr
100 gr
Karbohidrat : 173 gr
Sayuran campur
400 gr
Kalsium: 0,6 gr
400 gr
Kalsium: 0,5 gr
400 gr
Kalsium: 0,5 gr
Buah400 gr
Zat Besi: 26,7 mg
400 gr
Zat Besi: 26,1 mg
400 gr
Zat Besi: 24,3 mg
Minyak1,5 sdm
Vit. A : 16.339 SI
1,5 sdm
Vit. A : 16.339 SI
1 sdm
Vit. A : 16.324 SI
Gula Pasir1,5 sdm
Tiamin : 1,1 mg
1 sdm
Tiamin : 1 mg –
Tiamin : 0,9 mg
Ringkasan
Telah dilaporkan seorang wanita 32 tahun datang ke Rumah Sakit Mardi Rahayu
dengan diagnosis obesitas. Diagnosis ini dibuat berdasarkan interpretasi dari
anamnesis pasien dimana terdapat keluhan badan semakin bertambah besar terutama
daerah perut, perut terasa tegang disertai mual-mual, riwayat menggunakan KB dan
tidak haid setelah melahirkan anak kedua serta nyeri tulang belakang jika duduk terlalu
lama dan mendengkur saat tidur sampai sesak napas. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan pengukuran IMT dengan rumus BB (kg)/TB2(m2) dan didapatkan 92kg
dibagi (1,59)2m2 adalah 26,390 (WHO : Pre Obese, IOTF : Obese I, Depkes RI : Gemuk).
Pengukuran LLA 41 cm menunjukkan kriteria obesitas sangat berat dan LP 133 cm
menunjukkan resiko tinggi. Dan berdasarkan indeks broca : 159-100-10% (159-100) =
53,1 kg 92kg (Obese karena >20% BBI). Pada pemeriksaan laboratorium
12
peningkatan kadar asam urat dalam darah yaitu 7.4 mg/dL dengan nilai normal 2.7-5.7
mg/dL dan penurunan kadar kalsium 8.2 mL/dL dengan nilai normal 8.8-10.0 mL/dL.
Pada pemeriksaan USG abdomen, didapatkan kesan fatty liver grade 1-2 dan
hepatomegali (mild 13,2cm), tak tampak ascites/efusi pleura/lymphadenopathy
paraaorta, tak tampak kelainan rektum/kolon, meteorismus. Pemeriksaan foto
lumbosakral didapatkan kesan spondilosis lumbalis dan penyempitan diskus dan
foramen L5-S1, mendukung gambaran HNP. Semua ini mengarah ke manifestasi
obesitas dan komplikasinya. Pada pasien ini disarankan untuk berolahraga dan diet
rendah kalori 1200kkal.
Daftar Pustaka
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III.
edisi 5. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI ; 2009
2. Santoso H. Obesitas. Dalam : Gaya Hidup Dan Penyakit Modern. Yogyakarta :
Penerbit Kanisius. 2008. h 67-76
3. Longo, Fauci, Kasper, dkk. Obesitas. Dalam : Harrison’s principles of internal
medicine. Edisi 18. McGraw Hill Professional. 2012. H 1609-32.
4. Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2004
5. Adi S. National Obesity Symposium II. Surabaya: Pusat Diabetes dan Nutrisi
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSUD Dr. Soetomo Surabaya;2003
6. Elvina. Kebutuhan Kalori Konsumsi Perhari. 2007. Available from
http://www.Indonesia.com/ intisari/tbl puasa.htm., accessed Desember 10, 2015.
7. Insel P, Turner RE, Ross D. Nutrition. Canada: Jones and Bartlett Publishers, Inc;
2000
8. Johanes W. Pengaruh Diet Rendah Kalori Seimbang Terhadap Komposisi Tubuh Dan
Kadar Leptin Serum Perempuan Obes. Tesis Program Studi Ilmu Gizi, Kekhususan
Ilmu Gizi Klinik. Program Pendidikan Pascasarjana Universitas Indonesia. 2003
13