nurha
TRANSCRIPT
-
8/2/2019 nurha
1/26
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangSel mengalami spesialisasi melalui proses diferensiasi yang berlangsung sejak
pembentukan sel dan jaringan sel masa janin. Proses ini disebut juga maturasi ( pematangan
sel ). Pada dasarnya terdapat tujuh fungsi sel yaitu : gerakan, konduksi, absorpsi metabolit,
sekresi, ekresi, perpirasi dan reproduksi. Sel otot misalnya memperlihatkan fungsi sel yang
lebih mengarah kepada fumgsi gerakan. Demikian pula halnya berturut-turut untuk sel saraf
pada fungsi konduksi, sel kelenjar (sel hati)pada fungsi sekresi, sel-sel tubuli ginjalpada
fungsi ekskresi dan sel alveoluspada fumgsi respirasi. Berbeda dari sel bakteri (mikro organisme pada umumnya) yang tergolong sel
prokariota maka sel-sel tubuh manusi tergolong eukariota. Sel eukariota ini memiliki 3
komponen penting yakni : membran plasma (dinding sel), sitoplasma serta elemen intra selyang disebut organel.
Nukleus sebagai inti sel mengandung kromosom merupakan komponen organel
terbesar dan biasannya terletak dipusat sel serta berfungsi pada pembelahan sel (mitosis dan
miosis) serta mengendalikan informasi genetik.bagian-bagian penting organel yang lain yakni :
Retikulum endoplasma berfungsi untuk sintesis protein Badan Golgi berfungsi untuk pemecahan protein Lisosom penghasil enzim untuk fungsi pencernaan intra sel (mencerna zat zat nutrien asam
amino, glukosa dan lemak). Pada saat terjadinya injuri pada sel, enzim-enzim lisosom ini
akan terurai dan mengakibatkan kerusakan sel. Mitokondria berfungsi untuk membentuk energi (ATP).B. Tujuan1. Untuk memenuhi tugas IDK V2. Untuk mengetahui definisi Patofisiologi dan cedera sel3. Untuk mengetahui adaptasi dan kematian selC. Perumusan dan Pembatasan masalah1.
Bagaimana patofisiologi sel
2. Bagaiman terjadinya cedera dan kematian sel
BAB IIPEMBAHASAN
A. Definisi Patofisiologi
-
8/2/2019 nurha
2/26
Patofisiologi adalah ilmu yang mempelajari gangguan fungsi pada organisme yang
sakit meliputi asal penyakit, permulaan perjalanan dan akibat. Penyakit adalah suatu kondisi
abnormal yang menyebabkan hilangnya kondisi normal yang sehat. Ditandai oleh tanda dan
gejala, perubahan secara spesifik oleh gambaran yang jelas morfologi dan fungsi dsb.B. Stimulus Penyebab Cidera Sel terhadap sel:1. Kerusakan biokimia, terjadi perubahan kimia dari salah satu reaksi metabolisme atau lebih di
dalam sel.2. Kelainan fungsi, ( missal kegagalan kontraksi, sekresi sel atau lainnya)3. Perubahan morfologis sel.yg menyertai kelainan biokimia dan kelainan fungsi.
Tetapi saat ini masih ditemukan sel secara fungsional terganggu namun secara morfologis
tidak memberikan petunjuk adanya kerusakan. Apabila sebuah stimulus menyebabkan cedera sel maka perubahan yang pertama kali
terjadi adalah terjadinya kerusakan biokimiawi yang mengganggu proses metabolisme. Sel
bisa tetap normal atau menunjukkan kelainan fungsi yang diikuti dengan perubahan
morfologis. Gangguan fungsi tersebut bisa bersifat reversibel ataupun ireversibel sel
tergantung dari mekanisme adaptasi sel. Cedera reversibel disebut juga cedera subletal dan
cedera ireversibel disebut juga cedera letal.
a) Cedera sel revesibel Pada awalnya cedera bermanifestasi sebagai perubahan fungsional dan marfologi yang
reversibel jika rangsangan yang merusak dihentikan. Tanda utama cedera reversiber adalah
berkurangnya fosforilasioksidatif, deplesi adenosin trifospat (ATP) dan pembekakan sel
akibat perubahan konsentrasi ion dan influs air.b) Cedera irevesibel dan kematian sel.
Jika kerusakan berlanjut cedera menjadi irevesibel, ketika sel tidak lagi mampu memulihkan
dirinya. Sel yang menderita cedera irevesibel mengalami perubahan marfologi yang dikenal
dengan kematian sel.
C. Cedera Selulera) Adaptasi Sel Terhadap Cedera
Sel adalah unit struktural dan fungsional terkecil dari tubuh manusia. Kerusakan pada
sel dapat berlanjut menjadi kerusakan jaringan, kerusakan jaringan dapat berlanjut kepada
kerusakan organ dan kerusakan organ dapat berakhir pada kegagalan sistem tubuh dalam
-
8/2/2019 nurha
3/26
menjalankan fungsinya. Akibat yang fatal adalah kematian. Kerusakan sel dapat terjadi pada
berbagai organel sel, tetapi yang palingsering mengalami kerusakan adalah:1. Membran sel2. Mitokondria3. Nukleus4. Sitoskeletonb) Penyebab Cedera Sel
Sel dapat cedera akibat berbagai stresor. Cedera terjadi apabila stresor tersebut melebihi
kapasitas adaptif sel. Stresor penyebab cedera sel adalah sebagai berikut :
c) Subseluler
terhadap cederaSel sebagai suatu kesatuan tetapi keadaan-keadaan tertentu dilaporkan berkaitan
dengan perubahan tersendiri di organel sel atau sitoskeleton. Sebagian perubahan ini terjadi
bersama dengan perubahan yang terjadi pada cedera letal akut, sebagian lainnya
mencerminkan bentuk-bentuk cedera sel yang kronik. Sementara yang lain lagi merupakan
respon adaptip yang berfungsi untuk mempertahankan homeostasis.d) Mekanisme Cedera Sel Akibat Iskemia
Iskemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan suplai oksigen terhadap
suatu jaringan atau organ tertentu. Iskemia dapat disebabkan oleh oklusi (bendungan)
terhadap aliran darah misal karena aterosklerosis, trombus atau emboli dan spasme
pembuluh darah. Iskemia merupakan penyebab cedera sel yang paling sering terjadi. Iskemia
pada suatu organ menyebabkan terjadinya hipoksia pada sel selnya, karena sel mengalami
-
8/2/2019 nurha
4/26
penurunan suplai oksigen sehingga menyebabkan metababolisme di dalam sel berubah
anaerob.Akibatnya terjadi penurunan produksi ATP sebagai sumber energi terhadap berbagai
aktifitas sel, termasuk didalammya adalah penurunan energi untuk aktifitas transport aktif.
transport aktif menggerakan pompa natrium memompa natrium dari intrasel ke luar sel,
karena adanya penurunan sumber energi untuk menggerakkan pompa natrium maka terjadi
kelebihan ion natrium di dalam sel. Sebagai dampak kelebihan ion natrium intraselular ini
terjadi pemindahan air dari ekstrasel ke dalam intrasel sehingga terjadilah penumpukan
cairan dalam sel/udem sel (pembengkakan seluler). Pada kondisi ini sitoplasma secara
mikroskopik akan tampak pucat. Apablia kondisi berlangsung terus menerus organela-organela dapat mengalami
pembengkakan, termasuk retikulum endoplasma. Bila penyebab keadaan ini segera teratasi
maka sel akan berangsur kepada fungsi dan struktur semula, akan tetapi kalau faktor penyebabnya tidak hilang dan terus menerus (persisten) terjadi kondisi yang kekurangan
oksigen maka bisa terjadi penurunan fungsi mitokondria dan organela lain seperti retikulum
endoplasma yang mensintesa protein dan lipid untuk regenerasi membran sel. Kerusakan
membran sel juga terjadi karena tidak berfungsinya pompa kalsium juga menyebabkan
kalisum bebas masuk ke intrasel dan mengaktifkan enzim phospolipase sehingga
mengakibatkan kerusakan membran sel.Selain hal tersebut di atas, iskemia menyebabkan metabolisme anaerob. Dampak
negatif metabolisme anaerob adalah penumpukan asam laktat intrasel, selanjutnya
menurunkan pH cairan intrasel dan mengganggu proses kerja dari enzim-enzim intrasel.D. Jenis Cedera Sel1. Cedera Subletal
Cedera subletal terjadi bila sebuah stimulus menyebabkan sel cedera dan
menunjukkan perubahan morfologis tetapi sel tidak mati. Perubahan subletal ini bersifat
reversibel dimana bila stimulusnya dihentikan maka sel akan kembali pulih seperti
sebelumnya. Cedera subletal ini disebut juga proses degeneratif. Perubahan degeneratif lebih
sering mengenai sitoplasma, sedangkan nukleus tetap dapat mempertahankan integritasnya.Bentuk perubahan degeneratif yang paling sering terjadi adalah akumulasi cairan di dalam
sel akibat gangguan mekanisme pengaturan cairan. Biasanya disebabkan karena
berkurangnya energi yang digunakan pompa natrium untuk mengeluarkan natrium dari
intrasel. Sitoplasma akan terlihat keruh dan kasar (degenerasi bengkak keruh). Dapat juga
terjadi degenerasi lebih berat yaitu degenerasi lemak atau infiltrasi lemak dimana terjadi
penumpukan lemak intrasel sehingga inti terdesak ke pinggir. Jaringan akan bengkak dan
-
8/2/2019 nurha
5/26
bertambah berat dan terlihat kekuning-kuningan. Misalnya perlemakan hati (fatty liver) pada
keadaan malnutrisi dan
2. Cedera Letale) Bila stimulus yang menyebabkan sel cedera cukup berat dan berlangsung lama serta melebihi
kemampuan sel untuk beradaptasi maka akan menyebabkan kerusakan sel yang bersifat
ireversibel (cedera sel) yang berlanjut kepada kematian sel.
a) Mekanisme Adaptasi Sel1. Adaptasi Terhadap Peningkatan Beban Kerja Sel.
http://3.bp.blogspot.com/_0OOQOqD3ODk/SsiIdnD6peI/AAAAAAAAATw/BZYWaTsRF_k/s1600-h/letal+injury.bmphttp://3.bp.blogspot.com/_0OOQOqD3ODk/SsiHWAJ09rI/AAAAAAAAATo/n60S7EAPAwQ/s1600-h/subletal+injury.bmp -
8/2/2019 nurha
6/26
2. Adaptasi Terhadap Penurunan Beban Kerja Sel.
Berdasa rkan 2
bagan di
atas
maka
dapat
disimpul
kan bahwa sel beradaptasi terhadap cedera ada 3 cara yaitu :1. Menambah atau mengurangi ukuran sel (hipertrofi dan atrofi).2. Menambah atau mengurangi jumlah sel (hiperplasia dan involusi).3. Merubah ukuran sel (metaplasia).E. Injury pada sel ( CEDERA SEL )
Injury pada sel terjadi apabila sel tidak dapat mempertahankan keadaan homeostatis.
Kondisi ini bisa bersifat kembali pulih (normal) lagi nantinya yang disebut reversible, tetapi
bisa pula mengakibatkan kematian sel (bila bersifat irreversible). Penyebabnya biasanya
berupa kekurangan oksigen,radikal bebas,bahan-bahan kimia yang bersifat racun (toksik),
infeksi,respon radang/imun, faktor genetik, kekurangan nutrisi,ataupun trauma fisik lainnya seperti suhu,ekstrim,radiasi. Pada kerusakan sel/jaringan akibat radiasi,terjadi kerusakan
pada DNA sel.penyebabnya antara lain pada tindakan penyinaran termasuk diagnostik.
Dalam kaitan ini, maka faktor yang berpengaruh adalah dosis,durasi atau lamanya terkena
sinar radiasi dan kepekaan sel terhadap sinar (yang sifatnya individual). Mengingat kepekaan
sel/jaringan yang terkena radiasi adalah sel yang sering mengalami mitosis, maka prinsip ini
dimanfaatkan dalam radiotherapy yakni pengoatan kanker dengan sinar radiasi. Secara
-
8/2/2019 nurha
7/26
biokimiawi terdapat empat cara kerusakan sel /jaringan yakni melalui berkurangnya ATP,
berkurangnya O2(radikal bebas tanpa O2),berkurangnya kalsium intrasel atau terdapat
defek(gangguan) pada membran sel.Dalam keadaan normal,sel hidup, tumbuh dan berkembang. Bila timbul perubahan
perubahan dari kondisi normal ini,maka dalam batas
batas tertentu sel dan jaringan tubuh
dapat beradaptasi dalam memelihara keseimbangan. Perubahan perubahan yang terjadi
diluar dari perubahan yang tersebut diatas termasuk dalam perubahan patologik. Ciri-ciri
perubahan patologik tersebut beraneka ragam, namun dapat digolongkan kedalam dua
golongan besar yakni :1. Perubahan perubahan yang berciri retrogesif (kemunduran).2. Perubahan perubahan yang berciri progresif ( proses pertumbuhan dan perkembangan).a) Jenis Injury ( TRAUMA ) Pada Sel.
Injury (cidera) terjadi bila sel gagal mempertahankan homeostatis. Kondisi ini bisa bersifat kembali pulih (normal) lagi nantinya yang disebut reversible,tetapi bisa
pula mengakibatkan kematian sel (bila bersifat irreversible). Injury bisa disebabkan oleh: Hipoksia, radikal bebas atau bahan kimia yang brsifat toksik, infeksi, radang, reaksi
imun, faktor genetik, kekurangan imun atau trauma oleh berbagai sebab.Yang berperan
adalah gangguan pada produksi ATP, oedem sel, dan alat-alat penting dalam sel.Pada hipoksia biasanya terjadi menyusul iskemia (kekurangan darah ke jaringan hingga
suplai oksigen dan nutrient berkurang). Radikal bebas menyebabkan ikatan kimia tertentu
yang meracuni sel. Injury pada sel dan jaringan akibat trauma ( perlukaan) merupakan
masalah kesehatan penting dan terdapat di seluruh ras manusia. Jenis- jenis luka (bisa luka
oleh benda tumpul, benda tajam atau energi mekanis kepada bagian tubuh), yang
menyebabkan luka memar, lecet, luka iris, atau luka tembak. Penyebab yang umum adalah :
luka benda tumpul ,termasuk kecelakaan lalu lintas dan jatuh.b) Jenis-jenis luka Kotusio (darah tertimbun dibawah kulit = Hematoma) Luka abrrasio( luka lecet,permukaan kulit tergesek pada obyek trauma) Laserasi ( luka iris/luka tembak)
Pada luka tembak dalamnya melebihi panjang luka. Luka tembak bisa berupa luka tembusatau tidak tembus. Yang penting adalah membedakan luka masuk dan luka keluar pada luka
tembak.a. Injury akibat asfiksia , menyebabkan sel gagal menerima dan memakai oksigen. Terdapat 4
(empat) kategori, yakni bekam,cekik,racun kimia dan tenggelam.b. Sesudah terjadi injury akan timbul reaksi radang dan imunitas. Bisa juga infeksi dengan
akibat gangguan biokimiawi yang merusak sel normal.
-
8/2/2019 nurha
8/26
c. Gangguan genetik akan merubah inti sel,serta struktur lain.d. Kelaparan menyebabkan gangguan fungsi dan struktur.e. Penyebab fisik pada injury terdiri dari : perubahan suhu,tekanan atmosfir,radiasi,iluminasi
atau stress mekanis (contoh pada pekerja Sawmill) dan bunyi. Memang dipahami bahwa sel dan jaringan tubuh selama fase
kehidupannya mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan,akan tetapi selain itu juga
mengalami proses kemunduran (degeneratif).F. Kematian Sel ( NEKROSIS)
Nekrosis dapat mengenai seluruh tubuh tapi dapat pula setempat,dalam jaringan
bahkan pada sel - sel tertentu saja. Bila kematian sel/jaringan terjadi pada tubuh yang hidup
disebut nekrosis,dan dikenali karena nampak perubahan perubahan tertentu. antara lain
tak nampak segar lagi tapi opaque(keruh),keabu-abuan(makroskopis),hal ini bergantung pada jenis jaringan. Pada gambaran mikroskopis jaringan nekrotik berwarna kemerahan
dan tak mengambil zat warna HE ( sering pucat & tak nyata ). Jaringan nekrotik
merangsang jaringan sehat sekitar sehingga ada batas hiperkemik yang dikelilingi sel sel
radang. Perubahan terutama terjadi pada inti sel. Hal ini berbeda dengan degenerasi dimana
perubahan tampak pada sitoplasma. Sebab sebab terjadinya nekrosis adalah sebagai
berikut :a. Iskemia terjadi akibat suplai O2 & nutrient terhenti. Misalnya pada penyumbatan pembuluh
darah, selanjutnya terbentuk thrombus dan seterusnya.b. Toksin bakteri ( terutama yang virulen, baik yang endotoksin/eksotoksin) akan merusak
dinding kapiler dan terbentuk thrombosis.c. Agen kimia, bisa eksogen /endogen. Bahkan natrium & glukose yang normal ada di dalam
tubuh tapi bila kadarnya berlebih dapat menimbulkan nekrosis, karena adanya gangguan
keseimbangan osmotik pada sel. Manifestasi hal ini bergantung kadar bahan kimia dan sifat
macam macam jaringan.d. Trauma oleh suhu ekstrim,arus listrik,sinar matahari dan radiasi. Disini terjadi gangguan
biokimia dalam protoplasma dan inti sel.e.
Hipersensitif (allergi)
Jenis jenis nekrosis :
N. koagulatif (akibat kurangnya suplai darah) N.koliquatif (oleh enzimenzim lytic pada jaringan otak ) N.kaseosa ( keju) oleh kuman TB Gangren( iskemi disertai hadirnyaa banyak bakteri saprofit)
-
8/2/2019 nurha
9/26
Tinjauan Teoritis Cedera Kepala Sedang
1. Definisi
Cedera Kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai
perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak (Muttaqin,2008).
Cedera Kepala adalah kerusakan otak akibat perdarahan atau pembengkakan otak sebagai respon
terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial (Smeltzer, 2000 : 2210).
Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak, atau otak
yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala (Suriadi dan
Rita juliani, 2001).
Cedera Kepala sedang adalah suatu trauma yang menyebabkan Kehilangan kesadaran dan
amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam dapat mengalami fraktur tengkorak denganGCS 9-12.
2. Etiologi
a. Trauma tumpul
Kecepatan tinggi : tabrakan motor dan mobil Kecepatan rendah : terjatuh atau dipukul
b. Trauma tembus
luka tembus peluru dari cedera tembus lainnya
(Mansjoer, 2000:3)
c. Jatuh dari ketinggian
d. Cedera akibat kekerasan
e. Cedera otak primer
adanya kelainan patologi otak yang timbul segera akibat langsung dari trauma. Dapat terjadi memar
otak dan laserasif. cedera otak sekunder
kelainan patologi otak disebabkan kelainan biokimia metabolisme, fisiologi yang timbul setelah
trauma.
3. Patofisiologi
-
8/2/2019 nurha
10/26
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat terpenuhi. Energi yang
dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai
cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan
gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak
tidak boleh kurang dari 20 mg %, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25
% dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 %
akan terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses
metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat,
hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal
ini akan menyebabkan asidosis metabolik.
Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF) adalah 50 60 ml / menit / 100 gr. jaringan otak,
yang merupakan 15 % dari cardiac output.
Trauma kepala meyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas atypical-myocardial,
perubahan tekanan vaskuler dan udem paru. Perubahan otonom pada fungsi ventrikel adalah
perubahan gelombang T dan P dan disritmia, fibrilasi atrium dan vebtrikel, takikardia.
Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana penurunan tekanan
vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi . Pengaruh persarafan simpatik
dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar.
4. Tanda dan Gejala
a. Keadaan kulit kepala dan tulang tengkorak.
Trauma kepala tertutup Trauma kepala terbuk
b. Trauma pada jaringan otak
Konkosio : di tandai adanya kehilangan kesadaran sementara tanpa adanya kerusakan jaringanotak, terjadi edema serebral.
Kontosio : di tandai oleh adanya perlukaan pada permukaan jaringan otak yang menyebabkanperdarahan pada area yang terluka, perlukaan pada permukaan jaringan otak ini dapat terjadi
pada sisi yang terkena ( coup) atau pada permukaan sisi yang berlawanan (contra coup).
Laserasi : ditandai oleh adanya perdarahan ke ruang subaraknoid, ruang epidural atausubdural.Perdarahan yang berasal dari vena menyebabkan lambatnya pembentukan hematome,
karena rendahnya tekanan. Laserasi arterial ditandai oleh pembentukan hematome yang cepat
karena tingginya tekanan.
c. Hematom epidural.
-
8/2/2019 nurha
11/26
Perdarahan anatara tulang tengkorak dan duramater.
Lokasi tersering temporal dan frontal.
Sumber : pecahnya pembuluh darah meningen dan sinus venosus.
Katagori talk and die.
Gejala : (manifestasi adanya proses desak ruang).
Penurunan kesadaran ringan saat kejadian periode Lucid (beberapa menit beberapa jam) -
penurunan kesadaran hebat koma, deserebrasi, dekortisasi, pupil an isokor, nyeri kepala hebat,
reflek patologik positip.
d. Hematom subdural.
Perdarahan antara duramater dan arachnoid. Biasanya pecah vena akut, sub akut, kronis. Akut :
- Gejala 24 48 jam.
- Sering berhubungan dnegan cidera otak & medulla oblongata.
- PTIK meningkat.
- Sakit kepala, kantuk, reflek melambat, bingung, reflek pupil lambat.
Sub Akut :- Berkembang 7 10 hari, kontosio agak berat, adanya gejal TIK meningkat kesadaran
menurun.
Kronis :- Ringan , 2 minggu 3 4 bulan.
- Perdarahan kecil-kecil terkumpul pelan dan meluas.
- Gejala sakit kepala, letargi, kacau mental, kejang, disfagia.
e. Hematom intrakranial.
Perdarahan intraserebral 25 cc atau lebih.
Selalu diikuti oleh kontosio.
-
8/2/2019 nurha
12/26
Penyebab : Fraktur depresi, penetrasi peluru, gerakan akselerasi deselerasi mendadak.
Herniasi merupakan ancaman nyata, adanya bekuan darah, edema lokal.
Pengaruh Trauma Kepala :
Sistem pernapasan Sistem kardiovaskuler. Sistem Metabolisme.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. CT-Scan (dengan/ tanpa kontras)
mengidentifikasi adanya hemoragik, menentukan ukuran ventrikuler, pergeseran jaringan otak.
b. Aniografi Cerebral
Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan otak akibat edema,
perdarahan, trauma
c. X-Ray
Mengidentifikasi atau mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis
(perdarahan/ edema)
d. AGD (Analisa Gas Darah)
Mendeteksi ventilasi atau masalah pernapsan (oksigenisasi) jika terjadi peningkatan intrakranial
e. Elektrolit
Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebgai akibat peningkatan tekanan intrakranial
6. Penatalaksanaan Medis
Konservatif:
Bedrest total Pemberian obat-obatan Observasi tanda-tanda vital (GCS dan tingkat kesadaran)
Obat-obatan :
Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai dengan beratringanya traumTerapi hiperventilasi (trauma kepala berat), untuk mengurnagi vasodilatasi.
-
8/2/2019 nurha
13/26
Pengobatan anti edema dnegan larutan hipertonis yaitu manitol 20 % atau glukosa 40 % ataugliserol 10 %.
Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisillin) atau untuk infeksi anaerob diberikanmetronidasol.
Makanan atau cairan, Pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak dapat diberikan apa-apa,hanya cairan infus dextrosa 5 %, amnifusin, aminofel (18 jam pertama dari terjadinya
kecelakaan), 2 3 hari kemudian diberikan makanan lunak.
Pada trauma berat. Karena hari-hari pertama didapat penderita mengalami penurunan kesadarandan cenderung terjadi retensi natrium dan elektrolit maka hari-hari pertama (2-3 hari) tidak terlalu
banyak cairan. Dextosa 5 % 8 jam pertama, ringer dextrosa 8 jam kedua dan dextrosa 5 % 8 jam
ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah makanan diberikan melalui nasogastric tube
(2500 3000 TKTP). Pemberian protein tergantung nilai ure nitrogen
Pembedahan.7. Jomplikasi
a. Cedera otak sekunder akibat hipoksia dan hipotensi
b. Edema Cerebral : Terutama besarnya massa jaringan di otak di dalam rongga tulang tengkorak
yang merupakan ruang tertutup.
c. Peningkatan tekanan intrakranial : terdapat perdarahan di selaput otak
d. infeksi
e. hidrosefalus
8. Prognosis
Tingkat kecelakaan di jalan raya di dunia berdasarkan laporan WHO mencapai 1, 2 juta korban
meninggal dan lebih dari 30 juta korban luka-luka/cacat akibat kecelakaan lalu lintas per tahun
(2.739 jiwa dan luka-luka 63.013 jiwa per hari)
Cedera kepala bertanggung jawab atas separuh kematian karena cedera. Ditemukan pada 75%
korban tewas karena kecelakaan lalu-lintas, untuk setiap kematian terdapat dua kasus dengan cacat
tetap, biasanya sekunder terhadap cedera kepala
B. Tinjauan Teoritis Asuhan keperwatan Cedera Kepala Sedang
1. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan.
Tanda : Perubahan kesalahan, letargi, hemisparase, quadriplegia, ataksia cara berjalan tak tegap,
masalah dalam keseimbangan, cedera (trauma) ortopedi, kehilangan tonus otot, otot spastik.
-
8/2/2019 nurha
14/26
b. Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah atau normal (Hipertensi), perubahan frekuensi jantung
(bradikardia, takikardia, yang diselingi dengan bradikardia, distritmia).
c. Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis).
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, Delirium, Agitasi, bingung, depresi dan impulsif.
d. Eliminasi
Gejala : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi.
e. Makanan/Cairan
Gejala : Mual/muntah dan mengalami perubahan selera.
Tanda : Muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, air liur keluar, dispagia),
berkeringat, penurunan berat badan, penurunan massa otot/lemak subkutan.
f. Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, Amnesia seputar kejadian, Vertigo, Sinkope, tinnitus,
kehilangan pendengaran, tingling, baal pada ekstrimitas, perubahan pola dalam penglihatan sepertiketajamannya, diplopia, kehilangan sebagian lapang pandang, fotofobia, gangguan pengecapan dan
penciuman
Tanda : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental, perubahan pupil
(respon terhadap cahaya simetris/deviasi pada mata, ketidakmampuan mengikuti).
Kehilangan pengindraan seperti pengecapan, penciuman dan pendengaran, wajah tidak simetris,
genggaman lemah, tidak seimbang, reflex tendon dalam tidak ada atau lemah, apraksia,
quadriplegia, kejang, sangat sensitif terhadap sentuhan dan gerakan, kehilangan sensasi sebagian
tubuh.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya lama.
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri yang hebat, gelisah tidak dapat
beristirahat, merintih.
h. Pernafasan
Tanda : Perubahan pola nafas (apnoe yang diselingi oleh hiperventilasi), nafas berbunyi stridor,
tersedak, ronkhi, mengi positif. (kemungkinan adanya aspirasi).
i. Keamanan
Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan.
Tanda : Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan.
Kulit : laserasi, abrasi, perubahan warna, seperti raccoon eye tanda battle disekitar telinga
(merupakan tanda adanya trauma), adanya aliran (drainage) dari telinga/hudung (CSS), gangguan
kognitif, gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, kekuatan secara umum mengalami pralisis,
demam dan gangguan dalam regulasi suhu tubuh.
j. Interaksi Sosial
Tanda : Afasia motorik atau sensorik, berbicara tanpa arti, bicara berulang-ulang, disartria.
k. Penyuluhan/pembelajaran
-
8/2/2019 nurha
15/26
Gejala : Penggunaan alkohol atau obat lain.
Rencana pemulangan : membutuhkan bantuan pada perawatan diri, ambulasi, transportasi,
menyiapkan makan, belanja, perawatan, pengobatan, tugas-tugas rumah tangga, perubahan tata
ruang, dan pemanfaatan fasilitas lainnya di rumah sakit.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang biasanya muncul adalah:
a. Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di otak.
b. Tidakefektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan penumpukan sputum.
c. Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak
d. Keterbatasan aktifitas sehubungan dengan penurunan kesadaran (soporos coma)
e. Resiko tinggi gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi, tidak adekuatnya
sirkulasi perifer.
3. Intervensi Keperawatan
Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan depresi pada pusat napas di otak.
Tujuan :
Mempertahankan pola napas yang efektif melalui ventilator.
Kriteria evaluasi :
Penggunaan otot bantu napas tidak ada, sianosis tidak ada atau tanda-tanda hipoksia tidak ada dan
gas darah dalam batas-batas normal.
Rencana tindakan :
Hitung pernapasan pasien dalam satu menit. pernapasan yang cepat dari pasien dapatmenimbulkan alkalosis respiratori dan pernapasan lambat meningkatkan tekanan Pa Co2 dan
menyebabkan asidosis respiratorik.
Cek pemasangan tube, untuk memberikan ventilasi yang adekuat dalam pemberian tidal volume. Observasi ratio inspirasi dan ekspirasi pada fase ekspirasi biasanya 2 x lebih panjang dari
inspirasi, tapi dapat lebih panjang sebagai kompensasi terperangkapnya udara terhadap
gangguan pertukaran gas.
Perhatikan kelembaban dan suhu pasien keadaan dehidrasi dapat mengeringkan sekresi / cairanparu sehingga menjadi kental dan meningkatkan resiko infeksi.
Cek selang ventilator setiap waktu (15 menit), adanya obstruksi dapat menimbulkan tidakadekuatnya pengaliran volume dan menimbulkan penyebaran udara yang tidak adekuat.
Siapkan ambu bag tetap berada di dekat pasien, membantu membarikan ventilasi yang adekuatbila ada gangguan pada ventilator.
Tidak efektifnya kebersihan jalan napas sehubungan dengan penumpukan sputum.
-
8/2/2019 nurha
16/26
Tujuan :
Mempertahankan jalan napas dan mencegah aspirasi
Kriteria Evaluasi :
Suara napas bersih, tidak terdapat suara sekret pada selang dan bunyi alarm karena peninggian
suara mesin, sianosis tidak ada.
Rencana tindakan :
1. Kaji dengan ketat (tiap 15 menit) kelancaran jalan napas. Obstruksi dapat disebabkanpengumpulan sputum, perdarahan, bronchospasme atau masalah terhadap tube.
2. Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi dada (tiap 1 jam ). Pergerakan yang simetris dansuara napas yang bersih indikasi pemasangan tube yang tepat dan tidak adanya penumpukan
sputum.
3. Lakukan pengisapan lendir dengan waktu kurang dari 15 detik bila sputum banyak. Pengisapanlendir tidak selalu rutin dan waktu harus dibatasi untuk mencegah hipoksia.
4. Lakukan fisioterapi dada setiap 2 jam. Meningkatkan ventilasi untuk semua bagian paru danmemberikan kelancaran aliran serta pelepasan sputum.
Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan udem otak
Tujuan :
Mempertahankan dan memperbaiki tingkat kesadaran fungsi motorik.
Kriteria hasil :
Tanda-tanda vital stabil, tidak ada peningkatan intrakranial.
Rencana tindakan :
1) Monitor dan catat status neurologis dengan menggunakan metode GCS.
Refleks membuka mata menentukan pemulihan tingkat kesadaran.
Respon motorik menentukan kemampuan berespon terhadap stimulus eksternal dan indikasi
keadaan kesadaran yang baik.
Reaksi pupil digerakan oleh saraf kranial oculus motorius dan untuk menentukan refleks batang
otak.
Pergerakan mata membantu menentukan area cedera dan tanda awal peningkatan tekanan
intracranial adalah terganggunya abduksi mata.
2) Monitor tanda-tanda vital tiap 30 menit.
Peningkatan sistolik dan penurunan diastolik serta penurunan tingkat kesadaran dan tanda-tanda
peningkatan tekanan intrakranial. Adanya pernapasan yang irreguler indikasi terhadap adanya
peningkatan metabolisme sebagai reaksi terhadap infeksi. Untuk mengetahui tanda-tanda keadaan
syok akibat perdarahan.
-
8/2/2019 nurha
17/26
3) Pertahankan posisi kepala yang sejajar dan tidak menekan.
Perubahan kepala pada satu sisi dapat menimbulkan penekanan pada vena jugularis dan
menghambat aliran darah otak, untuk itu dapat meningkatkan tekanan intrakranial.
4) Hindari batuk yang berlebihan, muntah, mengedan, pertahankan pengukuran urin dan
hindari konstipasi yang berkepanjangan.
Dapat mencetuskan respon otomatik penngkatan intrakranial.
5) Observasi kejang dan lindungi pasien dari cedera akibat kejang.
Kejang terjadi akibat iritasi otak, hipoksia, dan kejang dapat meningkatkan tekanan intrakrania.
6) Berikan oksigen sesuai dengan kondisi pasien.
Dapat menurunkan hipoksia otak.
7) Berikan obat-obatan yang diindikasikan dengan tepat dan benar (kolaborasi).
Membantu menurunkan tekanan intrakranial secara biologi / kimia seperti osmotik diuritik untukmenarik air dari sel-sel otak sehingga dapat menurunkan udem otak, steroid (dexametason) untuk
menurunkan inflamasi, menurunkan edema jaringan. Obat anti kejang untuk menurunkan kejang,
analgetik untuk menurunkan rasa nyeri efek negatif dari peningkatan tekanan intrakranial. Antipiretik
untuk menurunkan panas yang dapat meningkatkan pemakaian oksigen otak.
Keterbatasan aktifitas sehubungan dengan penurunan kesadaran (soporos coma )
Tujuan :
Kebutuhan dasar pasien dapat terpenuhi secara adekuat.
Kriteria hasil :
Kebersihan terjaga, kebersihan lingkungan terjaga, nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan,
oksigen adekuat.
Rencana Tindakan :
1) Berikan penjelasan tiap kali melakukan tindakan pada pasien.
Penjelasan dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan kerja sama yang dilakukan pada
pasien dengan kesadaran penuh atau menurun.
2) Beri bantuan untuk memenuhi kebersihan diri.Kebersihan perorangan, eliminasi, berpakaian, mandi, membersihkan mata dan kuku, mulut, telinga,
merupakan kebutuhan dasar akan kenyamanan yang harus dijaga oleh perawat untuk
meningkatkan rasa nyaman, mencegah infeksi dan keindahan.
3) Berikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan.
-
8/2/2019 nurha
18/26
Makanan dan minuman merupakan kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi untuk menjaga
kelangsungan perolehan energi. Diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien baik jumlah, kalori, dan
waktu.
4) Jelaskan pada keluarga tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga lingkungan yang aman
dan bersih.
Keikutsertaan keluarga diperlukan untuk menjaga hubungan klien keluarga. Penjelasan perlu agar
keluarga dapat memahami peraturan yang ada di ruangan.
5) Berikan bantuan untuk memenuhi kebersihan dan keamanan lingkungan.
Lingkungan yang bersih dapat mencegah infeksi dan kecelakaan.
Kecemasan keluarga sehubungan keadaan yang kritis pada pasien.
Tujuan :
Kecemasan keluarga dapat berkurang
Kriteri evaluasi :
Ekspresi wajah tidak menunjang adanya kecemasan
Keluarga mengerti cara berhubungan dengan pasien
Pengetahuan keluarga mengenai keadaan, pengobatan dan tindakan meningkat.
Rencana tindakan :
1. Bina hubungan saling percaya.
Untuk membina hubungan terpiutik perawat keluarga.
Dengarkan dengan aktif dan empati, keluarga akan merasa diperhatikan.
2. Beri penjelasan tentang semua prosedur dan tindakan yang akan dilakukan pada pasien.
Penjelasan akan mengurangi kecemasan akibat ketidak tahuan.
3. Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertemu dengan klien.
Mempertahankan hubungan pasien dan keluarga.
-
8/2/2019 nurha
19/26
4. Berikan dorongan spiritual untuk keluarga.
Semangat keagamaan dapat mengurangi rasa cemas dan meningkatkan keimanan dan
ketabahan dalam menghadapi krisis.
Resiko tinggi gangguan integritas kulit sehubungan dengan immobilisasi, tidak adekuatnya
sirkulasi perifer.
Tujuan :
Gangguan integritas kulit tidak terjadi
Rencana tindakan :
1. Kaji fungsi motorik dan sensorik pasien dan sirkulasi perifer untuk menetapkan kemungkinanterjadinya lecet pada kulit.
2. Kaji kulit pasien setiap 8 jam : palpasi pada daerah yang tertekan.3. Berikan posisi dalam sikap anatomi dan gunakan tempat kaki untuk daerah yang menonjol.4. Ganti posisi pasien setiap 2 jam5. Pertahankan kebersihan dan kekeringan pasien : keadaan lembab akan memudahkan
terjadinya kerusakan kulit.
6. Massage dengan lembut di atas daerah yang menonjol setiap 2 jam sekali.7. Pertahankan alat-alat tenun tetap bersih dan tegang.8. Kaji daerah kulit yang lecet untuk adanya eritema, keluar cairan setiap 8 jam.9. Berikan perawatan kulit pada daerah yang rusak / lecet setiap 4 8 jam dengan menggunakan
H2O2.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). Philadelpia,
F.A. Davis Company.
Long; BC and Phipps WJ (1985) Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process
Approach St. Louis. Cv. Mosby Company.
Asikin Z (1991) Simposium Keperawatan Penderita Cedera Kepala. Panatalaksanaan Penderita
dengan Alat Bantu Napas, Jakarta.
Harsono (1993) Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada University Press
-
8/2/2019 nurha
20/26
CEDERA DAN KEMATIAN SEL
Organisasi Selluler
Sel merupakan struktur terkecil organisme yang dapat mengatur aktivitas kehidupan sendiri
Sel terdiri: membran plasma, sitoplasma, nukleus dan nukleoplasma
Didalam sitoplasma terdapat organel dengan fungsi spesifik
Fungsi Organel
Membran plasma: memberi bentuk sel, melekatkan sel pada sel lain.
Fungsi membran plasma sebagai:
Pintu gerbang transport selektif makanan dan produk buangan ke dalam dan ke luar sel
Membangkitkan potensial membran
Bekerja sebagai saluran komunikasi untuk kontrol sinyal dari sekitar tubuh
Nukleus mengandung genom DNA, yang mengkode (memberi perintah) untuk sintesa protein
Retikulum endoplastik dan Aparatus Golgi bersama sama mensintesa protein dibawah kontrol RNA
didalam ribosom, menurut perintah DNA
Mitokondria tempat metabolisme sel, merubah makanan menjadi ATP
Lisosom tempat sintesa enzim pencernakan
Cara Cedera Sel
Kekurangan oksigen (hipoksia)
Kekurangan zat makanan penting
Agent fisik (trauma, panas, dingin, radiasi, listrik)
Agent kimia dan obat-obatan
Agent (biologi) infektius
Reaksi imunologik
Kelainan genetik
Sel yang CederaEfek pertama sel yang cedera adalah: lesi biokimia yaitu perubahan reaksi kimia / metabolik
didalam sel
Kerusakan biokimia dapat menyebabkan gangguan fungsi sel (fisiologi)
Kelainan biokimia dan fungsional dapat menyebabkan perubahan morfologik (anatomi)
Serangan pada sel tidak selalu mengakibatkan gangguan fungsi, umumnya ada mekanisme adaptasi
-
8/2/2019 nurha
21/26
seluler terhadap stimulus
Misal otot yang mendapat tekanan adaptasinya hipertropi (misal pada hipertensi pembesaran
jantung)
Perubahan pada sel yang mengalami cedera awalnya biokimia fungsional (fisiologi) morfologik
(lesi)
Perubahan Morfologik Sel Cedera Subletal
Jika sel diserang tetapi tidak mati (sub letal) sering terjadi perubahan morfologik yang reversibel
Jika stimulus hilang sel dapat kembali sehat, jika stimulus tidak hilang sel akan mati
Perubahan subletal pada sel secara alami disebut: degeneratif
Kematian Selluler
Jika pengaruh buruk pada sel hebat dan berlangsung lama
sel tidak mampu lagi beradaptasi
proses ireversibel kematian sel (nekrosis)
Nekrosis adalah kematian sel ireversibel yang terjadi ketika sel cedera berat dalam waktu lama
dimana sel tidak mampu beradaptasi lagi atau memperbaiki dirinya sendiri (hemostasis)
Inti sel yang mengalami penghancuran progresif urutanya adalah:
Piknosis inti sel menyusut, batas tidak teratur, berwarna gelap (inti piknotik)
Karioreksis inti hancur, membentuk fragmen kromatin yang menyebar (inti kariorektik)
Kariolisis inti tidak dapat diwarnai, dan inti hilang
Macam Nekrosis
Nekrosis koagulatif: sel nekrotik bentuknya tetap, akibat sel litik dihambat kondisi lokal pada
jantung, ginjal,
Nekrosis liquefaktif: sel nekrosik mengalami pencairan akibat kerja enzim pada otak dan medulla
spinalis
Nekrosis kaseosa: sel nekrotik hancur, tetapi pecahanya tetap berada disekitarnya pada paru
Gangren: nekrosis koagulatif akibat kekurangan aliran darah dan disertai tumbuhnya bakteri safrofityang berlebihan (gangren kering pada tungkai, gangren basah pada usus)
Nekrosis lemak enzimatis (pankreatik) nekrosis terjadi akibat enzim pankreas mengalir diluar
duktus pada pankreas
Indikator Nekrosis
Hilangnya fungsi organ
-
8/2/2019 nurha
22/26
Peradangan disekitar nekrosis
Demam
Malaise
Lekositosis
Peningkatan enzim serum
Kematian Somatik
Kriteria kematian somatik adalah:
Terhentinya fungsi sirkulasi secara ireversibel (denyut jantung),
Terhentinya fungsi pernafasan dan
Terhentinya fungsi otak (tidak ada reflek batang otak)
Perubahan post mortem: rigor mortis (kekakuan) livor mortis (warna ungu kebiruan) algor
mortis (pendinginan),
autolisis (pencairan)
Peradangan
Peradangan atau inflamasi adalah reaksi lokal pada vaskuler dan unsur unsur pendukung jaringan
terhadap cedera yang mengakibatkan pembentukan eksudat kaya protein
Peradangan merupakan respon protektif sistem imune non spesifik yang bekerja untuk melokalisasi,
menetralisir atau menghancurkan agent pencedera dalam persiapan untuk proses penyembuhan
Tanda Peradangan
Rubor (kemerahan) akibat hiperemia atau kongesti
Kalor (panas) akibat lebih banyak darah
Dolor (nyeri) akibat perubahan pH, kadar ion, toksin yang merangsang saraf, juga pembengkakan
Tumor (pembengkakan) kumpulan darah dan cairan eksudat
Fungsio lesa (hilangnya fungsi) bengkak, nyeri dan perubahan lingkungan
Aspek Cairan pada peradangan
Eksudasi: aliran cairan yang cepat melalui dinding pembuluh darah ke jaringan yang mengalami
peradangan.Sistem limfatik membuang segala kelebihan cairan yang tersisa didalam ruang interstitial
Aspek Seluler pada peradangan
Marginasi (pavementing): akibat aliran darah lambat dan viskositas yang tinggi, leukosit bergerak
kebagian perifer dari arus (menempel pada dinding vaskuler)
Emigrasi atau diapedesis: gerak leukosit keluar dari pembuluh darah melewati celah antara dua
-
8/2/2019 nurha
23/26
endotel, dengan pseudopodia
Kemotaksis: gerakan leukosit menuju sasaran karena sinyal kimia
Media Peradangan
Sel yang terlibat dalam proses peradangan adalah: leukosit fagositik (neutrofil atau PMN, makrofag
atau eosinofil) trombosit dan limfosit
Keluarnya sel dari pembuluh darah: neutrofil (PMN) mendominasi pada awal pembentukan eksudat,
kemudian didominasi sel makrofag (monosit)
Limfosit dan sel plasma ditemukan dalam peradangan kronis
Respon peradangan dibawah kendali mediator peradangan:
Histamin: meningkatkan permiabilitas vaskuler
Faktor Hageman (dalam plasma):Memulai mekanisme koagulasi instrinsik yang menimbulkan bekuan darah fibrin
Mengaktifasi sistem fibrinolisin mencairkan bekuan darah
Mengaktivasi sistem kalikrein-kinin menyebabkan pelepasan bradikinin (vasodilasi dan peningkatan
permiabilitas)
Komponen sistem komplemen sebagai agen kemotaktik, opsonin (meningkatkan fagositosis),
anafilatoksin (pelepasan histamin meningkatkan permiabilitas vaskuler)
Mediator kimia asam arakhidonat: prostaglandin, tromboksan, leukotrien
Pola Peradangan
Peradangan akut: fase eksudasi aktif
Peradangan subakut: ada bukti awal perbaikan disertai eksudasi
Peradangan kronis: ada bukti perbaikan yang sudah lanjut disertai eksudasi
Eksudat serosa: eksudat non seluler (protein)
Transudat: pengumpulan cairan bukan karena radang
Eksudat Fibrinosa: eksudat non seluler yang banyak fibrinogenEksudat Musinosa atau kataral: eksudat non seluler bukan dari aliran darah (ingus)
Eksudat seluler: PMN
Pus: PMN (hidup dan mati, hancur), jaringan yang mencair dan tercerna, cairan eksudat dan bakteri
penyebab.
Abses: supurasi lokal dalam jaringan padat (lubang berisi nanah), merupakan lesi yang sulit diatasi
-
8/2/2019 nurha
24/26
oleh tubuh, terus membesar dengan pencairan jaringan dan berusaha membentuk lubang
Pada abses obat tidak dapat menembus dinding perlu eksisi
Abses pada paru lubang menembus pleura emfiema
Sinus: saluran yang menghubungkan abses dengan permukaan
Fistula: saluran abnormal yang menghubungkan dua organ atau lumen organ berongga dan
permukaan tubuh
Furunkel (bisul): peradangan supuratif di folikel rambut
Karbunkel: peradangan supuratif subkutan
Flegmonus atau selulitis: peradangan supuratif yang meluas secara difus melalui jaringan
Penyembuhan Luka
Resolusi: proses penyembuhan normal yaitu jaringan diperbaiki dengan sel jenis yang sama(regenerasi) atau penggantian jaringan parut atau keduanya
Penyembuhan primer: penyembuhan dengan jaringan parut minimal, biasanya pada luka insisi bedah
(tepi rata)
Penyembuhan sekunder: penyembuhan dengan banyak jaringan parut, pada luka dengan tepi kasar
dan bercelah
Luka insisi
Perdarahan, hemostasis, pembentukan bekuan-permukaan jadi kering, membentuk keropeng
Respon peradangan akut
Kontraksi tepi luka
Debridemen pembersihan darah dan debris lain oleh fagosit
Stadium organisasi atau proliferasi, membentuk jaringan granulasi untuk mengisi luka
Maturasi kolagen dan kontraksi parut
Remodeling parut
Faktor Pemicu Penyembuhan Luka
Suply darah yang baik kedaerah cederaUsia muda (anak-anak sembuh lebih cepat)
Nutrisi yang baik (protein, vit C, Zenk)
Pendekatan tepi luka yang baik
Fungsi lekosit serta respon peradangan yang normal
Penyembuhan luka terganggu:
-
8/2/2019 nurha
25/26
Pemberian kortikosteroid menghambat proses peradangan
Adanya benda asing
Jaringan nekrotik atau infeksi pada luka
Insisi dan drainase abses atau debridemen luka mempercepat penyembuhan
Komplikasi Penyembuhan Luka
Proud flesh: jaringan parut yang menonjol diatas permukaan luka
Keloid: jaringan parut yang meluas melebihi batas luka asli
Kontraktur luka: jaringan parut yang mengkerut, mengganggu gerak sendi
Neuroma traumatik: serat saraf perifer yang bergenerasi dan terperangkap dalam jaringan parut
Dehiscene: terpisahnya atau terbukanya luka pembedahan
Eviserasi: pecahnya hingga terbukanya luka abdomen yang disertai keluarnya usus
Hernia insisional: menonjolnya organ atau jaringan parut pada bekas luka
-
8/2/2019 nurha
26/26
http://nursebawel.blogspot.com/2010/08/cedera-dan-kematian-sel.html
http://nersfauziyahva.blogspot.com/2011/09/bab-i-
pendahuluan.htmlJUMAT, 30 SEPTEMBER 2011
http://nursebawel.blogspot.com/2010/08/cedera-dan-kematian-sel.htmlhttp://nursebawel.blogspot.com/2010/08/cedera-dan-kematian-sel.htmlhttp://nersfauziyahva.blogspot.com/2011/09/bab-i-pendahuluan.htmlhttp://nersfauziyahva.blogspot.com/2011/09/bab-i-pendahuluan.htmlhttp://nersfauziyahva.blogspot.com/2011/09/bab-i-pendahuluan.htmlhttp://nersfauziyahva.blogspot.com/2011/09/bab-i-pendahuluan.htmlhttp://nersfauziyahva.blogspot.com/2011/09/bab-i-pendahuluan.htmlhttp://nursebawel.blogspot.com/2010/08/cedera-dan-kematian-sel.html