novella - skenario 3

37
Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit Menular serta Gizi Buruk Novella Iona Tiffany NIM : 102011356 Email : [email protected] Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Alamat Korespondensi : Jalan Arjuna Utara no. 6. Jakarta 11510 Pendahuluan Besarnya masalah kesehatan di Indonesia seperti masih tingginya angka kematian yang disebabkan oleh penyakit – penyakit yang ada di masyarakat baik itu penyakit yang menular maupun penyakit yang tidak menular, yang dimana merupakan salah satu program wajib dari puskesmas untuk memberantas penyakit tersebut serta puskesmas juga memperdayakan masyarakat untuk ikut serta dalam memberantas penyakit menular dan tidak menular dengan membentuk kader-kader kesehatan yang membantu petugas kesehatan di posyandu. Beberpa penyakit yang masih banyak di Indonesia yaitu ISPA, diare, TBC, penyakit kulit, gizi buruk,dll. Tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui penanggulangan penyakit menular dan tidak menular dalam hal ini penyakit menular berupa ISPA,TBC,diare dan penyakit kulit sedangkan penyakit yang tidak menular yaitu Gizi buruk. Pembahasan Pelayanan Kesehatan Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan 1

Upload: novella-iona-tiffany

Post on 11-Nov-2015

257 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

tt

TRANSCRIPT

Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit Menular serta Gizi BurukNovella Iona TiffanyNIM : 102011356Email : [email protected] Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaAlamat Korespondensi : Jalan Arjuna Utara no. 6. Jakarta 11510

PendahuluanBesarnya masalah kesehatan di Indonesia seperti masih tingginya angka kematian yang disebabkan oleh penyakit penyakit yang ada di masyarakat baik itu penyakit yang menular maupun penyakit yang tidak menular, yang dimana merupakan salah satu program wajib dari puskesmas untuk memberantas penyakit tersebut serta puskesmas juga memperdayakan masyarakat untuk ikut serta dalam memberantas penyakit menular dan tidak menular dengan membentuk kader-kader kesehatan yang membantu petugas kesehatan di posyandu. Beberpa penyakit yang masih banyak di Indonesia yaitu ISPA, diare, TBC, penyakit kulit, gizi buruk,dll. Tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui penanggulangan penyakit menular dan tidak menular dalam hal ini penyakit menular berupa ISPA,TBC,diare dan penyakit kulit sedangkan penyakit yang tidak menular yaitu Gizi buruk.PembahasanPelayanan KesehatanPuskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat diwilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Dengan kata lain puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.. wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Selain itu puskesmas juga sebagai pemberi pelayanan kesehatan berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Didalam puskesmas terdapat 4 azas yang harus diikuti yaitu pertama, azas pertanggung jawaban wilayah artinya apabila terjadi masalah kesehatan diwilayah kerjanya maka, puskesmaslah yang bertanggung jawab untuk mengatasinya. Kedua, azas peran serta masyarakat yaitu puskesmas harus memandang masyarakt sebagain subyek yang pembangun kesehatan, sehingga puskesmas bukan hanya bekerja untuk mereka tetapi juga bekerja bersama masyarakat. Ketiga, azas keterpaduan yaitu puskesmas melaksanakan kegiatan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya harus bekerja sama dengan berbagai pihak. Dan keempat, azas rujukan yaitu bila puskesmas tidak mampu mengatasi masalah kesehatan karena berbagai keterbatasan.1Puskesmas sendiri mempunyai 3 fungsi umum yaitu menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan, memberdayakan masyarakat dan memberdayakan keluarga dan memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Namun di jaman sekarang puskesmas bisa mengembangkan inovasi program sesuai dengan situasi, kondisi, kultur budaya setempat. Program kesehatan Puskesmas dapat dibedakan menjadi program kesehatan wajib dan program kesehatan pengembangan.

Tabel 1.Program Kesehatan Dasar Puskesmas.1,2Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) ,KBANC (Antenatal Care), PNC (Post Natal Care), Pertolongan Persalinan, Rujukan Ibu Hamil Risiko Tinggi, Pelayanan Neonatus, KemitraanDukun Bersalin, Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), ImunisasiKeluarga berencana (KB) : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), Imunisasi Calon Pengantin (TT Catin), Pelayanan KB Pasangan Usia Subur (PUS), Penyuluhan KB.

Program Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)Surveilens Terpadu Penyakit (STP), Pelacakan Kasus: TBC, Kusta, DBD, Malaria, Flu Burung, Infeksi Saluran Peranafasan Akut (ISPA), Diare, Infeksi Menular Seksual (IMS), Penyuluhan Penyakit Menular.

Program Perbaikan GiziPenimbangan Bayi Balita, Pelacakan dan Perawatan Gizi Buruk, Stimulasi dan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak, Penyuluhan Gizi,Pemantauan Status Gizi (PSG),Distribusi Vit A/Fe/Cap Yodium.

PengobatanPengobatan Dalam Gedung : Poli Umum, Poli Gigi (Rawat Jalan), Apotek,, Unit Gawat Darurat (UGD), Perawatan Penyakit (Rawat Inap), Pertolongan Persalinan (Kebidanan)Pengobatan Luar Gedung : Rujukan Kasus, Pelayanan Puskesmas Keliling (Puskel).

Selain program wajib tiap puskesmas diperkenankan untuk mengembangkan program lain sesuai dengan situasi, kondisi, masalah dan kemampuan puskesmas. Langkah-langkah perencanaan upaya kesehatan pengembangan yang dilakukan oleh Puskesmas mencakup hal-hal sebagai berikut :1,2a. Identifikasi upaya kesehatan pengembangan Langkah pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi upaya kesehatan pengembangan yang akan diselenggarakan oleh Puskesmas. Identifikasi ini dilakukan berdasarkan ada tidaknya masalah kesehatan yang terkait dengan setiap upaya kesehatan pengembangan tersebut. Apabila Pusksmas memiliki kemampuan, identifikasi masalah dilakukan bersama masyarakat melalui pengumpulan data secara langsung di lapangan. Tetapi apabila kemampuan pengumpulan data bersama masyarakat tersebut tidak dimiliki oleh Puskesmas, identifikasi dilakukan melalui kesepakatan kelompok oleh petugas Puskesmas dengan mengikutsertakan Badan Penyantun Puskesmas. Tergantung dari kemampuan yang dimiliki, jumlah upaya kesehatan pengembangan yang terpilih dapat lebih dari satu. Disamping itu identifikasi upaya kesehatan pengembangan dapat pula memilih upaya yang bersifat inovatif yang tidak tercantum dalam daftar upaya kesehatan Puskesmas yang telah ada, melainkan dikembangkan sendiri seuai dengan masalah dan kebutuhan masyarakat serta kemampuan Puskesmas. b. Menyusun usulan kegiatan Langkah kedua yang dilakukan oleh Puskesmas adalah menyusun usulan kegiatan yang berisikan rincian kegiatan, tujuan, sasaran, besaran kegiatan (volume), waktu, lokasi serta perkiraan kebutuhan biaya untuk setiap kegiatan. rencana yang telah disusun tersebut diajukan dalam bentuk matriks. Penyusunan rencana pada tahap awal pengembangan program dilakukan melalui pertemuan yang dilaksanakan secara khusus bersama dengan BPP dan Dinas kesehatan kabupaten/kota dalam bentuk musyawarah masyarakat. Penyusunan pada tahap pelaksanaan tahun berikutnya dilakukan secara terintegrasi dengan penyusunan rencana upaya kesehatan wajib. c. Mengajukan usulan kegiatan Langkah ketiga yang dilakukan oleh Puskesmas adalah mengajukan usulan kegiatan ke Dinas kesehatan kabupaten/kota untuk pembiayaannya. Usulan kegiatan tersebut dapat pula diajukan ke BPP atau pihak-pihak lain. Apabila diajukan ke pihak-pihak lain, usulan kegiatan harus dilengkapi dengan uraian tentang latar belakang, tujuan serta urgensi perlu dilaksanakannya upaya pengembangan tersebut. d. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatanLangkah keempat yang dilakukan oleh Puskesmas adalah menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang telah disetujui oleh Dinas kesehatan kabupaten/kota atau penyandang dana lain (Rencana Kerja Kegiatan/Plan of Action) dalam bentuk matriks (Gantt Chart) yang dilengkapi dengan pemetaan wilayah (mapping). penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara terpadu dengan penyusunan rencana pelaksanaan upaya kesehatan wajib.Untuk dapat melakukan semua program puskesmas tersebut maka puskesmas harus mempunyai manajemen yang baik antra lain harus adanya planning(perencanaan), organizing(pengorganisasian), actuating(penggerakan), dan controlling(pemantauan).1,2Puskesmas dari Segi MasyarakatSalah satu fungsi umum dari puskesmas yaitu meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam hal ini masalah kesehatan. Dalam hal ini Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat Depkes RI membentuk sebuah kader yang adalah warga masyarakat setempat yng dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela. Tujuan pembentukan kader dalam rangka menyukseskan pembangunan nasional, khususnya dibidang kesehatan, bentuk pelayanan kesehatan diarahkan pda prinsip bahwa masyarakt bukanlah sebagai objek tetapi merupakn subjek pembangunan itu sendiri. Kegiatan kegiatan pokok yang perlu diketahui oleh dokter, kader, dan semua pihak dalam rangka melaksanakan kegiatan baik yang menyangkut di dalam maupun diluar salah satunya adalah posyandu. Dalam hal iniyang dilakukan kader di posyandu adalah melakukan pendaftaran, menimbang bayi dan balita serta mencatat hasil penimbangan, memberikan penyuluhan, memberi dan membantu pelayanan. Selain itu kegiatan kader diluar posyandu adalah mengajakn ibu ibu untuk datang pada hari kegiatan posyandu.1,3Problem Solving CyclePendekatan integral dan komprehensif dalam penyusunan rencana dan program. Membantu memberikan pemahaman situasi dan masalah yang dihadapi. Pertama kita melakukan analisis situasi terlebih dahulu. Analisis situasi adalah kegiatan mengumpulkan dan memahami informasi tentang situasi yang berguna untuk menetapkan masalah. Tujuan dari analasis situasi ini untuk memahami maslah kesehatan secara jelas dan spesifik, mempermudah penentuan prioritas dan mempermudah penentuan alternative pemecahan masalah.4,5,6 Analisis situasi kesehatan meliputi analisis status kesehatan, analisis aspek kepnedudukan, analisa pelayanan / upaya kesehatan, analisa perilaku kesehatan, analisa lingkungan.Analisa status kesehatan akan menjelaskan masalah kesehatan apa yang dihadapi Analisis ini akan menghasilkan ukuran-ukuran Status kesehatan secara kuantitatif, penyebaran masalah menurut kelompok umur penduduk, menurut tempat dan waktu.4,5,6Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan epidemologis Ukuran yang digunakan adalah angka kematian (mortalitas) dan angka kesakitan (morbiditas). Dalam menetapkan prioritas masalah ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan, yakni besarnya masalah yang terjadi,pertimbangan politik,persepsi masyarakat, bisa tidaknya masalah tersebut diselesaikan. Pemilihan prioritas masalah secara sederhana dibedakan menjadi 2 macam yaitu scoring teknik atau dengan non scoring teknik.Pemilihan prioritas maslaah dengan scoring teknik dilakukan dengan memberikan score (nilai) untuk berbagai parameter tertentu yang telah ditetapkan.Non scoring teknik dilakukan dengan memilih prioritas masalah dengan mempergunakan berbagai parameter, dilakukan bila tersedia data yang lengkap, bila tidak tersedia data, maka cara menetapkan prioritas masalah yang lazim digunakan adalah Delphi technique dan Delbeq Technique. Langkah selanjutnya adalah pemilihan prioritas jalan keluar yaitu dengan menggunakan kriteria matriks ada 2 kriteria yaitu efektivitas jalan keluar (prioritas jalan keluar adalah nilai efektifitasnya paling tinggi), dan efisiensi jalan keluar (nilai efisien ini biasanya dikaitkan dengan biaya (cost) yang diperlukan untuk melaksanakan jalan keluar).4,5,6 Setelah itu kegiatan selanjutnya dari Problem Solving Cycle adalah uji lapangan untuk menentukan jalan keluar yang diatas kertas baik. Kegiatan terakhir yang harus dilaksanakan pada penetapan prioritas jalan keluar adalah menyusun uraian rencana prioritas jalan keluar selengkapnya. Untuk ini uraikanlah semua unsur rencana sebagaimana telah dikemukakan, sehingga dapat dihasilkan suatu rencana yang lengkap.Langkah-langkah dan kegiatan menetapkan prioritas masalah saling terkait dengan langkah-langkah dan kegiatan menetapkan prioritas jalan keluar. 4,5,6 Tujuan khusus dalam evaluasi program adalah memberikan informasi yang dapat digunakan untuk menilai tercapai tidaknya tujuan umum dan jika tidak mengapa hal itu terjadi, atau jika tercapai dalam kondisi yang bagaimana dan dengan biaya berapa. Evaluasi memberikan informasi bagi pembuat kebijakan dan keputusan.4,5,6 Secara umum evaluasi dibagi menjadi evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif disebut juga evaluasi proses sedangkan evaluasi sumatif untuk melihat apakah tujuan dari program terlaksana.4,5,6

Pendekatan Epidemiologi Tentang peristiwa timbul nya penyakit banyak teori yang pernah di kemukakan. Gordon dan Le Richt pada tahun tahun 1950 menyebutkan bahwa timbul atau tidaknya penyakit pada manusia di pengaruhi oleh tiga faktor utama yakni.7Penjamu (host), yang di maksud dengan faktor penjamu ialah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya serta perjalanan suatu penyakit. Faktor tersebut banyak macam antara lain faktor keturunan dalam dunia kedokteran di kenal pelbagai macam penyakit yang dapat di turunkan seperti misalnya penyakit alergis, kelainan jiwa dan beberapa jenis penyakit kelainan darah. Mekanismes pertahan tubuh secara umum dapat dibedakan atas dua macam yakni pertahanan tubuh umum dan pertahanan tubuh khusus. Jika kedua mekanisme pertahanan tubuh ini baik tentu dalam batas-batas tertentu berbagai jenis penyakit akan dapat di atasi. Umur, pada saat ini banyak di kenal penyakit tertentu yang hanya menyerang golongan umur tertentu saja. Misalnya penyakit campak, polio, dan dipteri yang banyak di temukan pada anak-anak. Jenis kelamin, beberapa penyakit tertentu di temukan hanya pada jenis kelamin tertentu saja, misalnya tumor prostat yang di temukan pada laki-laki sedangkan tumor leher rahim di temukan pada wanita. Ras, beberapa ras tertentu di duga lebih sering menderita beberapa penyakit tertentu seperti hemopili yang banyak di temukan pada orang barat. Status perkawinan, sering disebutkan bahwa para jejaka ternyata mempunyai resiko kecelakaan yang lebih tinggi dari pada yang telah berkeluarga. Pekerjaan, para manajer yang memimpin suatu perusahaan lebih sering menderita penyakit ketegangan jiwa dari pada bawahan atau karyawan lainnya. Kebiasaan-kebiasaan hidup contoh nya seseorang yang terbiasa hidup kurang bersih tentu nya lebih mudah terkena penyakit infeksi dari pada sebaliknya.7 Bibit penyakit (agent), yang di maksud dengan bibit penyakit ialah suatu substansi atau elemen tertentu yang kehadiran atau ketidak hadirannya dapat menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit. Substansi dan elemen yang di maksud banyak macam, yang secara sederhana dapat di kelompokan dalam lima macam yakni, golongan nutrient ialah zat gizi yang di btuhkan oleh tubuh untuk melangsungkan fungsi kehidupan. Zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh itu dibedakan atas 6 macam yakni karbohidrat, putih telur, lemak, vitamin, mineral dan air. Jika seseorang mengalami kekurangan dan atau kelebihan zat gizi ini akan timbulah penyakit. Golongan kimia, adalah pelbagai zat kimia yang ditemukan dialam dan atau zat kimia yang dihasilkan oleh tubuh. Sebenarnya golongan nutrient termasuk dalam golongan kimia namun karena zat gizi menempati peranan sendri dalam kesehatan maka pembicaraan nya sering dipisahkan. Apabila tubuh terkena dan atau kemasukan zat kimia tertentu seperti logam berat, gas beracun atau debu akan dapat menimbulkan beberapa penyakit tertentu. Golongan fisik. Seperti suhu yang terlalu tinggi atau rendah, suara yang terlalu bising, kelembaban udara, tekanan udara, radiasi atau trauma mekanis dapat menimbulkan pelbagai macam penyakit. Peranan nya dalam menimbulkan penyakit pada umumnya jika berada dalam keadaan yang luar biasa, baik dari sudut jumlah (kuantitas) ataupun dari sudut mutu (kualitas). Golongan mekanik sering di golongkan pula kedalam golongan fisik. Jika ingin dibedakan ialah karena pada golongan mekanik unsure campur tangan manusia lebih banyak di temukan seperti misalnya kecelakaan di jalan raya, pukulan dan lain sebagainya yang seperti ini. Golongan biologik, penyebab penyakit yang termasuk golongan biologik dapat berupa jasat renik (mikro organisme) dan atau yang bukan jasat renik baik yang berasal dari hewan (flora) dan ataupun yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (fauna). Contohnya ialah metazoan (arthropoda dan helminthes), protozoa, bakteri, riketsia, virus dan jamur. 7 Lingkungan (environment), yang di maksud dengan lingkungan adalah agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu organisasi. Secara umum lingkungan ini di bagi menjadi lingkungan fisik dan lingkungan non fisik. Lingkungan fisik ialah lingkungan alamiah yang terdapat disekitar manusia. Lingkungan fisik ini banyak macam, misalnya cuaca, musim, keadaan geografis dan struktur geologi. Sedangkan lingkungan non fisik ialah lingkungan ynag muncul sebagai akibat adannya interaksi antara manusia. Kedalam lingkungan non fisik ini termasuk faktor sosial budaya, norma, nilai dan adat istiadat. Peranan lingkungan dalam menyebabkan timbul atau tidak nya penyakit dapat bermacam-macam. Salah satu diantara nya ialah sebagai reservoir bibit penyakit. Adapun yang di maksud dengan reservoir ialah tempat hidup yang di pandang sesuai bagi bibit penyakit. 7Epidemiologi Penyakit MenularYang dimaksud dengan penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan (berpindah dari orang yang satu ke orang yang lain, baik secara langsung maupun melalui perantara). Penyakit menular ini ditandai dengan adanya agen atau penyebab penyebab penyakit yang hidup dan dapat berpindah.8 a. Agen-agen infeksi(Penyebab Infeksi)Makhluk hidup sebagai pemegang peranan penting di dalam epidemiologi yang merupakan penyebab penyakit dapat dikelompokkan menjadi :1) Golongan virus, misalnya influenza, trachoma, cacar, dan sebagainya.2) Golongan riketsia, misalnya: tifus.3) Golongan bakteri, misalnya disentri.4) Golongan protozoa, misalnya malaria, filarial, schicostoma, dan sebagainya.5) Golongan jamur yakni bermacam-macam panu, kurap, dan sebagainya.6) Golongan cacing, yakni bermacam-macam cacing perut seperti ascaris (cacing gelang) , cacing kremi, cacing pita, dan sebagainya.Agar agent atau penyebab penyakit menular ini tetap hidup (survive), maka perlu persyaratan-persyaratan sebagai berikut:1) Berkembang baik2) Bergerak atau berpindah dari induk semang3) Mencapai induk semang baru4) Menginfeksi induk semang baru tersebutKemampuan agent penyakit ini untuk tetap hidup pada lingkungan manusia adalah suatu faktor penting dalam epidemiologi infeksi. Setiap bibit penyakit( penyebab penyakit) mempunyai habitat sendiri-sendiri, sehingga ia dapat tetap hidup. Dari sini timbul istilah reservoir, yang diartikan sebagai berikut 1) Habitat, tempat bibit penyakit tersebut hidup dan berkembang, 2) survival, tempat bibit penyakit tersebut sangat tergantung pada habitat, sehingga ia dapat tetap hidup. Reservoir tersebut dapat berupa manusia, binatang, atau benda-bena mati.8Reservoir di dalam manusiaPenyakit-penyakit yang mempunyai reservoir dalam tubuh manusia antara lain, campak(measless), cacar air(small pox), tifus(typhoid), meningitis, gonoirhoea, dan sifilis. Manusia sebagai reservoir dapat menjadi kasus yang aktif dan carrier.8 CarrierCarrier adalah orang yang mempunyai bibit penyakit dalam tubuhnya, tanpa menunjukkan adanya gejala penyakit, tetapi orang tersebut menularkan penyakitnya kepada orang lain. Convalescant Carriers adalah orang masih mengandung bibit penyakit setelah sembuh dari suatu penyakit.8Carriers adalah sangat penting dalam epidemiologi penyakit-penyakit polio, tifus, meningococcal meningitis, dan amebiasis. Hal ini disebabkan karena : 8a) Jumlah(banyaknya carriers jauh lebih banyak daripada orang yang sakitnya)b) Carriers maupun orang yang ditulari sama sekali tidak tahu bahwa mereka menderita/kena penyakit.c) Carriers tidak menurunkan kesehatannya karena masih dapat melakukan pekerjaan sehari-hari.d) Carriers mungkin sebagai sumber infeksi untuk jangka waktu yang relative lama.Reservoir pada BinatangPenyakit-penyakit yang mempunyai reservoir pada binatang umumnya adalah penyakit zoonosis. Zoonosis adalah penyakit pada binatang vertebrata yang dapat menular pada manusia. Penularan penyakit penyakit pada binatang ini melalui berbagai cara, yakni; 81) Orang makan daging binatang yang menderita penyakit, misalnya cacing pita.2) Melalui gigitan binatang sebagai vektornya, misalnya pes melalui pinjal tikus, malaria, filariasis, demam berdarah melalui gigitan nyamuk.3) Binatang penderita penyakit langsung menggigit orang, misalnya rabies.Benda-Benda Mati Sebagai ReservoirPenyakit-penyakit yang mempunyai reservoir pada benda-benda mati pada dasarnya adalah saprofit hidup dalam tanah. Pada umumnya bibit penyakit ini berkembang biak pada lingkungan yang cocok untuknya. Oleh karena itu, bila terjadi perubahan temperature atau kelembaban dari kondisi dimana ia dapat hidup, maka ia berkembang biak dan infektif. Contoh clostridium tetani penyebab tetanus.8b. Sumber Infeksi dan Penyebaran PenyakitYang dimaksud sumber infeksi adalah semua benda, termasuk orang atau binatang yang dapat melewatkan atau menyebabkan penyakit pada orang. Sumber penyakit ini mencakup juga reservoir seperti telah dijelaskan sebelumnya.8Macam-Macam Penularan (made of transmission)Mode penularan adalah suatu mekanisme dimana agent/penyebab penyakit tersebut ditularkan dari orang ke orang lain, atau dari reservoir kepada induk semang baru. Penularan ini melalui berbagai cara antara lain: 8a) Kontak (contact)Kontak disini dapat terjadi kontak langsung maupun kontak tidak langsung melalui benda-benda yang terkontaminasi. Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung ini pada umumnya terjadi pada masyarakat yang hidup berjubel. Oleh karena itu, lebih cenderung terjadi di kota daripada di desa yang penduduknya masih jarang.8b) Pernapasan (inhalation)Yaitu penularan melalui udara/pernapasan. Oleh Karena itu, ventilasi rumah yang kurang, berjejalandan tempat-tempat umum adalah faktor yang sangat penting dalam epidemiologi penyakit ini. 8c) InfeksiPenularan melalui tangan, makanan, atau minuman.8

d) Penetrasi pada kulitHal ini dapat langsung oleh organisme itu sendiri. Penetrasi pada kulit misalnya cacing tambang, melalui gigitan vector misalnya melalui malaria.e) Infeksi melalui placentaYakni infeksi yang diperoleh melalui placenta dari ibu penderita penyakit pada waktu mengandung, misalnya sifilis dan toxoplasmasis.8

c. Faktor Induk Semang (host)Terjadinya suatu penyakit (infeksi) pada seseorang ditentukan oleh faktor-faktor yang ada pada induk semang itu sendiri. Dengan kata lain penyakit-penyakit dapat terjadi pada seseorang tergantung oleh kekebalan resistensi orang yang bersangkutan.8

Epidemiologi Gizi Buruk1. Faktor dan penyebab masalah gizi (agent): kekurangan atau kelebihan zat gizi, asupan makanan dan penyakit yang dapat mempengaruhi status gizi serta faktor-faktor yang berkaitan.2. Faktor yang ada pada pejamu (host): karakteristik individu yang ada kaitannya dengan masalah gizi (umur, jenis kelamin, suku bangsa, dll).3. Faktor yang ada di lingkungan pejamu (environment): lingkungan (rumah, pekerjaan, pergaulan) yang ada kaitannya dengan masalah gizi.9

Gizi Buruk dan PembagiannyaKriteria anak dengan gizi buruk adalah sebagai berikut:91. Gizi buruk tanpa komplikasi:a. BB/TB < -3 SD,b. Terlihat sangat kurus,c. Adanya edema, dan ataud. LiLA < 11,5 cm untuk anak 6-59 bulan.2. Gizi buruk dengan komplikasi:Gizi buruk dengan tanda-tanda tersebut di atas disertai salah satu atau lebih dari tanda komplikasi medis berikut:a. Anoreksiab. Pneumonia beratc. Anemia beratd. Dehidrasi berate. Demam sangat tinggif. Penurunan kesadaran. Perhatikan tabel 1, gambar 2 dan 3.

Tabel 2. Penentuan Status Gizi Secara Klinis dan Antoprometri (BB/TB-PB)9KlinisAntoprometri (BB/TB-PB)

Gizi burukTampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh< -3 SD

Gizi kurangTampak kurus-3 SD - < -2 SD

Gizi baikTampak sehat- 2 SD 2 SD

Gizi lebihTampak gemuk> 2 SD

Gambar 1. Alur Pemeriksaan Anak Gizi buruk (sumber: Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk)9

SurveilansDalam disiplin Ilmu Epidemiologi, dikenal sebuah metode Surveilans Epidemiologi yaitu sebuah rangkaian kegiatan mengumpulkan berbagai data atau informasi dari kejadian penyakit secara teratur dan terus menerus untuk menentukan beberapa tindakan yang diambil oleh petugas / pengambil kebijakan dalam kesehatan.6Surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data secara terus menerus serta penyebaran informasi pada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.6 Jenis Surveilans Epidemiologi :61. Surveilans Individu (individual surveillance) yaitu jenis surveilans epidemiologi yang mendeteksi dan memonitor individu individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan.2. Surveilans Penyakit (disease surveillance) yaitu jenis surveilans epidemiologi yang melakukan pengawasan terus-menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu.3. Surveilans Sindromik (syndromic /multiple disease surveillance) yaitu kegiatan yang melakukan pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit. Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit.4. Surveilans Laboratorium, jenis surveilans berbasis laboratorium digunakan untuk mendeteksi dan memonitor penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan lebih segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-klinik.5. Surveilans Terpadu (integrated surveillance) yaitu menata dan memadukan semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. 6. Surveilans Global, yang terakhir adalah surveilans yang dilakukan secara serempak di seluruh dunia, untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara. Kegiatannya ditujukan untuk mengawasi ancaman aneka penyakit menular yang menyebar pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru muncul (newemerging diseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS.Manfaat surveilans epidemiologi adalah untuk deteksi Perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan distribusinya, identifikasi dan perhitungantrenddan pola penyakit, identifikasi kelompok risiko tinggi menurut waktu, orang dan tempat, identifikasi faktor risiko dan penyebab lainnya, deteksi perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi, dapat memonitoring kecenderungan penyakit endemis, mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologinya, memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi kebutuhan pelayanan kesehatan dimasa datang, membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas dan prioritas sasaran program pada tahap perencanaan.6Tujuan surveilans epidemiologi tersedianya data dan informasi epidemiologi sebagai dasar manajemen kesehatan untuk pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program kesehatan dan peningkatan kewaspadaan serta respon kejadian luar biasa yang cepat dan tepat secara menyeluruh.6Ada 5 komponen utama dari kegiatan Surveilans Epidemiologi :61. Pengumpulan Data: Pencatatan insidensi berdasarkan laporan rumah sakit, puskesmas, dan sarana pelayanan kesehatan lain, laporan petugas surveilans di lapangan, laporan masyarakat, dan petugas kesehatan lain; Survei khusus; dan pencatatan jumlah populasi berisiko terhadap penyakit yang sedang diamati. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan. Tujuan pengumpulan data adalah menentukan kelompok resiko tinggi, menentukan jenis dan karakteristik (penyebabnya), menentukan reservoir, transmisi, pencatatan kejadian penyakit; dan KLB.2. Pengelolaan Data: Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah (row data) yang masih perlu disusun sedemikian rupa sehingga mudah dianalisis. Data yang terkumpul dapat diolah dalam bentuk tabel, bentuk grafik maupun bentuk peta atau bentuk lainnya. Kompilasi data tersebut harus dapat memberikan keterangan yang berarti.3. Analisis dan Interpretasi Data: Data yang telah disusun dan dikompilasi, selanjutnya dianalisis dan dilakukan interpretasi untuk memberikan arti dan memberikan kejelasan tentang situasi yang ada dalam masyarakat4. Distribusi Data: Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki keterangan yang cukup jelas dan sudah disimpulkan dalam suatu kesimpulan, selanjutnya dapat disebarluaskan kepada semua pihak yang berkepentingan, agar informasi ini dapat dimanfaatkan sebagai mana mestinya.5. Evaluasi: Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk perencanaan, penanggulangan khusus serta program pelaksanaannya, untuk kegiatan tindak lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan program dan pelaksanaan program, serta untuk kepentingan evaluasi maupun penilaian hasil kegiatan.Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis ParuTuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang bersifat menahun, disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Ciri dari penyakit pada permulaan biasanya hanya dapat ditemukan pada pemeriksaan tuberkulin test ( penting untuk anak dibawah 5 tahun ) dan dengan foto rontgen. Pada tingkat lanjut dapat dijumpai gejala seperti batuk, terkadang dengan darah dalam dahak, sesak nafas, nyeri dalam dada. Jika pasien dalam keadaan demikian, pasien dianggap sebagai penderita tuberkulosis paru yang mengandung BTA dalam dahaknya dan dapat menularkan penyakitnya ke orang lain. Penyakit ini biasanya lebih ganas pada bayi dan anak kecil.10TujuanTujuan program pemberantasan tuberkulosis paru adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian tuberkulosis paru dengan memutuskan rantai penularan melalui upaya pengobatan penderita menular sampai sembuh.10

KegiatanPenderita tuberkulosis yang ditemukan baik di dalam gedung maupun luar gedung puskesmas harus dicatat. Setiap penderita berusia 15 tahun ke atas harus diperiksa dahaknya sebanyak 3x berturut turut dalam seminggu. Bila setelah pemeriksaan 3x berturut turut dalam seminggu ditemukan BTA, maka penderita tersebut harus selalu berada dalam pengawasan dan dianjurkan kembali sebulan kemudian untuk diperiksa dahak lagi. Bila dalam dahaknya ditemukan BTA maka dijelaskan tentang pengobatan yang harus dijalani seperti tata cara minum obat, lama pengobatan, efek samping obat, dan bahayanya jika pasien tidak berobat secara teratur. Beritahu informasi tersebut kepada keluarga / orang yang kita anggap dapat mengawasi pasien sehingga pasien dapat minum obat secara teratur.10Tabel 3. Nama obat dan cara pemberiannya kepada penderita TBC10Nama obatFase intensif setiap hari minggu 1 4Fase intermitten dua kali seminggu, minggu 5 26

Rifampisin450mg ( 1 tablet TB 4 )600mg ( 1 kaplet TB 6 )

Etambutol1.000mg ( 2 tablet TB 2 )-

INH400mg ( 1 tablet TB 4 yang mengandung vit B6 10 mg )700mg ( 1 tablet TB 4 dan 1 tablet TB 3 )

Diberitahu juga kepada pasien efek samping obat yang mungkin akan muncul seperti rifampisin yang akan menyebabkan air liur, air mata dan air kencing menjadi merah. Beritahu kepada penderita untuk mencegah penyebaran penyakit dengan cara menutup mulutnya sewaktu batuk atau bersin, nmenggunakan tempat dahak yang tertutup dan diisi larutan lysol ( apabila tidak mungkin keluarkan dahak di tempat yang langsung menerima matahari ), menjaga rumah agar selalu terbuka di siang hari agar peredaran hawa baik dan sinar matahari masuk.10Kunjungi pasien di rumahnya jika pasien tidak mengontrolkan penyakitnya selama 1 minggu. Jika penderita tidak datang kunjungilah lagi dalam seminggu. Apabila tidak berhasil, maka pasien digolongkan sebagai pelalai / defauler . Jika defauler ini datang kembali ke puskesmas maka periksalaha lagi dahaknya jika BTA positif maka anggaplah sebagai penderita baru dan mulailah lagi pengobatan. Jika BTA negatif dalam dahaknya teruskanlah pengobatan dengan melanjutkan jadwal yang telah berhenti pada saat penderita datang ke puskesmas terakhir.10Indikasi rujukan ketika penderita mengalami kegagaln pengobatan disertai dengan kekebalan kuman terhadap salah satu atau beberapa obat anti tuberkulosis yang pernah dipakai atau penderita tidak tahan terhadap obat.10Kegiatan penyuluhan dalam program pemberantasan tuberkulosis paru dilakukan oleh petugas kesehatan baik di dalam maupun luar gtedung puskesmas. Sasaran penyuluhan adalah penderita tuberkulosis, keluarga penderita serta masyarakat. Berikanlah penyuluhan kepada mayarakat agar masyarakat mau bekerja sama dalam rencana penemuan, pengobatan, dan vaksinasi BCG.10Penanggulangan Penyakit DiarePenyakit diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja melembek sampai cair dan bertambahnya frekuensi buang air besar dari biasanya ( umunmnya tiga kali atau lebih ). Menurut hilangnya cairan dan elektrolit dari tubuh, diare dapat dibagi menjadi diare tanpa dehidrasi, diare dengan dehidrasi ringan ( kehilangan cairan sampai 5% dari berat badan ), diare dengan dehidrasi sedang ( kehilangan cairan 6 10 % dari berat badan ), dan diare dengan dehidrasi berat ( kehilangan cairan lebih dari 10% dari berat badan ).10Hasil hasil survei menunjukan bahwa angka kesakitan diare untuk seluruh golongan umur adalah beriksar 120 360 per 1000 penduduk dan untuk balita menderita satu atau dua kali episode diare tiap tahunnya atau 60%. Sebesar 15,5% kematian bayi dan 26,4% kematian pada anak balita disebabkan karena penyakit diare murni.10TujuanTujuan umumnya berupa menurunkan angka kematian karena diare terutama pada bayi dan anak balita serta menurunkan angka kesakitan diare. Sedangkan tujuan khusus, petugas mampu melakukan tatalaksan kasus diare yang tepat dan efektif, petugas puskesmas mampu melakukan penyluhan pemberantasan diare, petugas puskesmas mampu meningkatkan peran serta aktif masyarakat, petugas kesehatan mampu melakukan pencatatan dan pelaporan serta monitoring pemberantasan diare.10

GejalaTanda dan gejala dari diare berbeda beda tergantung dari derajat dehidrasinya. Biasa pasien mmengeluh tinjanya menjadi lembek / mencair, nafsu makan berkurang, berat badan berkurang, keadaan pasien biasa tampak lemah apabila pasien mengalami dehidrasi yang berat. Selain itu pernafasan pun menjadi cepat dan dalam serta ubun ubun menjadi cekung.10Penularandaire melalui kontaminasi makanan atau air dari tinja atau muntahan penderita yang mengandung kuman penyebab. Penyebab diare dapat disebabkan oleh bakteri ( Vibrio cholera, E.coli, Salmonella, dll ), vrius ( Rotavirus, adenovirus, Norwalk ), parasit (Balantidium coli, Ascaris, Candida ), karena keracunan makanan atau minuman, kekurangan gizi terutama protein, karena tidak tahan terhadap makanan tertentu, imunodefisiensi, dan sebagainya.10KegiatanPrinsip utama tatalaksana diare akut adalah pemberian cairan dan makanan serta pengobatan medika mentosa yang rasional yang hanya diberikan untuk kasus tertentu yang jelas penyebabnya.10Cairan rehidrasi oral ( oralit ) diberikan pada semua penderita diare kecuali bila oralit tidak ada atau diare baru mulai. Cairan rumah tangga terutama larutan gula garam atau air tajin diberikan untuk mencegah dehisdrasi. Dosis oralit yang digunakan berdasarkan umum adalah sebagai berikut :10 Dibawah 1 tahun : 3 jam pertama 1,5 gelas, kemudian 0,5 gelas setiap mencret Antara 1 4 tahun: 3 jam pertama 3 gelas, kemudian 1 gelas setiap mencret Antara 5 12 tahun: 3 jam pertama 6 gelas, kemudian 1,5 gelas setiap mencret Diatas 12 tahun: 3 jam pertama 12 gelas, kemudian 2 gelas setiap mencret.Terapi cairan intravena diberikan kepada penderita diare dengan dehidrasi berat atau keadaan umum menurun, sangat lemah, muntah muntah berat sehingga penderita tidak dapat minum sama sekali. Dalam program pemberantasan diare maka dipaka cairan ringer laktat.Pada neonatus jumlah cairan yang diberikan harus berhati hati, rehidrasi initial diberikan dalam waktu 3 jam ( 2 4 jam ). Cairan yang diberikan 20 ml/ kgBB/ jam ( variasi antara 15 20 ml/ kgBB/ jam ). Sedangkan pada bayo, anak dan orang dewasa dengan dehidrasi berat memerlukan cairan RL intravena dengan dosis 100 ml/ kgBB dengan perincian sebagai berikut :10Tabel 4. Dosis rehidrasi RL intravena berdasarkan umur10UmurDosis awal 30ml/kgBBKemudian 70ml/kgBB

Bayi sampai 12 bulan1 jam*5 jam

Anaka lebih besar30 menit*2 jam

*Diberikan lagi bila nadi masih tidak teraba atau sangat lemah

Pemberian makanan seperti semula diberikan sedini mungkin dan disesuaikan dengan kebutuhan. Bagi yang mendapatkan ASI sebelumnya jangan dihentikan. Makanan tambahan diperlukan pada masa penyembuhan.10Pemberian antibiotika atau antimikroba hanya diberikan kepada penderita cholera, disentri, shigella, amoebiasis atau antimikroba sesuai dengan ketentuan yang ada.10Penyuluhan kepada preorangan dan kelompok masyarakat diarahkan pada penyuluhan hygiene peroranga dan kesehatan lingkungan. Penyuluhan tenntang gejala diare dan pengobatannya, penggunaan oralit dan cairan rumah tangga misalnya larutan gula garam, air tajin dan kuah sayur, serta meneruskan makana / ASI selama dan sesudah diare. Untuk pencegahan perlu disebar luaskan promosi ASI, perbaikan makanan / makanan pendamping ASI dari segi gizi maupun hygiene nya, penggunaan air bersih, penggunaan jamban, dan perbaikan lingkungan.10Pemberantasan penyakit infeksi saluran pernafasan akut ( ISPA ) Rata rata setiap bayi dan anak akan mengalami infeksi saluran pernafasan akut ( ISPA ) 3 6 kali dalam setahun. Di perkotaan angka kesakitan ISPA cenderung lebih banyak dibandingkan pedesaan. Saluran pernafasan meliputi hidung, telinga, tenggorokan, trachea, bronkhus, dan paru.10Gejala dari penyakit saluran pernafasan bermacam macam seperti batuk, pilek, kesulitan pernafasan, demam, dan sakit telinga.Sebagian dari infeksi pernafasan bersifat ringan seperti batuk, pilek disertai atau tanpa demam dan tidak memerlukan pengobatan antibiotik. Sebagian akan menderita radan paru ( pneumonia ). Bila infeksi ini tidak diobati dengan antibiotik dapat menyebabkan kematian.10Klasifikasi ISPAISPA berat ( pnemunia berat ) ditandai oleh adanya tarikan dinding dada di bagian bawah ke dalam pada waktu inspirasi. ISPA sedang ( pneumonia ) bila frekuensi pernafasan menjadi cepat ( umur < 1 tahun : 50x/ menit atau lebih ; umur 1 4 tahun : 40x/ menit ). ISPA ringan ditandai dengan batuk pilek tanpa nafas cepat, tanpa tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.10TujuanTujuan umum untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit ISPA. Sedangkan tujuan khusus nya meliputi petugas mampu menemukan penderita ISPA terutama ISPA sedang dan berat, Petugas mampu melakukan penatalaksanaan penderita termasuk rujukannya. Petugas mampu melakukan penyuluhan dan penggerkan partisipasi masyarakat, dan petugas mampu melaksakan sistem pencatatan dan pelaporan.10KegiatanMenemukan penderita oleh petugas kesehatan baik di Puskesmas, Puskesmas pembantu, Posyandu, kader kesehatandan masyarakat. Lalu dilanjutkan dengan pengelolaan penderita melalui pemeriksaan penderita ( anamnesa, periksa pndang, dan menghitung frekuensi nafas per menit ), yang diiukti dengan pemberian obat obatan. ISPA berat dilakukan dengan cara rawat inap di Rumah Sakit. ISPA sedang diobati dengan obat kotrimoksasol. ISPA ringan tanpa pemberian obat antibiotika. Bila demam diberi paracetamol. Bila batuk dapat digunakan obat batuk yang tidak berbahaya misal OBH.10Tabel 5. Dosis obat ISPA berdasarkan umur10UmurTablet parasetamol 500mgTablet kotrimoksasol 480mg

< 6 bulan4 x 1/8 tab2 x tab

6 3 bulan4 x 1/4 tab2 x tab

3 tahun 5 tahun4 x tab2 x 1 tab

Penyuluhan diarahakan pada pesan yang isinya batuk pilek biasa dapat diatasi sendiri tidak perlu dibawa ke puskesmas, penanganan demam, baik dengan obat maupun kompres dingin, kebersihan rumah terutama dari debu dan asap, pemberian ASI / makan diusahakan tetap diteruskan seperti biasa dan beri anak minum yang lebih banyak, bila nampak tand tanda bertambah beratnya penyakit bawa segera untuk berobat.10Gizi burukMasalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat dilaksanakan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja sehingga memerlukan dukungan lintas sektoral. Menigngat penyebabnya sangat kompleks, pengelolaan gizi buruk memerlukan kerja sama komprehensif dari semua pihak. Bukan hanya dari dokter maupun tenaga medis namun juga dari pihak orang tua, keluarga, dan tokoh masyarakat.10Upaya mengatasi prevalensi balita gizi buruk dilakukan antara lain melalui penanggulangan kurang energi protein ( KEP ), anemia gizi besi, gangguan akibat kurang vita A dan zat gizi mikro lainnya, pemberdayaan masyarakat untuk mencapai keluarga sadar gizi, pemberian subsidi pangan bagi penduduk miskin, peningkatan partisipasi masyarakat melalui revitalisasi pelayanan posyandu dan pelayan gizi bagi ibu hamil ( berupa tablet besi ) dan balita ( berupa makanan pendamping ASI ).10Kurang energi dan Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, sebanyak 13,0% berstatus gizi kurang, diantaranya 4,9% berstatus gizi buruk. Data yang sama menunjukkan 13,3% anak kurus, diantaranya 6,0% anak sangat kurus dan 17,1% anak memiliki kategori sangat pendek.Keadaan ini berpengaruh kepada masih tingginya angka kematian bayi. Menurut WHO lebih dari 50% kematian bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk, oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cepat dan tepat. Salah satu cara untuk menanggulangi masalah gizi kurang dan gizi buruk adalah dengan menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya menangani setiap kasus yang ditemukan.10TujuanTujuan umum meningkatkan status gizi dan menurunkan angka kematian anak gizi buruk., sedangkan tujuan khusus yaitu dilakukannya penapisan anak gizi buruk.Terselenggaranya kegiatan perawatan anak gizi buruk sesuaistandar.Tercapainya peningkatan status gizi anak. Dilakukannya pendampingan anak gizi buruk pasca rawat inapdan rawat jalan, Dan dilakukannya pemantauan dan evaluasi pelayanan anak gizi buruk.10KegiatanTabel 6. Kegiatan Puskesmas pada gizi buruk10MEDIS/TEKNISADMINISTRASIKIE

Pemeriksaan Pemeriksaan antropometri Pemeriksaan klinis Pemberian konseling Pemberi paket obat dan makanan unutk pemulihan gizi Pencatatan data gizi anak di kartu atau di catatan medis Pengukuran antropometri Melakukan skrining dan pendampingan bersama kader

Penyuluhan kelompok/perorangan Poster, melakukan penyuluhuan PHBS,advokasi, sosialisasi di musyawarah masyarakat desa,Makanan untuk Pemulihan Gizi ,diberikan setelah pemberian ASI bagi bayi yang masih mendapat ASI, diberikan sebelum pemberianmakanankeluarga bagi anak yang sudah mendapat makanan utama

Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Untuk mencegah dan penangulangan ini ada 3 pendekatan atau cara yang dapat di lakukan. 8a)Eliminasi reservoir (sumber penyakit)Eleminasi reservoir manusia sebagai sumber penyebaran penyakit dapat di lakukan dengan mengisolasi penderita (pasien) yaitu menempatkan pasien di tempat yang khusus untuk mengurangi kontak dengan pasien.8

b) Memutuskan mata rantai penularanMeningkatkan sanitasi lingkungan dan higene perorang merupakan usaha yang penring untuk memutuskan hubungan atau mata rantai penularaan penyakit menular.8

c)Melindungi orang-orang (kelompok) yang rentanBayi dan anak balita merupakan kelompok usia yang rentan terhadapat penyakit menular. Kelompok usia yang rentan ini perlu perlindungan khusus (specific protection) dengan imunisasi, baik imunisasi aktif maupun pasif. Pada anak usia muda gizi yang kurang akan menyebabkan kerentanan pada anak tersebut. Oleh sebab itu meningkatkan gizi anak merupakan usaha pencegahan penyakit infeksi pada anak.8KesimpulanPermasalahan penyakit menular dan gizi buruk adalah permasalahan yang sudah lama. Untuk itu kesehatan puskesmas dan pemerintah sebenarnya sudah mempunyai program untuk mengendalikan kasus kasus tersebut, namun permasalahan yang timbul tidak bisa dilihat hanya dari segi kesehatan saja tetapi juga dari faktor lingkungan seperti kebudayaan, keadaan sosial ekonomi dan sebagainya terutama tergantung pada lokasi dari wilayah kerja puskesmas yang dimana tiap dareah pasti berbeda. Dengan melakukan problem solving cycle kepala puskesmas diharapkan dapat secara efektif dan efisien untuk menanggulangi permasalahan tersebut sebagai manager sehingga akan mengurangi permasalahan penyakit tersebut.Daftar Pustaka1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman manajemen puskesmas.Jakarta:Departemen Kesehatan RI;2002.h.6-8.2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman kerja puskesmas jilid-1. Jakarta:Departemen Kesehatan RI;2004.h.1-4,14,31.3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Pedoman lokakarya mini pusat kesehatan masyarakat.Jakarta:Departemen Kesehatan RI;2004.h.81-4.4. Muninjaya AG. Manajemen kesehatan. Edisi ke-2. Jakarta: EGC;2004.h.170-250.5. Gibney M, Margetts B,Kearney J, Lenore A. Gizi kesehatan masyarakat. Ed 1. Jakarta: EGC; 2008.h.29.6. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan & komunitas. Jakarta: EGC, 2009.h.145 7.7. Azwar A. Epidemiologi. Jakarta. Binarupa Aksara. Edisi pertama; 1988. h.19-25.8. Notoatmodjo S. Kesehatan masyarakat. Jakarta. PT. Rineka Cipta. Cetakan pertama; 2007. h. 38-43.9. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.Pedoman pelayanan anak gizi buruk. Jakarta: Bakti Husada, 2011.h. 1-29.10. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid-2. Jakarta: Bakti Husada;2004. h.28 30, 62 5& 69 70.

24