notulensi lpj komisariat.pdf
TRANSCRIPT
Sabtu - Minggu, 24 - 25 Mei 2014
FORMULASI KADERISASI
Pertanyaan :
1. Strategi Kaderisasi yang dijalankan oleh Pimpinan Harian Komisariat ? (Bang Zul)
Answer : ditekankan pada program kerja “religiusitas”, dikarenakan kekecewaan
kader tentang religiusitas di komisariat, meningkatkan wacana dan membentuk kader
yang aktif dan produktif.
Pimpinan mencoba memberikan hal-hal yang mendasar dan yang paling sederhana
dan dapat dipraktekan sehari-hari, sehingga dapat ditanamnkan terhadap kader,
bagaimana kader dapat dibentuk kerangka berpikirnya.
2. Indikator tidak ditentukan di awal, apa permasalahan kenapa indikator tersebut tidak
ditentukan ? (Aziz)
Solusi :
- Pimpinan selanjutnya harus membuat indikator yang lebih khusus dari muatan
yang diberikan.
- Memperjelas ketercapaian muatan, sehingga tidak bingung dalam pengambilan
data.
3. Data pemahaman kader baru didapatkan dari mana? Dengan indikator apa?
Data didapatkan dari data instruktur, data dari rayon dan data dari pimpinan
4. Evaluasi yang dilakukan jangka pendek ataupun jangka panjang melibatkan rayon
atau tidak ? (Azis)
5. Akibat dari kerja yang tidak ada indikator seperti apa ? (Bang Zul)
Kerja pimpinan harian komisariat menjadi serampangan tidak jelas apa yang mau di
edukasikan.
6. Data yang diberikan rayon ke komisariat sudah di cek atau belum ?
Sudah di cek tapi tidak semuanya, salah satunya melalui clustering
7. Indikator tersebut apakah digunakan untuk 1 periode ?
Tidak, indikator tersebut digunakan untuk evaluasi di jangka pendek yang akan di
olah untuk jangka menengah.
8. Bentuk transformasi indikator disampaikan atau tidak kepada pimpinan harian
rayon?
- Disampaikan setelah adanya progress report. Sudah di print (untuk dibaca) dan
diberikan kepada masing-masing rayon.
- Harapannya ada follow up terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh pimpinan
komisariat.
9. Strategi khusus untuk follow up data yang didapatkan selama jangka pendek ?
- Diarahkan pada program kerja
- Menggunakan clustering
Bagaimana strategi khusus untuk kader yang belum mencapai indikator dan kader
yang 31 orang? Bentuk Praksisnya ?
- Adanya penyamarataan wacana pada kader yang belum mencapai di jangka
menengah.
- Tetap menggunakan clustering (namun hanya DAD I dan DAD II). Pra dan pasca
tidak jalan dan hanya dilakukan pada Hari H saja.
10. Apakah ada konsep cluster di rayon? Adakah kebijakan cluster di rayon?
Tidak ada seruan mengenai cluster di rayon
11. Apakah ada seruan kepada rayon? Bentuk transformasi bidang kader ke rayon?
- DAD III tidak ada cluster karena di pimpinan pada saat itu jadwalnya padat
sehingga pembahasan tentang cluster DAD III tidak ada, seruan kepada rayon di
informasikan secara kultural tidak dalam rapat.
- Data jangka menengah kader minim dikarenakan komunikasi pada internal
bidang kader sendiri.
12. Bentuk monitoring bidang kader terhadap rayon yang ada clusternya?
- Cluster kebutuhan Control (pimpinan harian Koms khususnya bid.kader)
Seruan kepada rayon.
- Pimpinan tidak mengetahui (tidak kroscek di Rayon )dan tidak mengontrol
clustering yang ada di rayon.
- Cluster adalah metode untuk mencapai formulasi tetapi tidak dapat dijadikan
pemenuhan kebutuhan ditingkatan rayon.
- Mempertimbangankan kebutuhan rayon yang menyangkut permasalahan
kaderisasi.
- Clustering disesuaikan dengan kebutuhan.
Solusi :
- adanya penyamarataan di tataran pimpinan harian rayon permasalahan proses
kaderisasi.
13. Metodologi clustering yang dilakukan pimpinan seperti apa?
- Ada pada pola pendampingan.
- Adanya pola komunikasi dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah
Solusi :
- Pimpinan juga harus berperan aktif dalam menjalankan cluster secara maksimal
- Adanya follow up bagi kader yang kurang aktif.
14. Perbedaan clustering dan klasifikasi (pak haidar)
(mb yufi)
- Klasifikasi : pembagian dalam setiap kelompok yang sudah ditentukan jumlah
dalam setiap kelompoknya.
- Clustering : pembagian dalam setiap kelompok namun tidak ditentukan jumlah
dalam setiap kelompoknya.
- Sebelum clustering kita harus mengetahui klasifikasinya terlebih dahulu (mas
Beni)
- Clustering sudah ada paramater
- Sebelum melakukan clustering, pimpinan melihat perkembangan dari kader
dahulu pada saat follow up sebelum membaginya. Dan juga melihat perkembangan
dari pimpinannya. Clustering yang dilakukan lebih ditekankan pada pemasalahan
data.
- Heterogen : unsur2 yang berbeda Homogen : unsur2 yang sama
- Clustering sekelompok kecil orang yang mengelilingi seseorang (mas beni)
Klasifikasi sudah ditentukan permasalahan muatannya (mas beni)
15. Dari komisariat tidak ada pembatasan untuk jumlah kader 2013.
Kesimpulan :
- Indikator formulasi secara khusus.
- Kurang adanya kroscek untuk data yang didapatkan.
- Permasalahan transformasi hasil evaluasi dan kebijakan baru, tidak hanya
disosialisasikan namun juga ada follow up dari pimpinan.
- Ketercapaian formulasi masih belum tercapai.
- Pembuatan dan evaluasi formulasi melibatkan keseluruhan elemen yang ada di
komisariat.
- Memaksimalkan seruan terhadap elemen yang terkait dengan kaderisasi.
PEMBAHASAN PROGRAM KERJA
1. Mita (Bid.Organisasi)
Tidak ada progress report dari komisariat ke rayon.
Hasil progress report rayon
Answer :
o Re-programming program kerja komisariat dan perbaikan scheduling
Feedback :
- Wulan :Ada point yang tidak di kontrol oleh bidang organisasi, seperti : scheduling
masih adanya jadwal yang tabrakan dengan rayon.
A : Ada agenda insidental yang dilaksanakan oleh beberapa bidang. Dan ada
perubahan jadwal diklat yang dilaksanakan oleh beberapa bidang.
- Ajeung : ada berapa perencanaan evaluasi untuk komisariat dan rayon?
A : Ada dua kali, desember dan maret namun hanya dilaksanakan sekali, kendala
yang utama adalah padatnya agenda komisariat dan adanya perubahan jadwal
beberapa program kerja.
2. Zaky (Bid. Organisasi) : hasil pra-AFOS tidak disampaikan di dalam LPJ ?
A : Ada beberapa hal dari pra-AFOS yang dimasukkan ke dalam muatan program
kerja seperti DMO.
Feedback :
- Zaky : Data yang didapatkan dari mana mengenai pra-AFOs dan AFOS ?
A : Didapatkan dari data bidang kader, yaitu hasil evaluasi rayon
3. Trias (bid.kader) : Metode pelaksanaan DAD sudah tepat atau belum ?
A : metode tersebut adalah metode doktrinasi , ada permainan alur psikologi
dalam metode tersebut (penanaman mindset). Metode dilakukan setelah
melakukan analisa pada kader baru.
DAD tidak hanya gerbang organisasi namun juga sebagai penyadaran terhadap
organisasi, penanaman mindset di alam bawah sadar.
- Apakah kader aufklarung diseleksi? (Supri)
A : Pimpinan tidak menyeleksi kader baru -_- , seleksi tersebut merupakan seleksi
Alam
- Pertimbangan pimpinan jika ada kader baru yang ingin mengundurkan diri ?
(Tyo)
A : perbedaan metode DAD disesuaikan dengan kondisi kader.
Solusi :
- ada analisa data dari output DAD sehingga apabila ada permasalahan dari kader
setelah DAD dapat langsung di backup.
- Ada analisa kondisi mahasiswa baru karena tidak bisa setiap tahun diterapkan dan
memang harus disesuaikan dengan kondisi objektif.
- Adit : kenapa masih ada kader baru yang mengundurkan diri saat DAD?
A : tingkat kesadaran masing masing individu berbeda sehingga tidak bisa
dipaksakan dan harus disesuaikan dengan kondisi massa.
- Syahrul : perbedaan persepsi dari kader mengenai materi yang diinjeksikan pada
saat DAD ?
Solusi : ada forum tindak lanjut untuk menetralisir ketidaktepatan penginjeksian
materi pada saat DAD
4. Imron : bukti fisik seperti apa yang menjadikan kita sebagai seorang kader
aufklarung?
A : terkait KTA untuk tahun ini masih belum, tapi yg terpenting adalah kesadaran
diri sebagai seorang kader sebagai bukti fisik kontribusi di organisasi.
feedback :
A : Syahadah dan KTA dikeluarkan oleh pimpinan harian Cabang, namun untuk
KTA itu ditandatangani oleh DPD.
Pengakuan yang paling utama adalah adanya kontribusi yang nyata terhadap
organisasi
Ojan : Apakah ada parameter kelulusan DAD? Memberikan parameter yang
mengikat agar kader tidak muntaber.
A : Yang mengikat kita agar kita aktif sebagai kader adalah kesadaran.
Ojan : Penegasan terhadap kader untuk tetap loyal terhadap organisasi secara
bukti tertulis
Solusi : Setelah pelaksanaan DAD, nama kader langsung disetorkan ke cabang
untuk dibuatkan syahadah dan KTA
5. Risky (Bid.Dakwah) : bagaimana follow up pimpinan mengenai wacana keislaman
kader, serta kesesuaian GBHK dengan program kerja.
A : masih hanya 1 GBHK saja yang dilaksanakan dengan maksimal, salah satu
follow up-nya dilaksanakan dengan melaksanakan program kerja di sesuaikan
dengan kebutuhan kader berdasarkan hasil analisa formulasi kaderisasi.
A : Religiusitas komisariat masih kurang, sebuah kritikan bahwa dari segi wacana
sangat baik tetapi permasalahan praktek religiusitas kader IMM masih sangat
kurang.
Feedback :
Risky : Bagaimana follow up dari pimpinan yang lain permasalahan religiusitas.
Ajeung : Sudah menjadi tanggung jawab bersama untuk mem-follow up
permasalahan religiusitas, bagaimana peran pimpinan lain
Ojan : Mengetahui kondisi religiusitas di Aufklӓrung bagaimana upaya mengatasi
kondisi yang sudah dilaksanakan
Mita : Bagaimana membuat program kerja yang bersifat kontinyu untuk
menjawab permasalahan religiusitas kader
A : Tidak semua pimpinan melaksanakan pendampingan permasalahan
religiusitas ini, dikembalikan kepada individu masing2, namun dari pimpinan
tetap menyadarkan dan memberikan sebuah lahan melalui bidang dakwah
mengenai wacana serta praktek religiusitas kader khususnya di komisariat
Mas Farouq : Analisa mengenai kenapa kader cenderung tidak tertarik dengan
pendiskusian permasalahan ke-Islam-an ?
A : Pembahasan di pimpinan hanya sekedar konsep, sehingga pimpinan masih
belum menguasai wacana ke-Islam-an ini, kemudian minimnya pendiskusian
mengenai wacana ke-Islam-an sebagai hasil follow up dari injeksi wacana ke-Islam-
an kepada kader.
Mas Yandi : Materi apa saja yang disampaikan di KALAUF ?
A : Tauhid, Ibadah dan Kepribadian Muhammadiyah
Risky (bid. Dakwah) : proker dari bidang dakwah hamper semuanya bersifat
momentual, apakah program kerja itu masih relevan untuk periode depan ?
A : hal ini sebagai langkah awal dari program kerja bidang dakwah
Rekomendasi :
o Semua bidang wajib memiliki pengetahuan tentang ke-Islam-an dan yang
namanya Tri Kompetensi Dasar wajib dimiliki setiap kader Aufklӓrung
khususnya oleh pimpinan harian komisariat.
o Pimpinan wajib menambah wacana pribadi mengenai ke-Islam-an untuk
memenuhi kebutuhan kader mengenai ke-Islam-an.
o Adanya kemasan yang lebih menarik untuk menginjeksikan permasalahan
wacana keislaman kader (dalam KALAUF), khususnya dalam pengambilan
judul dalam setiap substansi pembahasan disesuaikan dengan kondisi saat
ini.
o Di awal periode sudah dikonsepkan permasalahan penginjeksian wacana
keislaman.
o Untuk lebih mengefektifan internalisasi nilai2 religiusitas, bisa dimasukkan
ke dalam wacana2 humanitas dan intelektualitas, karena di dalamnya juga
terdapat nilai2 religiusitas.
Minggu - Senin, 25 - 26 Mei 2014
6. Ajeung (Bid. Hikmah) : aliansi dengan sesama IMM tidak berdasarkan pada hasil
tabulasi data dari proses internalisasi (MayDay)
A : Iya tidak membawa apa2, tetapi masih menanggapi dan mengikuti aliansi
Feedback :
Ajeung : Tidak ada persiapan dan pemahaman kepada kader2 yang mengikuti
aksi, khususnya internalisasi bagi kader komisariat
A : Sempat mengadakan pendiskusian tentang May Day, namun masih minim
pendiskusian lanjutan tentang May Day
Solusi dan Rekomendasi :
o Pendiskusian dan internalisasi wajib ada untuk memaparkan hasil aliansi
o Ada waktu untuk pembahasan tabulasi isu di internal komisariat,
khususnya bagi kader2
7. Ojan (Bendahara) : Untuk menanggulangi pendidikan bendahara rayon ?
A : tidak ada penanggulangan untuk periode ini
Solusi dan Rekomendasi :
o Sudah dibuatkan format keuangan untuk periode depan
8. Amin (Sekretaris) : bentuk controlling dari sekretaris eksekutif ke sekretaris rayon
seperti apa setelah pelatihan administrasi ?
A : melakukan pengecekan pada surat keluar yang dibuat sekretaris rayon ketika
meminta tanda tangan
Feedback :
Amin : masih ada perbedaan dalam pembuatan surat pada masing2 rayon, kenapa
di hasil pencapaian ditulilskan permasalahan penyamaan frame masalah
administrasi di semua rayon.
A : sudah diberikan pedoman administrasi, khususnya masalah surat menyurat
Amin : Sekretaris rayon kebingungan karena ada perbedaan pemahaman dari
sekretaris eksekutif dan ketua umum permasalahan adminisitrasi (surat menyurat)
Ojan : adanya perbedaan penomoran surat untuk setiap surat keluar.
A : untuk penomoran surat keluar rayon, menjadi tanggung jawab sekretaris
rayon dan ketua rayon.
Amin : pada lampiran surat keluar sekretaris, nomor 7 dan 8 penomoran suratnya
sama. Nomor 28 dan 33 ada perbedaan dengan perihal yang sama (E-10 dan A-10)
A : Awal periode mengajukan tanfidz ke cabang dan selama 2 minggu tidak ada
respon, sehingga komisariat mengeluarkan surat ke rayon, penomoran memang
salah. Kurang control dari sekretaris dan ketum karena berada pada Musycab,
yang benar E-10.
A : Penomoran bergantung pada kepada siapa kita memberikannya, apakah dari
internal IMM (A), atau dari instansi luar (E). 10 itu penomoran untuk
permasalahan kaderisasi.
A : Kesalahan periode ini adalah jika panitia pelaksananya adalah pimpinan
komisariat, tidak ada SK yang mengesahkan hal tersebut.
Bayu : Komunikasi dengan sekretaris rayon seperti apa? Kenapa masih ada yang
belum hadir pada saat pelatihan administrasi
A : sudah ada komunikasi secara personal, melalui SMS dan hanya 2 orang
sekretaris rayon saja yang membalas dan pada saat pelatihan administrasi,
berbenturan dengan agenda rayon
Solusi dan Rekomendasi :
o Ketua Rayon juga melakukan controlling permasalahan surat yang dibuat
oleh sekretaris rayon.
o Sekretaris Rayon melakukan komunikasi dengan sekretaris eksekutif jika
ada kebingungan permasalahan administrasi, khususnya surat menyurat.
o Sekretaris Eksekutif lebih intens di sekretariat untuk lebih memaksimalkan
controlling terhadap surat menyurat.
o Surat keluar, khususnya untuk syahadah, idealnya masing-masing
syahadah menggunakan penomoran sendiri-sendiri.
o Setiap kepanitiaan dibuatkan SK, termasuk pimpinan komisariat pada saat
menjadi panitia pelaksana.
o Setelah ada SK, pimpinan komisariat khususnya sekretaris eksekutif harus
melakukan controlling terhadap kepanitiaan.
o Jika tidak bisa berkumpul secara keseluruhan dalam satu waktu, maka
dilakukan konsultasi disesuaikan dengan waktu kosong sekretaris rayon
9. Mas Yandi (Sekretaris) : Inventaris komisariat, bendera komisariat itu yang
mana?
A : ada 2 bendera, Bendera komisariat dari korkom dan bendera besar
Feedback :
Mas Yandi : Setiap agenda pasti menggunakan bendera, apakah tidak kurang
kalau cuma 2, kalo kurang apa tidak ada pengadaan lagi
A : Sebenarnya kurang, tetapi disetiap agenda biasanya menggunakan 2 bendera
saja.
Bayu : ada tidak pendataan awal inventaris di awal periode ? Jika ada,
dicantumkan kehilangan jadi bisa dibandingkan
A : Ada
Tibi : Buku asroom hilang 7 buah, apakah hilang secara bersamaan atau tidak ?
A : Tidak tau karena tidak ada pendataan secara berkala, hilang karena tidak
ditemukan pada saat pendataan tertanggal 7 Mei 2014
Mita : jumlah karpet tidakk dicantumkan, tetapi kondisinya baik
A : pada saat pendataan, sekretaris eksekutif tidak pernah menemukan karpet
komisariat yang sebenarnya
Zaky : Dispenser, kompor, panci apakah termasuk inventaris atau tidak ?
A : bukan punya komisariat,
Solusi dan Rekomendasi :
o Jika sekretaris eksekutif tidak berdomisili di kosmisariat, ada 2 buku
inventaris, 1 dibawa sekretaris, 1 ditaruh di komisariat
o Jika ada yang meminjam inventaris khususnya bendera, dilihat dulu
kepentingannya, dan inventaris disimpan dengan rapi khususnya oleh
sekretaris eksekutif
o Melakukan pendataan awal inventaris di awal periode dan di akhir periode
sehingga bisa dibandingkan data awal periode dan akhir periode
o Inventaris khususnya buku, dijaga bersama-sama dan digunakan bersama-
sama
o Adanya pendataan secara berkala permasalahan inventaris (dalam jangka
waktu tertentu, contoh 1 bulan sekali), khususnya buku dan karpet agar
mengetahui jika ada kekurangan
10. Mbak Yufi (Sekretaris) : berdasarkan GBHK, tugas2 kesekretariatan apa yang
dilakukan sekretaris eksekutif ?
A : adanya ketimpangan permasalahan GBHK sekretaris eksekutif (cek
ketercapaian GBHK sekretaris eksekutif di LPJ).
Feedback :
Mbak Yufi : permasalahan inventaris, dokumentasi kesekretariatan, apakah ada
program kerja permasalahan pengadaan inventaris ? Karena setiap periode
inventaris komisariat ini semakin berkurang
A : Tidak dijadikan program kerja, tetapi sudah menjadi tugas sekretaris
eksekutif. Sudah ada daftarnya, unntuk pengadaan terkendala dengan biaya.
Mbak Yufi : Bagaimana realisasi dari daftar inventaris ?
A : Tidak ada realisasi, hanya melakukan perawatan pada inventaris yang sudah
ada
Mbak Yufi : Yang dimaksud dengan absensi pimpinan ?
A : Absensi pimpinan pada saat rapat.
Zaky : salah satu tugas kesekretariatan adalah hal-hal mengenai kesekretariatan,
termasuk kebersihan. Kenapa tidak ada pembagian tugas di sekretariat
permasalahan itu ?
A : Notulensi rapat, absensi rapat termasuk dalam tugas-tugas kesekretariatan.
Pimpinan memberikan amanah kepada wakil untuk controlling kebersihan
sekretariatan ditambah dengan beberapa orang pimpinan. Dan sebenarnya sudah
ada jadwal yang melibatkan semua penghuni sekretariat.
Cak Mo : dengan kondisi seperti itu (kebersihan), apakah masih layak dijadikan
sebagai sekretariat?
A : Yang diperbaiki adalah pola penggunaannya, bukan tempatnya karena
penghuni wajib untuk melakukan perawatan
Solusi dan Rekomendasi :
o Controlling dari kesepakatan terutama permasalahan kebersihan lebih
dimaksimalkan.
o Adanya program kerja mengenai pengadaan inventaris.
o Ada penjadwalan pimpinan yang stay beserta absensi harian sehingga jika
ada kader baru yang datang ada pimpinan yang menyambut di sekretariat.
o Adanya pembagian dalam hal infrastruktur khususnya untuk renovasi
(contoh kaca)
o Baik penghuni maupun non penghuni tetap menjaga kebersihan sekretariat,
khususnya pimpinan yang tidak tinggal di komisariat
11. Mita (Sosek) : pada desa binaan, pendampingan apa yang dilakukan oleh kader ?
Apakah tidak ada konsepan yang lebih khusus (silabus) untuk pelaksanaannya ?
A : Ada 2 aspek yang pokok, yaitu pendidikan dan ekonomi, dan setelah ditinjau
ulang permasalahan ekonomi sangat sulit untuk dipenuhi. Secara konsepsi
diserahkan kepada kader baru (2013) pimpinan mendapingi dan mengarahkan.
Kader baru sudah dibekali dengan analisa sosial sebelum pelaksanaan desa binaan.
Feedback :
Mita : targetan mengenai pengetahuan anak desa tidak jauh tertinggal dengan
yang lain ?
Reza : Dalam prakteknya tidak sesuai dengan yang direncanakan, karena tidak
sesuai dengan kondisi disana.
A : Awalnya memang tidak ada silabus karena kesepakatan pimpinan
mengajarkan apa yang dibutuhkan oleh anak-anak disana
Said : Apakah ada perubahan pada desa binaaan setelah pelaksanaan desa binaan
ini?
A : kelalaian pimpinan khususnya masalah silabus sehingga tidak dapat melihat
perubahan yang ada.
Indra : Kontribusi apa dari bidang sosek terhadap formulasi kaderisasi ?
A : Untuk memberikan lahan humanitas kepada para kader
Widya : Pendekatan seperti apa kepada masyarakat desa sebelum pelaksanaan
desa binaan ? Sampai kapan agenda ini dilaksanakan ?
A : Melakukan observasi / survey dahulu sebelum pelaksanaannya, kemudian
agenda ini bisa dijalankan sesuai dengan kebutuhan di desa tersebut.
Eriko : salah satu sasaran adalah anak-anak desa, kenapa tidak mencoba untuk
lebih luas, seperti masyarakat desa yang membutuhkan bantuan di segi kesehatan
dan pendidikan buta aksara
A : kendalanya adalah masyarakat desa sibuk dengan pekerjaan hariannya yang
menyebabkan kurangnya waktu untuk bertemu masyarakat desanya.
Didik : Pencapaian apa yang didapatkan dari kondisi desa yang dibina
berdasarkan konsepan dari pimpinan ?
A : Belum ada konsepan permasalahan itu sehingga tidak ada analisa mengenai hal
tersebut
Bayu : Bagaimana penafsiran hasil analisa sosial terhadap desa binaan ?
A : Hanya secara umum saja penafsirannya, tidak ada pendetailan permasalahan
hasil ansos tersebut.
Tibi : Sejauh mana pencapaian targetan tersebut ?
A : Adanya antusias dari anak-anak untuk belajar bersama serta tumbuhnya
kepekaan kader terhadap lingkungan sekitar
Solusi dan Rekomendasi :
o Selama pelaksanaan desa binaan, ada silabus khusus (substansi) yang
disampaikan di setiap pertemuannya sehingga ada esensi yang dibawa di
setiap pertemuannya, selain mengacu pada kebutuhan disana.
o Bidang sosek harus melakukan analisa terlebih dahulu tentang kondisi desa
yang akan dibina.
o Dalam pengumpulan data pada saat analisa sosial lebih diperjelas.
o Adanya kroscek perbandingan silabus yang lama dan silabus yang baru.
o Penggunaan metode pengajaran yang disesuaikan dengan sasaran.
o Perlu adanya pembekalan awal (contoh : pembelajaran sopan santun)
kepada kader agar siap terjun di masyarakat.
o Memperbaiki komunikasi terhadap masyarakat khususnya masyarakat
disekitar komisariat (bukan hanya pada desa binaan saja).
o Adanya konsepan mengenai analisa sosial dan adanya rekayasa sosial yang
disesuaikan dengan kondisi dan pencapaian yang diinginkan.
o Pendetailan hasil ansos terhadap desa binaan.
12. Bang Zul (Bid.Hikmah) : Bagaimana pola komunikasi dan kontroling bid.hikmah
di lembaga intra? Peran politik bid.hikmah untuk menyikapi permasalahan
kampus?
A : Secara keorganisasian tidak dibicarakan, namun dibicarakan secara kultural
dengan komisariat-komisariat lain.
Solusi dan Rekomendasi :
o Adanya kontroling dari bidang hikmah dengan lembaga kampus (lembaga
intra) sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan komisariat.
o Dikaji kembali permasalahan kebutuhan dan kepetingan komisariat di
lembaga intra.
o Harus ada penugasan khusus yang jelas terhadap kader yang berada di
lembaga intra.
o Komunikasi bukan terhadap lembaga intra namun terhadap kader yang
berada di lembaga intra.
13. Azis (Bid.Hikmah ) : problem mendasar RTL dalam ideopolitor tidak masive?
A : kurangnya persiapan di ideopolitor sehingga konsepsi RTL dibahas di hari H.
Feedback :
Azis : bentuk kontroling dari pimpinan lain terhadap RTL ideopolitor?
A : sering kali mengadakan pembagian di internal pimpinan karena berbenturan
dengan agenda-agenda dikomisariat.
Ujian : atas dasar apa mengikuti aksi May Day?
A : kita mengikuti namun tidak membawa isu sama sekali.
Bang zul : Kesepakatan penyikapan atas nama bidang atau atas nama pimpinan ?
Azis : sejauh mana konsistensi pimpinan untuk melaksanakan kesepakatan ?
A : atas nama pimpinan, dan tidak hanya dalam hal aksi saja pimpinan tidak
disiplin.
14. Agil (bid.Mumed) : kerja pimpinan melalui media informasi seperti apa?
A : sudah dimaksimalkan melalui akun FB dan website Aufklӓrung.
FeedBack :
Cak ding : ada berapa ruang aktualisasi yang dikelola oleh komisariat
Aufklӓrung? Ada berapa klasifikasi potensi kader secara umum?
A : media sosial, lembaga intra, laboratorium, komisariat.
Solusi dan rekomendasi :
o lebih mengoptimalkan sosial media sebagai media informasi dan
penyebaran agenda.
o Meningkatkan kekuatan internal untuk memperluas lahan aktualisasi
kader dan disesuaikan dengan potensi yang ada.
15. Dina (bid.immawati) : RTL Diksuswati tidak ada kejelasan ?
A : sudah ada perjanjian di awal namun tidak ada tindak lanjut dikarenakan
kesibukan personal. Namun pendampingan akan tetap dilakukan sampai selesai
meskipun sudah demisioner.
Feedback :
Dina : prosedur pendampingan secara keorganisasian seperti apa setelah
demisioner?
A : Pendampingan tetap dilaksanakan karena RTL masih merupakan
tanggungjawab bid.Immawati pada periode ini sampai RTL selesai.
Ajeung : sudah dikaji atau belum permasalahan tema studi kasus RTL?
A : Tema yang digunakan sudah secara umum dan dalam penyikapannya di ukur
sesuai kemampuan diri sendiri.
Solusi dan Rekomendasi :
o Tetap tersentral dibidang Immawati agar tidak terjadi keputusan ganda.
Senin - Selasa, 26 - 27 Mei 2014
16. Risky (bid. Keilmuan) : Kenapa FORDIKA yang tidak terlaksana bisa digabung
dengan proker bidang keilmuan yang lain ?
A : Memang agenda ini tidak terlaksana secara program (karena ada rescheduling
dan reprogramming), tetapi secara substansi, agenda ini di-merger dengan agenda
TOP (ke-2)
Feedback :
Risky : tidak banyak juga kader yang hadir pada saat TOP, bagaimana bisa
memunculkan hasil pencapaian FORDIKA ini ?
A : Setelah evaluasi komisariat, ada perampingan program kerja sehingga muatan
FORDIKA diberikan pada saat agenda TOP.
Solusi dan Rekomendasi :
o Adanya perencanaan yang matang sebelum menjadwalkan agenda
khususnya FORDIKA dan TOP.
17. Mita (Bendahara dan bid. Sosek) : Penggalangan Dana saat Erupsi Kelud, ada
kelebihan uang pendanaan. Sisa dana akan digunakan untuk apa ?
A : Sisa tidak diberikan kepada korban Kelud, namun diamanahkan kepada
periode selanjutnya, tetapi bukan untuk kas, tetapi untuk kegiatan sosial, seperti
Desa Binaan.
Feedback :
Mita : Sisa bantuan selain uang ada dimana ? (Pakaian dan Sisa Makanan)
A : Bisa disalurkan kepada warga-warga di Desa Binaan, atau dalam bentuk
kegiatan sosial lain.
18. Supri (bid. Mulmed) : agenda insidental mengenai pengelolaan media dan
teknologi informasi (pengelolaan web), apakah tidak ada inisiatif untuk mencari
pengelola web dari kader sehingga bisa membantu pengelolaan web ?
A : Tidak ada, karena kurangnya intensitas di komisariat
Solusi dan Rekomendasi :
o Menganalisa potensi kader dalam hal pengelolaan web sehingga kerja
bidang multimedia mengenai pengelolaan web bisa terbantu
19. Fandi (bid. kader) : yang dimaksud dengan kader yang aktif dan kontributif ?
darimana mendapatkan datanya ?
A : Data didapatkan dari instruktur, ph rayon dan ph komisariat. Kader aktif
(hadir dalam kegiatan), kontributif (berkontribusi, memberikan pandangan, ide-
ide, gagasan)
20. Mas Beni (bid. Kader) : Muatan DAD mengenai pembentukan mental sesuai
dengan Aufklӓrung, apakah ada perubahan mental, khususnya bagi kader yang
sekarang aktif ?
A : Mental yang bertanggung jawab dan mampu ditempatkan di mana saja, dan
ini dilihat dari kerja dan praktek hariannya.
Feedback :
Mas Beni : Bagaimana perkembangan kader, dan bagaimana analisa data awal
kader untuk mengetahui perkembangannya sejauh mana ?
A : Salah satu data awal kader ada aspek mengenai wacana sebagai data tambahan
(sebagai gerbang awal untuk mengedukasi kader).
Mas Beni : Bagaimana formulasi pimpinan untuk membentuk mental kader
setelah DAD ?
A : Pembentukan awal ada pada saat DAD, setelah itu ada follow up semisal
dengan penugasan (pendelegasian, kepanitiaan)
Solusi dan Rekomendasi :
o Dibutuhkan data harian perkembangan mental kader sebagai salah satu
bahan analisa perkembangan karakter dan mental kader (aspek psikis)
sehingga mampu memberikan pendidikan yang efektif kepada kader
21. Said (bid. Keilmuan) : Sudah disediakan asroom, apa usaha dari bidang untuk
mengajak kader-kader mengunjungi asroom ?
A : Ada konsep umum dari konsep khusus mengenai manajerial, bentuk
pengajakannya adalah pimpinan memberikan contoh mengunjungi asroom tetapi
terkendala dengan kesibukan masing2 pimpinan, sehingga tidak bisa dilaksanakan
setiap hari.
Feedback :
Said : Manajerial yang seperti apa ?
A : Ada konsepan jam buka dan jam tutup, ada jadwal jaga asroom yang
melibatkan ph komisariat dan ph rayon
Risky : asroom digunakan untuk hal yang produktif, tetapi apa sudah
dimaksimalkan masalah keproduktifan itu ?
A : Sudah ada kesepakatan, tetapi masih belum konsisten dalam pelaksanaannya,
minimal dengan tidak membawa buku keluar ruangan asroom
Syahrul : Belum ada konsepan yang jelas dari dicetuskannya asroom,
Said : Adakah seruan / arahan dari pimpinan kepada kader baru untuk
direkomendasikan membaca buku tertentu sesuai dengan konsumsinya ? ada tidak
indikator perkembangan kader setelah pengadaan kader secara berkala ?
A : Tidak ada seruan khusus dari pimpinan, khususnya bagi kader-kader yang
masih belum memiliki wacana lebih, belum ada buku2 mendasar yang diperlukan
bagi kader.
Solusi dan Rekomendasi :
o Paling tidak ada konsepan yang jelas setelah kader membaca buku dan
memperjelas mengenai follow up setelah membaca buku, khususnya bagi
kader.
o Salah satu strategi untuk menancapkan mindset belajar kader
o Adanya pendetailan mengenai konsumsi wacana (khususnya hasil dari baca
buku) bagi kader sehingga tahu apa yang harus didapatkan di setiap level
kader
22. Haidar(bid. Mumed) : boleh tidak meminta sub domain komisariat ?
A : rencananya nanti masing2 rayon akan diberikan sub-domain
23. Amril (bid. Keilmuan) : hasil yang di capai dari indikator ketercapain DIA ?
A : belum ada indikator, yang lebih ditekankan adalah permasalahan keilmiahan
setiap materi
Feedback :
Amril : Ilmiah yang seperti apa yang ditekankan ?
A : Mengilmiahkan setiap hal-hal yang didiskusikan, ditambah dengan perangkat
diskusi sebagai penunjang pendiskusian
24. Tibi (bid. Hikmah) : Forum Diskusi Kerakyatan, hasil yang dicapai masih belum
maksimal, terutama permasalahan peningkatan daya kritis kader, sedangkan
sasarannya adalah seluruh kader, khususnya kader baru (2013).
A : Dilaksanakan 3 kali, namun ada 1 kali pertemuan yang hadir sedikit; secara
program tetap dilaksanakan, dan ditunjang dengan pendiskusia insidentil
(kultural)
Feedback :
Didik (bid. Hikmah dan bid. Keilmuan) : Pendiskusian yang didapatkan hanya
sebatas teoritik saja, tidak ada praktek dari hasil pemahaman teori.
A : untuk bidang keilmuan, dibentuk mengenai kerangka berpikir; untuk bidang
hikmah memberikan lahan untuk aktualisasi mengenai wacana kontemporer,
selain pendiskusian juga ada turun aksi.
Didik : berarti kurang seimbang antara teori dan praktek, karena ruang
aktualisasinya kurang
Tyo : Kenapa hanya dilaksanakan beberapa kali saja padahal di jadwal
dilaksanakan setiap 2 minggu sekali.
A : Kepadatan agenda komisariat sehingga pendiskusian hanya terjalankan secara
maksimal satu kali saja, sedangkan pada pertemuan kedua tidak ada peserta yang
hadir sehingga pendiskusian tidak dilanjutkan sampai sekarang
Solusi dan Rekomendasi :
o Agenda2 komisariat dikurangi yang terlalu teoritis, dan harus diberikan
lahan yang lebih banyak untuk aktualisasi kader (dalam hal praktek).
o Adanya penjadwalan dari program kerja secara detail, yaitu permasalahan
tanggal dan waktunya, bukan hanya sekedar 2 minggu sekali atau 1 bulan
sekali.
25. Tibi (bid. Kader) : apa sebenarnya latar belakang dari pembentukan instruktur
sendiri ? Sedangkan hakikatnya mereka adalah PH rayon, dan jika menjadi
instruktur maka ada 2 konsentrasi dan tidak bisa fokus ?
A : Kebutuhan komisariat mengenai pendataan kader, membantu tugas pimpinan
mengenai data kader.
Feedback :
Faris : Pemenuhan kebutuhan permasalahan pengelolaan diklat (DAD) khususnya
A : di SPI sudah ada tugas dari instruktur, yang utama adalah pengelolaan DAD,
kemudian ada proses pendampingan kepada kader.
Yuni : Konsepan instruktur hari ini seperti apa ?
A : Secara struktural, melakukan pengelolaan diklat, secara fungsional membantu
tugas pimpinan komisariat untuk mendapatkan data kader.
26. Imron (bid. Sosek) : Bagaimana penanganan dari uang hilang dari bidang sosek ?
A : Awalnya uang dipegang oleh bid. Sosek sendiri, kemudian setelah evaluasi
uang tersebut diberikan kepada bendahara supaya tersentral dalam pendataannya,
dan yang hilang diganti oleh bidang sosek
Solusi dan Rekomendasi :
o Semua keuangan, baik bid. Sosek harus tersentral di bendahara.
27. Wahyu (bid. Kader) : Kelengkapan adminsitrasi kader bagaimana kelanjutannya?
Targetan malam apresiasi ini mengenai kreatifitas seperti apa? Karena hanya
bernyanyi saja.
A : Untuk administrasi itu digunakan untuk memudahkan pendataan kader,
minimal dari periode ini dulu. Untuk malam apresiasi, konsepannya adalah
dengan meningkatkan kreatifitas dalam pelaksanaannya sehingga diharapkan
mampu untuk menumbuhkan keratifitas dan inovasinya, salah satunya adalah
dengan membuka pendaftaran bagi pengisi di malam apresiasi.
28. Syahrul & Tyo (bid. Organisasi) : Tindakan pencegahan dari peserta yang kurang
memahami permasalahan regenerasi kepemimpinan selanjutnya ? Dan bagaimana
tindak lanjut dari RTL DMO dan transformasinya kepada kader yang tidak
mengikuti DMO ?
A : Pemahaman kader baru yang tidak ikut DMO juga sudah mulai memahami
terbukti pada saat pencalonan formatur rayon. Ada komunikasi dari bidang
organisasi dengan koordinator peserta DMO. Ada pendiskusian dua arah untuk
membahas RTL DMO dan pada saat pembahasan RTL DMO, pimpinan sedang
rapat sehingga hanya bidang organisasi yang mendampingi.
Feedback :
Syahrul : RTL masih belum dijalankan secara maksimal karena untuk
meminimalisir kesenjangan antara kader yang mengikuti DMO dengan yang tidak
mengikuti serta kesolidan di angkatan 2013; kendala yang paling utama adalah
jadwal kuliah dari keseluruhan kader 2013.
Tyo : Apa langkah yang dilakukan untuk menangani RTL DMO yang tidak jalan ?
A : alternatif yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan aster di masing2
rayon yang kemudian bisa ditindak lanjuti dengan membuat sub aster di masing2
rayon, namun tidak ada kelanjutan dari konsepan tersebut.
Solusi dan Rekomendasi :
o Pimpinan juga melakukan controlling khususnya setelah DMO untuk
meminimalisir kesenjangan antara kader yang ikut DMO dengan yang
tidak.
29. Hamran (bid. Organisasi) : Analisa PH Koms mengenai pertemuan AFOS yang
hanya satu kali saja dan kenapa membahas permasalahan administrasi ?
A : DAD tidak ada materi administrasi, kepanitian tidak membahas semua hal
mengenai administrasi, dan yang paling pokok setelah itu adalah wacana mengenai
administrasi karena setelah itu ada agenda2 yang membutuhkan kerja2
kepanitiaan; hal ini dimaksudkan untuk menyamakan pemahaman mengenai
adminisrasi itu sendiri.
30. Said (bid. Organisasi) : kenapa di setiap diklat tidak ada materi mengenai
manajemen konflik (khususnya pada DMO) padahal itu diperlukan dalam kerja
organisasi ?
A : Manajemen konflik sulit untuk dipraktekkan setelah mendapatkan materinya,
namun ada alternatif lain yaitu dengan memahami karakter, sehingga diberikan
materi mengenai psikologi karakter.
Feedback :
Said : Berarti manajemen konflik dengan psikologi karakter sama ?
A : Tujuannya yang sama, tetapi dalam pemahamannya yang berbeda, psikologi
karakter lebih ditekankan kepada kepribadian individu, sedang manajemen
konflik hanya membahasa macam2 konflik, dan itu hanya secara teori saja.
Solusi dan Rekomendasi :
o Tetap diberikan materi manajemen konflik sebagai bekal kepada calon
pimpinan
31. Zaky (bid. Keilmuan) : Sesuai dengan visi misi ketum, membangun budaya
intelektual yang coba dibangun melalui proker DIA, pendetailan mengenai hasil
pencapaian ?
A : yang disajikan adalah data kuantitas kehadiran kader, yang dimaksudkan
untuk mengetahui berapa kader yang sudah mencapatkan materi pendiskusian
secara teoritik.
Feedback :
Mas Farouq : Sejauh mana pendampingan bidang keilmuan untuk menunjang
program kerja yang ada di bidang keilmuan sendiri.
A: sebelum pendiskusian diadakan pendampingan sebagai bekal sebelum adanya
pendiskusian formal yang sudah difasilitasi dengan adanya ruang baca / asroom.
Solusi dan Rekomendasi :
o Dalam setiap pendiskusian, paling tidak ada referensi secara tertulis yang
dibawa sehingga ada rasa tanggung jawab dalam mengikuti pendiskusian.
o Mengarahkan kader dan mendampingi kader dalam diskusi non formal dan
memanfaatkan fasilitas yang sudah disediakan oleh komisariat (ruang baca)
32. Mas Yandi (bid. Immawati) : Penafisran GBHK pertama bidang immawati ?
A : Adanya monitoring terhadap kondisi personal immawati dan diharapkan
mampu memperjelas karakter immawati komisariat.
Feedback :
Mas Yandi : Psikologi immawati itu berkaitan dengan batasan2 immawati dan
mengenai cara2 berbusananya yang disesuaikan dengan landasan Islam.
A : Di profil immawati sebenarnya sudah ada, tetapi cukup sulit untuk diterapkan
di Aufklӓrung karena dengan style dari FT sendiri, lain halnya dengan FKIP, yang
kesehariannya jauh berbeda dengan Aufklӓrung.
Mbak Yufi : Rata2 berapa kader immawati yang aktif dalam setiap agenda
komisariat ?
A : 10 di setiap kegiatan
Mbak Yufi : Bagaimana bentuk tanggung jawab bidang immawati terhadap kader
immawati di komisariat ? Karena melihat tidak sampai 50% kader immawati yang
aktif periode ini.
Ajeung : Bentuk investigasi dari bidang immawati terhadap kader yang tidak jadi
ikut DIKSUSWATI itu apa ?
A : Dari awal sudah disepakati adanya formulasi khusus immawati, dan dari sana
nanti ada konsep kontrol yang digunakan sebagai bentuk pengawalan terhadap
immawati. Tidak ada bentuk pendampingan dari bidang immawati khususnya dan
immawati yang ada di pimpinan pada umumnya untuk mendampingi para kader
immawati sejak dilahirkannya dia sebagai immawati (pasca DAD) sampai kepada
program kerja DIKSUSWATI, sehingga kurangnya analisa dan data mengenai
kondisi immawati yang tidak aktif.
A : Kekurangan dari immawati hari ini adalah kurang dalam open mind terhadap
immawati2 di komisariat lain, immawati yang terkenal kuat2 tetapi kurang
terhadap wacana ke-Immawati-an. Hal ini yang menjadi salah satu penyebab
kader immawati Aufklӓrung menjadi eksklusif dibandingkan dengan immawati
komisariat lain.
Mbak Yufi : Dimulai dari membenahi inti diri dari imawati itu sendiri dengan
membangun pondasi itu sehingga menimbulkan karakter immawati Aufklӓrung
yang selanjutnya ada kelanjutan untuk berkomunikasi dengan immawati
komisariat lain.
Wulan : Permasalahan utamanya adalah bukan pada pasca DIKSUSWATI, tetapi
dimulai saat immawati itu lahir di komisariat serta bentuk pendampingannya.
Wacana yang diberikan permasalahan kesetaraan gender padahal di komisariat
lain pembahasannya masih sederhana yang mendasar permasalahan immawati,
hal ini yang menyebabkan kesan eksklusif pada immawati Aufklӓrung terhadap
immawati komisariat lain.
Ajeung : Sejauh mana mobilisasi dan edukasi dari immawati itu yang menentukan
kemauan immawati untuk diajak bersama-sama.
Mita : Konsepan sudah cukup matang, pendampingan tidak maksimal yang
dijalankan oleh pimpinan, khususnya pimpinan yang immawati, namun dengan
adanya agenda DIKSUSWATI, immawati Aufklӓrung diundang beberapa kali
untuk menghadiri diskusi dengan immawati komisariat lain, hanya saja dari
internal kita yang tidak menghadiri undangan tersebut.
A : di aufklӓrung uda terlalu banyak gap.
Azis : apakah pimpinan uda membicarakan persoalan immawati secara bersama-
sama? Dalam perjalan cluster immawati seperti apa kontrolnya, ada tumpang
tindah apa tidak dengan cluster yang ada di bidang kader.
A : iya, pernah di bahas di komisariat. Cluster yang di immawati terjadi tumpang
tindih ketika pembahasan formuluasi immawati. Akhirnya dengan komunikasi
dengan bidang kader, dalam cluster dari bidang kader, cluster yang banyak
immawatinya di dampingi oleh immawati.
Azis : jika telah di bicarakan di pimpinan mustinya pimpinan telah menemukan
persoalan mendasar yang ada di immawati. Artinya ketika di bicarakan, tidak
hanya dibicarakan 2013 saja, tapi kondisi pengorganisirnya juga.
Haidar : “kita hanya mau mengkader orang yang mau dikader”.
Azis : persoalan yang di tanya haidar akan terjawab jika hasil analisa immawati
itu dipaparkan. Immawati memiliki formulasi khusus kan ya? Sebenernya
munculnya formulasi itu tujuannya kemana?
A : dalam formulasi yang ingin dicapai adalah mengarahkan karakter yang ada
kemudian mampu mencapai penguatan konsep diri.
Azis : kalo ada immawati yang suka nangis kemudian karakternya di arahkan
kemana?
A : g masalah ia cengeng tapi di harus mempunyai kapasitas.
Mbak Yufi : immawati secara personal atau komunal yang di arahkan?
A : personal mbak, g masalah memiliki karakter yang berbeda-beda, yang penting
immawati memiliki kapasitas yang sama.
Mbak Yufi : pembentukan immawati secara komunal seperti apa?
A : untuk menseragamkan hanya dari kualitasnya saja.
Mbak Yufi : (sekolah perempuan) apakah pembentukannya secara personal atau
komunal?
A : klo sekolah perempuan pembentukannya secara komunal.
Mbak Yufi : artinya pembentukan karakter secara personal mempunyai
keterkaitan dengan pembentukan karakter secara komunal.
Ajeng : mustinya pembentukan harus ada secara komunal.
Mbak Yufi : jika tidak ada penguatan karakter secara komunal ketika tidak ada
tujuan secara komunal
A : salah satu metode yang diterapkan adalah dengan melakukan pola
pendampingan berlapis, seperti kesepakatan di pimpinan. Upaya yang sudah
dilakukan bidang immawati dalam pendampingan
A : Analisa kondisi berupa kesadaran immawati dalam organisasi (kehadiran
dalam agenda dan praktek di lapangan), immawan yang berpengaruh terhadap
immawati, serta latar belakang keluarga dan permasalahan wacana uyang dimiliki
oleh masing2 immawati.
Azis : Harusnya dipaparkan permasalahan kondisi pengorganisir dan yang
diorganisir secara keseluruhan.
A : Memang belum ada spesifikasi yang jelas terhadap data pada masing2
pengorganisir, datanya sudah ada tapi masih mentah, belum diolah
A : Ada 4 hal yang menjadi bahan analisa, yaitu loyalitas terhadap ikatan,
keaktifan, wacana, dan pandangan immawati.
Azis : Permasalahan yang paling mendasar dari immawati ? Bidang immawati
sendiri pernah langsung melancarkan serangan darat terhadap kader immawati ?
Ketakutannya adalah mindset untuk mengorganisir immawati adalah hanya
diserahkan kepada immawati, yang seharusnya semua elemen juga wajib
mendampingi kader-kader immawati
A : Immawati hari ini masih tergolong lemah. Permasalahan mendasar dan poin
yang paling lemah dari immawati adalah wacana yang kurang dari immawati itu
sendiri sehingga menyebabkan tidak aktifnya immawati dalam forum2 diskusi dan
malu untuk mengungkapkan pendapatnya. Wacana dalam hal ini lebih kepada
wacana keperempuanan.
A : Belum ada evaluasi pola pendampingan dari formulasi immawati
A : Tidak ada upgrading wacana keperempuanan dari immawati selama kurang
lebih 3 periode sebelumnya sehingga berdampak pada wacana pengorganisir hari
ini
Wulan : Sentimen pribadi didasarkan pada kondisi yang mempengaruhinya
ditambah dengan belum adanya kesatuan dari immawati sendiri mendeterminasi
pola pendampingan terhadap pola pendampingan kepada immawati 2013 dan
tidak ada kejelasan dari konsepsi clustering immawati. Kemudian injeksi wacana
terhadap kader immawati menjadi tidak jelas (serampangan) dan masih tersekat
dengan permasalahan pribadi immawati
Azis : Dapat data dari mana kebutuhan peserta immawati sehingga memunculkan
materi dalam DIKSUSWATI ?
A : Tidak ada analisa kondisi dahulu dari kader immawati, tetapi lebih kepada
diberikan materi paling dasar yang memang dibutuhkan oleh immawati sehingga
memunculkan adanya 7 materi dalam DIKSUSWATI.
A : Grand Design Immawati periode disesuaikan dengan SPI dan sudah mengacu
kepada grand desain untuk memberikan advokasi mengenai permasalahan dan
isu2 tentang perempuan di lingkungan kampus.
A : Wacana ke-immawati-an yang menjadi kekurangan kader immawati
Aufklӓrung hari ini, karena untuk wacana lain immawati Aufklӓrung sudah expert
sehingga dalam penentuan materinya disesuaikan dengan pemahaman pimpinan
mengenai perempuan dalam sudut pandang Islam.
Ujian : Kekuatan internal untuk menjalankan Formulasi Immawati baik dari PH
Komisariat, PH Rayon dan Instruktur ?
A : Kondisi instruktur DIKSUSWATI yang memang kurang kesiapan baik dalam
segi wacana maupun dalam pengelolaan forum, karena memang yang bisa
dikomunikasikan hanya kader immawati 2010 sehingga kebijakan pimpinan untuk
memasukkan beberapa pimpinan harian komisariat sebagai instruktur.
Mas Beni : Meskipun ada beberapa tambahan SDM dari PH Komisariat, takutnya
masing kurang kekuatan internalnya, apakah sudah cukup kekuatan internal
untuk membawa konsep tersebut ke depannya ?
A : Pada saat ini, DIKSUSWATI sebagai langkah awal, atau eksperimen untuk
pendampingan formulasi dan ke depannya sudah ada pembanding dari hari ini
Mas Beni : Ketika kekuatan internal lemah, apakah bisa kita menjalankan konsep
tersebut?
ANALISA KEKUATAN INTERNAL MASIH BELUM
SEPENUHNYA SELESAI, DAN NANTI SETELAH
DISELESAIKAN MAKA KITA AKAN BISA
MENENTUKAN KEKUATAN INTERNAL, KHUSUSNYA
IMMAWATI.
A : Kendala dari konsep formulasi yang tidak berjalan adalah peran ganda dari
instruktur yang harus menjalankan cluster kader secara umum dan cluster khusus
immawati.
A : yang menjalankan cluster masih mengalami kebingungan permasalahan tujuan
cluster sehingga andaikan paham sudah didapatkan banyak pengorganisir untuk
cluster immawati.
Ajeung : Sepengetahuan saya, tujuan awal adanya cluster immawati adalah
menguatkan kader immawati, namun tidak ada spesifikasi injeksi yang diserukan
kepada yang menjalankan cluster.
A : Bagaimana mau pembagian cluster kalau tidak ada ph rayon immawati yang
menghadiri rapat pembagian cluster ini.
Mita : Sudah memahami tanggung jawab immawati, dan sudah ada usaha untuk
melakukan prakteknya, tetapi kesulitannya adalah waktu mana yang akan
digunakan untuk melakukan pendampingan terhadap immawati, karena masih
harus membagi waktu dengan tugas-tugas yang lain (wakil ketua rayon,
instruktur, internal).
Ajeung : tidak paham dengan tanggung jawab yang diamanahkan oleh bidang
immawati, praktek pendampingan hari ini hanya sebagai pengorganisisr saja,
pendampingan yang dilakukan dengan injeksi tentang masalah perempuan,
kebanyakan injeksi yang diberikan hampr sama dengan kader-kader yang lain
(immawan).
A : Untuk mengetahui permasalahan mendasar dari immawati hari ini adalah
dengan adanya komunikasi dua arah / sharing dengan jujur sehingga mampu
untuk mencari akar permasalahan immawati hari ini.
Rida : Yang aktif mendampingi hanya 2 orang saja, tidak didampingi karena
praktikum, ngerjakan tugas jadi jarang sharing tentang masalah tanggung jawab
immawati.
Ujian : Tanggung jawab pengorganisir adalah bidang immawati, dan hari ini
bidang immawati sendiri kewalahan.
Solusi dan Rekomendasi :
o Kader immawati yang tidak nyaman dengan kondisi immawati di
komisariat diminimalisir tanpa mengurangi esensi dari muatan wacana ke-
Islam-an yang disampaikan sesuai dengan kodrat sebagai seorang wanita.
o Titik Berat dari immawati Aufklӓrung bukan hanya pada busana
sebenarnya, tetapi pada sikap immawati itu sendiri.
o Penguatan pondasi karakter ke-immawati-an di Aufklӓrung.
o Pendampingan dilakukan secara personal terhadap immawati sehingga
mampu memaksimalkan pendampingan permasalahan konsepan.
o Dengan adanya korps immawati setelah DIKSUSWATI, paling tidak
periode depan sudah ada pandangan dalam pendampingan terhadap kader
immawati.
o Tabulasi permasalahan yang paling mendasar dari kader immawati dari
periode ke periode sehingga permasalahan pewacanaan dan sentimen
pribadi bisa dipecahkan.
o Sudah ada usaha untuk melakukan upgrade dari pengorganisir immawati,
namun harapannya lebih dimaksimalkan sehingga permasalahan wacana
immawati bisa terminimalisir.
o Setelah DIKSUSWATI, terbentuk korps immawati dan akan lebih
memudahkan pengawalan formulasi immawati jika memang diadakan oleh
korkom.
o Perlu adanya evaluasi ke depannya sehingga ada data awal jika memang
diadakan DIKSUSWATI periode depan, sehingga mampu untuk
memberikan konsepan yang cukup matang dari hari ini.
o Diperjelas pembagian tugas di internal bidang immawati sehingga tidak
terjadi tumpang tindih permasalahan tugas-tugas dalam pengorganisiran
terhadap kader immawati.
o Sebelum adanya cluster kader secara keseluruhan, bidang immawati
seharusnya sudah menyerukan kepada bidang kader bahwa ph rayon dan
instruktur mendampingi kader yang sama seperti di cluster bidang kader.
o Ada kualifikasi khusus bagi instruktur DIKSUSWATI sehingga kualitas
pengisinya juga bisa dipertanggungjawabkan dalam hal pencapaian
muatan.
“ HARUS ADA FORUM DIMANA PEMBAHASAN DI DALAMNYA
ADALAH PERMASALAHAN IMMAWATI SECARA KESELURUHAN
DAN TERPERINCI SERTA PESERTA FORUMNYA ADALAH
KADER IMMAWATI SEMUANYA !!! “
o Ke depannya, diharapkan antara bidang immawati dan para pengorganisir
lainnya ada sharing data permasalahan immawati untuk mengobjektifkan
kondisi immawati hari ini.
o Kadar Idealitas dan Kadar Realitas dari konsepsi yang harus disatukan
untuk mendapatkan hasil yang objektif.
o Penyamaan cluster immawati dengan cluster kaderisasi secara umum jadi
tidak ada tumpang tindih dalam cluster.
o Pola Komunikasi yang baik antar immawati sehingga mampu untuk
memperkuat internal immawati.
33. Mas Farouq (Bid. Hikmah) : Bagaimana peran bidang hikmah dan apa yang sudah
dilakukan dalam menyikapi kebijakan pemerintah (salah satu GBHK) ?
A : Dalam bentuk propaganda merupakan salah satu penyikapan dari kebijakan
pemerintah itu sendiri.
Feedback :
Mas Farouq : Intensitas penyikapan seperti turun aksi kurang banyak
dibandingkan dengan periode sebelumnya, kenapa ?
A : Berpartisipasi dalam agenda kawan-kawan organisasi lain karena di periode
ini isu-isu politik pada tahun ini intensitasnya sedikit menurun dibandingkan
tahun sebelumnya.
Mas Farouq : Lebih terkesan berhati2 dalam keinginan untuk melaksanakan aksi
A : Dalam hal turun aksi, pernah berkomunikasi dengan HMI Cabang, dan
beberapa kawan organisasi lain, untuk melakukan pendiskusian sebelum turun
aksi. Tetapi terkendala dalam proses konsolidasi dengan organ lain dimana
kesibukan dari organ lain yang tidak bisa ditinggalkan.
Mas Farouq : Ada kendala dari eksternal yang tidak bisa dihindari, apa solusi dari
permasalahan eksternal tersebut sementara di internal sendiri masih harus
memikirkan proses pendidikan di internal komisariat ?
A : Jika ada waktu untuk pembahasan konsolidasi di internal komisariat, maka
langsung diambil. Namun tidak seperti itu, karena ini sangat insidentil, tetapi
untuk pendidikan dan edukasi di internal memang sudah dilakukan, tetapi
kesulitan yang utama adalah pembagian waktu untuk pembahasan dan konsolidasi
A : Pendiskusian awal di internal memang dilaksanakan, tetapi sampai pada
momentum hari H, tidak berjalan secara maksimal, pendampingan dari hal
tersebut juga tidak terlaksana.
Mas Farouq : Jangan sampai pendidikan kepada kader di internal tidak dikonsep
dan tidak dijadwal, takutnya nanti pendidikan ini jadi agenda momentual saja.
Padahal kader membutuhkan wacana ini.
Solusi dan Rekomendasi :
o Mematangkan konsep (materi) jauh-jauh hari sebelum hari H, misal diskusi
hari pahlawan yang pembahasannya cukup banyak hanya diberikan waktu
satu hari saja untuk membaca referensinya sehingga kurang masive. Jika
konsepnya sudah diselesaikan jauh-jauh hari, bisa memaksimalkan
pendampingan.
o Adanya pra kondisi dari agenda diskusi sehingga bisa memaksimalkan
pendampingan secara berkala kepada kader terhadap materi yang akan
didiskusikan sampai hari H pendiskusian.
Selasa – Rabu, 27 – 28 Mei 2014
34. Ajeung (bid. Hikmah) : Pernah tidak di tataran pimpinan membahas
permasalahan pendidikan tentang aksi ?
A : Ada diberikan permasalahan aksi dan perangkat aksi sebelum pelaksanaan
aksi itu sendiri.
35. Hamran (bid. Sosek) : Apakah tidak pernah mengkonsep permasalahan amal
usaha yang pelaksanaannya secara kontinyu ?
A : Sudah pernah dibicarakan di tataran pimpinan, namun terkendala dengan
jadwal komisariat
Feedback :
Hamran : dalam visi misi 2020, Aufklӓrung diharapkan memiliki amal usaha
untuk membantu keuangan komisariat
A : sebenarnya, amal usaha yang dimaksud di GBHK sosek adalah penggalangan
dana untuk membantu keuangan komisariat
Solusi dan Rekomendasi :
o Membuat tim yang mengelola amal usaha di luar struktural.
36. Reza (penyimpulan proker) : Bagaimana pendapat pimpinan mengenai program
kerja yang sudah dilaksanakan apakah sudah maksimal atau belum ?
Tibi : Bagaimana monitoring ketua umum terhadap program kerja selama satu
periode ini ?
A : Secara mayoritas, terjalankan semua. Di sisi lain, dengan banyaknya program
kerja hari ini, propaganda pra acara untuk memobilisasi kader2 menjadi tidak
maksimal, selain itu banyaknya rapat pimpinan yang membahas program kerja
sehingga sedikit waktu yang dimiliki untuk mendampingi kader setelah program
kerja dan beberapa program kerja itu masih ada yang tidak memiliki
keterhubungan satu sama lain.
A : Belum maksimal dalam hal pelaksanaannya karena program kerjanya terlalu
banyak. Sehingga berpengaruh dalam lemahnya pendampingan dan belum
terealisasikannya indikator pencapaian di setiap program. Hal ini dikarenakan
kurangnya analisa sebelum dilaksanakannya program kerja itu.
A : Yang dominan dalam melakukan controlling terhadap program kerja dalah
wakil ketua umum dan bidang organisasi. Tidak hanya di monitoring secara
langsung
Solusi dan Rekomendasi :
o Dalam membuat program kerja, output disesuaikan dengan tujuan dari
progeam kerja itu sendiri.
o Dalam membuat program kerja, harus juga dianalisa mengenai hubungan
antara satu program kerja dengan program kerja yang lain.
KERJA DAN KINERJA PIMPINAN
1. Adit (Ketua Umum) : Bagaimana monitoring ketua umum mengenai komunikasi
eksternal ?
A : Jarang melakukan silaturrahmi ke secretariat IMM lain dan OMEK,
jarangnya komunikasi dengan IMM lain, hanya beberapa saja yang sering
berkomunikasi dan diskusi.
A : Untuk internal Muhammadiyah, komunikasinya dengan ortom lain hanya
sebatas permohonan untuk mengisi materi
Feedback :
Bang Zul : Batasan wilayah eksternal antara ketua umu dan bidang hikmah ?
A : Ketum berkomunikasi dengan tujuan untuk mempererat hubungan
silaturrahmi dengan kader IMM lain, dan tidak membahas permasalahan isu-isu
mengenai kampus, mengajak untuk penyikapan
Cak Mu : Hubungan silaturrahmi yang seperti apa ?
A : Konsolidasi tentang komisariat masing2, sharing2 dan kunjungan2 ke
komisariat lain. Kurangnya adalah ketum dan bid. Hikmah masih kurang untuk
bersama.
Bung Alfa : Perbedaan mendasar wilayah eksternal antara ketum dan bid.
Hikmah?
A : Ketum mencoba untuk berkomunikasi dengan eksternal untuk menjalin kerja
sama
Bang Zul : Batasan antara ketum dan bid. Hikmah ? Apakah salah bid. Hikmah
menjalin silaturrahmi dengan komisariat lain (IMM) maupun OMEK lain ?
A : Ya tidak apa2 bid. Hikmah untuk silaturrahmi dengan wilayah eksternal,
hanya saja hari ini untuk wilayah eksternal ketum dan bidang hikmah jarang
bersama dalam menghadiri agenda yang bersangkutan dengan wilayah eksternal.
Bung Alfa : Tidak ada pembagian yang jelas berarti antara ketum dan bid.
Hikmah
A : Biasanya ketum melaksanakan kegiatan untuk berkomunikasi eksternal, bid.
Hikmah biasanya menanggapi permasalahan kebijakan secara politis.
Cak Mu : Kenapa dibuat pembagian seperti itu ? Dan hasil dari komunikasi yang
bersifat silaturrahmi itu apa bentuk tindak lanjutnya.
A : Untuk mempermudah pengambilan keputusan dan kebijakan yang bersifat
politis. Dan hasil komunikasi itu ada beberapa kali kita mendelagasikan beberapa
orang kader di agenda komisariat lain.
Bang Zul : Sejatinya ada beberapa bidang lain yang memainkan fungsi wilayah
eksternal itu, seperti bidang dakwah dan bidang sosek, bagaimana perannya ?
A : ada tawaran dari perusahan kain dan garmen yang kemudian dilimpahkan
komunikasinya kepada bidang sosek.
Solusi dan Rekomendasi :
o Dipertegas di GBHK Bidang Hikmah, mengenai tugas-tugasnya di wilayah
eksternal agar tidak terjadi tumpang tindih tugas dengan ketua umum.
o Tetap dibutuhkan komunikasi (silaturrahmi) dengan komisariat IMM lain.
o Jika bidang dakwah, bidang sosek, dan bidang hikmah memiliki fungsi
eksternal, maka diperjelas tugas eksternal dari ketiga bidang tersebut yang
nantinya akan melakukan komunikasi eksternal bersama dengan ketua
umum.
o Pembagian peran dengan bendahara masalah keuangan komisariat dimana
bendahar juga bisa membantu peran ketum dalam hal eksternal
(pendanaan)
2. Mita : Strategi dan Pola Komunikasi Ka.Bid mengenai edukasi Wa.Bid khususnya
mengenai internal bidang ?
A : Bidang Organisasi Ada pembagian dan saling membuat konsep masing2
kemudian didiskusikan bersama
Bidang Kader Ada pembagian tugas mengenai tanggung jawab bidang, kurang
dalam hal transformasi pengolahan data hingga penyajiannya, minimnya
komunikasi karena kurang dekat
Bidang Dakwah Menggunakan metode seperti periode kemarin (sering ditinggal
kabid) kemudian ada saling sharing permasalahan wacana
Bidang Mumed Karena kendala teknis terkadang pembagian tugas tidak jelas
dan karena kurangnya intensitas bertemu karena kendala masing2, sehingga tidak
maksimal transformasi dari kabid ke wabid
Bidang Hikmah Ada pembagian tugas tetapi dalam kerjanya kadang jalan
sendiri2 dan terkadang masih belum tahu apa yang dilakukan masing2 karena
belum ada internalisasi
Bidang Sosek Tidak ada transformasi karena memang kabid tidak aktif
Bidang Immawati Komunikasi massive, tetapi dalam konsepam terkadang
masing belum maksimal, Transformasi sudah dilakukan tetapi terkadang masih
belum sepenuhnya disampaikan
Bidang Keilmuan Wa.Bid adalah partner daalam menjalankan tugas, ada
pembagian tugas
A : Hari ini masih belum ada pembagian tugas yang jelas antara kabid dan wabid,
kalau dilihat di tanfidz antara kabid dan sekbid memiliki pembagian tugas yang
jelas
Feedback :
Zaky : Kenapa pola komunikasi seperti itu masih dilaksanakan ? Apakah tidak
ada evaluasi ? (Bidang Dakwah)
A : Menggunakan konflik di internal bidang untuk mengangkat semangat dari
wabid sebagai bentuk pendidikan saya kepada wabid (mas ridho)
Zaky : Tidak sepakat dengan metode tersebut, apakah yang seperti itu bermanfaat
khususnya untuk kinerja bidang ?
A : Itu sebenarnya untuk menerapkan kemandirian kepada wabid.
Yudan : Tidak bisa
Cak Ding : Apakah ada hasil pengujian dari metode tersebut ? Di luar program
kerja ?
Bang Zul : apakah ada konflik personal di pimpinan ?
A : Tidak ada masa pengujian metode dan hanya memberikan pandangan
program kerja pada periode kemarin dari kabid.
A : Tidak ada konflik personal dengan kabid, tetapi heran kenapa kok tidak aktif
dan intens di rapat pimpinan.
Solusi dan Rekomendasi :
o Dihilangkan permasalahan pola pendampingan dan edukasi terhadap
kader, khususnya mengenai pendampingan dan pola edukasi terhadap
wakil bidang dengan metode yang seperti di atas.
o Disampaikan pokok permasalahan yang sebenarnya mengenai kendala-
kendala selama menjadi pimpinan, khususnya berhubungan dengan
internal bidang.
3. Mas Farouq : Tindak lanjut apa yang dilakukan secara keorganisasian mengenai
pimpinan yang intensitasnya kurang khususnya pada rapat pimpinan ?
A : Ada solusi dengan melihat kondisi terlebih dahulu untuk kemudian diberikan
solusi dan ditopang bersama oleh pimpinan lain untuk dijalankan bersama2
Feedback :
Mas Farouq : Banyak pimpinan yang intensitas kehadirannya kurang dari
setengah pada rapat2 pimpinan
A : Sudah ada usaha dari wakil untuk mentransformasikan hasil rapat kepada
bidang yang kurang intens, contohnya bidang mumed, dan memang secara
fungsional tidak dikerjakan secara maksimal.
Solusi dan Rekomendasi :
o Harus ada proses verifikasi secara serius sebelum menentukan personalia
pimpinan harian komisariat, terutama bagi formatur.
4. Mas Haidar : Apakah ada tujuan khusus di masing-masing bidang sebagai bentuk
penurunan visi misi ketua umum ?
A : Ketercapaian Bidang sudah termaktub di ketercapaian GBHK, dan semua itu
juga disimpulkan oleh ketua umum mengenai muatan setiap program.
Feedback :
Strategi Umum Organisasi Strategi Bidang Disesuaikan dengan ranah
masing-masing
A : Kendala utama hari ini adalah memang program kerja sudah terlaksana, tetapi
mengukur ketercapaian program (variable) untuk mengetahui sejauh mana
ketercapaian dari program kerja yang dilaksanakan sebagai sebuah strategi untuk
mencapai visi misi ketua umum.
5. Bayu : Edukasi pimpinan di luar program terhadap kadernya ???
A : Menjadi satu kesatuan dalam program sebagai bentuk persiapan dan
pendampingan dari apa yang sudah diedukasikan kepada kader.
Feedback :
Bayu : Apa yang sudah dilakukan pimpinan dari edukasi itu ?
A : Pimpinan masih belum ada konsepan yang terprogram untuk mengedukasi
kader karena ketika bertemu dengan kader tidak tahu apa yang harus diinjeksikan
dan apabila memang ada edukasi, itu memang hanya sebatas pengetahuan
pimpinannya saja.
Bayu : Bagaimana dengan formulasi ?
A : Formulasi itu seruan umum, yang hari ini menjadi kekurangan adalah seruan
yang lebih khusus dari program kerja.
Mas Farouq : yang dipermasalahkan itu kesamaannya dalam hal edukasi ataukah
intensitas mengedukasinya ?
A : Edukasi dari pimpinan tidak teratur, karena memang tidak adanya seruan
khusus untuk pra agenda sehingga yang diinjeksikan belum terkonsep, namun
tetap didampingi sebatas pemahaman pimpinan itu sendiri.
Cak Ding : Pemahaman yang kurang selaras dari pimpinan karena kurang
persiapan
Bayu : Di pimpinan sudah ada cluster, tapi kurang maksimal, kenapa ?
A : Salah satunya permasalahan intensitas pimpinan baik karena kegiatan di luar
maupun dengan kondisi pribadi, seperti ekonomi, keluarga, dll yang bersifat
pribadi.
Ajeung : bagaimana Pola komunikasi instruktur dengan pimpinan dalam cluster?
A ; Ada yang sangat massif, ada yang tidak massif, ada juga yang setengah2.
6. Yuni : Seberapa paham pimpinan mengenai kerja dan kinerja organisasi (secara
struktural dan fungsional) ?
Ojan : Poin2 kinerja organisasi ?
A : Secara fungsional tidak ada poin khusus yang menegaskan kinerja pimpinan,
kerja-kerjanyan itu ditentukan berdasarkan GBHK dan GBHO sebagai landasan
gerak dalam melaksanakan kerjanya.
Bang Zul : Apa perbedaan antara kerja kinerja secara struktural dan fungsional.
A : Aspek yang sudah ditentukan berdasarkan seruan umum kemudian adanya
program kerja (struktural). Kerja dan kinerja yang kemudian menjadi cermin
fungsi dari seorang pimpinan (fungsional). Namun, ada korelasi di antara
keduanya.
Cak Ding : Tugas Struktural itu adalah menjalankan tugas berdasarkan apa yang
sudah ditetapkan, contoh pimpinan harian, dan tugas kesehariannya itu adalah
kerja struktural (struktural), apa yang dibentuk oleh komisariat contohnya
instruktur adalah salah satu contoh elemen yang mengerjakan tugas fungsional
(fungsional).
7. Zaky : Apakah ada strategi khusus untuk menciptakan budaya intelektual ?
A : Tidak cukup satu periode untuk menciptakan budaya intelektual di komisariat,
harapannya agar bisa dilanjutkan dengan cara, pertama mengubah orang2 di
dalamnya (pimpinan) kemudian kepada orang2 di sekitar.
A : Lebih ditekankan kepada membangun wacana intelektual kader kemudian
membangun kebiasaan intelektual karena budaya itu diawali dengan adanya
keterbiasaan.
A : Tanggung jawab untuk menciptakan budaya intelektual adalah seluruh kader
tetapi sebagai pelopor adalah pimpinan khususnya bidang keilmuan hari ini.
Feedback :
Zaky : Hari ini kualitas intelektual kader itu bagaimana ? Dan apa kendalanya ?
A : Kesulitan yang utama adalah tidak adanya indikator sejauh mana ketercapaian
intelektual kader hari ini, karena cukup sulit untuk menentukannya.
A : Terkadang peningkatan wacana seseorang seringkali lebih dahulu muncul
daripada tingkat kesadaran seseorang.
Cak Mu : Bagaimana bisa membangun budaya intelektual kalau program kerja
bidang keilmuan tidak mencerminkan itu ?
A : Bekal yang disampaikan pimpinan itu dijadikan sebagai alat untuk membedah
permasalahan-permasalahan di sekitar.
Solusi dan Rekomendasi :
o Adanya indikator yang jelas yang mampu mengukur perkembangan
intelektual kader.
o Indikator yang dibuat harus merepresentasikan dari metode edukasi yang
dilaksanakan di Aufklӓrung dan disesuaikan dengan kondisi komisariat.
8. Agiel : Pendapat pimpinan mengenai dualism ?
A : Dualisme bukanlah sebuah hambatan, tetapi seharusnya memang sudah
menjadi pertimbangan dan sudah seharusnya pimpinan yang dualisme mengetahui
resiko yang akan dihadapi.
Feedback :
Agiel : Apa baru hari ini, atau sudah dari dulu-dulu ?
A : Sudah ada dari dulu mengenai permasalahan dualisme. Pertanyaanya adalah
apakah hari ini menjadi masalah pokok atau tidak terhadap organisasi kita ?
A : Bukan masalah sebenarnya secara personal karena tiap personal yang
dualisme seharusnya mampu untuk melakukan manajerial yang baik.
Solusi dan Rekomendasi :
o Mau dualisme atau lebih tidak menjadi masalah, asalkan tugas pimpinan
tetap dilaksanakan dengan baik.
o Kalau dengan dualisme tidak memaksimalkan kinerja sebagai pimpinan,
maka sebaiknya menegaskan bahwa calon pimpinan tidak boleh dualisme.
9. Cak Mu : Dalam hal sosialisasi kebijakan kenapa memakai propaganda, bukannya
propaganda itu untuk di luar struktural ?
A : Maksudnya adalah dijelaskan ulang secara keseluruhan kepada elemen yang
ada di bawahnya sehingga mampu untuk dipahamkan permasalahan kebijakan itu
Solusi dan Rekomendasi :
o Ketua dalam membentuk kebijakan bisa menggunakan instruksi secara
keorganisasian dan propaganda secara personal.
10. Syahrul : Bagaimana menciptakan pola komunikasi yang efektif ? Dan apa
kendalanya mengenai pola komunikasi di pimpinan hari ini ?
A : Hari ini pimpinan tidak disiplin dalam menjalankan kebijakan yang sudah
disepakati di rapat pimpinan. Dan hari ini pola komunikasi di luar bidang itu
masih belum dilaksanakan secara maksimalm sehingga keefektifan setiap rapat
menjadi terganggu, contoh rapat di-pending karena kurang bahan analisa yagn
seharusnya bisa didapatkan di luar rapat.
Solusi dan Rekomendasi :
o Perlu adanya pola komunikasi dari setiap bidang ke antar bidang di luar
agenda formal sehingga ada bekal sebelum pelaaksanaan rapat itu sendiri.
11. Mas Yandi : Bagaimana bendahara bisa menyetujui agenda yang memerlukan
keuangan yang cukup banyak sedangkan laporannya devisit dan agenda masih
bisa terlaksana ?
A : Kekurangan dana setiap kegiatan biasanya dari pembayaran uang kas, SWP,
SWO da nada beberapa pimpinan yang menjadi donatur.
Feedback :
Mas Yandi : Apakah tidak ada jalan lain untuk menutupi selain yang di atas ?
A : Kendala utamanya adalah misalkan sudah ada kesepakatan untuk iuran, jika
ada 1 yang tidak membayar maka akan ada devisit.
Cak Mu : Kenapa setiap agenda kok banyak sekali pengeluarannya ? Padahal
pengeluran seharunya bisa diminimalisir ?
A : Dalam prakteknya tidak semua membayar sehingga apa yang sudah
direncanakan itu tidak bisa direalisasikan dengan baik.
Solusi dan Rekomendasi :
o Setiap bidang menyertakan RAB di awal periode sehingga bendahara
mampu untuk merencanakan pengeluaran komisariat.
o Diberikan bantuan dengan cara membuat sistem informasi untuk
meringankan tugas bendahara.
o Lebih merealistiskan rencana biaya yang akan dikeluarkan setiap agenda.
12.