nonstreril_tugas_hidrotropi.docx

11
FORMULASI SEDIAAN NON-STERIL HIDROTROPI OLEH : KELOMPOK 7 M. Ifan Iswandi (1008505042) Ni Putu Jayanti Trisna Dewi (1108505013) Komang Ayu Paramita Widhiastuti (1108505024) Ida Ayu Made Kesuma Dewi (1108505038) A.A. Made Istri Rismayanti (1108505048) JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Upload: ivankopler

Post on 25-Oct-2015

222 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

dalam akalah ini dijelaskan mengenai mekanisme hidrotropi dalam prosel pelarutan solut dalam solven

TRANSCRIPT

FORMULASI SEDIAAN NON-STERIL

HIDROTROPI

OLEH :

KELOMPOK 7

M. Ifan Iswandi (1008505042)

Ni Putu Jayanti Trisna Dewi (1108505013)

Komang Ayu Paramita Widhiastuti (1108505024)

Ida Ayu Made Kesuma Dewi (1108505038)

A.A. Made Istri Rismayanti (1108505048)

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2013

I. PENDAHULUAN

Beberapa metode dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan senyawa obat

yang kurang larut di dalam air dengan tujuan meningkatkan bioavailabilitas sediaan

farmasetika. Obat yang digunakan secara oral diabsorpsi dengan baik ketika senyawa

obat menunukkan kelarutan yang baik di dalam medium cairan gastro intestinal dan

memberikan ketersediaan farmasetik yang baik. Beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi daya kelarutan senyawa diantaranya adalah perubahan pH,

mikronisasi, modifikasi kimia, co-solvensi, solubilisasi misel hidrotropi, dan lain-lain

(Chanudary, et al., 2012).

Formulasi larutan menghadirkan banyak masalah teknis untuk ahli farmasi

industry. Beberapa obar bersifat tidak stabil; sifat ini menjadi masalah bila senyawa

obat di dalam larutan. Beberapa perlakuan penting untuk dilakukan untuk menjamin

kelarutan senyawa yang sukar larut di dalam air, namun juga harus dapat memenuhi

persayaratan kenyamanan penggunaan sediaan jadi (Lachaman, et al., 1994).

Melarut tidaknya suatu obat dalam system tertentu dan besarnya kelarutan

sebagian besar tergantung pada sifat serta intensitas kekuatan yang ada pada zat

terlarut, pelarut, dan resultan interaksi zat terlarut-pelarut. Sifat energy interaksi dan

peran faktor-faktor elektronik serta sterik dalam menentukan kelarutan zat-zat dalam

berbagai golongan pelarut (Martin et al., 1969)

II. PROSES PELARUTAN

Proses pelarutan suatu senyawa di dalam pelarutnya diawali dengan pecahnya

susunan intermolekuler, pemisahan molekul pelarut untuk menyediakan ruang untuk

senyawa terlarut, dan interaksi senyawa terlarut dan pelarutnya. Tahap-tahap

pelarutan dapat dilihat dari gambar berikut ini.

Breaking dan terbentuknya ruang intermolekuler

Senyawa terlarut terpecah dari bentuk bulk

Interaksi molekul senyawa terlarut dan pelarut dalam ruang

Gambar 1. Skema proses terjadinya pelarutan (Martin, et al., 1969)

III. HIDROTROPI

Batasan hidrotropi telah digunakan untuk merancang peningkatan kelarutan

dalam air dari berbagai zat karena adanya bahan tambahan dalam jumlah besar.

Mekanisme bagaimana terjadinya efek ini sampai sat ini belum terpecahkan

sepenuhnya, beberapa peneliti berpendapat bahwa hidrotrofi hanyalah tipe lain dari

solubilisasi, dengan zat terlarut yang melarut dalam kumpulan-kumpulan terarah dari

zat hidrotrofi tersebut. tetapi larutan-larutan hidrotropi tidak menunjukkan sifat

koloid. Peneliti lain merasa bahwa fenomena ini berkaitan dengan pebentukan

kompleks yang meliputi suatu interaksi lemah antara zat hidrotropi dan zat

terlarut(Lachaman, et al., 1994).

Hidrotropi adalah fenomena kelarutan dimana penambahan sejumlah besar zat

terlarut dalam peningkatan kelarutan zat terlarut lain dalam air. Hidrotropi merupakan

salah satu teknik untuk meningkatan kelarutan dengan penggunaan hidrotrop seperti

natrium benzoat, natrium sitrat, urea, niacinamide dll dan memiliki banyak

keuntungan seperti, tidak memerlukan modifikasi kimia obat hidrofobik, penggunaan

pelarut organik , atau penyusunan sistem emulsi. Hidrotropi telah digunakan dalam

banyak literatur untuk menunjuk zat pembentuk non-misel, baik cairan atau padat,

organik atau anorganik, yang mampu melarutkan senyawa yang tidak larut dalam air

(Nidhi dkk., 2011).

Hidrotropi merupakan proses pelarutan yang dipengaruhi oleh penambahan

senyawa tambahan dalam jumlah besar dengan tujuan meningkatkan lekarutan

senyawa dalam pelarut berair. Mekanisme peningkatan kelarutan dengan cara ini

terkait pembentukan kompleks yang melibatkan interaksi antara senyawa hidrotropik

dengan senyawa solut yang sukar larut dalam air (Cao, et al., 2005).

Senyawa hidrotropi merupakan senyawa ion garam organic, penambahan

senyawa asam dapat meningkatkan kelarutan senyawa yang kurang larut dalam air,

proses ini disebut dengan salting in. beberapa garam dengan jumlah kation dan anion

yang besar memiliki kelarutan yang tinggi dalam larutan berair. Larutan hidrotropi

tidak menunjukkan sifat koloid dan memilik interaksi yang lemah antara senyawa

hidrotropik dan solut. Keuntungan yang diperoleh dari teknik ini adalah karena

selektifitas yang tinggi, dan tidak membutuhkan emulsifikasi, hidrotopi hanya

membutuhkan pencampuran solute/senyawa obat, senyawa hidrotropi dan pelarut air,

tanpa ada penambahan pelarut organic, modifikasi struktur solute dan system emulsi

(Balasubramanian dan Friberg, 1993).

Klasifikasi dari senyawa hidrotrop berdasarkan struktur molekulnya sulit, karena

jenis yang luas dari senyawa yang mendukung sifat ini. Contohnya adalah etanol,

alcohol aromatic, salisilat, alkaloid seperti kafein dan nikotin, surfaktan ionic seperti

SDS (Sodium dodecyl sulphate) (Roy dan Moulik, 2002).

IV. MEKANISME HIDROTROPI

Hidrotrop adalah senyawa yang melarutkan senyawa hidrofobik dalam larutan

air. Biasanya, hidrotrop terdiri dari bagian hidrofilik dan bagian hidrofobik (seperti

surfaktan) tetapi bagian hidrofobik umumnya terlalu kecil untuk menyebabkan

agregasi secara spontan. Hidrotrop tidak memiliki konsentrasi yang cukup untuk

pembentukan agregasi secara tiba-tiba. Sebaliknya, beberapa agregat hidrotop dalam

proses agregrasi mampu meningkatkan ukuran agegat (Maheswari, 2006).

Sebagai contoh untuk meningkatkan kelarutan parasetamol dalam air, obat yang

kelarutannya buruk dalam air dapat ditambahkan larutan pekat urea (hidrotropik

agent). Fenomena hidrotropik dipakai untuk dispersi padat sirup parasetamol.

Dispersi padat dievaluasi untuk mengetahui laju disolusi dan peningkatan laju

disolusi diamati. Analisis IR mengungkapkan bahwa tidak ada kompleksasi / interaksi

antara parasetamol dan urea. Parasetamol sirup dengan urea menunjukkan stabilitas

kimia yang baik (Nidhi dkk., 2011).

Gambar 2. Hidrotropik agen untuk obat-obat yang kelarutannya buruk dalam air

Semakin buruk kelarutan obat dalam air makan akan semakin tinggi konsentrasi

hidrotrop yang dibutuhkan untuk meningkatkan kelaruttan senyawa (Maheswari,

2008). Larutan hidrotropik dapat digunakan untuk mengekstrak obat hidrofobik tanpa

memerlukan pelarut organic (Maheswari dkk., 2009).

V. KEUNTUNGAN HIDROTROPI

1. Hidrotropi disarankan untuk menjadi metode kelarutan lain, seperti

pembentukan misel, kelarutani misel, co-solvency dan salting in, karena

karakter pelarut tidak bergantung pada pH, memiliki selektivitas tinggi, dan

tidak memerlukan emulsifikasi.

2. Hanya memerlukan pencampuran obat dengan hidrotrop dalam air.

3. tidak memerlukan modifikasi kimia obat hidrofobik, penggunaan pelarut

organik , atau penyusunan sistem emulsi.

(Jain dkk., 2010).

DAFTAR PUSTAKA

Balasubramanian dan Friberg, 1993. In Surface and Colloid Science. New York:

Plenum Press.

Cao, FT., et al., 2005. The Physicochemical Characteristic of Freeze-Dried

Scutellarin-Cyclodextrin Tetracomponent Complexes. Drug Dev. Ind. Pharm.

Vol. 31: 747-756

Chaundary, Amit, et al. 2012. Enhancement of Solubilization and Bioavailability of

Poorly Sulobe Drugs by Physical and Chemical Modifications: A Recent

Review. Journal of Advance Pharmacy Education & Research. Vol. 2 (2): 32-

67.

Jain P, Goel A, Sharma S, dan Parmar M. 2010. Solubility Enhancement Techniques

with Special Emphasis On Hydrotrophy. International Journal of Pharma

Professional’s Research 1(1): 34-45.

Lachman, L., et al., 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri edisi II. Jakarta:

Universitas Indonesia Press.

Maheshwari, RK. 2006. Solid dispersion and syrup formulation of poorly water-

soluble drug by hydrotropy. Indian Pharmacist 5: 87-90.

Maheshwari, RK. 2008. Analytical techniques using hydrotropic solubilization

[Thesis]. Department of Pharmacy, Shri G.S. Institute of Technology and

Science, Indore. Hal 61-62.

Maheshwari RK, Bishnoi SR, Kumar D, dan Krishna M. 2009. Quantitative

spectrophotometric determination of ornidazole tablet formulations using

ibuprofen sodium as hydrotropic solubilizing agent. Digest J Nanomat

Biostructr 4:751–754.

Martin, et al., Physical Pharmacy ed II. Philadelphia: Lea & Febiger pub.

Nidhi, K., Singhvi I, Mehta K, Karwani G, dan Dhrubo JS. 2011. Hydrotropy: a

promising tool for solubility enhancement: a review. International Journal of

Drug Development & Research 3(2).

Roy dan Moulik, 2002. Colloids Surface. A Physicochemical Engineering Aspects.