new pengaruh model pembelajaran cooperative … · 2020. 2. 15. · pengaruh model pembelajaran...
TRANSCRIPT
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE ARTIKULASI TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL PADA SISWAKELAS IV
SD NEGERI BAREMBENG II KECAMATAN
BONTONOMPO KABUPATEN GOWA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
NURUL UTARI
10540 9595 15
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2019
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE ARTIKULASI TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL PADA SISWA KELAS IV
SD NEGERI BAREMBENG II KECAMATAN
BONTONOMPO KABUPATEN GOWA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
NURUL UTARI
10540 9595 15
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2019
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada kemudahan.
Karena itu bila kau telah selesai (mengerjakan yang lain).
Dan berharaplah kepada Tuhanmu.
(Q.S Al Insyirah : 6-8 )
Kupersembahkan karya ini buat:
Kedua orang tuaku, saudaraku, teman karibku dan sahabatku,
atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis mewujudkan
harapan menjadi kenyataan.
ABSTRAK
Nurul Utari, 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Artikulasi Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Pada Siswa kelas IV
Sd Negeri Barembeng II Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa. Skripsi,
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Di bawah bimbingan H.
Nurdin dan Hj. Sitti Fatimah Tola.
Masalah utama dalam penelitian ini yaitu apakah model pembelajaran
Cooperative Learning Tipe Artikulasi berpengaruh terhadap hasil belajar ilmu
pengetahuan sosial siswa kelas IV SD Negeri Barembeng II Kabupaten Gowa.
Jenis penelitian ini adalah penelitian Pre-Eksperimental Design yang
menggunakan desain “One Group Pretest Posttest Design”. Populasi penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri Barembeng II yang berjumlah 30
orang. Dalam penarikan sampel penelitian menggunakan teknik purposive
sampling. Teknik purposive sampling adalah salah satu teknik sampling non
random sampling dimana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara
menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga
diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian. Sampel dalam penelitian ini
adalah siswa kelas IV yang berjumlah 30 orang, terdiri dari 13 orang perempuan
dan 17 orang laki-laki. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik pemberian tes
dan observasi. Data yang terkumpul dalam penelitian dianalisis dengan
menggunakan analisis statistik deskriptif dan inferensial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pengaruh model pembelajaran
Cooperative Learning Tipe Artikulasi terhadap hasil belajar ilmu pengetahuan
sosial siswa kelas IV SD Negeri Barembeng II Kecamatan Bontonompo
Kabupaten Gowa sebesar 10,7. Berdasarkan nilai tersebut dapat dibandingkan
dengan nilai db = N-1, 30 – 1 = 29. Jadi, db = 30 – 1 = 29 dan t = 0,05 (tabel
terlampir). Sementara, = 10,7 dan = 1,699. Dengan demikian > .
Perbandingan hasil kemampuan pretest dan posttest menunjukkan bahwa nilai
sebanyak 10,7 > nilai 1,699. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian
yang diajukan diterima. Hipotesis diuji dengan statistik uji t, yaitu penggunaan
model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Artikulasi berpengaruh terhadap
hasil belajar ilmu pengetahuan sosial siswa kelas IV SD Negeri Barembeng II
Kecamatan Kabupaten Gowa.
Kata Kunci : Pengaruh, model pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Artikulasi hasil belajar ilmu pengetahuan sosial
vii
ix
KATA PENGANTAR
Allah Maha Penyayang dan Pengasih, demikian kata untuk mewakili atas
segala karunia dan Nikmat-Nya. Jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugerah
pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu,
Sang Khalik. Skripsi ini adalah setitik dari sederetan berkah-Mu.
Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi
terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan
bagaikan fatamorgana yang semakin dikejar semakin menghilang dari pandangan,
bagai pelangi yang terlihat indah dari kejauhan, tetapi menghilang jika didekati.
Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi
kapasitas penulis dalam keterbatasa. Segala daya dan upaya telah penulis
kerahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam
dunia pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.
Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan
tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua
orang tua Abdullah, dan Hj Sadariah yang telah berjuang, berdoa, mengasuh,
membesarkan, mendidik, dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu.
Demikian pula, penulis mengucapkan kepada para keluarga yang tak hentinya
memberikan motivasi dan selalu menemaniku dengn candanya, kepada Drs. H.
Nurdin, M.Pd, dan Dra. Hj. Siti Fatimah Tola, M.Si,. pembimbing I dan
pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sejak
awal penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.
Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada; Prof. Dr. H.
Abdul Rahman Rahim, M.M., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar,
Erwin Akib, S.Pd., M.Pd.,Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar, dan Dan Aliem Bahri, S.Pd.,M.Pd., Ketua
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muhammadiyah
Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan
yang sanagt bermanfaat bagi penulis.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Kepala Sekolah, Guru, Staf
SD Negeri Barembeng II, dan Ibu Risna, S.Pd., selaku wali kelas di sekolah
tersebut yang telah memberikan izin dan bantuan untuk melakukan penelitian.
Penulis juga ucapkan terima kasih kepada teman – teman seperjuanganku Dija,
Nurmi, Leli dan Jannah yang selalu menemaniku dalam suka dan duka, sahabat –
sahabatku terkasih Uni dan Ridha, partnerku Mursalim serta seluruh rekan
mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar angkatan 2015 atas segala
kebersamaan, motivasi, saran, dan bantuannya kepada penullis yang telah
memberikan pelangi dalam hidupku.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa
mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan
tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak
akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis.
Amin.
Makassar, 02 Agustus 2019
Penulis
xi
x
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL.................................................................................................... ..... i
HALAMAN JUDUL ................................................................................. ..... ii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... ..... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... ..... iv
SURAT PERNYATAAN.......................................................................... ..... v
SURAT PERJANJIAN............................................................................. ..... vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. ..... vii
ABSTRAK ................................................................................................. ..... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xiv
DAFTAR BAGAN ....................................................................................................... 15
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... 16
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
TINDAKAN
A. Kajian Pustaka............................................................................. 9
xii
1. Hasil Penelitian Relevan ............................................................. 9
2. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar ..........
10 a. Pengertian Pembelajaran
........................................................ 10
b. Pengertian Ilmu Pendidikan Sosial ......................................... 11
c. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial di SD .................... 11
d. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar ................ 12
3. Model Pembelajaran Cooperative Learning ...............................
13 a. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning
......... 13
b. Karakteristik Model Pembelajaran Cooperative Learning .....
14
c. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Cooperative
Learning ..................................................................................15
4. Tipe Artikulasi ............................................................................
17
a. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Artikulasi.................................................................................17
b. Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Artikulasi ................................................................................18
c. Sintak Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Artikulasi dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ..... 20
5. Hasil Belajar ...............................................................................
23
xiii
a. Pengertian Hasil Belajar..........................................................23
b. Jenis – Jenis Hasil Belajar ......................................................24
B. Kerangla Pikir.............................................................................. 25
C. Hipotesis Penelitian .................................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian .........................................................
27
B. Populasi dan sampel ....................................................................
29
C. Defenisi Operasional Variabel ....................................................
30
D. Instrumen Penelitian.................................................................... 31
E. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 33
F. Teknik Analisis Data................................................................... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian............................................................................ 40
B. Pembahasan................................................................................. 50
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan....................................................................................... 53
B. Saran ........................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Implementasi Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Artikulasi .................................................................................. 20
3.1 Populasi Jumlah Siswa yang ada di Sekolah............................. 29
3.2 Populasi Jumlah Siswa Kelas IV............................................... 30
3.3 Definisi Operasional Variabel Peneltian................................... 30
3.4 Standar Ketuntasan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Soisal..... 34
3.5 Kriteria Ketuntasan Belajar....................................................... 34
4.1 Perhitungan untuk mencari mean (rata-rata) nilai prestest....... 39
4.2 Tingkat Hasil Belajar Pretest..................................................... 40
4.3 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosisal.. 41
4.4 Perhitungan untuk mencari mean (rata-rata) nilai posttest......... 42
4.5 Tingkat Hasil Belajar Posttest.............................................................. 43
4.6 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial.............. 44
4.7 Hasil Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa..................................... 45
xiv
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
2.1 Skema Kerangka Pikir.......................................................................... 26
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran......................................................... 55
2. Materi ajar................................................................................................ 75
3. LKS Pretest dan Posttest dan Kunci Jawaban.......................................... 88
4. Lembar Observasi Guru dan Siswa.......................................................... 93
5. Daftar Hasil Belajar Nilai Pretest dan Nilai Posttest................................ 95
6. Analisis Nilai Pretest dan Posttest............................................................ 99
7. Penyususnan table nilai-nilai dalam distribusi t....................................... 100
8. Dokumentasi............................................................................................. 101
9. Riwayat hidup........................................................................................... 104
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia karena dapat mempengaruhi perkembangan dalam seluruh aspek
kepribadian dan kehidupannya. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat selama
manusia masih mampu mengembangkan aspek kepribadian tersebut.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dari fungsi pendidikan di atas dapat dijelaskan bahwa pendidikan
berfungsi untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri
masingmasing individu. Potensi tersebut perlu dikembangkan demi suatu
perubahan yang lebih baik agar kelak menjadi individu yang cakap dan kreatif.
Pendidikan sangat penting, karena dengan pendidikan manusia bisa memperoleh
pengetahuan dan keterampilan serta dapat mengembangkan kemampuan, sikap
dan tingkah laku. Sementara itu, tujuan Pendidikan Nasional selalu beriringan
dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Seiring dengan
perkembangan IPTEK maka proses pendidikan pun mengalami perubahan.
Mengingat pentingnya pendidikan bagi manusia, pendidikan harus merata. Setiap
manusia Indonesia mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan.
1
2
Manusia dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan serta dapat
mengembangkan sikap, mental dan perilaku melalui pendidikan. Pendidikan dapat
diperoleh di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Pendidikan di sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan yang harus di
tempuh siswa sebelum ke jenjang SMP dan selanjutnya ke SMA. Pemahaman
konsep di jenjang sekolah dasar harus dikuasai dengan baik karena konsep yang
tertanam di sekolah dasar akan menjadi dasar dan membawa pengaruh yang
sangat besar di jenjang selanjutnya. Mengingat peranan pendidikan di jenjang
sekolah dasar sangat penting, maka penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan
di jenjang tersebut harus benar-benar diperhatikan agar tercapai kualitas
pendidikan yang baik.
Untuk mencapai kualitas pendidikan yang baik maka perlu sistem
pendidikan yang baik pula. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 3 menyatakan bahwa “sistem
pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait
secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional”. Berdasarkan
Undang-
Undang di atas, komponen pendidikan berarti bagian dari sistem pendidikan yang
berperan dalam berlangsungnya proses pendidikan untuk mencapai tujuan.
Komponen-komponen tersebut saling terkait sehingga melemahnya satu atau
lebih komponen dapat menghambat tercapainya tujuan belajar.
Salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan nasional adalah
guru. Guru merupakan pihak yang sangat dekat dengan siswa dan terlibat secara
langsung dalam pelaksanaan pembelajaran. Sebagai seorang pendidik yang
profesional guru tidak hanya diharuskan menguasai materi pelajaran yang
3
diajarkannya namun mereka juga harus memiliki kemampuan dalam menerapkan
strategi, metode, serta menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan
materi pelajaran yang nantinya akan mereka ajarkan.
Hasil observasi menemukan bahwa motivasi belajar 30 siswa pada
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial masih rendah. Hal ini tampak ketika guru
menjelaskan materi, beberapa siswa terlihat sibuk dengan kegiatan masingmasing.
Ada siswa yang mengobrol dengan teman sebangkunya, mendengarkan penjelasan
guru namun terlihat tidak konsentrasi. Ketika mencatat materi yang didikte guru,
siswa terlihat malas dan ada beberapa yang tidak mencatat. Akibatnya ketika
diberi pertanyaan, siswa tidak bisa menjawab. Ketika mengerjakan soal latihan,
masih banyak siswa yang menyontek jawaban teman. Hal ini diperkuat dengan
hasil wawancara dengan beberapa siswa juga menunjukkan bahwa motivasi
belajar siswa masih rendah. Siswa tidak belajar lagi di rumah setelah belajar di
sekolah. Siswa tidak belajar jika tidak ada pekerjaan rumah (PR) dan ketika tidak
disuruh belajar oleh orang tua.
Adapun data dari pencapaian hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa
kelas IV semester I tahun pelajaran 2019/2020 masih di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 75. Data hasil belajar
kelas IV menunjukkan dari 30 siswa hanya 10 siswa (45%) yang mendapatkan
nilai di atas KKM sedangkan sisanya 20 siswa (55%) nilanya di bawah KKM 75.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan
mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. Ilmu Pengetahuan Sosial
4
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan
dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi
warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga
dunia yang cinta damai. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dirancang untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap
kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang
dinamis.
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial bertujuan untuk membuat peserta
didik dapat mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkunganya, peserta didik dididik untuk berpikir logis dan kritis
dalam memecahkan masalah kehidupan sosial. Melalui Ilmu Pengetahuan Sosial,
peserta didik dapat memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial
dan kemanusiaan. Selain itu, Ilmu Pengetahuan Sosial mengajarkan dan melatih
peserta didik dalam berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global (Sapriya,
2013:194). Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial membantu peserta didik
dalam memahami pengalaman dan menemukan arti kehidupannya, selain itu
siswa dipersiapkan untuk berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, serta
memberikan bimbingan dan arahan dalam menemukan ide-ide baru untuk
memecahkkan masalah yang dikembangkan dari konsep-konsep ilmu sosial
(Susanto, 2014:6).
5
Pada kenyataanya di lapangan, karakteristik dan tujuan Ilmu Pengetahuan
Sosial tersebut belum sepenuhnya tersampaikan. Susanto (2014:5) menyatakan
bahwa masih terdapat kelemahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial, guru masih menggunakan model pembelajaran yang bersifat
konvensional, tidak adanya improvisasi dalam pembelajaran menyebabkan
pembelajaran kurang bermakna dan tidak sesuai dengan tuntutan zaman.
Kelemahan pembelajaran dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tersebut
dikarenakan terbatasnya aktivitas belajar peserta didik yang telah didominasi oleh
peran guru. Mengajar lebih ditampakkan daripada kegiatan pembelajaran,
sehingga berdampak pada lemahnya proses dan pengalaman belajar serta
rendahnya hasil belajar.
Sebagai upaya pemecahan permasalahan tersebut maka peneliti akan
melakukan penelitian eksperimen pada tahun ajaran 2019/2020 untuk mengetahui
perbedaan model pembelajaran cooperative learning tipe artikulasi dengan
metode ceramah yang selama ini digunakan dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial di kelas IV SD Negeri Barembeng II. Agar penelitian lebih
terarah, maka permasalahan dibatasi pada hasil belajar siswa pada ranah kognitif.
Model pembelajaran cooperative learning atau pembelajaran kooperatif
adalah kegiatan belajar siswa dengan struktur kerjasama yang teratur dalam
kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih, untuk memecahkan masalah
yang diberikan dan mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Keberhasilan
kerja sangat dipengaruhi keterlibatan setiap anggota kelompok itu sendiri
(Hamdani, 2011:30). Sedangkan mode pembeljaran cooperative learning tipe
6
artikulasi merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam
pembelajaran dimana siswa dibentuk menjadi kelompok kecil yang masingmasing
siswa dalam kelompok tersebut mempunyai tugas mewawancarai teman
kelompoknya tentang materi yang baru disampaikan oleh guru. Salah satu anggota
berperan sebagai “penyampai pesan“ dan yang lain berperan sebagai “penerima
pesan”. Konsep pemahaman sangat diperlukan dalam mode pembelajaran ini
(Huda, 2014:268). Melalui pembelajaran model pembelajaran cooperative
learning tipe artikulasi diharapkan pembelajaran menjadi lebih menarik,
menyenangkan, dan bermakna.
Pembelajaran tersebut dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertukar pendapat, bekerja sama dan berdiskusi dengan siswa lain, berinteraksi
aktif dengan guru, dan dapat membantu siswa dalam memahami materi IPS yang
telah dipelajari.
Dari uraian latar belakang di atas maka peneliti akan mengkaji melalui
penelitian eksperimen dengan judul “Pengaruh Model pembelajaran Cooperative
Learning Tipe Artikulasi Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Pada
Siswa Kelas IV SDN Barembeng II Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada Pengaruh Model
pembelajaran Cooperative Learning Tipe Artikulasi Terhadap Hasil Belajar Ilmu
7
Pengetahuan Sosial Pada Siswa Kelas IV SDN Barembeng II Kecamatan
Bontonompo Kabupaten Gowa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui Pengaruh Model pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Artikulasi Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Pada Siswa Kelas IV
SDN Barembeng II Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik bersifat
teoretis maupun bersifat praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan informasi kepada guru di sekolah penelitian ini, bahwa
penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan proses pembelajaran.
b. Memberikan sumbangan pengetahuan dalam bidang pendidikan yang
berkaitan dengan masalah proses pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Siswa
1) Meningkatkan aktivitas belajar siswa terhadap pembelajaran IPS.
2) Meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya dalam mata pelajaran IPS.
3) Meningkatkan kemandirian siswa dalam proses pembelajaran.
4) Melatih kesiapan siswa dalam megikuti pembelajaran.
5) Melatih daya serap pemahaman siswa.
6) Melatih keterampilan berbicara siswa.
8
7) Meningkatkan interaksi antarsiswa.
b. Manfaat Bagi Guru
1) Sebagai bahan perbaikan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
di kelas menggunakan model-model pembelajaran inovatif, khususnya
pembelajaran menggunakan model pembelajaran cooperative learning
tipe artikulasi.
2) Dapat menambah profesionalisme guru
3) Memberikan pengetahuan pada guru mengenai penggunaan model
cooperative learning tipe artikulasi dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Hasil Penelitian yang Relevan
Ada beberapa penelitian sebelumnya yang dijadikan referensi bagi penulis,
diantaranya:
1) Penelitian lain juga dilakukan oleh Junianto (2015) yang berjudul
“Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Melalui
Model Artikulasi dan Media Power Point” yang dilakukan di kelas IVA
SD Negeri 08 Metro Selatan. Hasil penelitian ini menunjukkan aktivitas
siswa pada siklus I adalah 69%, hasil belajar ranah psikomotor sebesar
74,5%, dan hasil belajar ranah kognitif sebesar 60%. Pada siklus II
menunjukkan aktivitas siswa sebesar 80%, hasil belajar ranah psikomotor
sebesar 82,5 , dan hasil belajar ranah kognitif sebesar 80%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa melalui model artikulasi dan media power point
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS pada kelas IVA SD
Negeri 08 Metro Selatan.
2) Penelitian lain yang dilakukan oleh Nuriati, dkk (2014) dengan judul
“Eksperimentasi Model Pembelajaran Artikulasi dengan Mengunakan Alat
Peraga pada Materi Bangun Ruang”. Dalam penelitian ini uji hipotesis
yang digunakan adalah uji-t. Dari hasil ini diperoleh thitung = 3,39 dan ttabel
= t0,05;62 = 1,645. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan
model pembelajaran artikulasi dengan menggunakan alat peraga mampu
10
meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar, dan prestasi belajar
9
matematika siswa yang mendapat pembelajaran dengan model
pembelajaran artikulasi lebih baik dibandingkan model pembelajaran
konvensional pada materi bangun ruang.
Dari beberapa penelitian di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative
Learning Tipe Artikulasi Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Pada
Siswa Kelas IV SDN Barembeng II Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa”.
2. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu proses yang melibatkan guru, siswa,
lingkungan belajar dan sumber-sumber belajar. Hal ini sesuai dengan Undang-
Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 (Isnaeni, 2013 : 14) tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab 1 Pasal 1 mendefinisikan bahwa pembelajaran adalah proses
interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Rifa’I dan Catharina (2012: 159) mengartikan pembelajaran sebagai suatu
proses komunikasi antara pendidik dengan peserta didik, atau antar peserta didik.
Komunikasi tersebut akan membantu proses belajar dalam kegiatan pembelajaran.
Rifa’I dan Catharina (2012: 159) menambahkan bahwa proses komunikasi
sebagai
esensi dari pembelajaran tersebut dapat dilakukan secara verbal (lisan) ataupun
secara non-verbal, seperti penggunaan media pembelajaran. Media pembelajaran
digunakan untuk membantu menyampaiakan pesan/ atau materi dalam
pembelajaran (Rifa’I dan Catharina, 2012: 161).
11
Penggunaan media yang tepat dan dengan memperhatikan keberagaman
dan keunikan proses belajar akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa
(Daryanto, 2012: 12). Hal ini berarti penggunaan media memiliki peran yang
strategis dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian peneliti menyimpulkan
bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara guru dengan siswa dan
membutuhkan media untuk memperjelas materi yang disampaikan.
b. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Menurut Susanto (S2014:6) “IPS merupakan integrasi dari cabang-cabang
ilmu sosial, yaitu sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan
budaya. IPS dirumuskan atas dasar realita dan fenomena sosial tersebut”.
Sapriya (2014:20) mengatakan “IPS merupakan mata pelajaran yang
terdiri dari gabungan beberapa mata pelajaran atau disiplin ilmu seperti sosiologi,
sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya”.
Menurut Permendiknas No 22 tahun 2006 IPS merupakan salah satu mata
pelajaran yang diberikan mulai dari SD, SMP, Ilmu Pengetahuan Sosial
mengakaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan
dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI memuat materi geografi, sejarah, sosiologi,
ekonomi.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa IPS
adalah gabungan dari cabang-cabang ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi,
ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial. Ilmu Pengetahuan
Sosial mengakaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang
berkaitan dengan isu sosial.
12
c. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial di SD
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) memiliki ruang lingkup yang meliputi berbagai aspek,
yaitu:
1) Manusia, Tempat, dan Lingkungan
2) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan
3) Sistem Sosial dan Budaya
4) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan
d. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar
Menurut Yaba (2006:5) secara khusus tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial di
Sekolah Dasar dapat dikelompokkan menjadi empat komponen:
1) Memberikan kepada siswa pengetahuan tentang pengalaman manusia
dalam kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, sekarang dan masa yang
akan datang.
2) Menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan (skill) untuk
mencari dan mengolah informasi.
3) Menolong siswa untuk mengembangkan nilai/sikap demokrasi dalam
kehidupan masyarakat.
4) Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil bagian /
berperan serta dalam bermasyarakat.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang standar isi, mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD/MI dirancang
untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis
terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat
13
yang dinamis. Tujuan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah agar peserta
didik memiliki kemampuan:
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan lingkungannya.
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan social.
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan
global.
Menurut Susanto (2014:33) tujuan umum mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial di SD, antara lain:
1) Memperoleh gambaran tentang suatu daerah atau lingkungan sendiri
2) Memperoleh informasi entang suatu daerah/wilayah Indonesia
3) Memperleh pengetahuan tentang penduduk Indonesia
4) Menumbuhkan wawasan dan kesadaran kebangsaan
5) Mengetahui kebutuhan hidup
6) Merasakan kemajuan teknologi
7) Mampu berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetisi di tingkat lokal,
nasional, dan internasional
8) Mampu berinteraksi sebagai makhluk sosial yang berbudaya
9) Memiliki kepekaan terhadap peristiwa sosial budaya, dan 10)Memiliki
integritas tinggi terhadap negara dan bangsa.
3. Model Pembelajaran Cooperative Learning
14
a. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning
Model pembelajaran cooperative learning atau model pembelajaran
kooperatif adalah model dengan interaksi sosial, dimana siswa dalam
pembelajaran dibentuk menjadi kelompok-kelompok kecil, dengan adanya kerja
sama anggota kelompok dapat menumbuhkan motivasi yang lebih besar dari pada
belajar secara individu (Huda, 2014: 110).
Model pembelajaran cooperative learning adalah kegiatan belajar siswa
dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Siswa
belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu untuk
memahami materi pelajaran (Hamdani, 2011:30).
Menurut Susanto (2014: 204) Model pembelajaran cooperative learning
adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa menjadi
kelompokkelompok kecil dimana anggotanya terdiri dari berbagai unsur
(heterogen) untuk bekerja sama secara terarah dalam sebuah tim dalam mecapai
tujuan bersama dengan cara menyelesaikan masalah maupun tugas.
Dari pendapat-pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran cooperative learning atau model pembelajaran kooperatif adalah
kegiatan belajar siswa dengan struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok.
Pengelompokan anggotanya bersifat heterogen. Siswa bekerja sama untuk
memecahkan masalah yang diberikan, saling membantu dalam memahami materi
pelajaran, dan mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Keberhasilan
kerja sangat dipengaruhi keterlibatan setiap anggota kelompok itu sendiri.
b. Karakteristik Model Pembelajaran Cooperative Learning
Menurut Hamdani (2011:31) ciri-ciri pembelajaran kooperatif, yaitu:
15
1) Setiap anggota memiliki peran,
2) Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa,
3) Setiap anggota keompok bertanggung jawab atas cara belajarnya dan juga
teman-teman sekeompoknya.
4) Dengan demikian tugas guru adalah membantu mengembangkan
keterampilanketerampilan interpersonal kelompok, dan
5) Membimbing dan berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
Tujuan dari cooperative learning adalah untuk meningkatan partisipasi
siswa, memberikan kepada siswa untuk berekspresi, membentuk kepemimpinan
dalam kelompok, memberikan pengalaman kepada siswa untuk mengambil
keputusan secara bersama, memberi kesempatan siswa untuk berinteraksi dan
saling belajar dengan siswa lain yang memiliki latar belakang yang berbeda, baik
sosial, ekonomi, kultur, gender, maupun tingkat kemampuan masing-masing
(Susanto, 2014:206).
Arends (Susanto, 2014:207) mengungkapkan bahwa terdapat tiga hasil
yang dapat dicapai dalam pembelajaraan kooperatif, yaitu:
Efek pada perilaku kooperatif, yaitu dalam bentuk vebal maupun non verbal Efek
pada toleransi terhadap keanekaragaman, pembelajaran ini mendukung
terciptanya hubungan baik antarsiswa yang memiliki latar belakang yang
berbedabeda.
Efek prestasi akademik, selain mempengaruhi perilaku kooperatif dan
hubungan kerja kelompoknya, pembelajaran ini juga membantu dalam
meningkatkan prestasi akademiknya.
c. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Cooperative Learning
16
1.Kelebihan Model Pembelajaran Cooperative Learning
Menurut Susanto (2014:251) kelebihan dari model pembelajaran
cooperative learning dilihat dari aspek siswa adalah memberikan peluang kepada
siswa untuk mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman yang
diperoleh siswa dengan belajar secara bekerja sama dalam kelompok sehingga
siswa dapat mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilannya
dengan maksimal. Selain itu dengan model pembelajaran cooperative learning
siswa menjadi lebih mandiri dalam berpikir dan mencari informasi dari berbagai
sumber. Siswa dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan gagasan dan
membandingkannya dengan ide-ide orang lain. Membantu siswa dalam mengatasi
masalah interaksi sosial sehingga dapat bekerja sama dengan orang lain.
Meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa karena masing-masing siswa memiliki
tanggung jawab yang sama dalam belajar.
Model pembelajaran cooperative learning membantu dalam membangun
pengetahuan, melatih kedisiplinan, menjadikan siswa lebih mandiri dalam belajar,
belajar menghargai hak orang lain, serta membangun kehangatan dan interpretasi
interpersonal (Huda, 2014: 110).
2. Kelemahan Model Pembelajaran Cooperative Learning
Pembelajaran Cooperative Learning selain memiliki keunggulan juga
memiliki kelemahan – kelemahan antara lain :
a. Untuk memahami dan mengerti filosofis cooperative learning memang
butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara
otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative
learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya,
meraka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki
17
kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam ini dapat mengganggu iklm
kerja sama dalam kelompok.
b. Ciri utama dari cooperative learning adalah bahwa siswa saling
membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif,
maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi
cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami
tidak pernah dicapai oleh siswa.
c. Penilaian yang diberikan dalam cooperative learning didasarkan kepada
hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa
sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap
individu siswa.
d. Keberhasilan cooperative learning dalam upaya mengembangkan
kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang,
dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau
sekali-kali penerapan strategi ini.
e. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat
penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang
hanya didasarkan kepada kemampuan individual. Oleh karena itu idealnya
melalui cooperative learning selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga
harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai
kedua hal itu dalam cooperative learning memang bukan pekerjaan yang
mudah. ( Agus. 2006 )
4. Tipe Artikulasi
a. Pengertian Model Pembelajaran cooperative learning tipe artikulasi
Artikulasi atau articulate, terjemahan dalam kamus diartikan sebagai hal
yang nyata, sesuatu yang benar diajarkan. Ujaran atau ucapannya benar menurut
pembentukan pola ucapan setiap bunyi bahasa untuk membentuk kata. Istilah
artikulasi digunakan di lapangan dengan tidak dipermasalahkan, yang paling
penting pelayanannya bisa dilakukan efektif kepada anak dengan tujuan agar
18
upaya latihan ucapan dapat meningkatkan kekayaan dan kemampuan berbahasa
anak. Kaitannya pelaksanaan latihan/pembelajaran, artikulasi diartikan sebagai
upaya agar anak pandai mengucapkan/mengajarkan kata-kata menjadi jelas pola
ucapannya.
Model pembelajaran cooperative learning tipe artikulasi merupakan model
pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dimana siswa
dibentuk menjadi kelompok kecil yang masing-masing siswa dalam kelompok
tersebut mempunyai tugas mewawancarai teman kelompoknya tentang materi
yang baru disampaikan oleh guru. Salah satu anggota berperan sebagai
“penyampai pesan“ dan yang lain berperan sebagai “penerima pesan”. Konsep
pemahaman sangat diperlukan dalam mode pembelajaran ini (Huda, 2014:268).
Adapun langkah-langkah model pembelajaran Artikulasi menurut Aqib, (2011:22)
sebagai berikut:
1) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
2) Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
3) Membentuk kelompok berpasangan dua orang.
4) Suruhlah seorang dari pasangan tersebut menceritakan materi yang baru
diterima dari guru,dan pasangannya mendengarkan sambil membuat
catatancatatan kecil, kemudian bergantian peran, begitu juga kelompok
lainnya.
5) Suruh siswa secara bergiliran/ diacak menampaikan wawancaranya
dengan temannya,sampai sebagian besar siswa sudah menyampaikan hasil
wawancaranya.
19
6) Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang belum dipahami
siswa.
7) Kesimpulan/penutup
b. Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Artikulasi
Perbedaan Model pembelajaran cooperative learning tipe artikulasi
dengan model lainnya adalah model ini lebih menekankan pada komuikasi siswa
kepada teman satu kelompoknya karena dalam proses belajar kelompok, siswa
melakukan wawancara dan menyampaikan informasi maupun pengetahuan yang
diperolehnya, sehingga setiap siswa memiliki kesempatan yang sama dalam
menyampaikan pendapatnya (Huda, 2014:269).
Model pembelajaran cooperative learning tipe artikulasi yang digunakan
dalam kegiatan belajar mengajar dapat berpengaruh pada kemandirian siswa
dalam belajar. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran cooperative
learning tipe artikulasi dapat meningkatkan partisipasi siswa karena semua siswa
terlibat (mendapat peran). Selain itu pembelajaran menggunakan model
pembelajaran cooperative learning tipe artikulasi juga melatih kesiapan siswa
dalam mengikuti pembelajaran, melatih daya serap pemahaman dari orang lain,
pembelajaran ini cocok untuk tugas sederhana. Serta model pembelajaran tipe
artikulasi juga membuat interaksi lebih mudah antarsiswa dengan kelompok,
maupun antarkelompok kecil, dan melalui model ini dapat melatih keterampilan
berbicara siswa. (Huda, 2014:268)
Selain itu ada beberapa manfaat lain dari tipe artikulasi ini, yaitu (1) model
pembelajaran cooperative learning tipe artikulasi dapat meningkatkan kepekaan
dan kesetiakawanan sosial, (2) menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri
20
atau egois, (3) meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia, (4)
meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik,
(5) meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan,
jenis kelamin, normal/cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas, (6)
meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai
perspektif, (7) memungkinkan para siswa saling belajar mengamati sikap,
keterampilan, informasi, perilaku sosial dan pandangan-pandangan, (8)
memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial, (9) berbagai ketrampilan
sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat
diajarkan dan dipraktekkan.
Jadi, model pembelajaran Cooperative Learning tipe Artikulasi
berpengaruh pada kemandirian peserta didik, kesiapan dalam mengikuti
pembelajaran, melatih keterampilan dalam berinteraksi sosial, melatih daya serap
dan keterampilan menangkap informasi yang diberikan kepada siswa tenang
materi pembelajaran yang telah disampaikan, serta melalui model ini dapat
melatih keterampilan berbicara siswa.
c. Sintak Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Artikulasi dalam
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Tabel 2.1 Implementasi Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Artikulasi
Langkah-langkah
model Artikulasi
Keterampilan Guru
menggunakan Model
pembelajaran
Cooperative Learning
Tipe Artikulasi
Aktivitas Siswa menggunakan
Model pembelajaran
Cooperative Learning Tipe
Artikulasi
21
1. Menyampaikan
tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai
1. Guru memberikan
apersepsi, menyampaikan
tujuan pelajaran.
1. Memperhatikan apersepsi
dan tujuan pembelajaran yang
disampaikan oleh guru.
2. Penyajian materi
pelajaran
2. Guru menyampaikan
materi ”Kenampakan
alam dan sosial budaya”
kepada siswa
2. Siswa mengamati dan
mendengarkan materi yang
disampaikan guru.
3. Membentuk
kelompok
3. Membentuk siswa
berkelompok secara
berpasangan dan
menyampaikan
aturanaturan bermain
peran
3. menerima pembagian
kelompok, dan mendengarkan
instruksi guru
4. Melakukan
wawancara dengan
teman kelompok
4. Guru membimbing
kelompok-kelompok
belajar pada saat siswa
berdiskusi. 4. siswa berperan sebagai
pemberi pesan dengan
menyampaikan materi apa
saja yang telah didapatnya
dan penerima pesan,
melakukan wawancara
terhadap pasangan dengan
membuat catatan. Lalu
berperan sebaliknya.
22
5. Menyampaikan
hasil wawancara 5. Guru memanggil siswa
secara acak untuk
menyampaikan hasil
wawancara.
5. Menyampaikan hasil
wawancara dengan
pasangan kelompoknya.
6. Mengulang
kembali materi
yang belum
dipahami
6. Guru melakukan
tanya jawab kepada
siswa mengenai materi
yang belum dipahami
6. Siswa melakukan tanya
jawab dengan guru mengenai
materi yang belum dipahami
7. Membuat
kesimpulan
7. Membimbing siswa
membuat kesimpulan
7. Membuat kesimpulan
materi yang telah dipelajari
Modifikasi dari Aqib, (2011:22)
Hamdani (2011:79) menyatakan bahwa guru merupakan variabel bebas
yang mempengaruhi kualitas pengajaran. Keterampilan dasar yang dimiliki oleh
guru akan menentukan berhasil dan tidaknya suatu pembelajaran. Menurut
Rusman (2013:85) secara aplikatif, terdapat keterampilan dasar mengajar bagi
guru, yaitu (1) keterampilan bertanya, (2) keterampilan mengadakan variasi, (3)
keterampilan menjelaskan, (4) keterampilan membuka dan menutup pelajaran, (5)
keterampilan mengelola kelas, (6) keterampilan membimbing diskusi kelompok
kecil, (7) keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorang, (8) keterampilan
memberi penguatan (reinforcement).
Adapun indikator keterampilan guru dalam penelitian pembelajaran IPS
dengan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Artikulasi adalah: (1)
23
memberikan apersepsi dan menyampaikan tujuan pelajaran (keterampilan
membuka pelajaan), (2) menyampaikan materi ”Kenampakan alam dan sosial
budaya” kepada siswa (keterampilan menjelaskan, keterampilan mengelola kelas,
dan keterampilan mengadakan variasi), (3) membentuk siswa berkelompok secara
berpasangan dan menyampaikan aturan-aturan bermain peran (keterampilan
menjelaskan dan keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil), (4)
membimbing kelompokkelompok belajar pada saat siswa berdiskusi
(keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil), (5) melakukan pembahasan
hasil diskusi bersama siswa (keterampilan mengajar kelompok kecil dan
perseorang), (6) melakukan tanya jawab kepada siswa mengenai materi yang
belum dipahami (keterampilan bertanya), (7) membimbing siswa membuat
kesimpulan (keterampilan memberi penguatan).
Namun perlu digaris bawahi bahwa dalam penelitian ini pengamatan
hanya berfokus pada aktivitas siswa dengan menggunakan lembar pengamatan
aktivitas siswa. Menurut Paul B. Dierich (Hamalik, 2011: 172) aktivitas siswa
merupakan serangakaian kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mengikuti
pembelajaran sehingga menimbulkan perilaku belajar siswa. Aktivitas siswa
dalam pembelajaran digolongkan menjadi aktivitas visual, aktivitas lisan, aktivitas
mendengarkan, aktivitas menulis, aktivitas menggambar, aktivitas motorik,
aktivitas mental, aktivitas emosional.
Adapun indikator aktivitas siswa dalam penelitian pembelajaran IPS
dengan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Artikulasi adalah: (1)
memperhatikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru
(listening activities); (2) mengamati dan mendengarkan materi yang disampaikan
24
guru (listening activities & visual activities); (3) menerima pembagian kelompok,
dan mendengarkan instruksi guru (emotional activities); (4) Siswa berperan
sebagai pemberi pesan dengan menyampaikan materi apa saja yang telah
didapatnya dan penerima pesan, melakukan wawancara terhadap pasangan dengan
membuat catatan (mental activities, listening activities, oral activities, & writing
activities); (5) menyampaikan hasil wawancara dengan pasangan kelompoknya
(oral activities); (6) melakukan tanya jawab dengan guru mengenai materi yang
belum dipahami (oral activities); (7) membuat kesimpulan materi yang telah
dipelajari (writing activities, mental activities).
5. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Belajar adalah proses aktif internal individu dimana melalui
pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya
perubahan tingkah laku yang relatif permanen (Kurniawan, 2014 : 8).
Menurut Reich (Yanuarti dan Sobandi, 2016 : 12), Hasil belajar
merupakan hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam bentuk huruf atau angka
disetiap akhir dari pembelajaran.
Berdasarkan berbagai pendapat ahli tersebut, disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah pencapaian peserta didik setelah mendapatkan pembelajaran yang
berpengaruh terhadap sikap, tingkah laku, maupun kognitif dan kemampuannya.
b. Jenis-jenis Hasil Belajar
Dalam sebuah buku yang ditulis oleh Kurniawan (2014 : 9-15),
dikemukakan pendapat tentang jenis-jenis hasil belajar dari beberapa ahli yaitu
antara lain sebagai berikut.
25
1) Kingsley membedakan hasil belajar siswa menjadi tiga jenis, yaitu
keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, serta sikap dan cita-
cita.
2) Bloom Et al menggolongkan pengertian belajar menjadi tiga bagian, yaitu
sebagai berikut.
a) Hasil belajar kognitif (berkaitan dengan kemampuan berpikir atau
intelektual).
b) Hasil belajar afektif (berkaitan dengan kepekaan rasa atau emosional)
c) Hasil belajar Psikomotorik (berkaitan dengan kemampuan gerak atau
keterampilan yang dimiliki peserta didik).
3)Robert M. Gagne mengajukan lima kategori hasil belajar yang, yaitu
keterampilan intelektual (intellectual skill), strategi kognitif (cognitive
strategy), informasi verbal (verbal information), keterampilan gerak (motoric
skill), sikap (attitude).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa terdapat
beberapa jenis hasil belajar secara garis besar yaitu hasil belajar kognitif
(intelektual), afektif (emosional), dan psikomotorik (keterampilan). Adapun hasil
belajar yang dinilai pada penelitian ini adalah hasil belajar kognitif.
B. Kerangka Pikir
Kerangka pikir bertujuan memberikan gambaran tentang konsep dasar
yang digunakan dalam penelitian ini sehingga dapat menunjukkan alur pikir
secara tepat sekaligus mampu mengakomodasi semua permasalahan yang ada
dengan cara memecahkan permasalahannya.
26
Dalam peneliti ini peneliti akan menggunakan model pembelajaran
cooperative learning tipe artikulasi dalam pembelajaran. Model pembelajaran
cooperative learning tipe artikulasi adalah model yang menuntut siswa untuk
aktif, dimana siswa dibentuk menjadi kelompok kecil yang masing-masing siswa
dalam kelompok tersebut mempunyai tugas mewawancarai teman kelompoknya
tentang materi yang baru disampaikan oleh guru. Salah satu anggota berperan
sebagai “penyampai pesan“ dan yang lain berperan sebagai “penerima pesan”.
Dengan demikian siswa yang ingin memiliki pengetahuan haruslah aktif dalam
diskusi kelompok. Model pembelajaran Cooperative Learning tipe Artikulasi
berpengaruh pada kemandirian peserta didik, kesiapan dalam mengikuti
pembelajaran, melatih keterampilan dalam berinteraksi sosial, serta melatih daya
serap siswa terhadap materi pembelajaran yang telah disampaikan.
Dari uraian di atas dapat digambarkan kerangka pikir sebagai berikut:
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Belum Menggunakan Model
Pembelajaran Cooperative
Learning tipe Artikulasi
) Pretest (
Menggunakan Model
Pembelajaran Cooperative
Learning tipe Artikulasi
( Posttest )
Analisis
Temuan
Bagan 2.1: Skema Kerangka Pikir
27
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir yang telah dikemukakan di
atas, maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
H1 : “Ada pengaruh yang signifikan antara penerapan penggunaan Model
Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Artikulasi Terhadap Hasil Belajar
Ilmu Pengetahuan Sosial Pada Siswa Kelas IV SDN Barembeng II
Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa”.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
1. Jenis penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen. Sugiyono ( 2010: 107) mengemukakan, metode penelitian ini
merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
tertentu terhadap pengaruh lain dalam kondisi yang terkendalikan. Metode ini
merupakan bagian dari metode kuantitatif yang mengkaji pengaruh Model
Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Artikulasi Terhadap Hasil Belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial Pada Siswa Kelas IV SDN Barembeng II Kecamatan
Bontonompo Kabupaten Gowa”.
Sugiyono (2017: 60) “Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa
saja yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”. Dalam penelitian ini
digunakan yakni variabel independen dan dependen.
Variabel independen sering disebut sebagai variabel bebas. Sugiyono
(2017: 61) mengemukakan “Variabel independen merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen”. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu Model Pembelajaran
Cooperative Learning Tipe Artikulasi.
29
Variabel dependen sering disebut sebagai variabel terikat. Sugiyono (2017:
61), “Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas”. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
dependen yaitu hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial.
2. Desain penelitian
Penelitian eksperimen dibagi menjadi tiga jenis penelitian. Ketiga jenis
penelitian itu adalah Pre-Eksperimental Design, Eksperimen semu atau Quasi
Eksperimental dan eksperimen sebenarnya. Peneliti menggunakan jenis penelitian
Pre-Eksperimental Design dengan jenis One-Group Pretest-Posttest Design.
Dalam penelitian in, hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena
membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan (treatment) dan
keadaan setelah diberi perlakuan (treatment). Adapun desain penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Sumber: (Sugiyono, 2017: 111)
Keterangan:
O1 = Tes awal sebelum diberikan perlakuan (pretest)
O2 = Tes akhir setelah diberikan perlakuan (posttest)
X = Perlakuan yang diberikan
Model eksperimen ini melalui tiga langkah yaitu:
O 1 X O 2
30
a) Memberikan pretest untuk mengukur variabel terikat (Hasil belajar IPS)
sebelum perlakuan dilakukan.
b) Memberikan perlakuan kepada kelas subjek penelitian dengan
menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Artikulasi.
c) Memberikan posttest untuk mengukur variabel terikat setelah perlakuan
dilakukan.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Sugiyono (2017: 117) bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Populasi Jumlah Siswa yang ada di Sekolah
No. Kelas Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan Jumlah (L + P)
1. I 18 14 32
2. II 20 18 38
3. III 17 9 26
4. IV 17 13 30
5. V 15 13 28
6. VI 13 14 27
Jumlah 100 81 181
(Sumber: Data sekolah siswa SDN Barembeng II Kecamatan Bontonompo
Kabupaten Gowa)
31
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili
populasi. Dalam penarikan sampel penelitian menggunakan teknik purposive
sampling. Teknik purposive sampling adalah salah satu teknik sampling non
random sampling yang mana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan
cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga
diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian. Alasan untuk meneliti
adalah karena rendahnya hasil belajar Ilmu Pengetahuan Soisal kelas IV
berdasarkan informasi dari seorang guru SDN Barembeng II Kecamatan
Bontonompo Kabupaten Gowa.
Tabel 3.2 Populasi Jumlah Siswa Kelas IV
Kelas Jenis Jumlah
Keseluruhan Laki – laki Perempuan
IV 17 13 30
(Sumber: Data sekolah siswa SDN Barembeng II Kecamatan Bontonompo
Kabupaten Gowa)
C. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel penelitian adalah penjelasan dari masing
masing variabel yang digunakan dalam penelitian terhadap indikator-indikator
yang membentuknya. Definisi operasional penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 3.3 Definisi Operasional Variabel Peneltian
Jenis Variabel Definisi Indikator Jenis data
32
model
cooperative
learning tipe
artikulasi
(variabel x)
Model yang
membagi siswa
menjadi
kelompok kecil,
dimana . salah
satu anggota
berperan sebagai
“penyampai
pesan“ dan
yang lain
berperan
sebagai
“penerima pesan”
(Huda, 2014:268).
1.Menyampaikan tujuan
pembelajaran yang
ingin dicapai
2.Penyajian materi
pelajaran
3.Membentuk kelompok
berpasangan
4.Melakukan wawancara
dengan teman
kelompok
5.Menyampaikan hasil
wawancara
6.Mengulang kembali
materi yang belum
dipahami
7.Membuat kessimpulan
Data nominal
Hasil Belajar
(variabel y)
Hasil belajar
adalah perubahan
perilaku akibat
belajar,
disebabkan karena
adanya
ketercapain
penguasaan bahan
belajar yang telah
diberikan pada
proses belajar
(Purwanto,
2014:46).
1. Menyebutkan
kenampakan alam
wilayah daratan,
2. Menyebutkan
kenampakan alam
wilayah perairan,
3. Menjelaskan pengaruh
kenampakan alam
terhadap adat istiadat,
4. Menjelaskan pengaruh
kenampakan alam
terhadap bahasa,
5. Menjelaskan pengaruh
kenampakan alam
terhadap peralatan
Data interval
33
dan perlengkapan
hidup manusia,
6. Menyebutkan
peristiwa alam yang
sering terjadi,
7. Menyebutkan
pengaruh peristiwa
alam terhadap
kehidupan sosial.
D. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah:
1. Tes hasil belajar siswa
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
variabel penelitian (Sugiyono, 2017:148). Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah instrumen tes berupa tes objektif dalam bentuk soal
pilihan ganda untuk menilai hasil belajar.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah tes awal dan tes akhir, adapun langkah-langkah pengumpulan data yang
akan dilakukan sebagai berikut:
1. Tes awal (Pretest)
Tes awal dilakukan sebelum treatment, pretest dilakukan untuk
mengetahui kemampuan yang dimiliki oleh siswa sebelum digunakan
pembelajaran dengan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Artikulasi.
2. Pemberian perlakuan (Treatment)
Dalam hal ini peneliti menggunakan pembelajaran Model Pembelajaran
Cooperative Learning Tipe Artikulasi terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan
34
Soisal.
3. Tes akhir (Posttest)
Setelah treatment, tindakan selanjutnya adalah posttest untuk mengetahui
pengaruh penggunaan pembelajaran dengan Model Pembelajaran Cooperative
Learning Tipe Artikulasi.
2. Lembar observasi aktivitas siswa
Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran. Dalam penelitiaan ini peneliti telah menetapkan observasi,
yaitu observasi terstruktur untuk mengamati aktivitas belajar siswa dalam
mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menggunakan model
cooperative learning tipe artikulasi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh menggunakan
teknik observasi, skala motivasi, pengamatan dokumen dan wawancara.
1. Observasi
Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung
(Nana Syaodih Sukmadinata, 2010: 220). Observasi dibedakan menjadi
dua, yaitu observasi sistematis dan observasi non sistematis. Observasi
sistematis adalah observasi yang dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan instrumen pengamatan, sedangkan observasi non
sistematis merupakan observasi yang dilakukan peneliti tanpa
menggunakan instrumen pengamatan.
35
Peneliti menggunakan observasi sistematis yang menggunakan
pedoman berupa format observasi. Observasi dilakukan untuk
mengetahui aktivitas guru pada pelaksanaan pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial menggunakan model pembelajaran cooperative
learning tipe artikulasi dan aktivitas siswa selama mengikuti
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan penerapan model
pembelajaran cooperative learning tipe artikulasi.
2. Skala Sikap
Skala sikap motivasi merupakan teknik pengumpulan data secara
tidak langsung yang berisi sejumlah pertanyaan yang harus dijawab
responden. Skala sikap dibedakan menjadi dua, yaitu 1) skala sikap
terbuka, berisi pertanyaan atau pernyataan yang bisa dijawab bebas oleh
responden dan 2) skala sikap tertutup, berisi pertanyaan atau pernyataan
yang memiliki alternatif jawaban yang tinggal dipilih responden (Nana
Syaodih Sukmadinata, 2010: 219). Penelitian ini menggunakan skala
motivasi tertutup. Skala motivasi dibagikan kepada semua siswa untuk
mengetahui perkembangan motivasi belajar siswa.
3. Dokumen
Dokumen digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh
dalam observasi dan memberikan gambaran yang nyata mengenai
kegiatan belajar siswa di kelas. Dokumen yang diamati yaitu arsip
perencanaan pembelajaran dan nilai rata-rata siswa semester I.
4. Wawancara
36
Wawancara dilakukakan kepada siswa mengenai sikap dan
tanggapan siswa mengenai mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial serta
aktivitas pembelajaran yang berlangsung. Suharsimi Arikunto (2010:198)
mengatakan bahwa wawacara atau interviu merupakan dialog yang
digunakan pewawancara untuk memperoleh informasi dari
terwawancara. Wawancara digunakan untuk menilai keadaan seseorang
misalnya guru dan siswa. Wawancara dalam penelitian ini digunakan
untuk mencari data awal tentang motivasi belajar Ilmu Pengetahuan
Sosial siswa.
F. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian akan
digunakan analisis statistik deskriptif dan inferensial. Data yang terkumpul berupa
nilai pretest dan nilai posttest kemudian dibandingkan. Membandingkan kedua
tersebut dengan mengajukan pertanyaan apakah ada perbedaan antara nilai yang
didapatkan antara nilai pretest dengan nilai posttest. Pengujian perbedaan nilai
hanya dilakukam terhadap rata-rata kedua nilai saja, dan untuk keperluan itu
digunakan teknik yang disebut dengan uji-t (t-test). Dengan demikian
langkahlangkah analisis data eksperimen dengan model eksperimen One Group
Pretest Posttest Design adalah sebagai berikut:
1. Analisis Statistik Deskriptif
Merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul selama proses
37
penelitian dan bersifat kuantitatif. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan
melalui analisis ini adalah sebagai berikut:
a) Rata-rata (Mean)
Sumber: Tiro (Asniar, 2017: 32)
b) Persentase (%) nilai rata-rata
P = x100%
Sumber: Sudjana (Asniar, 2017: 33)
Dimana : P : Angka persentase f :
Frekuensi yang dicari persentasenya
N : Banyaknya sampel responden
Dalam analisis ini peneliti menetapkan tingkat kemampuan siswa dalam
penguasaan materi pelajaran sesuai dengan prosedur yang dicanangkan oleh
Kurikulum 2013 terdapat pada tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.4 Standar Ketuntasan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Soisal
Interval Nilai Predikat Kategori
93 - 100 A Sangat Baik
84 - 92 B Baik
75 - 83 C Cukup
< 75 D Kurang
Sumber : Kurikulum 2013
Adapun kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang digunakan untuk mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Soisal di SDN Barembeng II Kecamatan
Bontonompo Kabupaten Gowa sebagai berikut:
= ∑
38
Tabel 3.5 Kriteria Ketuntasan Belajar
Skor Kategori Ketuntasan Belajar
0≤ <75 Tidak tuntas
75≤ ≤100 Tuntas
Sumber: ( Data SDN Barembeng II Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa)
Ketuntasan Minimal
Disamping itu hasil belajar siswa juga diarahkan pada pencapaian hasil
belajar secara individual. Kriteria seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila
memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan oleh sekolah yakni 75,
sedangkan ketuntasan klasikal tercapai apabila minimal 80% murid dikelas
tersebut telah mencapai skor ketuntasan minimal. Untuk mencapai ketuntasan
belajar secara klasikal.
Ketuntasan Belajar Klasikal = X 100%
2. Teknik Analisis Inferensial
Analisis statistik inferensial dimaksudkan untuk menguji hipotesis
penelitian dengan menganalisis selisih antara nilai pretest dan nilai posttest.
Menentukan perbandingan hasil pretest dan posttest kemampuan dalam materi
Kenampakan alam dan sosial budaya melalui model pembelajaran Cooperative
Learning Tipe Artikulasi.
t =
Sumber: Arikunto (Asniar, 2017: 33)
Keterangan :
Md : Mean dari perbedaan pretest dan posstest
∑ ( )
39
X1 : Hasil belajar sebelum perlakuan (pretest)
X2 : Hasil belajar sebelum perlakuan (posstest)
D : Deviasi masing-masing subjek
∑ d : Jumlah kuadrat deviasi
N : subjek pada sampel
Langkah – langkah dalam pengujian hipotesis adalah sebagai beriku :
a) Mencari harga “Md” dengan menggunakan rumus :
Md =
Keterangan :
Md : Mean dari perbedaan pretest dan posstest
∑d : Jumlah dari gain (posstest – pretest)
N : Subjek pada sampel
b) Mencari harga “∑X d” dengan menggunakan rumus :
∑X d =
Keterangan :
∑Xd : Jumlah kuadrat deviasi
∑d : Jumlah dari gain (posstest – pretest)
N : Subjek pada sampel
c) Menentukan harga t hitung dengan menggunakan rumus :
t =
∑
∑ d − ( ∑ )
∑ ( )
40
Keterangan :
Md : Mean dari perbedaan pretest dan posstest
X1 : Hasil belajar sebelum perlakuan
X2 : Hasil bellajar setelah perlakuan
D : Deviasi masing – masing subjek
∑ d : Jumlah kuadrat deviasi
N : Subjek pada sampel
Arikunto (Asniar, 2017: 34)
d) Menentukan aturan pengambilan keputusan atau kriteria yang signifikan
Kaidah pengujian signifikan :
1). Jika t Hitung> t Tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima, berarti model
pembelajaran Cooperative Learning Tipe Artikulasi berpengaruh
terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Barembeng II
Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.
2). Jika t Hitung< t Tabel maka Ho diterima, berarti model Pembelajaran
Cooperative Learning Tipe Artikulasi tidak berpengaruh terhadap hasil
belajar Ilmu Pengetahuan Soisal siswa kelas IV SDN Barembeng II
Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa. Menentukan harga tTabel deangan
nencari tTabel menggunakan tabel distribusi t dengan taraf
signifikan = 0,05 dan − 1
e) Membuat kesimpulan apakah model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Artikulasi berpengaruh terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Soisal siswa
kelas IV SDN Barembeng II Kecamatan Bontonompo Kabupaten
=
41
Gowa.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Hasil Pretest Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas IV SD Negeri
Barembeng II Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa
Sebelum Menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Artikulasi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SD Negeri
Barembeng II Kabupaten Gowa tanggal 02 Juli – 02 Agustus 2019, maka
diperoleh data-data yang dikumpulkan melalui instrument tes sehingga dapat
diketahui hasil belajar siswa berupa nilai dari kelas IV SD Negeri Barembeng II
Kabupaten Gowa.
Data perolehan skor hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Barembeng
II
Kabupaten Gowa sebelum menggunakan model pembelajaran cooperative
learning tipe artikulasi dengan jumlah siswa 30 orang diperoleh gambaran. Nilai
tertinggi yaitu 90 yang diperoleh 2 orang dan nilai terendah adalah 40 yang
diperoleh oleh 4 orang.
Data hasil belajar siswa sebelum perlakuan (pretest) pada siswa kelas IV
SD Negeri Barembeng II Kabupaten Gowa (dapat dilihat pada lampiran
5)
bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa yaitu 90 diperoleh oleh 2 orang,
sampel yang mendapat nilai 80 berjumlah 8 orang, yang mendapat nilai 70
berjumlah 10 orang, yang mendapat nilai 60 berjumlah 4 orang, yang mendapat
43
nilai 50 berjumlah 2 orang, dan yang mendapat nilai terendah yang diperoleh oleh
siswa yaiti 40 berjumlah 4 orang.
40
Berdasarkan uraian tersebut tampak bahwa perolehan nilai siswa berada
pada rentang 40 sampai dengan 90 dari rentang skor 0 sampai 100 yang
kemungkinan dapat diperoleh siswa.
Berdasarkan hal tersebut, maka gambaran yang lebih jelas dan tersusun
rapi mulai nilai tertinggi menurun ke nilai terendah yang diperoleh siswa beserta
frekuensinya dapat dibuat pada tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Perhitungan untuk mencari mean (rata-rata) nilai prestest
X F F.X
40 4 160
50 2 100
60 4 240
70 10 700
80 8 640
90 2 180
Jumlah 30 2020
Sumber : Penelitian SD Negeri Barembeng II Kabupaten Gowa
Dari data di atas dapat diketahui bahwa nilai dari ∑ = 2020 sedangkan
nilai dari N sendiri adalah 30. Oleh karena itu, dapat diperoleh nilai rata-rata
(mean) sebagai berikut:
44
=
=
= 67,3
Dari hasil perhitungan di atas maka diperoleh nilai rata-rata dari hasil
belajar siswa kelas IV SD Negeri Barembeng II Kabupaten Gowa sebelum
menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe artikulasi yaitu 67,3.
Adapun hasil belajar siswa yang dikategorikan berdasarkan Kurikulum 2013
disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Tingkat Hasil Belajar Pretest
Interval Nilai Frekuensi Persentase (%) Kategori
93 - 100 2 6,7 Sangat Baik
84 - 92 18 60 Baik
75 - 83 4 13,3 Cukup
< 75 6 20 Kurang
Jumlah 30 100
Sumber: Penelitian SD Negeri Barembeng II Kabupaten Gowa
Berdasarkan data yang dapat dilihat pada tabel di atas maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada tahap pretest dengan menggunakan
instrumen test dikategorikan sangat rendah yaitu 0,00%, rendah 20%, sedang
13,3%, tinggi 60%, dan sangat tinggi berada pada persentase 6,7%. Melihat dari
hasil persentase yang ada dapat dikatakan bahwa tingkat hasil belajar sebelum
menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe artikulasi tergolong
rendah.
∑
45
Tabel 4.3 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosisal
Skor Kategorisasi Frekuensi %
0 ≤ × < 75 Tidak Tuntas 20 66,7%
75 ≤ × ≤ 100 Tuntas 10 33,3%
Jumlah 30 100%
Sumber: Penelitian SD Negeri Barembeng II Kabupaten Gowa
Apabila Tabel 4.3 dikaitkan dengan indikator kriteria ketuntasan hasil
belajar siswa yang ditentukan oleh peneliti yaitu jika jumlah siswa yang mencapai
atau melebihi nilai KKM (75) sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
siswa kelas IV SD Negeri Barembeng II Kabupaten Gowa belum memenuhi
kriteria ketuntasan hasil belajar secara klasikal karena siswa yang tuntas hanya
33,3% dan tidak mencapai nilai KKM yaitu 75.
2. Deskripsi Hasil Belajar (Posttest) Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas IV
SD Negeri Barembeng II Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa
Setelah Menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe
Atikulasi
Selama penelitian berlangsung terjadi perubahan terhadap kelas setelah
diberikan perlakuan. Perubahan tersebut berupa hasil belajar yang datanya
diperoleh setelah diberikan posttest pada siswa kelas IV SD Negeri Barembeng II
Kabupaten Gowa.
Data perolehan skor hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Barembeng
II Kabupaten Gowa setelah menggunakan model pembelajaran cooperative
learning tipe artikulasi dengan jumlah siswa 30 orang diperoleh gambaran. Nilai
tertinggi yaitu 100 yang diperoleh 6 orang dan nilai terendah adalah 50 yang
diperoleh oleh 2 orang.
Data hasil belajar siswa setelah perlakuan (Posttest) pada siswa kelas IV
46
SD Negeri Barembeng II Kabupaten Gowa (dapat dilihat pada lampiran
5) bahwa nilai tertinggi yang diperoleh siswa yaitu 100 diperoleh oleh 6 orang,
sampel yang mendapat nilai 90 berjumlah 5 orang, yang mendapat nilai 80
berjumlah 14 orang, yang mendapat nilai 70 berjumlah 2 orang, yang mendapat
nilai 60 berjumlah 1 orang, dan yang mendapatkan nilai terendah yang diperoleh
oleh siswa yaitu 50 berjumlah 2 orang.
Berdasarkan uraian tersebut tampak bahwa perolehan nilai siswa berada
pada rentang 50 sampai dengan 100 dari rentang skor 0 sampai 100 yang
kemungkinan dapat diperoleh siswa.
Berdasarkan hal tersebut, maka gambaran yang lebih jelas dan tersusun
rapi mulai nilai tertinggi menurun kenilai terendah yang diperoleh siswa beserta
frekuensinya dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4 Perhitungan untuk mencari mean (rata-rata) nilai posttest
X F F.X
50 2 100
60 1 60
70 2 140
80 14 1120
90 5 450
100 6 600
Jumlah 30 2470
Sumber: Penelitian SD Negeri Barembeng II Kabupaten Gowa
Dari data hasil posttest di atas dapat diketahui bahwa nilai dari ∑ =
47
2470 dan nilai dari N sendiri adalah 30. Kemudian dapat diperoleh nilai rata-rata
(mean) sebagai berikut:
Dari hasil perhitungan di atas maka diperoleh nilai rata-rata dari hasil
belajar siswa kelas IV SD Negeri Barembeng II Kabupaten Gowa setelah
menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe atikulasi yaitu 82,3
dari skor ideal 100. Adapun hasil belajar siswa yang dikategorikan berdasarkan
Kurikulum 2013 ditinjau pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Tingkat Hasil Belajar Posttest
Interval Nilai Frekuensi Persentase (%) Kategori
93 - 100 11 36,7 Sangat Baik
84 - 92 16 53,3 Baik
75 - 83 1 3,3 Cukup
< 75 2 6,7 Kurang
Jumlah 30 100
Sumber: Penelitian SD Negeri Barembeng II Kabupaten Gowa
Berdasarkan data yang dapat dilihat pada tabel di atas maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada tahap posttest dengan menggunakan
instrumen test dikategorikan sangat tinggi yaitu 36,7%, tinggi 53,3%, sedang
3,3%, rendah 6,7%, dan sangat rendah berada pada persentase 0,00%. Melihat
= ∑
=
= 82 , 3
48
dari hasil persentase yang ada dapat dikatakan bahwa tingkat hasil belajar siswa
setelah menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe atikulasi
telah berhasil.
Tabel 4.6 Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
Skor Kategorisasi Frekuensi %
0 ≤ × < 75 Tidak Tuntas 5 16,7%
75 ≤ × ≤ 100 Tuntas 25 83,3%
Jumlah 30 100%
Sumber: Penelitian SD Negeri Brembeng II Kabupaten Gowa
Apabila Tabel 4.6 dikaitkan dengan indikator kriteria ketuntasan hasil
belajar siswa yang ditentukan oleh peneliti yaitu jika jumlah siswa yang mencapai
atau melebihi nilai KKM 75 ≥ 83,3%, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar siswa kelas IV SD Negeri Barembeng II Kabupaten Gowa telah memenuhi
kriteria hasil belajar secara klasikal karena siswa yang tuntas adalah 83,3%.
3. Deskripsi Aktivitas Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas IV SD
Negeri Barembeng II Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa Selama
Menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Atikulasi
Hasil pengamatan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe atikulasi selama 2
kali pertemuan (dapat dilihat pada lampiran 4 ).
Hasil pengamatan untuk pertemuan I sampai dengan pertemuan IV
menunjukkan bahwa :
a. Persentase kehadiran murid sebesar 100%
b. Ketertarikan terhadap mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial 73,3%
c. Memperhatikan penjelasan guru 83,3%
d. Keseriusan siswa saat mengikuti pembelajaran 73,3%
49
e. Mengemukakan pendapat ketika guru mengajukan pertanyaan 68,3%
f. Bertanya kepada guru jika tidak dimengerti 86,7%
g. Membantu teman jika ada teman yang mengalami kesulitan 76,7%
h. Menghargai teman 61,6%
i. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru 90%
j. Menyimpulkan pelajaran 90%
k. Rata-rata persentase aktivitas siswa terhadap pembelajaran ilmu
pengetahuan sosial dengan menggunakan model pembelajaran
cooperative learning tipe atikulasi yaitu 80,32%
Sesuai dengan kriteria aktivitas siswa yang telah ditentukan peneliti yaitu
siswa dikatakan aktif dalam pembelajaran jika jumlah siswa yang aktif 70% baik
untuk aktivitas siswa per indikator maupun rata-rata aktivitas siswa, dari hasil
pengamatan rata-rata persentase jumlah siswa yang aktif melakukan aktivitas
yang diharapkan yaitu mencapai 80,32% sehingga dapat disimpulkan bahwa
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan
menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe atikulasi telah
mencapai kriteria aktif.
4. Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Atikulasi
Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas IV SD
Negeri Barembeng II Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa
Sesuai dengan hipotesis penelitian yakni “ada pengaruh model
pembelajaran cooperative learning tipe atikulasi terhadap hasil belajar ilmu
pengetahuan sosial siswa kelas IV SD Negeri Barembeng II Kabupaten Gowa”,
50
maka teknik yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah teknik
statistik inferensial dengan menggunakan uji-t.
Data yang diperoleh dari analisis pretest dan posttest siswa kelas IV SD
Negeri Barembeng II Kabupaten Gowa sebelum menggunakan model
pembelajaran cooperative learning tipe atikulasi dengan jumlah siswa 30 orang
diperoleh gambaran. Nilai terendah siswa sebelum diberikan perlakuan (pretest)
adalah 40 dan setelah siswa diberikan perlakuan (posttest) dengan menggunakan
model pembelajaran cooperative learning tipe atikulasi mendapatkan nilai 80.
Untuk menentukan nilai gain (d) dari masing-masing subjek maka nilai hasil
posttest dikurang nilai hasil pretest siswa maka dapat dijabarkan dalam rumus
yaitu d= , dimana =80 dan =40. Maka didapatkan hasil d=80-40=40. Jadi
nilai gain (d) yaitu 40, kemudian nilai gain dikuadratkan ( ) sehingga
40= 1600. (dapat dilihat pada lampiran 6 no 11) diperoleh hasil
Nilai tertinggi siswa sebelum diberikan perlakuan (pretest) adalah 90 dan
setelah siswa diberikan perlakuan (posttest) dengan menggunakan model
pembelajaran cooperative learning tipe atikulasi mendapatkan nilai 100. Untuk
menentukan nilai gain (d) dari masing-masing subjek maka nilai hasil posttest
siswa dikurang nilai hasil pretest siswa maka dapat dijabarkan dalam rumus yaitu
d= , dimana =90 dan =100. Maka didapatkan hasil d=100-90=10. Jadi
nilai gain (d) yaitu 10, kemudian nilai gain dikuadratkan ( ) sehingga
diperoleh hasil 10=100. (dapat dilihat pada lampiran 6 no.3)
-
-
51
Adapun langkah-langkah dalam pengujian hipotesis adalah diketahui
jumlah nilai dari keseluruhan pretest yaitu = 2020, jumlah nilai dari keseluruhan
posttest = 2470, jumlah nilai dari keseluruhan gain (d) = 450 dan jumlah
keseluruhan gain yang dikuadratkan ( ) = 8500.
Langkah – langkah dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
a) Mencari harga “Md” dengan menggunakan rumus:
Md
=
= 15
b) Mencari harga ∑ ” dengan menggunakan rumus:
∑
= 8500 −
= 8500 −
= 8500 − 6750
= 1750
c) Menentukan harga t hitung
t =
t =
= ∑
= ∑ − ( ∑ )
52
t =
t =
t =
t = 10,7
d) Menentukan harga t Tabel
Untuk mencari tTabel peneliti menggunakan tabel distribusi t dengan taraf
signifikan = 0,05 dan − 1= 30–1= 29 maka diperoleh t 0,05 =1,699.
Setelah diperoleh tHitung= 10,7 dan tTabel = 1,699 maka diperoleh tHitung >
tTabel atau 10,7 > 1,699. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1
diterima. Ini berarti bahwa ada pengaruh dalam menggunakan model
pembelajaran cooperative learning tipe atikulasi terhadap hasil belajar ilmu
pengetahuan sosial siswa kelas IV SD Negri Barembeng II Kecamatan
Bontonompo Kabupaten Gowa.
B. Pembahasan
Pada bagian ini akan diuraikan hasil yang ditemukan dalam penelitian.
Hasil yang dimaksudkan yaitu kesimpulan yang diambil berdasarkan data yang
terkumpul dan analisis data yang telah dilakukan.
Berdasarkan hasil pretest, nilai rata-rata hasil belajar siswa 67,3 dengan
kategori yakni sangat rendah yaitu 0,00%, rendah 20%, sedang 13,3%, tinggi
60%, dan sangat tinggi berada pada persentase 6,7%. Melihat dari hasil persentase
. =
53
yang ada dapat dikatakan bahwa tingkat hasil belajar siswa sebelum menggunakan
model pembelajaran cooperative learning tipe atikulasi tergolong rendah.
Selanjutnya nilai rata-rata hasil posttest adalah 82,3 jadi setelah menggunakan
model pembelajaran cooperative learning tipe atikulasi mempunyai hasil belajar
yang lebih baik dibandingkan sebelum menggunakan model pembelajaran
cooperative learning tipe atikulasi. Selain itu persentase kategori hasil belajar
Ilmu Pengetahuan Sosial siswa juga meningkat yakni sangat tinggi yaitu 36,7%,
tinggi 53,3%, sedang 33,3%, rendah 6,7%, dan sangat rendah berada pada
persentase 0,00%.
Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial dengan menggunakan
rumus uji t, dapat diketahui bahwa nilai sebesar 10,7. Dengan frekuensi (dk)
sebesar 30 – 1 = 29 pada taraf signifikansi 5% diperoleh = 1,699. Oleh karena
itu > pada taraf signifikansi 0,05, maka hipotesis nol (H ) ditolak dan
hipotesis alternative (H ) diterima yang berarti bahwa ada pengaruh dalam
menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe atikulasi terhadap
hasil belajar siswa pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial kelas IV SD
Negeri Barembeng II Kabupaten Gowa.
Hasil analisis di atas yang menunjukkan adanya pengaruh model
pembelajaran cooperative learning tipe atikulasi sejalan dengan hasil observasi
yang dilakukan. Berdasarkan hasil observasi terdapat perubahan pada siswa yaitu
pada awal kegiatan pembelajaran ada beberapa siswa yang melakukan kegiatan
lain atau bersikap cuek selama pembelajaran berlangsung. Hal ini dapat dilihat
54
pada pertemuan pertama siswa yang melakukan kegiatan lain sebanyak 12 orang,
sedangkan pada pertemuan terakhir hanya 4 siswa yang melakukan kegiatan lain
pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pada awal pertemuan, hanya sedikit
siswa aktif mengikuti pembelajaran. Akan tetapi sejalan dengan penggunaan
model pembelajaran cooperative learning tipe atikulasi cards mulai aktif pada
setiap pertemuan.
Hasil observasi menunjukkan banyaknya jumlah siswa yang
memperhatikan penjelasan guru dan serius pada saat mengikuti pembelajaran
serta mengemukakan pendapat ketika guru mengajukan pertanyaan. Siswa juga
mulai aktif dan percaya diri untuk membantu teman jika ada teman yang
mengalami kesulitan dan bertanya kepada guru jika tidak dimengerti. Proses
pembelajaran yang menyenangkan membuat siswa tidak lagi keluar masuk pada
saat pembelajaran berlangsung dan tidak lagi merasa bosan ataupun tertekan
ketika mengikuti proses pembelajaran di kelas sehingga siswa termotivasi untuk
mengikuti pembelajaran dan merasa senang sehingga menimbulkan ketertarikan
siswa terhadap mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial.
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial
yang diperoleh serta hasil observasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh dalam penggunaan model pembelajaran cooperative learning
tipe atikulasi terhadap hasil belajar ilmu pengetahuan sosial siswa kelas IV SD
Negeri Barembeng II Kabupaten Gowa.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan yang lebih rinci berkaitan pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Artikulasi siswa
kelas IV SD Negeri Barembeng II Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa
sebagai berikut :
Berdasarkan data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa sebelum
menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Artikulasi hasil
belajar ilmu pengetahuan sosial siswa SD Negeri Barembeng II Kecamatan
Bontonompo Kabupaten Gowa dikategorikan rendah. Hal ini ditunjukkan dari
perolehan persentase hasil belajar siswa yaitu sangat rendah 20%, rendah 13,3%,
sedang 33,3%, tinggi 26,7% dan sangat tingggi berada pada presentase 6,7%.
Selanjutnya dapat disimpulkan secara umum bahwa model pembelajaran
Cooperative Learning Tipe Artikulasi berpengaruh terhadap hasil belajar siswa
kelas IV SD Negeri Barembeng II Kabupaten Gowa, dapat dilihat dari perolehan
persentase yaitu sangat tinggi 36,7%, tinggi 40%, sedang 13,3%, rendah 10%,
dan sangat rendah berada pada presentase 0,00%.
Kemudian hasil uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Cooperative Learning Tipe Artikulasi berpengaruh terhadap hasil
belajar setelah diperoleh tHitung= 10,7 dan tTabel = 1.69913 maka diperoleh tHitung >
54
tTabel atau 10,7 > 1,699.
53
B. Saran
Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dan
aplikasinya dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, maka beberapa hal yang
disarankan antara lain sebagai berikut:
1. Penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Artikulasi sangat
bermanfaat bagi siswa dalam proses pembelajaran yang lebih menyenangkan.
2. Sebagai tindak lanjut penerapan penggunaan model pembelajaran Cooperative
Learning Tipe Artikulasi, agar setiap guru menggunakan model pembelajaran
Cooperative Learning Tipe Artikulasi dalam setiap materi yang memang
membutuhkan model tersebut.
3. Untuk beberapa siswa yang belum tuntas tingkatkan kinerja belajarnya,
perbanyak baca buku untuk menambah wawasan agar mendapatkan hasil yang
lebih baik kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Aqib, Zaenal. 2011. Model-Model,Media, dan Stategi Pembelajaran Kontekstual
(Inovatif). Bandung: Hyrama Widya
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
Daryanto. 2012. Media Pembelajaran. Bandung: Satu Nusa
54
Depdiknas. 2003. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
. 2007. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2007 tentang Standar Isi.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Hamalik,Oemar.2011.Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara
.2012.Psikologi Belajar dan Mengajar.Bandung:Sinar Baru
Algensindo
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia
Hartono, Rudi.2014.Ragam Model Mengajar Yang Mudah Diterima Murid.
Yogyakarta : Diva Press
Huda, Miftahul.2014.Model-Model Pengajaran dan pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Kurniawan, Deni. 2014. Pembelajaran Terpadu Tematik. Bandung: Alfabeta
Rifa’I, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang:
Unnes Press
Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Pers
Sadiman, dkk. 2011. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatan. Jakarta: RT. Rajawali Pers
Sapriya. 2014. Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suprijono, Agus. 2006 . Cooperative Learning, Teori & Aplikasi PAIKEM.
Susanto, Ahmad. 2014. Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar.
Jakarta: Prenada Media Group
Tim Penyusun FKIP Unismuh Makassar. 2017. Pedoman Penulisan Skripsi.
Makassar
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 20 Th. 2003 tentang Sisdiknas
(Sistem Pendidikan Nasional). 2006. Bandung: Fermana Bandung
54
Uno, Hamzah B. dan Nina Lamatenggo. 2010. Teknologi Komunikasi dan
Informasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi aksara
Yanuarti Ari, A. Sobandi. 2016. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
melalui Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching. Jurnal
Pendidikan Manajemen Perkantoran: Bandung
Nuriati, Rohmah, dkk. 2014. Eksperimentasi Model Pembelajaran Artikulasi
dengan Mengunakan Alat Peraga pada Materi Bangun Ruang. Ekuivalen
Jurnal Pendidikan Matematika. Vol 7 (4)
Junianto, Arfian, dkk.2014.Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Melalui
Model Artikulasi dan Media Power Point. Jurnal Pedagodi – FKIP
UNILA. Vol 2 (7)
Lampiran 1 :
Satuan Pendidikan : SDN Barembeng II Kelas
/ Semester : IV (Empat) / 1
Tema 1 : Indahnya Kebersamaan
Sub Tema 1 : Keberagaman Budaya Bangsaku
Pembelajaran : 1
Alokasi Waktu : 1 Hari
A. KOMPETENSI INTI (KI)
KI 1 : Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya.
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,
melihat, membaca dan menanya) dan menanya berdasarkan rasa ingin
tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan
benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.
KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis,
dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan
anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan peri-laku anak
beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR (KD)
Bahasa Indonesia
3.1 Menunjukkan gagasan pokok dan gagasan pendukung yang diperoleh dari
teks lisan, tulis, atau visual.
4.1 Menata informasi yang didapat dari teks berdasarkan keterhubungan antar
gagasan ke dalam kerangka tulis.
Indikator:
3.1.1 Mengidentifikasi gagasan pokok dan gagasan pendukung setiap paragraf
dari teks tulis.
4.1.1 Menyajikan gagasan utama dan gagasan pendukung setiap paragraf dari
teks tulis dalam bentuk peta pikiran.
IPS
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
3.2 Memahami keraga man sosial, ekonomi, budaya, etnis dan agama di
provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia.
4.2 Menceritakan keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis dan agama di
provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia.
Indikator:
3.2.1 Mengidentifikasi keragaman budaya, etnis, dan agama dari teman-teman
di kelas sebagai identitas bangsa Indonesia
4.2.1 Mengomunikasikan secara lisan dan tulisan keragaman budaya, etnis,
dan agama dari teman-teman di kelas sebagai identitas bangsa
Indonesia.
IPA
3.6 Memahami sifat-sifat bunyi dan keterkaitannya dengan indera pendengaran.
4.6 Menyajikan laporan hasil pengamatan dan/atau percobaan tentang sifatsifat
bunyi.
Indikator:
3.6.1 Menjelaskan cara menghasilkan bunyi.
4.6.1 Menyajikan laporan pengamatan tentang cara menghasilkan bunyi.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Setelah membaca teks tentang keragaman budaya, siswa mampu
mengidentifikasi gagasan pokok dan gagasan pendukung di setiap paragraf
dari teks tersebut dengan mandiri.
2. Setelah membaca teks tentang keragaman budaya, siswa mampu
menyajikan gagasan pokok dan gagasan pendukung di setiap paragraf dari
teks tersebut dalam bentuk peta pikiran dengan tepat.
3. Setelah wawancara sederhana, siswa mampu menyebutkan keragaman
budaya, etnis, dan agama dari teman-teman di kelas sebagai identitas
bangsa Indonesia dengan lengkap.
4. Setelah diskusi, siswa mampu mengomunikasikan keragaman budaya,
etnis, dan agama teman di kelas sebagai identitas bangsa Indonesia secara
lisan dan tulisan dengan sistematis.
5. Setelah eksplorasi, siswa mampu menjelaskan cara menghasilkan bunyi
dari beragam benda di sekitar dengan lengkap.
6. Setelah eksplorasi dan diskusi, siswa mampu menyajikan laporan hasil
pengamatan tentang cara menghasilkan bunyi dari beragam benda di
sekitar dengan sistematis.
Karakter siswa yang diharapkan :
Bahasa Indonesia dan IPA : Religius
Nasionalis
Mandiri
Gotong Royong
Integritas
IPS : Religius
Toleransi
Rasa Ingin Tahu
Semangat Kebangsaan
Cinta Tanah Air
Bersahabat/Komunikatif
Cinta Damai
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan
Guru memberikan salam dan mengajak semua
siswa berdo‟a menurut agama dan keyakinan
masing-masing. Religius
Guru mengecek kesiapan diri dengan mengisi
lembar kehadiran dan memeriksa kerapihan
pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran.
Menginformasikan tema yang akan dibelajarkan
yaitu tentang ”Indahnya Kebersamaan”.
Nasionalis
Guru menyampaikan tahapan kegiatan yang
meliputi kegiatan mengamati, menanya,
mengeksplorasi, mengomunikasikan dan
menyimpulkan.
10 menit
Inti
Sebelum memulai pembelajaran, guru menempelkan gambar seorang anak Bali yang memakai baju tradisional. Di belakang anak ada rumah tradisional Bali. (Mengamati) Siswa diajak berdiskusi tentang Keragaman Budaya Indonesia. Guru mengajukan pertanyaan pembuka, Communication
- siapa di antara kalian yang berasal dari suku Sunda, Suku Jawa, Suku Minang, dan seterusnya. (Menanya)
Siswa secara berpasangan diminta untuk saling menginformasikan tentang asal suku mereka kepada teman di sebelahnya. (Mengkomunikasikan)
Siswa kemudian dibagi menjadi beberapa
150
menit
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
kelompok kecil yang terdiri dari 3-4 siswa dalam
setiap kelompok. Siswa bisa diminta untuk
menghitung 1 sampai 4 secara berurutan.
Setiap siswa kemudian diminta untuk
membentuk kelompok berdasarkan nomor urut
yang sama. (Mengekplorasi)
Guru menyampaikan kepada siswa bahwa
mereka akan mendapatkan beragam informasi
tentang keragaman budaya Indonesia dari teks
bacaan yang akan dipelajari. Siswa kemudian
diajak untuk mengamati gambar keragaman
budaya yang ada di buku dan membaca
teksnya dalam hati. (Mengamati)
Siswa dalam kelompok diminta berdiskusi untuk
menjawab pertanyaan tentang isi dari paragraf
satu. (Menanya)
Setelah semua kelompok selesai
mengomunikasikan hasil diskusi, guru
memberikan penguatan tentang strategi dalam
menemukan isi cerita yang biasa dinamakan
gagasan pokok/gagasan utama/ide utama/ide
pokok/ pokok pikiran, dari suatu paragraf.
Siswa diminta untuk menemukan gagasan
utama dan gagasan pendukung dari paragraf
ketiga, keempat, dan kelima dari teks yang ada
di buku dan menuliskannya pada diagram yang
tersedia.
Siswa mendapatkan penjelasan bagaimana mengisi diagram dari guru. Mengisi Diagram
1. Pastikan siswa memiliki diagram.
2. Minta siswa menuliskan „Gagasan Pokok‟ ditengah diagram.
3. Siswa diminta menemukan paling sedikut 5 gagasan pendukung untuk setiap satu gagasan pokok.
4. Siswa menuliskan setiap satu gagasandi satu kolom di sekitar gagasan utama.
5. Isi sisi bintang searah jarum jam.
Guru memberikan penguatan tentang
pentingnya sikap saling menghargai dalam
keragaman budaya, suku,dan agama, serta
menjadikan keragaman tersebut sebagai
identitas bangsa Indonesia. Nasionalis
Siswa menjawab pertanyaan dan mengisi tabel
tentang sikap saling menghargai yang terdapat
di buku secara mandiri. Mandiri
Siswa akan saling berbagi jawaban tentang
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
pengalaman melaksanakan sikap saling
menghargai dan contoh sikap tidak menghargai
secara berpasangan bersama teman di
sebelahnya. Gotong Royong
Siswa dapat mendiskusikan pengalaman yang
menurut mereka menarik. Collaboration
Guru menampilkan satu alat musik tradisional
dari daerah asal sekolah.
Guru mengajukan pertanyaan sebagai kegiatan pembuka: - Bagaimana cara memainkan alat musik ini
sehingga dapat menghasilkan bunyi?
Beberapa siswa diminta membunyikan alat musik tersebut di depan kelas.Minta
satu/beberapa siswa untuk menjelaskan tentang
cara alat musik tersebut dibunyikan. (dipukul,
ditiup, digoyang, dipetik, digesek, dsb.) Mandiri
Siswa kemudian akan melakukan kegiatan
eksplorasi menggunakan benda-benda yang
dapat menghasilkan bunyi yang terdapat di
kelas dan sekitarnya.
Siswa kemudian menjawab pertanyaan yang
terdapat di buku berdasarkan hasil kerjasama
mereka dalam menciptakan ansambel bunyi
yang enak didengar.
Penutup
Bersama-sama siswa membuat kesimpulan /
rangkuman hasil belajar selama sehari
Integritas
Bertanya jawab tentang materi yang telah
dipelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian
materi)
Guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk menyampaikan pendapatnya tentang
pembelajaran yang telah diikuti. Melakukan
penilaian hasil belajar
Mengajak semua siswa berdo‟a menurut
agama dan keyakinan masing-masing (untuk
mengakhiri kegiatan pembelajaran) Religius
15 menit
E. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN
Buku Pedoman Guru Tema : Indahnya Kebersamaan Kelas 4 (Buku
Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Rev.2017, Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2013 Rev.2017).
Buku Siswa Tema : Indahnya Kebersamaan Kelas 4 (Buku Tematik
Terpadu Kurikulum 2013 Rev.2017, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2013 Rev.2017).
Teman-teman di sekolah sebagai narasumber kegiatan wawancara.
Gambar alat musik tradisional daerah masing - masing. Beragam
benda di kelas dan sekitarnya.
Catatan Kepala Sekolah :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
Barembeng , Juli 2019
Guru Kelas IV Peneliti
RISNA, S.Pd NURUL UTARI
NIP. NIM: 105409595 15
Mengetahui,
Kepala Sekolah SD Negeri Barembeng II
HJ. HALFIAH, S.Pd
NIP. 196006021982032007
LAMPIRAN 1
F. MATERI PEMBELAJARAN
o Menemukan gagasan pokok dan pendukung dari teks tulis
o Mengidentifikasi keberagaman yang ada di sekitar o
Melakukan percobaan cara menghasilkan bunyi
IPS
Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa dan budaya, namun tetap dalam
satu wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Keragaman tersebut
merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Kita wajib mensyukurinya.
BAHASA INDONESIA
Setiap bacaan biasanya terdiri atas beberapa paragraf. Setiap paragraf memiliki
gagasan pokok yang diperkuat oleh gagasan pendukung.
Gagasan pokok adalah ide utama yang dibahas dalam suatu bacaan, bisa berupa
kalimat inti atau pokok paragraf.
Gagasan pendukung adalah uraian atau tambahan informasi untuk
gagasan pokok.
Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menentukan
gagasan pokok setiap paragraf.
1. Bacalah paragraf dengan cermat!
2. Cermati kalimat pertama hingga terakhir!
- Apakah kalimat pertama merupakan gagasan pokok atau gagasan penjelas?
Apakah kalimat kedua yang merupakan gagasan pokok? Teruslah membaca
kalimat demi kalimat hingga gagasan pokok paragraf ditemukan.
- Ingat, gagasan pokok sebagai isi atau inti paragraf dapat terletak di awal, akhir,
awal dan akhir, atau di seluruh paragraf.
IPA
Segala macam bentuk bunyi berasal dari benda yang bergetar. Getaran dari suatu
benda akan mengakibatkan udara di sekitarnya bergetar. Getaran tersebut
menimbulkan gelombang bunyi di udara. Benda-benda yang bergetar dan
menghasilkan bunyi disebut sumber bunyi.
Bunyi dapat merambat melalui benda padat, cair, dan gas. Akan tetapi, bunyi tidak
dapat merambat pada ruang hampa.
G. METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan : Saintifik
Metode : Permainan/simulasi, diskusi, tanya jawab, penugasan dan
ceramah
LAMPIRAN 2
Penilaian Penilaian
Sikap
No Nama
Perubanan tingkah laku
Santun Peduli Tanggung
Jawab
K C B SB K C B SB K C B SB
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 ...................
2 ...................
3 ……………..
4 ……………..
5 ……………..
dst ……………..
Keterangan:
K (Kurang) : 1, C (Cukup) : 2, B (Baik) : 3, SB (Sangat Baik) : 4
1. Diskusi
Saat siswa melakukan diskusi, guru menilai mereka dengan
menggunakan rubrik.
Centang () pada bagian yang memenuhi kriteria.
Kriteria Sangat Baik
(4)
Baik
(3)
Cukup
(2)
Perlu
Pendampingan
(1)
Mendengarkan Selalu
mendengarkan
teman yang
sedang
berbicara.
Mendengarkan teman yang berbicara, namun
sesekali masih
perlu
diingatkan.
Masih perlu diingatkan untuk mendengarkan teman yang sedang berbicara.
Sering
diingatkan
untuk
mendengarkan
teman yang
sedang
berbicara
namun tidak
mengindahkan.
Komunikasi non
verbal (kontak
mata, bahasa
tubuh, postur,
ekspresi wajah,
suara)
Merespon
dan
menerapkan
komunikasi
non verbal
dengan tepat.
Merespon dengan
tepat terhadap
komunikasi
non verbal
yang
ditunjukkan
teman.
Sering
merespon
kurang tepat
terhadap
komunikasi
non verbal
yang
ditunjukkan
Membutuhkan bantuan dalam
memahami
bentuk
komunikasi
non verbal
yang
ditunjukkan
teman. teman.
Partisipasi
(menyampaikan
ide, perasaan,
pikiran)
Isi
pembicaraan
menginspirasi
teman. Selalu
mendukung
dan memimpin
teman lainnya
saat diskusi.
Berbicara dan menerangkan
secara rinci,
merespon
sesuai
dengan topik.
Berbicara dan
menerangkan
secara
rinci,namun
terkadang
merespon
kurang sesuai
dengan topik.
Jarang berbicara selama proses diksusi berlangsung.
Penilaian (penskoran) : Total nilai siswa x 10
Total nilai maksimal
Contoh : 2+3+1 = 6 x 10 = 5
12 12
2. Bahasa Indonesia
Tugas siswa menemukan gagasan pokok dan gagasan utama dari setiap
paragraf dinilai menggunakan rubrik
Kriteria Sangat Baik
(4)
Baik
(3)
Cukup
(2)
Perlu
Pendampingan
(1)
Gagasan
pokok.
Menemukan
gagasan
pokok pada
semua
paragraf
dengan
benar.
Menemukan sebagian besar gagasan pokok pada semua paragraf dengan benar.
Menemukan
sebagian kecil
gagasan
pokok pada
semua
paragraf
dengan benar.
Belum dapat
menemukan
gagsan pokok.
Gagasan
pendukung.
Menemukan gagasan pendukung pada semua
paragraf
dengan benar.
Menemukan sebagian besar gagasan pendukung pada semua
paragraf
dengan benar.
Menemukan sebagian kecil gagasan pendukung pada semua
paragraf
dengan benar.
Belum dapat
menemukan
gagasan
pendukung.
Penyajian
gagasan
pokok dan
gagasan
pendukukung
dalam peta
pikiran.
Isi
pembicaraan
menginspirasi
teman. Selalu
mendukung
dan memimpin
teman lainnya
Menyajikan
gagasan
pokok dan
gagasan
pendukung
dalam peta
pikiran
Menyajikan
sebagian kecil
gagasan
pokok dan
gagasan
pendukung
dalam peta
Belum dapat
menyajikan
gagasan pokok
dan gagasan
pendukung
dalam peta
pikiran.
saat diskusi.
dengan
tepat.
pikiran
dengan tepat.
Sikap: Mandiri Sebagian besar tugas
diselesaikan
dengan
mandiri.
Tugas
diselesaikan dengan
motivasi
dan
bimbingan
guru.
Tugas
diselesaikan dengan
motivasi dan bimbingan guru.
Belum dapat
menyeselesaikan
tugas meski
telah diberikan
motivasi dan
bimbingan.
Penilaian (penskoran) : Total nilai siswa x 10
Total nilai maksimal
Contoh : 3+2+4+2 = 10 x 10 = 6,9
16 16
3. IPS
a. Tugas siswa menemukan dan menuliskan informasi tentang keragaman
budaya, serta mengomunikasikannya dinilai menggunakan rubrik.
Kriteria Sangat Baik
(4)
Baik
(3)
Cukup
(2)
Perlu
Pendampingan
(1)
Informasi tentang keragama n budaya, etnis,
dan
agama.
Menuliskan informasi tentang
keragaman
budaya, etnis, dan agama teman-teman
di kelas berdasarkan hasil wawancara
dengan
lengkap.
Menuliskan sebagian besar informasi tentang
keragaman
budaya, etnis, dan agama teman-teman
di kelas berdasarkan hasil wawancara cukup lengkap.
Menuliskan sebagian kecil informasi tentang
keragaman
budaya, etnis, dan agama teman-teman
di kelas berdasarkan hasil wawancara
kurang lengkap.
Belum dapat menuliskan informasi tentang
keragaman
budaya, etnis, dan agama teman-teman
di kelas
berdasarkan
hasil
wawancara.
Komunika
si lisan
tentang keragama n budaya, etnis,
dan
Mengomunikasi kan
secara lisan tentang
keragaman
budaya, etnis,
dan agama
teman-teman
berdasarkan
Mengomunikasi kan
secara lisan sebagian besar keragaman
budaya, etnis,
dan agama
teman-teman
berdasarkan
Mengomunikasi kan
secara lisan sebagian kecil keragaman
budaya, etnis,
dan agama
teman-teman
berdasarkan
Belum dapat mengomunikasi kan
secara lisan tentang
keragaman
budaya, etnis,
dan agama
teman-teman
agama. hasil
wawancara
dengan
sistematis.
hasil
wawancara
cukup
sistematis.
hasil
wawancara kurang sistematis.
berdasarkan
hasil
wawancara.
Sikap
kerjasama
.
Menunjukkan sikap kerjasama dengan semua teman secara konsisten.
Menunjukkan
sikap kerjasama
dengan semua
teman namun
belum
konsisten.
Menunjukkan
sikap kerjasama
hanya dengan
beberapa
teman.
Perlu dimotivasi
untuk dapat
bekerjasama.
Santun
dan saling
mengharg
ai.
Menunjukkan
sikap santun
dan saling
menghargai
dengan semua
teman secara
konsisten.
Menunjukkan
sikap santun
dan saling
menghargai
dengan semua
teman namun
belum
konsisten.
Menunjukkan sikap santun dan saling menghargai hanya dengan beberapa teman.
Perlu dimotivasi untuk bersikap
santun dan
saling
menghargai
dengan semua
teman.
4. IPA
a. Tugas siswa menjelaskan dan menyajikan laporan pengamatan tentang
caramenghasilkan bunyi dinilai menggunakan rubrik.
Kriteria Sangat Baik
(4)
Baik
(3)
Cukup
(2)
Perlu
Pendampingan
(1)
Cara
menghasilkan
bunyi.
Menjelaskan cara menghasilkan bunyi dari semua benda berdasarkan
hasil
eksplorasi
dengan
lengkap.
Menjelaskan
cara
menghasilkan
bunyi dari
sebagian
besar benda
berdasarkan
hasil
eksplorasi
cukup
lengkap.
Menjelaskan cara menghasilkan bunyi dari sebagian kecil benda
berdasarkan hasil eksplorasi kurang lengkap.
Belum dapat menemukan menjelaskan cara menghasilkan
bunyi dari
benda
berdasarkan
hasil
eksplorasi.
Laporan
pengamatan
tentang cara
menghasilkan
bunyi.
Menyajikan laporan pengamatan tentang cara menghasilkan bunyi dari semua benda berdasarkan
hasil
eksplorasi
dengan
sistematis.
Menyajikan
laporan
pengamatan
tentang cara
menghasilkan
bunyi dari
sebagian
besar benda
berdasarkan
hasil
eksplorasi
cukup
sistematis.
Menyajikan laporan pengamatan tentang cara menghasilkan bunyi dari sebagian kecil benda
berdasarkan
hasil
eksplorasi
kurang
sistematis.
Belum dapat menyajikan laporan pengamatan tentang cara menghasilkan
bunyi dari
benda
berdasarkan
hasil
eksplorasi.
Sikap rasa
ingin tahu.
Tampak
antusias dan
mengajukan
banyak ide dan
pertanyaan
selama
kegiatan.
Tampak cukup antusias dan terkadang
mengajukan
ide dan
pertanyaan
selama
kegiatan.
Tampak
kurang
antusias
dan tidak
mengajukan
ide dan
pertanyaan
selama
kegiatan.
Tidak tampak antusias dan perlu dimotivasi untuk mengajukan ide dan pertanyaan.
Penilaian (penskoran) : total nilai siswa X 10
total nilai maksimal
Contoh: 2+3+1 = 6 x 10 = 5
12 12
b. Percobaan IPA dinilai menggunakan rubrik.
Kriteria Sangat Baik
(4)
Baik
(3)
Cukup
(2)
Perlu
Pendampingan
(1)
Penerapan
Konsep
Memperlihatkan pemahaman konsep dengan
menunjukkan
bukti pendukung dan menyampaikan pemahaman inti dari konsep yang sedang
dipelajari
dengan benar.
Memperlihatkan pemahaman konsep dengan
menunjukkan
bukti
pendukung namun
perlubantuan
saat
menyampaikan
pemahaman inti
dari konsep
yang yang
sedang
dipelajari.
Memperlihatkan pemahaman konsep dengan menunjukkan bukti yang terbatas dan penyampaian pemahaman inti dari konsep tidak jelas.
Perlu bimbingan saat menyampaikan bukti dan
pemahaman
inti
dari konsep
yang
dipelajari.
Komunikasi Hasil
percobaan
disampaikan
dengan jelas,
obyektif
dengan
didukung data
penunjang.
Hasil percobaan disampaikan dengan jelas dan didukung sebagian data penunjang.
Hasil
percobaan
disampaikan
denga njelas
namun hanya
didukung
sebagian kecil
data
penunjang.
Hasil
percobaan
disampaikan
dengan kurang
jelas dan tanpa
data
penunjang.
Prosedur dan
Strategi
Seluruh data
dicatat, langkah
kegiatan
dilakukan
secara
sistematis dan
Seluruh data
dicatat, langkah
kegiatan
dilakukan
secara
sistematis
Sebagian besar
data dicatat,
langkah
kegiatan
dan strategi
dilakukan
Sebagian kecil
data dicatat,
langkah
kegiatan
tidak
sistematis
strategi yang
digunakan
membuat
percobaan
berhasil.
namun masih
membutuhkan
bimbingan
dalam
menemukan
strategi agar
percobaan
berhasil.
secara
sistematis
setelah
mendapat
bantuan guru.
dan strategi yang dipilih tidak tepat.
Penilaian (penskoran) : total nilai siswa X 10 total
nilai maksimal
Contoh: 2+3+1 = 6 x 10 = 5
12 12
Pengayaan
• Apabila memiliki waktu, siswa dapat memainkan ansambel bunyi mereka
kepadakelas lain.
Remedial
• Siswa yang belum terampil dalam menemukan gagasan utama dan gagasan
pokokdapat diberikan contoh-contoh tambahan teks sebagai latihan tambahan.
Siswa dapat dibantu oleh siswa lain yang telah sangat terampil dalam menemukan
gagasan pokok dan gagasan utama.
Satuan Pendidikan : SDN Barembeng II
Kelas / Semester : IV (Empat) / 1
Tema 1 : Indahnya Kebersamaan
Sub Tema 1 : Keberagaman Budaya
Bangsaku
Pembelajaran : 5
Alokasi Waktu : 1 Hari
A. KOMPETENSI INTI (KI)
KI 1 : Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar,
melihat, membaca dan menanya ) dan menanya berdasarkan rasa ingin
tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan
benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.
KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis,
dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan
anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan peri-laku anak
beriman dan berakhlak mulia
B. KOMPETENSI DASAR (KD) SBdP
3.3 Memahami dasar-dasar gerak tari daerah.
4.3 Meragakan dasar-dasar gerak tari daerah.
Indikator:
3.3.2 Menjelaskan dasar-dasar gerak tari Bungong Jeumpa dalam posisi duduk
4.3.2 Mempraktikkan dasar-dasar gerak tari Bungong Jeumpa dalam posisi
duduk.
IPS
3.2 Memahami keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis dan agama di
provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia.
4.2 Menceritakan keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis dan agama di
provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia.
Indikator:
3.2.2 Menjelaskan keragaman sosial dan budaya provinsi setempat sebagai
identitas bangsa Indonesia secara tertulis dan lisan.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
4.2.2 Menyajikan keragaman sosial dan budaya provinsi setempat sebagai
identitas bangsa Indonesia secara tertulis dan lisan.
C. TUJUAN PEMEBALAJARAN
1. Dengan membaca teks tentang suku Minang, siswa mampu menjelaskan
keragaman sosial dan budaya provinsi setempat sebagai identitas bangsa
Indonesia secara tertulis dan lisan secara terperinci.
2. Dengan membaca teks tentang suku Minang, siswa mampu menyajikan
keragaman sosial dan budaya provinsi setempat sebagai identitas bangsa
Indonesia secara tertulis dan lisan secara terperinci.
3. Dengan mengamati gambar dan langkah-langkah serta peragaan dari guru,
siswa mampu menjelaskan dasar-dasar gerak tari Bungong Jeumpa dalam
posisi duduk dengan benar.
Karakter siswa yang diharapkan :
SBdP : Religius
Nasionalis
Mandiri
Gotong Royong
Integritas
IPS : Religius
Toleransi
Rasa Ingin Tahu
Semangat Kebangsaan
Cinta Tanah Air
Bersahabat/Komunikatif
Cinta Damai
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan
Guru memberikan salam dan mengajak semua
siswa berdo‟a menurut agama dan keyakinan
masing-masing. Religius
Guru mengecek kesiapan diri dengan mengisi
lembar kehadiran dan memeriksa kerapihan
pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran.
10 menit
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Menginformasikan tema yang akan dibelajarkan
yaitu tentang ”Indahnya Kebersamaan”. Integritas
Guru menyampaikan tahapan kegiatan yang
meliputi kegiatan mengamati, menanya,
mengeksplorasi, mengomunikasikan dan
menyimpulkan.
Inti
Guru menyampaikan bahwa warga yang baik adalah warga yang mampu memahami dan menghargai keragaman serta perbedaan yang ada di sekitar mereka, baik keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis, dan agama. Communication Siswa membaca informasi yang ada di buku siswa. Literasi Siswa membaca teks tentang Suku Minang dalam hati (membaca senyap). (Mengkomunikasikan) Siswa menuliskan pertanyaan tentang hak yang ingin mereka ketahui lagi tentang Suku Minang. Mandiri Siswa menuliskan pertanyaan sebanyak-banyaknya tentang suku Minang. Siswa mendiskusikan jawabannya dengan teman satu kelompok. Collaboration Siswa dipandu mencari informasi lebih lanjut tentang keragaman sosial dan budaya yang terdapat di lingkungan provinsi mereka masing-masing. (Mengekplorasi) Siswa menuliskan hasil temuan mereka pada kolom berikut. Setelah mendapat informasi yang cukup, siswa mempresentasikan informasi yang mereka peroleh dalam kelompok. Critical Thinking and Problem Solving Siswa mendiskusikan dan memperagakan gerakan dasar tari Bungong Jeumpa setelah mengamati gambar, membaca penjelasan, menyaksikan peragaan dari guru. (Mengamati) Setelah selesai menari, guru menyampaikan bahwa tari Bungong Jeumpa adalah satu dari sekian banyak tarian yang ada di Indonesia. Kita semestinya bersyukur dan menghargai keberagaman tersebut. Ketika kita saling menghargai dalam keanekaragaman sosial dan budaya, maka akan tercipta kehidupan yang harmonis. Nasionalis Guru bertanya kepada siswa, apakah mereka masih
ingat hasil karya tangram yang telah mereka buat?
Guru mengingatkan bahwa tangram tersebut terdiri
atas bentuk yang berbeda-beda, namun ketika bentuk
yang berbeda-beda tersebut ditata sedemikian rupa,
maka akan tercipta gambar baru yang
harmonis.(Menanya)
150
menit
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Penutup
Bersama-sama siswa membuat kesimpulan /
rangkuman hasil belajar selama sehari Integritas
Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari
(untuk mengetahui hasil ketercapaian materi)
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
menyampaikan pendapatnya tentang pembelajaran
yang telah diikuti.
Melakukan penilaian hasil belajar
Mengajak semua siswa berdo‟a menurut agama dan
keyakinan masing-masing (untuk mengakhiri
kegiatan pembelajaran) Religius
15 menit
E. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN
Buku Pedoman Guru Tema : Indahnya Kebersamaan Kelas 4 (Buku Tematik
Terpadu Kurikulum 2013 Rev.2017, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2013 Rev.2017).
Buku Siswa Tema : Indahnya Kebersamaan Kelas 4 (Buku Tematik Terpadu
Kurikulum 2013 Rev.2017, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2013 Rev.2017). Lagu Bungong Jeumpa.
Catatan Kepala Sekolah :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
Barembeng , Juli 2019
Guru Kelas IV Peneliti
RISNA, S.Pd NURUL UTARI
NIP. NIM: 105409595 15
Mengetahui,
Kepala Sekolah SD Negeri Barembeng II
HJ. HALFIAH, S.Pd
NIP. 196006021982032007
Lampiran 1
F. MATERI
Menari tarian daerah (Bungong Jeumpa)
Menyajikan keberagaman yang terdapat di sekitar
G. METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan : Saintifik
Metode : Permainan/simulasi, diskusi, tanya jawab, penugasan dan
ceramah
IPS
Suku Minang
Suku Minang adalah kelompok etnis yang terdapat di Provinsi Sumatera Barat. Suku
Minang sering disebut sebagai orang Padang atau Urang Awak. Bahasa daerah suku
Minang adalah bahasa Minang.
Suku Minang mempunyai rumah adat yang sangat khas yang disebut Rumah
Gadang. Rumah gadang ini terbuat dari kayu dan mempunyai bentuk dasar seperti
balok. Lengkung atap rumahnya sangat tajam seperti tanduk kerbau, sedangkan
lengkung badan rumah landai seperti badan kapal. Atap rumah terbuat dari ijuk.
Bentuk atap rumah yang melengkung dan runcing ke atas itu disebut gonjong.
Karena atapnya berbentuk gonjong, maka disebut rumah Bagonjong.
Suku Minang mempunyai alat musik tradisional Minang yang disebut talempong.
Talempong dimainkan dengan cara dipukul. Alat musik khas Minang lainnya adalah
saluang. Saluang ini dimainkan dengan cara ditiup.
Suku Minang juga memiliki banyak jenis tarian, di antaranya tari Pasambahan dan
tari Piring. Tari Pasambahan biasanya ditampilkan dalam pesta adat.
Suku Minang sangat terkenal dengan berbagai makanan khasnya. Rendang
merupakan salah satu makanan tradisional suku Minang yang sangat terkenal,
bahkan sampai ke mancanegara. Makanan khas suku Minang lainnya yang juga
digemari adalah sate padang dan dendeng balado.
Orang Minang gemar berdagang dan merantau ke daerah lain. Legenda Suku
Minang yang sangat terkenal adalah “Malin Kundang”.
SBDP
Gerakan Tari Bungong Jeumpa dalam Posisi Duduk
Tangan kanan di bahu dan tangan kiri di paha. Ditepuk dua kali secara
bersamaan. Lakukan secara bergantian kanan dan kiri. Hitungan 4 x 8
Tangan kanan berdiri dan tangan kiri memegang siku. Tangan kiri berdiri dan
tangan kanan memegang siku. Kemudian tepuk 2X. Dilakukan bergantian.
Hitungan 2 x 8
Kedua tangan tepuk lurus ke depan. Tepuk ke tengah. Tepuk ke atas. Tepuk
ke tengah. Ketika tepuk atas badan diangkat Hitungan 4 x 8
Kedua tangan memegang lantai lantai. serong ke kanan dan ke kiri. Ditarik
ke atas tangan lurus serong ke kanan dan ke kiri. Bergantian. Hitungan 2 x 8.
Lampiran 2
H. PENILAIAN
Penilaian Sikap
No Nama
Perubanan tingkah laku
Santun Peduli Tanggung
Jawab
K C B SB K C B SB K C B SB
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 ...................
2 ...................
3 ……………..
4 ……………..
5 ……………..
Dst ……………..
Keterangan:
K (Kurang) : 1, C (Cukup) : 2, B (Baik) : 3, SB (Sangat Baik) : 4
1. IPS
Tulisan dan presentasi tentang keragaman sosial dan budaya di provinsi
masingmasing dinilai dengan rubrik.
Kriteria Sangat Baik
(4)
Baik
(3)
Cukup
(2)
Perlu
Pendampingan
(1)
Struktur
Presentasi
Presentasi memuat pembukaan, inti dan penutup
serta
dikomunikasikan
secara runtut.
Presentasi
memuat
pembukaan
atau penutup
dan inti serta
dikomunikasikan
secara runtut.
Presentasi
hanya
memuat inti
dan
disampaikan
dengan
runtut.
Presentasi
hanya memiliki
pembuka atau
penutup saja.
Tema Seluruh
gagasan pokok
dan gagasan
pendukung
sesuai dengan
tema.
Sebagian besar
gagasan pokok
dan gagasan
pendukung
sesuai dengan
tema.
Sebagian kecil
gagasan
pokok dan
gagasan
pendukung
sesuai dengan
tema.
Gagasan pokok dan gagasan
pendukung
tidak sesuai
tema.
Fakta
Pendukung
Seluruh fakta tentang keragaman
sosial dan
budaya yang
terdapat di
lingkungan
provinsi
masingmasing
disajikan
dengan benar.
Sebagian besar fakta tentang
keragaman
sosial dan
budaya yang
terdapat di
lingkungan
provinsi
masingmasing
disajikan
dengan benar.
Sebagian kecil fakta tentang
keragaman
sosial dan
budaya yang
terdapat di
lingkungan
provinsi
masingmasing
disajikan
dengan
benar.
Fakta tentang
keragaman
sosial dan budaya yang terdapat di lingkungan provinsi masingmasing
tidak
benar.
Catatan: Penilaian (penskoran) dapat dilihat contohnya pada Pembelajaran 1.
2. SBdP
Proses pembelajaran tari Bungong Jeumpa dinilai dengan catatan anekdot.
Lampiran 2 : Materi
INDONESIA DALAM KERAGAMAN
SOSIAL DAN BUDAYA
Kita patut bangga dengan keragaman sosial dan budaya yang kita
miliki, dari Sabang sampai Merauke beragam kebudayaan, suku, bangsa, bahasa, adat
istiadat, agama dan banyak lagi kekayaan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia
Indonesia. Keragaman sosial dan budaya inilah yang berpotensi sebagai sumber daya yang
dapat membawa manusia Indonesia dikenal dunia dengan keunikan dan corak warna-warni
kebudayaan.
1. Apakah kita telah mengenal keragaman kebudayaan kita?
2. Apa pentingnya kita mengenal keragaman sosial dan budaya Indonesia?
Sebagai Negara Kepulauan, Indonesia memiliki banyak pulau yang berjajar dari
Sabang hingga Merauke, banyak kebudayaan yang memiliki ciri khas tersendiri dengan
sistem sosial masyarakatnya yang unik. Jangankan berbeda pulau, dalam satu pulau saja kita
memiliki perbedaan yang menjadi ciri-ciri masing-masing daerah. Hal ini tentunya dapat
mempengaruhi cara pandang masyarakat yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut
harus tetap ada sebagai corak bangsa Indonesia yang budayanya terkenal sebagai kebudayaan
yang beradab dan adiluhung. Karena itu kita butuh mengenal satu sama lain demi terciptanya
nilai-nilai toleransi dan saling menghargai sama lain sebagai satu masyarakat hukum dalam
bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Zamrud Khatulistiwa, inilah gelar bagi Indonesia, negeri kaya alam yang kita
banggakan karena kemegahan alam yang tersusun rapi. Hal yang menakjubkan akan anda
temui di negara berkepulauan luas nan hijau dan indah ini. Indonesia sebuah negeri yang
nyaman dan menawan dengan pesona keanekaragaman alam dan budaya berpadu dalam
masyarakat yang ramah, seperti video klip pada lagu Zamrud Khatulistiwa yang diciptakan
oleh Chrisye (Alm.) berikut ini:
1. Pengertian Budaya
Manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna
karena memiliki kemampuan berpikir, perasaan, dan keterampilan. Dengan kemampuan ini,
manusia dapat menentukan sendiri cara untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan
mengubah lingkungannya. Sebagai contoh, manusia membuat tempat tinggal atau membuat
senjata untuk mempertahankan diri. Manusia juga membuat serangkaian aturan dan
normanorma untuk bergaul dan mengatur kelompoknya. Dengan demikian, manusia
menghasilkan berbagai macam norma, aturan, benda, lembaga, atau hal-hal lain untuk
mempertahankan hidup dan memenuhi kebutuhannya. Karya-karya manusia dalam usahanya
mempertahankan hidup dan memenuhi kebutuhan hidup disebut hasil budaya.
Budaya berasal dari bahasa Sansekerta, Budhayah yang berarti budi atau akal.
Kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, dan karsa manusia dalam memenuhi kebutuhannya.
Kebudayaan ada dua macam, yaitu kebudayaan jasmani dan kebudayaan rohani. Kebudayaan
jasmani adalah kebudayaan yang dapat dirasakan, diraba, dan dilihat secara nyata. Contohnya
alat-alat tradisional, pakaian adat, kesenian, adat istiadat, arsitektur bangunan, dan lainnya.
Kebudayaan rohani adalah kebudayaan yang hanya dapat dirasakan, namun tidak dapat
dilihat atau diraba. Contohnya, kepercayaan dan ideologi.
2. Keragaman Suku Bangsa
Ayo perhatikan gambar berikut ini!
Dua orang yang terdapat pada gambar berasal dari suku yang berbeda. Gambar
pertama menunjukkan orang dari suku Jawa. Gambar kedua menunjukkan orang dari suku
Dayak. Tahukah kamu apa yang dimaksud dengan suku? Suku adalah suatu kesatuan
masyarakat atas dasar kesamaan bahasa, budaya, dan tempat tinggal. Misalnya suku Dayak,
mereka tinggal di Pulau Kalimantan, mereka memiliki bahasa dan beradat istiadat Dayak.
Demikian pula suku Jawa, mereka tinggal di Pulau Jawa, mereka berbahasa dan beradat
istiadat Jawa.
Daerah asal suku-suku di Indonesia tersebar di berbagai daerah. Setiap suku memiliki
kebiasaan hidup yang berbeda-beda. Kebiasaan hidup ini menjadi budaya dan ciri khas suku
masing-masing hingga membentuk suatu keragaman budaya. Agar kamu mendapat gambaran
tentang persebaran suku bangsa di Indonesia, simaklah video berikut ini. Amati nama suku
bangsa dan daerah asalnya!
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang majemuk. Kemajemukan
bangsa Indonesia dapat dilihat dari keragaman suku bangsa yang ada. Setiap suku bangsa di
Indonesia memiliki corak kehidupan yang berbeda, memiliki norma yang menjunjung tinggi
persatuan dan kesatuan bangsa. Hal ini tercermin dari semboyan: “BHINNEKA TUNGGAL
IKA”.
3. Keragaman Agama Indonesia merupakan negara berketuhanan yang menjunjung tinggi
kebebasan beragama. Ketentuan ini ditegaskan dalam Pancasila sila pertama, yaitu
“Ketuhanan Yang Maha Esa” dan Undang-undang Dasar 1945 pasal 29 ayat (2), yaitu:
“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing
dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu”. Saat ini terdapat enam
agama resmi (yang diakui secara hukum) di Indonesia, yaitu: Islam, Kristen Protestan,
Kristen Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Chu.
Menurut hasil sensus tahun 2010, 87,18% dari 237.641.326 penduduk Indonesia
adalah pemeluk Islam, 6,96% Kristen Protestan, 2,9% Kristen Katolik, 1,69% Hindu, 0,72%
Buddha, 0,05% Kong Hu Cu, 0,13% agama lainnya, dan 0,38% tidak terjawab atau tidak
ditanyakan. Berikut ini adalah peta persebaran agama-agama di Indonesia:
4. Keragaman Sistem Kekerabatan
Kekerabatan berasal dari kata kerabat yang artinya masih memiliki hubungan darah
atau kekeluargaan (pertalian keluarga). Kerabat meliputi ayah, ibu, anak-anak, menantu,
cucu, kakak, paman, bibi, kakek, nenek, sepupu, cicit atau buyut. Seseorang yang telah
menjalani perkawinan berarti menggabungkan dua kelompok kerabat menjadi satu. Jadi,
Kekerabatan merupakan hubungan kekeluargaan seseorang dengan orang lain yang
mempunyai hubungan darah atau keturunan yang sama dalam satu keluarga. Apakah yang
dimaksud dengan sistem kekerabatan? Kekerabatan adalah sistem budaya dalam peranannya
di keluarga yang diakui dan memiliki hubungan dalam menentukan kewajiban, hak, dan
batas-batas interaksi antara anggota kelompok yang diakuinya. Sistem kekerabatan dapat
diukur berdasarkan pengakuan dalam keluarga inti yang memiliki hubungan kesukuan atau
antar suku, akan tetapi lebih banyak diakui berdasarkan keluarga inti yang berasal dari satu
suku. Jadi, sistem kekerabatan berhubungan dengan penegasan kelompok.
KEBERAGAMAN MASYARAKAT INDONESIA
1. Keberagaman Suku Bangsa.
Menurut Koentjaraningrat, suku bangsa berarti sekelompok manusia yang memiliki kesatuan
budaya dan terkait oleh kesadaran dan identitas tersebut. Suku bangsa sering disebut Etnik.
Kesadaran dan identitas biasanya dikutkan oleh kesatuan bahasa. Jadi, suku bangsa
merupakan gabungan sosial yang dibedakan dari golongan-golongan sosial karena
mempunyai ciri-ciri paling mendasar dan umum berkaitan dengan asal-usul dan tempat serta
asal kebudayaan.
Ciri-ciri mendasar yang membedakan suku bangsa satu dengan lainnya, antara lain
bahasa daaerah, adat istiadat, sistem kekerabatan, kesenian daerah, dan tempat asal.
Keberagaman bangsa Indonesia diakibatkan oleh jumlah suku bangsa yang mendiami
wilayah Indonesia. Setiap suku bangsa mempunyai ciri atau karakter tersendiri, tahun 2010 di
Indonesia terdapat 1.128 suku bangsa. Antar suku bangsa di Indonesia memiliki berbagai
perbedaan dan itulah yang membentuk keanekaragaman di Indonesia.
Persebaran sukubangsa di Indonesia, antara lain :
No Kepulauan Suku
1 Sumatera Aceh, gayo, alas, simeulue, tamiang, batak, nias, mentawai,
minangkabau, melayu anak dalam, sakai, kerinci, kubu,
bajau, palembang, ogan, komiring, pasemah, rawas, rejang,
lebong, enggano, lampung, semendo.
2 Jawa Banten, badui, betawi, sunda, jawa karimun, madura dan
tengger
3 Bali Bali
4 Nusa Tenggara
Barat
Sasak, bima, sumbawa, bali
5 Nusa Tenggara Alor, solor, rote, sabu, sumba, flores, dawan, tetun
Timur
6 Kalimantan Melayu, dayak, bulangan, tidung, abai, banjar.
7 Sulawesi Bugis, makasar, mandar, toraja, muna, buton, toraja, tolaki,
kabaena, maronehe
8 Maluku Kalisusu, balantak, banggai, minahasa, bolaan, mongondow,
sangir, talaud, gorontalo, ambon, jei, tanimbar, seram,
ternate, morotai.
9 Papua Sentani, biak, asmat, manem.
Setiap suku memiliki bahasa daerah masing-masing. Dengan banyaknya bahasa daerah ini,
menunjukkan beteapa kaya dan beragamnya kebudayaan bangsa Indonesia.
Bahasa daerah yang dipergunakan sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari
dalam lingkungan keluarga dan sebagai sarana penghubung dalam pergaulan lingkungan
masyarakat. Bahasa daerah yang dipergunakan sebagai sarana penghubung dalam lingkungan
masyarakat, misalnya:
a. Minangkabau berbahasa Minang
b. Tapanuli berbahasa Batak
c. Jawa barat berbahasa Sunda
d. Jawa berbahasa Jawa
e. Bali berbahasa Bali
f. Kalimantan berbahasa Dayak
g. Sulawesi berbahasa Minahasa
h. Papua berbahasa Airoran, bahasa Abun, dll.
Kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia sangat beragam. Hal itu dibentuk oleh
kondisi geografis dan kondisi sosial di setiap daerah di seluruh Indonesia. Kondisi suatu
daerah dengan daerah lainnya memiliki berbagai perbedaan.
Kita ambil contoh masyarakat yang tinggal di daerah pegunungan akan lebih banyak
menggantungkan kehidupan dari pertanian. Oleh karena itu, akan berkembang kehidupan
sosial budaya masyarakat petani. Sementara itu, dareah pantai akan memengaruhi
masyarakatnya untuk memiliki mata pencaharian sebagai nelayan dan berkembanglah
kehidupan sosial masyarakat nelayan.
Keragaman bangsa Indonesia tampak pula dalam seni sebagai hasil kebudayaan darah di
Indonesia, misalnya dalam beantuk tarian dan nyanyian. Hampir semua daerah atau suku bangsa
mempunyai tarian dan nyanyian yang berbeda. Begitu juga dalam bidang seni rupa, setiap
daerah mempunyai hasil karya yang berbeda dan manjadi ciri khas daearahnya masingmasing.
2. Keberagaman Agama dan Kepercayaan
Sejak dahulu kala bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang ramah, mudah bergaul
dengan bangsa lain dan bersedia menerima pengaruh baru sepanjang tidak menimbulkan
pertentangan dan penderitaan. Pengaruh dari berbagai bangsa yang mendatangkan
kesejahteraan dan ketentraman hidup selalu diterima baik oleh bangsa Indonesia. Hal tersebut
mendorong masuknya berbagai agama ke Indonesia.
Ajaran agama Hindu berasal dari India sudah masuk ke Indonesia sekitar abad IV ditandai
dengan berdirinya kerajaan Kutai Tarumanegara di Kalimantan. Agama Budha dibawa oleh
bangsa India yang sudah berdagang ke Indonesia mulai abad ke-VII. Ajaran agama Islam
dibawa oleh pedagang Gujaerrat dan parsi sekitar abad ke-13. Kedatangan bangsa Eropa
membawa ajaran agama Kristen dan Katholik, sedangkan pedagang dari Cina menganut
agama Khonghucu.
(gambar keberagaman Agama di Indonesia)
Berbagai ajaran agama diterima oleh bangsa Indonesia karena masyarakat sudah mengenal
kepercayaan seperti animisme dan dinamisme. Agama mengajarkan kepada umatnya agar
berbuat baik dan benar. Melakukan kebaikan dan menegakkan kebenaran adalah perintah
Tuhan yang wajib dilaksanakan. Kesadaran beragama merupakan perwujudan keyakinan
manusia terhadap keberadaan Tuhan Yang Maha Esa.
3. Keberagaman Ras
Pada dasarnya manusia diciptakan dalam kelompok ras yang berbeda-beda yang merupakan hak
mutlak Tuhan Yang Maha Esa. Istilah ras berasal dari bahasa Inggris, yaitu “race”.
Dalam Undang-undang nomor 40 tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan
Etnis, menyebutkan bahwa ras adalah golongan bangsa brdasarkan ciri-ciri fisik dan garis
keturunan. Setiap manusia memiliki perbedaan ras dengan manusia lainnya karena adanya
perbedaan ciri-ciri fisi, seperti warna mata dan ciri fisik yang lainnya.
Masyarakat Indonesia memiliki keberagaman ras. Hal ini disebabkan oleh kedatangan bangsa
asing ke wilayah Indonesia, sejarah penyebaran ras di dunia, serta letak dan kondisi geografis
wilayah Indonesia. Beberapa ras yang ada dalam masyarakat Indonesia antara lain:
- Ras Malayan-Mongoloid yang ada di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat,
Kalimantan dan Sulawesi.
- Ras Melanesoid yang mendiami daerah Papua, Maluku, dan Nusa tenggara timur
- Ras Asiatic Mongoloid seperti orang Tionghoa, Jepang dan Korea. Ras ini tersebar di
seluruh Indonesia.
- Ras Kaukasoid yaitu orang India, Timur Tengah, Australia, Eropa dan Amerika.
(gambar keberagaman ras)
4. Keberagaman Antargolongan
Keberagaman yang ada di Indonesia itu sangat banyak tidak hanya keberagaman suku, agama
dan ras, tetapi juga dalam keberagaman masyarakat. Keberagaman masyarakat di Indonesia
dapat dilihat dari struktur masyarakatnya. Keberagaman masyarakat di Indonesia dapat
dilihat dari struktur masyarakatnya. Struktur masyarakat Indonesia menurut Syarif Moeis
(2008) ditandari dengan dua ciri. Pertama secara horizontal ditandai dengan kenyataan
adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan suku bangsa, agama adat
istiadat, dan kedaerahan. Secara vertikal ditandai dengan adanya lapisan atas dan lapisan
bawah yang cukup tajam.
Dalam sosiologi, adanya lapisan dalam masyarakat itu disebut “social stratification” atau
biasa disebut dengan kelas sosial. Adanya perbedaan kelas dalam lapisan masyarakat
menyebabkan terjadinya penggolongan kelas-kelas secara bertingkat. Hal itu diwujudkan
dalam kelas tinggi, kelas sedang dan kelas rendah dengan ditandai oleh adanya
ketidakseimbangan dalam pembagian hak dan kewajiban individu dan kelompok di dalam
suatu sistem sosial. Dengan demikian, dalam kelas sosial terdapat penggolongan manusia
secara bertingkat atas dasar kedudukan atau status sosial sehingga menyebabkan perbedaan
antara hak dan kewajiban.
Selain dilihat dari lapisan masyarakat atau kelas sosial, keberagaman masyarakat ditandai
oleh adanya segmentasi dalam bentuk kelompok-kelompok yang memiliki kebudayaan yang
berbeda satu sama lain. Kelompok-kelompok tersebut dapat berupa kesatuan-kesatuan sosial
dan organisasi kemasyarakatan. Adanya kelas sosial dan kesatuan sosial membentuk
golongan-golongan di masyarakat. Setiap golongan terdiri dari dua orang atau lebih yang
mempunyai hubungan satu sama lain dalam sebuah struktur.
Keberagaman antargolongan tidak boleh menyebabkan terjadninya perselisihan dan
perpecahan di masyarakat. Adanya keberagaman antargolongan harus menjadi pendorong
terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa, dan pendorong tumbuhnya kesadaran setiap
warga negara akan pentingnya pergaulan demi memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa
misalnya golongan kelas tinggi membantu golongan kelas rendah. Oleh karena itu, ciri
golongan tidak ditonjolkan demi kepentingan nasional.
5 Sikap Menghargai Keberagaman – Perbedaan merupakan hal yang umum pada suatu
negara atau wilayah, tak terkecuali Indonesia. Indonesia sendiri terkenal akan aneka
keberagaman suku dan agama. Untuk suku sendiri ada suku Jawa, suku Batak, suku Sunda,
suku Kalimantan dan lainnya yang memiliki keunikan dan khas tersendiri pada
masingmasing negara. Begitupula dengan agama yang beragam seperti Islam, Katolik, Budha
dan juga Hindu yang walaupun berbeda, namun berprinsip pada Bhineka Tunggal Ika, meski
beda tetap satu jua. Adapun sikap menghargai keberagaman ada beberapa diantaranya :
1. Toleransi
Toleransi merupakan sikap untuk menahan diri dan juga bersabar, serta membiarkan
pendapat orang lain dan menerima apa yang baik dan tidak baik. Toleransi sendiri didasarkan
dari sikap saling menghormati terhadap martabat manusia, keyakinan, hati nurani dan juga
keikhlasan sesama makhluk beragama. Contoh toleransi seperti menghargai teman yang
sedang menjalankan puasa dengan tidak makan di depannya. Atau juga untuk dalam
kesenian, menampilkan macam-macam kesenian Indonesia.
2. Tidak menghina
Hal ini sangat patut untuk di lakukan karena meskipun berbeda agama, budaya dan juga
warna kulit, akan tetapi sebagai warga negara yang hidup dalam satu negara, hendaknya
untuk saling menghormati sesama. Karena letak kerukunan dalam suatu negara adalah
dengan saling menghargai perbedaan.
3. Mempelajari dan menikmati kebudayaan suku lainnya
Indonesia terdiri dari banyak pulau dan juga ratusan bangsa yang tersebar di beberapa
wilayah Indonesia. Dan setiap suku memiliki kebuadaan sendiri seperti bahasa, warna kulit,
adat, kepercayaan, tradisi dan lainnya. Bersikap menghargai keberagaman adalah dengan
menghargai dan juga menikmati kebudayaan lain. Dengan memepelajari budaya lain, maka
kita akan mengerti aneka ragam budaya Indonesia yang tersimpan suatu hal yang unik dan
juga menjadi suatu ciri khas Indonesia yang patut dibanggakan.
4. Menjadikan keberagaman sebagai suatu kebanggaan
Keberagaman adalah suatu kekayaan suatu negara yang tak ada batasnya dan juga patut
dibanggakan. Banyak yang mengatakan bahwa Indonesia merupakan suatu negara yang unik
dan memiliki banyak aneka macam tradisi dan suku budaya yang unik, sehingga Indonesia
dikatakan sebagai negara yang yang tepat untuk mengenal budaya dan segala macam
kekayaan didalamnya yang terletak pada bangunan sejarah dan juga kulinernya. Oleh karena
itu dalam 5 sikap menghargai keberagaman salah satunya adalah bangga dengan negara
sendiri.
5. Menjaga Kerukunan
Saling menjaga kerukunan adalah suatu bentuk dalam menghargai keberagaman. Tidak
membuat onar, tidak menghina, dan juga tidak saling merendahkan satu sama lain akan
mengeratkan tali persaudaraan dianatar suku dan agama yang berbeda.
Sikap Menghargai Keberagaman
Perbedaan yang ada pada setiap daerah di Indonesia merupakan suatu anugerah dari
Tuhan yang patut kita syukuri. Berikut contoh hal-hal apa yang kita lakukan untuk
menghargai perbedaan itu, misalnya:
Lampiran 3 : LKS Pretest dan Posttest dan Kunci Jawaban
Sekolah : SD Negeri Barembeng II
Kelas / Semester : IV / Ganjil
Tema 1 : Indahnya Kebersamaan Sub Tema 1 :
Keberagaman Budaya Bangsaku
Nama :
Petunjuk :
1. Tuliskan nama dan No.Urut pada kolom yang telah disediakan!
2. Periksalah dan bacalah soal-soal dengan cermat sebelum menjawab!
3. Dahulukanlah menjawab soal yang di anggap mudah!
4. Lingkarilah jawaban yang benar pada soal!
1. Dibawah ini yang tidak termasuk unsur-unsur kebudayaan yaitu sebagai
berikut, kecuali …
a. Pengetahuan
b. Sistem organisasi kemasyarakatan
c. Tempat wisata
d. Bahasa
2. Budaya local umumnya bersifat …
a. Tradisional
b. Klasik
c. Modern
d. Antic
3. Yang termasuk unsur-unsur kebudayaan yaitu …
a. Peralatan
b. Bahasa dan Tarian
c. Bahasa dan Kesenian
d. Tempat wisata dan sistem keagamaan
4. Yang termasuk dampak negatif akibat keberagaman budaya, kecuali ….
a. Menimbulkan konflik antar elite dan golongan politik
b. Sebagai alat bersatunya masyarakat walau berbeda agama
c. Menimbulakan krisis ekonomi dan moneter
d. Menimbulkan konflik antar suku bangsa
5. Yang bukan termasuk contoh tindakan social yaitu….
a. Dina sangat senang karena mendapat hadiah dari temannya
b. Seorang pelajar pergi untuk mengikuti ekstrakulikuler
c. Siswa SD pergi ke sekolah untuk tawuran
d. Mahasiswa di tempatkan untuk magang di suatu perusahaan
6. Indonesia merupakan negara berketuhanan yang menjunjung tinggi
kebebasan beragama. Ketentuan ini ditegaskan dalam Pancasila sila.......
a. Kesatu
b. Kedua
c. Ketiga
d. Keempat
7. Ciri-ciri mendasar yang membedakan suku bangsa satu dengan lainnya
yaitu.............
a. Pakaian, warna kulit, adat istiadat dan materi
b. Bahasa, pakaian, makanan dan materi
c. Kepintaran, kesenian daerah, tempat asal, bahasa, dan pakaian
d. Bahasa daaerah, adat istiadat, sistem kekerabatan, kesenian daerah,
dan tempat asal
8. Setiap suku memiliki bahasa daerah masing-masing sala satunya
Minangkabau berbahasa......
a. Makassar
b. Minang
c. Batak
d. Sunda
9. Dibawah ini yang termasuk sikap menghargai keragaman
yaitu.................
a. Toleransi, menghina, mempelajari dan menikmati kebudayaan suku
lainnya dan menjaga kerukunan
b. Toleransi, tidak menghina, tidak mempelajari dan menikmati
kebudayaan suku lainnya dan menjaga kerukunan
c. Toleransi, tidak menghina, mempelajari dan menikmati kebudayaan
suku lainnya dan menjaga kerukunan
d. Toleansi, tidak menghina, mempelajari dan menikmati kebudayaan
suku lainnya dan tidak menjaga kerukunan
10. Terhadap suku bangsa dari daerah lain kita harus saling..............
a. Bersaing
b. Bermusuhan
c. Menghormati
d. Menjauhi
11. Rumah adat Provinsi Sulawesi Selatan disebut..........
a. Rumah Lamin
b. Rumah Tongkonan
c. Rumah Natah
d. Rumah Baileo
12. Jika kita tidak saling menghormati anatar suku bangsa maka akan
berakibat, kecuali...........
a. Timbul permusuhan antar suku
b. Persatuan dan kesatuan tidak terjamin
c. Ancaman perpecahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
d. Merperkokoh persatuan dan kesatuan negara
Lampiran 4: Lembar Observasi Guru dan Siswa
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU
Berikut penilaian dengan menuliskan tanda centang ( ) pada kolom skor
yang telah tesedia.
Keterangan:
Skor 4 = Jika dilakukan dengan sangat baik
Skor 3 = Jika dilakukan dengan baik
Skor 2 = Jika dilakukan dengan cukup baik
Skor 1 = Jika dilakukan dengan kurang baik
No Aktivitas Guru
Skor
4 3 2 1
1. Menyiapkan RPP
.2. Menyiapkan Media Pembelajaran
3. Menyajikan buku penunjang buku paket yang relevan
4. Membuka pelajaran dengan salam dan berdo’a
5. Memeriksa kesiapan siswa
6. Melakukan apersepsi
7. Menjelaskan tujuan pembelajaran
8. Menyampaikan materi
9. Memberikan tugas kepada siswa
10. Menyimpulkan pembelajaran
11. Memberikan PR
12. Memberikan pesan-pesan moral kepada siswa
13. Menutup pelajaran dengan berdo’a bersama dengan siswa
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
Lampiran 5: Daftar Hasil Belajar Nilai
Pretest
No. Nama Siswa Nilai
1. A. Zaky Al-Qifari 60
2. Al-Qifari 50
3. Ahmad Fachriansyah 90
4. Al Sakira Azzahra 60
5. Fabian Sahreza 70
6. Jesika Maryam 80
7. Kafa Putra Arjuna 70
8. Kaysan Naufal Ali 80
9. Muh Abrar Pratama 60
10. Muhammad Sulaeman 70
11. Muh Alfian 40
12. Muh Arhan Fajar 70
13. Muh Fahri Hidayat 80
14. Muh Yusuf Fadilah 70
15. Muh Alfian Nur 70
16. Miftahul Jannah 80
17. Nur Fahmi 80
18 Nurul Muta Aliyah 90
19 Nur Indira Aprilia 60
20. Syahrul AB 70
21. Surya Tri Putra 70
22. Suci Ramadani 70
23. Siti Sahira Azizah 80
24. Tifani Akila Suardi 40
25. Ummu Kalsum 50
26. Ummul Kalsum 40
27. Marwah 70
28. Zahra 80
29. Zikra Zakira 80
30. Zakina Nur Fadilah 40
Jumlah 2020
Rata - Rata 67,3
Nilai Posttest
No. Nama Siswa Nilai
1. A. Zaky Al-Qifari 80
2. Al-Qifari 60
3. Ahmad Fachriansyah 100
4. Al Sakira Azzahra 90
5. Fabian Sahreza 80
6. Jesika Maryam 100
7. Kafa Putra Arjuna 80
8. Kaysan Naufal Ali 90
9. Muh Abrar Pratama 80
10. Muhammad Sulaeman 80
11. Muh Alfian 80
12. Muh Arhan Fajar 80
13. Muh Fahri Hidayat 100
14. Muh Yusuf Fadilah 80
15. Muh Alfian Nur 80
16. Miftahul Jannah 90
17. Nur Fahmi 90
18 Nurul Muta Aliyah 100
19 Nur Indira Aprilia 80
20. Syahrul AB 80
21. Surya Tri Putra 80
22. Suci Ramadani 80
23. Siti Sahira Azizah 90
24. Tifani Akila Suardi 50
25. Ummu Kalsum 70
26. Ummul Kalsum 70
27. Marwah 80
28. Zahra 100
29. Zikra Zakira 100
30. Zakina Nur Fadilah 50
Jumlah 2470
Rata - Rata 82,3
Lampiran 6:
Analisis Nilai Pretest dan Posttest
Kode
Sampel
(Pretest) (Posttest) d=
1 60 80 20 400
2 50 60 10 100
3 90 100 10 100
4 60 90 30 900
5 70 80 10 100
6 80 100 20 400
7 70 80 10 100
8 80 90 10 100
9 60 80 20 400
10 70 80 10 100
11 40 80 40 1600
12 70 80 10 100
13 80 100 20 400
14 70 80 10 100
15 70 80 10 100
16 80 90 10 100
17 80 90 10 100
18 90 100 10 100
19 60 80 20 400
20 70 80 10 100
21 70 80 10 100
22 70 80 10 100
23 80 90 10 100
24 40 50 10 100
25 50 70 20 400
26 40 70 30 900
27 70 80 10 100
28 80 100 20 400
29 80 100 20 400
30 40 50 10 100
Jumlah 2020 2470 450 8500
-
Lampiran 7:
TABEL
NILAI-NILAI DALAM DISTRIBUSI t
α untuk uji dua fihak (two tail test)
0,50 0,20 0,10 0,05 0,02 0,01
α untuk uji satu fihak (one tail test)
dk 0,25 0,10 0,05 0,025 0,01 0,005
1 1,000 3,078 6,314 12,706 31,821 63,657
2 0,816 1,886 2,920 4,303 6,956 9,925
3 0,765 1,638 2,353 3,182 4,541 5,841
4 0,741 1,533 2,132 2,776 3,747 4,604
5 0,727 1,476 2,015 2,571 3,365 4,032
6 0,718 1,440 1,943 2,447 3,143 3,707
7 0,711 1,415 1,895 2,365 2,998 3,499
8 0,706 1,397 1,860 2,306 2,896 3,355
9 0,703 1,383 1,833 2,262 2,821 3.250
10 0,700 1,372 1,812 2,228 2,764 3,169
11 0,697 1,363 1,796 2,201 2,718 3,106
12 0,695 1,356 1,782 2,179 2,681 3,055
13 0,692 1,350 1,771 2,160 2,650 3,012
14 0,691 1,345 1,761 2,145 2,624 2,977
15 0,690 1,341 1,753 2,131 2,602 2,947
16 0,689 1,337 1,746 2.120 2,583 2,921
17 0,688 1,333 1,740 2.110 2,567 2,898
18 0,688 1,330 1,734 2,101 2,552 2,878
19 0,687 1,328 1,729 2,093 2,539 2,861
20 0,687 1,325 1,725 2,086 2,528 2,845
21 0.686 1,323 1,721 2,080 2,518 2,831
22 0,686 1,321 1,717 2,074 2,508 2,819
23 0,685 1,319 1,714 2,069 2,500 2,807
24 0,685 1,318 1,711 2,064 2,492 2,797
25 0,684 1,316 1,708 2,060 2,485 2,787
26 0,684 1,315 1,706 2,056 2,479 2,779
27 0,684 1,314 1,703 2,052 2,473 2,771
28 0,683 1,313 1,701 2,048 2,467 2,763
29 0,683 1,311 1,699 2,045 2,462 2,756
30 0,683 1,310 1,697 2,042 2,457 2,750
40 0,681 1,303 1,684 2,021 2,423 2,704
60 0,679 1,296 1,671 2,000 2,390 2,660
120 0,677 1,289 1,658 1,980 2,358 2,617
Lampiran 8:
0,674 1,282 1,645 1,960 2,326 2,576
Sumber: (Sugiyono, 2017: 454)
DOKUMENTASI
Pemberian Pretest (Tes Awal)
Pemberian Pre-test
Pemberian Pre-test
Pemberian Trreatment dan Posttest (Tes Akhir)
Pemberian Materi
Pemberian Post-test
Lampiran 9 :
RIWAYAT HIDUP
Nurul Utari. Dilahirkan di Barembeng Kabupaten
Gowa pada tanggal 22 April 1997, dari pasangan
Ayahanda Abdullah dan Ibunda Hj. Sadaria. Penulis
masuk sekolah dasar pada tahun 2003 di SDN
Barembeng II Kabupaten Gowa dan tamat tahun 2009,
tamat SMP PGRI Barembeng tahun 2012, dan tamat
SMA Negeri Bontonompo tahun 2015. Pada tahun yang sama (2015), penulis
melanjutkan pendidikan pada Program Strata Satu (S1) Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar dan selesai tahun 2019.