new institutional repository uin syarif hidayatullah jakarta: home · 2013. 6. 19. · surat...
TRANSCRIPT
i
SURAT PERNYATAAN
Nama Mahasiswa : HJ. Umun Muhimah
NIM : 207081000639
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Manajemen
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang
merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan
merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang
lain.
Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi, maka skripsi ini dianggap gugur
dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan
serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari
menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 15 Desember 2011
HJ. Umun Muhimah
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : HJ. Umun Muhimah
Tempat / Tanggal Lahir : Tangerang, 07 Juni 1990
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : JL. Raya Mauk Kp. Tuis Rt/Rw. 08/04
Ds. Mekar Kondang Kec. Sukadiri
Kab. Tangerang. Banten 15530
Email : [email protected]
Telepon : 0857 8177 7166
• 1995 – 2001 : MI AL-Khoeriyah Bogor • 2001 – 2004 : SLTP Islam Cipasung Tasik Malaya Jawa Barat • 2004 – 2007 : SMA Negeri 11 Tangerang
PENDIDIKAN FORMAL
iii
Abstract
This study aims to analyze the financial ratios Liquidity (CR), Solvability (DER, DTA), Activity (TATO), Profitability (ROA, EPS). Affecting the payment of dividends (DPR), as well as to find out where the most dominant variable affecting the dividend payout ratio. Using multiple linear regression analysis of 10 companies taken purposively sampling in Jakarta Islamic Index through secondary data from each company’s financial statements are to be sampled. Study period from 2007 until 2010. In testing the hypothesis using the F-statistic to test the effect of simultaneously, and T-statistics to test the effect of partial (individual).
From the results of the analysis indicate that the Liquidity (CR), Solvability (DTA), Activity (TATO), Profitability (ROA) proved to significantly affect a company partially against the House of Representatives in ill at the significance level of less than 0.05 or 5%. While variable Solvability (DER), and Profitability (EPS) did not significantly influence the House of Representatives. While the Liquidity variable (CR), Solvability (DER, DTA), Activity (tattoo), Profitability (ROA, EPS), simultaneously significantly to the House company in III period 2007-2010 at the level of significance less than 0.05 or 5%. Dominant variables that significantly influence the House of Representatives is Profitability (ROA) with a significance value of F for 0.000. Adjusted R square value (R2) that is equal to 44% while the remaining 66% is influenced by other factors not included in the research model.
Keyword: Liquidity, Solvability, Activity, Profitability, and Dividend Payout Ratio
iv
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rasio keuangan yakni Likuiditas (CR), Solvabilitas (DER, DTA), Aktivitas (TATO), Profitabilitas (ROA, EPS). Yang berpengaruh terhadap pembayaran dividen (DPR), serta untuk mengetahui variabel mana yang paling dominan mempengaruhi dividend payout ratio. Analisis menggunakan regresi linear berganda terhadap 10 perusahaan yang diambil secara purposive sampling di Jakarta Islamic Index melalui data sekunder laporan keuangan pada setiap perusahaan yang menjadi sampel. Periode penelitian pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2010. Dalam menguji hipotesa menggunakan F-statistik untuk menguji pengaruh secara simultan (bersama - sama), serta T-statistik untuk menguji pengaruh secara parsial (individu).
Dan hasil analisis menunjukkan bahwa Likuiditas (CR,), Solvabilitas (DTA), Aktivitas (TATO), Profitabilitas (ROA) terbukti signifikan berpengaruh secara parsial terhadap DPR perusahaan di Jll pada level signifikan kurang dari 0,05 atau 5%. Sedangkan variabel Solvabilitas (DER), dan Profitabilitas (EPS) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap DPR. Sedangkan variabel Liquidity (CR), Solvabilitas (DER, DTA), Aktivitas (TATO), Profitabilitas (ROA, EPS), secara simultan signifikan terhadap DPR perusahaan di JIl periode 2007-2010 pada level signifikansi kurang dan 0,05 atau 5%. Variabel yang dominan berpengaruh signifikan terhadap DPR adalah Profitabilitas (ROA) dengan nilai signifikansi F sebesar 0,000. Nilai Adjusted R square (R2) yaitu sebesar 44% sedangkan sisanya yaitu sebesar 66% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian.
Kata Kunci: Dividen Payout Ratio, Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, dan Profitabilitas
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr,wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmatnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini, dengan judul ” ANALISIS PENGARUH LIKUIDITAS,
SOLVABILITAS, AKTIVITAS, DAN PROFITABILITAS TERHADAP
KEBIJAKAN PEMBAYARAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN
JAKARTA ISLAMIC INDEX”. Skripsi ini disusun dalam rangka
melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna mencapai gelar sarjana
ekonomi jenjang pendidikan strata satu program studi manajemen
keuangan pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, banyak kendala yang dihadapi oleh
penulis, namun berkat Ridho, Hidayah dan curahan Rahmat-Nya yang
begitu berlimpah dan juga dukungan dari berbagai pihak, sehingga peneliti
mampu menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini dan juga telah membimbing peneliti selama
menempuh pendidikan di FEB UIN Jakarta, terutama kepada:
1. Ibunda tercinta yang tak pernah berhenti melimpahkan perhatian dan
mencurahkan kasih sayang yang tak dapat dibalas dengan apapun.
Ayahanda yang banyak memberi dukungan, perhatian dan materi,
semoga karya kecil ini dapat memberikan sedikit kebahagiaan
kepada kedua orang tua penulis.
2. Bpk Sanusi, Alm Bpk Puri, Ibu Enap, Mbak Zein, Bpk Diding,
selaku Orang Tua yang telah mengasuh saya dari kecil hingga
sekarang.
vi
3. Bpk. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah .
4. Bpk. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku pembimbing I, penulis
ucapkan terimakasih atas semua bimbingan, arahan dan petunjuknya
selama menulis dan menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Bpk. M. Arief Mufraini, Lc, M,si selaku pembimbing II, penulis
ucapkan terimakasih atas bimbingan, arahan petunjuk, kebaikan serta
kemurahan hati beliau, yang sangat membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Bpk. Indoyama Nasaruddin, SE, MAB selaku pudek II, penulis
ucapkan terimakasih atas arahan petunjuk, kebaikan serta
kemurahaan hati beliau, yang sangat membantu penulis selama
kuliah dan menyelesaikan skripsi ini.
7. Mas Aziz, Mbak Ani, Mas Heri, serta segenap Dosen dan Karyawan
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah atas semua
curahan ilmu bantuan dan pelayanannya.
8. Kakak-kakakku tersayang Abdul Rauf, Hj. Yati, Hj. Tifah penulis
ucapkan terimakasih atas inspirasi, motivasi, saran, dan bantuan yang
diberikan terselesaikannya skripsi ini.
9. Adik-adikku tercinta H. Alung dan Mubarok, penulis ucapkan
terimakasih atas kasih sayang, inspirasi, motivasi yang diberikan.
10. Sahabat-sahabatku (Dian, Nurul, Nisa, Iwah, Syifa, Inar, Sulistiana,
Mimin, Atin, Ade, Sazli, Budiyarto, Deni, Hasanudin, Rahmat, Joko,
Reyhan, Deni, Nasrul, Ruri, Izal, Catur, Hadi, Vicky) beserta teman-
teman angkatan 2007 lainnya yang selalu menemani saya baik dalam
keadaan suka maupun duka.
11. Sahabatku di kosan Pondok Mawar (Tanti, Layaly, Neni, Putri, Kiki,
Sae, Jazul, dan Yati) yang selalu memberikan motivasi, masukan,
maupun saran serta terselesaikannya skripsi ini.
vii
12. Semua pihak yang terkait yang telah membantu penulis
menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari masih banyaknya kekurangan dalam
penulisan skripsi ini, oleh karena itu, penulis mohon kritik dan saran
yang sifatnya membangun dari pembaca sekalian. Sehingga penulisan
skripsi ini penulis harapkan dapat dikembangkan lebih dalam lagi.
Sehingga dapat memberikan nilai dan manfaat yang baik bagi seluruh
pihak. Terutama bagi dunia pendidikan dan masyarakat.
Jakarta, Desember 2011
Penulis
HJ. Umun Muhimah
viii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahaan Skripsi Lembar Pengesahaan Uji Komprehensif Lembar Pengesahaan Uji Skripsi Lembar Pernyataan Keaslian Skripsi ………………………………………... Daftar Riwayat Hidup ………………………………………………………. Abstract ……………………………………………………………………… Abstrak ………………………………………………………………………. Kata Pengantar……………………………………………………………….. Daftar Isi …………………………………………………………………….. Daftar Tabel …………………………………………………………………. Daftar Gambar……………………………………………………………….. Daftar Lampiran……………………………………………………………... BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………......
A. Latar Belakang Masalah ..………………………….…….……… B. Perumusan Masalah ..…………………………………...……….. C. Tujuan Penelitian ……………………...………………………… D. Manfaat Penelitian ………………………………….....................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………....................
A. Landasan Teoritis …………………………………….……......... 1. Manajemen Keuangan …………………………..........……... 2. Dividen ……………………………………...………..……...
a. Pengertian Dividen ……………………………..……….. b. Jenis-jenis Dividen ………………………………............ c. Prosedur Pembayaran Dividen …..…………….………...
B. Pasar Modal ……………………...……………...………..……... 1. Pengertian Pasar Modal …………...………….........………... 2. Jakarta Islamic Indeks …………..…………………………... 3. Instrument Saham Syariah …………………………....……...
C. Kebijakan Dividen ……………………………...………..……… 1. Pengertian Kebijakan Dividen ……………...………...……...
a. Teori Kebijakan Dividen ………………................……... b. Macam-macam Kebijakan Dividen ……………………... c. Dividen Payout Ratio ………………………..………….. d. Rasio Likuiditas …………………………………..……... e. Rasio Solvabilitas ……………………………....……….. f. Rasio Aktifitas …………………………………………... g. Rasio Profitabilitas ……………..……………...………...
D. Penelitian Terdahulu ……………………………….….….……... E. Kerangka Pemikiran ………………………………….……......... F. Hipotesis …………………………...……………………..……...
iii
iiiivv
viiix
xixii
11
141414
1616161818192122222327282829303236384142454753
ix
BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………...………………………
A. Ruang Lingkup Penelitian ………………...…………………….. B. Metode Penentuan Sampel …………………...……………......... C. Metode Pengumpulan Data ………………...…………………… D. Metode Analisis Data ………………………...……………......... E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ………...……………...
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN……………………………
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ……...……………... 1. Sejarah Bursa Efek Indonesia ……………...………....……... 2. Sejarah Jakarta Islamic Index ……………...………………...
B. Analisis dan Pembahasan …………………..…………….……... C. Interpretasi ……………………………………………………….
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ………………………………...
A. KESIMPULAN ……………………………………………........... B. IMPLIKASI……………………………………..………………...
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….………. LAMPIRAN ………………………………………………………….……...
545454565765
686868697296
101101102
103106
x
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
4.1 Daftar Sampel Penelitian 72
4.2 Descriptive Statistic 74
4.3 Uji Kolmogorov Smirnov 79
4.4 Hasil Uji Multikolinearitas 80
4.5 Output Durbin Watson SPSS 17.0 81
4.6 Hasil Uji F 86
4.7 Hasil Uji T 87
4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi 95
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 52
3.1 Posisi Angka Durbin Watson 59
4.1 Histogram Uji Normalitas 77
4.2 Probability Plot 78
4.3 Hasil Uji Durbin Watson 82
4.4 Uji Heteroskedastisitas 84
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Nilai dividen pada perusahaan yang menjadi sampel
Data Mentah Tingkat DPR Perusahaan JII Tahun 2007-2010
Data Mentah Tingkat CR Perusahaan JII Tahun 2007-2010
Data Mentah Tingkat DER Perusahaan JII Tahun 2007-2010
Data Mentah Tingkat DTA Perusahaan JII Tahun 2007-2010
Data Mentah Tingkat TATO Perusahaan JII Tahun 2007-2010
Data Mentah Tingkat ROA Perusahaan JII Tahun 2007-2010
Data Mentah Tingkat EPS Perusahaan JII Tahun 2007-2010
Output SPSS
106
107
107
108
108
109
109
110
110
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Reformasi iklim investasi Indonesia mulai membuahkan hasil, dalam
publikasi Bank Dunia baru-baru ini Indonesia dinilai sebagai negara yang
paling aktif dalam melakukan reformasi. Peringkat Indonesia dalam
kemudahaan melakukan bisnis meningkat dari urutan ke-129 menjadi ke-122
dari 183 Negara yang disurvei. Kendati membaik iklim investasi Indonesia
masih tertinggal di antara Negara ASEAN. (Bank & Manajemen, 2009, 28)
Dalam laporan tahunan Bank Dunia/IFC juga termuat tiga tahapan bisnis
di Indonesia yang dinilai membaik secara signifikan: 1). Starting a business.
Untuk memulai bisnis di Indonesia membutuhkan sembilan prosedur,
memakan waktu 60 hari, dengan biaya 26% dari pendapatan perkapita, dan
modal awal minimal 59,7% dari pendapatan perkapita. Ini artinya jauh lebih
baik dari 2008 di mana untuk melakukan bisnis dibutuhkan 11 prosedur dan 76
hari, juga tahun 2007 di mana untuk melakukan bisnis dibutuhkan 12 prosedur
dan 105 hari. 2). Registering property. Untuk pendaftaran property di Indonesia
melalui enam prosedur, butuh waktu 22 hari, dengan biaya 10,7% dari nilai
properti. 3). Protecting investor. Upaya perlindungan kepada investor dinilai
2
dengan sejumlah index, dengan rentang 0 (terendah) hingga 10 (terbaik). Yang
terbaik adalah index tranparansi (10), diikuti index proteksi investor (6). (Bank
& Manajemen, 2009, 30)
Banyak pilihan orang untuk menanamkan modalnya dalam bentuk
investasi. Salah satu bentuk investasi adalah menanamkan hartanya dipasar
modal. Pasar modal pada dasarnya merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan atau surat-surat berharga jangka panjang yang bisa diperjualbelikan,
baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri. Pasar modal merupakan salah
satu pilar penting dalam perekonomian dunia saat ini.
Sistem keuangan syariah tidak menginginkan pertumbuhan ekonomi
palsu, apalagi pertumbuhan yang hanya dinikmati orang seorang dengan
kepandaian manipulasi dan spekulasi yang dilegitimasi oleh sistem yang
didesain pelakunya. Sistem keuangan syariah tidak bisa bermain-main dengan
trasnsaksi beresiko tinggi yang diambil oleh seseorang kalau beruntung
dinikamatinya tetapi kalau rugi di “bail out” oleh orang lain atau rakyat.
Sistem keuangan syariah harus sejalan dengan prinsip kesamaan, kebersamaan,
keadilan dan kepentingan, kemajuan, dan kesejahteraan bersama. Sistem
keuangan syariah tidak boleh mangandung sedikitpun hal-hal yang merusak
keadilan dan kerusakan yang lebih besar. Pelaksanaan sistem ini harus
dikontrol dan diawasi secara ketat oleh suatu lembaga yang memilki integritas
3
dan mampu menjamin bahwa semua aturan yang menjamin terlaksana tujuan
syariah yaitu “kesejahteraan umat” harus terjamin.
Pergerakan harga saham merupakan sesuatu yang dinamis, perubahannya
dipengaruhi oleh banyak faktor internal maupun eksternal. Kemampuan dalam
memilih waktu yang tepat, baik dalam membeli ataupun menjual saham
tentunya sangat berpengaruh terhadap keuntungan yang akan diperoleh. Prinsip
dasar dari transaksi perdagangan yang menguntungkan ialah membeli pada
harga yang rendah dan menjual pada harga yang tinggi (buy low and sell high).
Karena banyak faktor yang mempengaruhi harga saham, maka tentunya sulit
untuk menilai apakah harga saham saat ini rendah atau tinggi, terutama untuk
memprediksi harga pada waktu yang akan datang.
Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dilihat
investor untuk menentukan pilihan dalam membeli saham. Dalam melakukan
investasi, seseorang investor tentu akan menanamkan modalnya pada saham
perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik. Kinerja keuangan yang
baik menunujukan bahwa perusahaan dapat meningkatkan kekayaan bagi
pemegang sahamnya. Oleh karena itu pengukuran kinerja keuangan perusahaan
diperlukan untuk menentukan keberhasilan perusahaan dalam memaksimalkan
kekayaan pemegang sahamnya, yaitu perusahaan berhasil memberikan tingkat
pengembalian (return) seperti yang diharapkan oleh investor yang dapat berupa
4
capital gain dan dividen. Kinerja keuangan perusahaan dapat dinilai melalui
berbagai macam indikator. Sumber utama indikator yang dijadikan dasar
penilaian kinerja keuangan perusahaan.
Kebijakan bidang keuangan yang dijalankan perusahaan harus selaras dan
serasi dengan tujuan maksimalisasi keuntungan, yang merupakan tujuan utama
dari perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalisasi
keuntungan perusahaan adalah kegiatan investasi. Dalam kegiatan investasi
manajer harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk investasi yang dapat
menghasilkan keuntungan dimasa depan. Dalam kegiatan investasi tersebut
perlu mempertimbangkan sumber pendanaan investasi tersebut apakah dari
sumber internal atau dari sumber eksternal sehingga keuntungan yang
dihasilkan bisa maksimal. (Farih,2007).
Banyak investor mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan
mengenai pemilihan saham yang memiliki prospek yang baik dan saham yang
kurang layak untuk masuk dalam portofolio, karena investasi sering kali
dipengaruhi oleh berbagai macam alat analisis, baik yang bersifat teknikal
maupun fundamental.
Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi investor dalam
menentukan komposisi portfolio investasinya langkah yang terbaik adalah
dengan kembali pada tujuan investasinya, yakni dengan memperhatikan faktor
5
fundamental. Dengan berpijak pada faktor fundamental perusahaan, investor
tidak perlu kuatir sentimen negatif, tapi jika fundamentalnya kokoh pasti akan
rebound. Bahkan, koreksi harga pada saham-saham yang memiliki
fundamental kuat adalah opportunity bagi untuk meraih gain lebih besar. (Bank
& Manajemen: 2009, 32)
Menurut Ahmad Rodoni dalam Asmawi (2009), analisis teknikal
merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan pasar
untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu
maupun pasar secara keseluruhan. Analisis teknikal menggunakan data pasar
yang dipublikasikan seperti harga saham, volume perdagangan, index harga
saham baik individu maupun gabungan, serta faktor lain yang bersifat teknis.
Sedangkan analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa
yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang
mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang dan menerapkan
hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperolah taksiran harga saham.
Melalui analisis fundamental pendekatan yang digunakan adalah net asset,
dividend, and price earning ratio. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan dividen.
Rasio likuiditas (Luquidity Ratio) merupakan kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban jangka pendek pada saat jatuh tempo. Ada
6
beberapa alasan mengapa perusahaan tidak membayar (memenuhi)
kewajibannya terutama dalam jangka pendek. Pertama, perusahaan tidak
memiliki dana sama sekali untuk membayar. Kedua, perusahaan memikli dana
tetapi tidak cukup untuk membayar kewajibannya pada saat jatuh tempo.
Keadaan ini bagi perusahaan kurang baik karena ada aktifitas yang tidak dapat
dilakukan secara optimal. Manajemen kurang mampu menjalankan kegiatan
operasional perusahaan, terutama dalam hal menggunakan dana yang dimiliki.
Sudah pasti hal ini akan berpengaruh terhadap usaha pencapaian laba seperti
yang diinginkan. Salah satu panyebab perusahaan tidak mampu memenuhi
kewajibnnya tersebut sebenarnya adalah akibat kelalaian dari manajemen
dalam menjalankan usahanya. Kejadian tersebut menghambat perusahaan
untuk membagikan dividen kepada para pemegang saham (Investor). (Sofyan
Syafri, 2004: 301)
Rasio solvabilitas (Solvability Ratios) merupakan kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka panjangnya apabila perusahaan dibubarkan
(dilikuidasi). Yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam analisis rasio
solvabilitas yaitu perusahaan akan mengetahui beberapa hal yang berkaitan
dengan modal sendiri dan modal pinjaman serta mengetahui rasio kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Setelah diketahui, manajer
keuangan dapat mengambil kebijakan yang dianggap perlu guna
7
menyeimbangkan penggunaan modal. Akhirnya dari pengukuran rasio ini
kinerja manajemen selama ini akan terlihat apakah sesuai tujuan atau tidak.
Terwujudnya kinerja perusahaan yang sesuai dengan yang diinginkan oleh
perusahaan maka perusahaan dapat membayarkan dividen. (Sofyan Syafri,
2004: 303)
Rasio aktivitas (Activitity Ratio) merupakan rasio yang menggambarkan
aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menggunakan aktivanya. Dari hasil
pengukuran rasio aktivitas akan diketahui berbagai hal yang berkaitan dengan
aktivitas perusahaan, sehingga manajemen dapat mengukur kinerja mereka
selama ini. Dengan demikian, dari hasil pengukuran ini jelas bahwa kondisi
perusahaan setiap periode mampu atau tidak untuk mencapai target yang telah
ditentukan. (Sofyan Syafri, 2004: 308)
Rasio profitabilitas (profitability Ratios) merupakan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan (mencari) keuntungan. Tujuan akhir yang
tercapai oleh perusahaan adalah memperoleh laba atau keuntungan yang
maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat mensejahterakan
pemilik, karyawan, khususnya perusahaan dapat membagikan dividen kepada
investor, serta meningkatkan produk dan melakukan investasi baru. Oleh
karena itu, manajemen perusahaan dituntut harus mampu untuk memenuhi
8
target yang telah ditetapkan. Dengan kata lain besarnya keuntungan haruslah
dicapai sesuai dengan yang diharapkan dan bukan berarti asal untung. Semakin
besar perusahaan dalam menghasilkan laba kemungkinan pembayaran dividen
kepada investor jumlahnya semakin besar. (Sofyan Syafri, 2004: 304)
Investor dalam menginvestasikan dananya kedalam instrument saham,
tentunya menginginkan return yang tinggi. Return dari saham biasa didapatkan
dari capital gain maupun dari dividen. Menurut The Bird in Hand Theory yang
dikemukakan oleh Gordon (1963) menyatakan bahwa investor lebih memilih
dividen karena dianggap lebih pasti dibandingkan capital gain. Sementara jika
dikaitkan dengan pajak, maka investor cenderung untuk lebih memilih capital
gain dibandingkan dividen. Hal ini disebabkan karena pajak dari dividen lebih
tinggi dibandingkan pajak dari capital gain, dan pembayaran pajak capital gain
dapat ditunda sampai investor mengexercise sahamnya.
Begitu pentingnya peranan dividen ini, maka perusahaan enggan untuk
melakukan pemotongan terhadap dividen. Hal ini dikarenakan adanya efek
signaling (Bhattacharya, 1979). Perusahaan yang melakukan pemotongan
dividen memberikan signal yang buruk terhadap investor, bahwa kondisi
keuangan perusahaan kurang bagus. Begitu juga jika perusahaan menaikkan
dividen, memberikan signal kepada investor bahwa kondisi keuangan
perusahaan sedang bagus. Seperti yang dikemukakan oleh Litner (1956),
9
peningkatan dividen memberikan signal bahwa perusahaan memiliki arus kas
yang kuat dan hal ini akan dilakukan oleh manajer, jika manajer yakin akan
dapat mempertahankannya dimasa yang akan datang.
Masalah dalam kebijakan dan pembayaran dividen mempunyai dampak
yang sangat penting baik bagi investor maupun bagi perusahaan yang akan
membayarkan dividennya. Pada umumnya para investor mempunyai tujuan
utama untuk meningkatkan kesejahteraanya itu dengan mengharapkan return
dalam bentuk dividen maupun capital gain. Dilain pihak, perusahaan juga
mengharapkan adanya pertumbuhan secara terus menerus untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya, yang sekaligus juga harus
memberikan kesejahteraan yang lebih besar kepada para pemegang sahamnya.
Tetunya hal ini akan menjadi unik karena kebijakan dividen adalah sangat
penting untuk memenuhi harapan para pemegang saham terhadap dividen, dan
disatu sisi juga tidak harus menghambat pertumbuhan perusahaan
(Sutrisna,2001).
Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau
menahaan laba guna diinvestasikan kembali didalam perusahaan. Kebijakan
dividen yang optimal pada suatu perusahaan adalah kebijakan yang
menciptakan kaseimbangan di antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa
mendatang sehingga memaksimumkan harga saham. Selama bertahun-tahun,
10
perusahaan-perusahaan bisnis sangat mengandalkan laba yang ditahan
(retained earnings) sebagai sumber pembiayaan. Oleh karena rasio
pembayaran dividen, yaitu presentasi laba yang ditahan kepada para pemegang
saham dalam bentuk kas, mengurangi jumlah laba yang ditahan perusahaan,
maka keputusan dividen jelas melibatkan keputusan pembiayaan. Aspek-aspek
yang merupakan dari kebijakan dividen yaitu dividen saham dan pemecahaan
saham, serta pembelian kembali saham.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi rasio pembayaran dividen,
antara lain yang dikemukakan oleh Riyanto (2001:267), bahwa kebijakan
dividen itu dipengaruhi oleh likuiditas, kebutuhan dana untuk membayar
hutang, tingkat pertumbuhan, dan pengawasan terhadap perusahaan.
Sedangkan yang dikemukakan oleh Hanafi (2004:378), bahwa rasio
pembayaran dividen itu dipengaruhi oleh kesempatan investasi, profitabilitas,
likuiditas, akses kepasar uang, stabilitas pendapatan dan pembatasan-
pembatasan.
Instrumen saham belum didapati pada masa Rasulullah SAW. dan sahabat
yang dikenal hanyalah perdagangan komoditis barang riil seperti layaknya
yang terjadi pada pasar biasa. Pengakuan kepemilikan sebuah perusahaan
(syirkah) pada masa itu belum dipresentasikan dalam bentuk saham seperti
layaknya sekarang. Dengan demikian pada masa Rasulullah SAW dan para
11
sahabat, bukti kepemilikan atau jual beli atas aset hanya melalui mekanisme
jual beli biasa dan belum melalui Initial Public Offering dengan saham sebagai
instrumenya. Pada saat itu yang berbentuk hanyalah pasar riil biasa yang
mengadakan pertukaran barang dengan uang (jual beli) dan pertukaran barang
dengan barang.
Bangkitnya ekonomi Islam di Indonesia dewasa ini menjadi fenomena
yang menarik dan menggembirakan terutama bagi penduduk Indonesia yang
mayoritas beragama Islam, yaitu ditandai dengan hadirnya Jakarta Islamic
Index (JII) pada Juli 2000 dengan mengeluarkan produk saham syariah. Saham
syariah adalah saham yang sesuai dengan syariah Islam yang munculnya
melalui Jakarta Islamic Index (JII), yang dikeluarkan oleh PT BEJ bekerjasama
dengan PT Danareksa Investment Management (DIM). JII dibentuk untuk
mengembangkan pasar modal syariah sebagai benchmark untuk mengukur
kinerja suatu investasi pada saham yang berbasis syariah.
Produk investasi berupa saham pada prinsipnya sudah sesuai dengan
ajaran islam. Dalam teori percampuran, Islam mengenal akad syirkah atau
musyarakah, yaitu suatu kerjasama antara dua atau lebih pihak menyetorkan
sejumlah dana, barang, atau jasa. Adapun jenis-jenis syirkah yang dikenal
dalam fiqih muamalah yaitu: syirkah ‘inan, syirkah mufawadhah, syirkah
wujuh, syirkah abdan, dan mudharabah. Pembagian tersebut didasarkan
12
kepada penyertaan modal masing-masing pihak dan siapa pengelola kegiatan
usaha tersebut. Di dalam literatur-literatur tidak terdapat istilah atau
perbedaan saham syariah dengan non syariah, tetapi saham sebagai bukti
kepemilikan suatu perusahaan yang dapat dibedakan menurut kegiatan usaha
dan tujuan pembelian saham tersebut. Saham menjadi halal jika saham tersebut
dikeluarkan oleh perusahaan yang kegiatan usahanya bergerak dibidang yang
halal dan dalam niat pembelian saham tersebut adalah untuk investasi, bukan
untuk spekulasi (judi). Untuk lebih amannya, saham yang terdaftar dalam
Jakarta Islamic Index merupakan saham-saham yang sesuai syariah.
Going concern atau kelangsungan usaha dari perusahaan perlu
diperhatikan dalam berinvestasi jangka panjang di saham, selayaknya
berinvestasi langsung. Bagaimanapun berinvestasi dalam kepemilikan suatu
perusahaan tidak terlepas dari risiko kehilangan financial, termasuk risiko
investor kehilangan usaha. Oleh sebab itu, sebagai investor tidak hanya terbatas
pada jual-beli saja, namun dituntut juga untuk melakukan analisa yang cermat
dan teliti pada perusahaan yang akan diinvestasikannya. Karena salah satu hak
yang dimiliki pemegang saham adalah hak untuk menerima hasil usaha berupa
dividen, dan sebagai pemegang saham tentunya mempunyai harapan bahwa
perusahaan “miliknya” mampu meningkatkan nilai kepemilikan yang dimilikya
13
(Shareholder’s Value). Keuntungan yang disumbangkan kepada setiap
pemegang sahamnya atau disebut Earning Per Share (EPS).
Berdasarkan data statistik Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) dalam
kurun waktu 5 tahun, keuntungan yang didapat dari tahun 2004-2009 mencapai
Rp 109,51, sehingga nilai kepemilikan bertambah sebesar 66,76%.
(Solahuddin, 2010, 11)
Studi ini bertujuan untuk menganalisi pengaruh Rasio Keuangan yakni
Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, dan Profitabilitas terhadap kebijakan
pembayaran dividen (DPR) pada perusahaan public yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia, khususnya saham syariah sebagai populasi yang penulis pilih.
Peneliti mengidentifikasi masalah pada saham syariah yang mengambil
data dari laporan keuangan di JII per 31 Desember selama 1 Januari pada awal
tahun 2007 hingga 2010. Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah pada
saham syariah yang terdaftar dalam JII dan terkait serta ikut mempengaruhi
dividend payout ratio.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk
menganalisis pengaruh antara Likuiditas (CR), Solvabilitas (DER, DTA),
Aktivitas (TATO), dan Profitabilitas (ROA, EPS) terhadap kebijakan
pembayaran dividen (DPR) dalam bentuk skripsi dengan Judul “Analisis
14
pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, dan Profitabilitas terhadap
kebijakan pembayaran dividen pada perusahaan Jakarta Islamic Index”.
B. Perumusan Masalah
1. Apakah terdapat pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, dan
Profitabilitas terhadap kebijakan pembayaran dividen (DPR) perusahaan
yang tercatat di Jakarta Islamic Index?
2. Variabel apakah yang mempengaruhi paling dominan antara Likuiditas,
Solvabilitas, Aktivitas, dan Profitabilitas terhadap kebijakan pembayaran
dividen (DPR) perusahaan yang tercatat di Jakarta Islamic Index?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis likuiditas, solvabilitas, aktivitas, dan profitabilitas yang
mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen (DPR) pada perusahaan yang
listed di Jakarta Islamic Index untuk periode tahun 2007-2010.
2. Untuk Menentukan variabel mana yang paling dominan mempengaruhi
kebijakan pembayaran dividen (DPR) pada perusahaan yang terdaftar di
Jakarta Islamic Index selama periode 2007-2010.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Secara
terperinci manfaat penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:
15
1. Bagi manajemen perusahaan dapat dijadikan pertimbangan dalam
penentuan kebijakan pembayaran dividen. Perhitungan kuantitatif
diharapkan dapat menunujukkan hubungan atau pengaruh rasio keuangan
seperti Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, dan Profitabilitas terhadap
Dividen Payout Ratio (DPR). Diharapkan dapat membantu manajer
keuangan dalam pengambilan keputusan untuk menentukan besarnya
dividen yang dibayarkan terutama dalam bentuk dividen kas (tunai).
2. Bagi akademisi penelitian ini dapat memberikan bukti empiris mengenai
rasio-rasio keuangan yang berpengaruh terhadap kebijakan pembayaran
dividen, sehingga dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yamng
lebih mendalam serta sebagai dasar penelitian selanjutnya tentang
kebijakan dividen.
3. Bagi investor sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk
pengambilan keputusan investasi di pasar modal khususnya instrument
saham. Dengan menganalisis rasio-rasio keuangan yang berpengaruh
terhadap kebijakan pembayaran dividen diharapkan investor dapat
melakukan prediksi pendapatan dividen terutama dividen kas yang akan
diterima oleh pemegang saham
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teoritis
1. Manajemen Keuangan
Menurut Van Horne dan Wachowicz (1997: 2), Manajemen
keuangan (financial management) dapat diartikan sebagai sebagai aktivitas
berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva
dengan beberapa tujuan menyeluruh. Oleh karena itu, fungsi pembuatan
keputusan dari manajemen keuangan dapat dibagi menjaditiga area utama:
keputusan sehubungan investasi, pendanaan, dan manajemen aktiva.
Fungsi manajemen keuangan menurut Van Horne dan Wachowicz
(1997: 2-3) yaitu:
a. Keputusan investasi
Keputusan investasi merupakan langkah awal untuk menentukan
jumlah aktiva yang dibutuhkan perusahaan secara keseluruhan sehingga
keputusan invetasi ini merupakan keputusan terpenting yang dibuat oleh
perusahaan, dan keputusan investasi akan tercermin di sisi kiri neraca
atau sebelah debet. Manajemen keuangan harus dapat menentukan
jumlah uang yang terlihat di atas dua garis pada bagian debet neraca,
17
karena keadaan tersebut menunjukan kekayaan perusahaan, meskipun
jumlah tersebut sudah berhasil ditentukan, namun komposisi aktiva
harus ditetapkan.
b. Keputusan pendanaan
Keputusan pendanaan dari manajemen keuangan berhubungan
dengan pemilihan sumber pembiayaan perusahaan (pembelanjaan
perusahaan). keputusan pendanaan akan tercermin di sisi kanan neraca,
yang akan menampilkan berbagai sumber pendanaan, seperti utang,
saham, dan laba ditahan. Komposisi pada sisi kanan neraca itu
mencerminkan struktur keuangan dan strruktur modal perusahaan.
kebijakan dividen harus dianggap sebagai bagian terpadu dari
keputusan pendanaan sebab rasio pembayaran dividen akan menentukan
jumlah laba yang dapat ditahan, sebagai bagian dari sumber dana intern.
Semakin besar rasio pembayaran dividen, berarti semakin kecil laba
yang dapat ditahan sehingga semakin kecil pula sumber dana intern,
demikian juga sebaliknya. Oleh karena itu, nilai dividen yang
dibayarkan kepada para pemegang saham harus seimbang dengan
kesempatan laba ditahan yang hilang sebagai sarana pendanaan ekuitas.
18
c. Keputusan manajemen aktiva
Keputusan manajemen aktiva berhubungan dengan pengelolaan
aktiva-aktiva yang sudah dibeli secara efisien. Manajemen keuangan
bertanggung jawab terhadap bermacam-macam tingkatan dalam
menjalankan tanggung jawabnya terhadap aktiva-aktiva yang ada dan
menuntut manajemen keuangan untuk lebih memperhatikan manajemen
aktiva lancar daripada aktiva tetap.
2. Dividen
a. Pengertian dividen
Definisi dividen pada beberapa literatur pada dasarnya memiliki
inti yang sama yaitu bagian dari laba bersih perusahan yang dibagikan
kepada pemegang saham. Adapun penjelasan mengenai pengertian
dividen pada beberapa literatur adalah sebagai berikut:
Ross (1977) dalam Sigit (2009) mendefinisikan dividen sebagai
pembayaran kepada pemilik perusahan yang diambil dari keuntungan
perusahan, baik dalam bentuk saham maupun tunai. Artinya hanya
perusahan yang membukukan laba yang dapat membagikan dividen
karena dividen diambil dari keuntungan perusahan. Dividen dapat
berupa uang tunai maupun saham. Dividen tunai (cash dividend)
19
umumnya lebih menarik dibandingkan dengan dividen saham (stock
dividend).
Dividen adalah keuntungan perusahan yang berbentuk perseroan
terbatas yang diberikan kepada para pemegang saham (Weston dan
Copeland, 2005-121).
Besarnya dividen yang diberikan ditentukan dalam rapat anggota
umum pemegang saham (RUPS) dan dinyatakan dalam suatu jumlah
atau persentase (%) tertentu atas nilai nominal saham dan bukan atas
nilai pasarnya.
b. Jenis-jenis dividen
1) Dividen tunai (kas)
Dividen tunai merupakan dividen yang lebih disenangi investor
dibandingkan dengan dividen saham. Dividen tunai ini dibagikan oleh
perusahan dalam bentuk uang tunai. Adapun pengertian dari dividen
tunai menurut Ridwan S Sundjaja dan Inge Barlin (2003:380) dalam
Sigit (2009) adalah sumber dari aliran kas untuk pemegang saham
yang memberikan informasi mengenai kinerja dari perusahan pada
saat ini dan masa yang akan datang.
20
2) Dividen saham
Dividen saham adalah pembayaran dividen dalam bentuk
saham. Sering kali dividen saham ini digunakan sebagai pengganti
dari dividen tunai atau pelengkapan dari dividen tunai. Brigham
(2001;95) dalam sigit Irawan (2009) menyatakan bahwa dividen
saham serupa dengan pemecahan dalam hal kesamaan “membagi
ekuitas menjadi bagian yang lebih kecil” tanpa mempengaruhi posisi
fundamental dari pemegang saham. Dengan kata lain stock dividend
atau dividen saham tidak lebih dari penyusunan kembali modal
perusahan (rekapitalisasi perusahaan), sedangkan proporsi
kepemilikan tidak berubah.
3) Property dividend
Dividen yang dibagikan dalam bentuk aktiva lain selain kas
atau saham, misalnya aktiva tetap dan surat-surat berharga.
4) Liquiditing dividend
Dividen yang diberikan kepada pemegang saham sebagai akibat
dilikuidasinya perusahan. Dividen yang dibagikan adalah selisih nilai
realisasi asset perusahaan dikurangi dengan semua kewajibannya.
Dari beberapa jenis dividen tersebut, jenis dividen yang sering
dibagikan adalah dividen tunai dan dividen saham. Dari keduanya
21
dibagikan perusahaan, dan merupakan jenis dividen yang diidam-
idamkan pemegang saham (Hendy 2008:195-196).
c. Prosedur pembayaran dividen
Dalam pembayaran dividen terdapat beberapa tahapan atau
prosedur yaitu sebagai berikut:
1) Tanggal pengumuman (date of declaration).
Declaration date adalah Tanggal keputusan untuk
membagikan dividen pada RUPS, atau tanggal pada saat direksi
perusahaan mengumumkan rencana pembayaran dividen.
2) Cum-dividen date.
Cum-dividend date merupakan Tanggal hari terakhir
perdagangan saham yang masih melekat hak untuk mendapatkan
dividen.
3) Tanggal pencatatan pemegang saham (date of record).
Tanggal pencatatan adalah tanggal dimana pemilik saham
ditentukan, sehingga dapat diketahui kepada siapa dividen
dibagikan. Pemegang saham yang mencatatkan dirinya pada
tanggal ini adalah pemegang sahan yang memperoleh dividen pada
tanggal pembayaran.
22
4) Tanggal pemisahan dividen (ex-dividend date).
Sebelum tanggal pencatatan, perusahaan sudah harus
diberitahukan apabila terjadi transaksi jual beli atas saham tersebut.
Oleh sebab itu pada bursa internasional disepakati adanya
exdividend date yaitu 3 hari sebelum tanggal pencatatan (date of
record). Setelah pencatatan, saham tersebut tidak lagi memiliki hak
atas dividen pada tanggal pembayaran.
5) Tanggal Pencatatan (date of payment).
Pada tanggal ini, dividen dibayarkan kepada para pemegang
saham. Setelah memegang dividen, kas didebet dan piutang
dieleminasi. Pembayaran dividen akan dikenakan pemotongan pajak
penghasilan.
B. PASAR MODAL
1. Pengertian Pasar Modal
Pasar modal (capital market) adalah pasar keuangan untuk dana-dana
jangka panjang dan merupakan pasar konkret. Dana jangka panjang adalah
dana yang jatuh temponya lebih dari satu tahun. Pasar modal dalam arti
sempit suatu tempat dalam pengertian fisik yang terorganisasi tempat efek-
efek diperdagangkan yang disebut bursa efek. Bursa efek (stock exchange)
adalah suatau system terorganisasi yang mempertemukan penjual pembeli
23
efek yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sigit
dan Totok (2009:279).
Sedangkan menurut Undang-Undang Pasar Modal pasal 1 no.8 tahun
1995 tentang pasar modal: Pasar modal adalah kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek,
perusahaan public yang berhubungan dengan efek yang diterbitkan, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
UUPM tidak membedakan apakah kegiatan pasar modal tersebut
dilakukan dengan prinsip-prinsip syariah atau tidak. Dengan demikian,
berdasarkan UUPM kegiatan pasar modal Indonesia dapat dilakukan
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan dapat pula dilakukan tidak sesuai
dengan prinsip syariah.
2. Jakarta Islamic Index
Pasar modal syariah (Islamic Stock Exchange) adalah kegiatan yang
berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan public yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga profesi yang
berkaitan dengannya, dimana semua produk dan mekanisme
operasionalnya tidak bertentangan dengan syariat Islam (Rodoni dan
Hamid: 2008,123).
24
Fungsi pasar modal syariah menurut MM.Metwally adalah sebagai
berikut: (Sudarsono, 2003: 186)
a. Memungkinkan bagi masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan bisnis
dengan memperoleh bagian dari keuntungan dan risikonya.
b. Memungkinkan bagi pemegang saham menjual sahamnya guna
mendapatkan likuiditas.
c. Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk
membangun dan mengembangkan lini produksinya.
d. Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek
pada harga saham.
e. Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh kinerja
kegiatan bisnis sebagaimana tercermin pada harga saham.
Di Indonesia, Pasar Modal Islam secara resmi diluncurkan pada 14
Maret 2003 bersaman dengan penandatanganan MOU antara BAPEPAM-
LK dengan Dewan Syari’ah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI). Walupun secara resmi diluncurkan pada 2003, namun instrumen
pasar modal Islam telah hadir di Indonesia pada tahun 1997 olah PT
Danareksa Investment Management. Selanjutnya Bursa Efek Indonesia
bekerja sama dengan PT Danareksa Investment Management meluncurkan
Jakarta Islamic Index pada 3 Juli 2000 yang bertujuan untuk memandu
25
investor yang ingin menanamkan dananya secara Islam. Dengan hadirnya
index tersebut, maka para pemodal telah disediakan saham-saham yang
dapat dijadikan sarana berinvestasi dengan penerapan prinsip Islam.
Ruang lingkup kegiatan usaha emiten yang bertentangan dengan
prinsip hukum Islam adalah:
a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan
yang dilarang.
b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan
dan asuransi konvensional.
c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan
makanan dan minuman yang tergolong haram.
d. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta menyediakan barang-
barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
Dalam rangka kegiatan pasar modal syariah ada beberapa lembaga
penting yang secara langsung terlibat dalam kegiatan pengawasan dan
perdagangan, yaitu: BAPEPAM, Dewan Syariah Nasional (DSN), Bursa
Efek, Perusahan Efek, Emiten, profesi dan lembaga penunjang pasar
modal serta pihak terkait lainnya. Khusus untuk kegiatan pengawasan akan
dilakukan secara bersama oleh BAPEPAM dan DSN.
26
Selain itu, dalam proses pemilihan saham yang masuk JII, Bursa
Efek Indonesia melakukan tahap-tahap pemilihan seleksi sebagai berikut:
a. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3
bulan (kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar).
b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah
tahun berakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva
maksimal sebesar 90%.
c. Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan urutan rata-
rata kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama satu
tahun terakhir.
d. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-
rata nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir.
Pengkajian ulang akan dilakukan 6 bulan sekali dengan penentuan
komponen index pada awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya.
Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan di monitor secara
terus-menerus berdasarkan data-data public yang tersedia.
27
3. Instrumen Saham Syari’ah
Menurut (Nurul dan Mustafa: 2007) saham merupakan surat bukti
kepemilikan atas sebuah perusahaan yang melakukan penawaran umum
(go publik) dalam nominal ataupun persentase tertentu. Sedangkan
menurut (Andri: 2009) Saham atau stock adalah merupakan surat bukti
atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu perusahaan terbatas.
Sedangkan saham syariah adalah sertifikat yang menunjukkan bukti
kepemilikan suatu perusahaan yang diterbitkan oleh emiten yang kegiatan
usaha maupun cara pengelolaanya tidak bertentangan dengan prinsip
syariah. Saham merupakan surat berharga yang mempresentasikan
penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan. Sementara dalam prinsip
syariah, penyertan modal dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang
tidak melanggar prinsip-prinsip syariah, seperti bidang perjudian, riba,
memproduksi barang yang diharamkan seperti minuman beralkohol.
Penyertaan modal dalam bentuk saham yang dilakukan pada suatu
perusahaan yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan prinsip
syariah dapat dilakukan berdasarkan akad musyarakah dan mudharabah.
Akad musyarakah umumnya dilakukan pada saham perusahaan privat,
sedangkan akad mudharabah umumnya dilakukan pada saham perusahaan
publik. Dengan demikian si pemilik saham merupakan pemilik
28
perusahaan. Semakin besar saham yang dimilikinya, maka semakin besar
pula kekuasannya diperusahaan tersebut. Keuntungan yang diperoleh dari
saham dikenal dengan nama dividen. Pembagian dividen ditetapkan pada
penutupan laporan keuangan berdasarkan RUPS ditentukan berapa dividen
yang dibagi dan laba ditahan.
Dengan demikian, keuntungan yang diperoleh dari memegang saham
ini antara lain:
a. Dividen yang merupakan bagi hasil atas keuntungan yang dibagikan
dari laba yang dihasilkan emiten, baik dibayarkan dalam bentuk tunai
maupun dalam bentuk saham.
b. Right yang merupakan hak untuk memesan efek lebih dahulu yang
diberikan oleh emiten.
c. Capital gain yang merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual
beli saham di pasar modal.
C. KEBIJAKAN DIVIDEN
1. Pengertian Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan
keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen menentukan
jumlah laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba
ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran
29
dividen. Alokasi penentuan laba sebagai laba ditahan dan pembayaran
dividen merupakan aspek utama dalam kebijakan dividen (Wachowicz
1997:496).
Eugene F Brigham dan Joel F Houston (2001;66) dalam Sigit Irawan
(2009), kebijakan dividen yang optimal merupakan kebijakan yang
menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan di
masa yang akan datang sehingga dapat memaksimalkan harga saham
perusahan.
a. Teori kebijakan dividen
Menurut Kolb (2010:128-129), terdapat 3 teori kebijakan dividen
yang paling tepat untuk perusahaan. sebagai berikut:
1) Residual Theory. Penekanan teori ini adalah pada investasi modal
dengan anggapan bahwa dividen merupakan residu (akhir) dari
proses investasi modal (capital investment process). Bertolak dari
anggapan tersebut, maka teori ini menganjurkan agar dividen
dibayarkan dari sisi dana yang digunakan untuk investasi modal.
2) Indifference Theory. Teori ini dilandasi anggapan bahwa dividen
bukan faktor yang relevan terhadap nilai saham. Teori ini
dipelopori oleh Miller dan Modigliani (1961) yang berpendapat
bahwa hanya pendapatan yang relevan bagi pemegang saham.
30
Karena itu, dividen dibayar atau tidak dibayar tidak ada
pengaruhnya bagi kemakmuran para pemegang saham.
3) Bird in the hand theory. Teori ini mengatakan bahwa pemegang
saham tidak peduli (not indifferent) terhadap dividen dan
perubahaan pendapatan perusahaan. Bagi pemegang saham,
kebijakan dividen adalah relevan terhadap nilai saham. Teori ini
didukung oleh Litner dan Gordon yang mengatakan bahwa
pemegang saham menilai $1 dividen yang diterima lebih tinggi
dari pada $1 pendapatan yang ditahan.
b. Macam-macam kebijakan dividen
Berbagai macam kebijakan dividen menurut (Dewi Astuti: 2004)
adalah sebagai berikut:
1) Kebijakan dividen biasa (tetap)
Pada kebijakan dividen biasa atau regular dividend policy,
perusahan membayar dividen per lembar saham dalam jumlah
rupiah yang tetap setiap periode. Kebijakan ini meniadakan keragu-
raguan pemegang saham (investor) sekaligus menginformasikan
bahwa perusahan dalam keadaan baik dan lancar. Dengan
kebijakan ini pembayaran dividen per lembar saham hampir tidak
pernah turun.
31
2) Kebijakan dividen dengan persentase tetap pembayaran dividen
tunai.
Kebijakan ini dikenal dengan nama constan-payout-ratio
dividen policy. Dengan kebijakan ini perusahan kurang dapat
memperkirakan jumlah pembayaran dividen yang akan dilakukan
setiap periode. Jumlah pembayaran dividen dengan persentase tetap
dari EPS akan mempengaruhi posisi harga saham di pasar. Pada
saat laba menurun maka pembayaran dividen juga menurun dan hal
ini akan menyebabkan harga saham menurun juga.
3) Kebijakan dividen rendah plus ekstra
Kebijakn ini dikenal dengan nama low-reguler-and-ekstra
deviden policy. Menurut kebijakan ini perusahaan membayar
dividen tunai secara rutin setiap periode dalam jumlah yang tetap
dan rendah, jika laba perusahaan periode yang bersangkutan sangat
baik maka jumlah pembayaran tetap tersebut akan ditambah
pembayaran dividen ekstra. Dengan jumlah pembayaran regular
(biasa) yang tetap ini menjamin kepastian bagi pemilik saham dan
karena jumlahnya rendah, hal ini juga akan menentramkan
perusahan. Bila ada laba yang sangat bagus perusahan akan
membayarkan ekstra dividen bagi pemegang saham. Pembayaran
32
ekstra ini akan disambut baik oleh pasar dan akan menaikkan harga
saham.
c. Dividen Payout Ratio (DPR)
Menurut Bambang Riyanto (2001:266) Dividen payout ratio
(DPR) adalah persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada
pemegang saham sebagai “Cash dividend”. Sedangkan menurut
Keown dalam Tita Deitiana (2009) dividen payout ratio adalah jumlah
dividen yang dibayarkan relatif terhadap pendapatan bersih perusahaan
atau pendapatan tiap lembar. Dividen hanya dapat dibayarkan jika
saldo laba ditahan positif. Jadi, walaupun dalam tahun berjalan
diperoleh laba, suatu perusahaan tidak boleh membagikan dividen jika
saldo laba ditahan pada akhir tahun masih negatif. Menurut Dewi
Astuti (2004) dividen payout ratio merupakan antara dividen per share
(DPS) dengan earning per share (EPS). Dividen payout ratio dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:
Dividen payout ratio merupakan perbandingan antara DPS dengan
DPR, jadi perspektif yang dilihat adalah pertumbuhaan dividen per
share (DPS) terhadap pertumbuhan earning per share (EPS).
33
Menurut Weston dan Brigham dalam Ahmad Rodhoni (2011:123)
faktor- faktor yang mempengaruhi pembayaran dividen suatu
perusahaan adalah sebagai berikut:
1) Posisi likuiditas, yaitu apabila laba yang ditahan telah diinvestasikan
dalam bentuk aktiva tetap, seperti mesin dan peralatan, bahan dan
persediaan dan barang-barang lainnya, maka hal tersebut dapat
menunjukkan posisi likuiditas perusahaan yang rendah dan hal
tersebut dapat menunjukkan posisi likuiditas perusahaan yang rendah
dan terdapat kemungkinan perusahaan tidak mampu lagi
membayarkan dividennya.
2) Profitabilitas, adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.
Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat
berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini misalnya bagi
pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan
diterima dalam bentuk dividen. Faktor profitabilitas juga berpengaruh
terhadap kebijakan dividen karena dividen adalah sebagian dari laba
bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karena itu dividen akan
dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan
yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan
34
setelah perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu
bunga dan pajak.
3) Leverage, Faktor ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa
bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang.
Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar kewajibannya
dan rasio yang semakin rendah akan menunjukkan semakin tinggi
kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya.
Menurut Bambang Riyanto (2001:267-268) faktor-faktor yang
mempengaruhi pembayaran dividen perusahaan dapat disebutkan
antara lain sebagai berikut:
1) Posisi Likuiditas Perusahaan
Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor
penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan
untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada
para pemegang saham. Oleh karena dividen merupakan “cash
outflow”, maka makin kuatnya posisi likuiditas perusahaan, berarti
makin besar kemampuannya untuk membayar dividen.
35
2) Kebutuhan Dana untuk Membayar Utang
Apabila suatu perusahaan akan memperoleh utang baru atau menjual
obligasi baru untuk membiayai perluasan perusahaan, sebelumnya
sudah harus direncanakan bagaimana caranya untuk membayar
kembali utang tersebut. Apabila perusahaan menetapkan bahwa
pelunasan utangnya akan dikembalikan dari laba ditahan, berarti
perusahaan harus menahaan sebagaian besar dari pendapatannya
untuk keperluan tersebut, yang ini berarti bahwa hanya sebagian kecil
saja dari pendapatan atau earning yang dapat dibayarkan sebagai
dividen, dengan kata lain perusahaan harus menetapkan dividen
payout ratio yang rendah.
3) Tingkat Pertumbuhaan Perusahaan
Makin cepat tingkat pertumbuhaan suatu perusahaan, makin besar
kebutuhan akan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan
tersebut. Makin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk
membiayai pertumbuhannya, perusahaan tersebut biasanya lebih
senang untuk menahan “earning”nya daripada dibayarkan sebagai
dividen kepada para pemegang saham dengan mengingat batasan-
batasan biayanya. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa makin
cepat tingkat pertumbuhan perusahaan makin besar dana yang
36
dibutuhkan, makin besar kesempatan untuk memperoleh keuntungan,
makin besar bagian dari pendapatan yang ditahan dalam perusahaan,
yang berarti makin rendah dividen payout ratio.
4) Pengawasan Terhadap Perusahaan
Perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya membiayai
ekspansinya dengan dana yang berasal dari sumber intern saja.
Kebijakan tersebut dijalankan atas dasar pertimbangan bahwa kalau
ekspansi dibiayai dengan dana yang berasal dari hasil penjualan
saham baru akan melemahkan pengawasan dari kelompok dominan di
dalam perusahaan. Demikian pula kalau membiayai ekspansi dengan
utang akan memperbesar risiko finansialnya. Mempercayakan pada
pembelanjaan intern dalam rangka usaha mempertahankan
pengawasan terhadap perushaan, berarti mengurangi dividen payout
ratio.
d. Rasio Likuiditas
Menurut Fred Watson dalam kasmir (2008:129), menyebutkan bahwa
rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek.
Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu untuk
memenuhi utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo.
37
Menurut Kasmir (2008:134) Jenis-jenis rasio yang ada dalam
rasio likuiditas antara lain, sebagai berikut:
1) Current Ratio
Rasio lancar atau (Current ratio) merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek
atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara
keseluruhan. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara
membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar.
Semakin besar current ratio menunjukkan semakin tinggi
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Kasmir (2008:134). Sesuai dengan pembahasan diatas
maka rumus pengukuran current ratio adalah:
2) Quick Ratio
Rasio cepat (Quick Ratio) merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban
lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa
memperhitungkan nilai persediaan (inventory). Perhitungan rasio
cepat diukur dari total aktiva lancar dikurang persediaan kemudian
dibagi dengan total utang lancar. Kasmir (2008:136)
38
3) Cash Ratio
Rasio kas (cash ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar
utang. Perhitungan rasio kas diukur dari kas ditambah giro kemudian
dibagi current liabilities. Kasmir (2008:138)
4) Inventory to Net Working Capital
Merupakan rasio yang digunakan untuk membandingkan antara
jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Modal
kerja tersebut terdiri dari pengurangan antara aktiva lancar dengan
utang lancar. Kasmir (2008:141).
e. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas (leverage ratio) merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh
kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila
perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).
39
Menurut Kasmir (2008:134) Jenis-jenis rasio yang ada dalam
rasio solvabilitas antara lain, sebagai berikut:
1) Debt to Assets Ratio (DTA)
Debt to assets ratio atau (debt ratio) merupakan salah satu ukuran
dari rasio solvabilitas (solvability ratio) yang dihitung dengan
mengukur perbandingan antara total utang (total debt) baik utang
lancar (current liability) maupun utang tidak lancar (long term debt)
dengan total aktiva (total assets) baik aktiva lancar (current assets)
maupun aktiva tetap (fixed assets). Dengan kata lain, seberapa besar
aktiva perusahaan dibiayai oleh utang perusahaan berpengaruh
terhadap pengelolaan aktiva. Kasmir (2008:156). Sesuai dengan
pembahasan diatas maka rumus pengukuran debt to assets ratio
adalah:
2) Debt Equity Ratio
Debt to Equity Ratio merupakan salah satu ukuran dari rasio
solvabilitas (solvability ratio) yang merupakan kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban apabila dilikuidasi. Debt
equity ratio digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini
dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk
40
utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini bertujuan untuk
mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan
pemilik perusahaan. Kasmir (2008:157). Sesuai dengan pembahasan
diatas maka rumus pengukuran debt equity ratio adalah:
3) Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER)
LTDtER merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal
sendiri. Kasmir (2008:159). Rumusan untuk mencari long term debt
to equity ratio adalah dengan menggunakan perbandingan antara
utang jangka panjang dengan modal sendiri, yaitu:
4) Time Interest Earned
Time interest earned merupakan rasio untuk mengukur sejauh mana
pendapatan dapat menurun tanpa membuat perusahaan merasa malu
tidak mampu membayar biaya bunga tahunannya. Kasmir (2008:160).
Rumus untuk mencari time interes earned dapat digunakan sebagai
berikut:
41
f. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang
dimilikinya. Kasmir (2008:172). Berikut ini beberapa jenis-jenis rasio
aktivitas yang dirangkum dari beberapa ahli keuanagan, yaitu:
1) Receivable Turn Over
Perputaran piutang (receivable turn over) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur berapa dalam penagihan piutang selama
satu periode. Kasmir (2008:180). Rumusan untuk mencari receivable
turn over dapat digunakan sebagai berikut:
2) Inventory Turn Over
Perputaran persediaan (inventory turn over) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam
persediaan (inventory) ini berputar dalam suatu periode. Menurut J
Fred Wetson dalam Kasmir (2008:180) rumusan untuk mencari
inventory turn over dapat digunakan sebagai berikut:
42
3) Fixed Assets Turn Over
Fixed assets turn over merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap
berputar dalam satu periode. Kasmir (2008:184). Rumus untuk
mencari Fixed Assets Turn Over dapat digunakan sebagai berikut:
4) Total Assets Turn Over
Total Assets Turn Over (TATO) merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan
dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap
rupiah aktiva. Kasmir (2008:185). Sesuai dengan pembahasan diatas
maka rumus pengukuran TATO adalah:
g. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas (profitability ratio) menggambarkan kemampuan
perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber
yang ada. Menurut Kasmir (2008:199) Rasio profitabilitas
(profitability ratio) merupakan rasio untuk menilai kemampuan
43
perusahaan dalam mencari keuntungan. Jenis-jenis rasio profitabilitas
yang dapat digunakan adalah:
1) Profit Margin
Profit Margin (Profit margin on sales) merupakan salah satu rasio
yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Kasmir
(2008:199). Sesuai dengan pembahasan diatas maka rumus
pengukuran profit margin on sales adalah:
2) Return on Assets
Hasil pengembalian investasi (Return on Assets) merupakan rasio
yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan
dalam perusahaan. Kasmir (2008:201). Semakin besar ROA
menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, karena tingkat
kemabalian investasi (return) semakin besar. Seperti diuraikan
sebelumnya, bahwa return yang diterima oleh investor dapat berupa
pendapatan dividen dan capital gain. Dengan demikian meningkatnya
ROA juga akan meningkatkan pendapatan dividen.Di samping itu,
hasil pengembalian investasi menunjukkan produktivitas dari seluruh
dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Sesuai
dengan pembahasan diatas maka rumus pengukuran ROA adalah:
44
3) Return on Equity
Hasil pengembalian ekuitas (return on equity) merupakan rasio untuk
mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Kasmir
(2008:204). Rumus untuk mencari Return on Equity (ROE) dapat
digunakan sebagai berikut:
4) Earning per Share
Laba perlembar saham biasa (earning per share of common stock)
atau disebut juga rasio nilai buku merupakan rasio untuk mengukur
keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang
saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk
memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi,
kesejahteraan pemegang saham meningkat. Keuntungan bagi
pemegang saham adalah jumlah keuntungan setelah dipotong pajak.
Kasmir (2008:207). Sesuai dengan pembahasan di atas maka rumus
pengukuran EPS adalah:
45
D. PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian mengenai kebijakan dividen telah dilakukan oleh para peneliti
terdahulu. Penelitian terdahulu ini diambil dari berbagai jurnal dan skripsi
yang telah diterbitkan oleh lembaga penelitian maupun instansi-instansi
pendidikan. Adapun penelitian terdahulu dijelaskan sebagai berikut:
Didik Indarwanta (2007) melakukan penelitian tentang “profitabilitas
sebagai penentu kebijakan pembayaran dividen” dimana populasi dalam
penelitian ini adalah perusahaan industry makanan dan minuman yang
terdaftar di BEJ tahun 2001-2005. Jumlah sampel yang diteliti adalah 20
perusahaan dan menguji lima variabel independen yitu: CR, ETAR, DER,
ROI, dan EPS. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dengan
menggunakan uji-F bahwa variabel independen secara simultan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap DPS. Berdasarkan uji-T tidak semua
variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap DPS, hanya
variabel ROI dan EPS yang berpengaruh secara simultan terhadap DPS.
Sutrisno (2001) menganalisis Faktor-faktor yang mempengaruhi
Dividend Payout Ratio pada perusahan publik di PT Bursa Efek Jakarta.
Model Analysis of Moment Structure (AMOS) digunakan untuk menguji tujuh
variabel secara simultan yaitu: posisi kas, potensi pertumbuhan, size
perusahaan, rasio hutang dan modal, profitabilitas, holding, dan DPR. Dengan
46
menggunakan sampel dari perusahan go public selama periode 1991-1996
terdapat 148 observasi. Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan
bahwa tidak semua faktor yang diteliti mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap DPR. Dari ketujuh variabel independent tersebut di atas, hanya posisi
kas, dan rasio hutang dengan modal (kelompok perkiraan neraca) saja yang
berpengaruh signifikan terhadap DPR, sedangkan earnings yang merupakan
unsur dari kelompok rugi-laba kurang signifikan terhadap DPR.
J.C. Shanti (2010) menganalisis kinerja keuangan perusahaan-perusahaan
manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia sebelum dan sesudah
pembayaran dividen kas, pengujian statistik tes parametrik uji-T dua sampel
berpasangan dengan SPSS 15 digunakan untuk menguji enam variabel yaitu:
Short-term liquidity, Long-term solvency, Profitability, Productivity,
Imnvesment intensiveness, dan Indebtedness. Menggunakan sampel
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2000-2004, hasil
dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pembayaran dividen kas
hanya mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan dalam jangka pendek dan
informasi dividen tidak dapat digunakan sebagai sinyal untuk prospek laba
perusahaan Indonesia di masa yang akan datang.
Tita Deitiana (2009) menganalisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kebijakan Pembayaran Dividen Kas. Variabel yang diteliti yaitu: Dividen
47
Payout Ratio, Debt Equity Ratio, Earning per Share, Price Earning Ratio,
Return on Asset, Curent Ratio, Net profit Margin, Inventory Turnover, Return
on Equity. Menggunakan sampel perusahaan manufaktur dan non manufaktur
selain Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya yang terdaftar di BEI selama
periode 2003-2007, hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa
tidak terdapat pengaruh yang signifikan Debt Equity Ratio, Return on Asset,
Curent Ratio, Net profit Margin, Inventory Turnover, Return on Equity
terhadap Dividen Payout Ratio. Dan terdapat pengaruh yang signifikan
Earning per Share, Price Earning Ratio terhadap Dividen Payout Ratio.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian ini
terfokus pada saham-saham perusahaan yang termasuk ke dalam JII (Jakarta
Islamic Index) selama 4 (empat) tahun berturut-turut yaitu dari periode 2007
sampai periode 2010. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kebijakan
pembayaran dividen (DPR) perusahaan-perusahaan Jakarta Islamic Index yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
E. KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka pemikiran merupakan bagian dari tinjauan pustaka yang
berisikan rangkuman atas semua dasar-dasar teori yang dijadikan landasana
dalam penelitian ini. Penelitian ini mengenai Analisis pengaruh likuiditas,
48
solvabilitas, aktivitas, dan profitabilitas terhadap kebijakan pembayaran
dividen pada perusahaan Jakarta Islamic Index periode 2007-2010.
Untuk memprediksi pendapatan dividen tidak dapat dipertimbangkan
faktor-faktor kebijakan manajemen, karena kebijakan manajemen merupakan
keputusan yang berhubungan dengan pihak intern perusahaan. Satu-satunya
informasi yang berhubungan dengan kondisi perusahaan adalah laporan
keuangan yang menunjukkan kinerja keuangan yang dihasilkan oleh
manajemen perusahaan. Jika perusahaan memutuskan untuk membagi
keuntungan dalam dividen, semua pemegang saham biasa mendapatkan
haknya yang sama. Pembagian dividen untuk saham biasa dapat dilakukan jika
perusahaan sudah membayar dividen untuk saham preferen. Dan besar
kecilnya pendapatan dividen tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah
satunya adalah faktor fundamental. Sehingga perlu diidentifikasi faktor-faktor
tersebut yang mungkin berpengaruh terhadap dividen, faktot-faktor
fundamental yang akan mempengaruhi dividen dalam penelitian ini adalah
Likuiditas (CR), Solvabilitas (DER, DTA), Aktivitas (TATO), dan Profitabilitas
(ROA, EPS), yang akan digunakan sebagai variabel bebas (independen), dan
Kebijakan Pembayaran Dividen (DPR) sebagai variabel terikat (dependen).
49
Current Ratio (CR) merupakan salah satu ukuran dividen dari rasio
likuiditas (liquidity ratio) yang dihitung dengan membagi aktiva lancar
(current assets) dengan hutang atau kewajiban lancar (current liability).
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan salah satu ukuran dividen dari
rasio solvabilitas (solvability) yang merupakan kemampuan perusahaan dalam
mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik
perusahaan.
Debt to Total Assets (DTA) merupakan rasio antara total hutang (total
debts) baik hutang jangka pendek (current liability) dan hutang jangka
panjang (long term debts) terhadap total aktiva (total assets) baik aktiva lancar
(current assets) maupun aktiva tetap (fixed assets) dan aktiva lainnya (other
assets).
Total Assets Turn Over (TATO) merupakan rasio antara total
pendapatan dan total aktiva (total assets) baik aktiva lancar (current assets)
maupun aktiva tetap (fixed assets).
Reton on Assets (ROA) merupakan ukuran efektivitas perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva tetap yang digunakan
untuk operasi.
Pendapatan per lembar saham (Earning per Share) merupakan total
keuntungan yang diperoleh investor untuk setiap lembar sahamnya.
50
Penelitian ini mengambil perusahaan yang listed di Jakarta Islamic
Index sebagai sampel selama periode 2007-2010. Dalam menentukan sampel
pada penelitian ini peneliti menggunakan purposive sampling, yaitu sampel
yang dipilih secara cermat sehingga relevan dengan rancangan penelitian dan
diharapkan dapat mewakili masing-masing karakteristik populasi. Jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari
pusat referensi pasar modal. Berdasar publikasi tersebut data yang digunakan
adalah data yang berasal dari laporan keuangan untuk periode 2007 dan 2010
dengan jumlah perusahaan 120 perusahaan yang aktif di Jakarta Islamic Index
sejak tahun 2007-2010 maka diperoleh 10 perusahaan yang memenuhi kriteria
dan layak untuk dijadikan sampel.
Dalam penelitian ini, menghitung semua rasio keuangan tersebut akan
dihitung dengan menggunakan Software Microsoft Excel 2007 dengan
memasukkan rumus masing-masing dan kemudian dihitung masing-masing
variabel tersebut. Setelah didapatkan hasilnya, data-data diformat Excel
tersebut dikonversi kedalam SPSS Releas Versi 17.0 for Windows untuk
selanjutnya dilakukan pengujian persyaratan analisis yaitu Uji Normalitas
Data untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak dimana
tidak terjadi autokorelasi, multikolonieritas, dan heteroskedastisitas. Jika tidak
dengan analisis Regresi Berganda, Uji F, Uji T, dan Adj R².
51
Dari penjabaran diatas maka akan dilakukan perhitungan yang
berdasarkan sampel yang diteliti yaitu pada Perusahaan yang Listed di Jakarta
Islamic Index pada periode 2007-2010. Dari hasil perhitungan data yang
menggunakan Uji analisis Regresi Berganda, Uji F, Uji T, dan Adj R². maka
dapat diketahui babagaimana pengaruh variabel Likuiditas (CR), Solvabilitas
(DER, DTA), Aktivitas (TATO), dan Profitabilitas (ROA, EPS) secara simultan
terhadap Kebijakan Pembayaran Dividen (DPR) di Jakarta Islamic Index dan
untuk mengetahui variabel mana yang paling dominan mempengaruhi Dividen
Payout Ratio (DPR) pada perusahaan yang listed di Jakarta Islamic Index.
Serta bagaimana pengaruh variabel Likuiditas (CR), Solvabilitas (DER, DTA),
Aktivitas (TATO), dan Profitabilitas (ROA, EPS) secara parsial terhadap
Kebijakan Pembayaran Dividen (DPR) di Jakarta Islamic Index. Untuk
memudahkan kerangka pemikiran peneliti, maka dapat dilihat gambar 2.1
sebagai berikut.
52
Perusahaan yang listed di JII
(Periode 2007-2010)
Kesimpulan dan
Saran
Kebijakan Dividen (Dividend Payout Ratio)
Uji Asumsi Klasik:
Normalitas, Multikolonearitas,
Autokolerasi, Heteroskedastisitas
Analisis Regresi
Berganda
Likuiditas (CR), Solvabilitas (DER, DTA),
Aktivitas (TATO), Profitabilitas (ROA, EPS)
Uji Model Regresi
Uji F
Hasil Analisis
dan Pembahasan
Adj R² Uji T
53
F. HIPOTESIS
Hipotesis yang akan diuji diberi simbol Ho (Hipotesis nol) dan disertai
Ha (Hipotesis alternatif). Jika dari pengujian didapat hasil Ho diterima , maka
secara otomatis Ha ditolak. Berdasarkan uraian dan hasil temuan penelitian
terdahulu, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini di rumuskan sebagai
berikut:
Ho : Tidak terdapat pengaruh Likuiditas (CR), Solvabilitas (DER, DTA),
Aktivias (TATO), dan Profitabilitas (ROA, EPS) terhadap kebijakan
pembayaran dividen (DPR) perusahaan yang listed di Jakarta Islamic Index.
Ha : Terdapat pengaruh Likuiditas (CR), Solvabilitas (DER, DTA), Aktivitas
(TATO), dan Profitabilitas (ROA, EPS) terhadap kebijakan pembayaran
dividen (DPR) perusahaan yang listed di Jakarta Islamic Index.
54
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memilih Bursa Efek Indonesia sebagai
tempat untuk melakukan riset. Lokasi penelitian ini dipilih karena dianggap
sebagai tempat yang tepat bagi peneliti untuk memperoleh data yang
diperlukan berupa laporan keuangan yang dijadikan sampel adalah perusahaan
yang terdaftar di Jakarta Islamic Index pada periode tahun 2007 sampai tahun
2010.
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Menurut Suharyadi dan Purwanto, 2004:323. Populasi adalah
kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang, benda, dan ukuran lain
yang menjadi objek perhatian atau kumpulan seluruh objek yang menjadi
perhatian. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index dan membagikan
Dividen tahun 2007-2010.
55
2. Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini memakai metode purposive
sampling. Metode purposive sampling yaitu penarikan sampel dengan
pertimbangan dan kriteria tertentu, untuk digunakan pada kepentingan atau
tujuan penelitian (Suharyadi dan Purwanto: 2004-332). Adapun kriteria
yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Perusahan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) yang telah
menyampaikan laporan keuangan per 31 Desember secara rutin
selama empat tahun sesuai dengan periode penelitian yang
diperlukan, yaitu 2007, 2008, 2009, dan 2010.
b. Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) yang
menyampaikan datanya secara lengkap sesuai dengan informasi
yang diperlukan, yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio
(DER), Debt to Total Assets (DTA), Total Assets Turn Over
(TATO), Reton on Assets (ROA), Earning per Share (EPS), dan
Dividen Payout Ratio (DPR).
c. Perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) yang
secara konsisten membagikan dividen kas selama empat tahun
penelitian yaitu tahun 2007, 2008, 2009, 2010.
56
C. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data guna melengkapi penelitian ini, maka penulis
melakukan serangkaian kegiatan sebagai berikut:
1. Jenis Data
Untuk keperluan penelitian ini data yang digunakan adalah data
sekunder yang diambil dari laporan keuangan Tahunan Perusahaan Jakarta
Islamic Index yang go public di BEI. Dan melalui kepustakaan dengan
jalan membaca dan mempelajari buku-buku, jurnal-jurnal ilmiah dan
literatur-literatur dari kepustakaan yang erat hubungannya dengan objek
penelitian.
2. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh dari pusat referensi pasar modal (PRPM)
gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) yakni IDX statistik selama periode
penelitian 2007-2010. Selain itu data tersebut diperoleh melalui
www.idx.co.id dan website setiap perusahaan yang menjadi sampel dalam
penelitian.
57
D. Metode analisis data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Pengujian Persyaratan Analisis
Pengujian persyaratan analisis digunakan sebagai persyaratan dalam
penggunaan model analisis regresi linier. Dalam regresi linier, untuk
memastikan agar model tersebut BLUE (Best Linear Unbiased
Estimator) dilakukan pengujian sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji data berdistribusi
normal atau data tidak berdistribusi normal, data yang baik adalah
data yang berdistribusi normal. Salah satu cara untuk melihat data
yang telah memenuhi uji normalitas adalah dengan menggunakan
normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif
dan distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis
lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan
garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya. (Imam Ghozali, 2006:147). Dalam penelitian ini, uji
yang dilakukan untuk menetukan normalitas dengan menggunakan
58
statistik Kolmogorov – Smirnov (Imam Ghozali, 2006:30). Hal ini
dapat dilihat sebagai berikut:
a) Dengan membandingkan K-S hitung dengan K-S tabel :
Jika K-S < K-S tabel, H0 diterima.
Jika K-S > K-S tabel, H0 ditolak.
b) Dengan melihat angka probabilitas, dengan ketentuan :
Probabilitas > 0,05, maka H0 diterima.
Probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak.
b. Uji Multokolonieritas
Menurut Imam Ghozali (2006:95) menyatakan bahwa uji
multikolonearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas
didalam model regresi dengan melihat nilai tolerance ≤ 0.10 dan
lawannya nilai variance inflation factor (VIF) ≥ 10 berarti data tidak
ada masalah multikolonearitas.
c. Uji Autokorelasi
Menurut Imam Ghozali (2006:99) uji autokorelasi bertujuan
menguji apakah dalam model regresi liniear ada korelasi antara
59
kesalahaan pengganggu pada periode t dengan kesalahaan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumya). Untuk menguji ada
tidaknya gejala autokorelasi maka dapat dideteksi dengan uji Durbin-
Waston (DW test). Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi
maka berikut ini adalah tabel autokorelasi Durbin-Watson (Gujarat,
1999:216).
Gambar 3.1 Posisi Angka Durbin Watson
Positive Autocorrelation
indication Non autocorrelation
indication Negative Autocorrelation
0 dl
Du 2
DW
4-du
4-dl
4
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain, maka disebut Homoskedastisitas dan jika
berbeda disedut hetroskedastisitas. Data yang baik yaitu
60
homoskedastisitas adalah kesamaan varians dan residual. Cara untuk
mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu melihat hasil
output SPSS melalui grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel
terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID.
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara
SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah yang telah diprediksi,
dan sumbu X adalah residual (Y prediksi - Y sesungguhnya) yang
telah di-studentized. Dasar analisis:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. (Imam Ghozali, 2006:125).
2. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda adalah suatu analisis yang
mengukur pengaruh antar variabel dan melibatkan lebih dari satu
variabel bebas (Danang, 2009:9). Dalam penelitian ini digunakan
analisis regresi linear berganda dengan model dasar sebagai berikut:
61
Y = a + b₁X₁ + b₂X₂ + b₃X₃ + b₄X₄ + b₅X₅ + b₆X₆ + e
DPR = a+b₁CR+b₂DER+b₃DTA+b₄TATO+b₅ROA+b₆EPS+e
Keterangan:
DPR = Merupakan perbandingan antara dividen yang dibayarkan
dengan jumlah saham yang beredar.
CR = Rasio antara aktiva lancar terhadap hutang lancar.
DER = Rasio antara total hutang terhadap modal sendiri.
DTA = Rasio antara total hutang terhadap total aktiva (assets).
TATO = Rasio antara penjualan terhadap total aktiva.
ROA = Rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap total assets.
EPS = Rasio antara laba setelah pajak terhadap jumlah saham yang
beredar.
a = Nilai konstanta
b = Koefisien regresi
e = Faktor pengganggu
3. Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Uji F untuk membuktikan apakah variabel-variabel independen (X)
secara simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh terhadap variabel
dependen (Y). (Imam Ghozali, 2006: 88). Rumusnya adalah sebagai
berikut:
62
Dimana:
R² = Koefisien regresi
n = Jumlah sampel
k = Jumlah variabel independen
Setelah didapat F hitung, maka untuk menginprestasikan hasilnya berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Apabila Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima, yang
berarti variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen.
b. Apabila Fhitung < Ftabel, berarti H0 diterima dan H1 ditolak, yang
berarti variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen.
Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
H0: β = 0: Tidak terdapat pengaruh signifikan secara simultan antara
variabel independen terhadap variabel dependen.
63
Ha: β ≠ 0: Terdapat pengaruh siginifikan secara simultan antara
variabel independen terhadap variabel dependen.
4. Uji Signifikansi Parsial (Uji T)
Uji statistik T pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel individu independen (exsplanatory) secara individu dalam
menerangkan variabel dependen (Imam Ghozali, 2006: 88). Rumusnya
adalah sebagai berikut:
Dimana :
r = Koefisien regresi
n = Jumlah data
Setelah diperoleh Thitung maka untuk menginprestasikan hasilnya
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Jika Thitung > Ttabel, berarti H0 ditolak dan Ha diterima, artinya
variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen.
64
b. Jika Thitung < Ttabel, berarti H0 diterima dan H1 ditolak, artinya
variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen.
c. Jika nilai probabilitas > 5% berarti H0 diterima dan Ha ditolak,
artinya variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen
d. Jika nilai probabilitas < 5% berarti H0 ditolak dan Ha diterima,
artinya variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen
Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
H0: β = 0: Tidak terdapat pengaruh signifikan secara parsial antara
variabel independen terhadap variabel dependen.
Ha: β ≠ 0: Terdapat pengaruh siginifikan secara parsial antara variabel
independen terhadap variabel dependen.
5. Uji Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerapkangkan variasi variabel dependen.
Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variasi variabel independen
dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
65
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen. Imam Ghozali (2006:87).
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Dividen Cash
Dividen Cash merupakan dividen yang dibayarkan secara tunai oleh
perusahaan kepada setiap pemegang saham. Pada waktu rapat pemegang
saham perusahaan memutuskan bahwa sejumlah tertentu dari laba
perusahaan akan dibagi dalam bentuk cash dividen. Perusahaan hanya
berkewajiban membayar dividen setelah perusahaan tersebut
mengumumkan akan membayar dividen. Dividen dibayarkan kepada
pemegang saham yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham.
2. Variabel Dependen
Dividen Payout Ratio yaitu dividen kas tahunan dibagi laba tahunan
atau dividen per lembar saham dibagi laba per lembar saham. Untuk
menghitung besarnya Dividen Payout Ratio digunakan rumus berikut:
66
3. Variabel Independen
a. Current Ratio (CR)
Current ratio menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi
kewajiban lancar. Rasio ini dapat dibentuk dalam bentuk berapa kali
atau dalam bentuk presentasi. Untuk menghitung besarnya current
ratio digunakan rumus berikut:
b. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
menilai utang dengan ekuitas. Untuk menghitung besarnya Debt to
Equity Ratio digunakan rumus berikut:
c. Debt to Total Assets (DTA)
Merupakan rasio yang digunakan unutuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi total hutang dari total aktiva yang
dimiliki perusahaan. Untuk menghitung besarnya Debt to Total Assets
(DTA) digunakan rumus berikut:
67
d. Total Assets Turn Over (TATO)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
aktiva perusahaan menciptakan penjualan. Untuk menghitung
besarnya Total Assets Turn Over digunakan rumus berikut:
e. Return On Assets (ROA)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa besar
laba bersih yang diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva.
Untuk menghitung besarnya Return On Assets digunakan rumus
berikut:
f. Earning Per Share (EPS)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa besar
kemampuan per lembar saham menghasilkan laba. Untuk menghitung
besarnya Earning Per Share digunakan rumus berikut:
68
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Bursa Efek Indonesia
Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX)
adalah sebuah bursa saham di Jakarta Indonesia. Bursa Efek Jakarta
merupakan salah satu bursa tempat dimana orang memperjual belikan
efek di Indonesia. Pada 1 Desember 2007 Bursa Efek Surabaya
melakukan penggabungan usaha yang secara efektif mulai beroperasi
pada 1 Desember 2007 dengan nama baru Bursa Efek Indonesia (BEI).
PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) pertama kali berdiri pada zaman
pemerintah Hindia Belanda, yang kemudian dibentuk ulang melalui
Undang-Undang Darurat No. 13 tahun 1951, dan selanjutnya
dipertegas oleh Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 tahun
1952. Selama dua dasawarsa kemudian BEJ mengalami pasang surut
yang ditandai pula oleh pemberhentian kegiatan sepanjang dekade 60-
an dan awal 70-an. Pada tahun 1977, pemerintah Indonesia
menghidupkan kembali BEJ dengan mencatatkan saham 13 perusahaan
PMA. Namun demikian, baru sekitar dekade 80-an dan awal 90-an,
69
BEJ benar-benar berkembang menjadi bursa efek seperti yang kita
kenal sekarang sebagai Bursa Efek Indonesia (BEI).
Bursa Efek Indonesia disingkat BEI, dalam bahasa Inggris
Indonesia Stock Exchange (ISX) adalah sebuah pasar saham yang
merupakan hasil penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan
Bursa Efek Surabaya (BES), dimana Bursa Efek Surabaya melebur ke
dalam Bursa Efek Jakarta. Perusahaan hasil penggabungan usaha ini
memulai operasinya pada 1 Desember 2007. Bursa Efek Indonesia
dipimpin oleh Direktur Utama BES Guntur Pasaribu menjabat sebagai
Direktur Perdagangan Fixed Income dan Derivatif, Keanggotaan dan
Partisipan.
BEI menggunakan system perdagangan bernama Jakarta
Automated Trading System (JATS) sejak 22 Mei 1995, menggantikan
system manual yang digunakan sebelumnya. System JATS ini sendiri
direncanakan akan digantikan system baru yang akan disediakan OMX.
2. Sejarah Jakarta Islamic Index
Pasar Modal Syariah dalam bahasa Inggris Islamic Stock
Exchange (ISE) dapat diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan
dengan perdagangan efek syariah perusahaan public yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga profesi yang berkaitan
70
dengannya, dimana semua produk dan mekanisme operasionalnya
tidak bertentangan dengan syariat Islam seperti: riba, perjudian,
spekulasi dan lain-lain. Pasar modal syariah secara resmi diluncurkan
pada tanggal 14 Maret 2003 bersamaan dengan penandatanganan nota
kesepahaman antara BAPEPAM-LK dengan Dewan Syariah Nasional-
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).
Menurut Faizah (2009), perkembangan produk investasi yang
sesuai dengan syariah semakin pesat. Hal ini dipicu antara lain dengan
terbongkarnya skandal diberbagai lembaga keuangan dunia yang telah
membuka mata banyak orang mengenai pentingnya menjalankan bisnis
yang menekankan pada etika dan moralitasnya. Bersamaan dengan
fenomena tersebut, disisi lain mulai bangkit minat para investor untuk
menanamkan dananya pada instrumen-instrumen keuangan yang
berdasarkan syariah. Salah satu realisasi instrument investasi yang
sesuai syariah adalah Index yang berisikan saham-saham perusahaan
emiten yang menjalankan bisnis yang tidak bertentangan dengan
syariah, yang digunakan sebagai benchmark dalam mengelola
portofolio saham-saham syariah.
Di Indonesia perkembangan instrument syariah di pasar modal
sudah terjadi sejak tahun 1997. Diawali dengan lahirnya reksadana
71
syariah yang diprakarsai Dana Reksa. Selanjutnya, PT. Bursa Efek
Jakarta (BEJ) bersama dengan PT. Dana Reksa Invesment
Management (DIM) meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII) yang
mencakup 30 jenis saham dari emiten-emiten yang kegiatan memenuhi
ketentuan tentang hukum syariah. Penentuan kriteria dari komponen
JII tersebut disusun berdasarkan persetujuan dari Dewan Pengawas
Syariah DIM.
Pengkajian ulang akan dilakukan 6 bulan sekali dengan penentuan
komponen index pada awal bulan Januari dan juli setiap tahunnya.
Sedangkan perubahaan pada jenis usaha emiten akan di-monitoring
secara terus menerus berdasarkan data-data yang tersedia.
Terdapat 10 Perusahaan yang konsisten dan memenuhi kriteria
penentuan sampel. Sehingga penulis hanya menggunakan 10
perusahaan, yaitu antara lain:
72
Tabel 4.1 Daftar Sampel Penelitian
No Kode Nama Perusahaan Keterangan1 AALI PT. Astra Argo Lestari Tbk Tetap 2 ANTM PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk Tetap 3 INCO PT. International Nickel Indonesia Tbk Tetap 4 INTP PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Tetap 5 KLBF PT. Kalbe Farma Tbk Tetap 6 SMGR PT. Semen Gresik (Persero) Tbk Tetap 7 TLKM PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk Tetap 8 UNSP PT. Bakri Sumatera Plantation Tbk Tetap 9 UNTR PT. United Tractors Tbk Tetap 10 UNVR PT. Unilever Indonesia Tbk Tetap
Sumber : www.idx.co.id
B. Analisis dan Pembahasan
Analisis data dilakukan dengan cara yakni analisis deskriptif dan
model regresi linear berganda data yang tersedia bagi variabel dependen
yaitu Dividen Payout Ratio dan variabel independen yang terdiri dari
Likuiditas (CR), Solvabilitas (DER, DTA), Aktivitas (TATO), dan
Profitabilitas (ROA, EPS).
Analisis dilakukan dengan menguji pengaruh keenam variabel
independen terhadap variabel dependen dividend payout ratio secara
simultan melalui Uji F, secara parsial melalui Uji T dan untuk mengetahui
variabel mana yang lebih dominan mempengaruhi dividend payout ratio.
73
Analisi pertama yang dilakukan adalah memilih perushaan yang
sesuai dengan kriteria sampel yaitu perusahaan yang terdaftar (listed) di
Jakarta Islamic Index pada periode 2007-2010, mempunyai data yang
lengkap untuk variabel yang diteliti dan membagikan dividen selama
periode penelitien. Data mengenai sampel dapat dilihat dalam lampiran 1.
Setelah didapatkan data perusahaan yang akan dilakukan sampel
kemudian dihitung data tersebut dapat dilihat pada lampiran 2 sampai
lampiran 8. Dari data tersebut dilakukan uji-f dan uji-t dengan
mengunakan model regresi linear berganda. Hasil perhitungan dengan
menggunakan program SPSS 17.0 dapat dilihat pada lampiran 9.
Penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu metode
pengamatan dengan maksud tertentu. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari pusat referensi
pasar modal, www.idx.co.id dan alamat website dari setiap perusahaan.
1. Analisis Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan statistik yang menggambarkan
fenomena atau karakteristik dari data. Statistik deskriptif berkaitan
dengan pengumpulan dan peringkat data, yang menggambarkan
karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian Analisis
Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas, Aktivitas, dan Profitabilitas
74
Terhadap Kebijakan Pembayaran Dividen Pada Perusahaan Jakarta
Islamic Index.
Analisis ini menjelaskan karakteristik target populasi terutama
mencakup mean, standar eror, nilai ekstrim yaitu nilai minimum dan
nilai maksimum serta standar deviasi.
Tabel 4.2
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DPR 40 .01 1.47 .3523 .25878
CR 40 .17 8.01 2.7518 1.98009
DER 40 .18 1.78 .6482 .44266
DTA 40 .1463 .5549 .325867 .1431044
TATO 40 .16 2.43 1.0658 .53528
ROA 40 .0369 .6215 .200190 .1290279
EPS 40 46 11120 857.52 1847.730
Valid N
(listwise)
40
(Sumber: Data diolah)
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui seluruh variabel yang digunakan
dalam penelitian ini yang terdiri dari (variabel independen) pada
perusahaan Jakarta Islamic Index yang terdaftar di BEI kurun waktu
penelitian selama 4 tahun yakni tahun 2007-2010 memiliki sampel
sebanyak 40 data pengamatan (10 perusahaan X 4 tahun = 40
pengamatan). Dengan deskripsi dan nilai sebagai berikut:
75
Dividen payout ratio (DPR) memiliki nilai rata-rata 0.3523 dan nilai
standar deviasi sebesar 0.25878, nilai minimum dari Dividen payout
ratio 0.01, dan nilai maximum sebesar 1.47. Variabel Current Ratio
memiliki nilai rata-rata sebesar 2.7518 dan nilai standar deviasi
sebesar 1.98009, nilai minimum dari Current Ratio sebesar 0.17 dan
nilai maksimum sebesar 8.01.
Variabel Debt Equity Ratio memiliki nilai rata-rata sebesar
0,6482 dan nilai standar deviasi sebesar 0,44266, nilai minimum dari
Debt Equity Ratio sebesar 0,18 dan nilai maksimum sebesar 1,78.
Variabel Debt to Total Assets Ratio memiliki nilai rata-rata
sebesar 0,325867 dan nilai standar deviasi sebesar 0,1431044, nilai
minimum sebesar 0,1463 dan nilai maksimum sebesar 0,5549.
Variabel Total Assets Turn Over memiliki nilai rata-rata sebesar
1,0658 dan nilai standar deviasi sebesar 0,53528, nilai minimum dari
Total Assets Turn Over sebesar 0,16 dan nilai maksimum sebesar
2,43.
Variabel Return on Assets memiliki nilai rata-rata sebesar
0,200190 dan nilai standar deviasi sebesar 0,1290279, nilai minimum
dari Return on Assets sebesar 0,0369 dan nilai maksimum sebesar
0,6215.
76
Sedangkan Earning Per Share variabel memiliki rata-rata
sebesar 857,52 dan nilai standar deviasi sebesar 1847,730, nilai
minimum dari Earning Per Share sebesar 46 dan nilai maksimum
sebesar 11120. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel
tersebut menunjukkan hasil yang baik..
a. Pembahasan
Terhadap model regresi linear berganda ini, agar valid perlu
dilakukan uji asumsi klasik. Adapun yang harus dilakukan dan
terpenuhi agar model terbebas dari asumsi klasik antara lain tidak
terjadi:
b. Pengujian Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Model regressi yang baik adalah memiliki distribusi data
normal atau mendekati normal. Untuk menguji apakah
distribusi data normal atau tidak, salah satunya dengan
menggunakan analisis grafik. Cara yang paling sederhana
adalah dengan melihat histogram yang membandingkan antara
data yang diteliti dengan distribusi yang mendekati distribusi
normal sebagaimana terlihat pada gambar berikut:
77
Gambar 4.1. Histogram Uji Normalitas
Dengan melihat tampilan grafik histogram, dapat
disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola
distribusi yang mendekati normal. Namun demikian jika hanya
dengan melihat histogram, hal ini dapat memberikan hasil yang
meragukan khususnya untuk jumlah sampel kecil. Metode yang
handal adalah dengan melihat normal probability plot, dimana
pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar
garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis
diagonal, sebagaimana ditampilkan pada Gambar 4.2 berikut:
78
Berdasarkan grafik normal plot, menunjukkan bahwa
model regresi layak dipakai dalam penelitian ini karena pada
grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis
diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal
sehingga memenuhi asumsi normalitas.
79
Tabel 4.3
Uji Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
DPR CR DER DTA TATO ROA EPS
N 40 40 40 40 40 40 40
Normal Parametersa,,b Mean .3523 2.7513 .8595 .556025 1.0658 .200153 4.57
Std. Deviation .25878 1.97965 .15048 .1248758 .53528 .1290531 1.545
Most Extreme Differences Absolute .196 .159 .202 .188 .141 .160 .148
Positive .196 .159 .202 .188 .141 .160 .148
Negative -.131 -.106 -.127 -.185 -.087 -.104 -.102
Kolmogorov-Smirnov Z 1.240 1.006 1.279 1.188 .893 1.010 .936
Asymp. Sig. (2-tailed) .092 .264 .076 .119 .403 .260 .345
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berdasarkan tabel hasil uji kolmogorov smirnov diatas
bahwa data variabel CR, DER, DTA, TATO, ROA, EPS, dan
DPR mempunyai nilai signifikan masing-masing berurutan
sebesar 0,264, 0,076, 0,119, 0.403, 0,260, 0,345 dan 0,092
dimana hasilnya menunujukkan tingkat signifikan lebih besar
dari α = 0,05. Hal ini berarti bahwa nilai data tersebut
signifikan. Sehingga H0 diterima, artinya bahwa data berasal
distribusi normal.
80
2) Uji Multikolinieritas
Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala multikolinearitas
antar variabel independen digunakan Variance Inflation Factor
(VIF) dan Tolerance. Batas dari Tolerance value adalah 0.10
dan batas VIF adalah 10. Jika tolerance value dibawah 0.10 dan
nilai VIF diatas 10 maka tidak terjadi multikolinieritas. Sampel
hasil yang ditunjukkan dalam output SPSS maka besar nilai
VIF dan nilai tolerance dari masing-masing variabel
independen dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
CR .505 1.982
DER .190 5.258
DTA .147 6.817
TATO .505 1.980
ROA .466 2.147
EPS .843 1.187
a. Dependent Variable: DPR
81
Sampel tabel 4.4 memperlihatkan hasil pengujian
multikolinearitas. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa
tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance
kurang dari 0.10 dan nilai VIF lebih dari 10. Dengan demikian
model regresi dalam penelitian ini terbukti terbebas dari gejala
multikolonieritas.
3) Uji Autokorelasi
Tujuan pengujian autokorelasi adalah untuk mengetahui
ada tidaknya korelasi antar anggota dari observasi yang disusun
menurut time series atau cross section. Asumsi autokorelasi
didefinisikan sebagai terjadinya korelasi diantara data
pengamatan, dimana munculnya suatu data dipengaruhi oleh
data sebelumnya.
Penyimpangan autokorelasi dalam penelitian diuji dengan
uji Durbin-Watson (DW-test). Berdasarkan output SPSS 17.00,
maka hasil uji autokorelasi pada tabel 4.5 sebagai berikut:
Tabel 4.5
Output Durbin-Watson SPSS 17.0
Model Summaryb
Durbin-Watson
2.287
82
Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi
berdasarkan tabel autokorelasi yang menyebutkan bahwa nilai
Uji Durbin Watson = 2.287. Sedangkan dalam tabel DW untuk
“k”=6 dan N=40 besarnya DW tabel: dl (batas luar) = 1,1754;
du (batas dalam) = 1,8538; 4 – du = 2,8246; dan 4 – dl =
2,1462 maka dari perhitungan disimpulkan bahwa DW-test
terletak pada daerah uji. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.3
sebagai berikut:
Gambar 4.3
Hasil Uji Durbin Watson
Positive Autocorrelation
indication Non autocorrelation
indication Negative Autocorrelation
0 dl
1,1754
Du 2
2,287
1,8538
DW
4-du
2,8246
4-dl
2,1462
4
4) Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
83
pengamatan kepengamatan yang lain. Jika varians dari residual
satu pengamatan kepengamatan lain tetap, maka dapat disebut
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas.
Kebanyakan data crosssection mengandung situasi
Heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang
mewakili berbagai ukuran.
Dalam penelitian ini untuk melihat Grafik Plot antara nilai
prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dan
residualnya SRESID. Deteksi ada atau tidaknya
Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada
tidaknya Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat
ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara
SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah
diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi Y
sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar analisis:
a) Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola
tertentu (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi Heteroskedastisitas.
84
b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas
dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
Heteroskedastisitas.
Gambar 4.4
Uji Heteroskedastisitas
Dari grafik scatterplots diatas terlihat bahwa titik-titik
menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun
dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi Heteroskedastisitas pada model regresi,
sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi
Dividen payout ratio berdasarkan masukan variabel independen
Likuiditas (CR), Solvabilitas (DER, DTA), Aktivitas (TATO),
dan Profitabilitas (ROA, EPS).
85
2. Analisis Regresi Linear Berganda
Dari hasil analisis uji asumsi klasik didapatkan hasil bahwa
semua variabel yang diteliti terbebas dari gejala multikolinearitas.
Setelah dilakukan uji asumsi klasik yang dilakukan dengan hanya
menggunakan satu variabel dependen yaitu dividen payout ratio dan
enam variabel independen yaitu Likuiditas (CR), Solvabilitas (DER,
DTA), Aktivitas (TATO), dan Profitabilitas (ROA, EPS).
Pengujian secara simultan pada tabel 4.6 dapat diketahui bahwa
variabel independen Likuiditas (CR), Solvabilitas (DER, DTA),
Aktivitas (TATO), dan Profitabilitas (ROA, EPS) secara simultan
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen
dividen payout ratio. Hal ini dapat dilihat dari nilai F-hitung (6,108)
F-tabel (2,34) dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 yang lebih
kecil dari 0,05 (α = 0,05). Hasil analisis signifikan, model regresi
yang diajukan akan diikhtisarkan pada tabel 4.6 sebagai beikut:
86
Tabel 4.6
Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
11 Regression 1.374 6 .229 6.108 .000a
Residual 1.237 33 .037
Total 2.612 39
a. Predictors: (Constant), EPS, TATO, DER, CR, ROA, DTA
b. Dependent Variable: DPR
Namun secara simultan terdapat empat variabel independen yaitu
variabel Likuiditas (CR), Solvabilitas (DTA), Aktivitas (TATO), dan
Profitabilitas (ROA) yang berpengaruh signifikan pada level kurang
dari 5%, sedangkan kedua variabel independen yang lain terbukti
tidak signifikan untuk Solvabilitas (DER) sebesar 0,203, dan
Profitabilitas (EPS) sebesar 0,234, kedua variabel tersebut
menunjukkan hasil yang lebih besar dari 0,05. Hasil ini menunjukkan
bahwa ROA merupakan indikator yang penting dipertimbangkan oleh
pemegang saham. Investor dapat menggunakan variabel tersebut
sebagai bahan pertimbangan untuk investasi dipasar modal.
87
Tabel 4.7
Hail Uji T
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -.185 .175 -1.052 .300
CR .045 .022 .347 2.056 .048 .505 1.982
DER -.208 .161 -.357 -1.298 .203 .190 5.258
DTA 1.241 .566 .685 2.191 .036 .147 6.817
TATO -.207 .082 -.429 -2.542 .016 .505 1.980
ROA 1.922 .352 .959 5.459 .000 .466 2.147
EPS -2.214E-5 .000 -.158 -1.211 .234 .843 1.187
a. Dependent Variable: DPR
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Didik Indarwati (2007). Dalam penelitiannya mengenai profitabilitas
sebagai penentu kebijakan dividen di Bursa Efek Indonesia,
menghasilkan bahwa pengaruh secara parsial variabel ROA yang
berpengaruh signifikan pada level kurang dari 5% (ditunjukkan
dengan sig.F 0.032).
3. Pengujian Hipotesis
Pembahasan didalam penelitian ini menggunakan satu varaibel
dependen yaitu DPR dan enam variabel independen yaitu Likuiditas
88
(CR), Solvabilitas (DER, DTA), Aktivitas (TATO), dan Profitabilitas
(ROA, EPS).
a. Hubungan antara Likuiditas (CR) dengan Dividend Payout Ratio
Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa variabel
Likuiditas dengan menggunakan indikator CR memiliki t-hitung
> t-tabel dimana t-hitung 2.056 dan t-tabel 1.684 dengan tingkat
signifikansi (sig. hitung) sebesar 0.048. Tingkat signifikansi
tersebut adalah lebih kecil dari taraf signifikansi α = 0.05,
sehingga dapat dikatakan bahwa variabel Likuiditas dengan
menggunakan indikator CR mempunayi pengaruh yang signifikan
terhadap DPR. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima.
Variabel Likuiditas dengan menggunakan indikator CR
mempunyai koefisien regresi dengan arah positif sebesar 0.045.
hal ini berarti bahwa hubungan antara variabel Likuiditas dengan
menggunakan indikator CR terhadap variabel DPR adalah positif.
Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa jika Current
Ratio naik 1 kali maka DPR akan naik sebesar 0.045 rupiah. Hasil
ini menandakan bahwa pembayaran dividen dipengaruhi oleh
tingkat likuiditas perusahaan. Hasil ini sesuai dengan penelitian
J.C. Shanti (2010) menunjukkan bahwa variabel Likuiditas
89
berpengaruh signifikan terhadap dividen kas pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI. Namun hasil ini tidak sesuai
dengan penelitian yang dilakukan olah Didik Indarwati (2007)
menyatakan bahwa Likuiditas (CR) tidak terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap DPS pada perusahaan industri dan makanan
yang listed di BEJ periode 2001-2005.
b. Hubungan antara Solvabilitas (DER) dengan Dividend Payout
Ratio
Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa variabel
Solvabilitas dengan menggunakan indikator DER memiliki t-
hitung < t-tabel dimana t-hitung -1.298 dan t-tabel 1.684 dengan
tingkat signifikansi (sig. hitung) sebesar 0.203. Tingkat
signifikansi tersebut adalah lebih besar dari taraf signifikansi α =
0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel Solvabilitas
dengan menggunakan indikator DER tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap DPR. Dengan demikian Ho diterima dan
Ha ditolak. Variabel Solvabilitas dengan menggunakan indikator
DER mempunyai koefisien regresi dengan arah negatif sebesar -
0.208. hal ini berarti bahwa hubungan antara variabel Solvabilitas
dengan menggunakan indikator DER dengan variabel DPR adalah
90
negatif. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa dengan
semakin besarnya nilai DER berarti semakin berkurang DPR yang
diperoleh oleh investor. Hasil ini sesuai dengan penelitian Didik
Indarwati (2007) dalam penelitiannya mengenai Profitabilitas
Sebagai Penentu Kebijakan Dividen di BEJ yang menyatakan
bahwa variabel DER secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel DPS.
c. Hubungan antara Solvabilitas (DTA) dengan Dividend Pyout Ratio
Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa variabel
Solvabilitas dengan menggunakan indikator DTA memiliki t-
hitung > t-tabel dimana t-hitung 2.191 dan t-tabel 1.684 dengan
tingkat signifikansi (sig. hitung) sebesar 0.036. Tingkat
signifikansi tersebut adalah lebih kecil dari taraf signifikansi α =
0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel Solvabilitas
dengan menggunakan indikator DTA mempunayi pengaruh yang
signifikan terhadap DPR. Variabel DTA mempunyai koefisien
regresi dengan arah positif sebesar 1.241. Hal ini berarti bahwa
hubungan antara variabel Solvabilitas dengan menggunakan
indikator DTA dengan variabel DPR adalah positif. Artinya
perubahan nilai rasio DTA akan mempengaruhi kebijakan dividen.
91
Jika nilai rasio DTA semakin kecil akan memungkinkan
perusahaan mengambil kebijakan untuk membagikan dividen.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tesdi
Priono (2006:51) yang menyatakan bahwa DTA berpengaruh
signifikan terhadap DPR. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha
diterima. Hasil ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan
Asmawi (2009:98) yang menyatakan bahwa variabel DTA tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend cash.
d. Hubungan antara Aktivitas (TATO) dengan Dividend Payout Ratio
Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa variabel
Aktivitas dengan menggunakan indikator (TATO) memiliki t-
hitung < t-tabel dimana t-hitung -2.542 dan t-tabel 1.684 dengan
tingkat signifikansi (sig. hitung) sebesar 0.016. Tingkat
signifikansi tersebut adalah lebih kecil dari taraf signifikansi α =
0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel Aktivitas dengan
menggunakan indikator TATO mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap DPR. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha
diterima. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ari Subagya Listyantara (2005:52) menyatakan bahwa Varaiabel
Aktivitas (TATO) secara signifikan mempengaruhi DPS. Variabel
92
Aktivitas (TATO) mempunyai koefisien regresi dengan arah
negatif sebesar -0.207. Hal ini berarti bahwa hubungan antara
variabel TATO dengan variabel DPR adalah negatif. Namun hasil
ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tita
Deitiana (2009) yang menyatakan bahwa variabel aktivitas tidak
berpengaruh signifikan terhadap DPR.
e. Hubungan antara Profitabilitas (ROA) dengan Dividend Payout
Ratio
Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa variabel
Profitabilitas dengan menggunakan indikator (ROA) memiliki t-
hitung > t-tabel dimana t-hitung 5.459 dan t-tabel 1.684 dengan
tingkat signifikansi (sig. hitung) sebesar 0.000. Tingkat
signifikansi tersebut adalah lebih kecil dari taraf signifikansi α =
0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel Profitabilitas
dengan menggunakan indikator (ROA) mempunayi pengaruh yang
signifikan terhadap DPR. Dengan demikian secara parsial variabel
hipotesis Ho ditolak dan Ha diterima. Variabel Profitabilitas
dengan menggunakan indikator (ROA) mempunyai koefisien
regresi dengan arah positif sebesar 1.922. Hal ini berarti bahwa
hubungan antara variabel Profitabilitas dengan menggunakan
93
indikator (ROA) dengan variabel DPR adalah positif. Dengan
demikian dapat diinterpretasikan bahwa jika ROA meningkat 1
rupiah maka DPR akan meningkat sebesar 1.922 rupiah dengan
asumsi variabel lainnya konstan. Hasil ini didukung oleh
penelitian Didik Indarwati (2007), dalam penelitiannya mengenai
profitabilitas sebagai penentu kebijakan pembayaran dividen di
BEJ yang menyatakan bahwa secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap variabel DPS.
f. Hubungan antara Profitabilitas (EPS) dengan Dividend Payout
ratio
Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa variabel
Profitabilitas dengan menggunakan indikator (EPS) memiliki t-
hitung < t-tabel dimana t-hitung -1.211 dan t-tabel 1.684 dengan
tingkat signifikansi (sig. hitung) sebesar 0.234. Tingkat
signifikansi tersebut adalah lebih besar dari taraf signifikansi α =
0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel Profitabilitas
dengan menggunakan indikator (EPS) tidak mempunayi pengaruh
yang signifikan terhadap DPR. Dengan demikian secara parsial
variabel hipotesis Ho diterima dan Ha ditolak. Variabel
Profitabilitas dengan menggunakan indikator (EPS) mempunyai
94
koefisien regresi dengan arah negatif sebesar -2.214. Hal ini
berarti bahwa hubungan antara variabel Profitabilitas dengan
menggunakan indikator ROA dengan variabel DPR adalah negatif.
Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa jika EPS turun 1
rupiah maka DPR akan turun sebesar -2.214 rupiah dengan asumsi
variabel lainnya konstan. Hal ini didukung oleh J.C. Shanti (2010)
dalam penelitiannya mengenai Analisis kinerja keuangan
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI menyatakan bahwa
variabel profitabilitas ratio secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap pembayaran dividen kas.
Persamaan Regresi Setelah Uji Asumai Klasik:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + e
Y = 0.185 + 0.045X1 - 0.208X2 + 1.241X3 - 0.207X4 + 1.922X5 - 2.214X6
Dari hasil persamaan tersebut menunjukkan bahwa selama
periode penelitian konstanta sebesar 0.185 menyatakan bahwa jika
variabel independen dianggap konstan, maka rata-rata dividen kas
yang didapat oleh pemegang saham sebesar 0.185 rupiah.
Sedangkan tanda positif pada CR, DTA, dan ROA sesuai dengan
konsep teori yang mendasarinya, dimana jika Current Ratio, DTA
dan ROA semakin meningkat maka DPR juga meningkat.
95
Sementara variabel DER, TATO dan EPS yang bertanda negatif
menunjukkan adanya penurunan dividen yang dibagi terutama
DPR.
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 .725a .526 .440 .19365 2.287
a. Predictors: (Constant), EPS, TATO, DER, CR, ROA, DTA
b. Dependent Variable: DPR
Berdasarkan tabel 4.8 kelima variabel bebas tersebut
diperoleh R² atau nilai koefisien determinasi (adjusted R²) sebesar
0.440 atau 44%. Hal ini berarti bahwa hanya 44% dari variabel
dependen yaitu dividen kas dapat dijelaskan oleh variabel
independen Likuiditas (CR), Solvabilitas (DER, DTA), Aktivitas
(TATO), dan Profitabilitas (ROA, EPS) sedangkan sisanya yaitu
sebesar 66% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model yang
diuji dalam penelitian ini.
96
C. Interpretasi Hasil Penelitian
1. Interpretasi pengaruh Likuiditas (CR) terhadap DPR
Dari hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung
sebesar (2.056) dengan hasil nilai signifikan sebesar 0.048. Karena
nilai signifikan lebih kecil dari 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima,
dimana ada pengaruh antara variabel CR dengan Variabel DPR. Alasan
CR mempunyai tanda positif, karena semakin meningkatnya rasio CR
maka akan berdampak pada pendapatan perusahaan. Hal ini bisa terjadi
dikarenakan perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendek,
sehingga bila nila rasio Likuiditas meningkat, maka kemampuan
perusahaan untuk meningkatkan pendapatan dan laba pun akan
meningkat. Hal ini mempengaruhi keputusan dividen, dimana dividen
akan diberikan apabila perusahaan memiliki laba.
2. Interpretasi pengaruh Solvabilitas (DER) terhadap DPR
Dari hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung
sebesar (-1.298) dengan hasil nilai signifikan sebesar 0.203. karena
nilai signifikan lebih besar dari 0.05 maka Ha ditolak dan Ho diterima
yang berarti tidak ada pengaruh antara variabel DER dengan Variabel
DPR. Alasan DER mempunyai tanda negatif, karena dengan besarnya
jumlah utang yang dimiliki perusahaan maka perusahaan tidak dapat
97
melakukan kebijakan dividen. Sehingga peningkatan nilai rasio DER
akan memiliki arah berlawanan. Karena dengan tingginya nilai rasio
DER mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki kemampuan
meningkatkan laba yang lebih sedikit.
3. Interpretasi pengaruh Solvabilitas (DTA) terhadap DPR
Dari hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung
sebesar (2.191) dengan hasil nilai signifikan sebesar 0.036. karena nilai
signifikan lebih kecil dari 0.05 maka H0 ditolak dan Ha diterima berarti
ada pengaruh antara variabel DTA dengan Variabel DPR. Alasan DTA
mempunyai tanda positif, karena dengan besarnya jumlah modal
perusahaan yang dibiayai oleh utang maka perusahaan akan lebih
berhati-hati dalam mengambil keputusan membagikan dividen.
Tentunya perusahaan akan berupaya untuk menurunkan nilai
hutangnya. Sehingga memungkinkan kebijakan dividen akan ditunda.
4. Interpretasi pengaruh Aktivitas (TATO) terhadap DPR
Dari hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung
sebesar (-2,542) dengan hasil nilai signifikan sebesar 0.016. karena
nilai signifikan lebih kecil dari 0.05 maka hipotesis H0 ditolak dan Ha
diterima berarti ada pengaruh antara variabel TATO dengan Variabel
DPR. TATO menunjukkan tingkat jumlah penjualan yang diperoleh
98
dari tiap rupiah aktiva. Hal ini sesuai dengan teori yang dijelaskan pada
bab sebelumnya. Dengan demikian semakin tinggi rasio perputaran
TATO menunjukkan bahwa investasi yang ditanamkan dalam kas
rendah.
5. Interpretasi pengaruh Profitabilitas (ROA) terhadap DPR
Dari hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung
sebesar (5.459) dengan hasil nilai signifikan sebesar 0.000. karena nilai
signifikan lebih kecil dari 0.05 maka hipotesis diterima berarti ada
pengaruh antara variabel ROA dengan Variabel DPR. Alasan ROA
mempunyai tanda positif, karena semakin meningkatnya rasio ROA
maka berdampak pada pendapatan perusahaan. Hal ini sesuai dengan
teori Weston dan Brigham yang menyatakan bahwa pemegang saham
(investor) dalam jangka panjang akan melihat keuntungan yang benar-
benar akan diterima dalam bentuk dividen. Semakin tinggi ROA
berarti semakin efektif aktiva perusahaan dalam menghasilkan laba
bersih. Dengan semakin besarnya laba yang berhasil diperoleh
perusahaan maka perusahaan mempunyai potensi yang lebih besar
untuk membagikan dividen kepada para pemegang saham.
99
6. Interpretasi pengaruh Profitabilitas (EPS) terhadap DPR
Dari hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai t hitung
sebesar (-1.211) dengan hasil nilai signifikan sebesar 0.234. karena
nilai signifikan lebih besar dari 0.05 maka hipotesis H0 diterima dan
Ha ditolak berarti tidak ada pengaruh antara variabel EPS dengan
Variabel DPR. Sesuai dengan teori yang dipaparkan dalam bab
sebelumnya, apabila EPS turun berarti manajemen dalam perusahaan
belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham. Hal ini
dikarenakan pembentukan perhitungan rasio-rasio keuangan umumnya
mengunakan data keuangan yang bersifat jangka panjang, sedangkan
EPS merupakan pembentukan nilai jangka pendek. Dimana
perubahaan EPS secara langsung dipengaruhi oleh harga saham.
Sehingga apabila dilakukan perhitungan nilai EPS secara realtime pada
perdagangan saham, perubahan EPS akan berbanding lurus dengan
perubahaan harga saham. Yang artinya setiap perubahaan harga saham
akan secara langsung memnpengaruhi perubahaan nilai EPS. Terlihat
pada pergerakan harga saham antara tahun 2007-2010 dimana
mayoritas saham-saham mengalami penurunan nilai harga saham, yang
artinya nilai EPS pun ikut menurun, namun beberapa perusahaan
terutama perusahaan sampel pada periode tersebut masih tetap
100
membagikan dividen secara konsisten. Hal ini mengindikasikan bahwa
EPS tidak sepenuhnya secara langsung memberikan pengaruh terhadap
kebijakan dividen payout ratio.
101
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab
sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dengan menggunakan uji-F
disimpulkan bahwa variabel Likuiditas (CR), Solvabilitas (DER, DTA),
Aktivitas (TATO), dan Profitabilitas (ROA, EPS) secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap DPR pada tingkat signifikan dengan
probabilitas sebesar 0.000 dan F-hitung sebesar 6.108. Nilai R² atau
nilai koefisien determinasi adalah sebesar 44% dari variabel dependen
yaitu dividend payout ratio dapat dijelaskan oleh variabel independen
Likuiditas (CR), Solvabilitas (DER, DTA), Aktivitas (TATO), dan
Profitabilitas (ROA, EPS) sedangkan sisanya yaitu sebesar 66%
dijelaskan oleh faktor lain diluar variabel yang diteliti.
2. Berdasarkan analisis regresi berganda dengan mengggunakan uji-T
bahwa variabel Solvabilitas (DER) dan Profitabilitas (EPS) secara
parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap DPR,
sedangkan variabel Likuiditas (CR), Solvabilitas (DTA), Aktivitas
(TATO), dan Profitabilitas (ROA) secara parsial berpengaruh signifikan
102
terhadap DPR pada tingkat signifikan 0.05. dengan demikian ROA
merupakan variabel dominan yang berpengaruh terhadap DPR pada
perusahaan yang termasuk dalam Jakarta Islamic Index selam periode
2007-2010.
B. Implikasi
Peneliti menyadari sepenuhnya, bahwa masih banyak keterbatasan
dalam penelitian ini antara lain:
1. Pemilihan variabel yang diduga berpengaruh terhadap kebijakan
deviden hanya terdiri dari enam aspek saja (Current Ratio, Debt to
Equity Ratio, Debt to Total Asset, Total Assets Turnover, Return on
Assets, Earning Per Share). Hal ini memungkinkan terabaikannya
variabel lain yang justru dapat mempunyai lebih pengaruh terhadap
kebijakan dividen.
2. Periode pengamatan yang hanya empat tahun yaitu dari tahun 2007
sampai dengan 2010, sehingga data tidak dapat menjelaskan proyeksi
kebijakan jangka panjang dan sampel yang diperoleh adalah jumlahnya
terbatas.
103
DAFTAR PUSTAKA
Astusi, Dewi, “Manajemen Keuangan Perusahaan”, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2004
Asmawi, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividen Kas Pada Perusahaan Yang Listed Di Bursa Efek Indonesia”, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009
Deitiana, Tita, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Pembayaran Dividen Kas”, Vol. II, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Jakarta, 2009
Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS”, Cet 4. Semarang, 2006
Gujarati, Damodar, “Ekonometrika Dasar”, Cet 6. Erlangga, Jakarta, 1999
Hakim, Farih Rahman, “Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Rasio Pembayaran Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Membagikan Dividen Dan Terdaftar Di BEJ Tahun 2003-2005”, Univesrsitas Negeri Semarang, 2007
Hamid, Abdul, “Pasar Modal Syari’ah”. Cet 1. Jakarta, Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009
Harahap, Sofyan Syarif, “Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan”, Ed. 1, Cet. 4. Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2004
Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution, “Investasi Pada Pasar Modal Syari’ah”. Ed Revisi, Cet 2, Jakarta, Kencana, 2008
Huda, Nurul dan Mohamad Heykal, “Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktisi”. Jakarta, Kencana, 2010
Indarwanta, Didik, “Profitabilitas Sebagai Penentu Kebijakan Pembayaran Dividen”, Vol. II, Jurnal, Yogyakarta, 2007
Kasmir, “Analisi Laporan Keuangan”. Ed. 1,―2, Jakarta: Rajawali Pers, 2009
104
Lathif, Azharuddin, “Fiqih Muamalat”, Cet 1., Jakrta, UIN Jakrta Press, 2005
Listyantara, Ari Subagya, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividen Per Share Perusahaan Manufaktur Yang Listing Di BEJ”, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2005
Melala, Sigit Irawan, “Analisis Kebijakan Dividen: Siganling Efect dan Rent Ektraction Hypotesis Pada Index LQ 45”, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009
Priono, Tesdi, “Analisis Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan, Pertumbuhan Asset dan Ukuran Perusahaan Terhadap Dividen Per Share Di BEJ”, Universitas Diponegoro, Semarang, 2006
Rifqi, Muhamad, “Akuntanasi Keuangan Syari’ah: Konsep dan Implementasi PSAK Syari’ah “. Ed. 1,_1._Yogyakarta, P3EI Press, 2008
Riyanto, Bambang, “Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”, Cet 7., Yogyakarta, BPFE, 2001
Rochaety, Eti, “Metodologi Penelitian Bisnis: Dengan Aplikasi SPSS”, Ed Revisi.,Jakarta, Mitra Wacana Media, 2009
Rodoni, Ahmad dan Abdul Hamid, “Lembaga Keuangan Syariah”, Cet 1., Jakarta, Zikrul Hakim, 2008
Rodoni, Ahmad dan Herni Ali, “Manajemen Keuangan”, Ed Pertama., Jakarta, Mitra Wacana Media, 2010
Shanti, J.C., “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Sebelum dan Sesudah Pembayaran Dividen Kas”, Vol. 21, Jurnal Akuntansi & Manajemen, Surabaya, 2010
Soemitra, Andri, “Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah”. Ed pertama., Jakarta, Kencana, 2009
Solahuddin Jawas, “Invesment Solution,” INVESTOR Jakarta Oktober 2010
Sudarsono, Heri, “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah”. Yogyakarata, 2003
105
Suharyadi, dan Purwanto S.k, “Statistik Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern”. Ed Pertama,. Jakrta, Salemba Empat, 2004
Sunyoto, Danang, “Analisis Regresi dan Uji Hipotesis”, Cet-1,. Yogyakarta, Media Presindo, 2009
Sutrisno, “Analisi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Public di Indonesia”, Universitas Brawijaya, Malang, 2001
Triandaru, Sigit dan Totok Budisantoso, “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”. Ed dua., Jakarta, Salemba Empat, 2009
Van Horne, James C dan Wachowicz, John M, “Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan”. Ed 9,. Jakrta, Salemba Empat, 1997
Yumettasari, Putri, Endang Tri Widiastuti dan Wisnu, “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi PER antara saham Syari’ah dan saham Non syari’ah (Studi Empiris pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdapat di BEI periode 2003 -2005)”, Jakarta, 2006
__________, “Memperbaiki Kembali Daya Saing Investasi,” Bank & Manajemen November – Desember 2009
106
Lampiran 1
PERUSAHAAN YANG LISTED DAN MEMBAGIKAN DIVIDEN DI JII No Nama Perusahaan Kode 2007 2008 2009 2010 1 PT. Astra Argo Lestari Tbk AALI 230 190 350 155 220 658 190
2 PT.Aneka Tambang (Persero) Tbk ANTM 325.58 215.23 57.47 25.38
3 PT. International Nickel Indonesia Tbk INCO 4,545 9,180.21 208.15 USD 0,01 USD 0.02
4 PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk INTP 30 40 150 225
5 PT. Kalbe Farma Tbk KLBF 10 10 1250 25
6 PT. Semen Gresik (Persero) Tbk SMGR 1,092.06 149.66 215.19 250.45 58
7 PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk TLKM 254.76 48.45 309.42 97.73 296.94 66.75 261.41 26.75
8 PT. Unilever Indonesia Tbk UNVR 125 90 167 95 220 100 299 100 9 PT. United Tractors Tbk UNTR 85 60 150 100 220 330 160
10 PT. Bakrie Sumatra Plantations Tbk UNSP 15 17 9 3.8
107
Lampiran 2
Data Mentah Tingkat Dividen Payoutt Ratio Perusahaan JII Tahun 2007-2010
NO KODE DPR 2007 2008 2009 2010
1 AALI 0.42 0.27 0.11 0.4 2 ANTM 0.39 0.4 0.4 0.4 3 INCO 1.47 0.01 0.21 1.08 4 INTP 0.18 0.15 0.31 0.3 5 KLBF 0.15 0.14 0.18 0.27 6 SMGR 0.5 0.5 0.5 0.27 7 TLKM 0.27 0.56 0.34 0.25 8 UNSP 0.2 0.31 0.19 0.05 9 UNTR 0.22 0.23 0.27 0.21 10 UNVR 0.47 0.51 0.5 0.5
Lampiran 3
Data Mentah Tingkat Current Ratio Perusahaan JII Tahun 2007-2010
No KODE Current Ratio 2007 2008 2009 2010
1 AALI 1.6 1.94 1.82 1.93 2 ANTM 4.47 8.01 7.27 3.81 3 INCO 2.52 4.89 7.23 4.5 4 INTP 2.96 0.17 3 5.55 5 KLBF 4.4 3 3.3 5 6 SMGR 3.64 3.38 3.57 2.91 7 TLKM 0.77 0.54 0.6 0.91 8 UNSP 3.17 1.48 1.01 0.53 9 UNTR 1.33 1.63 1.65 1.56 10 UNVR 1.11 1 1.04 0.85
108
Lampiran 4
Data Mentah Tingkat Debt Equity Ratio Perusahaan JII Tahun 2007-2010
No KODE DER 2007 2008 2009 2010
1 AALI 0.24 0.28 0.23 0.18 2 ANTM 0.7 0.37 0.26 0.21 3 INCO 0.26 0.36 0.21 0.29 4 INTP 0.59 0.44 0.33 0.24 5 KLBF 0.36 0.33 0.38 0.39 6 SMGR 0.35 0.27 0.3 0.26 7 TLKM 1.39 1.16 1.38 1.22 8 UNSP 1.78 0.81 0.9 0.9 9 UNTR 1.44 1.26 1.05 0.76 10 UNVR 0.95 0.98 1.1 1.02
Lampiran 5
Data Mentah Tingkat Debt to Total Asset Ratio Perusahaan JII Tahun 2007-2010
No KODE DTA 2007 2008 2009 2010
1 AALI 0.2149 0.1814 0.1511 0.1517 2 ANTM 0.2719 0.208 0.1758 0.2201 3 INCO 0.2652 0.1745 0.224 0.233 4 INTP 0.3063 0.2449 0.1937 0.1463 5 KLBF 0.2182 0.2382 0.2609 0.1792 6 SMGR 0.2108 0.2291 0.2033 0.2199 7 TLKM 0.4753 0.5178 0.4882 0.4344 8 UNSP 0.4463 0.4742 0.4734 0.538 9 UNTR 0.5549 0.5096 0.4283 0.4557 10 UNVR 0.4948 0.5223 0.5045 0.5346
109
Lampiran 6
Data Mentah Tingkat Total Assets Turn Over Perusahaan JII Tahun 2007-2010
No KODE TATO 2007 2008 2009 2010
1 AALI 1.11 1.25 0.98 1 2 ANTM 1 0.94 0.88 0.71 3 INCO 1.23 0.71 0.37 0.58 4 INTP 0.73 0.86 0.79 0.72 5 KLBF 1.36 1.38 1.4 1.45 6 SMGR 1.12 1.15 1.11 0.92 7 TLKM 0.72 0.66 0.66 0.68 8 UNSP 0.45 0.62 0.45 0.16 9 UNTR 1.39 1.22 1.19 1.25 10 UNVR 2.35 2.39 2.43 2.26
Lampiran 7
Data Mentah Tingkat Return on Asset Perusahaan JII Tahun 2007-2010
No KODE ROA 2007 2008 2009 2010
1 AALI 0.3686 0.4035 0.2193 0.2293 2 ANTM 0.4263 0.1335 0.0608 0.1367 3 INCO 0.6215 0.195 0.0836 0.1996 4 INTP 0.0982 0.1546 0.2068 0.2101 5 KLBF 0.1373 0.1239 0.1433 0.1829 6 SMGR 0.2084 0.238 0.2568 0.2334 7 TLKM 0.1566 0.1163 0.1161 0.1156 8 UNSP 0.0479 0.0369 0.0498 0.0435 9 UNTR 0.1148 0.1164 0.1564 0.1303 10 UNVR 0.3683 0.37 0.4066 0.3892
110
Lampiran 8
Data Mentah Tingkat Earning Per Share Perusahaan JII Tahun 2007-2010
No KODE EPS 2007 2008 2009 2010
1 AALI 500 1253 1671 1055 2 ANTM 814 538 143 63 3 INCO 4663 11120 396 162 4 INTP 161 267 474 746 5 KLBF 67 69 70 91 6 SMGR 2184 299 425 561 7 TLKM 546 638 527 562 8 UNSP 74 55 46 67 9 UNTR 326 524 800 1147
10 UNVR 226 257 315 399
Lampiran 9
Output SPSS
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DPR 40 .01 1.47 .3523 .25878
CR 40 .17 8.01 2.7518 1.98009
DER 40 .18 1.78 .6482 .44266
DTA 40 .1463 .5549 .325867 .1431044
TATO 40 .16 2.43 1.0658 .53528
ROA 40 .0369 .6215 .200190 .1290279
EPS 40 46 11120 857.52 1847.730
Valid N (listwise) 40
111
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
DPR CR DER DTA TATO ROA EPS
N 40 40 40 40 40 40 40
Normal Parametersa,,b Mean .3523 2.7513 .8595 .556025 1.0658 .200153 4.57
Std. Deviation .25878 1.97965 .15048 .1248758 .53528 .1290531 1.545
Most Extreme Differences Absolute .196 .159 .202 .188 .141 .160 .148
Positive .196 .159 .202 .188 .141 .160 .148
Negative -.131 -.106 -.127 -.185 -.087 -.104 -.102
Kolmogorov-Smirnov Z 1.240 1.006 1.279 1.188 .893 1.010 .936
Asymp. Sig. (2-tailed) .092 .264 .076 .119 .403 .260 .345
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Variables Entered/Removed
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 EPS, TATO,
DER, CR, ROA,
DTAa
. Enter
a. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .725a .526 .440 .19365 2.287
a. Predictors: (Constant), EPS, TATO, DER, CR, ROA, DTA
b. Dependent Variable: DPR
112
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.374 6 .229 6.108 .000a
Residual 1.237 33 .037
Total 2.612 39
a. Predictors: (Constant), EPS, TATO, DER, CR, ROA, DTA
b. Dependent Variable: DPR
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -.185 .175 -1.052 .300
CR .045 .022 .347 2.056 .048 .505 1.982
DER -.208 .161 -.357 -1.298 .203 .190 5.258
DTA 1.241 .566 .685 2.191 .036 .147 6.817
TATO -.207 .082 -.429 -2.542 .016 .505 1.980
ROA 1.922 .352 .959 5.459 .000 .466 2.147
EPS -2.214E-5 .000 -.158 -1.211 .234 .843 1.187
a. Dependent Variable: DPR
113
Coefficient Correlationsa
Model EPS TATO DER CR ROA DTA
1 Correlations EPS 1.000 .223 -.075 -.064 -.322 .085
TATO .223 1.000 .122 -.135 -.657 -.289
DER -.075 .122 1.000 -.063 .083 -.821
CR -.064 -.135 -.063 1.000 .288 .437
ROA -.322 -.657 .083 .288 1.000 .157
DTA .085 -.289 -.821 .437 .157 1.000
Covariances EPS 3.342E-10 3.316E-7 -2.188E-7 -2.565E-8 -2.070E-6 8.756E-7
TATO 3.316E-7 .007 .002 .000 -.019 -.013
DER -2.188E-7 .002 .026 .000 .005 -.075
CR -2.565E-8 .000 .000 .000 .002 .005
ROA -2.070E-6 -.019 .005 .002 .124 .031
DTA 8.756E-7 -.013 -.075 .005 .031 .321
a. Dependent Variable: DPR
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value .1288 1.0408 .3523 .18771 40
Std. Predicted Value -1.191 3.668 .000 1.000 40
Standard Error of Predicted
Value
.042 .183 .076 .028 40
Adjusted Predicted Value .0852 1.3676 .3805 .24120 40
Residual -.41355 .57211 .00000 .17813 40
Std. Residual -2.136 2.954 .000 .920 40
Stud. Residual -2.528 3.119 -.036 1.113 40
Deleted Residual -1.35764 .81206 -.02828 .32168 40
Stud. Deleted Residual -2.773 3.657 -.025 1.219 40
Mahal. Distance .846 33.717 5.850 5.930 40
Cook's Distance .000 6.246 .215 .998 40
Centered Leverage Value .022 .865 .150 .152 40
114
Coefficient Correlationsa
Model EPS TATO DER CR ROA DTA
1 Correlations EPS 1.000 .223 -.075 -.064 -.322 .085
TATO .223 1.000 .122 -.135 -.657 -.289
DER -.075 .122 1.000 -.063 .083 -.821
CR -.064 -.135 -.063 1.000 .288 .437
ROA -.322 -.657 .083 .288 1.000 .157
DTA .085 -.289 -.821 .437 .157 1.000
Covariances EPS 3.342E-10 3.316E-7 -2.188E-7 -2.565E-8 -2.070E-6 8.756E-7
TATO 3.316E-7 .007 .002 .000 -.019 -.013
DER -2.188E-7 .002 .026 .000 .005 -.075
CR -2.565E-8 .000 .000 .000 .002 .005
ROA -2.070E-6 -.019 .005 .002 .124 .031
DTA 8.756E-7 -.013 -.075 .005 .031 .321
a. Dependent Variable: DPR
115