near.web.unej.ac.idnear.web.unej.ac.id/.../09/konsepsi-dan-teori-etika.docx · web viewkalau mampu...
TRANSCRIPT
KONSEPSI DAN TEORI ETIKA
MAKALAH
Disusun oleh :
Kelompok : 1(SATU)
Nama / NIM :
1. Diddo Adding Adove 130803103087
2. Magri Dema Umami 140803103010
3. Dannis Sharobi 140803103031
4. Hilda Putri 140803103020
5. Yolanda fristilia 140803103019
Nama Dosen : Dr. Lilik Farida, M.Si
UNIVERSITAS JEMBER
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
. Masalah etika bisnis atau etika usaha akhir-akhir ini semakin banyak
dibicarakan bukan hanya di tanah air kita, tetapi juga di negara-negara lain
termasuk di negara-negara maju. Perhatian mengenai masalah ini tidak terlepas
dari semakin berkembangnya dunia usaha kita sebagai hasil pembangunan selama
ini. Peran dunia usaha dalam perekonomian begitu cepatnya, sehingga dalam hal
investasi, misalnya, sekarang sudah 3 kali investasi pemerintah. Kegiatan bisnis
yang makin merebak baik di dalam maupun di luar negeri, telah menimbulkan
tantangan baru, yaitu adanya tuntutan praktek bisnis yang baik, yang etis, yang
juga menjadi tuntutan kehidupan bisnis di banyak negara di dunia. Transparansi
yang dituntut oleh ekonomi global menuntut pula praktik bisnis yang etis. Dalam
ekonomi pasar global, kita hanya bisasurvive kalau mampu bersaing.
Para ahli sering berkelakar bahwa pengertian etika bisnis merupakan sebuah
kontradiksi istilah karena ada pertentangan antara etika dan minat pribadi yang
berorientasi pada pencarian keuntungan. Ketika ada konflik antara etika dan
keuntungan, bisnis lebih memilih keuntungan daripada etika. Buku Business
Ethics mengambil pandangan bahwa tindakan etis merupakan strategi bisnis
jangka panjang terbaik bagi perusahaan sebuah pandangan yang semakin diterima
dalam beberapa tahun belakangan ini. Oleh karena itu, pemahaman tentang etika
bisnis diperlukan untuk para pelaku bisnis agar usaha yang dijalankan dapat
menjadi suatu usaha bisnis yang beretika dan mengurangi resiko kegagalan. Selain
itu pemahaman tentang pengertian komunikasi terutama komunikasi bisnis.
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari etika dan bagaimana etika menurut perspektif barat?
2. Apa pengertian dari bisnis ?
3. Apa pengertian etika bisnis ?
4. Apa saja indikator etika bisnis ?
5. Apa saja prinsip etika dalam berbisnis ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Secara etimologi kata etika bersasal dari Yunani yang dalam bentuk tunggal yaitu
ethos dan dalam bentuk jamaknya yaitu ta etha. “Ethos” yang berarti sikap cara
berpikir, watak kesusilaan atau adat. Kata ini identik dengan perkataan moral yang
berasal dari kata latin “mos” yang dalam bentuk jamaknya Mores yang berarti
juga adat atau cara hidup. Jadi secara etimologis, etika adalah ajaran atau ilmu
tentang adat kebiasaan yangb erkenaan dengan kebiasaan baik atau buruk, yang
diterima umum mengenai sikap, perbuatan, kewajiban dan sebagainya
Menurut Larkin (2000) “Ethics is concerned with moral obligation,
responsibility, and social justice” . Hal ini berarti bahwa etika sangat
memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan kewajiban moral, tanggung
jawab dan keadilan sosial. Etika yang dimiliki individu ini secara lebih luas
mencerminkan karakter organisasi/perusahaan, yang merupakan kumpulan
individu-individu. Etika menjelaskan standar dan norma prilaku baik dan buruk
yang kemudian diimplementasikan oleh masing-masing karyawan dalam
organisasi (Fatt,1995) dan (Louwers,1997). Etika menurut Gray (1994)
merupakan nilai-nilai tingkah laku atau aturan-aturan tingkah laku yang diterima
oleh suatu golongan tertentu atau individu.
Untuk lebih jelas berikut pengertian etika dalam perspektif yang berbeda
antara perspektif barat dan perspektif Islam.
3
a. Etika dalam Perspektif Barat
Dalam sistem etika Barat ini, ada tiga teori etika yang akan dibahas, antara lain :
1. Teleologi
Teori yang dikembangkan oleh Jeremy Bentham dan John Stuart Mill
ini mendasarkan pada dua konsep yakni : Pertama, konsep Utility
(manfaat) yang kemudian disebut Utilitarianisme. artinya, pengambilan
keputusan etika yang ada pada konsep ini dengan menggunakan
pertimbangan manfaat terbesar bagi banyak pihak sebagai hasil akhirnya.
Dengan kata lain, sesuatu yang dinilai benar adalah sesuatu yang
memaksimalisasi apa yang baik atau meminimalisir apa yang berbahaya
bagi banyak pihak. Maka, sesuatu itu dinilai sebagai perbuatan etis ketika
sesuatu itu semakin bermanfaat bagi banyak orang.
Dan kedua, teori Keadilan Distribusi (Distribitive Justice) atau
keadilan yang berdasarkan pada konsep Fairness. Inti dari teori ini adalah
perbuatan itu dinilai etis apabila menjunjung keadilan distribusi barang
dan jasa berdasarkan pada konsep Fairness. Yakni konsep yang memiliki
nilai dasar keadilan.
Dalam hal ini, suatu perbuatan sangat beretika apabila berakibat pada
pemerataan atau kesamaan kesejahteraan dan beban, sehingga konsep ini
berfokus pada metode distribusinya. Distribusi sesuai bagiannya,
kebutuhannya, usahanya, sumbangan sosialnya dan sesuai jasanya, dengan
ukuran hasil yang dapat meningkatkan kerjasama antar anggota
masyarakat.
2. Deontologi
Teori yang dikembangkan oleh Immanuel Kant ini mengatakan bahwa
keputusan moral harus berdasarkan aturan-aturan dan prinsip-prinsip
universal, bukan "hasil" atau "konsekuensi" seperti yang ada dalam teori
teleologi. Perbuatan baik bukan karena hasilnya tapi mengikuti suatu
prinsip yang baik berdasarkan kemauan yang baik.
Dalam teori ini terdapat dua konsep, yaitu : Pertama, Teori Keutamaan
(Virtue Ethics). Dasar dari teori ini bukanlah aturan atau prinsip yang
4
secara universal benar atau diterima, akan tetapi apa yang paling baik bagi
manusia untuk hidup. Dasar dari teori ini adalah tidak menyoroti
perbuatan manusia saja, akan tetapi seluruh manusia sebagai pelaku moral.
Memandang sikap dan akhlak seseorang yang adil, jujur, mura hati, dsb
sebagai keseluruhan.
Kedua, Hukum Abadi (Eternal Law), dasar dari teori ini adalah bahwa
perbuatan etis harus didasarkan pada ajaran kitab suci dan alam.
3. Hybrid
Dalam teori ini terdapat lima teori, meliputi :
a) Personal Libertarianism
Dikembangkan oleh Robert Nozick, dimana perbuatan etikal
diukur bukan dengan keadilan distribusi kekayaan, namun dengan
keadilan atau kesamaan kesempatan bagi semua terhadap pilihan-
pilihan yang ada (diketahui) untuk kemakmuran mereka. Teori ini
percaya bahwa moralitas akan tumbuh subur dari maksimalisasi
kebebasan individu.
b) Ethical Egoism
Dalam teori ini, memaksimalisasi kepentingan individu dilakukan
sesuai dengan keinginan individu yang bersangkutan. Kepentingan
ini bukan harus berupa barang atau kekayaan, bisa juga berupa
ketenaran, keluarga bahagia, pekerjaan yang baik, atau apapun
yang dianggap penting oleh pengambil keputusan.
c) Existentialism
Tokoh yang mengembangkan teori ini adalah Jean-Paul Sartre.
Menurutnya, standar perilaku tidak dapat dirasionalisasikan. Tidak
ada perbuatan yang benar-benar salah ataua benar-benar benar
atau sebaliknya. Setiap orang dapat memilih prinsip etika yang
disukai karena manusia adalah apa yang ia inginkan dirinya
menjadi.
d) Relativism
5
Teori ini berpendapat bahwa etika itu bersifat relatif, jawaban dari
etika itu tergantung dari situasinya. Dasar pemikiran teori ini
adalah bahwa tidak ada kriteria universal untuk menentukan
perbuatan etis. Setiap individu mempunyai kriteria sendiri-sendiri
dan berbeda setiap budaya dan negara.
e) Teori Hak (right)
Nilai dasar yang dianut dalam teori in adalah kebebasan.
Perbuatan etis harus didasarkan pada hak individu terhadap
kebebasan memilih. Setiap individu memiliki hak moral yang
tidak dapat ditawar.
B. Pengertian Bisnis
Kata bisnis berasal dari bahasa Inggris, yaitu business (Plural business).
Mengandung sejumlah arti diantaranya : Commercial activity involving the
exchange of moner for goods or services – Usaha komersial yang menyangkut
soal penukaran uang bagi produsen dan distributor (goods) atau bidang jasa
(services)
Pengertian bisnis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah:
1. Kegiatan dengan mengarahkan tenaga pikiran atau badan untuk mencapai
suatu maksud.
2. Kegiatan di bidang perdagangan/perbisnisan..
Bisnis dapat pula diartikan berdasarkan konteks organisasi atau perusahaan
yaitu : usaha yang dilakukan orgnisasi atau perusahaan dengan menyediakan
produk barang atau jasa dengan tujuan memperoleh nilai lebih (value added).
Karena organisasi (perusahaan ) yang menyediakan produk barang atau jasa tentu
dengan tujuan memperoleh laba selalu memperhitungkan perbedaan penerimaan
bisnis dengan biaya yang dikeuarkan. Maka laba disini merupakan pemicu
(driver) bagi pebisnis untuk memulai dan mengembankan bisnis. Bagaimanapun
juga pebisnis mendapatkan laba dari risiko yang diambil ketika meginvestasikan
sumber daya (modal, skillkeahlian, dan waktu) mereka.
6
Kata bisnis dalam Al-Qur’an biasanya yang digunakan al-tijarah, al-bai’,
tadayantum, dan isytara. Tetapi yang seringkali digunakan yaitu al-tijarah dan
dalam bahasa arab tijaraha, berawal dari kata dasar t-j-r, tajara, tajran wa tijarata,
yang bermakna berdagang atau berniaga. At-tijaratun walmutjar yaitu
perdagangan, perniagaan (menurut kamus al-munawwir).
Dari penjelasan diatas, terlihat bahwa term bisnis dalam Al-Qur’an dari
tijarah pada hakikatnya tidak semata-mata bersifat material dan hanya bertujuan
mencari keuntungan material semata, tetapi bersifat material sekaligus immaterial,
bahkan lebih meliputi dan mengutamakan hal yang bersifat immaterial dan
kualitas.
Aktivitas bisnis tidak hanya dilakukan semata manusia tetapi juga
dilakukan antara manusia dengan Allah swt, bahwa bisnis harus dilakukan dengan
ketelitian dan kecermatan dalam proses administrasi dan perjanjian-perjanjian dan
bisnis tidak boleh dilakukan dengan cara penipuan, dan kebohongan hanya demi
memperoleh keuntungan.
Dalam hal ini, ada dua definisi tentang pengertian bisnis, dari dua sudut
pandang yang berbeda, yaitu menurut mufassir dan ilmu fikih:
1. Menurut Mufassir, Bisnis adalah pengelolaan modal untuk mendapatkan
keuntungan.
2. Menurut Tinjauan Ahli Fikih, Bisnis adalah saling menukarkan harta
dengan harta secara suka sama suka, atau pemindahan hak milik dengan
adanya penggantian.
C. Pengertian Etika Bisnis
Etika Bisnis merupakan salah satu bagian dari prinsip etika yang diterapkan
dalam dunia bisnis (Lozano, 1996). Istilah etika bisnis mengandung pengertian
bahwa etika bisnis merupakan sebuah rentang aplikasi etika yang khusus
mempelajari tindakan yang diambil oleh bisnis dan pelaku bisnis. Menurut David
(1998), etika bisnis adalah aturaan main prinsip dalam organisasi yang menjadi
pedoman membuat keputusan dan tingkah laku. Etika bisnis adalah etika pelaku
7
bisnis. Pelaku bisnis tersebut bisa saja manajer, karyawan, konsumen dan
masyarakat.
Pada dasarnya etika bisnis menyoroti moral perilaku manusia yang
mempunyai profesi di bidang bisnis dan dimiliki secara global oleh perusahaan
secara umum, sedangkan perwujudan dari etika bisnis yang ada pada masing-
masing perusahaan akan terbentuk dan terwujud sesuai dengan kebudayaan
perusahaan yang bersangkutan. Etika bisnis ini akan muncul ketika masing-
masing perusahaan berhubungan dan berinteraksi satu sama lain sebagai sebuah
satuan stakeholder. Tujuan etika bisnis disini adalah menggugah kesadaran moral
para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnis dengan “baik dan bersih”.
(Erni,2011)
Menurut Bartens etika bisnis adalah studi tentang aspek-aspek moral dari
kegiatan ekonomi dan bisnis. Etika bisnis dapat dijalankan pada tiga taraf : taraf
makro, meso dan mikro. Tiga taraf ini berkaitan dengan tiga kemungkinan yang
berbeda untuk menjalankan kegiatan ekonomi dan bisnis. Pada taraf makro, etika
bisnis mempelajari aspek-aspek moral dari sistem ekonomi keseluruhan. Jadi,
disni masalah etika disoroti pada skala besar. Misalnya masalah keadilan :
bagaimana sebaiknya kekayaan di bumi ini dibagi dengan adil ? beberapa contoh
lain adalah : aspek-aspek etis dari kapitalisme; masalah keadilan sosial dalam
suatu masyarakat, terutama berkaitan dengan kaum buruh, masalah utang-utang
negara.
Pada taraf meso (menengah),, etika bisnis menyelidiki masalah-masalah
etis di bidang organisasi. Organisasi disini berarti perusahaan, serikat buruh,
lembaga konsumen, perhimpunan profesi, dan lain-lain.
Pada taraf mikro yang difokuskan ialah individu dalam hubungan dengan
ekonomi atau bisnis. Disini dipelajari tanggung jawab etis dari karyawan dan
majikan, bawahan dan manajer, produsen dan konsumen, pemasok dan investor.
D. Indikator Etika Bisnis
Dari berbagai pandangan tentang etika bisnis, beberapa indikator yang dapat
dipakai untuk menyatakan apakah seseorang dan suatu perusahaan telah
8
melaksanakan etika bisnis dalam kegiatan usahanya antara lain adalah: Indikator
ekonomi; indikator peraturan khusus yang berlaku; indikator hukum; indikator
ajaran agama; indikator budaya dan indikator etik dari masing-masing pelaku
bisnis.
1. Indikator Etika bisnis menurut ekonomi adalah apabila perusahaan atau
pebisnis telah melakukan pengelolaan sumber daya bisnis dan sumber daya
alam secara efisien tanpa merugikan masyarakat lain.
2. Indikator etika bisnis menurut peraturan khusus yang berlaku. Berdasarkan
indikator ini seseorang pelaku bisnis dikatakan beretika dalam bisnisnya
apabila masing-masing pelaku bisnis mematuhi aturan-aturan khusus yang
telah disepakati sebelumnya.
3. Indikator etika bisnis menurut hukum. Berdasarkan indikator hukum
seseorang atau suatu perusahaan dikatakan telah melaksanakan etika bisnis
apabila seseorang pelaku bisnis atau suatu perusahaan telah mematuhi
segala norma hukum yang berlaku dalam menjalankan kegiatan
bisnisnya.
4. Indikator etika berdasarkan ajaran agama. Pelaku bisnis dianggap
beretika bilamana dalam pelaksanaan bisnisnya senantiasa merujuk
kepada nilai- nilai ajaran agama yang dianutnya.
5. Indikator etika berdasarkan nilai budaya. Setiap pelaku bisnis baik secara
individu maupun kelembagaan telah menyelenggarakan bisnisnya dengan
mengakomodasi nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang ada disekitar operasi
suatu perusahaan, daerah dan suatu bangsa.
6. Indikator etika bisnis menurut masing-masing individu adalah apabila
masing-masing pelaku bisnis bertindak jujur dan tidak mengorbankan
integritas pribadinya.
E. Prinsip Etika Dalam Berbisnis
Secara umum, prinsip-prinsip yang dipakai dalam bisnis tidak akan pernah lepas
dari kehidupan keseharian kita. Namun prinsip-prinsip yang berlaku dalam bisnis
sesungguhnya adalah implementasi dari prinsip etika pada umumnya.
9
1. Prinsip Otonomi
Orang bisnis yang otonom sadar sepenuhnya akan apa yang menjadi
kewajibannya dalam dunia bisnis. la akan sadar dengan tidak begitu saja
mengikuti saja norma dan nilai moral yang ada, namun juga melakukan sesuatu
karena tahu dan sadar bahwa hal itu baik, karena semuanya sudah dipikirkan
dan dipertimbangkan secara masak-masak. Dalam kaitan ini salah satu
contohnya perusahaan memiliki kewajiban terhadap para pelanggan,
diantaranya adalah:
a. Memberikan produk dan jasa dengan kualitas yang terbaik dan sesuai
dengan tuntutan mereka;
b. Memperlakukan pelanggan secara adil dalam semua transaksi, termasuk
pelayanan yang tinggi dan memperbaiki ketidakpuasan mereka;
c. Membuat setiap usaha menjamin mengenai kesehatan dan keselamatan
pelanggan, demikian juga kualitas Iingkungan mereka, akan dijaga
kelangsungannyadan ditingkatkan terhadap produk dan jasa perusahaan;
d. Perusahaan harus menghormati martabat manusia dalam menawarkan,
memasarkan dan mengiklankan produk.
Untuk bertindak otonom, diandaikan ada kebebasan untuk mengambil
keputusan dan bertindak berdasarkan keputusan yang menurutnya terbaik.
karena kebebasan adalah unsur hakiki dari prinsip otonomi ini. Dalam etika,
kebebasan adalah prasyarat utama untuk bertindak secara etis, walaupun
kebebasan belum menjamin bahwa seseorang bertindak secara otonom dan etis.
Unsur lainnya dari prinsip otonomi adalah tanggungjawab, karena selain
sadar akan kewajibannya dan bebas dalam mengambil keputusan dan tindakan
berdasarkan apa yang dianggap baik, otonom juga harus bisa
mempertanggungjawabkan keputusan dan tindakannya (di sinilah dimung-
kinkan adanya pertimbangan moral). Kesediaan bertanggungjawab merupakan
ciri khas dari makhluk bermoral, dan tanggungjawab disini adalah tanggung
jawab pada diri kita sendiri dan juga tentunya pada stakeholder.
2. Prinsip Kejujuran
10
Bisnis tidak akan bertahan lama jika tidak ada kejujuran, karena kejujuran
merupakan modal utama untuk memperoleh kepercayaan dari mitra bisnis-nya,
baik berupa kepercayaan komersial, material, maupun moril. Kejujuran
menuntut adanya keterbukaan dan kebenaran. Terdapat tiga lingkup kegiatan
bisnis yang berkaitan dengan kejujuran:
a. Kejujuran relevan dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak.
Pelaku bisnis disini secara a priori saling percaya satu sama lain, bahwa
masing-masing pihak jujur melaksanakan janjinya. Karena jika salah satu
pihak melanggar, maka tidak mungkin lagi pihak yang dicuranginya mau
bekerjasama lagi, dan pihak pengusaha lainnya akan tahu dan tentunya
malas berbisnis dengan pihak yang bertindak curang tersebut.
b. Kejujuran relevan dengan penawaran barang dan jasa dengan mutu dan
harga yang baik. Kepercayaan konsumen adalah prinsip pokok dalam
berbisnis. Karena jika ada konsumen yang merasa tertipu, tentunya hal
tersebut akan rnenyebar yang menyebabkan konsumen tersebut beralih ke
produk lain.
c. Kejujuran relevan dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan
yaitu antara pemberi kerja dan pekerja, dan berkait dengan
kepercayaan. Perusahaan akan hancur jika kejujuran karyawan ataupun
atasannya tidak terjaga.
3. Prinsip Keadilan
Prinsip ini menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan
aturan yang adil dan kriteria yang rasional objektif dan dapat
dipertanggungjawabkan. Keadilan berarti tidak ada pihak yang dirugikan hak
dan kepentingannya. Salah satu teori mengenai keadilan yang dikemukakan
oleh Aristoteles adalah:
a. Keadilan legal. Ini menyangkut hubungan antara individu atau kelompok
masyarakat dengan negara. Semua pihak dijamin untuk mendapat
perlakuan yangsama sesuai dengan hukum yang berlaku. Secara khusus
dalam bidang bisnis, keadilan legal menuntut agar Negara bersikap netral
dalam memperlakukan semua pelaku ekonomi, negara menjamin kegiatan
11
bisnis yang sehat dan baik dengan mengeluarkan aturan dan hukum bisnis
yang berlaku secara sama bagi semua pelaku bisnis.
b. Keadilan komunitatif. Keadilan ini mengatur hubungan yang adil antara
orang yang satu dan yang lain. Keadilan ini menyangkut hubungan vertikal
antara negara dan warga negara, dan hubungan horizontal antar warga
negara. Dalam bisnis keadilan ini berlaku sebagai kejadian tukar, yaitu
menyangkut pertukaran yang fair antara pihak-pihak yang terlibat.
c. Keadilan distributif. Atau disebut juga keadilan ekonomi, yaitu distribusi
ekonomi yang merata atau dianggap adil bagi semua warga negara. Dalam
dunia bisnis keadilan ini berkaitan dengan prinsip perlakuan yang sama
sesuai dengan aturan dan ketentuan dalam perusahaan yang juga adil dan
baik.
4. Prinsip Saling Menguntungkan
Prinsip ini menuntut agar semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan
satu sama lain. Dalam dunia bisnis, prinsip ini menuntut persaingan bisnis
haruslah bisa melahirkan suatu win-win situation.
5. Prinsip Integritas Moral
Prinsip ini menyarankan dalam berbisnis selayaknya dijalankan dengan tetap
menjaga nama baiknya dan nama baik perusahaan.
Dari kelima prinsip yang tentulah dipaparkan di atas, menurut Adam
Smith, prinsip keadilanlah yang merupakan prinsip yang paling penting dalam
berbisnis. Prinsip ini menjadi dasar dan jiwa dari semua aturan bisnis, walaupun
prinsip lainnya juga tidak akan terabaikan. Karena menurut Adam Smith, dalam
prinsip keadilan khususnya keadilan komutatif berupa no harm, bahwa sampai
tingkat tertentu, prinsip ini telah mengandung semua prinsip etika bisnis lainnya.
Karena orang yang jujur tidak akan merugikan orang lain, orang yang mau saling
menguntungkan dengan pibak lain, dan bertanggungjawab untuk tidak merugikan
orang lain tanpa alasan yang diterima dan masuk akal.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
etika adalah ajaran atau ilmu tentang adat kebiasaan yangb erkenaan dengan kebiasaan baik atau buruk, yang diterima umum mengenai sikap, perbuatan, kewajiban dan sebagainya
Dalam sistem etika Barat ini, ada tiga teori etika yang akan dibahas, antara lain Teleologi,Deontologi,Hybrid
Etika Bisnis merupakan salah satu bagian dari prinsip etika yang diterapkan dalam dunia bisnis (Lozano, 1996).
Prinsip Etika Dalam Berbisnis antara lain :
Prinsip Otonomi
Prinsip Kejujuran
Prinsip Keadilan
Prinsip Saling Menguntungkan
Prinsip Integritas Moral
DAFTAR PUSTAKA
http://handyleonardoetikabisnis.blogspot.com/2012/09/pengertian-etika-etika-bisnis-dan.html
http://baddaysp.blogspot.com/2013/10/pengertian-etika-bisnis-indikator-etika.html
http://www.markazinayah.com/prinsip-dan-etika-bisnis-dalam-islam.html
http://staincurup.ac.id/etika-bisnis-dalam-islam/
13