ncj-01!02!2013-fungsi manajemen keperawatan terkait

11
16 Nursing Current Vol. 1 No. 2 Juli 2013 Desember 2013 FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN TERKAIT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI RUMAH SAKIT Grace Solely Houghty 1 ABSTRAK Healthcare Associated Infections dapat diminimalkan dengan program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit. Rumah Sakit x khususnya bidang keperawatan belum memiliki program pencegahan dan pengendalian infeksi yang terstruktur dengan baik. Studi ini bertujuan untuk menggambarkan fungsi manajemen keperawatan terkait dengan pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit.Penelitian menggunakan kuesioner dengan populasi adalah kepala ruang dan perawat pelaksana.Sampel terdiri dari 8 kepala ruang dan 73 perawat pelaksana dengan tehnik purposive sampling.Data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif. Fungsi manajemen: perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan dan pengendalian berdasarkan pendapat kepala ruang masih perlu untuk ditingkatkan sedangkan fungsi pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan dan pengendalian berdasarkan pendapat perawat pelaksana masih perlu untuk ditingkatkan. Pihak manajemen rumah sakit perlu untuk mengembangkan kebijakan, pedoman, struktur organisasi dan Standar Prosedur Operasional, pelatihan, monitoring dan evaluasi terkait dengan pencegahan dan pengendalian infeksi. Kata Kunci: Fungsi Manajemen, Keperawatan, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, Rumah Sakit. ABSTRACT Healthcare Associated Infections (HAIs) can be minimized thorugh the program for prevention and controlling of infection in the hospital.The hospitalof X, particularly in its division of nursing, has not had the well-strutured program for prevention and controllingof infection yet. The aim of this study is to describe the nursing management functions related to the program for prevention and controlling of infection in hospital. A questionnaire was used in this study for the population of the head nurses and staff nurses. The data was collected form the sample which consisted of 8 head nurses and 73 staff nurses using the purposive sampling technique. All datas were analyzed using descriptive statistics. The management functions which are planning, organizing, staffing, directing, and controlling,based on the statement of the head nurses, need to be improved;meanwhile the management functions of organizing,staffing, directing, and controlling, based on the opinion of staff nurses,need to be improved. The hospital management team needs to develop policies, guidelines, organizational structures and Standard Operational Procedures, training, monitoring and evaluation related to the program for prevention and controlling of infection. Keywords: Hospital, ManagementFunctions, Nursing Division, Prevention and Controlling of Infection. 1. Staf Pengajar Fakultas Ilmu Keperawatan dan Ilmu Kesehatan, Universitas Pelita Harapan, Gedung Kedokteran Lantai 4, Lippo Village Karawaci, 15811, Tangerang. E-mail: [email protected]

Upload: ranumnum

Post on 26-Nov-2015

56 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 16 Nursing Current Vol. 1 No. 2 Juli 2013 Desember 2013

    FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN TERKAIT PENCEGAHAN DAN

    PENGENDALIAN INFEKSI DI RUMAH SAKIT

    Grace Solely Houghty 1

    ABSTRAK

    Healthcare Associated Infections dapat diminimalkan dengan program Pencegahan

    dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit. Rumah Sakit x khususnya bidang

    keperawatan belum memiliki program pencegahan dan pengendalian infeksi yang

    terstruktur dengan baik.

    Studi ini bertujuan untuk menggambarkan fungsi manajemen keperawatan terkait

    dengan pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit.Penelitian menggunakan

    kuesioner dengan populasi adalah kepala ruang dan perawat pelaksana.Sampel terdiri

    dari 8 kepala ruang dan 73 perawat pelaksana dengan tehnik purposive sampling.Data

    dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif.

    Fungsi manajemen: perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan dan

    pengendalian berdasarkan pendapat kepala ruang masih perlu untuk ditingkatkan

    sedangkan fungsi pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan dan pengendalian

    berdasarkan pendapat perawat pelaksana masih perlu untuk ditingkatkan. Pihak

    manajemen rumah sakit perlu untuk mengembangkan kebijakan, pedoman, struktur

    organisasi dan Standar Prosedur Operasional, pelatihan, monitoring dan evaluasi

    terkait dengan pencegahan dan pengendalian infeksi.

    Kata Kunci: Fungsi Manajemen, Keperawatan, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi,

    Rumah Sakit.

    ABSTRACT

    Healthcare Associated Infections (HAIs) can be minimized thorugh the program for

    prevention and controlling of infection in the hospital.The hospitalof X, particularly in

    its division of nursing, has not had the well-strutured program for prevention and

    controllingof infection yet.

    The aim of this study is to describe the nursing management functions related to the

    program for prevention and controlling of infection in hospital. A questionnaire was

    used in this study for the population of the head nurses and staff nurses. The data was

    collected form the sample which consisted of 8 head nurses and 73 staff nurses using

    the purposive sampling technique. All datas were analyzed using descriptive statistics.

    The management functions which are planning, organizing, staffing, directing, and

    controlling,based on the statement of the head nurses, need to be improved;meanwhile

    the management functions of organizing,staffing, directing, and controlling, based on

    the opinion of staff nurses,need to be improved. The hospital management team needs to

    develop policies, guidelines, organizational structures and Standard Operational

    Procedures, training, monitoring and evaluation related to the program for prevention

    and controlling of infection.

    Keywords: Hospital, ManagementFunctions, Nursing Division, Prevention and

    Controlling of Infection.

    1. Staf Pengajar Fakultas Ilmu Keperawatan dan Ilmu Kesehatan, Universitas Pelita Harapan, Gedung Kedokteran Lantai 4, Lippo Village

    Karawaci, 15811, Tangerang. E-mail: [email protected]

  • Nursing Current Vol. 1 No. 2 Juli 2013 Desember 2013 17

    PENDAHULUAN

    Masyarakat yang menerima pelayanan

    kesehatan, tenaga kesehatan dan pengunjung

    di rumah sakit dihadapkan pada risiko

    terjadinya infeksi atau infeksi nosocomial

    atau yang sekarang dikenal dengan istilah

    Health Care Associated Infections (HAIs)

    yaitu infeksi yang diperoleh dari rumah

    sakit, baik karena perawatan atau datang

    berkunjung ke rumah sakit (Depkes, 2007).

    Badan Kesehatan Dunia memperkirakan

    bahwa dalam waktu tertentu 1.4 juta

    penduduk dunia akan terkena HAIs (World

    Health Organization World Alliance for

    Patient Safety 2005).

    HAIsmenyebabkan tingginya angka

    kesakitan dan kematian pada pasien di setiap

    rumah sakit dan pencegahan dapat dilakukan

    dengan praktik berdasarkan bukti ilmiah

    (Cardo, 2010).Menurut Ward (2012) bahwa

    HAIs dapat diminimalkan dengan

    mengembangkan standar pencegahan dan

    pengendalian infeksi dan harus dilaksanakan

    untuk semua pasien.

    Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian

    Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) adalah

    kegiatan yang meliputi perencanaan,

    pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan

    pelatihan, serta monitoring dan evaluasi

    (Depkes, 2007).PPIRS sangat penting

    karena menggambarkan mutu pelayanan

    rumah sakit. Salah satu payung dasar hukum

    yang menaungi PPIRS terdapat dalam

    Keputusan Menteri Kesehatan Republik

    Indonesia Nomor 129 Tahun 2008 tentang

    Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit

    dan Peraturan Pemerintah Tentang

    Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Nomor

    1691/Menkes/Per/VIII/2011.Perawat

    memiliki peran didalam pelaksanaan PPIRS

    yaitu memberikan praktik dan promosi hand

    hygiene, menggunakan standard precaution,

    melakukan tehnik aseptik, praktik cleansing

    and disinfection, pengkajian pasien,

    penyuluhan kesehatan, penggunaan alat

    yang aman dan pembuangan sampah limbah

    (Benson & Powers, 2011).

    Visi Rumah Sakit X adalah terwujudnya

    pelayanan medik prima di rumah sakit, salah

    satu cara untuk mencapai visi tersebut

    adalah dengan PPIRS yaitu merupakan

    bagian dari penerapan standar pelayanan

    rumah sakit dan fasilitas pelayanan

    kesehatan lainnya sehingga keberhasilannya

    dapat ditampilkan untuk kelengkapan

    akreditasi rumah sakit.Berdasarkan

    wawancara dengan Kepala Bidang

    keperawatan bahwa Rumah Sakit X belum

    melaksanakan 5 fungsi manajemen

    keperawatan terkait dengan PPIRS secara

    optimal yaitu: perencanaan,

    pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan

    dan pengendalian.Dilihat dari fungsi

    perencanaan bahwa bidang keperawatan

    rumah sakit sudah memiliki misi dan

    falsalfah yang mendukung program PPIRS

    tetapi belum diturunkan ke Standar Prosedur

    Operasional (SPO) karena Komite PPI yang

    ada pada saat itu yang memiliki tanggung

    jawab untuk menyusun SPO PPIRS. Rumah

    Sakit X sudah memiliki Surat Keputusan

    (SK) Komite PPIRS pada tahun 2009 akan

    tetapi pelaksanaannya belum optimal karena

    kurangnya komitmen. SK Komite

    diperbaharui kembali pada tahun 2012.

    Pertanyaan penelitian ini adalah Bagaimana gambaran fungsi manajemen keperawatan

    terkait dengan PPIRS di Rumah Sakit X? Tujuan penelitian ini adalah

    menggambarkan fungsi manajemen

    keperawatan terkait dengan PPIRS di

    Rumah Sakit X.Penelitian ini bermanfaat

    bagi rumah sakit untuk menemukan dan

    menyelesaikan masalah yang bersifat teknis

    operasional dari suatu aspek manajemen

    pelayanan keperawatan tertentu, sehingga

    diharapkan dapat membantu rumah sakit

    atau instansi pelayanan kesehatan untuk

    meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

    secara umum yang akhirnya dapat

    meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

    yang prima sesuai dengan visi rumah sakit.

  • 18 Nursing Current Vol. 1 No. 2 Juli 2013 Desember 2013

    METODE

    Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk

    survey untuk mengambil data dan informasi

    tentang gambaran fungsi manajemen terkait

    dengan PPIRS di Rumah Sakit X. Survey

    data dilakukan dengan self report, yaitu

    responden menjawab pertanyaan yang

    diajukan oleh penulis.Metode pengumpulan

    datanya adalah dengan menyebarkan

    kuesioner dalam bentuk tertulis pada lembar

    kertas.

    Pertimbangan etis penelitian ini adalah

    dengan meminta permohonan ijin tertulis

    kepada Direktur Rumah Sakit Xsebagai

    tempat penelitian. Responden diberikan

    penjelasan terlebih dahulu tentang penelitian

    dan meminta persetujuan. Responden

    memiliki hak untuk mengundurkan diri atau

    tidak menjawab pertanyaan pertanyaan dalam penelitian. Peneliti menjaga

    kerahasiaan identitas responden.

    Variabel dalam penelitian ini adalah fungsi

    manajemen keperawatan terkait dengan

    PPIRS di Rumah Sakit X. Populasi

    penelitian adalah seluruh perawat kepala

    ruang dan perawat pelaksanaRumah Sakit X

    yang bersedia menjadi responden, minimal

    sudah 1 tahun berada di Rumah Sakit X,

    tidak sedang cuti dan tidak mengikuti

    pelatihan yaitu sebanyak 8 kepala ruang dan

    73 perawat pelaksana. Penentuan sampel

    dalam penelitian ini adalah purposive

    sampling.

    Penelitian ini menggunakan kuesioner yang

    telah modifikasi dan dikembangkan dari

    teori fungsi manajemen keperawatan

    (Swansburg, 2002). Kuesioner sudah valid

    dan reliabel. Kuesioner terdiri dari 3 item

    tentang demografi, 4 item tentang fungsi

    perencanaan, 3 item tentang fungsi

    pengorganisasian, 5 item tentang fungsi

    ketenagaan, 4 item tentang pengarahan dan 5

    item tentang fungsi

    pengendalian.Pengumpulan data dilakukan

    di salah satu rumah sakit yang ada di

    Tangerang.Pelaksanaan pengumpulan data

    dilakukan selama 1 bulan, yaitu bulan

    Oktober 2012 dengan menggunakan

    kuesioner yang langsung diberikan kepada

    responden di ruang keperawatan tempat

    bekerja. Hasil studi dianalisa secara

    komputerisasi dan tehnik statistik yang

    digunakan adalah statistik deskriptif.

    HASIL

    Penelitian ini adalah penelitian yang

    menggambarkan fungsi manajemen

    keperawatan terkait dengan PPIRS di

    Rumah Sakit X. Mayoritas rentang umur

    kepala ruang di Rumah Sakit X berada pada

    umur diatas 35 tahun yaitu sebanyak 8 orang

    (100%) danperawat pelaksana berada diatas

    umur 35 tahun yaitu sebanyak 47 perawat

    (64.3%).Mayoritas tingkat pendidikan

    kepala ruangadalah Sarjana yaitu sebanyak 8

    orang (100%) sedangkan mayoritas

    pendidikan perawat pelaksana adalah

    Diploma III sebanyak 79 perawat

    (96%).Persentase jenis kelamin kepala ruang

    adalah samadan mayoritas jenis kelamin

    perawat pelaksana adalah perempuan

    sebanyak 61 perawat (83.56%).

    Tabel 1. Fungsi Manajemen Keperawatan terkait dengan PPIRS berdasarkan

    PendapatPerawat Pelaksana

    Fungsi Manajemen

    Ya Tidak

    n % n %

    Perencanaan

    1. Visi dan misi keperawatan mendukung program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit

    (PPIRS).

    2. Standard precaution merupakan bagian dari rencana

    73

    73

    100

    100

    0

    0

    0

    0

  • Nursing Current Vol. 1 No. 2 Juli 2013 Desember 2013 19

    Fungsi Manajemen

    Ya Tidak

    n % n %

    kegiatan harian.

    3. Bidang Keperawatan memiliki Standar Prosedur Operasional (SPO) Asuhan Keperawatan yang

    mendukung PPIRS.

    4. Fasilitas di ruang keperawatan mendukung program PPIRS

    52

    21

    71.2

    28.8

    21

    52

    28.8

    71.2

    Pengorganisasian

    1. PPIRS ada di dalam struktur organisasi keperawatan. 2. Infection Prevention Control Nurse (IPCN) sudah ada di

    dalam struktur organisasi keperawatan.

    3. Perawat memahami rantai komando IPCN pada struktur organisasi keperawatan.

    5

    3

    2

    6.8

    4.1

    2.7

    68

    70

    71

    93.2

    95.9

    97.3

    Ketenagaan

    1. PPIRS termasuk salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh perawat baru di RSK Sitanala.

    2. PPIRS termasuk di dalam program orientasi perawat baru di RSK Sitanala.

    3. Di setiap unit keperawatan memiliki perawat yang bertanggung jawab untuk PPIRS.

    4. Mengetahui standard precaution terkait dengan PPIRS yang wajib untuk dilakukan.

    5. Melaksanakan standard precaution terkait dengan PPIRS.

    73

    73

    16

    4

    4

    100

    100

    21.9

    5.5

    5.5

    0

    0

    57

    69

    69

    0

    0

    78.1

    94.5

    94.5

    Pengarahan

    1. Perawat diberikan motivasi di dalam pelaksanaan PPIRS. 2. Pendelegasian tugas ada di dalam pelaksanaan program

    PPIRS.

    3. IPCN atau Kepala ruang melakukan supervisi terkait dengan PPIRS.

    4. Mendapatkan pendidikan dan pelatihan terkait dengan PPIRS.

    73

    68

    0

    61

    100

    93.2

    0

    83.6

    0

    5

    73

    12

    0

    6.8

    100

    16.4

    Pengendalian

    1. Bidang keperawatan sudah memiliki format pelaporan terkait dengan PPIRS.

    2. Mengetahui fungsi dari pelaporan PPIRS. 3. Bidang keperawatan/ IPCN melakukan monitoring

    PPIRS di ruang keperawatan.

    4. Bidang keperawatan/IPCN melakukan penelusuran terkait resiko infeksi di ruang keperawatan.

    5. Kepatuhan perawat melakukan program PPIRS sebagai salah satu indikator penilaian kerja.

    0

    0

    41

    0

    42

    0

    0

    56.2

    0

    57.5

    73

    73

    32

    3

    31

    100

    100

    43.8

    100

    42.5

    Tabel 1 menunjukkan bahwa pada fungsi

    pengorganisasian 70 perawat (95.9%)

    menyatakan bahwaInfection Prevention

    Control Nurse (IPCN) belum ada di dalam

    struktur organisasi keperawatan. Fungsi

    ketenagaan 69 perawat (94.5%)

    menyatakanbahwa perawat belum

    mengetahui standard precaution terkait

    dengan PPIRS yang wajib untuk dilakukan

    dan belum melaksanakan standard

    precaution terkait dengan PPIRS.Pada

    fungsi pengarahan 73 perawat (100%)

  • 20 Nursing Current Vol. 1 No. 2 Juli 2013 Desember 2013

    menyatakan bahwa IPCN atau Kepala ruang

    belum melakukan supervisi terkait dengan

    PPIRS. Pada fungsi pengendalian 73

    perawat (100%) menyatakan bahwa bidang

    keperawatan belum memiliki format

    pelaporan terkait dengan PPIRS dan belum

    mengetahui fungsi dari pelaporan PPIRS.

    Tabel 2. Fungsi Manajemen Keperawatan terkait dengan PPIRS berdasarkan

    PendapatKepala Ruang

    Fungsi Manajemen

    Ya Tidak

    n % n %

    Perencanaan

    1. Visi dan misi keperawatan mendukung program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit

    (PPIRS).

    2. Standard precaution merupakan bagian dari rencana kegiatan harian.

    3. Bidang Keperawatan memiliki Standar Prosedur Operasional (SPO) Asuhan Keperawatan yang

    mendukung PPIRS.

    4. Fasilitas di ruang keperawatan mendukung program PPIRS

    8

    8

    8

    0

    100

    100

    100

    0

    0

    0

    0

    8

    0

    0

    0

    100

    Pengorganisasian

    1. PPIRS ada di dalam struktur organisasi keperawatan. 2. Infection Prevention Control Nurse (IPCN) sudah ada di

    dalam struktur organisasi keperawatan.

    3. Perawat memahami rantai komando IPCN pada struktur organisasi keperawatan.

    0

    0

    0

    0

    0

    0

    8

    8

    8

    100

    100

    100

    Ketenagaan

    1. PPIRS termasuk salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh perawat baru di RSK Sitanala.

    2. PPIRS termasuk di dalam program orientasi perawat baru di RSK Sitanala.

    3. Di setiap unit keperawatan memiliki perawat yang bertanggung jawab untuk PPIRS.

    4. Mengetahui standard precaution terkait dengan PPIRS yang wajib untuk dilakukan.

    5. Melaksanakan standard precaution terkait dengan PPIRS.

    8

    8

    7

    8

    7

    100

    100

    87.5

    100

    87.5

    0

    0

    1

    0

    1

    0

    0

    12.

    5

    0

    12.

    5

    Pengarahan

    1. Perawat diberikan motivasi di dalam pelaksanaan PPIRS. 2. Pendelegasian tugas ada di dalam pelaksanaan program

    PPIRS.

    3. IPCN atau Kepala ruang melakukan supervisi terkait dengan PPIRS.

    4. Mendapatkan pendidikan dan pelatihan terkait dengan PPIRS.

    8

    8

    0

    0

    100

    100

    0

    0

    0

    0

    8

    8

    0

    0

    100

    100

    Pengendalian

    1. Bidang keperawatan sudah memiliki format pelaporan terkait dengan PPIRS.

    0

    0

    8

    100

  • Nursing Current Vol. 1 No. 2 Juli 2013 Desember 2013 21

    2. Mengetahui fungsi dari pelaporan PPIRS. 3. Bidang keperawatan/ IPCN melakukan monitoring PPIRS

    di ruang keperawatan.

    4. Bidang keperawatan/IPCN melakukan penelusuran terkait resiko infeksi di ruang keperawatan.

    5. Kepatuhan perawat melakukan program PPIRS sebagai salah satu indikator penilaian kerja.

    0

    0

    0

    8

    0

    0

    0

    100

    8

    8

    8

    0

    100

    100

    100

    0

    Tabel 2 menunjukkan bahwa pada fungsi

    perencanaan 8 kepala ruang

    (100%)menyatakan bahwa fasilitas di ruang

    keperawatan belum mendukung program

    PPIRS. Fungsi pengorganisasian 8 kepala

    ruang (100%) menyatakan bahwaPPIRS

    belum ada di dalam struktur organisasi

    keperawatan, IPCN belum ada di dalam

    struktur organisasi keperawatan dan perawat

    belum memahami rantai komando IPCN

    pada struktur organisasi keperawatan.Fungsi

    pengarahan 8 kepada ruang (100%)

    menyatakan bahwa IPCN atau Kepala ruang

    belum melakukan supervisi terkait dengan

    PPIRS dan belum mendapatkan pendidikan

    dan pelatihan terkait dengan PPIRS.Fungsi

    pengendalian 8 kepala ruang (100%)

    menyatakan bahwa bidang keperawatan

    belum memiliki format pelaporan terkait

    dengan PPIRS, belum mengetahui fungsi

    dari pelaporan PPIRS, bidang keperawatan/

    IPCN belum melakukan monitoring PPIRS

    di ruang keperawatan, dan bidang

    keperawatan/IPCN belum melakukan

    penelusuran terkait resiko infeksi di ruang

    keperawatan.

    PEMBAHASAN

    Fungsi perencanaan merupakan langkah

    awal daripada fungsi manajemen yang lain.

    Perencanaan adalah analisis mendalam dari

    kekuatan, kelemahan, peluang dan

    kesempatan organisasi untuk mencapai

    tujuan organisasi termasuk meramalkan,

    menetapkan visi, misi, nilai, filosofi, tujuan

    dan sasaran, menetapkan strategi, dan

    mengembangkan kebijakan dan prosedur

    (Tomey, 2004). Yoder-Wise (2011)

    menyatakan bahwa pemimpin atau manajer

    benar benar harus memiliki keterampilan

    dalam menentukan, mengimplementasikan,

    mendokumentasikan dan mengevaluasi

    semua jenis perencanaan dalam hirarkinya.

    Pemimpin harus menunjukkan gaya

    manajemen proaktif, bukan reaktif kepada

    bawahan, oleh sebab itu manajemen rumah

    sakit perlu untuk menyusun pedoman PPIRS

    di Rumah Sakit X. Pedoman PPIRS di

    Rumah Sakit X berisi tentang latar belakang,

    tujuan, kebijakan pelayanan PPIRS, konsep

    dasar penyakit infeksi dan menular,

    pelaksanaan PPIRS, petunjuk PPIRS untuk

    pengunjung dan surveillans infeksi di rumah

    sakit. Pedoman PPIRS di susun oleh komite

    PPIRS yang kemudian akan dilakukan

    pengesahan oleh Direktur Rumah Sakit.

    Pedoman dapat digunakan sebagai acuan

    kerja oleh seluruh unit yang ada di rumah

    sakit, pasien dan pengunjung (Depkes,

    2011).

    Rumah Sakit X sedang membenahi diri

    untuk mengembangkan SPO yang sesuai

    dengan standar yang dikeluarkan oleh

    Depkes yang memiliki tujuan untuk

    meningkatkan efisiensi kerja sehingga mutu

    pelayanan akan meningkat. Bidang

    keperawatan memiliki program untuk

    mengadakan pelatihan terkait dengan

    penyusunan SPO yang akan dilaksanakan

    dalam waktu dekat. SPO PPIRS yang wajib

    dimiliki oleh Rumah Sakit X harus

    terintegrasi dengan 10 pilar dari PPIRS. 10

    pilar PPIRS yaitu kebersihan tangan, alat

    pelindung diri, pemrosesan peralatan pasien

    dan penatalaksanaan linen, pengelolaan

    limbah, pengendalian lingkungan rumah

    sakit, kesehatan karyawan/perlindungan

    petugas kesehatan, penempatan pasien,

    hygiene respirasi/etika batuk, praktek

  • 22 Nursing Current Vol. 1 No. 2 Juli 2013 Desember 2013

    menyuntik yang aman dan praktek untuk

    lumbal punksi (Depkes, 2007).

    SPO PPIRS yang saat ini dikembangkan

    oleh Komite PPIRS sudah mengikuti standar

    Depkes. SPO PPIRS yang telah disusun dan

    disahkan oleh Direktur Rumah Sakit Xakan

    disosialisasikan ke setiap unit. SPO yang

    sudah dilakukan sosialisasi adalah SPO

    mencuci tangan dengan sabun cair dan

    alkohol rub. Sosialisasi dilakukan di tujuh

    ruang perawatan. CDC (2010) menyatakan

    bahwa praktik hand hygiene adalah cara

    yang paling efektif untuk mengurangi

    transmisi patogen di institusi pelayanan

    kesehatan. Penelitian yang dilakukan

    Provincial Infectious Diseases Advisory

    Committee (2009) membuktikan bahwa

    hand hygiene dapat menurunkan jumlah

    kuman di tangan hingga 58%.

    Para manajer pimpinan di Rumah Sakit X

    sudah mengadaptasikan tata cara

    penyusunan SPO sesuai dengan Komisi

    Akreditasi Rumah Sakit (KARS). SPO yang

    dikembangkan dan disusun oleh komite

    PPIRSRumah Sakit X dan unit terkait telah

    mengikuti kaidah yang dikeluarkan oleh

    KARS.Pihak Manajemen juga sadar untuk

    selalu melakukan perbaikan.

    Fasilitaas PPIRS belum memadai sehingga

    perlu dimasukkan ke dalam rencana strategis

    tahunan bidang keperawatan sehingga

    fasilitas PPIRS dapat diperlengkapi.Usulan

    pengadaan fasilitas terus dilakukan oleh

    pihak manajemen. Contoh: Alat Pelindung

    Diri (APD) yang belum ada disetiap masing

    masing ruangan, poster tentang cara melakukan hand hygiene dan lainnya.

    Fungsi Pengorganisasian

    Fungsi pengorganisasian adalah aktivitas

    yang dilakukan untuk mencapai tujuan,

    penugasan dari setiap staf, otoritas dari

    manajer untuk melakukan pengawasan,

    berkoordinasi dengan departemen lain baik

    secara vertikal maupun horizontal

    (Swansburg, 2002).Struktur organisasi

    PPIRS disusun agar dapat mencapai visi,

    misi dan tujuan dari penyelenggaraan

    PPIRS.PPIRS dibentuk berdasarkan kaidah

    organisasi yang miskin struktur dan kaya

    fungsi dan dapat menyelenggarakan tugas,

    wewenang dan tanggung jawab secara

    efektif dan efisien (Depkes, 2011).

    Rumah Sakit X belum memasukkan PPIRS

    kedalam struktur organisasi. SK Komite

    pencegahan dan pengendalian di rumah sakit

    baru saja dibentuk pada tahun 2012. Komite

    PPIRS menyadari akan perlunya struktur

    organisasi terkait dengan PPIRS. Struktur

    organisasi merupakan salah satu faktor

    pendukung yang sangat penting untuk

    mendapatkan dukungan dan komitmen dari

    pimpinan rumah sakit dan seluruh petugas.

    Struktur organisasi menjabarkan dengan

    jelas tugas, wewenang dan tanggung jawab

    setiap orang yang terlibat di dalam PPIRS

    sehingga seluruh sumber daya yang ada di

    rumah sakit akan melakukan program PPIRS

    secara efektif dan efisien. Komite telah

    melakukan diskusi dan pembahasan

    mengenai struktur tersebut dan menganalisis

    apakah struktur tersebut dapat diadaptasikan

    di Rumah Sakit X karena struktur organisasi

    yang ada di Rumah Sakit Xmengacu pada

    struktur organisasi yang dikeluarkan oleh

    Depkes.

    Fungsi Ketenagaan

    Fungsi ketenagaan dalam manajemen juga

    disebut manajemen personalia atau

    manajemen sumber daya manusia. Aktivitas

    yang dilakukan pada fungsi ketenagaan

    seperti merekrut, mewawancara, menguji,

    memilih, memberikan orientasi, dan

    mengembangkan individu untuk mencapai

    tujuan organisasi (Marquis & Huston, 2010).

    Proses perekrutan karyawan dilakukan di

    pusat yang kemudian didistribusikan kepada

    masing masing rumah sakit yang berada di bawah Depkes. Pihak manajemen

    keperawatan dan manajemen pendidikan dan

    pelatihan akan bekerjasama untuk menjadi

  • Nursing Current Vol. 1 No. 2 Juli 2013 Desember 2013 23

    motor penggerak didalam mengembangkan

    kompetensi perawat terkait dengan standard

    precaution.

    Hal ini didukung oleh pernyataan dari

    Sitorus & Panjaitan (2011) manajer yang

    efektif berpandangan bahwa staf merupakan

    aset yang berharga/mahal bagi organisasi

    oleh karena itu perlu

    dikembangkan.Kompetensi yang dimiliki

    oleh perawat akan menjamin mutu kualitas

    pelayanan yang diberikan. Pelatihan

    kompetensistandard precaution sudah

    pernah dilakukan tetapi tidak dilakukan

    secara berkesinambungan. Hasil dari

    kompetensi juga perlu untuk dilakukan

    analisis dan didokumentasikan. Salah satu

    kompetensi dasar yang harus diketahui dan

    dilaksanakan perawat adalah tentang

    kebersihan tangan. Kebersihan tangan

    merupakan faktor penting untuk

    meningkatkan keselamatan pasien di rumah

    sakit. Mikroorganisme berpindah dari satu

    tangan ke tangan yang lain pada saat tenaga

    kesehatan atau pengunjung menyentuh

    pasien (Mathai, Allegranzi, Kilpatrick &

    Patrick, 2010).

    Bidang Keperawatan Rumah Sakit X belum

    memiliki Sumber Daya Manusia (SDM)

    yang bekerja purna waktu di PPIRS seperti

    IPCN dimana SDM tersebut diberi

    pembekalan seperti pendidikan, pelatihan,

    pengalaman dan sertifikasi (lisensi). Rumah

    Sakit X sedang dalam proses

    mempersiapkan Surat Keputusan (SK)

    IPCN.

    Fungsi Pengarahan

    Fungsi pengarahan adalah tindakan untuk

    mengusahakan agar semua anggota

    organisasi melakukan kegiatan yang sudah

    ditentukan untuk mencapai tujuan

    organisasi. Kegiatan pengarahan ini banyak

    menyangkut masalah pemberian motivasi

    kepada para anggota organisasi, supervisi

    (bimbingan dan arahan), kepemimpinan, dan

    komunikasi (Marquis & Huston, 2010).

    Fungsi manajemen yang terkait dengan

    bimbingan merupakan bagian fungsi

    pengarahan. Rencana tindak lanjut

    diperlukan untuk melakukan bimbingan dan

    arahan terkait dengan pelaksanaan SPO PPI.

    Keberhasilan strategi motivasi yang

    dilakukan dapat dilihat dari peningkatan

    kepatuhan perawat di dalam melakukan

    standard precaution. Pelatihan atau

    pendidikan PPIRS adalah faktor penting

    yang dilakukan oleh pihak manajemen

    terkait dengan fungsi pengarahan.

    Pendidikan adalah elemen strategi yang vital

    yang mengintegrasikan seluruh komponen

    strategi. Robbins (2003) mengatakan bahwa

    pelatihan hendaknya menawarkan model

    untuk merebut perhatian mereka yang

    dilatih; memberikan sifat sifat motivasional; membantu mereka yang

    dilatih untuk mengingat apa yang telah

    dipelajari.

    Pihak Manajemen Rumah Sakit X sudah

    mengembangkan model pelatihan akan

    tetapi pelaksanaanya belum dilakukan secara

    berkesinambungan. Pelatihan PPIRS sudah

    pernah dilakukan baik eksternal maupun

    internal untuk setiap staf yang ada pada

    tahun 2010 akan tetapi penerapannya belum

    optimal karena tidak adanya supervisi yang

    dilakukan oleh Tim PPIRS.

    Fungsi Pengendalian

    Fungsi pengendalian merupakan aktivitas

    untuk menemukan adanya perbedaan antara

    hasil yang telah dicapai dengan rencana

    kerja yang telah ditetapkan.(Yoder-Wise,

    2011).Fungsi manajemen terkait dengan

    pengendalian PPIRS adalah melakukan

    surveilans. Surveilans infeksi rumah sakit

    adalah suatu proses yang dinamis,

    sistematis, terus-menerus, dalam

    pengumpulan, identifikasi, analisis dan

    interpretasi dari data kesehatan yang penting

    pada suatu populasi spesifik yang

    didesiminasikan secara berkala kepada

    pihak-pihak yang memerlukan untuk

  • 24 Nursing Current Vol. 1 No. 2 Juli 2013 Desember 2013

    digunakan dalam perencanaan, penerapan

    dan evaluasi suatu tindakan yang

    berhubungan dengan kesehatan (Depkes,

    2011). Surveilans perlu dilakukan khususnya

    pada HAIs.Surveilans merupakan salah satu

    cara di dalam mendukung keselamatan

    pasien karena eselamatan pasien merupakan

    prinsip dasar pada pelayanan kesehatan.

    Rumah Sakit X belum memiliki data

    surveilans.Pengumpulan data infeksi

    sebelumnya pernah dilakukan pada tahun

    2010 tetapi tidak dilakukan secara

    berkesinambungan dikarenakan kurang

    jelasnya tugas dan tanggung jawab siapa

    yang bertanggung jawab untuk

    melaksanakan hal tersebut.

    KESIMPULAN

    Fungsi manajemen keperawatan terkait

    dengan PPIRS di Rumah Sakit X perlu

    untuk dikembangkan.Mayoritas perawat

    pelaksana menyatakan bahwa IPCN

    belumada di dalam struktur organisasi

    keperawatan, belum mengetahui standard

    precaution terkait dengan PPIRS yang wajib

    untuk dilakukan dan belummelaksanakan

    standard precaution terkait dengan PPIRS,

    IPCN atau Kepala Ruang belum melakukan

    supervisi terkait dengan PPIRS, dan bidang

    keperawatan belum memiliki format

    pelaporan terkait dengan PPIRS dan tidak

    mengetahui fungsi dari pelaporan PPIRS.

    Mayoritas kepala ruang menyatakan bahwa

    fasilitas di ruang keperawatan belum

    mendukung program PPIRS.PPIRS belum

    ada di dalam struktur organisasi

    keperawatan, IPCN belumada di dalam

    struktur organisasi keperawatan, perawat

    belum memahami rantai komando IPCN

    pada struktur organisasi keperawatan, IPCN

    atau Kepala ruang belum melakukan

    supervisi terkait dengan PPIRS, belum

    mendapatkan pendidikan dan pelatihan

    terkait dengan PPIRS, bidang keperawatan

    belum memiliki format pelaporan terkait

    dengan PPIRS, belum mengetahui fungsi

    dari pelaporan PPIRS, bidang

    keperawatan/IPCN belum melakukan

    monitoring PPIRS di ruang keperawatan,

    dan bidang keperawatan/IPCN belum

    melakukan penelusuran terkait resiko infeksi

    di ruang keperawatan.

    Masalah ini perlu untuk sangat diperhatikan

    pihak Manajemen Rumah Sakit. Pihak

    Manajamen harus mendukung program

    PPIRS dengan memberikan sistem

    dukungan yang nyata. Contohnya:

    penyediaan fasilitas PPIRS, motivasi berupa

    penghargaan bagi setiap staf yang

    mensukseskan PPIRS. Komitmen yang

    tinggi dari komite PPIRS untuk

    melaksanakan tugas dan tanggung jawab.

    Salah satu tugas dan tanggung jawabnya

    adalah menyusun kebijakan, pedoman dan

    SPO PPIRS. Komite PPIRS bekerjasama

    dengan unit unit terkait mengadakan pelatihan PPIRS secara berkesinambungan

    dan melakukan evaluasi dari hasil pelatihan

    tersebut. Komite PPIRS mengusulkan

    kepada Pimpinan Rumah Sakit untuk

    menunjuk IPCN purna waktu sehingga

    pelaksanaan dan monitoring PPIRS dapat

    dilaksanakan dengan baik. Hasil laporan

    dapat menjadi indikator maju atau tidaknya

    program PPIRS di Rumah Sakit X.

    Penelitian selanjutnya diharapkan dapat

    melakukan penelitian tentangprogram

    PPIRS untuk menurunkan angka HAIs di

    rumah sakit dan faktor faktor yang memengaruhi kepatuhan perawat di dalam

    melakukan PPIRS.

  • Nursing Current Vol. 1 No. 2 Juli 2013 Desember 2013 25

    DAFTAR PUSTAKA

    Benson, S., & Powers, J. (2011).Your role in infection prevention: Nursing made incredible

    easy. United States of America: Lippincott Williams & Wilkins.

    Cardo, D., Dennehy, PH., Halverson, P., Fishman N., Kohn, M., Murphy, C.L., et al.

    (2010).HAI elimination White Paper Writing Group.Moving toward eliminatin of

    healthcare-associated infections: a call to action.Infection Control Hosp

    Epidemiology, 31:1101-5.

    CDC (2010). Hand hygiene infection control. http://www.cdc.gov/handhygiene/.

    Departemen Kesehatan RI. (2011). Pedoman Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian

    Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya. Jakarta: Depkes.

    Departemen Kesehatan RI. (2007). Pedoman Manajerial pencegahan dan pengendalian

    infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Jakarta: Depkes.

    Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129 Tahun 2008.Standar

    pelayanan minimal rumah sakit.

    Marquis, B.L & Huston, C.J (2010).Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan: Teori &

    Aplikasi. (Widyawati, Penerjemah) 4th ed. Philadelphia. Lippincott.

    Mathai, E. E., Allegranzi, B. B., Kilpatrick, C. C., & Pittet, D. D. (2010). Prevention and

    control of health care-associated infections through improved hand hygiene.Indian

    Journal Of Medical Microbiology, 28(2), 100-106. doi:10.4103/0255-0857.62483

    Provincial Infectious Diseases Advisory Committee.(2009). Best practices for hand hygiene

    in all health care settings. Ontario: Ministry of Health and Long-Term Care

    Published.

    Robbins, S., P. (2006).Perilaku Organisasi. (Benyamin Molan, Penerjemah). Jakarta:

    Gramedia.Sitorus, R., & Panjaitan R. (2011). Manajemen keperawatan: Manajemen

    keperawatan di ruang rawat. Jakarta: Sagung Seto.

    Swansburg, R., C. (2002). Management and leadership for nurse manager. United States of

    America: Jones and Bartlett.

    Tomey, A., M. (2004).Guide to nursing management and leadership. Philadelphia: Mosby

    Elsevier.

    Ward, D. (2012). Attitudes towards the Infection Prevention and Control Nurse: an interview

    study. Journal Of Nursing Management, 20(5), 648-658. doi:10.1111/j.1365-

    2834.2012.01354.x

  • 26 Nursing Current Vol. 1 No. 2 Juli 2013 Desember 2013

    World Health Organization World Alliance for Patient Safety.(2005).Global patient safety

    challenge 20052006: Clean care is safer care. World Health Organization, Geneva.

    Yoder-Wise, S., P. (2011) Leading and managing in nursing.Fifth Edition. USA: Mosby Inc.