ncj-01!02!2013-fungsi manajemen keperawatan terkait
TRANSCRIPT
-
16 Nursing Current Vol. 1 No. 2 Juli 2013 Desember 2013
FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN TERKAIT PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI DI RUMAH SAKIT
Grace Solely Houghty 1
ABSTRAK
Healthcare Associated Infections dapat diminimalkan dengan program Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit. Rumah Sakit x khususnya bidang
keperawatan belum memiliki program pencegahan dan pengendalian infeksi yang
terstruktur dengan baik.
Studi ini bertujuan untuk menggambarkan fungsi manajemen keperawatan terkait
dengan pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit.Penelitian menggunakan
kuesioner dengan populasi adalah kepala ruang dan perawat pelaksana.Sampel terdiri
dari 8 kepala ruang dan 73 perawat pelaksana dengan tehnik purposive sampling.Data
dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif.
Fungsi manajemen: perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan dan
pengendalian berdasarkan pendapat kepala ruang masih perlu untuk ditingkatkan
sedangkan fungsi pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan dan pengendalian
berdasarkan pendapat perawat pelaksana masih perlu untuk ditingkatkan. Pihak
manajemen rumah sakit perlu untuk mengembangkan kebijakan, pedoman, struktur
organisasi dan Standar Prosedur Operasional, pelatihan, monitoring dan evaluasi
terkait dengan pencegahan dan pengendalian infeksi.
Kata Kunci: Fungsi Manajemen, Keperawatan, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi,
Rumah Sakit.
ABSTRACT
Healthcare Associated Infections (HAIs) can be minimized thorugh the program for
prevention and controlling of infection in the hospital.The hospitalof X, particularly in
its division of nursing, has not had the well-strutured program for prevention and
controllingof infection yet.
The aim of this study is to describe the nursing management functions related to the
program for prevention and controlling of infection in hospital. A questionnaire was
used in this study for the population of the head nurses and staff nurses. The data was
collected form the sample which consisted of 8 head nurses and 73 staff nurses using
the purposive sampling technique. All datas were analyzed using descriptive statistics.
The management functions which are planning, organizing, staffing, directing, and
controlling,based on the statement of the head nurses, need to be improved;meanwhile
the management functions of organizing,staffing, directing, and controlling, based on
the opinion of staff nurses,need to be improved. The hospital management team needs to
develop policies, guidelines, organizational structures and Standard Operational
Procedures, training, monitoring and evaluation related to the program for prevention
and controlling of infection.
Keywords: Hospital, ManagementFunctions, Nursing Division, Prevention and
Controlling of Infection.
1. Staf Pengajar Fakultas Ilmu Keperawatan dan Ilmu Kesehatan, Universitas Pelita Harapan, Gedung Kedokteran Lantai 4, Lippo Village
Karawaci, 15811, Tangerang. E-mail: [email protected]
-
Nursing Current Vol. 1 No. 2 Juli 2013 Desember 2013 17
PENDAHULUAN
Masyarakat yang menerima pelayanan
kesehatan, tenaga kesehatan dan pengunjung
di rumah sakit dihadapkan pada risiko
terjadinya infeksi atau infeksi nosocomial
atau yang sekarang dikenal dengan istilah
Health Care Associated Infections (HAIs)
yaitu infeksi yang diperoleh dari rumah
sakit, baik karena perawatan atau datang
berkunjung ke rumah sakit (Depkes, 2007).
Badan Kesehatan Dunia memperkirakan
bahwa dalam waktu tertentu 1.4 juta
penduduk dunia akan terkena HAIs (World
Health Organization World Alliance for
Patient Safety 2005).
HAIsmenyebabkan tingginya angka
kesakitan dan kematian pada pasien di setiap
rumah sakit dan pencegahan dapat dilakukan
dengan praktik berdasarkan bukti ilmiah
(Cardo, 2010).Menurut Ward (2012) bahwa
HAIs dapat diminimalkan dengan
mengembangkan standar pencegahan dan
pengendalian infeksi dan harus dilaksanakan
untuk semua pasien.
Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) adalah
kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan
pelatihan, serta monitoring dan evaluasi
(Depkes, 2007).PPIRS sangat penting
karena menggambarkan mutu pelayanan
rumah sakit. Salah satu payung dasar hukum
yang menaungi PPIRS terdapat dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 129 Tahun 2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
dan Peraturan Pemerintah Tentang
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011.Perawat
memiliki peran didalam pelaksanaan PPIRS
yaitu memberikan praktik dan promosi hand
hygiene, menggunakan standard precaution,
melakukan tehnik aseptik, praktik cleansing
and disinfection, pengkajian pasien,
penyuluhan kesehatan, penggunaan alat
yang aman dan pembuangan sampah limbah
(Benson & Powers, 2011).
Visi Rumah Sakit X adalah terwujudnya
pelayanan medik prima di rumah sakit, salah
satu cara untuk mencapai visi tersebut
adalah dengan PPIRS yaitu merupakan
bagian dari penerapan standar pelayanan
rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya sehingga keberhasilannya
dapat ditampilkan untuk kelengkapan
akreditasi rumah sakit.Berdasarkan
wawancara dengan Kepala Bidang
keperawatan bahwa Rumah Sakit X belum
melaksanakan 5 fungsi manajemen
keperawatan terkait dengan PPIRS secara
optimal yaitu: perencanaan,
pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan
dan pengendalian.Dilihat dari fungsi
perencanaan bahwa bidang keperawatan
rumah sakit sudah memiliki misi dan
falsalfah yang mendukung program PPIRS
tetapi belum diturunkan ke Standar Prosedur
Operasional (SPO) karena Komite PPI yang
ada pada saat itu yang memiliki tanggung
jawab untuk menyusun SPO PPIRS. Rumah
Sakit X sudah memiliki Surat Keputusan
(SK) Komite PPIRS pada tahun 2009 akan
tetapi pelaksanaannya belum optimal karena
kurangnya komitmen. SK Komite
diperbaharui kembali pada tahun 2012.
Pertanyaan penelitian ini adalah Bagaimana gambaran fungsi manajemen keperawatan
terkait dengan PPIRS di Rumah Sakit X? Tujuan penelitian ini adalah
menggambarkan fungsi manajemen
keperawatan terkait dengan PPIRS di
Rumah Sakit X.Penelitian ini bermanfaat
bagi rumah sakit untuk menemukan dan
menyelesaikan masalah yang bersifat teknis
operasional dari suatu aspek manajemen
pelayanan keperawatan tertentu, sehingga
diharapkan dapat membantu rumah sakit
atau instansi pelayanan kesehatan untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
secara umum yang akhirnya dapat
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
yang prima sesuai dengan visi rumah sakit.
-
18 Nursing Current Vol. 1 No. 2 Juli 2013 Desember 2013
METODE
Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk
survey untuk mengambil data dan informasi
tentang gambaran fungsi manajemen terkait
dengan PPIRS di Rumah Sakit X. Survey
data dilakukan dengan self report, yaitu
responden menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh penulis.Metode pengumpulan
datanya adalah dengan menyebarkan
kuesioner dalam bentuk tertulis pada lembar
kertas.
Pertimbangan etis penelitian ini adalah
dengan meminta permohonan ijin tertulis
kepada Direktur Rumah Sakit Xsebagai
tempat penelitian. Responden diberikan
penjelasan terlebih dahulu tentang penelitian
dan meminta persetujuan. Responden
memiliki hak untuk mengundurkan diri atau
tidak menjawab pertanyaan pertanyaan dalam penelitian. Peneliti menjaga
kerahasiaan identitas responden.
Variabel dalam penelitian ini adalah fungsi
manajemen keperawatan terkait dengan
PPIRS di Rumah Sakit X. Populasi
penelitian adalah seluruh perawat kepala
ruang dan perawat pelaksanaRumah Sakit X
yang bersedia menjadi responden, minimal
sudah 1 tahun berada di Rumah Sakit X,
tidak sedang cuti dan tidak mengikuti
pelatihan yaitu sebanyak 8 kepala ruang dan
73 perawat pelaksana. Penentuan sampel
dalam penelitian ini adalah purposive
sampling.
Penelitian ini menggunakan kuesioner yang
telah modifikasi dan dikembangkan dari
teori fungsi manajemen keperawatan
(Swansburg, 2002). Kuesioner sudah valid
dan reliabel. Kuesioner terdiri dari 3 item
tentang demografi, 4 item tentang fungsi
perencanaan, 3 item tentang fungsi
pengorganisasian, 5 item tentang fungsi
ketenagaan, 4 item tentang pengarahan dan 5
item tentang fungsi
pengendalian.Pengumpulan data dilakukan
di salah satu rumah sakit yang ada di
Tangerang.Pelaksanaan pengumpulan data
dilakukan selama 1 bulan, yaitu bulan
Oktober 2012 dengan menggunakan
kuesioner yang langsung diberikan kepada
responden di ruang keperawatan tempat
bekerja. Hasil studi dianalisa secara
komputerisasi dan tehnik statistik yang
digunakan adalah statistik deskriptif.
HASIL
Penelitian ini adalah penelitian yang
menggambarkan fungsi manajemen
keperawatan terkait dengan PPIRS di
Rumah Sakit X. Mayoritas rentang umur
kepala ruang di Rumah Sakit X berada pada
umur diatas 35 tahun yaitu sebanyak 8 orang
(100%) danperawat pelaksana berada diatas
umur 35 tahun yaitu sebanyak 47 perawat
(64.3%).Mayoritas tingkat pendidikan
kepala ruangadalah Sarjana yaitu sebanyak 8
orang (100%) sedangkan mayoritas
pendidikan perawat pelaksana adalah
Diploma III sebanyak 79 perawat
(96%).Persentase jenis kelamin kepala ruang
adalah samadan mayoritas jenis kelamin
perawat pelaksana adalah perempuan
sebanyak 61 perawat (83.56%).
Tabel 1. Fungsi Manajemen Keperawatan terkait dengan PPIRS berdasarkan
PendapatPerawat Pelaksana
Fungsi Manajemen
Ya Tidak
n % n %
Perencanaan
1. Visi dan misi keperawatan mendukung program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
(PPIRS).
2. Standard precaution merupakan bagian dari rencana
73
73
100
100
0
0
0
0
-
Nursing Current Vol. 1 No. 2 Juli 2013 Desember 2013 19
Fungsi Manajemen
Ya Tidak
n % n %
kegiatan harian.
3. Bidang Keperawatan memiliki Standar Prosedur Operasional (SPO) Asuhan Keperawatan yang
mendukung PPIRS.
4. Fasilitas di ruang keperawatan mendukung program PPIRS
52
21
71.2
28.8
21
52
28.8
71.2
Pengorganisasian
1. PPIRS ada di dalam struktur organisasi keperawatan. 2. Infection Prevention Control Nurse (IPCN) sudah ada di
dalam struktur organisasi keperawatan.
3. Perawat memahami rantai komando IPCN pada struktur organisasi keperawatan.
5
3
2
6.8
4.1
2.7
68
70
71
93.2
95.9
97.3
Ketenagaan
1. PPIRS termasuk salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh perawat baru di RSK Sitanala.
2. PPIRS termasuk di dalam program orientasi perawat baru di RSK Sitanala.
3. Di setiap unit keperawatan memiliki perawat yang bertanggung jawab untuk PPIRS.
4. Mengetahui standard precaution terkait dengan PPIRS yang wajib untuk dilakukan.
5. Melaksanakan standard precaution terkait dengan PPIRS.
73
73
16
4
4
100
100
21.9
5.5
5.5
0
0
57
69
69
0
0
78.1
94.5
94.5
Pengarahan
1. Perawat diberikan motivasi di dalam pelaksanaan PPIRS. 2. Pendelegasian tugas ada di dalam pelaksanaan program
PPIRS.
3. IPCN atau Kepala ruang melakukan supervisi terkait dengan PPIRS.
4. Mendapatkan pendidikan dan pelatihan terkait dengan PPIRS.
73
68
0
61
100
93.2
0
83.6
0
5
73
12
0
6.8
100
16.4
Pengendalian
1. Bidang keperawatan sudah memiliki format pelaporan terkait dengan PPIRS.
2. Mengetahui fungsi dari pelaporan PPIRS. 3. Bidang keperawatan/ IPCN melakukan monitoring
PPIRS di ruang keperawatan.
4. Bidang keperawatan/IPCN melakukan penelusuran terkait resiko infeksi di ruang keperawatan.
5. Kepatuhan perawat melakukan program PPIRS sebagai salah satu indikator penilaian kerja.
0
0
41
0
42
0
0
56.2
0
57.5
73
73
32
3
31
100
100
43.8
100
42.5
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada fungsi
pengorganisasian 70 perawat (95.9%)
menyatakan bahwaInfection Prevention
Control Nurse (IPCN) belum ada di dalam
struktur organisasi keperawatan. Fungsi
ketenagaan 69 perawat (94.5%)
menyatakanbahwa perawat belum
mengetahui standard precaution terkait
dengan PPIRS yang wajib untuk dilakukan
dan belum melaksanakan standard
precaution terkait dengan PPIRS.Pada
fungsi pengarahan 73 perawat (100%)
-
20 Nursing Current Vol. 1 No. 2 Juli 2013 Desember 2013
menyatakan bahwa IPCN atau Kepala ruang
belum melakukan supervisi terkait dengan
PPIRS. Pada fungsi pengendalian 73
perawat (100%) menyatakan bahwa bidang
keperawatan belum memiliki format
pelaporan terkait dengan PPIRS dan belum
mengetahui fungsi dari pelaporan PPIRS.
Tabel 2. Fungsi Manajemen Keperawatan terkait dengan PPIRS berdasarkan
PendapatKepala Ruang
Fungsi Manajemen
Ya Tidak
n % n %
Perencanaan
1. Visi dan misi keperawatan mendukung program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
(PPIRS).
2. Standard precaution merupakan bagian dari rencana kegiatan harian.
3. Bidang Keperawatan memiliki Standar Prosedur Operasional (SPO) Asuhan Keperawatan yang
mendukung PPIRS.
4. Fasilitas di ruang keperawatan mendukung program PPIRS
8
8
8
0
100
100
100
0
0
0
0
8
0
0
0
100
Pengorganisasian
1. PPIRS ada di dalam struktur organisasi keperawatan. 2. Infection Prevention Control Nurse (IPCN) sudah ada di
dalam struktur organisasi keperawatan.
3. Perawat memahami rantai komando IPCN pada struktur organisasi keperawatan.
0
0
0
0
0
0
8
8
8
100
100
100
Ketenagaan
1. PPIRS termasuk salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh perawat baru di RSK Sitanala.
2. PPIRS termasuk di dalam program orientasi perawat baru di RSK Sitanala.
3. Di setiap unit keperawatan memiliki perawat yang bertanggung jawab untuk PPIRS.
4. Mengetahui standard precaution terkait dengan PPIRS yang wajib untuk dilakukan.
5. Melaksanakan standard precaution terkait dengan PPIRS.
8
8
7
8
7
100
100
87.5
100
87.5
0
0
1
0
1
0
0
12.
5
0
12.
5
Pengarahan
1. Perawat diberikan motivasi di dalam pelaksanaan PPIRS. 2. Pendelegasian tugas ada di dalam pelaksanaan program
PPIRS.
3. IPCN atau Kepala ruang melakukan supervisi terkait dengan PPIRS.
4. Mendapatkan pendidikan dan pelatihan terkait dengan PPIRS.
8
8
0
0
100
100
0
0
0
0
8
8
0
0
100
100
Pengendalian
1. Bidang keperawatan sudah memiliki format pelaporan terkait dengan PPIRS.
0
0
8
100
-
Nursing Current Vol. 1 No. 2 Juli 2013 Desember 2013 21
2. Mengetahui fungsi dari pelaporan PPIRS. 3. Bidang keperawatan/ IPCN melakukan monitoring PPIRS
di ruang keperawatan.
4. Bidang keperawatan/IPCN melakukan penelusuran terkait resiko infeksi di ruang keperawatan.
5. Kepatuhan perawat melakukan program PPIRS sebagai salah satu indikator penilaian kerja.
0
0
0
8
0
0
0
100
8
8
8
0
100
100
100
0
Tabel 2 menunjukkan bahwa pada fungsi
perencanaan 8 kepala ruang
(100%)menyatakan bahwa fasilitas di ruang
keperawatan belum mendukung program
PPIRS. Fungsi pengorganisasian 8 kepala
ruang (100%) menyatakan bahwaPPIRS
belum ada di dalam struktur organisasi
keperawatan, IPCN belum ada di dalam
struktur organisasi keperawatan dan perawat
belum memahami rantai komando IPCN
pada struktur organisasi keperawatan.Fungsi
pengarahan 8 kepada ruang (100%)
menyatakan bahwa IPCN atau Kepala ruang
belum melakukan supervisi terkait dengan
PPIRS dan belum mendapatkan pendidikan
dan pelatihan terkait dengan PPIRS.Fungsi
pengendalian 8 kepala ruang (100%)
menyatakan bahwa bidang keperawatan
belum memiliki format pelaporan terkait
dengan PPIRS, belum mengetahui fungsi
dari pelaporan PPIRS, bidang keperawatan/
IPCN belum melakukan monitoring PPIRS
di ruang keperawatan, dan bidang
keperawatan/IPCN belum melakukan
penelusuran terkait resiko infeksi di ruang
keperawatan.
PEMBAHASAN
Fungsi perencanaan merupakan langkah
awal daripada fungsi manajemen yang lain.
Perencanaan adalah analisis mendalam dari
kekuatan, kelemahan, peluang dan
kesempatan organisasi untuk mencapai
tujuan organisasi termasuk meramalkan,
menetapkan visi, misi, nilai, filosofi, tujuan
dan sasaran, menetapkan strategi, dan
mengembangkan kebijakan dan prosedur
(Tomey, 2004). Yoder-Wise (2011)
menyatakan bahwa pemimpin atau manajer
benar benar harus memiliki keterampilan
dalam menentukan, mengimplementasikan,
mendokumentasikan dan mengevaluasi
semua jenis perencanaan dalam hirarkinya.
Pemimpin harus menunjukkan gaya
manajemen proaktif, bukan reaktif kepada
bawahan, oleh sebab itu manajemen rumah
sakit perlu untuk menyusun pedoman PPIRS
di Rumah Sakit X. Pedoman PPIRS di
Rumah Sakit X berisi tentang latar belakang,
tujuan, kebijakan pelayanan PPIRS, konsep
dasar penyakit infeksi dan menular,
pelaksanaan PPIRS, petunjuk PPIRS untuk
pengunjung dan surveillans infeksi di rumah
sakit. Pedoman PPIRS di susun oleh komite
PPIRS yang kemudian akan dilakukan
pengesahan oleh Direktur Rumah Sakit.
Pedoman dapat digunakan sebagai acuan
kerja oleh seluruh unit yang ada di rumah
sakit, pasien dan pengunjung (Depkes,
2011).
Rumah Sakit X sedang membenahi diri
untuk mengembangkan SPO yang sesuai
dengan standar yang dikeluarkan oleh
Depkes yang memiliki tujuan untuk
meningkatkan efisiensi kerja sehingga mutu
pelayanan akan meningkat. Bidang
keperawatan memiliki program untuk
mengadakan pelatihan terkait dengan
penyusunan SPO yang akan dilaksanakan
dalam waktu dekat. SPO PPIRS yang wajib
dimiliki oleh Rumah Sakit X harus
terintegrasi dengan 10 pilar dari PPIRS. 10
pilar PPIRS yaitu kebersihan tangan, alat
pelindung diri, pemrosesan peralatan pasien
dan penatalaksanaan linen, pengelolaan
limbah, pengendalian lingkungan rumah
sakit, kesehatan karyawan/perlindungan
petugas kesehatan, penempatan pasien,
hygiene respirasi/etika batuk, praktek
-
22 Nursing Current Vol. 1 No. 2 Juli 2013 Desember 2013
menyuntik yang aman dan praktek untuk
lumbal punksi (Depkes, 2007).
SPO PPIRS yang saat ini dikembangkan
oleh Komite PPIRS sudah mengikuti standar
Depkes. SPO PPIRS yang telah disusun dan
disahkan oleh Direktur Rumah Sakit Xakan
disosialisasikan ke setiap unit. SPO yang
sudah dilakukan sosialisasi adalah SPO
mencuci tangan dengan sabun cair dan
alkohol rub. Sosialisasi dilakukan di tujuh
ruang perawatan. CDC (2010) menyatakan
bahwa praktik hand hygiene adalah cara
yang paling efektif untuk mengurangi
transmisi patogen di institusi pelayanan
kesehatan. Penelitian yang dilakukan
Provincial Infectious Diseases Advisory
Committee (2009) membuktikan bahwa
hand hygiene dapat menurunkan jumlah
kuman di tangan hingga 58%.
Para manajer pimpinan di Rumah Sakit X
sudah mengadaptasikan tata cara
penyusunan SPO sesuai dengan Komisi
Akreditasi Rumah Sakit (KARS). SPO yang
dikembangkan dan disusun oleh komite
PPIRSRumah Sakit X dan unit terkait telah
mengikuti kaidah yang dikeluarkan oleh
KARS.Pihak Manajemen juga sadar untuk
selalu melakukan perbaikan.
Fasilitaas PPIRS belum memadai sehingga
perlu dimasukkan ke dalam rencana strategis
tahunan bidang keperawatan sehingga
fasilitas PPIRS dapat diperlengkapi.Usulan
pengadaan fasilitas terus dilakukan oleh
pihak manajemen. Contoh: Alat Pelindung
Diri (APD) yang belum ada disetiap masing
masing ruangan, poster tentang cara melakukan hand hygiene dan lainnya.
Fungsi Pengorganisasian
Fungsi pengorganisasian adalah aktivitas
yang dilakukan untuk mencapai tujuan,
penugasan dari setiap staf, otoritas dari
manajer untuk melakukan pengawasan,
berkoordinasi dengan departemen lain baik
secara vertikal maupun horizontal
(Swansburg, 2002).Struktur organisasi
PPIRS disusun agar dapat mencapai visi,
misi dan tujuan dari penyelenggaraan
PPIRS.PPIRS dibentuk berdasarkan kaidah
organisasi yang miskin struktur dan kaya
fungsi dan dapat menyelenggarakan tugas,
wewenang dan tanggung jawab secara
efektif dan efisien (Depkes, 2011).
Rumah Sakit X belum memasukkan PPIRS
kedalam struktur organisasi. SK Komite
pencegahan dan pengendalian di rumah sakit
baru saja dibentuk pada tahun 2012. Komite
PPIRS menyadari akan perlunya struktur
organisasi terkait dengan PPIRS. Struktur
organisasi merupakan salah satu faktor
pendukung yang sangat penting untuk
mendapatkan dukungan dan komitmen dari
pimpinan rumah sakit dan seluruh petugas.
Struktur organisasi menjabarkan dengan
jelas tugas, wewenang dan tanggung jawab
setiap orang yang terlibat di dalam PPIRS
sehingga seluruh sumber daya yang ada di
rumah sakit akan melakukan program PPIRS
secara efektif dan efisien. Komite telah
melakukan diskusi dan pembahasan
mengenai struktur tersebut dan menganalisis
apakah struktur tersebut dapat diadaptasikan
di Rumah Sakit X karena struktur organisasi
yang ada di Rumah Sakit Xmengacu pada
struktur organisasi yang dikeluarkan oleh
Depkes.
Fungsi Ketenagaan
Fungsi ketenagaan dalam manajemen juga
disebut manajemen personalia atau
manajemen sumber daya manusia. Aktivitas
yang dilakukan pada fungsi ketenagaan
seperti merekrut, mewawancara, menguji,
memilih, memberikan orientasi, dan
mengembangkan individu untuk mencapai
tujuan organisasi (Marquis & Huston, 2010).
Proses perekrutan karyawan dilakukan di
pusat yang kemudian didistribusikan kepada
masing masing rumah sakit yang berada di bawah Depkes. Pihak manajemen
keperawatan dan manajemen pendidikan dan
pelatihan akan bekerjasama untuk menjadi
-
Nursing Current Vol. 1 No. 2 Juli 2013 Desember 2013 23
motor penggerak didalam mengembangkan
kompetensi perawat terkait dengan standard
precaution.
Hal ini didukung oleh pernyataan dari
Sitorus & Panjaitan (2011) manajer yang
efektif berpandangan bahwa staf merupakan
aset yang berharga/mahal bagi organisasi
oleh karena itu perlu
dikembangkan.Kompetensi yang dimiliki
oleh perawat akan menjamin mutu kualitas
pelayanan yang diberikan. Pelatihan
kompetensistandard precaution sudah
pernah dilakukan tetapi tidak dilakukan
secara berkesinambungan. Hasil dari
kompetensi juga perlu untuk dilakukan
analisis dan didokumentasikan. Salah satu
kompetensi dasar yang harus diketahui dan
dilaksanakan perawat adalah tentang
kebersihan tangan. Kebersihan tangan
merupakan faktor penting untuk
meningkatkan keselamatan pasien di rumah
sakit. Mikroorganisme berpindah dari satu
tangan ke tangan yang lain pada saat tenaga
kesehatan atau pengunjung menyentuh
pasien (Mathai, Allegranzi, Kilpatrick &
Patrick, 2010).
Bidang Keperawatan Rumah Sakit X belum
memiliki Sumber Daya Manusia (SDM)
yang bekerja purna waktu di PPIRS seperti
IPCN dimana SDM tersebut diberi
pembekalan seperti pendidikan, pelatihan,
pengalaman dan sertifikasi (lisensi). Rumah
Sakit X sedang dalam proses
mempersiapkan Surat Keputusan (SK)
IPCN.
Fungsi Pengarahan
Fungsi pengarahan adalah tindakan untuk
mengusahakan agar semua anggota
organisasi melakukan kegiatan yang sudah
ditentukan untuk mencapai tujuan
organisasi. Kegiatan pengarahan ini banyak
menyangkut masalah pemberian motivasi
kepada para anggota organisasi, supervisi
(bimbingan dan arahan), kepemimpinan, dan
komunikasi (Marquis & Huston, 2010).
Fungsi manajemen yang terkait dengan
bimbingan merupakan bagian fungsi
pengarahan. Rencana tindak lanjut
diperlukan untuk melakukan bimbingan dan
arahan terkait dengan pelaksanaan SPO PPI.
Keberhasilan strategi motivasi yang
dilakukan dapat dilihat dari peningkatan
kepatuhan perawat di dalam melakukan
standard precaution. Pelatihan atau
pendidikan PPIRS adalah faktor penting
yang dilakukan oleh pihak manajemen
terkait dengan fungsi pengarahan.
Pendidikan adalah elemen strategi yang vital
yang mengintegrasikan seluruh komponen
strategi. Robbins (2003) mengatakan bahwa
pelatihan hendaknya menawarkan model
untuk merebut perhatian mereka yang
dilatih; memberikan sifat sifat motivasional; membantu mereka yang
dilatih untuk mengingat apa yang telah
dipelajari.
Pihak Manajemen Rumah Sakit X sudah
mengembangkan model pelatihan akan
tetapi pelaksanaanya belum dilakukan secara
berkesinambungan. Pelatihan PPIRS sudah
pernah dilakukan baik eksternal maupun
internal untuk setiap staf yang ada pada
tahun 2010 akan tetapi penerapannya belum
optimal karena tidak adanya supervisi yang
dilakukan oleh Tim PPIRS.
Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian merupakan aktivitas
untuk menemukan adanya perbedaan antara
hasil yang telah dicapai dengan rencana
kerja yang telah ditetapkan.(Yoder-Wise,
2011).Fungsi manajemen terkait dengan
pengendalian PPIRS adalah melakukan
surveilans. Surveilans infeksi rumah sakit
adalah suatu proses yang dinamis,
sistematis, terus-menerus, dalam
pengumpulan, identifikasi, analisis dan
interpretasi dari data kesehatan yang penting
pada suatu populasi spesifik yang
didesiminasikan secara berkala kepada
pihak-pihak yang memerlukan untuk
-
24 Nursing Current Vol. 1 No. 2 Juli 2013 Desember 2013
digunakan dalam perencanaan, penerapan
dan evaluasi suatu tindakan yang
berhubungan dengan kesehatan (Depkes,
2011). Surveilans perlu dilakukan khususnya
pada HAIs.Surveilans merupakan salah satu
cara di dalam mendukung keselamatan
pasien karena eselamatan pasien merupakan
prinsip dasar pada pelayanan kesehatan.
Rumah Sakit X belum memiliki data
surveilans.Pengumpulan data infeksi
sebelumnya pernah dilakukan pada tahun
2010 tetapi tidak dilakukan secara
berkesinambungan dikarenakan kurang
jelasnya tugas dan tanggung jawab siapa
yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan hal tersebut.
KESIMPULAN
Fungsi manajemen keperawatan terkait
dengan PPIRS di Rumah Sakit X perlu
untuk dikembangkan.Mayoritas perawat
pelaksana menyatakan bahwa IPCN
belumada di dalam struktur organisasi
keperawatan, belum mengetahui standard
precaution terkait dengan PPIRS yang wajib
untuk dilakukan dan belummelaksanakan
standard precaution terkait dengan PPIRS,
IPCN atau Kepala Ruang belum melakukan
supervisi terkait dengan PPIRS, dan bidang
keperawatan belum memiliki format
pelaporan terkait dengan PPIRS dan tidak
mengetahui fungsi dari pelaporan PPIRS.
Mayoritas kepala ruang menyatakan bahwa
fasilitas di ruang keperawatan belum
mendukung program PPIRS.PPIRS belum
ada di dalam struktur organisasi
keperawatan, IPCN belumada di dalam
struktur organisasi keperawatan, perawat
belum memahami rantai komando IPCN
pada struktur organisasi keperawatan, IPCN
atau Kepala ruang belum melakukan
supervisi terkait dengan PPIRS, belum
mendapatkan pendidikan dan pelatihan
terkait dengan PPIRS, bidang keperawatan
belum memiliki format pelaporan terkait
dengan PPIRS, belum mengetahui fungsi
dari pelaporan PPIRS, bidang
keperawatan/IPCN belum melakukan
monitoring PPIRS di ruang keperawatan,
dan bidang keperawatan/IPCN belum
melakukan penelusuran terkait resiko infeksi
di ruang keperawatan.
Masalah ini perlu untuk sangat diperhatikan
pihak Manajemen Rumah Sakit. Pihak
Manajamen harus mendukung program
PPIRS dengan memberikan sistem
dukungan yang nyata. Contohnya:
penyediaan fasilitas PPIRS, motivasi berupa
penghargaan bagi setiap staf yang
mensukseskan PPIRS. Komitmen yang
tinggi dari komite PPIRS untuk
melaksanakan tugas dan tanggung jawab.
Salah satu tugas dan tanggung jawabnya
adalah menyusun kebijakan, pedoman dan
SPO PPIRS. Komite PPIRS bekerjasama
dengan unit unit terkait mengadakan pelatihan PPIRS secara berkesinambungan
dan melakukan evaluasi dari hasil pelatihan
tersebut. Komite PPIRS mengusulkan
kepada Pimpinan Rumah Sakit untuk
menunjuk IPCN purna waktu sehingga
pelaksanaan dan monitoring PPIRS dapat
dilaksanakan dengan baik. Hasil laporan
dapat menjadi indikator maju atau tidaknya
program PPIRS di Rumah Sakit X.
Penelitian selanjutnya diharapkan dapat
melakukan penelitian tentangprogram
PPIRS untuk menurunkan angka HAIs di
rumah sakit dan faktor faktor yang memengaruhi kepatuhan perawat di dalam
melakukan PPIRS.
-
Nursing Current Vol. 1 No. 2 Juli 2013 Desember 2013 25
DAFTAR PUSTAKA
Benson, S., & Powers, J. (2011).Your role in infection prevention: Nursing made incredible
easy. United States of America: Lippincott Williams & Wilkins.
Cardo, D., Dennehy, PH., Halverson, P., Fishman N., Kohn, M., Murphy, C.L., et al.
(2010).HAI elimination White Paper Writing Group.Moving toward eliminatin of
healthcare-associated infections: a call to action.Infection Control Hosp
Epidemiology, 31:1101-5.
CDC (2010). Hand hygiene infection control. http://www.cdc.gov/handhygiene/.
Departemen Kesehatan RI. (2011). Pedoman Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya. Jakarta: Depkes.
Departemen Kesehatan RI. (2007). Pedoman Manajerial pencegahan dan pengendalian
infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Jakarta: Depkes.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129 Tahun 2008.Standar
pelayanan minimal rumah sakit.
Marquis, B.L & Huston, C.J (2010).Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan: Teori &
Aplikasi. (Widyawati, Penerjemah) 4th ed. Philadelphia. Lippincott.
Mathai, E. E., Allegranzi, B. B., Kilpatrick, C. C., & Pittet, D. D. (2010). Prevention and
control of health care-associated infections through improved hand hygiene.Indian
Journal Of Medical Microbiology, 28(2), 100-106. doi:10.4103/0255-0857.62483
Provincial Infectious Diseases Advisory Committee.(2009). Best practices for hand hygiene
in all health care settings. Ontario: Ministry of Health and Long-Term Care
Published.
Robbins, S., P. (2006).Perilaku Organisasi. (Benyamin Molan, Penerjemah). Jakarta:
Gramedia.Sitorus, R., & Panjaitan R. (2011). Manajemen keperawatan: Manajemen
keperawatan di ruang rawat. Jakarta: Sagung Seto.
Swansburg, R., C. (2002). Management and leadership for nurse manager. United States of
America: Jones and Bartlett.
Tomey, A., M. (2004).Guide to nursing management and leadership. Philadelphia: Mosby
Elsevier.
Ward, D. (2012). Attitudes towards the Infection Prevention and Control Nurse: an interview
study. Journal Of Nursing Management, 20(5), 648-658. doi:10.1111/j.1365-
2834.2012.01354.x
-
26 Nursing Current Vol. 1 No. 2 Juli 2013 Desember 2013
World Health Organization World Alliance for Patient Safety.(2005).Global patient safety
challenge 20052006: Clean care is safer care. World Health Organization, Geneva.
Yoder-Wise, S., P. (2011) Leading and managing in nursing.Fifth Edition. USA: Mosby Inc.