nasyiatul-aisyiyah
DESCRIPTION
jjjjTRANSCRIPT
NASYIATUL AISYIYAH
(Sebagai Organisasi Wanita Muhammadiyah)
Dosen Pembimbing :
Ghoffar Ismail, S.ag, M.A
Oleh :
Jumiati
(20110210043)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2011
KATA PENGANTAR
Assalamuallaikum, Wr. Wb.
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nyalah
sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “NASYIATUL AISYIYAH (Sebagai
Organisasi Wanita Muhammadiyah)” Makalah ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa pada
khususnya dan pembaca pada umumnya, karena memuat mengenai Nasyiatul
Aisyiyah(Organisasi Wanita Muhammadiyah). Nasyiatul Aisyiyah adalah sebuah pergerakan
muslim yang ada di Indonesia yang menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Olehnya itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing (Ghoffar Ismail, S.ag, M.A) yang telah
memberikan bimbingan dan masukan dalam pembuatan makalah ini dan juga semua pihak yang
telah membantu terselesaikannya makalah ini. Namun kami menyadari bahwa dalam hal ini tak
luput dari kekurangan, oleh karena itu kami menerima saran dan kritikan yang sifatnya
membangun guna penyempurnaan makalah yang selanjutnya.
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga Allah SWT selalu mencurahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada hambaNya dan semua amal bakti kita dapat bernilai ibadah di sisiNya.
Amin Ya Rabbil Alamin.
Wassalamuallaikum, Wr. Wb.
Yogyakarta,28, Desember 2011
Jumiati
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Nasyiatul Aisyiyah adalah organisasi remaja puteri yang dipersiapkan untuk menjadi bibit
Aisyiyah yang akan meneruskan & menyempurnakan amal usaha Aisyiyah. Berdiri pada tahun
1919 dikampung kamuan yogyakarta. Dikhususkan untuk anak-anak putri yang bernama “siswo
proyo wanito (SPW)”. Pada 1931 SPW menjadi bagian aisyiah dan berganti nama menjadi
“Nasyiatul Asyiah”. Organisasi ini di pelopori oleh Pelopor Somodirdjo.
2. Tujuan
Terbentuknya pribadi islam yang berguna bagi agama , Bangsa dan Negara serta menjadi
pelopor , pelangsung dan penyempurna gerakan MUHAMMADIYAH.
NASYIATUL AISYIYAH
Melacak Jejak Sejarah
BERDIRINYA NASYlATUL AISYlYAH juga tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan
rentang sejarah Muhammadiyah sendiri yang sangat memperhatikan keberlangsungan kader
penerus perjuangan. Muhammadiyah dalam membangun ummat memerlukan kader-kader yang
tangguh yang akan meneruskan estafet perjuangan dari para pendahulu di lingkungan
Muhammadiyah.
Gagasan mendirikan NA sebenarnya bermula dari ide Somodirdjo, seorang guru Standart
School Muhammadiyah. Dalam usahanya untuk memajukan Muhammadiyah, ia menekankan
bahwa perjuangan Muhammadiyah akan sangat terdorong dengan adanya peningkatan mutu ilmu
pengetahuan yang diajarkan kepada para muridnya, baik dalam bidang spiritual, intelektual,
maupun jasmaninya.
Gagasan Somodirdjo ini digulirkan datam bentuk menambah pelajaran praktek kepada
para muridnya, dan diwadahi dalam kegiatan bersama. Dengan bantuan Hadjid, seorang kepala
guru agama di Standart School Muhammadiyah, maka pada tahun 1919 Somodirdjo berhasil
mendirikan erkumputan yang anggotanya terdiri dari para remaja putra-putri siswa Standart
School muhammadiyah. Perkumputan tersebut diberi nama Siswa Praja (SP). Tujuan
dibentuknya Siswa Praja adatah menanamkan rasa persatuan, memperbaiki akhlak, dan
memperdalam agama.
Pada awalnya, SP mempunyai ranting-ranting di sekolah Muhammadiyah yang ada, yaitu
di Suronatan, Karangkajen, Bausasran, dan Kotagede. Seminggu sekali anggota SP Pusat
memberi tuntunan ke ranting-ranting. Setelah lima bulan berjalan, diadakan pemisahan antara
anggota laki-laki dan perempuan dalam SP. Kegiatan SP Wanita dipusatkan di rumah Haji Irsyad
(sekarang Musholla Aisyiyah Kauman). Kegiatan SP Wanita adatah pengajian, berpidato,
jama'ah subuh, membunyikan kentongan untuk membangunkan umat Islam Kauman agar
menjalankan kewajibannya yaitu shalat shubuh, mengadakan peringatan hari-hari besar Islam,
dan kegiatan keputrian.
Perkembangan SP cukup pesat. Kegiatan- kegiatan yang dilakukannya mulai segmented
dan terklasifikasi dengan baik. Kegiatan Thalabus Sa'adah diselenggerakan untuk anak-anak di
atas umur 15 tahun. Aktivitas Tajmilut Akhlak diadakan untuk anak-anak berumur 10-15 tahun.
Dirasatul Bannat diselenggarakan dalam bentuk pengajian sesudah Maghrib bagi anak-anak
kecil. Jam'iatul Athfal dilaksanakan seminggu dua kali untuk anak- anak yang berumut 7-10
tahun. Sementara itu juga diselenggarakan tamasya ke luar kota setiap satu butan sekali.
Kegiatan SP Wanita merupakan terobosan yang inovatif dalam metakukan emansipasi
wanita di tengah kultur masyarakat feodal saat itu. Kultur patriarkhis saat itu benar-benar
mendomestifikasi wanita dalam kegiatan-kegiatan rumah tangga. Para orang tua seringkali
melarang anak perempuannya keluar rumah untuk aktifitas-aktifitas yang emansipatif. Namun
dengan munculnya SP Wanita, kultur patriarkhis dan feodal tersebut bisa didobrak. Hadirnya SP
Wanita sangat dirasakan manfaatnya, karena SP Wanita membekali wanita dan putri-putri
Muhammadiyah dengan berbagai pengetahuan dan ketrampilan.
Pada tahun 1923, SP Wanita mulai diintegrasikan menjadi urusan Aisyiyah.
Perkembangan selanjutnya, yaitu pada tahun 1924, SP Wanita telah mampu mendirikan Bustanut
Athfal, yakni suatu gerakan untuk membina anak taki-laki dan perempuan yang berumur 4-5
tahun. Pelajaran pokok yang diberikan adalah dasar-dasar keislaman pada anak-anak. SP Wanita
juga menerbitkan buku nyanyian berbahasa Jawa dengan nama Pujian Siswa Praja. Pada tahun
1926, kegiatan SP Wanita sudah menjangkau cabang-cabang di luar Yogyakarta.
Pada tahun 1929, Konggres Muhammadiyah yang ke-18 memutuskan bahwa semua
cabang Muhammadiyah diharuskan mendirikan SP Wanita dengan sebutan Aisyiyah Urusan
Siswa Praja. Pada tahun 1931 dalam Konggres Muhammadiyah ke-20 di Yogyakarta diputuskan
semua nama gerakan dalam Muhammadiyah harus memakai bahasa Arab atau bahasa Indonesia,
karena cabang-cabang Muhammadiyah di luar Jawa sudah banyak yang didirikan (saat itu
Muhammadiyah telah mempunyai cabang kurang lebih 400 buah). Dengan adanya keputusan itu,
maka nama Siswa Praja Wanita diganti menjadi Nasyi'atul Aisyiyah (NA) yang masih di bawah
koordinasi Aisyiyah.
Tahun 1935 NA melaksanakan kegiatan yang semakin agresif menurut ukuran saat itu.
Mereka mengadakan shalat Jum'at bersama-sama, mengadakan tabligh ke berbagai daerah, dan
kursusadministrasi. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan aktifitas yang tidak wajar
dilaksanakan oleh wanita pada saat itu.
Pada Konggres Muhammadiyah ke-26 1938 di Yogyakarta diputuskan bahwa Simbol
Padi menjadi simbol NA, yang sekaligus juga menetapkan nyanyian Simbol Padi sebagai Mars
NA. Perkembangan NA semakin pesat pada 1939 dengan diselenggarakannya Taman Aisyiyah
yang mengakomodasikan potensi, minat, dan bakat putri-putri NA untuk dikembangkan. Selain
itu, Taman Aisyiyah juga menghimpun lagu-lagu yang dikarang oleh komponis-komponis
Muhammadiyah dan dibukukan dengan diberi nama Kumandang Nasyi'ah.
Pada masa sekitar revolusi, percaturan politik dunia yang mempengaruhi Indonesia
membawa akibat yang besar atas kehidupan masyarakat. Organisasi NA mengalami kemacetan.
NA hampir tidak terdengar lagi perannya di tengah-tengah masyarakat. Baru setelah situasi
mengijinkan, tahun 1950, Muhammadiyah mengadakan Muktamar untuk mendinamisasikan
gerak dan langkahnya. Muktamar tersebut memutuskan bahwa Aisyiyah ditingkatkan menjadi
otonom. NA dijadikan bagian yang diistimewakan dalam Aisyiyah, sehingga terbentuk Pimpinan
Aisyiyah seksi NA di seluruh level pimpinan Aisyiyah. Dengan demikian, hat ini berarti NA
berhak mengadakan konferensi tersendiri.
Pada Muktamar Muhammadiyah di Palembang tahun 1957, dari Muktamar Aisyiyah
disampaikan sebuah prasaran untuk mengaktifkan anggota NA yang pokok isinya mengharapkan
kepada Aisyiyah untuk memberi hak otonom kepada NA. Prasaran tersebut disampaikan oleh
Baroroh. Selanjutnya pada Muktamar Muhammadiyah di Jakarta pada tahun 1962, NA diberi
kesempatan untuk mengadakan musyawarah tersendiri. Kesempatan ini dipergunakan sebaik-
baiknya oleh NA dengan menghasilkan rencana kerja yang tersistematis sebagai sebuah
organisasi.
Pada Sidang Tanwir Muhammadiyah tahun 1963 diputuskan status otonom untuk NA. Di
bawah kepemimpinan Majetis Bimbingan Pemuda, NA yang saat itu diketuai oleh Siti Karimah
mulai mengada-
kan persiapan-persiapan untuk mengadakan musyawarahnya yang pertama di Bandung. Dengan
didahului mengadakan konferensi di Solo, maka berhasillah NA dengan munasnya pada tahun
1965 bersama-sama dengan Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah di Bandung. Dalam Munas
yang pertama kali, tampaklah wajah-wajah baru dari 33 daerah dan 166 cabang dengan penuh
semangat, akhirnya dengan secara organisatoris NA berhasil mendapatkan status yang baru
sebagai organisasi otonom Muhammadiyah.
Prinsip Gerakan NasyiatulAisyiyah, sering juga disebut Nasyiah, adatah organisasi
otonom dan kader Muhammadiyah yang merupakan gerakan putri Islam yang bergerak di bidang
keagamaan, kemasyarakatan dan keputrian.
Tujuan organisasi ini ialah membentuk pribadi putri Islam yang berarti bagi agama,
keluarga dan bangsa menuju terwujudnya masyarakat utama, adil, dan makmur yang diridhai
oleh Allah. Pencapaian tujuan tersebut dilakukan dengan upaya-upaya sebagai berikut:
1.Menanamkan Al-Islam yang bersumber pada Al-Quran dan Hadis sesuai dengan jiwa
Muhammadiyah kepada anggota-anggotanya sebagai dasar pendidikan putri dan sebagai
pedoman berjuang.
2.Mendidik anggota-anggotanya agar memiliki kepribadian putri Islam.
3.Mendidik anggota-anggotanya untuk mengembangkan ketrampilan dan keaktifannya sebagai
seorang putri serta mengamalkannya sesuai dengan tuntunan Islam.
4.Mendidik dan membina kader-kader pimpinan untuk kepentingan agama, organisasi dan
masyarakat.
5.Mendidik anggota-anggotanya untuk menjadi mubalighat motivator yang baik.
6. Meningkatkan fungsi Nasyiah sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna amal usaha
Muhammadiyah/Aisyiyah.
7.Membina ukhuwah Islamiyah.
8.Usaha-usaha lain yang sesuai dengan tujuan organisasi.
Jaringan Struktural NA
Susunan organisasi NA dibuat secara berjenjang dari tingkat Pimpinan Pusat, Pimpinan
Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang, dan tingkat Ranting. Pimpinan Pusat adalah
kesatuan wilayah- wilayah dalam ruang lingkup nasional PimpinanWilayah adalah kesatuan
daerah-daerah dalam tingkat propinsi atau daerah tingkat I. Pimpinan Daerah adalah kesatuan
cabang-cabang dalam tingkat kabupaten/kota. Sedangkan Pimpinan Cabang adalah kesatuan
ranting-ranting dalam satu kecamatan. Pimpinan Ranting adalah kesatuan anggota-anggota
dalam satu sekolah, desa/ kelurahan atau tempat lainnya. Saat ini, Nasyiatul Aisyiyah telah
menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
Cita-cita Nasyiah 2020
Nasyiatul Aisyiyah periode 2004-2008 mencanangkan cita-cita NA2020. Pada tahun
2020 diharapkan NasyiatulAisyiyah mampu mewujudkan:
1.Kualifikasi kader bangsa dan kader umat yang berpikir terbuka, memiliki etos kerja yang
tinggi, istigomah, dan komitmen yang tinggi terhadap perjuangan dan dakwah Islam amar
makruf nahi munkar.
2. Organisasi Nasyiah menjadi organisasi yang profesional, berkembang secara kuantitas sesuai
dengan pengembangan dan pemekaran wilayah Indonesia serta memiliki pengaruh terhadap
dunia nasional maupun internasional.
3. Berbagai sumber pembelajaran untuk keluarga (family learning centre), antara lain berupa
lembaga yang memberikan perlindungan dan pendampingan terhadap permasalahan anakdan
perempuan.
Isu-isu Strategis NA
1.Sistem dan pengelolaan organisasi yang efektif dan responsif terhadap situasi lingkungan
keluarga, masyarakat, negara dan internasional.
2. Jaringan struktur Nasyiatul Aisyiyah sampaitingkat cabang dan ranting yang kuat.
3. Ideologi jender dan responsif jender perspektif NasyiatulAisyiyah
4. Kuantitas dan kualitas kader Nasyiah yang memiliki komitmen dan serta kemampuan
berorganisasi.
5. Pengembangan fundrising demi kemandirianorganisasi.
6. Pendampingan anak dan perempuan putus sekolah, perempuan miskin baik secara ekonomi,
ketrampilan maupun spiritual, dengan berbasis lokalitas.
7. Keterlibatan Nasyiatul Aisyiyah datam upaya resolusi konflik berbasis SARA.
8. Media bagi syiar Nasyiatul Aisyiyah
9. Penyiapan kader Nasyiah untuk peran pengambilan kebijakan publik.
PROGRAM NASYlATUL AISYlYAH ARAH DAN KEBlJAKAN BIDANG PROGRAM
Kebijakan NA (2008-2012) diarahkan pada: "Pemantapan dan pengembangan sistem
organisasi yang efektif dan peningkatan capacity building kader Nasyiah dalam menggerakkan
aksi-aksi pendampingan terhadap permasalahan perempuan dan anak." Sebagai tolak ukur bahwa
arah periode ini tepat sasaran, maka disusunlah beberapa indikator capaian tahapan sebagai
berikut:
- Terbentuknya kader Nasyiatul Aisyiyah yang memiliki ketrampilan utama (core skill) dan
kemampuan (capability) sebagai agen peru bahan datam berdakwah dan bermasyarakat.
- Terwujudnya sistem organisasi yang efektif dan sustainable dari aspek manajemen dan
administrasi, kepemimpinan, pendanaan, komunikasi, serta pengelolaan program dan
evaluasinya.
- Menguatnya peran advokasi non-litigasi Nasyiah metalui gerakan aksi
pemberdayaanperempuan dan anak.
Kebijakan ini diterjemahkan dalam bidang-bidang garap program Nasyiah. Bidang
program merupakan bidang garapan/gerak program- program Nasyiatul Aisyiyah yang mengacu
pada AD/ART pasal 2, bahwa Nasyiatul Aisyiyah adalah organisasi otonom dan kader
Muhammadiyah, merupakan gerakan putri Islam, yang bergerak di bidang keperempuanan,
kemasyarakatan, dan keagamaan. Karenanya bidang garap NA adalah bidang keorganisasian,
bidang keislaman, bidang kaderisasi, dan bidang kemasyarakatan.
Tujuan dan strategi tiap-tiap bidang tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bidang keorganisasian
Tujuan:
a. Terciptanya efektifitas sistem organisasi, media komunikasi dan informasi dalam rangka
menguatan eksistensi dan jaringan Nasyiah secara internal maupun eksternal.
b. Meningkatnya kinerja pimpinan serta aktifitas anggota Nasyiatul Aisyiyah sebagai gerakan
perempuan dan dakwah Islam amar makruf nahi munkar.
Strategi sistem organisasi, media komunikasi dan informasi yang efektif:
a.Meningkatkan efektivitas koordinasi dan komunikasi di setiap tingkat pimpinan dalam
melaksanakan program organisasi.
b. Mengoptimalkan media informasi agar dapat menjadi sarana publikasi dan komunikasi baik
untuk kepentingan internal maupun eksternal.
c. Mengembangkan jalinan kerjasama dan fundrising Nasyiatul Aisyiyah dengan lembaga lain
di dalam dan luar negeri.
d. Meningkatkan efektifitas pelaksanaan mekanisme dan kebijakan organisasi
e. Menguatkan jaringan struktur intern NasyiatulAisyiyah.
Strategi kinerja pimpinan:
a. Meneguhkan komitmen pimpinan dalam berdakwah Islam metalui Nasyiatul Aisyiyah
b. Meningkatkan ketrampilan pimpinan dalam mengelola program sehingga terwujud kelompok
kerja yang kokoh, profesional berlandaskan nilai-nilai Islam,
c. Memperluas akses bagi anggota NA untuk meningkatkan pengetahuannya metatui program
kerja sama dengan pihak lain.
2. Bidang Kaderisasi
Tujuan:
Terwujudnya kader Nasyiah yang dapat menghimpun, mengembangkan, dan mendayagunakan
potensi untuk aktif dalam menggerakkan masyarakat berdasar nilai-nilai Islam.
Strategi:
a. Menjadikan Sistem Perkaderan Nasyiatul Aisyiyah sebagai pedoman pendidikan kader dalam
mentranformasikan nilai-nilai ideologis gerakan.
b. Mengintensifkan pembinaan potensi kader bagi keberlanjutan gerak organisasi.
c. Meningkatkan peran kepeloporan dan kepemimpinan kader di dalam membantu memecahkan
permasalahan masyarakat.
3. Bidang Keislaman
Tujuan:
Ditransformasikan dan dilaksanakannya nilai-nilai Islam dalam pemikiran, sikap, dan perilaku di
dalam kehidupan pribadi, masyarakat berbangsa, dan bernegara.
Strategi:
a. Memantapkan ideologi Muhammadiyah para anggota Nasyiatul Aisyiyah agarmempunyai
kematangan beragama dalam berfikir, berorganisasi dan berperilaku.
b. Mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam mensikapi berbagai persoalan yang dihadapi
ummat, khususnya masalah keluarga, perempuan dan anak-anak
c. Meningkatkan kemampuan berdakwah anggota NA dalam rangka syiar Islam.
4. Bidang Kemasyarakatan
Tujuan:
a.Peningkatan gerak Nasyiah dalam mela kukan pendampingan terhadap persoalan perempuan
dan anak, utamanya dalam aspek ekonomi, sosial, dan pendidikan untuk meningkatkan kualitas
hidup masyarakat.
b. Pengembangan kepedulian NasyiatulAisyiyah dalam politik, budaya, kesehatan, dan
lingkungan.
Strategi pendampingan ekonomi, sosial, dan pendidikan:
a. Meningkatkan ketrampilan para anggota Nasyiah dalam membantu menyelesaikan masalah-
masalah ekonomi, sosial, dan pendidikan, yang dihadapi perempuan.
b. Meningkatkan efektifitas peran NasyiatulAisyiyah dalam pengambilan kebijakanpublik yang
sensitif jender.
c. Memberdayakan potensi ekonomi masyarakat lokal.
d. Meningkatkan sensitivitas jender di lingkungan NasyiatulAisyiyah.
e. Membangun NA sebagai gerakan belajar bagi perempuan, anak, dan keluarga khususnya pada
sektor pendidikan non formal.
Strategi pengembangan kepedulian terhadap masalah politik, kesehatan dan lingkungan:
a. Mengembangkan peran anggota Nasyiah dalam upaya-upaya resolusi konflik yang
ditimbulkan oleh proses demokratisasi, integrasi sosial, budaya dan agama di tingkatannya
masing-masing.
b. Meningkatkan kepedulian anggota Nasyiatul Aisyiyah terhadap isu kesehatan reproduksi
dalam keluarga.
c. Membangun kesadaran anggota Nasyiatul Aisyiyah terhadap kelestarian lingkungan hidup.
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya
dan para pembaca yang budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.muhammadiyah.or.id/content-89-det-na.html
http://www.google.com/search?ie=UTF-8&oe=UTF-
8&sourceid=navclient&gfns=1&q=kebijakan+nasyiatul+asyiyah
http://1.bp.blogspot.com/_8jcwFizTE9A/SUThdRupOnI/AAAAAAAAACY/FzQ64LIWHYQ/
s320/logo+NA.jpg